LP SEPSIS r 11

18
SEPSIS A. PENGERTIAN SEPSIS Sepsis neonatorum adalah infeksi berat yang diderita neonatus dengan gejala sistemik dan terdapat bakteri dalam darah. Perjalanan penyakit sepsis dapat berlangsung cepat sehingga sering kali tidak terpantau tanpa pengobatan yang memadai sehingga neonatus dapat meninggal dalam waktu 24 sampai 48 hari (Wong, 2003). Sepsis neonatal adalah merupakan sindroma klinis dari penyakit sistemik akibat infeksi selama satu bulan pertama kehidupan. Bakteri, virus, jamur, dan protozoa dapat menyebabkan sepsis bayi baru lahir (Wildan, 2007). Sejak adanya konsensus dari American College of Chest Physicians/ Society of Critical Care Medicine (ACCP/SCCM) telah timbul berbagai istilah dan definisi di bidang infeksi yang banyak pula dibahas pada kelompok BBL dan penyakit anak. Istilah-istilah tersebut antara lain: Sepsis merupakan sindrom respon inflamasi sistemik (Systemic Inflammatary Respons Syndrome – SIRS) yang terjadi sebagai akibat infeksi bakteri, virus, jamur ataupun parasit. Sepsis berat adalah keadaan sepsis yang disertai disfungsi organ kardiovaskular dan gangguan nafas akut atau terdapat gangguan dua organ lain (seperti gangguan neurologi, hematologi, urogenital, dan hepatomegali). Syok sepsis terjadi apabila bayi masih dalam keadaan hipotensi walaupun telah mendapatkan cairan adequat. 1

description

laporan pendahuluan

Transcript of LP SEPSIS r 11

Page 1: LP SEPSIS r 11

SEPSIS

A. PENGERTIAN SEPSIS

Sepsis neonatorum adalah infeksi berat yang diderita neonatus dengan

gejala sistemik dan terdapat bakteri dalam darah. Perjalanan penyakit sepsis

dapat berlangsung cepat sehingga sering kali tidak terpantau tanpa

pengobatan yang memadai sehingga neonatus dapat meninggal dalam waktu

24 sampai 48 hari (Wong, 2003).

Sepsis neonatal adalah merupakan sindroma klinis dari penyakit sistemik

akibat infeksi selama satu bulan pertama kehidupan. Bakteri, virus, jamur,

dan protozoa dapat menyebabkan sepsis bayi baru lahir (Wildan, 2007).

Sejak adanya konsensus dari American College of Chest Physicians/

Society of Critical Care Medicine (ACCP/SCCM) telah timbul berbagai istilah

dan definisi di bidang infeksi yang banyak pula dibahas pada kelompok BBL

dan penyakit anak. Istilah-istilah tersebut antara lain:

Sepsis merupakan sindrom respon inflamasi sistemik (Systemic

Inflammatary Respons Syndrome – SIRS) yang terjadi sebagai akibat

infeksi bakteri, virus, jamur ataupun parasit.

Sepsis berat adalah keadaan sepsis yang disertai disfungsi organ

kardiovaskular dan gangguan nafas akut atau terdapat gangguan dua

organ lain (seperti gangguan neurologi, hematologi, urogenital, dan

hepatomegali).

Syok sepsis terjadi apabila bayi masih dalam keadaan hipotensi

walaupun telah mendapatkan cairan adequat.

Sindroma disfungsi multi organ terjadi apabila bayi tidak mampu lagi

mempertahankan homeostasis tubuh sehingga terjadi perubahan fungsi

dua atau lebih organ.

Sepsis merupakan adanya sindrom respon peradangan sistemik atau

systemic inflammatory response syndrome (SIRS) dengan adanya infeksi

pada organ tertentu. Definisi lain menyebutkan bahwa sepsis merupakan

respon sistemik terhadap infeksi, berdasarkan adanya SIRS ditambah

dengan infeksi yang terbukti (proven) atau dengan suspek infeksi. SIRS

adalah pasien yang memiliki dua atau lebih kriteria (Nguyen et al., 2006):

Denyut jantung yang meningkat (tachycardia) >90 detak per menit waktu

istirahat

1

Page 2: LP SEPSIS r 11

Temperatur tubuh tinggi (>100.4°F atau 38°C) atau rendah (<96.8°F atau

36°C)

Kecepatan pernapasan yang meningkat dari >20 napas per menit atau

PaCO2 (tekanan parsial dari karbondioksida dalam arteri darah) <32 mm

Hg

Jumlah sel darah putih yang abnormal (>12000 sel/µL atau <4000 sel/µL

atau >10% bands (tipe yang belum matang dari sel darah putih)

The Continuum of Sepsis

B. ETIOLOGI SEPSIS

Faktor-faktor penyebab terjadinya sepsis pada bayi baru lahir dapat di

bagi menjadi tiga kategori yaitu :

1. Faktor maternal terdiri dari:

a. Ruptur selaput ketuban yang lama

b. Persalinan prematur

c. Amnionitis klinis

d. Demam maternal

e. Manipulasi berlebihan selama proses persalinan

f. Persalinan yang lama

2

Page 3: LP SEPSIS r 11

2. Pengaruh lingkungan yang dapat menjadi predisposisi bayi yang terkena

sepsis, tetapi tidak terbatas pada buruknya praktek cuci tangan dan teknik

perawatan, kateter umbilikus arteri dan vena, selang sentral, berbagai

pemasangan kateter selang invasif, dan pemberian susu formula.

3. Faktor penjamu meliputi jenis kelamin laki-laki, bayi prematur, berat

badan lahir rendah, dan kerusakan mekanisme pertahanan dari penjamu

(Wijayarini, 2005).

C. TANDA DAN GEJALA SEPSIS

Tanda dan gejala sepsis neonatorum umumnya tidak jelas dan tidak

spesifik.Tanda dan gejala sepsis neonatorum yaitu: Tanda dan gejala umum

meliputi hipertermia atau hipotermi bahkan normal, aktivitas lemah atau tidak

ada tampak sakit, berat badan menurun tiba-tiba; Tanda dan gejala pada

saluran pernafasan meliputi (1) dispnea, (2) takipnea, (3) apnea, (4) tampak

tarikan otot pernafasan, (5) merintih, (6) mengorok, dan (7) pernafasan

cuping hidung; Tanda dan gejala pada system kardiovaskuler meliputi (1)

hipotensi, (2) kulit lembab, (3) pucat dan (4) sianosis; Tanda dan gejala pada

saluran pencernaan mencakup (1) distensi abdomen, (2) malas atau tidak

mau minum, (3) diare; Tanda dan gejala pada sistem saraf pusat meliputi (1)

refleks moro abnormal, (2) iritabilitas, (3) kejang, (4) hiporefleksia, (5)

fontanel anterior menonjol, (6) pernafasan tidak teratur; Tanda dan gejala

hematologi mencakup (1) tampak pucat, (2) ikterus, (3) patikie, (4) purpura,

(5)perdarahan, (6) splenomegali.

D. CLINICAL PATHWAY SEPSIS

virus,bakteri,kuman : (rubella,harpes,sitomegalo,malaria,sipilis,toksoplasma)

3

Page 4: LP SEPSIS r 11

E. PEMERIKSAAN PENUNJANG SEPSIS

Antenatal intranatal Post natal

Bakteri dan virus dalam sirkulasi

Placenta &umbilikus

Proses persalinan

KarionAmnion

Karionotis Amnionotis

Placenta &umbilikus

Nasokomial(gunting,infuse,selangn

asogatrik,dll)

Luka

Pembentukan AB terganggu

Imunitas menurun

Resiko infeksi

Proses inflamasi

Pelepasan mediator kimia

Gangguan permeabilitas kapiler

Penurunan perfusi jaringan

Gangguan pertukaran gas

Proses inflamasi

Respon hipotalums

Gangguan termoregulasi

Hospitalisasi anak

Cemas orang tua

Infeksi

Viremia

Aliran oksigen menurun

Perubahan status kesehatananak

Penurunan vol. sirkulasi

Perubahan memberan alveoli

perfusi jaringan paru buruk

4

Page 5: LP SEPSIS r 11

1. Pada pemeriksaan darah tepi dapat ditemukan neutropenia dengan

pergeseran ke kiri (imatur: total seri granolisik > 0,2).

2. Kultur darah dapat menunjukkan organisme penyebab.

3. Analisis kultur urine dan cairan sebrospinal (CSS) dengan lumbal fungsi

dapat mendeteksi organisme.

4. DPL menunjukan peningkatan hitung sel darah putih (SDP) dengan

peningkatan neutrofil immatur yang menyatakan adanya infeksi.

5. Laju endah darah, dan protein reaktif-c (CRP) akan meningkat

menandakan adanya inflamasi.

F. PENATALAKSAAAN MEDIS SEPSIS

a. Pencegahan Sepsis Neonatorum

- Pada masa Antenatal

Perawatan antenatal meliputi pemeriksaan kesehatan ibu secara

berkala, imunisasi, pengobatan terhadap penyakit infeksi yang diderita

ibu, asupan gizi yang memadai, penanganan segera terhadap

keadaan yang dapat menurunkan kesehatan ibu dan janin. Rujuk ke

pusat kesehatan bila diperlukan.

- Pada masa Persalinan

Perawatan ibu selama persalinan dilakukan secara aseptik.

- Pada masa pasca Persalinan

Rawat gabung bila bayi normal, pemberian ASI secepatnya, jaga

lingkungan dan peralatan tetap bersih, perawatan luka umbilikus

secara steril.

b. Pemberian antibiotik yang sesuai dengan bakteri yang menginfeksi

Diberikan kombinasi antibiotika golongan Ampisilin dosis 200 mg/kg

BB/24 jam i.v (dibagi 2 dosis untuk neonatus umur < 7 hari, untuk

neonatus umur > 7 hari dibagi 3 dosis), dan Netylmycin (Amino glikosida)

dosis 7 1/2 mg/kg BB/per hari i.m/i.v dibagi 2 dosis (hati-hati penggunaan

Netylmycin dan Aminoglikosida yang lain bila diberikan i.v harus

diencerkan dan waktu pemberian sampai 1 jam pelan-pelan).

c. Dilakukan septic work up atau pemeriksaan penunjang sebelum

antibiotika diberikan (darah lengkap, urine, lengkap, feses lengkap, kultur

darah, cairan serebrospinal, urine dan feses (atas indikasi), pungsi lumbal

dengan analisa cairan serebrospinal (jumlah sel, kimia, pengecatan

5

Page 6: LP SEPSIS r 11

Gram), foto polos dada, pemeriksaan CRP kuantitatif).Pemeriksaan lain

tergantung indikasi seperti pemeriksaan bilirubin, gula darah, analisa gas

darah, foto abdomen, USG kepala dan lain-lain.

d. Apabila gejala klinik dan pemeriksaan ulang tidak menunjukkan infeksi,

pemeriksaan darah dan CRP normal, dan kultur darah negatif maka

antibiotika diberhentikan pada hari ke-7.

e. Apabila gejala klinik memburuk dan atau hasil laboratorium menyokong

infeksi, CRP tetap abnormal, maka diberikan Cefepim 100 mg/kg/hari

diberikan 2 dosis atau Meropenem dengan dosis 30-40 mg/kg BB/per hari

i.v dan Amikasin dengan dosis 15 mg/kg BB/per hari i.v i.m (atas indikasi

khusus). Pemberian antibiotika diteruskan sesuai dengan tes

kepekaannya. Lama pemberian antibiotika 10-14 hari. Pada kasus

meningitis pemberian antibiotika minimal 21 hari.

f. Pengobatan suportif meliputi:

Termoregulasi, terapi oksigen/ventilasi mekanik, terapi syok, koreksi

metabolik asidosis, terapi hipoglikemi/hiperglikemi, transfusi darah,

plasma, trombosit, terapi kejang, transfusi tukar.

g. Pemberian Intravenous Immunoglabulin (IVIG)

G. KOMPLIKASI SEPSIS

1. Dehidrasi

2. Asidosis metabolic

3. Hipoglikemia

4. Anemia

5. Hiperbilirubinemia

6. Meningitis   

6

Page 7: LP SEPSIS r 11

H. DATA DASAR PENGKAJIAN PASIEN

Aktifitas/Istirahat : Malaise

Sirkulasi :Tekanan darah normal/sedikit dibawa jangkauan normal

(selama hasil curah jantung tetap meningkat), Denyut

perifer kuat, cepat, tachycardia ekstrim (syok). Suara

jantung disritmia, Kulit hangat kering, pucat, lembab, burik

(vasokonstriksi) atau barcahaya (vasodilatasi)

Eliminasi :Diare

Makanan & Cairan :Anorexia, mual dan muntah, penurunan bebrat badan,

penurunan massa otot, penurunan haluaran,

konsentrasi urin, perkembangan kearah oliguria dan

anuria

Neurosensori : Gelisah, penurunan tingkat kesdaran

Ketidaknyamanan: Kejang abdominal, urtikaria

Pernapasan : Takipnu dengan penurunan kedalaman pernapasan,

suhu umumnya meningkat, (37,95o C atau lebih),

menggigil

I. DIAGNOSA KEPERAWATAN

1. Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan perubahan membran

kapiler-alveoli.

Tujuan : setelah dilakukan tindakan 1x24 jam pasien menunjukkan tanda-

tanda pertukaran gas yang adekuat.

Kriteria hasil : frekuensi pernafasan regular dan dalam batas normal (RR

neonatus = 30-60x/menit),nilai gas darah dalam batas normal (pH=7,35-

7,45, pCO2 35-45, P02=80-100, HCO3 21-28, BE {-3} – {+3}, Sa02 97-

100%).

Intervensi Rasional

1. Kaji frekuensi pernapasan,

kedalaman dan kualitas.

Perhatikan dispnea berat

2. Kaji kulit terhadap perubahan

warna, suhu dan kelembaban

Kolaborasi

1. Peningkatan pernapasan terjadi

sebagai respon terhadap efek

langsung dari endotoksin pada

pusat pernapasan didalam otak,

dan juga perkembangan hipoksia

dan demam

7

Page 8: LP SEPSIS r 11

3. Berkan cairan parenteral

4. Pantau pemeriksaan laboratorium

misalnya GDA, kadar laktat

5. Berikan tambahan oksigen

2. Penurunan curah jantung dan

vasokonstriksi perifer salah satu

tanda status syok

3. Mempertahankan perfusi jaringan,

sejumlah besar cairan mungkin

dibutuhkan untuk mendukung

volume sirkulasi

4. Perkembangan asidosis

respiratorik/ metabolic

merefleksikan kehilangan

mekanisme kompensasi misalnya

penurnan sekresi ginjal

5. Memaksimalkan masukan oksigen

yang tersedia untuk masukan

seluler

2. Hipertermia berhubungan dengan peningkatan tingkat metabolisme,

dehidrasi, efek langsung dari sirkulasi endotoksin pada hipotalamus,

perubahan pada regulasi temperature

Tujuan : setelah dilakukan tindakan 1x24 pasien menunjukkan suhu

adekuat

Kriteria Hasil :

1. Suhu tubuh berada dalam batas normal (Suhu aksila:36,5o-37,5o C)

2. Nadi dan frekuensi napas dalam batas normal (Nadi neonatus normal

120-160 x/menit, frekuensi napas neonatus normal 30-60x/menit)

Intervensi Rasional

1. Pantau suhu pasien (derajat dan

pola); perhatikan menggigil dan

diaphoresis

2. Pantau suhu lingkungan,

batasi/tambahkan linen tempat tidur

3. Berikan kompres hangat; hindari

penggunaan alcohol

Kolaborasi

1. Suhu 38,9 – 41,1 o C menunjukkan

proses infeksi akut. Pola demam

dapat membantu dalam diagnosis

misalnya demam lanjut berakhir

lebih dari 24 jam menunjukkan

pneumonia peneumokokkal

2. Suhu ruangan berpengaruh

terhadap peningkatan maupun

8

Page 9: LP SEPSIS r 11

4. Berikan antipiretik misalnya

asetaminofen

penurunan suhu tubuh penderita

3. Menurunkan suhu tubuh melalui

proses konduksi. Alcohol dapat

mengeringkan kulit

4. Menghambat pengeluaran

prostaglandin dan meningkatkan

autodestruksi dari sel-sel yang

terinfeksi

3. Ketidakefektifan perfusi jaringan perifer berhubungan dengan

hipovolemia, reduksi aliran darah pada arteri/vena; vasokonstriksi selektif,

oklusi vaskuler (kerusakan intimal/mikroemboli)

Tujuan : setelah dilakukan tindakan 1x24 pasien menunjukkan perfusi

adekuat

Kriteri hasil: tanda-tanda vital stabil (Suhu aksila:36,5o-37,5o C, nadi

neonatus normal 120-160 x/menit, frekuensi napas neonatus normal 30-

60x/menit, nadi perifer teraba kuat dan regular, kulit hangat, tingkat

kesadaran compos mentis, haluaran urinarius (0,5-1 cc/kgBB/jam)

Intervensi Evaluasi

1. Pantau frekuensi dan irama

jantung

2. Perhatikan kualitas/kekuatan dari

denyut perifer

3. Catat haluaran urin setiap jam

dan berat jenisnya

4. Berkan cairan parenteral

1. Bila terjadi takikardia mengacu

pada sirkulais sekunder system

saraf simpatis untuk

menekankan respon untuk

menggantikan kerusakan pada

hipovolemia relative

2. Penurunan curah jantung dan

vasokonstriksi perifer salah satu

tanda status syok

3. Penurunan haluaran urin

mengindikasikan penurunan

perfusi ginjal yang dihubungkan

dengan perpindahan cairan dan

vasokonstriksi selektif

4. Mempertahankan perfusi

9

Page 10: LP SEPSIS r 11

jaringan, sejumlah besar cairan

mungkin dibutuhkan untuk

mendukung volume sirkulasi

4. Risiko Infeksi; dari sepsis ke syok sepsis berhubungan dengan :

a. Penurunan system immune

b. Prosedur invasive

c. Pemajanan lingkungan (nosokomial)

Tujuan : Setelah dilakukan tindakan 1x24 jam pasien tidak

mengalami infeksi dan menunjukkan proses penyembuhan dari proses

infeksi

Kriteria hasil : bebas dari sekresi purulent, drainase atau eritema dan

afebris

Intervensi Rasional

Mandiri

1. Isolasi dan batasi pengunjung

2. Cuci tangan sebelum dan

sesudah melakukan aktifitas

walaupun menggunakan sarung

tangan steril

3. Batasi penggunaan alat/ prosedur

invasive setiap hari

4. Gunakan teknik steril pada waktu

penggantian

balutan/penghisapan. Misalnya

jalur invasive dan kateter

urinarius

5. Pantau kecenderungan suhu

6. Amati adanya mengigil dan

diaforesis

Kolaborasi

7. Dapatkan specimen urin, darah,

sputum sesuai petunjuk untuk

pewarnaan

1. Mengurangi risiko kemungkinan

infeksi dan pembatasan

pengunjung diperlukan untuk

melindungi pasien imunosupresi

2. Mengurangi kontaminasi silang

3. Mengurangi jumlah lokasi yang

yang dapat menjadi tempat

masuknya mikroorganisme

4. Mencegah masuknya bakteri dan

mengurangi risiko infeksi

nosokomial

5. Demam (38,5o C – 40 o C)

disebabkan oleh efek dari

endotoksin pada hipotalamus dan

endomorfin yang melepaskan

pirogen.

6. Hipotermia (<36 o C)adalah tanda

genting yang merefleksikan

perkembangan status

syok/penurunan perfusi jaringan.

10

Page 11: LP SEPSIS r 11

8. Berikan obat anti infeksi seperti

antibiotic spectrum luas misalnya

gentamisin atau sefalosporin

Edukasi

9. Berikon informasi yang adekuat

tentang proses penyakit.

7. Menggigil sering mendahului

memuncaknya suhu papa infeksi

8. Indetifikasi terhadap portal entry

dan organisme penyebab

septicemia adalah penting bagi

pengobatan

9. Dapat membasmi/memberikan

imunitas sementara untuk infeksi

umum atau infeksi khusus

5. Ansietas/ketakutan berhubungan dengan krisis situasi, transmisi

interpersonal dan keikutsertaan merasakan.

Tujuan : Setelah dilakukan tindakan 1x24 jam pasien menunjukkan

penurunan tingkat kecemasan

Kriteria hasil : Mengakui dan mendiskusikan rasa takut, mengungkapkan

keakuratan pengetahuan tentang situasi, tampak rileks dan melaporkan

ansietas berkurang sampai pada tingkat dapat diatasi.

Intervensi Rasional

1. Kaji status mental dan tingkat

ansietas dari pasien/keluarga.

Catat adanya tanda-tanda verbal

atau non verbal.

2. Berikan penjelasan hubungan

antara proses penyakit dan

gejalanya.

3. Jawab setiap pertanyaan dengan

penuh perhatian dan berikan

informasi tentang prognosa

penyakit

4. Jelaskan dan persiapkan untuk

tindakan prosedur sebelum

duilakukan

5. Berikan kesempatan

pasien/keluarga untuik

1. Gangguan tingkat kesadaran dapat

mempengaruhi ekspresi rasa takut

tetapi tidak menyangkal

keberadaannya. Derajat ansietas

akan dipengaruhi bagaimana

informasi tersebut diterima oleh

individu.

2. Meningkatkan pemahaman,

mengurangi resa takut karena

ketidaktahuan dan dapat

membantu menurunkan ansietas.

3. Penting untuk menciptakan

kepercayaan karena diagnosa

enfeksi otak mungkin menakutkan,

ketulusan dan informasi yang

akurat dapat memberikan

11

Page 12: LP SEPSIS r 11

mengumgkapkan isi pikiran dan

perasaan takutnya.

6. Libatkan pasien/keluarga dalam

perawatan.

7. Berikan petunjuk mengenai

sumber-sumber penyokong yang

ada, seperti keluarga, konselor

professional dan sebagainya

keyakinan pada pasien dan juga

keluarga.

4. Dapat meringankan ansietas

terutama ketika pemeriksaan

tersebut melibatkan otak.

5. Mengungkap , rasa takut secara

terbuka di mana rasa takut dapat

ditunjukkan.

6. Meningkatkan perasaan control

terhadap diri dan meningkatkan

kemandirian.

7. Memberikan jaminan bahwa

bantuan yang diperlukan adalah

penting untuk

peningkatan/menyokong

mekanisme koping pasien

12

Page 13: LP SEPSIS r 11

DAFTAR PUSTAKA

Wong, L.donna.2003. Keperawatan Pediatrik.Jakarta : EGC

Aminullah, Asril, dkk. 2007. Penatalaksanaan Sepsis Neonatorum.Departemen

Kesehatan Republik Indonesia

Kosim, Sholeh, dkk. 2012. Buku Ajar Neonatologi. Cetakan ketiga . Jakarta :

IDAI.

Manuaba, Ida Bagus Gde. 2000. Ilmu Kebidanan, Penyakit Kandungan dan

Keluarga Berencana untuk Pendidikan Bidan. Jakarta : EGC.

Prawirohardjo, Sarwono. 2006. Buku Acuan Nasional Pelayanan Kesehatan

Maternal dan Neonatal. Jakarta : Yayasan Bina Pustaka Sarwono

Prawirohardjo.

Departemen Ilmu Kesehatan Anak Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera

Utara. 2012. Gambaran Pola Resistensi Bakteri di Unit Perawatan Neonatus

Volume 13 :3-5.

Negara, Naufal Sastra, dkk. 2009. Ketuban Pecah Dini dan Demam Intrapartum

Sebagai Faktor Risiko Sepsis Neonatorum Onset Dini. Volume 10: 351-356

13