Lp Koe R TB Paru 3

download Lp Koe R TB Paru 3

of 35

Transcript of Lp Koe R TB Paru 3

  • 7/27/2019 Lp Koe R TB Paru 3

    1/35

  • 7/27/2019 Lp Koe R TB Paru 3

    2/35

    Kalsifikasi

    - Batuk Alaveolus tidak

    - Spuntum purulen Exudasi kembali saat

    - Hemoptisis ekspirasi

    - BB menurun Nekrosis/perkejuan

    Gas tidak dapat

    Kavitasi berdifusi dgn. Baik.

    Sesak

    Kuman

    Infeksi primer

    Sembuh total Sembuh dgn. Sarang Komplikasi

    ghon - Menyebar ke seluruh

    tubuh scr. Bronkhogen,

    limphogen, hematogen

    Infeksi post primer Kuman dormant

    Muncul bertahun kemudian

    Diresorpsi kembali/sembuh Membentuk jar. keju Sarang meluas

    Jika dibatukkan sembuh dgn.

    membentuk kavitas. Jar. Fibrotik

    .

    Kavitas meluas Memadat & membungkus diri Bersih & menyembuh

    Membentuk sarang

    tuberkuloma

    4. Gambaran Klinik Tb Paru

    Tuberkulosis sering dijuluki the great imitator yaitu suatu penyakit yang

    mempunyai banyak kemiripan dengan penyakit lain yang juga memberikan

    2

  • 7/27/2019 Lp Koe R TB Paru 3

    3/35

    gejala umum seperti lemah dan demam. Pada sejumlah penderita gejala yang

    timbul tidak jelas sehingga diabaikan bahkan kadang-kadang asimtomatik.

    Gambaran klinik TB paru dapat dibagi menjadi 2 golongan, gejala respiratorik

    dan gejala sistemik:

    1. Gejala respiratorik, meliputi:

    1.1 Batuk

    Gejala batuk timbul paling dini dan merupakan gangguan yang paling sering

    dikeluhkan. Mula-mula bersifat non produktif kemudian berdahak bahkan

    bercampur darah bila sudah ada kerusakan jaringan.

    1.2 Batuk darah

    Darah yang dikeluarkan dalam dahak bervariasi, mungkin tampak berupa garis

    atau bercak-bercak darak, gumpalan darah atau darah segar dalam jumlah sangat

    banyak. Batuk darak terjadi karena pecahnya pembuluh darah. Berat ringannya

    batuk darah tergantung dari besar kecilnya pembuluh darah yang pecah.

    1.3 Sesak napas

    Gejala ini ditemukan bila kerusakan parenkim paru sudah luas atau karena ada

    hal-hal yang menyertai seperti efusi pleura, pneumothorax, anemia dan lain-lain.

    1.4 Nyeri dada

    Nyeri dada pada TB paru termasuk nyeri pleuritik yang ringan. Gejala ini timbul

    apabila sistem persarafan di pleura terkena.

    2. Gejala sistemik, meliputi:

    2.1 Demam

    Merupakan gejala yang sering dijumpai biasanya timbul pada sore dan malam

    hari mirip demam influeza, hilang timbul dan makin lama makin panjang

    serangannya sedang masa bebas serangan makin pendek.2.2 Gejala sistemik lain

    Gejala sistemik lain ialah keringat malam, anoreksia, penurunan berat badan serta

    malaise.

    Timbulnya gejala biasanya gradual dalam beberapa minggu-bulan, akan tetapi

    penampilan akut dengan batuk, panas, sesak napas walaupun jarang dapat juga

    timbul menyerupai gejala pneumonia.

    5. Gejala klinis Haemoptoe

    Kita harus memastikan bahwa perdarahan dari nasofaring ,dengan cara

    membedakan ciri-ciri sebagai berikut :

    3

  • 7/27/2019 Lp Koe R TB Paru 3

    4/35

    Batuk darah

    1. Darah dibatukkan dengan rasa panas di tenggorokan

    2. Darah berbuih bercampur udara

    3. Darah segar berwarna merah muda

    4. Darah bersifat alkalis

    5. Anemia kadang-kadang terjadi

    6. Benzidin test negatif

    Muntah darah

    1. Darah dimuntahkan dengan rasa mual

    2. Darah bercampur sisa makanan

    3. Darah berwarna hitam karena bercampur asam lambung

    4. Darah bersifat asam

    5. Anemia seriang terjadi

    6. Benzidin test positif

    Epistaksis

    1. Darah menetes dari hidung2. Batuk pelan kadang keluar

    3. Darah berwarna merah segar

    4. Darah bersifat alkalis

    5. Anemia jarang terjadi

    6. Klasifikasi

    Klasifikasi TB Paru dibuat berdasarkan gejala klinik, bakteriologik,

    radiologik dan riwayat pengobatan sebelumnya. Klasifikasi ini penting karena

    merupakan salah satu faktor determinan untuk menetapkan strategi terapi.

    Sesuai dengan program Gerdunas P2TB klasifikasi TB Paru dibagi sebagai

    berikut:

    1. TB Paru BTA Positifdengan kriteria:

    - Dengan atau tanpa gejala klinik- BTA positif: mikroskopik positif 2 kali, mikroskopik positif 1 kali disokong

    biakan positif 1 kali atau disokong radiologik positif 1 kali.

    - Gambaran radiologik sesuai dengan TB paru.

    4

  • 7/27/2019 Lp Koe R TB Paru 3

    5/35

    2. TB Paru BTA Negatifdengan kriteria:

    - Gejala klinik dan gambaran radilogik sesuai dengan TB Paru aktif

    - BTA negatif, biakan negatif tetapi radiologik positif.

    3. Bekas TB Paru dengan kriteria:

    - Bakteriologik (mikroskopik dan biakan) negatif

    - Gejala klinik tidak ada atau ada gejala sisa akibat kelainan paru.

    - Radiologik menunjukkan gambaran lesi TB inaktif, menunjukkan serial foto

    yang tidak berubah.

    - Ada riwayat pengobatan OAT yang adekuat (lebih mendukung).

    7. Terapi

    Tujuan pengobatan pada penderita TB Paru selain untuk mengobati juga

    mencegah kematian, mencegsah kekambuhan atau resistensi terhadap OAT serta

    memutuskan mata rantai penularan.

    Pengobatan tuberkulosis terbagi menjadi 2 fase yaitu fase intensif (2-3 bulan)

    dan fase lanjutan (4-7 bulan). Paduan obat yang digunakan terdiri dari obat utama dan

    obat tambahan. Jenis obat utama yang digunakan sesuai dengan rekomendasi WHOadalah Rifampisin, INH, Pirasinamid, Streptomisin dan Etambutol. Sedang jenis obat

    tambahan adalah Kanamisin, Kuinolon, Makrolide dan Amoksisilin + Asam

    Klavulanat, derivat Rifampisin/INH.

    Cara kerja, potensi dan dosis OAT utama dapat dilihat pada tabel berikut:

    Obat Anti TB

    Esensial Aksi Potensi

    Rekomendasi Dosis (mg/kg BB)

    Per Hari Per Minggu3 x 2 xIsoniazid (H)

    Rifampisin (R)

    Pirasinamid (Z)

    Streptomisin (S)

    Etambutol (E)

    Bakterisidal

    Bakterisidal

    Bakterisidal

    Bakterisidal

    Bakteriostatik

    Tinggi

    Tinggi

    Rendah

    Rendah

    Rendah

    5

    10

    25

    15

    15

    10

    10

    35

    15

    30

    15

    10

    50

    15

    45

    Untuk keperluan pengobatan perlu dibuat batasan kasus terlebih dahulu

    berdasarkan lokasi tuberkulosa, berat ringannya penyakit, hasil pemeriksaan

    bakteriologik, hapusan dahak dan riwayat pengobatan sebelumnya. Di samping itu

    perlu pemahaman tentang strategi penanggulangan TB yang dikenal sebagai Directly

    Observed Treatment Short Course (DOTS) yang direkomendasikan oleh WHO yang

    5

  • 7/27/2019 Lp Koe R TB Paru 3

    6/35

    terdiri dari lima komponen yaitu:

    1. Adanya komitmen politis berupa dukungan pengambil keputusan dalam

    penanggulangan TB.

    2. Diagnosis TB melalui pemeriksaan dahak secara mikroskopik langsung sedang

    pemeriksaan penunjang lainnya seperti pemeriksaan radiologis dan kultur dapat

    dilaksanakan di unit pelayanan yang memiliki sarana tersebut.

    3. Pengobatan TB dengan paduan OAT jangka pendek dengan pengawasan

    langsung oleh Pengawas Menelan Obat (PMO) khususnya dalam 2 bulan

    pertama dimana penderita harus minum obat setiap hari.

    4. Kesinambungan ketersediaan paduan OAT jangka pendek yang cukup.

    5. Pencatatan dan pelaporan yang baku.

    PANDUAN OBAT TUBERKULOSIS PARU

    Untuk program nasional penmberantasan TB Paru, WHO menganjurkan panduan

    obat sesuai dengan kategori penyakit. Kategori didasarkan urutan kebutuhan

    pengobatan dalam program. Untuk itu penderita dibagi dalam 4 kategori sebagai

    berikut :

    1. Kategori I : Kasus baru dengan dahak positif dan

    penderita dengan keadaan yang berat seperti Meningitis ,

    TB Milier, Perikarditis, peritonitis, pleuritis massif atau

    bilateral, spondiolitis dengan gangguan neurologis,

    penderita dengan dahak negatif tetapi kelinan parunya luas,

    TB usus, TB saluran kemih dsb.

    2. Kategori II : Kasus kambuh atau gagal dengan dahak

    tetap positif.

    3. Kategori III : Kasus dengan dahak negatif tetapi kelainan

    parunya tidak luas dan kasus TB diluar paru selain yang

    disebut dalam kategori I.

    4. Kategori IV : Tuberkulosis Kronik.

    PANDUAN OBAT KATEGORI I

    Dimulai dengan fase 2 HRZS(E) obat diberikan tiap hari selama 2 bulan bila

    selama 2 bulan dahak menjadi negatif maka dimulai fase lanjutan. Bila setelah 2

    bulan dahak masih tetap positif maka fase intensif diperpanjang 2 4 minggu

    lagi (dalam program P2TB Depkes diberikan 1 bulan dan dikenal sebagai obat

    6

  • 7/27/2019 Lp Koe R TB Paru 3

    7/35

    sisipan), kemudian diteruskan dengan fase lanjutan tanpa melihat apakah dahak

    sudah negatif atau belum. Fase lanjutanya adalah 4 HR atau 4 H3R3. Pada

    penderita meningitis, TB Milier, Spondiolitis dengan kelainan neurologis, fase

    lanjutan diberikan lebih lama yaitu 6 7 bulan hingga total pengobatan 8 9

    bulan. Sebagai panduan alternatif pada fase lanjutan ialah 6 HE.

    PANDUAN OBAT KATEGORI II

    Fase intensif dalam bentuk 2 HRZES-1 HRZE. Biula setelah fase intensif dahak

    menjadi negatif maka diteruskan ke fase lanjutan. Bila setelah 3 bulan dahak

    masih tetap positif maka fase intensif diperpanjang 1 bulan lagi dengan HRZE(juga dikenal sebagai obat sisipan) bila setelah 4 byulan dahak nmasih tetap

    posistif maka pengobatan di hentikan 2 3 hari, lalu periksa biakan dan uji

    resistensi kemudian pengobatan diteruskan dengan fase lanjutan. Bila penderita

    mempunyai data resisten sebelumnya dan ternyata kuman masih sensitive

    terhadap semua obat dan setelah fase intensif dahak menjadi negatif maka fase

    lanjutan dapat diubah seperti kategori I dengan pengawasan ketat. Bila data

    menunjukan resistensi terhadap H atau R maka fase lanjutan harus diawasi

    dengan ketat. Tetapi jika data menunjukan resistensi terhadap H dan R maka

    kemungkinan keberhasilan pengobatan kecil. Fase lanjutan adalah 5 H3R3E3 bila

    dapat dilakukan pengawasan atau 5 HRE bila tidak dapat dilakukan

    pengawasabn.

    PANDUAN OBAT KATEGORI III

    2 HRZ / 6 HE

    2 HRZ / 4 HR

    2 HRZ / 4 H3R3

    PANDUAN OBAT KATEGORI IV

    Prioritas pengobatan rendah karena kemungkinan keberhasilabn pengobatan kecil

    sekali. Untuk negara kurang mampu dan dari segi kesehatan masyarakat dapat

    diberikan H saja seumur hidup. Sedang untuk negara maju atau pengobatan

    secara individu (penderita mampu) dapat dicoba pemberian obat berdasarkan

    sesuai uji resisten atau obat lapis kedua seperti quinolobn, ethioamide, sikloserin,

    amikasin, kanamisin dsb.

    7

  • 7/27/2019 Lp Koe R TB Paru 3

    8/35

    8. Komplikasi Hemoptoe padaTuberkulosis Paru

    Batuk darah adalah darah atau dahak bercampur darah yang dibatukkan yang berasaldari saluran pernafasan bagian bawah (mulai glotis ke arah distal}

    batuk darah adalah suatu keadaan menakutkan / mengerikan yang menyebabkan

    beban mental bagi penderita dan keluarga penderita, sehingga menyebabakan takut

    untuk berobat ke dokter .

    Penderita menahan batuk karena takut kehilangan darah yang lebih banyak sehingga

    menyebabkan penyumbatan karena bekuan darah.

    Sebetulnya sudah ada penyakit dasar tetapi keluhan penyakit tidak mendorong

    berobat ke dokter.

    Batuk darah pada dasarnya akan berhenti sendiri asal tidak ada robekan pembuluh

    darah,berhenti sedikit-sedikit pada pengobatan penyakit dasar.

    TB batuk sedikit-sedikit masif darah melulu, bergumpal.

    Bronkiektasis campur purulen

    Apses paru campur purulen

    Pneumonia warna merah bata encer berbuih

    Bronkitis sedikit-sedikit campur darah atau lendir.

    Penatalaksanaan Hemoptoe

    Tujuan Umum :

    1. membebaskan jalan nafas

    2. mencegah aspirasi

    3. menghentikan perdarahan dan pengobatan penyakit dasar.

    Konservative

    ~Hemoptoe sedikit(

  • 7/27/2019 Lp Koe R TB Paru 3

    9/35

    sehat}

    - infuse, penghisapan darah , pengambilan bekuan

    - waktu dulu setelah penderita agak tenang

    kolaps terapi: pnumoperitonium, pneumothoraks artifisial, operasi N.

    phrenicus

    Tindakan-tindakan lebih agresif

    -rigid bronkoskopi,jalan nafas terbuka dan penghisapan darah lebih mudah

    -FOB untuk suction darah dan mencari lokasi perdarahan + dengan endotrakeal tube

    untuk keluar.

    Masuk FOB lebih mudah

    -pasang endotrakeal tamponade {balon kateter tamponade}- reseksi paru

    -embolisasi a. bronkialis

    FOKUS PENGKAJIAN KEPERAWATAN

    9. Riwayat Keperawatan dan Pengkajian Fisik:Berdasarkan klasifikasi Doenges dkk. (2000) riwayat keperawatan yang

    perlu dikaji adalah:

    1. Aktivitas/istirahat:

    Gejala:

    - Kelelelahan umum dan kelemahan

    - Dispnea saat kerja maupun istirahat

    - Kesulitan tidur pada malam hari atau demam pada malam hari, menggigil

    dan atau berkeringat

    - Mimpi buruk Tanda:

    - Takikardia, takipnea/dispnea pada saat kerja

    - Kelelahan otot, nyeri, sesak (tahap lanjut)

    2. Sirkulasi

    Gejala:

    - Palpitasi

    Tanda:

    - Takikardia, disritmia

    - Adanya S3 dan S4, bunyi gallop (gagal jantung akibat effusi)

    - Nadi apikal (PMI) berpindah oleh adanya penyimpangan mediastinal

    - Tanda Homman (bunyi rendah denyut jantung akibat adanya udara dalam

    9

  • 7/27/2019 Lp Koe R TB Paru 3

    10/35

    mediatinum)

    - TD: hipertensi/hipotensi

    - Distensi vena jugularis

    3. Integritas ego:

    Gejala:

    - Gejala-gejala stres yang berhubungan lamanya perjalanan penyakit, masalah

    keuangan, perasaan tidak berdaya/putus asa, menurunnya produktivitas.

    Tanda:

    - Menyangkal (khususnya pada tahap dini)

    - Ansietas, ketakutan, gelisah, iritabel.

    - Perhatian menurun, perubahan mental (tahap lanjut)

    4. Makanan dan cairan:

    Gejala:

    - Kehilangan napsu makan

    - Penurunan berat badan

    Tanda:

    - Turgor kulit buruk, kering, bersisik

    - Kehilangan massa otot, kehilangan lemak subkutan

    5. Nyeri dan Kenyamanan:

    Gejala:

    - Nyeri dada meningkat karena pernapsan, batuk berulang

    - Nyeri tajam/menusuk diperberat oleh napas dalam, mungkin menyebar ke

    bahu, leher atau abdomen.

    Tanda:

    - Berhati-hati pada area yang sakit, perilaku distraksi, gelisah.

    6. Pernapasan:

    Gejala:

    - Batuk (produktif atau tidak produktif)

    - Napas pendek

    - Riwayat terpajan tuberkulosis dengan individu terinfeksi

    Tanda:

    - Peningkatan frekuensi pernapasan

    - Peningkatan kerja napas, penggunaan otot aksesori pernapasan pada dada,

    leher, retraksi interkostal, ekspirasi abdominal kuat

    - Pengembangan dada tidak simetris

    - Perkusi pekak dan penurunan fremitus, pada pneumothorax perkusi

    10

  • 7/27/2019 Lp Koe R TB Paru 3

    11/35

    hiperresonan di atas area yang telibat.

    - Bunyi napas menurun/tidak ada secara bilateral atau unilateral

    - Bunyi napas tubuler atau pektoral di atas lesi

    - Crackles di atas apeks paru selama inspirasi cepat setelah batuk pendek

    (crackels posttussive)

    - Karakteristik sputum hijau purulen, mukoid kuning atau bercak darah

    - Deviasi trakeal

    7. Keamanan:

    Gejala:

    - Kondisi penurunan imunitas secara umum memudahkan infeksi sekunder.

    Tanda:- Demam ringan atau demam akut.

    8. Interaksi Sosial:

    Gejala:

    - Perasaan terisolasi/penolakan karena penyakit menular

    - Perubahan aktivitas sehari-hari karena perubahan kapasitas fisik untuk

    melaksanakan peran

    9. Penyuluhan/pembelajaran:

    Gejala:

    - Riwayat keluarga TB

    - Ketidakmampuan umum/status kesehatan buruk

    - Gagal untuk membaik/kambuhnya TB

    - Tidak berpartisipasi dalam terapi.

    10. Tes Diagnostik Tes diagnostik yang dilakukan diuraikan pada tabel berikut:

    Jenis Pemeriksaan Interpretasi Hasil

    Sputum:

    -Kultur

    -Ziehl-Neelsen

    Tes Kulit (PPD, Mantoux, Vollmer)

    Mycobacterium tuberculosis positif pada

    tahap aktif, penting untuk menetapkan

    diagnosa pasti dan melakukan uji kepekaan

    terhadap obat.

    BTA positif

    Reaksi positif (area indurasi 10 mm atau

    lebih) menunjukkan infeksi masa lalu dan

    adanya antibodi tetapi tidak berarti untuk

    11

  • 7/27/2019 Lp Koe R TB Paru 3

    12/35

    Foto thorax

    Histologi atau kultur jaringan

    (termasuk bilasan lambung, urine,

    cairan serebrospinal, biopsi kulit)

    Biopsi jarum pada jaringan paru

    Darah:

    -LED

    -Limfosit

    -Elektrolit

    -Analisa Gas Darah

    Tes faal paru

    menunjukkan keaktivan penyakit.

    Dapat menunjukkan infiltrasi lesi awal pada

    area paru, simpanan kalsium lesi sembuh

    primer, efusi cairan, akumulasi udara, area

    cavitas, area fibrosa dan penyimpangan

    struktur mediastinal.

    Hasil positif dapat menunjukkan serangan

    ekstrapulmonal

    Positif untuk gralunoma TB, adanya giant

    cell menunjukkan nekrosis.

    Indikator stabilitas biologik penderita, respon

    terhadap pengobatan dan predeksi tingkat

    penyembuhan. Sering meningkat pada proses

    aktif.

    Menggambarakan status imunitas penderita

    (normal atau supresi)

    Hiponatremia dapat terjadi akibat retensi

    cairan pada TB paru kronis luas.

    Hasil bervariasi tergantung lokasi dan

    beratnya kerusakan paru

    Penurunana kapasitas vital, peningkatan

    ruang mati, peningkatan rasio udara residu

    dan kapasitas paru total, penurunan saturasioksigen sebagai akibat dari infiltrasi

    parenkim/fibrosis, kehilangan jaringan paru

    dan penyaki pleural

    12

  • 7/27/2019 Lp Koe R TB Paru 3

    13/35

    DIAGNOSA KEPERAWATAN

    1. Risiko tinggi terhadap infeksi sekunder (reaktivasi) b/d penurunan imunitas,

    penurunan kerja silia, stasis sekret, malnutrisi, kurang pengetahuan untuk

    menghindari pemajanan patogen.

    2. Pola pernapasan tak efektif b/d penurunan ekspansi paru (akumulasi udara, nyeri

    dada, proses inflamasi.)

    3. Bersihan jalan napas tak efektif b/d sekresi mukus yang kental, hemoptisis,

    kelemahan, upaya batuk buruk, edema trakeal/faringeal.

    4. (Risiko tinggi) Gangguan pertukaran gas b/d penurunan jaringan efektif paru,

    atelektasis, kerusakan membran alveolar-kapiler, edema bronkial.5. Risiko tinggi trauma/henti napas b/d pemasangan sistem drainase dada, kurang

    pengetahuan tentang pengamanan drainase.

    6. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b/d anoreksia, peningkatan status

    metabolisme (penyakit kronis), kelemahan, dispnea, asupan yang tidak adekuat.

    7. Kurang pengetahuan (tentang proses terapi, kemungkinan kambuh dan perawatan

    penyakit) b/d kurang terpajan atau salah interpretasi terhadap informasi,

    keterbatasan kognitif, kurang akurat/lengkapnya informasi yang ada.

    INTERVENSI KEPERAWATAN

    4.1 Risiko tinggi terhadap infeksi sekunder (reaktivasi) b/d penurunan imunitas, penurunan

    kerja silia, stasis sekret, malnutrisi, kurang pengetahuan untuk menghindari pemajanan

    patogen.

    Intervensi dan Rasional:

    1. Kaji fase patologis penyakit (aktif/tidak aktif) dan potensi penyebaran infeksi

    melalui droplet udara selama batuk, bersin, meludah, bicara, tertawa.

    - Membantu klien menyadari/menerima perlunya mematuhi program

    pengobatan untuk mencegah reaktivasi dan komplikasi.

    2. Jelaskan penyebab penyakit, proses dan upaya pencegahan penularan yang dapat

    dilakukan klien (Anjurkan klien untuk batuk/bersin dan mengeluarkan sekret pada

    tisu sekali pakai dan menghindari meludah).

    - Pemahaman klien tentang bagaimana penyakit disebarkan dan kesadaran

    kemungkinan transmisi dapat membantu klien dan orang terdekat mengambil

    langkah untuk mencegah penularan kepada orang lain.

    3. Identifikasi orang lain yang berisiko (anggota keluarga, teman karib)

    - Orang-orang yang terpajan ini perlu program terapi obat untuk mencegah

    penyebaran/terjadinya infeksi.

    13

  • 7/27/2019 Lp Koe R TB Paru 3

    14/35

    4. Identifikasi faktor risiko individu terhadap reaktivasi tuberkulosis (alkoholisme,

    merokok, malnutrisi, minum obat imunosupresant/kortikosteroid, adanya penyulit

    DM)

    - Pengetahuan tentang faktor ini membantu pasien untuk mengubah pola hidup

    dan menghindari hal-hal yang dapat menghambat penyembuhan penyakit.

    5. Awasi peningkatan suhu tubuh klien

    - Reaksi demam merupakan indikator adanya infeksi lanjut.

    6. Tekankan pentingnya melanjutkan terapi obat sesuai jangka waktu yang

    diprogramkan.

    - Fase aktif berakhir 2-3 hari setelah periode kemoterapi awal tetapi pada

    caverne atau lesi yang luas risiko penyebaran infeksi dapat berlanjut sampai3 bulan.

    7. Tekankan pentingnya mengikuti pemeriksaan ulangan (kultur, BTA, foto thoraks)

    sesuai jadual yang ditetapkan.

    - Pemeriksaan diagnostik tersebut merupakan satu-satunya alat evaluasi

    keberhasilan terapi, bukan berdasarkan kemajuan klinis penyakit.

    4.2 Pola pernapasan tak efektif b/d penurunan ekspansi paru (akumulasi udara dalam

    rongga pleura, nyeri dada, proses inflamasi)

    Intervensi dan Rasional:

    1. Identifikasi etiologi/faktor pencetus (kolaps spontan, trauma, keganasan, infeksi,

    komplikasi ventilasi mekanik)

    - Pemahaman penyebab kolaps paru penting untuk pemasangan WSD yang

    tepat dan memilih tindakan terapeutik lainnya.

    2. Kaji fungsi pernapasan, catat kecepatan pernapasan, dispnea, sianosis dan

    perubahan tanda vital

    - Distres pernapasan dan perubahan tanda vital dapat terjadi sebagai akibat

    stres fisiologi dan nyeri atau dapat menunjukkan terjadinya syok akibat

    hipoksia.

    3. Auskultasi bunyi napas.

    - Bunyi napas dapat menurun/tak ada pada area kolaps yang meliputi satu

    lobus, segmen paru atau seluruh area paru (unilateral).

    4. Kaji pengembangan dada dan posisi trakea.

    - Ekspansi paru menurun pada area kolaps. Deviasi trakea ke arah sisi yang

    sehat pada tension pneumothorax.

    5. Kaji fremitus.

    - Suara dan taktil fremitus menurun pada jaringan yang terisi cairan dan udara

    14

  • 7/27/2019 Lp Koe R TB Paru 3

    15/35

    seperti pada pneumothorax.

    6. Kaji area nyeri bila klien batuk atau napas dalam.

    - Sokongan terhadap dada dan otot abdominal membuat batuk lebih efektif

    dan mengurangi trauma.

    7. Pertahankan posisi nyaman (biasanya dengan meninggikan kepala tempat tidur).

    Balik ke sisi yang sakit dan dorong klien untuk duduk sebanyak mungkin.

    - Meningkatkan inspirasi minimal, meningkatkan ekspansi paru dan ventilasi

    pada sisi yang sehat.

    8. Bila dipasang WSD:

    8.1 Periksa pengontrol penghisap, jumlah hisapan yang benar.

    - Mempertahankan tekanan negatif intrapleural yang meningkatkan ekspansiparu optimum.

    8.2 Periksa batas cairan pada botol penghisap, pertahankan pada batas yang

    ditentukan.

    - Air dalam botol penampung berfungsi sebagai sekat yang mencegah udara

    atmosfir masuk kedalam pleura.

    8.3 Observasi gelembung udara dalam botol penampung

    - Gelembung udara selama ekspirasi menunjukkan keluarnya udara dari pleura

    sesuai dengan yang diharapkan. Gelembung biasanya menurun seioring

    dengan bertambahnya ekspansi paru. Tidak adanya gelembung udara dapat

    menunjukkan bahwa ekspansi paru sudah optimal atau tersumbatnya selang

    drainase.

    9. Setelah WSD dilepas, tutup sisi lubang masuk dengan kasa steril, observasi

    tanda yang dapat menunjukkan berulangnya pneumothorax seperti napas pendek,

    keluhan nyeri.

    - Deteksi dini terjadinya komplikasi penting seperti berulangnya

    pneumothorax.

    4.3 Bersihan jalan napas tak efektif b/d sekresi mukus yang kental, hemoptisis, kelemahan,

    upaya batuk buruk, edema trakeal/faringeal.

    Intervensi dan Rasional:

    1. Kaji fungsi pernapasan (bunyi napas, kecepatan, irama, kedalaman dan

    penggunaan otot asesori)

    - Penurunan bunyi napas menunjukkan atelektasis, ronkhi menunjukkan

    akumulasi sekret dan ketidakefektifan pengeluaran sekresi yang selanjutnya

    dapat menimbulkan penggunaan otot aksesori dan peningkatan kerja

    pernapasan..

    15

  • 7/27/2019 Lp Koe R TB Paru 3

    16/35

    2. Kaji kemampuan mengeluarkan sekresi, catat karakter, volume sputum dan

    adanya hemoptisis.

    - Pengeluaran sulit bila sekret sangat kental (efek infeksi dan hidrasi yang

    tidak adekuat). Sputum berdarah bila ada kerusakan (kavitasi) paru atau luka

    bronkial dan memerlukan intervensi lebih lanjut.

    3. Berikan posisi semi/fowler tinggi dan bantu pasien latihan napas dalam dan

    batuk yang efektif.

    - Posisi fowler memaksimalkan ekspansi paru dan menurunkan upaya

    bernapas. Ventilasi maksimal membuka area atelektasis dan meningkatkan

    gerakan sekret ke dalam jalan napas besar untuk dikeluarkan.

    4. Pertahankan asupan cairan sedikitnya 2500 ml/hari kecuali tidak diindikasikan.- Hidrasi yang adekuat membantu mengencerkan sekret dan mengefektifkan

    pembersihan jalan napas.

    5. Bersihkan sekret dari mulut dan trakea, bila perlu lakukan penghisapan (suction)

    - Mencegah obstruksi dan aspirasi. Penghisapan diperlukan bila pasien tidak

    mampu mengeluarkan sekret.

    6. Kolaborasi pemberian obat sesuai indikasi seperti agen mukolitik, bronkodilator

    dan kortikosteroid.

    - Agen mukolitik menurunkan kekentalan dan perlengketan sekret paru untuk

    memudahkan pembersihan.

    - Bronkodilator meningkatkan diameter lumen percabangan trakeobronkial

    sehingga menurunkan tahanan terhadap aliran udara.

    - Kortikosteroid berguna pada keterlibatan luas dengan hipoksemia dan bila

    reaksi inflamasi mengancam kehidupan.

    4.4 (Risiko tinggi) Gangguan pertukaran gas b/d penurunan jaringan efektif paru,

    atelektasis, kerusakan membran alveolar-kapiler, edema bronkial.

    Intervensi dan Rasional:

    1. Kaji dispnea, takipnea, bunyi napas, peningkatan upaya pernapasan, ekspansi

    thorax dan kelemahan.

    - TB paru mengakibatkan efek luas pada paru dari bagian kecil

    bronkopenumonia sampai inflamasi difus yang luas, nekrosis, efusi pleura

    dan fibrosis yang luas. Efeknya terhadap pernapasan bervariasi dari gejala

    ringan , dispnea berat dampai distres pernapasan.

    2. Evaluasi perubahan tingkat kesadaran, catat sianosis dan perubahan warna kulit,

    termasuk membran mukosa dan kuku.

    - Akumulasi sekret dan berkurangnya jaringan paru yang sehat dapat

    16

  • 7/27/2019 Lp Koe R TB Paru 3

    17/35

    menggangu oksigenasi organ vital dan jaringan tubuh.

    3. Tunjukkan dan dorong pernapasan bibir selama ekspirasi khususnya untuk

    pasien dengan fibrosis dan kerusakan parenkim paru.

    - Membuat tahanan melawan udara luar untuk mencegah kolaps/penyempitan

    jalan napas sehingga membantu menyebarkan udara melalui paru dan

    mengurangi napas pendek

    4. Tingkatkan tirah baring, batasi aktivitas dan bantu kebutuhan perawatan diri

    sehari-hari sesuai keadaan pasien.

    - Menurunkan konsumsi oksigen selama periode penurunan pernapsan dan

    dapat menurunkan beratnya gejala.

    5. Kolaborasi pemeriksaan AGD- Penurunan kadar O2 (PaO2) dan atau saturasi, peningkatan PaCO2

    menunjukkan kebutuhan untuk intervensi/perubahan program terapi.

    6. Kolaborasi pemberian oksigen sesuai kebutuhan tambahan.

    - Terapi oksigen dapat mengoreksi hipoksemia yang terjadi akibat penurunan

    ventilasi/menurunnya permukaan alveolar paru.

    4.5 Risiko tinggi trauma/henti napas b/d pemasangan sistem drainase dada, kurang

    pengetahuan tentang pengamanan drainase.

    Intervensi dan Rasional:

    1. Diskusikan dengan klien tujuan/fungsi pemasangan drainase dada.

    - Informasi tentang bagaimana sistem kerja dan tujuan drainase memberi rasa

    tenang kepada klien dan mengurangi ansietas.

    2 Pastikan keamanan unit drainase (sambungan selang, kemungkinan terlepas,

    terlipat/tersumbat, teregang)

    - Memastikan selang tidak terlepas atau teregang yang dapat menimbulkan

    rasa nyeri pada klien serta memastikan funsi drainase berjalan semestinya.

    3. Awasi sisi lubang insersi pemasangan selang, amati kondisi kulit, ganti kasapentup steril setiap hari atau setiap kali bila kotor atau basah.- Tindakan deteksi dini komplikasi pemasangan drainase dan mencegah

    komplikasi lebih lanjut.

    4. Pastikan keamanan pemasangan drainase bila klien harus meninggalkan unitperawatan untuk tujuan pemeriksaan atau terapi (periksa batas cairan dalambotol, ada tidaknya gelembung udara, perlu tidaknya selang diklem sementara).

    - Meningkatkan kontinuitas evaluasi optimal selama pemindahan.

    4.6 Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b/d anoreksia, peningkatan status

    metabolisme (penyakit kronis), kelemahan, dispnea, asupan yang tidak adekuat.

    Intervensi dan Rasional:

    17

  • 7/27/2019 Lp Koe R TB Paru 3

    18/35

    1. Kaji status nutrisi klien, turgor kulit, berat badan, dan derajat penurunan beratbadan, integritas mukosa oral, kemampuan menelan, riwayat mual/muntah dandiare.- Memvalidasi dan menetapkan derajat masalah untuk menetapkan pilihan

    intervensi yang tepat.

    2. Fasilitasi klien memperoleh diet biasa yang disukai klien (sesuai indikasi)- Memperhitungkan keinginan individu dapat memperbaiki asupan nutrisi.

    3. Pantau asupan dan haluaran, timbang berat badan secara periodik (sekaliseminggu).- Berguna dalam mengukur keefektifan nutrisi dan dukungan cairan.

    4. Lakukan dan ajarkan perawatan mulut sebelum dan sesudah makan sertasebelum dan sesudah intervensi/pemeriksaan peroral.- Menurunkan rasa tak enak karena sisa makanan, sisa sputum atau obat untuk

    mengobatan sistem respirasi yang dapat merangsang pusat muntah.

    5. Fasilitasi pemberian diet TKTP, berikan dalam porsi kecil tapi sering.- Memaksimalkan asupan nutrisi tanpa kelelahan dan energi besar serta

    menurunkan iritasi saluran cerna.

    6. Kolaborasi dengan ahli diet untuk menetapkan komposisi dan jenis diet yangtepat.- Merencanakan diet dengan kandungan nutrisi yang adekuat untuk memenuhi

    peningkatan kebutuhan energi dan kalori sehuvungan dengan status

    hipermetabolik klien.7. Kolaborasi untuk pemeriksaan laboratorium khususnya BUN, protein serum dan

    albumin.- Menilai kemajuan terapi diet dan membantu perencanaan intervensi

    selanjutnya.

    4.7 Kurang pengetahuan (tentang proses terapi, kemungkinan kambuh dan perawatan

    penyakit) b/d kurang terpajan atau salah interpretasi terhadap informasi, keterbatasan

    kognitif, kurang akurat/lengkapnya informasi yang ada.

    Intervensi dan Rasional:

    1. Kaji kemampuan klien untuk mengikuti pembelajaran (tingkat kecemasan,kelelahan umum, pengetahuan klien sebelumnya, suasana yang tepat).- Keberhasilan proses pembelajaran dipengaruhi oleh kesiapan fisik,

    emosional dan lingkugan yang kondusif.

    2. Jelaskan tentang dosis obat, frekuensi pemberian, kerja yang diharapkan danalasan mengapa pengobatan TB berlangsung dalam waktu lama.

    - Meningkatkan partisipasi klien dalam program pengobtan dan mencegah

    putus berobat karena membaiknya kondisi fisik klien sebelum jadual terapi

    selesai.

    3. Ajarkan dan nilai kemampuan klien untuk mengidentifikasi gejala/tandareaktivasi penyakit (hemoptisis, demam, nyeri dada, kesulitan bernapas,

    18

  • 7/27/2019 Lp Koe R TB Paru 3

    19/35

    kehilangan pendengaran, vertigo).- Dapat menunjukkan pengaktifan ulang proses penyakit dan efek obat yang

    memerlukan evaluasi lanjut.

    4. Tekankan pentingnya mempertahankan asupan nutrisi yang mengandung proteindan kalori yang tinggi serta asupan cairan yang cukup setiap hari.- Diet TKTP dan cairan yang adekuat memenuhi peningkatan kebutuhan

    metabolik tubuh. Pendidikan kesehatan tentang hal tersebut meningkatkan

    kemandirian klien dalam perawatan penyakitnya.

    19

  • 7/27/2019 Lp Koe R TB Paru 3

    20/35

    DAFTAR PUSTAKA

    Carpenito (2000), Diagnosa Keperawatan-Aplikasi pada Praktik Klinis, Ed.6, EGC,Jakarta

    Doenges at al (2000),Rencana Asuhan Keperawatan, Ed.3, EGC, Jakarta

    Price & Wilson (1995), Patofisologi-Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit, Ed.4, EGC,

    Jakarta

    Soedarsono (2000), Tuberkulosis Paru-Aspek Klinis, Diagnosis dan Terapi , Lab. Ilmu

    Penyakit Paru FK Unair/RSUD Dr. Soetomo, Surabaya.

    Soeparman & Waspadji (1990), Ilmu Penyakit Dalam, BP FKUI, Jakarta.

  • 7/27/2019 Lp Koe R TB Paru 3

    21/35

    LAPORAN KASUS

    ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGANTB PARU + HEMOPTOE DIRUANG PARU LAKI RSUD DR SOETOMO SURABAYA

    Nama Mahasiswa : Subhan, S.Kep

    N I M : 010030170 B

    Ruangan : Paru Laki RSUD Dr. Soetomo Surabaya

    Tanggal Pengkajian : 25 Nopember 2002 Jam: 10.15 WIB

    IDENTITAS KLIEN

    Nama : Tn. PL No. Reg. : 10220851

    Umur : 35 tahun Tgl. MRS : 22 Nopember 2002

    Jenis Kelamin : Diagnosa : TB Paru Komplikasi

    Suku/Bangsa : Jawa/Indonesia Hemoptoe

    Agama : Islam

    Pekerjaan : Jualan Pangsit

    Pendidikan : SD

    Alamat : Surabaya

    Penanggung : Sendiri

    RIWAYAT KEPERAWATAN (NURSING HISTORY)

    Riwayat Sebelum Sakit:

    Penyakit berat yang penah diderita : Hipertensi (-), DM (-)Obat-obat yang biasa dikonsumsi : Jamu pegal linu/masuk angin.

    Kebiasaan berobat : Dokter/Puskesmas

    Alergi : Tidak ada

    Kebiasaan merokok/alkohol : Merokok berhenti 8 bln yl, riwayat minum

    alkohol (+) pada waktu muda

    Riwayat Penyakit Sekarang

    Keluhan utama : Sesak napas

    Riwayat keluhan utama : Sesak napas sejak 6 hari yl (20/11-02), semakin hebat

    disertai nyeri dada menjalar ke bahu pada pagi hari

    sebelum MRS (22/11-02). Batuk (+), sputum (-), batuk

  • 7/27/2019 Lp Koe R TB Paru 3

    22/35

    darah (+) 250 cc.

    Upaya yang telah dilakukan: --

    Terapi/operasi yang pernah dilakukan:

    - Minum OAT dari Puskesmas Tambak Rejo 6 bulan, berjalan sesuai program dan

    kondisi kesehatan sudah pulih, berat badan bertambah. Klien tidak

    mengetahui/menyangka kalau penyakitnya akan kambuh kembali.

    - Dipasang WSD di IRD RSUD Dr. Soetomo Surabaya sejak tanggal 5 April 2002.

    Riwayat Kesehatan KeluargaAnggota keluarga tidak ada yang menderita penyakit yang sama. Riwayat sesak/batuk

    (+) pada Ibu klien, meninggal pada tahun 1993.

    Genogram:

    Riwayat Kesehatan Lingkungan: --

    Riwayat Kesehatan Lainnya: --

    Alat bantu yang dipakai:

    -Gigi palsu : ya tidak-Kaca mata : ya tidak-Pendengaran : ya tidak-Lainnya (sebutkan) :

    OBSERVASI DAN PEMERIKSAAN FISIKKeadaan umum :

    - Klien dalam keadaan lemah, klein tidur dalam posisi head down /trendenlenbeg,

    kesadaran komposmentis.

    22

  • 7/27/2019 Lp Koe R TB Paru 3

    23/35

    Tanda-tanda vital, TB dan BB:

    S : 37 0C N : 92 x/mnt TD : 120/80 mmHg RR : 20 x/mnt HR : 92 x/mnt

    axilla teratur lengankiri normal teratur rectal tidak teratur lengan kanan cyanosis tidak teratur oral kuat berbaring cheynestoke

    lemah duduk kusmaulLainnya (sebutkan) --

    TB : 155 cm BB : 46 kg.

    Body Systems:

    Pernapasan (B1: Breathing)

    Hidung terpasang kanula oksigen 2l/menit

    Trachea tidak ada kelainan

    Terdapat retraksi dada, batuk darah kira-kira 250 cc, napas dangkal.

    Suara tambahan terdengar bunyi ronchi pada paru kanan.

    Bentuk dada : simetris

    Cardiovaskuler (B2: Bleeding)

    Dada terasa neyri bila untuk membatukan dahak., palpitasi tidak ada, clubbing fingger

    tidak ada. Suara jantung normal. Edema : tidak ada.

    Persyarafan (B3: Brain)

    Kesadaran Compomentis, GCS : 4 - 5 - 6

    Kepala dan wajah : tak da kelainan.

    Mata : sklera putih, Conjungtiva :merah muda, pupil : isokor.Leher : tak ada kelaianan.

    Reflek batuk ada, tapi tidak keras.

    Persepsi sensoris :

    Pendengaran : normal /dbn. Penciuman : normal /dbn. Pengecapan :

    normal /dbn.

    Penglihatan : normal /dbn. Perabaan : normal /dbn.

    Perkemihan-Eliminasi Uri (B4: Bladder)

    Produksi urine : 1500 ml. Tak tentu.

    Warna : kuning kecoklatan, Bau : Khas. Tidak ada masalah

    Pencernaan-Eliminasi Alvi (B5: Bowel)

    23

  • 7/27/2019 Lp Koe R TB Paru 3

    24/35

    Mulut dan tenggorokan : mulut keadaan kotor ada bekas cairan darah.

    Abdomen : tak ada kelainan.

    Rektum tak ada kelainan, BAB 1 x/hari,

    Diet TKTP, Bubur, tiap makan dihabiskan

    Tulang-Otot-Integumen (B6: Bone)

    Kemampuan pergerakan bebas, perese tidak ada.

    Extrimitas atas dan bawah tidak ada kelainan. Tulang belakang tidak ada kelainan.

    Kulit : kuning kecoklatan. Akral dingin basah. Turgor cukup.

    Sistem Endokrin

    Tak ada kelainan

    POLA AKTIVITAS

    Makan:

    Frekuensi : 3 x/hari, waktu makan tidak teratur

    Jenis menu :Nasi, lauk (ikan, telur, tempe, tahu, ayam, daging), sayur

    (asam, bayam, wortel, kangkung)

    Yang disukai : tidak spesifik

    Yang tidak disukai : pantangan agama

    Pantangan : pantangan agama

    Alergi : tidak ada

    Minum:

    Frekuensi : 6-7 x/hari

    Jenis minuman : air putih, teh

    Yang disukai : teh

    Yang tidak disukai : --

    Pantangan : pantangan agama

    Alergi : --

    Kebersihan diri:

    Mandi : 2-3 x/hari

    Keramas : 2-3 x/minggu

    Sikat gigi : 2-3 x/hariMemotong kuku : 1 x/minggu

    Ganti pakaian : 2-3 x/hari

    Masalah : tidak ada.

    24

  • 7/27/2019 Lp Koe R TB Paru 3

    25/35

    Istirahat dan aktivitas:

    Tidur siang : lama - jam; jam - s/d jam -

    Tidur malam : lama 4 jam; jam 01.30 s/d jam 05.30

    Aktivitas sehari-hari : Pemasaran/penagihan usaha bahan bangunan; lamanya 7

    jam; jam 10.00 s/d jam 17.00 WIB

    Satpam komp. Perumahan; lamanya 21.00 jam; jam 21.00

    s/d jam 01.30 WIB

    PSIKOSOSIAL

    Sosial/Interaksi:

    Dukungan keluarga:aktif kurang tidak adaDukungan kelompok/teman/masyarakat:

    aktif kurang tidak adaReaksi saat interaksi:

    tidak kooperatif bermusuhan mudah tersingung defensif

    curiga kontak mata lainnya (sebutkan) kooperatif,ramah

    Konflik yang terjadi terhadap:

    Peran Nilai lainnya (sebutkan) --

    Spiritual:

    Konsep tentang penguasa kehidupan:

    Tuhan Allah Dewa . (Lainnya (sebutkan

    Sumber kekuatan/harapan saat sakit:

    Tuhan Allah Dewa . (Lainnya (sebutkanRitual agama yang bermakna/berarti/diharapkan saat ini

    Sholat Baca kitab suci . (Lainnya (sebutkanSarana/peralatan/orang yang diperlukan untuk melaksanakan ritual agama yang

    diharapkan saat ini:

    Lewatibadah Rohaniawan . (Lainnya (sebutkanUpaya kesehatan yang bertentangan dengan keyakinan agama:

    Makanan Tindakan Obat-obatan -- (Lainnya (sebutkanKeyakinan/kepercayaan bahwa Tuhan akan menolong dalam menghadapi situasi sakit

    saat ini:

    Ya Tidak

    25

  • 7/27/2019 Lp Koe R TB Paru 3

    26/35

    Keyakinan/kepercayaan bahwa penyakit dapat disembuhkan:

    Ya TidakPersepsi terhadap penyebab penyakit

    Hukuman Cobaan/peringatan Lainnya (sebutkan) Penyakit ini disebabkanoleh kelalaian sendiri berhenti minum OAT

    sebelum jangka waktu yang ditentukan.

    Kebutuhan Pembelajaran:

    Pengetahuan tentang penyebab penyakit:

    Ya Tidak Keliru.Klien mengetahui bahwa penyakit TB Paru disebabkan olek sejenis kuman

    Pengetahuan tentang proses perjalanan penyakit/proses penularan :

    Ya Tidak Keliru Lainnya (sebutkan) Klien menyatakan tidak memahami dengan jelas bagaimana proses

    penularan penyakit TB Paru.

    Pengetahuan tentang upaya penyembuhan penyakit:

    Pengobatan Pembedahan Perawatan Nutrisi(Lainnya (sebutkan

    - Klien meminta penjelasan tentang pengobatan, pemeriksaan ulang dan perawatan

    penyakitnya.

    Pengetahuan tentang pemeriksaan diagnostik (jelaskan):

    Laboratorium : kurang mengertiRadiologi : melihat kelainan pada paru-paruLainnya : -Gejala/tanda kekambuhan:

    Ya Sebagian Keliru . (Lainnya (sebutkan

    PEMERIKSAAN PENUNJANG

    Laboratorium : tanggal 22 Nopember 2002

    - Hb 13 g %; Lekosit 19; Thrombosit 386; PCV 0,39; GDA 105, SGOT 22, BUN 12.

    X Ray : tanggakl 22 Nopember 2002

    Kesan : Multi cavitas Apeks Dextra, Fibro infiltrat Dextra, Fibrocalsifikasi

    26

  • 7/27/2019 Lp Koe R TB Paru 3

    27/35

    TERAPI

    - Transamin cap 3x1

    - Codein 3x1mg

    - OAT tetap fase intermitrent ( R H )

    27

  • 7/27/2019 Lp Koe R TB Paru 3

    28/35

    ANALISA DATA

    Data Penyebab Masalah

    DS:-Klien menyata- kan pernahberobat di Minum OATdari Puskesmas Tambak Rejo 6 bulan, berjalan sesuai programdan kondisi kesehatan sudah

    pulih- Klien tidak menge-

    tahui/menyangka ka-laupenyakitnya akan kambuhkembali.

    - Klien tidak memahami dengan

    jelas bagaimana prosespenularan tuberkulosis.

    DO:- X Ray :

    Kesan : Multi cavitas

    Apeks Dextra, Fibro

    infiltrat Dextra,

    Fibrocalsifikasi

    Minum OAT secara rutin.

    DS: - Tidak ada Riwayat putus ber-

    obat/berhenti minum OAT (+)- Klien bekerja sebgi penjualpangsit.- Klien meminta pen-jelasantentang peng-obatan,

    pemeriksaan ulang danperawatan penyakitnya.

    Infeksi primer tuberkulosis paru

    Penurunan imunitas dan

    Terapi OAT tidak adekuat

    Infeksi kronis tuberkulosis paru

    Risiko infeksi sekunder (reaktivasi) dan penyebaran

    penularan penyakit

    Klien dengan penyakit Tuberkulosis Paru

    Kebutuhan terhadap informasi tentang proses terapi,pemeriksaan ulang dan perawatan penyakit

    Tuberkulosis Paru

    Kurang terpajan/Salah interpretasi/

    Keterbatasan kognitif/

    Informasi yang ada kurang akurat/lengkap

    Kurang Pengetahuan

    Risiko tinggi terha-dap

    infeksi sekunder

    (reaktivasi) dan pe-

    nyebaran penularan

    penyakit.

    Kurang pengetahuan

    (tentang proses tera-

    pi,kemungkinan kambuhdan perawatan penyakit).

  • 7/27/2019 Lp Koe R TB Paru 3

    29/35

    11. DIAGNOSA KEPERAWATAN

    1. Risiko tinggi terhadap infeksi sekunder (reaktivasi) dan penyebaran penularan

    penyakit b/d penurunan imunitas dan kurang pengetahuan tentang proses reaktivasidan penularan penyakit.

    2. Kurang pengetahuan (tentang proses terapi, kemungkinan kambuh dan

    perawatan penyakit) b/d kurang terpajan atau salah interpretasi informasi,

    keterbatasan kognitif, kurang akurat/ lengkapnya informasi yang ada.

  • 7/27/2019 Lp Koe R TB Paru 3

    30/35

    RENCANA TINDAKAN KEPERAWATAN

    Tgl& No.

    Dx.Keperawatan &Kriteria Hasil

    Rencana Tindakan Rasional

    26/11-02

    1. Risiko tinggi terhadapinfeksi sekunder (reak-tivasi) dan penyebaranpenularan penyakit b/dpenurunan imunitas dankurang pengetahuantentang proses reaktivasi

    dan penularan penyakit.

    Kriteria Hasil:1. Klien mampu meng-

    identifikasi tindakanpencegahan risiko pe-nyebaran infeksi.

    2. Klien mampu meng-identifikasi tindakanpencegahan risiko re-aktivasi infeksi tuber-

    kulosis.

    1. Kaji fase klinis penyakit(aktif / tidak aktif) danpemahaman kien tentang potensipenyebaran infeksi melaluidroplet udara selama batuk,bersin, meludah, bicara dantertawa.

    2. Jelaskan penyebab penyakit,proses penularan dan upayapencegahan penularan yangdapat dilakukan klien (Anjurkanklien untuk batuk/bersin danmengeluarkan sekret pada tisusekali pakai dan menghindarimeludah).

    3. Identifikasi orang lain yangberisiko (anggota keluarga,teman karib)

    4. Identifikasi faktor risikoindividu terhadap reaktivasituberkulosis (alkoholisme,merokok, malnut-risi,minum

    obat imunosupresant/kortikosteroid, adanya penyulitDM)

    5. Awasi perubahan tanda-tanda vital dan peningkatangejala reaktivasi penyakit klien.

    6. Tekankan pentingnyamelan-jutkan terapi obat sesuaijangka waktu yangdiprogramkan.

    7. Tekankan pentingnya

    Membantu klien menya-dari dan menerima per-lunya mematuhi programpengobatan untuk men-cegah reaktivasi, kompli-kasi dan penularan kepadaorang lain.

    Pemahaman klien tentangbagaimana penyakit dise-barkan dan kesadarankemungkinan transmisidapat membantu klien danorang terdekat mengambillangkah untuk mencegahpenularan kepada oranglain.

    Orang-orang yang terpajanini perlu pemeriksaankesehatan untuk memasti-kan tidak terjadinyapenularan tuberkulosis.

    Pengetahuan tentang fak-tor ini membantu pasienuntuk mengubah pola hidupdan menghindari hal-halyang dapat menghambat

    penyembuhan penyakit.Reaksi demam merupakanindikator adanya infeksilanjut.

    Fase aktif berakhir 2-3 harisetelah periode kemoterapiawal tetapi pada caverneatau lesi yang luas risikopenye-baran infeksi dapatber-lanjut sampai 3 bulan.

    Pemeriksaan diagnostiktersebut merupakan satu-satunya alat evaluasikeberhasilan terapi, bukan

  • 7/27/2019 Lp Koe R TB Paru 3

    31/35

    2. Kurang pengetahuan(tentang proses terapi,kemungkinan kambuhdan perawatan penyakit)b/d kurang terpajan atausalah interpretasi infor-

    masi, keterbatasan kog-nitif, kurang akurat/lengkapnya informasiyang ada.

    Kriteria Hasil:1. Klien akan menyata-

    kan pemahaman ten-tang proses penyem-buhan penyakit, kebu-tuhan pengobatan dan

    pemeriksaan ulanguntuk menilai hasilterapi

    2. Klien dapat meng-identifikasi gejalayang memerlukanevaluasi/intervensilebih lanjut.

    mengikuti pemeriksaan ulangan(kultur, BTA, foto thoraks)sesuai jadual yang ditetapkan.

    8. Laksanakan pemberian obatsesuai program terapi:

    - Transamin cap 3x1- Codein 3x1mg- OAT tetap fase intermitrent

    ( R H )

    1.Kaji kemampuan klien untukmengikuti pembelajaran (tingkat

    kecemasan, kelelahan umum,pengetahuan klien sebelumnya,suasana yang tepat).

    2.Jelaskan tentang dosis obat,frekuensi pemberian, kerja yangdiharapkan dan alasan mengapapengobatan TB berlangsung dalamwaktu lama.

    3.Ajarkan dan nilai kemampuanklien untuk mengidentifikasigejala/tanda reaktivasi penyakit(hemoptisis, demam, nyeri dada,kesulitan bernapas, kehilanganpendengaran, vertigo).

    4. Tekankan pentingnya memper-tahankan asupan nutrisi yangmengandung protein dan kalori

    yang tinggi serta asupan cairanyang cukup setiap hari.

    berdasarkan kemajuanklinis penyakitAntibiotik untuk mengatasiinfeksi sekunder

    Keberhasilan proses pem-belajaran dipengaruhi olehkesiapan fisik, emosionaldan lingkugan yangkondusif.

    Meningkatkan partisipasiklien dalam programpengobatan dan mencegahputus berobat karenamembaiknya kondisi fisikklien sebelum jadual terapiselesai.

    Dapat menunjukkanpengaktifan ulang prosespenyakit dan efek obat

    yang memerlukan evaluasilanjut.

    Diet TKTP dan cairan yangadekuat memenuhi pe-ningkatan kebutuhan meta-bolik tubuh. Pendidikankesehatan tentang haltersebut meningkatkankemandirian klien dalam

    perawatan penyakitnya.

    31

  • 7/27/2019 Lp Koe R TB Paru 3

    32/35

    TINDAKAN KEPERAWATAN

    Tgl Jam Tindakan Keperawatan Nama Perawat

    27/11-0

    2

    10.00 Dx. 1

    1. Kaji fase klinis penyakit (aktif / tidak aktif)

    dan pemahaman kien tentang potensi penyebaran

    infeksi melalui droplet udara selama batuk, bersin,

    meludah, bicara dan tertawa.

    2. Menjelaskan penyebab penyakit, proses

    penularan dan upaya pencegahan penularan yang

    dapat dilakukan klien (Menganjurkan klien untuk

    batuk/bersin dengan menutup mulut dengan sapu

    tangan dan mengeluarkan sekret pada tisu sekali

    pakai dan menghindari meludah di sembarang

    tempat).

    3. Mengidentifikasi orang lain yang berisiko

    (anggota keluarga, teman karib)

    - Orang lain yang berisiko adalah isteri klien dan

    satu orang anaknya.

    4. Mengdentifikasi faktor risiko individu

    terhadap reaktivasi tuberkulosis (alkoholisme,

    merokok, malnutrisi, minum obat imunosupresant/

    kortikosteroid, adanya penyulit DM)

    - Klien tidak minum alkohol, tidak merokok,

    status nutrisi cukup, tidak minum obat-obatan

    imunosupresant/kortikosteroid dan tidak

    menderita penyakit DM (GDA 105 tgl 22/11-02)

    -

    5. Memeriksa tanda-tanda vital dan peningkatan

    gejala reaktivasi penyakit klien.

    - Tanda-tanda vital dalam batas normal (RR 18

    Subhan

  • 7/27/2019 Lp Koe R TB Paru 3

    33/35

    x/mnt, DN 80 x/mnt, TD 120/80, SB 37 0C)

    - Tidak ada gejala/tanda reaktivasi (batuk, sesak,

    nyeri dada, demam, penurunan napsu makan).

    6. Mendiskusikan dengan klien pentingnya

    melanjutkan terapi obat sesuai jangka waktu yang

    diprogramkan.

    7. Mendiskusikan dengan klien pentingnya

    mengikuti pemeriksaan ulangan (kultur, BTA, foto

    thoraks) sesuai jadual yang ditetapkan.

    8. Memberikan obat sesuai program terapi:

    - Transamin cap 3x1

    - Codein 3x1mg

    - OAT tetap fase intermitrent ( R H )

    Dx. 2

    1. Mengkaji kemampuan klien untuk mengikutipembelajaran (tingkat kecemasan, kelelahanumum, pengetahuan klien sebelumnya, suasanayang tepat).

    2. Menjelaskan tentang dosis obat, frekuensipemberian, kerja yang diharapkan dan alasanmengapa pengobatan TB berlangsung dalamwaktu lama.

    3. Mengajarkan dan menilai kemampuan klien untukmengidentifikasi gejala/tanda reaktivasi penyakit(hemoptisis, demam, nyeri dada, kesulitanbernapas, kehilangan pendengaran, vertigo).

    4. Menekankan pentingnya mempertahankan asupannutrisi yang mengandung protein dan kalori yangtinggi serta asupan cairan yang cukup setiap hari.

    33

  • 7/27/2019 Lp Koe R TB Paru 3

    34/35

    EVALUASI

    Tgl &No.

    Diagnosa Evaluasi NamaPerawat

    28/4-02

    1.

    2.

    Risiko tinggi ter-

    hadap infeksi sekun-

    der (reaktivasi) dan

    penyebaran penularan

    penyakit b/d penu-

    runan imunitas dan

    kurang pengetahuan

    tentang proses

    reaktivasi dan penu-

    laran penyakit.

    Kurang pengetahuan

    (tentang proses tera-

    pi,kemungkinan kam-

    buh dan pera-watanpenyakit) b/d kurang

    terpajan atau salah

    interpretasi informa-

    si, keterbatasan kog-

    nitif, kurang akurat/

    lengkapnya informasi

    yang ada.

    Jam 09.00

    S: Klien menyatakan pemahamannya tentang

    potensi penyebaran infeksi melalui droplet yang

    keluar pada saat batuk, bersin, meludah berbicara

    dan tertawa.

    O: Klien tidak menunjukkan perilaku batuk/bersin

    tanpa menutup mulut dengan sapu tangan atau

    meludah di sembarang tempat.

    A: Masalah teratasi.

    P: Ingatkan kembali klien tentang risiko

    reaktivasi dan penyebaran penularan penyakitserta upaya pencegahan yang dapat dilakukan

    klien sebelum pulang (KRS).

    S: -Klien menyatakan persetujuannya untuk melan-

    jutkan terapi sesuai dengan program pengobatan

    TB Paru.

    -Klien menyatakan persetujuannya untukmelakukan pemeriksaan ulang untuk menilai

    hasil pengobatan dan perkembangan

    kesehatannya.

    O: -Klien dapat menyebutkan gejala/tanda reak-tivasiTB Paru (batuk, batuk darah, sesak napas, nyeridada, demam/berkeringat malam hari, napsu makanberkurang dan penurunan berat badan)

    -Klien berpartisipasi dalam program terapi danpemeriksaan selama masa rawat inap.

    A: Masalah teratasi.

    Subhan

    Subhan

  • 7/27/2019 Lp Koe R TB Paru 3

    35/35

    P: Ingatkan kembali klien tentang tentang

    proses terapi dan perawatan penyakit sebelum

    pulang (KRS).