LP-RBD

15
JURUSAN ILMU KEPERAWATAN FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS BRAWIJAYA LAPORAN PENDAHULUAN RESIKO BUNUH DIRI A. Definisi Resiko bunuh diri adalah resio untuk menciderai diri sendiri yang dapat mengancam kehidupan. Bunuh diri merupakan kedaruratan psikiatri karena merupakan perilaku untuk mengakhiri kehidupannya (Stuart, 2006) Bunuh diri adalah tindakan agresif yang merusak diri sendiri dan dapat mengakhiri kehidupan. Bunuh diri merupakan keputusan terakhir dari individu untuk memecahkan masalah yang dihadapi (Captain, 2008). Bunuh diri adalah pikiran untuk menghilangkan nyawa sendiri (Isaacs, 2004). Menciderai diri adalah tindakan agresif yang merusak diri sendiri dan dapat mengakhiri kehidupan. Bunuh diri mungkin merupakan keputusan terakhir dari individu untuk memecahkan masalah yang dihadapi (Captain, 2008). Perilaku destruktif diri yaitu setiap aktivitas yang tidak dicegah dapat mengarah pada kematian. Perilaku destruktif diri langsung mencakup aktivitas bunuh diri. Niatnya adalah kematian, dan individu menyadari hal ini sebagai hasil yang diinginkan. Perilaku destruktif diri tak langsung termasuk tiap aktivitas kesejahteraan fisik individu dan dapat mengarah kepada kematian. Orang tersebut tidak menyadari tentang potensial terjadi pada kematian akibat perilakunya dan biasanya menyangkal apabila dikonfrontasi (Stuart, 2006). Perilaku bunuh diri dibagi menjadi 3 kategori yaitu (Stuart, 2006):

description

rbd

Transcript of LP-RBD

Page 1: LP-RBD

JURUSAN ILMU KEPERAWATAN

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS BRAWIJAYA

LAPORAN PENDAHULUAN

RESIKO BUNUH DIRI

A. Definisi

Resiko bunuh diri adalah resio untuk menciderai diri sendiri yang dapat

mengancam kehidupan. Bunuh diri merupakan kedaruratan psikiatri karena merupakan

perilaku untuk mengakhiri kehidupannya (Stuart, 2006)

Bunuh diri adalah tindakan agresif yang merusak diri sendiri dan dapat

mengakhiri kehidupan. Bunuh diri merupakan keputusan terakhir dari individu untuk

memecahkan masalah yang dihadapi (Captain, 2008). Bunuh diri adalah pikiran untuk

menghilangkan nyawa sendiri (Isaacs, 2004).

Menciderai diri adalah tindakan agresif yang merusak diri sendiri dan dapat

mengakhiri kehidupan. Bunuh diri mungkin merupakan keputusan terakhir dari individu

untuk memecahkan masalah yang dihadapi (Captain, 2008).

Perilaku destruktif diri yaitu setiap aktivitas yang tidak dicegah dapat mengarah

pada kematian. Perilaku destruktif diri langsung mencakup aktivitas bunuh diri. Niatnya

adalah kematian, dan individu menyadari hal ini sebagai hasil yang diinginkan. Perilaku

destruktif diri tak langsung termasuk tiap aktivitas kesejahteraan fisik individu dan

dapat mengarah kepada kematian. Orang tersebut tidak menyadari tentang potensial

terjadi pada kematian akibat perilakunya dan biasanya menyangkal apabila

dikonfrontasi (Stuart, 2006).

Perilaku bunuh diri dibagi menjadi 3 kategori yaitu (Stuart, 2006):

1. Ancaman bunuh diri

Yaitu peringatan verbal atau nonverbal bahwa orang tersebut mempertimbangkan

untuk bunuh diri. Ancaman menunjukkan ambevalensi seseorang tentang kematian

kurangnya respon positif dapat ditafsirkan seseorang sebagai dukungan untuk

melakukan tindakan bunuh diri.

2. Upaya bunuh diri

Yaitu semua tindakan yang diarahkan pada diri yang dilakukan oleh individu yang

dapat mengarah pada kematian jika tidak dicegah.

3. Bunuh diri

Mungkin terjadi setelah tanda peningkatan terlewatkan atau terabaikan. Orang yang

melakukan percobaan bunuh diri dan yang tidak langsung ingin mati mungkin pada

Page 2: LP-RBD

mati jika tanda-tanda tersebut tidak diketahui tepat pada waktunya. Percobaan

bunuh diri terlebih dahulu individu tersebut mengalami depresi yang berat akibat

suatu masalah yang menjatuhkan harga dirinya.

Yosep (2010) mengklasifikasikan terdapat 3 jenis bunuh diri, meliputi:

1. Bunuh diri anomik adalah suatu perilaku bunuh diri yang didasarkan oleh faktor

lingkungan yang penuh tekanan sehingga mendorong seseorang untuk bunuh diri.

2. Bunuh diri altruistik adalah tindakan bunuh diri yang berkaitan dengan kehormatan

seseorang ketika gagal dalam melaksanakan tugasnya.

3. Bunuh diri egoistik adalah tindakan bunuh diri yang diakibatkan faktor dalam diri

seseorang seperti putus cinta atau putus harapan.

Menurut Keliat (2009) terdapat 3 macam perilaku bunuh diri yaitu:

1. Isyarat bunuh diri

Ditunjukkan dengan perilaku secara tidak langsung ingin bunuh diri. Dalam kondisi

ini klien mungkin sudah mempunyai ide untuk mengakhiri hidupnya tetapi tidak

disertai dengan ancaman bunuh diri. Klien umunya mengungkapkan rasa bersalah,

bersedih, marah, putus asa, klien juga mengungkapkan hal-hal negative tentang

dirinya yang menggambarkan harga diri rendah.

2. Ancaman bunuh diri

Klien secara aktif telah memiliki rencana bunuh diri, tetapi tidak diserta dengan

rencana bunuh diri. Klien memerlukan pengawasan yang ketat karena dapat setiap

saat memanfaatkan kesempatan yang ada untuk melaksanakan rencana bunuh diri.

3. Percobaan bunuh diri

Adalah tindakan klien mencederai atau melukai diri untuk mengakhiri kehidupannya.

Pada kondisi ini, klien aktif mencoba bunuh diri dengan berbagai cara.

B. Psikopatologi/Psikodinamika

1. Etiologi resiko bunuh diri

Adapun faktor-faktor yang mempegaruhi terjadi resiko bunuh diri ada d=2

faktor, yaitu:

a. Faktor predisposisi (faktor resiko)

Menurut Stuart (2005), faktor predisposisi yang menunjang perilaku resiko

bunuh diri antara lain:

Page 3: LP-RBD

1. Diagnostik Psikiatrik

Lebih dari 90% orang dewasa yang mengakhiri hidupnya dengan bunuh diri,

mempunyai hubungan dengan penyakit jiwa. Tiga gangguan jiwa yang dapat

membuat individu beresiko untuk bunuh diri yaitu gangguan apektif,

penyalahgunaan zat, dan skizofrenia.

2. Sifat kepribadian

Tiga aspek kepribadian yang berkaitan erat dengan besarnya resiko bunuh diri

adalah rasa bermusuhan, impulsif dan depresi.

3. Lingkungan psikososial

Seseorang dengan pengalaman kehilangan, kehilangan dukungan sosial,

kejadian-kejadian negatif dalam hidup, penyakit kronis, perpisahan atau

perceraian, kehilangan yang dini dan berkurangnya dukungan sosial

merupakan faktor penting yang berhubungan dengan bunuh diri.

4. Riwayat keluarga

Riwayat keluarga yang pernah melakukan bunuh diri merupakan faktor resiko

penting untuk prilaku destruktif.

5. Faktor biokimia

Data menunjukkan bahwa secara serotogenik, apatengik, dan depominersik

menjadi media proses yang dapat menimbulkan prilaku destrukif diri.

b. Faktor Presipitasi

Stuart (2006) menjelaskan bahwa pencetus dapat berupa kejadian yang

memalukan, seperti masalah interpersonal, dipermalukan di depan umum, kehilangan

pekerjaan, atau ancaman pengurungan. Faktor pencetus seseorang melakukan

percobaan bunuh diri adalah:

1. Perasaan terisolasi dapat terjadi karena kehilangan hubungan

interpersonal/gagal melakukan hubungan yang berarti.

2. Kegagalan beradaptasi sehingga tidak dapat menghadapi stres.

3. Perasaan marah/bermusuhan, bunuh diri dapat merupakan hukuman pada diri

sendiri.

4. Cara untuk mengakhiri keputusan.

Page 4: LP-RBD

Gambar 1. Proses perilaku bunuh diri

Peringatan verbal atau nonverbal

Pertimbangan untuk melakukan bunuh diri

Ancaman bunuh diri

Ambivalensi tentang kematian Kurangnya respon positif

Upaya bunuh diri

Bunuh diri

(Stuart, 2006)

C. Proses resiko bunuh diri

Klien dengan penyakit kronis, nyeri, atau penyakit yang mengancam kehidupan

dapat melakukan perilaku destruktif diri. Sering kali secara sadar memilih bunuh

diri.

Rentang Respon Protektif Diri (Yosep, 2009)

Respon Adaptif Respon Maladaptif

Peningkatan diri

Beresiko destruktif

Destruktif diri tidak langsung

Pencederaan diri

Bunuh diri

Respon adaptif merupakan respon yang dapat diterima oleh norma-norma

sosial dan kebudayaan yang secara umum berlaku, sedangkan respon maladaptif

merupakan respon yang dilakukan individu dalam menyelesaikan masalah yang

kurang dapat diterima oleh norma-norma sosial dan budaya setempat. Respon

maladaptif antara lain (Stuart, 2005):

1. Ketidakberdayaan, keputusasaan, apatis.

Individu yang tidak berhasil memecahkan masalah akan meninggalkan

masalah, karena merasa tidak mampu mengembangkan koping yang

Page 5: LP-RBD

bermanfaat sudah tidak berguna lagi, tidak mampu mengembangkan koping

yang baru serta yakin tidak ada yang membantu.

2. Kehilangan, ragu-ragu

Individu yang mempunyai cita-cita terlalu tinggi dan tidak realistis akan merasa

gagal dan kecewa jika cita-citanya tidak tercapai. Misalnya: kehilangan

pekerjaan dan kesehatan, perceraian, perpisahan individu akan merasa gagal

dan kecewa, rendah diri yang semuanya dapat berakhir dengan bunuh diri.

a. Depresi

Dapat dicetuskan oleh rasa bersalah atau kehilangan yang ditandai

dengan kesedihan dan rendah diri. Biasanya bunuh diri terjadi pada saat

individu ke luar dari keadaan depresi berat.

b. Bunuh diri

Adalah tindakan agresif yang langsung terhadap diri sendiri untuk

mengkahiri kehidupan. Bunuh diri merupakan koping terakhir individu

untuk memecahkan masalah yang dihadapi (Stuart dan Laraia, 2005).

D. Perilaku Koping

Klien dengan penyakit kronik atau penyakit yang mengancam kehidupan

dapat melakukan perilaku bunuh diri dan sering kali orang ini secara sadar memilih

untuk melakukan tindakan bunuh diri. Perilaku bunuh diri berhubungan dengan

banyak faktor, baik faktor social maupun budaya. Struktur social dan kehidupan

bersosial dapat menolong atau bahkan mendorong klien melakukan perilaku

bunuh diri. Isolasi social dapat menyebabkan kesepian dan meningkatkan

keinginan seseorang untuk melakukan bunuh diri. Seseorang yang aktif dalam

kegiatan masyarakat lebih mampu menoleransi stress dan menurunkan angka

bunuh diri. Aktif dalam kegiatan keagamaan juga dapat mencegah seseorang

melakukan tindakan bunuh diri.

E. Mekanisme Koping

Seseorang klien mungkin memakai beberapa variasi mekanisme koping

yang berhubungan dengan perilaku bunuh diri, termasuk denial, rasionalization,

regression, dan magical thinking. Mekanisme pertahanan diri yang ada

seharusnya tidak ditentang tanpa memberikan koping alternatif.

Perilaku bunuh diri menunjukkan kegagalan mekanisme koping. Ancaman

bunuh diri mungkin menunjukkan upaya terakhir untuk mendapatkan pertolongan

Page 6: LP-RBD

agar dapat mengatasi masalah. Bunuh diri yang terjadi merupakan kegagalan

koping dan mekanisme adaptif pada diri seseorang.

F. Tanda dan Gejala

Pengkajian orang yang bunuh diri juga mencakup apakah orang tersebut

tidak membuat rencana yang spesifik dan apakah tersedia alat untuk melakukan

rencana bunuh diri tersebut adalah: keputusasaan, celaan terhadap diri sendiri,

perasaan gagal dan tidak berguna, alam perasaan depresi, agitasi dan gelisah,

insomnia yang menetap, penurunan berat badan, berbicara lamban, keletihan,

menarik diri dari lingkungan sosial. Adapun petunjuk psikiatrik anatara lain: upaya

bunuh diri sebelumnya, kelainan afektif, alkoholisme dan penyalahgunaan obat,

kelaianan tindakan dan depresi mental pada remaja, dimensia dini/ status

kekacauan mental pada lansia. Sedangkan riwayat psikososial adalah: baru

berpisah, bercerai/ kehilangan, hidup sendiri, tidak bekerja, perubahan/ kehilangan

pekerjaan baru dialami, faktor-faktor kepribadian: implisit, agresif, rasa

bermusuhan, kegiatan kognitif dan negatif, keputusasaan, harga diri rendah,

batasan/ gangguan kepribadian antisosial.

G. Pohon Masalah

Harga diri rendah

Resiko bunuh diri

Koping tak efektif

(Stuart, 2009)

H. Diagnosa Keperawatan

Diagnosa keperawatan yang mungkin muncul pada perilaku percobaab

bunuh diri:

a. Resiko bunuh diri

Pengertian : Resiko untuk mencederai diri yang mengancam kehidupan

NOC : Impulse Control, Suicide Self-Restraint

Tujuan :

Klien tidak melakukan percobaan bunuh diri

Indikator :

Page 7: LP-RBD

Menyatakan harapannya untuk hidup

Menyatakan perasaan marah, kesepian dan keputusasaan secara asertif.

Mengidentifikasi orang lain sebagai sumber dukungan bila pikiran bunuh

diri muncul.

Mengidentifikasi alaternatif mekanisme coping

NIC:

Active Listening, Coping Enhancement, Suicide Prevention, Impulse Control

Training, Behavior Management: Self-Harm, Hope Instillation, Contracting,

Surveillance: Safety

b. Harga diri rendah

c. Koping yang tak efektif

I. Rencana Tindakan Keperawatan

1. Diagnosa keperawatan Resiko bunuh diri

Tujuan umum:

Klien tidak melakukan tindakan bunuh diri dan mengungkapkan kepada

seseorang yang dipercaya apabila ada masalah.

Tujuan khusus:

a. Klien dapat membina hubungan saling percaya dengan menerapakan prinsip

komunikasi terapetik.

Sapa klien dengan ramah dan sopan.

Perkenalkan diri dengan sopan

Tanyakan nama lengkap klien dan nama panggilan yang disukai klien.

Jelaskan tujuan pertemuan

Jujur dan menepati janji.

Tunjukkan sikap empati dan menerima klien apa adanya.

Beri perhatian kepda klien.

b. Klien dapat mengidentifikasi penyebab bunuh diri

Beri kesempatan kepada klien untuk mengungkapkan perasaannya.

Bantu klien untuk mengungkapkan perasaan kesal.

Klien dapat mengidentifikasi tanda-tanda resiko bunuh diri

Anjurkan klien mengungkapkan perasaan jengkel.

Observasi tanda-tanda resiko bunuh diri.

Menyimpulkan bersama sama klien resiko bunuh diri yang dialami.

c. Klien dapat mengidentifikasi resiko bunuh diri yang biasa dilakukan.

Page 8: LP-RBD

Menganjurkan percobaan bunuh diri yang biasa dilakukan.

Berbicara dengan klien apakah cara yang dilakukan salah.

d. Klien dapat mengidentifikasi akibat resiko bunuh diri.

Bicarakan akibat dan kerugian dari resiko bunuh diri.

Menyimpulkan bersama klien akibat dari resiko bunuh diri.

e. Klien dapat mengidentifikasi cara berespon resiko bunuh diri.

Diskusikan dengan klien apakah klien mau mempelajari cara yang sehat

untuk menghadapi masalah.

f. Klien dapat mendemonstrasikan cara mengontrol tindakan resiko bunuh diri.

Bantu klien untuk mengatasi masalah.

Bantu klien mengidentifikasi manfaat yang dipilih.

g. Klien dapat mengontrol tindakan bunuh diri dengan cara spiritual :

menganjurkan klien untuk berdo’a dan sholat.

h. Klien dapat menggunakan obat secara benar.

Jelaskan cara minum obat dengan klien.

Diskusikan manfa’at minum obat.

i. Klien mendapat dukungan keluarga dalam mengontrol tindakan bunuh diri.

Identifikasi keluarga merawat klien.

Jelaskan cara merawat klien.

j. Klien mendapat perlindungan lingkungan untuk tidak melakukan tindakan

bunuh diri.: Lindungi klien untuk tidak melakukan bunuh diri.

2. Diagnosa keperawatan Harga diri rendah

Tujuan umum: Klien dapat berhubungan dengan lain secara optimal untuk

mengungkapkan sesuatu yang dia rasakan pada orang yang dipercaya.

Tujuan khusus:

a. Klien dapat membina hubungan saling percaya. Bina hubungan saling percaya

dengan menerapkan prinsip komunikasi terapetik.

Sapa klien dengan ramah secara verbal dan non verbal.

Perkenalkan diri dengan sopan.

Tanyakan nama lengkap klien dan nama panggilan yang disukai klien.

Jelaskan tujuan pertemuan.

Tunjukkan sikap empati dan menerima klien apa adanya.

Beri perhatian kepada klien dan perhatikan kebutuhan dasar klien.

b.Klien dapat mengidentifikasi kemampuan dan aspek positif yang dimiliki.

Page 9: LP-RBD

Diskusikan kemampuan dan aspek positif yang dimiliki klien.

Hindarkan memberi penilaian negatif setiap bertemu klien.

Utamakan memberi pujian yang realistik.

c. Klien dapat menilai kemampuan yang digunakan.

Diskusikan penggunaannya.kemampuan yang masih dapat digunakan.

Diskusikan kemampuan yang dapat dilanjutkan

3. Diagnosa keperawatan koping yang tak efektif

Tujuan umum:

Klien dapat memilih koping yang efektif agar tidak melakukan bunuh diri.

Tujuan khusus:

a. Klien dapat membina hubungan saling percaya dengan menerapakan prinsip

komunikasi terapetik.

Sapa klien dengan ramah dan sopan.

Perkenalkan diri dengan sopan,

Tanyakan nama lengkap klien dan nama panggilan yang disukai klien.

Jelaskan tujuan pertemuan.

Jujur dan menepati janji.

Tunjukkan sikap empati dan menerima klien apa adanya.

Beri perhatian kepada klien.

b. Klien dapat mengidentifikasi penyebab bunuh diri

Beri kesempatan kepada klien untuk mengungkapkan perasaannya.

Bantu klien untuk mengungkapkan perasaan kesal.

c. Klien dapat mengidentifikasi tanda-tanda resiko bunuh diri.

Anjurkan klien mengungkapkan perasaan jengkel.

Observasi tanda-tanda resiko bunuh diri.

Menyimpulkan bersama sama klien resiko bunuh diri yang dialami.

d. Klien dapat mengidentivikasi resiko binuh diri yang biasa dilakukan.

Menganjurkan percobaan bunuh diri yang biasa dilakukan.

Berbicara dengan klien apakah cara yang dilakukan salah.

e. Klien dapat mengidentivikasi akibat resiko bunuh diri.

Bicarakan akibat dan kerugian dari resiko bunuh diri.

Menyimpulkan bersama klien akibat dari resiko bunuh diri.

f. Klien dapat mengidentivikasi cara berespon resiko bunuh diri.

Page 10: LP-RBD

Diskusikan dengan klien apakah klien mau mempelajari cara yang sehat untuk

menghadapi masalah.

g. Klien dapat mendemonstrasikan cara mengontrol tindakan resiko bunuh diri.

Bantu klien untuk mengatasi masalah.

Bantu klien mengidentifikasi manfaat yang dilih.

h. Klien dapat mengontrol tindakan bunuh diri dengan cara spiritual.

Menganjurkan klien untuk berdo’a dan sholat.

i. Klien dapat menggunakan obat secara benar.

Jelaskan cara minum obat dengan klien.

Diskusikan manfa’at minum obat.

j. Klien mendapat dukungan keluarga dalam mengontrol tindakan bunuh diri.

Identifikasi keluarga merawat klien.

Jelaskan cara merawat klien.

k. Klien mendapat perlindungan lingkungan untuk tidak melakukan tindakan bunuh

diri.

Lindungi klien untuk tidak melakukan bunuh diri (Stuart, 2009).

J. Terapi

1. Psikoterapi individu atau terapi kelompok

2. Terapi keluarga

3. Terapi obat-obatan sesuai dengan keadaan

Misal untuk pasien dewasa:

a. Amitriptyline (25-50 mg p.o sehari 3 kali)

b. Diazepam (2-5 mg p.o sehari 3 kali)

c. Chlorpromazine ( 50- 100 mg p.o sehari 3 kali)

K. Strategi Terapi

1. Memotong lingkaran pikiran bunuh diri

2. Menguatkan kembali ego pasien dan memperbaiki mekansme pembelaan yang

salah

3. Membantu pasien agar dapat hidup wajar kembali.

Page 11: LP-RBD

Daftar Pustaka

Captain. 2008. Psikologi untuk keperawatan. Jakarta: EGC

Isaac, Ann. 2004. Keperawatan Kesehatan Jiwa dan psikiatrik. Jakrta: EGC

Stuart dan Sundeen. 2006. Buku Saku Keperawatan Jiwa Edisi 3. Jakarta: EGC

Stuart dan Laraia. 2005. Principles and Practice of Psychiatric Nursing Eight Edition. USA: Elsevier Mosby

Stuart. 2009. Buku Saku Keperawatan Jiwa. Jakarta: EGC.

Yosep, Iyus. 2009. Keperawatan Jiwa. Bandung: Penerbit Refika Aditama.