Lp Kelompok

29
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Keberhasilan pembangunan di bidang kesehatan telah menurunkan angka kematian umum, angka kematian bayi, dan angka kelahiran. Hal ini berdampak pada meningkatnya usia harapan hidup bangsa Indonesia dan meningkatnya jumlah penduduk golongan lanjut usia. Pertumbuhan jumlah penduduk lanjut usia (lansia) di Indonesia tercatat sebagai paling pesat di dunia dalam kurun waktu tahun 1990-2025. Jumlah lansia yang kini sekitar 16 juta orang, akan menjadi 25,5 juta pada tahun 2020, atau sebesar 11,37 persen dari jumlah penduduk. Itu berarti jumlah lansia di Indonesia akan berada di peringkat empat dunia, di bawah Cina, India, dan Amerika Serikat. Menurut data demografi internasional dari Bureau of the Census USA (1993), kenaikan jumlah lansia Indonesia antara tahun 1990-2025 mencapai 41,4%, tertinggi di dunia. Kenaikan pesat itu berkait dengan usia harapan hidup penduduk Indonesia. Badan Pusat Statistik (BPS) 1998, harapan hidup penduduk Indonesia rata-rata 63 tahun untuk kaum pria, dan wanita 67 tahun. Tetapi menurut kajian WHO (1999) harapan penduduk Indonesia rata-rata 59,7 tahun,

description

gerontik

Transcript of Lp Kelompok

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Keberhasilan pembangunan di bidang kesehatan telah menurunkan angka kematian umum, angka kematian bayi, dan angka kelahiran. Hal ini berdampak pada meningkatnya usia harapan hidup bangsa Indonesia dan meningkatnya jumlah penduduk golongan lanjut usia.Pertumbuhan jumlah penduduk lanjut usia (lansia) di Indonesia tercatat sebagai paling pesat di dunia dalam kurun waktu tahun 1990-2025. Jumlah lansia yang kini sekitar 16 juta orang, akan menjadi 25,5 juta pada tahun 2020, atau sebesar 11,37 persen dari jumlah penduduk. Itu berarti jumlah lansia di Indonesia akan berada di peringkat empat dunia, di bawah Cina, India, dan Amerika Serikat.Menurut data demografi internasional dari Bureau of the Census USA (1993), kenaikan jumlah lansia Indonesia antara tahun 1990-2025 mencapai 41,4%, tertinggi di dunia. Kenaikan pesat itu berkait dengan usia harapan hidup penduduk Indonesia.

Badan Pusat Statistik (BPS) 1998, harapan hidup penduduk Indonesia rata-rata 63 tahun untuk kaum pria, dan wanita 67 tahun. Tetapi menurut kajian WHO (1999) harapan penduduk Indonesia rata-rata 59,7 tahun, menempati peringkat ke-103 dunia. Nomor satu adalah Jepang (74,5 tahun).Perhatian pemerintah terhadap keberadaan lansia sudah meningkat. GBHN 1993 mengamanatkan agar lansia yang masih produktif dan mandiri diberi kesempatan berperan aktif dalam pembangunan.. Pemerintah juga menetapkan tanggal 29 mei sebagai Hari Lansia Nasional, sedang DPR menerbitkan UU no 13 tahun 1998 tentang kesejahteraan lansia. Dengan makin bertambahnya penduduk usia lanjut, bertambah pula penderita golongan ini yang memerlukan pelayanan kesehatan. Berbeda dengan segmen populasi lain, populasi lanjut usia dimanapun selalu menunjukkan morbiditas dan mortalitas yang lebih tinggi dibanding populasi lain. Disamping itu, oleh karena aspek disabilitas yang tinggi pada segmen populasi ini selalu membutuhkan derajat keperawatan yang tinggi. Keperawatan pada usia lanjut merupakan bagian dari tugas dan profesi keperawatan yang memerlukan berbagai keahlian dan keterampilan yang spesifik, sehingga di bidang keperawatan pun saat ini ilmu keperawatan lanjut usia berkembang menjadi suatu spesialisasi yang mulai berkembang. Keperawatan lanjut usia dalam bahasa Inggris sering dibedakan atas Gerontologic nursing (gerontic nursing) dan geriatric nursing sesuai keterlibatannya dalam bidang yang berlainan. Gerontologic nurse atau perawat gerontologi adalah perawat yang bertugas memberikan asuhan keperawatan pada semua penderita berusia diatas 65 tahun (di Indonesia dan Asia dipakai batasan usia 60 tahun) tanpa melihat apapun penyebabnya dan dimanapun dia bertugas. Secara definisi, hal ini berbeda dengan perawat geriatrik, yaitu mereka yang berusia diatas 65 tahun dan menderita lebih dari satu macam penyakit (multipel patologi), disertai dengan berbagai masalah psikologik maupun sosial.

Hasil pengkajian yang dilakukan pada 26 Januari 5 Februari 2015 diketahui bahwa jumlah lansia di Wisma Cempaka Sasana Tresna Wredha Bakti Ria Pembangunan sebanyak 18 orang. Dari jumlah lansia tersebut, terdapat sebanyak 72 % lansia yang menderita hipertensi. Banyaknya lansia tidak menghabiskan makanan mereka maupun dalam sehari hanya makan sekali menjadi alasan kelompok untuk memberikan pendidikan kesehatan seputar makanan apa yang baik untuk hipertensi dan diet garam yang baik bagi lansia yang mengalami hipertensi dan juga banyaknya lansia yang jarang mengikuti kegiatan senam di panti.

Berdasarkan latar belakang tersebut, kelompok tertarik untuk membuat terapi aktivitas kelompok dengan cara mengulang singkat pendidikan kesehatan tentang hipertensi, permainan dan terapi relaksasi progresif.

1.2 Tujuan Penulisan1.2.1 Tujuan UmumSetelah dilakukan terapi aktivitas kelompok, para oma dan opa dapat mengingat kembali pengetahuan tentang hipertensi dan menerapkan terapi secara mandiri.1.2.2 Tujuan Khusus

Setelah dilakukan terapi aktivitas kelompok selama 15 menit diharapkan kelompok mampu

1. Dapat menerapkan pola diet hipertensi

2. Dapat mengurangi makanan apa yang tidak boleh dikonsumsi

3. Dapat meningkatkan fungsi kognitif lansia

4. Dapat melakukan terapi relaksasi progresif secara mandiri.

1.3 Manfaat PenulisanManfaat yang diperoleh dari penulisan makalah ini adalah sebagai berikut:

a. Mahasiswa dapat mengenal masalah kesehatan yang muncul pada lansia.

b. Mahasiswa dapat memberikan tindakan keperawatan yang tepat terhadap lansia yang berada di STW.

c. Mahasiswa memiliki gambaran tentang proses keperawatan terhadap lansia yang berada di STW.

BAB III

TINJAUAN KASUS

III.1 Gambaran Sasana Tresna Werdha

Dalam kehidupan dewasa ini jumlah lanjut usia akan semakin banyak, itu semua disebabkan karena adanya peningkatan kualitas hidup maka dari itu para lanjut usia wajib mendapatkan perlindungan, perawatan, kesejahteraan dan juga pendidikan yang layak dan sesuai dengan keadaan lanjut usia. Wujud nyata tindakan tersebut adalah dengan dibangunnya Sasana Trena Werdha bagi lansia yang bertujuan untuk melindungi, merawat, mensejahterakan serta mendidik usia lanjut.

III.1.1 Identitas Sasana Tresna Werdha

Sasana Tresna Werdha adalah unit pelaksanaan teknis dari Yayasan Karya Bhakti RIA Pembangunan yang mempunyai tugas memberikan pelayanan sosial bagi para lansia, sehingga mereka dapat menikmati sisa hidupnya dengan diliputi ketentraman lahir dan batin.III.1.2 Sejarah Berdirinya Sasana Tresna Werdha

Sasana Tresna Werdha Karya Bhakti yang dimiliki dan dikelola oleh Yayasan Karya Bhakti RIA Pembangunan, diprakarsai oleh Ibu Hj. Siti Hartinah Soeharto dan diresmikan oleh Bp.Soeharto tanggal 14 Maret 1984. Merupakan sebuah institusi yang bergerak di bidang pelayanan kesejahteraan khusus kepada generasi lanjut usia. Sasana Tresna Werdha Karya Bhakti memiliki kapasitas tampung 110 orang dan menempati area seluas 16.454 m2 dengan batas-batas wilayah sebagai berikut:

Sebelah Selatan : Dusun Klampok

Sebelah Utara : Dusun Tengger

Sebelah Timur : Dusun Sukun

Sebelah Barat : Dusun Rajeg

Pada tahun 1994 mengalami pembakuan penamaan UPT Pusat/Panti/Sasana dilingkungan Departemen Sosial sesuai SK Mensos RI. No. 14/HUK/1994 dengan nama Panti Sosial Tresna Werdha Sejahtera Pandaan. Melalui SK Mensos RI No. 8/HUK/1998 ditetapkan termasuk kategori panti percontohan tingkat Provinsi dengan kapasitas tampung 110 orang Perda No. 12 th 2000 tentang Dinas Sosial Provinsi Jawa Timur bahwa Panti Sosial Tresna Werdha Pandaan, merupakan unit pelaksana teknis Dinas sosial Provinsi Jawa Timur. Dengan keluarnya Perda No. 14 th 2002 yang merubah Perda No. 12 th 2000 tentang Dinas Sosial yang berisi bahwa Panti Sosial Tresna Werdha Pandaan berubah menjadi Panti Sosial Tresna Werdha Pandaan-Bangkalan yang merupakan unit pelaksana teknis dari Dinas Sosial Provinsi Jawa Timur.

III.1.3 Visi dan Misi

a. Visi

Visi sasana tresna werdha adalah untuk memberikan pelayanan bagi para lanjut usia yang terlantar dalam memenuhi kebutuhan hidup secara bio, psiko, sosial, dan spiritual.

b. Misi1. Terpenuhinya kebutuhan biologis atau jasmani yang meliputi:a) Kebutuhan pokok hidup seperti sandang, pangan dan papan.b) Pemeliharaan kesehatan bagi lansia.c) Kebutuhan rekreatif untuk mengisi waktu luang.2. Terpenuhinya kebutuhan psikologis yang meliputi:a) Kebutuhan kasih sayang.b) Kebutuhan rasa aman.c) Kebutuhan untuk rasa ketenangan.d) Peningkatan semangat hidup.e) Peningkatan rasa percaya diri.3. Terpenuhinya kebutuhan sosial yang meliputi:

a) Terpenuhinya kebutuhan sosial terutama bimbingan sosial antar penghuni wisma yang lain.

b) Terpenuhinya kebutuhan untuk bersosialisasi dengan masyarakat.

c) Terpenuhinya kebutuhan untuk ikut bergabung dalam kegiatan lansia.

d) Terpenuhinya kebutuhan untuk dihargai dari orang lain.

4. Terpenuhinya kebutuhan spiritual yang meliputi:

a) Kebutuhan untuk beribadah sesuai dengan agamanya masing-masing.

b) Kebutuhan untuk menerima siraman rohani sesuai dengan agamanya masing-masing.

III.1.4 Fungsi Sasana Tresna Werdha

a. Sebagai pusat pemberi pelayanan bagi kesejahteraan lanjut usia.b. Sebagai pusat informasi dan konsultasi masalah lanjut usia.c. Sebagai pusat pengembangan kesejahteraan sosial.III.1.5 Panduan Pelayanan Sasana Tresna Werdha

1. Memberi pelayanan / pendampingan kepada lansia yang disesuaikan dengan kebutuhan2. Bersikap dalam kesantunan secara professional 3. Memberi dukungan untuk mendorong / mempertahankan kemandirian lansia4. Memberi berbagai kemudahan untuk lansia sehingga permasalahan yang di hadapi lansia menjadi lebih ringan5. Adnya kerja sama yang saling percaya dan menghormati6. Partisipation ApproachIII.1.6 Sarana dan Prasarana STW

1. Bangunan

2. Sasana Tresna Werdha didirikan diatas tanah seluas 16.960 m2, tanah tersebut dibgi menjadi:

a) Gedung wisma dibagi menjadi 3 bagian tempat yaitu untuk fasilitas hunian, fasilitas klinik werdha dan fasilitas penunjang pelayanan lansia. Fasilitas hunian sebanyak 4 wisma meliputi wisma Aster, Bungur, Cempaka, Dahlia. Fasilitas klinik terdapat 1 wisma yaitu wisma Wijaya Kusuma dengan 3 kamar VIP, bangsal rawat inap dengan 15 kamar tidur, dan pelayanan 24 jam. Gedung tersebut dibangun diatas tanah seluas 1320 m2. Wisma-wisma ini memiliki fasilitas diantaranya ruang tamu, kamar tidur, ruang rekreasi, dapur, dan kamar mandi.

b) Gedung kantor seluas 210 m2

c) Gedung lokal kerja 70 m2

d) Musholla seluas 160 m2

e) Dapur umum seluas 160 m2

f) Aula seluas 160 m2

g) Pos satpam seluas 6 m2

h) Rumah dinas tipe 50

i) Rumah dinas tipe 36

3. Sarana air bersih

Sumber air bersih berasal dari sumur bor yang terletak dibelakang wisma dan bantuan air dari perusahaan air minum Vivi.

4. Jamban keluarga

Setiap wisma minimal memiliki 1 kamar mandi, dan setiap wisma mempunyai septic tank sendiri dimana septic tank ini tidak terhubung antar yang satu dengan yang lainnya.

5. Sarana pembuangan air limbah

Setiap wisma terdapat sarana pembuangan air limbah yang dialirkan sampai ke tempat pembuangan limbah akhir.

6. Sarana ibadah setiap wisma

Panti Sosial Tresna Werdha memiliki satu musholla yang terletak disebelah barat panti.

7. Kebun dan kolam

Dibelakang panti terdapat kebun dan kolam ikan.

III.1.7 Hubungan Lintas Program dan Lintas Sektoral

1. Lintas Program

Kegiatan yang ada di panti ini tidak hanya berasal dari Dinas Sosial tetapi ada juga kegiatan yang bekerja sama dengan Departemen Agama, bimbingan mental agama yang ada di wisma-wisma, dengan Debdikbud untuk pengadaan kegiatan dan lain sebagainya.

2. Lintas Sektoral

Panti bekerjasama dengan RSUD Sidoarjo, RSU Malang, Puskesmas Pandaan, RSU Bangil, Pemda setempat.

III.1.8 Persyaratan Masuk Panti Sosial Tresna Werdha

1. Lansia umur 60 tahun ke atas.2. Terlantar sosial dan ekonominya.3. Tidak ada yang menanggung kelangsungan hidupnya.4. Atas kemauan sendiri atau dipaksa.5. Tidak mempunyai penyakit menular/kronis yang membahayakan orang lain.6. Surat keterangan RT/RW.7. Surat rekomendasi dari kantor sosial kabupaten atau kota setempat.8. Surat keterangan sehat dari puskesmas setempat.9. Lulus seleksi dari petugas panti dan mengisi formulir yang disediakan oleh panti.III.1.9 Distribusi Pendanaan

Seluruh dana kegiatan yang diadakan di Panti berasal dari APBD/Dinas Sosial Propinsi Jawa Timur.

III.2 Pengkajian

A. DIMENSI BIOLOGIS

1. Usia

UsiaJumlahPresentasi

60-79633.3

801266.7

Total18100.0

Berdasarkan jumlah werdha di wisma cempaka sebanyak 18 orang, werdha berumur 60-79 tahun sebanyak 6 orang atau 33.3%, dan werrdha berumur 80 sebanyak 12 orang atau 66.7%.2. Jenis kelamin

Jenis KelaminJumlahPresentasi

Laki-Laki211.1

Perempuan1688.9

Total7100.0

Berdasarkan jumlah werdha di wisma cempaka sebanyak 18 orang, werdha berjenis kelamin laki-laki sebanyak 2 orang atau 11.1%, dan werrdha berjenis kelamin perempuan sebanyak 16 orang atau 88.9%.

3. Suku

SukuJumlahPresentasi

Jawa1266.7

Sumatra527.8

Sunda15.6

Total18100.0

Berdasarkan jumlah werdha di wisma cempaka sebanyak 18 orang, werdha suku jawa sebanyak 12 orang atau 66.7%, werrdha suku Sumatra sebanyak 5 orang atau 27,8% dan werdha suku sunda sebanyak 1 orang atau 5.6 %.4. Masalah kesehatan utama

Masalah kesehatan terbanyak yang kita temui di Wisma Cempaka adalah penyakit hipertensi dan penurunan keseimbangan sehingga menyebabkan werdha sering terjatuh (resiko jatuh).

B. DIMENSI PSIKOLOGIS

1. Gambaran diri kelompok

Werdha sangat menghargai satu sama lain, mereka tidak membedakan teman yang satu dengan teman yang lain. Mereka mengatakan bahwa semua penghumi STW adalah sama apabila ada yang mengalami kesusahan atau masalah harus ditolong.

2. Keterampilan koping

Werdha memandang penyakit yang dialami oleh teman-teman mereka adalah wajar, karna umur seperti mereka sangat rentan mengalami penyakit darah tinggi, dan mengalami penurunan fungsi-fungsi pendengaran, fungsi penglihatan, dan keseimbangan.Apabila ada salah satu teman yang sakit kemudian dirawat mereka menjenguk bersama-sama ke Rumah Sakit menggunakan mobil pribadi salah satu lansia yang ada di Cempaka.

3. Insiden dan prevalen masalah psikologis

Dari 18 orang jumlah lansia di Cempaka, sebanyak 5 orang pernah jatuh. Dan ada juga yang jatuh lebih dari 1 kali. Penyakit terbanyak yang kita dapat adalah hipertensi, dan katarak. 4. Stressor psikologis di dalam masyarakat

Werdha di wisma cempaka merasa bahwa tidak ada ancaman fisik maupun ancaman social yang dapat merugikan mereka.

C. DIMENSI FISIK

1. Lokasi atau tempat target group

Lokasi yang kita targetkan adalah Wisma Cempaka yang terdiri dari 28 kamar dan mempunyai penghuni 18 lansia. Fasilitas dan penerangan yang tersedia di ruangan sudah sangat baik, disetiap kamar ada 1 lampu, 1 kipas angin, 1 tempat tidur, 1 kamar mandi dan wastafel. Lantai sudah terpasang keramik, setiap hari ada petugas yang membersihkan. Tetapi kadang saat dari kamar mandi werdha sering terpeleset karna lantai yang licin. Untuk penataan barang juga sudah sangat baik, kursi dan meja di letakan di pinggir agar werdha dapat leluasa bergerak, disetiap dinding juga terdapat pegangan yang dapat digunakan oleh werdha.

2. Kondisi lingkungan yang dapat membahayakan (Polusi, pertukaran cuaca, resiko penyakit)

Kondisi lingkungan yang dapat membahayakan werdha adalah lantai yang licin sehingga kadang membuat mereka terpleset, banyaknya nyamuk juga sangat mengganggu werdha. D. DIMENSI LINGKUNGAN SOSIAL

1. Sikap komunitas terhadap target grup

Werdha di Wisma Cempaka selalu terbuka dengan keadaan mereka, mereka juga selalu berpartisipasi dengan kegiatan yang ada yang disediakan di STW.

2. Status social dan ekonomi target grup

Werdha memiliki status social yang cukup. Untuk membiayai keperluan sehari-hari serta untuk membayar uang STW mereka dibiayai oleh anak-anak mereka serta keluarga mereka dan ada juga dari pensiunan suami serta tabungan sendiri.

2. Pendidikan

Pendidikan werdha beragam, mulai dari SD hingga Sarjana bahkan ada juga yang professor.

3. Pekerjaan

Pekerjaan werdha mulai dari ibu rumah tangga, Guru, Dosen,Karyawan Swasta, dan ada juga yang berprofesi sebagai Dokter.

4. Pelayanan kesehatan yang bersifat proteksi

Pelayanan kesehatan di STW sudah tersedia Klinik, Dokter dan perawat yang dapat menangani masalah kesehatan yang dirasakan oleh werdha. Saat penyakit werdha sudah tidak bisa ditangani oleh petugas kesehatan yang ada di STW maka werdha di rujuk ke Rumah sakit.5. Transportasi ( termasuk khusus )

Saat bepergian untuk rekreasi dan memeriksakan kesehatan werdha mempunyai tranportasi sendiri dengan dijemput oleh anak-anak serta keluarga mereka.

E. DIMENSI PERILAKU

1. Kebutuhan nutrisi

Semua werdha menyukai makanan yang disediakan oleh STW, makanan yang biasa di sajikan oleh STW diantaranya adalah sayur sop, sayur lodeh, tumis kacang - kacangan, semur daging, tempe goreng, sayur tahu sehingga dapat menyebabkan peningkatan tekanan darah pada werdha. Werdha juga sering membeli makanan dari luar seperti gorengan dan makanan lain.

2. Merokok

Terdapat satu oma yang terbiasa merokok, tetapi oma tidak merokok didalam wisma, ia merokok di kebun belakang wisma sehingga tidak mengganggu kesehatan werdha yang lain.

3. Gerak badan

Gerak badan werdha sudah tidak leluasa lagi, ada diantara werdha yang berjalan menggunakan wolker, tongkat, kursi roda.

4. Aktivitas rekreasi

Aktifitas rekreasi werdha biasanya di jemput oleh anak-anak serta keluarga mereka untuk jalan-jalan. Saat keluarga dan anak-anak mereka tidak berkunjung ke STW mereka membuat acara sendiri seperti makan bersama di kebun, minum kopi dan ngeteh bersama untuk menghabiskan waktu luang.

5. Perlindungan Khusus yang digunakan

Saat berjalan werdha menggunakan pegangan yang disediakan disetiap dinding, ada juga yang menggunakan kursi roda, wolker dan tongkat.F. DIMENSI KESEHATAN

1. Pelayanan kesehatan yang dibutuhkan

Werdha sangat memerlukan klinik dan perawat yang siap selama 24 jam untuk memantau dan menjaga kesehatan mereka.

2. Sikap terhadap kesehatan dan pelayanan kesehatan

Sikap werdha terhadap kesehatan serta pelayanan kesehatan sangat baik, werdha sangat aktif dalam menjaga kesehatan dengan mengikuti senam bersama, terapi musik, bahkan sering menanyakan keadaan kesehatan mereka kepada Dokter.

3. Jaminan Pemeliharaan Kesehatan

Seharusnya werdha tidak mengeluarkan biaya kembali untuk membayar jaminan pemeliharaan kesehatan, karena di STW sudah disediakan pelayanan kesehatan.DATA FOKUS

NoData SubjektifData Objektif

1.

2.

3.

4.

5.

Werdha mengatakan sering pusing

Werdha mengatakan saat sujud dan ruku sering pusing

Werdha mengatakan rata-rata tidur pukul 22.00 kemudian bangun pukul 02.00 wib

Werdha mengatakan bila pusing minum obat dari dokter (seperti : amlodiphin)

Werdha mengatakan sakit di tekuk

Werdha mengatakan sudah tidak kuat berjalan jauh

Werdha mengatakan pernah terpleset dan jatuh

1. Werdha mudah emosi

2. TD : 140/90 sampai 170/90

3. N : 70-90 x/menit

4. Werdha memijat kepalanya

5. Werdha memakai alat bantu jalan (seperti : tongkat, walker, kursi roda)

6. Werdha berjalan dengan perlahan dan berpegangan

7. Oma. H terjatuh di depan kamar mandi dan terjadi fraktur di kaki kanan

8. Oma. P terpasang pen di tangan kiri karena terjatuh di depan kamar

9. Opa. R terpasang pen di tangan kiri karena terjatuh di rumah

ANALISA DATA

NODATAMASALAH

1. DS :

1) Werdha mengatakan sering pusing

2) Werdha mengatakan saat sujud dan ruku sering pusing

3) Werdha mengatakan rata-rata tidur pukul 22.00 kemudian bangun pukul 02.00 wib

4) Werdha mengatakan bila pusing minum obat dari dokter (seperti : amlodiphin)

5) Werdha mengatakan sakit di tekuk

DO :

1) Werdha mudah emosi

2) TD : 140/90 sampai 170/90

3) N : 70-90 x/menit

4) Werdha memijat kepalanyaNyeri akut

2.DS :

1) Werdha mengatakan sudah tidak kuat berjalan jauh

2) Werdha mengatakan pernah terpleset dan jatuh

DO :

1) Werdha berjalan dengan perlahan dan berpegangan

2) Oma. H terjatuh di depan kamar mandi dan terjadi fraktur di kaki kanan

3) Oma. P terpasang pen di tangan kiri karena terjatuh di depan kamar

4) Opa. R terpasang pen di tangan kiri karena terjatuh di rumahResiko jatuh

RENCANA KEPERAWATAN KELOMPOK

Diagnosa KeperawatanTujuan Rencana Kegiatan

Umum Khusus Intervensi Rasional

Nyeri akutSetelah dilakukan tindakan keperawatan selama 1 kali dalam seminggu diharapkan masalah nyeri akut dapat berkurang sampai dengan hilang.Kriteria hasil :

1. Werdha tidak mengatakan sakit di kepala

2. TD dalam batas normal

3. Ekspresi wajah rileks

4. Skala nyeri 0-1

1. Kaji status nyeri, area, durasi, jenis nyeri, intensitas, kualitas

2. Pertahankan tirah baring selama fase akut

3. Berikan tindakan nonfarmakologik untuk menghilangkan sakit kepala, mis; kompres dingin pada dahi, pijat punggung dan leher, tenang, redupkan lampu kamar, tehnik relaksasi

4. Hilangkan/minimalkan aktivitas vasokontriksi yang dapat meningkatkan sakit kepala misalnya: mengejan saat BAB, membungkuk, batuk panjang

5. Kolaborasi: berikan obat analgesik sesuai indikasi

6. Kolaborasi: memberikan obat antiansietas, mis: diazepam

7. Memberikan pendidikan kesehatan tentang penyakit hipertensi

8. Memberikan terapi aktivitas kelompok1. Membantu mengevaluasi derajad kenyamanan.

2. Meminimalkan stimulasi/meningkatkan relaksasi

3. Tindakan yang menurunkan tekanan vaskular serebral dan yang memperlambat respons simpatis efektif dalam menghilangkan sakit kepala dan komplikasinya

4. Aktivitas yang meningkatkan vasokontriksi menyebabkan sakit kepala dan adanya peningkatan tekanan vaskular serebral

5. Menurunkan/mengontrol nyeri dan menurunkan rangsang sistem saraf simpatis

6. Dapat mengurangi ketegangan dan ketidaknyamanan yang diperberat oleh stress

7. Menambah pengetahuan mengenai penyakit hipertensi

8. Melatih keseimbangan kognitif antar lansia

Resiko jatuh (injury)Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 1 kali dalam seminggu diharapkan resiko jatuh tidak terjadi kembali pada lansiaKriteria hasil :

1. klien terbebas dari trauma fisik

2. Klien terhindar dan terbebas dari jatuh

1. Orientasikan pasien terhadap lingkungan, staf, orang lain.

2. Anjurkan pesien untuk mengistirahatkan mata agar tidak terlalu lelah.

3. Modifikasi lingkungan sekitar pasien, dengan cara : Pencahayaan yang cukup, Jauhkan benda-benda yang beresiko menyebabkan cidera, Berikan permukaan lantai yang tidak licin, Dekatkan tombol pemanggil

1. Memberikan peningkatan kenyamanan menurunkan kecemasan dan mengurangi resiko injury.

2. Mengurangi resiko perlukaan atau pecahnya pembulu darah retina. Yang akan menyebabkan semakin menurunya ketajaman penglihatan.3. Meningkatkan rasa aman, mengurangi resiko injury.