Lp Hipertensi
Click here to load reader
-
Upload
riindhu-screamo -
Category
Documents
-
view
21 -
download
0
description
Transcript of Lp Hipertensi
LAPORAN PENDAHULUAN
ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN HIPERTENSI
DI RUANG ETHA RS PANTI WILASA dr.CIPTO SEMARANG
DISUSUN OLEH:
NICKE SUPRAPTOP. 1740113021
POLITEKNIK KESEHATAN SEMARANG
PROGRAM STUDI DIII KEPERAWATAN SEMARANG
2014
HIPERTENSI
A. Pengertian
Hipertensi adalah tekanan darah persisten dimana tekanan
sistoliknya di atas 140 mmHg dan tekanan diastolic di atas 90 mmHg.
Pada populasi manula, hipertensi didefinisikan sebagai tekanan sistolik
160 mmHg dan tekanan diastolic 90 mmHg. (Bruner dan Suddarth, 2002:
896)
Hipertensi merupakan suatu keadaan dimana terjadi peningkatan
tekanan darah baik sistole dan diastole karena adanya gangguan peredaran
darah tepi dengan tanda dan gejala yang khas.
Hipertensi dapat dikelompokkan menjadi :
a. Hipertensi Ringan
Tekanan sistole 140-150 mmHg dan diastole 90-100 mmHg
b. Hipertensi Sedang
Keadaan tekanan darah systole 160-180 mmHg dan diastole 100-110
mmHg
c. Hipertensi Berat
Tekanan systole lebih dari 185 mmHg dan diastole lebih 110 mmHg
B. Patofisiologi
Mekanisme yang mengontrol konstriksi dan relaksasi pembuluh
darah terletak dipusat vasomotor, pada medulla di otak. Dari pusat
vasomotor ini bermula dari saraf simpatis, yang berkelanjutan ke bawah ke
korda spinalis dan keluar dari kolumna medulla spinalis ke ganglia
simpatis di toraks dan abdomen. Rangsangan pusat vasomotor dihantarkan
dalam bentuk impuls yang bergerak ke bawah melalui system saraf
simpatis ke ganglia simpatis yang mengakibatkan konstriksi pembuluh
darah.
Bebagai factor seperti kecemasan dan ketakutan dapat
mempengaruhi respons pembuluhdarah terhadap rangsang vasokonstriktor.
Individu dangan hipertensi sangat sensitive terhadap norepinefrin,
meskipun tidak diketahui dengan jelas mengapa hal tersebut bisa terjadi.
C. Etiologi
Hipertensi merupakan penyebab utama gagal jantung, stroke dan
gagal ginjal. Disebut juga sebagai “pembunuh diam-diam” karena orang
dengan hipertensi sering tidak menampakkan gejala, penyakit ini lebih
banyak menyerang wanita dari pada pria. Penyebab hipertensi yaitu
gangguan emosi, obesitas, konsumsi alcohol yang berlebihan dan
rangsangan kopi serta obat-obatan yang merangsang dapat berperan disini,
tetapi penyakit ini sangat dipengaruhi factor keturunan.
D. Manifestasi klinis
Individu yang menderita hipertensi kadang tidak menampakkan
gejala samapai bertahun-tahun. Gejala, bila ada biasanya menunjukkan
kerusakan vaskuler, dengan manifestasi yang khas sesuai system organ
yang divaskularisasi oleh pembuluh darah yang bersangkutan. Penyakit
arteri koroner dengan angina adalah gejala yang paling menyertai
hipertensi. Hipertofi ventrikel kiri terjadi sebagai respons peningkatan
beban kerja ventrikel saat dipaksa berkontraksi melawan tekanan sistemik
yang meningkat. Apabila jantung tidak mampu lagi menahan peningkatan
beban kerja maka terjadi gagal jantung kiri. Perubahan patologis pada
ginjal dapat bermanifestasi sebagai nokturia (peningkatan urinasi pada
malam hari) dan azotemia (peningkatan nitrogen urea darah dan kretinin).
Keterlibatan pembuluh darah otak dapat menimbulkan stroke atau
serangan iskemik trasien yang termanifestasi sebagai paralysis sementara
pada satu sisi (hemiplegia) atau gangguan ketajaman penglihatan.
E. Pemeriksaan Diagnostik
Riwayat dan pemeriksaan fisik yang menyeluruh sangat penting.
Retina harus diperiksa dan dilakukan pemeriksaan laboratorium untuk
mengkaji kemungkinan adanya kerusakan organ, seperti ginjal atau
jantung yang dapat disebabkan oleh tingginya tekanan darah. Hipertrofi
ventrikel kiri dapat dikaji dengan elektrokardiografi, protein dalam urin
dapat dideteksi dengan urinalisa. Dapat terjadi ketidakmampuan untuk
mengkonsentrasi urin dan peningkatan nitrogen urea darah. Pemeriksaan
fungsi ginjal terpisah dan penentuan kadar urine dapat juga dilakukan
untuk mengidentifikasi pasien dengan penyakit renovaskuler. Adanya
factor resiko lainnya juga harus dikaji dan dievaluasi.
F. Pathways
Umur, Jenis kelamin, Gaya hidup, Obesitas
HIPERTENSI
Resistensi pemb. drh
otak
Tek. pemblh drh otak
Nyeri kepala
Ginjal
Vasokonstriksi pemblh. darah
ginjal
Blood flow
Respon KAA
Vasokonstriksi
Rangsang aldosteron
Retensi Na
Oedema
Pemblh darah
Sistemik
Vasokontriksi
afterload
COP
Retina
Spasmusarteriole
Diplopia
Suplai O2
otak
Kesadaran
Gx. rasa nyaman ;
nyeri
Resiko injuri
CVA
Otak
Gx. Keseimbangan cairan
Resiko injuri
Intoleransi aktivitas
Koroner jantung
invark miokard
Nyeri dada
G. Pengkajian
Pengkajian merupakan tahap awal dari proses keperawatan dan
merupakan suatu proses yang sistematis dalam pengumpulan data dari
berbagai sumber, untuk mengevaluasi dan mengidentifikasi status kesehatan
klien (Nursalam, 2001).
1) Biodata
Mencakup identitas klien, meliputi nama, umur, jenis kelamin, agama,
pendidikan, alamat, no. medrek, Dx medis, tanggal masuk, dan tanggal
pengkajian.
2) Riwayat kesehatan
a. Keluhan Utama
Pada kasus hipertensi, ditemukan keluhan utama adanya pusing yang
hebat.
b. Riwayat Kesehatan/ Penyakit Sekarang
Riwayat penyakit sekarang ditemukan pada saat pengkajian yang
sedang dijabarkan dari keluhan utama dengan menggunakan
PQRST, yaitu:
P = paliative/provokatif; hal-hal yang menyebabkan
bertambah/bekurannya keluhan utama.
Pada kasus hipertensi, ditemukan adanya rasa pusing. Keluhan
dirasakan semakin berat bila melakukan aktivitas yang berat.
Q = Quality/Quantity; tingkat keluhan utama.
R = region; yaitu lokasi keluhan utama.
Pada kasus hipertensi ditemukan adanya pusing yang tak tertahankan
di seluruh bagian kepala
S = savety; yaitu intensitas dari keluhan utama, apakah sampai
mengganggu aktivitas atau tidak, seperti bargantug pada derajat
beratnya.
T = timing; yaitu kapan mulai muncul dan berapa lama
berlangsungnya.
Pada sebagian besar penderita, hipertensi tidak menimbulkan gejala;
meskipun secara tidak sengaja beberapa gejala terjadi bersamaan dan
dipercaya berhubungan dengan tekanan darah tinggi (padahal
sesungguhnya tidak). Gejala yang dimaksud adalah sakit kepala,
perdarahan dari hidung, pusing, wajah kemerahan dan kelelahan;
yang bisa saja terjadi baik pada penderita hipertensi, maupun pada
seseorang dengan tekanan darah yang normal.
c) Riwayat Kesehatan Dahulu
Saat dikaji pasien hipertensi biasanya didapat riwayat penyakit
jantung koroner, merokok, penyalahgunaan obat, tingkat stress yang
tinggi, dan gaya hidup yang kurang beraktivitas.
d) Riwayat Kesehatan Keluarga
Riwayat penyakit kronis/generative keluarga yang ada
hubungannya dengan adanya penyakit jantung, stroke, dan lain-lain.
Pemeriksaan fisik meliputi:
1. Keadaan umum
Kaji tingkat kesadaran ( GCS ) kehilangan sensasi, susunan saraf dikaji
(Nevrus I-XII )gangguan penlihatan, gangguan ingatan
Mengkaji tanda-tanda vital
Kesadaran bisa compos mentis sampai mengalami penurunan keadaran
kehilangan sensasi, susunan saraf dikaji (I-XII) gangguan penglihatan,
gangguan ingatan, tonus otot menurun dan kehilangan reflek tonus, BB
biasanya mengalami penurunan, tanda-tanda vital biasanya melebihi batas
normal.
Respon membuka:
Spontan 4
Berdasarkan perintah verbal 3
Berdasarka rangsangan nyeri 2
Tidak member respon 1
Respon motorik:
Menurut perintah 6
Melikalisir rangsangan nyeri 5
Menarik/berlawanan rangsangan nyeri 4
Fleksi abnormal (terhadap nyeri) 3
Ekstensi (terhadap nyeri) 2
Tidak member respon 1
Respon verbal:
Orientasi baik 5
Konversi kacau (bicara bingung) 4
Kata-kata kacau (tidak sesuai) 3
Bersuara inkomprehensif (suara tidak ada kata) 2
Tidak memberikan respon 1
NILAI:
15 : Compos mentis
12-14 : Somnolen
8-11 : Soporus
3-7 : Coma
2. System pengindraan (penglihatan)
Pada kasus hipertensi, terdapat gangguan penglihatan seperti
penglihatan menurun, buta total, kehilangan daya lihat sebagian (kebutaan
monokuler), penglihatan ganda, (diplopia)/gangguan yang lain. Ukuran reaksi
pupil tidak sama, kesulitan untuk melihat objek, warna dan wajah yang pernah
dikenali dengan baik.
3. System penciuman
Terdapat gangguan pada system penciuman, terdapat hambatan jalan
nafas.
4. System pernafasan
Adanya batuk atau hambatan jalan nafas, suara nafas tredengar ronki
( aspirasi sekresi)
5. System kardiovaskular
Nadi, frekuensi dapat bervariasi (karena ketidakstabilan fungsi jantung
atau kondisi jantung), perubahan EKG, adanya penyakit jantung miocard
infark, rematik atau penyakit jantung vaskuler.
6. System pencernaan
Ketidakmampua menelan, mengunyah, tidak mampu memenuhi
kebutuhan nutrisi sendiri.
7. System urinaria
Terdapat perubahan system berkemih seperti inkontinensia.
8. System musculoskeletal
Kaji kekuatan dan gangguan tonus otot, pada klien hipertensi didapat
klien merasa kesulitan untuk melakuakn aktvitas karena kelemahan,
kesemuatan atau kebas.
9. System integument
Keadaan turgor kulit, ada tidaknya lesi, oedem, distribusi rambut.
H. Diagnosa keperawatan
1. Gangguan rasa nyaman (nyeri kepala) berhubungan dengan
peningkatan tekanan pembuluh darah otak.
2. Penurunan curah jantung berhubungan dengan peningkatan
afterload vasokontriksi.
3. Resiko injuri berhubungan dengan kesadaran menurun.
4. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan tubuh.
5. Kelebihan volume cairan berhubungan dengan retensi natrium
sekunder penurunan GFR.
I. Intervensi
Diagnosa Tujuan Intervensi Rasional
Gangguan rasa
nyaman : nyeri
kepala berhubungan
dengan peningkatan
tekanan pembuluh
darah otak.
Rasa nyeri berkurang
setelah dilakukan tindakan
keperawatan selama 2 X 24
jam dengan KH :
- Pasien mengatakan nyeri
berkurang.
- Ekspresi wajah klien
rileks.
- Teliti keluhan nyeri, catat
intensitasnya, lokasinya
dan lamanya.
- Pertahankan tirah baring
selama fase akut.
- Minimalkan aktivitas
vasokontriksi yang dapat
meningkatkan sakit
kepala.
- Kolaborasi pemberian
analgetik.
Mengidentifikasi
karakteristik nyeri
merupakan faktor
yang penting untuk
menentukan terapi
yang cocok serta
mengevaluasi
kefektifan dari terapi.
Meminimalkan
stimulasi/
meningkatkan
relaksasi.
Aktivitas yang
meningkatkan
vasokontriksi
menyebabkan sakit
kepala pada adanya
peningkatan tekanan
Penurunan curah
jantung berhubungan
dengan peningkatan
afterload
vasokontriksi.
TD dalam rentang normal
setelah dilakukan tindakan
keperawatan selama 2 X 24
jam.
- Pantau tekanan darah.
- Amati warna kulit,
kelembaban dan suhu.
- Berikan lingkungan
tenang dan nyaman.
- Pertahankan pembatasan
aktivitas.
- Anjurkan teknik relaksasi.
- Kolaborasi pemberian
obat antihipertensi.
vaskuler serebral.
Menurunkan/
mengontrol nyeri.
Untuk mengetahui
derajat hipertensi.
Adanya pucat,
dingin, kulit lembab
mungkin berkaitan
dengan
vasokontriksi/
mencerminkan
penurunan COP.
Membantu
menurunkan
rangsang simpatis,
meningkatkan
relaksasi.
Menurunkan stress
dan ketegangan yang
mempengaruhi
tekanan darah.
Mengontrol tekanan
darah.
Resiko injuri
berhubungan dengan
kesadaran menurun.
Intoleransi aktivitas
berhubungan dengan
kelemahan tubuh.
Resiko injuri berkurang
setelah dilakukan tindakan
keperawatan selama 2 X 24
jam dengan KH:
Pasien merasa tenang dan
tidak takut jatuh.
Setelah dilakukan tindakan
keperawatan selama 2 x 24
jam dapat meningkatakan
toleransi aktivitas pasien
dengan kriteria hasil :
- Dapat memenuhi
kebutuhan perawatan
sendiri.
- Menurunnya kelemahan
dan kelelahan.
- Tanda vital dalam rentang
normal.
- Atur posisi pasien agar
aman.
- Batasi aktivitas.
- Bantu dalam ambulasi.
- Kaji respon pasien
terhadap aktivitas,
perhatikan frekuensi nadi
lebih dari 20 kali per
menit di atas frekuensi
istirahat, peningkatan TD
selama/ sesudah aktivitas,
dispnea, diaforesis,
pusing.
- Instruksikan klien tentang
teknik penghematan
energi.
- Berikan dorongan untuk
melakukan aktivitas
perawatan diri bertahap.
Menurunkan resiko
injuri.
Mengetahui respon
fisiologi terhadap
stress aktivitas.
Mengurangi
penggunaan energi
juga membantu
keseimbangan antara
suplai dan kebutuhan
oksigen.
Kemajuan aktivitas
bertahap mencegah
peningkatan kerja
jantung tiba-tiba.
Kelebihan volume
cairan berhubungan
dengan retensi
natrium sekunder
penurunan GFR.
Setelah dilakukan tindakan
keperawatan selama 2 x 24
jam dengan kriteria hasil :
- cairan dalam keadaan
seimbang.
- TTV dalam rentang
normal
- Tidak ada oedem.
- Pantau haluaran urin,
jumlah dan warna saat
terjadi diuresis
- Hitung masukan dan
keluaran cairan selama 24
jam.
- Kolaborasi pemberian
diuretik
Haluaran urine
mungkin sedikit dan
pekat karena
penurunan perfusi
ginjal.
Menentukan
kehilangan cairan
tiba- tiba /berlebihan.
Meningkatkan laju
urine dan
menghambat
reabsorbsi natrium
pada tubulus ginjal
DAFTAR PUSTAKA
Brunner and Suddarth. (1996). Text book of Medical-Surgical Nursing. Jakarta:
EGC.
Doenges, Marilynn E. 2000. Rencana Asuhan Keperawatan: Pedoman untuk
Perencanaan dan Pendokumentasian Perawatan Pasien. Jakarta:
EGC.
Price, Sylvia A dan Lorraine M Wilson. Patofisiologi Konsep Klinis Proses-
Proses Penyakit. Jakarta : EGC.
Smeltzer, Suzanne C. 2002. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Edisi 8 Vol
2. Jakarta: EGC.