LP HIL

40
RENCANA KEGIATAN MINGGUAN PASIEN DENGAN HERNIA INGUINALIS LATERALIS LAPORAN INDIVIDU Untuk Memenuhi Tugas Pendidikan Profesi Ners Departemen Surgikal di Ruang 19 RS Saiful Anwar Malang Oleh: NOVITA WULAN DARI NIM. 115070200111048 PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN

description

Laporan pendahuluanhhhhnhbuhhj

Transcript of LP HIL

Page 1: LP HIL

RENCANA KEGIATAN MINGGUAN

PASIEN DENGAN HERNIA INGUINALIS LATERALIS

LAPORAN INDIVIDU

Untuk Memenuhi Tugas Pendidikan Profesi Ners Departemen Surgikal

di Ruang 19 RS Saiful Anwar Malang

Oleh:

NOVITA WULAN DARI

NIM. 115070200111048

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN

FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS BRAWIJAYA

MALANG

2015

Page 2: LP HIL

Rencana Kegiatan Mingguan

(RKM)

Departemen : Surgikal Persepti : Novita Wulan DariPeriode : 28 Des 2015 - 02 Jan 2016 Preseptor : Ruang : R.19

A. Target yang ingin dicapai

Dapat memberikan asuhan keperawatan pada pasien Hernia Inguinalis Lateralis,

selama 1 minggu (28 Des 2015 - 02 Jan 2016):

1. Dapat melakukan pengkajian pada pasien

2. Mampu menganalisis data yang didapat

3. Mampu membuat prioritas masalah pada pasien

4. Mampu menentukan tujuan dan kriteria hasil dari prioritas masalah

5. Mampu membuat rencana intervensi

6. Mampu mengimplementasikan renpra, yaitu:

Membantu mempersiapkan pemeriksaan laboratorium

Memberikan injeksi obat CVC

Merawat luka operasi

Memasang/ melepas Kateter urin

Melakukan injeksi obat sesuai indikasi

Melakukan nebulizer pada pasien

Memberikan pendidikan kesehatan/penyuluhan kepada pasien dan keluarga.

7. Mampu melakukan evaluasi dari tindakan keperawatan

B. Rencana kegiatan

TIK Jenis Kegiatan Waktu Kriteria hasil

1 Melakukan pengkajian pada klien

sesuai dengan kasus, meliputi:

- Komunikasi terapeutik

Pengkajian Fisik

Data Penunjang

Hari ke 1 BHSP dan data yang

diperoleh dapat mewakili

kondisi klien.

2 Menganalisis data dari hasil

pengkajian

Hari ke 1 Data dianalisis menjadi

diagnose keperawatan

3 Menetapkan diagnose dan prioritas Hari ke 1 Diagnosa sesuai dengan

Page 3: LP HIL

masalah keperawatan kondisi actual klien.

4 Menetapkan tujuan sesuai kriteria

hasil

Memantau kebutuhan cairan pasien

Melakukan perawatan sesuai

diagnosa pasien

Memberikan obat via IM/IV/SC

Pendidikan kesehatan bagi pasien

dan keluarga

Hari ke 1-5 Tujuan dan kriteria hasil

yang sesuai dengan

kondisi klien

5 Mencari literature untuk membuat

intervensi keperawatan

Hari ke 1-5 Literatur memberikan

informasi intervensi

keperawatan yang tepat

sesuai kondisi klien

6 Melakukan implementasi Hari ke 1-5 Dapat melakukan

prosedur tindakan sesuai

dengan SOP

7 Mengevaluasi setiap tindakan yang

dilakukan dan evaluasi proses

keperawatan secara keseluruhan

Hari ke 1-5 Evaluasi berdasarakan

tujuan dan kriteria hasil

yang telah ditetapkan

8 Melakukan skill/keterampilan sebagai

berikut:

A. Merawat luka insisi operasi

B. Mengambil darah vena dan arteri

C. Melakukan tes kulit (tes alergi)

D. Melakukan injeksi IV, IM, SC, IC

E. Menghitung balance cairan

F. Melakukan monitoring nutrisi

G. Membantu eliminasi (urin, alvi)

H. Melakukan monitoring nutrisi

I. Menghitung bising usus

J. Memasang kateter Urine

K. Memasang NGT

L. Melakukan personal hygiene

Hari ke 1-5 Melakukan tindakan

sesuai dengan SOP

Page 4: LP HIL

M.Mengukur GCS

N. Menghitung MAP,CTR dan GFR

O. Melakukan gastric lavage

P. Memberikan cairan makanan per

sonde

Q. Melakukan pengisapan lendir

(suctioning)

R. Melakukan nebulizer

C. Evaluasi Pelaksanaan Kegiatan

D. Evaluasi Diri Praktikan

E. Rencana Tindak Lanjut

Mengetahui,

Preceptor Klinik R.19

(.........................................)

Malang, 02 Januari 2016

Mahasiswa

(............................................)

Page 5: LP HIL

LAPORAN PENDAHULUAN

DEPARTEMEN SURGICAL

HERNIA INGUINALIS LATERALIS

Untuk Memenuhi Tugas Profesi Departemen Surgical

Ruang 19 RSUD Dr. Saiful Anwar Malang

Oleh:

Novita Wulan Dari

NIM. 115070200111048

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN

FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS BRAWIJAYA

MALANG

2015

Page 6: LP HIL

LEMBAR PENGESAHAN

LAPORAN PENDAHULUAN DAN ASUHAN KEPERAWATAN

HERNIA INGUINALIS LATERALIS

Oleh :

Novita Wulan Dari

NIM. 115070200111048

Telah diperiksa dan disetujui pada :

Hari :

Tanggal :

Pembimbing Akademik Pembimbing Klinik

______________________ _______________________

Page 7: LP HIL

Hernia Inguinalis Lateralis

A. Definisi

Hernia merupakan protrusi atau penonjolan isi suatu rongga melalui defek atau bagian

lemah dari dinding rongga yang bersangkutan. Pada hernia abdomen, isi perut menonjol

melalui defek atau bagian lemah dari lapisan muskulo-aponeurotik dinding perut. Hernia

terdiri atas cincin, kantong dan isi hernia (karnadihardja, 2005)

Hernia (Latin) merupakan penonjolan bagian organ atau jaringan melalui lobang

abnormal. (Dorland,1998). Hernia merupakan protusi atau penonjolan isi suatu rongga

melalui defek atau bagian lemah dari dinding rongga bersangkutan. Pada hernia abdomen, isi

perut menonjol melalui defek atau bagian lemah dari lapisan muskolo-aponeurotik dinding

perut. Hernia terdiri atas cincin, kantong, dan isi hernia. (Jong, 2004).

Hernia iguinalis lateralis adalah suatu keadaan dimana sebagian usus masuk melalui

sebuah lubang pada dinding perut ke dalam kanalis inguinalis. Kanalis inguinalis adalah

saluran berbentuk tabung, yang merupakan jalan tempat turunnya testis (buah zakar) dari

perut ke dalam skrotum (kantung zakar) sesaat sebelum bayi dilahirkan

B. Anatomi Fisiologi

C.

Lapisan dinding kulit abdomen terdiri dari, lemak subkutan, scarpa’s fascia,

peritoneum hesselbach’s triangle, external oblique, internal oblique, transversus abdominis,

transversalis fascia. Dan di batasi oleh artery epigastrika inferior, ligamentum inguinal dan

lateralnya di batasi oleh rectus sheath (Schwartz, 1989). Canalis inguinalis merupakan

saluran oblik yang menembus bagian bawah dinding anterior abomen dan terdapat pada

kedua jenis kelamin. Canalis inguinalis terletak sejajar dan tepat di atas ligamentum

Page 8: LP HIL

inguinale. Dining canalis inguinalis di bentuk oleh muskulus obliquus externus abdominis

dan di bentuk oleh facsia abdominalis (snell, 2006).

a. Usus halus

Panjangnya kira-kira 2-8 m dengan diameter 2,5 cm. Berentang dari sphincter pylorus

ke katup ileocecal. Usus halus terdiri dari tiga bagian yaitu usus dua belas jari (duodenum)

panjangnya 25 cm, usus kosong (jejunum) 1-2 m, dan usus penyerapan (ileum) 2-4 m.

1). Usus dua belas jari (Duodenum)

Usus dua belas jari atau duodenum adalah bagian dari usus halus yang terletak setelah

lambung dan menghubungkannya ke usus kosong (jejunum). Bagian usus dua belas jari

merupakan bagian terpendek dari usus halus, dimulai dari bulbo duodenale dan berakhir di

ligamentum Treitz.

Usus dua belas jari merupakan organ retroperitoneal, yang tidak terbungkus

seluruhnya oleh selaput peritoneum. pH usus dua belas jari yang normal berkisar pada derajat

sembilan. Pada usus dua belas jari terdapat dua muara saluran yaitu dari pankreas dan

kantung empedu. Nama duodenum berasal dari bahasa Latin duodenum digitorum, yang

berarti dua belas jari.

2). Usus Kosong (jejunum)

Usus kosong atau jejunum (terkadang sering ditulis yeyunum) adalah bagian kedua

dari usus halus, di antara usus dua belas jari (duodenum) dan usus penyerapan (ileum). Pada

manusia dewasa, panjang seluruh usus halus antara 2-8 meter, 1-2 meter adalah bagian usus

kosong. Usus kosong dan usus penyerapan digantungkan dalam tubuh dengan mesenterium.

Jejunum diturunkan dari kata sifat jejune yang berarti "lapar" dalam bahasa Inggris modern.

Arti aslinya berasal dari bahasa Latin, jejunus, yang berarti "kosong".

3). Usus Penyerapan (illeum)

Usus penyerapan atau ileum adalah bagian terakhir dari usus halus. Pada sistem

pencernaan manusia, ini memiliki panjang sekitar 2-4 m dan terletak setelah duodenum dan

jejunum, dan dilanjutkan oleh usus buntu. Ileum memiliki pH antara 7 dan 8 (netral atau

sedikit basa) dan berfungsi menyerap vitamin B12 dan garam-garam empedu.

Page 9: LP HIL

b. Usus Besar

Usus besar dimulai dari katup ileocecal ke anus dan rata-rata panjangnya 1,5 m dan

lebarnya 5-6 cm.Usus besar terbagi kedalam cecum, colon, dan rectum. Vermiform appendix

berada pada bagian distal dari cecum. Colon terbagi menjadi colon ascending, colon

transversal, colon descending, dan bagian sigmoid. Bagian akhir dari usus besar adalah

rectum dan anus. Sphincter internal dan eksternalpada anus berfungsi untuk mengontrol

pembukaan anus.(Brunner & Suddarth, 2001).

Fisiologi

Fungsi usus halus adalah :

a. Sekresi mukus. Sel-sel goblet dan kelenjar mukosa duodenum akan mensekresi mukus

guna melindungi mukosa usus.

b. Mensekresi enzim. Sel-sel mikrovilli (brush border cell) mensekresi sucrase, maltase,

lactase dan enterokinase yang bekerja pada disakarida guna membentuk monosakarida

yaitu peptidase yang bekerja pada polipeptida, dan enterokinase yang mengaktifkan

trypsinogen dari pankreas.

c. Mensekresi hormon. Sel-sel endokrin mensekresi cholecystokinin, secretin, dan

enterogastrone yang mengontrol sekresi empedu, pancreatic juice, dan gastric juice.

d. Mencerna secara kimiawi. Enzim dari pankreas dan empedu dari hati masuk kedalam

duodenum.

e. Absorpsi. Nutrisi dan air akan bergerak dari lumen usus kedalam kapiler darah dan lacteal

dari villi.

f. Aktifitas motorik. Mencampur, kontraksi dan peristaltik. Gerakan mencampur disebabkan

oleh kontraksi serabut otot sirkuler pada usus menyebabkan chyme kontak dengan villi

untuk diabsorpsi.

Page 10: LP HIL

Fungsi utama usus besar adalah :

a. Sebagai aktifitas motorik. Gerakan mengayun dan peristaltik akan menggerakkan zat sisa

menuju kebagian distal.

b. Sekresi. Pada umumnya memproduksi mukus yangmelindungi mukosas akan tidak

mengalami injury, melunakkan feces yang memungkinkan bergerak dengan lancar kearah

pelepasan dan menghambat pengaruh pembentukan keasaman oleh bakteri.

c. Absorpsi air, garam, dan chlorida. Colon mempunyai kemampuan mengabsorpsi 90% air

dan garam dan mempertahankan keseimbangan cairan dan elektrolit.

d. Mensintesa vitamin. Bakteri pada usus halus akan mensintesa vitamin K, thiamin,

riboflavin, vitamin B12, dan folic acid.

e. Membentuk feses. Feses terdiri dari ¾ air dan ¼ massa padat. Massa padat termasuk sisa

makanan dan sel yang mati. Pigmen empedu memberikan warna pada feses. Dan

menstimulasi gerakan isi usus kearah pelepasan.

f. Defekasi. Yaitu aktifitas mengeluarkan feces dari dalam tubuh keluar. Pada saat feses dan

gas berada dalam rektum, tekanan dalam rektum meningkat, menyebabkan terjadinya

refleks defekasi.

D. Etiologi

Hernia inguinalis dapat terjadi karena anomali kongenital atau karena sebab yang

didapat. Hernia dapat dijumpai pada setiap usia. Lebih banyak pada lelaki ketimbang

perempuan. Berbagai faktor penyebab berperan pada pembentukan pintu masuk hernia pada

anulus internus yang cukup lebar sehingga dapat dilalui oleh kantong hernia dan isi hernia.

Selain itu diperlukan pula faktor yang dapat mendorong isi hernia melewati pintu yang sudah

terbuka cukup lebar itu.

Pada orang yang sehat, ada tiga mekanisme yang dapat mencegah terjadinya hernia

inguinalis, yaitu kanalis inguinalis yang berjalan miring, adanya struktur m.oblikus internus

abdominis yang menutup anulus inguinalis internus ketika berkontraksi dan adanya fasia

transversa yang kuat yang menutupi trigonum Hasselbach yang umumnya hampir tidak

berotot. Gangguan pada mekanisme ini dapat menyebabkan terjadinya hernia.

Ada beberapa faktor yang dapat menyebabkan terjadinya hernia inguinalis antara lain:

1. Kelemahan aponeurosis dan fasia tranversalis,

2. Prosesus vaginalis yang terbuka, baik kongenital maupun didapat,

3. Tekanan intra abdomen yang meninggi secara kronik, hipertrofi prostat, konstipasi, dan

asites,

Page 11: LP HIL

4. Kelemahan otot dinding perut karena usia,

5. Defisiensi otot,

6. Hancurnya jaringan penyambung oleh karena merokok, penuaan atau penyakit sistemik.

Pada neonatus kurang lebih 90 % prosesus vaginalis tetap terbuka, sedangkan pada

bayi umur satu tahun sekitar 30 % prosesus vaginalis belum tertutup. Akan tetapi, kejadian

hernia pada umur ini hanya beberapa persen. tidak sampai 10 % anak dengan prosesus

vaginalis paten menderita hernia. Pada lebih dari separuh populasi anak, dapat dijumpai

prosesus vaginalis paten kontralateral, tetapi insiden hernia tidak melebihi 20 %. Umumnya

disimpulkan adanya prosesus vaginalis yang paten bukan merupakan penyebab tunggal

terjadinya hernia, tetapi diperlukan faktor lain, seperti anulus inguinalis yang cukup besar.

Dalam keadaan relaksasi otot dinding perut, bagian yang membatasi anulus internus

turut kendur. Pada keadaan itu tekanan intraabdomen tidak tinggi dan kanalis inguinalis

berjalan lebih vertikal. Sebaliknya bila otot dinding perut berkontraksi, kanalis inguinalis

berjalan lebih transversal dan anulus inguinalis tertutup sehingga dapat mencegah masuknya

usus ke dalam kanalis inguinalis. Kelemahan otot dinding perut antara lain terjadi akibat

kerusakan n.ilioinguinalis dan iliofemoralis setelah apendektomi. Jika kantong hernia

inguinalis lateralis mencapai skrotum, hernia disebut hernia skrotalis

E. Klasifikasi Hernia Inguinalis

Secara umum hernia diklasifikasikan menjadi:

1. Hernia eksterna, yaitu jenis hernia dimana kantong hernia menonjol secara keseluruhan

(komplit) melewati dinding abdomen seperti hernia inguinal (direk dan indirek), hernia

umbilicus, hernia femoral dan hernia epigastrika.

2. Hernia intraparietal, yaitu kantong hernia berada didalam dinding abdomen.

3.Hernia interna adalah hernia yang kantongnya berada didalam rongga abdomen seperti

hernia diafragma baik yang kongenital maupun yang didapat.

4. Hernia reponibel (reducible hernia), yaitu apabila isi hernia dapat keluar masuk. Usus

keluar jika berdiri atau mengedan dan masuk lagi jika berbaring atau didorong masuk perut,

tidak ada keluhan nyeri atau gejala obstruksi usus.

5. Hernia ireponibel (inkarserata), yaitu apabila kantong hernia tidak dapat kembali ke

abdomen. Ini biasanya disebabkan oleh perlengkatan isi kantong pada peritoneum kantong

hernia. Hernia ini disebut hernia akreta, merupakan jenis hernia ireponibel yang sudah

mengalami obstruksi tetapi belum ada gangguan vaskularisasi.

6. Hernia strangulasi adalah hernia yang sudah mengalami gangguan vaskularisasi.

Page 12: LP HIL

Sedangkan berdasarkan lokasinya hernia dikalsifikasikan menjadi :

A. Hernia inguinalis

- Hernia inguinalis indirek (lateral)

Hernia inguinalis lateralis adalah hernia yang melalui anulus inguinalis internus

yang terletak di sebelah lateral vasa epigastrika inferior, menyusuri kanalis inguinalis dan

keluar ke rongga perut melalui anulus inguinalis eksternus.

- Hernia inguinalis direk (medialis)

Hernia inguinalis direk adalah hernia yang kantongnya menonjol langsung ke

anterior melalui dinding posterior canalis inguinalis medial terhadap arteri vena epigastrika

inferior. Pada hernia ini mempunyai conjoint tendo yang kuat, hernia ini tidak lebih hanya

penonjolan umum dan tidak pernah sampai ke skrotum. Hernia ini sering ditemukan pada

laki-laki terutama laki-laki yang sudah lanjut usia dan tidak pernah ditemukan pada wanita.

Hernia direk sangat jarang bahkan tidak pernah mengalami strangulasi atau inkaserata.

Faktor predisposisi yang dapat menyebabkan hernia inguinalis direk adalah peninggian

tekanan intraabdomen konik dan kelemahan otot dinding di trigonom Hasselbach, batuk

yang kronik, kerja berat dan pada umumnya sering ditemukan pada perokok berat yang

sudah mengalami kelemahan atau gangguan jaringan-jaringan penyokong atau penyangga

dan kerusakan dari saraf ilioinguinalis biasanya pada pasien denga riwayat apendektomi.

Gejala yang sering dirasakan penderita hernia ini adalah nyeri tumpul yang biasanya

menjalar ke testis dan intensitas nyeri semakin meningkat apabila melakukan pekerjaan

yang sangat berat.

B. Hernia femoralis

Hernia femoralis pada lipat paha merupakan penonjolan kantong di bawah

ligamentum inguinal di antara ligamentum lakunare di medial dan vena femoralis di lateral.

Hernia ini sering ditemukan pada wanita dibanding laki-laki dengan perbandingan 2:1 dan

pada umumnya mengenai remaja dan sangat jarang pada anakanak. Pintu masuk dari hernia

inguinalis adalah anulus femoralis, selanjutnya isi hernia masuk kedalam kanalis femoralis

yang berbentuk corong sejajar dengan vena femoralis sepanjang kurang lebih 2 cm dan keluar

dari fosa ovalis di lipat paha.

Hernia femoralis disebabkan oleh peninggian tekanan intraabdominal yang kemudian

akan mendorong lemak preperitonial ke dalam kanalis femoralis yang akan menjadi pembuka

jalan terjadinya hernia. Faktor penyebab lainnya adalah kehamilan multipara, obesitas dan

degenerasi jaringan ikat karena usia lanjut. Penderita dengan hernia femoralis sering

Page 13: LP HIL

mengeluhkan nyeri tanpa pembengkakan yang dapat di palpasi dalam lipat paha. Nyerinya

bersifat nyeri tumpul dan jika telah terjadi obstruksi dapat menimbulkan muntah dan

gangguan konstipasi. Hernia femoralis sering terjadi inkaserata dan biasanya terjadi dalam 3

bulan atau lebih. Apabila sudah terjadi inkaserata maka penderita akan merasakan nyeri yang

begitu hebat dan dapat terjadi shok. Pembengkakan sering muncul di bawah ligamentum

inguinal.

C. Jenis hernia yang lain-lain

1. Hernia umbilikalis

Umbilikus adalah tempat umum terjadinya herniasi. Hernia umblikalis lebih sering

terjadi pada wanita, kegemukan dengan kehamilan berulang-ulang merupakan prekusor

umum. Asites sering mengekserbasi masalah ini. Strangulasi kolon dan omentum umum

terjadi. Ruptura sering terjadi pada sirosis asitik kronik, suatu kasus dimana diperlukan segera

dekompresi portal atau pintas nevus peritoneal secara darurat.

Hernia umbilikalis umum pada bayi dan menutup secara spontan tanpa terapi khusus

jika defek aponeurosis berukuran 1,5 cm atau kurang. Perbaikan diindikasikan pada bayi

dengan defek hernia yang diameternya lebih besar dari 2,0 cm dan dalam semua anak dengan

hernia umbilikalis yang masih ada pada usia 3-4 tahun. Perbaikan klasik untuk hernia

umbilikalis adalah hernioplasti Mayo. Operasi terdiri dari imbrikasi vest-over-pants dari

segmen aponeurosis superior dan inferior. Hernia umbilikalis lebih besar, lebih suka

ditangani dengan protesis.

2. Hernia paraumbilikalis.

Hernia para umbilikalis merupakan hernia melalui suatu celah di garis tengah di tepi

kranial umblikus, jarang terjadi di tepi kaudalnya. Penutupan secara spontan jarng terjadi

sehingga dibutuhkan operasi koreksi.

Page 14: LP HIL

3. Hernia ventralis

Kebanyakan hernia ventralis disebabkan oleh insisi pada tubuh yang sebelumnya

tidak sembuh secara tepat atau terpisah karena tegangan abnormal. Cacat ini memungkinkan

penonjolan suatu hernia dan operasi umumnya direkomendasikan.. Jika cacat ini berukuran

kecil atau sedang , maka tindakan ini relatf jelas dan memuaskan tetapi apabila hernia

ventralsinya besar dan fasianya jelek, merupakan prognosa yang jelek pada hernia ventralis.

Pada umumnya tindakan yang dilakukan adalah operasi dengan memobilisasi jaringan denga

cermat dan untuk mencapai penutupan langsung primer jika mungkin. Kadang-kadang

penggunaan kasa protesis

seperti kasa marlex atau fasia lata diindikasikan.

4. Hernia epigastrika

Hernia yang keluar melalui defek di linea alba di antara umbilikus dan prosesus

xipoideus. Isi hernia berupa penonjolan jaringan lemak preperitoneal dengan atau tanpa

kantong peritoneum.

5. Hernia lumbalis

Di daerah lumbal antara iga XII dan krista iliaka, ada dua buah trigonum masing-

masing trigonum kostolumbal superiorn (Grinfelt) berbentuk segitiga terbalik dan trigonum

kostolumbalis inferior atau trigonum iliolumbalis (Petit) berbentuk segitiga. Trigonum

Grijfelt di batasi di kranial oleh iga XII, di anterior oleh tepi bebas m. Obligus internus

abdominis, sedangkan tutupnya m. Latisimussdorsi. Trigonum petit dibatasi di kaudal oleh

krista iliaka, di anterior oleh tepi bebas m.obligus eksternus abdominis, dan posterior oleh

tepi bebas m. Latisimuss dorsi. Dasar segitiga ini adalah m. Oblikus internus abdominis dan

tutupnya adalah fasia superfisialis. Hernia pada kedua trigonum ini jarang dijumpai. Pada

pemeriksaan fisik tampak dan teraba benjolan di pinggang di tepi bawah tulang rusuk XII

atau di tepi kranial panggul dorsal. Diagnosis di tegakkan dengan memeriksa pintu hernia.

Diagnosis banding adalah hematoma, abses dingin atau tumor jaringan lunak. Pengelolaan

terdiri dari atas herniotomi dan hernioplasti. Pada hernioplasti dilakukan juga penutupan

defek.

6. Hernia Littre

Hernia yang sangat jarang dijumpai ini merupakan hernia yang mengandung

divertikulum meckel. Hernia Littre dianggap sebagai hernia sebagian dinding usus.

7. Hernia Speighel

Hernia Spieghel adalah hernia interstial dengan atau tanpa isinya melalui fasia

Spieghel. Hernia ini sangat jarang dijumpai. Biasanya dijumpai pada usia 40-70 tahun, tanpa

Page 15: LP HIL

ada perbedaan antara laki-laki dan perempuan. Biasanya terjadi dikanan dan jarang bilateral.

Diagnosis ditegakkan dengan ditemukan benjolan di sebelah Mc burney bagian kanan

maupun sebelah kiri pada tepi lateral m. Rektus Abdominis. Isi hernia dapat terdiri dari usus,

omentum atau ovarium. Sebagai pemeriksaan penunjang dapat dilakukan ultrasonografi.

Pengelolaan terdiri atas herniotomi dan hernioplastik dengan menutup defek pada

m.tranversus abdominis dan m.abdominis internus. Hernia yang besar sangat membutuhkan

suatu protesis.

8. Hernia obturatoria

Hernia obturatoria ialah hernia melalui foramen obturatoria. Dapat berlangsung dalam

empat tahap. Mula-mula tonjolan lemak retroperitoneum masuk ke dalam kanalis

obturatorius, disusul oleh tonjolan peritoneum parietal. Kantong hernia ini mungkin diisi oleh

lekuk usus yang dapat mengalami inkaserasi parsial, sering secara Richter atau total.

Diagnosis dapat ditegakkan atas dasar adanya keluhan nyeri seperti ditusuktusuk dan

parestesia di daerah panggul, lutut, dan bagian medial paha akibat penekanan pada n.

Obturatorius (tanda howship Romberg) yang patognomonik. Pada colok dubur atau

pemeriksaan vaginal dapat ditemukan tonjolan hernia yang nyeri yang merupakan tanda

(Hoeship Romberg). Pengelolaan bedah dengan pendekatan transperitoneal atau

preperitoneal.

9. Hernia perinealis

Hernia perineal merupakan penonjolan hernia pada perineum melalui defek dasar

panggul dapat terjadi secara primer pada perempuan multipara, atau sekunder setelah operasi

melalui perineum seperti prostaktomi atau reseksi rektum secara abdominoperineal.

Diagnosis ditegakkan dengan anamnesis dan pemeriksaan fisik. Tanpak dan teraba benjolan

diperieneum yang mudah keluar masuk dan jarang mengalami inkaserasi. Pintu hernia dapat

diraba secara bimanual dengan pemeriksaan rektovaginal. Dalam keadaan ragu-ragu dapat

dilakukan pemeriksaan ultrasonografi.

Biasanya pendekatan operatif dengan transperitoneal, perineal atau kombinasi abdomino dan

perineal.

10. Hernia pantalon

Hernia pantalon merupakan kombinasi hernia inguinalis lateralis dengan hernia

inguinalis medial pada satu sisi. Kedua kantong hernia dipisahkan oleh vasa epigastrika

inferior sehingga berbentuk seperti celana. Keadaan ini ditemukan kira – kira 15% dari hernia

inguinalis. Diagnosis umum sukar ditegakkan dengan pemeriksaan klinis dan biasanya sering

Page 16: LP HIL

ditemukan setelah dilakukan operasi. Pengelolaan seperti biasanya pada hernia inginalis,

herniotomi dan hernioplasti.

F. Patofisiologi

Terjadinya hernia disebabkan oleh dua faktor yang pertama adalah faktor kongenital

yaitu kegagalan penutupan prosesus vaginalis pada waktu kehamilan yang dapat

menyebabkan masuknya isi rongga perut melalui kanalis inguinalis, faktor yang kedua adalah

faktor yang didapat seperti hamil, batuk kronis, pekerjaan mengangkat benda berat dan faktor

usia, masuknya isi rongga perut melalui kanal ingunalis, jika cukup panjang maka akan

menonjol keluar dari anulus ingunalis eksternus. Apabila hernia ini berlanjut tonjolan akan

sampai ke skrotum karena kanal inguinalis berisi tali sperma pada lakilaki, sehingga

menyebakan hernia. Hernia ada yang dapat kembali secara spontan maupun manual juga ada

yang tidak dapat kembali secara spontan ataupun manual akibat terjadi perlengketan antara isi

hernia dengan dinding kantong hernia sehingga isi hernia tidak dapat dimasukkan kembali.

Keadaan ini akan mengakibatkan kesulitan untuk berjalan atau berpindah sehingga aktivitas

akan terganggu. Jika terjadi penekanan terhadap cincin hernia maka isi hernia akan mencekik

sehingga terjadi hernia strangulate yang akan menimbulkan gejala ileus yaitu gejala obstruksi

usus sehingga menyebabkan peredaran darah terganggu yang akan menyebabkan kurangnya

suplai oksigen yang bisa menyebabkan Iskemik. Isi hernia ini akan menjadi nekrosis. Kalau

kantong hernia terdiri atas usus dapat terjadi perforasi yang akhirnya dapat menimbulkan

abses lokal atau prioritas jika terjadi hubungan dengan rongga perut. Obstruksi usus juga

menyebabkan penurunan peristaltik usus yang bisa menyebabkan konstipasi. Pada keadaan

strangulate akan timbul gejala ileus yaitu perut kembung, muntah dan obstipasi pada

strangulasi nyeri yang timbul letih berat dan kontineu, daerah benjolan menjadi merah

(Syamsuhidajat, 2004).

F. Manifestasi Klinis

Pada umumnya keluhan orang dewasa berupa benjolan di inguinalis yang timbul pada

waktu mengedan, batuk, atau mengangkat beban berat dan menghilang pada waktu istirahat

berbaring. Pada inspeksi perhatikan keadaan asimetris pada kedua inguinalis, skrotum, atau

labia dalam posisi berdiri dan berbaring. Pasien diminta mengedan atau batuk sehingga

adanya benjolan atau keadaan asimetris dapat dilihat. Palpasi dilakukan dalam keadaan ada

benjolan hernia, diraba konsistensinya, dan dicoba mendorong apakah benjolan dapat

Page 17: LP HIL

direposisi. Setelah benjolan dapat direposisi dengan jari telunjuk, kadang cincin hernia dapat

diraba berupa anulus inguinalis yang melebar (Jong, 2004).

Gejala dan tanda klinis hernia banyak ditentukan oleh keadaaan isi hernia. Pada

hernia reponibel keluhan satu-satunya adanya benjolan di lipat paha yang muncul pada waktu

berdiri, batuk bersin, atau mengejan dan menghilang setelah berbaring. Keluhan nyeri jarang

dijumpai, kalau ada biasanya dirasakan di daerah epigastrium atau paraumbilikal berupa nyeri

viseral karena regangan pada mesenterium sewaktu satu segmen usus halus masuk ke dalam

kantong hernia. Nyeri yang disertai mual atau muntah baru timbul kalau terjadi inkarserasi

karena ileus atau strangulasi karena nekrosis atau gangren.

Tanda klinis pada pemeriksaan fisik bergantung pada isi hernia. Pada inspeksi saat

pasien mengedan, dapat dilihat hernia inguinalis lateralis muncul sebagai penonjolan di regio

ingunalis yang berjalan dari lateral atas ke medial bawah. Kantong hernia yang kosong

kadang dapat diraba pada vunikulus spermatikus sebagai gesekan dari dua lapis kantong yang

memberikan sensasi gesekan dua permukaan sutera. Tanda ini disebut tanda sarung tangan

sutera, tetapi umumnya tanda ini sukar ditentukan. Kalau kantong hernia berisi organ,

tergantung isinya, pada palpasi mungkin teraba usus,omentum (seperti karet), atau ovarium.

Dengan jari telunjuk atau kelingking pada anak, dapat dicoba mendorong isi hernia dengan

menekan kulit skrotum melalui anulus eksternus sehingga dapat ditentukan apakah isi hernia

dapat direposisi atau tidak. Dalam hal hernia dapat direposisi, pada waktu jari masih berada

dalam anulus eksternus, pasien diminta mengedan. Kalau ujung jari menyentuh hernia, berarti

hernia inguinalis lateralis, disebut hernia inguinalis lateralis karena menonjol dari perut di

lateral pembuluh epigastrika inferior. Disebut juga indirek karena keluar melalui dua pintu

dan saluran yaitu, anulus dan kanalis inguinalis. Pada pemeriksaan hernia lateralis akan

tampak tonjolan berbentuk lonjong, sedangkan hernia medialis berbentuk tonjolan bulat. Dan

kalau sisi jari yang menyentuhnya, berarti hernia inguinalis medialis. Dan jika kantong hernia

inguinalis lateralis mencapai skrotum, disebut hernia skrotalis. Hernia inguinalis lateralis

yang mencapai labium mayus disebut hernia labialis. Diagnosis ditegakkan atas dasar

benjolan yang dapat direposisi, atau jika tidak dapat direposisi, atas dasar tidak adanya

pembatasan yang jelas di sebelah cranial dan adanya hubungan ke cranial melalui anulus

eksternus. Hernia ini harus dibedakan dari hidrokel atau elefantiasis skrotum. Testis yang

teraba dapat dipakai sebagai pegangan untuk membedakannya.(Jong, 2004).

Page 18: LP HIL

G. Penatalaksanaan

Pengobatan konservatif terbatas pada tindakan melakukan reposisi dan pemakaian

penyangga atau penunjang untuk mempertahankan isi hernia yang telah direposisi. Reposisi

tidak dilakukan pada hernia inguinalis strangulata, kecuali pada pasien anak-anak, reposisi

spontan lebih sering (karena cincin hernia yang lebih elastis). Reposisi dilakukan secara

bimanual. Tangan kiri memegang hernia membentuk corong sedangkan tangan kanan

mendorongnya ke arah cincin hernia dengan sedikit tekanan perlahan yang tetap sampai

terjadi reposisi. Pemakaian bantalan penyangga hanya bertujuan menahan hernia yang telah

direposisi dan tidak pernah menyembuhkan, sehingga harus dipakai seumur hidup. Namun,

cara yang sudah berumur lebih dari 4000 tahun ini masih saja dipakai sampai sekarang.

Sebaiknya cara seperti ini tidak dianjurkan karena menimbulkan komplikasi, antara lain

merusak kulit dan tonus otot dinding perut di daerah yang tertekan, sedangkan strangulasi

tetap mengancam.

Pengobatan operatif merupakan satu-satunya pengobatan hernia inguinalis yang

rasional. Indikasi operatif sudah ada begitu diagnosa ditegakkan. Prinsip dasar operatif hernia

terdiri atas herniotomi dan hernioplastik. Pada herniotomi dilakukan pembebasan kantong

hernia sampai ke lehernya, kantong dibuka dan isi hernia dibebaskan kalau ada perlekatan,

kemudian direposisi. Kantong hernia dijahit-ikat setinggi mungkin lalu dipotong. Pada

hernioplastik dilakukan tindakan untuk memperkecil annulus inguinalis internus dan

memperkuat dinding belakang kanalis iguinalis. Hernioplastik lebih penting dalam mencegah

terjadinya residif dibandingkan dengan herniotomi. Hernia bilateral pada orang dewasa,

dianjurkan melakukan operasi dalam satu tahap kecuali jika ada kontra indikasi. Begitu juga

pada anak-anak dan bayi, operasi hernia bilateral dilakukan dalam satu tahap, terutama pada

hernia inguinalis sinistra (Jong, 2004).

H. Komplikasi

Komplikasi hernia bergantung pada keadaan yang dialami oleh isi hernia. Isi hernia

dapat tertahan dalam kantong, pada hernia ireponibel ini dapat terjadi kalau isi hernia terlalu

besar, misalnya terdiri atas omentum, organ ekstraperitonial. Disini tidak timbul gejala klinis

kecuali berupa benjolan. Dapat pula terjadi isi hernia tercekik oleh cincin hernia sehingga

terjadi hernia strangulata yang menimbulkan gejala obstruksi usus yang sederhana. Sumbatan

dapat terjadi total atau parsial. Bila cincin hernia sempit, kurang elastis, atau lebih kaku, lebih

sering terjadi jepitan parsial. Jarang terjadi inkarserasi retrograd, yaitu dua segmen usus

terperangkap di dalam kantong hernia dan satu segmen lainnya berada dalam rongga

Page 19: LP HIL

peritonium, seperti huruf “W”. Jepitan cincin hernia akan menyebabkan gangguan perfusi

jaringan isi hernia. Pada permulaan terjadi bendungan vena sehingga terjadi udem organ atau

struktur di dalam hernia dan transudasi ke dalam kantong hernia. Timbulnya udem

menyebabkan jepitan pada cincin hernia makin bertambah, sehingga akhirnya peredaran

darah jaringan terganggu. Isi hernia terjadinekrosis dan kantong hernia berisi transudat

berupa cairan serosanguinus.

Kalau isi hernia terdiri atas usus, dapat terjadi perforasi yang akhirnya dapat

menimbulkan abses local, fistel, atau peritonitis, jika terjadi hubungan dengan dengan rongga

perut (Jong, 2004). Gambaran klinis hernia inguinalis lateralis inkarserata yang mengandung

usus dimulai dengan gambaran obstruksi usus dengan gangguankeseimbangan cairan,

elektrolit dan asam basa. Bila sudah terjadi strangulasi karena gangguan vaskularisasi, terjadi

keadaan toksik akibat gangren dan gambaran klinis menjadi kompleks dan sangat serius.

Penderita mengeluh nyeri lebih hebat di tempat hernia. Nyeri akan menetap karena

rangsangan peritoneal. Pada pemeriksaan local ditemukan benjolan yang tidak dapat

dimasukkan kembali disertai nyeri tekan dan tergantung keadaan isi hernia, dapat dijumpai

tanda peritonitis atau abses local. Hernia strangulata merupakan keadaan gawat darurat. Oleh

karena itu, perlu mendapat pertolongan segera (Jong 2004).

Page 20: LP HIL

Pathway

Hiatus hernia

Obesitas batuk, kongental, mengedan, pengangkatan beban

Terdorong lewat dinding posterior canalis inguinal yang lemah

Cemas

Benjolan pada regio inguinal

Organ terdorong keluar melalui defek

Hernia umbikalis kongenital

Hernia inguinalis

Hernia para umbikalis

Hernia insisional

Kantung hernia keluar melalui

umbikalis

Kantung hernia melewati dinding

abdomen

Kantung hernia memasuki

rongga thorak

Kantung hernia memasuki celah

bekas insisiKantung hernia memasuki celah

inguinal

Pembedahan

Kerusakan integritas kulit

Pemasangan elektroda

Dampak anestesi

Ekstremitas bawah tidak dapat digerakkan

SAB

Nyeri

Insisi bedah

Terputusnya kontuinitas jaringan

Luka terbukaMengeluarkan zat-zat proteolitik

(Bradakini,histamine, prostaglandin)

Respon nyeri

Port de entry kuman

Resiko infeksi

Hambatan mobilitas fisik

Posisi tidak tepat

Resiko injury

Tekanan intra abdomen meningkat

Rusaknya integritas dinding otot perut

HerniaMengeluarkan zat-zat proteolitik

(Bradakini,histamine, prostaglandin)

Respon nyeri Nyeri

Abdomen terdesak

Mual, muntah

Asupan nutrisi kurang

Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan

tubuh

Page 21: LP HIL

Isi hernia terjepit oleh cincin hernia

Menimbulkan hernia strangulata

Gangguan perfusi jaringan isi hernia

Menambah jepitan pada isi hernia

Awalnya terjadi bendungan vena

Odema organ/struktur didalam hernia

Terjadi transudasi kedalam kantong hernia

Perfusi jaringan semakin terganggu

Isi hernia nekrosis

Kantong hernia akan terisi transudat yg

bersifat serosanguinis

Terjadi perforasi Abses lokal Fistel

Peritonitis

Sepsis

Resiko infeksi

Kekurangan volume cairan dan elektrolit

Hipertermi

Ketidakefektifan perfusi jaringan

Page 22: LP HIL

Asuhan Keperawatan

A. Pengkajian Fokus

1. Pengkajian

Pengkajian pasien Post operatif (Doenges, 2000) adalah meliputi :

a. Sirkulasi

Gejala : riwayat masalah jantung, GJK, edema pulmonal, penyakit vascular perifer,

atau stasis vascular (peningkatan risiko pembentukan trombus).

b. Integritas ego

Gejala : perasaan cemas, takut, marah, apatis, faktor-faktor stress multiple misalnya:

financial, hubungan, gaya hidup. Tanda : tidak dapat istirahat, peningkatan ketegangan/peka

rangsang, stimulasi simpatis.

c. Makanan / cairan

Gejala: insufisiensi pancreas/DM, (predisposisi untuk hipoglikemia/ketoasidosis),

malnutrisi (termasuk obesitas), membrane mukosa yang kering (pembatasan pemasukkan /

periode puasa pra operasi).

d. Aktivitas atau istirahat

Tanda : mengangkat beban berat, duduk, mengemudi dalam waktu lama,

membutuhkan papan matras untuk tidur, penurunan rentang gerak, tidak mampu melakukan

aktivitas seperti biasa, atrofi otot, gangguan dalam berjalan.

e. Neurosensori

Gejala : kesemutan, kekakuan, kelemahan tangan atau kaki, penurunan reflek tendon

dalam, nyeri tekan atau nyeri abdomen.

f. Pernapasan

Gejala : infeksi, kondisi yang kronis/batuk, merokok.

g. Keamanan

Gejala : alergi/sensitive terhadap obat, makanan, plester, dan larutan.

Tanda:munculnya proses infeksi yang melelahkan, demam.

h. Kenyamanan

Gejala : nyeri seperti ditusuk-tusuk, fleksi pada kaki, keterbatasan mobilisasi.

2. Diagnosa Keperawatan

a. Nyeri berhubungan dengan luka insisi dan distensi abdominal, ditandai dengan adanya rasa

nyeri, perilaku yang sangat hati-hati, melindungi bagian tertentu, memusatkan diri,

Page 23: LP HIL

mempersempit fokus, perilaku distraksi (tegang, mengerang, menangis, mondar-mandir,

gelisah), raut wajah kesakitan (mata kuyu, terlihat lelah, gerakan kaku, meringis),

perubahan tonus otot, respons autonom (diaforesis), perubahan tekanan darah dan nadi,

dilatasi pupil, penurunan atau peningkatan frekuensi nafas.

b. Resiko infeksi berhubungan dengan inkontinuitas jaringan sekunder terhadap tindakan

invasive (insisi bedah)

c. Perubahan pola eliminasi konstipasi berhubungan dengan penurunan peristaltic usus

sekunder terhadap efek anesthesi yang ditandai dengan feses keras, berbentuk, defekasi

terjadi kurang dari 3 kali seminggu, bising usus menurun, melaporkan adanya perasaan

penuh pada rectum.

d. Imobilitas fisik berhubungan dengan keterbatasan gerak (Carpenito,2000).

3. Fokus Intervensi dan Rasional

1. Nyeri berhubungan dengan luka insisi

a. Tujuan

Klien melaporkan nyeri berkurang dengan kriteria menunjukkan perilaku/ketrampilan

relaksasi dan aktivitas terapeutik, tampak rileks, tidur dan istirahat dengan tepat.

b. Intervensi

1) Observasi nyeri, perhatikan lokasi, intensitas (skala 1-10).

Rasional:pengkajian nyeri mendasari bagi perencanaan intervensi keperawatan.

2) Latih klien menggunakan metode distraksi.

Rasional: Latihan pernafasan dan tehnik relaksasi menurunkan konsumsi O2, frekuensi

nafas, frekuensi jantung, ketegangan otot yang menghentikan siklus nyeri.

3) Ubah posisi yang nyaman, misalnya posisi semifowler dengan bagian lutut ditopang

dengan bantal.

Rasional: posisi yang tepat dapat mengurangi stres pada area insisi.

4) Pantau tanda vital tiap 4 jam.

Rasional: Untuk mengetahui perubahan KU pasien.

5) Berikan tindakan kenyamanan (sentuhan terapeutik, pengubahan posisi, pijatan

punggung).

Rasional: Rangsang kutan mengaftifkan serabut besar yang bereaksi terhadap nyeri yang

mengatur pesan nyeri yang dibawa oleh serabut kecil.

6) Kolaborasi pemberian analgetic sesuai indikasi.

Page 24: LP HIL

Rasional: Obat-obat anti inflamasi non steroid dianjurkan untuk nyeri pasca operasi ringan

sampai sedang.

2. Resiko infeksi berhubungan dengan inkontiunitas jaringan sekunder terhadap tindakan

invasive/ insisi pembedahan.

a. Tujuan

Klien terbebas dari infeksi selama proses penyembuhan dengan kriteria tidak ada tanda

infeksi.

b. Intervensi

1) Observasi adanya tanda-tanda infeksi.

Rasional: sebagai respon jaringan terhadap infiltrasi pathogen dengan peningkatan darah

dan aliran limfe, penurunan epitelisasi, peningkatan suhu tubuh oleh rangsangan

hipotalamus.

2) Pantau tanda vital, perhatikan demam ringan menggigil, nadi dan pernafasan cepat,

gelisah, peka, disorientasi.

Rasional: untuk mengetahui perubahan KU pasien.

3) Ganti balutan secara sering dengan tehnik steril.

Rasional: dapat mencegah masuknya mikroorganisme ke dalam luka dan mengurangi

resiko transmisi infeksi pada orang lain.

4) Sarankan klien untuk tidak menyentuh area luka operasi.

Rasional: tanpa cuci tangan dan sarung tangan menambah resiko infeksi pada luka.

5) Anjurkan klien untuk makan TKTP

Rasional: untuk memperbaiki jaringan tubuh harus meningkatkan masukan protein dan

karbohidrat serta hidrasi adekuat untuk transport vaskuler dari oksigen dan zat sampah.

6) Kolaborasi pemberian antibiotik.

Rasional: sebagai penghambat pertumbuhan dan pembunuh mikroorganisme pada luka,

sehingga luka bersih dan terbebas dari infeksi.

3. Konstipasi berhubungan dengan penurunan peristaltik usus sekunder terhadap efek

anesthesia.

a. Tujuan

Klien mempunyai pola eliminasi fekal yang normal dengan kriteria mampu buang air

besar dan bising usus normal.

b. Intervensi

Page 25: LP HIL

1) Observasi adanya distensi, nyeri, dan pembatasan pasien dalam melakukan mobilisasi.

2) Sarankan klien untuk melakukan mobilisasi secara dini.

Rasional: gerak fisik miring kanan/kiri merangsang eliminasi usus dengan memperbaiki

tonus otot abdomen dan merangsang nafsu makan dan peristaltic usus.

3) Sarankan untuk makan makanan tinggi serat segera setelah peristaltic aktif kembali.

Rasional: diit seimbang tinggi serat merangsang peristaltic.

4) Sarankan klien minum banyak sesuai anjuran dokter.

Rasional: minum yang cukup perlu untuk mempertahankan pola

BAB dan meningkatkan konsistensi feses.

4. Imobilitas fisik berhubungan dengan keterbatasan gerak

a. Tujuan

Pasien dapat beraktivitas dengan nyaman dengan kriteria hasil menunjukkan mobilitas yang

aman, meningkatkan kekuatan dan fungsi bagian tubuh yang sakit.

b. Intervensi

1) Berikan aktivitas yang disesuaikan dengan pasien.

Rasional: Imobilitas yang dipaksakan dapat memperberat keadaan.

2) Anjurkan pasien untuk beraktivitas sehari-hari dalam keterbatasan pasien.

Rasional: Partisipasi pasien akan meningkatkan kemandirian pasien.

3) Anjurkan keluarga dalam melakukan meningkatkan kemandirian pasien.

Page 26: LP HIL

DAFTAR PUSTAKA

1. Kapita Selekta Kedokteran. Edisi II. Medica Aesculaplus FK UI. 1998.

2. Keperawatan Medikal Bedah. Swearingen. Edisi II. EGC. 2001.

3. Keperawatan Medikal Bedah. Charlene J. Reeves, Bayle Roux, Robin Lockhart.

Penerjemah Joko Setyono. Penerbit Salemba Media. Edisi I. 2002.

4. Kumpulan Kuliah Ilmu Bedah. Bagian Bedah Staf Pengajar UI. FK UI.

5. Brunner dan Suddarth. 2001. Keperawatan Medikal Bedah Edisi 8 Volume

2. Jakarta : Penerbit Buku Kedokteran EGC