Hil Lapsus Gianyar
-
Upload
pandejuniarta -
Category
Documents
-
view
22 -
download
2
Transcript of Hil Lapsus Gianyar
BAB 1
PENDAHULUAN
Dengan semakin berkembangnya ilmu pengetahuan dan teknologi di bidang kedokteran,
maka penemuan penyakit dan penanganannya juga semakin berkembang. Salah satu penyakit
yang sering ditemukan di masyarakat adalah hernia. Untuk dapat menangani kasus hernia
secara tepat diperlukan pemahaman dari penyakit hernia itu sendiri. Hernia merupakan
protrusi atau penonjolan isi suatu rongga melalui defek atau bagian lemah dari dinding rongga
bersangkutan. Hernia terdiri dari tiga bagian, yaitu cincin, kantung dan isi hernia. Hernia
inguinalis lateralis (HIL) adalah suatu penonjolan dinding perut yang terjadi di daerah
inguinal di sebelah lateral pembuluh epigastrika inferior. Hernia jenis ini disebut juga indirect
hernia atau hernia tidak langsung karena keluar melalui dua pintu dan saluran yaitu anulus
dan kanalis inguinalis.
Hampir 75 % dari hernia terjadi di daerah pangkal paha/groin hernia (inguinalis
lateralis, inguinalis medialis dan femoral). Hernia inguinalis lateralis dapat dijumpai pada
setiap usia. Insiden HIL bertambah seiring peningkatan umur. Hampir seluruh tipe hernia
inguinal pada anak-anak adalah tipe indirek. Pada orang dewasa insiden groin hernia 12 kali
lebih banyak pada laki-laki dibandingkan pada perempuan Insiden hernia inguinalis pada bayi
dan anak antara 1 sampai 2 %. Kemungkinan terjadi pada sisi kanan 60%, sisi kiri 20-25 %
dan bilateral 15 %.
Penyebab hernia masih belum sepenuhnya dipahami, tetapi tidak diragukan
melibatkan banyak faktor predisposisi. Berdasarkan terjadinya, dibagi atas hernia
kongenital/bawaan dan hernia yang didapat. Menurut sifatnya, hernia dapat disebut hernia
reponibel, hernia irreponibel, hernia inkarserata dan hernia strangulata. Hampir semua hernia
harus diterapi dengan operasi. Dari pembagian hernia tersebut dapat diketahui rencana operasi
yang akan dilakukan elektif ataukah emergency.
Untuk dapat menangani kasus hernia secara tepat perlu pemahaman dari hernia
tersebut. Penanganan yang cepat dan tepat dapat mengurangi komplikasi inkarserasi atau
strangulasi lebih berat yang akan mencegah prognosis yang lebih buruk.
1
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Definisi
Hernia merupakan protrusi atau penonjolan isi suatu rongga melalui defek atau bagian lemah
dari dinding rongga bersangkutan. Hernia terdiri dari tiga bagian, yaitu cincin, kantung dan isi
hernia. Hernia inguinalis lateralis (HIL) adalah suatu penonjolan dinding perut yang terjadi di
daerah inguinal disebelah lateral pembuluh epigastrika inferior. Hernia jenis ini disebut juga
indirect hernia atau hernia tidak langsung karena keluar melalui dua pintu dan saluran yaitu
anulus dan kanalis inguinalis. Hal ini untuk membedakannya dengan hernia direk atau
medialis yang langsung menonjol pada trigonum Hesselbach. Cincin atau tempat masuknya
hernia jenis ini adalah melalui anulus inguinalis profundus (internus) menelusuri kanalis
inguinalis dan keluar melalui anulus inguinalis superfisial (externus). Apabila penonjolan
cukup panjang hernia ini dapat mengikuti funikulus spermaticus sehingga dapat masuk ke
scrotum dan disebut hernia scrotalis.
2.2 Epidemiologi
Hampir 75 % dari hernia terjadi di daerah sekitar lipat paha/groin hernia (inguinalis
lateralis, inguinalis medialis dan femoral). Hernia indirek lebih banyak daripada hernia direk
yaitu 2:1, dimana hernia femoralis lebih mengambil porsi yang lebih sedikit. Hernia sisi
kanan lebih sering terjadi daripada di sisi kiri. Perbandingan pria:wanita pada hernia indirek
adalah 7:1.
Hernia inguinalis lateralis dapat dijumpai pada setiap usia. Insiden HIL bertambah
seiring peningkatan umur. Hampir seluruh tipe hernia inguinal pada anak-anak adalah tipe
indirek. Pada orang dewasa insiden groin hernia 12 kali lebih banyak pada laki-laki
dibandingkan pada perempuan dengan angka 70 per 10.000 pada umur 45-64 dan meningkat
menjadi 150 pada umur di atas 75 tahun (McIntosh et al, 2000). Prevalensi laki-laki lebih
banyak dibandingkan perempuan. Insiden hernia inguinalis pada bayi dan anak antara 1
sampai 2 %. Kemungkinan terjadi pada sisi kanan 60%, sisi kiri 20-25 % dan bilateral 15 %.
2
2.3 Etiologi
Secara umum hernia inguinalis dapat terjadi karena anomali kongenital atau sebab
yang didapat. Pada orang yang sehat terdapat tiga mekanisme yang dapat mencegah hal ini,
yaitu kanalis inguinalis yang berjalan miring, struktur musculus oblique internus abdominis
yang menutup anulus inguinalis ketika berkontraksi dan adanya fascia transversa yang kuat
yang mampu menutup trigonum Hesselbach yang umumnya tidak berotot. Gangguan dari
ketiga mekanisme ini menyebabkan terjadinya hernia.
Hal penting dalam patofisiologi terjadinya HIL adalah proses terbentuknya cincin
hernia. Pada HIL cincin hernia dibentuk oleh anulus internus. Faktor-faktor yang
menyebabkan terbukanya anulus berperan dalam terjadinya defek. Faktor yang dipandang
berperan sebagai kausal adalah prosesus vaginalis yang terbuka, peninggian tekanan intra
abdominal, dan kelemahan dinding perut karena usia. Dalam keadaan relaksasi otot dinding
perut bagian yang membatasi anulus internus juga ikut kendur dan kanalis inguinalis berjalan
lebih vertikal. Hal ini mempermudah masuknya usus ke dalam kanalis inguinalis. Kelemahan
dinding otot perut ini dapat terjadi akibat kerusakan nervus ilioinguinalis dan nervus
iliofemoralis misalnya setelah appendiktomi.
Pada anak-anak cincin dari HIL terbentuk dari procesus vaginalis peritoneum yang
tetap terbuka pada saat penurunan testis ke scrotum. Apabila terjadi peningkatan tekanan
intraabdomen, maka isi abdomen akan masuk ke diverticulum peritoneum yang telah kosong
sebelumnya. HIL yang telah memasuki anulus inguinalis ini jika tidak ditangani akan terus
menyebabkan dilatasi pada anulus dan mendorong serta membuat tipis inguinal floor,
akhirnya akan menyebabkan peritoneum menojol ke sisi lainnya dari arteri epigastrika dan
menyebabkan kombinasi hernia inguinalis lateralis dan medialis secara bersamaan pada satu
sisi, yang disebut Hernia Pantaloon.
Pada wanita, HIL dapat terjadi karena peningkatan tekanan intra abdomen (misalnya
karena kehamilan, obesitas, dan asites). Jika HIL terjadi melalui ligamentum rotundum maka
disebut hernia gubernaculum dan apabila mencapai labium mayor hernia ini disebut hernia
labialis.
3
Tabel 1. Hal Yang Dianggap Sebagai Penyebab Hernia
Batuk
PPOK
Obesitas
Mengedan
Konstipasi
Gangguan prostat
Kehamilan
Berat badan lahir <1500>
Riwayat hernia dalam keluarga
Manuver valsava
Ascites
Gangguan jaringan ikat congenital
Gangguan sintesis kollagen
Insisi di dinding abdomen sebelumnya
Aneurisma arteri
Merokok
Angkat beban
2.4 Diagnosis
a. Gejala dan keluhan
Hampir seluruh hernia biasanya tidak menimbulkan gejala, sampai pasien menyadari bahwa
terdapat massa atau benjolan pada daerah inguinalnya. Gejala dan tanda klinis tergantung dari
keadaan isi hernia. Pada hernia reponibilis keluhan satu-satunya adalah benjolan di pelipatan
paha yang muncul pada waktu berdiri, batuk, bersin, atau mengedan, dan menghilang setelah
berbaring. Artinya isi masih dapat keluar masuk cincin hernia. Keluhan nyeri jarang dijumpai,
kalau ada biasanya dirasakan di daerah epigastrium atau paraumbilikal berupa nyeri visceral
karena regangan pada mesenterium sewaktu satu segmen usus halus masuk ke kantung hernia.
Beberapa pasien dengan HIL mengeluh adanya sensasi tertarik (dragging sensation) dan
radiasi nyerinya sampai ke skrotum. Ketika hernia mulai membesar maka pasien mulai
4
merasa tidak nyaman dan sedikit nyeri. Nyeri yang disertai mual dan muntah baru timbul
kalau terjadi inkaserasi karena ileus atau strangulasi karena nekrosis atau gangren.
b.Pemeriksaan fisik
Tanda klinis pada pemeriksaan fisik hernia tergantung dari isi hernia, apakah masih
dapat hilang timbul atau tidak. Pasien harus dievaluasi dalam keadaan berdiri dan berbaring
serta saat batuk atau mengedan untuk melihat benjolan yang dikeluhkan. Pada inspeksi saat
pasien mengedan, dapat dilihat hernia inguinalis lateralis muncul sebagai penonjolan di regio
inguinalis yang berjalan dari lateral atas ke medial bawah. Terlihat benjolan memanjang yang
mengikuti arah dan struktur dari kanalis inguinalis. Hal yang perlu dievaluasi adalah ukuran
hernia, dan apakah hernia terjadi di kedua sisi atau satu sisi saja.
Pada auskultasi didapatkan adanya impuls dan bising usus pada massa. Hal ini dapat
terjadi apabila isi dari hernia berupa penonjolan usus. Perabaan merupakan pemeriksaan yang
penting dalam mendiagnosis hernia. Kantong hernia yang kosong kadang dapat diraba pada
funikulus spermatikus sebagai gesekan dari dua lapis kantong yang memberikan sensasi
gesekan dua permukaan sutera. Tanda ini disebut tanda sarung tangan sutera, tetapi umumnya
tanda ini sukar ditentukan. Kalau kantong hernia berisi organ, tergantung isinya, pada palpasi
mungkin teraba usus, omentum (seperti karet), atau ovarium. Dengan jari telunjuk atau jari
kelingking pada anak (finger test), dapat dicoba mendorong isi hernia dengan menekan kulit
skrotum melalui anulus eksternus sehingga dapat ditentukan apakah isi hernia dapat direposisi
atau tidak. Apabila hernia dapat direposisi, pada waktu jari masih berada dalam anulus
eksternus, pasien diminta mengedan untuk meningkatkan tekanan intraabdominal. Kalau
ujung jari menyentuh hernia, artinya hernia tersebut berada di dalam kanalis inguinalis berarti
benjolan itu adalah hernia inguinalis lateralis. Apabila sisi jari yang menyentuh hernia berarti
hernia tersebut berada diluar kanalis kemungkinan hernia tersebut adalah hernia inguinalis
medialis.
Pemeriksaan lainnya adalah palpasi kedua ibu jari (thumbs test). Pasien diminta
berdiri kemudian pemeriksa meletakkan kedua ibu jari pada anulus internus untuk
memberikan tekanan sehingga anulus internus tertutup. Kemudian minta pasien mengedan,
apabila muncul benjolan berarti defek tidak terjadi di anulus internus jadi kemungkinan
benjolan itu berupa hernia inguinalis medialis. Selain itu dapat dilakukan three finger test
(Ziemann’s test) dengan cara meletakkan tiga jari yaitu jari kedua ketiga dan keempat
masing-masing di anulus internus, trigonum Hesselbach dan canalis femoralis, kemudian
minta pasien mengedan. Apabila benjolan terasa pada jari 2 maka benjolan itu adalah HIL, di
jari 3 HIM dan di jari 4 adalah hernia femoralis.
5
Pemeriksaan colok dubur dapat dilakukan apabila kita curiga ada penyakit lain yang
dapat menyebabkan peningkatan tekanan intraabdominal dan memicu terjadinya hernia yang
berulang. Misalnya hiperplasia prostat atau adanya massa yang menyebabkan konstipasi.
2.5 Diagnosis Banding
Nyeri pada daerah pangkal paha akibat keluhan muskuloskeletal cukup sulit dibedakan
dengan hernia. Cara sederhana yang dapat dilakukan adalah dengan memberikan manuver
yang dapat meningkatkan tekanan intraabdomen, apabila tidak dirasakan adanya benjolan
maka herniografi dengan foto rontgen setelah injeksi kontras intraperitoneum dapat
membantu diagnosis. Herniasi dari porperitoneal fat melewati kanalis inguinalis menuju
spermatic cord sering dimisinterpretasikan sebagai kantung hernia. Hernia inguinalis harus
dapat dibedakan dengan hidrocele dari spermatic cord, limpadenopati atau groin abscess,
varicocele, dan hematom residual setelah terjadinya trauma atau perdarahan spontan akibat
pasien meminum antikoagulan. Undesensus testis harus disadari dengan perabaan pada
skrotum. Adanya impuls, bising usus pada massa dan kegagalan transiluminasi adalah
indikasi bahwa massa yang tidak dapat direposisi pada groin area tersebut adalah hernia.
2.6 Penatalaksanaan
Pengobatan konservatif terbatas pada tindakan melakukan reposisi dan pemakaian penyangga
(truss) atau penunjang untuk mempertahankan isi hernia yang telah direposisi. Seorang ahli
bedah meresepkan penggunaan truss hanya jika pasien menolak untuk operasi dan ada
kontraindikasi operasi yang absolut. Penggunaan truss haruslah tepat ukuran untuk
menyediakan kompresi eksternal yang cukup, di atas dinding abdomen yang mengalami
defek. Penggunaannya pun harus dihentikan malam sebelum tidur dan harus digunakan
kembali sebelum bangun tidur.
Reposisi tidak dilakukan pada hernia inguinalis strangulasi, kecuali pada pasien
anak-anak. Reposisi dilakukan secara bimanual. Tangan kiri memegang isi hernia membentuk
corong sedangkan tangan kanan mendorongnya ke arah cincin hernia dengan sedikit tekanan
perlahan yang tetap sampai terjadi reposisi. Pada anak-anak inkaserasi lebih sering terjadi
pada umur dibawah dua tahun. Reposisi spontan lebih sering terjadi dan sebaliknya gangguan
vitalitas isi hernia jarang terjadi dibandingkan dengan orang dewasa. Hal ini disebabkan oleh
cincin hernia yang lebih elastis pada anak-anak. Reposisi dilakukan dengan menidurkan anak
dengan sedatif dan kompres es diatas hernia. Bila usaha reposisi ini berhasil, anak disiapkan
6
untuk operasi pada hari berikutnya. Jika reposisi hernia tidak berhasil, dalam waktu enam jam
harus dilakukan operasi segera.
Pengobatan operatif merupakan satu-satunya pengobatan rasional hernia inguinalis.
Indikasi operasi sudah ada begitu diagnosis ditegakkan. Pada prinsipnya operasi terdiri dari
herniotomi dan hernioplastik. Pada herniotomi dilakukan pembebasan kantong hernia sampai
ke lehernya, kantong dibuka dan isi hernia dibebaskan kalau ada perlekatan, kemudian
direposisi. Kantong hernia dijahit-ikat setinggi mungkin, lalu dipotong. Pada hernioplastik
dilakukan tindakan memperkecil anulus inguinalis internus dan memperkuat dinding belakang
kanalis inguinalis. Hernioplastik lebih penting dalam mencegah terjadinya residif
dibandingkan dengan herniotomi.
Ada berbagai macam teknik operasi pada hernia inguinalis, yaitu :
1. Marcy repair adalah suatu teknik operasi yang menggunakan teknik ligasi kuat pada
kantung hernia pada bayi dan anak-anak dan dikombinasikan dengan penguatan pada
anulus internus.
2. Bassini repair adalah suatu teknik yang paling banyak digunakan yaitu
merekontruksi dasar lipat paha dengan memperkecil anulus inguinalis internus
dengan jahitan terputus, menutup dan memperkuat fasia tranversa dan menjahitkan
pertemuan m.tranversa internus abdominis dan m.oblikus internus abdominis yang
dikenal dengan nama conjoint tendon ke ligamentum inguinale (Pouparty) dan
membiarkan funiculus spermaticus pada posisi anatomisnya di bawah aponeurosis
external oblique.
3. Halsted repair adalah suatu teknik yang mirip dengan Bassini tetapi meletakkan
eksternal oblique di bawah cord.
4. McVay repair adalah suatu teknik yang efektif untuk hernia femoralis tetapi
memerlukan insisi rilex untuk menurunkan tekanan. Caranya dengan menjahitkan
fascia tranversa, m.tranversus abdominis, m.oblikus internus abdominis ke
ligamentum Cooper.
5. Shouldice repair tidak digunakan secara luas lagi karena dilaporkan memiliki angka
rekurensi yang cukup tinggi dan tekniknya cukup sulit yaitu membagi transversalis
fascia kemudian menutup ligamentum poupart.
Kelemahan teknik Bassini dan teknik lain yang berupa variasi teknik herniotomi
Bassini adalah terdapatnya regangan berlebihan dari otot-otot yang dijahit. Untuk mengatasi
masalah ini, pada tahun delapan puluhan dipopulerkan pendekatan operasi bebas regangan.
7
Pada teknik itu digunakan prostesis mesh untuk memperkuat fasia tranversalis yang
membentuk dasar kanalis inguinalis tanpa menjahitkan otot-otot ke inguinal.
Pada hernia kongenital yang faktor penyebabnya adalah prosesus vaginalis yang tidak
menutup hanya dilakukan herniotomi karena anulus inguinalis internus cukup elastis dan
dinding belakang kanalis cukup kuat. Terapi operatif hernia bilateral pada bayi dan anak
dilakukan dalam satu tahap. Mengingat kejadian hernia bilateral cukup tinggi pada anak,
kadang dianjurkan eksplorasi kontralateral secara rutin, terutama pada hernia inguinalis
sinistra.
Kadang ditemukan insufisiensi dinding belakang kanalis inguinalis dengan hernia
inguinalis medialis besar yang biasanya bilateral. Dalam hal ini, diperlukan hernioplastik
yang dilakukan secara cermat dan teliti. Tidak satupun teknik yang dapat menjamin bahwa
tidak akan terjdi residif. Yang penting diperhatikan adalah mencegah terjadinya tegangan
pada jahitan dan kerusakan pada jaringan. Umumnya diperlukan plastik dengan bahan
prostesis mesh misalnya.
Terjadinya residif lebih banyak dipengaruhi oleh teknik reparasi dibandingkan
dengan faktor konstitusi. Pada hernia inguinalis lateralis penyebab residif yang paling sering
ialah penutupan anulus inguinalis yang tidak memadai, diantaranya karena diseksi kantong
yang kurang sempurna, adanya lipoma preperitoneal, atau kantung hernia tidak ditemukan.
Pada hernia inguinalis medialis penyebab residif umumnya karena tegangan yang berlebihan
pada jahitan plastik atau kekurangan lain dalam teknik. Perlu dilakukan pemantauan pre dan
post operasi pada pasien untuk mencegah hal yang tidak diinginkan. Kondisi umum dan
penyakit penyerta haruslah diidentifikasi untuk keberhasilan dari penatalaksanaan pasien
dengan hernia.
2.7 Komplikasi dan Prognosis
Komplikasi hernia dapat terjadi karena jenis hernia itu sendiri maupun dari teknik operasi
yang kurang baik. Isi hernia dapat tertahan dalam kantong hernia pada hernia ireponibel, ini
dapat terjadi kalau isi hernia terlalu besar, misalnya terdiri atas omentum, organ
ekstraperitoneal, atau merupakan hernia akreta. Sumbatan dapat terjadi total atau parsial
seperti pada penderita hernia Richter. Bila cincin hernia sempit, kurang elastis, atau lebih
kaku seperti pada hernia femoralis dan hernia obturatoria, lebih sering terjadi jepitan parsial.
Jarang terjadi inkarserasi retrograde, yaitu dua segmen usus terperangkap di dalam kantong
hernia dan satu segmen lainnya, berada dalam rongga peritoneum seperti huruf W.
8
Jepitan cincin hernia akan menyebabkan gangguan perfusi jaringan isi hernia. Terjadi
bendungan vena sehingga terjadi udem organ atau struktur di dalam hernia dan transudasi ke
dalam kantong hernia. Timbulnya udem menyebabkan jepitan pada cincin hernia makin
bertambah sehingga akhirnya peredaran darah jaringan terganggu. Isi hernia menjadi nekrosis
dan kantong hernia akan terisi transudat berupa cairan serosenguinus. Kalau isi hernia adalah
usus, dapat terjadi perforasi yang akhirnya dapat menimbulkan abses lokal, fistel, atau
peritonitis jika terjadi hubungan dengan rongga perut.
Gambaran klinis hernia inkaserata yang mengandung usus dimulai dengan gambaran
obstruksi usus dengan gangguan keseimbangan cairan, elektrolit, dan asam basa. Bila telah
terjadi strangulasi karena gangguan vaskularisasi, terjadi keadaan toksik akibat gangren dan
gambaran klinis menjadi kompleks dan sangat serius. Penderita mengeluh nyeri menetap
karena rangsangan peritoneal. Pada pemeriksaan lokal ditemukan benjolan yang tidak dapat
dimasukkan kembali disertai nyeri tekan dan tergantung keadaan isi hernia, dapat dijumpai
tanda peritonitis atau abses lokal. Hernia strangulata merupakan keadaan gawat darurat, perlu
mendapat pertolongan segera.
Komplikasi akibat operasi adalah infeksi pada luka sayatan operasi akibat perawatan
yang kurang baik. Infeksi pada luka operasi erat kaitannya dengan angka rekurensi.
Dengan keadaan umum pasien dan teknik operasi yang baik, prognosis penderita
hernia umumnya baik. Rekurensi dapat terjadi akibat teknik operasi yang kurang baik dan
adanya penyakit yang mendasari. Angka rekurensi operasi HIL pada orang dewasa 0,6-3%
walaupun insidennya mungkin lebih dari 5-10%.
9
BAB 3
LAPORAN KASUS
3.1 Identitas Pasien
Nama : Wayan Windi
No. CM : 21.91.42
Jenis Kelamin : Laki-laki
Usia : 55 tahun
Alamat : Br. Medahan Kemenuh Gianyar
Pendidikan : Tidak tamat SD
Pekerjaan : Buruh
Status : Sudah menikah
Agama : Hindu
Suku : Bali
Kewarganegaraan : Indonesia
Masuk RS : 30 Maret 2009
3.2 Anamnesis
Keluhan Utama : benjolan di lipatan paha kiri
Riwayat Penyakit Sekarang
Pasien datang dalam keadaan sadar, mengeluh timbul benjolan pada lipatan paha kiri yang
dirasakan sejak lima tahun yang lalu. Awalnya benjolan dirasakan hilang timbul, pada tempat
yang sama, tetapi semakin membesar sejak satu tahun terakhir, dan benjolan tidak bisa masuk
sendiri, harus dibantu dengan tangan. Benjolan tidak nyeri dan biasanya muncul saat pasien
berdiri, batuk, dan mengedan. Benjolan dirasakan menghilang jika pasien dalam posisi
berbaring. Makan dan minum pasien baik. Keluhan mual, muntah, perubahan pola BAB dan
BAK juga tidak ada.
Riwayat Penyakit Sebelumnya
Keluhan ini baru pertama kali dirasakan pasien. Riwayat sakit batuk lama disangkal pasien.
Riwayat pengobatan sebelumnya dan alergi terhadap suatu jenis obat juga disangkal pasien.
Riwayat Keluarga
Menurut pengakuan pasien, tidak ada anggota keluarga dengan keluhan serupa.
10
Riwayat Sosial
Pasien adalah seorang buruh dan memiliki riwayat sering mengangkat berat. Riwayat
merokok dan minum alkohol disangkal oleh pasien.
3.3 Pemeriksaan Fisik
Status Present
KU : baik
Kesadaran : compos mentis ~ GCS E4V5M6
Tekanan Darah : 120/80 mmHg
Nadi : 88x/menit, regular
Frekuensi Nafas : 20x/menit
Status General
Mata : anemia -/- , ikterus -/-
THT : kesan tenang
Thorax
Inspeksi : gerak nafas simetris, retraksi otot nafas (-)
Palpasi : nyeri tekan (-)
Perkusi : sonor
Auskultasi : Co : S1S2 tgl, reg, murmur (-)
Po : ves +/+ , rh -/-, wh -/-
Abdomen
Inspeksi : distensi (-), benjolan (+) di regio inguinal kiri
Auskultasi : BU (+) normal
Palpasi : nyeri tekan (-)
Perkusi : timpani
Ekstermitas : edema (-)
Status Lokalis
Regio ingunalis sinistra
Terdapat benjolan, hilang timbul (hilang saat pasien berbaring, dan muncul
saat pasien berdiri serta mengedan), dapat dimasukkan kembali dengan
bantuan, hiperemis (-).
Finger test (+)
Tes transiluminasi (-)
Pemeriksaan Rectal Toucher :
11
- Tonus sfingter ani eksterna normal
- Mukosa licin
- Prostat teraba membesar grade I
- Hand schoen : feses (+) , darah (–)
3.4 Pemeriksaan Penunjang:
Usulan pemeriksaan penunjang: pemeriksaan darah lengkap yang meliputi hematologi rutin,
faal hemostasis (BT/CT), LFT (SGOT, SGPT), RFT (BUN, SC), elektrolit (Na, K) dan kadar
gula darah.
3.5 Diagnosis Banding
Hernia inguinalis lateralis sinistra
Hernia inguinalis medialis sinistra
Hidrokel
3.6 Diagnosis Pasti
Hernia inguinalis lateralis sinistra reponibilis
3.7 Penatalaksanaan
a. KIE pasien dan keluarga
Memberikan penjelasan kepada pasien dan keluarga mengenai penyakit yang dialami pasien
secara menyeluruh mulai dari faktor resiko, klinis, komplikasi, penatalaksanaan hingga
kekambuhan yang dapat terjadi.
Penatalaksanaan yang dipilih pada pasien adalah tindakan bedah elektif. Tindakan ini
tentunya sudah didahului oleh informed consent, artinya tindakan bedah yang akan dilakukan
sudah mendapat persetujuan dari pasien setelah mendapat penjelasan medis yang menyeluruh.
Untuk memperoleh keberhasilan yang optimal maka tindakan bedah sebaiknya
disertai kontrol terhadap faktor-faktor yang dapat memicu kekambuhan hernia khususnya
keadaan yang dapat meningkatkan tekanan intraabdominal seperti pekerjaan mengangkat
beban berat, batuk kronis, mengejan saat defekasi dan miksi.
b Tindakan operatif
Tindakan operasi (31 Maret 2009) yang dilakukan pada pasien adalah herniotomi disertai
pemasangan mesh.
12
3.8 Komplikasi:
- Hernia inkarserata
- Hernia strangulata
- Ileus obstruksi
- Peritonitis
3.9 Prognosis: baik
13
DAFTAR PUSTAKA
Samsuhidajat R, de Jong W ; “Buku Ajar Ilmu Bedah”,edisi 2:2004, Jakarta : EGC.
Lawrence W, May, Gerard M Dohery; “Current Surgical Diagnosis and Treatment”,eleventh
edition; Page ;649-654.
McIntosh A, Hutchinson A, Roberts A, Wither H , “Evidence Based Management of Groin
Hernia in Primary Care-a systematic review”, 17 : 442-447 Oxford University Press, 2000.
14