LP Gg.eliminasi Urine

10
LAPORAN PENDAHULUAN ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN GANGGUAN PEMENUHAN KEBUTUHAN ELIMINASI URINE OLEH: PUTU SANTHI WAGISWARI NATIH 0802105012

description

LP gangguan eliminasi Urine

Transcript of LP Gg.eliminasi Urine

Page 1: LP Gg.eliminasi Urine

LAPORAN PENDAHULUAN ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN

DENGAN GANGGUAN PEMENUHAN KEBUTUHAN ELIMINASI URINE

OLEH:

PUTU SANTHI WAGISWARI NATIH

0802105012

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS UDAYANA

2009

Page 2: LP Gg.eliminasi Urine

A. Konsep Dasar Kebutuhan Dasar Manusia

Eliminasi urine adalah proses pengosongan kandung kemih bila kandung

kemih telah penuh terisi (http://www.kebutuhan-eliminasi.html)

Eliminasi urine tergantung pada ginjal, ureter, kandung kemih dan uretra.

Ginjal menyaring produk limbah dari darah untuk membentuk urine. Ureter

mentranspor urine dari ginjal ke kandung kemih. Kandung kemih menyimpan

urine sampai timbul keinginan untuk berkemih. Urine keluar dari tubuh

melalui uretra. Semua organ system perkemihan harus utuh dan berfungsi

agar urine dapat dikeluarkan dengan baik. Apabila organ system perkemihan

tersebut tidak dapat berfungsi dengan baik maka urinasi tidak akan berjalan

dengan baik

Faktor-faktor yang mempengaruhi urinasi (Fundamental of Nursing, 2006)

antara lain:

1. Pertumbuhan dan perkembangan

2. Sosiokultural

3. Psikologis

4. Kebiasaan pribadi

5. Tonus otot

6. Status volume

7. Kondisi penyakit

8. Prosedur bedah

9. Obat-obatan

Gangguan eliminasi urine adalah keadaan ketika seorang individu

mengalamai atau berisiko mengalami disfungsi eliminasi urine (Diagnosis

Keperawatan Lynda Juall edisi 10, 2007)

Batasan karakteristik :

Mayor (harus terdapat satu atau lebih)

Dorongan berkemih

Sering berkemih

Keragu-raguan

Nokturia

Enuresis

Page 3: LP Gg.eliminasi Urine

Menetes

Distensi kandung kemih

Inkontinensia

Volume urine residu yang banyak

Faktor yang berhubungan (Diagnosis Keperawatan Lynda Juall edisi 10,

2007):

Patofisiologis

Berhubungan dengan penurunan kapasitas kandung kemih atau iritasi

pada kandung kemih sekunder akibat infeksi, glikosuria, trauma

karsinoma, atau uretritis

Berhubungan dengan penurunan isyarat kandung kemih atau

gangguan kemampuan untuk mengenali isyarat kandung kemih

sekunder akibat: infeksi/tumor/cedera medulla spinalis; neuropati

alkoholik

Gangguan dalam eliminasi urine diakibatkan oleh kerusakan kandung fungsi

kandung kemih, adanya obstruksi pada aliran urine yang mengalir keluar,

atau ketidakmampuan mengontrol keinginan berkemih secara volunteer.

Gangguan tersebut diantaranya:

a) Retensi urine

Adalah akumulasi urine yang nyata di dalam kandung kemih akibat

ketidakmampuan mengsongkan kandung kemih. Urine terus

berkumpul di kandung kemih, meregangkan dindingnya sehingga

timbul perasaan tegang, tidak nyaman, nyeri tekan pada simfisis

pubis, gelisah, dan terjadi diaphoresis (berkeringat). Dalam kondisi

retensi urine, kandung kemih tidak mampu berespon terhadap reflex

berkemih sehingga tidak mampu mengosongkan diri.

Retensi urine yang berkelanjutan akan menyebabkan overflow retensi.

Tekanan dalam kandung kemih meningkat samnpai pada satu titik

dimana sfingter uretra eksterna tidak mamapu lagi menhan urine.

Sfingter untuk sementara terbuka sehingga memungkinkan sejumlah

kecil urine (25-60ml) keluar. Setelah urine keluar, tekanan kandung

kemih cukup menurun sehingga sfingter memperoleh kembali

Page 4: LP Gg.eliminasi Urine

kontrolnya dan menutup. Seiring dengan overflow retensi, urine akan

keluar dalam sejumlah kecil, dua sampai tiga kali sejam tanpa adanya

penurunan distensi atau rasa nyaman yang jelas.

Tanda-tanda utama retnsi akut adalah tidak adanya haluaran urine

selama beberapa jam dan terdapat distensi kandung kemih. Pada

retensi kandung kemih yang berat, kandung kemih dapat menahan

2000-3000 ml urine. Retensi terjadi akibat obstruksi uretra, trauma

bedah, perubahan stimulasi sensorik dan motorik kandung kemih,

efek sampaing obat dan ansietas.

b) Infeksi saluran kemih bawah (ISK)

Adalah infeksi di dapat (infeksi nosoklomial) di rumah sakit yang

paling sering terjadi. ISK disebabkan oleh mikroorganisme yang

masuk ke dalam saluran kemih melalui rute uretra asenden. Bakteri

menempati uretra distal, genetalia eksterna, dan vagina pada wanita.

Organisme yang masuk ke dalam meatus uretra dengan mudah dan

naik ke lapisan mukosa bagian dalam menuju kandung kemih. ISK

lebih rentan terjadi pada wanita karena kedekatan jarak anus dengan

matus uretra dank arena uretra pendek. Pada pria, sekeresi prostat

yang mengandung substansi antibakteri dan panjangnya uretra

mengurangi kerentanan terhadap ISK.

Distensi kandung kemih mengurangi aliran darah ke lapisan mukosa

dan submukosa sehingga jaringan menjadi lebih rentan terhadap

bakteri. Urine yang tersisa di dalam kandung kemih menjadi lebih

basa sehingga kandung kemih tempat yang ideal untuk tempat

pertumbuhan mikroorganisme.

Penyebab paling sering dari infeksi ini adalah dimasukkannya suatu

alat ke dalam saluran perkemihan. Misalnya saja pemasukkan kateter

melalui uretra akan menyediakan rute langsung masuknya organisme.

Iritasi lokal pada uretra atau kandung kemih nantinya akan menjadi

faktor prediposisi masuknya bakteri ke dalam jaringan.

ISK pada bagian bawah akan mengakibatkan nyeri seperti terbakar

selama berkemih (disuria) ketika urine mengalir melalui jaring n yang

Page 5: LP Gg.eliminasi Urine

meradang. Demam, mengigil, mual, muntah serta kelemahan terjadi

ketika infeksi memburuk. Kandung kemih yang teriritasi

menyebabkan timbulnya sensasi berkemih yangh mendesak dan

sering. Iritasi pada kandung kemih dan mukosa uretra menyebabkan

darah bercampur dengan urine (hematuria). Urine tampak lebih pekat

dan keruh karena adanya sel darah putih dan bakteri. Gejala yang

paling sering timbul apabila infeksi menyebar ke saluran perkemihan

bagian atas adalah nyeri panggul, nyeri tekan, demam, dan menggigil

c) Inkontinensia urine

Adalah kehilangan control berkemih. Inkontinensia dapat bersifat

sementara ataupiun tetap. Merembesnya urine dapat berlangsung

terus-menerus ataupun sedikit-sedikit.

Lima tipe inkontinensia yaitu:

Inkontinensia fungsional

Inkontinensia refleks

Inkontinensia stress

Inkontinensia urge

Inkontinensia total

Inkontinensia dapat merusak citra tubuh. Pakaian yang basah oleh

urine dan bau yang menyertainya dapat menambah rasa malu.

Inkontinensia yang berkelanjutan memungkinkan terjadunya

kerusakan integritas kulit. Sifat urine yang asam meniritasi kulit.

B. Konsep Dasar Asuhan Keperawatan

1. Pengkajian

a) Riwayat keperawatan

Tinjauan ulang pola perkemihan

Data subyektif:

Klien mengatakan sering berkemih pada malam hari

Klien mengatakan kencing dua-tiga kali sejam

dengan jumlah yang sedikit

Page 6: LP Gg.eliminasi Urine

Klien mengeluh kencingnya keluar secara tidak

disadari

Data obyektif:

Klien terlihat sering bolak-balik kamar mandi

Gejala-gejala perubahan urinarius

Data subyektif:

Klien mengatakan sering merasakan nyeri ketika

buang air kecil

Klien mengatakan sulit untuk buang air kecil

Klien mengatakan kencingnya mengandung darah

Data obyektif:

Intake cairan 1200 ml/hari, outtake cairan 600

ml/hari

Mengkaji faktor-faktor lain yang mempengaruhi

kemampuan klien untuk berkemih secara normal

Data subyektif:

Klien mengatakan sedang menkonsumsi obat-

obatan diuretik

Klien mengatakan sulit buang air kecil di toilet

duduk

Klien mengatakan pandangannya mulai kabur

Data obyektif:

Klien terlihat bunag air kecil di lantai

Klien tampak berjalan dengan meraba-raba

b) Pengkajian fisik

Kulit : mengkaji kondisi kulit klien

Ginjal : mengkaji adanya nyeri tekan di daerah panggul,

nyeri selama perkusi dilakukan, Adanya bunyi bruit ketika

auskultasi, dan adanya perubahan letak, bentuk dan ukuran

ginjal pada pemerikasaan abdomen

c) Pengkajian urine

Mengulur asupan dan haluaran urine

Page 7: LP Gg.eliminasi Urine

Mengobservasi karakteristik urine

2. Diagnosa Keperawatan yang mungkin muncul

3. Rencana Keperawatan

4. Evaluasi