7.LP Eliminasi Urine Dan Fekal

23
LAPORAN PENDAHULUAN ASUHAN KEPERAWATAN KLIEN DENGAN GANGGUAN PEMENUHAN KEBUTUHAN ELIMINASI Di Ruang Bougenville 3 RSUP Dr.Sardjito Yogyakarta Tugas Mandiri Stase Praktek Keperawatan Dasar Disusun oleh : APRI NUR WULANDARI 08/267882/KU/12756 PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN FAKULTAS KEDOKTERAN

Transcript of 7.LP Eliminasi Urine Dan Fekal

Page 1: 7.LP Eliminasi Urine Dan Fekal

LAPORAN PENDAHULUAN

ASUHAN KEPERAWATAN KLIEN

DENGAN GANGGUAN PEMENUHAN KEBUTUHAN ELIMINASI

Di Ruang Bougenville 3 RSUP Dr.Sardjito Yogyakarta

Tugas Mandiri

Stase Praktek Keperawatan Dasar

Disusun oleh :

APRI NUR WULANDARI

08/267882/KU/12756

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN

FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS GADJAH MADA

YOGYAKARTA

2013

Page 2: 7.LP Eliminasi Urine Dan Fekal

KONSEP KEBUTUHAN ELIMINASI URIN

A. PENGERTIAN

Miksi (berkemih) adalah proses pengosongan kandung kemih bila kandung kemih terisi.

Proses ini terdiri dari dua langkah utama yaitu : pertama, kandung kemih secara progresif

terisi sampai tegangan di dindingnya meningkat diatas nilai ambang, yang kemudian

mencetuskan langkah kedua, timbul refleks saraf yang disebut refleks miksi (refleks

berkemih) yang berusaha mengosongkan kandung kemih atau jika ini gagal, setidak-tidaknya

menimbulkan kesadaran akan keinginan untuk berkemih. Meskipun refleks miksi adalah

refleks autonomik medula spinalis, refleks ini bisa juga dihambat atau ditimbulkan oleh pusat

korteks serebri atau batang otak.

Faktor yang mempengaruhi kebiasaan berkemih:

a. Diet dan intake

Jumlah dan type makanan merupakan faktor utama yang mempengaruhi output urine,

seperti protein dan sodium mempengaruhi jumlah urine yang keluar, kopi meningkatkan

pembentukan urine intake cairan dari kebutuhan, akibatnya output urine lebih banyak.

b. Respon keinginan awal untuk berkemih

Beberapa masyarakat mempunyai kebiasaan mengabaikan respon awal untuk berkemih

dan hanya pada akhir keinginan berkemih menjadi lebih kuat. Akibatnya urine banyak

tertahan di kandung kemih.

c. Gaya hidup

Banyak segi gaya hidup mempengaruhi seseorang dalam hal eliminasi urine. Tersedianya

fasilitas toilet atau kamar mandi dapat mempengaruhi frekuensi eliminasi. Praktek

eliminasi keluarga dapat mempengaruhi tingkah laku.

d. Stress psikologi

Meningkatnya stress seseorang dapat mengakibatkan meningkatnya frekuensi keinginan

berkemih, hal ini karena meningkatnya sensitive untuk keinginan berkemih dan atau

meningkatnya jumlah urine yang diproduksi.

e. Tingkat aktifitas

Page 3: 7.LP Eliminasi Urine Dan Fekal

Aktifitas sangat dibutuhkan untuk mempertahankan tonus otot. Eliminasi urine

membutuhkan tonus otot kandung kemih yang baik untuk tonus sfingter internal dan

eksternal. Hilangnya tonus otot kandung kemih terjadi jika menggunakan kateter untuk

periode waktu yang lama. Karena urine secara terus menerus dialirkan keluar kandung

kemih, otot-otot itu tidak pernah merenggang dan dapat menjadi tidak berfungsi.

Aktifitas yang lebih berat akan mempengaruhi jumlah urine yang diproduksi, hal ini

disebabkan karena lebih besar metabolisme tubuh.

f. Tingkat perkembangan

Tingkat pertumbuhan dan perkembangan juga akan mempengaruhi pola berkemih. Pada

wanita hamil kapasitas kandung kemihnya menurun karena adanya tekanan dari fetus

atau adanya lebih sering berkemih.

g. Kondisi Patologis.

Demam dapat menurunkan produksi urine (jumlah & karakter) Obat diuretiik dapat

meningkatkan output urine Analgetik dapat terjadi retensi urine.

Masalah-masalah dalam Eliminasi:

Masalah-masalahnya adalah : retensi, inkontinensia urine, enuresis, perubahan pola urine

(frekuensi, keinginan (urgensi), poliurine dan urine suppression).

Penyebab umum masalah ini adalah : Obstruksi, Pertumbuhan jaringan abnormal, Batu,

Infeksi, Masalah-masalah lain.

a. Retensi

Adanya penumpukan urine didalam kandung kemih dan ketidak sanggupan kandung

kemih untuk mengosongkan diri. Menyebabkan distensi kandung kemih. Normal urine

berada di kandung kemih 250 – 450 ml. Urine ini merangsang refleks untuk berkemih.

Dalam keadaan distensi, kandung kemih dapat menampung urine sebanyak 3000 – 4000

ml urine. Tanda-tanda klinis retensi :

Ketidaknyamanan daerah pubis.

Distensi kandung kemih

Ketidak sanggupan unutk berkemih.

Sering berkeih dalam kandung kemih yang sedikit (25 – 50 ml)

Ketidak seimbangan jumlah urine yang dikelurakan dengan intakenya.

Meningkatnya keresahan dan keinginan berkemih.

Page 4: 7.LP Eliminasi Urine Dan Fekal

Penyebab

Operasi pada daerah abdomen bawah, pelviks, kandung kemih, urethra.

Pembesaran kelenjar prostate

Strikture urethra.

Trauma sumsum tulang belakang.

b. Inkontinensi urine

Ketidaksanggupan sementara atau permanen otot sfingter eksterna untuk mengontrol

keluarnya urine dari kandung kemih. Jika kandung kemih dikosongkan secara total

selama inkontinensi inkontinensi komplit. Jika kandung kemih tidak secara total

dikosongkan selama inkontinensia inkontinensi sebagian

Penyebab Inkontinensi

Proses ketuaan

Pembesaran kelenjar prostate

Spasme kandung kemih

Menurunnya kesadaran

Menggunakan obat narkotik sedative

Ada beberapa jenis inkontinensi yang dapat dibedakan :

Total inkontinensi

Adalah kelanjutan dan tidak dapat diprediksikan keluarnya urine. Penyebabnya

biasanya adalah injury sfinter eksternal pada laki-laki, injury otot perinela atau

adanya fistula antara kandung kemih dan vagina pada wanita dan kongenital atau

kelainan neurologis.

Stress inkontinensi

Ketidaksanggupan mengontrol keluarnya urine pada waktu tekanan abdomen

meningkat contohnya batuk, tertawa karena ketidaksanggupan sfingter eksternal

menutup.

Urge inkontinensi

Terjadi pada waktu kebutuhan berkemih yang baik, tetapi tidak dapat ke toilet tepat

pada waktunya. Disebabkan infeksi saluran kemih bagian bawah atau spasme

kandung kemih.

Fungisonal inkontinensi

Page 5: 7.LP Eliminasi Urine Dan Fekal

Adalah involunter yang tidak dapat diprediksi keluarnya urine. Biasa didefinisikan

sebagai inkontinensi persists karena secara fisik dan mental mengalami gangguan

atau beberapa faktor lingkungan dalam persiapan untuk buang air kecil di kamar

mandi.

Refleks inkontinensi

Adalah involunter keluarnya urine yang diprediksi intervalnya ketika ada reaksi

volume kandung kemih penuh. Klien tidak dapat merasakan pengosongan kandung

kemihnya penuh.

c. Enuresis

Sering terjadi pada anak-anak. Umumnya terjadi pada malam hari nocturnal enuresis.

Dapat terjadi satu kali atau lebih dalam semalam.

Penyebab Enuresis

Kapasitas kandung kemih lebih besar dari normalnya.

Anak-anak yang tidurnya bersuara dan tanda-tanda dari indikasi dari keinginan

berkemih tidak diketahui, yang mengakibatkan terlambatnya bagun tidur untuk

kekamar mandi.

Kandung kemih irritable dan seterusnya tidak dapat menampung urine dalam

jumlah besar.

Suasana emosional yang tidak menyenangkan di rumah (misalnya persaingan

dengan saudara kandung, ceksok dengan orang tua). Orang tua yang mempunyai

pendapat bahwa anaknya akan mengatasi kebiasaannya tanpa dibantu untuk

mendidiknya.

Infeksi saluran kemih atau perubahan fisik atau neurologi sistem perkemihan.

Makanan yang banyak mengandung garam dan mineral atau makanan pemedas.

Anak yang takut jalan pada gang gelap untuk kekamar mandi.

d. Perubahan pola berkemih

Frekuensi

Normal, meningkatnya frekuensi berkemih, karena meningkatnya cairan. Frekuensi

tinggi tanpa suatu tekanan intake cairan dapat diakibatkan karena cystitis. Frekuensi

tinggi pada orang stress dan orang hamil.

Urgency

Page 6: 7.LP Eliminasi Urine Dan Fekal

Adalah perasaan seseorang untuk berkemih. Sering seseorang tergesa-gesa ke toilet

takut mengalami inkontinensi jika tidak berkemih. Pada umumnya anak kecil masih

buruk kemampuan mengontrol sfingter eksternal.

Dysuria

Adanya rasa sakit atau kesulitan dalam berkemih. Dapat terjadi karena : striktura

urethra, infeksi perkemihan, trauma pada kandung kemih dan urethra.

Polyuria

Produksi urine abnormal dalam jumlah besar oleh ginjal, seperti 2.500 ml/hari, tanpa

adanya peningkatan intake cairan. Dapat terjadi karena : DM, defisiensi ADH,

penyakit ginjal kronik. Tanda-tanda lain adalah : polydipsi, dehidrasi dan hilangnya

berat badan.

Urinari suppresi

Adalah berhenti mendadak produksi urine. Secara normnal urine diproduksi oleh

ginjal secara terus menerus pada kecepatan 60 – 120 ml/jam (720 – 1440 ml/hari)

dewasa. Keadaan dimana ginjal tidak memproduksi urine kurang dari 100 ml/hari

disanuria. Produksi urine abnormal dalam jumlah sedikit oleh ginjal disebut oliguria

misalnya 100 – 500 ml/hari. Penyebab anuria dan oliguria : penyakit ginjal, kegagalan

jantung, luka bakar dan shock.

B. NILAI – NILAI NORMAL

a. Warna :

Normal urine berwarna kekuning-kuningan. Obat-obatan dapat mengubah warna urine

seperti orange gelap. Warna urine merah, kuning, coklat merupakan indikasi adanya

penyakit.

b. Bau :

Normal urine berbau aromatik yang memusingkan. Bau yang merupakan indikasi adanya

masalah seperti infeksi atau mencerna obat-obatan tertentu.

c. Berat jenis :

Adalah berat atau derajat konsentrasi bahan (zat) dibandingkan dengan suatu volume

yang sama dari yang lain seperti air yang disuling sebagai standar. Berat jenis air suling

adalah 1, 009 ml. Normal berat jenis : 1010 – 1025.

Page 7: 7.LP Eliminasi Urine Dan Fekal

d. Kejernihan :

Normal urine terang dan transparan. Urine dapat menjadi keruh karena ada mukus atau

pus.

e. pH :

Normal pH urine sedikit asam (4,5 – 7,5). Urine yang telah melewati temperatur ruangan

untuk beberapa jam dapat menjadi alkali karena aktifitas bakteri. Vegetarian urinennya

sedikit alkali.

f. Protein :

Normal : molekul-molekul protein yang besar seperti : albumin, fibrinogen, globulin,

tidak tersaring melalui ginjal. Pada keadaan kerusakan ginjal, molekul-molekul tersebut

dapat tersaring. Adanya protein didalam urine proteinuria, adanya albumin dalam

urine albuminuria.

g. Glukosa :

Normal : adanya sejumlah glukosa dalam urine tidak berarti bila hanya bersifat

sementara, misalnya pada seseorang yang makan gula banyak menetap pada pasien DM..

h. Volume

Secara normnal urine diproduksi oleh ginjal secara terus menerus pada kecepatan 60 –

120 ml/jam (720 – 1440 ml/hari) dewasa.

C. HAL – HAL YANG PERLU DIKAJI PADA KLIEN YANG MENGALAMI

GANGGUAN PEMENUHAN KEBUTUHAN KEAMANAN DAN KESELAMATAN

Riwayat keperawatan :

Ketidaknyamanan (nyeri) saat berkemih

Pola berkemih.

Frekuensi

Volume

Warna

Bau

Distensi kandung kemih.

Pemeriksaan penunjang : Pemeriksaan specimen urine.

Pengambilan: steril, random, midstream.

Page 8: 7.LP Eliminasi Urine Dan Fekal

Pengambilan umum: pH, BJ, Kultur, Protein, Glukosa, Hb, KEton, Nitrit.

Sistoskopy, IVP.

DIAGNOSA KEPERAWATAN YANG MUNGKIN MUNCUL

a. Retensi urin

b. Kerusakan eliminasi urin

c. Nyeri akut

d. Resiko infeksi

PENATALAKSANAAN KEPERAWATAN

1. Retensi urin

NOC :

Kontinensia urin

Kriteria hasil :

Klien menyadari keinginan untuk mengosongkan kandung kemih.

Klien mampu memulai dan menghentikan pancaran urin.

Klien mampu mengosongkan kandung kemih > 150 cc setiap masing-masing waktu.

Klien tidak mengalami infeksi saluran kemih.

Klien mendapatkan intake cairan dalam rentang yang diharapkan.

Eliminasi urin

Kriteria hasil :

Klien mempunyai pola eliminasi dalam rentang yang diharapkan.

Bau, volume, warna, kejernihan urin dalam rentangyang diharapkan.

Urin bebas dari partikel.

Keseimbangan intake dan output cairan.

Klien tidak mengalami nyeri saat eliminasi urin.

Hasil pemeriksaan laboratorium urin dalam rentang normal.

NIC :

Kateterasi urin :

Menjaga teknik aseptic selama pemasangan kateter.

Menggunakan kateter ukuran kecil.

Page 9: 7.LP Eliminasi Urine Dan Fekal

Menghubungkan kateter retensi dengan kantong drainase di samping tempat tidur.

Menjaga system drainase tertutup.

Memonitor intake dan output.

Perawatan retensi urin :

Melakukan pengkajian urinary secara komprehensif.

Menganjurkan kepada keluarga untuk mencatat output urin.

Memonitor derajat distensi kandung kemih.

2. Kerusakan eliminasi urin

NOC :

Kontinensia urin

Kriteria hasil :

Klien menyadari keinginan untuk mengosongkan kandung kemih.

Klien mampu memulai dan menghentikan pancaran urin.

Klien mampu mengosongkan kandung kemih > 150 cc setiap masing-masing waktu.

Klien tidak mengalami infeksi saluran kemih.

Klien mendapatkan intake cairan dalam rentang yang diharapkan.

Eliminasi urin

Kriteria hasil :

Klien mempunyai pola eliminasi dalam rentang yang diharapkan.

Bau, volume, warna, kejernihan urin dalam rentangyang diharapkan.

Urin bebas dari partikel.

Keseimbangan intake dan output cairan.

Klien tidak mengalami nyeri saat eliminasi urin.

Hasil pemeriksaan laboratorium urin dalam rentang normal.

NIC :

Manajemen eliminasi urin

Memonitor eliminasi urin meliputi frekuensi, bau, volume, dan warna.

Memonitor tanda dan gejala retensi urin.

Menginstruksikan kepada keluarga untuk mencatat keluaran urin.

Menganjurkan kepada klien untuk memperbanyak minum.

Page 10: 7.LP Eliminasi Urine Dan Fekal

3. Nyeri akut

NOC :

Tingkat nyeri

Kontrol nyeri

Kriteria Hasil :

Mampu mengontrol nyeri (tahu penyebab nyeri, mampu menggunakan tehnik

nonfarmakologi untuk mengurangi nyeri, mencari bantuan)

Melaporkan bahwa nyeri berkurang dengan menggunakan manajemen nyeri

Mampu mengenali nyeri (skala, intensitas, frekuensi dan tanda nyeri)

Menyatakan rasa nyaman setelah nyeri berkurang

Tanda vital dalam rentang normal

NIC :

Manajemen nyeri

Lakukan pengkajian nyeri secara komprehensif termasuk lokasi, karakteristik, durasi,

frekuensi, kualitas dan faktor presipitasi

Observasi reaksi nonverbal dari ketidaknyamanan

Gunakan teknik komunikasi terapeutik untuk mengetahui pengalaman nyeri pasien

Kaji kultur yang mempengaruhi respon nyeri

Evaluasi pengalaman nyeri masa lampau

Evaluasi bersama pasien dan tim kesehatan lain tentang ketidakefektifan kontrol nyeri

masa lampau

Bantu pasien dan keluarga untuk mencari dan menemukan dukungan

Kontrol lingkungan yang dapat mempengaruhi nyeri seperti suhu ruangan, pencahayaan

dan kebisingan

Kurangi faktor presipitasi nyeri

Pilih dan lakukan penanganan nyeri (farmakologi, non farmakologi dan inter personal)

Kaji tipe dan sumber nyeri untuk menentukan intervensi

Ajarkan tentang teknik non farmakologi

Berikan analgetik untuk mengurangi nyeri

Evaluasi keefektifan kontrol nyeri

Page 11: 7.LP Eliminasi Urine Dan Fekal

Tingkatkan istirahat

Kolaborasikan dengan dokter jika ada keluhan dan tindakan nyeri tidak berhasil

Monitor penerimaan pasien tentang manajemen nyeri

4. Resiko infeksi

NOC :

Kontrol resiko

Kriteria hasil :

Klien bebas dari tanda – tanda infeksi

Klien mampu menjelakan tanda dan gejala infeksi

Klien menunjukkan kemampuan untuk mencegah timbulnya infeksi.

NIC :

Kontrol infeksi

Menjaga kebersihan lingkungan.

Mencuci tangan sebelum dan sesudah memberi perawatan dan pengobatan.

Menggunakan sarung tangan saat melakukan perawatan.

Membatasi pengunjung bila perlu.

Mendorong keluarga untuk mencuci tangan saat masuk dan meninggalkan ruangan.

Mendorong klien untuk meningkatkan intake nutrisi, cairan dan istirahat.

Menekankan memperbanyak intake protein untuk pembentukan system imun.

Mengajarkan kepada klien dan keluarga tentang cara mencegah infeksi dan tanda gejala

infeksi.

Mengkaji suhu klien, dan melaporkan jika suhu lebih dari 38° C.

Memonitor nilai laboratorium.

Mengkaji warna kulit, tekstur dan turgor.

Page 12: 7.LP Eliminasi Urine Dan Fekal

KONSEP KEBUTUHAN ELIMINASI FEKAL

A. PENGERTIAN

Defekasi adalah proses pembuangan atau pengeluaran sisa metabolisme berupa feses

dan flatus yang berasal dari saluran pencernaan anus.

Dalam proses defekasi terjadi dua macam refleks yaitu :

1. Refleks defekasi intrinsik

Refleks ini berawal dari feses yang masuk ke rektum sehingga terjadi distensi

rektum, yang kemudian menyebabkan rangsangan pada fleksus mesentrikus dan

terjadilah gerakan peristaltik. Setelah feses tiba di anus, secara sistematis spinter

interna relaksasi maka terjadilah defekasi.

2. Refleks defekasi parasimpatis

Feses yang masuk ke rektum akan merangsang saraf rektum yang kemudian

diteruskan ke spinal cord. Dari spinal cord kemudian dikembalikan ke kolon

desenden, sigmoid dan rektum yang menyebabkan intensifnya peristaltik,

relaksasi spinter internal, maka terjadilah defekasi.

Dorongan feses juga dipengaruhi oleh kontraksi otot abdomen , tekana diafragma

dan kontraksi otot elevator. Defekasi dipermudah oleh fleksi otot femur dan posisi

jongkok.

B. NILAI-NILAI NORMAL

Gas yang dihasilkan dalam proses pencernaan normalnya 7-10 liter / 24 jam. Jenis gas

yang terbanyak adalah CO2, metana, H2S, O2, dan nitrogen. Feses terdiri atas 75 % air

dan 25 % materi padat. Feses normal berwarna khas karena pengaruh dari

mikroorganisme. Konsistensi lembek namun berbentuk.

Masalah-masalah umum pada eliminasi fekal :

1. Konstipasi : gangguan eliminasi yang diakibatkan adanya feses yang kering dan

keras melalui usus besar. Biasanya disebabkan oleh pola defekasi yang tidak

Page 13: 7.LP Eliminasi Urine Dan Fekal

teratur, penggunaan laksatif yang lama, stres psikologis, obat-obatan, kurang

aktivitas, usia.

2. Fecal Impaction : masa feses yang keras di lipatan rektum yang diakibatkan oleh

retensi dan akumulasi material feses yang berkepanjangan. Biasanya disebabkan

oleh konstipasi, intake cairan yang kurang, kurang aktivitas, diet rendah serat dan

kelemahan tonus otot.

3. Diare : keluarnya feses cairan dan meningkatnya frekuensi buang air besar akibat

cepatnya chyme melewati usus besar, sehingga usus besar tidak mempunyai

waktu yang cuckup untuk menyerap air. Diare dapat disebabkan karena stres fisik,

obat-obatan, alergi, penyakit kolon, dan iritasi intestinal

4. Inkontinensia alvi : hilangnya kemampuan otot untuk mengontrol pengeluaran

feses dan gas yang melalui spinter anus akibat kerusakan fungsi spinter atau

persarafan di daerah anus. Penyebabnya karena penyakit neuromuskular, trauma

spinal cord, tumor spinter anus eksterna.

5. Kembung : flatus yang berlebihan di daerah intestinal sehingga menyebabkan

distensi intestinal, dapat disebabkan karena konstipasi, pengunaan obat-obatan

(barbiturat, penurunan ansietas, penurunan aktivitas intestinal), mengkonsumsi

makanan yang banyak mengandung gas dapat berefek anestesi.

6. Hemorroid : pelebaran vena di daerah anus sebagai akibat peningkatan tekanan di

daerah tersebut. Penyebabnya adalah konstipasi kronis, peregangan maksimal saat

defekasi, kehamilan, dan obesitas.

C. HAL-HAL YANG PERLU DIKAJI PADA KLIEN YANG MENGALAMI

GANGGUAN KEBUTUHAN ELIMINASI FEKAL

1. Riwayat keperawatan

Pola defekasi : frekuensi, pernah berubah

Perilaku defekasi : penggunaan laksatif, cara mempertahankan pola

Deskripsi feses : warna, bau dan tekstur

Diet : makanan yang mempengaruhi defekasi, makanan yang biasa dimakan,

makanan yang dihindari, dan pola makan yang teratur atau tidak

Cairan : jumlah dan jenis minuman / hari

Aktivitas : kegiatan sehari-hari

Page 14: 7.LP Eliminasi Urine Dan Fekal

Kegiatan yang spesifik

Peggunaan medikasi : obat-obatan yang mempengaruhi defekasi

Stres : stres berkepanjangan atau pendek, kopig untuk menghadapi atau

bagaimana menerima

Pembedahan / penyakit menetap

2. Pemeriksaan fisik

Abdomen : distensi, simetris, gerakan peristaltik, adanya massa pada perut,

tenderness

Rektum dan anus : tanda-tanda inflamasi, perubahan warna, lesi, fistula,

hemorroid, adanya massa, tenderness

3. Keadaan feses

Konsistensi, bentuk, bau, warna, jumlah, unsur abnornal dalm feses : lendir.

4. Pemeriksaan diagnostik

Anuskopi

Proktosigmoidoskopi

Rontgen dengan kontras

DIAGNOSA KEPERAWATAN

Beberapa diagnosa keperawatan yang mungkin muncul :

1. Gangguan eliminasi bowel : konstipasi

2. Gangguan eliminasi bowel : diare

3. Gangguan eliminasi bowel : inkontinensia

PENATALAKSANAAN KEPERAWATAN

1. Gangguan eliminasi bowel : konstipasi

NOC : Bowel elimination

Indikator:

Buang air besar / BAB dengan konsistensi lembek

Pasien menyatakan mampu mengontrol pola BAB

Mempertahankan pola eliminasi usus tanpa ileus

NIC : Konstipation atau impaction management

Page 15: 7.LP Eliminasi Urine Dan Fekal

Aktivitas:

- Monitor tanda dan gejala konstipasi

- Monitor pergerakan usus, frekuensi, konsistensi

- Anjurkan pada pasien untuk makan buah-buahan dan serat tinggi

- Mobilisasi bertahap

- Evaluasi intake makanan dan minuman

- Kolaborasikan denga tenaga medis mengenai pemberian laksatif, enema dan

pengobatan

- Berikan pendidikan kesehatan tentang : personal hygiene, kebiasaan diet,

cairan dan makanan yang mengandung gas, aktivitas dan kebiasaan BAB

2. Gangguan eliminasi bowel : diare

NOC:

- Bowel elimination

- Fluid Balance

- Hydration

- Electrolyte and Acid base Balance

Kriteria Hasil :

- Feses berbentuk, BAB sehari sekali- tiga hari

- Menjaga daerah sekitar rectal dari iritasi

- Tidak mengalami diare

- Menjelaskan penyebab diare dan rasional tindakan

- Mempertahankan turgor kulit

NIC : Diarhea Management

- Evaluasi efek samping pengobatan terhadap gastrointestinal

- Ajarkan pasien untuk menggunakan obat antidiare

- Instruksikan pasien/keluarga untuk mencatat warna, jumlah, frekuensi dan

konsistensi dari feses

- Evaluasi intake makanan yang masuk

- Identifikasi faktor penyebab dari diare

- Monitor tanda dan gejala diare

- Observasi turgor kulit secara rutin

Page 16: 7.LP Eliminasi Urine Dan Fekal

- Ukur diare/keluaran BAB

- Hubungi dokter jika ada kenaikan bising usus

- Instruksikan pasien untuk makan rendah serat, tinggi protein dan tinggi kalori jika

memungkinkan

- Instruksikan untuk menghindari laksative

- Ajarkan tehnik menurunkan stress

- Monitor persiapan makanan yang aman

3. Gangguan eliminasi bowel : inkontinensia

NOC :

- Bowel elimination

- Bowel incontinence

Kriteria hasil :

- Tidak mengalami diare

- Dapat memperkirakan pola evakuasi feses

- Mencari toilet sendiri sebelum defekasi

- Pola makan dan aktivitas yang adekuat

NIC : Bowel incontinence care

- Identifikasi penyebab fisik dan psikis dari inkontinensia bowel

- Diskusikan prosedur dan dampaknya bersama pasien

- Instruksikan pasien / keluarganya untuk mencatat keluaran feses

- Jaga agar pakaian dan tempat tidur tetap bersih

- Monitor keadekuatan evakuasi bowel

- Monitor pemberian diet dan cairan

- Bersihkan area perianal dengan air dan sabun kemudian keringkan setelah proses

defekasi

Page 17: 7.LP Eliminasi Urine Dan Fekal

DAFTAR PUSTAKA

Erfandi. 2009. Retensio Urin. dari www.kalbe.co.id

Johnson, M., Maas, M., Moorhead, S. 2008. Nursing Outcomes Classification Fifth Edition. Mosby, Inc : Missouri.

McCloskey, J.C., Bulechek, G.M. 2008. Nursing Intervention Classification Fifth Edition. Mosby, Inc : Missouri.

Mubarak, W.I., Chayatin, N. 2008. Buku Ajar Kebutuhan Dasar Manusia: Teori dan Aplikasi dalam praktik. EGC: Jakarta

North American Nursing Diagnosis Association. 2012. Nursing Diagnoses : Definition & Classification 2012-2014. Philadelphia.

Potter & Perry. 2006. Buku Ajar Fundamental Keperawatan: Konsep, Proses, dan Praktik edisi 4 volume 2. Jakarta: EGC

Smeltzer, Suzanne C. 2001. Buku Ajar Keperawatan Medikal BedahBrunner & Suddarth Edisi 8. Jakarta: EGC

Wilkinson, J.M. 2012. Buku Saku Diagnosis Keperawatan dengan Intervensi NIC dan Kriteria Hasil NOC. EGC. Jakarta.

Tarwoto dan Wartonah. 2007. Kebutuhan Dasar Manusi & Proses Keperawatan. Edisi 3. Salemba Medika. Jakarta .