Percobaan III - Urine-Identifikasi Senyawa Dalam Urine
-
Upload
ahmad-najihullah -
Category
Documents
-
view
304 -
download
20
description
Transcript of Percobaan III - Urine-Identifikasi Senyawa Dalam Urine
ABSTRAK
Percobaan ini bertujuan untuk mengidentifikasi senyawa-senyawa
yang terkandung dalam urine. Prinsip percobaan ini adalah reaksi-reaksi
khas pada masing-masing percobaan. Metode percobaan yang bisa
dilakukan adalah uji pemecahan ureum oleh urease, uji gula pereduksi, uji
adanya kreatinin dengan percobaan JAFFE dan WEYL, tes adanya asam
urat dan garamnya yang menggunakan percobaan Muroksid dan reduksi
perak (SCHIFF), tes adanya senyawa keton, dan tes adanya protein untuk
uji senyawa organik. Sedangkan identifikasi senyawa anorganik dilakukan
dengan tes adanya amonia, klorida, sulfat, fosfat dan kalsium. Dari
percobaan yang telah dilakukan didapatkan bahwa uji positif terjadi pada
uji pemecahan ureum oleh urease, tes adnya gula pereduksi, tes adanya
klorida dan tes adanya sulfat.
PERCOBAAN III
URINE : IDENTIFIKASI SENYAWA DALAM URINE
I. TUJUAN PERCOBAAN
Untuk mengetahui unsur-unsur yang terkandung dalam urine
II. TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Urine
Urine atau air seni atau air kencing adalah cairan sisa yang
diekskresikan oleh ginjal yang kemudian akan dikeluarkan dari dalam tubuh
melalui proses urinasi. Ekskresi urine diperlukan untuk membuang molekul-
molekul sisa dalam darah yang disaring oleh ginjal dan untuk menjaga
homeostasis cairan tubuh. Namun, ada juga beberapa spesies yang
menggunakan urine sebagai sarana komunikasi olfaktori. Urine disaring di
dalam ginjal, dibawa melalui ureter menuju kandung kemih, akhirnya dibuang
keluar tubuh melalui uretra.
Fungsi utama urine adalah untuk membuang zat sisa seperti racun atau
obat-obatan dari dalam tubuh. Anggapan umum menganggap urine sebagai zat
yang "kotor". Hal ini berkaitan dengan kemungkinan urine tersebut berasal
dari ginjal atau saluran kencing yang terinfeksi, sehingga urine pun akan
mengandung bakteri. Namun jika urine berasal dari ginjal dan saluran kencing
yang sehat, secara medis urine sebenarnya cukup steril dan hampir tidak
berbau ketika keluar dari tubuh. Hanya saja, beberapa saat setelah
meninggalkan tubuh, bakteri akan mengkontaminasi urine dan mengubah zat-
zat di dalam urine dan menghasilkan bau yang khas, terutama bau amonia
yang dihasilkan dari urea. Urine dapat menjadi penunjuk dehidrasi. Orang
yang tidak menderita dehidrasi akan mengeluarkan urine yang bening seperti
air. Penderita dehidrasi akan mengeluarkan urine berwarna kuning pekat atau
cokelat.
(Anonim, 2008)
Jenis urine adalah sebagai berikut
a. Urine sewaktu
Urine yang dikeluarkan sewaktu-waktu bilamana diperlukan
pemeriksaan. Urine sewaktu biasanya cukup baik untuk pemeriksaan
rutin yang melengkapi pemeriksaan fisik badan.
b. Urine pagi
Urine yang pertama dikeluarkan sewaktu pasien bangun tidur.
Urine ini biasanya lebih pekat dan baik sekali untuk pemeriksaan kadar
protein sedimen, reduksi, reaksi biologi dari calli malnini dan
sebagainya.
c. Urine pasca prandial
Urine yang pertama kali dikeluarkan setelah pasien makan
(kurang lebih 1,5–3 jam sesudah makan). Urine ini biasanya dipakai
untuk pemeriksaan reduksi.
d. Urine 24 jam
Urine yang dikumpulkan selama 24 jam. Urine ini akurat untuk
analisa kuantitatif.
(Tim DepKes RI, 1994)
2.2 Pemeriksaan pada Urine
2.2.1 Pemeriksaan kadar gula dalam urine
Pengertiannya adalah memeriksa urine yang bertujuan untuk
mengetahui kadar gula dalam urine. Hal ini dilakukan pada pasien yang
berpenyakit atau tersangka berpenyakit diabetes mellitus. Cara
pemeriksaan kadar gula dalam urine dapat dilakukan dengan memakai
reagen benedict, tablet khusus dan tes pita.
Pemeriksaan dengan menggunakan reagen benedict, perubahan
warna yang ditunjukkan adalah sebagai berikut :
Warna biru (tidak berubah) (-)
Warna biru kehijauan (+)
Warna hijau (kekuningan) (+ +)
Warna kuning kemerahan (+ + +)
Warna merah bata (+ + + +)
2.2.2 Pengambilan bahan urine
Pengambilan urine sebagai bahan pemeriksaan untuk
mengetahui faal glomeruli yang bertujuan untuk menyediakan urine
secara bertahap untuk pemeriksaan ureum.
2.2.3 Pengumpulan urine selama 24 jam
Meliputi:
Pengukuran berat jenis urine
Pemeriksaan jumlah dalam urine
Pengujian pemekatan
Pengambilan bahan creatinin clearence test
(Tim DepKes , 1994)
2.3 Sifat Urine
Sifat-sifat urine diantaranya adalah
a. volume urine pada orang dewasa nomal 600 – 2.500 mL dibentuk tiap hari
b. volume urine berkurang pada iklim panas
c. berat jenis antara 1,003 – 1,030
d. reaksi urine biasanya adalah asam dengan pH berkisar antara 4,7 – 8,0
e. urine menjadi alkali bila dibiarkan
f. urine berwarna kuning pucat apabila normal
g. urine segar beraroma, tetapi baunya dapat berubah oleh zat-zat yang ada
dalam makanan
(Harper, 1961)
2.4 Ciri- ciri Urine Normal
Jumlah rata-rata satu sampel dua liter sehari namun berbeda-beda
sesuai dengan jumlah cairan yang dimasukkan. Banyaknya akan bertambah
pula apabila terlampaui banyak protein yang dimakan sehingga tersedia cukup
aliran yang diperlukan untuk mengalirkan ureanya. Warnanya bening oranye
pucat tanpa endapan tetapi kalanya terdapat lendir tipis nampak terapung di
dalamnya, baunya tajam, reaksinya sedikit asam terhadap lakmus dengan pH
rata-rata 6, berat jenis berkisar antara 1,010 sampai 1,028.
(Harper, 1961)
2.5 Komponen Utama Urine Manusia
Komponen utama penyusun urine pada manusia terdiri dari :
Komponen Garam per 24 jam Perkiraan nisbah kons.
urine
Glukosa
Asam amino
Amoniak
Urine
Kreatinin
Asam urat
H+
Na+
K+
Ca2+
Mg2+
Cl-
HPO42-
SO42-
HCO3-
< 0,05
0,80
0,80
25
1,5
0,7
pH 5-8
3,0
1,7
0,2
0,15
6,3
1,2 g P
1,4 g S
0,3
< 0,05
1,0
100
70
70
20
Sampai 300
1,0
15
5
2
1,5
25
50
0,2
Volume dan komposisi urine 24 jam bervariasi tergantung pada jumlah
cairan yang masuk ke tubuh. Data di atas berlaku bagi rata-rata 24 jam
spesimen dengan total volume 1.200 mL.
(Harper, 1961)
2.6 Unsur- unsur Abnormal dalam Urine
a. Protein
Proteinuria (albume urea ) adalah adanya albumin dan globulin dalam
urine dalam konsentrasi yang abnormal-normal tidak lebih dari 30-200 mg
protein diekstraksi setiap hari dalam urine.
b. Glukosa
Normal, tidak lebih dari satu gram diekstraksi setiap hari. Glukosaria
terjadi bila melebihi jumlah tersebut. Glukosaria dapat disebabkan adanya
stres dan emosi. Glukosaria tidak disebabkan oleh diabetes tetapi dapat
menunjukkan adanya diabetes.
c. Benda-benda keton
Pada keadaan normal, umumnya hanya diekskresi keton sebanyak
3-15 mg setiap hari, jumlahnya meningkat pada kelaparan, gangguan
metabolisme karbohidrat, kehamilan, dan beberapa jenis alkoholis.
(Harper, 1961)
2.7 Unsur-unsur Normal dalam Urine
a.Urea
Merupakan hasil akhir utama metabolisme protein pada mamalia.
Biasanya merupakan 80-90% dan nitrogen urine total tetap pada diet rendah,
protein urea jumlahnya rendah karena unsur nitrogen lain secara relatif tidak
dipengaruhi oleh diet. Sekresi urea meningkat seperti demam, diabetes atau
aktivitas korteks berlebih.
(Harper, 1961)
b. Amonia
Secara normal, jumlah amonia dalam urine sedikit. Namun jika
terdapat diabetes melitus maka jumlah amonia yang terkandung sangat
tinggi.
(Harper, 1961)
c. Kreatin dan kreatinin
Kreatin adalah produk pemecahan kreatin. Koefisien kreatin ini dapat
digunakan sebagai metode (indeks) mengenai jumlah urine yang
dikumpulkan dalam 24 jam. Kreatinin diukur secara kolorimeter dengan
menambahkan alkali pikrat dalam urine.
(Harper, 1961)
d. Asam urat
Asam urat adalah hasil akhir yang penting dalam oksidasi urine yang
sukar larut dalam air, tetapi membentuk garam yang larut dalam alkali. Oleh
karena itu asam urat mudah mengendap dalam urine bila dibiarkan, warna
biru diberikan asam urat bila terdapat seanofosfongisfat.
(Harper, 1961)
e. Asam amino
Asam amino yang keluar dari urine sangat sedikit karena ambang batas
urine untuk zat ini sangat tinggi.
(Harper, 1961)
2.8 Pengujian pada Urine
2.8.1 Uji gula pereduksi dengan metode benedict
Reagen benedict terdiri dari kupri sulfat, sodium karbonat, dan
sodium sitrat. Reaksinya sama dengan fehling yaitu gula pereduksinya
akan dioksidasi menjadi asam aldonat, sedangkan pereaksi benedict akan
tereduksi menjadi Cu2O dengan adanya endapan merah bata, maka
menunjukkan adanya gula pereduksi.
(Harper , 1961)
2.8.2 Penentuan kadar kreatinin urine
Kreatinin diukur secara stoikiometri dengan menggunakan asam
pikrat yang ditambahkan dalam urine. Dengan adanya kreatin, campuran
memberi warna ambar (Reaksi Jaffe) warnanya dicocokkan dengan
standar kreatinin yang juga telah diberi alkali pikrat.
(Harper , 1961)
2.8.3 Uji adanya protein
Protein dapat ditemukan dengan memanaskan urine lebih baik,
setelah disentrifus untuk menghilangkan sedimen, kemudian
ditambahkan asan asetat encer. Suatu awan putih atau endapan yang
menetap setelah penambahan asam menunjukkan bahwa dalam urine
terdapat protein. Pada pengukuran kuantitatif protein diendapkan dengan
asam siklo asetat dan kemudian dipisahkan untuk analisis baik secara
kolorimetri maupun analisis.
(Harper , 1961)
2.9 Komposisi urine
Urine terdiri dari air dengan bahan terlarut berupa sisa metabolisme
(seperti urea), garam terlarut, damn materi organik. Cairan dan materi
pembentuk urine berasal dari darah atau cairan interstisial. Komposisi urine
berubah sepanjang proses reabsorbsi ketika molekul yang penting bagi tubuh
misal glukosa, diserap kembali ke dalam tubuh melalui molekul pembawa.
Cairan yang tersisa mengandung urea dalam kadar yang tinggi dan berbagai
senyawa yang berlebih atau berpotensi racun yang akan dibuang keluar tubuh.
Materi yang terkandung di dalam urine dapat diketahui melalui urinalisis. Urea
yang dikandung oleh urine dapat menjadi sumber nitrogen yang baik untuk
tumbuhan dan dapat digunakan untuk mempercepat pembentukan kompos.
Urine seorang penderita diabetes akan mengandung gula yang tidak akan
ditemukan dalam urine orang yang sehat.
(Anonim, 2008)
2.10 Penyakit pada urine
Penyakit batu ginjal merupakan suatu penyakit yang banyak diderita
oleh rakyat Indonesia yaitu suatu penyakit yang disebabkan terdapatnya
endapan yang mengeras (membatu) di dalam ginjal. Disebut juga penyakit
kencing batu dan dalam istilah asing disebut renal stone, urolithiasis atau
calculus urinaria.
Batu-batu ini tidak saja terdapat di dalam ginjal tetapi batu yang ada di
ginjal dapat turun ke saluran yang berada di bawahnya yaitu ureter, kandung
kemih (buli-buli) dan saluran kencing terluar (uretra) dan dapat juga terjadi
langsung di kandung kemih.
Gejala-gejala yang dapat ditimbulkan oleh penyakit ini adalah rasa
nyeri di daerah pinggang ataupun di daerah saluran kencing lainnya. Rasa
nyeri ini mulai dari yang ringan sampai dengan yang berat tergantung dari
besar kecilnya batu yang terbentuk. Gejala-gejala lain diantaranya adalah
pengeluaran urine tidak lancar, urine kadang-kadang disertai dengan keluarnya
darah karena luka-luka yang ditimbulkan oleh gesekan antara batu dengan
dinding saluran kencing.
(Anonim, 2008)
2.11 Ginjal
Ginjal merupakan organ penting yang menyaring material dari darah,
yang berbahaya atau berlebihan ataupun keduanya. Material-material ini
diekskresikan dalam urine. Sejumlah tes dijalankan secara rutin di
laboratorium klinik dengan sampel urine. Hal ini termasuk pengukuran
glukosa atau gula pereduksi, keton, albumin, spesifik grafity dan pH.
(Bettelhem, 1995)
Manusia memiliki sepasang ginjal yang terletak di belakang perut atau
abdomen. Ginjal ini terletak di kanan dan kiri tulang belakang, di bawah hati
dan limpa. Di bagian atas (superior) ginjal terdapat kelenjar adrenal (juga
disebut kelenjar suprarenal).Ginjal bersifat retroperitoneal, yang berarti
terletak di belakang peritoneum yang melapisi rongga abdomen. Kedua
ginjal terletak di sekitar vertebre. Ginjal kanan biasanya terletak sedikit di
bawah ginjal kiri untuk memberi tempat untuk hati. Sebagian dari bagian
atas ginjal terlindungi oleh iga ke sebelas dan dua belas. Kedua ginjal
dibungkus oleh dua lapisan lemak (lemak perirenal dan lemak pararenal)
yang membantu meredam goncangan.
(Anonim, 2008)
2.12 Sistem Ekskresi
Sistem ekskresi pada manusia dan vertebrata lainnya melibatkan organ
paru-paru, kulit, ginjal, dan hati. Namun yang terpenting dari keempat organ
tersebut adalah ginjal.
1. Ginjal
Fungsi utama ginjal adalah mengekskresikan zat-zat sisa
metabolisme yang mengandung nitrogen misalnya amonia. Amonia
adalah hasil pemecahan protein dan bermacam-macam garam, melalui
proses deaminasi atau proses pembusukan mikroba dalam usus. Selain
itu, ginjal juga berfungsi mengeksresikan zat yang jumlahnya berlebihan,
misalnya vitamin yang larut dalam air, mempertahankan cairan
ekstraselular dengan jalan mengeluarkan air bila berlebihan, serta
mempertahankan keseimbangan asam dan basa. Sekresi dari ginjal
berupa urine.
Bentuk ginjal seperti kacang merah, jumlahnya sepasang dan
terletak di dorsal kiri dan kanan tulang belakang di daerah pinggang.
Berat ginjal diperkirakan 0,5% dari berat badan, dan panjangnya ± 10
cm. Setiap menit 20-25% darah dipompa oleh jantung yang mengalir
menuju ginjal. Ginjal terdiri dari tiga bagian utama yaitu:
a. korteks (bagian luar)
b. medulla (sumsum ginjal)
c. pelvis renalis (rongga ginjal)
Bagian korteks ginjal mengandung banyak sekali nefron ± 100 juta
sehingga permukaan kapiler ginjal menjadi luas, akibatnya perembesan
zat buangan menjadi banyak. Setiap nefron terdiri atas badan Malphigi
dan tubulus (saluran) yang panjang. Pada badan Malphigi terdapat kapsul
Bowman yang bentuknya seperti mangkuk atau piala yang berupa
selaput sel pipih. Kapsul Bowman membungkus glomerulus. Glomerulus
berbentuk jalinan kapiler arterial. Tubulus pada badan Malphigi adalah
tubulus proksimal yang bergulung dekat kapsul Bowman yang pada
dinding sel terdapat banyak sekali mitokondria. Tubulus yang kedua
adalah tubulus distal.
Gbr. Struktur dalam (anatomi) ginjal
Pada rongga ginjal bermuara pembuluh pengumpul. Rongga ginjal
dihubungkan oleh ureter (berupa saluran) ke kandung kencing (vesika
urinaria) yang berfungsi sebagai tempat penampungan sementara urine
sebelum keluar tubuh. Dari kandung kencing menuju luar tubuh urine
melewati saluran yang disebut uretra.
2. Hati (hepar)
Hati disebut juga sebagai alat ekskresi di samping berfungsi
sebagai kelenjar dalam sistem pencernaan. Hati menjadi bagian dari
sistem ekskresi karena menghasilkan empedu. Hati juga berfungsi
merombak hemoglobin menjadi bilirubin dan biliverdin, dan setelah
mengalami oksidasi akan berubah jadi urobilin yang memberi warna
pada feses menjadi kekuningan. Demikian juga kreatinin hasil
pemecahan protein, pembuangannya diatur oleh hati kemudian diangkut
oleh darah ke ginjal. Jika saluran empedu tersumbat karena adanya
endapan kolesterol maka cairan empedu akan masuk dalam sistem
peredaran darah sehingga cairan darah menjadi lebih kuning.
Penderitanya disebut mengalami sakit kuning.
( Anonim, 2008)
2.13 Mekanisme Pembuangan Urine
Di dalam ginjal terjadi rangkaian proses filtrasi, reabsorbsi, dan
augmentasi.
1. Penyaringan (filtrasi)
Filtrasi terjadi pada kapiler glomerulus pada kapsul Bowman. Pada
glomerulus terdapat sel-sel endotelium kapiler yang berpori (podosit)
sehingga mempermudah proses penyaringan. Beberapa faktor yang
mempermudah proses penyaringan adalah tekanan hidrolik dan
permeabilitias yang tinggi pada glomerulus. Selain penyaringan, di
glomelurus terjadi pula pengikatan kembali sel-sel darah, keping darah,
dan sebagian besar protein plasma. Bahan-bahan kecil terlarut dalam
plasma, seperti glukosa, asam amino, natrium, kalium, klorida,
bikarbonat, garam lain, dan urea melewati saringan dan menjadi bagian
dari endapan.
Hasil penyaringan di glomerulus berupa filtrat glomerulus (urine
primer) yang komposisinya serupa dengan darah tetapi tidak
mengandung protein. Pada filtrat glomerulus masih dapat ditemukan
asam amino, glukosa, natrium, kalium, dan garam-garam lainnya.
2. Penyerapan kembali (reabsorbsi)
Volume urine manusia hanya 1% dari filtrat glomerulus. Oleh
karena itu, 99% filtrat glomerulus akan direabsorbsi secara aktif pada
tubulus kontortus proksimal dan terjadi penambahan zat-zat sisa serta
urea pada tubulus kontortus distal.
Substansi yang masih berguna seperti glukosa dan asam amino
dikembalikan ke darah. Sisa sampah kelebihan garam, dan bahan lain
pada filtrat dikeluarkan dalam urine. Tiap hari tabung ginjal
mereabsorbsi lebih dari 178 liter air, 1.200 g garam, dan 150 g glukosa.
Sebagian besar dari zat-zat ini direabsorbsi beberapa kali.
Setelah terjadi reabsorbsi maka tubulus akan menghasilkan urine
sekunder yang komposisinya sangat berbeda dengan urine primer. Pada
urine sekunder, zat-zat yang masih diperlukan tidak akan ditemukan lagi.
Sebaliknya, konsentrasi zat-zat sisa metabolisme yang bersifat racun
bertambah, misalnya ureum dari 0,03% dalam urine primer dapat
mencapai 2% dalam urine sekunder.
Meresapnya zat pada tubulus ini melalui dua cara. Gula dan asam
amino meresap melalui peristiwa difusi, sedangkan air melalui peristiwa
osmosis. Reabsorbsi air terjadi pada tubulus proksimal dan tubulus
distal.
3. Augmentasi
Augmentasi adalah proses penambahan zat sisa dan urea yang
mulai terjadi di tubulus kontortus distal. Komposisi urin yang
dikeluarkan lewat ureter adalah 96% air, 1,5% garam, 2,5% urea, dan
sisa substansi lain, misalnya pigmen empedu yang berfungsi memberi
warna dan bau pada urine.
(Anonim, 2008)
2.14 Ketergantungan Aktivasi GTP Pada Apoprotein Urease dalam
Kompleks dengan Protein Tambahan Berupa UreD, UreF dan UreG
Sintesis logam yang mengandung enzim sering membutuhkan
dukungan dari protein tambahan. Tugas tersebut di mainkan oleh banyak
protein tambahan yang tergolong rendah. Klebsiella aerogenes, sebuah nikel
yang mengandung enzim dilengkapi dengan sistem ideal untuk mempelajari
pemasangan metallocenter.
Di sini, kami menggambarkan sebuah metode untuk mengisolasi
kompleks yang mengandung apoprotein urease dan protein pembantu berupa
UreD, UreF dan UreG. Kami mempertunjukkan bahwa apoprotein urease
dalam kompleks di aktifkan untuk tingkat tipe enzim yang sedikit liar.
Ketika diinkubasi dengan ion nikel dan bikarbonat dengan konsentrasi yang
tinggi. Secara signifikan kami juga mengamati ketergantungan aktivitas
nikel. Pada fisiologi ilmu yang bersangkutan pada tingkat bikarbonat tapi
hanya dalam persen GTP. Didasarkan pada pembelajaran meliputi kesukaran
hidrolisis yang sama pada GTP. Kami menyimpulkan bahwa hidrolisis
nukleotida tidak hanya pada ikatan samping yaitu diperlukan dalam proses
ini.
Urease adalah nikel yang mengandung enzim yang berfungsi sebagai
faktor dahsyat pada beberapa penyakit manusia. Struktur kristal enzim
heterotrimerik dari Klebsiella aerogenes yang menampakkan dinuclear
mettalocenter.
(Soriano & Harosinger, 1999)
2.15 Pengaruh Padatan Pada Aktivitas Enzim Urease, Penilaian
Karbondioksida dan Mineralisasi Nitrogen
Pengaruh padatan pada aktivitas enzim urease, penilaian CO2 dan
mineralisasi nitrogen pada tanah yang diberi urea dan tidak diberi urea.
Tanah dipadatkan pada komposisi 0 kg cm-2, 2 kg cm-2 dan 4 kg cm-2 dan
diinkubasikan selama 28 hari. Perubahan pada enzim urease, penilaian CO2
dan mineralisasi nitrogen yang diukur selama periode inkubasi. Aktivitas
enzim urease menurun secara signifikan (P < 0.05) pada semua sampel tapi
telah diamati bahwa ada pengaruh negatif pada padatan aktivitas enzim
urease dan penilaian CO2 pada tanah yang diberi urea.
Tergantung pada waktu inkubasi, tanah yang diberi urea mempunyai
waktu 5 lebih dari NH4+ dan 4 waktu lebih dari NO3
- daripada tanah yang
tidak diberi urea. Selanjutnya padatan disebabkan nitrifikasi pada kedua
kelompok tersebut (P < 0.05).
Tanah yang padat mungkin menyebabkan masalah dengan perubahan
poros tanah. Sejak hal ini mempunyai pengaruh pada aktivitas biologi yang
sama baiknya pada bentuk fisik tanah, pertumbuhan tanaman dan akar
mungkin berpengaruh negatif. Aktivitas enzim urease pada sampel kontrol
34,33 pada hari pertama menurun menjadi 28,73 mg N/kg tanah selama 28
hari. Bagaimanapun, ketika 2 kg/cm2 tekanan diterapkan, tidak ada aktivitas
urease yang terlihat pada 14 dan 28 hari masa inkubasi. Perubahan aktivitas
urease pada sampel tanah dengan dan tanpa penambahan urease tergantung
pada 49 mg N tiap 100 gram tingkat tanah pada 28 hari inkubasi. Aktivias
enzim urease pertama kali, kedua dan ketiga masa inkubasi berubah secara
signifikan ketika tekanan 2 kg/cm2 diterapkan pada tanah.
(Karaca dkk, 1997)
2.16 Preparasi dan Karakterisasi dari Amobilisasi Urease pada
glutaraldehyde cross-linked chitosan beads
Urease telah diamobilisasi oleh beberapa tetes glutaraldehid
berposisi trans dengan chitosan yang dipreparasi pada
gelombang mikro tanpa pancaran sinar. Aktivitas dan hasil
dari aktivitas urease berturut-turut 10,83 U/g B dan 47,7%.
Kondisi dari amobilisasi urease telah dioptimalkan. Sifat urea
telah telah diteliti dan dibandingkan dengan enzim bebas
lainnya.
Urease (urea amydohydrolyse, EC 3.5.1.5) merupakan
enzim yang paling efisien untuk mengubah urea menjadi
amonium dan karbondioksida. Enzim ini sangat penting
dalam penentuan urea dalam darah, urine, dan keringat, dan
dalam proses dialisis untuk menghilangkan urea pada
perlakuan uremia.
Penggunaan enzim ini seringkali terbatas karena
harganya yang mahal, kelangkaan, ketidakstabilan, dan
kesulitan dalam pembentukan kembali setelah bereaksi.
Walaupun demikian enzim yang diamobilisasi biasanya
menunjukkan aktivitas katalitik yang rendah dari pada enzim
lain. Enzim ini lebih stabil, dapat digunakan kembali, dan
lebih murah sehingga enzim yang diamobilisasi lebih banyak
digunakan dalam penelitian.
Dalam proses amobilisasi, urease diamobilisasi secara
kovalen pada chitosan yang telah diaktifkan melalui gugus
amino dari protein enzim yang direaksikan dengan gugus
aldehid dari beberapa tetes glutaraldehid berposisi trans
dengan chitosan. Untuk mendesain matriks amobilisasi
enzim, beberapa parameter yang mempengaruhi amobilisasi
enzim telah diteliti, seperti fraksi volume glutaraldehid, rasio
tetesan urea, waktu proses amobilisasi, dan pH selama
amobilisasi berlangsung. Parameter kinetik, sifat, dan
stabilitas dari hasil amobilisasi enzim di bawah kondisi
optimum kemudian ditentukan.
(Zu Pei Liang, 2005)
2.17 Preparasi Biomimetik Bubuk HA pada Temperatur 37°C di dalam
Kandungan Urea dan Enzim Urease dalam Aliran Tubuh.
Calcium hydroxyapatite (HA: Ca10(PO4)6(OH)2), adalah salah satu
komponen senyawa anorganik yang ada pada tulang manusia. Pada aplikasi
tulang sintetik, Calcium hydroxyapatite (HA: Ca10(PO4)6(OH)2) dipreparasi
sebagai tahap awal dan bubuk biokeramik submikron. Bubuk karbonat HA
disintesis dari kalsium nitrat tetrahidrat dan garam diamonium hidrogen
phospat yang dilarutkan didalam larutan sintetik tubuh (SBF), yang
mengandung urea (H2NCONH2) dan enzim urease, di bawah kondisi
biomimetik 37 °C dan pH 7,4, dengan sebuah teknik preparasi secara kimia.
Pada bubuk terdapat juga kandungan ion Mg dan Na, secara intensif
dimasukkan oleh larutan SBF, juga oleh air murni, seama pada proses
sintesis. Karakterisasi dan analisis kimia pada sintetis biomimetik bubuk HA
ditunjukkan dengan scanning electon microscopy (SEM), Powder X-ray
diffraction (XRD), Fourier-transformed infra red spectroscopy (FT-IR), dan
inductively-coupled plasma atomic emission spectroscopy (ICP-AES).
Penambahan enzim urease dengan jumlah yang telah ditentukan pada urea
dalam sintetik aliran tubuh menggunakan Ha sintesis ditunjukkan pada
pemasukkan yang membutuhkan kontrol pH untuk pencapaian kondisi
biomimetik.
(Bayraktar, 1999)
2.18 Biosensor Urea dari Susunan Sol-Gel Film dengan Penyebab
Kromoionofor Nile Blue dan Enzim Urease
Optik biosensor urea dibuat dengan beberapa layer sol gel film.
Susunan sol gel film dipengaruhi kromoionofor nile blue ( ETH 5294 ) dan
beberapa enzim urease tanpa membutuhkan adanya prosedur kimia. Respon
absorbansi dari biosensor diperhatikan dengan menggunakan panjang
gelombang 550 nm, agar terjadi deprotonisasi kromoionofor. Dari format
multi layer sol gel film tersebut menggunakan enzim lebih tinggi dalam
biosensor sehingga dapat tercapai hasil yang lebih baik. Optik biosensor urea
mengkonstruksi dari tiga layer sol gel film yang isinya tentang urea yang
mendemonstrasikan kelebaran dari respao dengan range mencapai 100 Mm
urea ketika dibandingkan dengan biosensor yang menggunakan 1-2 layer
film. Analisa urea dalam sampel urine dengan optik biosensor urea
menunjukkan hasilnya dengan metode spektrofotometri dan menggunakan
reagen p-dimetilaminobenzaldehid (R2 = 0,982, n = 6). Rata-rata urea dari
sample urine menggunakan biosensor urea sekitar 103 %.
(Alqasaimeh dkk, 2007)
2.19 Pembelajaran Pada Kristal Urease
Dalam suatu studi yang diterbitkan oleh salah satu dari kami
dinyatakan bahwa kristal urease diaktifkan oleh tripsin. Yang baru-baru ini
Waldschmidt-Leitz dan Steigerwaldt mengulangi percobaan tersebut dan
melaporkan bahwa hasil yang didapatkan berlawanan dengan temuan kami,
urease dari kristal tidak diaktifkan oleh tripsin dan oleh sebab itu tidak suatu
protein yang diumumkan oleh Sumner dan rekanannya dan oleh kami.
perbedaan yang radikal ini dalam hasil yang sangat sederhana suatu
eksperimen yang dituntut suatu penjelasan. Pertama kami mengulangi
eksperimen sama dengan cara yang diuraikan oleh Waldschmidt-Leitz dan
Steigerwaldt. Kita dapat mengkonfirmasikan hasil mereka adalah hasil
sebenarnya. Hal tersebut adalah urease, apakah kemurnian atau kasar, tidak
ada pengaktifan oleh tripsin dalam suatu penyangga fosfat pH 7 ( 0.5~).
Bagaimanapun, pada pekerjaan yang yang lebih awal dilakukan
dilakukan oleh Waldschmidt-Leitz dan Steigerwaldt telah gagal mengamati
sesuatu yang tidak penting yang nampak. Karena mengandung air larutan
urease dari kristal yang tidak stabil, Sumner dan Hand pada 1928
mengusulkan penambahan gum Arab. Hal ini untuk melindungi urease
kristal dari pengaktifan genap untuk suatu hari. Karena alasan ini dalam
pekerjaan yang telah dilakukan tidak ada eksperimen yang berhasil tanpa
adanya getah. Oleh karena itu kami mengulangi eksperimen dengan
penambahan gum Arab yang telah mampu mengkonfirmasikan hasil
terdahulu, yakni tripsin merupakan pengaktif urease dari kristal.
(Tauber dan Kleiner, 1931)
2.20 Urease dari Suatu Isolat Coccoid yang Berpotensi : Pemurnian,
Karakterisasi dan Pembandingan dengan Urease Mikrobia yang Lain
SL-100 merupakan prototip dari isolate coccoid postif per gramnya
dengan suatu adhesi tertentu dari mucin gastric dan merupakan wakil
organisme patogenik berpotensial yang diperoleh pada biopsy dari pasien
yang mengalami kekacauan lambung. Urease dari isolate ini merupakan
suatu fraksi yang penting dari jumlah protein sell dan hasil pemurniannya
bahwa pemurniannya dihubungkan dengan suatu fraksi dinding sel. Urease
dibersihkan 138 lipatan untuk memperjelas homogenitas, disebabkan oleh
elektroforesis gel dengan aktivitas spesifik 1,120 U/mg. Urease menjadi
tidak stabil selama pemurnian tanpa kehadiran nikel, yang berfungsi sebagai
metlosenter dalam urease mikrobia yang lain. Ketika nikel sulfat diberikan
selama pertumbuhan (5 µM) dan penambahan buffer selama proses sonikasi
dan pemurnian (100 µM). Akhirnya urease distabilkan pada suhu ruang
selama itu proses pemurnian berlangsung. Pemurnian urease lebih stabil
dalam asam dan lebih aktivitasnya lebih stagnan setelah diinkubasi selama
30 menit pada pH 1,3. Parameter kinetiknya, relatif melimpah, dan
komposisi bagiannya lebih mirip dari urease Helitobakter daripada urease
dari spesies mikrobia yang lain. Kesamaan ini merupakan konsekuensi suatu
adaptasi dari organisme ini untuk membentuk koloni dari perut dan
menandakan bahwa urease mungkin suatu faktor yang jahat selama
membentuk koloni.
Telah diketahui bahwa beberapa kasus dari penyakit lambung dan
kerusakan lambung pada manusia disebabkan oleh Helicobacter pylori.
Sama seperti kerusakan lambung yang disebabkan oleh Helitobacter felis
yang menginfeksi pada anjing, kucing dan tikus dan oleh Helicobacter
mustelae yang menginfeksi musang, sementara itu Helicobacter heilmannii
penyebab kerusakan lambung pada pada kebanyakan hewan. Salah satu
penanggulangan dengan memberikan urease dosis tinggi. Faktanya, setelah
diberikan urease dosis tinggi meunjukkan melindungi lambung dari asam
lambung dengan menetralkan asam dengan pemberian amoniak melalui
hidrolisis urea.
(Lee & Calhoun, 2003 )
2.21 Analisa Bahan
2.21.1 Aquades
Sifat fisik : berat molekul 18 g/mol
titik beku 00C
titik didih 1000C
berwarna jernih
Sifat kimia : bersifat polar
larut dalam dimetil alkohol dan etil etanoat
mempunyai ikatan hidrogen
mempunyai tetapan dielektrik tinggi
(Basri , 1996)
2.21.2 Phenolphtalein
Sifat fisik : kristal tak berwarna
dalam bentuk cairan berwarna putih kekuningan
Sifat kimia: rumus molekul C20H14O4
larut dalam alkohol dan pelarut organik lainnya
tak berwarna dalam larutan asam dan berwarna merah
muda dalam larutan basa
perubahan pH 8,2-10,0
(Mulyono, 2001)
2.21.3 Fenol merah
Sifat fisik : titik leleh 42 0C
titik didih 182 0C
densitas 1,1 g/mL
Sifat kimia : senyawa yang bersifat asam
C6H5OH yang berubah menjadi merah muda (pink) bila
terkotori atau terkena cahaya
(Mulyono, 2001)
2.21.4 Natrium karbonat (Na2CO3)
Sifat fisik : padatan kristal putih
titik leleh 851 0C (anhidrous)
densitas 2,5 (anhidrous) dan 1,4 (dekahidrat)
Sifat kimia: larut dalam air
mudah melapuk oleh udara
sebagai soda pembersih
(Mulyono, 2001)
2.21.5 Reagent benedict
Sifat fisik : menghasilkan warna jingga dengan gula pereduksi
Sifat kimia : reagen pengoksidasi untuk menentukan adanya gula
pereduksi
terdiri dari natrium karbonat dan natrium nitrat, kupri
sulfat dan air
(Pringgodigdo, 1973)
2.21.6 Asam asetat (CH3COOH)
Sifat fisik : merupakan asam tak berwarna
bau menyengat
kemurniannya 99,52 %
titik didih 118,5 0C
titik beku 117 0C
Sifat kimia: larut dalam air dan asam pekat
(Pringgodigdo, 1973)
2.21.7 Natrium hidroksida (NaOH)
Sifat fisik : titik leleh 318 0C
titik didih 139 0C
densitas 2,1 g/mL
padatan putih
Sifat kimia: senyawa basa kuat
higroskopis, korosif
mudah menyerap CO2 membentuk Na2CO3
(Mulyono, 2001)
2.21.8 Asam nitrat (HNO3)
Sifat fisik : zat cair tidak berwarna atau agak kekuningan
titik leleh – 41 0C
titik didih 83 0C
density 1,5 g/mL
Sifat kimia: asam anorganik
berasap dan korosif
sebagai oksidator kuat
(Mulyono, 2001)
2.21.9 NH4OH
Sifat fisik : titik leleh -78 0C
titik didih -33,5 0C
berbentuk cairan
tidak berwarna, berbau tajam
Sifat kimia: merupakan senyawa basa
(Mulyono, 2001)
2.21.10 AgNO3
Sifat fisik : titik leleh 212 0C
densitas 4,3 g/mL
padatan kristal tak berwarna
Sifat kimia: menghasilkan cermin perak dan debagai reagen analitik.
(Mulyono, 2001)
2.21.11 HCl
Sifat fisik : titik leleh 114 0C
titik didih -85 0C
densitas 1,27 (udara = 1)
gas tak berwarna, berbau tajam
Sifat kimia: asam kuat
sangat larut dalam air
merupakan hasil reaksi antara NaCl dan H2SO4
(Mulyono, 2001)
2.21.12 Asam pikrat
Sifat fisik : padatan kristal kuning
titik leleh 122 0C
density 1,8 g/mL
Sifat kimia: 2,4,6 trinitro fenol
asam C6H3N3O7
beracun, mudah meledak
(Mulyono, 2001)
2.21.13 Amonium sulfat padat
Sifat fisik : merupakan padatan kristal orthorombik berwarna putih
berat molekul 132,4 g/mol
densitas 1,67 g/mL
Sifat kimia: sangat larut dalam air dan tidak larut dalam etanol.
(Basri, 1996)
2.21.14 Urine
Sifat fisik : berwarna agak kekuningan, berbau
berat jenis antara 1,003-1,030
Sifat kimia: bersifat agak asam dengan pH berkisar antara 4,7 – 8,0
(Harper, 1961)
2.21.15 Sodium nitroprusid
Sifat fisik : cairan jernih, garam Na
(Basri, 1996)
2.21.16 BaCl2
Sifat fisik : kristal putih
titik leleh 963 0C
titik didih 1560 0C
Sifat kimia: digunakan dalam ekstraksi barium melalui elektrolisis
dibuat dengan melarutkan BaCO3 dalam asam
hidroklorida dan mengkristalkan hidrat.
(Daintith, 1990)
2.21.17 Tepung kedelai
Sifat fisik : berbentuk serbuk, berwarna kecoklatan
Sifat kimia: merupakan produk olahan dari kacang kedelai
sebagai sumber protein
(Anonim, 2008)
2.21.18 K2C2O4
Sifat fisik : berbentuk kristal
tidak berwarna
Sifat kimia : beracun, dapat menyebabkan iritasi
larut dalam air
senyawa ini dapat digunakan sebagai sumber utama
asam oksalat, larutan pereaksi dalam kimia analisis dan
bahan pembersih.
(Basri, 1996)
2.21.19 Amonium molibdat
Sifat fisik : berbentuk cairan bening
Sifat kimia: senyawa ini merupakan garam dari amonia dan asam
molibdat
rumus molekul (MH4)6MoO7O24 . H2O
(Arora, 2004)
III. METODE PENELITIAN
Alat dan Bahan
Alat
-Tabung reaksi
-gelas ukur
-pipet tetes
-spatula
-pengaduk
-pemanas listrik
-penangas air
-kaki tiga
-gelas beker 250 mL
-drop plate
-kertas saring
-corong
-erlenmeyer
-cawan porselin
3.1.2 Bahan
-sampel urine
-akuades
-phenolftalein
-fenol merah
-reagen benedict
-CH3COOH 0.1 M
-tepung kedelai
-amonium sulfat padat
-amonium molibdat
-NaOH 2 M
-HNO3 pekat
-NaCO3
-NH4OH
-BaCl2
-K2C2O3 -HCl pekat
3.2 Skema Kerja
3.2.1 Senyawa Organik dalam urine
3.2.1.1 Pemecahan Ureum oleh Urease
Penambahan 4 tetes indikator fenol merah
Penetesan Na2CO3 2% hingga warna merah muda
Penambahan CH3COOH 0,1 M hingga larutan
berwarna kuning
Pemanasan pada penangas air samapi suhu 60OC
Penambahan satu ujung sendok spatula tepung
kedelai
Pengocokan dan pendiaman beberapa saat
Pengamatan perubahan
3.2.1.2 Tes Adanya Gula Pereduksi
Penambahan 5 mL reagen benedict
Pemanasan sampai terjadi perubahan warna
Penambahan tetes demi tetes CH3COOH
Pengamatan perubahan
3 mL urine
Tabung reaksi I
hasil
3 mL akuades
Tabung reaksi II
hasil
1 mL urine
Tabung reaksi
hasil
3.2.1.3 Tes Adanya Kreatinin
a. Percobaan JAFFE
penambahan 1 mL asam pikrat jenuh
penambahan 1 mL NaOH 2M
pengamatan perubahan warna
b. Percobaan WEYL
penambahan 5 tetes sodium nitroprusid
penambahan NaOH hingga larutan bersifat alkalis
penambahan tetes demi tetes CH3COOH
pengamatan perubahan warna
5 mL urine
Tabung reaksi
hasil
5 mL urine
Tabung reaksi
hasil
5 mL urine
Tabung reaksi
hasil
3.2.1.4 Tes adanya Asam Urat dan Garamnya
a. Percobaan Muroksid
Pemanasan di atas penangas air
sampai kering
Pengamatan perubahan
b. Percobaan Reduksi Perak (SCHIFF)
Pembasahan dengan
AgNO3
Penambahan dengan
campuran dalam
drop plate
Pengamatan
perubahan warna
0,5 mL urine + 3 tetes HNO3 pekat
Cawan petri
hasil
5 tetes urine + 5 tetes Na2CO3 2%
Drop plate
Kertas saring
Hasil
Hasil
3.2.1.5 Tes adanya senyawa keton (Percobaan Rhoten)
Penambahan (NH4)2SO4 padat (sambil
pengocokkan) hingga larutan jenuh
Penambahan 3 tetes larutan Na-nitroprusid 5% + 2
mL NH4OH jenuh
Pengocokkan hingga bercampur rata
Pendinginan selama 30 menit
Pengamatan perubahan warna
3.2.1.6 Tes Adanya Protein
penyaringan
pengambilan 5 ml filtrat
pemanasan diatas penangas air
penambahan 3-5 tetes
CH3COOH 2M
pengamatan perubahan
10 mL urine
Tabung reaksi
hasil
10 mL urine
residu Filtrat urine
5 ml filtrat urine
Tabung reaksi
hasil
3.2.2 Senyawa Anorganik dalam Urine
3.2.2.1 Tes Adanya Asam Amino
Penambahan 2 tetes indikator PP + 2 tetes Na2CO3
2% hingga terbentuk warna merah muda
Pemanasan di atas penangas air hingga mendidih
Peletakkan kertas saring basah oleh indikator PP
di atas mulut tabung reaksi (tidak menutupi
semua mulut tabung)
Pengamatan perubahan warna pada kertas saring
3.2.2.2 Tes Adanya Klorida
penambahan 2 tetes HNO3 pekat + 2 tetes larutan
AgNO3
pengamatan perubahan warna
penambahan NH4OH berlebihan
pengamatan
2 mL urine
Tabung reaksi
hasil
2 mL urine
Tabung reaksi
hasil
3.2.2.3 Tes Adanya Fosfat dan Kalsium
penambahan 1 mL NH4OH hingga larutan
bersifat alkalis
pemanasan larutan di atas penangas air hingga
ada endapan putih
penyaringan dengan kertas saring
pencucian dengan akuades
pelarutan dalam 1 mL
CH3COOH 2%
pembagian dalam 2 tabung
penambahan 1 tetes HNO3 pekat penambahan 3 tetes K2C204
penambahan 3 tetes amonium molibdat pengamatan perubahan
pemanasan
pengamatan perubahan
10 mL urine
Tabung reaksi
residu (endapan putih)filtrat
tabung IItabung I
tabung I
hasil
tabung II
hasil
3.2.2.4 Tes Adanya Sulfat
penambahan dengan 1 tetes HCl pekat
penambahan 3 tetes BaCl2 0,1 M
pengamatan perubahan
2 mL urine
Tabung reaksi
hasil
IV. DATA PENGAMATAN
No Perlakuan Hasil Ket
1 Pemecahan Ureum menjadi Urease
-3 mL urine + 4 tetes fenol merah +
Na2CO3 2%
-penambahan CH3COOH
-pemanasan hingga 60oC
-penambahan tepung kedelai
-pengocokan, pendiaman
-3 mL akuades + 4 tetes fenol
merah + Na2CO3 2%
-penambahan CH3COOH
-pemanasan hingga 60oC
-penambahan tepung kedelai
-pengocokan, pendiaman
-Terbentuk larutan
-Warna larutan menjadi agak
memudar
-Larutan menjadi keruh
-Terbentuk endapan tepung kedelai
dan warna sedikit merah jambu
pada semua sampel urine
-Sampel urine pria
-Sampel urine wanita
-Warna larutan tetap jernih
+
+
2 Tes Adanya Gula pereduksi
- 1 mL urine + 5 mL Benedict
- pemanasan
- pendinginan dengan cepat
-Terbentuk larutan berwarna biru
-Terbentuk endapan merah bata
-Sampel urine pria +++
Sampel urine wanita ++++
3 Tes Adanya Kreatinin
a.Percobaan JAFFE
-5 mL urine + 1 mL asam pikrat
jenuh + 1 mL NaOH 2 M
-5 mL akuades + 1 mL asam
pikrat jenuh + 1 mL NaOH 2 M
b. Percobaan WEYL
-5 mL urine + 5 tetes Na-
nitropusid
-penambahan NaOH hingga
alkalis
-penambahan beberapa tetes
CH3COOH
-Urine pria berwarna jingga kuning
-Urine wanita berwarna jingga kuning
-Pada akuades berwarna kuning
-Urine pria berwarna
kuningkecoklatan
-Urine wanita berwarna kuning
kecoklatan
+
+
-
-
4 Tes Adanya Asam Urat dan
Garamnya
a. Percobaan Muroksid
-0.5 mL urine + 3 tetes HNO3
pekat
-pemanasan sampai kering
b. Percobaan Reduksi Perak
-pembasahan kertas saring dengan
AgNO3
-penetesan dengan campuran 5
tetes urine + 5 tetes Na2CO3 2%
-Urine pria terbentuk endapan kuning
kecoklatan kering
-Urine wanita terbentuk endapan
kuning kecoklatan kering
-Urine pria tidak memberi perubahan
pada kertas saring (kertas saring
tetap putih)
-Urine wanita juga tidak memberi
perubahan warna pada kertas saring
-
-
-
-
(kertas saring tetap putih)
5 Tes Adanya Senyawa Keton
-10 mL urine + (NH4)2SO4 padat
-pengocokan
-penambahan 3 tetes Na-nitropusid
5% + 2 mL NH4OH jenuh
-pengocokan, pendiaman 30 menit
-Larutan menjadi jenuh
-Urine pria tetap kuning jernih
-Urine wanita tetap kuning jernih
-
-
6 Tes Adanya Protein
-penyaringan 10 mL urine
-pemanasan
-penambahan 3-5 tetes CH3COOH
-pengamatan
-Warna urine menjadi pudar
-Urine pria tetap berwarna kuning
pudar jernih
-Urine wanita tetap berwarna kuning
pudar jernih
-
-
7 Tes Adanya Amino
-2 mL urine + 2 tetes PP + 2-3 tetes
Na2CO3 2%
-pemanasan sampai mendidih
-peletakkan kertas saring basah
oleh PP di atas mulut tabung reaksi
-pengamatan perubahan pada
kertas saring
-Terbentuk larutan urine berwarna
merah jambu pada semua sampel
urine
-Warna larutan urine pada kedua
sampel menjadi kuning kecoklatan
-Tidak ada perubahan warna pada
kedua kertas saring
-Urine pria
-Urine wanita
-
-
8 Tes Adanya Klorida
-2 ml urine + 2 tetes HNO3 pekat+
2 tetes larutan AgNO3
-pengamatan
-Urine pria terbentuk endapan yang
larut dengan amonium hidroksida
berlebih
-Urine wanita juga terbentuk endapan
yang dapat larut dengan amonium
hidroksida berlebih
+
+
9 Tes Adanya Fosfat dan Kalsium
-10 mL urine + 1 mL NH4OH
hingga alkalis
-pemanasan
-penyaringan
-pencucian endapan dengan
akuades
-pelarutan endapan dalam 1 mL
CH3COOH 2%
-pembagian ke dalam 2 tabung
-tabung I + 1 tetes HNO3 pekat + 3
tetes amonium molibdat
-pemanasan
-tabung II + 3 tetes K2C2O4
-pengamatan
-Urine pria tidak terbentuk endapan
-Urine wanita tidak terbentuk endapan
-
-
-
-
-
-
-
-
-
10 Tes Adanya Sulfat
-2 mL urine + 1 tetes HCl pekat +
3 tetes BaCl2
-pengamatan -Urine pria terbentuk endapan
-Urine wanita terbentuk endapan
+
+
V. HIPOTESA
Pada percobaan ini senyawa-senyawa dan unsur-unsur sekarang yang
terkandung dalam protein. Identifikasi meliputi senyawa organik serta senyawa
anorganik dalam urine. Identifikasi senyawa organik dalam urine yang akan
dilakukan adalah pemecahan ureum oleh urease, tes adanya gula pereduksi, tes
kreatinin yaitu percobaan JAFFE dan WEYL, tes asam urat dan garamnya, yaitu
percobaan muroksid dan reduksi perak (SCHIFF), tes senyawa keton, tes protein.
Sedangkan identifikasi senyawa anorganik dalam urine meliputi tes adanya
ammonia, adanya klorida, tes adanya fosfat dan kalsium, dan tes adanya sulfat.
Dari beberapa identifikasi yaitu tes gula pereduksi akan menunjukkan kekeruhan
atau endapan merah bata jika terdapat gula pereduksi. Uji positif untuk senyawa
keton yaitu adanya warna jingga, uji positif adanya protein jika timbul endapan,
tes pemecahan ureum oleh urease dengan adanya warna merah muda, pada
percobaan WEYL adanya cincin merah dan endapan yang banyak, tes muroksid
dengan uji positif adanya warna kecoklatan, uji positif SCHIFF terbentuk cincin
perak. Sedangkan untuk tes adanya amonia uji positifnya adalah warna merah
muda pada kertas saring, uji positif adanya klorida yaitu adanya endapan keruh
dan akan larut jika penambahan NH4OH berlebih, uji positif untuk tes fosfat yaitu
adanya endapan kuning, uji positif tes kalsium yaitu timbul endapan atau
kekeruhan yang tidak larut, uji positif adanya sulfat adalah dengan adanya
endapan keruh
VI PEMBAHASAN
Percobaan identifikasi senyawa dalam urine ini bertujuan untuk mengetahui
unsur-unsur yang terkandung dalam urine.Urine atau air seni atau air kencing
adalah cairan sisa yang diekskresikan oleh ginjal yang kemudian akan dikeluarkan
dari dalam tubuh melalui proses urinasi. Eksreksi urin diperlukan untuk
membuang molekul-molekul sisa dalam darah yang disaring oleh ginjal dan untuk
menjaga homeostasis cairan tubuh. Namun, ada juga beberapa spesies yang
menggunakan urine sebagai sarana komunikasi olfaktori. Urine disaring di dalam
ginjal, dibawa melalui ureter menuju kandung kemih, akhirnya dibuang keluar
tubuh melalui uretra.
Fungsi utama urine adalah untuk membuang zat sisa seperti racun atau
obat-obatan dari dalam tubuh. Anggapan umum menganggap urin sebagai zat
yang "kotor". Hal ini berkaitan dengan kemungkinan urine tersebut berasal dari
ginjal atau saluran kencing yang terinfeksi, sehingga urinenya pun akan
mengandung bakteri. Namun jika urine berasal dari ginjal dan saluran kencing
yang sehat, secara medis urin sebenarnya cukup steril dan hampir tidak berbau
ketika keluar dari tubuh. Hanya saja, beberapa saat setelah meninggalkan tubuh,
bakteri akan mengkontaminasi urin dan mengubah zat-zat di dalam urin dan
menghasilkan bau yang khas, terutama bau amonia yang dihasilkan dari
urea.Urine dapat menjadi penunjuk dehidrasi. Orang yang tidak menderita
dehidrasi akan mengeluarkan urine yang bening seperti air. Penderita dehidrasi
akan mengeluarkan urine berwarna kuning pekat atau cokelat.
Identifikasi senyawa dalam urine sangat penting karena dengan adanya
identifikasi senyawa dalam urine bisa mengetahui ada dan tidaknya suatu penyakit
dalam tubuh. Identifikasi urine bisa dilakukan dengan beberapa metode berikut.
6.1 Senyawa Organik Dalam Urine
6.1.1 Pemecahan Ureum Oleh Urease
Tujuan dari percobaan ini adalah untuk mengetahui adanya
ureum dalam urine yang dapat dipecah oleh enzim urease. Prinsip
percoban ini adalah pemecahan ureum oleh enzim urease. Pada
percobaan ini yang berperan sebagai sumber enzim urease adalah
tepung kedelai. Prosedur pertama yang dilakukan adalah
menambahkan indikator fenol merah pada urine pria dan wanita serta
pada akuades sebagai pembanding. Penambahan indikator fenol merah
ini bertujuan untuk menandai perubahan pH yang terjadi pada larutan.
Reaksi fenol merah:
HIn In-
Suasana asam suasana basa (kuning) (merah)
(Anonim, 2008)
Perubahan pH ini untuk menandai pH optimum enzim urease bekerja
optimal. Fenol merah merupakan indikator dengan range pH 6,0-8,4
dan pada suasana asam membentuk warna kuning.
(Underwood, 1986)
Penambahan natrium karbonat berfungsi untuk mencapai pH yang
diinginkan yaitu pH enzim urease bekerja optimum pada suasana basa.
Pencapaian pH tersebut ditandai dengan perubahan warna.
Penambahan asam asetat akan menghasilkan larutan berwarna kuning,
baik pada urine maupun akuades. Fungsi asam asetat adalah untuk
memberikan suasana asam.
Selanjutnya dipanaskan sehingga warna larutan pada urine dan
akuades menjadi kuning muda. Fungsi pemanasan adalah untuk
mencapai suhu optimal enzim urease, sehingga enzim tersebut bekerja
secara optimal pada proses pemecahan ureum. Kemudian penambahan
tepung kedelai ke dalam sampel urine dan akuades. Fungsi tepung
kedelai adalah sebagai sumber enzim urease. Pada sampel urine
menghasilakan larutan kuning keruh, sedangkan pada akuades
menghasilkan larutan kuning yang lebih bening. Dari percobaan
didapatkan hasil yang positif pada kedua sampel urine.
Reaksi yang terjadi adalah:
(Kusnawidjaya, 1987)
6.1.2 Tes Adanya Gula Pereduksi
Uji ini bertujuan untuk mengidentifikasi adanya gula pereduksi
dalam urine. Prinsip percobaan ini adalah reaksi reduksi. Penambahan
reagen benedict ini bertujuan untuk membentuk endapan merah bata
gugus pereduksi yang terdapat dalam urine saat dipanaskan.
Reaksi yang terjadi adalah sebagai berikut:
(Martoharsono, 1993)
Penambahan reagen benedict tersebut membuat larutan menjadi
berwarna biru kemudian larutan tersebut dipanaskan. Pemanasan yang
dilakukan bertujuan untuk mempercepat reaksi. Setelah dipanaskan,
dalam larutan yang berwarna biru, pada bagian dasar tabung reaksi
terbentuk endapan merah bata yang menunjukkan uji positif.
Tidak digunakan fehling pada percobaan ini karena benedict lebih peka
daripada fehling untuk mengidentifikasi adanya asam urat atau
kreatinin sedangkan jika digunakan fehling maka asam urat atau
kreatinin akan mereduksi fehling sehingga gula pereduksi tidak bisa
teridentifikasi.
Dari hasil percobaan didapatkan kedua sampel urine
menunjukkan uji positif mengandung gula pereduksi yang
menunjukkan abnormalitas pada urine. Orang yang mempunyai urine
jenis ini menderita penyakit Diabetes Melitus (DM).
6.1.3 Tes Adanya Kreatinin
6.1.3.1 Percobaan JAFFE
Metode ini dilakukan untuk menunjukkan adanya kreatinin dalam
urine. Prinsip percobaan ini adalah pemecahan kreatinin. Pada metode
ini, sampel urine ditambah dengan asam pikrat jenuh yang
menghasilkan warna kuning pekat pada sampel urine dan warna kuning
terang pada akuades. Kemudian ditambah dengan NaOH yang
menghasilkan warna jingga kuning pada kedua sampel. Hal ini terjadi
dengan memprotonkan nitrogen dalam suasana basa yang kemudian
terbentuk kreatinin rantai lurus. Terbentuknya warna jingga kuning ini
menunjukkan uji positif yang merupakan tanda telah terpecahnya
kreatinin dalam urine menjadi kreatinin dan garam asam pikrat. Dari
percobaan yang telah dilakukan didapatkan hasil bahwa pada kedua
sampel urine positif mengandung kreatinin. Hal ini ditunjukkan dengan
perubahan warna pada kedua sampel urine menjadi kuning jingga.
Reaksi yang terjadi:
(Martoharsono, 1993)
6.1.3.2 Percobaan WEYL
Percobaan ini bertujuan untuk mengetahui adanya kreatinin
dalam urine. Prinsip percobaan ini adalah penambahan larutan basa
untuk menghasilkan warna. Penambahan Sodium Nitroprusid dan
NaOH bertujuan agar kreatinin dapat bereaksi dengan basa dan
menunjukkan warna merah. Selanjutnya pada penambahan asam asetat
berfungsi agar kreatinin menunjukkan warna reaksi yang berbeda
terhadap suasana asam yaitu kembali menjadi berwarna kuning. Uji
positif yang menunjukkan adanya kreatinin adalah perubahan warna
menjadi merah saat ditambahkan larutan basa dan kembali berwarna
kuning saat penambahan asam. Dari percobaan yang telah dilakukan
didapat hasil bahwa pada urine wanita positif mengandung kreatinin
sedangkan pada urine pria juga memberi uji positif mengandung
adanya kreatinin.
Reaksi yang terjadi adalah sebagai berikut:
(Martoharsono, 1993)
6.1.4 Tes Adanya Asam Urat dan Garamnya
6.1.4.1 Percobaan Muroksid
Percobaan ini bertujuan untuk mengidentifikasi senyawa
asam urat dan garamnya dalam urine. Prinsip percobaan ini adalah
pemutusan ikatan rangkap pada asam urat. Penambahan HNO3 pekat
dalam percobaan ini adalah untuk memutus ikatan rangkap pada asam
urat (C=O ) menjadi ikatan tunggal C-OH dan mengeliminasi ikatan
tunggal C-H menjadi ikatan rangkap C=N sehingga dihasilkan
senyawa berwarna kuning kecoklatan.
Reaksinya:
(Martoharsono, 1993)
Pemanasan yang dilakukan bertujuan untuk mempercepat reaksi yang
terjadi. Dari hasil percobaan yang telah dilakukan didapat hasil
terbentuknya endapan kuning kecoklatan pada kedua sampel urine.
Hal ini berarti bahwa dalam kedua sampel urine tersebut mengandung
asam urat.
6.1.4.2 Percobaan Reduksi Perak (SCHIFF)
Percobaan ini bertujuan untuk mengetahui adanya asam urat
dan garamnya dalam urine. Prinsip percobaan ini adalah reduksi ion
Ag+ menjadi Ag. Uji positif pada percobaan ini adalah adanya lapisan
seperti cermin perak yang menempel pada kertas saring. Penambahan
larutan Na2CO3 bertujuan untuk membentuk garam dari asan urat
ketika Na2CO3 bereaksi dengan asam urat. Penambahan AgNO3
bertujuan untuk mereaksikan AgNO3 tersebut dengan garam dari asam
urat dan membentuk lapisan warna perak pada kertas saring akibat
adanya reduksi Ag+ menjadi Ag oleh garam sodium (Na+) dari asam
urat tersebut.
Reaksi yang terjadi adalah:
2AgNO3 + Na2CO3 Ag + 2NaNO3 + CO3 + O2
(Kusnawidjaya, 1987)
Dari hasil percobaan didapat hasil terbentuk endapan kuning
kecoklatan pada kedua sampel urine. Hal ini menandakan bahwa dalam
sampel urine tersebut tidak mengandung asam urat. Hal ini
dikarenakan kandungan asam urat dalam urine sangat sedikit.
6.1.5 Tes Adanya Senyawa Keton
Tujuan dari percobaan ini adalah untuk mengetahui adanya
senyawa keton yang terkandung dalam urine. Prinsip percoban ini
adalah pengoksidasian gugus keton. Uji positif adanya keton ditandai
dengan terbentuknya warna jingga setelah berlangsungnya reaksi.
Penambahan (NH4)2SO4 padat bertujuan untuk mengkondisikan larutan
urine yang asam menjadi netral. Selanjutnya, ditambahkan dengan
larutan nitroprusid dan NH4OH jenuh bertujuan agar reaksi oksidasi
gugus keton dapat berlangsung dalam suasana basa.
Reaksi yang terjadi:
(Kusnawidjaya,1987)
Dari hasil percobaan didapatkan bahwa pada kedua sampel urine tidak
terjadi perubahan warna. Kedua sampel urine tersebut tetap berwarna
kuning jernih. Hal ini menandakan bahwa dalam kedua sampel urine
tersebut negatif tidak mengandung gugus keton.
6.1.6 Tes Adanya Protein
Tujuan dari percobaan ini adalah untuk mengidentifikasi adanya
protein dalam urine. Prinsip percobaan ini adalah pemecahan protein
menjadi monomer-monomernya yang lebih sederhana. Pertama kali
yang dilakukan adalah menyaring urine dengan tujuan agar pengotor-
pengotor dalam urine bisa terpisah. Kemudian urine tersebut
dipanaskan dan ditambahkan asam asetat 2N. Pemanasan ini bertujuan
untuk mempercepat reaksi. Penambahan asam asetat berfungsi untuk
membuat protein yang ada dalam urine terdenaturasi sehingga
terbentuk endapan yang menandakan adanya protein dalam urine.
Reaksi yang terjadi:
(Kusnawidjaya,1987)
Dari hasil percobaan didapatkan bahwa pada kedua sampel urine
larutan tetap bening dan tidak terbentuk endapan. Hal ini menandakan
bahwa dalam sampel urine tersebut tidak mengandung protein.
6.2 Senyawa Anorganik dalam Urine
6.2.1 Tes Adanya Amonia
Percobaan ini bertujuan untuk mengidentifikasi senyawa
amonia yang terdapat dalam urine. Prinsip percobaan ini adalah
reduksi NH4+ menjadi NH3. Urine ditambah dengan Na2CO3 yang
bertujuan untuk membentuk NH3. Uji positif percobaan ini adalah
terbentuknya warna merah muda pada kertas saring. Kemudian
ditambahkan indikator PP yang bertujuan untuk menandai perubahan
pH dari asam menjadi basa setelah penambahan Na2CO3.
Reaksi phenolftalein (PP) adalah:
H2In, tidak berwarna HIn- tidak berwarna
Fenolftalein
In2-, merah
(Underwood, 1986)
Pemanasan yang dilakukan bertujuan untuk mempercepat
reaksi. Pada kertas saring ditetesi dengan indikator PP yang bertujuan
untuk mengetahui adanya gas yang bersifat basa yang timbul selama
proses pemanasan. Gas yang bersifat basa tersebut dapat merubah
warna kertas saring yang telah ditetesi indikator PP menjadi merah
muda. Dari hasil percobaan didapat bahwa kedua sampel urine tersebut
negatif. Dalam kedua sampel urine tidak mengandung amonia karena
kertas saring tersebut tidak berubah menjadi merah muda. Hal ini
dikarenakan tidak ada gas amonia yang dibebaskan selama reaksi.
Reaksi yang terjadi:
2NH4 + CO32- 2NH3 + CO2 + H2O
(Martoharsono, 1993)
6.2.2 Tes Adanya Klorida
Percobaan ini bertujuan untuk mengidentifikasi adanya klorida
dalam urine. Prinsip percoban ini adalah reaksi pembentukan kompleks
dan reaksi pengendapan. Pada percobaan ini urine ditambah dengan
HNO3 pekat dan AgNO3. Fungsi penambahan HNO3 pekat untuk
menguraikan ikatan ionik antara Cl- yang pada umumnya berikatan
dengan Na+. Penambahan AgNO3 bertujuan untuk mengendapkan Cl-
menjadi AgCl. Penambahan NH4OH berlebih adalah untuk melarutkan
endapan AgCl menjadi ion kompleks [Ag(NH4OH)]+. Uji positif dari
percobaan ini adalah terbentuknya endapan atau warna merah muda
yang dapat larut jika ditambahkan dengan NH4OH berlebih. Hasil
percobaan yang dilakukan didapat bahwa pada kedua sampel urine
terbentuk endapan dan warna merah muda yang kemudian larut dengan
adanya penambahan NH4OH berlebih. Hal ini menandakan bahwa
dalam kedua sampel urine tersebut positif mengandung klorida.
Reaksi yang terjadi:
NaCl + HNO3 NaNO3 + HCl
HCl + AgNO3 AgCl + HNO3
AgCl + NH4OH [Ag(NH4OH)]+ + Cl-
(Martoharsono, 1993)
6.2.3 Tes Adanya Fosfat dan Kalsium
Percobaan ini bertujuan untuk mengidentifikasi adanya fosfat
dan kalsium dalam urine. Prinsip percobaan ini adalah reaksi
pengendapan. Uji positif adanya fosfat dalam urine ditandai dengan
terbentuknya endapan warna kuning. Sedangkan Uji positif adanya
kalsium adalah terbentuknya endapan atau larutan yang keruh. Pada
percobaan ini urine ditambah dengan larutan amonium hidroksida yang
berfungsi untuk membuat larutan bersifat alkalis. Kemudian larutan
tersebut dipanaskan untuk mempercepat reaksinya. Pada saat
pemanasan larutan tidak terbentuk endapan sehingga ujinya negatif
yang menandakan bahwa dalam kedua sampel urine tersebut tidak
mengandung fosfat dan kalsium.
Reaksi yang terjadi:
HPO42- + 12MoO4
2- + 3NH4+ + 23H+ (NH3)[P(Mo3O4)4] +
12H2O
Ca2+ + K2C2O4 CaC2O4 + 2K+
(Kusnawidjaya,1987)
6.2.4 Tes Adanya Sulfat
Percobaan ini bertujuan untuk mengidentifikasi adanya sulfat dalam
urine. Prinsip percobaan ini adalah pengendapan ion sulfat. Uji positif
percobaan ini adalah terbentuknya endapan putih atau keruh pada
larutan. Pada percobaan ini kedua sampel urine ditambah dengan HCl
pekat dan BaCl2. Penambahan HCl pekat bertujuan untuk
mengkondisikan larutan dalam suasana asam. Sedangkan penambahan
BaCl2 bertujuan untuk mengendapkan ion SO42- menjadi BaSO4 yang
berwarna putih dan tidak larut.
Reaksi yang terjadi:
SO42- + 2H+ H2SO4
H2SO4 + BaCl2 BaSO4 + 2HCl
(Kusnawidjaya,1987)
Dari hasil percobaan didapat hasil bahwa pada kedua sampel urine baik
urine pria dan wanita mengandung sulfat yang ditandai dengan
terbentuknya endapan.
VII. KESIMPULAN
7.1 Unsur-unsur yang terkandung dalam urine antara lain:
7.1.1 Senyawa Organik:
Ureum, gula pereduksi, kreatinin, asam urat dan garamnya,
keton dan protein.
7.1.2 Senyawa Anorganik
Amonia, klorida, fosfat dan kalsium serta sulfat
7.2 Identifikasi senyawa dalam urine bisa dilakukan dengan uji pemecahan
ureum oleh urease, uji gula pereduksi, uji adanya kreatinin dengan
percobaan JAFFE dan WEYL, tes adanya asam urat dan garamnya
yang menggunakan percobaan Muroksid dan reduksi perak
(SCHIFF), tes adanya senyawa keton, dan tes adanya protein untuk
uji senyawa Organik.
7.3 Identifikasi senyawa Anorganik dilakukan dengan Tes adanya amonia,
klorida, sulfat, fosfat dan kalsium
7.4 Dari hasil percobaan didapatkan bahwa:
7.4.1 Pemecahan ureum oleh urease pada kedua sampel urine didapat
uji positif.
7.4.2 Tes adanya gula pereduksi juga memberi uji positif pada kedua
sampel urine.
7.4.3 Tes adanya kreatinin pada percobaan JAFFE kedua sampel urine
menunjukkan uji positif mengandung kreatinin sedangkan pada
percobaan WEYL kedua sampel memberi uji negatif tidak
mengandung kreatinin.
7.4.4 Tes adanya asam urat dan garamnya pada percobaan Muroksid
dan reduksi perak (SCHIFF) kedua sampel urine memberi uji
negatif.
7.4.5 Tes adanya senyawa keton dan tes adanya protein kedua sampel
urine memberi uji negatif.
7.4.6 Tes adanya amonia kedua sampel urine memberi uji negatif.
7.4.7 Tes adanya klorida dan tes adanya sulfat kedua sampel urine
memberi uji positif.
7.4.8 Tes adanya fosfat dan kalsium kedua sampel urine memberi uji
negatif.
LAPORAN RESMI
PRAKTIKUM KIMIA IV
PERCOBAAN III
URINE : IDENTIFIKASI SENYAWA DALAM URINE
Disusun Oleh:
SINGGIH HERTATO J2C006050
SRI HARTATI J2C006051
TEDY HENDARWAN J2C006052
WEMPIE GRESSANGGA J2C006053
WIRNIA SINAR S J2C006054
YENI SETYANINGSIH J2C006055
YESI BUDI UTAMI J2C006056
JURUSAN KIMIA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS DIPONEGORO
SEMARANG
2008
Daftar Pustaka
Alqasaimeh, Heng & Ahmad, A Urea from Stacked Sol-Gel Films with Immobilized
Nile Blue Chromoionophore and Urease Enzim, University Kebangsaan
Malaysia, Malaysia.
Anonim, 2008, Sistem Ekskresi pada Hewan Vertebrata, www.ilmupedia.com.
, 2008, Ginjal, www.wikipedia.com.
Arora, H., 2004, Dictionary of Chemistry, A.I.T.B.S Publisher and Distributors
(Regd.), Delhi.
Basri, S., 1996, Kamus Kimia, Rineka Cipta, Jakarta.
Bettelhem, 1995, Urinary Tract Infections, Definitions and Classification. Mosby
Year Book Inc, Missouri.
Daintith, J., 1990, Kamus Kimia Lengkap, Erlangga, Jakarta.
Harper, 1961, Review of Physiological Chemistry, Medical Publication, Canada.
Karaca,A., Baran,A., & Kaktanir, K., 1997, The Effect of Compaction on Urease
Enzyme Activity, Carbon Dioxide Evaluation and Nitrogen Mineralisation,
Ankara University, Faculty of Agriculture, Soil Science Department,
Ankara-TURKEY.
Kusnawidjaya, 1987, Biokimia, Alumni, Bandung.
Lee & Calhoun, 2003, Urease From Potentially Pathogenic Cocoid Isolate:
Purification, Characterization and Comparison to Other Microbial Urease,
Departement of Chemistry, City College of New York, New York.
Martoharsono, 1993, Biokimia Jilid 3, Universitas Gajah Mada Press, Yogyakarta.
Mulyono, 2001, Kamus Kimia, PT. Gramedia Pustaka Utama, Bandung.
Pringgodigdo, A. G. 1973, Ensiklopedia Umum, Yayasan Para Buku Franklin,
Jakarta.
Soriano & Hausinger, 1999, GTP-Dependent Activation Of Urease Apoprotein in
Complex with the UreD, UreF, and UreG Accessory Proteins, Departement
of Microbiology and Biochemistry, USA.
Tauber & Kleiner, 1931, Studies on Cristalline Urease, Department of Physiological
Chemistry, New York Homeopathic Medical, New York.
Tim DepKes RI, 1994, Bakteriuri Infektif, Departemen Kesehatan RI, Jakarta.
Underwood, 1986, Quantitative Analysis, Prentice-Hall Inc, New York.
LAMPIRAN
1.Senyawa organik dalam urine
1.1 Pemecahan ureum oleh urease
1. Apa fungsi penambahan tepung kedelai pada percobaan di atas?
Penambahan tepung kedelai pada percobaan di atas adalah sebagai sumber
enzim urease yang berfungsi memecah ureum menjadi urea
2. Tuliskan reaksi pemecahan ureum!
Reaksi pemecahan Ureum;
1.2 Tes adanya gula pereduksi
1. Tes gula pereduksi yang positif dalam urine menunjukkan adanya
kelainan/penyakit apa? Jelaskan!
Jika tes adanya gula pereduksi ini memberikan uji positif maka orang tersebut
menderita penyakit diabetes melitus (DM) karena kadar gula pada penderita
diabetes melitus dalam darah tinggi sehingga ikut tersekresi bersama urine.
2. Tuliskan reaksi antar gula pereduksi dengan reagen Benedict!
(Martoharsono, 1993)
1.3 Tes adanya Kreatin
1. Apa yang dimaksud dengan keratin?
Kreatin adalah anhidrida dari keratin (asammetil guadmin asetat) yang banyak
dibentuk dalam obat dengan dehidrasi keratin fosfat yang non enzimatik dan
tidak reversible. Kreatinin merupakan konstituen dalam urine.
2. Tuliskan reaksi kimia pada percobaan di atas!
Reaksi pada Percobaan JAFFE
(Martoharsono, 1993)
Reaksi pada Percobaan WEYL
(Martoharsono, 1993)
1.4 Tes adanya asam urat dan garamnya
1. Tuliskan rumus asam urat!
(Martoharsono, 1993)
2. Buatkan skema jalur metabolisme terbentuknya asam urat dalam tubuh manusia!
Skema jalur metabolisme terbentuknya asam urat dalam tubuh manusia;
(Martoharsono, 1993)
3. Apa pengaruh asam urat berlebih dalam tubuh manusia?
Adanya asam urat berlebih akan menyebabkan siklus urea terhambat
sehingga pembentukan urea dalam amoniak menjadi terhambat dan tubuh tidak
dapat menerima diet berprotein tinggi. Asam amino yang melebihi batas dalam
jumlah tinggi akan menyebabkan koma sehingga bisa mematikan.
(Martoharsono, 1993)
4. Tuliskan reaksi yang terjadi pada percobaan di atas!
Percobaan Muroksid
(Martoharsono, 1993)
Percobaan Reduksi Perak (SCHIF)
2AgNO3 + Na2CO3 Ag + 2NaNO3 + CO3 + O2
(Kusnawidjaya, 1987)
1.5 Tes adanya senyawa keton (percobaan Rhotern)
1. Tuliskan rumus umum keton!
2. Berapa nilai kadar keton dalam urine normal?
Kadar keton dalam urine normal adalah 0,1 gram dalam sehari.
(Harper, 1961)
3. Buatkan skema jalur metabolisme terbentuknya senyawa keton dalam tubuh
manusia!
Skema:
(Kusnawidjaya, 1987)
4. Tuliskan reaksi yang terjadi pada percobaan di atas!
(Kusnawidjaya, 1987)
1.6 Tes adanya Protein
1. Sebutkan jenis protein yang ada di dalam urine!
Jenis protein dalam urine adalah kreatinin, albumin dan globulin.
(Harper, 1961)
2. Jelaskan reaksi yang terjadi pada percobaan di atas!
(Kusnawidjaya, 1987)
2. Senyawa anorganik dalam urine
2.1 Tes adanya amoniak
1. Jelaskan reaksi peruraian garam amonium menjadi ammonia pada percobaan di
atas!
Reaksi:
2NH4 + CO32- 2NH3 + CO2 + H2O
(Martoharsono, 1993)
2. Berapa jumlah kadar amoniak pada urine normal?
Jumlah amonia dalam urine normal adalah 0,7 gram perhari dalam bentuk
garam amonium yang terbentuk dalam ginjal
(Harper, 1961)
2.2 Tes adanya klorida
1. Apa fungsi penambahan HNO3 pekat pada percobaan di atas!
Fungsi penambahan HNO3 pekat adalah untuk menguraikan ikatan ionik
antara Cl- yang pada umumnya berikatan dengan Na+.
2. Jelaskan asal ion Cl- dalam tubuh manusia!
Asal ion Cl- dalam tubuh manusia adalah dari makanan yang mengandung
mineral.
2.3 Tes Adanya Fosfat dan Kalsium
1. Tulis reaksi yang terjadi pada percobaan diatas!
HPO42- + 12MoO4
2- + 3NH4+ + 23H+ (NH3)[P(Mo3O4)4] + 12H2O
Ca2+ + K2C2O4 CaC2O4 + 2K+
(Kusnawidjaya,1987)
2. Apa yang mempengaruhi kadar PO4 3- dalam urine?
Yang mempengaruhi kadar PO4 3- dalam urine adalah banyaknya konsumsi
makanan yang mengandung garam. Sehingga kadar garam-garam dalam urine
termasuk PO4 3- menjadi terpengaruh.
2.4 Tes Adanya Sulfat
1. Tuliskan reaksi kimia percobaan diatas!
SO42- + 2H+ H2SO4
H2SO4 + BaCl2 BaSO4 + 2HCl
(Kusnawidjaya,1987)
2. Apa fungsi HCl dan BaCl2 dalam percobaan di atas?
Fungsi penambahan HCl pekat bertujuan untuk mengkondisikan larutan dalam
suasana asam. Sedangkan penambahan BaCl2 bertujuan untuk mengendapkan
ion SO42- menjadi BaSO4 yang berwarna putih dan tidak larut.