Percobaan III - Urine-Identifikasi Senyawa Dalam Urine

93
ABSTRAK Percobaan ini bertujuan untuk mengidentifikasi senyawa-senyawa yang terkandung dalam urine. Prinsip percobaan ini adalah reaksi- reaksi khas pada masing-masing percobaan. Metode percobaan yang bisa dilakukan adalah uji pemecahan ureum oleh urease, uji gula pereduksi, uji adanya kreatinin dengan percobaan JAFFE dan WEYL, tes adanya asam urat dan garamnya yang menggunakan percobaan Muroksid dan reduksi perak (SCHIFF), tes adanya senyawa keton, dan tes adanya protein untuk uji senyawa organik. Sedangkan identifikasi senyawa anorganik dilakukan dengan tes adanya amonia, klorida, sulfat, fosfat dan kalsium. Dari percobaan yang telah dilakukan didapatkan bahwa uji positif terjadi pada uji pemecahan ureum oleh urease, tes adnya gula pereduksi, tes adanya klorida dan tes adanya sulfat.

description

Urine - Identifikasi Senyawa Dalam Urine

Transcript of Percobaan III - Urine-Identifikasi Senyawa Dalam Urine

Page 1: Percobaan III - Urine-Identifikasi Senyawa Dalam Urine

ABSTRAK

Percobaan ini bertujuan untuk mengidentifikasi senyawa-senyawa

yang terkandung dalam urine. Prinsip percobaan ini adalah reaksi-reaksi

khas pada masing-masing percobaan. Metode percobaan yang bisa

dilakukan adalah uji pemecahan ureum oleh urease, uji gula pereduksi, uji

adanya kreatinin dengan percobaan JAFFE dan WEYL, tes adanya asam

urat dan garamnya yang menggunakan percobaan Muroksid dan reduksi

perak (SCHIFF), tes adanya senyawa keton, dan tes adanya protein untuk

uji senyawa organik. Sedangkan identifikasi senyawa anorganik dilakukan

dengan tes adanya amonia, klorida, sulfat, fosfat dan kalsium. Dari

percobaan yang telah dilakukan didapatkan bahwa uji positif terjadi pada

uji pemecahan ureum oleh urease, tes adnya gula pereduksi, tes adanya

klorida dan tes adanya sulfat.

Page 2: Percobaan III - Urine-Identifikasi Senyawa Dalam Urine

PERCOBAAN III

URINE : IDENTIFIKASI SENYAWA DALAM URINE

I. TUJUAN PERCOBAAN

Untuk mengetahui unsur-unsur yang terkandung dalam urine

II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Urine

Urine atau air seni atau air kencing adalah cairan sisa yang

diekskresikan oleh ginjal yang kemudian akan dikeluarkan dari dalam tubuh

melalui proses urinasi. Ekskresi urine diperlukan untuk membuang molekul-

molekul sisa dalam darah yang disaring oleh ginjal dan untuk menjaga

homeostasis cairan tubuh. Namun, ada juga beberapa spesies yang

menggunakan urine sebagai sarana komunikasi olfaktori. Urine disaring di

dalam ginjal, dibawa melalui ureter menuju kandung kemih, akhirnya dibuang

keluar tubuh melalui uretra.

Fungsi utama urine adalah untuk membuang zat sisa seperti racun atau

obat-obatan dari dalam tubuh. Anggapan umum menganggap urine sebagai zat

yang "kotor". Hal ini berkaitan dengan kemungkinan urine tersebut berasal

dari ginjal atau saluran kencing yang terinfeksi, sehingga urine pun akan

mengandung bakteri. Namun jika urine berasal dari ginjal dan saluran kencing

yang sehat, secara medis urine sebenarnya cukup steril dan hampir tidak

berbau ketika keluar dari tubuh. Hanya saja, beberapa saat setelah

meninggalkan tubuh, bakteri akan mengkontaminasi urine dan mengubah zat-

zat di dalam urine dan menghasilkan bau yang khas, terutama bau amonia

yang dihasilkan dari urea. Urine dapat menjadi penunjuk dehidrasi. Orang

yang tidak menderita dehidrasi akan mengeluarkan urine yang bening seperti

air. Penderita dehidrasi akan mengeluarkan urine berwarna kuning pekat atau

cokelat.

(Anonim, 2008)

Page 3: Percobaan III - Urine-Identifikasi Senyawa Dalam Urine

Jenis urine adalah sebagai berikut

a. Urine sewaktu

Urine yang dikeluarkan sewaktu-waktu bilamana diperlukan

pemeriksaan. Urine sewaktu biasanya cukup baik untuk pemeriksaan

rutin yang melengkapi pemeriksaan fisik badan.

b. Urine pagi

Urine yang pertama dikeluarkan sewaktu pasien bangun tidur.

Urine ini biasanya lebih pekat dan baik sekali untuk pemeriksaan kadar

protein sedimen, reduksi, reaksi biologi dari calli malnini dan

sebagainya.

c. Urine pasca prandial

Urine yang pertama kali dikeluarkan setelah pasien makan

(kurang lebih 1,5–3 jam sesudah makan). Urine ini biasanya dipakai

untuk pemeriksaan reduksi.

d. Urine 24 jam

Urine yang dikumpulkan selama 24 jam. Urine ini akurat untuk

analisa kuantitatif.

(Tim DepKes RI, 1994)

2.2 Pemeriksaan pada Urine

2.2.1 Pemeriksaan kadar gula dalam urine

Pengertiannya adalah memeriksa urine yang bertujuan untuk

mengetahui kadar gula dalam urine. Hal ini dilakukan pada pasien yang

berpenyakit atau tersangka berpenyakit diabetes mellitus. Cara

pemeriksaan kadar gula dalam urine dapat dilakukan dengan memakai

reagen benedict, tablet khusus dan tes pita.

Pemeriksaan dengan menggunakan reagen benedict, perubahan

warna yang ditunjukkan adalah sebagai berikut :

Warna biru (tidak berubah) (-)

Warna biru kehijauan (+)

Warna hijau (kekuningan) (+ +)

Warna kuning kemerahan (+ + +)

Warna merah bata (+ + + +)

Page 4: Percobaan III - Urine-Identifikasi Senyawa Dalam Urine

2.2.2 Pengambilan bahan urine

Pengambilan urine sebagai bahan pemeriksaan untuk

mengetahui faal glomeruli yang bertujuan untuk menyediakan urine

secara bertahap untuk pemeriksaan ureum.

2.2.3 Pengumpulan urine selama 24 jam

Meliputi:

Pengukuran berat jenis urine

Pemeriksaan jumlah dalam urine

Pengujian pemekatan

Pengambilan bahan creatinin clearence test

(Tim DepKes , 1994)

2.3 Sifat Urine

Sifat-sifat urine diantaranya adalah

a. volume urine pada orang dewasa nomal 600 – 2.500 mL dibentuk tiap hari

b. volume urine berkurang pada iklim panas

c. berat jenis antara 1,003 – 1,030

d. reaksi urine biasanya adalah asam dengan pH berkisar antara 4,7 – 8,0

e. urine menjadi alkali bila dibiarkan

f. urine berwarna kuning pucat apabila normal

g. urine segar beraroma, tetapi baunya dapat berubah oleh zat-zat yang ada

dalam makanan

(Harper, 1961)

2.4 Ciri- ciri Urine Normal

Jumlah rata-rata satu sampel dua liter sehari namun berbeda-beda

sesuai dengan jumlah cairan yang dimasukkan. Banyaknya akan bertambah

pula apabila terlampaui banyak protein yang dimakan sehingga tersedia cukup

aliran yang diperlukan untuk mengalirkan ureanya. Warnanya bening oranye

pucat tanpa endapan tetapi kalanya terdapat lendir tipis nampak terapung di

dalamnya, baunya tajam, reaksinya sedikit asam terhadap lakmus dengan pH

rata-rata 6, berat jenis berkisar antara 1,010 sampai 1,028.

(Harper, 1961)

2.5 Komponen Utama Urine Manusia

Page 5: Percobaan III - Urine-Identifikasi Senyawa Dalam Urine

Komponen utama penyusun urine pada manusia terdiri dari :

Komponen Garam per 24 jam Perkiraan nisbah kons.

urine

Glukosa

Asam amino

Amoniak

Urine

Kreatinin

Asam urat

H+

Na+

K+

Ca2+

Mg2+

Cl-

HPO42-

SO42-

HCO3-

< 0,05

0,80

0,80

25

1,5

0,7

pH 5-8

3,0

1,7

0,2

0,15

6,3

1,2 g P

1,4 g S

0,3

< 0,05

1,0

100

70

70

20

Sampai 300

1,0

15

5

2

1,5

25

50

0,2

Volume dan komposisi urine 24 jam bervariasi tergantung pada jumlah

cairan yang masuk ke tubuh. Data di atas berlaku bagi rata-rata 24 jam

spesimen dengan total volume 1.200 mL.

(Harper, 1961)

2.6 Unsur- unsur Abnormal dalam Urine

a. Protein

Proteinuria (albume urea ) adalah adanya albumin dan globulin dalam

urine dalam konsentrasi yang abnormal-normal tidak lebih dari 30-200 mg

protein diekstraksi setiap hari dalam urine.

b. Glukosa

Page 6: Percobaan III - Urine-Identifikasi Senyawa Dalam Urine

Normal, tidak lebih dari satu gram diekstraksi setiap hari. Glukosaria

terjadi bila melebihi jumlah tersebut. Glukosaria dapat disebabkan adanya

stres dan emosi. Glukosaria tidak disebabkan oleh diabetes tetapi dapat

menunjukkan adanya diabetes.

c. Benda-benda keton

Pada keadaan normal, umumnya hanya diekskresi keton sebanyak

3-15 mg setiap hari, jumlahnya meningkat pada kelaparan, gangguan

metabolisme karbohidrat, kehamilan, dan beberapa jenis alkoholis.

(Harper, 1961)

2.7 Unsur-unsur Normal dalam Urine

a.Urea

Merupakan hasil akhir utama metabolisme protein pada mamalia.

Biasanya merupakan 80-90% dan nitrogen urine total tetap pada diet rendah,

protein urea jumlahnya rendah karena unsur nitrogen lain secara relatif tidak

dipengaruhi oleh diet. Sekresi urea meningkat seperti demam, diabetes atau

aktivitas korteks berlebih.

(Harper, 1961)

b. Amonia

Secara normal, jumlah amonia dalam urine sedikit. Namun jika

terdapat diabetes melitus maka jumlah amonia yang terkandung sangat

tinggi.

(Harper, 1961)

c. Kreatin dan kreatinin

Kreatin adalah produk pemecahan kreatin. Koefisien kreatin ini dapat

digunakan sebagai metode (indeks) mengenai jumlah urine yang

dikumpulkan dalam 24 jam. Kreatinin diukur secara kolorimeter dengan

menambahkan alkali pikrat dalam urine.

(Harper, 1961)

d. Asam urat

Asam urat adalah hasil akhir yang penting dalam oksidasi urine yang

sukar larut dalam air, tetapi membentuk garam yang larut dalam alkali. Oleh

karena itu asam urat mudah mengendap dalam urine bila dibiarkan, warna

biru diberikan asam urat bila terdapat seanofosfongisfat.

Page 7: Percobaan III - Urine-Identifikasi Senyawa Dalam Urine

(Harper, 1961)

e. Asam amino

Asam amino yang keluar dari urine sangat sedikit karena ambang batas

urine untuk zat ini sangat tinggi.

(Harper, 1961)

2.8 Pengujian pada Urine

2.8.1 Uji gula pereduksi dengan metode benedict

Reagen benedict terdiri dari kupri sulfat, sodium karbonat, dan

sodium sitrat. Reaksinya sama dengan fehling yaitu gula pereduksinya

akan dioksidasi menjadi asam aldonat, sedangkan pereaksi benedict akan

tereduksi menjadi Cu2O dengan adanya endapan merah bata, maka

menunjukkan adanya gula pereduksi.

(Harper , 1961)

2.8.2 Penentuan kadar kreatinin urine

Kreatinin diukur secara stoikiometri dengan menggunakan asam

pikrat yang ditambahkan dalam urine. Dengan adanya kreatin, campuran

memberi warna ambar (Reaksi Jaffe) warnanya dicocokkan dengan

standar kreatinin yang juga telah diberi alkali pikrat.

(Harper , 1961)

2.8.3 Uji adanya protein

Protein dapat ditemukan dengan memanaskan urine lebih baik,

setelah disentrifus untuk menghilangkan sedimen, kemudian

ditambahkan asan asetat encer. Suatu awan putih atau endapan yang

menetap setelah penambahan asam menunjukkan bahwa dalam urine

terdapat protein. Pada pengukuran kuantitatif protein diendapkan dengan

asam siklo asetat dan kemudian dipisahkan untuk analisis baik secara

kolorimetri maupun analisis.

(Harper , 1961)

2.9 Komposisi urine

Page 8: Percobaan III - Urine-Identifikasi Senyawa Dalam Urine

Urine terdiri dari air dengan bahan terlarut berupa sisa metabolisme

(seperti urea), garam terlarut, damn materi organik. Cairan dan materi

pembentuk urine berasal dari darah atau cairan interstisial. Komposisi urine

berubah sepanjang proses reabsorbsi ketika molekul yang penting bagi tubuh

misal glukosa, diserap kembali ke dalam tubuh melalui molekul pembawa.

Cairan yang tersisa mengandung urea dalam kadar yang tinggi dan berbagai

senyawa yang berlebih atau berpotensi racun yang akan dibuang keluar tubuh.

Materi yang terkandung di dalam urine dapat diketahui melalui urinalisis. Urea

yang dikandung oleh urine dapat menjadi sumber nitrogen yang baik untuk

tumbuhan dan dapat digunakan untuk mempercepat pembentukan kompos.

Urine seorang penderita diabetes akan mengandung gula yang tidak akan

ditemukan dalam urine orang yang sehat.

(Anonim, 2008)

2.10 Penyakit pada urine

Penyakit batu ginjal merupakan suatu penyakit yang banyak diderita

oleh rakyat Indonesia yaitu suatu penyakit yang disebabkan terdapatnya

endapan yang mengeras (membatu) di dalam ginjal. Disebut juga penyakit

kencing batu dan dalam istilah asing disebut renal stone, urolithiasis atau

calculus urinaria.

Batu-batu ini tidak saja terdapat di dalam ginjal tetapi batu yang ada di

ginjal dapat turun ke saluran yang berada di bawahnya yaitu ureter, kandung

kemih (buli-buli) dan saluran kencing terluar (uretra) dan dapat juga terjadi

langsung di kandung kemih.

Gejala-gejala yang dapat ditimbulkan oleh penyakit ini adalah rasa

nyeri di daerah pinggang ataupun di daerah saluran kencing lainnya. Rasa

nyeri ini mulai dari yang ringan sampai dengan yang berat tergantung dari

besar kecilnya batu yang terbentuk. Gejala-gejala lain diantaranya adalah

pengeluaran urine tidak lancar, urine kadang-kadang disertai dengan keluarnya

darah karena luka-luka yang ditimbulkan oleh gesekan antara batu dengan

dinding saluran kencing.

(Anonim, 2008)

2.11 Ginjal

Page 9: Percobaan III - Urine-Identifikasi Senyawa Dalam Urine

Ginjal merupakan organ penting yang menyaring material dari darah,

yang berbahaya atau berlebihan ataupun keduanya. Material-material ini

diekskresikan dalam urine. Sejumlah tes dijalankan secara rutin di

laboratorium klinik dengan sampel urine. Hal ini termasuk pengukuran

glukosa atau gula pereduksi, keton, albumin, spesifik grafity dan pH.

(Bettelhem, 1995)

Manusia memiliki sepasang ginjal yang terletak di belakang perut atau

abdomen. Ginjal ini terletak di kanan dan kiri tulang belakang, di bawah hati

dan limpa. Di bagian atas (superior) ginjal terdapat kelenjar adrenal (juga

disebut kelenjar suprarenal).Ginjal bersifat retroperitoneal, yang berarti

terletak di belakang peritoneum yang melapisi rongga abdomen. Kedua

ginjal terletak di sekitar vertebre. Ginjal kanan biasanya terletak sedikit di

bawah ginjal kiri untuk memberi tempat untuk hati. Sebagian dari bagian

atas ginjal terlindungi oleh iga ke sebelas dan dua belas. Kedua ginjal

dibungkus oleh dua lapisan lemak (lemak perirenal dan lemak pararenal)

yang membantu meredam goncangan.

(Anonim, 2008)

2.12 Sistem Ekskresi

Sistem ekskresi pada manusia dan vertebrata lainnya melibatkan organ

paru-paru, kulit, ginjal, dan hati. Namun yang terpenting dari keempat organ

tersebut adalah ginjal.

1. Ginjal

Fungsi utama ginjal adalah mengekskresikan zat-zat sisa

metabolisme yang mengandung nitrogen misalnya amonia. Amonia

adalah hasil pemecahan protein dan bermacam-macam garam, melalui

proses deaminasi atau proses pembusukan mikroba dalam usus. Selain

itu, ginjal juga berfungsi mengeksresikan zat yang jumlahnya berlebihan,

misalnya vitamin yang larut dalam air, mempertahankan cairan

ekstraselular dengan jalan mengeluarkan air bila berlebihan, serta

mempertahankan keseimbangan asam dan basa. Sekresi dari ginjal

berupa urine.

Bentuk ginjal seperti kacang merah, jumlahnya sepasang dan

terletak di dorsal kiri dan kanan tulang belakang di daerah pinggang.

Berat ginjal diperkirakan 0,5% dari berat badan, dan panjangnya ± 10

Page 10: Percobaan III - Urine-Identifikasi Senyawa Dalam Urine

cm. Setiap menit 20-25% darah dipompa oleh jantung yang mengalir

menuju ginjal. Ginjal terdiri dari tiga bagian utama yaitu:

a. korteks (bagian luar)

b. medulla (sumsum ginjal)

c. pelvis renalis (rongga ginjal)

Bagian korteks ginjal mengandung banyak sekali nefron ± 100 juta

sehingga permukaan kapiler ginjal menjadi luas, akibatnya perembesan

zat buangan menjadi banyak. Setiap nefron terdiri atas badan Malphigi

dan tubulus (saluran) yang panjang. Pada badan Malphigi terdapat kapsul

Bowman yang bentuknya seperti mangkuk atau piala yang berupa

selaput sel pipih. Kapsul Bowman membungkus glomerulus. Glomerulus

berbentuk jalinan kapiler arterial. Tubulus pada badan Malphigi adalah

tubulus proksimal yang bergulung dekat kapsul Bowman yang pada

dinding sel terdapat banyak sekali mitokondria. Tubulus yang kedua

adalah tubulus distal.

Gbr. Struktur dalam (anatomi) ginjal

Pada rongga ginjal bermuara pembuluh pengumpul. Rongga ginjal

dihubungkan oleh ureter (berupa saluran) ke kandung kencing (vesika

urinaria) yang berfungsi sebagai tempat penampungan sementara urine

sebelum keluar tubuh. Dari kandung kencing menuju luar tubuh urine

melewati saluran yang disebut uretra.

2. Hati (hepar)

Page 11: Percobaan III - Urine-Identifikasi Senyawa Dalam Urine

Hati disebut juga sebagai alat ekskresi di samping berfungsi

sebagai kelenjar dalam sistem pencernaan. Hati menjadi bagian dari

sistem ekskresi karena menghasilkan empedu. Hati juga berfungsi

merombak hemoglobin menjadi bilirubin dan biliverdin, dan setelah

mengalami oksidasi akan berubah jadi urobilin yang memberi warna

pada feses menjadi kekuningan. Demikian juga kreatinin hasil

pemecahan protein, pembuangannya diatur oleh hati kemudian diangkut

oleh darah ke ginjal. Jika saluran empedu tersumbat karena adanya

endapan kolesterol maka cairan empedu akan masuk dalam sistem

peredaran darah sehingga cairan darah menjadi lebih kuning.

Penderitanya disebut mengalami sakit kuning.

( Anonim, 2008)

2.13 Mekanisme Pembuangan Urine

Di dalam ginjal terjadi rangkaian proses filtrasi, reabsorbsi, dan

augmentasi.

1. Penyaringan (filtrasi)

Filtrasi terjadi pada kapiler glomerulus pada kapsul Bowman. Pada

glomerulus terdapat sel-sel endotelium kapiler yang berpori (podosit)

sehingga mempermudah proses penyaringan. Beberapa faktor yang

mempermudah proses penyaringan adalah tekanan hidrolik dan

permeabilitias yang tinggi pada glomerulus. Selain penyaringan, di

glomelurus terjadi pula pengikatan kembali sel-sel darah, keping darah,

dan sebagian besar protein plasma. Bahan-bahan kecil terlarut dalam

plasma, seperti glukosa, asam amino, natrium, kalium, klorida,

bikarbonat, garam lain, dan urea melewati saringan dan menjadi bagian

dari endapan.

Hasil penyaringan di glomerulus berupa filtrat glomerulus (urine

primer) yang komposisinya serupa dengan darah tetapi tidak

mengandung protein. Pada filtrat glomerulus masih dapat ditemukan

asam amino, glukosa, natrium, kalium, dan garam-garam lainnya.

2. Penyerapan kembali (reabsorbsi)

Page 12: Percobaan III - Urine-Identifikasi Senyawa Dalam Urine

Volume urine manusia hanya 1% dari filtrat glomerulus. Oleh

karena itu, 99% filtrat glomerulus akan direabsorbsi secara aktif pada

tubulus kontortus proksimal dan terjadi penambahan zat-zat sisa serta

urea pada tubulus kontortus distal.

Substansi yang masih berguna seperti glukosa dan asam amino

dikembalikan ke darah. Sisa sampah kelebihan garam, dan bahan lain

pada filtrat dikeluarkan dalam urine. Tiap hari tabung ginjal

mereabsorbsi lebih dari 178 liter air, 1.200 g garam, dan 150 g glukosa.

Sebagian besar dari zat-zat ini direabsorbsi beberapa kali.

Setelah terjadi reabsorbsi maka tubulus akan menghasilkan urine

sekunder yang komposisinya sangat berbeda dengan urine primer. Pada

urine sekunder, zat-zat yang masih diperlukan tidak akan ditemukan lagi.

Sebaliknya, konsentrasi zat-zat sisa metabolisme yang bersifat racun

bertambah, misalnya ureum dari 0,03% dalam urine primer dapat

mencapai 2% dalam urine sekunder.

Meresapnya zat pada tubulus ini melalui dua cara. Gula dan asam

amino meresap melalui peristiwa difusi, sedangkan air melalui peristiwa

osmosis. Reabsorbsi air terjadi pada tubulus proksimal dan tubulus

distal.

3. Augmentasi

Augmentasi adalah proses penambahan zat sisa dan urea yang

mulai terjadi di tubulus kontortus distal. Komposisi urin yang

dikeluarkan lewat ureter adalah 96% air, 1,5% garam, 2,5% urea, dan

sisa substansi lain, misalnya pigmen empedu yang berfungsi memberi

warna dan bau pada urine.

(Anonim, 2008)

2.14 Ketergantungan Aktivasi GTP Pada Apoprotein Urease dalam

Kompleks dengan Protein Tambahan Berupa UreD, UreF dan UreG

Sintesis logam yang mengandung enzim sering membutuhkan

dukungan dari protein tambahan. Tugas tersebut di mainkan oleh banyak

protein tambahan yang tergolong rendah. Klebsiella aerogenes, sebuah nikel

Page 13: Percobaan III - Urine-Identifikasi Senyawa Dalam Urine

yang mengandung enzim dilengkapi dengan sistem ideal untuk mempelajari

pemasangan metallocenter.

Di sini, kami menggambarkan sebuah metode untuk mengisolasi

kompleks yang mengandung apoprotein urease dan protein pembantu berupa

UreD, UreF dan UreG. Kami mempertunjukkan bahwa apoprotein urease

dalam kompleks di aktifkan untuk tingkat tipe enzim yang sedikit liar.

Ketika diinkubasi dengan ion nikel dan bikarbonat dengan konsentrasi yang

tinggi. Secara signifikan kami juga mengamati ketergantungan aktivitas

nikel. Pada fisiologi ilmu yang bersangkutan pada tingkat bikarbonat tapi

hanya dalam persen GTP. Didasarkan pada pembelajaran meliputi kesukaran

hidrolisis yang sama pada GTP. Kami menyimpulkan bahwa hidrolisis

nukleotida tidak hanya pada ikatan samping yaitu diperlukan dalam proses

ini.

Urease adalah nikel yang mengandung enzim yang berfungsi sebagai

faktor dahsyat pada beberapa penyakit manusia. Struktur kristal enzim

heterotrimerik dari Klebsiella aerogenes yang menampakkan dinuclear

mettalocenter.

(Soriano & Harosinger, 1999)

2.15 Pengaruh Padatan Pada Aktivitas Enzim Urease, Penilaian

Karbondioksida dan Mineralisasi Nitrogen

Pengaruh padatan pada aktivitas enzim urease, penilaian CO2 dan

mineralisasi nitrogen pada tanah yang diberi urea dan tidak diberi urea.

Tanah dipadatkan pada komposisi 0 kg cm-2, 2 kg cm-2 dan 4 kg cm-2 dan

diinkubasikan selama 28 hari. Perubahan pada enzim urease, penilaian CO2

dan mineralisasi nitrogen yang diukur selama periode inkubasi. Aktivitas

Page 14: Percobaan III - Urine-Identifikasi Senyawa Dalam Urine

enzim urease menurun secara signifikan (P < 0.05) pada semua sampel tapi

telah diamati bahwa ada pengaruh negatif pada padatan aktivitas enzim

urease dan penilaian CO2 pada tanah yang diberi urea.

Tergantung pada waktu inkubasi, tanah yang diberi urea mempunyai

waktu 5 lebih dari NH4+ dan 4 waktu lebih dari NO3

- daripada tanah yang

tidak diberi urea. Selanjutnya padatan disebabkan nitrifikasi pada kedua

kelompok tersebut (P < 0.05).

Tanah yang padat mungkin menyebabkan masalah dengan perubahan

poros tanah. Sejak hal ini mempunyai pengaruh pada aktivitas biologi yang

sama baiknya pada bentuk fisik tanah, pertumbuhan tanaman dan akar

mungkin berpengaruh negatif. Aktivitas enzim urease pada sampel kontrol

34,33 pada hari pertama menurun menjadi 28,73 mg N/kg tanah selama 28

hari. Bagaimanapun, ketika 2 kg/cm2 tekanan diterapkan, tidak ada aktivitas

urease yang terlihat pada 14 dan 28 hari masa inkubasi. Perubahan aktivitas

urease pada sampel tanah dengan dan tanpa penambahan urease tergantung

pada 49 mg N tiap 100 gram tingkat tanah pada 28 hari inkubasi. Aktivias

enzim urease pertama kali, kedua dan ketiga masa inkubasi berubah secara

signifikan ketika tekanan 2 kg/cm2 diterapkan pada tanah.

(Karaca dkk, 1997)

2.16 Preparasi dan Karakterisasi dari Amobilisasi Urease pada

glutaraldehyde cross-linked chitosan beads

Urease telah diamobilisasi oleh beberapa tetes glutaraldehid

berposisi trans dengan chitosan yang dipreparasi pada

gelombang mikro tanpa pancaran sinar. Aktivitas dan hasil

Page 15: Percobaan III - Urine-Identifikasi Senyawa Dalam Urine

dari aktivitas urease berturut-turut 10,83 U/g B dan 47,7%.

Kondisi dari amobilisasi urease telah dioptimalkan. Sifat urea

telah telah diteliti dan dibandingkan dengan enzim bebas

lainnya.

Urease (urea amydohydrolyse, EC 3.5.1.5) merupakan

enzim yang paling efisien untuk mengubah urea menjadi

amonium dan karbondioksida. Enzim ini sangat penting

dalam penentuan urea dalam darah, urine, dan keringat, dan

dalam proses dialisis untuk menghilangkan urea pada

perlakuan uremia.

Penggunaan enzim ini seringkali terbatas karena

harganya yang mahal, kelangkaan, ketidakstabilan, dan

kesulitan dalam pembentukan kembali setelah bereaksi.

Walaupun demikian enzim yang diamobilisasi biasanya

menunjukkan aktivitas katalitik yang rendah dari pada enzim

lain. Enzim ini lebih stabil, dapat digunakan kembali, dan

lebih murah sehingga enzim yang diamobilisasi lebih banyak

digunakan dalam penelitian.

Dalam proses amobilisasi, urease diamobilisasi secara

kovalen pada chitosan yang telah diaktifkan melalui gugus

amino dari protein enzim yang direaksikan dengan gugus

aldehid dari beberapa tetes glutaraldehid berposisi trans

dengan chitosan. Untuk mendesain matriks amobilisasi

enzim, beberapa parameter yang mempengaruhi amobilisasi

enzim telah diteliti, seperti fraksi volume glutaraldehid, rasio

Page 16: Percobaan III - Urine-Identifikasi Senyawa Dalam Urine

tetesan urea, waktu proses amobilisasi, dan pH selama

amobilisasi berlangsung. Parameter kinetik, sifat, dan

stabilitas dari hasil amobilisasi enzim di bawah kondisi

optimum kemudian ditentukan.

(Zu Pei Liang, 2005)

2.17 Preparasi Biomimetik Bubuk HA pada Temperatur 37°C di dalam

Kandungan Urea dan Enzim Urease dalam Aliran Tubuh.

Calcium hydroxyapatite (HA: Ca10(PO4)6(OH)2), adalah salah satu

komponen senyawa anorganik yang ada pada tulang manusia. Pada aplikasi

tulang sintetik, Calcium hydroxyapatite (HA: Ca10(PO4)6(OH)2) dipreparasi

sebagai tahap awal dan bubuk biokeramik submikron. Bubuk karbonat HA

disintesis dari kalsium nitrat tetrahidrat dan garam diamonium hidrogen

phospat yang dilarutkan didalam larutan sintetik tubuh (SBF), yang

mengandung urea (H2NCONH2) dan enzim urease, di bawah kondisi

biomimetik 37 °C dan pH 7,4, dengan sebuah teknik preparasi secara kimia.

Pada bubuk terdapat juga kandungan ion Mg dan Na, secara intensif

dimasukkan oleh larutan SBF, juga oleh air murni, seama pada proses

sintesis. Karakterisasi dan analisis kimia pada sintetis biomimetik bubuk HA

ditunjukkan dengan scanning electon microscopy (SEM), Powder X-ray

diffraction (XRD), Fourier-transformed infra red spectroscopy (FT-IR), dan

inductively-coupled plasma atomic emission spectroscopy (ICP-AES).

Penambahan enzim urease dengan jumlah yang telah ditentukan pada urea

dalam sintetik aliran tubuh menggunakan Ha sintesis ditunjukkan pada

Page 17: Percobaan III - Urine-Identifikasi Senyawa Dalam Urine

pemasukkan yang membutuhkan kontrol pH untuk pencapaian kondisi

biomimetik.

(Bayraktar, 1999)

2.18 Biosensor Urea dari Susunan Sol-Gel Film dengan Penyebab

Kromoionofor Nile Blue dan Enzim Urease

Optik biosensor urea dibuat dengan beberapa layer sol gel film.

Susunan sol gel film dipengaruhi kromoionofor nile blue ( ETH 5294 ) dan

beberapa enzim urease tanpa membutuhkan adanya prosedur kimia. Respon

absorbansi dari biosensor diperhatikan dengan menggunakan panjang

gelombang 550 nm, agar terjadi deprotonisasi kromoionofor. Dari format

multi layer sol gel film tersebut menggunakan enzim lebih tinggi dalam

biosensor sehingga dapat tercapai hasil yang lebih baik. Optik biosensor urea

mengkonstruksi dari tiga layer sol gel film yang isinya tentang urea yang

mendemonstrasikan kelebaran dari respao dengan range mencapai 100 Mm

urea ketika dibandingkan dengan biosensor yang menggunakan 1-2 layer

film. Analisa urea dalam sampel urine dengan optik biosensor urea

menunjukkan hasilnya dengan metode spektrofotometri dan menggunakan

reagen p-dimetilaminobenzaldehid (R2 = 0,982, n = 6). Rata-rata urea dari

sample urine menggunakan biosensor urea sekitar 103 %.

(Alqasaimeh dkk, 2007)

2.19 Pembelajaran Pada Kristal Urease

Dalam suatu studi yang diterbitkan oleh salah satu dari kami

dinyatakan bahwa kristal urease diaktifkan oleh tripsin. Yang baru-baru ini

Waldschmidt-Leitz dan Steigerwaldt mengulangi percobaan tersebut dan

melaporkan bahwa hasil yang didapatkan berlawanan dengan temuan kami,

urease dari kristal tidak diaktifkan oleh tripsin dan oleh sebab itu tidak suatu

Page 18: Percobaan III - Urine-Identifikasi Senyawa Dalam Urine

protein yang diumumkan oleh Sumner dan rekanannya dan oleh kami.

perbedaan yang radikal ini dalam hasil yang sangat sederhana suatu

eksperimen yang dituntut suatu penjelasan. Pertama kami mengulangi

eksperimen sama dengan cara yang diuraikan oleh Waldschmidt-Leitz dan

Steigerwaldt. Kita dapat mengkonfirmasikan hasil mereka adalah hasil

sebenarnya. Hal tersebut adalah urease, apakah kemurnian atau kasar, tidak

ada pengaktifan oleh tripsin dalam suatu penyangga fosfat pH 7 ( 0.5~).

Bagaimanapun, pada pekerjaan yang yang lebih awal dilakukan

dilakukan oleh Waldschmidt-Leitz dan Steigerwaldt telah gagal mengamati

sesuatu yang tidak penting yang nampak. Karena mengandung air larutan

urease dari kristal yang tidak stabil, Sumner dan Hand pada 1928

mengusulkan penambahan gum Arab. Hal ini untuk melindungi urease

kristal dari pengaktifan genap untuk suatu hari. Karena alasan ini dalam

pekerjaan yang telah dilakukan tidak ada eksperimen yang berhasil tanpa

adanya getah. Oleh karena itu kami mengulangi eksperimen dengan

penambahan gum Arab yang telah mampu mengkonfirmasikan hasil

terdahulu, yakni tripsin merupakan pengaktif urease dari kristal.

(Tauber dan Kleiner, 1931)

2.20 Urease dari Suatu Isolat Coccoid yang Berpotensi : Pemurnian,

Karakterisasi dan Pembandingan dengan Urease Mikrobia yang Lain

SL-100 merupakan prototip dari isolate coccoid postif per gramnya

dengan suatu adhesi tertentu dari mucin gastric dan merupakan wakil

organisme patogenik berpotensial yang diperoleh pada biopsy dari pasien

yang mengalami kekacauan lambung. Urease dari isolate ini merupakan

suatu fraksi yang penting dari jumlah protein sell dan hasil pemurniannya

Page 19: Percobaan III - Urine-Identifikasi Senyawa Dalam Urine

bahwa pemurniannya dihubungkan dengan suatu fraksi dinding sel. Urease

dibersihkan 138 lipatan untuk memperjelas homogenitas, disebabkan oleh

elektroforesis gel dengan aktivitas spesifik 1,120 U/mg. Urease menjadi

tidak stabil selama pemurnian tanpa kehadiran nikel, yang berfungsi sebagai

metlosenter dalam urease mikrobia yang lain. Ketika nikel sulfat diberikan

selama pertumbuhan (5 µM) dan penambahan buffer selama proses sonikasi

dan pemurnian (100 µM). Akhirnya urease distabilkan pada suhu ruang

selama itu proses pemurnian berlangsung. Pemurnian urease lebih stabil

dalam asam dan lebih aktivitasnya lebih stagnan setelah diinkubasi selama

30 menit pada pH 1,3. Parameter kinetiknya, relatif melimpah, dan

komposisi bagiannya lebih mirip dari urease Helitobakter daripada urease

dari spesies mikrobia yang lain. Kesamaan ini merupakan konsekuensi suatu

adaptasi dari organisme ini untuk membentuk koloni dari perut dan

menandakan bahwa urease mungkin suatu faktor yang jahat selama

membentuk koloni.

Telah diketahui bahwa beberapa kasus dari penyakit lambung dan

kerusakan lambung pada manusia disebabkan oleh Helicobacter pylori.

Sama seperti kerusakan lambung yang disebabkan oleh Helitobacter felis

yang menginfeksi pada anjing, kucing dan tikus dan oleh Helicobacter

mustelae yang menginfeksi musang, sementara itu Helicobacter heilmannii

penyebab kerusakan lambung pada pada kebanyakan hewan. Salah satu

penanggulangan dengan memberikan urease dosis tinggi. Faktanya, setelah

diberikan urease dosis tinggi meunjukkan melindungi lambung dari asam

lambung dengan menetralkan asam dengan pemberian amoniak melalui

hidrolisis urea.

Page 20: Percobaan III - Urine-Identifikasi Senyawa Dalam Urine

(Lee & Calhoun, 2003 )

2.21 Analisa Bahan

2.21.1 Aquades

Sifat fisik : berat molekul 18 g/mol

titik beku 00C

titik didih 1000C

berwarna jernih

Sifat kimia : bersifat polar

larut dalam dimetil alkohol dan etil etanoat

mempunyai ikatan hidrogen

mempunyai tetapan dielektrik tinggi

(Basri , 1996)

2.21.2 Phenolphtalein

Sifat fisik : kristal tak berwarna

dalam bentuk cairan berwarna putih kekuningan

Sifat kimia: rumus molekul C20H14O4

larut dalam alkohol dan pelarut organik lainnya

tak berwarna dalam larutan asam dan berwarna merah

muda dalam larutan basa

perubahan pH 8,2-10,0

(Mulyono, 2001)

2.21.3 Fenol merah

Sifat fisik : titik leleh 42 0C

titik didih 182 0C

Page 21: Percobaan III - Urine-Identifikasi Senyawa Dalam Urine

densitas 1,1 g/mL

Sifat kimia : senyawa yang bersifat asam

C6H5OH yang berubah menjadi merah muda (pink) bila

terkotori atau terkena cahaya

(Mulyono, 2001)

2.21.4 Natrium karbonat (Na2CO3)

Sifat fisik : padatan kristal putih

titik leleh 851 0C (anhidrous)

densitas 2,5 (anhidrous) dan 1,4 (dekahidrat)

Sifat kimia: larut dalam air

mudah melapuk oleh udara

sebagai soda pembersih

(Mulyono, 2001)

2.21.5 Reagent benedict

Sifat fisik : menghasilkan warna jingga dengan gula pereduksi

Sifat kimia : reagen pengoksidasi untuk menentukan adanya gula

pereduksi

terdiri dari natrium karbonat dan natrium nitrat, kupri

sulfat dan air

(Pringgodigdo, 1973)

2.21.6 Asam asetat (CH3COOH)

Sifat fisik : merupakan asam tak berwarna

bau menyengat

kemurniannya 99,52 %

titik didih 118,5 0C

titik beku 117 0C

Sifat kimia: larut dalam air dan asam pekat

(Pringgodigdo, 1973)

2.21.7 Natrium hidroksida (NaOH)

Sifat fisik : titik leleh 318 0C

titik didih 139 0C

densitas 2,1 g/mL

padatan putih

Sifat kimia: senyawa basa kuat

Page 22: Percobaan III - Urine-Identifikasi Senyawa Dalam Urine

higroskopis, korosif

mudah menyerap CO2 membentuk Na2CO3

(Mulyono, 2001)

2.21.8 Asam nitrat (HNO3)

Sifat fisik : zat cair tidak berwarna atau agak kekuningan

titik leleh – 41 0C

titik didih 83 0C

density 1,5 g/mL

Sifat kimia: asam anorganik

berasap dan korosif

sebagai oksidator kuat

(Mulyono, 2001)

2.21.9 NH4OH

Sifat fisik : titik leleh -78 0C

titik didih -33,5 0C

berbentuk cairan

tidak berwarna, berbau tajam

Sifat kimia: merupakan senyawa basa

(Mulyono, 2001)

2.21.10 AgNO3

Sifat fisik : titik leleh 212 0C

densitas 4,3 g/mL

padatan kristal tak berwarna

Sifat kimia: menghasilkan cermin perak dan debagai reagen analitik.

(Mulyono, 2001)

2.21.11 HCl

Sifat fisik : titik leleh 114 0C

Page 23: Percobaan III - Urine-Identifikasi Senyawa Dalam Urine

titik didih -85 0C

densitas 1,27 (udara = 1)

gas tak berwarna, berbau tajam

Sifat kimia: asam kuat

sangat larut dalam air

merupakan hasil reaksi antara NaCl dan H2SO4

(Mulyono, 2001)

2.21.12 Asam pikrat

Sifat fisik : padatan kristal kuning

titik leleh 122 0C

density 1,8 g/mL

Sifat kimia: 2,4,6 trinitro fenol

asam C6H3N3O7

beracun, mudah meledak

(Mulyono, 2001)

2.21.13 Amonium sulfat padat

Sifat fisik : merupakan padatan kristal orthorombik berwarna putih

berat molekul 132,4 g/mol

densitas 1,67 g/mL

Sifat kimia: sangat larut dalam air dan tidak larut dalam etanol.

(Basri, 1996)

2.21.14 Urine

Sifat fisik : berwarna agak kekuningan, berbau

berat jenis antara 1,003-1,030

Sifat kimia: bersifat agak asam dengan pH berkisar antara 4,7 – 8,0

(Harper, 1961)

2.21.15 Sodium nitroprusid

Sifat fisik : cairan jernih, garam Na

(Basri, 1996)

2.21.16 BaCl2

Sifat fisik : kristal putih

titik leleh 963 0C

Page 24: Percobaan III - Urine-Identifikasi Senyawa Dalam Urine

titik didih 1560 0C

Sifat kimia: digunakan dalam ekstraksi barium melalui elektrolisis

dibuat dengan melarutkan BaCO3 dalam asam

hidroklorida dan mengkristalkan hidrat.

(Daintith, 1990)

2.21.17 Tepung kedelai

Sifat fisik : berbentuk serbuk, berwarna kecoklatan

Sifat kimia: merupakan produk olahan dari kacang kedelai

sebagai sumber protein

(Anonim, 2008)

2.21.18 K2C2O4

Sifat fisik : berbentuk kristal

tidak berwarna

Sifat kimia : beracun, dapat menyebabkan iritasi

larut dalam air

senyawa ini dapat digunakan sebagai sumber utama

asam oksalat, larutan pereaksi dalam kimia analisis dan

bahan pembersih.

(Basri, 1996)

2.21.19 Amonium molibdat

Sifat fisik : berbentuk cairan bening

Sifat kimia: senyawa ini merupakan garam dari amonia dan asam

molibdat

rumus molekul (MH4)6MoO7O24 . H2O

(Arora, 2004)

Page 25: Percobaan III - Urine-Identifikasi Senyawa Dalam Urine

III. METODE PENELITIAN

Alat dan Bahan

Alat

-Tabung reaksi

-gelas ukur

-pipet tetes

-spatula

-pengaduk

-pemanas listrik

-penangas air

-kaki tiga

-gelas beker 250 mL

-drop plate

-kertas saring

-corong

-erlenmeyer

-cawan porselin

3.1.2 Bahan

-sampel urine

-akuades

-phenolftalein

-fenol merah

-reagen benedict

-CH3COOH 0.1 M

-tepung kedelai

-amonium sulfat padat

-amonium molibdat

-NaOH 2 M

-HNO3 pekat

-NaCO3

-NH4OH

-BaCl2

Page 26: Percobaan III - Urine-Identifikasi Senyawa Dalam Urine

-K2C2O3 -HCl pekat

Page 27: Percobaan III - Urine-Identifikasi Senyawa Dalam Urine

3.2 Skema Kerja

3.2.1 Senyawa Organik dalam urine

3.2.1.1 Pemecahan Ureum oleh Urease

Penambahan 4 tetes indikator fenol merah

Penetesan Na2CO3 2% hingga warna merah muda

Penambahan CH3COOH 0,1 M hingga larutan

berwarna kuning

Pemanasan pada penangas air samapi suhu 60OC

Penambahan satu ujung sendok spatula tepung

kedelai

Pengocokan dan pendiaman beberapa saat

Pengamatan perubahan

3.2.1.2 Tes Adanya Gula Pereduksi

Penambahan 5 mL reagen benedict

Pemanasan sampai terjadi perubahan warna

Penambahan tetes demi tetes CH3COOH

Pengamatan perubahan

3 mL urine

Tabung reaksi I

hasil

3 mL akuades

Tabung reaksi II

hasil

1 mL urine

Tabung reaksi

hasil

Page 28: Percobaan III - Urine-Identifikasi Senyawa Dalam Urine

3.2.1.3 Tes Adanya Kreatinin

a. Percobaan JAFFE

penambahan 1 mL asam pikrat jenuh

penambahan 1 mL NaOH 2M

pengamatan perubahan warna

b. Percobaan WEYL

penambahan 5 tetes sodium nitroprusid

penambahan NaOH hingga larutan bersifat alkalis

penambahan tetes demi tetes CH3COOH

pengamatan perubahan warna

5 mL urine

Tabung reaksi

hasil

5 mL urine

Tabung reaksi

hasil

5 mL urine

Tabung reaksi

hasil

Page 29: Percobaan III - Urine-Identifikasi Senyawa Dalam Urine

3.2.1.4 Tes adanya Asam Urat dan Garamnya

a. Percobaan Muroksid

Pemanasan di atas penangas air

sampai kering

Pengamatan perubahan

b. Percobaan Reduksi Perak (SCHIFF)

Pembasahan dengan

AgNO3

Penambahan dengan

campuran dalam

drop plate

Pengamatan

perubahan warna

0,5 mL urine + 3 tetes HNO3 pekat

Cawan petri

hasil

5 tetes urine + 5 tetes Na2CO3 2%

Drop plate

Kertas saring

Hasil

Hasil

Page 30: Percobaan III - Urine-Identifikasi Senyawa Dalam Urine

3.2.1.5 Tes adanya senyawa keton (Percobaan Rhoten)

Penambahan (NH4)2SO4 padat (sambil

pengocokkan) hingga larutan jenuh

Penambahan 3 tetes larutan Na-nitroprusid 5% + 2

mL NH4OH jenuh

Pengocokkan hingga bercampur rata

Pendinginan selama 30 menit

Pengamatan perubahan warna

3.2.1.6 Tes Adanya Protein

penyaringan

pengambilan 5 ml filtrat

pemanasan diatas penangas air

penambahan 3-5 tetes

CH3COOH 2M

pengamatan perubahan

10 mL urine

Tabung reaksi

hasil

10 mL urine

residu Filtrat urine

5 ml filtrat urine

Tabung reaksi

hasil

Page 31: Percobaan III - Urine-Identifikasi Senyawa Dalam Urine

3.2.2 Senyawa Anorganik dalam Urine

3.2.2.1 Tes Adanya Asam Amino

Penambahan 2 tetes indikator PP + 2 tetes Na2CO3

2% hingga terbentuk warna merah muda

Pemanasan di atas penangas air hingga mendidih

Peletakkan kertas saring basah oleh indikator PP

di atas mulut tabung reaksi (tidak menutupi

semua mulut tabung)

Pengamatan perubahan warna pada kertas saring

3.2.2.2 Tes Adanya Klorida

penambahan 2 tetes HNO3 pekat + 2 tetes larutan

AgNO3

pengamatan perubahan warna

penambahan NH4OH berlebihan

pengamatan

2 mL urine

Tabung reaksi

hasil

2 mL urine

Tabung reaksi

hasil

Page 32: Percobaan III - Urine-Identifikasi Senyawa Dalam Urine

3.2.2.3 Tes Adanya Fosfat dan Kalsium

penambahan 1 mL NH4OH hingga larutan

bersifat alkalis

pemanasan larutan di atas penangas air hingga

ada endapan putih

penyaringan dengan kertas saring

pencucian dengan akuades

pelarutan dalam 1 mL

CH3COOH 2%

pembagian dalam 2 tabung

penambahan 1 tetes HNO3 pekat penambahan 3 tetes K2C204

penambahan 3 tetes amonium molibdat pengamatan perubahan

pemanasan

pengamatan perubahan

10 mL urine

Tabung reaksi

residu (endapan putih)filtrat

tabung IItabung I

tabung I

hasil

tabung II

hasil

Page 33: Percobaan III - Urine-Identifikasi Senyawa Dalam Urine

3.2.2.4 Tes Adanya Sulfat

penambahan dengan 1 tetes HCl pekat

penambahan 3 tetes BaCl2 0,1 M

pengamatan perubahan

2 mL urine

Tabung reaksi

hasil

Page 34: Percobaan III - Urine-Identifikasi Senyawa Dalam Urine

IV. DATA PENGAMATAN

No Perlakuan Hasil Ket

1 Pemecahan Ureum menjadi Urease

-3 mL urine + 4 tetes fenol merah +

Na2CO3 2%

-penambahan CH3COOH

-pemanasan hingga 60oC

-penambahan tepung kedelai

-pengocokan, pendiaman

-3 mL akuades + 4 tetes fenol

merah + Na2CO3 2%

-penambahan CH3COOH

-pemanasan hingga 60oC

-penambahan tepung kedelai

-pengocokan, pendiaman

-Terbentuk larutan

-Warna larutan menjadi agak

memudar

-Larutan menjadi keruh

-Terbentuk endapan tepung kedelai

dan warna sedikit merah jambu

pada semua sampel urine

-Sampel urine pria

-Sampel urine wanita

-Warna larutan tetap jernih

+

+

2 Tes Adanya Gula pereduksi

- 1 mL urine + 5 mL Benedict

- pemanasan

- pendinginan dengan cepat

-Terbentuk larutan berwarna biru

-Terbentuk endapan merah bata

-Sampel urine pria +++

Page 35: Percobaan III - Urine-Identifikasi Senyawa Dalam Urine

Sampel urine wanita ++++

3 Tes Adanya Kreatinin

a.Percobaan JAFFE

-5 mL urine + 1 mL asam pikrat

jenuh + 1 mL NaOH 2 M

-5 mL akuades + 1 mL asam

pikrat jenuh + 1 mL NaOH 2 M

b. Percobaan WEYL

-5 mL urine + 5 tetes Na-

nitropusid

-penambahan NaOH hingga

alkalis

-penambahan beberapa tetes

CH3COOH

-Urine pria berwarna jingga kuning

-Urine wanita berwarna jingga kuning

-Pada akuades berwarna kuning

-Urine pria berwarna

kuningkecoklatan

-Urine wanita berwarna kuning

kecoklatan

+

+

-

-

4 Tes Adanya Asam Urat dan

Garamnya

a. Percobaan Muroksid

-0.5 mL urine + 3 tetes HNO3

pekat

-pemanasan sampai kering

b. Percobaan Reduksi Perak

-pembasahan kertas saring dengan

AgNO3

-penetesan dengan campuran 5

tetes urine + 5 tetes Na2CO3 2%

-Urine pria terbentuk endapan kuning

kecoklatan kering

-Urine wanita terbentuk endapan

kuning kecoklatan kering

-Urine pria tidak memberi perubahan

pada kertas saring (kertas saring

tetap putih)

-Urine wanita juga tidak memberi

perubahan warna pada kertas saring

-

-

-

-

Page 36: Percobaan III - Urine-Identifikasi Senyawa Dalam Urine

(kertas saring tetap putih)

5 Tes Adanya Senyawa Keton

-10 mL urine + (NH4)2SO4 padat

-pengocokan

-penambahan 3 tetes Na-nitropusid

5% + 2 mL NH4OH jenuh

-pengocokan, pendiaman 30 menit

-Larutan menjadi jenuh

-Urine pria tetap kuning jernih

-Urine wanita tetap kuning jernih

-

-

6 Tes Adanya Protein

-penyaringan 10 mL urine

-pemanasan

-penambahan 3-5 tetes CH3COOH

-pengamatan

-Warna urine menjadi pudar

-Urine pria tetap berwarna kuning

pudar jernih

-Urine wanita tetap berwarna kuning

pudar jernih

-

-

7 Tes Adanya Amino

-2 mL urine + 2 tetes PP + 2-3 tetes

Na2CO3 2%

-pemanasan sampai mendidih

-peletakkan kertas saring basah

oleh PP di atas mulut tabung reaksi

-pengamatan perubahan pada

kertas saring

-Terbentuk larutan urine berwarna

merah jambu pada semua sampel

urine

-Warna larutan urine pada kedua

sampel menjadi kuning kecoklatan

-Tidak ada perubahan warna pada

kedua kertas saring

-Urine pria

-Urine wanita

-

-

Page 37: Percobaan III - Urine-Identifikasi Senyawa Dalam Urine

8 Tes Adanya Klorida

-2 ml urine + 2 tetes HNO3 pekat+

2 tetes larutan AgNO3

-pengamatan

-Urine pria terbentuk endapan yang

larut dengan amonium hidroksida

berlebih

-Urine wanita juga terbentuk endapan

yang dapat larut dengan amonium

hidroksida berlebih

+

+

9 Tes Adanya Fosfat dan Kalsium

-10 mL urine + 1 mL NH4OH

hingga alkalis

-pemanasan

-penyaringan

-pencucian endapan dengan

akuades

-pelarutan endapan dalam 1 mL

CH3COOH 2%

-pembagian ke dalam 2 tabung

-tabung I + 1 tetes HNO3 pekat + 3

tetes amonium molibdat

-pemanasan

-tabung II + 3 tetes K2C2O4

-pengamatan

-Urine pria tidak terbentuk endapan

-Urine wanita tidak terbentuk endapan

-

-

-

-

-

-

-

-

-

10 Tes Adanya Sulfat

-2 mL urine + 1 tetes HCl pekat +

3 tetes BaCl2

Page 38: Percobaan III - Urine-Identifikasi Senyawa Dalam Urine

-pengamatan -Urine pria terbentuk endapan

-Urine wanita terbentuk endapan

+

+

V. HIPOTESA

Pada percobaan ini senyawa-senyawa dan unsur-unsur sekarang yang

terkandung dalam protein. Identifikasi meliputi senyawa organik serta senyawa

anorganik dalam urine. Identifikasi senyawa organik dalam urine yang akan

dilakukan adalah pemecahan ureum oleh urease, tes adanya gula pereduksi, tes

kreatinin yaitu percobaan JAFFE dan WEYL, tes asam urat dan garamnya, yaitu

percobaan muroksid dan reduksi perak (SCHIFF), tes senyawa keton, tes protein.

Sedangkan identifikasi senyawa anorganik dalam urine meliputi tes adanya

ammonia, adanya klorida, tes adanya fosfat dan kalsium, dan tes adanya sulfat.

Dari beberapa identifikasi yaitu tes gula pereduksi akan menunjukkan kekeruhan

atau endapan merah bata jika terdapat gula pereduksi. Uji positif untuk senyawa

keton yaitu adanya warna jingga, uji positif adanya protein jika timbul endapan,

tes pemecahan ureum oleh urease dengan adanya warna merah muda, pada

percobaan WEYL adanya cincin merah dan endapan yang banyak, tes muroksid

dengan uji positif adanya warna kecoklatan, uji positif SCHIFF terbentuk cincin

perak. Sedangkan untuk tes adanya amonia uji positifnya adalah warna merah

muda pada kertas saring, uji positif adanya klorida yaitu adanya endapan keruh

dan akan larut jika penambahan NH4OH berlebih, uji positif untuk tes fosfat yaitu

adanya endapan kuning, uji positif tes kalsium yaitu timbul endapan atau

kekeruhan yang tidak larut, uji positif adanya sulfat adalah dengan adanya

endapan keruh

Page 39: Percobaan III - Urine-Identifikasi Senyawa Dalam Urine

VI PEMBAHASAN

Percobaan identifikasi senyawa dalam urine ini bertujuan untuk mengetahui

unsur-unsur yang terkandung dalam urine.Urine atau air seni atau air kencing

adalah cairan sisa yang diekskresikan oleh ginjal yang kemudian akan dikeluarkan

dari dalam tubuh melalui proses urinasi. Eksreksi urin diperlukan untuk

membuang molekul-molekul sisa dalam darah yang disaring oleh ginjal dan untuk

menjaga homeostasis cairan tubuh. Namun, ada juga beberapa spesies yang

menggunakan urine sebagai sarana komunikasi olfaktori. Urine disaring di dalam

ginjal, dibawa melalui ureter menuju kandung kemih, akhirnya dibuang keluar

tubuh melalui uretra.

Fungsi utama urine adalah untuk membuang zat sisa seperti racun atau

obat-obatan dari dalam tubuh. Anggapan umum menganggap urin sebagai zat

yang "kotor". Hal ini berkaitan dengan kemungkinan urine tersebut berasal dari

ginjal atau saluran kencing yang terinfeksi, sehingga urinenya pun akan

mengandung bakteri. Namun jika urine berasal dari ginjal dan saluran kencing

yang sehat, secara medis urin sebenarnya cukup steril dan hampir tidak berbau

ketika keluar dari tubuh. Hanya saja, beberapa saat setelah meninggalkan tubuh,

bakteri akan mengkontaminasi urin dan mengubah zat-zat di dalam urin dan

menghasilkan bau yang khas, terutama bau amonia yang dihasilkan dari

urea.Urine dapat menjadi penunjuk dehidrasi. Orang yang tidak menderita

dehidrasi akan mengeluarkan urine yang bening seperti air. Penderita dehidrasi

akan mengeluarkan urine berwarna kuning pekat atau cokelat.

Identifikasi senyawa dalam urine sangat penting karena dengan adanya

identifikasi senyawa dalam urine bisa mengetahui ada dan tidaknya suatu penyakit

dalam tubuh. Identifikasi urine bisa dilakukan dengan beberapa metode berikut.

Page 40: Percobaan III - Urine-Identifikasi Senyawa Dalam Urine

6.1 Senyawa Organik Dalam Urine

6.1.1 Pemecahan Ureum Oleh Urease

Tujuan dari percobaan ini adalah untuk mengetahui adanya

ureum dalam urine yang dapat dipecah oleh enzim urease. Prinsip

percoban ini adalah pemecahan ureum oleh enzim urease. Pada

percobaan ini yang berperan sebagai sumber enzim urease adalah

tepung kedelai. Prosedur pertama yang dilakukan adalah

menambahkan indikator fenol merah pada urine pria dan wanita serta

pada akuades sebagai pembanding. Penambahan indikator fenol merah

ini bertujuan untuk menandai perubahan pH yang terjadi pada larutan.

Reaksi fenol merah:

HIn In-

Suasana asam suasana basa (kuning) (merah)

(Anonim, 2008)

Perubahan pH ini untuk menandai pH optimum enzim urease bekerja

optimal. Fenol merah merupakan indikator dengan range pH 6,0-8,4

dan pada suasana asam membentuk warna kuning.

(Underwood, 1986)

Page 41: Percobaan III - Urine-Identifikasi Senyawa Dalam Urine

Penambahan natrium karbonat berfungsi untuk mencapai pH yang

diinginkan yaitu pH enzim urease bekerja optimum pada suasana basa.

Pencapaian pH tersebut ditandai dengan perubahan warna.

Penambahan asam asetat akan menghasilkan larutan berwarna kuning,

baik pada urine maupun akuades. Fungsi asam asetat adalah untuk

memberikan suasana asam.

Selanjutnya dipanaskan sehingga warna larutan pada urine dan

akuades menjadi kuning muda. Fungsi pemanasan adalah untuk

mencapai suhu optimal enzim urease, sehingga enzim tersebut bekerja

secara optimal pada proses pemecahan ureum. Kemudian penambahan

tepung kedelai ke dalam sampel urine dan akuades. Fungsi tepung

kedelai adalah sebagai sumber enzim urease. Pada sampel urine

menghasilakan larutan kuning keruh, sedangkan pada akuades

menghasilkan larutan kuning yang lebih bening. Dari percobaan

didapatkan hasil yang positif pada kedua sampel urine.

Reaksi yang terjadi adalah:

(Kusnawidjaya, 1987)

6.1.2 Tes Adanya Gula Pereduksi

Uji ini bertujuan untuk mengidentifikasi adanya gula pereduksi

dalam urine. Prinsip percobaan ini adalah reaksi reduksi. Penambahan

reagen benedict ini bertujuan untuk membentuk endapan merah bata

gugus pereduksi yang terdapat dalam urine saat dipanaskan.

Page 42: Percobaan III - Urine-Identifikasi Senyawa Dalam Urine

Reaksi yang terjadi adalah sebagai berikut:

(Martoharsono, 1993)

Penambahan reagen benedict tersebut membuat larutan menjadi

berwarna biru kemudian larutan tersebut dipanaskan. Pemanasan yang

dilakukan bertujuan untuk mempercepat reaksi. Setelah dipanaskan,

dalam larutan yang berwarna biru, pada bagian dasar tabung reaksi

terbentuk endapan merah bata yang menunjukkan uji positif.

Tidak digunakan fehling pada percobaan ini karena benedict lebih peka

daripada fehling untuk mengidentifikasi adanya asam urat atau

kreatinin sedangkan jika digunakan fehling maka asam urat atau

kreatinin akan mereduksi fehling sehingga gula pereduksi tidak bisa

teridentifikasi.

Dari hasil percobaan didapatkan kedua sampel urine

menunjukkan uji positif mengandung gula pereduksi yang

menunjukkan abnormalitas pada urine. Orang yang mempunyai urine

jenis ini menderita penyakit Diabetes Melitus (DM).

Page 43: Percobaan III - Urine-Identifikasi Senyawa Dalam Urine

6.1.3 Tes Adanya Kreatinin

6.1.3.1 Percobaan JAFFE

Metode ini dilakukan untuk menunjukkan adanya kreatinin dalam

urine. Prinsip percobaan ini adalah pemecahan kreatinin. Pada metode

ini, sampel urine ditambah dengan asam pikrat jenuh yang

menghasilkan warna kuning pekat pada sampel urine dan warna kuning

terang pada akuades. Kemudian ditambah dengan NaOH yang

menghasilkan warna jingga kuning pada kedua sampel. Hal ini terjadi

dengan memprotonkan nitrogen dalam suasana basa yang kemudian

terbentuk kreatinin rantai lurus. Terbentuknya warna jingga kuning ini

menunjukkan uji positif yang merupakan tanda telah terpecahnya

kreatinin dalam urine menjadi kreatinin dan garam asam pikrat. Dari

percobaan yang telah dilakukan didapatkan hasil bahwa pada kedua

sampel urine positif mengandung kreatinin. Hal ini ditunjukkan dengan

perubahan warna pada kedua sampel urine menjadi kuning jingga.

Reaksi yang terjadi:

(Martoharsono, 1993)

Page 44: Percobaan III - Urine-Identifikasi Senyawa Dalam Urine

6.1.3.2 Percobaan WEYL

Percobaan ini bertujuan untuk mengetahui adanya kreatinin

dalam urine. Prinsip percobaan ini adalah penambahan larutan basa

untuk menghasilkan warna. Penambahan Sodium Nitroprusid dan

NaOH bertujuan agar kreatinin dapat bereaksi dengan basa dan

menunjukkan warna merah. Selanjutnya pada penambahan asam asetat

berfungsi agar kreatinin menunjukkan warna reaksi yang berbeda

terhadap suasana asam yaitu kembali menjadi berwarna kuning. Uji

positif yang menunjukkan adanya kreatinin adalah perubahan warna

menjadi merah saat ditambahkan larutan basa dan kembali berwarna

kuning saat penambahan asam. Dari percobaan yang telah dilakukan

didapat hasil bahwa pada urine wanita positif mengandung kreatinin

sedangkan pada urine pria juga memberi uji positif mengandung

adanya kreatinin.

Reaksi yang terjadi adalah sebagai berikut:

(Martoharsono, 1993)

Page 45: Percobaan III - Urine-Identifikasi Senyawa Dalam Urine

6.1.4 Tes Adanya Asam Urat dan Garamnya

6.1.4.1 Percobaan Muroksid

Percobaan ini bertujuan untuk mengidentifikasi senyawa

asam urat dan garamnya dalam urine. Prinsip percobaan ini adalah

pemutusan ikatan rangkap pada asam urat. Penambahan HNO3 pekat

dalam percobaan ini adalah untuk memutus ikatan rangkap pada asam

urat (C=O ) menjadi ikatan tunggal C-OH dan mengeliminasi ikatan

tunggal C-H menjadi ikatan rangkap C=N sehingga dihasilkan

senyawa berwarna kuning kecoklatan.

Reaksinya:

(Martoharsono, 1993)

Pemanasan yang dilakukan bertujuan untuk mempercepat reaksi yang

terjadi. Dari hasil percobaan yang telah dilakukan didapat hasil

terbentuknya endapan kuning kecoklatan pada kedua sampel urine.

Hal ini berarti bahwa dalam kedua sampel urine tersebut mengandung

asam urat.

6.1.4.2 Percobaan Reduksi Perak (SCHIFF)

Percobaan ini bertujuan untuk mengetahui adanya asam urat

dan garamnya dalam urine. Prinsip percobaan ini adalah reduksi ion

Ag+ menjadi Ag. Uji positif pada percobaan ini adalah adanya lapisan

seperti cermin perak yang menempel pada kertas saring. Penambahan

Page 46: Percobaan III - Urine-Identifikasi Senyawa Dalam Urine

larutan Na2CO3 bertujuan untuk membentuk garam dari asan urat

ketika Na2CO3 bereaksi dengan asam urat. Penambahan AgNO3

bertujuan untuk mereaksikan AgNO3 tersebut dengan garam dari asam

urat dan membentuk lapisan warna perak pada kertas saring akibat

adanya reduksi Ag+ menjadi Ag oleh garam sodium (Na+) dari asam

urat tersebut.

Reaksi yang terjadi adalah:

2AgNO3 + Na2CO3 Ag + 2NaNO3 + CO3 + O2

(Kusnawidjaya, 1987)

Dari hasil percobaan didapat hasil terbentuk endapan kuning

kecoklatan pada kedua sampel urine. Hal ini menandakan bahwa dalam

sampel urine tersebut tidak mengandung asam urat. Hal ini

dikarenakan kandungan asam urat dalam urine sangat sedikit.

6.1.5 Tes Adanya Senyawa Keton

Tujuan dari percobaan ini adalah untuk mengetahui adanya

senyawa keton yang terkandung dalam urine. Prinsip percoban ini

adalah pengoksidasian gugus keton. Uji positif adanya keton ditandai

dengan terbentuknya warna jingga setelah berlangsungnya reaksi.

Penambahan (NH4)2SO4 padat bertujuan untuk mengkondisikan larutan

urine yang asam menjadi netral. Selanjutnya, ditambahkan dengan

larutan nitroprusid dan NH4OH jenuh bertujuan agar reaksi oksidasi

gugus keton dapat berlangsung dalam suasana basa.

Page 47: Percobaan III - Urine-Identifikasi Senyawa Dalam Urine

Reaksi yang terjadi:

(Kusnawidjaya,1987)

Dari hasil percobaan didapatkan bahwa pada kedua sampel urine tidak

terjadi perubahan warna. Kedua sampel urine tersebut tetap berwarna

kuning jernih. Hal ini menandakan bahwa dalam kedua sampel urine

tersebut negatif tidak mengandung gugus keton.

6.1.6 Tes Adanya Protein

Tujuan dari percobaan ini adalah untuk mengidentifikasi adanya

protein dalam urine. Prinsip percobaan ini adalah pemecahan protein

menjadi monomer-monomernya yang lebih sederhana. Pertama kali

yang dilakukan adalah menyaring urine dengan tujuan agar pengotor-

pengotor dalam urine bisa terpisah. Kemudian urine tersebut

dipanaskan dan ditambahkan asam asetat 2N. Pemanasan ini bertujuan

untuk mempercepat reaksi. Penambahan asam asetat berfungsi untuk

membuat protein yang ada dalam urine terdenaturasi sehingga

terbentuk endapan yang menandakan adanya protein dalam urine.

Reaksi yang terjadi:

(Kusnawidjaya,1987)

Page 48: Percobaan III - Urine-Identifikasi Senyawa Dalam Urine

Dari hasil percobaan didapatkan bahwa pada kedua sampel urine

larutan tetap bening dan tidak terbentuk endapan. Hal ini menandakan

bahwa dalam sampel urine tersebut tidak mengandung protein.

6.2 Senyawa Anorganik dalam Urine

6.2.1 Tes Adanya Amonia

Percobaan ini bertujuan untuk mengidentifikasi senyawa

amonia yang terdapat dalam urine. Prinsip percobaan ini adalah

reduksi NH4+ menjadi NH3. Urine ditambah dengan Na2CO3 yang

bertujuan untuk membentuk NH3. Uji positif percobaan ini adalah

terbentuknya warna merah muda pada kertas saring. Kemudian

ditambahkan indikator PP yang bertujuan untuk menandai perubahan

pH dari asam menjadi basa setelah penambahan Na2CO3.

Reaksi phenolftalein (PP) adalah:

H2In, tidak berwarna HIn- tidak berwarna

Fenolftalein

In2-, merah

(Underwood, 1986)

Page 49: Percobaan III - Urine-Identifikasi Senyawa Dalam Urine

Pemanasan yang dilakukan bertujuan untuk mempercepat

reaksi. Pada kertas saring ditetesi dengan indikator PP yang bertujuan

untuk mengetahui adanya gas yang bersifat basa yang timbul selama

proses pemanasan. Gas yang bersifat basa tersebut dapat merubah

warna kertas saring yang telah ditetesi indikator PP menjadi merah

muda. Dari hasil percobaan didapat bahwa kedua sampel urine tersebut

negatif. Dalam kedua sampel urine tidak mengandung amonia karena

kertas saring tersebut tidak berubah menjadi merah muda. Hal ini

dikarenakan tidak ada gas amonia yang dibebaskan selama reaksi.

Reaksi yang terjadi:

2NH4 + CO32- 2NH3 + CO2 + H2O

(Martoharsono, 1993)

6.2.2 Tes Adanya Klorida

Percobaan ini bertujuan untuk mengidentifikasi adanya klorida

dalam urine. Prinsip percoban ini adalah reaksi pembentukan kompleks

dan reaksi pengendapan. Pada percobaan ini urine ditambah dengan

HNO3 pekat dan AgNO3. Fungsi penambahan HNO3 pekat untuk

menguraikan ikatan ionik antara Cl- yang pada umumnya berikatan

dengan Na+. Penambahan AgNO3 bertujuan untuk mengendapkan Cl-

menjadi AgCl. Penambahan NH4OH berlebih adalah untuk melarutkan

endapan AgCl menjadi ion kompleks [Ag(NH4OH)]+. Uji positif dari

percobaan ini adalah terbentuknya endapan atau warna merah muda

yang dapat larut jika ditambahkan dengan NH4OH berlebih. Hasil

percobaan yang dilakukan didapat bahwa pada kedua sampel urine

Page 50: Percobaan III - Urine-Identifikasi Senyawa Dalam Urine

terbentuk endapan dan warna merah muda yang kemudian larut dengan

adanya penambahan NH4OH berlebih. Hal ini menandakan bahwa

dalam kedua sampel urine tersebut positif mengandung klorida.

Reaksi yang terjadi:

NaCl + HNO3 NaNO3 + HCl

HCl + AgNO3 AgCl + HNO3

AgCl + NH4OH [Ag(NH4OH)]+ + Cl-

(Martoharsono, 1993)

6.2.3 Tes Adanya Fosfat dan Kalsium

Percobaan ini bertujuan untuk mengidentifikasi adanya fosfat

dan kalsium dalam urine. Prinsip percobaan ini adalah reaksi

pengendapan. Uji positif adanya fosfat dalam urine ditandai dengan

terbentuknya endapan warna kuning. Sedangkan Uji positif adanya

kalsium adalah terbentuknya endapan atau larutan yang keruh. Pada

percobaan ini urine ditambah dengan larutan amonium hidroksida yang

berfungsi untuk membuat larutan bersifat alkalis. Kemudian larutan

tersebut dipanaskan untuk mempercepat reaksinya. Pada saat

pemanasan larutan tidak terbentuk endapan sehingga ujinya negatif

yang menandakan bahwa dalam kedua sampel urine tersebut tidak

mengandung fosfat dan kalsium.

Reaksi yang terjadi:

HPO42- + 12MoO4

2- + 3NH4+ + 23H+ (NH3)[P(Mo3O4)4] +

12H2O

Ca2+ + K2C2O4 CaC2O4 + 2K+

(Kusnawidjaya,1987)

Page 51: Percobaan III - Urine-Identifikasi Senyawa Dalam Urine

6.2.4 Tes Adanya Sulfat

Percobaan ini bertujuan untuk mengidentifikasi adanya sulfat dalam

urine. Prinsip percobaan ini adalah pengendapan ion sulfat. Uji positif

percobaan ini adalah terbentuknya endapan putih atau keruh pada

larutan. Pada percobaan ini kedua sampel urine ditambah dengan HCl

pekat dan BaCl2. Penambahan HCl pekat bertujuan untuk

mengkondisikan larutan dalam suasana asam. Sedangkan penambahan

BaCl2 bertujuan untuk mengendapkan ion SO42- menjadi BaSO4 yang

berwarna putih dan tidak larut.

Reaksi yang terjadi:

SO42- + 2H+ H2SO4

H2SO4 + BaCl2 BaSO4 + 2HCl

(Kusnawidjaya,1987)

Dari hasil percobaan didapat hasil bahwa pada kedua sampel urine baik

urine pria dan wanita mengandung sulfat yang ditandai dengan

terbentuknya endapan.

Page 52: Percobaan III - Urine-Identifikasi Senyawa Dalam Urine

VII. KESIMPULAN

7.1 Unsur-unsur yang terkandung dalam urine antara lain:

7.1.1 Senyawa Organik:

Ureum, gula pereduksi, kreatinin, asam urat dan garamnya,

keton dan protein.

7.1.2 Senyawa Anorganik

Amonia, klorida, fosfat dan kalsium serta sulfat

7.2 Identifikasi senyawa dalam urine bisa dilakukan dengan uji pemecahan

ureum oleh urease, uji gula pereduksi, uji adanya kreatinin dengan

percobaan JAFFE dan WEYL, tes adanya asam urat dan garamnya

yang menggunakan percobaan Muroksid dan reduksi perak

(SCHIFF), tes adanya senyawa keton, dan tes adanya protein untuk

uji senyawa Organik.

7.3 Identifikasi senyawa Anorganik dilakukan dengan Tes adanya amonia,

klorida, sulfat, fosfat dan kalsium

7.4 Dari hasil percobaan didapatkan bahwa:

7.4.1 Pemecahan ureum oleh urease pada kedua sampel urine didapat

uji positif.

7.4.2 Tes adanya gula pereduksi juga memberi uji positif pada kedua

sampel urine.

7.4.3 Tes adanya kreatinin pada percobaan JAFFE kedua sampel urine

menunjukkan uji positif mengandung kreatinin sedangkan pada

percobaan WEYL kedua sampel memberi uji negatif tidak

mengandung kreatinin.

Page 53: Percobaan III - Urine-Identifikasi Senyawa Dalam Urine

7.4.4 Tes adanya asam urat dan garamnya pada percobaan Muroksid

dan reduksi perak (SCHIFF) kedua sampel urine memberi uji

negatif.

7.4.5 Tes adanya senyawa keton dan tes adanya protein kedua sampel

urine memberi uji negatif.

7.4.6 Tes adanya amonia kedua sampel urine memberi uji negatif.

7.4.7 Tes adanya klorida dan tes adanya sulfat kedua sampel urine

memberi uji positif.

7.4.8 Tes adanya fosfat dan kalsium kedua sampel urine memberi uji

negatif.

Page 54: Percobaan III - Urine-Identifikasi Senyawa Dalam Urine

LAPORAN RESMI

PRAKTIKUM KIMIA IV

PERCOBAAN III

URINE : IDENTIFIKASI SENYAWA DALAM URINE

Disusun Oleh:

SINGGIH HERTATO J2C006050

SRI HARTATI J2C006051

TEDY HENDARWAN J2C006052

WEMPIE GRESSANGGA J2C006053

WIRNIA SINAR S J2C006054

YENI SETYANINGSIH J2C006055

YESI BUDI UTAMI J2C006056

JURUSAN KIMIA

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

UNIVERSITAS DIPONEGORO

SEMARANG

2008

Page 55: Percobaan III - Urine-Identifikasi Senyawa Dalam Urine

Daftar Pustaka

Alqasaimeh, Heng & Ahmad, A Urea from Stacked Sol-Gel Films with Immobilized

Nile Blue Chromoionophore and Urease Enzim, University Kebangsaan

Malaysia, Malaysia.

Anonim, 2008, Sistem Ekskresi pada Hewan Vertebrata, www.ilmupedia.com.

, 2008, Ginjal, www.wikipedia.com.

Arora, H., 2004, Dictionary of Chemistry, A.I.T.B.S Publisher and Distributors

(Regd.), Delhi.

Basri, S., 1996, Kamus Kimia, Rineka Cipta, Jakarta.

Bettelhem, 1995, Urinary Tract Infections, Definitions and Classification. Mosby

Year Book Inc, Missouri.

Daintith, J., 1990, Kamus Kimia Lengkap, Erlangga, Jakarta.

Harper, 1961, Review of Physiological Chemistry, Medical Publication, Canada.

Karaca,A., Baran,A., & Kaktanir, K., 1997, The Effect of Compaction on Urease

Enzyme Activity, Carbon Dioxide Evaluation and Nitrogen Mineralisation,

Ankara University, Faculty of Agriculture, Soil Science Department,

Ankara-TURKEY.

Kusnawidjaya, 1987, Biokimia, Alumni, Bandung.

Lee & Calhoun, 2003, Urease From Potentially Pathogenic Cocoid Isolate:

Purification, Characterization and Comparison to Other Microbial Urease,

Departement of Chemistry, City College of New York, New York.

Martoharsono, 1993, Biokimia Jilid 3, Universitas Gajah Mada Press, Yogyakarta.

Mulyono, 2001, Kamus Kimia, PT. Gramedia Pustaka Utama, Bandung.

Page 56: Percobaan III - Urine-Identifikasi Senyawa Dalam Urine

Pringgodigdo, A. G. 1973, Ensiklopedia Umum, Yayasan Para Buku Franklin,

Jakarta.

Soriano & Hausinger, 1999, GTP-Dependent Activation Of Urease Apoprotein in

Complex with the UreD, UreF, and UreG Accessory Proteins, Departement

of Microbiology and Biochemistry, USA.

Tauber & Kleiner, 1931, Studies on Cristalline Urease, Department of Physiological

Chemistry, New York Homeopathic Medical, New York.

Tim DepKes RI, 1994, Bakteriuri Infektif, Departemen Kesehatan RI, Jakarta.

Underwood, 1986, Quantitative Analysis, Prentice-Hall Inc, New York.

Page 57: Percobaan III - Urine-Identifikasi Senyawa Dalam Urine

LAMPIRAN

1.Senyawa organik dalam urine

1.1 Pemecahan ureum oleh urease

1. Apa fungsi penambahan tepung kedelai pada percobaan di atas?

Penambahan tepung kedelai pada percobaan di atas adalah sebagai sumber

enzim urease yang berfungsi memecah ureum menjadi urea

2. Tuliskan reaksi pemecahan ureum!

Reaksi pemecahan Ureum;

1.2 Tes adanya gula pereduksi

1. Tes gula pereduksi yang positif dalam urine menunjukkan adanya

kelainan/penyakit apa? Jelaskan!

Jika tes adanya gula pereduksi ini memberikan uji positif maka orang tersebut

menderita penyakit diabetes melitus (DM) karena kadar gula pada penderita

diabetes melitus dalam darah tinggi sehingga ikut tersekresi bersama urine.

2. Tuliskan reaksi antar gula pereduksi dengan reagen Benedict!

(Martoharsono, 1993)

Page 58: Percobaan III - Urine-Identifikasi Senyawa Dalam Urine

1.3 Tes adanya Kreatin

1. Apa yang dimaksud dengan keratin?

Kreatin adalah anhidrida dari keratin (asammetil guadmin asetat) yang banyak

dibentuk dalam obat dengan dehidrasi keratin fosfat yang non enzimatik dan

tidak reversible. Kreatinin merupakan konstituen dalam urine.

2. Tuliskan reaksi kimia pada percobaan di atas!

Reaksi pada Percobaan JAFFE

(Martoharsono, 1993)

Reaksi pada Percobaan WEYL

(Martoharsono, 1993)

Page 59: Percobaan III - Urine-Identifikasi Senyawa Dalam Urine

1.4 Tes adanya asam urat dan garamnya

1. Tuliskan rumus asam urat!

(Martoharsono, 1993)

2. Buatkan skema jalur metabolisme terbentuknya asam urat dalam tubuh manusia!

Skema jalur metabolisme terbentuknya asam urat dalam tubuh manusia;

(Martoharsono, 1993)

3. Apa pengaruh asam urat berlebih dalam tubuh manusia?

Adanya asam urat berlebih akan menyebabkan siklus urea terhambat

sehingga pembentukan urea dalam amoniak menjadi terhambat dan tubuh tidak

Page 60: Percobaan III - Urine-Identifikasi Senyawa Dalam Urine

dapat menerima diet berprotein tinggi. Asam amino yang melebihi batas dalam

jumlah tinggi akan menyebabkan koma sehingga bisa mematikan.

(Martoharsono, 1993)

4. Tuliskan reaksi yang terjadi pada percobaan di atas!

Percobaan Muroksid

(Martoharsono, 1993)

Percobaan Reduksi Perak (SCHIF)

2AgNO3 + Na2CO3 Ag + 2NaNO3 + CO3 + O2

(Kusnawidjaya, 1987)

1.5 Tes adanya senyawa keton (percobaan Rhotern)

1. Tuliskan rumus umum keton!

2. Berapa nilai kadar keton dalam urine normal?

Kadar keton dalam urine normal adalah 0,1 gram dalam sehari.

(Harper, 1961)

Page 61: Percobaan III - Urine-Identifikasi Senyawa Dalam Urine

3. Buatkan skema jalur metabolisme terbentuknya senyawa keton dalam tubuh

manusia!

Skema:

(Kusnawidjaya, 1987)

4. Tuliskan reaksi yang terjadi pada percobaan di atas!

(Kusnawidjaya, 1987)

1.6 Tes adanya Protein

1. Sebutkan jenis protein yang ada di dalam urine!

Jenis protein dalam urine adalah kreatinin, albumin dan globulin.

Page 62: Percobaan III - Urine-Identifikasi Senyawa Dalam Urine

(Harper, 1961)

2. Jelaskan reaksi yang terjadi pada percobaan di atas!

(Kusnawidjaya, 1987)

2. Senyawa anorganik dalam urine

2.1 Tes adanya amoniak

1. Jelaskan reaksi peruraian garam amonium menjadi ammonia pada percobaan di

atas!

Reaksi:

2NH4 + CO32- 2NH3 + CO2 + H2O

(Martoharsono, 1993)

2. Berapa jumlah kadar amoniak pada urine normal?

Jumlah amonia dalam urine normal adalah 0,7 gram perhari dalam bentuk

garam amonium yang terbentuk dalam ginjal

(Harper, 1961)

2.2 Tes adanya klorida

1. Apa fungsi penambahan HNO3 pekat pada percobaan di atas!

Fungsi penambahan HNO3 pekat adalah untuk menguraikan ikatan ionik

antara Cl- yang pada umumnya berikatan dengan Na+.

Page 63: Percobaan III - Urine-Identifikasi Senyawa Dalam Urine

2. Jelaskan asal ion Cl- dalam tubuh manusia!

Asal ion Cl- dalam tubuh manusia adalah dari makanan yang mengandung

mineral.

2.3 Tes Adanya Fosfat dan Kalsium

1. Tulis reaksi yang terjadi pada percobaan diatas!

HPO42- + 12MoO4

2- + 3NH4+ + 23H+ (NH3)[P(Mo3O4)4] + 12H2O

Ca2+ + K2C2O4 CaC2O4 + 2K+

(Kusnawidjaya,1987)

2. Apa yang mempengaruhi kadar PO4 3- dalam urine?

Yang mempengaruhi kadar PO4 3- dalam urine adalah banyaknya konsumsi

makanan yang mengandung garam. Sehingga kadar garam-garam dalam urine

termasuk PO4 3- menjadi terpengaruh.

2.4 Tes Adanya Sulfat

1. Tuliskan reaksi kimia percobaan diatas!

SO42- + 2H+ H2SO4

H2SO4 + BaCl2 BaSO4 + 2HCl

(Kusnawidjaya,1987)

2. Apa fungsi HCl dan BaCl2 dalam percobaan di atas?

Fungsi penambahan HCl pekat bertujuan untuk mengkondisikan larutan dalam

suasana asam. Sedangkan penambahan BaCl2 bertujuan untuk mengendapkan

ion SO42- menjadi BaSO4 yang berwarna putih dan tidak larut.