eliminasi urine dan fekal

42
BAB II PEMBAHASAN 1. Jelaskan anatomi fisiologi sistem urinaria ! Anatomi fisiologi system urinaria : Sistem urinaria terdiri dari dua ginjal yang memproduksi urine, dua ureter yang membawa urine ke dalam sebuah kandung kemih untuk penampungan sementara, dan uretra yang mengalirkan urine ke luar tubuh melalui orifisium uretra eksterna. i. Ginjal A. Fungsi ginjal - Pengeluaran zat sisa organic, seperti urea, asam urat, kreatinin, dan produk penguraian hemoglobin dan hormon. - Pengaturan konsentrasi ion-ion penting. Dalam hal ini ginjal mengekskresi ion Natrium, Kalium, Kalsium, Magnesium, Sulfat, dan Fosfat. Dimana ekskresi ion-ion ini seimbang dengan asupan ekskresinya melalui rute lain seperti pada saluran gastrointestinal atau kulit. - Pengaturan keseimbangan asam basa tubuh. Ginjal mengendalikan eksresi ion hydrogen (H+), bikarbonat (HCO3-), dan ammonium (NH4+), serta memproduksi urine asam atau basa tergantung kebutuhan tubuh. - Pengaturan tekanan darah. Ginjal memproduksi enzim renin yang merupakan komponen penting dalam mekanisme renin-angiotensi-aldosteron yang meningkatkan tekanan darah dan retensi air.

description

Sistem urinaria terdiri dari dua ginjal yang memproduksi urine, dua ureter yang membawa urine ke dalam sebuah kandung kemih untuk penampungan sementara, dan uretra yang mengalirkan urine ke luar tubuh melalui orifisium uretra eksterna.

Transcript of eliminasi urine dan fekal

Page 1: eliminasi urine dan fekal

BAB IIPEMBAHASAN

1. Jelaskan anatomi fisiologi sistem urinaria !

Anatomi fisiologi system urinaria :

Sistem urinaria terdiri dari dua ginjal yang memproduksi urine, dua ureter yang membawa urine ke dalam sebuah kandung kemih untuk penampungan sementara, dan uretra yang mengalirkan urine ke luar tubuh melalui orifisium uretra eksterna.

i. GinjalA. Fungsi ginjal- Pengeluaran zat sisa organic, seperti urea, asam urat, kreatinin, dan produk penguraian hemoglobin dan hormon.- Pengaturan konsentrasi ion-ion penting. Dalam hal ini ginjal mengekskresi ion Natrium, Kalium, Kalsium, Magnesium, Sulfat, dan Fosfat. Dimana ekskresi ion-ion ini seimbang dengan asupan ekskresinya melalui rute lain seperti pada saluran gastrointestinal atau kulit.- Pengaturan keseimbangan asam basa tubuh. Ginjal mengendalikan eksresi ion hydrogen (H+), bikarbonat (HCO3-), dan ammonium (NH4+), serta memproduksi urine asam atau basa tergantung kebutuhan tubuh.- Pengaturan tekanan darah. Ginjal memproduksi enzim renin yang merupakan komponen penting dalam mekanisme renin-angiotensi-aldosteron yang meningkatkan tekanan darah dan retensi air.- Pengaturan produksi sel darah merah. Ginjal melepas eritroprotein yang mengatur produksi eritrosit dalam sumsum tulang.- Pengeluaran zat beracun atau polutan, zat tambahan makanan, obat-obatan atau zat kimia asing.

B. Anatomi kasar ginjal- Tampilan Ginjal berbentuk seperti kacang berwarna merah tua dengan P x L x T kurang lebih yaitu 12 cm x 7 cm x 2 cm dan berat antara 120 – 150 gram.- LokasiGinjal terletak pada dinding abdomen posterior yang berdekatan dengan dua pasang tulang iga terakhir yang terletak di antara otot-otot punggung dan peritoneum rongga abdomen atas serta memiliki kelenjar adrenal di atasnya.Ginjal kanan terletak agak di bawah dibandingkan ginjal kiri karena terdapat hati pada bagian kanan.

Page 2: eliminasi urine dan fekal

- Jaringan ikat pembungkus Fasia renan, adalah pembungkus terluar untuk mempertahankan posisi ginjal. Lemak perirenal, adalah jaringan adipose. Kapsul fibrosa, adalah membrane halus yang transparan.

C. Struktur internal ginjal- Hilus atau hilum, adalah tingkat kecekungan tepi medial ginjal.- Sinus ginjal, adalah rongga berisi lemak yang membuka pada hilus.- Pelvis ginjal, adalah perluasan ujung proksimal ureter. Ujung ini berlanjut menjadi dua sampai tiga kaliks mayor (rongga yang mencapai glandular, bagian penghasil urine pada ginjal). Setiap kaliks mayor tersebut memiliki cabang sekitar 8 sampai 18 kaliks minor.

D. Struktur nefronSetiap ginjal memiliki 1 sampai 4 juta nefron yang merupakan unit pembentuk urine.- Glomerulus, merupakan gulungan kapilar yang dikelilingi oleh kapsul epitel Bowman.- Tubulus kontortusproksimal, panjangnya mencapai 15 mm dan sangat berliku. Pada permukaan yang menghadap lumen tubulus ini terdapat sel-sel epithelial kuboid yang kaya akan mikrovilus dan memperluas area permukaan lumen.- Ansa henle. Tubulus kontortus proksimal mengarah ke tungkai ansa henle yang masuk ke dalam medulla, membentuk lengkungan lepit yang tajam, dan membalik ke atas membentuk tungkai asenden ansa henle. - Tubulus kontortus distal, juga sangat berliku dengan panjang sekitar 5 mm.- Tubulus dan duktus pengumpul. Tubulus pengumpul membentuk duktus pengumpul yang berukuran besar dan lurus. Duktus pengumpul membentuk tuba yang lebih besar untuk mengalirkan urine ke dalam kaliks minor. Kaliks minor ini bermuara ke dalam pelvis ginjal melalui kaliks mayor. Dari pelvis ginjal, urine dialirkan ke ureter yang mengarah ke kandung kemih.

E. Pembentukan urine- Filtrasi glomerular, merupakan perpindahan cairan dan zat terlarut dari kapiler glomerular, dalam gradient tekanan tertentu ke dalam kapsul Bowman.

Membran kapilar glomerular lebih permaebel dibandingkan kapiler lain dalam tubuh sehingga filtrasi berjalan dengan sangat cepat.

Tekanan darah dalam kapiler glomerular lebih tinggi dibandingkan tekanan darah dalam kapiler lain karena diameter arteriol eferen lebih kecil dibandingkan diameter arteriol aferen.

Mekanisme filtrasi glomerular adalah dipengaruhi oleh tekanan hidrostatik (darah) glomerular yang mendorong cairan dan zat terlarut keluar dari darah dan masuk ke dalam kapsul Bowman.

Page 3: eliminasi urine dan fekal

Komposisi filtrate glomerular antara lain glukosa, klorida, natrium, kalium, fosfat, urea, asam urat, dan kreatinin. Sedangkan sel darah merah dan protein tidak difiltrasi.

- Reabsorpsi tubulusSebagian besar filtrate (99%) secara selektif diabsorpsi dalam tubulus ginjal.

Reabsorpsi ion natrium ditranspor secara pasif melalui difusi terfasilitasi. Reabsorpsi ion klor dan ion negative melalui difusi pasif. Reabsorpsi glukosa, fruktosa, dan asam amino digerakkkan melalui

kotranspor. Reabsorpsi air melalui osmosis yang bergerak bersama ion natrium. Reabsorpsi urea akibat difusi. Reabsorpsi ion anorganik lain, seperti kalium, kalsium, fosfat, dan sulfat

melalui transport aktif.- Sekresi tubulusMekanisme sekresi tubular merupakan proses aktif yang memindahkan zat untuk keluar dari darah dalam kapiler peritubular melewati sel-sel tubular menuju cairan tubular untuk dikeluarkan dalam urine. Zat-zat seperti ion hydrogen, kalium, ammonium, prodek akhir metabolic kreatinin dan asam fivufat serta obat-obatan tertentu (penisilin) secara aktif di ke dalam tubulus.Sehingga dapat dikatakan sekresi tubular ini merupakan suatu mekanisme yang penting untuk mengeluarkan zat-zat kimia asing yang tidak diinginkan.

ii. UreterAir kemih disekresi oleh ginjal, dialirkan ke vesika urinairia (kandung kemih) melalui ureter. Ureter berada pada kiri dan kanan kolumna vertebralis (tulang punggung) yang menghubungkan pelvis renalis dengan kandung kemih. Panjang ureter kurang lebih 30 cm dan berdiameter 0,5 cm. Uretra sebagian terletak dalam rongga perut (pars abdominalis) dan selanjutnya berjalan di dalam rongga panggul (pars pelvira). Otogenitis ureter termasuk berasal dari mesoderm, karena itu, ureter juga terletak pada retroperitonialis. Dinding utera terdiri atas tiga lapisan, yaitu lapisan mukosa, otot polos, dan jaringan fibrosa.

iii. Kandung kemih (Vesica urinaria)Aliran urine dari ginjal akan bermuara ke dalam kandung kemih (vesika urinaria). Kandung kemih merupakan kantong yang dapat menggelembung seperti balon karet, terletak di belakang simfisis pubis, di dalam rongga panggul. Bila terisi penuh, kandung kemih dapat terlihat sebagian ke luar dari rongga panggul. Kandung kemih berbentuk seperti kerucut. Bagian-bagiannya ialah verteks, fundus, dan korpus. Bagian verteks adalah bagian yang meruncing ke arah depan dan berhubungan dengan ligamentum vesiko umbilikale medius. Bagian fundus merupakan bagian yang menghadap ke arah belakang dan bawah. Bagian korpus berada di antara verteks

Page 4: eliminasi urine dan fekal

dan fundus. Bagian fundus terpisah dari rektum oleh spasium rektovesikula yang terisi oleh jaringan ikat, duktus deferens, vesikula seminalis. Dinding kandung kemih terdiri dari tiga lapisan otot polos dan selapis mukosa yang berlipat-lipat. pada diding belakang lapisan mukosa, terlihat bagian yang tidak berlipat, daerah ini disebut trigonum liestaudi.

iv. EretraPerkemihan (urinasi) bergantung pada inervasi parasimpatis dan simaraatis juga impuls saraf volunter.Pengeluaran urine ini membutuhkan kontraksi aktif otot detrusor.Bagian dari otot trigonum yang mengelilingi jalan keluar uretra berfungsi sebagai sflingter uretra internal yang terbentuk dari serabut otot rangka dari otot perineal transversa yang berada di bawah kendali volunter. Sedangkan, reflek perkemihan terjadi saat peregangan kandung kemih sampai sekitar 300 ml sampai 400 ml urine sehingga menstimulasi reseptor peregang pada dinding kandung kemih. Kemudian, impuls pada medulla spinalis dikirim ke otak yang selanjutnya menghasilkan impul parasimpatis yang menjalar melalui saraf splanknik pelvis ke kandung kemih.Reflek perkemihan ini menyebabkan konstraksi otot detrusor sehingga terjadi relaksasi sflingter interbal dan eksternal yang mengakibatkan pengosongan kandung kemih.

2. Jelaskan anatomi fisiologi sistem gastrointestinal !

System pencernaan terdiri dari saluran pencernaan (alimentar), yaitu tuba muscular panjang yang merentang dari mulut sampai anus dan organ-organ aksesoris, seperti gigi, lidah, kelenjar saliva, hati, kandung empedu, dan pancreas.

Fungsi system pencernaan:Fungsi utama system ini adalah untuk menyediakan makanan, air, dan elektrolit bagi tubuh dari nutrien yang dicerna sehingga siap untuk diabsorpsi. Proses pencernaan ini berlangsung secara mekanik dan kimiawi, dan melalui proses-proses berikut:- Ingesti, merupakan proses memasukkan makanan ke dalam mulut.- Pemotongan dan penggilingan makanan, yang dilakukan secara mekanik oleh gigi. Makanan tersebut kemudian bercampur dengan saliva sebelum ditelan.- Peristaltis, yaitu gelombang kontraksi otot polos involunter yang menggerakkan makanan tertelan melalui saluran pencernaan.- Digesti, merupakan hidrolisis kimia (penguraian) molekul besar menjadi molekul kecil sehingga siap untuk di absorpsi.- Absorpsi, merupakan pergerakan produk akhir pencernaan dari lumen saluran pencernaan ke dalam sirkulasi darah dan limfatik sehingga dapat digunakan oleh sel tubuh.

Page 5: eliminasi urine dan fekal

- Egesti (defekasi), merupakan proses eliminasi zat-zat sisa yang tidak tercerna, juga bakteri dalam bentuk feses dari saluran pencernaan.

Gambaran garis besar saluran pencernaan- Dinding saluran, yang tersusun dari empat lapisan jaringan dasar dari lumen (rongga sentral) ke arah luar, yaitu:a. Mukosa (membrane mukosa), yang tersusun dari tiga lapisan.1. Epitelium, berfungsi untuk perlindungan, sekresi, dan absorpsi.2. Lamina propria, merupakan jaringan ikat areoral untuk menopang epitelium yang mengandung pembuluh darah, limfatik, nodulus limfe, dan beberapa jenis kelenjar.3. Muskularis mukosa, yang terdiri lapisan sirkular dalam yang tipis dan lapisan otot polos longitudinal luar.b. Submukosa, terdiri dari jaringan ikat areolar yang mengandung pembuluh darah, pembuluh limfatik, beberapa kelenjar submukosal dan pleksus serabut saraf.c. Muskularis eksterna, yang terdiri dari dua lapisan otot, satu lapisan sirkular dalam dan satu lapisan longitudinal luar. Kontraksi lapisan sirkular mengkonstriksi lumen saluran dan kontraksi lapisan longitudinal memperlebar dan memperpendek lumen saluran. d. Serosa, lapisan ini terdiri dari membrane serosa.- Peritoneun, Masenterium, dan OmentumAbdominopelvis, adalah membran serosa terlebar dalam tubuh sebagai pembungkus organ.

Kendali saraf pada saluran pencernaanSistem saraf otak mengivervasi keseluruhan saluran pencernaan, kecuali ujung atas dan ujung bawah yang dikendalikan secara volunter.- Impuls parasimpatis, yang dihantarkan dalam saraf vagus (CN X), yang mengeluarkan efek stimulus pada tonus otot polos. Efek ini meliputi motilitas dan sekresi cairan pencernaan.- Impuls simpatis, yang dibawa oleh medulla spinalis dalam saraf splanknik, menghambat kontraksi otot polos saluran, mengurangi motalitas, dan menghambat sekresi cairan pencernaan.- Pleksus Meissner dan Auerbach, berfungsi untuk pengaturan kontraktil local dan aktifitas sekretori saluran.

I. Rongga Oral, Faring, dan Esofagus

A. Rongga oral, adalah jalan masuk menuju system pencernaan dan berisi organ aksesori yang berfungsi dalam proses awal pencernaan.1. Bibir,tersusun dari otot rangka (orbicularis mulut) dan jaringan ikat. Organ ini berfungsi untuk menerima makanan dan produksi wicara.2. Pipi, mengandung otot buksinator mastikasi.

Page 6: eliminasi urine dan fekal

3. Lidah, dilekatkan pada dasar mulut oleh frenulum lingua. Lidah berfungsi untuk menggerakkan makanan saat dikunyah atau ditelan.4. Kelenjar saliva, mensekresikan saliva ke dalam rongga oral. Saliva terdiri dari cairan encer yang mengandung enzim dan cairan kental yang mengandung mucus. Saliva mempunyai banyak fungsi, diantaranya untuk melarutkan makanan secara kimia, melembabkan dan melumasi makanan, mengurai zat tepung menjadi polisakarida dan maltose, serta menekskresikan zat buangan seperti asam urat dan urea.5. Gigi, berfungsi untuk proses mastikasi (pengunyahan) makanan yang masuk ke dalam mulut yang kemudian dipotong-potong menjadi bagian kecil-kecil dan bercampur dengan saliva untuk membentuk bolus makanan yang dapat ditelan.

B. Proses menelan (deglutisi) menggerakkan makanan dari faring menuju esophagusBolus makanan dalam faring merangsang reseptor orofaring yang mengirim impuls ke pusat menelan dalam medulla dan batang otak bagian bawah.Refleks yang terjadi adalah penutupan semua lubang kecuali esophagus sehingga makanan bisa masuk.

C. EsofagusSfingter esophagus bawah, suatu area sempit otot polos pada ujung bawah esophagus dalam kontraksi tonus yang konstan, berelaksasi setelah melakukan gelombang peristaltic sehingga memungkinkan makanan terdorong ke dalam lambung.

II. Lambung

A. AnatomiLambung adalah organ yang berbentuk J, terletak pada bagian superior kiri rongga abdomen di bawah diafragma.Bagian jantung lambung adalah area di sekitar pertemuan esophagus dan lambung.Fundus adalah bagian yang menonjol ke sisi kiri atas mulut esophagus.Badan lambung adalah bagian yang terdilatasi di bawah fundus, yang menbentuk dua pertiga bagian lambung.Bagian pylorus lambung menyempit di ujung bawah lambung dan membuka ke duodenum.

B. Fungsi lambung1. Menyimpanan makanandengan kapasitas lambung normal yang memungkinkan adanya interval waktu antara saat makan dan kemampuan untuk menyimpan makanan dalam jumlah besar sampai makanan ini dapat terakomodasi di bagian bawah saluran.2. Memproduksi kimia, yaitu massa homogen setengah cair dengan kadar asam yang tinggi yang berasal dari bolus yang kemudian didorong ke dalam duodenum.3. Digesti protein melalui sekresi tripsin dan asam klorida.

Page 7: eliminasi urine dan fekal

4. Memproduksi mucus yang dihasilkan dari kelenjar yang membentuk barrier setebal 1 mm untuk melindungi lambung terhadap aksi pencernaan dari sekresinya sendiri.5. Mengabsorpsi nutrient yang berlangsung dalam lambung dalam jumlah yang sedikit. Beberapa obat yang larut lemak (aspirin) dan alcohol diabsorpsi pada dinding lambung.

C. Sekresi lambungKelenjar pada lambung mensekresikan berbagai zat dan enzim-ehonzim pencernaan, seperti pepsinogen, lipase, renin lambung, serta mukus. Sekresi lambung ini melalui tiga tahap, yaitu:1. Tahap sefalik, yaitu terjadi sebelum makanan sampai ke lambung karena sekresi lambung dapat dirangsang dengan masuknya makanan ke dalam mulut atau tambilan, bau, serta pikiran tentang makanan. 2. Tahap lambung, terjadi saat makanan sampai ke lambung. Serabut aferen menjalar ke medulla melalui saraf vagus menuju kelanjar lambung untuk menstimulasi produksi HCl, enzim-enzim pencernaan, dan gastrin. Asam amino dan ptotein dalam makanan yang separuh tercerna dan zat kimia (alcohol dan kafein) juga meningkatkan sekresi lambung.3. Tahap usus, terjadi setelah kimus meningggalkan lambung dan memasuki usus halus. Sekresi lambung distimulasi oleh sekresi gastrin duodenum sedangkan sekresi lambung dihambat oleh hormone-hormon polipeptida yang dihasilkan duodenum.

D. Digesti dalam lambung1. Digesti proteinPepsinogen yang disekresi oleh sel chief di ubah menjadi pepsin oleh asam klorida yang disekresi oleh sel parietal. Pepsin merupakan enzim yang hanya dapat bekerja dengan pH di bawah 5. Enzim ini menghidrolisis protein menjadi polipeptida. Sedangkan lambung janin memproduksi renin, yaitu enzim yang mengkoagulasi protein susu, dan menguraikannya untuk membentuk dadih.2. LemakLipase lambung yang disekresi oleh sel chief menghidrolisis lemak susu menjadi asam lemak dan gliserol.3. KarbohidratLambung tidak mensekresi enzim untuk mencerna karbohidrat tetapi amilase dalam saliva menghidrolisis zat tepung yang bekerja pada pH netral. Enzim ini terbawa bersama bolus dan tetap bekerja dalam lambung.E. Kendali pada pengosongan lambungPengosongan distimulasi secara reflex untuk merespon terhadap peregangan lambung, pelepasan gastrin, kekentalan kimus, dan jenis makanan. Karbohidrat dapat

Page 8: eliminasi urine dan fekal

masuk dengan cepat, protein lebih lambat, dan lemak tetap berada dalam lambung selama 3 sampai 6 jam.

III. Usus HalusA. Gambaran umumKeseluruhan usus halus adalah tuba terlilit yang merentang dari sfingter pilorus sampai ke katup ileosekal yang tempatnya menyatu dengan usus besar. Diameter usus halus kurang lebih 2,5 cm dan panjangnya 3-5 m. Dalam usus halus terdapat tiga spesialisasi structural yang memperluas permukaan absorptive, yaitu plicae circulares (lipatan sirkular membrane mukosa yang mengitari lumen), vili (jutaan tonjolan yang menyerupai jari dengan tinggi 0,2 – 1,0 mm), dan mikrovili (lipatan-lipatan menonjol kecil pada membrane sel). Juga terdapat kelenjar yang menghasilkan enzim, hormone, dan mukus.

B. Divisi1. Duodenum, adalah bagian yang terpendek (25 cm -30 cm). Duktus empedu dan duktus pancreas, keduanya membuka ke dinding posterior duodenum beberapa centimeter di bawah mulut pylorus.2. Yeyenum, adalah bagian yang selanjutnya dengan panjang sekitar 1 - 1,5 m.3. Ileum, dengan panjang 2 - 2,5 meter yang merentang sampai menyatu dengan usus besar.

C. MotilitasGerakan usus halus yang mencampur isinya dengan enzim untuk pencernaan.Motalitas ini meliputi segmentasi irama dan peristaltis. Segmentasi irama merupakan gerakan pencampuran utama dengan melakukan gerakan secara konstriksi dan relaksasi yang bergantian sehingga dapat mendorong kimus untuk bergerak maju mundur dari satu segmen ke segmen lain. Sedangkan peristaltis adalah konstriksi ritmik otot polos longitudinal dan sirkular yang merupakan daya dorong utama yang menggerakkna kimus kea rahbawah di sepanjang saluran.

D. Fungsi usus halusUsus halus mengakhiri proses pencernaan makanan yang dimulai dari mulut dan lambung. Proses ini diselesaikan oleh enzim usus dan enzim pancreas serta dibantu oleh empedu dalam hati.

E. Pankreas, hati, dan kandung empedu1. PankreasSel-sel endokrin (pulau-pulau Langerhans) pancreas mensekresi hormone insulin dan glucagon. Cairan pancreas sendiri mengandung enzim-enzim seperti protease (menghasilkan asam amino bebas), lipase (menghidrolisis lemak menjadi asam lemak

Page 9: eliminasi urine dan fekal

dan gliserol), dan amylase (menghidrolisis zat tepung yang tidak tercerna oleh amylase saliva menjadi disakarida, seperti maltose, sukrosa, dan laktosa).2. HatiHati adalah organ yang terletak di bawah kerangka iga dengan berat 1.500 g dan berwarna merah tua pada kondisi hidup karena kaya akan persediaan darah yang dibagi menjadi dua bagian, yaitu lobus kanan dan lobus kiri. Secara umum, hati memproduksi empedu yang berperan dalam emulsifikasi dan absorpsi lemak, meyimpan glukosa dalam bentuk glikogen dan mengubahnya kembali menjadi glukosa jika diperlukan tubuh, serta untuk menyimpan mineral, seperti zat besi dan tembaga, serta vitamin larut lemak (A, D, E, dan K).3. Kandung empeduKandung empedu adalah kantong muskural hijau menyerupai pir dengan panjang 10 cm yang mempunyai kapasitas kurang lebih 30 ml sampai 60 ml. kandung empedu menyimpan cairan empedu yang secara terus-menerus disekresi oleh sel-sel hati, sampai diperlukan dalam duodenum.

F. Absorpsi dalam usus halusEnzim-enzim usus, diantaranyaenterokinase (mengaktivasi tripsinogen pancreas menjadi tripsin, yang kemudian menguraikan protein dan peptide menjadi peptide yang lebih kecil), amylase usus (menghidrolisis zat tepung menjadi disakarida), maltase, lactase, dan sukrase(memecah disakarida maltose, laktosa, dan sukrosa menjadi monosakarida) melengkapi proses pencernaan kimus sehingga produk tersebut dapat langsung dan dengan mudah terserap. Dalam usus juga terjadi proses absorpsi karbohidrat, ptotein, lemak, air, elektrolit, dan vitamin.

IV. Usus BesarBegitu materi dalam saluran pencernaan masuk ke usus besar, sebagian besar nutrient telah dicerna dan diabsorpsi sehingga hanya menyisakan zat-zat yang tidak tercerna. Usus besar tidak memiliki vili, tidak memiliki lipatan-lipatan sirkular, diameternya lebih lebar, lebih pendek, dan daya regangnya lebih besar dibandingkan usus halus. Usus besar terdiri atas sekum (kantong tertutup di bawah area ileosekal), kolon (kolon asenden yang merentang dari sekum sampai ke tepi bawah hati di sebelah kanan dan membalik secara horizontal pada flrksura hepatica, kolon transversa yang merentang menyilang abdomen di bawah hati dan lambung sampai ke tepi lateral ginjal kiri dan memutar ke bawah pada fleksura aplenik), dan rectum, yaitu bagian saluran pencernaan selanjutnya dengan panjang 12 sampai 13 cm yang berakhir pada saluran anal dan membuka ke eksterior di anus.Usus besar mengabsorpsi 80% sampai 90% air dan elektrolit dari kimus yang tersisa dan mengubah kimus dari cairan menjadi massa semi padat yang kemudian diekskresikan dalam bentuk feses. Sepertiga meteri padatnya adalah bakteri dan sisanya yang 2% sampai 3% adalah nitrogen, zat sisa organic dan anorganik dari

Page 10: eliminasi urine dan fekal

sekresi pencernaan, serta mukus dan lemak. Feses juga mengandung sejumlah serat dan selulosa yang tidak tercerna.Warna coklatnya berasal dari pigmen empedu dan baunya berasal dari kerja bakteri.

3. Identifikasi gangguan atau masalah kesehatan apa yang bisa terjadi pada kebutuhan eliminasi urin dan fekal !

Masalah pada pola berkemih/eliminasi urin :1. Perubahan eliminasi urine Meskipun produksi urine normal, ada sejumlah faktor atau kondisi yang dapat memengaruhi eliminasi urine. Beberapa perubahan yang terjadi pada pola eliminasi urine akibat kondisi tersebut antara lain inkontinensia, retensi, enuresis, frekuensi, urgensi, dan disuria.

A. Inkontinensia urine. Inkontinensia urine adalah kondisi ketika dorongan berkemih tidak mampu dikontrol oleh sfingter eksternal. Sifatnya biasa menyeluruh ( inkontinensia komplet ) atau sebagian ( inkontinensia parsial ) ada lima jenis inkontinensia, yakni inkontinensia fungsional, inkontinensia overflow (refleks), inkontinensia stres, inkontinensia urgensi, dan inkontinensia total.

Inkontinensia fungsional adalah involunter, jalan kelua urine tidak dapat diperkirakan pada klien yang sistem saraf dan sistem perkemihannya tidak utuh. Penyebab dari inkontinensia ini yaitu perubahan lingkungan, defisit sensorik, kognitif, atau mobititas. Gejala yang ditimbulkan seperti mendesaknya keinginan untuk berkemih menyebabkan urine keluar sebelum mencapai tempat yang sesuai. Klien yang mengalami perubahan kognitif mungkin telah lupa mengenai apa yang ia harus lakukan.

Inkontinensia overflow (refleks) adalah keluarnya urine secara involunter terjadi pada jarak waktu tertentu yang telah diperkirakan jumlah urine dapat banyak atau sedikit. Overflow ini disebabkan karena terhambatnya berkemih akibat efek anestesi atau obat-obatan, disfungsi medulla spinalis ( baik gangguan pada kesadaran serebral atau kerusakan arkus refleks ). Gejalanya seperti tidak menyadari bahwa kandung kemihnya sudah terisi, kurangnya urgensi untuk berkemih, kontraksi spasme kandung kemih yang tidak di cegah.

Inkontinensia stres adalah peningkatan tekanan intraabdomen yang menyebabkan merembesnya sejumlah kecil urine. Penyebabnya dikarenakan batuk, tertawa, muntah, atau mengangkat sesuatu saat kandung kemih penuh, obesitas, uterus yang penuh pada trimester ketiga, jalan keluar pada kandung kemih yang tidak kompeten, lemahnya otot panggul. Gejalanya seperti keluarnya urine pada saat tekanan inraabdomen meningkat, urgensi dan sering berkemih.

Page 11: eliminasi urine dan fekal

Inkontinensia urgensi adalah pengeluaran urine yang tidak disadari setelah merasakan adanya urgensi yang kuat untuk berkemih. Penyebabnya karena daya tampung kandung kemih menurun, iritasi pada reseptor peregang kandung kemih, konsumsi alkohol atau kafein, peningkatan asupan cairan, infeksi. Gejala yang terjadi yaitu urgensi berkemih, sering disertai oleh tingginya frekueni berkemih (lebih sering dari dua jam sekaligus), spesme kandung kemih atau kontraktur berkemih dalam jumlah kecil (kurang dari 100 ml) atau dalam jumlah besar (lebih dari 500 ml).

Inkontinensia total adalah keluarnya urine total yang tidak terkontrol dan yang berkelanjutan. Disebabkan karena neuropati saraf sensorik, trauma atau penyakit pada saraf spinalis atau sfingter uretra, fistula yang berada di antara kandung kemih dan vagina. Gejalanya urine tetap mengalir pada waktu-waktu yang tidak dapat diperkirakan, nokturia, tidak menyadari bahwa kandung kemihnya terisi atau inkontinensia

B. Retensi urine. Retensi urine adalah kondisi tertahannya urine di kandung kemih akibat terganggunya proses pengosongan kandung kemih sehingga kandung kemih menjadi regang. Kondisi ini disebabkan oleh obstruksi ( mis, hipertrofi prostat), pembedahan, otot sfingter yang kuat, peningkatan tekanan uretra akibat otot detrusor yang lemah.

C. Enuresis (mengompol). Enuresis adalah peristiwa berkemih yang tidak disadari pada anak yang usianya melampaui batas usia normal kontrol kandung kemih seharusnya tercapai. Enuresis lebih banyak terjadi anak-anak dimalam hari (enuresis nokturnal). Faktor penyebabnya antara lain apasitas kandung yang kurang dari normal, infeksi saluran kemih, konsumsi makanan yang banyak mengandung garam dan mineral, takut keluar malam, dan gangguan pola miksi.

D. Sering berkemih (frekuensi). Sering berkemih (frekuensi) adalah meningkatnya frekuensi berkemih tanpa disertai peningkatan asupan cairan. Kondisi ini biasanya terjadi pada wanita hamil ( tekanan rahim pada kandung kemih ), kondisi stres, dan infeksi saluran kemih.

E. Urgensi. Urgensi adalah perasaan yang saat kuat untuk berkemih. Ini biasanya terjadi pada anak-anak karena kemampuan kontrol sfingter mereka yang lemah. Gangguan ini biasanya muncul pada kondisi stres psikologi dan iritasi uretra.

F. Disuria. Disuria adalah rasa nyeri dan kesulitan saat berkemih. Ini biasanya terjadi pada kasus infeksi uretra, infeksi saluran kemih, trauma kandung kemih.

2. Perubahan produksi urine

Page 12: eliminasi urine dan fekal

Selain perubahan eliminasi urine, masalah lain yang kerap dijumpai pada pola berkemih adalah perubahan produksi urine. Perubahan tersebut meliputi poliuria, oliguria, dan anuria.

A. Poliuria adalah produksi urine yang berlebihan batas normal tanpa disertai peningkatan asupan cairan. Kondisi ini dapat terjadi pada penderita diabetes, ketidakseimbangan hormonal (mis, ADH) dan nefritis kronik. Pliuria dapat menyebabkan kehilangan cairan yang berlebihan yang mengarah pada dehidrasi.

B. Oliguria dan anuria. Oliguria adalah produksi urine yang rendah, yakni 100-500 ml/ 24 jam. Kondisi ini bisa disebabkan oleh asupan cairan yang sedikit atau pengeluaran cairan yang abnormal, dan terkadang ini mengindikasikan gangguan pada aliran darah menuju ginjal. Sedangkan anuria adalah produksi urine kurang dari 100ml/ 24 jam.

Gangguan kesehatan yang terjadi pada kebutuhan eliminasi fekal, adalah:1. Konstipasi Konstipasi adalah penurunan frekuensi defekasi, yang diikuti oleh pengeluaran feses

yang lama atau keras dan kering. Adanya upaya mengedan saat defekasi adalah suatu tanda yang terkait dengan konstipasi. Selain itu pengeluaran feses yang kering dan keras juga dapat menimbulkan rasa nyeri pada rektum. Defekasi hanya setiap 4 hari atau lebih dianggap tidak normal. Penyebab umum terjadinya konstipasi, diantaranya:a. Kebiasaan defekasi yang tidak teratur dan mengabaikan keinginan untuk defekasib. Kebiasaan mengkonsumsi diet rendah seratdalam bentuk lemak hewani dan

asupan cairan yang rendahc. Kurangnya olahraga yang teraturd. Penggunaan obat penenang, diuretik dan obat-obat antiparkinson

2. Impaksi feses Impaksi feses adalah kumpulan feses yang mengeras, mengendap di dalam rectum

dan tidak dapat dikeluarkan. Impaksi feses merupakan akibat dari konstipasi yang tidak diatasi. Tanda dari impaksi yang jelas ialah ketidakmampuan untuk mengeluarkan feses selama beberapa hari, meskipun terdapat keinginan untuk melakukan defekasi. Selain itu kehilangan nafsu makan, distensi dank ram abdomen serta nyeri di rectum dapat menyertai impaksi.

3. Diare Diare adalah peningkatan jumlah feses dan peningkatan pengeluaran feses yang cair

dan tidk berbentuk. Iare merupakan gejala gangguan yang mempengaruhi proses pencernaan, absorpsi dan sekresi dalam saluran gastrointestinal. Isi usus terlalu cepat keluar melalui usus sehingga absorpsi cairan menjadi tidak dapat berlangsung, akibatnya feses menjadi lebih encer. Banyak kondisi yang bisa menyebabkan diare,

Page 13: eliminasi urine dan fekal

diantaranya stress emosional, infeksi usus, alergi makanan, intoleransi makanan serta penggunaan obat-obatan.

4. Inkontinensia feses Inkontinensia feses adalah ketidakmampuan mengontrol keluarnya feses dan gas dari

anus. Inkontinensia bisa disebabkan oleh kondisi fisik yang merusak fungsi atau control sfingter anus. Selain itu seringnya defekasi, feses encer dan mengandung air, serta volumenya banyak juga bisa mengakibatkan terjadinya inkontinensia.

4. Jelaskan faktor-faktor yang mempengaruhi eliminasi urin dan fekal !

Faktor-faktor yang memengaruhi eliminasi urin adalah :1.Diet dan Asupan (intake)Jumlah dan tipe makanan merupakan faktor utama yang memengaruhi output urine (jumlah urine). Protein dapat menentukan jumlah urine yang dibentuk. Selain itu, juga dapat meningkatkan pembentukan urine.2.Respons Keinginan Awal untuk BerkemihKebiasaan mengabaikan keinginan awal untuk berkemih dapat menyebabkan urine banyak tertahan di dalam urinaria sehingga memengaruhi ukuran vesika urinaria dan jumlah urine.3. Gaya HidupPerubahan gaya hidup dapat memengaruhi pemenuhan kebutuhan eliminasi dalam kaitannya terhadap tersedianva fasilitas toilet.4. Stres PsikologisMeningkatnya stres dapat mengakibatkan meningkatnya frekuensi keinginan berkemih. Hal ini karena meningkatnya sensitivitas untuk keinginan berkemih dan jumlah urine yang diproduksi.5. Tingkat AktivitasEliminasi urine membutuhkan tonus otot vesika urinaria yang baik untuk fungsi sfingter. Hilangnya tonus otot vesika urinaria menyebabkan kemampuan pengontrolan berkemih menurun dan kemampuan tonus otot didapatkan dengan beraktivitas.6.Tingkat PerkembanganTingkat pertumbuhan dan perkembangan juga dapat memengaruhi pola berkemih. Hal tersebut dapat ditemukan pada anak, yang lebih memiliki mengalami kesulitan untuk mengontrol buang air kecil. Namun dengan usia kemampuan dalam mengontrol buang air kecil7. Kondisi PenyakitKondisi penyakit dapat memengaruhi produksi urine, seperti diabetes melitus.8. Sosiokultural

Page 14: eliminasi urine dan fekal

Budaya dapat memengaruhi pemenuhan kebutuhan eliminasi urine, seperti adanya kultur pada masyarakat tertentu yang melarang untuk buang air kecil di tempat tertentu.9. Kebiasaan SeseorangSeseorang yang memiliki kebiasaan berkemih di mengalamikesulitan untuk berkemih dengan melalui urineal/pot urine bila dalam keadaan sakit.10. Tonus OtotTonus otot yang memiliki peran penting dalam membantu proses berkemih adalah otot kandung kemih, otot abdomen dan pelvis. Ketiganya sangat berperan dalam kontraksi pengontirolan pengeluaran urine.11. PembedahanEfek pembedahan dapat menyebabkan penurunan pemberian obat anestesi menurunkan filtrasi glomerulus yang dapat jumlah produksi urine karena dampak dari12. PengobatanPemberian tindakan pengobatan dapat berdampak pada terjadinya peningkatan atau penurunan -proses perkemihan. Misalnya pemberian diure;tik dapat meningkatkan jumlah urine, sedangkan pemberian obat antikolinergik dan antihipertensi dapat menyebabkan retensi urine.13. Pemeriksaan DiagnostikPemeriksaan diagnostik ini juga dap'at memengaruhi kebutuhan eliminasi urine, khususnya prosedur-prosedur yang berhubungan dengan tindakan pemeriksaan saluran kemih seperti IVY (intra uenus pyelogram), yang dapat membatasi jumlah asupan sehingga mengurangi produksi urine. Se;lain itu tindakan sistoskopi dapat menimbulkan edema lokal pada uretra yang dapat mengganggu pengeluaran urine.

Faktor-faktor yang memengaruhi eliminasi fekal adalah :1. UsiaPada bayi, kontrol defekasi belum berkembang dengan baik. Sedangkan pada lansia, kontrol defekasi menurun seiring dengan berkurangnya kemampuan fisiologis sejumlah organ.2. DietIni bergantung pada kualitas, frekuensi, dan jumlah makanan yang dikonsumsi. Sebagai contoh, makanan berserat akan mempercepat produksi feses. Secara fisiologis, banyaknya makanan yang masuk ke dalam tubuh juga berpengaruh terhadap keinginan defekasi.3. Asupan cairanAsupan cairan yang kurang akan menyebabkan feses lebih keras. Ini karena jumlah absorpsi cairan di kolon meningkat.4. Tonus otot

Page 15: eliminasi urine dan fekal

Tonus otot terutama abdomen yang ditunjang dengan aktivitas yang cukup akan membantu defekasi. Gerakan peristaltik akan memudahkan materi feses bergerak di sepanjang kolon.5. Faktor psikologisPerasaan cemas atau takut akan memengaruhi peristaltik atau motilitas usus sehingga dapat menyebabkan diare.6. Kebiasaan pribadiKebiasaan eliminasi pribadi memengaruhi fungsi usus. Kebanyakan individu merasa lebih mudah melakukan defekasi di kamar mandi mereka sendiri pada waktu yang paling efektif dan paling nyaman bagi mereka. 7. PengobatanBeberapa jenis obat dapat menimbulkan efek konstipasi. Laksatif dan katartik dapat melunakkan feses dan meningkatkan peristaltik. Akan tetapi, jika digunakan dalam waktu lama, kedua obat tersebut dapat menurunkan tonus usus sehingga usus menjadi kurang responsif terhadap stimulus laksatif. Obat-obat lain yang dapat mengganggu pola defekasi antara lain analgesik narkotik, opiat, dan antikolinergik. 8. Kerusakan sensorik dan motorikKerusakan pada medula spinalis dan cedera di daerah kepala akan mengakibatkan penurunan stimulus sensorik untuk defekasi.9. Gaya hidupAktivitas harian yang dilakukan, bowel training pada saat kanak-kanak, atau kebiasaan menahan buang air besar.10. Posisi saat defekasiPosisi jongkok merupakan posisi yang paling sesuai untuk defekasi. Posisi tersebut memungkinkan individu mengerahkan tekanan intraabdomen dan mengerutkan otot pahanya sehingga memudahkan proses defekasi.11. NyeriNormalnya, defekasi tidak menimbulkan nyeri. Akan tetapi, pada kondisi tertentu (hemoroid, bedah rektum, melahirkan) defekasi dapat menyebabkan nyeri. Akibatnya, klien seringkali menekan keinginannya untuk defekasi. Lama kelamaan, kondisi ini dapat menyebabkan konstipasi.12. KehamilanKonstipasi adalah masalah yang umum ditemui pada trimester akhir kehamilan. Seiring bertambahnya usia kehamilan, ukuran janin dapat menyebabkan obstruksi yang akan menghambat pengeluaran feses. Akibatnya, ibu hamil seringkali mengalami hemoroid permanen karena seringnya mengedan saat defekasi. 13. Pembedahan dan anestesiPemberian anestesi saat pembedahan dapat menghambat atau menghentikan aktiitas peristaltik untuk sementara waktu. Kondisi ini umumnya berlangsung antara 24 jam dan 48 jam yang disebut dengan ileus paralitik. 14. Pemeriksaan diagnostik

Page 16: eliminasi urine dan fekal

Pemeriksaan diagnostik tertentu, khususnya yang ditujukan untuk melihat struktur saluran pencernaan, mengharuskan dilakukannya pengosongan lambung (misalnya, dengan enema atau katartik). Tindakan ini dapat mengganggu pola eliminasi sampai klien dapat makan dengan normal. Selain itu, prosedur prosedur pemeriksaan dengan menggunakan barium dapat menyebabkan masalah tambahan. Sisa barium yang tertinggal di saluran pencernaan akan mengeras dan menyebabkan impaksi usus.

Kasus ASeorang Bapak (50 tahun) datang ke Rumah Sakit dengan keluhan : kesulitan berkemih, terasa panas dan nyeri saat berkemih. Setelah dilakukan pemeriksaan ternyata Klien didiagnosis dengan BPH (Benigna Prostat Hiperplasia)1. Identifikasi pengkajian keperawatan apa saja yang perlu dilakukan pada

kasus di atas !

Pengkajian:

1. Pemeriksaan Fisik Dilakukan dengan pemeriksaan tekanan darah, nadi dan suhu. Nadi dapat

meningkat pada keadaan kesakitan pada retensi urin akut, dehidrasi sampai syok pada retensi urin serta urosepsis sampai syok - septik.

Pemeriksaan abdomen dilakukan dengan tehnik bimanual untuk mengetahui adanya hidronefrosis, dan pyelonefrosis. Pada daerah supra simfiser pada keadaan retensi akan menonjol. Saat palpasi terasa adanya ballotemen dan klien akan terasa ingin miksi. Perkusi dilakukan untuk mengetahui ada tidaknya residual urin.

2. Pemeriksaan Laboratorium Pemeriksaan darah lengkap, faal ginjal, serum elektrolit dan kadar gula

digunakan untuk memperoleh data dasar keadaan umum klien. Pemeriksaan urin lengkap dan kultur. PSA (Prostatik Spesific Antigen) penting diperiksa sebagai kewaspadaan

adanya keganasan

2. Masalah keperawatan apa yang mungkin muncul dari kasus di atas !

Diagnosa keperawatan

Diagnosa keperawatan yang mungkin timbul adalah sebagai berikut :

Pre Operasi :

Page 17: eliminasi urine dan fekal

1). Obstruksi akut / kronis berhubungan dengan obstruksi mekanik, pembesaran prostat,dekompensasi otot destrusor dan ketidakmapuan kandung kemih unmtuk berkontraksi secara adekuat.

2). Nyeri ( akut ) berhubungan dengan iritasi mukosa buli – buli, distensi kandung kemih, kolik ginjal, infeksi urinaria.

3). Resiko tinggi kekurangan cairan berhubungan dengan pasca obstruksi diuresis.. 4). Ansietas berhubungan dengan perubahan status kesehatan atau menghadapi

prosedur bedah5). Kurang pengetahuan tentang kondisi ,prognosis dan kebutuhan pengobatan

berhubungan dengan kurangnya informasiPost Operasi :1) Nyeri berhubungan dengan spasmus kandung

kemih dan insisi sekunder pada TUR-P2) Resiko tinggi infeksi berhubungan dengan prosedur

invasif: alat selama pembedahan, kateter, irigasi kandung kemih sering.3) Resiko tinggi cidera: perdarahan berhubungan

dengan tindakan pembedahan 4) Resiko tinggi disfungsi seksual berhubungan

dengan ketakutan akan impoten akibat dari TUR-P.5) Kurang pengetahuan: tentang TUR-P berhubungan

dengan kurang informasi6) Gangguan pola tidur berhubungan dengan nyeri

sebagai efek pembedahan

3. Tindakan keperawatan apa yang bisa dilakukan berdasarkan kasus di atas !

Perencanaan

1. Sebelum Operasia. Obstruksi akut / kronis berhubungan dengan obstruksi mekanik,

pembesaran prostat,dekompensasi otot destrusor dan ketidakmapuan kandung kemih untuk berkontraksi secara adekuat.1) Tujuan : tidak terjadi obstruksi3) Kriteria hasil :

Berkemih dalam jumlah yang cukup, tidak teraba distensi kandung kemih4) Rencana tindakan dan rasional

1. Dorong pasien untuk berkemih tiap 2-4 jam dan bila tiba-tiba dirasakan.

R/ Meminimalkan retensi urina distensi berlebihan pada kandung kemih2. Observasi aliran urina perhatian ukuran dan kekuatan

pancaran urina

Page 18: eliminasi urine dan fekal

R / Untuk mengevaluasi ibstruksi dan pilihan intervensi3. Awasi dan catat waktu serta jumlah setiap kali berkemih

R/ Retensi urine meningkatkan tekanan dalam saluran perkemihan yang dapat mempengaruhi fungsi ginjal

4. Berikan cairan sampai 3000 ml sehari dalam toleransi jantung.R / Peningkatkan aliran cairan meningkatkan perfusi ginjal serta membersihkan ginjal ,kandung kemih dari pertumbuhan bakteri

5. Berikan obat sesuai indikasi ( antispamodik)R/ mengurangi spasme kandung kemih dan mempercepat penyembuhan

b. Nyeri ( akut ) berhubungan dengan iritasi mukosa buli – buli, distensi kandung kemih, kolik ginjal, infeksi urinaria.1). Tujuan

Nyeri hilang / terkontrol.2). Kriteria hasil

Klien melaporkan nyeri hilang / terkontrol, menunjukkan ketrampilan relaksasi dan aktivitas terapeutik sesuai indikasi untuk situasi individu. Tampak rileks, tidur / istirahat dengan tepat.

3). Rencana tindakan dan rasionala) Kaji nyeri, perhatikan lokasi, intensitas ( skala 0 -

10 ).R / Nyeri tajam, intermitten dengan dorongan berkemih / masase urin

sekitar kateter menunjukkan spasme buli-buli, yang cenderung lebih berat pada pendekatan TURP ( biasanya menurun dalam 48 jam ).

b) Pertahankan patensi kateter dan sistem drainase. Pertahankan selang bebas dari lekukan dan bekuan.R/ Mempertahankan fungsi kateter dan drainase sistem, menurunkan

resiko distensi / spasme buli - buli.c). Pertahankan tirah baring bila diindikasikan

R/ Diperlukan selama fase awal selama fase akut.d) Berikan tindakan kenyamanan ( sentuhan terapeutik, pengubahan

posisi, pijatan punggung ) dan aktivitas terapeutik. R / Menurunkan tegangan otot, memfokusksn kembali perhatian dan

dapat meningkatkan kemampuan koping.f) Berikan rendam duduk atau lampu penghangat bila

diindikasikan.R/ Meningkatkan perfusi jaringan dan perbaikan edema serta

meningkatkan penyembuhan ( pendekatan perineal ).f) Kolaborasi dalam pemberian antispasmodik

Page 19: eliminasi urine dan fekal

R / Menghilangkan spasme

c. Resiko tinggi kekurangan cairan yang berhubungan dengan pasca obstruksi diuresis.1).Tujuan

Keseimbangan cairan tubuh tetap terpelihara.2).Kriteria hasil Mempertahankan hidrasi adekuat dibuktikan dengan: tanda -tanda vital

stabil, nadi perifer teraba, pengisian perifer baik, membran mukosa lembab dan keluaran urin tepat.

3).Rencana tindakan dan rasionala). Awasi keluaran tiap jam bila diindikasikan. Perhatikan keluaran 100-200

ml/.R/ Diuresisi yang cepat dapat mengurangkan volume total karena ketidakl cukupan jumlah natrium diabsorbsi tubulus ginjal.

b). Pantau masukan dan haluaran cairan.R/ Indikator keseimangan cairan dan kebutuhan penggantian.

c). Awasi tanda-tanda vital, perhatikan peningkatan nadi dan pernapasan, penurunan tekanan darah, diaforesis, pucat,

R/ Deteksi dini terhadap hipovolemik sistemikd). Tingkatkan tirah baring dengan kepala lebih tinggi

R/ Menurunkan kerja jantung memudahkan hemeostatis sirkulasi.g). Kolaborasi dalam memantau pemeriksaan laboratorium sesuai indikasi,

contoh: Hb / Ht, jumlah sel darah merah. Pemeriksaan koagulasi, jumlah trombosiR/ Berguna dalam evaluasi kehilangan darah / kebutuhan penggantian.

Serta dapat mengindikasikan terjadinya komplikasi misalnya penurunan faktor pembekuan darah,

b. Ansietas berhubungan dengan perubahan status kesehatan atau menghadapi prosedur bedah. 1). Tujuan

Pasien tampak rileks.2). Kriteria hasil

Menyatakan pengetahuan yang akurat tentang situasi, menunjukkan rentang yang yang tepat tentang perasaan dan penurunan rasa takut.

3). Rencana tindakan dan rasionala). Dampingi klien dan bina hubungan saling percaya

R/ Menunjukka perhatian dan keinginan untuk membantu b). Memberikan informasi tentang prosedur tindakan yang akan

Page 20: eliminasi urine dan fekal

dilakukan. R / Membantu pasien dalam memahami tujuan dari suatu tindakan.

c). Dorong pasien atau orang terdekat untuk menyatakan masalah atau perasaan.R/ Memberikan kesempatan pada pasien dan konsep solusi pemecahan masalah

c. Kurang pengetahuan tentang kondisi ,prognosis dan kebutuhan pengobatan berhubungan dengan kurangnya informasi1). Tujuan : Menyatakan pemahaman tentang proses penyakit dan prognosisnya.2). Kriteria hasil

Melakukan perubahan pola hidup atau prilasku ysng perlu, berpartisipasi dalam program pengobatan.

3). Rencana tindakan dan rasionala). Dorong pasien menyatakan rasa takut persaan dan perhatian. R / Membantu pasien dalam mengalami perasaan. b) Kaji ulang proses penyakit,pengalaman pasien

R/ Memberikan dasar pengetahuan dimana pasien dapat membuat pilihan informasi terapi.

II. Sesudah operasi

1. Nyeri berhubungan dengan spasmus kandung kemih dan insisi sekunder pada TUR-PTujuan: Nyeri berkurang atau hilang.Kriteria hasil :

- Klien mengatakan nyeri berkurang / hilang.- Ekspresi wajah klien tenang.- Klien akan menunjukkan ketrampilan relaksasi.- Klien akan tidur / istirahat dengan tepat.- Tanda – tanda vital dalam batas normal.

Rencana tindakan :1. Jelaskan pada klien tentang gejala dini spasmus kandung

kemih.R/ Kien dapat mendeteksi gajala dini spasmus kandung kemih.

2. Pemantauan klien pada interval yang teratur selama 48 jam, untuk mengenal gejala – gejala dini dari spasmus kandung kemih.

R/ Menentukan terdapatnya spasmus sehingga obat – obatan bisa diberikan3. Jelaskan pada klien bahwa intensitas dan frekuensi akan

berkurang dalam 24 sampai 48 jam.R/ Memberitahu klien bahwa ketidaknyamanan hanya temporer.

Page 21: eliminasi urine dan fekal

4. Beri penyuluhan pada klien agar tidak berkemih ke seputar kateter.R/ Mengurang kemungkinan spasmus.

5. Anjurkan pada klien untuk tidak duduk dalam waktu yang lama sesudah tindakan TUR-P.R / Mengurangi tekanan pada luka insisi

6. Ajarkan penggunaan teknik relaksasi, termasuk latihan nafas dalam, visualisasi.

R / Menurunkan tegangan otot, memfokuskan kembali perhatian dan dapat meningkatkan kemampuan koping.

7. Jagalah selang drainase urine tetap aman dipaha untuk mencegah peningkatan tekanan pada kandung kemih. Irigasi kateter jika terlihat bekuan pada selang.

R/ Sumbatan pada selang kateter oleh bekuan darah dapat menyebabkan distensi kandung kemih dengan peningkatan spasme.

8. Observasi tanda – tanda vitalR/ Mengetahui perkembangan lebih lanjut.

9. Kolaborasi dengan dokter untuk memberi obat – obatan (analgesik atau anti spasmodik )R / Menghilangkan nyeri dan mencegah spasmus kandung kemih.

2. Resiko tinggi infeksi berhubungan dengan prosedur invasif: alat selama pembedahan, kateter, irigasi kandung kemih sering.Tujuan: Klien tidak menunjukkan tanda – tanda infeksi .Kriteria hasil:- Klien tidak mengalami infeksi.- Dapat mencapai waktu penyembuhan.- Tanda – tanda vital dalam batas normal dan tidak ada tanda – tanda shock.Rencana tindakan:1. Pertahankan sistem kateter steril,

berikan perawatan kateter dengan steril.R/ Mencegah pemasukan bakteri dan infeksi

2. Anjurkan intake cairan yang cukup ( 2500 – 3000 ) sehingga dapat menurunkan potensial infeksi.R/ . Meningkatkan output urine sehingga resiko terjadi ISK dikurangi dan

mempertahankan fungsi ginjal.3. Pertahankan posisi urobag dibawah.

R/ Menghindari refleks balik urine yang dapat memasukkan bakteri ke kandung kemih.

4. Observasi tanda – tanda vital, laporkan tanda – tanda shock dan demam.

Page 22: eliminasi urine dan fekal

R/ Mencegah sebelum terjadi shock.5. Observasi urine: warna, jumlah, bau.

R/ Mengidentifikasi adanya infeksi.6. Kolaborasi dengan dokter untuk

memberi obat antibiotik.R/ Untuk mencegah infeksi dan membantu proses penyembuhan.

3. Resiko tinggi cidera: perdarahan berhubungan dengan tindakan pembedahan .Tujuan: Tidak terjadi perdarahan.Kriteria hasil:- Klien tidak menunjukkan tanda – tanda perdarahan .- Tanda – tanda vital dalam batas normal .- Urine lancar lewat kateter . Rencana tindakan:1. Jelaskan pada klien tentang sebab

terjadi perdarahan setelah pembedahan dan tanda – tanda perdarahan . R/ Menurunkan kecemasan klien dan mengetahui tanda – tanda perdarahan

2. Irigasi aliran kateter jika terdeteksi gumpalan dalm saluran kateter R/ Gumpalan dapat menyumbat kateter, menyebabkan peregangan dan

perdarahan kandung kemih3. Sediakan diet makanan tinggi serat

dan memberi obat untuk memudahkan defekasi .R/ Dengan peningkatan tekanan pada fosa prostatik yang akan mengendapkan perdarahan .

4. Mencegah pemakaian termometer rektal, pemeriksaan rektal atau huknah, untuk sekurang – kurangnya satu minggu .

R/ Dapat menimbulkan perdarahan prostat .5. Pantau traksi kateter: catat waktu traksi di pasang dan kapan traksi dilepas

.R/ Traksi kateter menyebabkan pengembangan balon ke sisi fosa

prostatik, menurunkan perdarahan. Umumnya dilepas 3 – 6 jam setelah pembedahan .

6. Observasi: Tanda – tanda vital tiap 4 jam,masukan dan haluaran dan warna urine R/ Deteksi awal terhadap komplikasi, dengan intervensi yang tepat mencegah kerusakan jaringan yang permanen .

Page 23: eliminasi urine dan fekal

4. Resiko tinggi disfungsi seksual berhubungan dengan ketakutan akan impoten akibat dari TUR-P.Tujuan: Fungsi seksual dapat dipertahankan Kriteria hasil:- Klien tampak rileks dan melaporkan kecemasan menurun .- Klien menyatakan pemahaman situasi individual .- Klien menunjukkan keterampilan pemecahan masalah .- Klien mengerti tentang pengaruh TUR – P pada seksual.Rencana tindakan :1 . Beri kesempatan pada klien untuk memperbincangkan tentang pengaruh TUR –

P terhadap seksual .R/ Untuk mengetahui masalah klien .

2 . Jelaskan tentang : kemungkinan kembali ketingkat tinggi seperti semula dan kejadian ejakulasi retrograd (air kemih seperti susu)R/ Kurang pengetahuan dapat membangkitkan cemas dan berdampak disfungsi seksual

3 . Mencegah hubungan seksual 3-4 minggu setelah operasi . R/ Bisa terjadi perdarahan dan ketidaknyamanan

4 . Dorong klien untuk menanyakan kedokter salama di rawat di rumah sakit dan kunjungan lanjutan .R / Untuk mengklarifikasi kekhatiran dan memberikan akses kepada penjelasan yang spesifik.

5. Kurang pengetahuan: tentang TUR-P berhubungan dengan kurang informasi Tujuan: Klien dapat menguraikan pantangan kegiatan serta kebutuhan berobat

lanjutan .

Kriteria hasil:- Klien akan melakukan perubahan perilaku.- Klien berpartisipasi dalam program pengobatan.-Klien akan mengatakan pemahaman pada pantangan kegiatan dan kebutuhan berobat lanjutan .

Rencana tindakan:1. Beri penjelasan untuk mencegah aktifitas berat selama 3-4 minggu .

R/ Dapat menimbulkan perdarahan .2. Beri penjelasan untuk mencegah mengedan waktu BAB selama 4-6 minggu;

dan memakai pelumas tinja untuk laksatif sesuai kebutuhan.R/ Mengedan bisa menimbulkan perdarahan, pelunak tinja bisa mengurangi

kebutuhan mengedan pada waktu BAB3. Pemasukan cairan sekurang–kurangnya 2500-3000 ml/hari.

R/ Mengurangi potensial infeksi dan gumpalan darah .

Page 24: eliminasi urine dan fekal

4. Anjurkan untuk berobat lanjutan pada dokter.R/. Untuk menjamin tidak ada komplikasi .

5. Kosongkan kandung kemih apabila kandung kemih sudah penuh .R/ Untuk membantu proses penyembuhan .

6. Gangguan pola tidur berhubungan dengan nyeri / efek pembedahanTujuan: Kebutuhan tidur dan istirahat terpenuhi.

Kriteria hasil:- Klien mampu beristirahat / tidur dalam waktu yang cukup.- Klien mengungkapan sudah bisa tidur .- Klien mampu menjelaskan faktor penghambat tidur .Rencana tindakan:1. Jelaskan pada klien dan keluarga penyebab gangguan tidur

dan kemungkinan cara untuk menghindari.R/ meningkatkan pengetahuan klien sehingga mau kooperatif dalam tindakan perawatan .

2. Ciptakan suasana yang mendukung, suasana tenang dengan mengurangi kebisingan .R/ Suasana tenang akan mendukung istirahat

3. Beri kesempatan klien untuk mengungkapkan penyebab gangguan tidur.

R/ Menentukan rencana mengatasi gangguan4. Kolaborasi dengan dokter untuk pemberian obat yang

dapat mengurangi nyeri ( analgesik ). R/ Mengurangi nyeri sehingga klien bisa istirahat dengan cukup .

BAB IIIKESIMPULAN

Page 25: eliminasi urine dan fekal

DAFTAR PUSTAKA

Guyton & Hall. 2008. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. Jakarta : EGC

Perry & Potter. 1999. Fundamental Keperawatan edisi 4 volume 2. Jakarta : EGC.

Page 26: eliminasi urine dan fekal

Isselbacher,dkk.1999.Harrison Prinsip-prinsip of internal medicine 13/E .

Jakarta:Penerbit Buku Kedokteran EGC.

Doenges, M.E., Marry, F..M and Alice, C.G., 2000. Rencana Asuhan Keperawatan : Pedoman Untuk Perencanaan Dan Pendokumentasian Perawatan Pasien. Jakarta, Penerbit Buku Kedokteran EGC. Long, B.C., 1996. Perawatan Medikal Bedah : Suatu Pendekatan Proses Keperawatan. Jakarta, Penerbit Buku Kedokteran EGC.

Lab / UPF Ilmu Bedah, 1994. Pedoman Diagnosis Dan Terapi. Surabaya, Fakultas Kedokteran Airlangga / RSUD. dr. Soetomo.

Hardjowidjoto S. (1999).Benigna Prostat Hiperplasia. Airlangga University Press. Surabaya

Soeparman. (1990). Ilmu Penyakit Dalam. Jilid II. FKUI. Jakarta.

PEMENUHAN KEBUTUHAN ELIMINASI URINE DAN FEKAL

Page 27: eliminasi urine dan fekal

OLEH : SGD IV

Ni Putu Desy Trisnasari (1102105006)Ni Putu Intan Nanda Rista Putri (1102105015) Ni Kadek Diantini (1102105023)Luh Amanda Titi Suryani (1102105025)Komang Asrini Widya Tri Lestari (1102105036)I Ketut Sugiarsa (1102105045)Komang Tatis Yunny Wulandari (1102105046)Ni Made Setia Dewi (1102105048)Si Ayu Yusi Yukisfini (1102105055)Anak Agung Tri Wulandari (1102105063)I Putu Pande Eka Krisna Yoga (1102105064)

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATANFAKULTAS KEDOKTERANUNIVERSITAS UDAYANA

2012