Kasus Urine
-
Upload
arief-nurul-kurniawan -
Category
Documents
-
view
85 -
download
6
Transcript of Kasus Urine
Kasus
Berkemih tidak tuntas
Aldo ,anak laki-laki berusia 7 tahun,mendatangi ibunya di sore hari dan mengeluh tentang nyeri
yang dideritanya saat buang air kecil(berkemih) dan merasa berkemihnya tidak tuntas.Hal ini
baru saja ia alami sepulang dari bermain bola sepanjang siang hingga sore tadi.Saat ditanya
tentang air seninya ,Aldo mengatakan bahwa warna urinnya kuning tua dan volumenya sedikit.
Ibu Aldo mengatakan bahwa mungkin saja Aldo kurang minum air putih,sehingga jumlah air
seni yang dikeluarkan pun jadi berkurang.Karena Aldo masih bingung dengan penjelasan
ibunya,lalu ibunya menjelaskan bahwa di dalam tubuh manusia terdapat organ yang berfungsi
untuk mengatur jumlah air seni yang dikeluarkan.Bila mendapat cukup cairan,maka air seni
yang dikeluarkan akan berada dalam jumlah yang cukup.
Kini aldo pun mengerti .Lalu Aldo minum cukup air putih untuk mengganti keringat yang keluar
dan agar tidak mengalami masalah dengan berkemihnya lagi.
MAKALAH URINOLOGI
“BERKEMIH TIDAK TUNTAS”
FBS 4
TUTORIAL A2Disusun oleh :
1. Andya Yudhi Wirawan (1010211004)2. Oki Fahmi Abri N. (1010211006)3. Hendra Leofirsta (1010211013)4. Viny Octofiad (1010211016)5. Mentari (1010211018)6. Dhisa Zanita Habsari (1010211020)7. Laras Indri Palupi (1010211021)8. Hasyati Dwi Kinasih (1010211023)9. Rosiana Afida (1010211024)10. Henny Hasyyati (1010211025)11. Dionissa Shabira (1010211029)12. Risdi Pramesta (0910211125)
FAKULTAS KEDOKTERAN UPN “VETERAN” JAKARTA
Jalan RS. Fatmawati, Pondok Labu, Jakarta Selatan 12450
Lembar Pengesahan Makalah
Saya yang bertanda tangan di bawah, menyatakan bahwa makalah ini sudah sesuai dengan
proses yang terjadi selama tutorial.
Jakarta, / /
Tutorial kelompok A2
( dr. Helsy )
More Info
(Mentari)
• Volume urin
banyak sekali faktor yang mempengaruhi volume urin seperti umur, berat badan, jenis
kelamin, makanan dan minuman, suhu badan, iklim dan aktivitas orang yang
bersangkutan. Rata-rata didaerah tropik volume urin dalam 24 jam antara 800--1300 ml
untuk orang dewasa.
• Poliuri
Bila didapatkan volume urin selama 24 jam lebih dari 2000 ml
Poliuri ini mungkin terjadi pada keadaan fisiologik seperti pemasukan cairan yang
berlebihan, nervositas, minuman yang mempunyai efek diuretika. Selain itu poliuri
dapat pula disebabkan oleh perubahan patologik seperti diabetes mellitus, diabetes
insipidus, hipertensi, pengeluaran cairan dari edema.
• Oligouri
Bila volume urin selama 24 jam 300--750 ml
Keadaan ini mungkin didapat pada diarrhea, muntah -muntah, deman edema, nefritis
menahun.
• Anuria
anuri adalah suatu keadaan dimana jumlah urin selama 24 jam kurang dari 300 ml. Hal
ini mungkin dijumpai pada shock dan kegagalan ginjal.
• Nokturia
umlah urin siang 12 jam dalam keadaan normal 2 sampai 4 kali lebih banyak dari urin
malam 12 jam. Bila perbandingan tersebut terbalik disebut nokturia, seperti didapat
pada diabetes mellitus.
ANATOMI GINJAL
(Andya Yudhi W.)
• Sepasang organ yang berbentuk
kacang terletak retroperitoneal di regio lumbal superior
• Terletak setinggi vertebra T12 – L3
• Ginjal kanan terdesak hati sehingga terletak lebih rendah dari ginjal kiri
• Berat ginjal dewasa ± 150 gr (± 0,5% BB total) ukuran : 12 x 6 x 3-4 cm³
• 3 lapis jaringan penunjang yang melapisi bagian luar tiap ginjal: kapsul ginjal (fibrosa;
transparan), kapsul adiposa (massa lemak) & fascia renal (jar.penunjang fibrosa tebal)
• Tepi medial ginjal yang cekung à hilus (tempat keluar masuknya arteri, vena & nervus
renalis); pelvis renis à pelebaran ureter yang berbentuk corong
Kedua ren terletak retroperitoneal pada dinding abdomen, masing-masing di sisi kanan dan sisi
kiri columna vetebralis setinggi vetebra T12 sampai vetebra L3.
Kearah kranial masing-masing ren berbatas pada diafragma yang memisahkan dari cavitas
pleuralis dan costa XII. Lebih ke kaudal fascies posterior ren berbatasan pada musculus
quadratus lumbrolum.
1 Renal artery 15. Papilla of renal pyramid
2. Renal vein 16. Renal capsule
3. Interlobar vein 17. Renal sinus
4. Interlobar artery 18. Interlobular veins and
5. Arcuate artery arteries
6. Arcuate vein
7. Renal pyramid
8. Renal kortex
10. Minor calyx
11. Major calyx
12. Renal pelvis
13. Ureter
14. Renal column
• Ginjal dibagi menjadi korteks dan medula
• Setiap ginjal terdiri atas 1 – 1,3 jt nefron
• Terdiri atas :
– Korpuskel renalis
– Tubulus konturtus proksimal
– Tubulus konturtus distal
– Ansa (lengkung) henle
– Tubulus dan duktus koligentes
Glomerulus
• Filtrat glomerulus di bentuk sebagai respons atas tekanan hidrostatik darah, terhadap
tekanan osmotik koloid plasma (20 mmHg), dan tekanan filtrasi akhir pada ujung aferen kapiler
glomerulus adalah 15 mmHg.
• Filtrat glomerulus memiliki komposisi kimia yang serupa dengan plasma darah namun
hampir tidak mengandung protein karena makromolekul tidak mudah melewati saringan
glomerulus.
Tubulus Kontortus Proksimal
• Tubulus kontortus proksimal mengabsorbsi seluruh glukosa dan asam amino dan ± 85%
NaCl dan air dari filtrat, selain fosfat dan kalsium
• Glukosa, asam amino dan natrium diabsorbsi oleh sel-sel tubulus ini melalui transpor
aktif yang melibatkan pompa natrium. Air berdifusi secara pasif, yang mengikuti gradien
osmotik.
• Bila jumlah glukosa dalam filtrat melebihi kapasitas absorbsi tubulus proksimal, urin
akan bertambah banyak dan mengandung glukosa
• TKP mensekresikan kreatinin dan substansi asing bagi organisme, seperti asam para-
aminohippurat dan penisillin, dari plasma interstisial ke dalam filtrasi
Ansa Henle
• Ansa henle menciptakan gradien hipertonik dalam interstisium medula yang
mempengaruhi konsentrasi urin saat mengalir melalui duktus koligentes.
• Meskipun segmen tipis desendens di ansa henle bebas dilalui air, seluruh segmen
asendens tidak dapat dilalui air
• Di segmen tebal asendens, NaCl secara aktif ditranspor keluar dari tubulus untuk
membentuk gradien hipertonik dalam interstisium medula, yang dibutuhkan untuk pemekatan
urin.
Tubulus Kontortus Distal
• Di dalam TKD terjadi pertukaran ion, jika terdapat aldosteron dalam jumlah cukup
• Natrium diabsorbsi dan ion kalium disekresi. Mekanisme ini mempengaruhi jumlah total
garam dan air tubuh.
• Mensekresikan ion hidrogen dan amonium kedalam urin tubulus. Aktivitas ini penting
untuk mempertahankan keseimbangan asam-basa dalam darah.
Tubulus dan Duktus Koligentes
• Duktus Koligentes kortikalis berhubungan secara tegak lurus dengan beberapa cabang
tubulus koligentes berukuran lebih kecil yang mengalirkan cairan ke berkas medula.
• Di medula, duktus koligentes merupakan komponen utama pada mekanisme
pemekatan urin
• Jika masukan air terbatas, hormon antidiuretik disekresi dan epitel duktus koligentes
mudah dilalui air yang diabsorbsi dari filtrat glomerulus. Air berpindah ke kapiler darah
sehingga air dipertahankan dalam tubuh.
• Dengan adanya hormon antidiuretik, partikel intramembran dalam lumen bergumpal
dan membentuk struktur yang dapat berupa kanal untuk absorbsi air.
Vena renalis terletak ventral terhadap arteria renalis, dan vena renalis sinistra yang lebih
panjang, melintas ventral terhadap aorta. Masing-masing vena renalis bermuara ke dalam vena
cava inferior.
Kedua glandula suprarenalis memiliki vaskularisasi yang amat luas melalui arteria suprarenalis
yakni cabang arteria phrenica inferior , melalui arteia suprarenalis media dari aorta
abdominalis, dan melalui arteria suprarenalis inferior dari arteria renalis.
(Histologi, Junquiera)
(Fisiologi, Sherwood)
(gambar: google)
Anatomi dan Fisiologi Sistem Perkemihan
(dionissa shabira)
Pengertian
Sistem perkemihan merupakan suatu sistem dimana terjdinya proses penyaringan darah
sehingga darah bebas dari zat-zat yang yang tidak dipergunakan oleh tubuh dan menyerap zat-
zat yang masih dipergunakan oleh tubuh. Zat-zat yang tidak dipergunakan lagi oleh tubuh larut
dlam air dan dikeluarkan berupa urin (air kemih).
Susunan Sistem Perkemihan
Sistem perkemihan terdiri dari: a) dua ginjal (ren) yang menghasilkan urin, b) dua ureter yang
membawa urin dari ginjal ke vesika urinaria (kandung kemih), c) satu vesika urinaria (VU),
tempat urin dikumpulkan, dan d) satu urethra, urin dikeluarkan dari vesika urinaria.
Ginjal (Ren)
Ginjal terletak pada dinding posterior abdomen di belakang peritoneum pada kedua sisi
vertebra thorakalis ke 12 sampai vertebra lumbalis ke-3. Bentuk ginjal seperti biji kacang. Ginjal
kanan sedikit lebih rendah dari ginjal kiri, karena adanya lobus hepatis dexter yang besar.
Fascia Renalis terdiri dari:
Fascia renalis terdiri dari a) fascia (fascia renalis), b) Jaringan lemak peri renal, dan c) kapsula
yang sebenarnya (kapsula fibrosa), meliputi dan melekat dengan erat pada permukaan luar
ginjal.
Struktur Ginjal
Setiap ginjal terbungkus oleh selaput tipis yang disebut kapsula fibrosa, terdapat cortex renalis
di bagian luar, yang berwarna cokelat gelap, dan medulla renalis di bagian dalam yang
berwarna cokelat lebih terang dibandingkan cortex. Bagian medulla berbentuk kerucut yang
disebut pyramides renalis, puncak kerucut tadi menghadap kaliks yang terdiri dari lubang-
lubang kecil disebut papilla renalis.
Hilum adalah pinggir medial ginjal berbentuk konkaf sebagai pintu masuknya pembuluh darah,
pembuluh limfe, ureter dan nervus.. Pelvis renalis berbentuk corong yang menerima urin yang
diproduksi ginjal. Terbagi menjadi dua atau tiga calices renalis majores yang masing-masing
akan bercabang menjadi dua atau tiga calices renalis minores.
Struktur halus ginjal terdiri dari banyak nefron yang merupakan unit fungsional ginjal.
Diperkirakan ada 1 juta nefron dalam setiap ginjal. Nefron terdiri dari : Glomerulus, tubulus
proximal, ansa henle, tubulus distal dan tubulus urinarius.
Ureter
Terdiri dari 2 saluran pipa masing-masing bersambung dari ginjal ke vesika urinaria. Panjangnya
± 25-30 cm, dengan penampang 0,5 cm. Ureter sebagian terletak pada rongga abdomen dan
sebagian lagi terletak pada rongga pelvis.
Lapisan dinding ureter terdiri dari:
1. Dinding luar jaringan ikat (jaringan fibrosa)
2. Lapisan tengah lapisan otot polos
3. Lapisan sebelah dalam lapisan mukosa
Lapisan dinding ureter menimbulkan gerakan-gerakan peristaltic yang mendorong urin masuk
ke dalam kandung kemih.
Vesika Urinaria (Kandung Kemih)
Vesika urinaria bekerja sebagai penampung urin. Organ ini berbentuk seperti buah pir (kendi).
letaknya d belakang simfisis pubis di dalam rongga panggul. Vesika urinaria dapat mengembang
dan mengempis seperti balon karet.
Dinding kandung kemih terdiri dari:
1. Lapisan sebelah luar (peritoneum).
2. Tunika muskularis (lapisan berotot).
3. Tunika submukosa.
4. Lapisan mukosa (lapisan bagian dalam).
Uretra
Merupakan saluran sempit yang berpangkal pada vesika urinaria yang berfungsi menyalurkan
air kemih ke luar.
Pada laki-laki panjangnya kira-kira 13,7-16,2 cm, terdiri dari:
1. Urethra pars Prostatica
2. Urethra pars membranosa ( terdapat spinchter urethra externa)
3. Urethra pars spongiosa.
Urethra pada wanita panjangnya kira-kira 3,7-6,2 cm (Taylor), 3-5 cm (Lewis). Sphincter urethra
terletak di sebelah atas vagina (antara clitoris dan vagina) dan urethra disini hanya sebagai
saluran ekskresi.
Dinding urethra terdiri dari 3 lapisan:
1. Lapisan otot polos, merupakan kelanjutan otot polos dari Vesika urinaria. Mengandung
jaringan elastis dan otot polos. Sphincter urethra menjaga agar urethra tetap tertutup.
2. Lapisan submukosa, lapisan longgar mengandung pembuluh darah dan saraf.
3. Lapisan mukosa.
FISIOLOGI GINJAL
• Ginjal Manusia Mempunyai Fungsi yang terdiri atas :
1. Mengatur Keseimbangan Air dan Elektrolit ( Homeostasis ):
Pengaturan keseimbangan air dan elektrolit terjadi karena disintesanya Hormone Antidiuretika
(ADH) oleh korteks ginjal melaui jalur yang disebut Hipotalamic – Hipofise – Corteks Ginjal
Axisyang bekerja mengatur volume air dan kadar elektrolit menjadi seimbang pada Nefron
Ginjal dimana terjadi proses filtrasi, sekresi dan reabsorpsi dari Air, Natrium, Kalium, Chlorida,
Hidrogen ,Bikarbonat, Magnesium, Calsium dan Fosfat.
2. Ekskresi Terhadap Sisa Produk metabolic dan Bahan Kimia Asing :
Proses pembuangan sisa produk ditempuh melalui filtrasi ,sekresi dan reabsorpsi dan pada
toxin serta bahan kimiah asing akan mengalami proses filtrasi dan sekresi dan tidak
direarbsorpsi.
3.Pengaturan Terhadap Normalitas Tekanan Darah Tubuh yang dilakukan melalui pengaturan
kadar Natrium plasma dan sekresi hormone Renin dalam Juxtaglomerular Cell
4. Fungsi Erytropoietic, dimana pada keadaan hipoksia akan merangsang ginjal untuk
menyekresi hormone Erytropoietin untuk selanjutnya hormone tersebut akan merangsang
Sumsum tulang Merah dan Putih untuk meproduksi Sel Darah Merah.
5. Fungsi Pengaturan Keseimbangan Asam – Basa tubuh , dilakukan dengan jalan yang
pertama adalah :
dengan jalan mengeluarkan Asam Fosfat dan Asam Sulfat yang merupakan
hasil metabolisme protein dan yang kedua dengan jalan menyinpan larutan garam kembali
dalam tubuh ketiga dengan jalan menyekresi ion H+ dan mereabsorpsi ion Bikarbonat.
6.Penghasil Vit. D yang penting untuk penyerapan calsium dari usus, tulang dan dari reabsorpsi
ditubulus ginjal, Disintesa dari bahan dasar7-dehidrokolesterol yang diproduksi oleh Kulit akibat
rangsangan dari paparan Sinar UltraViolet matahari yang cukup. Kemudian oleh organ hati
diubah menjadi 25-hydroksi kolecalsiferol kemudian dalam Tubulus Proksimal Ginjal dengan
bantuan Hormon Paratiroid akan diubah menjadi bentuk 1,25-dihidrokolecalsiferol (1,25-(OH)2-
D3) yang merupakan bentuk aktif dari Vitamin D.
7. Sintesa Glucosa, dimana pada kondisi kelaparan, hipotermia dan puasa ginjal dapat
memenuhi kebutuhan glucose dengan mengaktifkan Jalur Gluconeogenesis yang kapasitas
glucose nya sepadan dengan glucose yang dihasilkan hati
8. Persarafan Ginjal
Ginjal mendapatkan persarafan dari fleksus renalis(vasomotor). Saraf ini berfungsi untuk
mengatur jumlah darah yang masuk ke dalam ginjal, saraf ini berjalan bersamaan dengan
pembuluh darah yang masuk ke ginjal.
(Fisiologi, Sheerwood)
HISTOLOGI GINJAL
(Viny Octofiad)
Sistem uninaria terdiri atas dua buah ginjal dan ureternya, kandung kemih serta uretra. Ginjal
essensial untuk kehidupan dan menghasilkan urin yang turun melewati ureter ke kandung
kemih untuk disimpan sementara dan
akhirnya secara periodic
dikeluarkan melalui uretra.
Struktur Ginjal
Ginjal memiliki bentuk seperti kacang merah. Ginjal dibungkus oleh simpai jaringan fibrosa yang
tipis yang dapat dilepaskan dengan mudah dari parenkim dibawahnya, suatu petunjuk bahwa
tidak terdapat septa. (septa : dinding atau sekat pemisah)
Pada sisi medialnya terdapat cekungan, hilus, tempat keluar masuknya pembuluh darah dan
keluarnya saluran keluar, ureter. Bagian atas ureter melebar mengisi hilus ginjal, bagian ini
disebut pelvis. Pelvis terdiri dari kaliks mayor dan minor, biasanya 2 kaliks mayor dan 8 sampai
12 kaliks minor. Setiap kaliks minor meliputi tonjolan jaringan ginjal berbentuk kerucut yang
disebut papilla ginjal yang berlubang, lubang karena bermuaranya 10-25 buah duktus koligens.
Pada potongan vertical ginjal tampak bahwa tiap papilla merupakan puncak daerah pyramid
yang meluas dari hilus sampai ke kapsula dan yang dalam keadaan segar tampak pucat dan
bergaris garis. Daerah seperti ini disebut dengan pyramid medulla dan terdapat gambaran
bergaris garis karena adanya tubulus dan pembuluh darah yang sejajar.
Ginjal dibagi menjadi korteks dibagian luar dan medulla dibagian dalam. Diantara pyramid
medulaa yang berdekatan dengan substansi korteks di sebut kolom ginjal (bertin).
Nefron
Setiap ginjal terdiri atas 1-4 juta nefron. Setiap nefron terdiri atas bagian yang melebar, yakni
korpus renalis, tubulus kontortus proksimal, segmen tipis dan tebal ansa henle, tubulus
kontortus distal dan tubulus dan duktus koligens.
Ada 2 macam Nefron, Nefron kortikal dan Nefron Juxtameduler.
• Nefron kortikalis yaitu nefron yang glomerulinya terletak pada bagian luar dari korteks
dengan lingkungan henle yang pendek dan tetap berada pada korteks atau mengadakan
penetrasi hanya sampai ke zona luar dari medula.
• Nefron juxtamedullaris yaitu nefron yang glomerulinya terletak pada bagian dalam dari
korteks dekat dengan cortex-medulla dengan lengkung henle yang panjang dan turun jauh ke
dalam zona dalam dari
medula, sebelum
berbalik dan kembali ke
cortex.
Korpuskel Renalis
Setiap KR berdiameter 200 µm dan terdiri dari seberkas kapiler, yaitu glomerulus yang
dikelilingi kapsul epitel berdinding ganda yang disebut kapsula bowman. Mempunyai kutub
vaskular dan kutub urinarius.
Glomerulus
Anastomosing kapiler berasal dari Arteriol aferent dan berakhir, lalu masuk kedalam Arteriol
eferent. Kapiler jenis “fenestrated”. Mengandung sel Mesangial intraglomerulus berfungsi
sebagai sel penunjang, sel Fagosit dan sel kontraktil karena mengandung reseptor angiotensin II
(vasokonstriksi).
Kapsul & Rongga Bowmann
Kapsula Bowmann dibentuk oleh lapisan parietal yang terdiri dari epitel pipih melekat pada
membrana basalis.
Rongga Bowmann merupakan ruang diantara kapsula Bowmann dan Lapisan viseral (lapisan sel
Podosit), berisi cairan ultrafiltrasi ginjal àUrine
Tubulus Kontortus Proksimal
Dilapisi oleh epitel selapis kuboid.Air, Natrium dan Clorida diresorbsi 80 %. Glukosa, asam
amino dan bikarbonat diresorbsi 100 %. Pompa natrium di basolateral àultrafiltrat isotonik
terhadap darah.
Lengkung Henle
Penampang 15-20 mikrometer, tinggi 1.5 –2 mikrometer. Loop Henle tipis pada Nefron kortikal
lebih pendek daripada loop Henle Nefron juxtameduler. Terdiri atas Lengkung Henle tipis turun
dan lenkung Henle naik. Dilapisi oleh epitel pipih. Penampang mirip kapiler tetapi lebih tebal
dengan inti lebih padat dan lumen tidak terisi eritrosit. Lengkung Henle tipis turun sangat
permeabel terhadap air dan permeabel ringan (moderate) terhadap Na+, Cl-.dan ion yang lain
sedangkan loop Henle tipis naik impermeabel terhadap air.
Tubulus Kontortus Distal
Dilapisi oleh epitel kuboid selapis. Responsive terhadap Aldosteron àresorbsi terhadap
Natrium dan Chlorida dari lumen masuk kedalam intersisium. Ultrafiltrasi menjadi hipotonik
(karena ada aldosteron). Pompa Natrium: Natrium disekresi kedalam lumen tubulus.
Tubulus dan duktus koligentes
Tubulus koligentes yang lebih besar dan lebih lurus sewaktu waktu mendekati pyramid
sedangkan yang lebih kecil kecil dilapisi oleh epitel kuboida dan bergaris tengah lebih kurang 40
mikrometer. Sewaktu tubulus memasuki medulla lebih dalam, sel selnya meninggi sampai
membentuk silindris.
(Histologi, Junquiera)
(Histologi, FKUI)
Urin
(Rosiana Afida R.)
Definisi: Cairan yang diekskresikan oleh ginjal, melewati ureter, disimpan didalam
kandung kemih, dan dikeluarkan melalui uretra.
Urine terdiri dari air dengan bahan terlarut berupa sisa metabolisme (seperti urea),
garam terlarut, dan materi organik.
Cairan dan materi pembentuk urin berasal dari darah atau cairan interstisial.
Komposisi urin berubah sepanjang proses reabsorpsi ketika molekul yang penting bagi tubuh,
misal glukosa, diserap kembali ke dalam tubuh melalui molekul pembawa.
Cairan yang tersisa mengandung urea dalam kadar yang tinggi dan berbagai senyawa yang
berlebih atau berpotensi racun yang akan dibuang keluar tubuh. Materi yang terkandung di
dalam urin dapat diketahui melalui urinalisis.
Urin mempunyai komposisi:
• Zat buangan protein misal ureum, kreatinin dan asam urat
• Asam hipurat, zat sisa dari pencernaan sayur dan buah
• Badan keton, zat buang dari met. lemak
• Elektrolit, Na, Cl, K, Amonium, sulfat, fosfat, Ca, Mg
• Metabolit hormon
• Zat toksin misal metabolit obat, vitamin, zat kimia asing
• Zat abnormal, mis protein, glukosa, sel darah, kristal kapur
Protein :
Normal : molekul-molekul protein yang besar seperti albumin, fibrinogen, globulin, tidak
tersaring melalui ginjal dan tidak akan terbuang bersama urin.
Pada keadaan kerusakan ginjal, molekul-molekul tersebut dapat tersaring lalu terbawa oleh
urin.
Adanya protein didalam urine disebut proteinuria, adanya albumin dalam urine disebut
albuminuria.
Darah :
Darah dalam urine dapat tampak jelas atau dapat tidak tampak jelas.
Adanya darah dalam urine disebut hematuria.
Keton :
Keton merupakan hasil oksidasi lemak yang berlebihan.
Benda-benda keton dalam urin : aceton, asam aceto-acetat, dan asam beta-hidroxibutirat.
Glukosa
Normal : adanya sejumlah glukosa dalam urine tidak berarti bila hanya bersifat sementara,
misalnya pada seseorang yang makan gula banyak tapi tidak berlaku bila menetap pada pasien
DM. Adanya gula dalam urine disebut glukosuria.
Ciri-Ciri dan Sifat Fisik Urine
(Hasyati Dwi Kinasih)
1. VOLUME
Volmue urin digunakan untuk menafsirkan hasil pemeriksaan kuantitatif atau semi kuantitatif
suatu zat dalam urin.
Di daerah tropic, urin 24 jam pada orang dewasa ialah 800 – 1300ml atau ½-1 cc/kgBB.
Sementara itu, urin siang 12 jam 2-4x lebih banyak dari Malam 12 jam walaupun intake cairan
waktu malam sangat banyak.
2. BAU
Urine normal memiliki bau yang khas karena disebabkan oleh asam organik yang mudah
menguap.
Bau yang berlainan dapat disebabkan oleh makanan seperti pate, jengkol, obat-obatan seperti
mentol, bau buah-buahan seperti pada ketonuria.
3. WARNA
Pada dasarnya urin normal berwarna kuning muda hingga kuning tua disebabkan adanya
pigmen/zat warna urokhrom dan urobilin. Namun warna urin bisa saja tidak kuning disebabkan
oleh obat-obatan à orang yang mengkonsumsi rifampisin urinnya berwarna kemerahan.
4. KEJERNIHAN
Urin segar yang normal biasanya bersifat jernih. Akan tetapi kejernihan tersebut bisa berubah
menjadi keruh jika didiamkan atau didinginkan terlalu lama karena akan terbentuk endapan
dari bahan-bahan yang terkandung dalam urin.
5. BERAT JENIS
Berat jenis urin sewaktu pada orang normal antara 1,003 -- 1,030.
Berat jenis urin herhubungan erat dengan diuresa, makin besar diuresa makin rendah berat
jenisnya dan sebaliknya. Makin pekat urin makin tinggi berat jenisnya, jadi berat jenis bertalian
dengan faal pemekatan ginjal.
6. pH
pH urin normal berkisar antara 4,5 sampai 8,0 dengan pH 6 menurut indicator universal sebagai
pH normal. pH urin <4,5 atau >8,0 merupakan urin patologis. Keasaman urin bisa disebabkan
oleh infeksi bakteri E.coli, sedangkan infeksi oleh Proteus menyebabkan pH urin menjadi
lindi/basa.
Spesimen Urin
(Hasyati Dwi Kinasih)
1. URIN SEWAKTU
Urin sewaktu ialah urin yang dikeluarkan pada satu waktu yang tidak ditentukan dengan
khusus.
Pemeriksaan urin dengan specimen ini cukup baik untuk urinalisa rutin disertai pemeriksaan
badan tanpa pendapat khusus.
2. URIN BERSIH (clean voided urine specimen)
Urin bersih diperlukan untuk pemeriksaan urinalisa rutin. Untuk pemeriksaan urinalisa
rutin diperlukan:
-- Urin bersih, biasanya urin pertama pagi hari karena urin pertama cenderung konsentrasinya
lebih tinggi, jumlah lebih banyak, dan memiliki pH lebih rendah.
-- Jumlah minimal 10mL.
-- Tidak ada cara pengambilan khusus, klien dapat melakukannya sendiri, dengan menampung
urin pada wadah yang disediakan, kecuali klien yang lemah, mungkin memerlukan bantuan.
-- Spesimen harus bebas dari feses.
-- Diperlukan urin segar (pengambilan kurang dari 1 jam), bila tidak dapat diperiksa
dengan segera, urin harus dimasukan dalam lemari es. Bila urin berada dalam
suhu ruangan untuk periode waktu lama maka kristal urin dan sel darah merah
akan lisis/hancur serta berubah menjadi alkalin.
3. URIN PORSI TENGAH (clean-catch or midstream urin specimen)
Urin porsi tengah merupakan cara pengambilan spesiman untuk pemeriksaan kultur urin yaitu
untuk mengetahui mikroorganisme yang menyebabkan infeksi saluran kemih. Sekalipun
ada kemungkinan kontaminasi dari bakteri di permukaan kulit, namun pengambilan
dengan menggunakan kateter lebih berisiko menyebabkan infeksi. Perlu mekanisme
khusus agar spesimen yang didapat tidak terkontaminasi.
Pengambilan dilakukan dengan cara:
1.) Bersihkan area meatus urinarius dengan sabun dan air atau dengan tisue khusus, lalu
keringkan
2.) Biarkan urin yang keluar pertama dimaksudkan untuk mendorong dan
mengeluarkan bakteri yang ada didistal, beberapa waktu kemudian tampung urin
yang ditengah. Hati-hati memegang wadah penampung agar wadah tersebut tidak
menyentuh permukaan perineum.
3.) Jumlah yang diperlukan 30-60mL
4. URIN TAMPUNG (timed urin specimen)
Beberapa pemeriksaan urin memerlukan seluruh produksi urin yang dikeluarkan dalam
jangka waktu tertentu, rentangnya berkisar 1-2 jam – 24 jam. Urin tampung ini biasanya
disimpan di lemari pendingin atau diberi preservatif (zat aktif tertentu, seperti toluene, thymol,
dll.) yang mencegah pertumbuhan bakteri atau mencegah perubahan/kerusakan struktur urin.
Yang termasuk specimen jenis ini diantaranya:
- Urin postprandial (1 ½ - 3 jam setelah makan)
- Urin 24 jam
-Urin siang 12 jam
- Urin malam 12 jam
- Urin 2 jam, dll.
Biasanya urin ditampung di tempat kecil lalu dipindahkan segera ke penampungan yang lebih
besar.
Adapun tujuan pemeriksaan yang menggunakan urin tampung adalah:
* Mengkaji kemampuan ginjal mengkonsentrasikan dan mendilusi urin
* Menentukan penyakit gangguan metabolisme glukosa
* Menentukan kadar sesuatu dalam urin (misal: albumin, amilase, kreatinin, hormone tertentu)
5. SPESIMEN KATETER IND WEL L ING
Kateter adalah selang yang dimasukkan kedalam tubuh untuk memasukkan ataupun
mengeluarkan cairan. Kateter ind welling digunakan untuk mengeluarkan urin dengan cara
memasukkan kateter sampai ke kandung kemih.
Urin steril dapat diperoleh dengan mengambil urin melalui area kateter yang khusus
disiapkan untuk pengambilan urin dengan jarum suntik.
Klem kateter selama kurang lebih 30 menit jika tidak diperoleh urin waktu pengambilan.
Untuk kultur urin diperlukan 3 mL, sementara untuk urinalisa rutin dibutuhkan urin sebanyak
30 mL.
6. URIN 3 GELAS & URIN 2 GELAS PADA LAKI-LAKI
Pemeriksaan urin dengan menggunakan specimen ini bertujuan untuk mengetahui adanya
radang atau lesi lain yang disebabkan infeksi kandung kemih pada pasien laki-laki.
Cara pengambilan specimen:
-- Pastikan pasien tidak berkemih beberapa jam sebelumnya.
-- Sediakan gelas penampung, sebaiknya sedimenteer glass (ujung bawahnya menyempit untuk
pemeriksaan sedimen).
-- Pasien harus berkemih tanpa menghentikan aliran urinnya ke dalam gelas penampung
dengan ketentuan:
1- Pada gelas pertama urin ditampung sebanyak 20-30 mL.
2- Tampung urin berikutnya di gelas kedua
3- Beberapa mL terakhir urin yang dikeluarkan ditampung di gelas ketiga.
Perbedaan antara urin 3 gelas dan urin 2 gelas ialah caranya serupa, tetapi gelas ketiga
ditiadakan dan volume urin yang ditampung di gelas pertama diubah menjadi 50-75 mL.
(Penuntun Laboratorium Klinik, R. Gandasoebrata)
Pembentukan Urin
(Dhisa Zainita H.)
Tempat pembentukan urin = nefron → satuan fungsional ginjal
Langkah-langkah pembentukan urin :
Filtrasi Glomerulus
Reabsorpsi Tubulus Kontortus Proksimal
Sekresi Tubulus Kontortus Distal
Ekskresi Urin
a. Filtrasi Glomerulus
• Pada saat darah mengalir melalui glomerulus terjadi filtrasi plasma bebas-protein
menembus kapiler glomerulus kedalam kapsul bowman.
• Untuk melewati kapsul bowman harus melewati 3 lapisan yang membentuk membran
glomerulus :
1.dinding kapiler glomerulus
2.lapisan gelatinosa aseluler (membran basal)
3.lapisan dalam kapsul bowman
1. Dinding kapiler glomerulus
• Terdiri dari sel endotel gepeng, memiliki lubang dgn banyak pori-pori besar (fenestra),
membuat 100x lebih permeabel terhadap air dan zat terlarut dibanding kapiler di
tempat lain.
2. Lapisan gelatinosa aseluler (membran basal)
• Terdiri dari glikoprotein → menghambat filtrasi protein plasma kecil & kolagen →
menghasilkan kekuatan struktural.
• Albuminuria (albumin berlebihan dlm urin) disebabkan oleh gangguan muatan negatif di
dlm membran glomerulus, menyebabkan membran lebih permeabel terhadap albumin.
3. Lapisan dalam kapsul bowman
• Terdiri dari podosit (sel mirip gurita yg mengelilingi berkas glomerulus). Terdapat juga
celah filtrasi yg membentuk jalan bagi cairan utk keluar dari kapiler glomerulus dan
masuk ke lumen kapsul bowman.
• Ketiga lapisan ini berfungsi sebagai saringan molekul halus yang menahan sel darah
merah dan protein plasma, tetapi melewatkan air dan zat terlarut lain yang ukuran
molekulernya cukup kecil.
• Hasil penyaringan di glomerulus disebut filtrat glomerolus atau urin primer,
mengandung air, asam amino, glukosa, urea, natrium, kalium, dan garam-garam
lainnya.
b. Reabsorpsi Tubulus
• Pada saat filtrat mengalir melalui tubulus, zat-zat yang bermanfaat bagi tubuh
dikembalikan ke plasma kapiler peritubulus.
• Perpindahan bahan-bahan yang bersifat selektif dari bagian dalam tubulus (lumen
tubulus) ke dalam darah disebut reabsorpsi tubulus.
• Zat-zat yg direabsorpsi tidak keluar melalui urin, tetapi diangkut oleh kapiler peritubulus
kedalam vena dan kemudian ke jantung untuk kembali di edarkan ke tubuh.
• Namun, zat-zat sisa yg tidak lg bermanfaat bahkan membahayakan tubuh jika dibiarkan
tertimbun, sama sekali tidak direabsorpsi, akan tetap di dalam tubulus kontortus
proksimal untuk dieliminasi dalam urin.
• Lebih dari 99% plasma yg difiltrasi dikembalikan ke darah melalui reabsorpsi, dengan
presentase rata-rata hasil reabsorpsinya :
- air 99% (178 liter/hari)
- gula 100% (1,13 kg/hari)
- garam 99,5% (0,16 kg/hari)
- urea 50%
• Natrium, sebagian besar elektrolit lain, dan nutrien organik (glukosa dan asam amino)
direabsorpsi secara aktif. Sedangkan air dan urea direabsorpsi secara pasif.
• Setelah terjadi reabsorbsi maka tubulus akan menghasilkan urin sekunder, zat-zat yang
masih diperlukan tidak akan ditemukan lagi.
c. Sekresi Tubulus
• Tubulus kontortus distal secara selektif menambahkan zat-zat tertentu ke dalam cairan
filtrasi melalui proses sekresi tubulus.
• Sekresi suatu zat meningkatkan ekskresinya dalam urin.
• Sistem sekresi yg terpenting adalah :
- Sekresi ion hidrogen
yang penting untuk mengatur keseimbangan asam-basa.
- Sekresi ion kalium
yang menjaga konsentrasi ion kalium plasma
- Sekresi sekresi anion dan kation organik
yang melaksanakan eliminasi senyawa-senyawa organik asing dari tubuh.
• Setelah mengalami filtrasi, reabsorpsi, dan sekresi, urin sesungguhnya disalurkan ke
duktus pengumpul → ke pelvis ginjal, untuk kemudian akan di ekskresi.
d. Ekskresi urin
• Merupakan hasil dari ketiga proses pertama.
• Semua konstituen plasma yg mencapai tubulus (yaitu yg difiltrasi dan disekresi-tetapi
tidak direabsorpsi) akan tetap berada didalam tubulus dan mengalir ke pelvis ginjal
untuk diekskresikan sebagai urin.
• Setelah terbentuk, urin didorong oleh kontraksi peristaltik melalui ureter dari ginjal ke
kandung kemih.
• Jika kantong kemih telah penuh terisi urin, dinding kantong kemih akan tertekan
sehingga timbul rasa ingin berkemih (mikturisi). Urin akan keluar melalui uretra.
Referensi :
Fisiologi Manusia, Lauralee Sherwood
Fisiologi, Guyton
Hormon yg Mempengaruhi Fungsi Ginjal
(Mentari)
• Hormon yg Dihasilkan Ginjal
• Eritropoietin
Fungsi dari hormon eritropoietin adalah merangsang pembentukan sel darah merah. Pada
manusia normal, ginjal menghasilkan hampir semua eritropoietin yg disekresi ke dalam
sirkulasi. Pada orang dengan penyakit ginjal berat atau yang ginjalnya telah diangkat, timbul
anemia berat sebagai hasil dari penurunan produksi eritropoietin.
• Renin
Berfungsi membantu mengatur tekanan darah .
• Kalsitriol
Yaitu bentuk aktif vitamin D yang membantu proses penyerapan kalsium dan menjaga
keseimbangan kimia dalam tubuh. Tanpa bantuan hormon tersebut, tubuh akan mengambil
kalsium dari tulang yang jika dalam jangka panjang hal tersebut dapat menyebabkan penyakit
tulang.
Hormon yg Mempengaruhi Proses Pembentukan Urin
• Hormon antidiuretik (ADH)
Hormon antidiuretik dikeluakan oleh kelenjar saraf hipofisis (neurohipofisis). Pengeluaran
hormon ini ditentukan oleh reseptor khusus di dalam otak yang mengendalikan tek.osmotik
darah (kesetimbangan konsentrasi air dalam darah). Oleh karena itu, hormon ini akan
mempengaruhi proses reabsorbsi air pada tubulus kontortus distal, sehingga permeabilitas
terhadap air tinggi.
Peranan ADH dalam mengatur ekskresi ginjal :
ADH mempunyai peran penting dalam membentuk sedikit volume urin pekat sementara
mengeluarkan garam dalam jumlah normal. Pengaruh ini penting selama deprivasi air, yang
dengan kuat meningkatkan kadar ADH plasma yg kemudian meningkatkan reabsorbsi air oleh
ginjal dan membantu meminimalkan penurunan volume cairan ekstraselular dan tekanan
arteri yg akan terjadi sebaliknya.
• Angiotensin II
Angiotensin II merupakan salah satu pengontrol ekskresi natrium yang paling kuat dalam
tubuh. Perubahan asupan natrium dan cairan berhubungan dengan perubahan timbal balik
pada pembentukan Angiotensin II, dan hal ini kemudian sangat membantu mempertahankan
keseimbangan natrium dan cairan tubuh.
• Aldosteron
Aldosteron meningkatkan reabsorbsi natrium, terutama pada tubulus koligentes kortikalis.
Peningkatan reabsorbsi natrium juga berhubungan dengan reabsorbsi air dan sekresi kalium.
Oleh karena itu, pengaruh akhir aldosteron adalah membuat ginjal menahan natrium dan air
tetapi meningkatkan ekskresi kalium dalam urin.
• Insulin
Hormon insulin adalah hormon yang dikeluarkan oleh pulau Langerhans dalam pankreas.
Hormon insulin berfungsi mengatur gula dalam darah. Pada penderita diabetes melitus
konsentrasi hormon ini rendah, sehingga kadar gula dalam darah tinggi. Akibatnya, terjadi
gangguan reabsorbsi di dalam tubulus ginjal, sehingga dalam urin masih terdapat glukosa.
Hormon yg Mempengaruhi GFR
• Norepinefrin, Epinefrin, dan Endotelin mengakibatkan konstriksi pembuluh darah renal
dan menurunkan GFR
• Angiotensin II mengakibatkan konstriksi arteriol eferen→mencegah penurunan tekanan
hidrostatik glomerulus dan GFR
Hormon dalam Absorbsi
• Reabsorbsi sejumlah kecil Na+ di bagian distal tubulus berada di bawah kontrol
hormon.Tingkat reabsorbsi terkontrol ini berbanding terbalik dgn besar beban Na+ di
tubuh. Sistem hormon terpenting dan paling dikenal adalah sistem renin-angiotensin-
aldosteron, yg merangsang reabsorbsi Na+ di tubulus distal dan tubulus pengumpul.
Sistem Renin-Angiotensin-Aldosteron
• Beban Na+ di tubuh tercermin oleh volume CES. Natrium dan anion pendampingnya, Cl-,
menentukan lebih dari 90% aktivitas osmotik CES. Dan tekanan osmotik dapat dianggap
sebagai gaya yg menarik dan menahan H2O. Karena plasma adalah komponen CES,
perubahan volume CES adalah perubahan tekanan darah yg menyertai ekspansi (tek
darah ↑) atau reduksi (tek darah ↓) volume plasma.
• Sel-sel granuler aparatus jukstaglomerulus mensekresikan suatu hormon, renin, ke
dalam darah sbg respon terhadap penurunan NaCl/volume CES/tekanan darah.
Peningkatan sekresi renin menyebabkan peningkatan reabsorbsi Na+ oleh bagian distal
tubulus.
• Setelah disekresikan ke dalam darah, renin bekerja sebagai enzim untuk mengaktifkan
angiotensinogen menjadi angiotensin I. Angiotensinogen adalah protein plasma yg
disintesis oleh hati dan selalu terdapat di plasma dalam konsentrasi tinggi.
• Pada saat melewati paru melalui sirkulasi paru, angiotensin I diubah oleh angiotensin-
converting enzyme (ACE), yg banyak terdapat di kapiler baru, menjadi angiotensin II.
Angiotensin II adalah stimulus utama untuk sekresi hormon aldosteron dari kelenjar
adrenal. Kelenjar adrenal adalah suatu kelenjar endokrin yg menghasilkan beberapa
hormon, yg masing-masing disekresikan sbg respons terhadap rangsangan yg berbeda.
• Salah satu efek aldosteron adalah meningkatkan reabsorbsi Na+ oleh tubulus distal dan
tubulus pengumpul. Hormon ini melaksanakannya dgn merangsang sintesis protein-
protein baru di dalam sel-sel tubulus tsb. Protein-protein itu disebut aldosterone-
induced proteins , meningkatkan reabsorbsi Na+ melalui dua cara :
• Cara pertama, mereka terlibat dalam pembentukan saluran Na+ di membran luminal sel
tubulus distal dan pengumpul, sehingga meningkatkan perpindahan pasif Na+ dari
lumen ke dalam sel
• Cara kedua, mereka menginduksi sintesis pembawa Na+-K+ ATPase, yg disisipkan ke
dalam membran basolateral sel-sel tsb
REFERENSI:
Guyton and hall
Mekanisme pengeluaran urine menurut konsentrasi
(henny hasyyati)
Ekskresi urine
Kecepatan ditentukan oleh sebagian besar reabsorpsi.
Ureum, sulfat, fosfat dan sisa metabolisme merupakan bahan yang akan dieksresikan oleh
tubuh.
Eksersi zat terlalut selalu disertai oleh eksresi H2O yang setara karena pengaruh faktor osmotic
Jika kelebihan zat terlarut yang tidak direabsorsi di cairan tubulus maka akan menimbulkan efek
osmotic.
Bila urin pekat terjadi retensi air dengan zat terlarut dan apabila encer terjadi sektersi air
berlebih dibandingkan zat terlarut.
Efek osmotik disebut sebagai diuresis yang meningkatakan ekskresi urine.
Bila osmolaritas cairan tubuh meningkat diatas normal (cairan tubuh terlalu pekat), kelenjar
hipofisis posterior akan menyekresikan banyak ADH untuk meningkatkan permeabelitas tubulus
distal dan duktus koligentes terhadap air.
Ringkasan mekanisme pemekatan urin dan perubahan osmolaritas diberbagai segmen
tubulus
1. Tubulus Proksimal
Sekitar 65% elektrolit yang akan difiltrasi akan direabsorbsi ditubulus proksimal. Membran
tubulus sangat permeabel terhadap air, sehingga tiap kali zat terlarut direabsorbsi, air juga
berdifusi melalui membran tubulus secara osmosis. Oleh sebab itu, osmolaritas cairan yang
tersisa kurang lebih sama dengan filtrat glomerulus. Bila terdapat kelebihan air didalam tubuh
dan osmolaritas cairan ekstrasel menurun, sekresi ADH oleh hipofisis posterior akan menurun
yang menyebabkan permeabelitas tubulus distal dan duktus koligentes terhadap air menurun,
menyebabkan urine menjadi encer.
2.Segmen desenden ansa henle
Saat cairan menuruni segmen desenden ansa henle, diabsorbsi ke dalam medula. Lengan
desenden sangat permeabel terhadap air tp tidak terhadap Na, Cl dan ureum. Maka dari itu,
osmolaritas cairan yang melalui segmen desenden akan meningkat hingga sama dengan cairan
interstisial disekitarnya. (1200mOsm/L saat kons. ADH darah tinggi) Ketika urin encer terbentuk
karena konsentrasi ADH yang rendah, osmolaritas interstitial medula mjd kurang dari 1200
mOsm/L, menyebabkan osmolaritas cairan tubulus segmen desenden juga berkurang. Salah
satu penyebabnya adalah sedikitnya ureum yg diabsorbsi ke interstisium medula dr duktus
kognites saat ADH rendah & ginjal membentuk urin encer.
3. Segmen tipis asenden ansa henle
Segmen ini impermeabel terhadap air tapi dapat mereabsorbsi natrium klorida. Disini terjadi
difusi pasif natrium klorida dari segmen tipis asenden ansa henle ke interstisium medula. Yang
menyebabkan Cairan tubulus menjadi lebih encer. Ureum yang diabsorbsi ke dalam
interstisium medula dari duktus koligentes berdifusi kedalam lengkung asenden sehingga,
ureum kembali ke sistem tubulus sehingga mencegah hilangnya ureum dari medula ginjal .
4. Segmen tebal asenden ansa henle
Segmen ini impermeabel terhadap air, namun Natrium, Cloride, Kalium , dan ion-ion lain
ditranspor secara aktif ke interstisium medula , sehingga cairan di segmen ini menjadi sangat
encer dan konsentrasinya turun sampai ± 100 mOsm/L
5. Segmen awal tubulus distal
Prinsipnya sama seperti segmen tebal asenden ansa henle. Pengenceran cairan tubulus terjadi
saat zat terlarut direabsorbsi sedangkan air tetap tinggal ditubulus
6. Segmen akhir tubulus & tubulus koligentes kortikalis
Pada segmen ini osmolaritas bergantung pada kadar ADH. Jika kadar ADH tinggi, tubulus akan
permeabel terhadap air dan air akan direabsorbsi. Namun, segmen ini tidak terlalu permeabel
terhadap ureum sehingga meningkatkan konsentrasi ureum. Peningkatan ureum menyebabkan
ureum dikirim ke tubulus distal & tubulus koligentes, lalu masuk ke duktus koligentes didalam
medula lalu ureum di reabsorbsi atau diekskresikan dalam urin. Jika tidak ada ADH pada
segmen ini, hanya sedikit air yang direabsorbsi maka, osmolaritas akan menurun karena
reabsorbsi aktif ion yang terus menerus
7. Duktus koligentes dibagian dalam medulla
Konsentrasi cairan dalam medula juga bergantung pada ADH dan Osmolaritas interstisium
medulla. Jika ADH tinggi, duktus akan permeabel terhadap air dan air berdifusi dari tubulus ke
interstisium hingga tercapai keseimbangan osmotik (konsentrasi Cairan tubulus ± = interstisium
medula ginjal (1200-1400 mOsm/L). Jadi, saat kadar ADH tinggi, akan dihasilkan urin yang pekat
tapi sedikit. Karena reabsorbsi air meningkatkan konsentrasi ureum dalam cairan tubulus &
karena duktus koligentes bagian dalam medula memiliki pengangkut ureum yang spesifik yang
membantu terjadinya difusi. Ureum yang kepekatannya tinggi diduktus berdifusi keluar dari
lumen tubulus masuk ke dalam interstisium medula . Absorbsi ureum ke medula ginjal
membentuk osmolaritas interstisium medula yang tinggi dan kemampuan pemekatan ginjal
yang tinggi.
(Fisiologi, Guyton)
Pemeriksaan Makroskopik Urin
(Oki Fahmi A. N)
Pemeriksaan makroskopik urin meliputi:
1. Volume Urin
2. Warna Urin
3. Berat Jenis Urin
4. Bau Urin
5. pH
Volume Urin
Pada pemeriksaan volume urin menafsirkan hasil pemeriksaan kuantitatif atau semi kuantitatif
suatu zat dalam urin serta menentukan gangguan faal ginjal.
Normal Dewasa (24hr): 800 – 1300ml à Siang(12hr) 2-4x lebih banyak dari Malam(12hr)
Poliuri à Volume Urin (24hr) > 2000ml
Oliguri à Volume Urin (24hr) 100 – 300ml
Anuri à Volume Urin (24hr) < 100ml
Nokturia à Jika perbandingan Normal terbalik
Warna Urin
Urin normal berwarna kuning muda
No. Warna Urine Penyebab Patologis Penyebab Non Patologis
1. Merah
Ada hemoglobin, mioglobin
dan porfirin (berarti ada
perdarahan saluran kencing)
• Oleh karena obat
tertentu
• Karena zat warna dari
makanan tertentu
2. Jingga Zat warna empedu
• Karena obat-obat:
antiseptik saluran kencing,
pyridium, dan obat
fenothiazin
3. Kuning
• Urin pekat
• Keberadaan urobilin
dan bilirubin
• Banyak makan wortel
• Obat (fenacetin,
Kaskara, Nitrofurantoin)
4. Hijau• Keberadaan biliverdin
• Keberadaan bakteri
• Obat preparat vitamin
dan obat psikoaktif
pseudomonas
5. Biru Tak patologis • Diuretika tertentu
6. Coklat
• Keberadaan Hematin
asam, Mioglobin dan zat warna
empedu
• Obat (Nitrofurantoin,
levodopa)
7.Hitam/
hampir hitam
Keberadaan Melanin, Urobilin
dan Methemoglobin
• Obat (levodopa,
Kaskara, senyawa besi dan
fenol)
Berat Jenis Urin
Berat jenis urin sewaktu pada orang normal antara 1,003 -- 1,030. Berat jenis urin herhubungan
erat dengan diuresa, makin besar diuresa makin rendah berat jenisnya dan sebaliknya. Makin
pekat urin makin tinggi berat jenisnya, jadi berat jenis bertalian dengan faal pemekatan ginjal.
Faal pemekat ginjal baik:
Urine yang mempunyai berat jenis 1,020 atau lebih (demam & dehidrasi)
Sedangkan berat jenis urine < 1,0009 dapat desebabkan oleh intake cairan yang berlebihan,
hipotermi, alkalosis dan kegagalan ginjal yang menahun.
Berat jenis urin meningkat dapat menyebabkan:
* KADAR GLUKOSA TINGGI.
* PROTEIURIA,
* EKLAMSIA,
* LIPOID NEFROSIS
CARA MENGUKUR BERAT JENIS URIN DENGAN:
* URINOMETER,
* REFRAKTOMETER,
* TEST STRIP (CARIK CELUP)
Bau Urin
Bau urine normal disebabkan oleh asam organik yang mudah menguap. Bau yang berlainan
dapat disebabkan oleh makanan seperti pate, jengkol, obat-obatan seperti mentol, bau buah-
buahan seperti pada ketonuria.Bau amoniak desebabkan prombakan ureum oleh bakteri dan
biasanya terjadi pada urin yang dibiarkan tanpa pengawet. Adanya urine berbau busuk dari
semua dapat berasal dari perombakan protein dalam saluran kemih, (karsinoma saluran
kemih).
pH Urin
Penetapan pH diperlukan pada gangguan keseimbangan asam basa, kerena dapat memberi
kesan tentang keadaan dalam badan. Selain itu penetapan pH pada infeksi saluran kemih dapat
memberi petunjuk ke arah etiologi.
o Cara mengukur pH urin:
• Kertas lakmus
• Kertas Nitrasin
• Carik Celup
• pH meter
pH urin yang asam dapat mencegah terbentuknya batu ginjal atau untuk mengeluarkan zat
tertentu.
(Penuntun Laboratorium Klinik, R. Gandasoebrata)
Pemeriksaan mikroskopik (sedimen) urine
(laras indri .P)
1) definisi :Pemeriksaan mikroskopik untuk menilai benda-benda padat dari tubuh dan
bukan dari tubuh dan untuk menilai sedimen urine dengan melihat adanya:
Sel dari
darah
Sel dari saluran Sel dari sal.
kemih
Silinder Kristal
eritrosit epitel Bakteri Hialin Urin
asam:as.urat,natrium
urat
leukosit gepeng Fungi Granul Urin netral:calcium
oksalat
transisional Parasit Waxy Urin
alkali:ammonium-
magnesium fosfat
bulat Fibrin
oval fat bodies Eritrosit
leukosit
2) sedimen
tujuan :mengidentifikasi jenis sedimen untuk mendeteksi kelainan ginjal & saluran
kemih.
jenis:
1. organic: sel dari darah ,sel dari saluran,silinder,sel dari luar sal.kemih
2. anorganik: Kristal-kristal
3) unsure-unsur organic dalam urine
sel epitelàberinti 1,ukuran lebih besar dari leukosit, bentuknya berbeda-beda
menurut tempat asalnya:
a) sel epitel gepeng(skuamous)àwanita lebih banyak dari pria, berasal dari
vulva/uretra bagian distal.
b) S.E. transisionalàberasal dari kandung kencing.
c) S.E. yg berasal dari pelvis ginjal & tubuli lebih bulat & lebih kecil dari
skuamous.
Px.urine yg normal
o Sel epitel skuamous &transisional selalu ada ,S.E.bulat dari tubuli ginjal
jumlahnya sangat sedikit
Px. Urine yg tidak normal
o Sel epitel bulat bertambah banyak kemungkinan glomerulophritis/diduga
iritasi pd permukaan selaput lendir dlm tractus urogenitalis
Oval fat bodiesàsel epitel yg mengalami degenerasi lemak
Px.urine yg normal
o Tidak terdapat
Px. Urine yg tidak normal
o Terdapat OFB ,diduga sindrom nefrotikàsel epitel bulat berlemak
berasal dari tubuli ginjal yang iritasi.
Leukosit ànampak seperti benda bulat berbutir halus .intinya lebih jelas jika
sedimen diberi larutan as.asetat10%
Px. Urine normal
o Tidak ditemukan
Px.urine yg tak normal
o Leukosit>>5 leukosit/LPB àdiduga ada radang purulent di bagian tractus
urogenitalis.
Eritrosit àpada urine pekat mengkerut,pada urine encer membengkak,dalam
urine alkali mengecil
Px.urine normal
o Tidak terdapat
Px.urine tidak normal
o Eritrosit>>1 eritrosit/LPBàdiduga ada radang diathesis ,trauma,
hemoragik.
Silinder àdibentuk dari tubuli ginjal
S. hialinàsilinder yg sisinya parallel &uj.bulat ,homogeny &tak berwarna
S.berbutir halus:berbentuk seperti silinder hialin
Kasar:lebih pendek&tebal
S.lilin
S.fibrin
S.eritrosit
S.leukosit
S.lemak
Px.urine normal
o Dgn addis count didapat silinder hialin 2000/jam
Px.urine tak normal
o Jika ditemukan silinder lilin àdiduga nephritis lanjut
o Jika silinder berbutir kasaràdiduga ada kelainan
4) Unsur-unsur anorganik dalam urine
Kristal2àmerupkan zat sampah metabolism yg normal,ada&banyaknya
ditentukan o/jenis makanan,banyaknya makanan,,kecepatan
metabolism&konsentrasi urine
Px.urine yg normal
o Kristal as. Urat ,calcium oksalat,tripel fosfat jika ditemukan normal
sebagai zat sampah metabolisme.
o Kristal dari obat-obat sulfonamida.
Px.urine yg tak normal
o Ditemukan kristal2:cystine,leucyne,tyrosin,kolesterol,bilirubin 1, dan
hematoidin.
(Penuntun Laboratorium Klinik, R. Gandasoebrata)
Pemeriksaan Kimiawi Urin
(Hendra Leofirsta)
Pemeriksaan pH
Pemeriksaan protein
Pemeriksaan glukosa
PEMERIKSAAN PROTEIN URIN
Dengan asam sulfosalisil
1.) 2 (dua) tabung reaksi diisi masing-masingnya degan 2 (dua) ml urin yang akan diperiksa.
2.) Tabung yg pertama ditambahkan 8 tetes larutan Asam sulfosalisil 20% dan kemuadian
dikocok.
3.) Bandingkan dengan tabung yang kedua (yang tidak ditambahkan As. sulfosalisil 20%). Kalau
tetap sama jernihnya test terhadap protein “Negatif/ (-)”.
4.) Jika tabung pertama lebih keruh dari tabung kedua, panasilah tabung pertama itu diatas
nyala api sampai mendidih & kemudian dinginkan kembali dengan air mengalir ;
a. Jika kekeruhan tetap ada pada waktu pemanasan & tetap ada juga setelah dingin kembali,
tes terhadap protein “Positif”.
b. Jika kekeruhan itu hilang pada saat pemanasan & muncul lagi setelah dingin, lakukan
pemeriksaan Bence Jones.
Pemanasan dengan Asam Asetat
1.) Masukkan urin yang akan diperiksa ke dalam tabung reaksi sampai 2/3 tabung penuh.
2.) Dengan memegang tabung reaksi tersebut pada ujung bawah, lapisan atas urin itu dipanasi
diatas nyala api sampai mendidih selama 30 menit.
3.) Perhatikan terjadinya kekeruhan di lapisan atas urin itu, dengan membandingkan jernihnya
dengan bagian bawah yang tidak dipanasi. Jika terjadi kekeruhan, mungkin ia disebabkan
oleh protein, tetapi mungkin juga disebabkan oleh kalsium pospat/kalsium karbonat.
4.) Kemudian teteskan kedalam urin yang masih panas itu 3-5 tetes lar. Asam asetat 6%. Jika
kekeruhan itu tetap/bertambah keruh berarti tes protein positif.
5.) Panasilah sekali lagi lapisan atas itu sampai mendidih & kemudian berilah penilaian
semikuantitatif kepada hasilnya.
Penilaian Hasil :
_ : tidak ada kekeruhan.
+ : kekeruhan ringan tanpa butir-butir (0,01-0,05%).
++ : kekeruhan mudah dilihat & nampak butir-butir dalam kekeruhan tersebut (0,05-0,2%).
+++ : urin jelas keruh dan kekeruhan berkeping-keping (0,2-0,5%).
++++ : sangat keruh dan bergumpal/memadat (>0,5%).
© Belibis A-17.((http://www.Belibis17.tk
Pemeriksaan glukosa urin.
Menggunakan larutan benedict.
LANGKAH KERJA
1.) Masukkanlah 5 ml reagen benedict dalam tabung reaksi.
2.) Meneteskan sebanyak 5-8 tetes urin ke dalam tabung itu.
3.) Masukkanlah tabung itu ke dalam air mendidih selama5 menit.
4.) Angkatlah tabung, kocoklah isinya dan bacalah hasil reduksi.
PENILAIAN HASIL
Hasil pemeriksaan reduksi hendaknya disebut dengan cara semi kuantitatif. Macam-macam
hasil yang dapat muncul:
1.Negatif (-)
: Tetap biru jernih atau sedikit kehijau-hijauan dan agak keruh
2. Positif ( + atau 1+)
: Hijau kekuning-kuningan dan keruh (sesuai dengan 0,5-1% glukosa)
3. Positif (++ atau 2+)
: Kuning keruh (1-1,5% glukosa)
4. Positif (+++ atau 3+)
: Jingga atau warna lumpur keruh (2 -3,5% glukosa)
5. Positif (++++ atau4+)
: Merah keruh (lebih dari3,5% glukosa)
CATATAN
Reagens kulaitatif benedict : CUSO4.5aq 17,3 g; natrium sitrat 173g; Na2Co3.0aq 100g atau
Na2CO3.10aq200g; aquadest ad 1000 ml.
Karena hasil tersebut disebut dengan cara semikuantitatif, perbandingan banyaknya reagen dan
urin penting dalam melakukan tes ini. Untuk menghemat reagen, tes ini sering dilakukan
dengan2,5 ml reagens dan3-4 tetes urin; hasilnya tidak berbeda.
Air tempat memasukkan tabung reaksi harus mendidih betul; salah jika hanya menggunakan air
yang panas saja. Jika hanya akan memeriksa 1-2 pemeriksaan reduksi, pemanasan boleh
dilakukan juga dengan nyala api; dalam hal itu isi tabung harus perlahan-lahan mendidih
selama2 menit penuh.
Cara menilai hasil yang menyimpan dari yang disebut tadi jangan dipakai. Melaporkan hasil
dengan umpamanya ±, zwak + nareductie, dsb tidak dapat dibenarkan
Pemeriksaan dengan metode carik celup
• Praktis karena reagen tersedia dalam bentuk pita siap pakai
• Reagen relatif stabil, murah, volume urin yang dibutuhkan sedikit, sekali pakai, tidak
memerlukan persiapan reagen.
• Prosedur sederhana dan mudah.
• Hasil pemeriksaan cepat diperoleh
Langkah :
• Carik celup dicelupkan ke dalam urin dalam waktu < 1 detik, angkat
• Letakkan carik celup mendatar pada sisinya di kertas saring, agar kelebihan urin mengalir &
diserap, mencegah carry over antar pita reagen.
• Setelah 30-60 detik warna yg terjadi dibandingkan dgn warna pd botol carik celup secara visual.
Pemeriksaan pH Urin :
Menggunakan kertas lakmus:
1. Urin di tampungan dalam gelas kimia.
2. Siapkan 2 buah kertas lakmus. Biru dan merah
3. Tetesi masing-masing lakmus dengan urin, perhatikan perubahan warna lakmus.
Keterangan :
Urin bersifat asam jika merubah kertas lakmus biru menjadi merah dan tetap merubah lakmus
merah menjadi merah.
Urin bersifat basa jika merubah kertas lakmus merah menjadi biru dan tetap merubah lakmus
biru menjadi biru.
COMPARETHE COLOUR CHART
READ :
URINE
Catatan : Tidak di temukan adannya urin yang bersifat Amfoter.
TEST FUNGSI GINJAL
( Risdi Pramesta )
Definisi
Test fungsi ginjal adalah istilah kolektif untuk berbagai tes individual dan prosedur yang dapat
dilakukan untuk mengevaluasi seberapa baik ginjal berfungsi. Seorang dokter yang pesanan tes
fungsi ginjal dan menggunakan hasil untuk menilai fungsi ginjal disebut nephrologist sebuah.
Tujuan
Ginjal, sistem penyaringan alami tubuh, melakukan banyak fungsi penting, termasuk
menghapus produk-produk limbah metabolik dari aliran darah, mengatur keseimbangan air
tubuh, dan menjaga pH (keasaman / basa) cairan tubuh. Sekitar satu setengah liter darah per
menit yang diedarkan melalui ginjal, dimana bahan kimia limbah disaring dan dihilangkan dari
tubuh (bersama dengan air berlebihan) dalam bentuk urin. Tes fungsi Ginjal membantu untuk
menentukan apakah ginjal melaksanakan tugasnya secara memadai.
Kewaspadaan
Dokter harus mengambil sejarah lengkap sebelum melakukan tes fungsi ginjal untuk
mengevaluasi makanan pasien dan pemberian obat. Berbagai resep dan obat over-the-counter
dapat mempengaruhi darah dan hasil tes urin fungsi ginjal, karena dapat beberapa makanan
dan minuman.
DESKRIPSI
Banyak kondisi dapat mempengaruhi kemampuan ginjal untuk melaksanakan fungsi-fungsi vital
mereka. Beberapa kondisi yang dapat menyebabkan penurunan (akut) yang cepat dalam fungsi
ginjal; lain menyebabkan penurunan (kronis) bertahap dalam fungsi. Keduanya dapat
mengakibatkan penumpukan zat limbah beracun dalam darah. Sejumlah tes laboratorium klinis
yang mengukur tingkat zat biasanya diatur oleh ginjal dapat membantu untuk menentukan
penyebab dan tingkat kerusakan ginjal. Urine dan sampel darah digunakan untuk tes ini.
Nephrologist menggunakan hasil ini dalam beberapa cara. Setelah diagnosis dibuat bahwa
penyakit ginjal hadir dan jenis penyakit ginjal menyebabkan masalah, nephrologist bisa
merekomendasikan pengobatan khusus. Meskipun tidak ada terapi obat tertentu yang akan
mencegah perkembangan penyakit ginjal, dokter akan membuat rekomendasi untuk perawatan
untuk memperlambat penyakit sebanyak mungkin. Sebagai contoh, dokter mungkin
meresepkan obat tekanan darah, atau perawatan untuk pasien dengan diabetes. Jika penyakit
ginjal semakin memburuk, nephrologist bisa mendiskusikan hemodialisis (pembersihan darah
dengan menghilangkan kelebihan cairan, mineral, dan limbah) atau transplantasi ginjal
(prosedur bedah untuk menanamkan sebuah ginjal sehat ke pasien dengan penyakit ginjal atau
gagal ginjal) dengan pasien.
TES LABORATORIUM
Ada sejumlah tes urin yang dapat digunakan untuk menilai fungsi ginjal. Sebuah tes,
penyaringan sederhana murah-a urine rutin-sering ujian pertama dilakukan jika masalah ginjal
yang diduga. Contoh, urin kecil secara acak dikumpulkan diperiksa secara fisik untuk hal-hal
seperti warna, bau, penampilan, dan konsentrasi (berat jenis), kimia, untuk zat seperti protein,
glukosa, dan pH (keasaman / basa), dan mikroskopik untuk kehadiran selular elemen (sel darah
merah [sel darah merah], sel darah putih [leukosit], dan sel epitel), bakteri, kristal, dan gips
(struktur yang dibentuk oleh deposit protein, sel, dan zat lainnya dalam tubulus ginjal's). Jika
hasil menunjukkan kemungkinan penyakit atau fungsi ginjal terganggu, satu atau lebih dari tes
tambahan berikut ini biasanya dilakukan untuk menentukan penyebab dan tingkat penurunan
fungsi ginjal.
Test Kreatinin Clearance
Tes ini mengevaluasi seberapa efisien ginjal jelas substansi yang disebut kreatinin dari
darah. Kreatinin, suatu produk limbah dari metabolisme energi otot, diproduksi pada
tingkat konstan yang sebanding dengan massa otot individu. Karena tubuh tidak diolah,
kreatinin semua disaring oleh ginjal dalam jumlah waktu tertentu diekskresikan dalam urin,
bersihan kreatinin membuat ukuran yang sangat spesifik fungsi ginjal. Tes ini dilakukan
pada sampel spesimen urin-a berjangka waktu kumulatif yang dikumpulkan selama periode
dua sampai 24-jam. Penentuan tingkat kreatinin darah juga diperlukan untuk menghitung
clearance urin.
Test Urea Clearance
Urea adalah produk limbah yang dibuat oleh metabolisme protein dan dikeluarkan dalam
urin. Uji bersihan urea memerlukan sampel darah untuk mengukur jumlah urea di dalam
aliran darah dan dua spesimen urin, dikumpulkan satu jam terpisah, untuk menentukan
jumlah urea yang disaring, atau dihapus, oleh ginjal ke dalam urin.
Test Osmolalitas Urin
Osmolalitas urin adalah pengukuran jumlah partikel terlarut dalam urin. Ini adalah
pengukuran yang lebih tepat daripada berat jenis untuk mengevaluasi kemampuan ginjal
untuk berkonsentrasi atau encer urin. Ginjal yang berfungsi normal akan mengeluarkan
lebih banyak air ke dalam urin sebagai asupan cairan meningkat, menipiskan urin. Jika
asupan cairan menurun, ginjal mengeluarkan air kurang dan urin menjadi lebih
terkonsentrasi. Pengujian dapat dilakukan pada sampel urin dikumpulkan hal pertama di
pagi hari, pada sampel berjangka waktu beberapa, atau pada sampel kumulatif yang
dikumpulkan selama periode 24-jam. Pasien biasanya akan memerlukan makanan protein
tinggi selama beberapa hari sebelum ujian dan diminta untuk minum cairan malam
sebelum ujian.
Uji Protein Urine
Sehat ginjal menyaring semua protein dari aliran darah dan kemudian menyerap kembali
mereka, sehingga tidak ada protein, atau hanya sedikit jumlah protein, ke dalam urin.
Kehadiran terus-menerus dari sejumlah besar protein dalam urin, maka, merupakan
indikator penting dari penyakit ginjal. Sebuah tes skrining positif untuk protein (termasuk
dalam rutinitas urinalisis ) pada sampel urin acak biasanya diikuti dengan tes pada sampel
urin jam-24 yang lebih tepatnya mengukur kuantitas protein.
Ada juga beberapa tes darah yang dapat membantu dalam mengevaluasi fungsi ginjal. Ini
termasuk:
Blood Urea Nitrogen Test (BUN)
Urea adalah produk sampingan dari metabolisme protein. Dibentuk di hati, ini produk
limbah kemudian disaring dari darah dan dikeluarkan melalui urin oleh ginjal. Uji BUN
mengukur jumlah nitrogen yang terkandung dalam urea. Tingkat BUN yang tinggi dapat
menunjukkan disfungsi ginjal, tetapi karena BUN juga dipengaruhi oleh asupan protein dan
fungsi hati, tes ini biasanya dilakukan bersama-sama dengan kreatinin darah, indikator
yang lebih spesifik fungsi ginjal.
Uji Kreatinin
Tes ini mengukur kadar kreatinin darah, produk sampingan dari metabolisme energi otot
itu, mirip dengan urea, disaring dari darah oleh ginjal dan dikeluarkan ke dalam urin.
Produksi kreatinin massa otot tergantung pada orang itu, yang biasanya berfluktuasi sangat
sedikit. Dengan fungsi ginjal normal, maka, jumlah kreatinin dalam darah tetap relatif
konstan dan normal. Untuk alasan ini, dan karena kreatinin sangat sedikit dipengaruhi oleh
fungsi hati, tingkat kreatinin darah tinggi adalah indikator yang lebih sensitif dari fungsi
ginjal dari BUN.
Tes Darah Lain
Pengukuran kadar unsur-unsur lain yang diatur dalam sebagian oleh ginjal juga dapat
berguna dalam mengevaluasi fungsi ginjal. Ini termasuk natrium, kalium, klorida,
bikarbonat, kalsium, magnesium, fosfor, protein, asam urat, dan glukosa.
HASIL
Normal untuk nilai tes banyak ditentukan oleh usia pasien dan jenis kelamin. Nilai Referensi
juga dapat bervariasi oleh laboratorium, tetapi umumnya dalam rentang sebagai berikut:
TES URINE
Kreatinin Clearance
Untuk koleksi urin 24 jam, hasil normal 90 mL/min-139 ml / menit untuk pria dewasa muda dari
40, dan 80-125 mL / min untuk perempuan dewasa lebih muda dari 40. Bagi orang-orang lebih
dari 40, nilai turun sebesar 6,5 mL / menit untuk setiap dekade hidup.
Osmolalitas Urin
Dengan asupan cairan dibatasi (pengujian konsentrasi), osmolalitas harus lebih besar dari 800
mOsm / kg air. Dengan meningkatkan pemasukan cairan (uji pengenceran), osmolalitas harus
kurang dari 100 mOsm / kg pada setidaknya satu dari spesimen yang dikumpulkan. Sebuah
osmolalitas urin 24 jam harus rata-rata 300-900 mOsm / kg. A Sebuah osmolalitas urin acak
harus rata-rata 500-800 mOsm / kg.
Urine Protein
Sebuah koleksi urin 24 jam harus berisi tidak lebih dari 150 mg protein.
Urine sodium
Sebuah natrium urin 24 jam harus berada dalam jarak 75-200 mmol / hari.
TES DARAH
Blood Urea Nitrogen (BUN) harus rata-rata 8-20 mg / dL.
Kreatinin harus 0,8-1,2 mg / dL untuk pria, dan 0,6-0,9 mg / dL untuk wanita.
Kadar Asam Urat untuk laki-laki harus 3,5-7,2 mg / dL dan untuk wanita 2,6-6,0 mg / dL.
Nilai bersihan kreatinin rendah untuk menunjukkan kemampuan berkurang pada ginjal untuk
menyaring produk limbah dari darah dan mengeluarkan mereka dalam urin. Seperti penurunan
tingkat peluruhan, darah tingkat kreatinin, urea, dan meningkatkan asam urat. Karena dapat
dipengaruhi oleh faktor lain, BUN meningkat, sendirian, adalah sugestif, tetapi tidak diagnostik
untuk disfungsi ginjal. Sebuah kreatinin plasma abnormal tinggi merupakan indikator yang lebih
spesifik penyakit ginjal daripada BUN.
Nilai clearance Rendah untuk kreatinin dan urea menunjukkan kemampuan berkurang pada
ginjal untuk menyaring produk-produk limbah dari darah dan untuk mengeluarkan mereka
dalam urin. Seperti penurunan tingkat peluruhan, darah kadar kreatinin dan meningkatkan urea
nitrogen. Karena dapat dipengaruhi oleh faktor lain, BUN meningkat tentu saja sugestif untuk
disfungsi ginjal. Namun, tidak diagnostik. Sebuah kreatinin abnormal darah tinggi, indikator
yang lebih spesifik dan sensitif penyakit ginjal daripada BUN, merupakan diagnostik fungsi ginjal
terganggu.
Ketidakmampuan ginjal untuk mengkonsentrasikan urin sebagai respon terhadap asupan cairan
dibatasi, atau untuk mencairkan urin sebagai respon terhadap asupan cairan meningkat selama
pengujian osmolalitas, mungkin menunjukkan penurunan fungsi ginjal. Karena ginjal biasanya
mengeluarkan hampir tidak ada protein di urin, kehadiran terus-menerus, dalam jumlah yang
melebihi nilai normal urin 24 jam, biasanya menunjukkan beberapa jenis penyakit ginjal.
PENDIDIKAN PASIEN
Beberapa masalah ginjal merupakan hasil dari proses lain penyakit, seperti diabetes atau
hipertensi. Dokter harus meluangkan waktu untuk menginformasikan pasien tentang
bagaimana penyakit mereka atau pengobatannya akan mempengaruhi fungsi ginjal, serta
ukuran yang berbeda pasien dapat dilakukan untuk membantu mencegah perubahan ini.