Lp Dispepdsia

download Lp Dispepdsia

of 19

Transcript of Lp Dispepdsia

  • 8/10/2019 Lp Dispepdsia

    1/19

    1. KONSEP PENYAKITA. PENGERTIAN

    Dispepsia merupakan istilah yang digunakan untuk suatu sindrom atau kumpulan

    gejala/keluhan yang terdiri dari nyeri atau rasa tidak nyaman di ulu hati,kembung, mual,

    muntah,sendawa,rasa cepat kenyang, perut rasa penuh/begah. Keluhan ini tidak perlu

    selalu semua ada pada tiap pasien, dan bahkan pada satu pasien pun keluhan dapat

    berganti atau bervariasi baik dari segi jenis keluhan maupun kualitasnya.Terdapat

    berbagai definisi tentang dispepsia. Salah satunya yang dapat dipakai adalah dyspepsia

    refers to pain or discomfort centered in the upper abdomen.Definisi ini berdasarkan

    kriteria Roma II tahun 1999-2000. Jadi dispepsia bukanlah suatu penyakit tetapi

    merupakan suatu sinmdrom yang harus dicari penyebabnya.

    Dispepsia berasal dari bahasa Yunani (Dys) berarti sulit dan Pepse berarti pencernaan. Dispepsia merupakan kumpulan keluhan/gejala klinis yang terdiri dari rasa

    tidak enak/sakit di perut bagian atas yang menetap atau mengalami kekambuhan keluhan

    refluks gastroesofagus klasik berupa rasa panas di dada (heartburn) dan regurgitasi asam

    lambung kini tidak lagi termasuk dispepsia (Mansjoer A edisi III, 2000 hal : 488).

    Pengertian dipepsia terbagi dua : (Mansjoer Arif, 2001).

    a. Dyspepsia organic,bila telah di ketahui adanya kelainan organic sebagai

    penyebabnya.

    b. Dyspepsia nonorganic atau dyspepsia fungsional,atau dyspepsia nonulkus,bila

    tidak jelas penyebabnya.

    Dispepsia mengacu pada rasa kenyang yang tidak mengenyangkan sesudah

    makan, yang berhubungan dengan mual, sendawa, nyeri ulu hati dan mungkin kram dan

    begah perut. Sering kali diperberat oleh makanan yang berbumbu, berlemak atau

    makanan berserat tinggi, dan oleh asupan kafein yang berlebihan, dyspepsia tanpa

    kelainan lain menunjukkan adanya gangguan fungsi pencernaan (Williams & Wilkins,

    2011).

    B. PENYEBAB

    Dispepsia disebabkan oleh ulkus lambung atau penyakit acid reflux.. Hal ini

    menyebabkan nyeri di dada. Beberapa perubahan dapat terjadi pada saluran cerna atas

  • 8/10/2019 Lp Dispepdsia

    2/19

    akibat proses penuaan, terutama pada ketahanan mukosa lambung (Wibawa, 2006).

    Kadar asam lambung lansia biasanya mengalami penuruna hingga 85%.

    Dispepsia dapat disebabkan oleh kelainan organik, yaitu :

    a. Gangguan penyakit dalam lumen saluran cerna: tukak gaster atau

    duodenum, gastritis, tumor, infeksi bakteri Helicobacter pylori.

    b. Obat-obatan: anti inflamasi non steroid (OAINS), aspirin, beberapa jenis

    antibiotik, digitalis, teofilin dan sebagainya.

    c. Penyakit pada hati, pankreas, maupun pada sistem bilier seperti hepatitis,

    pankreatitis, kolesistitis kronik.

    d. Penyakit sistemik seperti diabetes melitus, penyakit tiroid, penyakit

    jantung koroner.

    Penyebab dyspepsia dapat dibedakan menjadi 2 yaitu :a) Dyspepsia organik, bila telah diketahui adanya kelainan organik sebagai

    penyebabnya (misalnya tukak peptic, gastritis, pankreastitis, kolesistitis dan

    lainnya).

    b) Dyspepsia non organik atau dyspepsia fungsional atau dyspepsia non ulkus

    (DNU), bila tidak jelas penyebabnya.

    C.

    EPIDEMIOLOGIDispepsia merupakan salah satu masalah pencernaan yang paling umum

    ditemukan. Dialami sekitar 20%-30% populasi di dunia setiap tahun.3 Data Depkes tahun

    2004 menempatkan dispepsia di urutan ke 15 dari daftar 50 penyakit dengan pasien rawat

    inap terbanyak di Indonesia dengan proporsi 1,3%. Dispepsia yang oleh orang awam

    sering disebut dengan sakit maag merupakan keluhan yang sangat sering kita jumpai

    sehari hari.Sebagai contoh dalam masyarakat di negara negara barat dispepsia dialami

    oleh sedikitnya 25% populasi. Di negara negara Asia belum banyak data tentang

    dispepsia tetapi diperkirakan dialami oleh sedikitnya 20% dalam populasi umum.

    Mengenai jenis kelamin, ternyata baik lelaki maupun perempuan bisa terkena

    penyakit ini. Penyakit itu tidak mengenal batas usia, muda maupun tua, sama saja. Di

    Indonesia sendiri, survei yang dilakukan dr Ari F Syam dari FKUI pada tahun 2001

    menghasilkan angka mendekati 50 persen dari 93 pasien yang diteliti. Tidak hanya di

  • 8/10/2019 Lp Dispepdsia

    3/19

    Indonesia di luar negeri juga, banyak orang yang tidak peduli dengan dispepsia itu.

    Mereka tahu bahwa ada perasaan tidak nyaman pada lambung mereka, tetapi hal itu tidak

    membuat mereka merasa perlu untuk segera ke dokter.

    Padahal, menurut penelitian- masih dari luar negeri-ditemukan bahwa dari mereka

    yang memeriksakan diri ke dokter, hanya 1/3 yang tidak memiliki ulkus (borok) pada

    lambungnya atau dispepsia non-ulkus. Angka di Indonesia sendiri, penyebab dispepsi

    adalah 86 persen dispepsia fungsional, 13 persen ulkus dan 1 persen disebabkan oleh

    kanker lambung.4

    Pada dispepsia fungsional, umur penderita dijadikan pertimbangan, oleh karena

    45 tahun ke atas sering ditemukan kasus keganasan, sedangkan dispepsia fungsional

    diatas 20 tahun. Begitu pula wanita lebih sering daripada laki-laki. Pada ulkus peptik

    perbandingan laki-laki dan wanita 2 : 1. Insiden ulkus meningkat pada usia pertengahan.Penyakit ulkus memperlihatkan interaksi kompleks dari berbagai faktor lingkungan dan

    genetic.

    D. PATOFISIOLOGIS

    1) Dispepsia fungsional:

    Proses patofisiologis yang paling banyak dibicarakan dan potensial

    berhubungan dengan dispepsia fungsional adalah hipersekresi asam lambung, infeksi

    Helicobacter pylori, dismotilitas gastrointestinal, dan hipersensitivitas viseral.

    a. Abnormalitas Motorik Gaster

    DenganstudiScintigraphicNuklear dibuktikan lebih dari 50% pasien

    dispepsia non ulkus mempunyai keterlambatan pengosongan makanan dalam

    gaster. Demikian pula pada studi monometrik didapatkan gangguan motilitas

    antrum postprandial, tetapi hubungan antara kelainan tersebut dengan gejala-

    gejaladispepsiatidakjelas.

    Penelitianterakhirmenunjukkanbahwa fundus gaster yang "kaku"

    bertanggung jawab terhadap sindrom dispepsia.Pada keadaan normal seharusnya

    fundus relaksasi, baik saat mencerna makanan maupun bila terjadi distensi

    duodenum.Pengosongan makanan bertahap dari corpus gaster menuju ke bagian

    fundus dan duodenum diatur oleh refleks vagal. Pada beberapa pasien dyspepsia

  • 8/10/2019 Lp Dispepdsia

    4/19

    non ulkus, refleks ini tidak berfungsi dengan baik sehingga pengisian bagian

    antrum terlalu cepat.2

    b. Sekresi asam lambung

    Umumnya mempunyai tingkat sekresi asam lambung, baiks ekresi basal

    maupun dengan stimulasi pentagastrin, yang rata rata normal. Diduga adanya

    peningkatan sensitivitas mukosa lambung terhadap asam yang menimbulkan rasa

    tidak enak di perut.

    c. DisfungsiAutonom

    Disfungsi persarafan vagal diduga berperan dalam hipersensitivitas

    gastrointestinal pada kasus dyspepsia fungsional. Adanya neuropati vagal juga

    diduga berperan dalam kegagalan relaksasi bagian proximal lambung waktu

    menerima makanan, sehingga menimbulkan gangguan akomodasi lambung danrasa cepat kenyang.

    d. Helicobacter pylori

    Peran infeksi kumanini masih belum sepenuhnya diterima dan dimengerti.

    Dari berbagai laporan, kekerapan Helicobacter pylori pada dispepsia fungsional

    sekitar 50% dan tidak berbeda bermakna dengan angka kekerapan Helicobacter

    pylori pada kelompok orang sehat. Mulai ada kecenderungan untuk melakukan

    eradikasi Helicobacter pylori pada dispepsia fungsional dengan Helicobacter

    pylori positif yang gagal dengan pengobatan konservatif baku.

    Peranan infeksi Helicobacter pylori pada gastritis dan ulkus peptikum

    sudah diakui, tetapi apakah Helicobacter pylori dapat menyebabkan dispepsia non

    ulkus masih kontroversi. Di negara maju, hanya 50% pasien dispepsia non ulkus

    menderita infeksi Helicobacter pylori, sehingga penyebab dispepsia pada

    dispepsia non ulkus dengan Helicobacter pylori negatif dapat juga menjadi

    penyebab dari beberapa dispepsia non ulkus dengan Helicobacter pylori positif.

    Bukti terbaik peranan Helicobacter pylori pada dispepsia non ulkus

    adalah gejala perbaikan yang nyata setelah eradikasi kuman Helicobacter pylori

    tersebut, tetapi ini masih dalam taraf pembuktian studi ilmiah. Banyak pasien

    mengalami perbaikan gejala dengan cepat walaupun dengan pengobatan plasebo.

  • 8/10/2019 Lp Dispepdsia

    5/19

    Studi "follow up" jangka panjang sedang dikerjakan, hanya beberapa saja yang

    tidak kambuh.

    2) DispepsiaOrganik

    a. OAINS

    Obat anti-inflamasi non-steroid merusak mukosa lambung melalui beberapa

    mekanisme.Obat-obat ini menghambat siklooksigenase mukosa lambung sebagai

    pembentuk prostaglandin dari asam arakidonat yang merupakan salah satu faktor

    defensif mukosa lambung yang sangat penting.Selain itu, obat ini juga dapat

    merusak secara topikal.Kerusakan topikal ini terjadi karena kandungan asam

    dalam obat tersebut bersifat korosif, sehingga merusak sel-sel epitel mukosa.

    Pemberian aspirin juga dapat menurunkan sekresi bikarbonat dan mukus oleh

    lambung, sehingga kemampuan faktor defensif terganggu.13 b. UlkusPeptikum

    Ulkus peptikum merupakan keadaan di mana kontinuitas mukosa

    esophagus, lambung ataupun duodenum terputus dan meluas sampai di bawah

    epitel.Kerusakan mukosa yang tidak meluas sampai ke bawah epitel disebut erosi,

    walaupun seringkali dianggap juga sebagai ulkus. Ulkus kronik berbeda dengan

    ulkus akut, karena memiliki jaringan parut pada dasar ulkus. Menurut definisi,

    ulkus peptik dapat ditemukan pada setiap bagian saluran cerna yang terkena getah

    asam lambung, yaitu esofagus, lambung, duodenum, dan setelahgastroduodenal,

    juga jejunum.

    Obat anti inflamasi non steroid termasuk aspirin menyebabkan perubahan

    kualitatif mucus lambung yang dapat mempermudah terjadinya degradasi mucus

    oleh pepsin. Prostaglandin yang terdapat dalam jumlah berlebihan dalam mucus

    gastric dan tampaknya berperan penting dalampertahananmukosa lambung.

    Daya tahan duodenum yang kuat terhadap ulkus peptikum diduga akibat

    fungsi kelenjar Brunner (kelenjar duodenum submukosa dalam dinding usus)

    yang memproduksi sekret mukoid yang sangat alkali, pH 8 dan kental untuk

    menetralkan kimus asam. Penderita ulkus peptikum sering mengalami sekresi

    asam berlebihan.Faktor penurunan daya tahan jaringan juga terlibat dalam ulkus

    peptikum.Daya tahan jaringan juga bergantung pada banyaknya suplai darah dan

  • 8/10/2019 Lp Dispepdsia

    6/19

    cepatnya regenerasi sel epitel (dalam keadaan normal diganti setiap 3

    hari).kegagalan mekanisme ini juga berperan dalam patogenesis ulkus peptikum.

    Pathway

    Perubahan pola makan, pengaruh obat-obatan alkohol, nikotin, rokok, tumor/kanker saluran pencernaan, stres

    Erosi dan ulcerasi

    mukosa lambung

    Pelepasan mediator

    kimia (bradikinin,

    histamin, prostaglandin

    Nosiceptor

    Saraf afferen

    Thalamus

    Corteks cerebri

    Nyeri

    Peningkatan

    produksi HCL

    Impuls ke fleksus meissner ke

    nervus vagus

    Merangsang medulla oblongata

    Impuls kefleksus miesenterikus

    pada dinding lambung

    Anoreksia, mual

    Intake kurang muntah

    Nutrisi Kurang Perubahankesimbangan cairan

    dan elektrolit

    Timbulnya tanda dan

    gejala klinik gangguan

    sistem cerna

    Perubahan status

    kesehatan

    Kurang informasi

    Kurang pengetahuan

    tentang penyakitnya

    Stressor

    Cemas

  • 8/10/2019 Lp Dispepdsia

    7/19

    E. MANIFESTASI KLINIS

    Klasifikasi klinis praktis, didasarkan atas keluhan gejala yang dominan, membagi

    dyspepsia menjadi tiga tipe:

    1. Dispepesia dengan keluhan seperti ulkus (ulkus, like dyspepsia), dengan gejala:

    a. Nyeri epigastrium terlokalisasi

    b. Nyeri hilang setelah makan atau pemberian antasida

    c. Nyeri saat lapar

    d. Nyeri episodic

    2. Dispepsia dengan gejala seperti dismotilitas (dysmotility- like dysmotility), dengan

    gejala:

    a. Mudah kenyang

    b. Perut cepat terasa penuh saat makanc. Mual

    d. Muntah

    e. Upper abdominal bloating (bengkak perut bagian atas)

    f. Rasa tak nyaman bertambah saat makan

    3. Dispepesia nonspesifik (tidak ada gejala seprti kedua tipe di atas)

    Sidroma dyspepsia dapat bersifat rigan, sedang, dan berat, serta dapat akut atau

    kronis sesuai dengan perjalanan penyakitnya. Pembagian akut dan kronik berdasarkan

    atas jangka waktu tiga bulan.

    Nyeri dan rasa tidak nyaman pada perut atas atau dada mungkin dsertai dengan

    sendawa dan suara usus yang keras (borborigmi). Pada beberapa penderita,makan dapat

    memperburuk nyeri, pada penderita yang lain, makan bisa mengurangi nyerinya. Gejala

    lain meliputi nafsu makan yang menurun, mual, sembelit, diare dan flatulensi (perut

    kembung). Jika dyspepsia menetap selama lebih dari beberapa minggu, atau tidak

    memberi respon terhadap pengobatan, atau disertai penurunan berat badan atau gejala

    lain yang tidak biasa, maka penderita harus menjalani pemeriksan.

  • 8/10/2019 Lp Dispepdsia

    8/19

    F. PEMERIKSAAN PENUNJANG

    Pemeriksaan untuk penanganan dispepsia terbagi beberapa bagian, yaitu:

    a. Pemeriksaan laboratorium biasanya meliputi hitung jenis sel darah yang lengkap

    dan pemeriksaan darah dalam tinja dan urine. Lebih banyak ditekankan untuk

    menyingkirkan penyebab organik lainnya antara lain pankreatitis kronis, DM.

    Pada dyspepsia biasanya hasil laboratorium dalam batas normal.

    b. Barium enema untuk memeriksa kerongkongan, lambung atau usus halus dapat

    dilakukan pada orang yang mengalami kesulitan menelan atau muntah, penurunan

    berat badan atau mengalami nyeri yang membaik atau memburuk bila penderita

    makan (Mansjoer, 2007).

    c. Endoskopi bisa digunakan untuk memeriksa kerongkongan, lambung atau usus

    kecil untuk mendapatkan contoh jaringan untuk biopsy dari lapisan lambung.Contoh tersebut kemudian diperiksa dibawah mikroskop untuk mengetahui

    apakah lambung terinfeksi oleh Helicobacter pylori. Endoskopi merupakan

    pemeriksaan batu emas, selain sebagai diagnostic sekaligus terapeutik.

    i. Pemeriksaan yang dapat dilakukan dengan endoskopi adalah:

    1. CLO (rapid urea test)

    2. Patologi anatomi (PA)

    3. Kultur mikroorganisme (MO) jaringan

    4. PCR (polymerase chain reaction), hanya dalam rangka penelitian

    d. Pemeriksaan penunjang meliputi pemeriksaan radiologi, yatu OMD dengan

    kontras ganda, serologi Helicobacter pylori, dan urea breath test (belum tersedia

    di Indonesia)

    G. PENATALAKSANAAN

    Penatalaksanaan non farmakologis

    1. Menghindari makanan yang dapat meningkatkan asam lambung

    2. Menghindari faktor resiko seperti alkohol, makanan yang peda, obat-obatan yang

    berlebihan, nikotin rokok, dan stres

    3. Atur pola makan

  • 8/10/2019 Lp Dispepdsia

    9/19

    Penatalaksanaan farmakologis yaitu:

    Sampai saat ini belum ada regimen pengobatan yang memuaskan terutama dalam

    mengantisipasi kekambuhan. Hal ini dapat dimengerti karena pross patofisiologinya pun

    masih belum jelas. Dilaporkan bahwa sampai 70 % kasus DF reponsif terhadap placebo.

    Obat-obatan yang diberikan meliputi antacid (menetralkan asam lambung)

    golongan antikolinergik (menghambat pengeluaran asam lambung) dan prokinetik

    (mencegah terjadinya muntah)

    Penatalaksanaan yang tepat pada pasien dengan dispepsia, antara lain :

    1. Edukasi kepada pasien untuk mengenali dan menghindari keadaan yang potensial

    mencetuskan serangan dispepsia

    2. Modifikasi pola hidup. Menghindari jenis makanan yang dirasakan sebagai faktor

    pencetus. Pola makan porsi kecil tetapi sering dan makanan rendah lemak.3. Obat-obatan. Obat-obatan yang dianjurkan adalah golongan antasida, anti sekresi

    dan prokinetik dapat digunakan untuk mengurangi keluhan.

    Pengobatan dispepsia mengenal beberapa golongan obat, yaitu :

    a. Antasid 20-150 ml/hari

    Golongan obat ini mudah didapat dan murah. Antasid akan menetralisir sekresi

    asam lambung. Campuran yang biasanya terdapat dalam antasid antara lain Na

    bikarbonat, AL (OH)3, Mg (OH)2 dan Mg trisilikat. Pemakaian obat ini

    sebaiknya jangan diberikan terus-menerus, sifatnya hanya simtomatis, untuk

    mengurangi rasa nyeri. Mg trisilikat dapat dipakai dalam waktu lebih lama, juga

    berkhasiat sebagai adsorben sehingga bersifat nontoksik, namun dalam dosis

    besar akan menyebabkan diare karena terbentuk senyawa MgCl2.

    b. Antikolinergik

    Perlu diperhatikan, karena kerja obat ini tidak spesifik. Obat yang agak selektif

    yaitu pirenzepin bekerja sebagai anti reseptor muskarinik yang dapat menekan

    sekresi asam lambung sekitar 28-43%. Pirenzepin juga memiliki efek

    sitoprotektif.

  • 8/10/2019 Lp Dispepdsia

    10/19

    c. Antagonis reseptor H2

    Golongan obat ini banyak digunakan untuk mengobati dispepsia organik atau

    esensial seperti tukak peptik. Obat yang termasuk golongan antagonis reseptor H2

    antara lain simetidin, roksatidin, ranitidin dan famotidin.

    d. Penghambat pompa asam (proton pump inhibitor = PPI)

    Sesuai dengan namanya, golongan obat ini mengatur sekresi asam lambung pada

    stadium akhir dari proses sekresi asam lambung. Obat-obat yang termasuk

    golongan PPI adalah omeperazol, lansoprazol dan pantoprazol.

    e. Sitoprotektif

    Prostaglandin sintetik seperti misoprostol (PGE) dan enprestil (PGE2). Selain

    bersifat sitoprotektif, juga menekan sekresi asam lambung oleh sel parietal.

    Sukralfat berfungsi meningkatkan sekresi prostaglandin endogen, yangselanjutnya memperbaiki mikrosirkulasi, meningkatkan produksi mukus dan

    meningkatkan sekresi bikarbonat mukosa, serta membentuk lapisan protektif

    (sebagai site protective), yang senyawa dengan protein sekitar lesi mukosa saluran

    cerna bagian atas (SCBA).

    f. Golongan prokinetik

    Obat yang termasuk golongan prokinetik, yaitu sisaprid, dom peridon dan

    metoklopramid. Golongan ini cukup efektif untuk mengobati dispepsia fungsional

    dan refluks esofagitis dengan mencegah refluks dan memperbaiki bersihan asam

    lambung (acid clearance)

    g. Kadang kala juga dibutuhkan psikoterapi dan psikofarmaka (obat antidepresi

    dan cemas) pada pasien dengan dispepsia fungsional, karena tidak

    jarang keluhan yang muncul berhubungan dengan faktor kejiwaan seperti

    cemas dan depresi.

    H. KOMPLIKASI

    Penderita sindroma dispepsia selama bertahun-tahun dapat memicu adanya

    komplikasi yang tidak ringan. Salah satunya komplikasi dispepsia yaitu luka di dinding

    lambung yang dalam atau melebar tergantung berapa lama lambung terpapar oleh asam

    lambung. Bila keadaan dispepsia ini terus terjadi luka akan semakin dalam dan dapat

  • 8/10/2019 Lp Dispepdsia

    11/19

    menimbulkan komplikasi pendarahan saluran cerna yang ditandai dengan terjadinya

    muntah darah, di mana merupakan pertanda yang timbul belakangan. Awalnya penderita

    pasti akan mengalami buang air besar berwarna hitam terlebih dulu yang artinya sudah

    ada perdarahan awal. Tapi komplikasi yang paling dikuatirkan adalah terjadinya kanker

    lambung yang mengharuskan penderitanya melakukan operasi (Wibawa, 2006).

    I. PENCEGAHAN

    Modifikasi gaya hidup sangat berperan dalam mencegah terjadinya dispepsia

    bahkan memperbaiki kondisi lambung secara tidak langsung.

    Berikut ini adalah modifikasi gaya hidup yang dianjurkan untuk mengelola dan

    mencegah timbulnya gangguan akibat dispepsia :

    1. Atur pola makan seteratur mungkin.2. Hindari makanan berlemak tinggi yang menghambat pengosongan isi lambung

    (coklat, keju, dan lain-lain).

    3. Hindari makanan yang menimbulkan gas di lambung (kol, kubis, kentang, melon,

    4. semangka, dan lain-lain).

    5. Hindari makanan yang terlalu pedas.

    6. Hindari minuman dengan kadar caffeine dan alkohol.

    7. Hindari obat yang mengiritasi dinding lambung, seperti obat anti-inflammatory,

    misalnya yang mengandung ibuprofen, aspirin, naproxen, dan ketoprofen.

    8. Acetaminophen adalah pilihan yang tepat untuk mengobati nyeri karena tidak

    9. mengakibatkan iritasi pada dinding lambung.

    10. Kelola stress psikologi se-efisien mungkin.

    11. Jika anda perokok, berhentilah merokok.

    12. Jika anda memiliki gangguan acid reflux, hindari makan sebelum waktu tidur.

    13. Hindari faktor-faktor yang membuat pencernaan terganggu, seperti makan terlalu

    banyak, terutama makanan berat dan berminyak, makan terlalu cepat, atau makan

    sesaat sebelum olahraga.

    14. Pertahankan berat badan sehat

    15. Olahraga teratur (kurang lebih 30 menit dalam beberapa hari seminggu) untuk

    16. mengurangi stress dan mengontrol berat badan, yang akan mengurangi dispepsia

  • 8/10/2019 Lp Dispepdsia

    12/19

    2. KONSEP DASAR ASUHAN KEPERAWATANA. PENGKAJIAN

    Pengkajian merupakan tahap awal dari proses dimana kegiatan yang dilakukan

    yaitu : Mengumpulkan data, mengelompokkan data dan menganalisa data. Data fokus

    yang berhubungan dengan dispepsia meliputi adanya nyeri perut, rasa pedih di ulu hati,

    mual kadang-kadang muntah, nafsu makan berkurang, rasa lekas kenyang, perut

    kembung, rasa panas di dada dan perut, regurgitasi (keluar cairan dari lambung secar

    tiba-tiba). (Mansjoer, 2000).

    Menurut Tucker (1998), pengkajian pada klien dengan dispepsia adalah sebagai

    berikut:

    a. Biodata

    1. Identitas Pasien : nama, umur, jenis kelamin, suku / bangsa, agama, pekerjaan,

    pendidikan, alamat.

    2. Identitas penanggung jawab : nama, umur, jenis kelamin, agama, pekerjaan,

    hubungan dengan pasien, alamat.

    b. Keluhan Utama

    Nyeri/pedih pada epigastrium disamping atas dan bagian samping dada depan

    epigastrium, mual, muntah dan tidak nafsu makan, kembung, rasa kenyang

    c. Riwayat Kesehatan Masa LaluSering nyeri pada daerah epigastrium, adanya stress psikologis, riwayat minum-

    minuman beralkohol

    d. Riwayat Kesehatan Keluarga

    Adakah anggota keluarga yang lain juga pernah menderita penyakit saluran

    pencernaan

    e. Pola aktivitas

    Pola makan yaitu kebiasaan maakn yang tidak teratur, makan makanan yang

    merangsang selaput mukosa lambung, berat badan sebelum dan sesudah sakit.

    f. Aspek Psikososial

    Keadaan emosional, hubungan dengan keluarga, teman, adanya masalah

    interpersonal yang bisa menyebabkan stress

  • 8/10/2019 Lp Dispepdsia

    13/19

    g. Aspek Ekonomi

    Jenis pekerjaan dan jadwal kerja, jarak tempat kerja dan tempat tinggal, hal-hal

    dalam pekerjaan yang mempengaruhi stress psikologis dan pola makan

    h. Pemeriksaan Fisik

    1. Inspeksi

    Klien tampak kesakitan, berat badan menurun, kelemahan dan cemas,

    2. Palpasi

    Nyeri tekan daerah epigastrium, turgor kulit menurun karena pasien sering

    muntah

    3. Auskultasi

    Peristaltik sangat lambat dan hampir tidak terdengar (

  • 8/10/2019 Lp Dispepdsia

    14/19

    B. DIAGNOSA KEPERAWATAN

    1. Nyeri epigastrium berhubungan dengan iritasi pada mukosa lambung.

    2. Nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan rasa tidak enak setelah

    makan, anoreksia.

    3. Perubahan keseimbangan cairan dan elektrolit berhubungan dengan adanya mual,

    muntah

    4. Kecemasan berhubungan dengan perubahan status kesehatannya

    5. Gangguan istirahat tidur berhubungan dengan ketidaknyamanan fisik (batuk dan

    mual) ditandai dengan kurangnya waktu tidur

    C. RENCANA KEPERAWATAN

    Rencana keperawatan adalah tindakan keperawatan yang akan dilaksanakan untuk

    menngulangi masalah keperawatan yang telah ditentukan dengan tujuan.

    a. Nyeri epigastrium berhubungan dengan iritasi pada mukosa lambung.

    Tujuan : Terjadinya penurunan atau hilangnya rasa nyeri, dengan kriteria klien

    melaporkan terjadinya penurunan atau hilangnya ras nyeri

    INTERVENSI RASIONAL

    Kaji tingkat nyeri,

    beratnya (skala 0 10)

    Berikan istirahat dengan posisi

    semifowler

    Anjurkan klien untuk

    menghindari makanan yangdapat meningkatkan kerja asam

    lambung

    Anjurkan klien untuk tetap

    mengatur waktu makannya

    Berguna dalam pengawasan kefektifan obat,

    kemajuan penyembuhan

    Dengan posisi semi-fowler dapat menghilangkan

    tegangan abdomen yang bertambah dengan posisi

    telentang dapat menghilangkan nyeri akut/hebat dan

    menurunkan aktivitas peristaltic,

    mencegah terjadinya perih pada ulu hati/epigastrium

    sebagai indikator untuk melanjutkan intervensi berikutnya

    Menurunkan rasa nyeri pada perut

  • 8/10/2019 Lp Dispepdsia

    15/19

    Observasi TTV tiap 24 jam

    Diskusikan dan ajarkan teknik

    relaksasi

    Kolaborasi dengan pemberian

    obat analgesik

    Mengetahui keadaan umum pasien

    Mengurangi rasa nyeri atau dapat terkontrol

    Menghilangkan rasa nyeri dan mempermudah

    kerjasama dengan intervensi terapi lain

    b. Nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan rasa tidak enak setelah

    makan, anoreksia.

    Tujuan : Menunjukkan peningkatan berat badan mencapai rentang yang diharapkanindividu, dengan kriteria menyatakan pemahaman kebutuhan nutrisi

    Intervensi Rasional

    1.Observasi intake nutrisi pasien

    2.Anjurkan pasien makan dalam

    jumlah sedikit tetapi sering

    dengan makanan tinggi protein

    dan karbohidrat

    3.Anjurkan pasien menghindari

    makanan pedas dan asam

    4.Anjurkan pasien makan dan

    minum dalam keadaan hangat

    5.Anjurkan pasien menjaga

    1.Untuk mengetahui perkembangan intake nutrisi

    pasien

    2.Distribusi total asupan nutrisi atau kalori yang

    merata sepanjang hari dapat meningkatkan selera

    makan

    3.Makanan pedas dan asam akan mempengaruhi

    lambung sehingga mual meningkat

    4.Makanan dan minuman hangat dapat menghindari

    pasien mengalami mual dan muntah

    5.Menurunkan rasa tidak enak karena sisa sputum

  • 8/10/2019 Lp Dispepdsia

    16/19

    kebersihan mulut dan gigi

    dengan menggosok gigi atau

    berkumur sebelum atau sesudah

    makan

    6.Anjurkan pasien Minum OAT

    sebelum tidur di Malam hari

    7.Delegatif Pemberian obat

    atau sisa obat sehingga nafsu makan meningkat

    6. kandungan Rifampisin yang menyebabkan mual

    pada pasien.

    7.Membantu meringankan rasa mual

    c. Perubahan keseimbangan cairan dan elektrolit berhubungan dengan adanya

    mual, muntah. Tujuan : Menyatakan pemahaman faktor penyebab dan prilaku yang perlu untuk

    memperbaiki defisit cairan, dengan kriteria mempertahankan/menunjukkan perubaan

    keseimbangan cairan, dibuktikan stabil, membran mukosa lembab, turgor kulit baik.

    INTERVENSI RASIONAL

    Awasi tekanan darah dan nadi,

    pengisian kapiler, status membran

    mukosa, turgor kulit

    Awasi jumlah dan tipe masukan

    cairan, ukur haluaran urine dengan

    akurat

    Diskusikan strategi untuk

    menghentikan muntah dan

    penggunaan laksatif/diuretik

    Identifikasi rencana untuk

    meningkatkan/mempertahankan

    keseimbangan cairan optimal

    misalnya : jadwal masukan cairan

    Indikator keadekuatan volume sirkulasi perifer

    dan hidrasi seluler

    Klien tidak mengkomsumsi cairan sama sekali

    mengakibatkan dehidrasi atau mengganti cairan

    untuk masukan kalori yang berdampak pada

    keseimbangan elektrolit

    Membantu klien menerima perasaan bahwa

    akibat muntah dan atau penggunaan

    laksatif/diuretik mencegah kehilangan cairan

    lanjut

    Melibatkan klien dalam rencana untuk

    memperbaiki keseimbangan untuk berhasil

  • 8/10/2019 Lp Dispepdsia

    17/19

    Berikan/awasi hiperalimentasi IV Tindakan daruat untuk memperbaiki ketidak

    seimbangan cairan elektroli

    d. Kecemasan berhubungan dengan perubahan status kesehatannya

    Tujuan : Mendemonstrasikan koping yang positif dan mengungkapkan penurunan

    kecemasan, dengan kriteria menyatakan pemahaman tentang penyakitnya.

    INTERVENSI RASIONAL

    Kaji tingkat kecemasan

    Berikan dorongan dan berikan

    waktu untuk mengungkapkan

    pikiran dan dengarkan semua

    keluhannya

    Jelaskan semua prosedur dan

    pengobatan

    Berikan dorongan spiritual

    Mengetahui sejauh mana tingkat kecemasan yang

    dirasakan oleh klien sehingga memudahkan dlam

    tindakan selanjutnya

    Klien merasa ada yang memperhatikan sehingga

    klien merasa aman dalam segala hal tundakan

    yang diberikan

    Klien memahami dan mengerti tentang prosedur

    sehingga mau bekejasama dalam perawatannya.

    Bahwa segala tindakan yang diberikan untuk

    proses penyembuhan penyakitnya, masih ada yang

    berkuasa menyembuhkannya yaitu Tuhan Yang

    Maha Esa.

    e .Gangguan pemenuhan istirahat tidur

    Tujuan : memberikan waktu istirahat dan tidur yang cukup kepada pasien sehingga

    mempercepat proses kesembuhan.

    INTERVENSI RASIONAL

    1.Anjurkan latihan saat siang hari,

    turunkan aktivitas mental /fisik pada

    sore hari.

    1.Karena aktivitas fisik dan mental yang

    lama mengakibatkan kelelahan yang dapat

    memancing pasien mengantuk di malam hari

  • 8/10/2019 Lp Dispepdsia

    18/19

    2.Berikan makanan kecil di sore hari,

    susu hangat, mandi dan pijatan pada

    punggung atau kaki

    3.Turunkan jumlah minum pada sore

    hari. Lakukan berkemih sebelum tidur

    4.Evaluasi tingkat stres/orientasi

    sesuai perkembangan hari demi hari.

    5.Berikan tempat/Ruangan yang

    nyaman untuk pasien sebelum tidur

    dengan memnutup tirai dan

    menghindari kebisingan

    2. Meningkatkan relaksasi dengan perasaan

    mengantuk

    3.Menurunkan kebutuhan akan bangun

    untuk pergi kekamar mandi/berkemih

    selama malam hari

    4.Mengetahui faktor penghambat pasien

    untuk tidur di malam hari

    5.Tempat yang sunyi dan nyaman membuat

    pasien mudah tertidur.

  • 8/10/2019 Lp Dispepdsia

    19/19

    DAFTAR PUSTAKA

    Asmadi.2008. Tehnik prosedural keperawatan: konsep dan aplikasi kebutuhan dasar klien .

    Jakarta: Salemba Medika.

    Bare & Suzanne, 2002, Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah, Volume 2, (Edisi 8), EGC,

    Jakarta

    Corwin,. J. Elizabeth, 2001, Patofisiologi, EGC, Jakarta

    Doenges, E. Marilynn dan MF. Moorhouse, 2001, Rencana Asuhan Keperawatan, (Edisi III),

    EGC, Jakarta.

    Guyton dan Hall, 1997, Fisiologi Kedokteran , (Edisi 9), EGC, Jakarta

    Kozier,B.,G.Erb. 2004. Fundamentals of Nursing: Concepts, process, and practice. Seventhedition . New Jersey: Pearson Prentice Hall.

    Mansyoer, Arif. 2000. Kapita Selekta Kedokteran Edisi Ketiga. Jilid I . Jakarta:Media

    Acsulapius. FKUI.

    Mubarak & Chayatin. 2008. Buku ajar kebutuhan dasar manusia, Teori dan aplikasi dalam

    praktik . Jakarta : EGC

    Wibawa, I Dewa Nyoman. 2006. Penanganan Dispepsia Pada Lanjut Usia Volume 7 Nomor 3

    September 2006.