LP Dermatitis

43
LAPORAN PENDAHULUAN DERMATITIS Oleh : Kadek Eddy Kurniawan, S.Kep C1212020

description

Nursing

Transcript of LP Dermatitis

Page 1: LP Dermatitis

LAPORAN PENDAHULUAN

DERMATITIS

Oleh :

Kadek Eddy Kurniawan, S.Kep

C1212020

PROGRAM PROFESI NERS

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN

BINA USADA BALI

2014

Page 2: LP Dermatitis

BAB I

KONSEP DASAR PENYAKIT

(TINJAUAN TEORI)

A. ANATOMI FISIOLOGI

Kulit terbagi menjadi 3 lapisan:

1. Epidermis

Epidermis merupakan bagian kulit paling luar. Ketebalan epidermis berbeda-beda

pada berbagai bagian tubuh, yang paling tebal berukuran 1 milimeter misalnya pada

telapak tangan dan telapak kaki, dan yang paling tipis berukuran 0,1 milimeter

terdapat pada kelopak mata, pipi, dahi dan perut. Sel-sel epidermis

disebut keratinosit. Epidermis melekat erat pada dermis karena secara fungsional

epidermis memperoleh zat-zat makanan dan cairan antar sel dari plasma yang

merembes melalui dinding-dinding kapiler dermis ke dalam epidermis.

Pada epidermis dibedakan atas lima lapisan kulit, yaitu :

a. Lapisan tanduk (stratum corneum)

Merupakan lapisan epidermis yang paling atas, dan menutupi semua lapisan

epidermis lebih ke dalam. Lapisan tanduk terdiri atas beberapa lapis sel pipih,

Page 3: LP Dermatitis

tidak memiliki inti, tidak mengalami proses metabolisme, tidak berwarna dan

sangat sedikit mengandung air. Pada telapak tangan dan telapak kaki jumlah

baris keratinosit jauh lebih banyak, karena di bagian ini lapisan tanduk jauh lebih

tebal. Lapisan tanduk ini sebagian besar terdiri atas keratin yaitu sejenis protein

yang tidak larut dalam air dan sangat resisten terhadap bahan-bahan kimia.

Lapisan ini dikenal dengan lapisan horny, terdiri dari milyaran sel pipih yang

mudah terlepas dan digantikan oleh sel yang baru setiap 4 minggu, karena usia

setiap sel biasanya hanya 28 hari. Pada saat terlepas, kondisi kulit akan terasa

sedikit kasar sampai muncul lapisan baru.

Proses pembaruan lapisan tanduk, terus berlangsung sepanjang hidup,

menjadikan kulit ari memiliki self repairing capacity atau kemampuan

memperbaiki diri. Bertambahnya usia dapat menyebabkan proses keratinisasi

berjalan lebih lambat. Ketika usia mencapai sekitar 60 tahunan, proses

keratinisasi, membutuhkan waktu sekitar 45 - 50 hari, akibatnya lapisan tanduk

yang sudah menjadi lebih kasar, lebih kering, lebih tebal, timbul bercak-bercak

putih karena melanosit lambat bekerja dan penyebaran melanin tidak lagi merata

serta tidak lagi cepat digantikan oleh lapisan tanduk baru. Daya elastisitas kulit

pada lapisan ini sangat kecil, dan lapisan ini sangat efektif untuk mencegah

terjadinya penguapan air dari lapis lapis kulit lebih dalam sehingga mampu

memelihara tonus dan turgor kulit, tetapi lapisan tanduk memiliki daya serap air

yang cukup besar.

b. Lapisan bening (stratum lucidum)

Disebut juga lapisan barrier, terletak tepat di bawah lapisan tanduk, dan

dianggap sebagai penyambung lapisan tanduk dengan lapisan berbutir. Lapisan

bening terdiri dari protoplasma sel-sel jernih yang kecil-kecil, tipis dan bersifat

translusen sehingga dapat dilewati sinar (tembus cahaya). Lapisan ini sangat

tampak jelas pada telapak tangan dan telapak kaki. Proses keratinisasi bermula

dari lapisan bening.

c. Lapisan berbutir (stratum granulosum)

Tersusun oleh sel-sel keratinosit berbentuk kumparan yang mengandung butir-

butir di dalam protoplasmanya, berbutir kasar dan berinti mengkerut. Lapisan ini

tampak paling jelas pada kulit telapak tangan dan telapak kaki.

Page 4: LP Dermatitis

d. Lapisan bertaju (stratum spinosum)

Disebut juga lapisan malphigi, terdiri atas sel-sel yang saling berhubungan

dengan perantaraan jembatan-jembatan protoplasma berbentuk kubus. Jika sel-sel

lapisan saling berlepasan, maka seakan-akan selnya bertaju. Setiap sel berisi

filamen-filamen kecil yang terdiri atas serabut protein. Sel-sel pada lapisan taju

normal, tersusun menjadi beberapa baris.

Bentuk sel berkisar antara bulat ke bersudut banyak (polygonal), dan makin ke

arah permukaan kulit makin besar ukurannya. Diantara sel-sel taju terdapat celah

antar sel halus yang berguna untuk peredaran cairan jaringan ekstraseluler dan

pengantaran butir-butir melanin. Sel-sel di bagian lapis taju yang lebih dalam,

banyak yang berada dalam salah satu tahap mitosis. Kesatuan-kesatuan lapisan

taju mempunyai susunan kimiawi yang khas; inti-inti sel dalam bagian basal lapis

taju mengandung kolesterol dan asam amino.

e. Lapisan benih (stratum germinativum atau stratum basale)

Merupakan lapisan terbawah epidermis, dibentuk oleh satu baris sel torak

(silinder) dengan kedudukan tegak lurus terhadap permukaan dermis. Alas sel-sel

torak ini bergerigi dan bersatu dengan lamina basalis di bawahnya. Lamina basalis

yaitu struktur halus yang membatasi epidermis dengan dermis. Pengaruh lamina

basalis cukup besar terhadap pengaturan metabolisme demo-epidermal dan fungsi-

fungsi vital kulit. Di dalam lapisan ini sel-sel epidermisbertambah banyak melalui

mitosis dan sel-sel tadi bergeser ke lapisan-lapisan lebih atas, akhirnya menjadi sel

tanduk. Di dalam lapisan benih terdapat pula sel-sel bening (clear cells,

melanoblas atau melanosit) pembuat pigmen melanin kulit.

Tipe-Tipe Sel Epidermis

1) Keratinocytes

Subtansi terbanyak dari sel-sel epidermis, karena keratinocytes selalu

mengelupas pada permukaaan epidermis, maka harus selalu digunakan. Pergantian

dilakukan oleh aktivitas mitosis dari lapisan basal (di malam hari). Selama

perjalanannya ke luar (menuju permukaan. Keratinocyes berdeferensiasi menjadi

keratin filamen dalam sitoplasma. Proses dari basal sampai korneum selama 20-30

hari. Karena proses cytomorhose dari keratinocytes yang bergerak dari basal ke

korneum, lima lapisan dapat diidentifikasi. Yaitu basal, spimosum, granulosum,

losidum dan kornium.

Page 5: LP Dermatitis

2) Melanocytes

Didapat dari ujung saraf, memproduksi pigment melanin yang memberikan

warna coklat pada kulit. Bentuknya silindris, bulat dan panjang. Mengandung

tirosinase yang dihasilkan oleh REG, kemudian tirosinase tersebut diolah oleh

Aparatus Golgi menjadi oval granules (melanosomes). Ketika asam amino tirosin

berpindah ke dalam melanosomes, melanosomes berubah menjadi melanin. Enzim

tirosinase yang diaktifkan oleh sinar ultra violet.. Kemudian melanin

meninggalkan badan melanicytes dan menuju ke sitoplasma dari sel-sel dalam

lapisan stratum spinosum. Dan pada akhirnya pigmen melanin didegradasi oleh

keratinocytes.

3) Merkel Cells

Banyak terdapat pada daerah kulit yang sedikit rambut (fingertips, oral

mucosa, daerah dasar folikel rambut). Menyebar di lapisan stratum basal yang

banyak mengandung keratinocytes.

4) Langerhans Cells

Disebut juga dendritic cells karena sering bekerja di daerah lapisan stratum

spinosum. Merupakan sel yang mengandung antibodi. Banyaknya 2% – 4 % dari

keseluruhan sel epidermis. Selain itu, juga banyak terdapat di bagian dermis pada

lubang mulut, esophagus, dan vagina. Fungsi dari langerhans cells adalah untuk

responisasi terhadap imun karena mempunyai antibodi.

2. DERMIS ( Korium)

Kulit jangat atau dermis menjadi tempat ujung saraf perasa, tempat keberadaan

kandung rambut, kelenjar keringat, kelenjar-kelenjar palit (Sebacea) atau kelenjar

minyak, pembuluh-pembuluh darah dan getah bening, dan otot penegak rambut

(muskulus arektor pili).

Sel-sel umbi rambut yang berada di dasar kandung rambut, terus-menerus

membelah dalam membentuk batang rambut. Kelenjar palit yang menempel di saluran

kandung rambut, menghasilkan minyak yang mencapai permukaan kulit melalui

muara kandung rambut. Kulit jangat sering disebut kulit sebenarnya dan 95 % kulit

jangat membentuk ketebalan kulit. Ketebalan rata-rata kulit jangat diperkirakan antara

1 - 2 mm dan yang paling tipis terdapat di kelopak mata serta yang paling tebal

terdapat di telapak tangan dan telapak kaki. Susunan dasar kulit jangat dibentuk oleh

serat-serat, matriks interfibrilar yang menyerupai selai dan sel-sel.

Page 6: LP Dermatitis

Keberadaan ujung-ujung saraf perasa dalam kulit jangat, memungkinkan

membedakan berbagai rangsangan dari luar. Masing-masing saraf perasa memiliki

fungsi tertentu, seperti saraf dengan fungsi mendeteksi rasa sakit, sentuhan, tekanan,

panas, dan dingin. Saraf perasa juga memungkinkan segera bereaksi terhadap hal-hal

yang dapat merugikan diri kita. Jika kita mendadak menjadi sangat takut atau sangat

tegang, otot penegak rambut yang menempel di kandung rambut, akan mengerut dan

menjadikan bulu roma atau bulu kuduk berdiri. Kelenjar palit yan menempel di

kandung rambut memproduksi minyak untuk melumasi permukaan kulit dan batang

rambut. Sekresi minyaknya dikeluarkan melalui muara kandung rambut. Kelenjar

keringat menghasilkan cairan keringat yang dikeluarkan ke permukaan kulit melalui

pori-pori kulit.

Pada dasarnya dermis terdiri atas sekumpulan serat-serat elastis yang dapat

membuat kulit berkerut akan kembali ke bentuk semula dan serat protein ini yang

disebut kolagen. Serat-serat kolagen ini disebut juga jaringan penunjang, karena

fungsinya dalam membentuk jaringan-jaringan kulit yang menjaga kekeringan dan

kelenturan kulit.

Berkurangnya protein akan menyebabkan kulit menjadi kurang elastis dan mudah

mengendur hingga timbul kerutan. Faktor lain yang menyebabkan kulit berkerut yaitu

faktor usia atau kekurangan gizi. Perlu diperhatikan bahwa luka yang terjadi di kulit

jangat dapat menimbulkan cacat permanen, hal ini disebabkan kulit jangat tidak

memiliki kemampuan memperbaiki diri sendiri seperti yang dimiliki kulit ari.

Di dalam lapisan kulit jangat terdapat dua macam kelenjar yaitu :

1) Kelenjar keringat (Sudorifera)

Kelenjar keringat terdiri dari fundus (bagian yang melingkar) dan duet yaitu

saluran semacam pipa yang bermuara pada permukaan kulit membentuk pori-pori

keringat. Semua bagian tubuh dilengkapi dengan kelenjar keringat dan lebih

banyak terdapat dipermukaan telapak tangan, telapak kaki, kening dan di bawah

ketiak. Kelenjar keringat mengatur suhu badan dan membantu membuang sisa-

sisa pencernaan dari tubuh. Kegiatannya terutama dirangsang oleh panas, latihan

jasmani, emosi dan obat-obat tertentu.

Ada dua jenis kelenjar keringat yaitu :

a) Kelenjar keringat ekrin

Kelenjar keringat ini mensekresi cairan jernih, yaitu keringat yang

mengandung 95-97 persen air dan mengandung beberapa mineral, seperti

Page 7: LP Dermatitis

garam, sodium klorida, granula minyak, glusida dan sampingan dari

metabolism seluler. Kelenjar keringat ini terdapat di seluruh kulit, mulai dari

telapak tangan dan telapak kaki sampai ke kulit kepala. Jumlahnya di seluruh

badan sekitar dua juta dan menghasilkan 14 liter keringat dalam waktu 24 jam

pada orang dewasa.

Bentuk kelenjar keringat ekrin langsing, bergulung-gulung dan salurannya

bermuara langsung pada permukaan kulit yang tidak ada rambutnya.

b) Kelenjar keringat apokrin

Hanya terdapat di daerah ketiak, puting susu, pusar, daerah kelamin dan

daerah sekitar dubur (anogenital) menghasilkan cairan yang agak kental,

berwarna  keputih-putihan serta berbau khas pada setiap orang. Sel kelenjar ini

mudah rusak dan sifatnya alkali sehingga dapat menimbulkan bau. Muaranya

berdekatan dengan muara kelenjar sebasea pada saluran folikel rambut.

Kelenjar keringat apokrin jumlahnya tidak terlalu banyak dan hanya sedikit

cairan yang disekresikan dari kelenjar ini. Kelenjar apokrin mulai aktif setelah

usia akil baligh dan aktivitas kelenjar ini dipengaruhi oleh hormon.

2) Kelenjar palit (Sebacea)

Kelenjar palit terletak pada bagian atas kulit jangat berdekatan dengan

kandung rambut terdiri dari gelembung-gelembung kecil yang bermuara ke dalam

kandung rambut (folikel). Folikel rambut mengeluarkan lemak yang meminyaki

kulit dan menjaga kelunakan rambut. Kelenjar palit membentuk sebum atau urap

kulit. Terkecuali pada telapak tangan dan telapak kaki, kelenjar palit terdapat di

semua bagian tubuh terutama pada bagian muka.

Pada umumnya, satu batang rambut hanya mempunyai satu kelenjar palit atau

kelenjar sebasea yang bermuara pada saluran folikel rambut. Pada kulit kepala,

kelenjarpalit atau kelenjar sebasea menghasilkan minyak untuk melumasi rambut

dan kulit kepala. Pada kebotakan orang dewasa, ditemukan bahwa

kelenjar palit atau kelenjar sebaseamembesar sedangkan folikel rambut mengecil.

Pada kulit badan termasuk pada bagian wajah, jika produksi minyak dari

kelenjar palit atau kelenjar sebasea berlebihan, maka kulit akan lebih berminyak

sehingga memudahkan timbulnya jerawat.

3.  HIPODERMIS / SUBCUTIS.

Lapisan ini terutama mengandung jaringan lemak, pembuluh darah dan limfe,

saraf-saraf yang berjalan sejajar dengan permukaan kulit. Cabang-cabang dari

Page 8: LP Dermatitis

pembuluh-pembuluh dan saraf-saraf menuju lapisan kulit jangat. Jaringan ikat bawah

kulit berfungsi sebagai bantalan atau penyangga benturan bagi organ-organ tubuh

bagian dalam, membentuk kontur tubuh dan sebagai cadangan makanan.

Ketebalan dan kedalaman jaringan lemak bervariasi sepanjang kontur tubuh,

paling tebal di daerah pantat dan paling tipis terdapat di kelopak mata. Jika usia

menjadi tua, kinerja liposit dalam jaringan ikat bawah kulit juga menurun. Bagian

tubuh yang sebelumnya berisi banyak lemak, lemaknya berkurang sehingga kulit akan

mengendur serta makin kehilangan kontur.

B. DEFINISI

Dermatitis kontak adalah dermatitis karena kontak eksternal yang menimbulkan

fenomena sensitisasi (alergik) atau toksik (iritan).

Dermatitis merupakan epiderma-dermatitis dengan gejala subjektif pruritus, obyek

tampak inflamasi eritema, vesikulasi, eksudasi dan pembentukan sisik. (Mansjoer, 2000)

Dermatitis kontak sering terjadi pada tempat tertentu dimana alergen mengadakan

kontak dengan kulit. (Sylvia Anderson, 1991)

Dermatitis kontak adalah suatu dermatitis (peradangan kulit) yang disertai dengan

adanya spongiosis/edeme interseluler pada epidermis karena kulit berinteraksi dengan

bahan – bahan kimia yang berkontak atau terpajan kulit .Bahan- bahan tersebut dapat

bersifat toksik ataupun alergik. (Mawarli, 2006)

C. ETIOLOGI

Dermatitis kontak bisa ditimbulkan oleh bahan-bahan irritan primer atau penyebab

alergic primary irritant contact dermatitis merupakan reaksi non alergik dari pada kulit

yang disebabkan karena terkena irritantia. Zat diterjen ( seperti lisol ) desinfektan dan zat

warna ( untuk pakaian, sepatu dan lain – lain ) dapat mengakibatkan dermatitis.

a) Irritantia ringan, relatif atau marginal, memebutuhkan kontak berulang-ulang dan atau

kontak yang lama untuk menimbulkan peradangan atau termasuk di sini adalah sabun,

deterjen dan kebanyakan jenis bahan pelarut.Dermatitis pekerjaan tampak pula

fisura ,skuama,dan paronikima sebagai akibat iritasi kronik.dermatitis juga dapat

terdapat pada rumah tangga yang terjadi karena insektisida dan pelbagai salep yang di

jual secara bebas yang mengandung sulfonamid,penisilin,merkuri,atau sulfur.

b) Irritantia keras atau absolut merupakan zat-zat perusak yang keras sehingga akan

melukai kulit dengan seketika jika mengenainya (asam kuat dan basa kuat).

Page 9: LP Dermatitis

PENYEBAB YANG BAKU DARI DERMATITIS KONTAK

PADA BERBAGAI BAGIAN TUBUH

Bagian Tubuh Penyebab

Muka Kosmetik, hairspray, semir rambut.

Cuping telinga Nikel, perhiasan imitasi

Kelopak mataKosmetik, transfer oleh tangan,

tangkai kaca mata

Bagian Tubuh Penyebab

Hidung, bibir dan

sekitarnyaPasta gigi, lipstick

Leher Parfum, pakaian (bahan wool)

Aksila Deodoran, pakaian, parfum

Dada Bahan kuningan

Lengan dan kaki Deterjen, bahan pembersih, sepatu

Tangan Sarung tangan, deterjen

D. PREDISPOSISI

Penyakit dermatitis ini biasanya dapat diakibatkan oleh beberapa faktor, yang antara

lain:

1. Obat-obatan : obat kumur, balsem dan salep yang mengandung sulfanamid, penisilin,

insektisida, neomisin, benzokain dan etilendiamin.

2. Karet atau nilon : sandal karet, kaos kaki nilon, pakaian nilon.

3. Kunyit, kapur sirih, merkuri dan sulfur.

E. MANIFESTASI KLINIS

Gejala dari dermatitis kontak adalah:

a) Fase akut : merah,edema,papula,vesikula,berair,kusta, dan gatal

b) Fase kronik : kulit tebal/likenifikasi,kulit pecah – pecah skuama, kulit kering, dan

hiperpigmentasi.

c) Gejala subyektif : Iritan primer akan menyebabkan kulit terasa kaku, rasa tidak

enak karena kering, gatal-gatal sebab peradangan dan rasa sakit karena fisura,

vesikula, ulcus.

d) Gejala obyektif : - Erythema

Page 10: LP Dermatitis

- Mikrovesikulasi dan keluarnya

- Kulit menebal, kering, retak

- Pengelupasan kulit

- Vesikulasi, erosi,ulcus, fisura

- Edema muka dan tangan

- Ruam-ruam dan lesi

F. KLASIFIKASI

Dermatitis kontak ditimbulkan oleh fenomena alergik atau toksik.

1. Dermatitis kontak dapat berupa:

a. Tipe dermatitis kontak alergi, merupakan manifestasi “Delayed Hypersesitivity”;

hipersensitifitas yang tertunda dan merupakan terkena oleh alergen kontak pada

orang yang sensitif.

b. Tipe dermatitis kontak iritan, terjadi karena irritant primer dimana reaksi non

alergik terjadi akibat pejanan terhadap substansi iritatif.

2. Perbedaan dermatitis kontak iritan dan alergi:

Faktor Dermatitis Kontak Iritan Dermatitis Kontak Alergi

Penyebab Iritan primer Alergen kontak sensitizer

Permulaan Pada kontak pertama Pada kontak ulang

Penderita Semua orang Orang yang alergik

Lesi Batas lebih jelas, eritema Batas tidak begitu jelas,

eritema

Faktor Dermatitis Kontak Iritan Dermatitis Kontak Alergi

sangat jelas kurang jelas

Uji tempel Sesudah ditempel 24 jam

bila iritan diangkat, reaksi

akan segera

Bila sesudah 24 jam bahan

alergen diangkat, reaksi

menetap/meluas berhenti

Contoh Sabun, deterjen Pemakaian terlalu lama, jam,

sandal jepang, kalung imitasi

G. PATOFISIOLOGI

Dermatitis Kontak termasuk reaksi hipersensitivitas tipe IV, yaitu reaksi

hipersensitivitas tipe lambat. Patogenesisnya melalui dua fase:

Page 11: LP Dermatitis

1. Fase Induksi (sensitisasi)

a. Saat kontak pertama alergen dengan kulit sampai limfosit mengenal dan memberi

respons, perlu waktu 2-3 minggu.

b. Hapten (protein tidak lengkap) berpenetrasi ke dalam tubuh dan berikatan dengan

protein karier membentuk ,antigen yang lengkap. Antigen ditangkap dan diproses

oleh macrofag dan sel langerhans kemudian memicu reaksi limfosit T yang belum

tersensitisasi di kulit, sehingga terjadi sensitisasi limfosit T melalui saluran limfe.

2. Fase Eksitasi

Yaitu saat terjadinya kontak ulang dengan hapten yang sama atau serupa. Sel

efektor yang telah tersensitisasi mengeluarkan limfokin yang mampu menarik

berbagai sel radang sehingga timbul gejala klinis.

H. Pathway

(terlampir)

I. Penatalaksanaan

Proteksi terhadap zat penyebab dan menghindarkan kontaktan merupakan tindakan

penting. Anti-hisatamin tidak diindikasikan pada stadium permulaan, sebab tidak ada

pembebasan hisatamin. Pada stadium berikutnya terjadi pembebasan histamin secara

pasif. Kortikosteroid diberikan bila penyakit berat, misalnya prednison 20 mg/hari. Terapi

topikal diberikan sesuai petunjuk umum

“Dasar penyakit dermatitis adalah mencari etiologi dan menyingkirkan penyebabnya.”

Pada dermatitis akut

Dilihat adanya oedema, erasia, eksudasi, pustula, erythema.

1) Kompres

Cara kompres : - Rendam kain putih halus ke air

- Letakkan di lesi, 10-20 menit

- Ganti dengan kain dan air yang bersih

Perhatian : - Pakai 2/3 obat lokal, ketahui seluk beluk obat

- Pada daerah tropis perlu dipertimbangkan faktor penguapan. Sol

Boric Acid 3 % bila dibalutkan pada lesi maka konsentrasinya

menjadi 20-50 % sehingga melekat pada lesi dan terdapat kristal

Boric (BAHAYA).

2) Antibiotik

Page 12: LP Dermatitis

Biasanya infeksi sekunder disebabkan oleh Gram positif.

Diobati dengan penicillin/ampicillin untuk penderita yang tidak alergi, buctrim,

supristol, septrin (efek aplasticanemia).

3) Antihistamin

4) Obat- obat topical

Karena kulit mudah diakses maka mudah pula diobati maka obat obat topical

dapat sering digunakan,beberapa obat dengan konsentrasi yang tinggi dapat dioleskan

langsung pada kulit yang sakit dengan sedikit absorbsi sistemik sehingga efek

samping sistemiknya juga sedikit.adapun obat topikalnya antara lian:

a. Lotion

Lotion memeiliki dua tipe : suspensi yang terdiri atas serbuk dan dalam air yang

perlu di kocok sebelum di gunakan ,dan larutan jernih yang mengandung unsur

- unsur aktif yang bisa di larutkan seluruhnya .

b. Bedak

Bedak biasanya memiliki bahan dasar talk,zinkoksida,bentonit atau pati jagung

dan ditaburkan pada kulit dengan alat pengocok atau spons katun.Meski kerja

medisnya singkat ,bedak merupakan preparat higroskopis yang menyerap serta

menahan kelembaban kulit dan seprei.

c. Krim

Krim dapat berupa suspensi minyak - dalam – air atau emulsi air- dalam- minyak

dengan unsur-unsur untuk mencegah bakteri ataupun jamur (Mackie,1991).

d. Jel

Jel merupakan emulsi semisolid yang menjadi cair ketila dioleskan pada

kulit,bentuk preparat topikal ini secara kosmetik dapat diterima oleh pasien

karena tidak terlihat setelah dioleskan dan juga tidak terasa berminyak serta

tidak meninggalkan noda.

e. Pasta

Pasta merupakan campuran bedak dengan salep dan digunakan pada keadaan

inflamasi,pasta melekat pada kulit tetapi sulit dihilangkan tanpa menggunakan

minyak seperti minyak zaitun atau minyak mineral.

f. Salep

Page 13: LP Dermatitis

Salep bersifat menahan kehilangan air dan melumasi serta melindungi kulit,

bentuk preparat topikal ini lebih disukai untuk kelainan kulit yang kronis atau

terlokalisasi.

g. Preparat spray dan aerosol

Dapat di gunakan untuk lesi yang luas,bentuk ini akan mengisat ketika mengenai

kulit sehinga harus digunakan dengan sering.

h. Korrtikosteroid

Banyak dipakai dalam pengobatan kelainan dermatologik untuk memberikan efek

anti inflamasi,anti priritus dan vasokontriksi(Litt,1993).

BAB II

Page 14: LP Dermatitis

KONSEP TUMBUH KEMBANG & HOSPITALISASI

A. Konsep Pertumbuhan Usia

Tumbuh adalah proses bertambahnya ukuran/dimensi akibat penambahan jumlah atau

ukuran sel dan jaringan interseluler, (Wong. 2003),

Jenis Tumbuh Kembang :

1. Tumbuh kembang fisis meliputi perubahan dalam bentuk besar dan fungsi organisme

individu.

2. Tumbuh kembang intelektual berkaitan dengan kepandaian berkomunikasi dan

kemampuan menangani materi yang bersifat abstrak dan simbolik seperti

berbicara,bermain,berhitung dan membaca.

3. Tumbuh kembang social emosional bergantung kemampuan bayi untuk membentuk

ikatan batin,berkasih saying,menangani kegelisahan akibat suatu frustasi dan

mengelola rangsangan agresif (Wong 2003).

Faktor-faktor yang mempengaruhi tumbuh kembang :

1. Faktor Genetik

2. Faktor herediter konstitusional

3. Faktor lingkungan

B. Konsep Perkembangan Usia

Kembang/perkembangan adalah proses pematangan/maturasi fungsi organ tubuh

termasuk berkembangnya kemampuan mental intelegensia serta perlakuan anak.

Menurut Whaley dan Wong (2003), dalam bukunya Supartini (2004) mengemukakan

bahwa perkembangan menitikberatkan pada perubahan yang terjadi secara bertahap dari

tingkat yang paling rendah ke tingkat yang paling tinggi dan kompleks melalui proses

maturasi dan pembelajaran. Perkembangan berhubungan dengan perubahan secara

kualitas, diantaranya terjadi peningkatan kapasitas individu untuk berfungsi yang dicapai

melalui proses pertumbuhan, pematangan dan pembelajaran.

Menurut Nursalam (2004), perkembangan merupakan hasil interaksi antara

kematangan susunan saraf pusat dengan organ yang dipengaruhinya, sehingga

perkembangan ini berperan penting dalam kehidupan manusia.

Marlow (1988) dalam Supartini (2004) mendefinisikan perkembangan sebagai

peningkatan ketrampilan dan kapasitas anak untuk berfungsi secara bertahap dan terus

menerus.

Page 15: LP Dermatitis

Dari pengertian diatas dapat disimpulakan bahwa perkembangan adalah suatu proses

yang terjadi secara simultan dengan pertumbuhan yang menghasilkan kualitas individu

untuk berfungsi, yang dihasilkan melalui proses pematangan dan proses belajar dari

lingkungannya.

Perkembangan adalah bertambahnya kemampuan atau keahlian dalam struktur dan

fungsi tubuh yang lebih kompleks dalam pola yang teratur dan dapat diramalkan, sebagai

hasil dari proses pematangan. Disini menyangkut adanya proses di ferensiasi dari sel-sel

tubuh, jaringan tubuh organ-organ dan system organ yang berkembang sedemikian rupa

sehingga msing-masing dapat memenuhi fungsinya. Termasuk juga perkembangan emosi,

intelektual dan tingkah laku sebagai hasil interaksi dengan lingkungan (Wong DL, 2003).

Teori Perkembangan Menurut Sigmund Freud :

1. Fase Oral : 0 – 1 tahun

Keuntungan : Kepuasaan/kebahagian terletak pada mulut

Mengisap,menelan,memainkan bibir,makan,kenyang dan tidur.

Kerugian : menggigit,mengeluarkan air liur,marah,menangis jika tidak terpenuhi.

2. Fase Anal : 1 – 3 tahun

Keuntungan : belajar mengontrol pengeluran BAB dan BAK,senang melakukan

sendiri

Kerugian : jika tidak dapat melakukan dengan baik.

3. Fase Phalic : 3 – 6 tahun

a. Dekat dengan orang tua lawan jenis

b. Bersaing dengan orang tua sejenis

4. Fase latent : 6 – 12 tahun

a. Orientasi social keluar rumah

b. Pertumbuhan intelektual dan sosial

c. Banyak teman dan punya group

d. Impuls agresivitas lebih terkontrol

5. Fase genital

a. Pemustan seksual pada genital

b. Penentuan identitas

c. Belajar tidak tergantung pada orang tua

d. Bertanggung jawab pada diri sendiri

e. Intim dengan lawan jenis.

Keuntungan : bergroup, Kerugian : konflik diri,ambivalen (Nursalam, 2004)

Page 16: LP Dermatitis

C. Konsep Hospitalisasi Usia

1. Hospitalisasi pada Anak

Hospitalisasi adalah suatu keadaan krisis pada anak, saat anak sakit dan dirawat di

rumah sakit. Keadaan ini terjadi karena anak berusaha untuk beradaptasi dengan

lingkungan asing dan baru yaitu rumah sakit, sehingga kondisi tersebut menjadi faktor

stressor bagi anak baik terhadap anak maupun orang tua dan keluarga (Wong, 2003).

Hospitalisasi merupakan suatu proses karena alasan berencana atau darurat yang

mengharuskan anak untuk tinggal di rumah sakit untuk menjalani terapi dan

perawatan. Meskipun demikian dirawat di rumah sakit tetap merupakan masalah besar

dan menimbulkan ketakutan, cemas, bagi anak (Supartini, 2004). Hospitalisasi juga

dapat diartikan adanya beberapa perubahan psikis yang dapat menjadi sebab anak

dirawat di rumah sakit (Nursalam, 2004).

Berdasarkan pengertian tersebut, dapat disimpulkan bahwa hospitalisasi adalah

suatu proses karena alasan berencana maupun darurat yang mengharuskan anak

dirawat atau tinggal di rumah sakit untuk mendapatkan perawatan yang dapat

menyebabkan beberapa perubahan psikis pada anak. Perubahan psikis terjadi

dikarenakan adanya suatu tekanan atau krisis pada anak. Jika seorang anak di rawat di

rumah sakit, maka anak tersebut akan mudah mengalami krisis yang disebabkan anak

mengalami stres akibat perubahan baik terhadap status kesehatannya maupun

lingkungannya dalam kebiasaan sehari-hari. Selain itu, anak mempunyai sejumlah

keterbatasan dalam mekanisme koping untuk mengatasi masalah maupun kejadian-

kejadian yang sifatnya menekan (Nursalam, 2004).

a. Stressor pada Anak yang Dirawat di Rumah Sakit

Sakit dan dirawat di rumah sakit merupakan krisis utama yang tampak pada

anak (Nursalam, 2005). Jika seorang anak dirawat di rumah sakit, maka anak

tersebut akan mudah mengalami krisis karena anak mengalami stres akibat

perubahan yang dialaminya. Perubahan tersebut dapat berupa perubahan status

kesehatan anak, perubahan lingkungan, maupun perubahan kebiasaan sehari-hari.

Selain itu anak juga mempunyai keterbatasan dalam mekanisme koping untuk

mengatasi masalah maupun kejadian-kejadian yang bersifat menekan.

Stresor atau pemicu timbulnya stres pada anak yang dirawat di rumah sakit

dapat berupa perubahan yang bersifat fisik, psiko-sosial, maupun spiritual

Perubahan lingkungan fisik ruangan seperti fasilitas tempat tidur yang sempit

dan kuang nyaman, tingkat kebersihan kurang, dan pencahayaan yang terlalu

Page 17: LP Dermatitis

terang atau terlalu redup. Selain itu suara yang gaduh dapat membuat anak merasa

terganggu atau bahkan menjadi ketakutan. Keadaan dan warna dinding maupun

tirai dapat membuat anak marasa kurang nyaman (Nursalam, 2004).

Beberapa perubahan lingkungan fisik selama dirawat di rumah sakit dapat

membuat anak merasa asing. Hal tersebut akan menjadikan anak merasa tidak

aman dan tidak nyaman. Ditambah lagi, anak mengalami perubahan fisiologis

yang tampak melalui tanda dan gejala yang dialaminya saat sakit. Adanya

perlukaan dan rasa nyeri membuat anak terganggu. Reaksi anak usia prasekolah

terhadap rasa nyeri sama seperti sewaktu masih bayi. Anak akan bereaksi terhadap

nyeri dengan menyeringaikan wajah, menangis, mengatupkan gigi, menggigit

bibir, membuka mata dengan lebar, atau melakukan tindakan agresif seperti

menendang dan memukul. Namun, pada akhir periode balita anak biasanya sudah

mampu mengkomunikasikan rasa nyeri yang mereka alami dan menunjukkan

lokasi nyeri (Nursalam, 2004).

Selain perubahan pada lingkungan fisik, stressor pada anak yang dirawat di

rumas sakit dapat berupa perubahan lingkungan psiko-sosial. Sebagai akibatnya,

anak akan merasakan tekanan dan mengalami kecemasan, baik kecemasan yang

bersifat ringan, sedang, hingga kecemasan yang bersifat berat. Pada saat anak

menjalani masa perawatan, anak harus berpisah dari lingkungannya yang lama

serta orang-orang yang terdekat dengannya. Anak biasanya memiliki hubungan

yang sangat dekat dengan ibunya, akibatnya perpisahan dengan ibu akan

meninggalkan rasa kehilangan pada anak akan orang yang terdekat bagi dirinya

dan akan lingkungan yang dikenalnya, sehingga pada akhirnya akan menimbulkan

perasaan tidak aman dan rasa cemas (Nursalam, 2004).

b) Hospitalisasi pada Anak Usia Prasekolah

Anak usia prasekoolah adalah anak yang berusia antara 3 sampai 6 tahun

(Supartini, 2004). Menurut Sacharin (1996), anak usia prasekolah sebagian besar

sudah dapat mengerti dan mampu mengerti bahasa yang sedemikian kompleks.

Selain itu, kelompok umur ini juga mempunyai kebutuhan khusus, misalnya,

menyempurnakan banyak keterampilan yang telah diperolehnya. Pada usia ini,

anak membutuhkan lingkungan yang nyaman untuk proses tumbuh kembangnya.

Biasanya anak mempunyai lingkungan bermain dan teman sepermainan yang

menyenangkan. Anak belum mampu membangun suatu gambaran mental

Page 18: LP Dermatitis

terhadap pengalaman kehidupan sebelumnya sehingga dengan demikian harus

menciptakan pengalamannya sendiri (Suparini, 2004).

Bagi anak usia prasekolah, sakit adalah sesuatu yang menakutkan. Selain itu,

perawatan di rumah sakit dapat menimbulkan cemas karena anak merasa

kehilangan lingkungan yang dirasakanya aman, penuh kasih sayang, dan

menyenangkan. Anak juga harus meninggalkan lingkungan rumah yang

dikenalnya, permainan, dan teman sepermainannya (Supartini, 2004). Beberapa

hal tersebut membuat anak menjadi stres atau tertekan. Sebagai akibatnya, anak

merasa gugup dan tidak tenang, bahkan pada saat menjelang tidur.

Page 19: LP Dermatitis

BAB III

KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN SECARA TEORITIS

A. PENGKAJIAN

Kulit merupakan bagian tubuh yang paling terlihat, bila terjadi cedera akut dari

dermatitis kontak eksim pasien sulit untuk mengabaikan atau menyembunyikanya dari

orang lain.Sangat penting untuk mengetahui faktor penyebabnya agar dapat mencegah

kontak ulang atau terhadap perubahan data yang harus dikumpulkan sejak awal adalah:

1. Pengetahuan tentang faktor penyebab dan metode kontak.

2. Kemungkinan bisa kontak dengan menimbulkan iritasi di rumah, tempat

pekerjaan/pada waktu kegiatan rekreasi.

3. Bagaimana kelainan kulit yang timbul dimulai.

4. Riwayat tentang infeksi yang berulang, kemungkinan kurangnya respon imunitas.

5. Respon obat baru, terutama penicillin/sulfanilamide.

6. Peningkatan stress yang dicatat pasien.

7. Faktor-faktor yang membuat lebih parah (resep dokter/pengobatan pribadi).

8. Luasnya pruritis dan faktor yang membuat lebih parah.

9. Lesi diperiksa setiap hari untuk diketahui apakah pasien masih suka menggaruk lesi,

periksa apakah terdapat perubahan atau ada infeksi.

B. DIAGNOSA

1. Resiko terhadap kerusakan integritas kulit berhubungan dengan perubahan fungsi

barier kulit.

2. Nyeri dan rasa gatal berhubungan dengan adanya lesi kulit.

3. Gangguan pola tidur berhubungan dengan adanya pruritus.

4. Gangguan citra tubuh berhubungan dengan penampakan kulit yang tidak bagus.

5. Kurang pengetahuan berhubungan dengan salah tanggap informasi.

6. Resiko tinggi infeksi berhubungan dengan adanya lesi pada kulit.

C. INTERVENSI KEPERAWATAN

1. Resiko terhadap kerusakan integritas kulit berhubungan dengan perbahan fungsi

barier kulit.

Intervensi:

a. Lindungi kulit yang sehat terhadap kemungkinan maserasi ( hidrasi stratum

korneum yang berlebihan ) ketika memasang kompres basah.

Page 20: LP Dermatitis

b. Hilangkan kelembaban dari kulit dengan menutulkan untuk menghisap dan

menghindari friksi.

c. Jaga dengan cermat terhadap resiko terjadinya cedera termal akibat penggunaan

kompres hangat dengan suhu yang terlau tinggi dan akibat cedera panas yang

tidak terasa ( bantalan pemanas, radiator )

d. Nasehati pasien untuk menggunakan kosmetik dan preparat tabir surya.

Rasional:

a. Maserasi pada kulit yang sehat dapat menyebabkan pecahnya kulit dan perluasan

kelainan primer.

b. Friksi dan maserasi memainkan peranan yang penting dalam proses terjadinya

sebagian penyakit kulit.

c. Penderita Dermatitis dapat mengalami penurunan sensitifitas terhadap panas.

d. Banyaknya masalah kosmetika pada hakekatnya semua kelainan malignitas kulit

dapat dikaitkan dengan kerusakan kulit kronik.

2. Nyeri dan rasa gatal berhubungan dengan adanya lesi kulit.

Intervensi:

Periksa daerah yang terlibat

a. Upayakan untuk menemukan penyebab gangguan rasa nyaman.

b. Mencatat hasil-hasil observasi secara rinci dengan memakai terminologi

deskriptif

c. Mengantisipasi reaksi alergi yang mungkin terjadi , mendapatkan riwayat

pemakaian obat.

Kendalikan faktor – faktor iritan.

a. Pertahankan kelembaban kira-kira 60%;gunakan alat pelembab

b. Pertahankan lingkungan dingin

c. Gunakan sabun ringan atau sabun yang dibuat untuk kulit sensitif.

d. lepaskan kelebihan pakaian atau peralatan di tempat tidur.

e. Cuci linen tempat tidur dan pakaian dengan sabun ringan .

f. Hentikan pemajanan berulang terhadap deterjen, pembersih, dan pelarut.

Menggunakan tindakan perawatan kulit untuk mempertahankan integritas kulit

dan meningkatkan kenyamanan pasien.

a. Melaksanakan kompresi penyejuk dengan air suam – suam kuku, atau

kompres dingin guna meredakan rasa gatal.

b. Mengatasi kekeringan sebagaimana di preskripsikan .

Page 21: LP Dermatitis

c. Mengoleskan losion dan krim kulit segera setelah mandi.

d. Menjaga agar kuku selau terpangkas.

e. Menggunakan terapi tropikal seperti yang preskiripsikan.

f. Membantu pasien menerima terapi yang lama, yang diperlukan pada beberapa

kelainan kulit.

g. Menasehati pasien untuk menghindari pemakaian salep atau losion yang di

beli tanpa resep dokter

Rasional:

a. Pemahaman tentang luas dan karakteristik kulit meliputi bantuan dalam

menyusun rencana interfensi

1) Membantu menidentifikasi tindakan yang tepat untk memberikan

kenyamanan.

2) Deskripsi yang akurat tentang erupsi kulit diperlukan untuk diagnosa dan

pengobatan. Banyak kondisi kulit tampak serupa tetapi memepunyai etiologi

yang berbeda, respon inflamasi kutan mungjin mati pada pasien lansia.

3) Ruang menyeluruh terutama dengan awitan yang mendadak dapat

menunjukan reaksi alergi terhadap obat.

b. Rasa gatal diperburuk oleh panas, kimia dan fisik.

1) Dengan kelembaban yang rendah, kulit akan kehilangan air.

2) Kesejukan mengurangi gatal.

3) Upaya ini mencakup tidak adanya larutan diterjen, zat pewarna atau bahan

pengeras.

4) Meningkatkan lingkungan yang sejuk.

5) Sabun yang keras dapat menimbulkan iritasi kulit.

6) Setiap substansi yang menghilangkan air, lipid atau protein dari epidermis

akan mengubah fungsi barier kulit.

c. Kulit merupakan barier yang penting yang harus dipertahankan keutuhanya agar

berfungsi dengan benar.

a) Pengisatan air yang bertahap dari kasa kompres akan menyejukan kulit dan

meredakan pruritus.

b) Kulit yang kering dpat menimbulkan daerah dermatitis dengan gejala

kemerahan, gatal, deskuamasi dan pada bentuk yang lebih berat,

pembengkakan, pembentukan lepuh, keretakan dan eksudat.

Page 22: LP Dermatitis

c) Hidrasi yang efektif pada stratum korneum mencegah gangguan lapisan

barier pada kulit.

d) Pemotongan kuku akan mengurangi kerusakan kulit karena garukan.

e) Tindakan ini membantu meredakan gejala.

f) Tindakan koping biasanya akan meningkatkan kenyamanan.

g) Masalah pasien dapat disebabkan oleh iritasi atau sensitisasi pengobatan

sendiri.

3. Gangguan pola tidur berhubungan dengan adanya pruritus.

Intervensi:

Cegah dan obati kulit yang kering.

a. Menasehati pasien untuk menjaga kamar tidur agar tetap memiliki fentilasi

dan kelembaban yang baik.

b. Menjaga agar kulit selalu lembab.

c. Mandi hanya diperlukan jika kulit sangat kering.

d. Jangan gunakan sabun atau gunakan sabun yang lembut oleskan losion segera

sesudah mandi sementara kulit masih lembab.

Nasehati pasien untuk melakukan hal berikut yang dapat membantu meningkatkan

tidur

a. Menjaga jadwal tidur yang teratur pergi tidur pada saat yang sama dan bangun

pada sat yang sama.

b. Menghindari minuman yang mengandung kafein menjelang tidur dimalam

hari.

c. Melaksanakan gerak badan secara teratur.

d. Mengerjakan hal – hal yang rirual dan rutin menjelang tidur.

Rasional:

1. Pruritus nokturnal mengganggu tidur yang normal.

a. Udara yang kering membuat kulit terasa gatal, lingkungan yang nyaman

meningkatkan relaksasi.

b. Tindakan ini mencegah kehilangan air, kulit yang kering dan gatal biasanya

tidak dapat disembuhkan, tapi bisa di kendalikan.

c. Semua tindakan ini kan memelihara kelembaban kulit.

2. Dengan kelembaban yang rendah kulit akan kehilangan air.

a. Kafein memiliki efek puncak 2 – 4 jam sesduah di konsumsi.

Page 23: LP Dermatitis

b. Gerak badan memberikan efek yang menguntungkan untuk tidur jika

dilaksanakan pada sore hari.

c. Tindakan ini memudahkan peralihan dari keadaan terja menjadi tertidur.

4. Gangguan citra tubuh berhubungan dengan penampakan kulit yang tidak bagus.

Intervensi:

a. Kaji adanya gangguan pada citra diri pasien ( Menghindari kontak mata,

merendahkan diri sendiri,Ekspresi muak terhadap kondisi kulitnya ).

b. Identiffikaasi stadium psikososial tahap perkembangan.

c. Berikan kesempatan untuk pengungkapan, dengarkan,( dengan cara yang terbuka,

tidak menghkimi ). Untuk mengekspresikan berduka/ ansietas tentang perubahan

citra tubuh

d. Nilai rasa keprihatinan dan ketakutan pasien, bantu pasien yang cemas dalam

mengembangkan kemampuan untuk menilai diri dan mengenali serta mengatasi

masalah.

e. Mendukung upaya pasien untuk memperbaiki citra diri ( turut berpartisippasi

dalam penanganan kulitnya, merias atau merapikan diri )

f. Membantu pasien ke arah penerimaan diri.

g. Mendorong sosialisasi dengan orang lain.

h. Memberikan nasehat kepada pasien mengenai cara – cara perawatan kosmetik

untuk menyembunyikan kondisi kulit yang abnormal.

Rasional:

a. Gangguan citra diri akan menyertai setiap penyakit atau keadaan yang nyata bagi

pasien. Kesan seseorang terhadap dirinya sendiri akan berpengaruh pada konsep

diri.

b. Terdapat hubungan antara stadium perkembangan, citra diri dan reaksi serta

pemahaman pasien terhadap kondisi kulitnya.

c. Pasien membutuhkan pengalaman, didengarkan dan dipahami.

d. Tindakan ini memeberikan kesempatan kepada petugas kesehatan untuk

menetralkan kecemasan yang tidak perlu terjadi dan memulihkan realitas situasi.

Ketakutan merupakan unsur yang merusak adaptasi pasien .

e. (Untuk nomor 5 s/d 8). Pnedekatan dan sasaran yang positif tentang tekhnik –

tekhnik kosmetik seringkali membantu dalam meningkatkan penerimaan diri dan

sosialisasi.

Page 24: LP Dermatitis

5. Kurang pengetahuan berhubungan dengan salah tanggap informasi.

Intervensi:

a. Tentukan apakah pasien mengetahui ( memahami dan salah mengerti ) tentang

kondisi dirinya.

b. Jaga agar pasien mendapatkan informasi yang benar, memperbaiki kesalahan

konsepsi / informasi.

c. Peragakan penerapan terapi yang di programkan ( kompres basah; terapi topikal )

d. Berikan nasehat pada pasien untuk menjaga agar kulit tetap lembab dan fleksibel

dengan tindakan hidrasi dan pengolesan krim serta losion kulit.

e. Dorong pasien utnuk mendapatkan status nutrisi yang sehat.

Rasional:

a. Memberikan data dasar untuk mengembangkan rencana penyuluhan.

b. Pasien harus memiliki perasaan bahwa ada yang harus diperbuat, kebanyakan

pasien merasakan manfaat yang lebih.

c. Memungkinkan pasien untuk memperoleh kesempatan untuk menunjukan cara

yang tepat untuk melakukan terapi.

d. Stratum korneum memerlukan air agar fleksibilitas kulit tetap terjaga. Pengolesan

krim atau losion untuk melembabkan kulit akan mencegah agar kulit tidak

menjadi kering, kasar, retak dan bersisik.

e. Penampakan kulit mencerminkan kesehatan umum seseorang. Perubahan pada

kulit akan menandakan status nutrisi yang ab normal.

6. Resiko tinggi infeksi berhubungan dengan adanya lesi pada kulit.

Intervensi:

a. Memiliki indeks kecurigaan yang tinggi terhadap suatu infeksi pada pasien yag

sistem kekebalanya ter ganggu.

b. berikan petunjuk yang jelas dan rinci kepada pasien mengenai program terapi.

c. Laksanankan pemakaian kompres basah seperti yang diprogramkan untuk

mengurangi intensitas inflamasi

d. Sediakan terapi rendaman separti yang diprogramkan .

e. Berikan preparat anibiotik yang diresepkan dokter.

f. Gunakan obat-obat topikal yang mengandug kortikosteroid seperti yang

diresepkan dokter dan menurut indikasinya

1) Observasi lesie secara periodik untuk peribahan respon terhadap terapi.

Page 25: LP Dermatitis

2) Instruksikan pasien tentang kemungkinan efek samping penggunaan jangka

panjang kortikosteroid, topikal, difluorinasi.

g. Nasihati pasien untuk menghentukan pemakaian obat kulit yang yang

memperburuk masalah.

Rasional:

a. Setiap keadaan yang mengganggu status imune akan memperbesar resiko

terjadinya infeksi kulit.

b. Pendidikan pasien yang efektif bergantung kepada ketrampilan, keterampilan

interpresonal, profesional kesehatan dan pada pemberian instruksi yang jelas yang

diperkuat instruksi tertulis.

c. Kompres basah akan menghasilkan pendinginan lewat pengisatan yang

menimbulkan vasokontriksi pembuluh darah kulit dan dengan demikian

mengurangi eritema serta produksi serum. Kompres basah akan membantu

tindakan debridemen fesikel serta krusta dan mengendalikan proses inflamasi.

d. Melepaskan eksudat dan krusta.

e. Membunuh atau mencegah pertumbuhan mikrorganisme penyebab infeksi.

f. Kortikosteroid memiliki kerja anti inflamasi yang menjelaskan sebagian

kemampuanya untuk menimbuklan vasokontriksi pada pembuluh - pembuluh

kecil dalam dermis lapisan atas. Pemakaian kortikosterod topikal yang ekstensif

dalam waktu yang lama dapat menimbulkan efek anti proliferatif pada sel – sel

epidermis ( kerontokan rambut pada daerah yang dioleskan ).

g. Dermatitis kontak atau reaksi alergi dapat terjadi setiap unsur yang ada dalam obat

tersebut.

D. IMPLEMENTASI

Tindakan keperawatan/ implementasi dilaksanakan sesuai rencana keperawatan yang

telah dibuat.

E. EVALUASI

Setelah dilakukan tindakan hasil yang di harapkan adalah sebagai berikut:

1. Resiko terhadap kerusakan integritas kulit berhubungan dengan perbahan fungsi

barier kulit.

a. Memepertahankan integritas kulit.

b. Tidak adanya maserasi.

c. Tidak ada tanda – tanda cedara termal.

d. Tidak ada infeksi.

Page 26: LP Dermatitis

e. Memberikan obat topikal yang diprogramkan.

f. Menggunakan obat yang dirersepkan sesuai jadwal.

2. Nyeri dan rasa gatal berhubungan dengan adanya lesi kulit.

a. Mencapai peredaran gangguan rasa.

b. Mengutarakan dengan kata – kata bahwa gatal telah reda.

c. Memeperlihatkan tidak adanya gejala ekskoriasi kulit karena garukan.

d. Mematuhi terapi yang diprogramkan.

e. Pertahankan keadekuatan hidrasi dan lubrikasi kulit.

f. Menunjukan kulit utuh; kulit menunjukan kemajuan dalam penampilan yang

sehat.

3. Gangguan pola tidur berhubungan dengan adanya pruritus.

a. Mencapai tidur yang nyenyak.

b. Melaporkan peredaran rasa gatal.

c. Mempertahankan kondisi lingkungan yang tepat.

d. Menghindari konsumsi kafein pada sore hari dan menjelang tidur malam hari.

e. Mengenali tindakan untuk meningkatkan tidur.

f. Mengalami pola tidur / istirahat yang memuaskan.

4. Gangguan citra tubuh berhubungan dengan penampakan kulit yang tidak bagus.

a. Mengembangkan peningkatan kemampuan untuk menerima diri sendiri.

b. Mengikuti dan turut berpartisipasi dalam tindakan perawatan mandiri.

c. Melaporkan perasaan dalam mengendalikan situasi.

d. Menguatkan kembali dukungan positif dari diri sendiri

e. Mengutarakan perhatian terhadap diri sendiri yang sehat.

f. Tampak tidak begitu memperhatikan kondisi.

g. Menggunakan tekhnik menyembunyikan kekurangan dan menekankan teknik

untuk meningkatkan penampilan.

5. Kurang pengetahuan berhubungan dengan salah tanggap informasi.

a. Memiliki pemahaman terhadap perawatan kulit.

b. Mengikuti terapi seperti yang diprogramkan dan dapat mengungkapkan rasional

tindakan yang dilakukan.

c. Menjalankan mandi, pencucian, barutan basah sesuai yang diprogramkan.

d. Gunakan obat tropikal dengan tepat.

e. Memahami pentingnya nutrisi untuk kesehatan kulit.

Page 27: LP Dermatitis

6. Resiko tinggi infeksi berhubungan dengan adanya lesi pada kulit.

a. Tetap bebas dari infeksi.

b. Mengungkapkan tindakan perawatan kulit yang meningkatkan kebersihan dan

mencegah kerusakan.

c. Mengidentifikasikan tanda dan gejala infeksi untuk dilaporkan.

d. Mengidentifikasi efek merugikan dari obat yang harus dilaporkan ke petugas

perawatan kesehatan.

e. Berpartisipasi dalam tindakan perawatan kulit ( misalnya mandi, dan penggantian

balut ).

Page 28: LP Dermatitis

DAFTAR PUSTAKA

Betz, Sowden. 2002. Buku Saku Keperawatan Pediatrik, Edisi 2. Jakarta, EGC.

Corwin, Elizabeth J, 2000. Anak Demam Perlu Kompres. www. Pediatrik. Com/knal.php

Ngastiyah. 2005. Perawatan Anak Sakit, ed 2. Jakarta: EGC.

Nursalam. 2004. Asuhan Keperawatan Bayi & Anak. Jakarta : Salemba Medika

Setiadi. 2007.Anatomi dan Fisiologi Manusia.Yogyakarta: Graha Ilmu

Smeltzer, suzannec. 2001. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Brunner & Suddarth,

ed.8, vol.1. Jakarta: EGC.

Supartini , 2004. Pengkajian Pediatrik. Ed. 2. Jakarta, EGC

Wong DL, 2003. Nursing Care Of Infant and Children Fifth Edition,Mosby Year

Book,Philadelpia USA.