Lp BPH 1.docx

29
follow me on twitter Andy Yudhistira Kristanto "Tak perlu seseorang yang sempurna, cukup temukan orang yang selalu membuatmu bahagia & membuatmu berarti lebih dari siapapun #049" Tuesday, 15 July 2014 LP TEORI ASKEP BPH ( Benign Prostatic Hyperplasia ) Post By. Andy J Beech at Tuesday, July 15, 2014 BAB 1 LANDASAN TEORI 1.1 Tinjauan Teori 1.1.1 Pengertian Benign Prostatic Hyperplasia ( BPH ) adalah pembesaran jinak kelenjar prostat, disebabkan oleh karena hiperplasia beberapa atau semua komponen prostat meliputi jaringan kelenjar / jaringan fibromuskuler yang menyebabkan penyumbatan uretra pars prostatika dan obstruksi uretral (pembatasan aliran urinarius) (Hudak and Gallo, 1994) 1.1.2 Etiologi Penyebab yang pasti dari terjadinya BPH sampai sekarang belum diketahui. Namun yang pasti kelenjar prostat sangat tergantung pada hormon androgen. Faktor lain yang erat kaitannya dengan BPH adalah proses penuaan (Sjamsuhidajat. R, 1997). Ada beberapa factor kemungkinan penyebab antara lain : 1). Dihydrotestosteron Peningkatan 5 alfa reduktase dan reseptor androgen menyebabkan epitel dan stroma dari kelenjar prostat mengalami hiperplasi .

Transcript of Lp BPH 1.docx

Page 1: Lp BPH 1.docx

follow me on twitter

Andy Yudhistira Kristanto "Tak perlu seseorang yang sempurna, cukup temukan orang yang selalu membuatmu bahagia & membuatmu berarti lebih dari siapapun #049"

Tuesday, 15 July 2014

LP TEORI ASKEP BPH ( Benign Prostatic Hyperplasia )

Post By. Andy J Beech at Tuesday, July 15, 2014 BAB 1

LANDASAN TEORI

1.1       Tinjauan Teori1.1.1    Pengertian 

Benign  Prostatic  Hyperplasia ( BPH )  adalah   pembesaran  jinak   kelenjar  prostat,  disebabkan  oleh  karena  hiperplasia  beberapa  atau  semua  komponen  prostat  meliputi  jaringan  kelenjar / jaringan  fibromuskuler  yang   menyebabkan  penyumbatan   uretra   pars  prostatika  dan obstruksi  uretral   (pembatasan    aliran  urinarius) (Hudak and Gallo, 1994)

1.1.2        Etiologi

           Penyebab  yang  pasti  dari  terjadinya  BPH  sampai  sekarang  belum  diketahui.  Namun  yang  pasti  kelenjar  prostat  sangat  tergantung  pada  hormon  androgen.  Faktor  lain  yang  erat  kaitannya   dengan  BPH  adalah  proses  penuaan (Sjamsuhidajat. R, 1997).

    Ada beberapa factor kemungkinan penyebab antara lain :1).       Dihydrotestosteron

Peningkatan 5 alfa reduktase dan reseptor androgen  menyebabkan  epitel  dan  stroma  dari  kelenjar  prostat  mengalami  hiperplasi .

2).       Perubahan  keseimbangan  hormon  estrogen  -  testoteronPada  proses  penuaan  pada  pria  terjadi  peningkatan  hormon  estrogen  dan  penurunan   testosteron  yang  mengakibatkan  hiperplasi  stroma.

3).       Interaksi  stroma  -  epitelPeningkatan  epidermal  gorwth  factor  atau  fibroblast   growth    factor  dan  penurunan  transforming  growth  factor  beta  menyebabkan  hiperplasi  stroma  dan  epitel.

4).       Berkurangnya  sel  yang  matiEstrogen  yang  meningkat  menyebabkan   peningkatan  lama  hidup  stroma  dan  epitel  dari  kelenjar  prostat.

5).       Teori  sel  stem

Sel  stem  yang  meningkat  mengakibatkan    proliferasi  sel  transit

Page 2: Lp BPH 1.docx

1.1.3    Fisiologis

30 -  50  % 

Kelenjar prostat terletak di bawah kandung kemih dan mengelilingi / mengitari uretra posterior dan disebelah proximalnya berhubungan dengan buli-buli, sedangkan bagian distalnya kelenjar prostat ini menempel pada diafragma urogenital yang sering disebut sebagai otot dasar panggul. Kelenjar ini pada laki-laki dewasa kurang lebih sebesar buah kemiri atau jeruk nipis. Ukuran, panjangnya sekitar 4 - 6 cm, lebar 3 - 4 cm, dan tebalnya kurang lebih 2 - 3 cm. Beratnya sekitar 20 gram.Prostat terdiri dari : Jaringan Kelenjar     ®  50  -  70   %, Jaringan Stroma (penyangga), Kapsul/Musculer

Kelenjar prostat menghasilkan cairan yang banyak mengandung enzym yang berfungsi untuk pengenceran sperma setelah mengalami koagulasi (penggumpalan) di dalam testis yang membawa sel-sel sperma. Pada waktu orgasme otot-otot di sekitar prostat akan bekerja memeras cairan prostat keluar melalui uretra. Sel – sel sperma yang dibuat di dalam testis akan ikut keluar melalui uretra. Jumlah cairan yang dihasilkan meliputi 10 – 30 % dari ejakulasi. Kelainan pada prostat yang dapat mengganggu proses reproduksi adalah keradangan (prostatitis). Kelainan yang lain sepeti pertumbuhan yang abnormal (tumor) baik jinak maupun ganas, tidak memegang peranan penting pada proses reproduksi tetapi lebih berperanan pada terjadinya gangguan aliran kencing. Kelainanyang disebut belakangan ini manifestasinya biasanya pada laki-laki usia lanjut (Hudak and Gallo, 1994).

1.1.4         Manifestasi Klinis Benigna Prostat Hyperplasia   Gejala klinis yang ditimbulkan oleh Benigne Prostat Hyperplasia disebut sebagai

Syndroma Prostatisme (Hudak and Gallo, 1994). Syndroma Prostatisme dibagi menjadi dua yaitu :

1. Gejala Obstruktif yaitu :1)      Hesitansi yaitu memulai kencing yang lama dan seringkali disertai dengan mengejan yang

disebabkan oleh karena otot destrussor buli-buli memerlukan waktu beberapa lama meningkatkan tekanan intravesikal guna mengatasi adanya tekanan dalam uretra prostatika.

2)      Intermitency yaitu terputus-putusnya aliran kencing yang disebabkan karena ketidakmampuan otot destrussor dalam pempertahankan tekanan intra vesika sampai berakhirnya miksi.

3)      Terminal dribling yaitu menetesnya urine pada akhir kencing.4)      Pancaran lemah : kelemahan kekuatan dan kaliber pancaran destrussor memerlukan waktu

untuk dapat melampaui tekanan di uretra.5)      Rasa tidak puas setelah berakhirnya buang air kecil dan terasa belum puas.

2. Gejala Iritasi yaitu :1)      Urgency yaitu perasaan ingin buang air kecil yang sulit ditahan.2)      Frekuensi yaitu penderita miksi lebih sering dari biasanya dapat terjadi pada malam hari

(Nocturia) dan pada siang hari.3)      Disuria yaitu nyeri pada waktu kencing.

1.1.5    KlsifikasiBenign Prostatic Hyperplasia terbagi dalam 4 derajat sesuai dengan gangguan klinisnya :

1)      Derajat satu, keluhan prostatisme ditemukan penonjolan prostat 1 – 2 cm, sisa urine kurang 50 cc, pancaran lemah, necturia, berat + 20 gram.

Page 3: Lp BPH 1.docx

2)      Derajat dua, keluhan miksi terasa panas, sakit, disuria, nucturia bertambah berat, panas badan tinggi (menggigil), nyeri daerah pinggang, prostat lebih menonjol, batas atas masih teraba, sisa urine 50 – 100 cc dan beratnya + 20 – 40 gram.

3)      Derajat tiga, gangguan lebih berat dari derajat dua, batas sudah tak teraba, sisa urine lebih 100 cc, penonjolan prostat 3 – 4 cm, dan beratnya 40 gram.

4)      Derajat empat, inkontinensia, prostat lebih menonjol dari 4 cm, ada penyulit keginjal seperti gagal ginjal, hydroneprosis.

1.1.5        Pathofisiologis              Sejalan dengan pertambahan umur, kelenjar prostat akan mengalami hiperplasia, jika prostat membesar akan meluas ke atas (bladder), di dalam mempersempit saluran uretra prostatica dan menyumbat aliran urine. Keadaan ini dapat meningkatkan tekanan intravesikal. Sebagai kompensasi terhadap tahanan uretra prostatika, maka otot detrusor dan buli-buli berkontraksi lebih kuat untuk dapat memompa urine keluar. Kontraksi yang terus-menerus menyebabkan perubahan anatomi dari buli-buli berupa : Hipertropi otot detrusor, trabekulasi, terbentuknya selula, sekula dan difertikel buli-buli. Perubahan struktur pada buli-buli dirasakan klien sebagai keluhan pada saluran kencing bagian bawah atau Lower Urinary Tract Symptom/LUTS.

Pada fase-fase awal dari Prostat Hyperplasia, kompensasi oleh muskulus destrusor berhasil dengan sempurna. Artinya pola dan kualitas dari miksi tidak banyak berubah. Pada fase ini disebut Sebagai Prostat Hyperplasia Kompensata. Lama kelamaan kemampuan kompensasi menjadi berkurang dan pola serta kualitas miksi berubah, kekuatan serta lamanya kontraksi dari muskulus destrusor menjadi tidak adekuat sehingga tersisalah urine di dalam buli-buli saat proses miksi berakhir seringkali Prostat Hyperplasia menambah kompensasi ini dengan jalan meningkatkan tekanan intra abdominal (mengejan) sehingga tidak jarang disertai timbulnya hernia dan haemorhoid puncak dari kegagalan kompensasi adalah tidak berhasilnya melakukan ekspulsi urine dan terjadinya retensi urine, keadaan ini disebut sebagai Prostat Hyperplasia Dekompensata. Fase Dekompensasi yang masih akut menimbulkan rasa nyeri dan dalam beberapa hari menjadi kronis dan terjadilah inkontinensia urine secara berkala akan mengalir sendiri tanpa dapat dikendalikan, sedangkan buli-buli tetap penuh. Ini terjadi oleh karena buli-buli tidak sanggup menampung atau dilatasi lagi. Puncak dari kegagalan kompensasi adalah ketidak mampuan otot detrusor memompa urine dan menjadi retensi urine. Retensi urine yang kronis dapat mengakibatkan kemunduran fungsi ginjal (Doengoes, Marilyn E.,2000)     

1.1.6        Pemeriksaaan Penunjang1)   Pemeriksaan rektal, tampak lembek dan lunak pembesaran prostat simetrik2)   Urinalisis untuk menetukan hematuria dan infeksi3)   Serum kreatinin dan BUN untuk mengevaluasi fungsi ginjal

4)   Serum PSA untuk mengetahui adanya kanker, tetapi kemungkinan terdapat peningkatan pada BPH

5)   Pemeriksaan  UroflowmetriSalah  satu  gejala  dari  BPH  adalah  melemahnya  pancaran  urin.  Secara  obyektif  pancaran  urin  dapat  diperiksa  dengan  uroflowmeter  dengan  penilaian :

1)      Flow  rate  maksimal  >  15 ml / dtk    =  non  obstruktif.1)   Flow  rate  maksimal 10 – 15  ml / dtk =  border  line.

Page 4: Lp BPH 1.docx

2)   Flow  rate  maksimal  <  10 ml / dtk    =  obstruktif.6)   Pemeriksaan  Imaging  dan  Rontgenologik

1)        BOF  (Buik  Overzich ) :Untuk  melihat  adanya  batu  dan  metastase  pada  tulang.2)        USG  (Ultrasonografi), digunakan  untuk  memeriksa  konsistensi,  volume  dan    besar 

prostat  juga  keadaan  buli – buli  termasuk  residual  urin.  Pemeriksaan  dapat  dilakukan  secara  transrektal,  transuretral  dan  supra  pubik. 

3)        IVP  (Pyelografi  Intravena)Digunakan  untuk  melihat  fungsi  exkresi  ginjal  dan  adanya  hidronefrosis. 

4)      Pemeriksaan  Panendoskop : Untuk    mengetahui   keadaan  uretra  dan  buli – buli. (Doengoes, Marilyn E. 2000)

1.1.7        PenatalaksanaanModalitas  terapi  BPH  adalah :

1).       ObservasiYaitu  pengawasan  berkala  pada  klien  setiap  3 – 6   bulan  kemudian  setiap  tahun  tergantung  keadaan  klien

2).       MedikamentosaTerapi  ini  diindikasikan  pada  BPH  dengan  keluhan  ringan,  sedang,  dan  berat  tanpa  disertai  penyulit. Obat  yang  digunakan    berasal    dari:   phitoterapi   (misalnya: Hipoxis rosperi, Serenoa repens,  dll),  gelombang  alfa  blocker  dan  golongan   supresor   androgen.

3).       PembedahanIndikasi  pembedahan  pada  BPH  adalah :

1.   Klien  yang  mengalami  retensi  urin  akut  atau  pernah  retensi  urin  akut.2.   Klien  dengan  residual  urin  >  100  ml.3.   Klien  dengan  penyulit.4.   Terapi  medikamentosa  tidak  berhasil.5.   Flowmetri  menunjukkan  pola  obstruktif.

Pembedahan  dapat  dilakukan  dengan :1.   TURP (Trans Uretral Reseksi Prostat ® 90 - 95  % )2.   Retropubic Atau Extravesical Prostatectomy3.   Perianal Prostatectomy4.   Suprapubic Atau Tranvesical Prostatectomy

4).       Alternatif  lain  (misalnya:  Kriyoterapi,  Hipertermia,  Termoterapi,  Terapi  Ultrasonik .

1.1.8        Komplikasi1)      Retensi urine akut dan involusi kontraksi kandung kemih2)      Refluks kandung kemih, hidroureter, dan hidronefrosis3)      Gross hematuria dan urinary tract infection (UTI)

1.2       Tinjauan Teori TURP1.2.1   Pengertian

            Merupakan tindakan operasi reseksi transuretra prostat yang dilakukan tanpa insisi , tetapi melali penggunaan alat endoskopi

1.2.2   Indikasi1)      Trans Uretral Reseksi Prostat ® 90 - 95  %     Dilakukan bila pembesaran pada lobus medial.    Keuntungan :

Lebih aman pada klien yang mengalami resiko tinggi pembedahanTak perlu insisi pembedahanHospitalisasi dan penyembuhan pendek

Page 5: Lp BPH 1.docx

   Kerugian :Jaringan prostat dapat tumbuh kembali

2)      Kemungkinan trauma urethra ® strictura urethra.

1.2.3    Teknik Pelaksanaan Trans Urethral Resection Prostatic :1.      Pasang foto-foto pada light box.

2.      Setelah dilakukan anestesi regional atau general klien diletakkan dalam posisi lithotomi.3.      Dilakukan desinfeksi dengan povidone jodine di daerah penis scrotum dan sebagian dari

kedua paha, perut sebatas umbilikus.4.   Persempit lapangan operasi dengan memasang sarung kaki dan doek kecil di bawah scrotum,

doek besar berlubang sehingga penis dan perut kelihatan.5.      Kabel fiber optik di pasang pada cold light fountin standar dan slang irigasi pada

resevoir/tabung air atau pada glisin.6.      Dilatasi uretra dengan bougie roser dari 21 sampai 29 F.

7.      Seath 24 F atau 27 F dengan obturator dimasukkan lewat uretra sampai masuk buli-buli.8.      Evaluasi buli-buli apakah ada tumor, batu dan vertikel buli.

9.   Working elemen ditarik keluar untuk mengevaluasi prostat (panjangnya prostat yang menutupi uretra dan leher buli).

10.  Selanjutnya dilakukan reseksi prostat sambil merawat perdarahan.11.  Waktu reseksi paling lama 60 menit (bila menggunakan irigan aquades). Dan waktu bisa

lebih lama bila menggunakan irigan glisin. Hal ini untuk menghindari terjadinya Sindroma TURP.

12.  Chips prostat dikeluarkan dengan menggunakan elik evakuator sampai bersih, selanjutnya dilakukan perawatan perdarahan.

13.  Kateter Tree Way disiapkan no 24 F tetapi sebelum dipasang balon kateter diisi air 30 – 40 cc untuk mengetahui balon kateter bocor atau tidak.

14.  Setelah selesai kateter Tree Way no 24 F terpasang, balon kateter diisi 30 sampai 40 cc kemudian dilakukan traksi kateter pada paha klien dengan menggunakan plaster.

15.  Dipasang Spoel Natrium Klorida (PZ) atau Aquades pada  kateter Tree Way dengan menggunakan slang infus (blood tranfution set) dan bag urine.

16.  Posisi klien dikembalikan pada posisi semula (sebelum posisi lithotomi).17.  Chips prostat ditimbang untuk mengetahui berat prostat tersebut.18.  Alat sistoskopi dan endourologi dibereskan19.  Klien dirapihkan, dipindahkan ke ruang pemulihan anestesi.lantai III

1.2.4        Sindroma TURP (Nursalam, 2006)Cairan yang masuk ke sirkulasi sistemik melalui pembuluh darah vena yang terbuka

saat reseksi yang dapat menyebabkan terjadinya hiponatremi relatif atau gejala intoksikasi air yang dikenal dengan sindroma TURP yang ditandai dengan pasien yang mulai gelisah, kesadaran somnolen, tekanan darah meningkat dan terdapat bradikardia.  Jika tidak segera diatasi, pasien akan mengalami edema otak yang akhirnya dapat menyebabkan koma dan meninggal.

1.2.5    Tinjauan Asuhan Keperawatan1.2.5.1 Pengkajian

1)   Keluhan utama

Page 6: Lp BPH 1.docx

Kaji riwayat adanya gejala meliputi serangan, frekuensi urinaria setiap hari, berkemih pada malam hari, sering berkemih, perasaan tidak dapat mengosongkan vesika urinaria dan menurunnnya pancaran urine

2)   Pemeriksaan Fisik1)               Perhatian khusus pada abdomen ; Defisiensi nutrisi, edema, pruritus, echymosis

menunjukkan renal insufisiensi dari obstruksi yang lama.2)               Distensi kandung kemih3)               Inspeksi : Penonjolan pada daerah supra pubik ® retensi urine4)               Palpasi : Akan terasa adanya ballotement dan ini akan menimbulkan pasien ingin buang air

kecil ® retensi urine5)               Perkusi : Redup ® residual urine6)               Pemeriksaan penis : uretra kemungkinan adanya penyebab lain misalnya stenose meatus,

striktur uretra, batu uretra/femosis.7)               Pemeriksaan Rectal Toucher (Colok Dubur) ® posisi knee chest

Syarat  :           buli-buli kosong/dikosongkanTujuan   :           Menentukan konsistensi prostat dan besar prostat1.2.4.2 Diagnosa Keperawatan

1.      Obstruksi akut / kronis berhubungan dengan obstruksi mekanik, pembesaran prostat,dekompensasi otot destrusor dan ketidakmapuan kandung kemih untuk berkontraksi secara adekuat.

Tujuan  : tidak terjadi obstruksiKriteria hasil :

                                                         Berkemih dalam jumlah yang cukup, tidak teraba distensi kandung kemih

Intervensi1.      Dorong pasien untuk berkemih tiap 2-4 jam dan bila tiba-tiba dirasakan.      R/ Meminimalkan retensi urina distensi berlebihan pada kandung kemih2.      Observasi aliran urina perhatian ukuran dan kekuatan pancaran urina      R /  Untuk mengevaluasi ibstruksi dan pilihan intervensi3.      Awasi dan catat waktu serta jumlah setiap kali berkemih

R/ Retensi urine meningkatkan tekanan dalam  saluran perkemihan  yang dapat mempengaruhi fungsi ginjal

4.      Berikan cairan sampai 3000 ml sehari dalam toleransi jantung.R / Peningkatkan aliran cairan meningkatkan perfusi ginjal serta membersihkan ginjal ,kandung kemih dari pertumbuhan bakteri

5.      Berikan obat sesuai indikasi ( antispamodik)R/ mengurangi spasme kandung kemih dan mempercepat penyembuhan

2.      Nyeri  ( akut )  berhubungan  dengan  iritasi  mukosa  buli –   buli, distensi kandung kemih, kolik ginjal, infeksi urinaria.

Tujuan: Nyeri  hilang  /  terkontrol.Kriteria  hasil

1)      Klien  melaporkan  nyeri  hilang  /  terkontrol,  menunjukkan  ketrampilan  relaksasi  dan   aktivitas  terapeutik  sesuai  indikasi  untuk  situasi  individu. 

2)      Tampak rileks,  tidur  /  istirahat  dengan  tepat.Intervensi

1.                              Kaji nyeri,  perhatikan  lokasi,  intensitas  ( skala  0 - 10 ).R / Nyeri  tajam,  intermitten  dengan  dorongan  berkemih  /  masase  urin  sekitar  kateter 

menunjukkan  spasme  buli-buli,  yang  cenderung  lebih berat  pada  pendekatan  TURP  ( biasanya  menurun  dalam  48 jam ).

Page 7: Lp BPH 1.docx

2.      Pertahankan patensi  kateter  dan  sistem  drainase.  Pertahankan   selang  bebas  dari  lekukan  dan  bekuan.

R/ Mempertahankan  fungsi  kateter  dan  drainase  sistem,  menurunkan  resiko  distensi  /  spasme  buli - buli.

3.                              Pertahankan tirah baring bila diindikasikan   R/ Diperlukan selama fase awal selama fase akut.

4.      Berikan  tindakan  kenyamanan  ( sentuhan  terapeutik,      pengubahan posisi,  pijatan  punggung )  dan aktivitas  terapeutik. 

R /   Menurunkan  tegangan  otot,  memfokusksn  kembali  perhatian dan  dapat  meningkatkan  kemampuan  koping.

5.                               Berikan  rendam  duduk  atau  lampu  penghangat  bila  diindikasikan.

R/ Meningkatkan   perfusi  jaringan  dan  perbaikan  edema  serta   meningkatkan  penyembuhan         ( pendekatan  perineal ).

6.                              Kolaborasi dalam pemberian obat antispasmodikR / Menghilangkan  spasme 

3. Resiko tinggi kekurangan cairan yang berhubungan dengan pasca obstruksi diuresis.TujuanKeseimbangan cairan tubuh tetap terpelihara.

Kriteria hasil           Mempertahankan  hidrasi adekuat dibuktikan dengan: tanda -tanda  vital  stabil,  nadi 

perifer  teraba,  pengisian perifer baik,  membran   mukosa  lembab  dan   keluaran  urin  tepat.Intervensi :

1.         Awasi keluaran tiap jam bila diindikasikan. Perhatikan keluaran 100-200 ml/.R/  Diuresisi yang cepat dapat mengurangkan volume total karena ketidakl cukupan  jumlah

natrium diabsorbsi tubulus ginjal.2.         Pantau  masukan  dan  haluaran  cairan.

        R/  Indikator keseimangan cairan dan kebutuhan penggantian.3.         Awasi  tanda-tanda  vital,  perhatikan  peningkatan  nadi dan pernapasan, penurunan tekanan

darah, diaforesis, pucat, R/  Deteksi dini terhadap hipovolemik sistemik

4.         Tingkatkan tirah baring  dengan kepala lebih tinggi        R/  Menurunkan kerja jantung memudahkan hemeostatis sirkulasi.

5.         Kolaborasi  dalam  memantau  pemeriksaan  laboratorium  sesuai  indikasi,  contoh: Hb / Ht,  jumlah  sel  darah  merah. Pemeriksaan  koagulasi,  jumlah  trombosi

R/       Berguna dalam evaluasi kehilangan darah / kebutuhan  penggantian. Serta dapat  mengindikasikan  terjadinya  komplikasi misalnya  penurunan  faktor  pembekuan  darah,

4. Ansietas berhubungan dengan perubahan status kesehatan atau menghadapi prosedur bedah. Tujuan :

Pasien tampak rileks.Kriteria hasil

        Menyatakan pengetahuan yang akurat tentang situasi, menunjukkan rentang yang yang tepat tentang perasaan dan penurunan rasa takut.

Intervensi :

Page 8: Lp BPH 1.docx

1)      Dampingi klien dan bina hubungan saling percayaR/   Menunjukka perhatian dan keinginan untuk membantu

2)      Memberikan informasi tentang prosedur tindakan yang akan dilakukan.            R /  Membantu pasien dalam memahami tujuan dari suatu tindakan.

3)      Dorong pasien atau orang terdekat untuk menyatakan masalah atau perasaan.R/ Memberikan kesempatan pada pasien dan konsep solusi pemecahan masalah

5. Kurang pengetahuan tentang kondisi ,prognosis dan kebutuhan pengobatan berhubungan dengan kurangnya informasi

Tujuan : Menyatakan pemahaman tentang proses penyakit dan prognosisnya.Kriteria  hasil

        Melakukan perubahan pola hidup atau prilasku ysng perlu, berpartisipasi dalam program pengobatan.Intervensi :

1.      Dorong pasien menyatakan rasa takut persaan dan perhatian.R /  Membantu pasien dalam mengalami perasaan.

2.    Kaji ulang proses penyakit,pengalaman pasien R/ Memberikan dasar pengetahuan dimana pasien dapat membuat pilihan informasi terapi.

6.         Gangguan pola tidur berhubungan dengan perubahan nyaman nyeri sekunder terhadap pembedahanTujuan : Pasien mampu mempertahankan pola tidur yang adekuat dengan Kriteria Hasil: - Pasien dapat tidur ± 7–8 jam- Pasien terlihat lebih segar dan lebih rileksIntervensi

1)        Berikan posisi tidur yang nyaman bagi pasienR : Mengurangi tekanan abdomen dan meningkatkan kenyamanan saat tidur

2)        Ciptakan lingkungan yang nyaman dan tetangR : Dapat meningkatkan kenyamanan tidur pasien

3)        Kurangi kebisinganR : Dapat meningkatkan kenyamanan tidur

4)        Observasi tidur pasienR : Untuk mengetahui perkembanganpola tidur pasien

5)        Memantau tanda-tanda vitalR : Mengetahui perkembangan pasien dan menentukan tindakan selanjutnya

1.3 Konsep Anastesi1.3.1    Pengertian

Anasthesia ( Bahasa Yunani) : Negatif Sensation. Anasthesia menyebabkan keadaan kehilangan rasa secara partial atau total, dengan atau tanpa disertai kehilangan kesadaran.

1.3.2    TujuanMemblok transmisi impuls syaraf, menekan refleks, meningkatkan  relaksasi otot.1.3.3    Pemilihan AnastesiPemilihan anesthesia oleh anesthesiologist berdasarkan konsultasi dengan ahli bedah dan factor klien.1.3.4    Type Anasthesia:Perawat perlu mengenal ciri farmakologi terhadap obat anesthesia yang digunakan dan efek terhadap klien selama dan sesudah pembedahan.1)  Anasthesia umum.Adalah keadaan kehilangan kesadaran yang reversible karena inhibisi impulse saraf otak. Misal : bedah kepala, leher. Klien yang tidak kooperatif.

Page 9: Lp BPH 1.docx

(1) Stadium Anesthesia :1)      Stadium I : Relaksasi

Mulai klien sadar dan kehilangan kesadaran secara bertahap.2)      Stadium II: Excitement.

Mulai kehilangan kesadaran secara total sampai dengan  pernafasan yang iregulair dan pergerakan anggota badan tidak teratur.

3)      Stadium III : Ansethesi pembedahan..Ditandai dengan relaksasi rahang, respirasi teratur, penurunan pendengaran dan sensasi nyeri.

4)      Stadium IV : Bahaya.Apnoe, Cardiapolmunarry arrest, dan kematian.(2) Metode Pemberian 1)      Inhalasi Metode yang paling dapat  dapat dikontrol karena intak dan eliminasi secara primer oleh paru.

Obat anesthesia inhalasi yang diberikan :a)   Gas: Nitrous Axida ( N20).

Padling sering digunakan gas yang tidak berwarna, tidak berbau. Non iritasi dengan masa induksi dan peulihan yang cepat.

b)      Folatile: Cairan yang dapat menguap.1)       Halotan : non iritasi terhadap saluran pernafasan dan menghasilkan mual dan muntah yang

minimal pada post op. Halotan dapat menekan pada system cardiovaskuler (Hypotensi dan Bradicardia). Dan berpengaruh terhadap hypotalanus.

2)       Ethrane. Anasthesi inhalasi yang menghasilkan relaksasi otot yang adekwat. Ethrane mengurangi vintilasi klien.dan menurunkan tekanan darah.

3)       Penthrane. Pelemas otot yang efektif dan memberikan efek analgetik pada konsentrasi rendah, toksik pada ginjal dan hanya digunakan untuk pembedahan waktu pendek.

4)        Forane. Muscle relaksan, cardio vascular tetap stabil.2)      Anasthesi Injeksi IV.Memberikan perasaan senang., cepat dan pelepasan obat secara pelan.

Obat anesthesia Injeksi IV yang diberikan :a)      Barbiturat. Sering digunakan, bekerja langsung pada CNS dari sedasi sedang sampai

kehilangan kesadaran, sedikit mengurangi nyeri.Thiophental sodium.

1)      Skart acting 2)      Suplement N20 pada operasi singkat.3)      Hipnotik pada anesthesia regional.4)      Depresan paten terhadap sistem jantung dan paru

b)      Narkotik:1)      Suplement anesthesia inhalasi2)      Narkotik yang sering digunakan morphin sulfat, meperidine, dan Fentanil Sitrate.3)      Analgesia post op yang adekwat.4)      Menurunkan ventilasi alveolar dan depresan pernafasan.

c)      Inovar.1)      Kombinasi Fentonil sitrat dan Tranguilizer Dropreridol.2)      Digunakan dosis kecil untuk supplement N20 dan anesthesia regional.3)      Durasi panjang depresi pernafasan, hypoventilasi, apnea, hypotensi selama post op.

d)     Ketamine:1)      Obat anesthesia yang tersendiri.2)      Bekerja pada bagian syaraf teretentu.

Page 10: Lp BPH 1.docx

3)      Diberikan pada IV atau IM.4)      Menyebabkan penurunan kesadaran secara cepat, analgetika tanpa depresi pernafasan atau

kehilangan tonus otot.5)      Merangsang sitem cardiovascular.6)      Digunakan : Diagnostik, pembedahan singkat, supplement N20.7)      Selama pemberian: mimpi buruk, halusinasi, tindakan irrational. e)   Neuromuskuler  brochler.  1)      Muscle relaksan selama pembedahan.2)      Mempermudah pemasangan GT Tube 3)      Bekerja pada garis otot tubuh dengan mempengaruhi impuls pada motor end plate.

(3) Komplikasi anesthesia umum:Komplikasi jarang tetapi dapat mengancam jiwa.

a.       Komplikasi sebagian besar minor sebagai akibat tehnik intubasi seperti gigi patah atau trauma vocal cord. Dapat terjadi akibat hyperektensi leher, rongga mulut kecil, sendi mandibuler yang kaku.

b.      Anesthesia overdosis terjadi pada orang tua atau kelainan klien.c.       Hypertermia Maligna.  Kerusakan pada membran sel otot  sirkulasi kalcium meningkat, 

rata-rata metabolisme meningkat dan suhu tubuh  46 derajad  celcius. Terjadi pada klien yang  sensitif pada halothane, penthran, succinyl clorida .

      Gejala : takikardi, peningkatan suhu tubuh yang kontinu, sianosis , hipotensi, kaku otot, aritmia .

Tindakan :1)      Operasi dihentikan, pendinginan dengan cairan es IV.2)      Lavage es nasogastric 3)      Secara simultan diberikan diuretic, oksigen 100 %.

2)   Anestesi local atau regionalAnestesi local atau regional secara sementara memutus transmisi impuls  saraf menuju  dan dari lokasi khusus. Luas anestesi tergantung :

1)      Letak aplikasi2)      Volume total anestesi 3)      Kosentrasi dengan kemampuan penetrasi obat 4)      Penggunaan regional anestesi : 5)      Kontra indikasi general anestesi 6)      Klien mengalami reaksi yang merugikan dengan general anestesi 7)      Pilihan klien (1)   Metode Pemberian

a.      Anestesi Topikal Pemberian secara langsung pada permukaan area yang dianestesiBentuk: Salep atau spray.Sering digunakan : prosedur diagnotik atau intubasi , l;aringoskopi, cistocopi.Masa kerja  1 (satu ) menit, lama kerja 20 – 30 menit

b.      Lokal anestesi

Injeksi obat anestesi secara I C dan S C ke jaringan sekitar insisi , luka atau lesi.

c.       Field Block

Page 11: Lp BPH 1.docx

Injeksi secara bertahab pada sekeliling daerah yang dioperasi ( hjerniorraphy , dental prosedur ,bedah plstik )

d.      Nerve Block

Injeksi obat anestesi local ke dalam atau sekitar saraf atau saraf yang mempesarafi daerah yang dioperasi . Block saraf memutus transmisi sensasi ,motor, sympatis.

Tujuan : mencegah nyeri selama prosedur dianostik, mengurangi nyeri dan meningkatkan sirkulasi pada penyakit vascular.Contoh :    lidocain ( xilocain )

                  Bupivacain ( makain )                  Ephineprin à potensiasi

e.       Spinal Anestesi / Intra techal

Dicapai dengan injeksi obat anestesi ke dalam ruang sub orachonoid.Pada  L 2 – 3 atau L 3 – 4.Absorsi ke erat saraf  terjadi secars cepat dan menghasilkan analgesia dengan relaksasi.Efektif untuk operasi abdomen dan panggul.(2)  Komplikasi :

1)      Over dosis2)      Teknik pemberian yang salah 3)      Sensitifitas klien terhadap anestesi

Tanda : Stimulasi CNS diikuti depresi CNS dan cardio:Gelisah, pembicaraan incoherent, sakit kepala, mata kabur, rasa metalik, mual, muntah, tremor,konfulsi dan peningkatan nadi respirasi, tekanan darah

4)      Komplikasi local : Edema, peradangan, abses, necrosis,ganggren.1.3.5 Asuhan Keperawatan

Di ruang penerimaan perawat sirkulasi:Memvalidasi identitas klien.Memvalidasi inform concent.Chart Review.

(4)   Memberikan informasi yang dibutuhkan untuk mengidentifikasi kebutuhan actual dan potensial selama pembedahan.

(5)   Mengkaji dan merencanakan kebutuhan klien selama dan sesudah operasi(6)   Perawat menanyakan.: Riwayat allergi, reaksi sebelumnya  terhadap anesthesia atau tranfusi

darah.(7)   Check riwayat kesehatan dan pemeriksaan  fisik.(8)   Check pengobatan sebelumnya : therapy, anticoagulasi.(9)   Check adanya gigi palsu, kontaks lens, perhiasan, wigs dan dilepas.(10)     Lakukan kateterisasi.

Diagnosa Keperawatan yang mungkin muncul:(1)   Resiko cidera sehubungan dengan anesthesia, posisi intra operatif dan bahaya lain dari

lingkungan intra operatif.(2)   Gangguan integritas kulit sehubungan dengan luka operasi.(3)   Gangguan pertukaran gas sehubungan dengan anesthesia (4)   Defisit volume cairan sehubungan dengan kehilangan darah dan cairan tubuh selama

pembedahan.

Page 12: Lp BPH 1.docx

3)  Perencanaan(1) Resiko cidera

Tujuan:: Klien akan dipertahankan dalam keadaan anesthesia yang aman selama pembedahan  dan bebas dari perlukaan peralatan operasi.

Intervensi:Persiapan dan penggunaan obat anesthesia yang tepat.Positioning, posisi yang tepat.

Untuk menjamin posisi yang tepat dikaji : kesesuaian fisiologiss, perubahan sirkulasi yang minimal, proteksi struktur tulang dan neuromusculair, penggunaan dan lokasi IV line, cara anesthesia, keamanan dan keselamatan klien.

3)      Penggunaan peralatan elektrik. Lempeng grounding yang ditutupi jeli tidak menekan tubuh. 4)      Chek hati-hati alat / electrosurgical untuk mencegah luka bakar.

(2) Gangguan integritas kulit:Tujuan: Klien akan mengalami gangguan integritas kulit yang dan kontaminasi yang minimal.

Intervensi:1)      Plastic adhesive drape setelah daerah pembedahan dibersihkan dan kering.2)      Penutupan kulit:

Tujuan: 5)      Menutup lumen pembuluh darah.6)      Mencegah perdarahan dan kehilangan cairan tubuh.7)      Mencegah kontaminasi luka.

 Faktor yang menentukan kekuatan penutupan luka :1)      Materi jahitan.

Ahli bedah akan memilih metode dan type penutupan kulit berdasarkan letak incisi, ukuran dan kedalaman luka, usia dan riwayat medik klien.

2)      Staples dan plester digunakan untuk menutup luka superfisialis atau epidermis.3)      Benang jahit : Absorbable dan non absorbable.4)      Ukuran benang : 0.-5,  2 – 0 –11- 0.

1.4       Asuhan Keperawatan Peri Operatif1.4.1    Perawatan Pre Operatif1)   PengkajianAnamnesa

Point penting dalam riwayat keperawatan preoperative :(1)   Umur(2)   Alergi terhadap obat, makanan(3)   Pengalaman pembedahan(4)   Pengalaman anestesi(5)   Tembakau, alcohol, obat-obatan(6)   Lingkungan(7)   Kemampuan self care(8)   Support systemPemeriksaan Fisik

Pengkajian dasar  preop dilakukan untuk :(1)   Menentukan data dasar(2)   Masalah pengobatan yang tersembunyi (3)   Potensial komplikasi s.d. anestesi(4)   Potensial komplikasi post op.Fokus : Riwayat dan sitem tubuh yang mempengaruhi prosedur pembedahan.

Page 13: Lp BPH 1.docx

a. System kardiovaskuler

Untuk menentukan kekuatan jantung dan kemampuan untuk mentoleransi pembedahan dan anestesi.Perubahan jantung         : 39 % kematian perioperatif.

b. Sistem pernapasan

Lansia, smoker, PPOM : resiko atelektasis, kolap jaringan paru.1)    Mencegah pertukaran oksigen/CO22)    Intoleransi karena perubahan dalam dada dan paru.3)    Regiditas cavum thoraks dan menurunnya ekspansi paru : efisiensi ekskresi paru terhadap

anestesi menurun.

c. Renal system

Abnormal renal fungsi menurunkan rata ekskresi obat dan anestesi Skopolamin, morphin  dapat menyebabkan konfusi disorientasi

d. Neuorologi system Bagaimana kemampuan ambulasi ?

e. MuskulussceletalDefomitas dapat mempengaruhi posisi intra dan post-operasiArtritis à menerima posisi à nyeri post-operasi oleh karena immobilisasi

f. Status Nutrisi

Malnutrisi,obesitas merupakan resiko tinggi pembedahanVit. C , vit.B diperlukan untuk penyembuhan luka dan pembentukan fibrin.Pada obesitas, wondhiling menurun oleh karena jaringan lemak tinggi

            g. Psikososial asesmentTujuan :

1)    Menentukan kemampuan coping2)    Informasi3)    Support

          h. Laboratorium

2)   Diagnosa Keperawatan(1)   Pengetahuan kurang sehubungan dengan pengalaman pre-op(2)   Kecemasan sehubungan dengan pengalaman pre-op3)   Perencanaan (1) Pengetahuan kurang ( knowledge defisite )

Page 14: Lp BPH 1.docx

Tujuan :  Klien mengatakan dan mematuhi prosedur pre-op                             Mendemostrasikan teknik untuk mencegah komplikasi post-op

Intervensia. Fokus              :    Edukasi pre-operasib. Informasi        :  a) Informed consent :

1)      Alasan pembedahan2)      Pilhan dan resikonya3)      Resiko pembedahan4)      Resiko anestesi  

b) Pembatasan diit dengan NPO ( nothing per oral ) dalam 6 – 8 jam sebelum pembedahanGI (gastro intestinal ) preparasi :

1)      Mencegah perlukaan colon2)      Melihat jelas area3)      Mengurangi bacteri intestinal

c) Skin preparasi    Tube, drain, I V  lined) Post – op  exercise :

1)      Pernafasan diafragma2)      Incestive spirometri3)      Batuk dan pusing yang berkaitan dengan luka pembedahan.4)      Berjalan dan latihan kaki

(2) Kecemasan :Tujuan : kecemasan klien menurun , menunjukkan relaksasi saat istirahat

Intervensi : 1)      Preoperatip teaching2)      Komunikatif3)      Rest.

1.4.2    Intervensi Klien Intra OperatifAnggota Tim Pembedahan

A.  Tim pembedahan terdiri dari :1)      Ahli bedah

Tim pembedahan dipimpin oleh ahli bedah senior atau ahli bedah yang sudah melakukan operasi.

2)      Asisten pembedahan (1orang atau lebih) asisten bias dokter, riside, atau perawat, di bawah petunjuk ahli bedah. Asisten memegang retractor dan suction untuk melihat letak operasi.

3)      Anaesthesologist atau perawat anaesthesi.Perawat anesthei memberikan obat-obat anesthesia dan obat-obat lain untuk mempertahankan status fisik klien selama pembedahan.

4)      Circulating NursePeran vital sebelum, selama dan sesudah pembedahan.Tugas :    

1)      Set up ruangan operasi2)      Menjaga kebutuhan alat 3)      Check up keamanan dan fungsi semua peralatan sebelum pembedahan4)      Posisi klien dan kebersihan daerah operasi sebelum drapping.

5)      Memenuhi kebutuhan klien, memberi dukungan mental, orientasi klien.Selama pembedahan :

Page 15: Lp BPH 1.docx

1)      Mengkoordinasikan aktivitas2)      Mengimplementasikan NCP3)      Membenatu anesthetic4)      Mendokumentasikan secara lengkap drain, kateter, dll.5)      Surgical technologist atau Nurse scrub; bertanggung jawab menyiapkan dan mengendalikan

peralatan steril dan instrumen, kepada ahli bedah/asisten. Pengetahuan anatomi fisiologi dan prosedur pembedahan memudahkan antisipasi instrumen apa yang dibutuhkan.B.  Penyiapan kamar dan team pembedahan.Keamanan klien diatur dengan adanya ikat klien dan pengunci meja operasi. Dua factor penting yang berhubungan dengan keamanan kamar pembedahan : lay out kamar operasi dan pencegahan infeksi.1)   Lay Out pembedahan.Ruang harus terletak diluar gedung  RS dan bersebelahan dengan RR dan pelayanan pendukung ( bank darah, bagian pathologi dan radiology, dan bagian logistik).Alur lalu lintas yang menyebabkan kontaminasi dan ada pemisahan antara hal yang bersih dan terkontaminasi à design (protektif, bersih, steril,dan kotor).Besar ruangan tergantung pada ukuran dan kemampuan rumah sakit.Umumnya :

5)      Kamar terima6)      Ruang untuk poeralatan bersih dan kotor.7)      Ruang linen bersih.8)      Ruang  ganti9)      Ruang umummuntuk pembersihan dan sterilisasi alat.10)  Scrub area.

                        Ruang operasi terdiri dari :11)  Stretcher atau meja operasi.12)  Lampu operasi.13)  Anesthesia station14)  .Meja dan standar instrumen.15)  Peralatan suction.16)  System komunikasi.

2).  Kebersihan dan Kesehatan Team Pembedahan.Sumber utama kontaminasi bakteri yaitu team pembedahan yang hygiene menurun dan kesehatan menurun ( kulit, rambut, saluran pernafasan).

Pencegahan kontaminasi :17)  Cuci tangan.18)  Handscoen.19)  Mandi.20)  Tidak memakai perhiasan.

3). Pakaian bedah.Terdiri : Kap, Masker, gaun, Tutup sepatu, baju OK.

Tujuan: Menurunkan kontaminasi.4). Surgical Scrub.

Cuci tangan pembedahan dilakukan oleh :1)      Ahli Bedah2)      Semua asisten 3)      Scrub nurse. 4)      Saat sebelum menggunakan sarung tangan dan gaun steril.

Alat-alat:1)      Sikat cucin tangan reuable / disposible.

Page 16: Lp BPH 1.docx

2)      Anti microbial : betadine.3)      Pembersih kuku.

Waktu : 5 – 10 menit kemudian dikeringkan dengan handuk steril.

1.4.2      Intervensi Klien Post Operasi1)      Stadium ketiga dan terakhir dari perioperasi adalah bila klien masuk ruang pulih sadar, ruang

PAR, atau PACU.2)      Selama periode post operative, klien dirawat oleh perawat di ruang PAR (Post Anesthesia

Recovary ) dan unit setelah di pindah dari ruang pemulihan.3)      Waktu yang diperlukan tergantung umur dan kesehatan fisik, type pembedahan, anesthesia

dan komplikasi post operasi.4)      Perawat sirkulasi, anesthesiologist / perawat anesthesia dan ahli bedah mengantar klien ke

area recovery merupakan awal periode post operasi.5)      Ahli bedah atau anesthesiologist mereview catatan klien dengan perawat PACU dan

menjelaskan type dan luasnya pembedahan, type anesthesia, kondisi pathologist, darah, cairan intra vena, pemberian obat, perkiraan kehilangan darah dan beberapa trauma intubasi.

1)      PengkajianAnamnesaSetelah menerima laporan dari perawat sirkulasi, dan pengkajian klien, perawat mereview catatan klien yang berhubungan dengan riwayat  klien, status fisik dan emosi, sebelum pembedahan dan alergi.

Pemeriksaan fisik dan manifestasi klinik(1) Sistem pernafasan.

1)      Ketika klien dimasukan ke PACU, Perawat segera mengkaji klien:Potensi jalan nafas, dengan meletakan tangan di atas mulut atau hidung.Perubahan pernafasan ( rata-rata, pola, dan kedalaman). RR  < 10 X / menit untuk melihat adanya depresi narcotic, respirasi cepat, dangkal untuk melihat gangguan cardiovascular atau rata-rata metabolisme yang meningkat.

2)      Auscultasi paru :  keadekwatan expansi paru, kesimetrisan.3)      Inspeksi: Pergerakan dinding dada, penggunaan otot bantu pernafasan diafragma, retraksi 

sternal à efek anathesi yang berlebihan, obstruksi.4)      Thorax Drain.

(2) Sistem Cardiovasculer. 1)      Sirkulasi darah, nadi dan suara jantung dikaji tuiap 15 menit ( 4 x ), 30 menit (4x). 2 jam (4x)

dan setiap 4 jam selama 2 hari jika kondisi stabil.2)      Penurunan tekanan darah, nadi dan suara jantung untuk melihat depresi miocard, shock,

perdarahan atau overdistensi.3)      Nadi meningkat menunjukkan shock, nyeri, hypothermia.4)      Kaji sirkulasi perifer ( kualitas denyut, warna, temperatur dan ukuran ektremitas.5)      Homan’s saign menunjukkan trombhoplebitis pada ekstrimitas bawah (edema , kemerahan, 

nyeri).

a)                  Keseimbangan cairan dan elektrolit

1)      Inspeksi membran mukosa : warna dan kelembaban, turgor kulit, balutan.2)      Ukur cairan baik dari NG tube, out put urine, drainage luka.3)      Kaji intake / out put.4)      Monitor cairan intravena dan tekanan darah.

(3) Sistem Persyarafan

Page 17: Lp BPH 1.docx

1)      Kaji fungsi serebral dan tingkat kersadaran pada semua klien dengan anesthesia umum.2)      Klien dengan bedah kepala leher : kaji respon pupil, kekuatan otot, koordinasi.  Anesthesia

umum kaji adanya depresi fungsi motor. (4) Sistem perkemihan.

1)      Kontrol volunteer fungsi perkemihan kembali  setelah 6 – 8 jam post anesthesia inhalasi, IV, spinal.

2)      Anesthesia , infus IV, manipulasi operasi kaji adanya retensio urine.o   Pencegahan : Inspeksi, Palpasi, Perkusi pada abdomen bawah (distensi buli-buli).3)      Dower catheter :  kaji warna, jumlah urine, out put urine < 30 ml / jam menunjukkan

komplikasi ginjal.4)      Bila pada fase awal stabil, monitor/interval bisa 3 jam sekali

Bila tensi turun, nadi meningkat (kecil), produksi urine merah pekat harus waspada terjadinya perdarahan ® segera cek Hb dan lapor dokter. Tensi meningkat dan nadi menurun (bradikardi), kadar natrium menurun, gelisah atau delirium harus waspada terjadinya syndroma TURP ® segera lapor dokter.

5)      Bila produksi urine tidak keluar (menurun) dicari penyebabnya apakah kateter buntu oleh bekuan darah ® terjadi retensi urine dalam buli-buli ® lapor dokter, spoling dengan PZ tetesan tergantung dari warna urine yang keluar dari Urobag. Bila urine sudah jernih tetesan spoling hanya maintennens/dilepas dan bila produksi urine masih merah spoling diteruskan sampai urine jernih

(5) Sistem Gastrointestinal.1.      Mual muntah, pada 40 % klien dengan GA selama 24 jam pertama dapat menyebabkan stress

dan iritasi luka GI dan dapat meningkatkan TIK pada bedah kepala dan leher serta TIO meningkat.

2.      Kaji fungsi gastro intestinal dengan auskultasi suara usus.3.      Kaji paralitic ileus : tidak terdengar suara usus, distensi abdomen, tidak flatus.4.      Insersi NG tube intra operatif mencegah komplikasi post operatif dengan decompresi dan

drainase lambung.1)      Meningkatkan istirahat.2)      Memberi kesempatan penyembuhan pada GI trac bawah.3)      Memonitor perdarahan.4)      Mencegah obstruksi usus.5)      Irigasi atau pemberian obat.

Jumlah, warna, konsistensi isi lambung tiap 6 – 8 jam.(6) Sistem Integumen.

1.      Luka bedah sembuh sekitar 2 minggu. Jika tidak ada infeksi, trauma, malnutrisi, obat-obat steroid.

2.      Penyembuhan sempurna sekitar 6 bulan – satu tahun.3.      Ketidak efektifan penyembuhan luka dapat disebabkan :

1)      Infeksi luka.2)      Diostensi dari udema / palitik ileus.3)      Tekanan pada daerah luka.4)      Dehiscence.5)      Eviscerasi.

.

Pengkajian  Nyeri

Page 18: Lp BPH 1.docx

Nyeri post operatif berhubungan dengan luka bedah , drain dan posisi intra operative.

Kaji tanda fisik dan emosi; peningkatan nadi dan tekanan darah, hypertensi, diaphorosis, gelisah, menangis.Kualitas nyeri sebelum dan setelah pemberian analgetika.Pemeriksaan Laboratorium.

1)   Dilakukan untuk memonitor komplikasi.2)   Pemeriksaan didasarkan pada prosedur pembedahan, riwayat kesehatan dan manifestasi post

operative. Test yang lazim adalah elektrolit, Glukosa, dan darah lengkap.2) Diagnosis Keperawatan.

(1)   Gangguan pertukaran gas, s.d efek sisa  anesthesia, imobilisasi, nyeri.(2)   Gangguan integritas kulit s.d luka pemebedahan, drain dan drainage.(3)   Nyeri s.d incisi pembedahan dan posisi selama pembedahan.(4)   Potensial terjadi perlukaan s.d effect anesthesia, sedasi, analgesi.(5)   Kekurangan volume cairan s.d kehilangan cairan intradan pot operasi.(6)   Ketidak efectifan kebersihan jalan nafas s.d peningkatan sekresi.(7)   Perubahan eliminasi urine ( penurunan) s.d obat anesthesia dan immobilisasi.

3) Perencanaan(1)   Gangguan pertukaran gas

Tujuan : Klien akan mempertahankan ekspansi paru dan fungsi pernapasan yang adekuat.Intervensi :

1)      Posistioning klien untuk mencegah aspirasi2)      Insersi mayo untuk mencegah obstruksi, melakukan suction.3)      Pemberian aksigen4)      Endotracheal tube/mayo dilepasuntuk menghindari refleks gag kembali.5)      Dorong batuk dan bernapas dalam 5 – 10 x setiap 2 jam. Khususnya 72 jam pertama

(potensial komplikasi :atelektasis, pneumonia).6)      Klien dengan penyakit paru, orang tua, perokok, panas spirometer.7)      Suction.

(2)   Gangguan integritas kulitTujuan :Luka klien akan sembuh tanpa komlikasi luka post operatif.Penyebab luka infeksi :

1)                  Kontaminasi selama pembedahan2)                  Infeksi preoperative3)                  Teknik aseptic yang terputus4)                  Status klien yang jelek.

Intervensi : 1)      Terapi obat : Antibiotik profilaksis spectrum luas (24 – 72 jam post op)2)      Perawatan luka dengan gaas antibiotik.3)      Balutan luka : ganti sesuai order dokter. Luka yang ditutup dengan balutan dibuka 3-6 hari.4)      Drain : Evakuasi cairan dan udara5)      Mencegah luka infeksi yang dalam dan pembentukan abses pada luka bedah.

(3)   NyeriTujuan          Klien akan mengalami pengurangan nyeri akibat luka bedah dan posisi selama operasi.Intervensi     :

Page 19: Lp BPH 1.docx

a.       Terapi obat : Pemberian anlgetik narkotik dan non narkotik à nyeri akut (meperidin hydroclorida, morphine sulphate, codein sulphate, dan lain-lain.)

b.   Mengkaji tipe, lokasi ditensitas nyeri sebelum pemberian obat.c.    Pada pembedahan yang luas diperlukan kontrol nyeri dapat dengan menggunakan iv pump.d.   Observasi tekanan darah, pernapasan, kesadaran, (depresi napas, hyotensi, mual, muntah

yang merupakan komplikasi narkotik).e.    Metode pangendalian nyeri yang lain :

o Positioningo Perubahan posisi tiap 2 jamo Masase

4)      Perawatan KateterKateter uretra yang dipasang pada pasca operasi prostat yaitu folley kateter 3 lubang

(treeway catheter) ukuran 24 Fr.Ketiga lubang tersebut gunanya :1.   untuk mengisibalon, antara 30 – 40 ml cairan2.   untuk melakukan irigasi/spoling3.   untuk keluarnya cairan (urine dan cairan spoling).

Setelah 6 jam pertama sampai 24 jam kateter tadi biasanya ditraksi dengan merekatkan ke salah satu paha pasien dengan tarikan berat beban antara 2 – 5 kg. Paha ini tidak boleh fleksi selama traksi masih diperlukan.

Paling lambat pagi harinya traksi harus dilepas dan fiksasi kateter dipindahkan ke paha bagian proximal/ke arah inguinal agar tidak terjadi penekanan pada uretra bagian penosskrotal. Guna dari traksi adalah untuk mencegah perdarahan dari prostat yang diambil mengalir di dalam buli-buli, membeku dan menyumbat pada kateter.

Bila terlambat melepas kateter traksi, dikemudian hari terjadi stenosis leher buli-buli karena mengalami ischemia.

Tujuan pemberian spoling/irigasi :1.  Agar jalannya cairan dalam kateter tetap lancar.2.  Mencegah pembuntuan karena bekuan darah menyumbat kateter3.  Cairan yang digunakan spoling H2O / PZ

Kecepatan irigasi tergantung dari warna urine, bila urine merah spoling dipercepat dan warna urine harus sering dilihat. Mobilisasi duduk dan berjalan urine tetap jernih, maka spoling dapat dihentikan dan pipa spoling dilepas.

Kateter dilepas pada hari kelima. Setelah kateter dilepas maka harus diperhatikan miksi penderita. Bisa atau tidak, bila bisa berapa jumlahnya harus diukur dan dicatat atau dilakukan uroflowmetri.

4) Evaluasi :Kriteria hasil yang diharapkan pada klien post op adalah :1)        Mempertahankan ekspansi paru dan fungsi yang adekuat yang ditandai suara napas jernih.2)        Mengikuti diet TKTP3)        menjelaskan dan mendemonstrasikan perawatana balutan dan drain.4)        Penyembuhan komplit tanpa komplikasi5)        Mengungkapkan nyeri hilang.

Page 20: Lp BPH 1.docx

DAFTAR PUSTAKA

Doengoes, Marilyn E. (2000), Rencana Asuhan Keperawatan, Pedoman Untuk  Perencanaan Dan Pendokumentasian Perawatan Pasien. Jakarta : EGC

Hudak and Gallo, (1994), Critical Care Nursing, A Holistic Approach, JB Lippincott company, Philadelpia.

Nursalam, Fransisca. (2006). Asuhan Keperawatan Pasien dengan Gangguan Sistem Perkemihan. Jakarta : Salemba Medika

Reksoprodjo Soelarto, (1995),  Kumpulan Kuliah Ilmu Bedah,  Jakarta : Binarupa Aksara.

Sjamsuhidajat. R (1997), Buku ajar Ilmu Bedah, Jakarta : EGC

Suddarth Doris Smith, (1991), The lippincott Manual of Nursing Practice, fifth edition, JB Lippincott Company, Philadelphia.