LKTI UNNES
-
Upload
gusti-pangdesa -
Category
Documents
-
view
72 -
download
16
Embed Size (px)
Transcript of LKTI UNNES

i
ANALISIS HUBUNGAN PERKEMBANGAN JUMLAH UMKM
DENGAN PERTUMBUHAN EKONOMI DITINJAU DARI
JUMLAH PENGANGGURAN DAN TINGKAT INFLASI DI INDONESIA
Disusum Oleh:
Dodi Agustina
Budiman
Fathista Vistarani D O
JURUSAN EKONOMI PEMBANGUNAN
FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG
2015

ii
LEMBAR PERNYATAAN
KEASLIAN KARYA TULIS ILMIAH
Yang bertanda tangan di bawah ini:
Nama : 1. Dodi Agustina
2. Budiman
3. Fathista Vistarani D O
Jurusan : Ekonomi Pembangunan Fakultas Ekonomi Unnes
Dengan Ini menyatakan bahwa dalam penulisan karya tulis ilmiah ini, kami:
1. Tidak menggunakan ide orang lain tanpa mampu mengembangkan dan
mempertanggungjawabkan.
2. Tidak melakukan plagiat.
3. Tidak menggunakan karya orang lain tanpa menyebut sumber asli.
4. Tidak melakukan pemalsuan dan pemanipulasian data.
5. Mengerjakan sendiri dan mampu bertanggungjawab atas karya ini.
Apabila dikemudian hari ada tuntutan dari pihak lain atas karya kami, dan telah
melalui pembuktian yang dapat dipertanggungjawabkan, dan ditemukan bahwa kami
melanggar pernyataan di atas, maka kami siap dikenai sanksi sesuai aturan yang
ditetapkan oleh panitian Liga Ekonomi Mahasiswa (LEM).
Demikian pernyataan ini kami buat dengan sesungguhnya.
Semarang, 15 April 2015
Yang Menyatakan,
Penulis

iii
ABSTRAK
Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM) merupakan salah satu sektor usaha
yang ada di Indonesia yang berperan besar terhadap kondisi perekonomian dalam
negeri. Hal itu dibuktikan dengan banyaknya jumlah tenaga kerja yang ada di
Indonesia yang sebagian besarnya adalah disearap oleh sektor UMKM. Selain hal
tersebut UMKM juga merupakan unit usaha yang tergolong kuat dalam menghadapi
kondisi krisis, baik krisis ekonomi dari dalam negeri maupun krisis yang disebabkan
oleh kondisi perekonomian negara lain. Perkembangan jumlah UMKM memiliki
kecenderungan naik setiap tahun dengan preentase kenaikan yang berbeda pada setiap
tahunnya. Kondisi perkembangan jumlah UMKM di Indonesia diharapkan mampu
menjadikan sebuah solusi agar pertumbuhan ekonomi di Indonesia dapat berkualitas
dan berkelanjutan. Berdasarkan data mengenai pertumbuhan ekonomi dan
perkembangan jumlah UMKM di Indonesia, menunjukan bahwa presentase naik dan
turunnya perkembangan jumlah UMKM tidak begitu berpengaruh terhadap laju
pertumbuhan ekonomi di Indonesia. Hal itu menunjukan bahwa adanya penambahan
jumlah UMKM di Indonesia, ternyata belum diikuti dengan output produksi barang
dan jasa yang maksimal, sehingga pertumbuhan ekonomi yang ada tidak begitu
terpengaruh oleh naik dan turunnya presentase kenaikan jumlah UMKM di Indonesia.
UMKM adalah media penyerap tenaga kerja di Indonesia, namun dalam hal ini perlu
diperhatikan bahwa tingkat pengangguran yang rendah belum tentu menggambarkan
kondisi negara yang memiliki tingkat kesejahteraan yang tinggi, sebab harus dilihat
terlebih dahulu mengenai tingkat upah yang diberikan oleh pelaku bisnis kepada
tenaga kerjanya. UMKM memiliki kekuatan untuk bertahan dalam menghadapi
goncangan inflasi yang tergolong sangat fluktuatif di Indonesia, namun untuk
mendorong inflasi yang ada tersebut, UMKM belum memiilki kontribusi yang besar.
Sebab kita ketahui bahwa kuantitas dan nilai impor Indonesia selalu lebih besar dari
kuantitas dan nilai ekspor yang dilakukan oleh Indonesia dan kita ketahui bahwa nilai
ekspor yang dilakukan oleh UMKM dalam negeri masih minim walau di sisi lain
masih ada Industri-industri besar di Indonesia yang memiliki daya ekspor barang
yang kuat terhadap luar negeri. Namun sayangnya tidak sedikit Industri-industri besar
di Indonesia yang kepemilikannya bukan atas nama orang pribumi, melainkan atas
nama orang asing yang menjalankan bisnis di Indonesia, oleh karena itu maka nilai
ekspor yang tinggi dari Industri-industri besar di Indonesia sebenarnya tidak terlalu
mendorong pertumbuhan ekonomi yang berkualitas, sebab sebagian besar profit yang
didapat oleh Industri-industri besar itu akan kembali kepada orang asing yang
menjalankan bisnis di Indonesia tersebut.
Kata Kunci: UMKM, Pertumbuhan Ekonomi, Pengangguran, dan Inflasi.

iv
PRAKATA
Puji syukur senantiasa penulis panjatkan kepada Allah Swt yang telah
memberikan limpahan rahmat dan sayang-Nya kepada penulis sehingga penulis dapat
menyelesaikan tugas pembuatan karya tulis ilmiah ini dengan tepat waktu. Shalawat
serta salam semoga selalu tercurahkan kepada Nabi Muhammad SAW yang telah
mengemban risalah Islam dan menuntun jalan umatnya dari kesesatan menuju jalan
kebenaran.
Penulis menyadari bahwa selama proses pembuatan karya tulis ini, penulis
banyak menemui hambatan. Upaya, bimbingan, dan dukungan dari berbagai pihak
sangat membantu penulis dalam hal ini, sehingga karya tulis ini dapat terselesaikan.
Untuk itu secara khusus penulis mengucapkan terimakasih setulus-tulusnya kepada:
1. Semua dosen Jurusan Ekonomi Pembangunan Fakultas Ekonomi
Universitas Negeri Semarang.
2. Kedua orang tua kami, yang telah menjadi motivator yang selalu
menyertai penulis dengan ketulusan doa dan restu serta dukungan moral
tanpa henti kepada penulis untuk selalu optimis dan tetap semangat dalam
menjalani kehidupan.
3. Badan Pusat Statistik (BPS) dan Departemen Koperasi (Depkop) yang
telah menyediakan data perkembangan jumlah UMKM, pertumbuhan
ekonomi, tingkat inflasi, dan jumlah pengangguran di Indonesia yang
dibutuhkan penulis dalam menyusun karya tulis ini.
4. Semua pihak yang tidak bisa penulis sebut satu per satu yang sudah
membantu penulis dalam menyusun makalah ini.
Penulis menyadari bahwa masih banyak kekurangan, namun ini semata-mata
karena keterbatan penulis. Akhir kata, besar harapan penulis, karya tulis ini dapat
bermanfaat sekaligus dapat menambah wawasan tentang hubungan perkembangan
jumlah UMKM di Indonesia terhadap pertumbuhan ekonomi yang berkualitas.

v
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL .................................................................................................. i
LEMBAR PERNYATAAN ....................................................................................... ii
ABSTRAK ................................................................................................................. iii
PRAKATA ................................................................................................................. iv
DAFTAR ISI .............................................................................................................. v
DAFTAR GAMBAR DAN GRAFIK ........................................................................ vii
BAB I PENDAHULUAN .......................................................................................... 1
A. Latar Belakang ............................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah .......................................................................................... 3
C. Tujuan ............................................................................................................ 3
D. Manfaat .......................................................................................................... 3
E. Sistematika Penulisan .................................................................................... 4
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ................................................................................ 5
A. Teori UMKM ................................................................................................. 5
B. Teori Pertumbuhan Ekonomi ......................................................................... 6
C. Teori Pengangguran ....................................................................................... 7
D. Teori Inflasi .................................................................................................... 8
BAB III ANALISIS DAN PEMBAHASAN ............................................................. 9
A. Hubungan Perkembangan Jumlah UMKM dengan Pertumbuhan Ekonomi
di Indonesia ................................................................................................... 9
B. Peran Perkembangan Jumlah UMKM Terhadap Jumlah Pengangguran
di Indonesia .................................................................................................... 12
C. Perkembangan Jumlah UMKM dan Tingkat Inflasi di Indonesia ................. 14

vi
D. Efektivitas Kebijakan untuk Mendorong Pertumbuhan Ekonomi yang
Berkulitas Melalaui Pemberdayaan UMKM .................................................. 17
BAB IV PENUTUP ................................................................................................... 19
A. Kesimpulan .................................................................................................... 19
B. Saran ............................................................................................................... 19
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................ 20
LAMPIRAN ............................................................................................................... 21

vii
DAFTAR TABEL DAN GRAFIK
Halaman
Tabel 3.1 Perkembangan Jumlah UMKM di Indonesia Tahun 2000—2010............. 9
Tabel 3.2 Pertumbuhan Ekonomi Indonesia Tahun 2000—2010 .............................. 10
Grafik 3.1 Pertumbuhan Ekonomi dan Kenaikan Jumlah UMKM dalam Persen
Tahun 2001—2010 .................................................................................... 11
Tabel 3.3 Jumlah Angkatan Kerja, Jumlah UMKM, dan Daya Serap UMKM
Terhadap Angkatan Kerja di Indonesia Tahun 2001—2010 ..................... 12
Tabel 3.4 Rata-rata Upah Minimum Regional di Indonesia Tahun 2000—2010
(Ribuan Rupiah) ........................................................................................ 13
Grafik 3.2 Perkembangan Jumlah UMKM dan Tingkat Inflasi di Indonesia Tahun
2001—2010 ............................................................................................... 14
Tabel 3.5 Jumlah UMKM, Ekspor UMKM Non Migas, dan Impor Konsumsi
Rumah Tangga Indonesia Tahun 2001—2010 .......................................... 15

1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pertumbuhan ekonomi merupakan salah satu indikator makroekonomi yang
sering digunakan oleh sebuah negara untuk mengukur kenaikan output produksi dari
tahun ke tahun. Kondisi perekonomian sebuah negara dikatakan telah tumbuh jika
output barang dan jasa yang dihasilkan oleh negara tersebut mengalami kenaikan dari
tahun sebelumnya. Kebijakan untuk mendorong adanya pertumbuhan ekonomi di satu
negara dengan negara lain adalah berbeda. Seperti jika dilihat, Indonesia sebagai
salah satu negara berkembang di dunia memiliki kebijakan untuk meningkatkan dan
memberdayakan usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM). Pemberdayaan
UMKM selalu digencarkan, karena UMKM dianggap sebagai ekonomi kerakyatan
yang dapat digunakan sebagai media penyerap tenaga kerja, pemerataan pendapatan,
dan sebagai pendorong pertumbuhan ekonomi di Indonesia.
UMKM sebagai solusi untuk meningkatkan pertumbuhan ekonomi di Indonesia
masih memiliki beberapa kendala yang perlu dikaji, dianalisis, dan diselesaikan agar
pertumbuhan ekonomi yang tercapai nantinya dapat berkualitas. Pertumbuhan
ekonomi yang berkualitas adalah pertumbuhan yang memiliki presentase lebih tinggi
dari presentase jumlah pengangguran dan tingkat inflasi yang ada pada periode
tertentu. Atas dasar hal tersebut, maka belum dapat dikatakan bahwa pertumbuhan
ekonomi yang tinggi akan memberikan tingkat kesejahteraan yang tinggi, karena
perlu dikaji dan dibandingkan terlebih dahulu antara presentase pertumbuhan
ekonomi dengan presentase jumlah pengangguran dan tingkat inflasi yang ada.
Secara umum UMKM memiliki peran untuk mengurangi jumlah pengangguran
di Indonesia, dengan demikian dapat dikatakan bahwa kehadiran UMKM akan
mendorong adanya pertumbuhan ekonomi dan mengurangi jumlah pengangguran
yang ada di Indonesia. Namun penurunan jumlah pengangguran yang ada juga perlu
diperhitungkan juga dengan tingkat upah yang berlaku, karena akan sia-sia saja jika
penganggurannya rendah namun tingkat upanya juga rendah.

2
Kebijakan Pemberdayaan UMKM di Indonesia memang sangat efektif untuk
mengurangi jumlah pengangguran yang ada, namun demikian jika dilihat dari sisi
inflasi, kehadiran UMKM belum tentu dapat mengerem pengaruh inflasi dari negara
lain. Keadaan ini dapat dilihat dari total impor non migas Indonesia yang memiliki
kecenderungan naik tiap tahunnya, belum lagi impor bahan baku penolong industri
dan impor barang konsumsi yang juga meningkat tiap tahunnya. Tingginya impor
yang ada tersebut, menunjukan bahwa kondisi perekonomian dalam negeri masih
bergantung pada negara lain dan impor yang tinggi juga memiliki pengaruh negatif
terhadap kondisi perekonomian dalam negeri untuk jangka panjang, sebab tingginya
impor akan ikut mencampuri naik dan turunnya harga barang dan jasa dalam negeri.
Secara sederhana perkembangan jumlah UMKM di Indonesia memiliki korelasi
positif dengan pertumbuhan ekonomi, dimana pertambahan jumlah UMKM akan
meningkatkan pertumbuhan ekonomi, namun untuk mengetahui kualitas
pertumbuhan ekonomi tersebut perlu dianalisis lebih jauh menggunakan data yang
ada. Analisis UMKM sebagai solusi pertumbuhan ekonomi di Indonesia sangat perlu
dilakukan sebagai dasar evaluasi dalam mewujudkan perekonomian yang lebih baik,
karena kita ketahui bahwa yang mempengaruhi adanya pertumbuhan ekonomi bukan
hanya dari sisi perkembangan jumlah UMKM saja, dan kita ketahui pula bahwa
UMKM juga memiliki hubungan erat dengan tigkat pengangguran dan tingkat inflasi
berkaitan dengan pertumbuhan ekonomi yang dimaksud tersebut, untuk itu data-data
mengenai variabel-variabel ekonomi di atas perlu dioalah dan digunakan sebagai
dasar evaluasi pertumbuhan ekonomi yang berkualitas.
Gambaran di atas menunjukan bahwa pertumbuhan ekonomi yang berkualitas
sangat diperlukan untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat, dalam hal ini
UMKM sebagai solusi pertumbuhan ekonomi tersebut perlu dianalisis dan dikaji
lebih jauh mengenai hubungannya dengan jumlah pengangguran dan tingkat inflasi
yang ada. Oleh karena itu dalam karya tulis ilmiah ini penulis mencoba mengupas
tentang hubungan yang dimaksud tersebut dalam judul “Analisis Hubungan
Perkembangan Jumlah UMKM dengan Pertumbuhan Ekonomi Ditinjau dari
Jumlah Pengangguran dan Tingkat Inflasi di Indonesia”.

3
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana hubungan perkembangan jumlah UMKM dengan pertumbuhan
ekonomi di Indonesia?
2. Bagaimana peran perkembangan jumlah UMKM ditinjau dari tingkat
pengangguran yang ada di Indonesia?
3. Bagaimana perkembangan jumlah UMKM ditinjau dari tingkat inflasi tahunan
yang ada di Indonesia?
4. Bagaimana upaya yang harus dilakukan pemerintah dan pelaku ekonomi untuk
memberdayakan UMKM secara maksimal dalam mewujudkan pertumbuhan
ekonomi yang berkualitas berdasarkan adanya data dan analisis mengenai
perkembangan jumlah UMKM, tingkat pengangguran, dan tingkat inflasi?
C. Tujuan
1. Untuk menemukan bagaimana korelasi perkembangan jumlah UMKM dengan
pertumbuhan ekonomi di Indonesia.
2. Untuk mengetahui seberapa besar daya serap dan kualitas UMKM dalam
mengurangi tingkat pengangguran yang ada di Indonesia.
3. Untuk mengetahui tingkat ketahanan UMKM dalam menghadapi tingkat inflasi
tahunan yang cenderung fluktuatif di Indonesia.
4. Untuk menambah informasi dan bahan kajian mengenai hubungan masing-
masing variabel makroekonomi tersebut dengan perkembangan jumlah UMKM
di Indonesia, sebagai dasar kontribusi dalam memberikan masukan mengenai
kebijakan yang efektif tentang pertumbuhan ekonomi yang berkualitas.
D. Manfaat
1. Bagi dunia akademis.
Sebagai referensi perbandingan, terhadap objek penelitian pada variabel ekonomi
yang sama berkaitan dengan pemberdayaan UMKM di Indonesia.
2. Bagi pemerintah, publik dan pelaku ekonomi.
Sebagai bahan masukan agar lebih peduli terhadap pertumbuhan ekonomi yang
berkualitas. Hasil karya tulis ilmiah ini juga diharapkan mampu berkontribusi
dalam memberikan sumbangan pemikiran terkait dengan pertumbuhan ekonomi.

4
E. Sistematika Penulisan
Karya tulis ilmiah ini yang berjudul “Analisis Hubungan Perkembangan
Jumlah UMKM dengan Pertumbuhan Ekonomi Ditinjau dari Jumlah
Pengangguran dan Tingkat Inflasi di Indonesia” memiliki sistematika penulisan
yang mencakup empat bab, dimana bab satu dalam karya tulis ilmiah ini meliputi
latar belakang, rumusan masalah, tujuan, manfaat, dan sistematika penulisan.
Pada bab dua dilanjutkan dengan adanya tinjauan pustaka yang digunakan
penulis dalam menyusun karya tulis ilmiah ini, dimana komponen pada bab dua yang
dimaksud adalah meliputi teori UMKM, teori pertumbuhan ekonomi, teori, dan juga
teori inflasi dari berbagai sumber.
Komponen pembahasan dalam bab 3 atau pada bab analisis dan pembahasan
meliputi empat komponen, dimana masing-masing komponen yang dimaksud adalah
hubungan perkembangan jumlah UMKM dengan pertumbuhan ekonomi di Indonesia,
peran perkembangan jumlah UMKM terhadap jumlah pengangguran di Indonesia,
perkembangan jumlah UMKM dan tingkat inflasi di Indonesia, dan efektifitas
kebijakan untuk mendorong pertumbuhan ekonomi yang berkualitas melalui
pemberdayaan UMKM.
Bab terakhir dalam karya tuli ilmiah ini berisi mengenai penutup yaitu pada bab
empat yang komponennya meliputi kesimpulan dan saran.

5
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Teori UMKM
Menurut Badan Pusat Statistik (BPS), usaha kecil yaitu entitas usaha yang
memiliki jumlah tenaga kerja 5 s.d 19 orang, sedangkan usaha menengah merupakan
entitas usaha yang memiliki tenaga kerja 20 s.d 99 orang. Secara umum UKM dalam
perekonomian nasional memiliki peran: (1) sebagai pemeran utama dalam kegiatan
ekonomi, (2) penyedia lapangan kerja terbesar, (3) pemain penting dalam
pengembangan perekonomian local dan pemberdayaan masyarakat, (4) penciptaan
pasar baru dan sumber inovasi, serta (5) kontribusinya terhadap neraca pembayaran,
Raselawati, dalam (Departemen Koperasi, 2008).
Salah satu keunggulan UKM adalah, ia terkadang sangat lincah mencari
peluang untuk berinovasi untuk menerapkan teknologi baru ketimbang perusahaan-
perusahaan besar yang telah mapan. Tak mengherankan jika dalam era persaingan
global saat ini banyak perusahaan besar yang bergantung pada pemasok-pemasok
kecil-menengah. Sesungguhnya ini peluang bagi kita untuk turut berkecimpung di era
global sekaligus menggerakan sector ekonomi riil, Raselawati dalam (Zuhal, 2010).
Pada umumnya permasalahan yang dihadapi UKM antara lain meliputi faktor
internal yang meliputi: (1) kurangnya permodalan, (2) SDM terbatas dan kurang
berkualitas, (3) lemahnya jaringan usaha dan kemampuan penetrasi pasar. Faktor
eksternal yang meliputi: (1) iklim usaha yang belum kondusir, (2) Terbatasnya sarana
dan prasarana usaha, (3) implikasi otonomi daerah, (4) implikasi perdagangan bebas,
(5) sifat produk lifetime pendek, (6) Terbatasnya akses pasar, Raselawati dalam (Jafar
Hafsah, 2004).
Peran UKM terhadap pertumbuhan ekonomi sangat penting. Fakta
menunjukan bahwa perkembangan UKM lebih cepat dari industri-industri besar,
walau terdapat ketidakseimbangan antara sumbangan UKM dalam menyediakan
lapangan kerja dengan kontribusinya dalam pembentukan nilai tambah, Raselawati
dalam (Ikhsan, 2004).

6
B. Teori Pertumbuhan Ekonomi
Istilah pertumbuhan ekonomi (economic growth) secara paling sederhana dapat
diartikan sebagai pertambahan output atau pertambahan pendapatan nasional
agregatif dalam kurun waktu tertentu misalkan satu tahun. Perekonomian suatu
negara dikatakan mengalami pertumbuhan jika jumlah balas jasa riil terhadap
penggunaan factor-faktor produksi pada tahun tertentu lebih besar daripada tahun-
tahun sebelumnya. Dengan demikian, pengertian pertumbuhan ekonomi dapat
diartikan sebagai kenaikan kapasitas produksi barang dan jasa secara fisik dalam
kurun waktu tertentu (Prasetyo,2009:237).
Adam Smith, sebagai salah satu pemikir ekonomi klasik juga menjelaskan
tentang peranan pertumbuhan ekonomi, dimana dalam pandangannya yang pertama
Adam Smith mengemukakan tentang pentingnya pasar bebas, yang menurutnya
mekanisme pasar bebas akan mewujudkan kegiatan ekonomi yang efisien dan
pertumbuhan ekonomi yang teguh. Kedua perluasan pasar, dimana perusahaan-
perusahaan akan melakukan kegiatan produksi dengan tujuan untuk menjualnya
kepada masyarakat dan mencari keuntungan. Ketiga yaitu spesialisasi dan kemajuan
teknologi, yang menurutnya akan meningkatkan produktivitas dan menaikan
pendapatan pekerja serta akan memperluas pasaran, Ningsih (dalam
Sukirno,2000:448-450).
Hubungan pertumbuhan ekonomi dan pengangguran dapat dijelaskan melalui
hukum okun (okun’s law) yang menyatakan bahwa penambahan 1 point
pengangguran akan mengurangi 2 persen GDP (Gross Domestic Product).
Pengangguran berhubungan dengan lapangan kerja, lapangan kerja berhubungan
dengan investasi, dan investasi didapat dari akumulasi tabungan. Semakin tinggi
pendapatan nasional, maka akan semakin besar harapan untuk membuka kapasitas
produksi baru yang tentunya akan menyerap tenaga kerja baru, Ningsih (dalam
Demburg,1985:53). Atas dasar hal itu maka dapat dikatakan bahwa UMKM memiliki
hubungan dengan pengangguran, karena UMKM merupakan salah satu wujud dari
adanya investasi yang akan menyerap tenaga kerja dan mengurangi pengangguran,
yang selanjutnya pengangguran akan berhubungan dengan pertumbuhan ekonomi.

7
C. Teori Pengangguran
Menurut Badan Pusat Statistika (BPS) dalam indikator ketenagakerjaan,
pengangguran merupakan penduduk yang tidak bekerja tetapi sedang mencari
pekerjaan atau sedang mempersiapkan suatu usaha baru atau penduduk yang tidak
mencari pekerjaan karena sudah diterima bekerja tetapi belum mulai bekerja.
Pengangguran dapat terjadi disebabkan oleh ketidakseimbangan pada pasar tenaga
kerja. Hal ini menunjukkan bahwa jumlah tenaga kerja yang ditawarkan melebihi
jumlah tenaga kerja yang diminta.
Menurut Sadono Sukirno (1994), pengangguran adalah suatu keadaan di mana
seseorang yang tergolong dalam angkatan kerja ingin mendapatkan pekerjaan tetapi
belum dapat memperolehnya. Seseorang yang tidak bekerja, tetapi tidak secara aktif
mencari pekerjaan tidak tergolong sebagai penganggur. Faktor utama yang
menimbulkan pengangguran adalah kekurangan pengeluaran agregat. Para pengusaha
memproduksi barang dan jasa dengan maksud untuk mencari keuntungan.
Keuntungan tersebut hanya akan diperoleh apabila para pengusaha dapat menjual
barang yang mereka produksikan. Semakin besar permintaan, semakin besar pula
barang dan jasa yang akan mereka wujudkan. Kenaikan produksi yang dilakukan
akan menambah penggunaaan tenaga kerja. Dengan demikian, terdapat hubungan
yang erat diantara tingkat pendapatan nasional yang dicapai (GDP) dengan
penggunaan tenga kerja yang dilakukan, semakin tinggi pendapatan nasional (GDP),
semakin banyak penggunaan tenaga kerja dalam perekonomian.
Pengangguran adalah masalah makroekonomi yang mempengaruhi manusia
secara langsung dan merupakan yang paling berat. Bagi kebanyakan orang,
kehilangan pekerjaan berarti penurunan standar kehidupan dan rekan psikologis. Jadi
tidaklah mengejutkan jika pengangguran menjadi topik yang sering dibicarakan
dalam perdebatan politik dan para politisi sering mengklaim bahwa kebijakan yang
mereka tawarkan akan membantu menciptakan lapangan pekerjaan, Ningsih (dalam
Mankiw,2003:150).
Atas dasar teori di atas maka dapat disimpulkan bahwa tingginya angka
pengangguran akan memicu adanya distribusi pendapatan yang semakin tidak merata.

8
D. Teori Inflasi
Pengertian inflasi secara umum dapat diartikan sebagai kenaikan harga-harga
secara umum dan secara terus menerus selama periode tertentu (Prasetyo,2009:195).
Menurut teori kuantitas inflasi terjadi karena adanya penambahan volume uang yang
beredar (apakah berupa penambahan uang giral atau kartal) tanpa diimbangi oleh
penambahan arus barang dan jasa serta harapan masyarakat mengenai kenaikan harga
yang akan datang, Ningsih (dalam Boediono,1985:169).
Menurut teori Keynes inflasi terjadi karena suatu masyarakat ingin hidup diluar
batas kemampuan ekonominya. Proses inflasi menurut pandangan ini tidak lain
adalah perebutan bagian rezeki diantara kelompok sosial yang menginginkan bagian
lebih besar dari apa yang disediakan oleh masyarakat tersebut. Proses ini diartikan
sebagai permintaan masyarakat yang melebihi jumlah barang dan jasa yang tersedia,
Ningsih (dalam Boediono,1985:172).
Teori strukturalis juga menyoroti bagaimana inflasi itu terjadi, teori ini
mengemukakan bahwa inflasi berasal dari kekakuan struktur ekonomi, struktur
pertambahan produksi barang dan jasa terlalu lambat dibanding dengan
kebutuhannya, sehingga menaikkan harga bahan makanan dan kelangkaan devisa.
Akibat selanjutnya adalah kenaikan harga-harga lain, sehingga terjadi inflasi,
Berdasarkan asalnya inflasi dibedakan menjadi dua yaitu inflasi dari dalam
negeri (Domestic Inflation) dan inflasi dari luar negeri (imported inflation). Inflasi
dari dalam negeri terjadi karena perilaku konsumtif masyarakat, yang menjadikan
harga-harga barang semakin tinggi akibat adanya permintaan yang tinggi. Perilaku
konsumtif tidak didasarkan pada aspek kebutuhan, melainkan lebih condong pada
keinginan masyarakat untuk “shock” pamer kekayaan. Ketika perilaku konsumtif
tersebut membuat kelangkaan barang di dalam negeri maka hal ini akan memicu
adanya keinginan untuk membeli barang dari luar negeri baik barang konsumsi atau
barang faktor produksi. Akibatnya impor akan naik, yang suatu saat keadaan itu akan
mendorong adanya lonjakan harga yang dikarenakan adanya kenaikan harga barang
impor tersebut, dan lama kelamaan akan menjadikan inflasi di dalam negeri
dipengaruhi oleh harga-harga barang impor (imported inflation) (Prasetyo,2009:201).

9
BAB III
ANALISIS DAN PEMBAHASAN
A. Hubungan Perkembangan Jumlah UMKM dengan Pertumbuhan Ekonomi di
Indonesia.
Perkembangan jumlah UMKM di Indonesia memiliki kecenderungan naik tiap
tahunnya, hal ini menandakan bahwa ketertarikan masyarakat Indonesia untuk ikut
berkecimpung dalam dunia bisnis UMKM adalah tergolong tinggi. Adanya gambaran
tersebut maka dapat dikatakan bahwa masyarakat Indonesia secara umum sudah
memiliki kesadaran untuk menjadi wirausaha yang mampu untuk menghasilkan
barang dan jasa sendiri. Gambaran mengenai perkembangan jumlah UMKM di
Indonesia dapat dilihat dari tabel berikut:
Tabel 3.1
Perkembangan Jumlah UMKM di Indonesia
Tahun 2000—2010
Tahun Jumlah UMKM Kenaikan Jumlah UMKM Kenaikan Jumlah UMKM
Unit Usaha Unit Usaha %
2000 39784036 - -
2001 39964080 180044 0.45
2002 41944494 1980414 4.96
2003 43460242 1515748 3.61
2004 44777387 1317145 3.03
2005 47107062 2329675 5.20
2006 49021803 1914741 4.06
2007 50145800 1123997 2.29
2008 51414262 1268462 2.53
2009 52769426 1355164 2.64
2010 54114821 1345395 2.55 Sumber: Departemen Koperasi Indonesia, 2000—2010, diolah April 2015
Jumlah UMKM di Indonesia memiliki kecenderungan meningkat dari tahun ke
tahun, seperti yang ditunjukan pada tabel 1.1 di atas. Perlu diketahui lebih lanjut,
bahwa pertumbuhan jumlah UMKM di Indonesia adalah fluktuatif atau memiliki
tingkat pertambahan jumlah yang berbeda dari tahun yang satu dengan tahun yang
lainnya. Hal tersebut sedikit banyak dipengaruhi oleh kebijakan pemerintah dan

10
kebijakan lembaga keuangan di Indonesia dalam mendukung perkembangan sektor
UMKM, baik dari sisi kemudahan mendapatkan kredit usaha atau kemudahan-
kemudahan lain, dari sisi kemudahan mendapatkan bahan baku untuk produksi dan
kemudahan akses pasar yang luas dengan mengembangkan adanya konsep kemitraan
dan pengembangan koperasi di Indonesia.
Kondisi perekonomian negara Indonesia juga memiliki kecenderungan naik
setiap tahunnya, namum juga memiliki tingkat pertumbuhan yang berbeda setiap
tahun, dimana hal itu banyak dipengaruhi oleh kondisi internal dan external. Kondisi
internal merupakan kondisi dari dalam negeri untuk memproduksi barang dan jasa
termasuk kinerja UMKM didalamnya, sedangkan kondisi external merupakan kondisi
perekonomian global yang ikut berpengaruh terhadap laju perekonomian di Indonesia
seperti naiknya bahan bakar dan pengaruh inflasi dari negara lain yang menjalin
hubungan ekonomi dengan Indonesia. Gambaran mengenai pertumbuhan ekonomi di
Indonesia untuk lebih jelasnya dapat dilihat dari tabel berikut:
Tabel 3.2
Pertumbuhan Ekonomi Indonesia
Tahun 2000—2010
Tahun 2000 2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010
Economic
Growth% 5.35 3.64 4.5 4.78 5.03 5.69 5.5 6.35 6.1 4.58 6.1
Sumber: Badan Pusat Statistik, 2000—2010, diolah April 2015
Hubungan perkembangan jumlah UMKM dengan pertumbuhan ekonomi di
Indonesia dalam persen menunjukan hasil yang tidak siginifikan apabila hubungan
tersebut dilihat dari hasil analisis korelasi. Hal itu ditunjukan dengan nilai signifikansi
yang besarnya melebihi 0.05 yaitu sebesar 0.562. Atas dasar hal tersebut maka semua
angka yang menunjukan adanya korelasi antara perkembangan jumlah UMKM dan
pertumbuhan ekonomi di Indonesia tidak dapat di Interpretasikan. Keterbatasan itu
memungkinkan adanya alternatif lain untuk menggambarkan hubungan antara
perkembangan jumlah UMKM dengan pertumbuhan ekonomi di Indonesia
menggunakan analisis grafik dan analisis deskriptif berdasar pada kejadian empiris.

11
Grafik 3.1
Sumber: BPS dan Departemen Koperasi, 2000—2010, diolah April 2015
Berdasarkan grafik di atas, dapat dikatakan bahwa pertumbuhan ekonomi di
Indonesia memiliki kecenderungan naik dengan tingkat fluktuatif yang lebih rendah
dari perkembangan jumlah UMKM di Indonesia. Atas dasar grafik tersebut juga
dapat dikatakan bahwa hubungan perkembangan jumlah UMKM dengan
pertumbuhan ekonomi di Indonesia adalah belum tentu positif atau negatif, sebab dari
grafik di atas ditunjukan bahwa kenaikan atau penurunan jumlah UMKM di
Indonesia dalam persen tidak terlalu berpengaruh terhadap tingkat pertumbuhan
ekonomi di Indonesia.
Perkembangan naik dan turunnya jumlah UMKM di Indonesia dalam persen
ternyata tidak teralu berdampak pada tingkat pertumbuhan ekonomi, sebab
pertumbuhan ekonomi Indonesia pada grafik menunjukan kecenderungan yang naik
walaupun pertambahan jumlah UMKM di Indonesia sangat fluktiatif. Hal ini
menunjukan bahwa perkembangan jumlah UMKM di Indonesia tidak sebanding
dengan output produksi barang dan jasa yang dihasilkan oleh UMKM yang ada di
Indonesia, atau dapat dikatakan bahwa semua output produksi yang dihasilkan oleh
UMKM di Indonesia belum mampu mengimbangi kuantitas impor Indonesia yang
tergolong tinggi dan cenderung naik tiap tahunnya, apalagi jika dilihat dari kuantitas
barang impor untuk konsumsi.
0.45 4.96 3.61 3.03 5.20 4.06 2.29 2.53 2.64 2.55
3.64 4.5 4.78 5.03
5.69 5.5 6.35 6.1
4.58
6.1
0.00
1.00
2.00
3.00
4.00
5.00
6.00
7.00
2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010
Pe
rse
n
Tahun
Pertumbuhan Ekonomi dan Kenaikan Jumlah UMKM dalam
Persen Tahun 2001--2010
Kenaikan Jumlah UMKM Pertumbuhan Ekonomi

12
B. Peran Perkembangan Jumlah UMKM Terhadap Jumlah Pengangguran di
Indonesia.
Pada tabel 3.1 telah ditunjukan mengenai perkembangan jumlah UMKM di
Indonesia dalam unit usaha dan dalam persennya. Perkembangan jumlah UMKM di
Indonesia sangat berperan dalam manampung angkatan kerja yang ada di Indonesia,
sebab hampir 80% lebih dari total angkatan kerja yang ada di Indonesia adalah
ditampung di sektor UMKM. Gambaran mengenai jumlah angkatan kerja, jumlah
UMKM, dan daya serap UMKM terhadap angkatan kerja di Indonesia dapat dilihat
pada tabel berikut:
Tabel 3.3
Jumlah Angkatan Kerja , Jumlah UMKM, dan Daya Serap UMKM
Terhadap Angkatan Kerja di Indonesia Tahun 2001—2010
Tahun Jumlah Angkatan Kerja Jumlah UMKM Daya Serap UMKM
Juta Orang Unit Usaha Juta Orang
2001 99800000 39964080 74687428
2002 100400000 41944494 77807897
2003 103000000 43460242 81942353
2004 104400000 44777387 80446600
2005 105200000 47107062 83586616
2006 106300000 49021803 87909598
2007 108130000 50145800 90491930
2008 111950000 51414262 94024278
2009 113830000 52769426 96193623
2010 116500000 54114821 98238913 Sumber: BPS dan Departemen Koperasi, 2001—2010, diolah April 2015
Berdasarkan data pada tabel di atas maka dapat dikatakan bahwa peran
perkembangan jumlah UMKM di Indonesia adalah sangat besar terhadap
ketersediaan lapangan kerja untuk angkatan kerja di Indonesia, sebagai upaya dalam
menekan angka pengangguran, sebab kita ketahui bahwa angkatan kerja di Indonesia
selalu mengalami peningkatan setiap tahunnya karena pertumbuhan penduduk yang
tinggi. Namun perlu diingat juga, bahwa peran UMKM dalam menampung sebagian
besar angkatan kerja di Indonesia belum dapat mencerminkan tingkat kesejahteraan

13
yang tinggi. Sebab kesejahteraan salah satunya tercermin dari distribusi pendapatan
yang merata, oleh karena itu tingkat upah juga perlu di perhitungkan, agar daya serap
UMKM terhadap sebagian besar angkatan kerja di Indonesia tidak hanya menjadi
ajang untuk mengurangi tingkat pengangguran saja, tetapi juga ajang untuk
meningkatkan tingkat kesejahteraan masyarakat yang tercermin dari tingkat upah
yang memadai.
Tabel 3.4
Rata-rata Upah Minimum Regional di Indonesia
Tahun 2000-2010 (Ribuan Rupiah)
Tahun 2000 2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010
UMR 290.5 362.7 414.7 458.5 507.7 602.2 667.9 743.2 830.7 908.8 988.8
Sumber: Badan Pusat Statistik, 2000—2010, diolah April 2015
Data rata-rata UMR di Indonesia pada tabel di atas menunjukan adanya
kenaikan setiap tahunnya. Perlu diketahui bahwa besaran upah yang diberikan oleh
suatu organisasi bisnis kepada tenaga kerjanya termasuk UMKM di Indonesia adalah
menggunakan acuan UMR yang diterapkan oleh pemerintah, sehingga data di atas
dapat digunakan sebagai dasar untuk mengukur tingkat kesejahteraan angkatan kerja
Indonesia yang bekerja di sektor UMKM.
Secara nominal data di atas menunjukan besaran tingkat upah yang semakin
tinggi dari tahun ke tahun. Namun demikian perlu dipahami mengenai adanya tingkat
inflasi di Indonesia yang tergolong tinggi dan sangat fluktuatif. Atas dasar tersebut
maka secara riil belum tentu tingkat upah yang naik secara nominal akan memberikan
tingkat kesejahteraan yang memadai, sebab inflasi dalam hal kenaikan upah juga
harus diperhitungkan.
Pesatnya perkembangan jumlah UMKM di Indonesia secara umum memang
telah memberikan kontribusi yang sangat besar terhadap penyerapan sebagian besar
angkatan kerja di Indonesia, yang dapat dikatakan bahwa kehadiran UMKM dapat
menekan angka pengangguran di Indonesia, namun dalam hal ini perlu digarisbawahi
juga mengenai produktivitas UMKM agar bisa memberikan efek nilai terhadap
perekonomian Indonesia dan memperbaiki nilai upah menjadi lebih baik secara riil.

14
C. Perkembangan Jumlah UMKM dan Tingkat Inflasi di Indonesia
Seperti yang telah dijelaskan dihalaman sebelumnya bahwa perkembangan
jumlah UMKM di Indonesia selalu mengalami pertambahan jumlah dari tahun ke
tahun. Memang jika dilihat, perkembangan jumlah UMKM di Indonesia tidak begitu
terpengaruh oleh adanya tingkat inflasi yang ada, sebab secara sederhana dapat
dijelaskan bahwa berdirinya UMKM tidak bergantung pada adanya saham, oleh
karena itu tekanan inflasi tidak begitu berpengaruh terhadap keberadaan UMKM di
Indonesia. Gambaran pertumbuhan jumlah UMKM dan tingkat inflasi yang dimaksud
dapat dilihat melalui graifik 3.2 berikut:
Grafik 3.2
Sumber: BPS dan Departemen Koperasi, 2001—2010, diolah April 2015
Berdasarkan grafik di atas, maka terbukti bahwa jumlah UMKM di Indonesia
terus berkembang walau tingkat inflasi yang ada sangat fluktuatif. Namum satu hal
yang perlu dipahami bahwa perkembangan jumlah UMKM yang dimaksud juga
memiliki kondisi yang naik turun, namun secara riil atau kenyataannya UMKM di
Indonesia memang selalu tumbuh dan selalu bertambah setiap tahunnya walau
presentase pertambahan jumlah UMKM tersebut tidaklah sama untuk setiap
tahunnya.
0.45 4.96 3.61 3.03 5.20 4.06 2.29 2.53 2.64 2.55
12.6
10.03
5.06 6.4
17.11
6.6 6.59
11.06
2.78
6.96
0.00
5.00
10.00
15.00
20.00
2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010
Pe
rse
n
Tahun
Perkembangan Jumlah UMKM dan Tingkat Inflasi di
Indonesia Tahun 2001--2010
Perkembangan UMKM Tingkat Inflasi

15
Secara lebih spesifik, jika suatu negara ingin mewujudkan pertumbuhan
ekonomi yang berkualitas maka negara tersebut harus bisa mengendalikan tingkat
inflasi agar bisa lebih rendah dari pertumbuhan ekonomi yang ada. Saat inflasi di
Indonesia dianalisis lebih jauh, sebenarnya lebih banyak faktor external yang
mempengaruhi tingkat inflasi di Indonesia, sebab kita ketahui bahwa kuantitas dan
impor Indonesia tergolong tinggi, baik impor bahan baku penolong industri, impor
barang konsumsi, atau impor kendaraan dan alat-alat produksi. Dari keadaan ini maka
keberadaan UMKM sangat diharapkan untuk mampu memproduksi barang yang
berorientasi eksopr untuk mengimbangi tingginya impor Indonesia tersebut, atau
dengan jalan lain yaitu dengan memberdayakan UMKM secara maksimal untuk dapat
memproduksi barang substitusi impor, agar goncangan dan tekanan harga dari luar
negeri yang mendorong adanya inflasi dalam negeri dapat dicegah dan diatasi. Data
mengenai Jumlah UMKM, ekspor UMKM non migas, dan impor konsumsi rumah
tangga Indonesia dapat dilihat pada tabel berikut:
Tabel 3.5
Jumlah UMKM, Ekspor UMKM Non Migas, dan Impor Konsumsi
Rumah Tangga Indonesia Tahun 2001—2010
Tahun
Jumlah
UMKM
Ekspor UMKM Non
Migas Impor Konsumsi Rumah Tangga
Unit Usaha Miliar Rupiah
Utama (Juta US
Dollar)
Olahan (Juta US
Dollar )
2001 39964080 80846.5 320.60 502.30
2002 41944494 87290 364.50 719.40
2003 43460242 77096.7 345.10 797.70
2004 44777387 95548.2 451.70 827.60
2005 47107062 110338.1 419.30 1 085.70
2006 49021803 123767.9 600.30 1 215.70
2007 50145800 140363.8 764.70 1 950.50
2008 51414262 178008.3 797.40 1 903.10
2009 52769426 162254.5 955.60 1 367.30
2010 54114821 175894.9 1 166.90 2 439.60
Sumber: BPS dan Departemen Koperasi, 2001—2010, diolah April 2015

16
Dari data di atas sudah sangat jelas terlihat bahwa nilai impor Indonesia jauh
lebih besar dari nilai ekspor yang dilakukan oleh UMKM di Indonesia, sebab nilai
ekspor yang dilakukan oleh UMKM di Indonesia masih dinyatakan dengan satuan
miliar rupiah, sedangkan nilai impor Indonesia sudah dinyatakan dalam bentuk juta
US Dollar, oleh karena itu sudah sangat jelas, bahwa nilai ekspor yang dilakukan
UMKM memang lebih kecil dari nilai impor yang dilakukan oleh Indonesia. Padahal
itu baru perbandingan antara ekspor UMKM non migas dengan impor dari sektor
konsumsi, belum dari sektor impor Indonesia yang lain.
Memang dari sisi lain Indonesia masih memiliki kekuatan untuk mengekspor
barang, namun hal itu lebih condong pada kemampuan industri-industri besar yang
ada di Indonesia. Padahal kita ketahui bahwa tidak sedikit industri-industri besar di
Indonesia yang sebagian besar sahamnya dikuasai oleh masyarakat asing, bahkan
tidak jarang daerah-daerah di Indonesia banyak yang dijadikan sebagai tempat
relokasi industri dari negara maju. Dari hal itu maka dapat diambil kesimpulan bahwa
kekuatan ekspor Indonesia yang lebih condong kepada peran industri-industri besar
adalah tidak mencerminkan tingkat pertumbuhan ekonomi yang berkualitas, sebab
profit yang sebenarnya adalah dibawa kembali oleh pemegang-pemegang saham pada
industri-industri besar yang notabene adalah masyarakat asing.
Dari analisis deskriptif di atas maka dapat disimpulkan bahwa peran UMKM
yang maksimal sangat diperlukan agar tingkat inflasi di dalam negeri dapat
terkendali, melalui adanya produksi barang yang berorientasi ekspor dan melalui
produksi barang sebagai substitusi impor oleh UMKM di Indonesia. UMKM sebagai
sarana penyerap tenaga kerja terbesar di Indonesia belum dapat dikatakan berhasil
mewujudkan pertumbuhan ekonomi yang berkualitas jika keadaan harga di dalam
negeri masih terombang-ambing oleh karena tingginya impor yang dilakukan oleh
masyarakat Indonesia secara umum. Perilaku konsumtif masyarakat juga memiliki
andil besar dalam hal penciptaan inflasi di dalam negeri, termasuk perilaku konsumtif
masyarakat akan barang-barang luar negeri. Peran masyarakat sangat besar, maka
perilaku masyarakat Indonesia secara umum perlu dipupuk agar dapat mencintai dan
menggunakan produk dalam negeri secara maksimal dan berkelanjutan.

17
D. Efektivitas Kebijakan untuk Mendorong Pertumbuhan Ekonomi yang
Berkualitas Melalui Pemberdayaan UMKM.
Peran pemerintah dan lembaga keuangan di Indonesia sangat menentukan
keberhasilan pemberdayaan UMKM secara maksimal dalam mewujudkan
pertumbuhan ekonomi yang berkualitas dan berkelanjutan. Mengenai pertumbuhan
ekonomi yang berkualitas sudah banyak disinggung di sub bab sebelumnya, dimana
pertumbuhan ekonomi yang berkualitas adalah kondisi dimana tingkat pertumbuhan
ekonomi lebih tinggi dari tingkat inflasi dan pengangguran.
Kebijakan dari sisi pemerintah, dapat dilakukan dengan jalan untuk memberi
izin kemudahan dalam berusaha dengan proporsi pajak yang tidak terlalu
memberatkan pelaku UMKM, kemudian kemudahan lalu lintas ekspor juga perlu
dibenahi agar para pelaku UMKM lebih mudah menjangkau pasar internasional
dengan produksinya. Pengakuan atas hasil karya sebuah produksi juga memiliki
peran penting, dimana hal ini dapat mencegah adanya pengakuan-pengakuan dari
pesaing bisnis yang berasal dari negara lain, sebab hal ini sudah sangat sering terjadi
di negara Indonesia yang dalam kenyataannya banyak sektor-sektor produksi berbasis
bahan baku dari Indonesia diklaim oleh warga negara asing yang melakukan usaha di
dalam negeri. Peran pemerintah dalam mendorong koperasi dan konsep kemitraan di
Indonesia juga sangat perlu dilakukan, sebab koperasi adalah wadah dari anggota
yang memiliki tujuan sama, dimana semakin banyak anggota dalam koperasi dalam
hal ini adalah pelaku UMKM maka akan semakin kuat daya saing UMKM untuk
melakukan permintaan bahan baku ataupun penawaran hasil produksi.
Lembaga keuangan juga harus memiliki upaya yang searah dengan kebijakan
pemerintah, atau dalam hal ini ikut mendorong adanya pemberdayaan UMKM agar
bisa berjalan semakin maksimal. Hal paling krusial yang harus dilakukan lembaga
keuangan di Indonesia terhadap UMKM adalah dengan memudahkan para pelaku
UMKM untuk mendapatkan jasa layanan keuangan baik dari kemudahan
persyaratannya ataupun prosedurnya yang tidak memberatkan para pelaku UMKM
untuk menjalankan produksinya. Karena kita tau bahwa dalam usaha pasti

18
memerlukan adanya dorongan biaya untuk modal, yang terkadang jumlahnya tidak
dapat dipenuhi sendiri oleh para pelaku bisnis UMKM.
Peran pemerintah dan lembaga keuangan dalam mewujudkan pemberdayaan
UMKM secara maksimal tidak akan tercapai saat kinerja UMKM itu sendiri tidak
maksimal, sebab kinerja UMKM yang tidak maksimal akan memunculkan masalah
baru, dimana hal itu akan menimbulkan kredit macet. Oleh karena itu, upaya ketiga
elemen ini sangat penting untuk bisa berjalan selaras dan saling melengkapi satu
sama lain dalam mewujudkan pertumbuhan ekonomi yang berkualitas dengan
memberdayakan sektor UMKM secara maksimal.
Melihat keadaan ekonomi ASEAN pada saat ini seharusnya memicu adanya
sinergi antara pemerintah, lembaga keuangan, dan para pelaku UMKM di Indonesia
untuk berupaya meningkatkan produksi, sebab seperti yang kita tau pada akhir tahun
2015 nanti akan dibuka gerbang Masyarakat Ekonomi Asean (MEA) dimana pada
kondisi itu, nantinya tidak akan ada lagi batasan mengenai lalu lintas barang dan jasa
termasuk tenaga kerja untuk keluar masuk di wilayah ASEAN. Hal ini merupakan
sebuah peluang, tantangan, sekaligus masalah apabila kita tidak menyiapkan diri
untuk melakukan persaingan dengan negara lain di ASEAN.
Himbauan pemerintah kepada masyarakat melalui berbagai macam cara agar
masyarakat tetap cinta terhadap produk dalam negeri juga sangat perlu dilakukan,
agar nantinya peran UMKM akan semakin maksimal dalam memproduksi barang dan
jasa, sehingaa tenaga kerja yang ada dapat terserap secara lebih baik, dan kondisi
inflasi juga dapat ditekan terutama inflasi yang disebabkan oleh faktor external atau
dari dari negara lain. Jika semua hal itu dapat berjalan, maka pertumbuhan ekonomi
yang berkualitas akan dapat tercapai, sehingga tingkat kesejahteraan masyarakat
dapat meningkat dengan asumsi pemerataan pendapatan dapat terlaksana bebarengan
dengan adanya kondisi pertumbuhan ekonomi yang lebih tinggi dari tingkat
pengangguran dan tingkat inflasi yang ada.

19
BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dari semua analisis yang sudah dilakukan mengenai hubungan perkembangan
jumlah UMKM dengan pertumbuhan ekonomi ditinjau dari tingkat pengangguran dan
tingkat inflasi di Indonesia, maka dapat diambil kesimpulan bahwa hubungan
perkembangan jumlah UMKM dengan pertumbuhan ekonomi tidak dapat dilihat
secara langsung, sebab harus dilihat terlebih dahulu dari variabel-variabel
makroekonomi lain yang terkait dengan adanya perkembangan jumlah UMKM dan
pertumbuhan ekonomi di Indonesia tersebut, agar diketahui kadar kualitas
pertumbuhan ekonomi yang sudah tercapai. Peran UMKM sangat dibutuhkan untuk
mewujudkan pertumbuhan ekonomi di Indonesia yang berkualitas dengan komposisi
tingkat pertumbuhan ekonomi yang lebih tinggi dari tingkat pengangguran dan
tingkat inflasi, serta dengan asumsi bahwa masyarakat dapat cinta dengan produk
dalam negeri dan pemerataan pendapatan dapat berjalan berbarengan dengan adanya
pertumbuhan ekonomi yang berkualitas tersebut.
B. Saran
Pengoptimalan kerja sama antar pemangku kebijakan sangat diperlukan baik
pemerintah ataupun lembaga keuangan dengan para pelaku UMKM di Indonesia,
untuk mewujudkan pertumbuhan ekonomi yang berkualitas dan berkelanjutan melalui
jalan pemberdayaan pengembangan kinerja UMKM yang maksimal. Peningkatan
himbauan kepada masyarakat untuk menggunakan produk dalam negeri juga perlu
ditingkatkan melalui sosialisasi –sosialisasi agar nantinya produk UMKM dalam
negeri dapat terserap secara maksimal dan mendorong adanya insentif pelaku UMKM
untuk berproduksi lebih banyak, sehingga tingkat pengangguran di Indonesia dapat di
tekan dan tingkat inflasi dalam negeri dapat terkendali terutama inflasi yang
dikarenakan naiknya barang-barang impor dari luar negeri.

20
DAFTAR PUSTAKA
Ningsih, Fatmi Ratna. 2010. Pengaruh Inflasi dan Pertumbuhan Ekonomi Terhadap
Pengangguran di Indonesia Periode Tahun 1988—2008. Skripsi. Fakultas
Ekonomi dan Ilmu Sosial. UIN Syarif Hidayatullah. Jakarta.
Prasetyo, P. Eko. 2009. Fundamental Makro Ekonomi. Yogyakarta. Beta Offset
Yogyakarta.
Raselawati, Ade. 2011. Pengaruh Perkembangan Usaha Kecil Menengah Terhadap
Pertumbuhan Ekonomi Pada Sektor UKM di Indonesia. Skripsi. Fakultas
Ekonomi dan Bisnis. Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah. Jakarta.
Republik Indonesia. Departemen Koperasi (Depkop). 2011. Data UMKM Tahun
2000—2011. Jakarta Pusat. www.depkop.go.id. Diunduh Minggu, 12 April
2015.
Republik Indonesia. Badan Pusat Statistika (BPS). 2013. Impor Barang Konsumsi
Tahun 1989—2013. Jakarta Pusat. www.bps.go.id. Diunduh Kamis, 09 April
2015.
Republik Indonesia. Badan Pusat Statistik (BPS). 2013. Jumlah Angkatan Kerja,
Penduduk Bekerja, Pengangguran, TPAK dan TPT, 1986–2013. Jakarta Pusat.
www.bps.go.id. Diunduh Kamis, 09 Maret 2015.
Republik Indonesia. Badan Pusat Statistika (BPS). 2014. Perkembangan Upah
Minimum Regional/Propinsi di Seluruh Indonesia 1997-2014 (Dalam Ribuan
Rupiah). Jakarta Pusat. www.bps.go.id. Diunduh Kamis, 09 April 2015.

21
LAMPIRAN BIODATA PENULIS
Anggota 1
Nama : Dodi Agustina
Jurusan : Ekonomi Pembangunan, FE Unnes
E-mail : [email protected]
No. HP : 089687303299
Anggota 2
Nama : Budiman
Jurusan : Ekonomi Pembangunan, FE Unnes
E-mail : [email protected]
No. HP : 08562794175
Anggota 3
Nama : Fathista Vistarani D O
Jurusan : Ekonomi Pembangunan, FE Unnes
E-mail : [email protected]
No. HP : 089637113084