Makalah LKTI Al-Quran FIX

24
Pandangan Islam dalam Menghadapi Krisis Kemanusiaan pada Era Kontemporer Disusun untuk mengikuti Lomba Karya Tulis al-Qur’an Mahasiswa Ditulis oleh Hadza Min Fadhli Robby 10/298963/SP/24025 UNIVERSITAS GADJAH MADA YOGYAKARTA 2012

Transcript of Makalah LKTI Al-Quran FIX

Page 1: Makalah LKTI Al-Quran FIX

Pandangan Islam dalam Menghadapi Krisis Kemanusiaan pada Era Kontemporer

Disusun untuk mengikuti Lomba Karya Tulis al-Qur’an Mahasiswa

Ditulis oleh

Hadza Min Fadhli Robby

10/298963/SP/24025

UNIVERSITAS GADJAH MADA

YOGYAKARTA

2012

Page 2: Makalah LKTI Al-Quran FIX

2

Kata Pengantar

Dengan Nama Allah yang Maha Pengasih dan Maha Penyayang,

Sesungguhnya Al-Qur'an ini memberikan jalan petunjuk kepada (jalan) yang lebih lurus

dan memberi kabar gembira kepada orang-orang Mukmin yang mengerjakan amal saleh bahwa

bagi mereka ada pahala yang besar (Al-Isra: 9)

Puji syukur kepada Allah, Tuhan Yang Maha Memiliki Segala Ilmu, sehingga saya sebagai

hambaNya masih diberikan kesempatan dan keberkatan dalam menulis karya tulis ilmiah al-

Qur'an ini. Salawat serta salam juga tercurah bagi baginda Nabi Muhammad SAW, yang

menjadi inspirasi dan teladan dalam menjalankan hidup saya hingga saat ini.

Adapun tujuan saya dalam membuat karya tulis ilmiah al-Qur'an ini adalah semata-mata untuk

membuktikan relevansi dari Kitabullah dalam era kontemporer. Saat ini, dimana Islam masih

menerima berbagai macam steorotipe, seperti misalnya agama terbelakang, agama kekerasan,

dan sebagainya, sebuah hal yang harus dilakukan oleh seorang intelektual muda Muslim adalah

dengan membuktikan bahwa semua anggapan itu salah.

Dengan menulis karya tulis ilmiah bertemakan, "Pandangan Islam dalam Menghadapi Krisis

Kemanusiaan di Era Kontemporer", saya mencoba untuk menggali kembali firman-firman ilahi

dan menerapkannya pada situasi era kontemporer, dimana dimensi krisis kemanusiaan semakin

melebar dan sejauh ini, permasalahan krisis tersebut tidak dapat diselesaikan dengan baik oleh

masyarakat dunia. Dengan menggunakan al-Qur'an dan Sunnah Nabi SAW sebagai alternative

framework, penulis berharap menemukan sintesis baru terhadap permasalahan yang terjadi di

dunia. Penulis juga hendak membuktikan bahwa Islam, dari awal mula ia diwahyukan oleh

Tuhan hingga saat ini, masih merupakan sebuah ajaran yang secara nyata membela nilai

kemanusiaan.

Page 3: Makalah LKTI Al-Quran FIX

3

Selanjutnya, penulis hendak berterimakasih terhadap beberapa pihak yang telah mendukung

penulis dalam upaya pengerjaan karya tulis ini, dimulai dari orangtua serta teman-teman, serta

dosen-dosen di jurusan dan fakultas atas segala dukungannya. Semoga karya tulis ini dapat

berguna sebagai sebuah literatur akademik kedepannya yang dapat digunakan sebagai bahan

referensi bagi mereka yang membutuhkan.

Billahi fi sabilil haq!

Yogyakarta, 3 November 2012

Hadza Min Fadhli Robby

Page 4: Makalah LKTI Al-Quran FIX

4

DAFTAR ISI

Kata Pengantar

Daftar Isi

Bab I - Pendahuluan

1.1 - Latar Belakang

1.2 - Rumusan Masalah

1.3 - Landasan Konseptual

1.4 - Metode Penelitian

Bab II - Pembahasan

2.1 - Krisis Kemanusiaan pada Era Kontemporer:

Bentuk dan Dinamika Didalamnya

2.2 - Masyarakat Global dalam Menghadapi Krisis Kemanusiaan

2.3 - Posisi Umat Islam dalam Menghadapi Krisis Kemanusiaan

dalam Era Kontemporer

Bab III - Analisis

3.1 - Permasalahan Penanganan Krisis Kemanusiaan

dalam Sudut Pandang Islam

3.2 - Islam, Aksi Kemanusiaan dan Tanggungjawab

Untuk Melindungi

Bab IV - Kesimpulan

4.1 - Sintesis dan Rekomendasi

4.2 - Kesimpulan

Page 5: Makalah LKTI Al-Quran FIX

5

Daftar Pustaka

Daftar Riwayat Hidup

Page 6: Makalah LKTI Al-Quran FIX

6

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 - Latar Belakang

Setelah runtuhnya Tembok Berlin dan usainya Perang Dingin pada awal kurun 1990-an,

masyarakat dunia beranggapan bahwa konflik di dunia telah usai, setidaknya kini tidak ada lagi

persaingan yang kental antara negara-negara di dunia, yang waktu Perang Dingin dikategorikan

dalam dua blok, yakni blok Barat dan blok Timur.Masyarakat dunia memiliki optimisme bahwa

negara-negara di dunia akan segera bersatu dan mewujudkan perdamaian. Francis Fukuyama,

seorang pakar politik asal Amerika Serikat, melihat bahwa dengan usainya Perang Dingin dan

tegaknya ideologi demokrasi liberal yang menggantikan ideologi komunisme akan membawa

dunia pada perkembangan puncak dalam kehidupan manusia - baik dari segi perkembangan

ekonomi, perkembangan teknologi, perkembangan sosial-budaya hingga peradaban manusia,

sehingga manusia akhirnya akan mencapai sebuah kondisi yang disebut sebagai The End of

History.1

Namun, anggapan Fukuyama terkait hal tersebut ternyata tidak sepenuhnya benar. Fakta

menunjukkan, bahwa pada akhir abad ke-20 hingga awal abad ke-21 ini, konflik masih terus

terjadi di dunia. Grafik dibawah menunjukkan bagaimana konflik di dunia memang tidak

sepenuhnya hilang pasca Perang Dingin, meskipun memang menunjukkan penurunan yang

signifikan.

1 Francis Fukuyama, The End of History and the Last Man, New York: The Free Press, 1992, p. xii

Page 7: Makalah LKTI Al-Quran FIX

7

Gambar 1.1 - Tren Global dalam Konflik Bersenjata, 1946-20112

Pada awal kurun 1990-an, kita dapat melihat bagaimana masih terdapat beberapa konflik

bersenjata terjadi di dunia, misal Perang Teluk yang terjadi antara Pasukan Koalisi AS dan Irak

pada tahun 1991 dan Perang Balkan yang berlangsung pada tahun 1991-1999. Konflik-konflik

terus berkembang, terutama setelah terjadinya peristiwa 9/11, dimana Amerika Serikat

mendeklarasikan Perang Global terhadap Terorisme. Perang inilah yang kemudian membawa

dunia menuju gelombang konflik yang besar lagi, dimana Amerika Serikat bersama koalisinya

melakukan penyerangan ke Afghanistan dan Irak secara berturut-turut pada tahun 2001 dan

2003. Selain itu, juga terjadi konflik lain yang terjadi secara sporadis di seluruh dunia, seperti

misalnya Perang Arab-Israel, Perang Sipil di Libya dan Suriah pada tahun 2011, dan perang

lainnya di kawasan Afrika, Asia dan Amerika Latin.

Selain konflik bersenjata, salah satu hal yang perlu diperhatikan dari teori Fukuyama bahwa

kesejahteraan dan keamanan dunia akan terwujud pada dekade setelah Perang Dingin ternyata

tidak terwujud sepenuhnya. Berbagai bencana kemanusiaan masih terus terjadi di berbagai

wilayah di dunia, seperti misalnya bencana kekeringan dan kelaparan yang terjadi di Somalia,

bencana alam di Asia-Pasifik serta bencana iklim yang terjadi di Eropa dan Wilayah Kutub.

Semua konflik dan bencana kemanusiaan yang terjadi selama ini sebenarnya menyadarkan kita

pada sebuah firman ilahi:

Telah nampak kerusakan di darat dan di laut disebabkan karena perbuatan tangan manusia,

supay Allah merasakan kepada mereka sebagian dari (akibat) perbuatan mereka, agar mereka

kembali (ke jalan yang benar). (Ar-Rum: 41)

Konflik dan bencana yang terjadi selama ini - dimana dalam konflik tersebut manusia terlibat

secara aktif dalam melawan manusia lainnya dan manusia dengan sadar merusak alam, dan

tidak melakukan perbaikan terhadapnya - merupakan sebuah refleksi atas tidak sadarnya

manusia atas esensi eksistensinya di dunia ini. Manusia, sejak awal penciptaannya, telah

2CSP Conflict Trend, Figure 6, <http://www.systemicpeace.org/CTfig06.htm>, diakses tanggal 3

November 2012

Page 8: Makalah LKTI Al-Quran FIX

8

diperintahkan oleh Allah SWT untuk menjadi khalifah atau pemimpin di dunia ini dan diutus

membawa rahmat bagi seluruh alam. Sesuai dengan firman ilahi:

Dan tiadalah Kami mengutus kamu, melainkan untuk (menjadi) rahmat bagi semesta alam. (Al-

Anbiyaa: 107)

Oleh karena itu, dalam menghadapi segala konflik yang terjadi, peran umat Islam memiliki

urgensi yang amat penting. Umat Islam, dengan berpegang pada asas al-Qur'an dan Sunnah

Nabi SAW, selalu berpegang teguh untuk menegakkan kemanusiaan, dimanapun dan kapanpun

mereka berada. Ketika masyarakat dunia sudah jenuh dengan terjadinya konflik secara meluas

di dunia, mungkin umat Islam dapat menawarkan solusi alternatif dalam menyelesaikan krisis

kemanusiaan di dunia. Keterlibatan perspektif Islam dalam penyelesaian krisis kemanusiaan,

selain menjadi sebuah pertanda bahwa Islam merupakan ajaran yang relevan pada masa ini, juga

menjadi sebuah bukti bahwa Islam bukan ajaran yang mempromosikan kekerasan dalam taraf

yang tidak semestinya.

Karya tulis ini bertujuan untuk membahas secara lebih rinci tentang krisis kemanusiaan dan

dinamika yang terjadi hingga saat ini, bagaimana masyarakat global merespon krisis

kemanusiaan tersebut, kemudian dilanjutkan dengan pembahasan posisi masyarakat Islam

dalam menghadapi krisis kemanusiaan, dan diakhiri dengan analisis kasus beserta sintesis dan

rekomendasi yang dapat dipertimbangkan kedepannya bagi umat Islam dalam rangka

berkontribusi demi perdamaian dunia.

1.2 - Rumusan Masalah

Rumusan masalah yang penulis hendak ajukan dalam karya tulis ini adalah: "Bagaimana umat

Islam berkontrbusi untuk menyelesaikan krisis kemanusiaan yang terjadi di dunia saat

ini dengan mengambil dasar pada al-Qur’an dan Sunnah Rasul SAW?"

1.3 - Landasan Konseptual

Humanitarian action

Menurut WHO, aksi kemanusiaan atau humanitarian action merupakan sebuah

Page 9: Makalah LKTI Al-Quran FIX

9

tindakan untuk membantu, melindungi, dan mengadvokasi yang dilakukan secara

imparsial untuk menanggapi kebutuhan setiap individu yang terkena dampak dari situasi

darurat politik (complex politics emergencies) dan bencana alam.3 Humanitarian Policy

Group (HPG) menyebutkan bahwa aksi kemanusiaan harus dilakukan dengan tiga dasar

utama, yakni: kemanusiaan, imparsial, dan netral. 4

Responsibility to Protect (R2P)

Menurut ICISS, responsibility to protect atau tanggungjawab untuk melindungi

merupakan sebuah prinsip yang dibuat untuk menanggapi ancaman terhadap kehidupan

seorang manusia dalam segala situasi dan kondisi, dan prinsip ini sepenuhnya terlepas

dari segala kepentingan politik untuk memperjuangkan hak kelompok tertentu dan

sebagainya.5

1.4 - Metode Penelitian

Karya tulis ini akan menggunakan metode penelitian secara kualitatif, dimana secara

spesifik akan menggunakan pendekatan sintesis realis, dimana sintesis realis akan

menekankan pada refleksi dan kritik terhadap fenomena yang terjadi melalui proses

analisis terhadap fakta-fakta dengan teori yang tersedia melalui serangkaian kajian

literatur, sehingga pada akhir karya tulis ini, akan dihasilkan sebuah sintesis dan

rekomendasi yang bertujuan untuk mengkaji dan merekonstruksi kebijakan yang telah

diproduksi sebelumnya.6

3 ReliefWeb, Glossary of Humanitarian Terms, <http://www.who.int/hac/about/reliefweb-

aug2008.pdf>, diakses pada 3 November 2012

4 Kate Mackintosh, HPG Report: The Principles of Humanitarian Action in International Humanitarian

Law, London: HPG, 2000, P. 5

5 Juan Garrigues, The Responsibility to Protect: From An Ethical Principle to An Effective Policy,

FRIDE, Nov. 2007, p. 12

6David Denyer and David Tranfield, 'Using qualitative research synthesis to build an actionable

knowledge base', Journal of Management Decision, Vol. 44, No. 2, 2006, p. 221

Page 10: Makalah LKTI Al-Quran FIX

10

BAB II

PEMBAHASAN

2.1 - Krisis Kemanusiaan pada Era Kontemporer: Bentuk dan Dinamika

Didalamnya

Pada abad ke-21 ini, krisis kemanusiaan merupakan sebuah masalah yang masih belum

bisa diselesaikan secara tuntas oleh masyarakat dunia. Bentuk dari krisis kemanusiaan

yang terjadi hingga saat ini terjadi dalam beragam bentuk dan memiliki dimensi yang

sangat kompleks, karena permasalahan krisis kemanusiaan tidak hanya menyentuh

persoalan perang, namun juga bersinggungan dengan permasalahan lain, seperti

misalnya permasalahan lingkungan (perubahan iklim), permasalahan kesehatan, dan

permasalahan ekonomi.

Kombinasi dari permasalahan ini diistilahkan sebagai complex political emergencies,

dimana manusia menjadi aktor utama yang menyebabkan terjadinya krisis kemanusiaan

secara berkepanjangan. Salah satu contoh utama dari complex political emergencies

adalah konflik yang berlangsung di Somalia, dimana ketiadaan pemerintah yang kuat

dan berdaulat, sistem ekonomi yang hancur, perang sipil yang berkepanjangan, serta

terjadinya kekurangan sumberdaya yang meluas membuat kondisi di Somalia tidak bisa

ditangani dengan mudah.

Terdapat empat indikator utama ketika kita hendak melihat sebuah fenomena tersebut

sebagai krisis kemanusiaan. Pertama, krisis kemanusiaan terjadi ketika terdapat kasus

kelaparan massal yang disebabkan oleh kurangnya pasokan pangan. Kedua, adanya

perpindahan penduduk massal secara paksa dari daerah tempat tinggalnya. Ketiga,

sebagai konsekuensi dari perpindahan penduduk massal yang disebabkan oleh

kekerasan, maka akan terdapat daerah-daerah tertentu yang menjadi kantong

pengungsian yang terdapat di luar negara asal pengungsi – dan tentunya ini

menyebabkan kondisi yang kompleks di wilayah sekitar. UNHCR biasanya berperan

penting dalam mengatur masalah pengungsian ini. Keempat, krisis kemanusiaan dilihat

melalui ukuran dana yang dibutuhkan suatu wilayah untuk memperbaiki kondisi,

dimana dana ini biasanya disusun oleh UN OCHA (UN Office for the Coordination of

Page 11: Makalah LKTI Al-Quran FIX

11

Humanitarian Affairs)7

Dalam perkembangannya, krisis kemanusiaan terjadi dalam jumlah yang besar di benua

Afrika, dimana 16 dari 30 negara (51%) yang terdapat di benua tersebut mengalami

krisis kemanusiaan yang serius.8 Selanjutnya, wilayah yang mengalami krisis

kemanusiaan yang cukup serius ialah wilayah Timur Tengah, dimana setelah terjadinya

Arab Spring, dapat dilihat bahwa terdapat banyak penduduk di negara-negara seperti

Tunisia, Yaman, Libya, dan Suriah mengungsi ke negara lain untuk berlindung dari

adanya represi dari rezim otoriter. Wilayah lainnya yang mengalami krisis kemanusiaan

ialah benua Asia, dimana masih terjadi beberapa kasus perpindahan secara paksa yang

menyebabkan terjadinya pengungsian, seperti di negara Korea Utara dan Filipina.

2.2 - Masyarakat Global dalam Menghadapi Krisis Kemanusiaan

Masyarakat global sebenarnya telah memiliki beragam inisiatif dalam menghadapi

krisis kemanusiaan. Berdirinya lembaga swadaya masyarakat yang mulai bermunculan

sejak pertengahan hingga akhir abad ke-20 telah membawa dampak yang signifikan

terhadap penyelesaian krisis kemanusiaan di dunia. Inisiatif dari Persatuan Bangsa-

Bangsa (PBB) untuk mendirikan UN OCHA sebagai sebuah badan koordinasi yang

mewadahi kepentingan dari berbagai lembaga swadaya masyarakat yang melakukan

kegiatan kemanusiaan serta eksistensi dari lembaga kemanusiaan internasional lainnya,

seperti ICRC (International Committee of Red Cross) telah berperan penting dalam

mengurangi penderitaan manusia saat berlangsungnya krisis kemanusiaan, baik itu

disebabkan oleh bencana ataupun konflik bersenjata dan juga berperan penting dalam

upaya penyelesaian krisis dan rekonstruksi.

Lembaga-lembaga kemanusiaan internasional dan lembaga swadaya masyarakat bekerja

dalam tiga prinsip aksi kemanusiaan yang telah disebutkan di awal karya tulis, dimana

dalam melakukan aksi kemanusiaan, prinsip kemanusiaan, imparsialitas dan

kemanusiaan harus dijalankan secara konsekuen. Walaupun memiliki prinsip dasar

kemanusiaan, sebenarnya secara operasional lembaga swadaya masyarakat yang

7Maria Canadas Francesch et al, Alert 2010! Reports on conflict, human rights and peacebuilding,

Barcelona: Escola de Cultura de Pau, p. 112-113

8Ibid, p. 114

Page 12: Makalah LKTI Al-Quran FIX

12

bergerak dalam bidang kemanusiaan memiliki tipologi dan tradisi yang berbeda, dimana

tiga tipologi tersebut terdiri atas tipologi Wilsonian, Dunantist, dan religius.

Lembaga swadaya masyarakat yang berbasis Wilsonian akan cenderung bergerak atas

dasar kebutuhan untuk menyebarkan bantuan secara cepat, melakukan operasi dalam

jangka waktu yang singkat dan sangat bergantung dengan negara (meminta sebagian

anggaran pemerintah untuk dijadikan donor). Sebaliknya, dalam lembaga swadaya

masyarakat yang berbasis Dunanist akan cenderung bergerak atas dasar kebutuhan

untuk melakukan konstruksi kemanusiaan yang bersifat jangka panjang dan lebih

independen dari pemerintah dibandingkan Wilsonian. Sedangkan lembaga swadaya

masyarakat yang berbasis pada dasar iman dan kepercayaan melakukan operasionalnya

secara konsisten dan berlanjut di wilayah konflik dan krisis. Lembaga swadaya

masyarakat yang berbasis pada iman tidak menjadikan agenda penyebaran iman

menjadi agenda utama – meskipun dalam beberapa kasus, hal tersebut mungkin saja

terjadi. Prioritas utama dari lembaga swadaya masyarakat berbasis iman tetap untuk

membantu korban dari krisis kemanusiaan, terlepas dari apapun latar belakang dari

korban tersebut.9

Saat ini, terdapat beragam tantangan yang saat ini dihadapi oleh lembaga kemanusiaan

internasional dan lembaga swadaya masyarakat dalam menghadapi permasalahan krisis

kemanusiaan. Menurut Stoddard, setidaknya terdapat tiga persoalan utama dalam

pelaksanaan aksi kemanusiaan.10

Persoalan pertama ialah tentang keterlibatan

perusahaan dan korporasi besar dalam upaya untuk membantu pendanaan dan

rekonstruksi krisis kemanusiaan. Adanya keterlibatan korporasi ini dikhawatirkan oleh

lembaga swadaya kemanusiaan dikarenakan korporasi besar pastinya akan mencoba

untuk mencari celah untung dari sektor rekonstruksi, seperti misalnya perbaikan

bangunan, jalanan, bahkan hingga sektor vital, seperti sektor kesehatan, air bersih dan

sebagainya.

Persoalan kedua ialah tentang kontroversi mengenai peran lembaga swadaya

9Abby Stodard, 'Humanitarian NGO: Challenge and Trends' dalam Joanna Macrae dan Adele Hammer

(ed), HPG Report 14: Humanitarian Action and the global war on terror: a review of trends and issues,

p. 27

10Ibid, p. 30-35

Page 13: Makalah LKTI Al-Quran FIX

13

masyarakat dalam mengadvokasi kepentingan dari kelompok masyarakat tertentu,

seperti misalnya isu demokrasi dan HAM. Hal ini tentunya akan mempengaruhi

netralitas dari lembaga swadaya tersebut, dimana pemerintah cenderung tidak akan

menerima lembaga swadaya masyarakat yang mendukung kelompok masyarakat

tertentu. Namun, di satu sisi, lembaga swadaya masyarakat merasakan bahwa

kepentingan masyarakat yang menderita harus didahulukan dan lembaga swadaya

masyarakat harus membela kepentingan masyarakat yang mungkin saja terus-menerus

ditekan oleh pemerintah.

Ketiga adalah persoalan tentang bagaimana bantuan yang diberikan oleh lembaga

swadaya masyarakat kemudian justru membawa dan mengobarkan konflik yang serius

di masyarakat. Di beberapa wilayah yang mengalami krisis kemanusiaan, seperti di

Afghanistan, Bosnia, Mozambik, Sierra Leone dan lainnya, permasalahan mengenai

penyalahgunaan bantuan telah berujung pada konflik antar kelompok dan kepentingan.11

2.3 - Posisi Umat Islam dalam Menghadapi Krisis Kemanusiaan dalam Era

Kontemporer

Ajaran Islam memiliki sebuah landasan utama dalam upaya untuk menyikapi krisis

kemanusiaan, yakni upaya untuk saling membantu sesama manusia di masa senang

maupun sulit dan upaya untuk mewujudkan keadilan sosial di tengah-tengah

masyarakat. Intinya, Islam sangat mempromosikan ajaran tentang solidaritas sesama

manusia, sebagaimana tergambar jelas dalam sebuah hadits Nabi:

ال يؤمن أحدكم حتى يحب ألخيه ما يحب : )عن أنس بن مالك رضي هللا عنه عن النبي صلى هللا عليه وسلم قال

(لنفسه

متفق عليه

Dari Anas Bin Malik ra., Rasulullah SAW. Bersabda: Tidak beriman seseorang sampai

ia mencintai saudaranya lebih dari dirinya sendiri. (HR. Muttafaq Alaihi)

11Peter Beaumont, War zone aid fuels more conflict, 14 Januari 2007

<http://www.guardian.co.uk/society/2007/jan/14/internationalaidanddevelopment.internationalnews>, diakses pada

tanggal 4 November 2012

Page 14: Makalah LKTI Al-Quran FIX

14

Selain itu, hadits Nabi yang lainnya juga mengajarkan umat Islam untuk selalu memulai

inisiatif dalam melakukan kebaikan:

ـه : قيل . « الشمس ليس من نفس ابن آدم إال عليها صدقة فـي كل يوم طلعت فيه ومن أين لنا صدقة ! يا رسول الل

النهي عن إن أبواب الـخير لكثيرة ، التسبيح ، والتحميد ، والتكبير ، واألمر بالـمعروف و »: نتصدق بها ؟ فقال

ى حاجته ، وتسعى ر ، وتـميط األذى عن الطريق ، وتسمع األصم ، وتهدي األعمـى ، وتدل الـمستدل علـالـمنك

عي ة ذراعيك مع الض ة ساقيك مع اللهفان الـمستغيث ، وتـحمل بشد ذا كله صدقة منك على نفسك بشد ف ، فه

Dari Abu Dzar ra., Rasulullah SAW. Bersabda: Tidak ada satu pun jiwa anak keturunan

Adam melainkan ia wajib bersedekah setiap hari dari mulai matahari terbit sampai terbit

kembali.” Ditanyakan, “Wahai Rasulullah! Dari mana kami mempunyai harta untuk

kami sedekahkan?” Beliau menjawab, “Sesungguhnya pintu-pintu kebaikan sangat

banyak. Tasbîh, tahmîd, takbîr, amar ma’rûf nahi munkar, engkau menyingkirkan

gangguan dari jalan, engkau memperdengarkan kepada orang yang tuli, engkau

memberi petunjuk kepada orang yang buta, memberi petunjuk jalan kepada orang yang

meminta petunjuk untuk memenuhi kebutuhannya, berjalan dengan kekuatan kedua

betismu untuk orang kelaparan dan minta bantuan, dan memikul dengan kekuatan kedua

lenganmu untuk orang lemah. Semua itu adalah sedekah darimu untuk dirimu (HR. Ibnu

Hibban)

Dilandasi oleh adanya hadits ini, umat Islam kemudian membentuk beberapa

pergerakan dan inisiatif guna melakukan advokasi dan asistensi terhadap permasalahan

yang terjadi dalam krisis kemanusiaan sebagai sebuah pembuktian dari keimanan

mereka. Kebanyakan inisiatif tersebut telah berlangsung dalam jangka waktu yang lama

melalui keberadaan lembaga zakat, infaq, sadaqah dan wakaf (ZISWAF) yang berada

di masing-masin negara, dimana lembaga ZISWAF ini memiliki peranan penting dalam

menjalankan redistribusi kekayaan dari pihak yang mampu ke pihak yang

membutuhkan, terutama bagi mereka yang sedang berada dalam krisis kemanusiaan.

Sampai sekarang, lembaga-lembaga ZISWAF dari berbagai negara, seperti misalnya

Arab Saudi, negara-negara Teluk, Malaysia dan Indonesia secara konsisten

mendistribusikan bantuan ke

Pada akhir kurun 1990-an, mulai bermunculan lembaga-lembaga kemanusiaan Islam

yang mengikuti pola manajemen barat dalam upaya membangun struktur administrasi

Page 15: Makalah LKTI Al-Quran FIX

15

dan mekanisme pengelolaan lembaga yang lebih baik lagi. Lembaga-lembaga

kemanusiaan tersebut diantaranya adalah Islamic Relief, Muslim Aid, Aksi Cepat

Tanggap (Indonesia), dan sebagainya. Lembaga-lembaga ini biasanya beroperasi secara

spesifik, dimana mengumpulkan bantuan dari masyarakat melalui fund rising untuk

kasus/krisis kemanusiaan tertentu. Walaupun begitu, lembaga-lembaga ini masih sangat

bergantung pada keberadaan dari ZISWAF, dimana ZISWAF ini akan diinvestasikan

dalam bentuk properti atau saham yang akan dapat digunakan secara terus-menerus

untuk mendukung program asistensi kemanusiaan.12

Secara aktif, lembaga kemanusiaan

yang didirikan oleh umat Islam menjangkau banyak kawasan di dunia – terutama di

beberapa wilayah kritis, seperti Jalur Gaza, Somalia, Suriah dan lainnya. Di daerah

tersebut, lembaga kemanusiaan Islam memiliki peranan yang penting dan dipercaya

oleh seluruh pihak di wilayah tersebut, baik dari masyarakat lokal, pemerintah hingga

pemberontak, karena bergerak atas landasan keimanan yang sama.

12Mamoun Abouarqoub dan Isabel Phillips, A Brief History of Humanitarianism in the Muslim World,

Birmingham: Islamic Relief Worldwide, 2009, p.9

Page 16: Makalah LKTI Al-Quran FIX

16

BAB III

ANALISIS

3.1 – Permasalahan Penanganan Krisis Kemanusiaan dari Sudut Pandang Islam

Dalam bagian pembahasan tadi telah disebutkan beberapa persoalan utama terkait

bagaimana masyarakat global masih menghadapi beberapa permasalahan terkait krisis

kemanusiaan. Permasalahan ini terjadi pada level operasional, dimana terjadi

interpretasi yang beragam dalam memandang sebuah fenomena, sehingga terkadang

prinsip kemanusiaan yang telah digariskan dalam aksi kemanusiaan menjadi bias dan

membingungkan bagi banyak pihak. Dalam bagian ini, penulis akan secara elaboratif

membahas tentang bagaimana sebenarnya Islam memandang permasalahan yang terjadi

dalam penanganan krisis kemanusiaan serta bagaimana dilema-dilema tersebut dapat

diselesaikan guna mengakhiri penderitaan manusia.

Dalam menghadapi persoalan pertama, yakni keterlibatan korporasi dan perusahaan

besar yang akan menguasai sektor publik dalam penanganan krisis kemanusiaan, Islam

sebenarnya secara jelas menolak adanya dominasi terhadap sektor publik oleh kelompok

tertentu, terutama apabila sektor publik ini dieksploitasi pada masa-masa krisis

kemanusiaan. Pada dasarnya, sektor publik seperti masalah air, tanah dan segala

macamnya dimiliki oleh Allah SWT sebagai pencipta bumi dan langit, namun

kewenangan oleh mengelolanya diserahkan oleh manusia secara adil dan berimbang.

Sektor publik, dalam fiqh mu'amalah, merupakan sebuah sektor yang membawa

kemaslahatan dan kepentingan yang besar bagi masyarakat umum sehingga perlu

dilindungi bersama oleh masyarakat. Seperti yang telah disabdakan Rasulullah SAW

dalam sebuah hadits:

والنار ,والكالء,المسلمون شركاء في ثالث في الماء

Orang muslim berserikat pada tiga hal: air, rerumputan (ladang) dan api (energi). (HR

Ibnu Abbas)

Dalam upaya menghadapi upaya korporasi yang mulai mengadakan proyek-proyek

filantropis namun berbasis kepentingan industri, lembaga kemanusiaan Islam harus

Page 17: Makalah LKTI Al-Quran FIX

17

secara aktif mengadvokasi korporasi-korporasi tersebut supaya tidak melakukan upaya

dominasi yang dapat menambah penderitaan masyarakat. Dalam beberapa kasus,

lembaga kemanusiaan Islam berperan dalam mendekati perusahaan-perusahaan tersebut

dan pada akhirnya, perushaan-perusahaan besar kemudian mengalokasikan

dana/teknologinya secara percuma melalui lembaga kemanusiaan tersebut untuk

memperbaiki sekitar dan mengelola komoditas seperti air bersama masyarakat sekitar.

Salah satu lembaga yang secara aktif mendekat perusahaan-perusahaan tersebut melalui

program Manajemen Corporate Social Responsibility adalah lembaga Aksi Cepat

Tanggap yang berada di Indonesia .13

Dalam menghadapi persoalan kedua, yakni tentang bagaimana lembaga kemanusiaan

secara aktif dapat mengadvokasi permasalahan kemanusiaan. Dalam Islam, hal-hal yang

mendesak dan menjadi agenda penting dalam masyarakat harus diperjuangkan secara

konsisten oleh lembaga kemanusiaan tersebut. Ketika sebuah institusi pemerintahan

memang melakukan kezaliman dan pelanggaran terhadap kemanusiaan secara

konsisten, hingga program-program yang dijalankan oleh lembaga kemanusiaan

berujung pada kegagalan, maka lembaga kemanusiaan perlu mempertimbangkan opsi

advokasi terkait hak-hak masyarakat untuk dilindungi. Syaikh Yusuf Qardhawi dalam

bukunya Fiqhul Awlawiyat menyebutkan bahwa merupakan hal yang penting bagi umat

Islam – karena disebutkan dalam al-Qur'an, bahwa menegakkan keadilan dan kebenaran

merupakan prioritas utama karena itu merupakan pengejawantahan dari sifat takwa14

:

Hai orang-orang yang beriman hendaklah kamu jadi orang-orang yang selalu

13 CSR Management and Development, ACTforHumanity Website,

<http://www.actforhumanity.or.id/ind/page/4fe3a670e0dde>, diakses 4 November 2012

14 Syaikh Dr. Yusuf Al-Qardhawy, Fiqhul Awlawiyat, Kairo: Al-Maktabah al-Wahbah, 1996, p.

219

Page 18: Makalah LKTI Al-Quran FIX

18

menegakkan (kebenaran) karena Allah, menjadi saksi dengan adil. Dan janganlah

sekali-kali kebencianmu terhadap sesuatu kaum, mendorong kamu untuk berlaku tidak

adil. Berlaku adillah, karena adil itu lebih dekat kepada takwa. Dan bertakwalah kepada

Allah, sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan. (Al Maidah: 8)

Selain itu, dalam hadits Rasulullah disebutkan juga bahwa advokasi untuk mencegah

kezaliman pada masa krisis kemanusiaan menjadi agenda penting yang harus dilakukan

oleh lembaga kemanusiaan Islam:

إن من أعظم الجهاد كلمة عدل عند سلطان جائر

Sesungguhnya jihad yang paling besar adalah menegakkan kalimat adil (benar) didepan

penguasa yang zalim (HR Abu Daud)

Tentu saja, advokasi tersebut harus disampaikan secara benar dan proporsional, bukan

melalui cara-cara kekerasan yang tentunya akan menyulut kekerasan lainnya, sehingga

justru membawa kemudharatan bagi masyarakat umum.

Dalam permasalahan ketiga, yakni masalah tentang konflik yang disebabkan oleh

adanya perebutan masalah bantuan yang disebarkan oleh lembaga kemanusiaan.

Perebutan dalam konflik sendiri seringkali disebabkan oleh adanya pihak yang merasa

diuntungkan dari pembagian bantuan tersebut (hubungan antar-kelompok), atau adanya

kecenderungan koruptif dari lembaga kemanusiaan. Hal yang perlu dilakukan untuk

memperbaiki hal ini adalah bahwa lembaga kemanusiaan harus dapat konsisten terhadap

prinsip-prinsip kemanusiaan, imparsialitas, dan netralitas.Islam memandang bahwa

penyebaran bantuan ini harus disebarkan secara adil dan tidak memandang siapapun

atau latar belakang dari penerima bantuan tersebut. Karena pada dasarnya, tujuan dari

kemanusiaan Islam (Islamic humanitarianism) adalah melindungi dan memanusiakan

manusia tanpa memandang asal dari manusia tersebut dan tanpa meminta imbalan,

kecuali ridha Allah SWT.

3.2 – Islam, Aksi Kemanusiaan dan Tanggungjawab untuk Melindungi

Telah dijelaskan di bagian awal pembahasan bahwa krisis kemanusiaan sebenarnya

bermula dari sebuah kondisi yang disebut sebagai complex political emergencies.

Sebuah konflik bersenjata atau bencana alam akan bereskalasi menjadi sebuah complex

Page 19: Makalah LKTI Al-Quran FIX

19

political emergencies manakala terdapat kondisi dimana: (1) masyarakat mengalami

kemiskinan secara luas dan terjadi ketimpangan ekonomi, (2) tatakelola pemerintahan

yang buruk, (3) tidak sedianya bahan pokok pangan, (4) pelanggaran terhadap Hak

Asasi Manusia. Dalam menghadapi kondisi ini, lembaga kemanusiaan seringkali

dihadapkan oleh berbagai dilema. Dilema tersebut adalah dimana lembaga kemanusiaan

harus menghadapi pemerintahan otoriter yang berkuasa sebelum dapat menyentuh

masyarakat. Hal ini sempat disinggung pada pembahasan di subbab sebelumnya.

Seringkali, permasalahan krisis kemanusiaan tidak dapat diselesaikan karena

pemerintahan otoriter menutup akses terhadap lembaga kemanusiaan, seperti pada kasus

Myanmar dan Suriah.

Lembaga kemanusiaan internasional, dengan pengecualian ICRC, hanya dapat

membantu masyarakat secara parsial dan tidak sepenuhnya dapat membantu masyarakat

untuk keluar dari permasalahannya. Ketika terjadi hal seperti ini, krisis kemanusiaan

akan terus terjadi sepanjang waktu dan akan terus menimbulkan korban yang semakin

banyak, karena pemerintah terus melakukan aksi kezaliman dan pelanggaran hak asasi

manusia selama berlansgungnya complex political emergencies. Oleh karena itu, akhir-

akhir ini di masyarakat internasional muncul inisiatif untuk mengembangkan prinsip

R2P (Responsibility to Protect), dimana prinsip ini menekankan pada perlindungan

terhadap hak-hak asasi manusia dalam segala kondisi dan mencoba untuk

mereduksi/mengeliminasi bentuk ancaman atau tekanan terhadap hak-hak asasi tersebut.

R2P dinilai penting dalam penyelesaian krisis saat ini, karena dianggap lebih efektif

dalam menyelesaikan krisis kemanusiaan dan mengangkat penderitaan dari manusia

dalam krisis tersebut. Dalam operasionalnya, R2P menganggap dasar kemanusiaan

sebagai basis utama, bahkan lebih utama dari kedaulatan suatu negara, sehingga ketika

suatu negara tidak dapat melindungi kemanusiaan di negaranya sendiri, maka inisiatif

dari masyarakat internasional dapat menjalankan sebuah operasi untuk menerapkan

R2P. Namun, terdapat perdebatan dalam menerapkan prinsip R2P ini. Salah satu contoh

kasus yang relevan dapat dilihat di PBB, tentang bagaimana persoalan mengenai

intervensi kemanusiaan di Suriah selalu berakhir hampa, dimana blok antara AS dan

Rusia-Cina selalu berseteru terkait legalitas intervensi.

Page 20: Makalah LKTI Al-Quran FIX

20

Legalitas intervensi ini menyangkut tentang bagaimana masing-masing blok kemudian

menerjemahkan makna kedaulatan. Blok Rusia-Cina memandang bahwa kedaulatan

merupakan sebuah hal penting yang perlu dihormati oleh negara lain, terlepas

bagaimana negara tersebut memperlakukan masyarakatnya. Rusia dan Cina memandang

bahwa tindakan yang dilakukan oleh Suriah mungkin benar dalam perspektif Suriah

untuk menjaga kestabilan politik di dalamnya. Sedangkan, blok AS berpendapat bahwa

kedaulatan Suriah sudah hilang, karena tentunya Suriah sudah kehilangan legitimasi

dari rakyatnya sendiri yang disiksa.

Dalam perspektif Islam, perlindungan terhadap kemanusiaan tertulis jelas dalam sebuah

firman ilahi:

Mengapa kamu tidak mau berperang di jalan Allah dan (membela) orang-orang yang

lemah baik laki-laki, wanita-wanita maupun anak-anak yang semuanya berdoa : "Ya

Tuhan kami, keluarkanlah kami dari negeri ini (Mekkah) yang zalim penduduknya dan

berilah kami pelindung dari sisi Engkau, dan berilah kami penolong dari sisi Engkau !".

(An-Nisa:75)

Sudah jelas termaktub dalam al-Qur'an, bahwa hak-hak asasi manusia yang disiksa dan

dizalimi oleh pemerintahan otoriter harus dilindungi. Bahkan, umat Islam secara

kolektif harus melakukan upaya jihad dalam berbagai sektor, seperti melalui sektor

politik, ekonomi, hingga dalam skala tertinggi, yakni militer, untuk membebaskan

masyarakat yang tertindas dari pemerintahan yang zalim. Tentunya firman ilahi ini

snagat berhubungan dan memiliki korelasi yang erat dengan prinsip R2P yang

mementingkan inisiatif melindungi, supaya kondisi complex political emergencies dapat

secara berangsur-angsur pulih, dan pulihnya kondisi tersebut juga berdampak pada

Page 21: Makalah LKTI Al-Quran FIX

21

berhentinya krisis kemanusiaan di sebuah wilayah sehingga manusia di wilayah tersebut

dapat menjalankan kehidupannya dengan baik.

Page 22: Makalah LKTI Al-Quran FIX

22

BAB IV

KESIMPULAN

Setelah melalui pembahasan yang panjang terkait pandangan Islam dalam permasalahan

krisis kemanusiaan, penulis hendak memberikan beberapa rekomendasi terkait kepada

pihak-pihak pemangku kepentingan berdasarkan fakta yang ada serta kesimpulan terkait

makalah ini. Rekomendasi pertama, lembaga kemanusiaan Islam bersama dengan

lembaga kemanusiaan lainnya yang berbasis keimanan lain, atau lembaga kemanusiaan

berbasis sekuler hendaknya selalu melakukan koordinasi bersama dalam menyelesaikan

permasalahan kemanusiaan, dimana permasalahan krisis kemanusiaan harus

diselesaikan menurut kebutuhan masyarakat sekitar dengan prinsip adil, profesional dan

proporsional, dilakukan secara keberlanjutan dan jangka panjang, sehingga masyarakat

dapat merasakan dampak baik dari upaya rekonstruksi yang dilakukan oleh lembaga

kemanusiaan tersebut.

Kedua, lembaga kemanusiaan Islam bersama dengan lembaga kemanusiaan lainnya

harus secara aktif melakukan advokasi kepada pihak pemerintah terkait dalam upaya

untuk memulihkan complex political emergencies yang memperumit penyelesaian dari

krisis kemanusiaan, dengan menyampaikan kepentingan dari masyarakat secara

lansgung dan meminta pemerintah untuk menghormati hak asasi manusia. Jikalau

langkah ini dianggap tidak berhasil, maka dengan koordinasi bersama PBB, lembaga

kemanusiaan dapat mengajukan opsi untuk melangsungkan R2P untuk mengakhiri

penderitaan masyarakat di wilayah tersebut.

Kesimpulan dari karya tulis ilmiah ini adalah bahwa Islam merupakan agama yang

mendasarkan ajarannya atas dasar solidaritas membantu sesama manusia dan

menegakkan keadilan demi tegaknya dunia yang diridhai oleh Allah SWT. Krisis

kemanusiaan yang merupakan salah satu bagian dari dinamika sejarah manusia

merupakan permasalahan yang menjadi tanggungjawab manusia sebagai khalifah fil-

ardh untuk diselesaikan menurut firman Allah SWT dalam al-Qur'an dan Sunnah Nabi

SAW.

Page 23: Makalah LKTI Al-Quran FIX

23

DAFTAR PUSTAKA

Sumber Bacaan dan Buku

Abby Stodard, 'Humanitarian NGO: Challenge and Trends' dalam Joanna Macrae dan

Adele Hammer (ed), HPG Report 14: Humanitarian Action and the global war on

terror: a review of trends and issues, p. 27

David Denyer and David Tranfield, 'Using qualitative research synthesis to build an

actionable knowledge base', Journal of Management Decision, Vol. 44, No. 2, 2006, p.

221

Francis Fukuyama, The End of History and the Last Man, New York: The Free Press,

1992

Juan Garrigues, The Responsibility to Protect: From An Ethical Principle to An

Effective Policy, FRIDE, Nov. 2007

Kate Mackintosh, HPG Report: The Principles of Humanitarian Action in

International Humanitarian Law, London: HPG, 2000

Mamoun Abouarqoub dan Isabel Phillips, A Brief History of Humanitarianism in the

Muslim World, Birmingham: Islamic Relief Worldwide, 2009

Maria Canadas Francesch et al, Alert 2010! Reports on conflict, human rights and

peacebuilding, Barcelona: Escola de Cultura de Pau

Syaikh Dr. Yusuf Al-Qardhawy, Fiqhul Awlawiyat, Kairo: Al-Maktabah al-Wahbah,

1996

Sumber Website

CSR Management and Development, ACTforHumanity Website,

<http://www.actforhumanity.or.id/ind/page/4fe3a670e0dde>, diakses 4 November 2012

Peter Beaumont, War zone aid fuels more conflict, 14 Januari 2007

<http://www.guardian.co.uk/society/2007/jan/14/internationalaidanddevelopment.internationaln

ews>, diakses pada tanggal 4 November 2012

Page 24: Makalah LKTI Al-Quran FIX

24

ReliefWeb, Glossary of Humanitarian Terms, <http://www.who.int/hac/about/reliefweb-

aug2008.pdf>, diakses pada 3 November 2012

CSP Conflict Trend, Figure 6, <http://www.systemicpeace.org/CTfig06.htm>, diakses

tanggal 3 November 2012