LK Fraktur
-
Upload
dian-putra-pepi-lepsi -
Category
Documents
-
view
268 -
download
9
Transcript of LK Fraktur
PENDAHULUAN
Fraktur adalah pemisahan atau patahnya tulang. Fraktur adalah
terputusnya kontinuitas tulang normal yang terjadi ketika adanya tekanan yang
berlebihan dari yang dapat terserap oleh tulang (Ignatavisius dan Bayne, 1991).
Fraktur adalah terputusnya kontinuitas tulang yang dapat terjadi pada semua
bagian tubuh dan semua umur (Lukman, dan Joensen, 1993). Fraktur (patah
tulang) adalah terputusnya kontinuitas jaringan tulang dan atau tulang rawan yang
umumnya disebabkan oleh rudapaksa (Arief Mansyoer, 2000).
Dari pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa fraktur femur sinistra adalah
terputusnya kontinuitas tulang yang terjadi pada bagian paha kiri dan dapat terjadi
pada semua umur.
ETIOLOGI
Penyebab terjadinya fraktur antara lain :1,2
1. Trauma Trauma Tumpul Trauma Benda Tajam
2. Faktor Patologis Osteoporosis Kanker
KLASIFIKASI
Berdasarkan keberadaan luka:1,2
1. Fraktur Tertutup (Closed) Bila tidak ada hubungan antara fragmen tulang
dengan dunia luar.
2. Fraktur terbuka (Open / Compound) Bila terdapat hubungan antara fragmen
tulang dengan dunia luar karena adanya perlukaan dikulit.
Fraktur terbuka dibagi menjadi 3 derajat yaitu :
Derajat I : Luka < 1 cm. Kerusakan jaringan lunak sedikit, tak ada tanda luka
remuk Fraktur sederhana, transversal, oblig atau komunitif ringan Kontaminasi
minimal
Derajat II : Luka > 1 cm Kerusakan jaringan lunak, tidak luas, flap / avulasi
Fraktur komunitif sedang Kontaminasi sedang
Derajat III : Terjadi kerusakan jaringan lunak yang luas, meliputi struktur kulit,
otot, dan meuromuskuler serta kontaminasi derajat tinggi.
1
Fraktur derajat III terdiri atas :
1. Jaringan lunak yang menutupi fraktur tulang adekuat, meskipun terdapat
laserasi luas / flap / avulasi atau fraktur segmental / sangat komunitif yang
disebabkan oleh trauma berenergi tinggi tanpa melihat besarnya ukuran luka.
2. Kehilangan jaringan lunak dengan fraktur tulang yang terpapar atau
kontaminasi masif.
3. Luka pada pembuluh arteri / syaraf perifer yang harus diperbaiki tanpa melihat
kerusakan jaringan lunak.
Berdasarkan bentuk fraktur (Long, 1996) :
1. Fraktur incomplete : Pemisahan in komplit dari tulang tanpa pemisahan.
2. Fraktur complete : Pemisahan komplit dari tulang menjadi fragmen.
3. Simpe dan close fraktur : Tulang patah tapi kulit utuh.
4. Fraktur complicate : tulang yang patah merusak kulit dan tulang terlihat.
5. Fraktur tanpa perubahan posisi.
6. Fraktur dengan perubahan posisi.
7. Communited fraktura : Tulang patah menjadi beberapa fragmen.
8. Impacted fraktura.
Berdasarkan garis fraktur :
1. Green Stick : Retak pada sebelah sisi tulang.
2. Transverse : Patah menyilang.
3. Oblique : Garis patah miring.
4. Spiral : Patah tulang melingkar tulang.
MANIFESTASI KLINIS
1. Fraktur Batang Femur Daerah paha yang patah tulangnya sangat membengkak.
Ditemukan tanda functiolaesa, nyeri tekan, dan nyeri gerak. Tampak adanya
deformitas angulasi ke lateral atau angulasi inferior, endo / eksorotasi. Ditemukan
adanya perpendekan tungkai bawah. Pada fraktur 1/3 tengah femur. Saat
pemeriksaan harus diperhatikan pula kemungkinan adanya dislokasi sendi
panggul dan robeknya ligamentum didaerah lutut. Selain itu periksa juga keadaan
nervus siatika dan arteri dorsalis pedis.3,4
2
2. Fraktur Kolom Femur Pada pasien muda biasanya mempunyai riwayat
kecelakaan berat. Sedangkan pasien tua biasanya hanya riwayat trauma ringan,
misalnya terpeleset. Pasien tidak dapat berdiri karena sakit pada panggul. Posisi
panggul dalam keadaan fleksi dan endorotasi. Tungkai yang cedera dalam posisi
abduksi, fleksi dan eksorotasi, kadang juga terjadi pemendekan. Pada palpasi
sering ditemukan adanya hematoma dipanggul. Pada tipe impaksi biasanya pasien
masih bisa berjalan disertai sakit yang tidak begitu hebat. Tungkai masih tetap
dalam posisi netral. 3,4
PEMERIKSAAN PENUNJANG
1. Pemeriksaan Rontgen
2. Scan tulang, fotograf, CT Scan / MRI
3. Arteriogram
4. Hitung darah lengkap
5. Kreatinin
6. Profil Koagulasi
PENATALAKSANAAN
Pada fraktur femur tertutup untuk sementara dilakukan traksi kulit dengan metode
ekstensi buck, atau didahului pemakaian thomas splint, tungkai di traksi dalam
keadaan ekstensi. Tujuan traksi kulit tersebut untuk mengurangi rasa sakit dan
mencegah kerusakan jaringan lunak lebih lanjut disekitar daerah yang patah.
Setelah dilakukan traksi kulit dapat dipilih pengobatan non operatif atau operatif.
Fraktur batang femur pada anak-anak umumnya dengan terapi non operatif,
karena akan mengambung baik, perpendekan < 2 cm masih dapat diterima karena
dikemudian hari akan sama panjangnya dengan tungkai yang normal. Hal ini
dimungkinkan karena adanya proses remodeling pada anak-anak.5
1. Pengobatan Non Operatif Dilakukan traksi skeletal
2. Operatif Indikasi operasi antara lain : Penanggulangan non operatif gagal
Fraktur nultipel Robeknya arteri pulmonalis Fraktur Patologik Fraktur pada
orang-orang tua. Pada fraktur femur 1/3 tengah sangat baik untuk dipasang
3
intramedullary nail. Operasi dapat dilakukan dengan cara terbuka atau cara
tertutup. Cara terbuka yaitu dengan menyayat kulit facia sampai ke tulang yang
patah. Pen dipasang secara retrograd. Cara intrlocking nail dilakukan tanpa
menyayat didaerah yang patah. Pen dimasukan melalui ujung trokanter mayor
dengan bantuan image intersifer. Tulang dapat direposisi dan pen dapat masuk
kedalam bagian fragmen bagian distal melalui guide tube. Keuntungan cara ini
tidak menimbulkan bekas sayatan lebar dan perdarahan terbatas. Konservatif
dengan traksi kulit selama 3 minggu dilanjutkan latihan jalan dengan tingkat atau
operasi prestesis austin moore hemi artro plasti4,5
KOMPLIKASI
Komplikasi dini dari fraktur ini dapat terjadi syok dan emboli lemak, sedangkan
komplikasi lambat yang dapat terjadi delayed union, non union, kekakuan sendi
lutut, infeksi dan gangguan syaraf perifer akibat traksi yang berlebihan.
Berdasarkan dari uraian latar belakang diatas, maka pada laporan kasus ini
akan lebih banyak dibahas mengenai Fraktur femur 1/3 Proximal, sehingga dapat
memberikan informasi dan menambah pengetahuan yang benar kepada
pasien,keluarga maupun masyarakat.
4
KASUS
1. IDENTITAS PASIEN
Nama : Tn. I
Umur : 23 tahun
Agama : Islam
Alamat : Ungaran
Pekerjaan : Mahasiswa
Status perkawinan : Belum Kawin
Biaya Pegobatan : Ditanggung orang tua
No.RM : 000017823
Hari/tgl masuk : Selasa, 24 Juli 2012
2. ANAMNESIS
Anamnesis dilakukan hari Selasa tanggal 24 Juli 2012 pukul 13.00 WIB
secara autoanamnesis.
a. Keluhan utama : Kaki kiri susah digerakkan karena nyeri
b. Riwayat Perjalanan Penyakit :
4 hari yang lalu pasien jatuh terpeleset dari atas motor setelah
berboncengan tiga dengan rekan pasien dan jatuh kearah kiri,
dengan pasien tertimpa motor.
Pasien langsung dilarikan ke rumah sakit oleh warga dengan
kondisi kaki kiri nyeri dan susah digerakkan, mual muntah (-),
pusing (-), kesadaran compos mentis, terlihat deformitas, dan
angulasi,
c. R iwayat Penyakit Dahulu:
Riwayat Alergi Obat : disangkal
Riwayat Hipertensi : disangkal
Riwayat DM : disangkal
Riwayat Patah Tulang : disangkal
5
d. Riwayat Penyakit Keluarga :
Riwayat Osteoporosis : disangkal
Riwayat Hipertensi : disangkal
Riwayat Penyakit Jantung : tidak tahu
Riwayat DM : disangkal
e. Riwayat Pribadi :
Pasien tidak minum minuman beralkohol, dan tidak merokok.
f. Riwayat Sosial Ekonomi :
Pekerjaan pasien Mahasiswa. Jumlah anggota keluarga 4 orang terdiri
dari 2 orang tua pasien, pasien dan adik pasien. Dan yang bekerja
orang tua pasien. Biaya pengobatan ditanggung orang tua. Kesan
sosial ekonomi cukup.
3. PEMERIKSAAN FISIK
Pemeriksaan fisik dilakukan pada tanggal 24 Juli 2012 Pukul 13.00 WIB
Keadaan umum : Sadar, tampak menahan sakit
Kesadaran : compos mentis
Vital sign
TD : 110/80 mmHg
Nadi : 80 x/menit (regular, isi dan tegangan cukup)
RR : 20 x/menit (reguler)
Suhu : 370 C (axilla)
6
Status Internus
Kepala : kesan : mesocephal, rambut hitam
Mata : konjungtiva anemis (-/-)
sklera ikterik (-/-)
pupil isokor 3 mm
Hidung : bentuk normal
tidak terdapat nafas cuping hidung
tidak terdapat nyeri tekan
tidak terdapat septum deviasi
konka: tidak ada tanda hiperemis
tidak terdapat deformitas
Telinga : bentuk normal
Tidak terdapat nyeri tekan tragus dextra/sinistra
Tidak terdapat serumen dextra sinistra
Tidak terdapat nyeri tekan tragus dextra/sinistra
Tidak terdapat nyeri tekan mastoid dextra/sinistra
membran timpani intak dextra/sinistra.
Mulut : tidak terdapat sianosis
Tidak terdapat lidah kotor
uvula tampak simetris
tonsil tidak ada pembesaran
Leher : warna sama dengan kulit sekitar
bentuk simetris
tidak terdapat nyeri tekan trakea
tidak terdapat pembesaran limfonodi
tidak terdapat pembesaran kelenjar tiroid
7
Thorax :
Paru
Dextra SinistraDepan 1. Inspeksi
Bentuk dada Hemitorak
2. Palpasi Stem fremitusNyeri tekan Pelebaran ICS
3. Perkusi
4. Auskultasi Suara dasarSuara tambahan
dalam batas normalSimetris
(+ normal)(-)(-)
Sonor di seluruh lapang paru
Vesikuler(-)
dalam batas normal Simetris
(+ normal)(-)(-)
Sonor diseluruh lapang paru
Vesikuler(-)
Belakang 1. Inspeksi
Bentuk dada Hemitorak
2. Palpasi Stem fremitusNyeri tekanPelebaran ICS
3. Perkusi 4. Auskultasi
Suara dasarSuara tambahan
DatarSimetris
(+ normal)(-)(-)
Pekak di seluruh lapang paru
Vesikuler(-)
DatarSimetris
(+ normal)(-)(-)
Pekak di seluruh lapang paru
Vesikuler(-)
Tampak anterior paru Tampak posterior paru
Jantung
Inspeksi : ictus cordis tidak tampak ,
Palpasi : ictus cordis tidak kuat angkat (-), thrill (-), pulsus
epigastrium (-), pulsus parasternal (-), sternal lift (-)
Perkusi : batas atas : ICS II lin.parasternal sin.
pinggang jantung : ICS III parasternal kiri
batas kanan bawah : ICS V lin.sternalis dextra;
8
kiri bawah : ICS V 1-2 cm area medial linea
midclavicula sinistra
configurasi jantung (dalam batas normal)
Auskultasi : reguler
Suara jantung murni: SI,SII (normal)
Suara jantung tambahan gallop (-), murmur (-) SIII (-),
SIV (-)
Abdomen
Inspeksi : Venectasi (-)
Caput medusa (-)
Permukaan datar
Warna sama seperti kulit di sekitar
Auskultasi : Bising usus (dalam batas normal)
Succusion splash (-)
Palpasi : terdapat nyeri tekan daerah supra pubis
tes undulasi (-)
Hepar tidak teraba
tidak terdapat defance musculare
lien tidak teraba
ginjal tidak teraba
Perkusi : timpani seluruh regio abdomen
Tidak terdapat nyeri ketok ginjal dextra/sinistra
Ektremitas
Superior InferiorAkral dingin Oedem SianosisCapillary refill timeGerak Reflex fisiologisReflex patologis
-/--/--/-
< 2 detikDalam batas normal
+/+-/-
-/--/+-/-
< 2 detikTerbatas di kaki kiri
+/+-/-
9
Status Lokalis
Inspeksi : warna kulit seperti warna sekitar
Terlihat Deformitas
Tampak Angulasi
Gerak ekstremitas terbatas
Oedem (+)
Palpasi : Sensibilitas normal
Nyeri tekan (+), makin nyeri di 1/3 proximal
Nyeri sumbu (+)
Pulsasi arteri distal (+)
Power +5 / +2
Gerak aktif ekstremitas terbatas pada kaki kiri
Gerak Pasif terbatas pada kaki kiri
Pengukuran Tungkai
Panjang Klinis : Kanan 88cm / kiri 80cm
Panjang Anatomis : Kanan 78cm / kiri 73cm
∆ Bryant : Kanan Normal / kiri tidak jelas
Pemeriksaan Penunjang
Foto X-rontgen Os.Femur dextra sinistra AP/Lateral
10
RESUME
Tn. I, Laki-laki umur 60 tahun datang ke IGD dengan keluhan Sukar kencing.
RPS : 3 bulan lalu pasien pertama kali merasakan sukar kencing, tidak tuntas, dan
menetes, demam (-). 1 bulan yang lalu pasien merasakan nyeri di perut bagian
bawah. 4 hari yang lalu, pasien merasa keluhan dirasa makin berat, dan pasien
memutuskan berobat ke puskesmas, oleh puskesmas pasien diberi obat penghilang
nyeri dan dipasang kateter ukuran 16. Saat priksa ke dokter, pasien datang dengan
keluhan masih sukar berkemih dan alat kateter terpasang dengan urin yang
terdapat pada urin bag sebanyak 50 ml, terkumpul sejak pagi sebelum berobat ke
IGD.
RPD : semua riwayat penyakit dahulu yang ditanyakan disangkal
RPK : semua riwayat penyakit keluarga yang ditanyakan disangkal Riwayat sosial
ekonomi : Pekerjaan pasien swasta. Jumlah anggota keluarga 6 orang terdiri dari
pasien, istri dan 4 anak. Dan yang bekerja 4 orang yaitu pasien sendiri dan 3 anak
pasien. Biaya pengobatan ditanggung sendiri non Jamkesmas. Kesan sosial
ekonomi kurang.
Pemeriksaan Fisik :
Nyeri tekan supra pubis (+), Urin yang terkumpul pada urin bag sebanyak 50 ml
dari pagi sebelum pasien berobat, urin tidak lancar (menetes), pada pemeriksaan
Rectal Toucher : Sulcus Medianus teraba, diameter latero-lateral 4cm, Polus
Cranialis tidak teraba.
Pemeriksaan Penunjang
Belum dilakukan pemeriksaan penunjang oleh pasien ataupun oleh puskesmas
tempat pasien berobat.
11
DAFTAR MASALAH
12
Deformitas (+)
Nyeri tekan (+)
Panjang Klinis yang berbeda kanan & kiri
∆ Bryant pada kaki kiri tidak jelas
Angulasi (+)
Nyeri Sumbu (+)
Panjang Anatomis berbeda kanan dan kiri
13
ASSESSMENT
No Masalah Aktif Masalah Pasif1 Observasi Fraktur os. femur
INITIAL PLAN
1. Observasi fraktur os.femur
Diagnosis Subjektif : Fraktur Os.Femur sinistra
Diagnosis objektif
Pemeriksaan penunjang yang disarankan :
X-foto rontgen femur dextra sinistra AP/Lateral (ulang)
X-foto Pelvis
Penatalaksanaan
Non medikamentosa:
Imobilisasi kaki kiri.
Tirah Baring
Vitamin dan Kalsium
Konsul Bedah Orthopedi / Bedah Umum
Medikamentosa :
Asam Mefenamat 500mg, 3 kali sehari
Antibiotik untuk profilaksis penyakit infeksi
Operatif :
Metal-Mesh
Bone Impaction Grafting
Monitoring :
Monitoring Keadaan umum
Monitoring Vital Sign
Monitoring Power dan Movement Kaki kiri.
Edukasi
14
Mengikuti program fisiotherapy
Mengonsumsi makanan tinggi kalsium
Melatih gerak aktif agar otot tidak atrofi
Banyak konsumsi sayur dan buah yang memiliki kandungan anti
oksidan yang tinggi
Prognosis
Quo ad vitam : dubia ad bonam
Quo ad sanam : dubia ad bonam
Quo ad fungsionam : dubia ad bonam
15
PEMBAHASAN
Fraktur adalah terputusnya kontinuitas tulang normal yang terjadi ketika
adanya tekanan yang berlebihan dari yang dapat terserap oleh tulang. Fraktur ini
dapat terjadi karena beberepa hal seperti trauma baik benda tumpul ataupun benda
tajam serta karena kelainan seperti osteoporosis ataupun kanker. Pada kasus ini
seorang pasien umur 23 tahun mengalami fraktur os. Femur karena trauma yang
dialami akibat kecelakaan lalulintas.
Fraktur dibagi dalam 2 jenis menurut luka yang dialami yaitu fraktur
tertutp serta fraktur terbuka. Fraktur terbuka dibagi dalam beberapa stadium
dilihat dari luka dan kerusakan yang terjadi pada jaringan sekitar . Selain itu,
berdasarkan garis fraktur, frkatur dibagi menjadi:
1. Green Stick : Retak pada sebelah sisi tulang.
2. Transverse : Patah menyilang.
3. Oblique : Garis patah miring.
4. Spiral : Patah tulang melingkar tulang.
Beberapa tanda – tanda adanya fraktur pada seseorang adalah penurunan
fungsi organ / bagian tubuh yang mengalami fraktur, adanya deformitas, angulasi,
nyeri tekan serta nyeri gerak, krepitasi, nyeri sumbu, dan pada beberapa kasus
dapat terjadi pembengkakan akibat adanya perdarahan. Pada kasus ini pasien
mengeluh kaki kiri sakit saat digerakan setelah terjatuh dari sepedamotor. Saat
dilakukan pemeriksaan fisik dijumpai adanya pembengkakan pada tungkai atas
kaki kiri, deformitas (+), angulasi (+), nyeri sumbu (+), nyeri tekan yang
dirasakan semakin nyeri di bagian 1/3 proksimal tungkai atas. Pada pengukuran
panjang anatomis dan klinis didapatkan adanya pemendekan pada kaki kiri pasien.
Penatalaksanaan pasien ini secara non medika mentosa adalah Imobilisasi
kaki kiri tirah baring, pemberian Vitamin D dan Kalsium, Konsul Bedah Orthoped
/ Bedah Umum. Untuk medikamentosa diberikan Asam Mefenamat 500mg, 3 kali
sehari serta Antibiotik untuk profilaksis penyakit infeksi. Selanjutnya pasien
dikonsultasikan dengan dokter Bedah Umum atau Bedah Orthopedi untuk
mendapatkan terapi operatif yang sesuai.
16
DAFTAR PUSTAKA
1. Sjamsuhidajat, R. dan de Jong, Wim (Editor). 2005. Buku Ajar Ilmu Bedah Edisi 2. Jakarta: EGC.
2. Djoko Simbardjo. Fraktur Batang Femur. Dalam: Kumpulan Kuliah Ilmu Bedah, Bagian Bedah FKUI.
3. Dandy DJ. Essential Orthopaedics and Trauma. Edinburg, London, Melborue, New York: ChurchillLivingstone, 1989.
4. Salter/ Textbook of Disorders and injuries of the Musculoskeletal System. 2nd ed. Baltimore/London:Willians & Wilkins, 1983.
5. Rosenthal RE. Fracture and Dislocation of the Lower Extremity. In: Early Care of the Injured Patient, edIV. Toronto, Philadelphia: B.C. Decker, 1990
17