Liken Simpleks Kronis

7
Liken Simpleks Kronis Pendahuluan 1,2,3 Liken simplek kronik dikenal juga dengan neurodermatitis sirkumskripta, atau Liken Vidal. Liken simplek kronik adalah peradangan kulit kronis, disertai rasa gatal, sirkumskrip, yang khas ditandai dengan kulit yang tebal dan likenifikasi. Likenifikasi pada kasus ini terjadi akubat garukan atau gosokan yang berulang-ulang, karena berbagai rangsangan pruritogenik. Keluhan dan gejala dapat muncul dalam waktu hitungan minggu hingga bertahun-tahun. Liken simplek kronik merupakan penyakit yang sering ditemui pada masyarakat umum terutama pada usia dewasa, dan puncak insidennya antara 30-50 tahun. Keluhan utama yang dirasakan pasien dapat berupa gatal yang bersifat paroksismal, dan dirasakan pasien terutama jika tidak beraktivitas. Lesi yang timbul dapat muncul hanya pada satu tempat, tetapi dapat juga dijumpai pada beberapa tempat. Epidemiologi 4,5 Dikatakan bahwa 12% dari populasi orang dewasa dengan keluhan kulit gatal menderita liken simplek kronik. Tidak ada kematian akibat liken simplek kronik. Liken simplek kronik tidak memandang ras dalam penyebarannya. Diketahui bahwa insiden terjadi lebih sering pada wanita daripada pria. Penyakit ini sering muncul pada usia dewasa, terutama usia 30 hingga 50 tahun. Pasien dengan koeksistensi dermatitis atopi cenderung memiliki onset umur yang

description

LSK

Transcript of Liken Simpleks Kronis

Liken Simpleks KronisPendahuluan1,2,3Liken simplek kronik dikenal juga dengan neurodermatitis sirkumskripta, atau Liken Vidal. Liken simplek kronik adalah peradangan kulit kronis, disertai rasa gatal, sirkumskrip, yang khas ditandai dengan kulit yang tebal dan likenifikasi. Likenifikasi pada kasus ini terjadi akubat garukan atau gosokan yang berulang-ulang, karena berbagai rangsangan pruritogenik. Keluhan dan gejala dapat muncul dalam waktu hitungan minggu hingga bertahun-tahun. Liken simplek kronik merupakan penyakit yang sering ditemui pada masyarakat umum terutama pada usia dewasa, dan puncak insidennya antara 30-50 tahun. Keluhan utama yang dirasakan pasien dapat berupa gatal yang bersifat paroksismal, dan dirasakan pasien terutama jika tidak beraktivitas. Lesi yang timbul dapat muncul hanya pada satu tempat, tetapi dapat juga dijumpai pada beberapa tempat.

Epidemiologi4,5Dikatakan bahwa 12% dari populasi orang dewasa dengan keluhan kulit gatal menderita liken simplek kronik. Tidak ada kematian akibat liken simplek kronik. Liken simplek kronik tidak memandang ras dalam penyebarannya. Diketahui bahwa insiden terjadi lebih sering pada wanita daripada pria. Penyakit ini sering muncul pada usia dewasa, terutama usia 30 hingga 50 tahun. Pasien dengan koeksistensi dermatitis atopi cenderung memiliki onset umur yang lebih muda (rata-rata 19 tahun) dibandingkan dengan pasien tanpa atopi (rata-rata 48 tahun).

Etiopatogenesis1,2,5,6Etiologi pasti liken simplek kronik belum diketahui, namun pruritus memainkan peran sentral dalam timbulnya pola reaksi kulit berupa likenifikasi dan prurigo nodularis. Pruritus sendiri dapat muncul sebagai gejala dari penyakit lainnya yang mendasari seperti gagal ginjal kronis, obstruksi saluran empedu, limfoma Hodgkin, hipertiroidisme, hipotiroidisme, AIDS, hepaitis B dan C, dermatitis atopik, dermatitis kontak, serta gigitan serangga. Faktor psikologi diasosiasikan dengan liken simpleks kronis, namun belum jelas apakah faktor emosional timbul sekunder terhadap penyakit ini atau primer dan kausatif. Faktor lingkungan yang dapat mempengaruhi gatal antara lain panas, keringat, dan iritasi. Gatal sendiri timbul akibat adanya pelepasan mediator inflamasi dan aktivitas enzim proteolitik. Keadaan ini menimbulkan adanya proses inflamasi pada kulit, yang menyebabkan penderita sering menggaruk lesi yang terbentuk. Proses inflamasi yang berkepanjangan akan menyebabkan penebalan kulit, dimana penebalan kulit ini sendiri menimbulkan rasa gatal, sehingga merangsang penggarukkan yang akan semakin mempertebal kulit. Beberapa jenis kulit lebih rentan mengalami likenifikasi. Contohnya adalah kulit yang cenderung ekzematosa, seperti dermatitis atopi dan diathesis atopi.

Gejala Klinis1,3,5,6Penderita penyakit ini akan mengeluh rasa gatal yang sangat mengganggu aktivitas, dan dirasakan terutama ketika penderita tidak sedang beraktivitas. Rasa gatal akan berkurang bila digaruk, dan penderita akan berhenti menggaruk bila sudah timbul luka, akibat tergantikannya rasa gatal dengan rasa nyeri.

Lesi yang muncul biasanya tunggal, bermula sebagai plak eritematosa, sedikit edematosa. Lambat laun edema dan eritema akan menghilang, lalu muncul skuama pada bagian tengah dan menebal. Likenifikasi, ekskoriasi, dengan sekeliling yang hiperpigmentasi, muncul seiring dengan menebalnya kulit, dan batas menjadi tidak tegas. Gambaran klinis juga dipengaruhi oleh lokasi dan lamanya lesi. Lesi dapat timbul dimana saja, namun tempat yang sering adalah di tengkuk, leher, dengan bagian ekstensor, pubis, vulva, skrotum, peri-anal, paha bagian medial, lutut, tungkai bawah lateral, pergelangan kaki bagian depan, dan punggung kaki. Skuama pada penyakit ini dapat menyerupai skuama pada psoriasis. Variasi klinis dari liken simplek kronik dapat berupa prurigo nodularis, akibat garukan atau korekan tangan penderita yang berulang-ulang pada suatu tempat. Lesi berupa nodus berbentuk kubah, permukaan mengalami erosi tertutup krusta dan skuama, yang lambat laun akan menjadi keras dan berwarna lebih gelak. Lesi biasanya multiple, dan tempat predileksi di ekstrimitas, dengan ukuran lesi beberapa millimeter hingga 2 cm.

Histopatologi1,5,6Gambaran histopatologik liken simplek kronik berupa ortokeratosis, hipergranulosis, akantosis dengan rete ridges memanjang teratur. Bersebukan sel radang limfosit dan histiosit di sekitar pembuluh darah dermis bagian atas, fibroblast bertambah, kolagen menebal. Pada prurigo nodularis, akantosis pada bagian tengah lebih tebal, menonjol lebih tinggi dari permukaan, sel Schwann berproliferasi, dab terlihat hiperplasi neural. Kadang terlihat krusta yang menutup sebagian epidermis.

Diagnosis1,2Diagnosis neurodermatitis sirkumskripta didasarkan gambaran klinis. Diagnosis banding yang dapat timbul adalah penyakit kulit lain yang memberikan gejala pruritus, misalnya liken planus, liken amiloidosis, psoriasis, dan dermatitis atopik.

Tatalaksana1,5Perlu dijelaskan kepada pasien untuk sebisa mungkin menghindari menggaruk lesi larena garukan akan memperburuk penyakitnya. Lingkaran setan dari gatal-garuk likenifikasi harus dihentikan. Untuk mengurangi rasa gatal dapat diberikan:a. Antihistamin dengan efek sedatif, contohnya hidroksizin, difenhidramin, prometazin. Antihistamin topikal yang dapat diberikan yaitu krim doxepin 5% jangka pendek (maksimal 8 hari)b. Kortikosteroid potensi kuat, bila perlu dengan oklusi. Kortikosteroid memiliki efek anti inflamasi, anti alergi, anti pruritus, anti mitotik, serta vasokonstriktor. Contoh kortikosteroid topikal super poten (golongan I) yaitu betamethasone dipropionate 0.05% serta clobetasol propionate 0.05%. Contoh kortikosteroid potensi tinggi (golongan II) yaitu mometasone furoate 0.01%, desoximetasone 0.05%. Kortikosteroid topikal dipakai 2-3 kali sehari, tidak lebih dari 2 minggu untuk potensi kuat. Apabila tidak berhasil, diberikan secara suntikan intralesi 1 mg, contohnya triamsinolon asetonid.c. UVB (Ultraviolet B) atau PUVA (Psoralen Ultraviolet A)

Prognosis1,5Penyakit ini bersifat kronik dengan persistensi dan rekurensi lesi. Eksaserbasi dapat terjadi sebagai respon stres emosional. Prognosis bergantung pada penyebab pruritus (penyakit yang mendasari) dan status psikologik penderita.

2. Dermatitis Numularis1,7Dermatitis numularis adalah dermatitis yang berupa lesi berbentuk mata uang atau agak lonjong yang berbatas tegas dengan efloresensi berupa papulovesikel dan biasanya mudah pecah sehingga basah (oozing). Nama lainnya adalah ekzem numular, ekzem diskoid, dan neurodermatitis numular.

EpidemiologiDermatitis numularis merupakan gangguan pada orang dewasa yang lebih sering pada pria dibandingkan wanita. Usia puncak awitan pada kedua jenis kelamin adalah 55-65 tahun sedangkan usia puncak untuk wanita terjadi juga pada 15-25 tahun.

EtiopatogenesisPenyebab dermatitis numularis masih tidak diketahui dan banyak faktor yang berperan. Diduga terdapat peranan stafilokokus dan mikrokokus mengingat jumlah koloni yang meningkat meskipun tanda infeksi tidak tampak dan mungkin juga melalui mekanisme hipersensitivitas.

Selain itu, dermatitis kontak juga mungkin memegang peranan. Trauma fisis dan kimiawi juga dapat berperan atau dapat juga pada cedera lama atau jaringan parut. Selain itu, stres emosional dan minuman beralkohol dapat mempengaruhi munculnya dermatitis numularis. Lingkungan dengan kelembaban rendah serta kulit penderita dermatitis numularis yang cenderung kering diduga mempengaruhi timbulnya dermatitis numularis. Pada orang dewasa, dermatitis numularis tidak berhubungan dengan gangguan atopi.

Gambaran klinisKeluhan pada penderita adalah rasa gatal yang hebat. Lesi akutnya berupa vesikel dan papulovesikel yang membesar dan meluas dengan cara berkonfluensi atau meluas ke samping membentuk satu lesi karaktersitik seperti uang logam, eritematosa, sedikit edematosa, dan berbatas tegas. Vesikel pecah dapat terjadi eksudasi dan mengering sampai muncul krusta kekuningan. Penyembuhan dimulai dari tengah sehingga terkesan menyerupai lesi dermatomikosis. Pada lesi yang lama berupa likenifikasi dan skuama.

Jumlah lesi bervariasi dari satu sampai banyak tersebar, bilateral, dan simetris. Ukuran juga bervariasi mulai miliar dan numular bahkan sampai plakat. Tempat predileksi di tungkai bawah, badan, lengan, dan punggung.

DiagnosisDiagnosis dermatitis numularis didasarkan atas gambaran klinis.

Tata LaksanaTata laksana dimulai dengan mencari penyebab atau faktor yang memprovokasi. Bila kulit kering dapat diberikan pelembab. Lesi eksudatif dapat dilakukan kompres terbuka dengan larutan permanganas kalikus 1:10.000. Secara topikal lesi dapat diberikan obat antiinflamasi, seperti preparat ter, glukokortikoid, takrolimus, atau pimekrolimus. Kortikosteroid sistemik hanya diberikan pada kasus yang berat dan berulang dan diberikan dalam jangka waktu pendek. Pruritus dapat diobati dengan antihistamin golongan H1.