Lika-Liku Transfer Pricing, Mengendus Penghindaran Pajak Melalui Manipulasi Transfer Pricing (Bag.I...
Transcript of Lika-Liku Transfer Pricing, Mengendus Penghindaran Pajak Melalui Manipulasi Transfer Pricing (Bag.I...
-
7/30/2019 Lika-Liku Transfer Pricing, Mengendus Penghindaran Pajak Melalui Manipulasi Transfer Pricing (Bag.I Teori)
1/7
Lika-Liku Transfer Pricing, Mengendus
Penghindaran Pajak Melalui Manipulasi
Transfer Pricing (Bag.I Teori)
Sebenarnya Direktorat Jenderal Pajak sangat menyadari praktik
penghindaran pajak dengan melakukan manipulasi Transfer Pricing (TP).
Disebut menghindari pajak (tax avoidance), karena penghindaran tersebutmasih dilakukan dalam koridor peraturan pajak yang berlaku. Praktik ini
terutama dilakukan oleh perusahaan multinational. Tujuan utama darimanipulasi transfer pricing tentu saja adalah pergeseran penghasilan kena
pajak.
Menurut hasil riset dari Her Majesty Revenue Center (HMRC), Inggris dan
Internal Revenues Service (IRS), USA, beberapa indikator dari manipulasi
transfer pricing adalah sebagai berikut.
1. SPT Tahunan PPh Badan melaporkan rugi dalam beberapa tahun
berturut-turut.
2. Peredaran usaha tinggi tapi laba yang diperoleh kecil
3. Transaksi hubungan istimewa atau transaksi antar afiliasi yangcukup besar
4. Tingkat kemampu-labaan buruk dibandingkan dengan
perusahaan sejenis
5. Rugi yang tidak dapat dijelaskan
6. Memiliki perusahaan afiliasi di Negara Tax haven
Dari tahun pajak 2001 sampai dengan tahun pajak 2006, kerugian
akumulatif Perusahaan multinasional mencapai lebih dari Rp 52,57 Triliun.Ini berarti potensi kerugian pajak sebesar hampir Rp. 12,77 Triliun atau Rp.
2,62 Triliun per tahun.
Apa dan Bagaimana Transfer Pricing
Transfer pricing adalah harga transfer dari barang/jasa atau aktiva takberwujud (intangible property) yang ditransfer antar perusahaan afiliasi
dalam satu grup perusahaan atau antar divisi dalam satu perusahaan.Semula transfer pricing digunakan untuk kepentingan penilaian tingkatkemampu-labaan masing-masing divisi atau masing-masing perusahaan
-
7/30/2019 Lika-Liku Transfer Pricing, Mengendus Penghindaran Pajak Melalui Manipulasi Transfer Pricing (Bag.I Teori)
2/7
afiliasi yang terlibat dalam transaksi afiliasi. Tetapi sejalan dengan makin
besarnya perusahaan multinasional, perbedaan tarif pajak antar negara danperencanaan pajak yang makin komprehensif, maka transfer pricing
digunakan sebagai alat untuk menggeser penghasilan kena pajak dari suatunegara ke negara yang tarif pajaknya lebih rendah, atau dari perusahaan
yang berada daalam posisi laba ke perusahaan afiliasi yang masihmengalami kerugian.
Hal Penting dalam Masalah Transfer Pricing
I. Hubungan IstimewaFokus dalam masalah transfer pricing tentu saja transaksi afiliasi atau
transaksi yang dilakukan antara pihak yang memiliki hubungan istimewa.
DJP telah menggariskan ketentuan mengenai hubungan istimewa inidalam Pasal 18 UU PPh yaitu sebagai berikut.
Hubungan istimewa sebagaimana dimaksud pada ayat (3) sampaidengan ayat (3d), Pasal 9 ayat (1) huruf f, dan Pasal 10 ayat (1)dianggap ada apabila:
Wajib Pajak mempunyai penyertaan modal langsung atau tidaklangsung paling rendah 25% (dua puluh lima persen) pada Wajib
Pajak lain; hubungan antara Wajib Pajak dengan penyertaan paling
rendah 25% (dua puluh lima persen) pada dua Wajib Pajak atau lebih;atau hubungan di antara dua Wajib Pajak atau lebih yang disebut
terakhir;Wajib Pajak menguasai Wajib Pajak lainnya atau dua atau lebih
Wajib Pajak berada di bawah penguasaan yang sama baik langsungmaupun tidak langsung; atau
Terdapat hubungan keluarga baik sedarah maupun semenda dalamgaris keturunan lurus dan/atau ke samping satu derajat
II. Perbandingan
Sebenarnya, sepanjang harga transfer dilakukan dengan harga wajar (ArmsLength Price- ALP), yaitu harga yang ditetapkan seandainya pihak-pihak
yang bertransaksi tidak berafiliasi atau tidak memiliki hubungan istimewa,maka tidak ada masalah dengan transfer pricing ini. Karena itu DJP
mensyaratkan Wajib Pajak yang memiliki transaksi afiliasi untuk mengisi
Lampiran Khusus Pernyataan Transaksi Hubungan Istimewa. Dalam lampirantersebut, Wajib Pajak harus mengisi jenis transaksi
(penjualan/pembelian/jasa), jumlah nominal transaksi afiliasi dan metodeharga transfer yang digunakan untuk setiap jenis transaksi.
Wajib Pajak harus dapat menyampaikan bukti bahwa harga transfer yangdigunakan dalam transaksi afiliasi adalah harga wajar, yaitu dengan cara
-
7/30/2019 Lika-Liku Transfer Pricing, Mengendus Penghindaran Pajak Melalui Manipulasi Transfer Pricing (Bag.I Teori)
3/7
melakukan perbandingan. Sesuatu yang dapat diperbandingkan adalah
sebagai berikut.
1. Apabila terdapat perbedaan, maka perbedaan ini tidak akan
mempengaruhi kondisi yang diperbandingkan (misalnya harga, laba
kotor, dll).2. Penyesuaian perbandingan dapat dilakukan untuk menghilangkan
beberapa perbedaan dalam proses perbandingan.3. Kondisi yang dapat diperbandingkan bukan berarti bahwa kondisi
tersebut identik, tetapi perbandingan tersebut haruslah dapatdiandalkan dan masuk akal.
Sedangkan menurut paragraf 1.19 -1.35 OECD Guidelines, faktor yangmenentukan keterbandingan adalah sebagai berikut.
1. Karakteristik dari barang/jasa/Aktiva tak berwujud2. Analisis fungsional yaitu analisis fungsi (apakah perusahaan
memiliki fungsi yang sama seperti fungsi pabrikasi, distribusi,
marketing, riset,dll), analisis resiko (resiko bisnis, resiko pasar,resiko pabrikasi, resiko selisih kurs, resiko persediaan, resiko kredit,dll) dan analisis aset ( besaran asset yang digunakan seperti pabrik
dan peralatan, kepemilikan Aktiva tak berwujud, dll).3. Syarat/kontrak transaksi4. Keadaan ekonomi5. Strategi bisnis
Selain kelima faktor penentu keterbandingan di atas, terdapat beberapa
faktor yang dapat dipertimbangkan juga seperti kebijakan pemerintah,penilaian bea cukai, dll.
Data yang digunakan untuk melakukan perbandingan sebaiknya berasal daribeberapa tahun misalnya data tahun 2006 sampai dengan 2008. Lebih baik
lagi apabila data berasal dari data perusahaan publik yang dapat diaksesoleh setiap orang, sehingga tidak ada pelanggaran atas rahasia jabatan.
Perbandingan dapat dilakukan dengan dua cara yaitu :1. Perbandingan internal : membandingkan transaksi afiliasi dengan
transaksi biasa yang dilakukan oleh perusahaan yang sama.Contoh: harga jual PT A atas barang X ke afiliasi A dibandingkan
dengan harga jual barang X ke perusahaan pihak ketiga2. Perbandingan eksternal : membandingkan transaksi afiliasi
dengan transaksi biasa yang dilakukan oleh perusahaan berbeda.
Contoh: harga jual PT A atas barang X ke afiliasi A dibandingkandengan harga jual PT B atas barang X ke perusahaan pihak ketiga
Hasil perbandingan akan menghasilkan apa yang disebut Arms LengthRange (ALR), yaitu kumpulan dari harga wajar dari perusahaan-perusahaan
sejenis yang dibandingkan, mulai dari tertinggi sampai yang paling rendah.Koreksi atas ketidakwajaran harga transfer dapat dilakukan berdasarkanpada ALR ini, yaitu dengan mengambil titik terendah dari ALR, titik tertinggi,
-
7/30/2019 Lika-Liku Transfer Pricing, Mengendus Penghindaran Pajak Melalui Manipulasi Transfer Pricing (Bag.I Teori)
4/7
rata-rata, atau titik tengah dari ALR. Tetapi, jangan lupa, penentuan titik
mana dalam ALR yang akan digunakan sebagai dasar koreksi transferpricing, haruslah sudah ditentukan oleh peraturan perundangan.
I.Pemilihan Metode Harga Transfer
Setelah melakukan perbandingan, maka tahap berikutnya adalah memilih metode TransferPricing yang paling cocok untuk setiap transaksi afiliasi perusahaan, yaitu sbb
1. Metode Comparable uncontrolled price (CUP) : yaitu metode harga sebanding, yaitu bilaterdapat harga pembanding untuk barang/jasa sejenis. Fokus adalah pada produk/jasa.
2. Metode Cost plus (CPM) : yaitu membandingkan margin kotor dari harga pokok (cost plus).Bila tidak memiliki harga pembanding baik internal maupun eksternal, maka dapat menggunakan
metode perbandingan margin kotor, bagi perusahaan dengan memiliki fungsi sama. misalnya
margin kotor antar perusahaan manufaktur
3. Metode Resale price (RPM) : yaitu membandingkan gross margin profit dari harga jual.cocok
digunakan perusahaan distributor
4. Metode Transactional Net Margin (TNMM) : yaitu bila tidak tersedia data pembanding untuk
gross margin , maka digunakan net margin sebagai pembanding
5. Metode Profit split : yaitu membandingkan laba yang seharusnya diperoleh bagi fungsi yang
dijalankan perusahaan, misal perusahaan manufaktur yang tidak menjalankan fungsi riset,sewajarnya memperoleh bagian laba dibanding perusahaan induk yang menjalankan fungsi riset
dan memikul resiko atas riset tsb.
Misalnya untuk transaksi pembelian bahan baku dari perusahaan afiliasi dari sebuah perusahaan
manufaktur. Apabila perusahaan manufaktur tersebut memiliki harga pembanding dari
perusahaan manufaktur lain (tested party) untuk bahan baku yang dibeli, dengan jenis barang dankontrak pembelian yang sama, maka untuk pembelian bahan baku tersebut dapat menggunakan
metode CUP. Sebaliknya, bila tidak tersedia data harga pembanding untuk barang dan syarat
pembelian yang sama, maka perusahaan manufaktur tersebut dapat mencoba metode CPM, yaitu
dengan mencari gross profit margin pembanding dari perusahaan manufaktur sejenis (kesamaanfungsi). Selanjutnya untuk perusahaan distributor, atau perusahaan dengan fungsi distributor,
dapat menggunakan RPM, yaitu membandingkan harga jual ALP dikurangi dengan margin harga
jual kembali.
Apabila rasio laba kotor tidak memiliki pembanding, maka dapat menggunakan metode TNMM,yaitu dengan menggunakanProfit Level Indicator(PLI) sebagai dasar perbandingan. Hanya saja,
perlu diingat bahwa PLI yang digunakan haruslah konsisten dengan pembandingnya, fokus pada
nilai utama dari transaksi tertentu, dapat diukur dan diperbandingkan. Beberapa PLI yang dapatdigunakan antara lain Berry Ratio ( Laba Kotor/biaya usaha), Cost Plus Margin ( Laba
Kotor/Harga Pokok Produksi), Net Cost Plus Margin (Laba Usaha/ (HPP + Biaya usaha),
Operating Margin ( Laba Usaha/Penjualan),Return on Assets ( Laba Usaha/Aktiva Usaha).
-
7/30/2019 Lika-Liku Transfer Pricing, Mengendus Penghindaran Pajak Melalui Manipulasi Transfer Pricing (Bag.I Teori)
5/7
Kerumitan transaksi antar perusahaan afiliasi ditambah lagi dengan banyaknya transaksi atas
aktiva tak berwujud atau Intangible Property (IP). Contoh yang paling umum adalah
pembayaran royalti, jasa managemen, jasa teknis, dll. Di sini kembali harus diperhitungkandengan cermat metode harga transfer yang digunakan.
Berkaitan dengan kedudukan perusahaan induk sebagai Holding company, maka terkadang
perusahaan subsidiari diwajibkan untuk membayar beberapa jenis biaya kepada perusahaaninduk antara lain Intra-Group Services, Management Fee, Cost Contribution Service atau secarasingkat disebut Cost Contribution Arrangement (CCA). Sepanjang biaya tersebut memang
berhubungan dengan kepentingan perusahaan subsidiary, maka biaya tersebut diperbolehkan
untuk dikurangkan dari penghasilan. Hal yang harus diperhatikan adalah sebagai berikut.1.Menentukan apakah pemberian jasa internal benar-benar dilaksanakan
2.Mengidentifikasikan penghitungan pembebanan biaya intragroup service
3.Menghitung harga wajar dari transaksi tersebut
Selain biaya intragroup service, terdapat pula alokasi biaya yang dibebankan oleh perusahaaninduk kepada perusahaan subsidiary. Pembebanan Alokasi Biaya ini dapat dikurangkan dari
penghasilan kena pajak sepanjang memang perusahaan subsidiary menerima manfaat dari alokasi
biaya tersebut dan alokasi biaya dilakukan berdasarkan biaya actual yang dikeluarkan olehperusahaan induk.
II.Mekanisme Pemecahan Masalah Keberatan Antar Negara
Perlu diingat bahwa masalah transfer pricing bukan hanya masalah dari satu Negara saja, tetapi
dapat menyangkut kepentingan pajak dari Negara lain. Contoh, apabila otoritas pajak Negara A
melakukan koreksi atas transfer pricing yang berkaitan dengan transaksi dengan perusahaanafiliasi di Negara B, maka pada hakekatnya, perusahaan afliasi di Negara B dapat mengajukan
koreksi negatif atas penghasilan yang telah dilaporkan kepada otoritas pajak Negara B sesuai
dengan besaran koreksi transfer pricing dari otoritas pajak Negara A. Untuk keperluan ini,
OECD Model Convention Article 25 telah menetapkan prosedur yang harus ditempuh oleh keduaotoritas pajak Negara yang bersangkutan dalam apa yang disebut Mutual Agreement
Procedure(MAP). Petunjuk umum prosedur MAP ini dapat dilihat di www.oecd.org/ctp/memap
III.Ketentuan mengenai Transfer Pricing dalam peraturan perundang-undangan DJP
dan PermasalahannyaSaat ini, peraturan yang menjadi dasar untuk melakukan koreksi Transfer Pricing sebagai
berikut.
}Pasal 18 ayat (3) UU PPh
Direktur Jenderal Pajak berwenang untuk menentukan kembali besarnya
penghasilan dan pengurangan serta menentukan utang sebagai modal untuk
menghitung besarnya Penghasilan Kena Pajak bagi Wajib Pajak yang mempunyai
hubungan istimewa dengan Wajib Pajak lainnya sesuai dengan kewajaran dan kelaziman
usaha yang tidak dipengaruhi oleh hubungan istimewa dengan menggunakan metodeperbandingan harga antara pihak yang independen, metode harga penjualan kembali,
metode biaya-plus, atau metode lainnya
Masalah: tidak ada peraturan pelaksanaan lain yang secara tegas mengatur bagaimanakoreksi TP dilakukan. UU Pajak negara Jerman, Thailand, Amerika, Malaysia telah
mengatur bahwa Aparat Pajak dapat mengoreksi harga wajar ke harga wajar rata-rata
dalamArms Length Range}Pasal 18 ayat (3a) UU PPh
-
7/30/2019 Lika-Liku Transfer Pricing, Mengendus Penghindaran Pajak Melalui Manipulasi Transfer Pricing (Bag.I Teori)
6/7
(3a) Direktur Jenderal Pajak berwenang melakukan perjanjian dengan Wajib Pajak
dan bekerja sama dengan pihak otoritas pajak negara lain untuk menentukan
harga transaksi antar pihak-pihak yang mempunyai hubungan istimewasebagaimana dimaksud pada ayat (4), yang berlaku selama suatu periode tertentu dan
mengawasi pelaksanaannya serta melakukan renegosiasi setelah periode tertentu tersebut
berakhirMasalah: tidak ada peraturan pelaksanaan untuk implementasi dari Advanced PricingAgreement(APA), meskipun APA sudah diperkenalkan sejak tahun 2001
}Pasal 18 ayat (3b) UU PPh
(3b) Wajib Pajak yang melakukan pembelian saham atau aktiva perusahaan melalui pihaklain atau badan yang dibentuk untuk maksud demikian (Special Purpose Company), dapat
ditetapkan sebagai pihak yang sebenarnya melakukan pembelian tersebut sepanjang
Wajib Pajak yang bersangkutan mempunyai hubungan istimewa dengan pihak lain atau
badan tersebut dan terdapat ketidakwajaran penetapan harga}(3c)Penjualan atau pengalihan saham perusahaan antara (conduit company atau Special
Purpose Company) yang didirikan atau bertempat kedudukan di negara yang memberikan
perlindungan pajak (Tax Haven Country) yang mempunyai hubungan istimewa denganbadan yang didirikan atau bertempat kedudukan di Indonesia atau bentuk usaha tetap di
Indonesia dapat ditetapkan sebagai penjualan atau pengalihan saham badan yang
didirikan atau bertempat kedudukan di Indonesia atau bentuk usaha tetap di Indonesia.
}(3d)Besarnya penghasilan yang diperoleh Wajib Pajak orang pribadi dalam negeri daripemberi kerja yang memiliki hubungan istimewa dengan perusahaan lain yang tidak
didirikan dan tidak bertempat kedudukan di Indonesia dapat ditentukan kembali, dalam
hal pemberi kerja mengalihkan seluruh atau sebagian penghasilan Wajib Pajak orangpribadi dalam negeri tersebut ke dalam bentuk biaya atau pengeluaran lainnya yang
dibayarkan kepada perusahaan yang tidak didirikan dan tidak bertempat kedudukan di
Indonesia tersebut.
}Pasal 2 UU PPNDalam hal harga jual atau Penggantian dipengaruhi oleh hubungan istimewa, maka Harga
Jual atau Penggantian dihitung atas dasar harga pasar wajar pada saat penyerahan Barang
Kena Pajak atau Jasa Kena Pajak itu dilakukan.} Kepdirjen no. Kep-01/PJ.7/1993 tentang Pedoman Pemeriksaan Pajak terhadap Wajib
Pajak Yang Mempunyai Hubungan Istimewa
}SE-04/PJ.7/1993 tentang Petunjuk Penanganan Kasus-kasus Transfer pricing}Pasal 9 ayat (1) tax treaty OECD model
Dalam hal syarat yang dibuat atau diberlakukan oleh 2 (dua) perusahaan dalam hubungan
dagang dan hubungan keuangan di antara mereka, yang berbeda dengan syarat apabila
transaksi tersebut dilakukan antar perusahaan yang tidak memiliki hubungan istimewa,maka setiap laba yang seharusnya diterima oleh salah satu perusahaan jika syarat-
syarat itu tidak ada, namun tidak diterimanya karena adanya syarat-syarat tersebut, dapat
ditambahkan pada laba perusahaan itu dan dikenakan pajak yang pantas
}Pasal 16 PP 80/2007(2) Dalam hal Wajib Pajak melakukan transaksi dengan para pihak yang mempunyai
hubungan istimewa dengan Wajib Pajak, kewajiban menyimpan dokumen lain
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi dokumen dan/atau informasi tambahan
-
7/30/2019 Lika-Liku Transfer Pricing, Mengendus Penghindaran Pajak Melalui Manipulasi Transfer Pricing (Bag.I Teori)
7/7
untuk mendukung bahwa transaksi yang dilakukan dengan pihak yang mempunyai
hubungan istimewa telah sesuai dengan prinsip kewajaran dan kelaziman usaha. } (3) Ketentuan lebih lanjut mengenai jenis dokumen dan/atau informasi tambahansebagaimana dimaksud pada ayat (2) dan tata cara pengelolaannya diatur dengan atau
berdasarkan Peraturan Menteri Keuangan.
Masalah :1.Belum ada ketentuan lebih lanjut yang mengatur bagaimana Wajib Pajak harusmembuat dokumentasi mengenai transaksi hubungan istimewa
2. Tidak ada ketentuan yang menyebutkan sanksi hukum apabila Wajib Pajak
melanggar ketentuan tersebut3. Bila DJP menerapkan aturan yang tegas dalam hal dokumentasi transaksi
hubungan istimewa ini, maka beban pembuktian bahwa transaksi hubungan
istimewa dilakukan dengan harga wajar (ALP) berada pada Wajib Pajak.
Sebaliknya, bila tidak ada aturan yang tegas, maka beban pembuktian tersebutbergeser pada DJP, untuk membuktikan bahwa Wajib Pajak tidak menggunakan
harga wajar dalam bertransaksi dengan pihak hubungan istimewa.
IV.
Masalah Lain : Wajib Pajak tidak mengerti dan/atau Mengabaikan UrusanTransfer PricingDari pengalaman berinteraksi dengan Wajib Pajak, ternyata banyak Wajib pajak yang tidak
mengerti atau pura-pura tidak mengerti atau acuh terhadap masalah transfer pricing ini.
Meskipun Wajib Pajak mengisi Lampiran Khusus Pernyataan Transaksi Hubungan Istimewa,tetapi mereka tidak mengerti apa konsekuensi dari Lampiran SPT yang mereka isi tersebut.
Sebagai contoh, sebuah perusahaan besar yang terdafatar di KPP Wajib Pajak Besar, menyatakan
dalam Lampiran tersebut bahwa mereka menggunakan metode CUP. Karena seluruhpenjualan/pembelian dilakukan kepada perusahaan afiliasi, maka sudah tentu Wajib Pajak ini
sama sekali tidak memiliki harga pembanding baik pembanding internal maupun eksternal untuk
setiap jenis barang yang mereka beli atau jual dari/kepada perusahaan afiliasi. Mereka juga tidak
mengadakan dokumentasi atau catatan mengenai transaksi ini. Bahkan, Wajib Pajak juga tidakmengerti bahwa untuk dapat diperbandingkan, Wajib Pajak perlu membuat Analisis
Kesebandingan dalam hal fungsi, aset dan resiko.
Begitu pula dengan Kantor Akuntan Publik yang mengeluarkan Laporan Audit atas perusahaantersebut. Meskipun dalam laporan audit, nyata-nyata disebutkan bahwa transaksi antar afiliasi
dilakukan berdasarkan harga wajar, tetapi akuntan publik tersebut belum tentu melakukan
pengujian harga wajar sebagaimana yang disebutkan pada PSAK no 7. Pengujian yang merekalakukan hanya sebatas pada jumlah transaksi afiliasi tersebut dan harga yang dibayarkan, bukan
pada kewajaran harga.
bersambung