Leukemia

47
Leukemia DaRah terdiri dari cairan jernih (plasma) dan 3-jenis sel: sel darah merah (eritrosit), sel darah putih (leukosit), platelet. Semua sel darah berasal dari sel yang sama yang dikenal sebagai sel-sel batang. Sebelumnya, sel-sel ini berkembang menjadi sel myeloid/ sel limfoid. semua eritosit, leukosit, platelet yag dikenal sebagai granulosit Sel-sel myeloid & monosit. Sel-sel limfoid termasuk semua leukosit yang lain dikenla sebagai limfosit. Leukemia Leukemia merupakan kanker sel-sel yang membentuk darah. Leukemia menyebabkan jumlah-jumlah sel darah putih yang belum matang dihasilkan. Sel-sel abnormal ini biasa disebut blas leukemia (disebut demikian karena banyaknya terdapat sel-sel darah putih yang masih muda) yang tidak bisa menjalankan fungsi-fungsi normal sel-sel darah putih. Mereka berada di dalam sumsum tulang dan kemudian menuju ke dalam darah dan mungkin menuju ke dalam organ-organ seperti hati, limpa, paru-paru.Terkadang, sel-sel ini juga mungkin merebak masuk ke dalam cairan di sekitar otak dan saraf pusat. Karena terlalu banyaknya leukosit yang terkumpul didalam sumsum tulang, sehingga sumsum tulang tidak dapat menghasilkan RBC, WBC, dan platelet yang mencukupi. Gejala-gejala Leukemia akut Gejala-gejala leukemia akut selalu dapat dilihat dengan mudah karena leukimia tipe ini berkembang dengan cepat. Trias

description

fhfgh

Transcript of Leukemia

LeukemiaDaRah terdiri dari cairan jernih (plasma) dan 3-jenis sel: sel darah merah (eritrosit), sel darah putih (leukosit), platelet.Semua sel darah berasal dari sel yang sama yang dikenal sebagai sel-sel batang. Sebelumnya, sel-sel ini berkembang menjadi sel myeloid/ sel limfoid. semua eritosit, leukosit, platelet yag dikenal sebagai granulosit( Sel-sel myeloid( & monosit. Sel-sel limfoid termasuk semua leukosit yang lain dikenla sebagai limfosit.(LeukemiaLeukemia merupakan kanker sel-sel yang membentuk darah. Leukemia menyebabkan jumlah-jumlah sel darah putih yang belum matang dihasilkan.Sel-sel abnormal ini biasa disebut blas leukemia (disebut demikian karena banyaknya terdapat sel-sel darah putih yang masih muda) yang tidak bisa menjalankan fungsi-fungsi normal sel-sel darah putih. Mereka berada di dalam sumsum tulang dan kemudian menuju ke dalam darah dan mungkin menuju ke dalam organ-organ seperti hati, limpa, paru-paru.Terkadang, sel-sel ini juga mungkin merebak masuk ke dalam cairan di sekitar otak dan saraf pusat.Karena terlalu banyaknya leukosit yang terkumpul didalam sumsum tulang, sehingga sumsum tulang tidak dapat menghasilkan RBC, WBC, dan platelet yang mencukupi.Gejala-gejala Leukemia akutGejala-gejala leukemia akut selalu dapat dilihat dengan mudah karena leukimia tipe ini berkembang dengan cepat. Trias Leukimia akut: anemia, leukositosis, trombositopenia. Rasa lemah, letih dan kelihatan pucat sebagai efek dari RBC (anemia) Perdarahan yang agak lama, contohnya hidung berdarah dengan banyak, atau mudah lebam yang mungkin efek dari kekurangan platelet. Mudah mendapat suatu penyakit dan mempunyai suhu badan yang tinggi, sebagai efek dari sel-sel darah putih yang tidak berfungsi secara normal. Adanya rasa sakit di tulang dan sendi.Gejala-gejala leukemia kronikGejala dari leukimia kronis berlangsung dalam beberapa bulan atau tahun. Gejala ini sama dengan gejala pada leukimia akut, tapi juga adanya limfonodi, hepatosplenomegaly, dan anemia.Kebanyakan orang yang mengidap leukimia kronis tidak sadar bahwa mereka menderita penyakit ini, karena sifatnya tidak langsung berat seperti leukimia akut. Trias Leukimia kronis: anemia, leukositosis, trombositosis.

( LLA (

o Biasanya pada anak-anak 2. Pasal 286 KUHP"Barangsiapa bersetubuh dengan wanita diluar perkawinan padahal diketahuinya wanita itu dalam keadaan pingsan atau tidak berdaya, diancam pidana penjara paling lama sembilan tahun"

> 3. Pasal 287 KUHP(1)"Barangsiapa bersetubuh dengan wanita diluar perkawinan , padahal diketahuinya atau sepatutnya harus diduganya bahwa umurnya belum lima belas tahun atau kalau umurnya tidak jelas , belum waktunya dikawin , diancam pidana paling lama sembilan tahun"

> 4.Pasal 288 KUHP(1) "Barangsiapa dalam perkawinan bersetubuh dengan seorang wanita yang diketahuinya atau sepatutnya harus diduganya bahwa yang bersangkutan belum waktunya dikawin , apabila perbuatan itu mengakibatkan luka-luka diancam dengan pidana penjara paling lama empat tahun

> 5.Pasal 294 KUHP(1) " Barangsiapa melakukan perbuatan cabul dengan anaknya yang belum dewasa, anak tiri atau anak pungutnya , anak peliharaannya atau dengan seorang yang belum dewasa yang dipercayakan kepadanya untuk ditanggung, dididik atau dijaga atau dengan bujang bawahannya yang belum dewasa, dihukum penjara selama-lamanya tujuh tahun.

(2) dengan hukuman serupa dihukum :(a) pegawai negri yang melakukan perbuatan cabul dengan orang yang dibawah perintahnya atau dengan orang yang dipercayakan kepadanya untuk dijaga(b) pengurus, tabib, guru, pegawai, mandor (opzichter) atau bujang dalam penjara, rumah tempat melakukan pekerjaan untuk negri (landwerkinricting), rumah pendidikan , rumah piatu , rumah sakit ingatan, atau balai derma, yang melakukan pencabulan terhadap orang yang ditempatkan disitu.

>6.Pasal 297 KUHP"Memperniagakan perempuan dan memperniagakan laki-laki yang belum dewasa dihukum penjara selama-lamanya empat tahun"

Reaksi:

ABORTUSCreated by: Putri Amalia

Bab I Ilustrasi Kasus (Kasus sesuai dengan fakta 2005-2009)Seorang anak perempuan berumur 13 tahun yang duduk di kelas 1 SMP hamil hampir 1 bulan karena diperkosa. Korb9ian mengalami depresi dan orangtua menginginkan kehamilan digugurkan. Setelah berkonsultasi ke dokter, dokter menyanggupi untuk melaksanakan praktik aborsi setelah mempertimbangkan aspek profesionalisme. Namun, orangtua masih bingung karena menurut mereka, agama dan hukum melarang aborsi.Oleh karena itu, dalam laporan ini akan dibahas bagaimana aborsi ditinjau dari sudut pandang kode etik kedokteran, sumpah dokter, segi disiplin, hukum dan agama. Pemahaman tentang kasus aborsi sangat penting bagi mahasiswa calon dokter agar dalam menghadapi profesinya sebagai dokter nanti dapat bertindak secara profesional dalam menghadapi kasuskasus sulit.

Bab II Isi (minimal 6 halaman)a. Fakta BiomedisAborsi merupakan pengeluaran hasil konsepsi secara prematur dari uterus sebelum fetus dimungkinkan untuk hidup, yaitu fetus dengan berat kurang dari 500 gram dan usia kurang dari 20 minggu (Dorland, 2006: 5-6).Definisi dari aborsi adalah adanya perdarahan dari dalam rahim perempuan hamil di mana karena sesuatu sebab, maka kehamilan tersebut gugur dan keluar dari dalam rahim bersama dengan darah, atau berakhirnya suatu kehamilan sebelum anak berusia 22 minggu atau belum dapat hidup di dunia luar. Biasanya disertai dengan rasa sakit di perut bawah seperti diremas-remas & perih (Billy N. ,2008).Aborsi bisa juga diartikan dengan berakhirnya suatu kehamilan (oleh akibat-akibat tertentu) sebelum buah kehamilan tersebut mampu untuk hidup di luar kandungan, dimana beratnya masih dibawah 500 gram atau sebelum usia kehamilan 20 minggu. (BKKBN)

b. Fakta BioetikaProfesi dokter sering dihadapkan dengan masalah aborsi. Pengetahuan dan ketrampilan menerapkan aspek etika, hukum, dan disiplin kedokteran dalam perilaku seorang dokter menunjukkan kemampuan profesionalnya. Dokter tidak hanya harus mampu dalam hal disiplin ilmu kedokteran saja, tetapi juga harus mampu dengan tepat mempertimbangkan aspek etika dan hukum di dalam menghadapi setiap kasus, termasuk ketika menghadapi kasus aborsi.Dalam pasal 7d : Setiap dokter harus senantiasa mengingat akan kewajiban melindungi hidup makhluk insan. Kadang-kadang dokter terpaksa harus melakukan operasi atau cara pengobatan tertentu yang membahayakan. Hal ini dapat dilakukan asal tindakan ini diambil setelah mempertimbangkan masak-masak bahwa tidak ada jalan atau cara lain untuk menyelamatkan jiwa selain pembedahan. Sebelum operasi dimulai, perlu dibuat persetujuan tertulis lebih dahulu atau dari keluarga (informed consent). Sesuai peraturan Menteri Kesehatan tentang Informed consent, batas umur yang dapat memberi Informad consent adalah 18 tahun.Tuhan Yang Maha Esa menciptakan seseorang yang pada suatu waktu akan menemui ajalnya. Tidak seorang dokterpun, betapapun pintarnya akan dapat mencegahnya. Naluri yang terkuat pada setiap makhluk bernyawa, termasuk manusia ialah mempertahankan hidupnya. Untuk itu manusia diberi akal, kemampuan berpikir dan mengumpulkan pengalamannya, sehingga dapat mengembangkan ilmu pengetahuan dan usaha untuk menghindarkan diri dari bahaya maut. Semua usaha tersebut merupaka tugas seorang dokter. Ia harus berusaha memelihara dan mempertahankan hidup makhluk insani. Ini berarti bahwa baik menurut agama, Undang-Undang Negara, maupun etik Kedokteran, seorang dokter tidak diperbolehkan :a) Menggugurkan kandungan (abortus provocatus)b) Mengakhiri hidup seorang pasien yang menurut Ilmu pengetahuan tidak mungkin akan sembuh lagi (euthanasia).Keputusan untuk melakukan abortus therapeuticus harus dibuat oleh sekurang-kurangnya dua dokter dengan persetujuan tertulis dan wanita hamil yang bersangkutan, suaminya dan atau keluarganaya yang terdekat. Hendaknya dilakukan dalam suatu rumah sakit yang mempunyai cukup sarana untuk melakukannya.Dalam bunyi sumpah dokter juga disebutkan bahwa Saya akan menghormati setiap hidup insani mulai dari saat pembuahan, Sekalipun diancam, saya tidak akan mempergunakan pengetahuan Kedokteran saya untuk sesuatu yang bertentangan dengan hokum Perikemanusiaan.

c. Fakta HukumAborsi merupakan salah satu topik yang selalu hangat diperbincangkan diberbagai kalangan masyarakat. Masih banyak tanggapan yang berbedabeda tentang aborsi. Para ahli agama, ahli kesehatan, ahli hukum, dan ahli sosio-ekonomi memberikan pernyataan masing-masing, ada yang mendukung, abstain, dan menolak.Dalam hukum di Indonesia, ketentuan yang mengatur masalah aborsi terdapat dalam KUHP dan Undang-Undang Nomor 23 tahun 1992 tentang Kesehatan. Ketentuan di dalam KUHP yang mengatur masalah tindak pindana aborsi terdapat di dalam Pasal 299, 346, 347, 348, dan 349. Pasal 299 KUHP : Barang siapa dengan sengaja mengobati seorang perempuan atau menyuruhnya supaya diobati, dengan diberitahukan atau ditimbulkan harapan, bahwa karena pengobatan itu hamilnya dapat digugurkan, diancam dengan pidana penjara paling lama empat tahun atau denda paling banyak tiga ribu rupiah.( Pasal 346 KUHP : Seorang perempuan yang dengan sengaja menggugurkan atau mematikan kandungannya atau menyuruh orang lain untuk itu, diancam dengan pidana penjara paling lama empat tahun.( Pasal 347 KUHP : (1)Barang siapa dengan sengaja menggugurkan atau mematikan kandungan seorang perempuan tanpa persetujuannya, diancam dengan pidana penjara paling lama duabelas tahun. (2) Jika perbuatan itu mengakibatkan matinya perempuan tersebut, diancam dengan pidana penjara paling lama limabelas tahun.( Pasal 348 KUHP : (1) Barang siapa dengan sengaja menggugurkan atau mematikan kandungan seorang perempuan dengan persetujuannya, diancam dengan pidana penjara paling lama lima tahun enam bulan. (2) Jika perbuatan itu mengakibatkan matinya perempuan tersebut, diancam dengan pidana penjara tujuh tahun.( Pasal 349 KUHP : Jika seorang dokter, bidan atau juru obat membantu melakukan kejahatan berdasarkan pasal 346, ataupun membantu melakukan salah satu kejahatan dalam pasal 347 dan 348, maka pidana yang ditentukan dalam pasal itu dapat ditambah untuk dengan sepertiga dan dapat dicabut hak untuk menjalankan pencaharian dalam mana kejahatan dilakukan.(

Pada UU no.23 tahun1992 pasal 15 : (1) Dalam keadaan darurat sebagai upaya menyelamatkan jiwa ibu hamil dan atau janinnya, dapat dilakukan tindakan medis tertentu.(2) Tindakan medis tertentu sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) hanya dapat dilakukan : a. Berdasarkan indikasi medis yang mengharuskan diambilnya tindakan tertentu, b. Oleh tenaga kesehatan yang mempunyai keahlian dan kewenangan untuk itu & dilakukan sesuai dengan tanggung jawab profesi serta berdasarkan pertimbangan tim ahli, c. Dengan persetujuan ibu hamil yang bersangkutan atau suami atau keluarganya, d. Pada sarana kesehatan tertentu (Hukumkes, 2008).

d. Fakta Hukum IslamFatwa Majelis Ulama Indonesia Nomor 4 Tahun 2005, tentang Aborsi menetapkan ketentuan hukum Aborsi sebagai berikut :1. Aborsi haram hukumnya sejak terjadinya implantasi blastosis pada dinding rahim ibu (nidasi).2. Aborsi dibolehkan karena adanya uzur, baik yang bersifat darurat ataupun hajat. Darurat adalah suatu keadaan di mana seseorang apabila tidak melakukan sesuatu yang diharamkan maka ia akan mati atau hampir mati. Sedangkan Hajat adalah suatu keadaan di mana seseorang apabila tidak melakukan sesuatu yang diharamkan maka ia akan mengalami kesulitan besar.a. Keadaan darurat yang berkaitan dengan kehamilan yang membolehkan aborsi adalah:- Perempuan hamil menderita sakit fisik berat seperti kanker stadium lanjut, TBC dengan caverna dan penyakit-penyakit fisik berat lainnya yang harus ditetapkan oleh Tim Dokter.- Dalam keadaan di mana kehamilan mengancam nyawa si ibu.b. Keadaan hajat yang berkaitan dengan kehamilan yang dapat membolehkan aborsi adalah:- Janin yang dikandung dideteksi menderita cacat genetik yang kalau lahir kelak sulit disembuhkan.- Kehamilan akibat perkosaan yang ditetapkan oleh Tim yang berwenang yang di dalamnya terdapat antara lain keluarga korban, dokter, dan ulama.c. Kebolehan aborsi sebagaimana dimaksud huruf b harus dilakukan sebelum janin berusia 40 hari.3. Aborsi haram hukumnya dilakukan pada kehamilan yang terjadi akibat zina. Dalam hukum Islam terdapat perbedaan pendapat tentang aborsi sebelum ditiupkannya ruh. Dalam madzhab hanafi, misalnya ibn Abidin membolehkan aborsi dengan alasan pembenar sampai habisnya bulan keempat, demikian juga di kalangan madzhab Syafii, Muhammad Ramli membolehkan dengan alas an belum adanya makhluk yang bernyawa. Sedang pendapat yang melarang walaupun sebelum ditiupkannya ruh di antaranya Imam Al Ghazali dan Imam Malik (Ahmad Syafiuddin, 2002).

Bab III PembahasanDalam membahas kasus diatas, terdapat dua pendapat mengenai boleh tidaknya dilakukan aborsi. Setiap pendapat memiliki alasan dan dasar yang kuat mengenai pendapatnya.Pendapat yang kontra (tidak setuju) terhadap dilakukannya aborsi adalah berdasarkan pada:1. Menurut sudut pandang Etika kedokteranDalam pasal 7d disebutkan, Setiap dokter harus senantiasa mengingat akan kewajiban melindungi makhluk hidup insani. Maka, dalam praktiknya, dokter hendaknya melindungi setiap insan mulai dari dalam kandungan. Seperti yang disebutkan dalam kajian pustaka sebelumnya, aborsi hanya dapat dilakukan jika terdapat resiko kesehatan yang nantinya akan membahayakan hidup ibunya. Sedangkan dalam kasus skenario satu, alasan dilakukannya aborsi hanya berdasarkan atas depresi si anak dan karena anak tersebut merupakan korban perkosaan.Dalam penjelasan kode etik kedokteran pun , dokter harus berusaha memelihara dan mempertahankan hidup makhluk insani. Ini berarti bahwa baik menurut agama, Undang-undang Negara, maupun kode etika kedokteran, seorang dokter tidak diperbolehkan menggugurkan kandungan (abortus provocatus). Keputusan untuk melakukan abotus provocatus pun harus dibuat oleh sekurang-kurangnya dua dokter dengan persetujuan tertulis dari wanita hamil yang bersangkutan, suaminya, dan atau keluarganya yang terdekat. Sedangkan dalam kasus diatas, keinginan aborsi merupakan keinginan orang tua, belum ada persetujuan dari wanita yang bersangkutan, terlebih lagi dari segi orangtua pun, mereka masih ragu apakah ingin melakukan aborsi atau tidak.

2. Menurut sudut pandang sumpah dokterBunyi dari sumpah dokter salah satunya iyalah Saya bersumpah/ berjanji bahwa saya akan menghormati setiap hidup insani mulai dari saat pembuahan. Dari kalimat tersebut dengan jelas dapat disimpulkan bahwa sebagai dokter berkewajiban menghormati insan sejak awal pembuahan dalam rahim, dan tidak memiliki hak untuk menjadikannya gugur secara sengaja baik sebelum 40 hari maupun sesudah 40 hari. Hal tersebut sama saja tidak mencerminkan perikemanusiaan, karena dalam sumpah dokter dikatakan bahwa seorang dokter bersumpah akan membaktikan hidupnya guna kepentingan perikemanusiaan.

3. Menurut sudut pandang hokum negara IndonesiaDalam undang-undang KUHP, hukum di Indonesia tidak ada yang melegalkan kasus aborsi. Hukum tentang aborsi tercantum pada pasal 299, 341 hingga pasal 349. Pada pasal 346 KUHP menegaskan bahwa seorang wanita yang sengaja menggugurkan atau mematikan kandungannya atau menyuruh orang lain untuk itu, diancam penjara paling lama tujuh tahun. Dalam pasal 347 dan 348, aborsi yang dilakukan baik dengan persetujuan maupun tidak persetujuan tidak diizinkan, dan mendapat sanksi pidana yang berat hingga tujuh tahun. Berdasarkan aturan dalam KUHP terlihat jelas bahwa tindak aborsi merupakan tindak melanggar hukum, dengan alasan apapun.Dalam undang-undang yang lain, misalnya pada pasal 15 ayat 1 Undang-undang nomor 23 tahun 1992 tentang kesehatan menyatakan bahwa tindakan medis dalam bentuk pengguguran kandungan dengan alasan apapun dilarang karena bertentangan dengan norma hukum, agama, kesusilaan dan norma kesopanan. Namun keadaan darurat dalam upaya untuk menyelamatkan jiwa ibu hamil dan atau janinnya, dapat dilakukan tindakan medis tertentu. Sedangkan apa yang dimaksud tindakan medis tertentu tidak dijelaskan dalam undang-undang tersebut. Sehingga menimbulkan multiinterpretasi. Dalam penjelasan UU ayat 2 butir a, indikasi medis adalah suatu kondisi yang benar-benar mengharuskan diambil tindakan medis tertentu. Sebab, tanpa tindakan medis tertentu itu, ibu hamil dan janinnya terancam bahaya maut. Sedangkan dalam scenario ini, tidak disebutkan suatu gejala atau indikasi medis tertentu yang membahayakan dalam diri korban perkosaan, dan hanya berupa masalah psikologis. Sehingga sebenarnya masih ada cara lain untuk menyelesaikan masalah ini tanpa melakukan aborsi. Selain itu, jika melakukan tindakan medis tertentu, hal tersebut harus dilakukan oleh tenaga kesehatan yang mempunyai keahlian, dengan persetujuan ibu hamil yang bersangkutan atau suami atau keluarganya dan dilakukan pada sarana kesehatan tertentu (Jusuf Hanafiah, 1999). Sedangkan dalam skenario pun belum ada koordinasi yang jelas antara ibu hamil dan orangtua yang masih bimbang dengan tim dokter.Di sisi lain, kebimbangan orangtua tersebut merupakan hal yang wajar. Sebab, belum ada payung hukum yang jelas untuk melegalkan tindak aborsi dengan dasar perkosaan. Mereka khawatir akan ikut terjerat kasus hukum karena apabila aborsi dalam kasus ini tidak bisa dibenarkan, maka sesuai KUHP, yang akan terkena hukuman tidak hanya tim dokter, tetapi juga korban dan atau orang tuanya yang menyuruh untuk dilakukan aborsi.

4. Menurut sudut pandang hukum IslamDalam agama Islam bila alasannya karena indikasi medis yang kuat di mana aborsi hanya satu-satunya jalan untuk menyelamatkan jiwa ibu, sebagian besar ulama membolehkan karena dharurat, itupun masih dibatasi waktu dan syarat lain. Sedangkan bila aborsi akibat perkosaan, terjadi perbedaan pendapat di kalangan ulama, sebagian membolehkan dengan syarat-syarat sangat ketat dan sebagian tidak memperbolehkan."Pada dasarnya hukum aborsi adalah haram, meskipun keharamannya bertingkat-tingkat sesuai dengan perkembangan kehidupan janin." Pada usia empat puluh hari pertama tingkat keharamannya paling ringan, bahkan kadang-kadang boleh digugurkan karena udzur yang muktabar (akurat); dan setelah kandungan berusia diatas empat puluh hari maka keharaman menggugurkannya semakin kuat, karena itu tidak boleh digugurkan kecuali karena udzur yang lebih kuat lagi menurut ukuran yang ditetapkan ahli fiqih. Keharaman itu bertambah kuat dan berlipat ganda setelah kehamilan berusia seratus dua puluh hari, yang oleh hadits diistilahkan telah memasuki tahap "peniupan ruh." Dalam hal ini tidak diperbolehkan menggugurkannya kecuali dalam keadaan benar-benar sangat darurat, dengan syarat kedaruratan yang pasti, bukan sekadar persangkaan. Maka jika sudah pasti, sesuatu yang diperbolehkan karena darurat itu harus diukur dengan kadar kedaruratannya. Maka bagi wanita muslimah yang mendapatkan cobaan dengan musibah seperti ini (perkosaan) hendaklah memelihara janin tersebut sebab menurut syara', dia tidak menanggung dosa dan ia tidak dipaksa untuk menggugurkannya (Qardhawi, 2006).Syekhul Islam al-Hafizh Ibnu Hajar didalam Fathul-Bari berkata "Dan terlepas dari hukum 'azl ialah hukum wanita menggunakan obat untuk menggugurkan (merusak) nutfah (embrio) sebelum ditiupkannya ruh. Barangsiapa yang mengatakan hal ini terlarang, maka itulah yang lebih layak dan orang yang memperbolehkannya, maka hal itu dapat disamakan dengan 'azl. Tetapi kedua kasus ini dapat juga dibedakan, bahwa tindakan perusakan nutfah itu lebih berat, karena 'azl itu dilakukan sebelum terjadinya sebab (kehidupan), sedangkan perusakan nutfah itu dilakukan setelah terjadinya sebab kehidupan (anak)." (Qardhawi, 2006)Akan tetapi, bila kita telusuri lebih lanjut pendapat-pendapat asli dari kitab-kitab yang ditulis ulama tersebut bukan hanya dari situs-situs di internet yang sebagian besar hanya kalimat redaksi, tidak mencantumkan kalimat-kalimat asli dan ulasan-ulasan yang mendalam dari ulama tersebut-- ulama-ulama yang memperbolehkan pun selain memperbolehkannya dengan syarat-syarat sangat ketat, mereka juga lebih menyukai bila tidak dilakukan aborsi kecuali bila benar-benar terpaksa untuk menyelamatkan ibu, dan alasan yang diberikan oleh medis harus benar-benar akurat, tidak sekedar prediksi dokter atau tim medis yang lain karena hukum asal aborsi adalah haram (Qardhawi, ). Selain itu, Islam juga mengenal istilah syubhat, yakni sesuatu yang diragukan status hukum halal atau haramnya. Bila menjumpai hal yang syubhat, maka bagi umat Islam, lebih baik menjauhinya (HR. Bukhari, Muslim, dan Tirmidzi).Dalam kasus ini, alasan utama akan dilaksanakannya aborsi adalah alasan psikologis yang dimungkinkan bisa berdampak buruk pada kesehatan ibu, bukan karena suatu kondisi kesehatan yang sangat gawat, sehingga hal ini sangat meragukan untuk dikatakan sebagai keadaan yang darurat. Ditambah lagi hal tersebut barulah sebatas prediksi dari tim dokter. Apalagi orang tua masih bingung untuk melakukan aborsi, di mana salah satu ganjalannya adalah karena menurutnya agama tidak memperbolehkan. Maka bisa jadi orang tua tersebut memiliki pendapat atau mengikuti pemikiran ahli agama yang pendapatnya berbeda dari pendapat ahli agama dalam tim. Hal ini sah-sah saja dan sangat biasa terjadi di dalam masyarakat.

Kasus aborsi ini ada juga pro (diperbolehkan) dengan alasan-alasan sebagai berikut:1. Gadis masih berusia 13 tahun. Berdasarkan hasil penelitian dari BKKBN, apabila kehamilan di bawah 20 tahun bisa menimbulkan berbagai resiko kehamilan. Ibu muda pada waktu hamil kurang memperhatikan kehamilannya termasuk kontrol kehamilan. Selain itu, ibu muda pada waktu hamil sering mengalami ketidakteraturan tekanan darah yang dapat berdampak pada keracunan kehamilan serta kekejangan yang berakibat pada kematian yang menyebabkan tingginya angka kematian ibu. Penelitian juga memperlihatkan bahwa kehamilan usia muda (di bawah 20 tahun) sering kali berkaitan dengan munculnya kanker rahim. Sebagaimana kita ketahui kanker rahim dapat mengancam jiwa sehingga menimbulkan kematian. Semua resiko tersebut mengindikasikan bahwa bila kehamilan tersebut dilanjutkan justru akan mengancam jiwa ibu (adanya indikasi medis). Sebagaimana disebutkan dalam UU no. 23 tahun 1992 tentang kesehatan dalam pasal 15 dijelaskan bahwa tenaga kesehatan dapat melakukan tindakan medis dalam keadaan darurat untuk menyelamatkan ibu atau janin atas pertimbangan tim ahli medis dan dengan persetujuan ibu hamil dan keluarganya. Maka dalam kasus ini aborsi diperbolehkan.2. Dari segi agama Islam, fatwa MUI no. 4 tahun 2005 menyatakan bahwa perempuan yang hamil akibat diperkosa boleh melakukan aborsi. Hal ini dilandasi pemikiran munculnya kekhawatiran terhadap masa depan anak hasil perkosaan. Di antaranya, kekhawatiran munculnya penderitaan yang akan ditanggung anak tersebut. MUI juga menetapkan syarat bahwa aborsi hanya diijinkan bila usia janin dalam kandungan masih belum mencapai 40 hari karena dalam kurun waktu tersebut diyakini bahwa janin belum mempunyai ruh. Karena dalam kasus ini umur kehamilan gadis belum mencapai 40 hari, maka aborsi diperbolehkan, namun setelah ada keputusan dari sebuah tim yang melibatkan pihak keluarga, dokter, dan ahli agama.3. Korban dalam keadaan depresi. Apabila kehamilan dilanjutkan justru dapat memperparah keadaan psikologi korban. Korban merasa belum siap mempunyai anak dan tidak kuat menanggung malu akibat kehamilannya itu. Korban juga akan sulit dalam memberikan kasih sayang yang tulus kepada anak yang akan dilahirkannya nanti karena merupakan hasil kehamilan yang tidak diinginkan, sehingga dapat menyebabkan masa depan anak kemungkinan besar bisa terlantar. Selain itu, masa depan sang Ibu bisa saja terputus karena belum tercapainya suatu kematangan mental dan sosial dalam menanggung permasalahan yang sebenarnya belum dapat ditanggung oleh gadis dalam usia 13 tahun. Sehingga, jalan keluar untuk mengurangi depresi korban adalah dengan tindakan aborsi. Adapun sebelum dan setelah aborsi korban akan didampingi oleh psikiater sehingga kondisi psikologis korban tetap stabil dan tidak mengalami goncangan sehingga korban tidak terbebani oleh aborsi tersebut.4. Dokter telah berkerja dalam tim yang di mana di dalam tim tersebut terdiri atas dokter, ahli agama, dan psikiater. Mereka memutuskan untuk melakukan aborsi setelah mempertimbangkan aspek profesionalisme. Apabila tim sudah mempertimbangkan seperti itu, maka keputusan yang diambil tim pasti sudah memperhatikan dan menimbang dari aspek etika, hukum, dan disiplin kedokteran dengan sebaik-baiknya. Sehingga, keputusan tim dokter untuk melakukan aborsi dapat dipertimbangkan oleh keluarga sebagai jalan yang terbaik bagi sang korban.5. Dari segi Kode Etik Kedokteran Indonesia, menurut pasal 7c bahwa Seorang dokter harus menghormati hak-hak pasien, hak-hak sejawatnya, dan hak tenaga kesehatan lainnya, dan harus menjaga kepercayaan pasien. Dalam hal ini perlu digarisbawahi mengenai menghormati hak-hak pasien yang mana meskipun orangtualah yang meminta adanya aborsi, tetapi perlu diingat bahwa korban merupakan gadis SMP kelas 1 berusia 13 tahun dan belum dapat menentukan keputusan yang tepat karena berdasarkan WHO usia 15-24 tahun merupakan dewasa muda (youth) dan penduduk muda (young people) bagi mereka yang berusia 10-24 tahun. Oleh karena itu, keputusan berada ditangan orangtua sepenuhnya dalam menentukan tindakan yang akan dilakukan bagi sang korban dan anaknya. Dokter dalam hal ini berkewajiban memberikan keterangan selengkapnya dan sebenarnya bagi orangtua bahwa aborsi yang akan dilakukan telah dipertimbangkan secara matang bersama ahli agama dan psikiater serta dengan mempertimbangkan aspek profesionalisme bahwa aborsi merupakan keputusan yang terbaik bagi sang korban.

Terlepas dari pro ataupun kontra dalam pelaksaan tindak aborsi ini, saat ini belum dapat diputuskan secara pasti mengingat bahwa dalam menentukan suatu keputusan, harus ditinjau pula keadaan pasiennya, serta mempertimbangkan hasil inform consent (kontrak persetujuan) dari pihak keluarga untuk menyatakan persetujuan atas tindakan medis tertentu.

Bab IV Kesimpulan1. Adanya pro dan kontra dalam pengambilan keputusan tindakan aborsi pada kasus ini dikarenakan perbedaan pandangan dalam melihat berbagai aspek, baik hukum, agama dan kode etik kedokteran.2. Hasil keputusan tim dokter seharusnya menunggu kepastian dari orang tua yang bersangkutan, karena dalam kasus aborsi, dikatakan bahwa tanpa persetujuan orang tua, aborsi tidak dapat dilakukan apapun alasannya. Sehingga dalam hal ini belum dapat diputuskan akan dilakukan aborsi atau tidak, mengingat belum ada keputusan pasti dari orangtua.

Daftar PustakaAnonim. 2004. Hukum dan Aborsi. http: // www.a borsi.org . (13 Oktober 2009)

Billy N. 2008. Aborsi Menurut Hukum di Indonesia.http://www.hukumkes.wordpress.com/2008/03/15/aborsi-menurut-hukumdi-indonesia/(13 Oktober 2009).

BKKBN. 2005. Tanya Jawab Kesehatan Reproduksi Remaja. http://www.bkkbn.go.id.(14 Oktober 2009).

Blofied, Marike Helena. 2006. The politics of Moral Sin. Kansas: Rodledge.

Hanafiah, M. Jusuf dan Amri Amir. 1999. Reproduksi Manusia. Dalam: EtikaKedokteran dan Hukum Kesehatan. Jakarta: EGC, p.94-96. 1999. Lafal Sumpah Dokter. Dalam: Etika Kedokteran dan Hukum Kesehatan. Jakarta: EGC, p.8-10.

Hanafiah, M. Jusuf. 1999. Seminar etika Profesi dalam Kesehatan Reproduksi,Semarang : Pertemuan Ilmiah Tahunan Perkumpulan Obstetri Ginekologi Indonesia (PIT-POGI XI)

Idris, Fahmi. 2009. Kontroversi Aborsi.http://www.tempointeraktif.com/hg/hukum/2009/03/04/brk,20090304-163103,id.html.(11 Oktober 2009)

MKEK IDI. 2004. Kode Etik Kedokteran dan Pedoman Pelaksanaan Kode Etik Kedokteran Indonesia. http://library.usu.ac.id. (11 Oktober 2009).

Moeljatno. 2003. Kitab Undang-undang Hukum Pidana (KUHP). Jakarta: Bumi Aksara. p.94-98

PPI India. 2005. MUI Izinkan Aborsi Akibat Perkosaan.http://www.republika.co.id/detail.asp?katakunci=aborsi&id=215416. (14 Oktober 2009).

Qardhawi, Yusuf. 2006. Resiko bila memilih aborsi. Fatwa-Fatwa Kontemporer,Jakarta: Gema Insani Press. Diambil dari:http://dokteriwanmenjawab.blogspot.com/2007/08/resiko-bila-memilihaborsi.html.(14 Oktober 2009)

Shalih, Syaikh. 2009. Panduan Fiqih Praktis bagi Wanita. Jakarta: Pustaka Sumayyah.

Reaksi:

STANDAR PELAYANAN MINIMAL PADA RUMAH SAKIT UNTUK MEWUJUDKAN KESEHATAN MASYARAKAT YANG OPTIMALCreated by: Bayu Soenarsana Putra

ABSTRAKBerbagai upaya harus dilakukan untuk mewujudkan status kesehatan masyarakat yang optimal, salah satu diantaranya ialah menyelenggarakan pelayanan kesehatan. Demi tercapainya kemampuan untuk hidup sehat bagi setiap penduduk agar dapat mewujudkan derajat kesehatan masyarakat yang optimal maka diperlukan upaya untuk memperluas dan mendekatkan pelayanan kesehatan kepada masyarakat dengan mutu yang baik dan biaya yang terjangkau. Sejalan dengan meningkatnya pendidikan, perubahan sosial budaya masyarakat dan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi kedokteran maka sistem nilai pun berubah. Masyarakat semakin menuntut pelayanan yang bermutu dan kadang-kadang canggih. Rumah sakit sebagai mata rantai pelayanan kesehatan mempunyai fungsi utama penyembuhan dan pemulihan. Rumah sakit ini bersama dengan puskesmas melalui jalur rujukan diharapkan mampu memberikan pelayanan kesehatan paripuma bagi masyarakat. Dengan semakin meningkatnya tuntutan masyarakat akan mutu pelayanan maka fungsi pelayanan rumah sakit secara bertahap perlu ditingkatkan agar menjadi lebih efisien, sehingga dapat menampung rujukan dari puskesmas dan sarana kesehatan lainnya.

Kata kunci : Standar Pelayanan Rumah Sakit, pelayanan kesehatan

PendahuluanDalam era globalisasi dan ditunjang perkembangan dunia usaha yang semakin pesat mengakibatkan naiknya persaingan bisnis. Masing-masing perusahaan saling beradu strategi dalam usaha menarik konsumen. Persaingan tersebut tidak hanya persaingan bisnis dibidang manufaktur/industri tetapi juga dibidang usaha pelayanan jasa. Salah satu bentuk usaha pelayanan jasa adalah jasa kesehatan, terutama jasa rumah sakit. Hal ini terbukti semakin banyaknya rumah sakit yang didirikan baik pemerintah maupun swasta. Akibat dari perkembangan rumah sakit yang semakin pesat ini, menimbulkan persaingan yang ketat pula. Sehingga menuntut adanya persaingan atas produk dan kepercayaan pelanggan.Tugas utama rumah sakit adalah memberikan jasa pengobatan, perawatan, dan pelayanan kesehatan. Dalam memberikan jasa pelayanan kesehatan, rumah sakit memperoleh penghasilan dari pendapatan jasa dan fasilitas yang diberikan. Salah satunya adalah jasa rawat inap. Dimana pendapatan dari jasa tersebut didapat dari tarif yang harus dibayar oleh pemakai jasa rawat inap. Penentuan tarif jasa rawat inap merupakan suatu keputusan yang sangat penting. Karena dapat mempengaruhi profitabilitas atau keuntungan suatu rumah sakit. Walau begitu suatu rumah sakit tidak hanya ditekankan dengan sebuah profitabilitas namun harus lebih mengacu kepada kepuasaan pasien atau dalam hal ini bisa disebut patient priority, dengan memprioritaskan pada pasien maka kualitas dari rumah sakit pun perlu ditingkatkan dan penulis pada pembahasannya kali ini akan membahas bagaimana standar pelayanan minimal pada perawatan rawat inap sehingga pasien mendapatkan kualitas pelayanan rumah sakit dan mendapatkan pula kepuasaan pasien.Sebagai perbandingan kepuasan terhadap jasa pelayanan adalah jasa yang diterima atau yang dirasakan sesuai dengan yang diharapkan. Kepuasan pelanggan secara keseluruhan terhadap pelayanan dipengaruhi oleh mutu. Jika mutu pelayanan yang dirasakan sama atau melebihi mutu pelayanan yang diharapkan, maka pelanggan akan puas.Rumah sakit adalah institusi pelayanan kesehatan yang menyelenggarakan pelayanan kesehatan perorangan secara paripurna yang menyediakan pelayanan rawat inap, rawat jalan dan gawat darurat. Sebagai organisasi publik, rumah sakit diharapkan mampu memberikan pelayanan kesehatan yang bermutu kepada masyarakat. Untuk menjamin terlaksananya pelayanan kesehatan yang bermutu setiap rumah sakit perlu mengembangkan Standar Pelayanan Medik (SPM).Hak rumah sakit adalah kekuasaan atau kewenangan yang dimiliki rumah sakit untuk mendapatkan atau memutuskan untuk berbuat sesuatu yaitu:1. Membuat peraturan-peraturan yang berlaku di RS nya sesuai dengan kondisi atau keadaan yang ada di RS tersebut (hospital by laws).2. Mensyaratkan bahwa pasien harus mentaati segala peraturan RS.3. Mensyaratkan bahwa pasien harus mentaati segala instruksi yang diberikan dokter kepadanya.4. Memilih tenaga dokter yang akan bekerja di RS. melalui panitia kredential.5. Menuntut pihak-pihak yang telah melakukan wanprestasi (termasuk pasien, pihak ketiga, dll).6. Mendapat jaminan dan perlindungan hukum.Hak untuk mendapatkan imbalan jasa pelayanan yang telah diberikan kepada pasien. Sedangkan, kewajiban rumah sakit adalah:1. Mematuhi peraturan dan perundangan yang dikeluarkan oleh Pemerintah.2. Memberikan pelayanan pada pasien tanpa membedakan golongan dan status pasien.3. Merawat pasien sebaik-baiknya dengan tidak membedakan kelas perawatan (Duty of Care).4. Menjaga mutu perawatan tanpa membedakan kelas perawatan (Quality of Care).5. Memberikan pertolongan pengobatan di Unit Gawat Darurat tanpa meminta jaminan materi terlebih dahulu.6. Menyediakan sarana dan peralatan umum yang dibutuhkan.7. Menyediakan sarana dan peralatan medik sesuai dengan standar yang berlaku.8. Menjaga agar semua sarana dan peralatan senantiasa dalam keadaan siap pakai.9. Merujuk pasien ke RS lain apabila tidak memiliki sarana, prasarana, peralatan dan tenaga yang diperlukan.10. Mengusahakan adanya sistem, sarana dan prasarana pencegahan kecelakaan dan penanggulangan bencana.11. Melindungi dokter dan memberikan bantuan administrasi dan hukum bilamana dalam melaksanakan tugas dokter tersebut mendapatkan perlakuan tidak wajar atau tuntutan hukum dari pasien atau keluarganya.12. Mengadakan perjanjian tertulis dengan para dokter yang bekerja di rumah sakit tersebut.13. Membuat standar dan prosedur tetap untuk pelayanan medik, penunjang medik, maupun non medik.14. Mematuhi Kode Etik Rumah Sakit (KODERSI).

PembahasanRumah Sakit menurut WHO Expert Committee On Organization Of Medical Care: is an integral part of social and medical organization, the function of which is to provide for the population complete health care, both curative and preventive and whose outpatient service reach out to the family and its home environment; the hospital is also a centre for the training of health workers and for biosocial research, yang dalam bahasa Indonesianya jika diterjemahkan secara bebas dapat berarti: suatu bagian menyeluruh dari organisasi dan medis, berfungsi memberikan pelayanan kesehatan lengkap kepada masyarakat baik kuratif maupun rehabilitatif, dimana output layanannya menjangkau pelayanan keluarga dan lingkungan, rumah sakit juga merupakan pusat pelatihan tenaga kesehatan serta untuk penelitian biososial.Definisi rumah sakit menurut Keputusan Menteri Republik Indonesia nomor 983.MENKES/SK/1992 mengenai pedoman rumah sakit umum dinyatakan bahwa: Rumah Sakit Umum adalah rumah sakit yang memberikan pelayanan kesehatan yang bersifat dasar, spesialistik dan pendidikan tenaga kesehatan dan pelatihan. Sementara itu menurut Siregar (2003) menyatakan bahwa rumah sakit adalah suatu organisasi yang kompleks, menggunakan gabungan ilmiah khusus dan rumit, dan difungsikan oleh berbagai kesatuan personel terlatih dan terdidik dalam menghadapi dan menangani masalah medik modern, yang semuanya terikat bersama-sama dalam maksud yang sama, untuk pemulihan dan pemeliharaan kesehatan yang baik.Pada hakikatnya definisi rumah sakit ini di setiap peraturan daerah pada umumnya sama, hanya saja terdapat perbedaan pada tugas pokoknya, yang diantaranya adalah: luas tidaknya lingkup spesialistik yang dimiliki, kekhususan menyertainya dengan adanya rumah sakit yang dibina dirjen yanmed Depkes RI yang secara fisik berada di daerah kabupaten, kota ataupun di provinsi.Tugas rumah sakit secara umum adalah melaksanakan upaya kesehatan secara berdaya guna dan berhasil guna dengan mengutamakan upaya penyembuhan, pemulihan yang dilaksanakan secara serasi, terpadu dengan upaya peningkatan serta pencegahan dan pelaksanaan upaya rujukan.Berikut merupakan tugas sekaligus fungsi dari rumah sakit secara lengkap, yaitu: Melaksanakan pelayanan medis, pelayanan penunjang medis, Melaksanakan pelayanan medis tambahan, pelayanan penunjang medis tambahan, Melaksanakan pelayanan kedokteran kehakiman, Melaksanakan pelayanan medis khusus, Melaksanakan pelayanan rujukan kesehatan, Melaksanakan pelayanan kedokteran gigi, Melaksanakan pelayanan kedokteran sosial, Melaksanakan pelayanan penyuluhan kesehatan, Melaksanakan pelayanan rawat jalan atau rawat darurat dan rawat tinggal (observasi), Melaksanakan pelayanan rawat inap, Melaksanakan pelayanan administratif, Melaksanakan pendidikan para medis, Membantu pendidikan tenaga medis umum dan tenaga medis spesialis, Membantu penelitian dan pengembangan kesehatan, Membantu kegiatan penyelidikan epidemiologi.Salah satu peran utama rumah sakit adalah memberikan pelayanan medis. Sedangkan salah satu pasal dalam Kode Etik Kedokteren (KODEKI) menyebutkan bahwa seorang dokter harus senantiasa berupaya melaksanakan profesinya sesuai dengan standar profesi yang tertinggi. Yang dimaksud dengan ukuran tertinggi adalah yang sesuai dengan perkembangan IPTEK kedokteran, etika umum, etika kedokteran, hukum dan agama, sesuai tingkat/ jenjang pelayanan kesehatan, serta kondisi dan situasi setempat. Dengan ditetapkannya Undang-Undang Nomor 29 Tahun 2004 tentang Praktik Kedokteran, seorang dokter, dokter spesialis, dokter gigi dan dokter gigi spesialis dalam melaksanakan praktik kedokteran atau kedokteran gigi wajib memberikan pelayanan medis sesuai dengan standar profesi dan standar prosedur operasional serta kebutuhan medis pasien. Karena itu setiap dokter, dokter spesialis, dokter gigi dan dokter gigi spesialis dalam melaksanakan praktik kedokteran atau kedokteran gigi wajib menyelenggarakan kendali mutu dan kendali biaya, dimana dalam rangka pelaksanaan kegiatan tersebut dapat diselenggarakan audit medis.Pengertian audit medis adalah upaya evaluasi secara professional terhadap mutu pelayanan medis yang diberikan kepada pasien dengan menggunakan rekam medisnya yang dilaksanakan oleh profesi medis. Berdasarkan hal tersebut maka audit medis sangatlah penting untuk meningkatkan mutu pelayanan medis.UU RS menjadi landasan hukum terbaru yang memiliki kekuatan koersif dalam mewajibkan setiap pengelola rumah sakit untuk memberikan pelayanan berkualitas terhadap siapa saja. Rumah sakit dilarang menolak pasien dengan alasan apapun terutama soal finansial. Tidak ada klasifikasi kelas di rumah sakit pemerintah (semua harus kelas III) sedangkan untuk rumah sakit swasta diwajibkan menyediakan 25% ruangannya untuk kelas III.Dalam islam pun juga diterangkan dimana kita sesama manusia wajib saling tolong-menolong, dan dalam hal ini rumah sakit harus memberikan pelayanan yang berkualitas bagi siapapun yang membutuhkan tanpa membedakan status sosial. Seperti firman Allah dalam surat Al-Maidah ayat 2 yang artinya Dan tolong-menolonglah kalian dalam (mengerjakan) kebaikan dan takwa, dan jangan tolong-menolong dalam berbuat dosa dan pelanggaran. Dan bertakwalah kalian kepada Allah, sesungguhnya Allah amat keras siksa-Nya." Ayat ini sebagai dalil yang jelas akan wajibnya tolong menolong dalam kebaikan dan takwa serta dilarang tolong menolong dalam perbuatan dosa dan pelanggaran. Dalam ayat ini Allah Ta'ala memerintahkan seluruh manusia agar tolong menolong dalam mengerjakan kebaikan dan takwa yakni sebagian kita menolong sebagian yang lainnya dalam mengerjakan kebaikan dan takwa, dan saling memberi semangat terhadap apa yang Allah perintahkan serta beramal dengannya.Pengembangan upaya peningkatan mutu pelayanan pada saat ini mengarah kepada patient safety yaitu keselamatan dan keamanan pasien. Karena itu, penerapan patient safety sangat penting untuk meningkatkan mutu rumah sakit dalam rangka globalisasi. Dalam World Health Assembly pada tanggal 18 Januari 2002, WHO Excecutive Board yang terdiri dari 32 wakil dari 191 negara anggota telah mengeluarkan suatu resolusi yang disponsori oleh, pemerintah Inggris, Belgia, Italia dan Jepang untuk membentuk program patient safety yang terdiri dari 4 aspek utama yakni :1. Penetapan norma, standar dan pedoman global mengenai pengertian, pengaturan dan pelaporan dalam melaksanakan kegiatan pencegahan dan penerapan aturan untuk menurunkan resiko.2. Merencanakan kebijakan upaya peningkatan pelayanan pasien berbasis bukti dengan standar global, yang menitikberatkan terutama dalam aspek produk yang aman dan praktek klinis yang aman sesuai dengan pedoman, medical product dan medical devices yang aman digunakan serta mengkreasi budaya keselamatan dan keamanan dalam pelayanan kesehatan dan organisasi pendidikan.3. Mengembangkan mekanisme melalui akreditasi untuk mengakui karateristik provider pelayanan kesehatan bahwa telah melewati benchmark untuk unggulan dalam keselamatan dan keamanan pasien secara internasional (patient safety internationally).4. Mendorong penelitian terkait dengan patient safety. Keempat aspek diatas sangat erat kaitannya dengan globalisasi bidang kesehatan yang menitikberatkan akan "mutu". Dengan adanya program keselamatan dan keamanan pasien (patient safety) tersebut, diharapkan rumah sakit bertanggung jawab untuk meningkatkan mutu pelayanan dengan standar yang tinggi sesuai dengan kondisi rumah sakit sehingga terwujudnya pelayanan medik prima di rumah sakit. Aspek mutu pelayanan medis dirumah sakit berkaitan erat dengan masalah medikolegal.Dalam memberikan pelayanan medis yang berkualitas, para tenaga medis diharapkan dapat :1. Memberikan pelayanan medik dengan standar yang tinggi2. Mempunyai sistem dan proses untuk melakukan monitoring dan meningkatkan pelayanan:a. Konsultasi yang melibatkan pasienb. Manajemen resiko klinisc. Audit medisd. Riset dan efektivitase. Pengorganisasian dan manajemen staf medisf. Pendidikan, pelatihan dan pengembangan profesi berkelanjutan (Continuing Professional Development/CPD)g. Memanfaatkan informasi tentang pengalaman, proses dan outcome3. Secara efekif melaksanakan clinical governance yaitu:a. Adanya komitmen untuk mutub. Meningkatkan mutu pelayanan dan asuhan pasien secara berkesinambunganc. Memberikan pelayanan dengan pendekatan yang berfokus pada pasiend. Mencegah clinical medical errorUpaya peningkatan mutu dapat dilaksanakan melalui clinical governance. Karena secara sederhana Clinical Governance adalah suatu cara (sistem) upaya menjamin dan meningkatkan mutu pelayanan secara sistematis dan efisien dalam organisasi rumah sakit. Karena upaya peningkatan mutu sangat terkait dengan standar balk input, proses maupun outcome maka penyusunan indikator mutu klinis yang merupakan standar outcome sangatlah penting.Dalam memberikan pelayanan yang berkualitas bagi masyarakat, perlu adanya Standar Pelayanan Rumah Sakit, yang berarti adalah penyelenggaraan pelayanan manajemen rumah sakit, pelayanan medik, pelayanan penunjang dan pelayanan keperawatan baik rawat inap maupun rawat jalan yang minimal harus diselenggarakan oleh rumah sakit.Untuk mengukur kinerja rumah sakit ada beberapa indikator atau tolak ukur ukur yang dapat menunjukkan indikasi-indikasi terjadinya perubahan tertentu, yaitu:a. Input, yang dapat mengukur pada bahan alat sistem prosedur atau orang yang memberikan pelayanan misalnya jumlah dokter, kelengkapan alat, prosedur tetap dan lain-lain.b. Proses, yang dapat mengukur perubahan pada saat pelayanan yang misalnya kecepatan pelayanan, pelayanan dengan ramah dan lain-lain.c. Output, yang dapat menjadi tolok ukur pada hasil yang dicapai, misalnya jumlah yang dilayani, jumlah pasien yang dioperasi, kebersihan ruangan.d. Outcome, yang menjadi tolok ukur dan merupakan dampak dari hasil pelayanan sebagai misalnya keluhan pasien yang merasa tidak puas terhadap pelayanan dan lain-lain.e. Benefit, adalah tolok ukur dari keuntungan yang diperoleh pihak rumah sakit maupun penerima pelayanan atau pasien yang misal biaya pelayanan yang lebih murah, peningkatan pendapatan rumah sakit.f. Impact, adalah tolok ukur dampak pada lingkungan atau masyarakat luas misalnya angka kematian ibu yang menurun, meningkatnya derajat kesehatan masyarakat, meningkatnya kesejahteraan karyawan.Indikator-indikator pelayanan rumah sakit dapat dipakai untuk mengetahui tingkat pemanfaatan, mutu, dan efisiensi pelayanan rumah sakit. Indikator-indikator berikut bersumber dari sensus harian rawat inap :1. BOR (Bed Occupancy Ratio = Angka penggunaan tempat tidur)BOR menurut Huffman (1994) adalah the ratio of patient service days to inpatient bed count days in a period under consideration. Sedangkan menurut Depkes RI (2005), BOR adalah prosentase pemakaian tempat tidur pada satuan waktu tertentu. Indikator ini memberikan gambaran tinggi rendahnya tingkat pemanfaatan tempat tidur rumah sakit. Nilai parameter BOR yang ideal adalah antara 60-85% (Depkes RI, 2005). Rumus : BOR = (Jumlah hari perawatan rumah sakit / (Jumlah tempat tidur X Jumlah hari dalam satu periode)) X 100%2. AVLOS (Average Length of Stay = Rata-rata lamanya pasien dirawat)AVLOS menurut Huffman (1994) adalah The average hospitalization stay of inpatient discharged during the period under consideration. AVLOS menurut Depkes RI (2005) adalah rata-rata lama rawat seorang pasien. Indikator ini disamping memberikan gambaran tingkat efisiensi, juga dapat memberikan gambaran mutu pelayanan, apabila diterapkan pada diagnosis tertentu dapat dijadikan hal yang perlu pengamatan yang lebih lanjut. Secara umum nilai AVLOS yang ideal antara 6-9 hari (Depkes, 2005). Rumus : AVLOS = Jumlah lama dirawat / Jumlah pasien keluar (hidup + mati)3. TOI (Turn Over Interval = Tenggang perputaran)TOI menurut Depkes RI (2005) adalah rata-rata hari dimana tempat tidur tidak ditempati dari telah diisi ke saat terisi berikutnya. Indikator ini memberikan gambaran tingkat efisiensi penggunaan tempat tidur. Idealnya tempat tidur kosong tidak terisi pada kisaran 1-3 hari. Rumus : TOI = ((Jumlah tempat tidur X Periode) Hari perawatan) / Jumlah pasien keluar (hidup + mati)4. BTO (Bed Turn Over = Angka perputaran tempat tidur)BTO menurut Huffman (1994) adalah the net effect of changed in occupancy rate and length of stay. BTO menurut Depkes RI (2005) adalah frekuensi pemakaian tempat tidur pada satu periode, berapa kali tempat tidur dipakai dalam satu satuan waktu tertentu. Idealnya dalam satu tahun, satu tempat tidur rata-rata dipakai 40-50 kali. Rumus : BTO = Jumlah pasien keluar (hidup + mati) / Jumlah tempat tidur5. NDR (Net Death Rate)NDR menurut Depkes RI (2005) adalah angka kematian 48 jam setelah dirawat untuk tiap-tiap 1000 penderita keluar. Indikator ini memberikan gambaran mutu pelayanan di rumah sakit. Rumus : NDR = (Jumlah pasien mati > 48 jam / Jumlah pasien keluar (hidup + mati) ) X 1000 6. GDR (Gross Death Rate)GDR menurut Depkes RI (2005) adalah angka kematian umum untuk setiap 1000 penderita keluar. Rumus : GDR = ( Jumlah pasien mati seluruhnya / Jumlah pasien keluar (hidup + mati)) X 1000 Dalam memberikan pelayanan rawat inap yang mencakup seluruh lapisan masyarakat, Rumah Sakit menyediakan enam kelas jasa yaitu VIP, Utama I, Utama II, Kelas I, Kelas II, Kelas III. Yang masing-masing kelas mempunyai fasilitas yang berbeda-beda. Sebagai contoh, fasilitas yang ditawarkan tiap kelas pada suatu rumah sakit yaitu:1) Ruang VIPFasilitas yang tersedia yaitu tempat tidur pasien (multi fungsi), tempat tidur penunggu, AC split, TV, kulkas, sofa, over table, kursi teras, nurse call, almari pakaian, kamar mandi + kloset duduk, westafel + cermin hias, jemuran handuk kecil, jam dinding. Satu kamar ditempati oleh seorang pasien. Ukuran kamar 4 x 7m.2) Ruang UtamaFasilitas yang tersedia adalah tempat tidur pasien, TV almari pasien, kursi teras, kursi penunggu, nurse call, kamar mandi, westafel + cermin hias, jam dinding. Satu kamar ditempati oleh seorang pasien. Ukuran kamar 4 x 4 m. fasilitas untuk utama I dan II sama.3) Kelas IFasilitas yang disediakan adalah tempat tidur pasien, kamar mandi, kipas angin, meja pasien, almari pasien, nurse call, kursi penunggu. Satu kamar ditempati oleh dua orang. Ukuran kamar 4 x 3m.4) Kelas IIFasilitas yang tersedia yaitu tempat tidur pasien, kursi penunggu, meja pasien. Satu kamar ditempati 4 orang pasien. Ukuran kamar untuk kelas II adalah 4 x 8 m.5) Kelas IIIFasilitas yang diberikan yaitu tempat tidur pasien, almari pasien, kursi penunggu, meja pasien. Satu kamar ditempati oleh 10 pasien. Ukuran kamar 9 x 8 m.Namun ada beberapa pertimbangan dari pihak manajemen rumah sakit dalam menentukan tarif kamar rawat inap, yaitu:1. Tarif Pesaing.Penyesuaian tarif ini merupakan hal paling menentukan dalam penentuan tarif2. Segmen PasarPihak manajemen rumah sakit menerapkan tarif sesuai kelas-kelas perawatan berdasarkan segmen pasar yang ada dalam masyarakat3. Kebijakan subsidi silangDengan konsep ini maka tarif untuk masyarakat yang kurang mampu idealnya harus diatas unit cost agar surplusnya dapat dipakai untuk menutupi kekurangan kelas bawahMutu pelayanan kesehatan dipengaruhi oleh ada tidaknya kritikan dan keluhan dari pasiennya, lembaga sosial atau swadaya masyarakat dan bahkan pemerintah sekalipun. Mutu akan diwujudkan jika telah ada dan berakhirnya interaksi antara penerima pelayanan dan pemberi pelayanan. Jika pemerintah yang menyampaikan kritikan ini dapat berarti bahwa masyarakat mendapatkan legalitas bahwa memang benar mutu pelayanan kesehatan harus diperbaiki. Mengukur mutu pelayanan dapat dilakukan dengan melihat indikator-indikator mutu pelayanan rumah sakit yang ada di beberapa kebijakan pemerintah, sudahkan kita mengetahuinya. Analisa indikator akan mengantarkan kita bagaimana sebenarnya kualitas manajemen input, manajemen proses dan output dari proses pelayanan kesehatan secara mikro maupun makro.KesimpulanMutu pelayanan kesehatan dipengaruhi oleh ada tidaknya kritikan dan keluhan dari pasiennya, lembaga sosial atau swadaya masyarakat dan bahkan pemerintah sekalipun. Mutu akan diwujudkan jika telah ada dan berakhirnya interaksi antara penerima pelayanan dan pemberi pelayanan. Jika pemerintah yang menyampaikan kritikan ini dapat berarti bahwa masyarakat mendapatkan legalitas bahwa memang benar mutu pelayanan kesehatan harus diperbaiki. Mengukur mutu pelayanan dapat dilakukan dengan melihat indikator-indikator mutu pelayanan rumahsakit yang ada di beberapa kebijakan pemerintah, melalui indikator-indikator tersebut kita bisa melihat standar pelayanan medik terhadap pasien di suatu rumahsakit.Standar Pelayanan Rumah Sakit dalam hal ini adalah penyelenggaraan pelayanan manajemen rumah sakit, pelayanan medik, pelayanan penunjang dan pelayanan keperawatan baik rawat inap maupun rawat jalan yang minimal harus diselenggarakan oleh rumah sakit. Oleh karena itu dengan adanya standar pelayanan medik pada rumah sakit ini, maka akan dapat mengendalikan mutu dari rumah sakit itu sendiri yang pada akhirnya nanti akan memberikan dampak ke pasien, yang diperlihatkan melalui kepuasaan pasien terhadap pelayanan di suatu rumah sakit.

SaranDiharapkan suatu instansi, khususnya rumah sakit ini dalam memperlakukan pasien dengan sebaik-baiknya dengan tidak memandang status, karena dalam firman Allah dalam surat Al-Maidah ayat 2 dikatakan yang artinya Dan tolong-menolonglah kalian dalam (mengerjakan) kebaikan dan takwa, dan jangan tolong-menolong dalam berbuat dosa dan pelanggaran. Dan bertakwalah kalian kepada Allah, sesungguhnya Allah amat keras siksa-Nya." Maka, dengan adanya standar pelayanan medik tersebut diharapkan mutu pelayanan medik dalam melayani pasien akan meningkat dan memberikan kepuasaan terhadap pasien.

Daftar Pustaka

Jonirasmanto. Mutu Pelayanan http://pustaka.net/penerapan.metode.activity.based.costing.system.dalam.menentukan.besarnya.tarif.jasa.rawat.inap.studi.pada.rsud.kabupaten.batanghttp://www.artikelindonesia.com/docs/hal-Mutu-Pelayanan-Kesehatan

http://www.docstoc.com/docs/16963644/MUTU-PELAYANAN

http://www.jmpk-online.net/Volume_9/Vol_9_No_04_Des_2006.pdf

http://www.jmpk-online.net/Volume_5/Vol_5_No_02_Des_2002.pdf