LEMBAR KERJA SISWA

11
1 LEMBAR KERJA SISWA (LKS) 1 Slamet Suyanto, Paidi, dan Insih Wilujeng 2 A. Pendahuluan Sains merupakan disiplin ilmu yang mempelajari objek alam dengan metode ilmiah (Sund, 1989). Objek tersebut meliputi benda-benda di sekitar anak. Air, udara, bunyi, api, tanah, tumbuhan, hewan, dan dirinya sendiri merupakan objek-objek sains yang sering menjadi perhatian anak. Berbagai gejala alam seperti hujan, angin, petir, kebakaran, hewan yang beranak dan bertelur, tumbuhan yang berbunga dan berbuah yang menarik perhatian anak juga merupakan objek sains. Objek-objek tersebut dipelajari melalui metode ilmiah yang disederhanakan. Menurut NSTA (National Science Teacher Association) (2005) salah satu standar sains adalah sains sebagai cara penyelidikan (science as inquiry). Standar ini menyatakan pentingnya melatih anak melakukan “penyelidikan” terhadap berbagai fenomena alam. Observasi, eksplorasi, dan eksperimentasi melakukan pengukuran, menggunakan bilangan, dan melakukan klasifikasi merupakan kegiatan belajar sains melalui proses inquiry. Untuk memandu siswa melakukan proses inkuiri sains digunakanlah Lembar Kerja Siswa (LKS). 1 Disampikan dalam acara Pembekalan guru daerah terluar, terluar, dan tertinggal di Akademi Angkatan Udara Yogyakarta tanggal 26 Nopember-6 Desember 2011. 2 Dr. Slamet Suyanto, M.Ed. dan Dr. Paidi, M.Si. Dosen Jurusan Pendidikan Biologi dan Dr. Insih Wilujeng, M.Si. adalah dosen Fisika, FMIPA Universitas Negeri Yogyakarta.

Transcript of LEMBAR KERJA SISWA

Page 1: LEMBAR KERJA SISWA

1

LEMBAR KERJA SISWA (LKS)1

Slamet Suyanto, Paidi, dan Insih Wilujeng2

A. Pendahuluan

Sains merupakan disiplin ilmu yang mempelajari objek alam dengan metode

ilmiah (Sund, 1989). Objek tersebut meliputi benda-benda di sekitar anak. Air, udara,

bunyi, api, tanah, tumbuhan, hewan, dan dirinya sendiri merupakan objek-objek sains

yang sering menjadi perhatian anak. Berbagai gejala alam seperti hujan, angin, petir,

kebakaran, hewan yang beranak dan bertelur, tumbuhan yang berbunga dan

berbuah yang menarik perhatian anak juga merupakan objek sains. Objek-objek

tersebut dipelajari melalui metode ilmiah yang disederhanakan. Menurut NSTA

(National Science Teacher Association) (2005) salah satu standar sains adalah sains

sebagai cara penyelidikan (science as inquiry). Standar ini menyatakan pentingnya

melatih anak melakukan “penyelidikan” terhadap berbagai fenomena alam.

Observasi, eksplorasi, dan eksperimentasi melakukan pengukuran, menggunakan

bilangan, dan melakukan klasifikasi merupakan kegiatan belajar sains melalui proses

inquiry. Untuk memandu siswa melakukan proses inkuiri sains digunakanlah Lembar

Kerja Siswa (LKS).

B. Pengertian LKS

LKS merupakan bagian dari enam perangkat pembelajaran. Para guru di negara

maju, seperti Amerika Serikat mengembangkan enam perangkat pembelajaran untuk

setiap topik; di mana untuk IPA disebut science pack. Keenam perangkat

pembelajaran tersebut adalah (1) syllabi (silabi), (2) lesson plan (RPP), (3) hand out

(bahan ajar), (4) student worksheet atau Lembar Kerja Siswa (LKS), (5) media

(minimal powerpoint), dan (6) evaluation sheet (lembar penilaian).

LKS merupakan lembaran di mana siswa mengerjakan sesuatu terkait dengan

apa yang sedang dipelajarinya. Sesuatu yang dipelajari sangat beragam, seperti

1 Disampikan dalam acara Pembekalan guru daerah terluar, terluar, dan tertinggal di Akademi Angkatan Udara Yogyakarta tanggal 26 Nopember-6 Desember 2011.

2 Dr. Slamet Suyanto, M.Ed. dan Dr. Paidi, M.Si. Dosen Jurusan Pendidikan Biologi dan Dr. Insih Wilujeng, M.Si. adalah dosen Fisika, FMIPA Universitas Negeri Yogyakarta.

Page 2: LEMBAR KERJA SISWA

2

melakukan percobaan, mengidentifikasi bagian-bagian, membuat tabel, melakukan

pengamatan, menggunakan mikroskop atau alat pengamatan lainnya dan

menuliskan atau menggambar hasil pengatamantannya, melakukan pengukuran dan

mencatat data hasil pengukurannya, menganalisis data hasil pengukuran, dan

menarik kesimpulan. Untuk mempermudah siswa melakukan proses-proses belajar,

digunakanlah LKS.

Beberapa definisi LKS muncul terkait dengan kegiatan belajar tersebut, seperti

(1) a sheet of paper used for the preliminary or rough draft of a problem, design,

etc., (2) a piece of paper recording work being planned or already in progress, (3) a

sheet of paper containing exercises to be completed by a pupil or student

(http://www.contentextra.com ). Menurut definisi di atas, LKS adalah selembar kertas

untuk (1) menyusun skema pemecahan masalah atau membuat desain, (2) mencatat

data hasil pengamatan, dan (3) lembar diskusi/latihan kerja siswa. Ratna Wilis Dahar

(1986) menyatakan bahwa LKS adalah lembar kerja yang berisikan informasi dan

interaksi dari guru kepada siswa agar dapat mengerjakan sendiri suatu aktifitas

belajar, melalui praktek atau penerapan hasil-hasil belajar untuk mencapai tujuan

intruksional.

LKS merupakan lembar kerja bagi siswa baik dalam kegiatan intrakurikuler

maupun kokurikuler untuk mempermudah pemahaman terhadap materi pelajaran

yang didapat (Azhar, 1993 : 78). LKS (lembar kerja siswa) adalah materi ajar yang

dikemas secara integrasi sehingga memungkinkan siswa mempelajari materi

tersebut secara mandiri (http://pustaka.ut.ac.id).  Berdasarkan definisi di atas, LKS di

dalam mata pelajaran yang berbeda akan berbeda pula bentuknya. LKS di dalam

mata pelajaran IPA umumnya berisi panduan kegiatan penyelidikan atau

eksperimen, tabel data, dan persoalan yang perlu didiskusikan siswa dari data hasil

percobaan. LKS untuk mata pelajaran bahasa berisi latihan terkait dengan

kemampuan membaca, menulis, mendengar dan berbicara. LKS untuk pelajaran

matematika bisa berisi persoalan matematika bergambar, persoalan cerita

matematis, atau operasi matematis. LKS untuk pelajaran seni lukis dapat berisi

latihan mewarnai, menggambar, dan ekspresi seni. Dengan demikian, LKS berbeda-

beda bentuknya antarmatapelajaran yang berbeda.

Page 3: LEMBAR KERJA SISWA

3

LKS untuk siswa SD, SMP, dan SMA atau bahkan perguruan tinggi juga

berbeda-beda. LKS untuk SD biasanya sederhana dan bergambar. Hal itu

disesuaikan dengan tingkat perkembangan mental anak yang masih bersifat

operasional konkrit. Untuk siswa sekolah menengah, LKS lebih abstrak sesuai

dengan tingkat perkembangan mental mereka yang menurut Piaget (1970) sudah

mampu berfikir formal.

C. Komponen LKS

Meskipun tidak sama persis, komponen LKS meliputi hal-hal berikut:

1. Nomor LKS, hal ini dimaksudkan untuk mempermudah guru mengenal dan

menggunakannya. Misalnya untuk kelas 1, KD, 1 dan kegiatan 1, nomor LKS-nya

adalah LKS 1.1.1. Dengan nomor tersebut guru langsung tahu kelas, KD, dan

kegiatannya.

2. Judul Kegiatan, berisi topik kegiatan sesuai dengan KD, seperti Komponen

Ekosistem.

3. Tujuan, adalah tujuan belajar sesuai dengan KD.

4. Alat dan bahan, jika kegiatan belajar memerlukan alat dan bahan, maka dituliskan

alat dan bahan yang diperlukan.

5. Prosedur Kerja, berisi petunjuk kerja untuk siswa yang berfungsi mempermudah

siswa melakukan kegiatan belajar.

6. Tabel Data, berisi tabel di mana siswa dapat mencatat hasil pengamatan atau

pengukuran. Untuk kegiatan yang tidak memerlukan data, maka bisa diganti

dengan kotak kosong di mana siswa dapat menulis, menggambar, atau berhitung.

7. Bahan diskusi, berisi pertanyaan-pertanyaan yang menuntun siswa melakukan

analisis data dan melakukan konseptualisasi. Untuk beberapa mata pelajaran,

seperti bahasa, bahan diskusi bisa berupa pertanyaan-pertanyaan yang bersifat

refleksi.

D. Fungsi LKS

LKS memiliki beberapa fungsi sebagai berikut:

Page 4: LEMBAR KERJA SISWA

4

1. Sebagai panduan siswa di dalam melakukan kegiatan belajar, seperti melakukan

percobaan. LKS berisi alat dan bahan serta prosedur kerja.

2. Sebagai lembar pengamatan, di mana LKS menyediakan dan memandu siswa

menuliskan data hasil pengamatan. LKS berisi tabel yang memungkinkan siswa

mencatat data hasil pengukuran atau pengamatan.

3. Sebagai lembar diskusi, di mana LKS berisi sejumlah pertanyaan yang menuntun

siswa melakukan diskusi dalam rangka konseptualisasi. Melalui diskusi tersebut

siswa dilatih membaca dan memaknakan data untuk memperoleh konsep-konsep

yang dipelajari.

4. Sebagai lembar penemuan (discovery), di mana siswa mengekspresikan

temuannya berupa hal-hal baru yang belum pernah ia kenal sebelumnya.

5. Sebagai wahan untuk melatih siswa berfikir lebih kritis dalam kegiatan belajar

mengajar.

6. Meningkatkan minat siswa untuk belajar jika kegiatan belajar yang dipandu

melalui LKS lebih sistematis, berwarna serta bergambar serta menarik perhatian

siswa.

E. Model LKS

Menurut Reighluth (1996) ada dua pendekatan pembelajaran yaitu ekspositori

dan eksploratori. Kedua pendekatan ini merupakan dua kutub yang berlawanan.

Pendekatan eksploratori menekankan pentingnya siswa melakukan eksplorasi dalam

rangka inkuiri dan diskoveri. Pendekatan ini menuntut siswa belajar secara aktif

melakukan eksplorasi; mengamati objek, melakukan pengukuran, memanipulasi

objek, melakukan percobaan, dan sebagainya. Robert Sund (1998) menyebut

pendekatan ini sebagai open discovery. Menurutnya, secara umum ada tiga metode

pembelajaran yaitu (1) mendengar-berbicara, (2) membaca-menulis, dan (3)

mengamati-melakukan. Setiap pendekatan dan metode di atas memiliki pengaruh

terhadap model LKS, sehingga digunakan model LKS yang berbeda-beda pula.

Rumpun metode mendengar-berbicara mencakup (1) ceramah, (2) membaca, (3)

bertanya, (3) diskusi, (4) analisis film, (5) debat, (6) iur gagasan. Model LKS jenis ini

Page 5: LEMBAR KERJA SISWA

5

berisi lebih menekankan pada perintah dan hasil-hasil resitasi. Misalnya, guru

memberi ceramah tentang “Pencemaran Sampah”, lalu guru menyuruh siswa

mendiskusikan persoalan dan alternatif solusi dari pencemaran sampah tersebut

untuk kemudian dipresentasikan di kelas. Maka, LKS cenderung bersifat tertutup,

berisi perintah mendikusikan persoalan, mencari alternatif solusi, dan presentasi di

kelas.

Rumpun kedua yaitu metode membaca-menulis. Rumpun ini meliputi (1) buku

teks, (2) buku kerja, (3) kapur-papan tulis, (4) bulletin, (5) laporan, (5) reviu teman,

(6) mencatat, (7) membuat jurnal. Misalnya, guru memberi teks bacaan tentang

Sampah yang diambil dari Koran, lalu guru menyuruh siswa membaca teks, dan

mendiskusikan persoalan dan alternatif solusi dari pencemaran sampah tersebut.

Mungkin pula siswa diminta membuat kliping terkait pencemaran sampah kemudian

menulis resensinya. Maka, LKS bersifat semi terbuka, berisi perintah membaca,

mendikusikan persoalan, dan mencari alternatif solusi yang dilaporkan secara

tertulis.

Rumpun ketiga yaitu mengamati-melakukan, mencakup (1) demonstrasi, (2)

kerja lapangan, (3) kerja lab/ hands on, (4) proyek, (5) eksplorasi/diskoveri, (6)

permainan. Misalnya, pada topic pencemaran akibat sampah, guru menyuruh anak

secara berkelompok mengamati tempat-tempat yang banyak sampahnya,

mengidentifikasi jenis-jenis sampahnya, mencatat volume dan asalnya, dan

mendesain alat pengolah sampah. LKS jenis ini bersifat lebih terbuka, berisi alat dan

bahan, panduan kerja, serta tabel pengamatan dan pertanyaan pengarah diskusi

siswa. Model-model LKS dapat dilihat pada lampiran.

F. Langkah-langkah Penyusunan LKS

1. Melakukan analisis kurikulum; standar kompetensi, kompetensi dasar, indikator,

dan materi pembelajaran, serta alokasi waktu.

2. Menganalisis silabi dan memilih alternatif kegiatan belajar yang paling sesuai

dengan hasil analisis SK, KD, dan indikator.

3. Menganalisis RPP dan menentukan langkah-langkah kegiatan belajar

(Pembukaan, Inti: eksplorasi, elaborasi, konfirmasi, dan Penutup).

Page 6: LEMBAR KERJA SISWA

6

4. Menyusun LKS sesuai dengan kegiatan eksplorasi dalam RPP. Misalnya, dalam

materi Ekosistem, kegiatan eksplorasinya adalah siswa mengamati ekosistem

sawah atau yang ada di sekitar sekolah. Maka LKS berisi panduan bagaimana

memilih daerah yang merupakan ekosistem, bagaimana menghitung individu,

populasi, dan komunitas, bagaimana mengukur suhu, kelembaban, dan faktor

abiotik lainnya, dst.

G.Penggunaan LKS

Penggunaan LKS disesuaikan dengan pendekatan/metode pembelajarannya,

dapat di depan atau di belakang kegiatan pembelajaran. Pada pendekatan

eksploratori yang menekankan pentingnya proses inkuiri, LKS digunakan di awal

pembelajaran. Guru mengemukakan persoalan yang akan dikaji, membagi LKS, dan

siswa melakukan kegiatan belajar sesuai petunjuk kerja dalam LKS. Hasil

belajar/hasil pengamatan dicatat di dalam tabel atau lembar amatan di dalam LKS.

Siswa berdiskusi sesuai pertanyaan-pertanyaan yang ada dalam LKS dan

menuliskan hasilnya di dalam LKS. Hasil belajar ini dipresentasikan di kelas dan

dibahas bersama seluruh siswa. Kelompok lain mungkin menemukan hal-hal yang

berbeda. Guru memberi kesempatan siswa melakukan elaborasi dan kemudian

memberI konfirmasi atas hasil belajar kelas tersebut, lalu menutup kegiatan

pembelajaran. Alur pembelajaran seperti ini mengikuti Standar Proses

(Permendiknas nomor 41 tahun 2007) yang terdiri atas (1) Pembukaan, (2) Kegiatan

Inti terdiri atas (a) eksplorasi, (b) elaborasi, dan (c) konfirmasi, dan (3) Penutup.

H. Penilaian melalui LKS

Penilaian melalui LKS dapat dilakukan melalui beberapa cara. Pertama, yaitu

penilaian kinerja. Ketika siswa praktik atau melakukan kegiatan belajar sesuai LKS

guru melakukan penilaian melalui observasi. Misalnya, apakah siswa sudah dapat

menggunakan alat dan melakukan pengukuran dengan benar? Apakah siswa

mampu bekerjasama dengan baik pada saat melakukan kegiatan belajar? Kedua,

menilai hasil kerja siswa. Guru dapat mengambil sampel hasil kerja siswa dan

melkukan Tanya-jawab tentang hasil kerjanya tersebut. Ketiga, melalui portofolio.

Page 7: LEMBAR KERJA SISWA

7

Hasil kegiatan belajar siswa yang ditulis di dalam LKS dapat dijadikan portofolio

anak.

I. Salah LKS

Di lapangan beredar banyak sekali LKS. LKS tersebut umumnya berisi latihan

soal atau reviu dari bahan ajar setiap topik. Bentuknya berupa pertanyaan-

pertanyaan. Hal itu sebenarnya bukan LKS, tetapi merupakan evaluation sheet atau

lembar penilaian. LKS semacam itu tidak melatih siswa melakukan proses

penyelidikan (inkuiri), sebaliknya hanya berupa drill latihan soal. LKS tersebut

berbeda jauh dengan lembar kerja siswa sesungguhnya yang berisi panduan

kegiatan eksplorasi.

Daftar Pustaka

Anonim (2010). Student Worksheet Definitions. http://www.contentextra.com/bacconline/OnlineResources/

Appleton, K. (1993). Using theory to guide practice: Teaching science from a constructivist perspective. School Science and Mathematics, 93(1993). 269-274.

Bryce, T. G. K.; McCall, J.; MacGregor, R. I. J.; & Weston, R. A. J, (1990). Techniques for Assessing Process Skills in Practical Science. Oxford: Heinemann Educational Books.

DeVries, R. & Kohlberg, L. (1987). Constructivist early childhood education: Overview and comparison with other program, Washington, DC.: NAEYC.

Hewson, P. W. & Hewson, M. G. (1988). An appropriate conception of teaching science: A view from studies of science learning. Science Education, 72, 597-614.

Hooper, C. (1990). In Focus: What science is learning about learning science. The Journal of NIH Research, Vol. 2, No. 4 (1990), 75-89.

National Research Council (1996). National Science Education Standards. Washington, DC.: National Academy Press.

NSTA (2005). “National science Education Standards.” http://www.nap.edu/readingroom/books/nses/html.

Page 8: LEMBAR KERJA SISWA

8

Paiget, J. (1970). The Science of Education amd the Psychology of the Child. NY: Grossman.

Slamet Suyanto (2006). Pengenalan Sains untuk Anak TK dengan Pendekatan “Open Inquiry”. Jurnal EduKid, vol 1. No.1. April 2006.

Sund, R. (1998). Teaching Science through Discovery. New York: Macmillan Publishing Company.

Wolfinger, D.M. (1994). Science and Mathematics in Early Childhood Education. New York: Harper Collins College Publisher.