laptut kelompok 1

55
KATA PENGANTAR Puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas berkah-Nyalah kami dapat melakukan diskusi tutorial dengan lancar dan menyusun laporan hasil diskusi tutorial ini dengan tepat waktunya. Kami mengucapkan terima kasih secara khusus kepada dr. Arfi Syamsun, Sp. KF, Msi. Med sebagai tutor atas bimbingan beliau pada kami dalam melaksanakan diskusi ini. Kami juga mengucapkan terima kasih pada teman-teman yang ikut berpartisipasi dan membantu kami dalam proses tutorial ini. Kami juga ingin meminta maaf yang sebesar- besarnya atas kekurangan-kekurangan yang ada dalam laporan ini. Hal ini adalah semata-mata karena kurangnya pengetahuan kami. Maka dari itu, kami sangat mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun yang harus kami lakukan untuk dapat menyusun laporan yang lebih baik lagi di kemudian hari. 1

description

SSS

Transcript of laptut kelompok 1

Page 1: laptut kelompok 1

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa,

karena atas berkah-Nyalah kami dapat melakukan diskusi tutorial dengan

lancar dan menyusun laporan hasil diskusi tutorial ini dengan tepat waktunya.

Kami mengucapkan terima kasih secara khusus kepada dr. Arfi

Syamsun, Sp. KF, Msi. Med sebagai tutor atas bimbingan beliau pada kami

dalam melaksanakan diskusi ini. Kami juga mengucapkan terima kasih pada

teman-teman yang ikut berpartisipasi dan membantu kami dalam proses

tutorial ini.

Kami juga ingin meminta maaf yang sebesar-besarnya atas

kekurangan-kekurangan yang ada dalam laporan ini. Hal ini adalah semata-

mata karena kurangnya pengetahuan kami. Maka dari itu, kami sangat

mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun yang harus kami

lakukan untuk dapat menyusun laporan yang lebih baik lagi di kemudian

hari.

Mataram, 13 Desember 2012

Penyusun

1

Page 2: laptut kelompok 1

DAFTAR ISI

Kata Pengantar …………………………………………………………………. 1

Daftar Isi ……………………………………………………………………….. 2

Skenario………………………………………………………………………….3

Mind Map………………………………………………………………………. 4

Learning Objective (LO)……………..…………………………………………. 5

BAB I : Pendahuluan…………………………………………………………… 6

BAB II : Pembahasan LO……………..……………………………………….. 23

1. Mekonium dan fisiologinya dalam tubuh …………………………….. 23

2. APGAR ………….…………………………………………………….. 24

3. Ikterik fisiologis dan patologis ………………………………………… 25

4. Keadaan yang menyertai BBLR dan bayi belum cukup bulan ………… 28

5. Suhu pada bayi dan bayi tampak lemah dalam scenario menunjukan pada

kondisi apa ?................................................................................. 30

6. Penatalaksanaan neonatus kondisi emergency …………………………. 31

BAB II : PENUTUP ……………………………………………………………35

Kesimpulan………………………………………………………………….35

Daftar Pustaka…………………………………………………………………..36

2

Page 3: laptut kelompok 1

SKENARIO 2

BAYI YANG MALANG

Seorang bayi perempuan berusia 3 hari di rawat di NICU sebuah RS, bayi

tersebut lahir dengan berat badan 2450 gram, umur kehamilan belum cukup bulan

dan lahir melalui operasi ceasar karena mengalami lilitan tali pusar pada lehernya.

Pada saat dikeluarkan dari uterus bayi tersebut tidak langsung menangis dan

seluruh tubuh tambak kebiruan. Kondisi terakhir bayi saat diperiksa dokter di

NICU : suhu tubuh 38,8 0c, denyut jantung 167 kali/menit, frekuensi pernafasan

46 kali/menit, sclera tampak ikterik, bayi tampak lemah, tangisan lemah,

meconium belum keluar dan belum mau minum ASI.

3

Page 4: laptut kelompok 1

MIND MAP

4

NEONATUS

PENATALAKSANAAN

KELAHIRAN

APGARADAPTASI TANDA VITAL

NORMAL

TIDAK NORMAL

EMERGENCY

NORMALTIDAK

NORMAL

PENANGANAN

CAESAR

NORMAL

PREMATUR TIDAK NORMAL

NORMAL

ASFIKSIA IKTERIK

FISIOLOGISPATOLOGIS

Page 5: laptut kelompok 1

LEARNING OBJECTIVES

1. Mekonium dan fisiologinya dalam tubuh

2. APGAR

3. Ikterik fisiologis dan patologis

4. Keadaan yang menyertai BBLR dan bayi belum cukup bulan

5. Suhu pada bayi dan bayi tampak lemah dalam scenario menunjukan pada

kondisi apa ?

6. Penatalaksanaan neonatus kondisi emergency

5

Page 6: laptut kelompok 1

BAB I

PENDAHULUAN

ASFIKSIA

Asfiksia pada Bayi baru lahir

Asfiksia pada Bayi Baru Lahir adalah keadaan dimana bayi baru lahir tidak

bernapas secara spontan danteratur. Bayi yang mengalami gawat janin

sebelumnya sering akan mengalami asfiksia sesudahpersalinan.

Sebagai penyebab terjadinya asfiksia adalah :

Beberapa keadaan ibu seperti : Preeklampsia dan eklampsia; Pendarahan

abnormal ( placenta previa,solution placenta ); Partus lama / partus macet;

Demam selama persalinan; Infeksi berat (malaria, sfilis,TBC, HIV ); Kehamilan

post matur ( sesudah 42 minggu kehamilan ) dan beberapa keadaan Tali

pusatseperti : Lilitan tali pusat; Tali pusat pendek; Simpul tali pusat; dan prolap

tali pusat, yangmengakibatkan aliran darah ke janin berkurang sehingga aliran

oksigen ke janin juga berkurang yangmengakibatkan terjadi gawat janin,

menyebabkan asfiksia bayi baru lahir.

Beberapa keadaan bayi walaupun tanpa didahului tanda gawat janin, seperti :

Bayi premature (sebelum37 minggu kehamilan ); Persalinan sulit ( letak lintang,

bayi kembar, distosia bahu, ekstraksi vakum,forcep ); Kelainan congenital; Air

ketuban campur mekonium ( warna kehijauan ).

Asfiksia dapat bermanifestasi sebagai disfungsi multiorgan, kejang dan

ensefalopati hipoksik-iskemik, serta asidemia metabolik.Bayi yang mengalami

episode hipoksia-iskemi yang signifikan saat lahir memiliki risiko disfungsi dari

berbagai organ, dengan disfungsi otak sebagai pertimbangan utama.

Asfiksia neonatorum dapat terjadi selama kehamilan, pada proses persalinan

dan melahirkan atau periode segera setelah lahir. Janin sangat bergantung pada

6

Page 7: laptut kelompok 1

pertukaran plasenta untuk oksigen, asupan nutrisi dan pembuangan produk sisa

sehingga gangguan pada aliran darah umbilikal maupun plasental hampir selalu

akan menyebabkan asfiksia.

Faktor risiko asfiksia neonatorum

Faktor risiko

antepartum

Faktor risiko

intrapartum

Faktor risiko janin

Primipara

Penyakit pada ibu

Demam saat kehamilan

Hipertensi dalam

kehamilan

Anemia

Diabetes mellitus

Penyakit hati dan ginjal

Penyakit kolagen dan

pembuluh darah

Perdarahan antepartum

Riwayat kematian

neonatus sebelumnya

Penggunaan sedasi,

anelgesi atau anestesi

Malpresentasi

Partus lama

Persalinan yang sulit

dan traumatik

Mekoneum dalam

ketuban

Ketuban pecah dini

Induksi Oksitosin

Prolaps tali pusat

Prematuritas BBLR

Pertumbuhan janin

terhambat Kelainan

kongenital

7

Page 8: laptut kelompok 1

TANDA-TANDA VITAL BAYI DAN KEABNORMALANNYA

a. Suhu tubuh bayi

Pada bayi baru lahir pengukuran suhu tubuh dilakukan melalui

kulit dibandingkan dengan melalui oral atau rectal. Pengukuran suhu di

aksila atau kulit abdomen lebih disarankan. Pengukuran dapat

menggunakan termometer air raksa, atau termometer digital.

Kisaran normal suhu tubuh bayi baru lahir adalah 36,5-37,5 ®C

pada suhu aksila atau 36-36,5 ®C pada dinding abdomen.

Hipotermia pada bayi baru lahir adalah penurunan suhu tubuh bayi

sampai dibawah 36,5 ®C. Hipotermia terjadi bila tubuh tidak dapat

mengkompensasi kehilangan panas. Bayi dengan berat lahir rendah

(BBLR) terutama yang prematur memiliki risiko terjadi hipotermia lebih

besar karena jaringan lemak subkutan rendah, cadangan glikogen dan

jaringan lemak coklat rasio luas permukaan tubuh lebih besar

dibandingkan bayi baru lahir cukup bulan (BBLC).

b. Frekuensi pernapasan bayi

Pernafasan bayi baru lahir biasanya diafragmatik. Frekuensi

pernapasan berkisar

antara 30-100/menit bergantung pada aktivitas. Sebaiknya dihitung 1

menit penuh karena banyak fluktuasinya. Pada bayi cukup bulan dalam

keadaan tenang, bila didapatkan frekuensi pernafasan lebih dari

60kali/menit, harus dicurigai kemungkinan terdapat insufisiensi jantung

atau paru. Bayi prematur sering menunjukkan pernafasan jenis cheynes-

Stokes. Suara pernafasan bayi baru lahir ialah bronkoesikuler.

c. Frekuensi nadi

Frekuensi nadi pada bayi berkisar 70-180 kali/menit. Rata-rata

untuk kisaran normalnya adalah 120-130 kali/menit.

d. Tekanan darah bayi

Tekanan darah pada bayi normalnya ialah 85/60 mmHg. Metode

“flush” hanya dapat diukur tekanan sistolenya saja.

8

Page 9: laptut kelompok 1

FISIOLOGI PERSALINAN

Persalinan merupakan proses dimana bayi dilahirkan. Dokter biasanya

menghitung masa gestasi atau masa kehamilan, selama 280 hari atau 40 minggu

dari periode menstruasi yang terahir sampai tanggal kelahiran bayi. Pada bulan-

bulan terahir masa kehamilan, uterus menjadi lebih mudah teriritasi dan biasanya

sesekali menunjukkan kontraksi dan kontraksi ini akan menjadi semakin kuat dan

lebih sering terjadi sampai persalinan terinisiasi. Serviks secara berangsur-angsur

mulai berdilatasi dan kontraksi uterus yang kuat akan membantu pengeluaran bayi

dari uterus melalui vagina. Sebelum pengeluaran bayi dari uterus, kantong amnion

akan rupture dan amnion fluid akan mengalir keluar melalui vagina.

Labor merupakan periode dimana terjadi kontraksi dan menyebabkan

pengeluaran janin dari uterus. Terjadi melalui tiga tahapan:

1. First stage. Tahap pertama dimulai dengan dimulainya kontraksi uterus secara

bertahap dan memanjang sampai serviks berdilatasi sampai diameternya

sesuai dengan kepala fetus. Tahap ini biasanya berlangsung selama 8-24 jam,

tetapi tahap ini bisa lebih pendek pada beberapa wanita yang sudah pernah

melahirkan lebih dari satu kali. Normalnya, kepala fetus berada diposisi

inferior di dalam pelvis wanita selama proses labor. Kepalanya bertindak

sebagai pendorong yang akan membuka serviks dan vagina untuk terbuka

selama kontraksi uterus menekan fetus.

9

Page 10: laptut kelompok 1

2. Second stage. Tahap kedua berlangsung selama dilatasi maksimal serviks

sampai bayinya melewati vagina. Tahap ini bisa berlangsung dalam hitungan

menit atau jam. Selama dalam tahap ini, kontraksi dari otot-otot abdomen

akan membantu dari kontraksi uterus. Kontraksi ini menyebabkan tekanan

yang cukup untuk menekan pembuluh darah yang terdapat di plasenta dan

akan menyebabkan aliran darah menuju fetus terhenti. Selama periode

relaksasi, aliran darah yang menuju ke plasenta dimulai lagi.

3. Third stage. Pada tahap ini terjadi pengeluaran plasenta dari uterus. Kontraksi

yang berasal dari uterus menyebabkan plasenta terlepas dari dinding uterus.

Pada tahap ini biasanya terjadi perdarahan, hal ini terjadi karena plasenta

tertempel erat di uterus; bagaimanapun, perdarahan ini normalnya akan

dihambat karena kontraksi otot polos uterus akan menekan pembuluh darah

yang menuju ke plasenta.

10

Page 11: laptut kelompok 1

Faktor Hormonal yang Meningkatkan Kontraktilitas Uterus

1. Rasio estrogen terhadap progesterone.

Pada bulan-bulan ahir masa kehamilan, sekresi estrogen meningkat,

sedangkan sekresi dari progesterone cenderung stabil atau bahkan menurun.

Penyebab dari hal ini adalah fetus tersebut mengeluarkan hormon ACTH

(adrenocorticotropic hormone) yang akan merangsang kelenjar adrenal dari

fetus itu sendiri untuk mensekresikan steroid adreno kortikal dalam jumlah

yang lebih banyak, dan akan dikirim menuju plasenta melalui tali pusar, dan di

plasenta lah tempat kerjanya yang akan menghentikan sekresi progesterone

dan meningkatkan sekresi estrogen dan prostaglandin. Ini menyebabkan

kontraktilitas dari uterus meningkat, hal ini dikarenakan estrogen memiliki

kecenderungan untuk meningkatkan jumlah dari taut celah atau gap junction

antara sel-sel otot polos uterus yang berdekatan, dan juga karena beberapa

alasan yang masih belum bisa dimengerti. Selain itu juga karena jumlah

estrogen yang cenderung meningkatkan kontraktilitas otot menjadi meningkat

dibandingkan dengan jumlah progesterone yang memiliki sifat kontraksi

uterus selama masa kehamilan yang disekresikan konstan bahkan menurun.

2. Pengaruh Oksitosin pada Uterus

Oksitosin adalah hormone yang berfungsi secara khusus untuk meningkatkan

kontraktilitas uterus yang disekresikan oleh hipofisis posterior atau

neurohipofisis. Terdapat beberapa bukti bahwa oksitosin diperlukan dalam

meningkatkan kontraktilitas uterus, seperti; (1) otot-otot yang ada di uterus

meningkatkan jumlah reseptornya terhadap oksitosin dan mengakibatkan

peningkatan respon terhadap dosis oksitosin yang diberikan/dihasilkan dalam

bulan-bulan terahir masa kehamilan, (2) neurohipofisis menigkatkan sekresi

oksitosin secara ceapt pada saat proses persalinan, (3) apda hewan percobaan

yang telah mengalami hipofisektomi, masih bisa melakukan proses persalinan

secara normal pada kehamilan aterm, tetapi sedikit lebih lama, (4) adanya

reflex neurogenic melalui nucleus paraventrikuler hipotalamus dan nucleus

11

Page 12: laptut kelompok 1

suprakiasmatik hipotalamus yang bisa menyebabkan peningkatan sekresi

oksitosisn, reflex tersebut dikarenakan adanya regangan atau iritasi pada

serviks uteri pada saat proses persalinan.

Faktor-Faktor Mekanis yang Meningkatkan Kontraktilitas Uterus

1. Regangan Otot-Otot Uterus

Regangan sederhana organ-organ berotot

polos biasanya akan meningkatkan

kontraktilitas otot-otot tersebut.

Selanjutnya, regangan intermiten, seperti

yang terjadi pada uterus secara berulang-

ulang yang disebabkan oleh pergerakan

fetus bisa juga menyebabkan peningkatan

kontraktilitas otot polos. Pada bayi

kembar, biasanya waktu persalinan akan 12

Page 13: laptut kelompok 1

lebih cepat 19 hari daripada anak tunggal, hal ini dikarenakan regangan

mekanik dari bayi yang kembar lebih besar dibandingkan anak tunggal pada

otot uterus sehingga mengakibatkan kontraktilitas uterus.

2. Regangan atau Iritasi Serviks

Terdapat alasan untuk memercayai bahwa meregangkan atau mengiritasi

serviks uteri khususnya penting dalam menimbulkan kontraksi uterus. Sebagai

contoh, ahli obstetric sering menginduksi persalinan dengan meemcahkan

ketuban sehingga kepala bayi lebih meregang serviks daripada biasanya atau

mengiritasi serviks dengan cara lain. Mekanisme bagaimana iritasi serviks

dapar merangsang korpus uteri tidak diketahui. Diduga bahwa regangan atau

iritasi saraf pada serviks mengawali timbulnya reflex pada korpus uteri, tetapi

efek ini juga secara sederhana dapat terjadi akibat transmisi miogenik sinyal-

sinyal ke korpus uteri.

ADAPTASI

1. PERUBAHAN PERNAPASAN

Putus hubungan plasenta antara ibu dan bayi anak biasanya mulai

bernapas dalam waktu beberapa menit dan irama pernapasan < 1 menit

setelah lahir.

Ketepatan waktu bernapas karena rangsangan sensoris (taktil), udara

dingin, asfiksi ringan pada bayi

Bayi yang tidak bernapas dengan segera tubuhnya menjadi hipoksia

dan hiperkapnea memberikan stimulus tambahan terhadap pusat

pernapasan dan menyebabkan pernapasan dalam beberapa menit

selanjutnya setelah lahir

Janin cukup bulan mengalami penurunan cairan paru pada hari-hari sebelum

persalinan selama persalinan. Itu terjadi sebagai respon terhadap peningkatan

hormon stres dan terhadap peningkatan protein plasma yang bersirkulasi yang

13

Page 14: laptut kelompok 1

menyebabkan tekanan onkotik meningkat disertai dengan meningkatnya aliran

paru ke dalam ruang interstisial paru untuk diabsorpsi ke dalam sirkulasi limfatik.

Pada saat lahir, hingga 35% cairan paru janin hilang.

Fenomena yang menstimulasi neonatus untuk mengambil nafas pertama kali

meliputi peristiwa-peristiwa biokimia, seperti hipoksia relatif di akhir persalinan

dan stimulus fisik terhadap neonatus, seperti udara dingin, gaya gravitasi, nyeri,

cahaya, dan suara, yang menyebabkan perangsangan pusat pernapasan.

Tekanan yang tinggi pada toraks ketika janin melalui vagina tiba-tiba hilang

ketika bayi lahir. Cairan yang mengisi mulut dan trakea keluar sebagian dan udara

mulai mengisi saluran trakea. Neonatus yang lahir melalui seksio sesaria, terutama

jika tidak ada tanda persalinan, tidak mendapatkan manfaaat dari pengurangan

cairan paru dan penekanan pada toraks sehingga mengalami paru-paru basah yang

lebih persisten.

Setelah beberapa kali napas

pertama, udara dari luar mulai

mengisi jalan napas besar pada

trakea dan bronkus neonatus.

Cairan dalam paru didorong ke

perifer paru, tempat cairan

tersebut diabsorpsi. Akhirnya,

semua alveolus mengembang

karena terisi udara. Fungsi

alveolus maksimum dapat dicapai

jika terdapat surfaktan yang

adekuat dan aliran darah yang

melalui mikrosirkulasi paru

adekuat. Surfaktan membantu

menstabilkan dinding alveolus

14

Page 15: laptut kelompok 1

sehingga tidak kolaps pada akhir napas. Ini mengurang tekanan yang dibutuhkan

untuk pernapasan sehingga mengurangi beban kerja pernapasan.

2. PERUBAHAN SIRKULASI

Hati dan paru-paru fetus belum berkembang sepenuhnya sehingga

aliran darah tidak terlalu banyak disini sebagian besar ke plasenta

Darah yang kembali dari plasenta melalui vena umbilikalis melewati

duktus venosus terutama melalui hati

Darah yang masuk ke atrium kanan diarahkan dalam jalur yang

melewati bagian posterior atrium kanan dan melalui foramen ovale -

masuk ke atrium kiri.

Perubahan primer paru-paru saat lahir :

1. Aliran darah palsenta hilang resistensi pembuluh darah sistemik

berlipat ganda saat lahir >> tekanan aorta dan tekanan ventrikel kiri dan

atrium kiri

2. Resistensi vascular pulmoner menurun (pengembangan paru-paru)

a. Hipoksia paru-paru neonatus vasokonstriksi tonik pembuluh

darah paru-paru

b. Aerasi paru-paru vasodilatasi penurunan resistensi aliran

darah paru-paru 5x lipat penurunan tekana arteri pulmonalis,

tekanan ventrikel kanan, dan tekanan atrium kana

15

Page 16: laptut kelompok 1

PENUTUPAN FORAMEN OVALE

PENUTUPAN DUCTUS ARTERIOSUS

16

Tekanan atrium dextra rendah, tekanan atrium sinistra tinggi

Tekanan atrium dextra rendah, tekanan atrium sinistra tinggi

Perubahan resistensi pulmoner dan sistemik

Perubahan resistensi pulmoner dan sistemik

Darah mencoba mengalir balik melalui foramen ovale (Atrium

sinistra Atrium dextra)

Darah mencoba mengalir balik melalui foramen ovale (Atrium

sinistra Atrium dextra)

Katup kecil yang ada di atas foramen ovale menutup ostium

Katup kecil yang ada di atas foramen ovale menutup ostium

Mencegah aliran lebih lanjut dari foramen ovale

Mencegah aliran lebih lanjut dari foramen ovale

>> resistensi sistemik>> resistensi sistemik

>> tekanan aorta; << resistensi paru << tekanan arteri pulmonalis

>> tekanan aorta; << resistensi paru << tekanan arteri pulmonalis

Darah akan mengalir balik dari aorta ke dalam arteri pulmonalis melalui duktus

arteriosus

Darah akan mengalir balik dari aorta ke dalam arteri pulmonalis melalui duktus

arteriosus

Otot duktus arteriosus berkonstriksi

Otot duktus arteriosus berkonstriksi

1-8 hari konstriksi ini menghentikan aliran darah

1-8 hari konstriksi ini menghentikan aliran darah

Penutupan fungsional duktus arteriosus

Penutupan fungsional duktus arteriosus

1-4 bulan kemudian duktus arteriosus tertutup secara anatomis oleh pertumbuhan

jaringan fibrosa lumen

1-4 bulan kemudian duktus arteriosus tertutup secara anatomis oleh pertumbuhan

jaringan fibrosa lumen

Page 17: laptut kelompok 1

PENUTUPAN DUCTUS VENOSUS

Sirkulasi janin memiliki karakteristik berupa sistem bertekanan rendah.

Keran paru adalah organ tertutup yang berisi cairan, paru memerlukan aliran

darah yang minimal. Sebagian besar darah janin yang teroksigenasi melalui paru

dan malah mengalir melalui lubang antara atrium kanan dan kiri yang disebut

foramen ovale. Darah yang kaya oksigen ini kemudian secara istimewa mengalir

ke otak melalui duktus arteriosus.

Karena tali pusat diklem, sistem bertekanan rendah yang ada pada unit janin-

plasenta terputus. Sistem sirkulasi bayi baru lahir sekarang merupakan sisr\tem

sirkulasi tertutup, bertekanan tinggi, dan berdiri sendiri. Efek yang segera terjadi

adalah peningkatan tahana pembuluh darah sistemik (Sistemic Vascular

Resistance - SVR). Hal penting dari SVR ini adalah terjadinya bersamaan dengan

tarikan nafas pertama bayi baru lahir sehingga oksigen yang dihirup menyebabkan

pembuluh darah berelaksasi dan terbuka (paru menjadi sistem bertekanan rendah).17

Mendorong aliran darah melalui sinus-sinus hati

Darah porta dari abdomen bergabung dengan darah dari vena umbilicalis melalui

duktus venosus ke vena melewati hati

Darah porta dari abdomen bergabung dengan darah dari vena umbilicalis melalui

duktus venosus ke vena melewati hati

Setelah lahir :Setelah lahir :

Aliran darah melalu vena umbilikalis berhenti tetapi masih banyak darah porta

mengalir melalui duktus venosus

Aliran darah melalu vena umbilikalis berhenti tetapi masih banyak darah porta

mengalir melalui duktus venosus

Hanya sedikit melalui saluran-saluran di hati

Hanya sedikit melalui saluran-saluran di hati

Dalam waktu 1-3 jamDalam waktu 1-3 jam

Dinding otot duktus venosus akan berkontraksi dengan kuat dan menutup aliran yang besar ini

Dinding otot duktus venosus akan berkontraksi dengan kuat dan menutup aliran yang besar ini

Tekanan porta meningkat dari mendekati 0 menjadi 6 lalu 10

mHg

Tekanan porta meningkat dari mendekati 0 menjadi 6 lalu 10

mHg

Page 18: laptut kelompok 1

3. TERMOREGULASI

Pada saat lahir, faktor yang berperan dalam kehilangan panas pada bayi

baru lahir meliputi area permukaan tubuh neonatus yang luas, berbagai tingkat

insulasi lemak subkutan, dan derajat fleksi otot. Kemampuan neonatus tidak

stabil dalam mengendalikan suhu secara adekuat sampai dua hari setelah lahir,

bahkan jika bayi cukup bulan dan sehat. Bayi baru lahir dapat kehilangan

panas melalui empat mekanisme : (1) konveksi, (2) konduksi, (3) radiasi, (4)

evaporasi.

Neonatus dapat menghasilkan panas dengan tiga cara : menggigil,

aktivitas otot volunteer, dan termogenesis tanpa menggigil. Menggigil dan

aktivitas otot tidak efisien dan menfaatnya terbatas. Termogenesis tanpa

menggigil mengacu pada satu dari dua cara berikut ini : peningkatan

kecepatan metabolisme atau penggunaan lemak coklat untuk memproduksi

panas. Neonatus dapat menghasilkan panas dalam jumlah besar dengan

meningkatkan kecepatan metabolisme mereka. Pada reaksi ini, norepibefrin

mencetuskan pemecahan asam lemak, yang dioksidasi dan dilepas dalam

sirkulasi. Ini menyebabkan peningkatan penggunaan oksigen yang terlihat

jelas dan membuat lelah.

Pada cara kedua, lemak coklat dimobilisasi untuk menghasilkan panas.

Lapisan lemak coklat berada pada dan di sekitar tulang belakang bagian atas,

klavikula, sternum, ginjal, dan pembuluh darah besar. Penghasilan panas

melalui penggunaan cadangan lemak coklat dimulai pada saat bayi akhir

akibat lonjakan katekolamin dan penghentian supresor prostaglandin dan

adenosisn yang dihasilkan plesenta. Stimulus dingina ketika kehilangan

kehangatan tubuh ibu mencetuskan aktivitas dalam hipotalamus. Pesan-pesan

ini dikirimkan ke lemak coklat. Melalui radiasi glukosa dan glikogen, sel-sel

lemak coklat menghasilkan energi yang mengubah banyak vakuola lemak

intraseluler kecil menjadi energi panas. Pada bayi baru lahir yang mengalami

hipoglikemia atau disfungsi tiroid, penggunaan cadangan lemak cokelat tidak

berlangsung dengan efisien.

18

Page 19: laptut kelompok 1

METABOLISME NUTRISI DAN CAIRAN

Jumlah glukosa yang disimpan dalam tubuh bayi dalam bentuk glikogen hati

dan otot hanya cukup menyuplai kebutuhan beberapa jam saja sedang fungsi

hati belum maksimal untuk melakukan glukoneogenesis penggunaan simpanan

lemak sampai ASI dapat disediakan 2-3 hari kemudian berat badan bayi bisa

hilang 5-10% atau 20% dalam 2-3 hari banyak kehilangan cairan daripada

massa tubuh kecepatan pertukaran (asupan dan ekskresi) cairan neonatus 7x

lebih besar dari orang dewas

Kecepatan metabolisme pada bayi 2x lebih besar dari orang dewasa,

berkaitan dengan massa tubuh dimana luas permukaan tubuh sangat besar

dibanding dengan massa tubuh panas mudah hilang dari tubuh & pembentukan

asam lebih besar suhu tubuh lebih cepat turun dan asidosis

Fungsi Ginjal :

1. Ginjal bayi baru lahir menunjukkan penurunan aliran darah ginjal dan

penurunan kecepatan filtrasi glomerulus mudah menyebabkan retensi

cairan dan intoksikasi air

2. Fungsi tubulus tidak matur sehingga dapat menyebabkan kehilangan

natrium dalam jumlah besar dan menyebabkan ketidakseimbangan elektrolit

lain

3. Neonatus tidak mampu mengkonsentrasikan urin dengan baik berat jenis

urine 1,004 dan osmolalitas urine yang rendah

Fungsi Hati :

1. Konjugasi bilirubin dengan asam glukuronat oloeh hati neonatus berlangsung

buruk sedikit menyekresikan bilirubin saat pertama kehidupan

2. Pembentukan protein plasma oleh hati defisiensi konsentrasi plasma

menurun samapi 10-15% dari anak yang lebih tua (edema hipoproteinemia)

3. Fungsi glukoneogenesis belum adekuat kadar glukosa bisa menurun

penurunan berat badan bergantung pada simpanan energi lemaknya

19

Page 20: laptut kelompok 1

4. Hati hanya mampu membentuk sedikit faktor untuk koagulasi darah normal

5. SISTEM GASTROINTESTINAL

Sebelum lahir, janin aterm mempraktikkan perilaku mengisap dan

menelan. Reflek muntah dan batuk yang metur telah lengkap pada saat bayi

lahir. Mekonium, walaupun steril, mengandung debris Dario cairan amnion,

yangmenguatkan bahwa janin meminum cairan amnion dan bahwa cairan

tersebut melalui saluran cerna.

Neonatus mengalami kesulitan dalam mencerna makanan. Hal ini terkait

dengan kebutuhan akan berbagai enzim dan hormon, misalnya amylase

pancreas yang kurang adekuat sehingga penggunaan zat tepung sifatnya

terbatas. Neonatus kurang mampu mencerna protein dan lemak dibandingkan

orang dewasa. Absorpsi karbohidrat relative efisien, terutama dalam

mengabsorpsi monosakarida (glukosa) dengan catatan zat ini tidak terlalu

banyak.

Sfingter gastroesofageal belum sempurna sehingga hal ini sering

membuat bayi regurgitasi isis lambung pada BBL dan bayi yang muda.

Usus bayi relatif tidak matur dikarenakan sistem otot yang tipis dan

kuyrang efisien sehingga gerak peristaltik tidak dapat diprediksikan. Lipatan,

vili, dan sel epitel belum berkembang dan tidak berganti dengan cepat

sehingga meningkatkan absorpsi yang paling efektif. Awal pemberian makan

oral menstimulasi lapisan usus agar matur dengan meningkatkan pergantian

sel yang cepat dan produksi enzim mikrovilus seperti amylase, tripsin, dan

lipase pancreas.

Epitel usus yang tidak matur mempengaruhi kemampuan usus untuk

melindungi diri dari zat-zat yang sangat berbahaya. Selama awal masa bayi,

neonatus menghadapi tugas penting “penutupan usus” proses yang membuat

permukaan epitel usus menjadi tidak permeable terhadap antigen. Sebelum

penutupan usus, bayi sangat rentan dengan infeksi bakteri/virus dan juga

terhadap stimulasi allergen melalui absorpsi molekul-molekul besar oleh usus.

20

Page 21: laptut kelompok 1

Pemberian ASI, terutama mepercepat penutupan usus karena mengandung

IgA sekrestori dan menstimulasi proliferasi enzimusus.

Kolon neonatus kurang efisien dalam menyimpan cairan daripada kolon

orang dewasa sehinggga neonatus seringkali mengalami komplikasi

kehilangan cairan. Kondisi ini membuat penyakit diare kemungkinan besar

mejadi serius pada bayi muda.

6. SISTEM IMUNITAS

Pada akhir bulan I Gamma globulin bayi yang mengandung

antibody mengalami penurunan sampai < ½ kadar aslinya

penurunan imunitas sistem imun bayi mulai membentuk antibody

dengan konsentrasi gamma globulin kembali pada usia 12-20 bulan

Imun anak yang diwariskan dari ibu bertahan sampai 6 bulan

untuk melindungi dari campak, difteri, dan polio

Alergi bisa terjadi ketika antibody neonatus mulai dibentuk untuk

pertama kalinya bisa terjadi eksim yang berat, kelainan saluran

pencernaan, anafilaktik bisa menghilang saat anak tumbuh lebih besar

dan tingkat imunitas terus berkembang

Imunitas alami

Contohnya :

1. Perlindungan barier yang diberikan oleh kulit dan membrane mukosa

2. Kerja seperti saringan oleh saluran napas

3. Kolonisasi pada kulit dan usus oleh mikroba pelidung

4. Perlidungan yang diberikan oleh lingkungan asam pada lambung

5. Penutupan usus pada lapisan usus yang matur

6. Sel fagisotosis : Neutrofi PMN (tetapi diragukan kemampuannya dalam

mobilisasi dan menempel pada tempat peradangan), monosit dan makrofag

sedikit mengalami defisiensi ketidakadekuatan kemotaksis dan

opsonisasi.

21

Page 22: laptut kelompok 1

Imunitas adaptif

Neonatus dilahirkan dengan imunitas pasif terhadap virus dan bakteri

yang pernah dihadapi ibu didapatkan melalui perjalanan transplasenta dari

varietas IgG. Menemukan IgM dan IgA dalam darah tali pusat merupakan

indikasi bahwa janin secara aktif berespon terhadap infeksi intrauteri.

Neonatus tidak akan memiliki kekebalan pasif terhadap penyakit atau mikroba

kecuali jika ibu berespon terhadap infeksi-infeksi tersebut selama hidupnya.

Secara bertahap, bayi muda mulai menghasilkan sirkulasi kelas IgG

yang adekuat. Ini memakan waktu dan respon antibody penuh terhadap

antigen asing yang tidak mungkin terbentuk sampai masa kanak-kanak awal.

Hal ini menimbulkan sejumlah penyakit yang dialami anak-anak kecil. Respon

antibodi yang penuh terjadi bersamaan dengan pengurangan IgG yang didapat

pada masa pranatal dari ibu. Salah satu tugas biologis utama selama masa bayi

dan kanak-kanak awal ialah pembentukan imunitas.

22

Page 23: laptut kelompok 1

BAB II

PEMBAHASAN

MEKONIUM DAN FISIOLOGINYA DALAM TUBUH

Mekonium adalah feces pertama dari Bayi Baru lahir ( BBL ). Mekonium

bersifat kental, pekat dan berwarna hijau kehitaman. Biasanya BBL mengeluarkan

mekonium pertama kali sesudah persalinan ( 12 – 24 jam pertama ). Sekitar 15%

kasus mekonium dikeluarkan sebelum persalinan dan bercampur dengan air

ketuban. Hal ini menyebabkan cairan ketuban berwarna kehijauan. Mekonium

jarang dikeluarkan sebelum 34 minggu kehamilan. Bila mekonium telah terlihat

sebelum persalinan dan bayi pada posisi kepala, monitor bayi dengan seksama

karena merupakan tanda bahaya. Tidak selalu jelas kenapa mekonium bisa

dikeluarkan sebelum persalinan. Kadang-kadang janin tidak memperoleh oksigen

yang cukup ( gawat janin ). Kekurangan oksigen dapat meningkatkan gerakan

usus dan membuat relaksasi otot anus. Dengan demikian janin mengeluarkan

mekonium.

Bayi dengan resiko lebih tinggi untuk gawat janin memiliki pewarnaan air

ketuban bercampur mekonium ( warna kehijauan ) lebih sering, misalnya bayi

kecil untuk masa kehamilan ( KMK ) atau bayi post matur. Bila air ketuban

bercampur mekonium berwarna kehijauan, maka bayi dapat kemasukan

mekonium dalam paru-parunya selama di dalam rahim, atau mekonium masuk ke

paru-paru sewaktu bayi memulai bernapas begitu lahir. Tersedak mekonium dapat

menyebabkan pneumonia dan mungkin kematian. Untuk itu diperlukan

pertolongan segera dengan melakukan tindakan resusitasi Bayi Baru Lahir dengan

Air Ketuban Bercampur mekonium.

23

Page 24: laptut kelompok 1

APGAR

Sesaat setelah bayi lahir, penolong persalinan biasanya langsung melakukan

penilaian terhadap bayi tersebut. Perangkat yang digunakan untuk menilai

dinamakan Skor APGAR.

Skor Apgar biasanya dinilai pada menit pertama kelahiran dan biasanya

diulang pada menit kelima. Dalam situasi tertentu, Skor Apgar juga dinilai pada

menit ke 10, 15 dan 20.

Nilai 0 Nilai 1 Nilai 2

APPEARANCE

(Warna kulit)

biru/pucat warna kulit tubuh

normal kemerahan,

ekstremitas biru

(akrosianosis)

warna kulit tubuh,

seluruh ekstremitas

normal kemerahan,

tidak ada sianosis

PULSE (Denyut

jantung)

tidak ada <100 kali/menit >100 kali/menit

GRIMACE

(Respons refleks)

tidak ada

respons

terhadap

stimulasi

meringis/menangis

lemah ketika

distimulasi

meringis/bersin/batuk

saat stimulasi saluran

napas, menangis

ACTIVITY

(Tonus otot)

lemah/tidak

ada

sedikit gerakan,

ekstremitas fleksi

sedikit

bergerak aktif

RESPIRATION

(Pernapasan)

tidak ada lemah atau tidak

teratur

menangis kuat,

pernapasan baik dan

teratur

24

Page 25: laptut kelompok 1

Kelima hal diatas dinilai kemudian dijumlahkan.  Jika jumlah skor berkisar di

7 – 10 pada menit pertama, bayi dianggap normal. Jika jumlah skor berkisar 4 – 6

pada menit pertama, bayi memerlukan tindakan medis segera seperti penyedotan

lendir yang menyumbat jalan napas dengan suction, atau pemberian oksigen untuk

membantunya bernapas. Biasanya jika tindakan ini berhasil, keadaan bayi akan

membaik dan Skor Apgar pada menit kelima akan naik. Jika nilai skor Apgar

antara 0 – 3, diperlukan tindakan medis yang lebih intensif lagi.

IKTERIK FISIOLOGIS DAN PATOLOGIS

IKTERUS

Ikterus adalah perubahan warna kulit, sklera mata, atau jaringan lainnya

(membran mukosa) yang menjadi kuning karena pewarnaan bilirubin yang

meningkat konsentrasinya dalam sirkulasi darah. Sekitar sepertiga dari semua

bayi, antara hari ketiga dan kelima kehidupan mengalami ikterus neonatorum

fisiologis. Terjadi hiperbilirubinemia pada saat lahir, dengan kadar bilirubin lebih

tinggi dari 10 mg/ dl dan akan menurun nantinya dengan cepat. Kebanyakan

bilirubin tersebut adalah bilirubin bebas atau tidak terkonjugasi. Ikterus pada

neonatus tidak selamanya merupakan ikterus patologik. Ikterus fisiologik adalah

ikterus yang timbul pada hari kedua dan hari ketiga yang tidak mempunyai dasar

patologik, kadarnya tidak melewati kadar yang membahayakan atau mempunyai

potensi menjadi kern-ikterus (suatu kerusakan otak akibat perlengketan bilirubin

indirek pada otak terutama pada korpus striatum, thalamus, nucleus subtalamus,

hipokampus, nucleus merah, dan nucleus pada dasar ventrikulus ke IV) dan tidak

menyebabkan suatu morbiditas pada bayi. Ikterus ini biasanya menghilang pada

akhir minggu pertama atau selambat-lambatnya 10 hari pertama.

Ikterus patologik ialah ikterus yang mempunyai dasar patologik atau kadar

bilirubinnya mencapai suatu nilai yang disebut hiperbilirubinemia. Dasar

25

Page 26: laptut kelompok 1

patologik ini misalnya ada pada jenis bilirubinnya, saat timbulnya dan

menghilangnya ikterus dan penyebabnya. Etiologi ikterus pada bayi baru lahir

dapat berdiri sendiri atau pun disebabkan oleh beberapa faktor berikut:

1. Produksi yang berlebihan, lebih daripada kemampuan bayi untuk

mengeluarkannya misalnya pada: hemolisis yang meningkat pada

inkompabilitas darah Rh, defisiensi enzim G6PD, perdarahan tertutup dan

sepsis.

2. Gangguan proses uptake dan konjugasi oleh hepar. Gangguan ini

dapat disebabkan oleh imaturitas hepar, kurangnya substrat untuk

konjugasi bilirubin, gangguan fungsi hepar akibat asidosis, hipoksia, dan

ada tidaknya enzim glukoronil transferase

3. Gangguan transportasi. Bilirubin dalam darah terikat oleh albumin

kemudian diangkut ke hepar. Ikatan bilirubin dengan albumin ini dapat

dipengaruhi oleh obat-obatan. Defisiensi albumin menyebabkan lebih

banyak terdapatnya bilirubin indirek yang bebas dalam darah yang mudah

melekat ke sel otak.

4. Gangguan dalam ekskresi. Gangguan ini dapat terjadi akibat obstruksi

dalam hepar atau di luar hepar. Kelainan di luar hepar biasanya akibat

infeksi atau kerusakan hepar oleh penyebab lain.

Beberapa Jenis Ikterus Neonatal

a. Ikterus Hemolitik yang berat pada umumnya merupakan suatu golongan

penyakit yang disebut eritroblastosis fetalis. Penyakit hemolitik ini biasanya

disebabkan oleh inkompatibilitas golongan darah ibu dan bayi.

b. Ikterus obstruktiva. Obstruksi dalam penyaluran empedu dapat terjadi di

dalam hepar dan di luar hepar mengakibatkan penumpukan bilirubin .

c. Kern-Ikterus. Ensefalopatia oleh bilirubin merupakan satu hal yang sangat

ditakuti sebagai komplikasi hiperbilirubinemia. Telah ditemukan suatu

26

Page 27: laptut kelompok 1

gumpalan bilirubin pada bayi-bayi yang telah meninggal pada ganglia basalis,

keadaan inilah yang disebut kern-ikterus.

Klasifikasi ikterus patologis

Ikterus Prehepatik

Disebabkan oleh produksi bilirubin yang berlebihan akibat hemolisis sel

darah merah. Kemampuan hati untuk melaksanakan konjugasi terbatas

terutama pada disfungsi hati sehingga menyebabkan peningkatan bilirubin

yang tidak terkonjugasi.

Ikterus Hepatik

Disebabkan karena adanya kerusakan sel parenkim hati. Akibat kerusakan

hati maka akan terjadi gangguan bilirubin tidak terkonjugasi masuk ke

dalam hati serta gangguan akibat konjugasi bilirubin yang tidak sempurna

dikeluarkan ke dalam ductus hepatikus karena terjadi retensi dan

regurgitasi.

Ikterus Kolestatik

Disebabkan oleh bendungan dalam saluran empedu sehingga empedu dan

bilirubin terkonjugasi tidak dapat dialirkan ke dalam usus halus. Akibatnya

adalah peningkatan bilirubin terkonjugasi dalam serum dan bilirubin

dalam urin, tetapi tidak didaptkan urobilirubin dalam tinja dan urin.

Perbedaan antara ikterus Fisiologis dan Patoogis

Ikterus Fisiologis Neonatus

Terjadi pada 24 - 72 Jam sesudah Lahir dan biasanya akan sembuh dengan

sendirinya pada hari ke-7. Penyebabnya organ hati yang belum matang

dalam memproses bilirubin, Masih ada kemungkinan inkompatibilitas darah

ABO atau Rh, atau golongan lain. Hal ini diduga kalau kenaikan kadar Bilirubin

cepat misalnya melebihi 5mg% per 24 jam.

Ikterus Patologis Neonatus

Terjadi karena inkomptabilitas darah Rh, ABO atau Infeksi Intra Uterin (Virus,

Toksoplasma, Siphilis dan golongan Bakteri lain). Terkadang oleh defisiensi

27

Page 28: laptut kelompok 1

Enzim G6PD.. Biasanya disertai suhu badan yang tinggi dan berat badan

tidak bertambah.

Dalam penanganan ikterus, cara-cara yang dipakai adalah menangani dan

mengobati hiperbilirubinemia antara lain:

1. Mempercepat metabolisme dan pengeluaran bilirubin

2. Mengubah bilirubin menjadi bentuk yang tidak toksik dan yang dapat

dikeluarkan melalui ginjal dan usus

3. Mengeluarkan bilirubin dari peredaran darah, yaitu dengan transfusi darah

KEADAAN YANG MENYERTAI BBLR

Bayi baru lahir cenderung kehilangan panas tubuh. Kehilangan panas tubuh

bayi baru lahir dapat mencapai 200 kalori/kgbb/menit, dapat melalui konduksi,

konveksi, radiasi dan evaporasi dari permukaan tubuhnya. Bayi cukup bulan

memerlukan suhu lingkungan 32°C-34°C pada umur 24 jam pertama dan secara

berangsur angsur diturunkan sampai 29°C-32°C pada hari ketujuh dan 29°C-30°C

pada hari ke 14. Pada bayi BBLR, suhu lingkungan 33°C-35°C sesudah lahir dan

hanya boleh diturunkan 1°C selama minggu pertama.

Gangguan yang terjadi pada bayi dengan BBLR

1. Hipotermia

Suhu tubuh kurang atau sama dengan 35°C.

a. Hipotermia sepintas. Penurunan suhu tubuh rektum sebanyak 1°C-2°C

sesudah lahir.

b. Hipotermis akut. Terjadi bila bayi berada di lingkungan yang dingin

selama 6-12 jam. Terdapat pada bayi dengan BBLR diruang tempat

bersalin yang dingin, inkubator yang tidak cukup panas.

c. Hipotermia sekunder. Disebabkan oleh sepsis, bayi dengan BBLR,

hipoglikemia dan sindrom gangguan pernapasan.

28

Page 29: laptut kelompok 1

2. Hipoglikemis

Kadar gula darah kurang dari 30 mg% pada bayi cukup bulan dan kurang

dari 20 mg% pada BBLR. Gejala hipoglikemia ialah tremor, sianosis,

apatis, kejang, tidak mau minum, tangis yang lemah dengan nada tinggi.

Masalah- masalah khusus prematuritas, ada dua kategori:

1. Imaturitas beberapa organ tertentu

2. Instabilitas sistem pengaturan hemostatik yang berbeda.

Karena efek-efek ini, bayi prematur jarang dapat hidup bila bayi tersebut

lahir lebih dari 3 bulan sebelum aterm.

Perkembangan imatur bayi prematur

a. Pernapasan

- Cenderung kurang berkembang

- Kapasitas vital dan kapasitas residual kecil, mengingat ukuran tubuh

bayi yang kecil juga

- Sekresi surfaktan ditekan/tidak ada, memicu sindrom gawat napas

b. Fungsi gastrointestinal

- Bila prematuritas bayi lebih dari 2 bulan maka sistem pencernaa dan

absorbsi hampir selalu tidak adekuat

- Absorbsi lemak sangat buruk sehingga bayi prematur harus menjalani

diet rendah lemak

- Kesulitan absorbsi kalsium

c. Instabilitas suhu tubuh

- Bayi prematur harus ditempatkan pada inkubator agar tetap hangat,

dengan suhu 35,5°C

d. Fungsi organ-organ lain

- Imaturitas hati : metabolisme intermedia yang buruk dan juga

cenderung mengalami pendarahan karena faktor koagulan yang buruk

29

Page 30: laptut kelompok 1

- Imaturitas ginjal: ginjal kurang mampu menghasilkan asam dari tubuh,

yang memicu terjadinya asidosis

e. Imaturitas mekanisme pembentukan darah pada sumsum tulang

menyebabkan perkembangan anemia dengan cepat

f. Imaturitas pembentukan gamma globulin oleh sistem limfoid yang sering

berhubungan dengan infeksi berat

SUHU PADA BAYI DAN BAYI TAMPAK LEMAH DALAM SCENARIO

MENUNJUKAN PADA KONDISI APA ?

Infeksi pada neonatus

Infeksi pada neonatus lebih sering ditemukan pada BBLR. Infeksi lebih sering

ditemukan pada bayi yang lahir di rumah sakit dibandingkan dengan bayi yang

lahir di luar rumah sakit. Dalam hal ini tidak termasuk bayi yang lahir di luar

rumah sakit dengan cara septik. Bayi baru lahir mendapat imunitas transplasenta

terhadap kuman yang berasal dari ibunya. Sesudah lahir, bayi terpapar pada

kuman yang berasal bukan saja dari ibunya tetapi juga berasal dari ibu lain.

Terhadap kuman yang disebut terakhir ini, bayi tidak mempunyai imunitas.

Patogenesis

Infeksi pada neonatus dapat melalui beberapa cara. Blanch (1961) membaginya

dalam 3 golongan, yaitu :

1. Infeksi antenatal

Kuman mencapai janin melalui sirkulasi ibu ke plasenta. Disini kuman itu

melalui batas plasenta dan menyebabkan intervilositis. Selanjutnya infeksi

melalui sirkulasi umbilikus dan masuk ke janin. Kuman yang dapat

menyerang janin melalui jakan ini ialah :

a) Virus : rubella, poliomyelitis, coxsackie, variola, vaccinia,

cytomegalic inclusion

b) Spirokaeta, yaitu treponema palidum (lues)

30

Page 31: laptut kelompok 1

c) Bakteri jarang sekali dapat melalui plasenta kecuali E. Coli dan

Listeria monocytogenes

2. Infeksi intranatal

Infeksi melalui jalan ini lebih sering terjadi daripada cara yang lain.

Mikroorganisme dari vagina naik dan masuk ke dalam rongga amnion

setelah ketuban pecah. Ketuban pecah lama (jarak waktu antara pecahnya

ketuban dan lahirnya bayi lebih dari 12 jam) mempunyai peranan penting

terhadap timbulnya plasentitis dan amnionitis. Infeksi dapat pula terjadi

walaupun ketuban masih utuh misalnya pada partus lama dan seringkali

dilakukan manipulasi vagina.

3. Infeksi pascanatal

Infeksi ini terjadi sesudah bayi lahir lengkap. Sebagian besar infeksi yang

berakibat fatal terjadi sesudah lahir sebagai akibat kontaminasi pada saat

penggunaan alat atau akibat perawatan yang tidak steril atau sebagai akibat

infeksi silang. Infeksi pascanatal ini sebetulnya sebagian besar dapat

dicegah. Hal ini penting sekali karena mortalitas infeksi pascanatal ini

sangat tinggi. Seringkali bayi mendapat infeksi dengan kuman yang sudah

tahan terhadap semua antibiotika sehingga pengobatannya sulit.

PENATALAKSANAAN NEONATUS KONDISI EMERGENCY

Langkah awal resusitasi:

Tempatkan bayi di bawah pemanas radian/infant warmer

Letakkan bayi terlentang pada posisi ½ ekstensi utnuk membuka jalan

nafas. Sebuah gulungan handuk diletakkan di bawah bahu bayi untuk

membantu mencegah fleksi leher dan penyumbatan jalan nafas.

Bersihkan jalan nafas atas dengan menghisap mulut terlebih dahulu

kemudian hidung, menggunakan bulb syringe, alat pengisap lendir, kateter

31

Page 32: laptut kelompok 1

pengisap. Perhatikan untuk menjaga bayi dari kehilangan panas setiap

saat.

NB : pengisapan dan pengeringan tubuh dapat dilakukan bersamaan bila

air ketuban jernih

Pengisapan yang kontinyu dibatasi 3-5 detik pada satu pengisapan. Mulut

diisap terlebih dahulu untuk mencegah aspirasi

Pengisapan lebih agresif boleh dilakukan jika ada mekonium pada jalan

nafas. Bila terdapat mekonium dan bayi tidak bugar lakukan pengisapan

lewat trakea

Keringkan, stimulasi, ganti kain yang basah dengan yang kering, dan

reposisi kepala

Tindakan yang dilakukan sejak bayi lahir hingga reposisi selama 30 detik

Menilai pernafasan

Jika bayi mulai bernafas secara teratur dan memadai, periksa denyut

jantung. Jika denyut jantung > 100 x/menit dan bayi tidak mengalami

sianosis, hentikan resusitasi. Bila ada sianosis berikan O2 aliran bebas

Ventilasi Tekanan Positif (VTP)

Jika tidak terdapat pernafasan atau bayi megap-megap, VTP diawali

dengan menggunakan balon resusitasi dan sungkup, dengan frekuensi

40-60 x/menit

Jika denyut jantung <100 x/menit, bahkan dengan pernafasan

memadai, VTP dimulai pada kecepatan 40-60 x/menit

Intubasi ET diperlukan jika bayi tidak berespons terhadap VTP dengan

menggunakan balon dan sungkup. Lanjutkan VTP dan bersiaplah

untuk memindahkan bayi ke Neonatal Intensive Care Unit (NICU)

32

Page 33: laptut kelompok 1

Kompresi Dada

jika denyut jantung <60 x/menit setelah 30 detik VTP yang memadai,

kompresi dada dimulai

kompresi dilakukan pada sternum di proksimal dari prosesus sifoideus,

jangan menekan/di atas sifoid. Kedua ibu jari petugas yang meresusitasi

digunakan untuk menekan sternum, sementara jari-jari lain mengelilingi

dada; atau jari tengah dan telunjuk dari satu tangan dapat digunakan untuk

kompresi sementara tangan lain menahan punggung bayi. Sternum

dikomprsi sedalam 1/3 tebal anterior-posterios dada

kompresi dada diselingi ventilasi secara sinkron terkoordinasi dengan rasio

3:1. Kecepatan kombinasi kegiatan tersebut harus 120/menit (90 komprsi

dan 30 ventilasi). Stelah 30 detik evaluasi respons. Jika denyut jantung

>60 denyut/menit, kompresi dada dihentikan dan VTP dilanjutkan hingga

denyut jantung mencapai 100 x/menit dan bayi bernafas efektif

Pemberian Obat

epinefrin diberika jika denyut jantung tetap <60 x/menit setelah 30 detik

VTP dan 30 detik lagi VTP dan kompresi dada. Dosis epinefrin adalah

0,1-0,3 ml/kg BB larutan 1 : 10.000 secara IV, melalui vena umbilikal.

Bila deberikan melalui pipa ET dosis 0,3-1,0 ml/kg BB

Perawatan Lanjutan

catat nilai Apgar untuk menit ke-1 dan ke-5 dalam rekam medic

jika bayi memerlukan asuhan intensif, rujuk ke rumah sakit terdekat yang

memiliki kemampuan memberikan dukungan ventilator, untuk memantau

dan memeberi perawatan pada neonatus

jika bayi stabil, pindahkan ke ruang neonatal untuk dipantau dan

ditindaklanjuti

33

Page 34: laptut kelompok 1

di ruang neonatal, ikuti panduan asuhan neonatus normal untuk

pemeriksaan fisik dan tindakan profilaksis. Selain itu, monitor secara ketat

tanda vital, sirkulasi, perfusi, status neurologic, dan jumlah urin serta

pemberian minum ditunda disesuaikan kondisi. Sebagai gantinya, berikan

glukosa 10% IV. Uji laboratorium seperti analisis gas darah, glukosa dan

hematokrit harus dilakukan

jika sudah tidak terdapat komplikasi selama 24 jam, neonatus dapat keluar

dari unit neonatal. Informasikan kepada petugas dan orang tua/keluarga

tentang tanda bahayanya.

Skema Resusitasi Neonatus

34

Page 35: laptut kelompok 1

BAB II

PENUTUP

35

Page 36: laptut kelompok 1

KESIMPULAN

Bayi yang baru lahir (neonatus) butuh adaptasi untuk menghadapi dunia luar

uterus, sehingga terjadi perubahan-perubahan fisiologis baik pada sistem sirkulasi,

respirasi dan nutrisi. Tapi, tidak semua neonatus terlahir secara normal, ada pula

yang harus mengalami keadaan-keadaan seperti asfiksia dan ikterus. Hal-hal

sepeti ini terutama beresiko terjadi pada bayi berat lahir rendah(BBLR) dan bayi

prematur. Untuk persiapan menghadapi kelahiran neonatus, digunakan panduan

algoritma penatalaksanaan pada bayi baru lahir yang menggunakan pedoman

tanda-tanda vital bayi, misalnya frekuensi jantung, frekuensi pernapasan, tonus

otot dan warna kulit neonatus. Pada bayi baru lahir juga dapat dilakukan penilaian

dengan menggunakan skor APGAR.

DAFTAR PUSTAKA

36

Page 37: laptut kelompok 1

Behrman, Kliegman, Jenson. 2004. Nelson’s Textbook of Pediatric 17th edition.

New York: Saunders

Guyton & Hall. 2007. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran edisi 11. Jakarta: EGC

Saladin. 2007. Anatomy and Physiology: Unity of Form and Function 4th edition.

New York: McGraw Hill Co

Sherwood & Lauralee. 2001. Fisiologi Manusia dari Sel ke Sistem edisi 6.

Jakarta: EGC

Wiknjosastro, H. 2009. Ilmu Kandungan ed 2, Jakarta: BP-SP

Winknjosastro, H. 2009. Ilmu kebidanan. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama

National

37