laptah-04abc koko new - Perpustakaan Pertanian

77
i Laporan Tahun 2004 BPTP Jawa Barat Kata Pengantar Laporan BPTP Jawa Barat Tahun 2004 merupakan pertanggungjawaban atas tugas dan fungsi BPTP Jawa Barat selama kurun waktu Tahun Anggaran (TA) 2004. Laporan ini menyajikan berbagai aspek kinerja yang meliputi: 1) Organisasi dan keragaan sumberdaya BPTP Jawa Barat (organisasi, ketenagaan, sarana dan prasarana, keuangan, perpustakaan, dan laboratorium); 2) Program penelitian/pengkajian dan diseminasi TA. 2004; dan 3) Ringkasan hasil penelitian/pengkajian dan diseminasi. Laporan ini diharapkan dapat memberikan informasi tentang hasil kegiatan BPTP Jawa Barat kepada pihak lain yang memerlukan dan diharapkan pula dapat dijadikan sebagai bahan masukan bagi pembangunan pertanian dan agribisnis Jawa Barat. Ucapan terima kasih disampaikan kepada Tim Penyusun yang telah menyelesaikan laporan tahunan ini pada waktunya, serta penghargaan yang sebesar- besarnya kepala seluruh pelaksana kegiatan dan pihak lain yang telah bekerjasama dan berpartisipasi dalam mendukung keberhasilan kegiatan BPTP Jawa Barat. Lembang, Januari 2005 Kepala BPTP Jawa Barat, Ir. Agus Muharam, MS. NIP. 080 043 627

Transcript of laptah-04abc koko new - Perpustakaan Pertanian

Page 1: laptah-04abc koko new - Perpustakaan Pertanian

i Laporan Tahun 2004 BPTP Jawa Barat

Kata Pengantar

Laporan BPTP Jawa Barat Tahun

2004 merupakan pertanggungjawaban atas tugas dan fungsi BPTP Jawa Barat selama kurun waktu Tahun Anggaran (TA) 2004. Laporan ini menyajikan berbagai aspek kinerja yang meliputi: 1) Organisasi dan keragaan sumberdaya BPTP Jawa Barat (organisasi, ketenagaan, sarana dan prasarana, keuangan, perpustakaan, dan laboratorium); 2) Program penelitian/pengkajian dan diseminasi TA. 2004; dan 3) Ringkasan hasil penelitian/pengkajian dan diseminasi.

Laporan ini diharapkan dapat memberikan informasi tentang hasil kegiatan

BPTP Jawa Barat kepada pihak lain yang memerlukan dan diharapkan pula dapat dijadikan sebagai bahan masukan bagi pembangunan pertanian dan agribisnis Jawa Barat.

Ucapan terima kasih disampaikan kepada Tim Penyusun yang telah menyelesaikan laporan tahunan ini pada waktunya, serta penghargaan yang sebesar-besarnya kepala seluruh pelaksana kegiatan dan pihak lain yang telah bekerjasama dan berpartisipasi dalam mendukung keberhasilan kegiatan BPTP Jawa Barat. Lembang, Januari 2005 Kepala BPTP Jawa Barat, Ir. Agus Muharam, MS. NIP. 080 043 627

Page 2: laptah-04abc koko new - Perpustakaan Pertanian

ii Laporan Tahun 2004 BPTP Jawa Barat

Daftar Isi

Halaman

KATA PENGANTAR _________________________________________ I DAFTAR ISI _______________________________________________ Ii DAFTAR TABEL ____________________________________________ Iii DAFTAR GAMBAR __________________________________________ V PENDAHULUAN ______________________________________ 1 ORGANISASI DAN KERAGAAN SUMBERDAYA __________________ 3

A. Organisasi _________________________________________ 3 B. Stuktur Organisasi Internal ____________________________ 4 C. Ketenagaan _________________________________________ 5 D. Sarana dan Prasarana ________________________________ 10 E. Keuangan (Anggaran) _________________________________ 13 F. Penerimaan Negara Bukan Pajak ________________________ 14 G. Perpustakaan _______________________________________ 14 H. Jaringan Informasi ___________________________________ 23 I. Penyebaran Informasi _________________________________ 25 Y. Laboratorium ________________________________________ 27

PROGRAM LITKAJI BPTP JAWA BARAT TAHUN 2004 _____________ 32 PROGRAM LITKAJI BPTP JAWA BARAT TAHUN 2005 _____________ 33 HASIL PENELITIAN/PENGKAJIAN DAN DISEMINASI ______________ 34

A. Inventarisasi dan Pengembangan Sumberdaya Pertanian di Jawa Barat _________________________________________

34

B. Pemuliaan Partisipatif Komoditas Padi dan Palawija di Jawa Barat _____________________________________________

37

C. Pengkajian Sistem dan Usaha Agribisnis Kedelai di Jawa Barat 39 D. Pengkajian Sistem dan Usaha Agribisnis Teh Perkebunan

Rakyat ____________________________________________ 41

E. Inventarisasi dan Pelestarian Plasma Nutfah Tanaman Hortikultura (Buah-Buahan dan Tanaman Hias) di Jawa Barat

43

F. Sistem dan Usaha Agribisnis Jagung di Jawa Barat ________ 49 G. Pengkajian Sistem Usaha Agribisnis Tanaman Kentang dan

Cabai Merah ________________________________________ 51

H. Pengkajian Teknologi Pengolahan Minyak Kelapa Terpadu ___ 54 I. Penelitian Penerapan 1-Mcp pada Buah Pisang ____________ 56 Y. Analisis Kebijakan dan Kelembagaan Pertanian di Jawa Barat _ 58 K. Diseminasi dan Alih Teknologi Hasil Penelitian Pertanian _____ 59 L. Bimbingan Penelitian dan Pengkajian BPTP Jawa Barat ______ 60 M. Penyusunan Perwilayahan Komoditas Berdasarkan AEZ Skala

1:50.000 di Kabupaten Cirebon _________________________ 62

N. Seminar ____________________________________________ 70 O. Penyusunan Rencana Teknis ___________________________ 71 P. Pengkajian Sistem Usahatani Integrasi Tanaman-Ternak pada

Lahan Kering Dataran Rendah _________________________ 71

Page 3: laptah-04abc koko new - Perpustakaan Pertanian

iii Laporan Tahun 2004 BPTP Jawa Barat

Daftar Tabel

Halaman

1. Penyebaran pegawai BPTP Jawa Barat Berdasarkan Status Kepegawaian per 31 Desember 2004 ___________________ 5

2. Jumlah Pegawai Negeri Sipil BPTP Jawa Barat Berdasarkan Tingkat Pendidikan per 31 Desember 2004 _______________ 5

3. Jumlah Pegawai Negeri Sipil BPTP Jawa Barat berdasarkan Golongan per 31 Desember 2004 ______________________ 6

4. Jumlah Pegawai BPTP Berdasarkan Kelompok Jabatan per 31 Desember 2004 ____________________________________ 6

5. Jumlah Pejabat Fungsional BPTP Jawa Barat per 31 Desember 2004 ___________________________________ 7

6. Keragaan Disiplin Ilmu Peneliti dan Penyuluh Pertanian BPTP Jawa Barat, 2004 ____________________________ 8

7. Realisasi Kenaikan Pangkat Reguler dan Fungsional BPTP Jawa Barat, 2004 ___________________________ 8

8. Pelatihan Jangka Pendek yang Diikuti Pegawai BPTP Jawa Barat, 2004 ________________________________________ 9

9. Jumlah Pegawai BPTP Jawa Barat yang Mengikuti Program Pendidikan Jangka Panjang Tahun 1999/2000 Sampai Tahun 2004 _____________________________________________ 10

10. Luasan Tanah (Lahan) BPTP Jawa Barat dan Peruntukkannya, 2004 _______________________________ 10

11. Fasilitas Bangunan Gedung Kantor BPTP Jawa Barat, 2004 _ 11 12. Jumlah dan Luasan Rumah Dinas BPTP Jawa Barat, 2004 _ 11 13. Jumlah dan Jenis Kendaraan Bermotor yang Dimiliki BPTP

Jawa Barat, 2004 ___________________________________ 12 14. Pengadaan Peralatan Kantor BPTP Jawa Barat, 2004 ______ 13 15. Jenis, Jumlah, dan Realisasi Anggaran BPTP Jawa Barat,

2004 ____________________________________________ 14 16. Target dan Realisasi Penerimaan Negara Bukan Pajak BPTP

Jawa Barat, 2002-2004 ______________________________ 14 17. Keragaan Publikasi Tercetak dari Hibah/Hadiah serta

Kerjasama Jaringan Perpustakaan BPTP Jawa Barat, 2004 __ 16 18. Keragaan Jenis Publikasi Tercetak Terbitan BPTP Jawa Barat,

2004 _____________________________________________ 16 19. Keragaan Pusataka/Publikasi Elektronik BPTP Jawa Barat,

2004 _____________________________________________ 21 20. Persentase Pengunjung Perpustakaan BPTP Jawa Barat,

2004 _____________________________________________ 23 21. Jenis dan Jumlah Informasi BPTP Jawa Barat yang

Disebarkan pada Tahun 2004 _________________________ 26

Page 4: laptah-04abc koko new - Perpustakaan Pertanian

iv Laporan Tahun 2004 BPTP Jawa Barat

Daftar Tabel

Halaman

22. Jenis dan Judul Informasi BPTP Jawa Barat yang Disebar pada Tahun 2004 ___________________________________ 26

23. Daftar Peralatan Laboratorium Tanah BPTP Jawa Barat, 2004 __________________________________________________ 28

24. Daftar Peralatan Laboratorium Hama dan Penyakit BPTP Jawa Barat, 2004 ________________________________________ 29

25. Daftar Peralatan Laboratorium Mekanisasi dan Teknologi Hasil Pertanian BPTP Jawa Barat, 2004 ______________________ 30

Page 5: laptah-04abc koko new - Perpustakaan Pertanian

v Laporan Tahun 2004 BPTP Jawa Barat

Daftar Gambar

Halaman

1. Struktur Organisasi BPTPJawa Barat _________________ 3

2. Struktur Oraganisasi Internal BPTP Jawa Barat, 2004 __ 4

3. Line Area Networking BPTP Jawa Barat, 2004 __________ 25

Page 6: laptah-04abc koko new - Perpustakaan Pertanian

1 Laporan BPTP Jawa Barat Tahun 2004

Pendahuluan

Tujuan pembangunan pertanian dalam 5 tahun terakhir yaitu: 1) Memperkokoh ketahanan pangan dan 2) Mengembangkan sistem dan usaha agribisnis yang berdaya saing, berkerakyatan, dan terdesentralisasi. Pengembangan sistem dan usaha agribisnis guna memacu pertumbuhan sektor pertanian tampaknya cukup efektif karena mampu menciptakan nilai tambah ekonomi bagi para pelaku agribisnis terutama petani produsen.

Sesuai tujuan tersebut, BPTP Jawa Barat selama kurun waktu 2000 – 2003

telah berperan mendukung pengembangan sistem dan usaha agribisnis Jawa Barat, melalui beberapa kegiatan penelitian/pengkajian dan diseminasi, seperti: Pengkajian Sistem Usahatani Integrasi Tanaman-Ternak di berbagai ekoregional (sawah irigasi, lahan dataran tinggi, dan lahan kering dataran rendah) yang diharapkan mampu mengakomodasi secara efektif karakteristik agroekologis wilayah/lokasi setempat dan diarahkan untuk memperoleh berbagai alternatif model/sistem usahatani terpadu yang berorientasi agribisnis yang sesuai keaadaan spesifik wilayah di masing-masing zona agroekologis dalam rangka meningkatkan pendapatan petani dan konservasi sumberdaya alam serta mendukung keberlanjutan pembangunan pertanian.

Setelah 3 tahun berjalan, penelitian/pengkajian dan diseminasi sistem

usahatani, telah memberikan pengaruh nyata terhadap kinerja pertanian wilayah. Hal ini ditunjukkan, bahwa: 1) Tidak kurang dari 16 Kabupaten di Jawa Barat telah menerima dan menerapkan sistem/model dan komponen teknologi sistem usahatani sebagai teknologi pertanian inovatif yang dapat memacu akslerasi pertumbuhan kesejahteraan petani maupun pembangunan agribisnis wilayah; 2) Akses Pemda Provinsi, Kabupaten, dan swasta terhadap BPTP Jawa Barat semakin meningkat dari tahun ke tahun, utamanya dalam mengakses peran BPTP Jawa Barat sebagai lembaga penelitian/pengkajian serta sebagai pemandu (center of exellence) yang menghasilkan dan menyediakan teknologi pertanian tepat guna spesifik lokasi sebagai dukungan pengembangan agribisnis wilayah; 3) Terjalinnya kerjasama dalam memenuhi kebutuhan penelitian/pengkajian wilayah antara Pemda (Dinas Pertanian) Propinsi/Kabupaten/Kota dengan BPTP Jawa Barat; dan 4) Terbentuknya Networking yang handal antara Dinas Pertanian Propinsi/Kabupaten/Kota dalam jaringan penyebaran informasi teknologi pertanian spesifik lokasi.

Page 7: laptah-04abc koko new - Perpustakaan Pertanian

2 Laporan BPTP Jawa Barat Tahun 2004

Keberhasilan pembangunan pertanian tidak cukup ditentukan dan diukur dengan teknologi pertanian spesifik lokasi yang dihasilkan, akses, tejalinnya kerjasama dan networking, tetapi juga faktor lain yang sangat mempengaruhi, yaitu penerapan teknologi secara luas di tingkat petani. Oleh karena itu BPTP Jawa Barat dituntut untuk selalu mencari alternatif dan trobosan agar kendala pembangunan pertanian di Jawa Barat dapat diatasi dan dipecahkan.

Disisi lain, Visi Jawa Barat, yaitu: Jawa Barat Dengan Iman dan Taqwa

sebagai Provinsi Termaju di Indonesia dan Mitra terdepan Ibukota Negara Tahun 2100 serta kebijakan Badan Litbang Pertanian dalam mengalokasikan sumberdaya Litbang menurut komoditas prioritas dengan maksud untuk mendapatkan inovasi teknologi trobosan terhadap komoditas-komoditas yang memiliki prospek pertumbuhan yang sangat baik dalam periode 5 tahun kedepan, mengharuskan BPTP Jawa Barat tanggap mendukung kebijakan yang sudah digariskan, melalui upaya penyusunan program penelitian/pengkajian dan diseminasi yang mengarah kepada komoditas prioritas yang dimiliki oleh Jawa Barat.

Implementasi tuntutan kebijakan dan perubahan lingkungan strategis tersebut,

maka pada tahun 2004 BPTP Jawa Barat telah menyususun program kegiatan penelitian/pengkajian dan diseminasi yang berbasis kepada komoditas unggulan daerah dalam paket pengkajian sistem dan usaha agribisnis sebagai berikut: 1) Pengkajian Sistem dan Usaha Agribisnis Jagung pada Lahan Kering dan Sawah Tadah Hujan di Jawa Barat; 2) Pengkajian Sistem dan Usaha Agribisnis Teh Perkebunan Rakyat di Jawa Barat; 3) Pengkajian Sistem dan Usaha Agribisnis Tanaman Kentang dan Cabai Merah Berwawasan Lingkungan pada Dataran Tinggi di Jawa Barat; 4) Pengkajian Sistem dan Usaha Agribisnis Kedelai pada Lahan sawah di Jawa Barat; 5) Sistem dan Usaha Agribisnis Ubi Cilembu di Jawa Barat; 6) Teknologi Pengolahan Minyak Kelapa Terpadu; 7) Pengkajian Integrasi Tanaman Ternak pada Lahan Kering Dataran Rendah; 8) Diseminasi Pengkajian Usahatani Terpadu Tanaman Ternak pada Lahan Dataran Tinggi; 9) Penerapan I-MCP sebagai Alternatif Penanganan Pasca Panen Buah Pisang di Bogor; 10) Pemberdayaan Kelompoktani dalam Sistem Usaha Agribisnis Tomat, 11) Pengkajian dan Pengembangan Sistem Usahatani Integrasi Tanaman Ternak di Kabupaten Garut, dan 12) Penyusunan Pewilayahan Komoditas Berdasarkan AEZ skala 1 : 50.000 di Kabupaten Cirebon.

Laporan ini bertujuan menyampaikan informasi umum dan menyeluruh yang

berkaitan dengan kegiatan BPTP Jawa Barat selama kurun waktu tahun 2004.

Page 8: laptah-04abc koko new - Perpustakaan Pertanian

3 Laporan BPTP Jawa Barat Tahun 2004

Organisasi dan Keragaan Sumberdaya

A. Organisasi

Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Jawa Barat merupakan Unit Pelaksana Teknis (UPT) Eselon III-A dari Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian (Badan Litbang Pertanian) berada dibawah dan bertanggung jawab kepada Kepala Pusat Penelitian dan Pengembangan Sosial Ekonomi Pertanian (PSE). Kepala BPTP Jawa Barat membawahi 2 Eselon IV-A dan kelompok jabatan fungsional yaitu: 1) Sub Bagian Tata Usaha, 2) Seksi Pelayanan Teknis, dan 3) Kelompok jabatan fungsional: Peneliti, Penyuluh Pertanian, Teknisi Litkayasa, dan Arsiparis.

Gambar 1. Struktur Organisasi BPTPJawa Barat

Selain membawahi 2 Eselon IV-A dan kelompok jabatan fungsional, Kepala

BPTP Jawa Barat juga membawahi Kepala Kebun Percobaan (KP) Cipaku, yang berlokasi di Cipaku Bogor.

BADAN LITBANG PERTANIAN

PUSAT PENELITIAN DAN PENGEMBANGANSOSIAL EKONOMI PERTANIAN

SEKSI PELAYANAN TEKNIK

KELOMPOK JABATAN FUNGSIONAL

SUB BAGIAN TATA USAHA

BALAI PENGKAJIAN TEKNOLOGI PERTANIAN JAWA BARAT

Page 9: laptah-04abc koko new - Perpustakaan Pertanian

4 Laporan BPTP Jawa Barat Tahun 2004

B. Stuktur Organisasi Internal Untuk mendukung kinerja organisasi dan sumberdaya BPTP Jawa Barat,

selain Organisasi Balai seperti (Gambar 1), dibentuk juga Organisasi Internal Balai (Gambar 2) yang dirancang sesuai kebutuhan. Gunanya untuk mendukung tugas pokok dan fungsi unit kerja yang sudah ada. Masing-masing unit kerja tersebut bersinergis untuk menghasilkan sistem operasional dan hasil kerja yang lebih baik.

Keterangan : KELJI = Kelompok Pengkaji MTHP = Mekanisasi dan Teknologi Hasil Pertanian SOSEK = Sosial Ekonomi Pertanian UPTP = Unit Pelayanan Teknologi Pertanian Garis Komando Garis Koordinasi

Gambar 2. Struktur Oraganisasi Internal BPTP Jawa Barat , 2004.

KEPALA BALAI

KELJI BUDIDAYA

KELJI SUMBERDAYA

KELJI SOSEK

KELJI MTHP

Program

UPTP

Sub Bagian Tata Usaha

Seksi Pelayanan Teknis

Kepegawaian dan Perlengkapan Kerjasama dan Informasi

Keuangan

Sarana Penelitian dan Pengkajian

Page 10: laptah-04abc koko new - Perpustakaan Pertanian

5 Laporan BPTP Jawa Barat Tahun 2004

C. Ketenagaan

Pegawai BPTP Jawa Barat tersebar di 2 lokasi, yaitu di Lembang-Bandung dan Cipaku-Bogor. Jumlah pegawai sampai dengan 31 Desember 2004 pegawai BPTP Jawa Barat berjumlah 160 orang terdiri dari: Pegawai Negeri Sipil (PNS) 110 orang dan tenaga kontrak 50 orang. Penyebaran pegawai berdasarkan status kepegawaian seperti pada Tabel 1. Tabel 1. Penyebaran Pegawai BPTP Jawa Barat per 31 Desember 2004.

Status Kepegawaian No. Unit Kerja PNS Kontrak Jumlah Persentase

1. BPTP Jawa Barat 104 44 148 94,55

2. KP. Cipaku 6 6 12 5,45

Jumlah 110 50 160 -

Jumlah PNS BPTP Jawa Barat berdasarkan tingkat pendidikan per Desember 2004 (Tabel 2) terdiri dari: S3: 1 orang (0,9%); S2: 15 orang (13,64%); S1: 41 orang (37,27%); dan S0 (SLTA, SLTP dan SD) 53 orang (48.19 %). Jumlah tenaga kontrak lingkup BPTP Jawa Barat pada tahun 2004 berjumlah 50 orang, terdiri dari: 16 orang S1; 17 orang SLTA; 3 orang SLTP; dan 14 orang SD. Dari 50 orang tenaga kontrak tersebut 1 orang S1 dan 1 orang SLTA lulus mengikuti ujian saringan calon PNS pada tahun 2004.

Tabel 2. Jumlah PNS BPTP Jawa Barat Berdasarkan tingkat pendidikan per 31

Desember 2004.

Tingkat Pendidikan No. Unit Kerja S3 S2 S1 < S0 Jumlah

1. BPTP Jawa Barat 1 15 40 48 104

2. KP. Cipaku1 - - 1 5 6

Jumlah 1 15 41 53 110

Persentase (%) 0,9 13,64 37,27 48,19

Page 11: laptah-04abc koko new - Perpustakaan Pertanian

6 Laporan BPTP Jawa Barat Tahun 2004

Dari 110 orang PNS, 6,36% adalah pegawai golongan IV, 68,18% pegawai golongan III, 22,73% pegawai golongan II, dan 2,73% pegawai Golongan I. Jumlah PNS BPTP Jawa Barat berdasarkan Golongan per Desember 2004 seperti pada Tabel 3.

Tabel 3. Jumlah PNS BPTP Jawa Barat berdasarkan Golongan per 31 Desember 2004.

Golongan No. Unit Kerja IV III II I Jumlah

1. BPTP Jawa Barat 7 73 22 2 104

2. KP. Cipaku - 2 3 1 6

Jumlah 7 75 25 3 110

Persentase (%) 6,36 68,18 22,73 2,73

Berdasarkan kelompok jabatan, pegawai BPTP Jawa Barat dapat dibagi dalam kelompok struktural, tenaga administrasi, dan pejabat fungsional seperti: Ppeneliti, Penyuluh Pertanian, Teknisi Litkayasa, Pustakawan dan Arsiparis. Jumlah pejabat fungsional (Tabel 4) termasuk tenaga fungsional non klas.

Tabel 4. Jumlah PNS BPTP Berdasarkan Kelompok Jabatan per 31 Desember 2004.

Lokasi No. Jabatan Lembang Cipaku Jumlah

1. Struktural 3 - 3

2. Tenaga Administrasi 36 3 39

3. Tenaga Fungsional :

▪ Peneliti 31 - 31

▪ Penyuluh 17 - 17

▪ Litkayasa 14 3 17

▪ Pustakawan 1 0 1

▪ Arsiparis 1 - 1

Jumlah 64 3 67

Tabel 5. menunjukkan bahwa dari 31 orang tenaga peneliti, 20 orang sudah memiliki jabatan fungsional peneliti dan 11 orang lainnya masih berstatus sebagai Peneliti Non Kelas. Penyuluh Pertanian, dari 18 orang 15 diantaranya sudah memiliki jabatan fungsional penyuluh yaitu: Penyuluh Pertanian Madya 1 orang, Penyuluh Pertanian Muda 9 orang, Penyuluh Pertanian Pertama 5 orang. Sedangkan 3 orang lainnya adalah Penyuluh Pertanian Non Kelas. Selain peneliti dan penyuluh pertanian, pejabat fungsional lainnya adalah Teknisi Litkayasa dan Arsiparis. Pegawai yang melaksanakan tugas sebagai Teknisi Litkayasa berjumlah 17 orang, masing-masing di

Page 12: laptah-04abc koko new - Perpustakaan Pertanian

7 Laporan BPTP Jawa Barat Tahun 2004

Lembang 14 orang dan di Cipaku 3 orang. Dari jumlah tersebut, 9 orang diantaranya sudah menduduki jabatan fungsional Teknisi Litkayasa dan 8 orang lainnya masih berstatus sebagai Teknisi Litkayasa Non Kelas. Tabel 5. Jumlah Pejabat Fungsional BPTP Jawa Barat per 31 Desember 2004.

Jabatan Fungsional Jumlah (orang)

Peneliti

1. Ahli Peneliti Muda 1

2. Peneliti Madya 1

3. Peneliti Muda 2

4. Ajun Peneliti Madya 1

5. Ajun Peneliti Muda 6

6. Asisten Peneliti Madya 5

7. Asisten Peneliti Muda 4

8. Peneliti Non Kelas 11

Jumlah 33

Penyuluh

1. Penyuluh Pertanian Madya 1

2. Penyuluh Pertanian Muda 9

3. Penyuluh Pertanian Pertama 5

4. Penyuluh Non Kelas 3

Jumlah 18

Litkayasa

1. Teknisi Litkayasa Penyelia 1

2. Teknisi Litkayasa Pelaksana Lanjutan 5

3. Teknisi Litkayasa Pelaksana 3

4. Teknisi Litkayasa Non Kelas 8

Jumlah 17

Arsiparis 1

Tabel 6 menunjukkan bahwa Peneliti dan Penyuluh Pertanian BPTP Jawa

Barat memiliki disiplin ilmu yang sangat beragam. Sebagian besar atau 27,66% adalah Agronomi, terdiri dari 11 orang berpendidikan S1 dan 2 orang berpendidikan S3. Keadaan ini terus dikembangkan dan disesuaikan melalui program pendidikan jangka panjang S2 dan S3.

Page 13: laptah-04abc koko new - Perpustakaan Pertanian

8 Laporan BPTP Jawa Barat Tahun 2004

Tabel 6. Keragaan Peneliti dan Penyuluh Pertanian BPTP Jawa Barat Berdasarkan Disiplin Ilmu, 2004.

Tingkat Pendidikan Disiplin Ilmu S1 S2 S3 Jumlah (orang)

1. Agronomi 11 - 2 13 2. Peternakan 2 2 - 4 3. Biologi 4 - - 4 4. Sosek Pertanian 7 - - 7 5. Ekonomi Pertanian - 5 - 5 6. Teknik Pertanian 1 - - 1 7. Ilmu Pangan - 2 - 2 8. Produksi Ternak 1 - - 1 9. Teknologi Pasca Panen - 1 - 1 10. Sosiologi Antropologi - 1 - 1 11. Pertanian 1 - - 1 12. Hama Tanaman 2 - - 1 13. Ilmu Tanah 1 - - 1 14. Teknologi Pangan dan Gizi 1 - - 1 15. Sosek Peternakan 1 - - 1 16. Ekofisiologi Tanaman - 1 - 1 17. Penyuluhan Pertanian - 1 - 1

Jumlah 32 13 2 47 Mutasi kenaikan pangkat reguler dan fungsional dilaksanakan setiap bulan

April dan Oktober. Pada tahun 2004 PNS BPTP Jawa Barat yang naik pangkat secara reguler sebanyak 20 orang dan naik pangkat fungsional sebanyak 4 orang (Tabel 7) masing-masing: Peneliti 1 orang dan Penyuluh Pertanian 3 orang. Sesuai dengan pasal 12 ayat 1 PP nomor 3 tahun 1980, PNS yang menduduki jabatan fungsional kenaikan pangkatnya disamping harus memenuhi syarat yang ditentukan diharuskan pula memenuhi angka kredit.

Tabel 7. Realisasi Kenaikan Pangkat Reguler dan Fungsional BPTP Jawa Barat, 2004.

Golongan Ruang Waktu Realisasi No. Kenaikan Pangkat Lama Baru April Oktober Jumlah (orang)

I/d II/a - 1 1 II/a II/b 3 - 3 II/b II/c 1 1 2 II/c II/d 1 1 2 III/a III/b - 2 2 III/b III/c 2 1 3 III/c III/d - 1 1 III/a III/b - 2 2 III/b III/c 2 1 3

1. Reguler

III/c III/d - 1 1 Jumlah 9 11 20

2. Fungsional Peneliti III/b III/c - 1 1 III/c III/d - 2 2 3. Fungsional Penyuluh III/d IV/a - 1 1

Jumlah - 4 4

Page 14: laptah-04abc koko new - Perpustakaan Pertanian

9 Laporan BPTP Jawa Barat Tahun 2004

Kegiatan pembinaan dan pengembangan pegawai melalui pelatihan jangka pendek masih menjadi prioritas kegiatan BPTP Jawa Barat, Kegiatan ini bertujuan: 1) Untuk meningkatkan keahlian, keterampilan atau profesionalisme pejabat fungsional dan staf administrasi; 2) Meningkatkan eksistensi dan akuntabilitas BPTP Jawa Barat; serta 3) Meningkatkan kualitas kerja individu maupun kerjasama tim. Kegiatan In house training dilaksanakan melalui kegiatan Bimbing Litkaji.

Sedangkan pelatihan lainnya yang diikuti adalah pelatihan yang diselenggarakan oleh Badan Litbang Pertanian, Departemen Pertanian maupun pelatihan yang diselenggarakan institusi/lembaga lainnya yang kompeten dalam pengembangan SDM dan Kinerja Instnasi. Tabel 8. Pelatihan Jangka Pendek yang Diikuti Pegawai BPTP Jawa Barat, 2004.

Nama Pelatihan Peserta (orang)

1. SATPAM 2 2. Pengembangan Kewirausahaan dalam Rangka Komersialisasi Teknologi 1 3. Sistem Akuntansi Publik (SAP) 2 4. Apresiasi Jabatan Fungsional Penyuluh Pertanian 17 5. Apresiasi Jabatan Fungsional Peneliti 31 6. Peserta Temu Aplikasi Teknologi Informasi dalam Pengelolaan Perpustakaan 2 7. Peserta Temu Teknis Nasional Tenaga Fungsional 2 8. Sosialisasi Sistem Penilaian Teknisi Litkayasa 14 9. Pelatihan Analisis Presentasi dan Tabulasi Data Penelitian dan Pengkajian 1 10. Diklat Fungsional Peneliti Tingkat Pertama. 1 11. Magang Kultur Jaringan Anggrek dan Jahe 2

Selain pelatihan jangka pendek, program lainnya adalah program pendidikan

jangka panjang Dalam Negeri (DN) dan Luar Negeri (LN). Program ini dilakukan melalui program tugas belajar dan program izin belajar di dalam maupun di luar negeri. Program ini disusun berdasarkan prioritas kebutuhan disiplin ilmu sesuai mandat Balai. Sejak tahun 1999/2000 sampai tahun 2004 terdapat 23 orang pegawai yang mengikuti program tugas belajar (D3= 3 orang; S1= 1 orang; S2= 11 orang; dan S3= 2. orang dan program izin belajar S2= 6 orang dan S3= 1 orang. Dari sejumlah pegawai yang mengikuti program tersebut, S3 1 orang, S2 6 orang, S1 1 orang, dan D3 2 orang telah aktif bekerja kembali di BPTP Jawa Barat.

Page 15: laptah-04abc koko new - Perpustakaan Pertanian

10 Laporan BPTP Jawa Barat Tahun 2004

Tabel 9. Jumlah PNS BPTP Jawa Barat yang Mengikuti Program Pendidikan Jangka Panjang Tahun 1999/2000 Sampai Tahun 2004.

Program Pendidikan D3 S1 S2 S3 Jumlah Tahun

DN LN DN LN DN LN DN LN Tugas Belajar

1999/2000 - - - - 2 - 1 1 4 2001 1 - 1 - 4 - - - 6 2002 2 - - - 5 - 1 - 6

Izin Belajar 2003 - - - - 6 - 1 - 7

Jumlah 3 - 1 - 17 1 2 1 23 Pada tahun 2004, dari 110 orang PNS BPTP Jawa Barat, hanya 16 orang

atau 14,55% yang memanfaatkan hak cuti, masing-masing adalah: 1) Cuti tahunan: 12 orang (10,91%); 2) Cuti alasan penting: 2 orang (1,82%); dan 3) Cuti bersalin: 2 orang (1,82%).

D. Sarana dan Prasarana

Sarana dan prasarana BPTP Jawa Barat (Tabel 10) tersebar di 2 lokasi yaitu di Lembang dan di KP. Cipaku, terdiri dari: 1) Tanah (Lahan); 2) Bangunan; 3) Kendaraan (alat angkut darat); 4) Mesin lapangan; 5) Alat dokumentasi/komunikasi; 6) Alat kantor.

BPTP Jawa Barat memiliki lahan seluas 15.605 m2 di Lembang dan 35,720

m2 di KP. Cipaku-Bogor. Lahan di Lembang diperuntukkan sebagai gedung kantor, laboratorium, infrastruktur, rumah kaca, workshop dan goest house. Sedangkan lahan di KP. Cipaku diperuntukkan sebagai gedung kantor dan kebun plasmanutfah buah-buahan.

Tabel 10. Luasan Tanah (Lahan) BPTP Jawa Barat dan Peruntukkannya, 2004.

Lokasi Jenis sarana/Prasarana Lembang

(m2) Cipaku

(m2)

Jumlah

1. Bangunan Gedung 3.314 213 3.527

2. Emplasemen Kantor 6.686 3000 6.678

3. Rumah Dinas 5.605 - 5.605

4. Kebun Plasmanutfah - 32.507 32.507

Jumlah 15.605 35.720 45.720

Page 16: laptah-04abc koko new - Perpustakaan Pertanian

11 Laporan BPTP Jawa Barat Tahun 2004

Fasilitas bangunan gedung kantor BPTP Jawa Barat di Lembang (Tabel 11) terdiri dari: 1) Ruang kerja, 2) Perpustakaan, 3) Ruang rapat, 4) Ruang kerja fungsional, 5) Workshop, 6) Green house/rumah kaca, 7) Pool kendaraan, 8) Laboratorium, 9) Garasi kendaraan, 10) Lantai jemur, 11) Wisma tamu/guest house, dan 12) Bangunan lainnya. Tabel 11. Fasilitas Bangunan Gedung Kantor BPTP Jawa Barat , 2004.

Fasilitas Bangunan Gedung Kantor Luas (m2)

1. Ruang Kerja Lt. I dan II 1.725

2. Perpustakaan 116

3. Ruang Rapat 68

4. Ruang Kerja Fungsional 350

5. Work Shop 60

6. Green House 243

7. Pool Kendaraan 50

8. Laboratorium 314

9. Garasi 20

10. Lantai Jemur 100

11. Wisma Tamu (Guest House) 268 12. Lain-lain (infrastruktur, dan halaman kantor, selter kendaraan

bermotor roda dua) 6.686

Jumlah 10.000

Selain fasilitas bangunan gedung kantor, BPTP Jawa Barat memiliki 10 buah rumah dinas permanen terdiri dari: 4 buah rumah dinas type C, 5 buah rumah dinas type B, dan 1 buah rumah dinas type A. Tabel12. Jumlah dan Luasan Rumah Dinas BPTP Jawa Barat, 2004.

Rumah Dinas Jumlah (unit)

Luas (m2)

1. Type C 4 192

2. Type B 5 315

3. Type A 1 105

Jumlah 10 612

Page 17: laptah-04abc koko new - Perpustakaan Pertanian

12 Laporan BPTP Jawa Barat Tahun 2004

Kendaraan bermotor yang dimiliki BPTP Jawa Barat (Tabel 13) terdiri dari kendaraan roda empat dan kendaraan roda dua. Kendaraan roda empat terdiri dari: 3 buah mobil Jeep (Hardtop dan CJ-7) dan 4 buah mobil mini bus Toyota Kijang. Sedangkan kendaraan roda dua yaitu 14 buah sepeda motor. Ketersediaan kendaraan roda dua yang dimilki BPTP Jawa Barat dirasakan masih kurang, utamanya untuk mendukung mobilitas kegiatan penelitian/pengkajian yang tersebar di seluruh wilayah Jawa Barat. Tabel 13. Jumlah dan Jenis Kendaraan Bermotor yang Dimiliki BPTP Jawa Barat,

2004.

Jenis Kendaraan Nomor Polisi Jumlah Kondisi

Kendaraan Roda Dua

1. Suzuki Econos A 100 B 3117 MQ 1 unit Baik 2. Suzuki Econos A 100 B 4910 MQ 1 unit Baik 3. Suzuki Econos A 100 B 4341 MQ 1 unit Baik 4. Suzuki Econos A 100 B 4339 MQ 1 unit Baik 5. Suzuki Econos A 100 B 4591 MQ 1 unit Baik 6. Suzuki Econos A 100 Super B 5969 MQ 1 unit Baik 7. Suzuki Econos A 100 Super B 4575 MQ 1 unit Baik 8. Suzuki Trail TS 125 B 4901 MQ 1 unit Baik 9. Yamaha RX Spesial D 2525 S 1 unit Baik 10. Yamaha RX D 4143 S 1 unit Baik 11. Yamaha RX D 4926 S 1 unit Baik 12. Yamaha YT D 4146 S 1 unit Baik 13. Yamaha Crypton T 105 D 2954 S 1 unit Baik

A.

14. Honda Astrea Grand D 2254 S 1 unit Baik

Kendaraan Roda empat 1. Jeep CJ7 D 1646 S 1 unit Baik 2. Toyota Hardtop D 1916 S 1 unit Baik 3. Toyota Hardtop D 1609 S 1 unit Baik 4. Toyota Kijang D 1176 S 1 unit Baik 5. Toyota Kijang LSX D 1604 S 1 unit Baik 6. Toyota Kijang Grand D 1715 S 1 unit Baik

B.

7. Toyota Kijang LSX B 1388 BQ 1 unit Baik

Page 18: laptah-04abc koko new - Perpustakaan Pertanian

13 Laporan BPTP Jawa Barat Tahun 2004

Peralatan merupakan salah satu sarana untuk mendukung kinerja Balai. Pemenuhan kebutuhan peralatan BPTP Jawa Barat diupayakan melalui pengadaan dan pemeliharaan peralatan yang lama. Pemenuhan kebutuhan peralatan sangat ditentukan oleh ketersediaan anggaran, oleh karenanya pemenuhannya dilakukan secara bertahap sesuai prioritas kebutuhan Balai. Tabel 14. Pengadaan Peralatan Kantor BPTP Jawa Barat, 2004.

No. Jenis Peralatan Jumlah

1. Lemari Pakaian 4 buah 2. Kursi Kerja 5 buah 3. Meja Makan dengan 8 kursi 1 set 4. Sofa/Kursi tamu 1 set 5. Meja tulis baca 4 buah 6. Tempat tidur no 4 6 buah 7. Tempat tidur No.1 1 buah 8. Gorden + Rel Besi 43.16 m2 + 38 m 9. Tralis 45 m2

10. Sub marsibel (Instalasi air bersih) 1 unit

E. Keuangan (Anggaran)

Sumber anggaran BPTP Jawa Barat tahun anggaran 2004 berasal dari: 1) Anggaran Rutin; 2) Anggaran Proyek; dan 3) Anggaran Kerjasama. Anggaran Rutin dialokasikan untuk pembiayaan: gaji dan tunjangan pegawai, tunjangan beras, honor lembur pegawai, pengadaan keperluan sehari-hari perkantoran, pengadaan inventaris kantor, langganan daya dan jasa, gedung kantor, kendaraan bermotor, pemeliharaan gedung kantor dan perjalanan dinas. Sedangkan Anggaran Proyek Pengkajian Teknologi Pertanian Partisipatif (PAATP) Jawa Barat dan Anggaran Kerjasama dialokasikan untuk membiayai kegiatan penelitian, pengkajian, dan diseminasi.

Berdasarkan Daftar Isian Kegiatan (DIK), Daftar Isian Proyek (DIP) dan

kerjasama tahun anggaran 2004, jumlah anggaran yang dialokasikan di lingkup BPTP Jawa Barat masing-masing: 1). Rutin sebesar Rp. 4.033.512.000; 2) DIK-S Rp. 3.865.600; 3) Proyek PAATP Rp. 3.074.634.000; dan 4) Kerjasama Rp 492.800.000. .

Dari jumlah anggaran yang disediakan Realisasi anggaran per 31 Desember 2004, anggaran rutin/DIK terealisasi sampai dengan 93,13%; anggaran DIK suplement terealisasi sampai dengan 95,46%; anggaran pembangunan terealisasi masing-masing 95,61% (RM) dan 88,02% (RK); dan anggaran kerjasama terealisasi 92,53%.

Page 19: laptah-04abc koko new - Perpustakaan Pertanian

14 Laporan BPTP Jawa Barat Tahun 2004

Tabel 15. Jenis, Jumlah, dan Realisasi Anggaran BPTP Jawa Barat, 2004.

Uraian Jumlah

(Rp. 000) Realisasi

(Rp. 000/%) Sisa

(Rp. 000/%) 1. Anggaran Rutin/DIK1 4.033.512,00 3.756.408,10

(93,13) 277.103,90

(6,87)2. DIK Suplemen/DIK-S 3.865,60 3.690,00

(95,46) 175,60 (4,54)

3. Anggaran Pembangunan (DIP) RM 2.149.318,00 2.054.914,00

(95,61) 94.404,00

(4,59) RK 925.316,00 814.445,00

(88,02) 110.871,00

(13,61) 4. Kerjasama 423.300,00 343.300,00

(81,10) 80.000,00

(18,89) Jumlah 7.535.311,60 6.972.757

(92,53) 562.554.60

(7,46) 1 Termasuk Belanja Pegawai

F. Penerimaan Negara Bukan Pajak

Penerimaan Negara Bukan Pajak (PNBP) BPTP Jawa Barat TA. 2004 dapat melebihi target yang telah ditentukan, yaitu sebesar Rp 282.050.667 dari target Rp. 20.775.000. Sebagian besar PNBP diperoleh dari penerimaan umum yaitu Rp 272.585.667 dan penerimaan fungsional sebesar Rp. 9.465.000. Tabel 16. Target dan Realisasi Penerimaan Negara Bukan Pajak BPTP Jawa Barat,

2002-2004.

Penerimaan Negara Bukan Pajak (PNBP)

Realisasi Penerimaan Sisa Jenis Penerimaan Target (Rp)

Rp % Rp % 1. Penerimaan

Umum 6.200.000 272.585.667 4.396,54 - -

2. Penerimaan

Fungsional 14.550.000 9.465.000 65,05 5.085.000 -

Jumlah 20.750.000 282.050.667 1.357,64 - -

G. Perpustakaan

Kalau kita sepakat bahwa perbaikan mutu perikehidupan suatu masyarakat ditentukan oleh meningkatnya taraf kecerdasan warganya, maka kehadiran perpustakaan dalam suatu lingkungan kemasyarakatan turut berpengaruh terhadap teratasinya kondisi ketertinggalan masyarakat yang bersangkutan. Kehadiran perpustakaan merupakan tuntutan mutlak bagi tiap masyarakat yang ingin menjadikan

Page 20: laptah-04abc koko new - Perpustakaan Pertanian

15 Laporan BPTP Jawa Barat Tahun 2004

warganya bukan saja kaya informasi (well informed) dan terdidik baik (well educated), melainkan makin bertambah kecanggihan wawasannya (sophisticated).

Untuk berdampak sedemikian itu perpustakaan BPTP Jawa Barat: 1) Harus

menyediakan bahan bacaan yang dapat menjadi sumber informasi dan pengetahuan bagi khalayak pembaca dalam kawasannya; 2) Tempat penyimpanan informasi, edukasi dan rekreasi. Ketiga kebutuhan terakhir tersebut dapat dilayani oleh perpustakaan yang selalu menyesuaikan koleksinya dengan minat khalayak pembaca dalam kawasannya, memiliki koleksi buku-buku, perangkat untuk penyajian bahan melalui CD, VCD, CD-ROM, dan sebagainya sejalan dengan perkembangan teknologi informasi; dan 3) Sebagai salah satu pusat informasi yang tanggap dan mampu mencapai khalayak dan memiliki hak akses yang lebih transparan, cepat, dan tidak terbatas ruang dan waktu.

Sebagai salah satu media informasi, Perpustakaan juga memiliki peranan penting dalam mendukung fungsi BPTP Jawa Barat sebagai institusi pengkajian dan pendiseminasi informasi pertanian di Jawa Barat. Oleh karenanya banyak kegiatan yang telah dilakukan untuk mendukung hal tersebut, seperti: peningkatan sarana hardware (komputer, Line Area Networking/LAN), penataan ruangan, penetapan tata tertib, penambahan koleksi tercetak dan elektronik serta pengembangan sumberdaya manusia (brainware) agar lebih handal dalam melaksanakan pekerjaannya. Di sisi lain tantangan dalam peningkatan pelayanan terhadap pengunjung perpustakaan tetap menjadi perhatian utama. Oleh karenanya pengembangan software Sistem Informasi Manajemen (SIM)/otomasi perpustakaan juga sedang dikembangkan, sehingga diharapkan pengunjung dapat memperoleh pelayanan yang optimal.

Koleksi perpustakaan

BPTP Jawa Barat terdiri dari publikasi tercetak dan elektronik. Koleksi tersebut setiap tahunnya terus bertambah melalui pengadaan, hibah, hadiah dan sumber lainnya. Koleksi merupakan faktor utama bagi penyelenggaraan suatu perpustakaan. Semakin banyak koleksi yang tersedia maka semakin besar minat khalayak untuk mengunjungi perpustakaan BPTP Jawa Barat.

Pada saat ini terdapat tidak kurang 16 jenis publikasi tercetak koleksi

perpustakaan BPTP Jawa Barat (Tabel 17 dan 18) seperti: 1) Prosiding; 2) Jurnal; 3) Buletin; 4) Monograf; 5) Warta; 6) Buku; 7) Paket Informasi; 8) Majalah; 9) Laporan; 10) Panduan/Juknis; 11) Brosur; 12) Poster; 13) Indeks; 14) Abstrak; 15) Forum; dan 16) Info. Selain itu, tersedia juga lembar informasi pertanian (Liptan) dan brosur terbitan

Page 21: laptah-04abc koko new - Perpustakaan Pertanian

16 Laporan BPTP Jawa Barat Tahun 2004

BPTP Jawa Barat masing-masing 53 dan 27 judul dan Instansi lainnya dalam jumlah yang relatif banyak.

Tabel 17. Keragaan Publikasi Tercetak dari Hibah/Hadiah serta Kerjasama Jaringan Perpustakaan BPTP Jawa Barat, 2004.

Tahun/Jumlah Jenis Publikasi 2003 2005

1. Prosiding 224 244 2. Jurnal 27 64 3. Buletin 118 159 4. Monograf 32 33 5. Warta 284 300 6. Buku 1473 1479 7. Paket Informasi 24 24 8. Majalah 74 115 9. Laporan 117 117 10. Panduan/Juknis 114 128 11. Brosur - 35 12. Poster - 3 13. Indeks 18 21 14. Abstrak 35 37 15. Forum 2 6 16. Info 16 18

Tabel 18. Keragaan Jenis Publikasi Tercetak Terbitan BPTP Jawa Barat, 2004

No. LAPORAN

1. Laporan Tahunan 1995/1996 2. Laporan Tahunan 1996/1997 3. Laporan Tahunan 1997/1998 4. Laporan Tahunan 1998/1999 5. Laporan Tahunan 1999/2000 6. Laporan Tahunan 2000 7. Laporan Tahunan 2001 8. Laporan SWOT BPTP Lembang, 2001 9. Laporan Akhir PAATP Jawa Barat 1997/1998

10. Laporan Akhir PAATP Jawa Barat 1998/1999 11. Laporan Akhir PAATP Jawa Barat 1999/2000 12. Laporan Akhir PAATP Jawa Barat 2000 13. Laporan Akhir PAATP Jawa Barat 2001 14. Laporan Akhir PAATP Jawa Barat 2002 15. Laporan Akhir PAATP Jawa Barat 2003 16. Laporan Akhir PAATP Jawa Barat 2004

Page 22: laptah-04abc koko new - Perpustakaan Pertanian

17 Laporan BPTP Jawa Barat Tahun 2004

Tabel 18. (Lanjutan)

No. MONOGRAF

17. Monograf: Kebutuhan dan Umpan Balik Teknologi pertanian Spesifik Lokasi Jawa Barat, 2001

18. Monograf Sistem Usahatani Berbasis Pisang pada Lahan Kering di Jawa Barat, 1997

19. Monograf: Biologi dan Budidaya Bandeng, 2000 20. Monograf: Pengembangan Pedesaan Melalui Penerapan Teknologi Pertanian

Ramah Lingkungan Pada Lahan Dataran Tinggi di Jawa Barat 21. Monograf: Sistem Usahatani Integrasi Tanaman Ternak di Lahan Sawah 22. Monograf: Lahan Kering Garut

RENCANA STRATEGIS/RIPP/PROGRAM

23. Rencana Strategis BPTP Lembang 1997-2007 24. Rencana Induk Penelitian dan Pengembangan BPTP Lembang, 2001 25. Program Penelitian dan Pengkajian Teknologi Pertanian Propinsi Jawa Barat

PROSIDING

26. Prosiding Pertemuan Aplikasi Paket Teknologi Pertanian Kakao dan Teh, 1997

27. Prosiding Seminar stategi Pembangunan Pertanian Jawa Barat Menjelang Pelita VII, 1997

28. Prosiding Pertemuan Aplikasi Paket Teknologi Pertanian (APT) Inseminasi Buatan Pada Sapi Perah, 1997

29. Prosiding Pertemuan Aplikasi Paket Teknologi Pertanian (APT III) Pembenihan Ikan Mas Cianjur, 1997

30. Prosiding Seminar Hasil Penelitian/Pengkajian dan Diseminasi Hasil Penelitian dan Pengkajian BPTP Lembang Jilid I, 1998

31. Prosiding Seminar Hasil Penelitian/Pengkajian dan Diseminasi Hasil Penelitian dan Pengkajian BPTP Lembang Jilid II, 1998

32. Prosiding: Lokakarya Pengembangan Usahatani terpadu Berwawasan Agribisnis Menunjang pemanfaatan Sumberdaya Pertanian Jawa Barat

33. Prosiding: Seminar Nasional Pengembangan Teknologi dan Manajemn Agribinis Mendukung Ketahanan pangan Nasional

34. Prosiding: Seminar Nasional Pangan Fungsional Indigenous Indonesia: “Potensi, Regulasi, Keamanan, Efikasi dan Peluang Pasar”

PANDUAN/JUKNIS

35. Panduan Pengujian dan Rekomendasi Teknologi Pertanian 36. Petunjuk Teknis Penelitian dan Pengkajian Spesifik Lokasi Jawa Barat 37. Petunjuk Teknis Inovasi Teknologi IP Padi 300 38. Petunjuk Teknis Usahatani Kentang 39. Petunjuk Teknis Pembenihan Lada Perdu 40. Petunjuk Teknis Usahatani Padi Tanam Benih Langsung, 41. Petunjuk Teknis Pembenihan dan Pembesaran Ikan Nila Grift 42. Petunjuk Teknis Budidaya Pisang dalam Sistem Pertanian Lorong pada

Lahan Kering 43. Petunjuk Teknis Masalah Lapang Hama, Penyakit, Hara pada Padi 44. Petunjuk Teknis Pengelolaan Tanaman dan Sumberdaya Terpadu (PTT)

Padi

Page 23: laptah-04abc koko new - Perpustakaan Pertanian

18 Laporan BPTP Jawa Barat Tahun 2004

Tabel 18. (Lanjutan)

LEAFLET

45. Hijauan Pakan untuk Domba dan Kambing 46. Tumpang Sari Lada dan Kacang Tanah 47. Pembuatan Kompos Kotoran sapi 48. Fermentasi Jerami 49. Pengkajian SUT Integrasi Tanaman Ternak di Kabupaten Garut 50. Pengelolaan Tanaman Terpadu (PTT) Padi Sawah 51. Pengembangan Varietas Unggul Tipe Baru (VUTB) 52. Pola Tanam dan Pergiliran Varietas Pada Padi Sawah 53. Tanam Benih Langsung Untuk Padi Sawah Beririgasi 54. Sistem Pertanaman Lorong 55. Gula Tebu Rakyat 56. SP-36 Pupuk Pospat 57. Kredit Usaha Tani (KUT) Pola Khusus 58. Varietas Padi Unggul Baru 59. Usahatani Kedelai 60. ATABELA (Alat Tanam Benih Langsung) 61. Budidaya Daphnia sp 62. Kacang Komak 63. Pembibitan Kelapa 64. Pembuatan Selai Ubi Jalar 65. Pengenalan Budidaya Ikan Bandeng 66. Mengenal Teknologi Embrio Transfer pada Sapi Perah 67. Bioplus Bagi Ternak Ruminansia 68. Budidaya Ikan Kakap 69. Pembibitan Aren 70. Penyakit Akar Merah Anggur pada Tanaman Teh 71. Penggunaan Gunting Petik

LIPTAN

72. Tanam Jajar Legowo 73. Kemitraan Usaha Peternakan 74. Bercocok Tanam Jahe 75. Pembibitan Kakao 76. Penggunaan Mulsa Plastik Perak Hitam pada Tanaman Hortikultura 77. Bercocok Tanam Cabe Merah 78. Rajadanu Ikan Mas Lokal Unggul 79. Membuat Kalender Praktis Perkawinan Domba 80. Budidaya Kacang Hijau 81. Kakaomat Hama Berbahaya pada Tanaman Kakao 82. Budidaya Rotifera 83. Alat Penanganan Segar Buah-buahan 84. Varietas Unggul Baru Padi Maros dan Jagung Bisma 85. Inseminasi Buatan 86. Proses Fermentasi

Page 24: laptah-04abc koko new - Perpustakaan Pertanian

19 Laporan BPTP Jawa Barat Tahun 2004

Tabel 18. (Lanjutan)

LIPTAN

87. Pengendalian Penyakit Pada Tanaman Pisang 88. Alat Pengering Bibit Kakao Skala Kecil Untuk petani 89. Budidaya Nila Gift 90. Tabulapot 91. Cara Membuat Atabela Sederhana 92. Pola Tumpangsari Kacang Hijau pada Lahan Tebu 93. Usahatani Ternak Domba Berkesinambungan 94. Menilai Keuntungan Finansial Suatu Usaha Dengan Metoda NPV 95. Cara Menggunakan Alat Tanam Benih Langsung (ATABELA) 96. Mengenal Ganyol 97. Pemupukan Pada Tanaman Kakao 98. Pagar Berperangkap Bubu Tikus 99. Jaring Apung Bersusun

100. Pelarut Oksigen Untuk Jaring Apung 101. Budidaya Cacing Tanah 102. Pembuatan Silase Ikan dengan Bahan Kimia 103. Mempersiapkan Kelompoktani Menjadi Koperasi 104. Pembuatan Cassapro dan Pemanfaatannya pada Ayam dan Itik 105. Pembibitan Itik 106. Pembuatan Nimba Untuk Pengendalian Hama 107. Hijauan Gamal (Gliricidia makulata) Sebagai Sumber Protein Ransum Ternak

Potong 108. Kemitraan Usaha 109. Penggunaan Jamur Paecilomyces Flumoso Roseus (PFR) untuk Pengendalian

Hama Tanaman Teh 110. Pembenihan Bandeng Skala Rumah Tangga 111. Penyakit Kerdil 112. Pemberongsongan Pisang 113. Pencacah Hijauan Pakan Ternak 114. Vermikompos 115. Varietas Padi dan Kedelai Baru 116. Bagan Warna Daun (BWD) 117. Pemanfaatan Cassapro sebagai Pakan Sapi Perah 118. Pengolahan Bakso dan Nuget Ikan 119. Pemangkasan Bentuk pada Tanaman Teh 120. Pengenalan dan Pengunaan Pupuk Alternatif 121. Konservasi Lahan 122. Budidaya Ikan Patin di Keramba Jaring Apung 123. Pengolahan Ubi Kayu 124. Corporate Farming (Konsolidasi Managemen)

Page 25: laptah-04abc koko new - Perpustakaan Pertanian

20 Laporan BPTP Jawa Barat Tahun 2004

Tabel 18. (Lanjutan)

POSTER

125. Jerami Fermentasi Sebagai Pakan Ternak Sapi Potong 126. Pengelolaan Kompos Kotoran Sapi 127. Pengembangbiakan Bakteri Fermentasi (Starter) 128. Penyebaran Teknologi ISPT di Jawa Barat 129. Integrasi Tanaman Ternak di Jawa Barat 130. Usahatani Lada Perdu 131. Rumput dan Leguminosa Meningkatkan Ketersediaan dan Kualitas Pakan

Domba/Kambing 132. Konsentrasi Pakan Jerami Fermentasi 133. Sistem integrasi Padi Ternak (SIPT) 134. Kegiatan Lembaga Pelayanan Jasa Keuangan Karya Usaha Mandiri (KUM) 135. Komoditas Unggulan Propinsi Jawa Barat 136. Usahatani Integrasi Tanaman Hewan di Lahan Sawah Irigasi 137. Pengelolaan Tanaman Terpadu 138. Pengembangan Produk Olahan Labu Jepang (Kobucha) 139. Participatory Rural Appraisal (Pra) Pemahaman Pedesaan Secara Partisipatif 140. Uji Multilokasi Galur Harapan Padi Sawah di Jawa Barat 141. Evaluasi Kesesuaian Lahan Untuk Padi Sawah Berdasarkan Agroekologi Skala

1: 50000 di Kabupaten Tasikmalaya 142. Ngamangfaatkeun Lahan Darat Pikeun Nyadiakeun Parab Domba 143. Strategi Pengkajian 144. Tanggapan Petani Kooperator THD Model Pengembangan PTT pada Tanaman

Padi di Kabupaten Garut 145. Pengembangbiakan Probiotik Fermentasi (Bio Stater) 146. Manfaat Peta Tanah 147. Pengelolaan Tanaman dan Sumberdaya Terpadu Padi Sawah Tadah Hujan 148. VUTB Padi Mendukung Ketahanan Pangan 149. Alternatif Teknologi Pengendalian Hama Penyakit Tanaman Teh 150. Insektisida Nabati untuk Pengendalian Hama pada Tanaman Teh 151. Manfaat Arachis pintoii di Perkebunan Teh 152. Hasil Analisa Kandungan Katekin Teh Hijau 153. Penggunaan Pupuk Daun pada Tanaman Teh di Musim Kemarau

LAIN-LAIN

154. Organisasi dan Prosedur Kerja Unit Kerja BPTP Lembang, 2001 155. Profil BPTP Jawa Barat, 2001 156. Profil BPTP Jawa Barat, 2002 157. Analisis Efisiensi dan Efektivitas Kinerja BPTP Lembang Tahun Anggaran

1995/1996 – 1999/2000 158. Struktur Organisasi dan Tata Kerja (SOTK) Tahun 2003 dan 2004 159. Laporan SWOT BPTP Lembang Tahun 2001 160. Satu Dasawarsa Kiprah BPTP Jawa Barat Membangun Sistem dan Usaha

Agribisnis Berbasis Ilmu Pengetahuan dan Teknologi Inovatif Spesifik Lokasi

Page 26: laptah-04abc koko new - Perpustakaan Pertanian

21 Laporan BPTP Jawa Barat Tahun 2004

Peran Informasi Iptek terbukti dan diakui dalam mendukung pembangunan di segala bidang. Dalam pembangunan pertanian, peranan informasi pertanian menjadi semakin penting terutama bagi para pelaku usaha pertanian dalam menghadapi tantangan yang semakin berat pada era globalisasi dan perdagangan bebas. Di sektor pertanian Iptek dinilai berperan dalam meningkatkan produktivitas usaha, mempertinggi kualitas sumberdaya manusia, mengefektifkan koordinasi dan pembuatan kebijakan, serta mempercepat pemanfaatan hasil penelitian dalam rangka memenuhi kebutuhan masyarakat. Informasi Iptek yang tepat waktu dan tepat guna menjadi salah satu kebutuhan utama dalam kegiatan penelitian, pengkajian, peningkatan usaha dan pembuatan kebijaksanaan dalam pelaksanaan pembangunan.

Tantangan baru teknologi informasi khususnya untuk para penyedia informasi

adalah bagaimana menyalurkan informasi dengan cepat, tepat dan global. Perpustakaan BPTP Jawa Barat sebagai salah satu penyedia informasi mau tidak mau harus memikirkan kembali bentuk yang tepat untuk menjawab tantangan ini. Salah satunya adalah dengan mewujudkan digital library yang terhubung dalam jaringan komputer. Sampai saat ini perpustakaan BPTP Jawa Barat telah dan terus akan mengembangkan publikasi sebagai pendukung penciptaan digital library yaitu dalam bentuk file elektronik (buku, laporan, prosiding, monograf, abstrak, proposal, dll.) (Tabel 19) yang didistribusikan dengan menggunakan protokol elektronik melalui jaringan komputer Line Area Networking (LAN) dan Internet.

Tabel 19. Keragaan Pusataka/Publikasi Elektronik BPTP Jawa Barat, 2004.

1. SIARAN TV Pembenihan Ikan Bandeng Sistem Usaha Tani Domba Sistem Pengendalian Tikus dengan Menggunakan Pagar Berperangkap

Bubu 2. VIDEO (VHS) Penggunaan Bioplus untuk Penggemukan Sapi Potong Pengendalian Tikus dengan Sistem Pagar Berperangkap Bubu

3. VIDEO (VCD) Kegiatan Pengkajian Perikanan Usaha Tani Lahan Kering

4. SLIDE Budidaya Domba

5. PROSIDING Lokakarya Pengembangan Usahatani Terpadu Berwawasan Agribisnis

Menunjang Pemanfaatan Sumberdaya Pertanian Jawa Barat Pengembangan Teknologi dan Manajemen Agribinis Mendukung Ketahanan

Pangan Nasional Prosiding: Seminar Nasional Pangan Fungsional Indigenous Indonesia:

“Potensi, Regulasi, Keamanan, Efikasi dan Peluang Pasar”

Page 27: laptah-04abc koko new - Perpustakaan Pertanian

22 Laporan BPTP Jawa Barat Tahun 2004

Tabel 19. (Lanjutan)

NO. JENIS/JUDUL 6. MONOGRAF Pengembangan Pedesaan Melalui Penerapan Teknologi Pertanian Ramah

Lingkungan Pada Lahan Dataran Tinggi di Jawa Barat Sistem Usahatani Integrasi Tanaman Ternak di Lahan Sawah Sistem Usahatani Terpadu Lahan kering Beriklim Basah di Jawa Barat

7. PETUNJUK TEKNIS Petunjuk Teknis Pembenihan Lada Perdu Masalah Lapang Hama, Penyakit, Hara pada Padi Pengelolaan Tanaman dan Sumberdaya Terpadu (PTT) Padi

8. BROSUR SUCCESS STORY Success Story Pengkajian Sistem Usahatani Integrasi Tanaman-Ternak

pada Lahan Sawah Irigasi Success Story Pengkajian Sistem Usahatani Integrasi Tanaman-Ternak

pada Lahan Kering Dataran Rendah 9. LAPORAN AKHIR Laporan Akhir Kegiatan Proyek PAATP Tahun 2000 Laporan Akhir Kegiatan Proyek PAATP Tahun 2001 Laporan Akhir Kegiatan Proyek PAATP Tahun 2002 Laporan Akhir Kegiatan Proyek PAATP Tahun 2003 Laporan Akhir Kegiatan Proyek PAATP Tahun 2004

10. KUMPULAN ABSTRAK Abstrak Hasil Penelitian/Pengkajian Tahun 1995/1996 Abstrak Hasil Penelitian/Pengkajian Tahun 1996/1997 Abstrak Hasil Penelitian/Pengkajian Tahun 1997/1998 Abstrak Hasil Penelitian/Pengkajian Tahun 1998/1999 Abstrak Hasil Penelitian/Pengkajian Tahun 1999/2000 Abstrak Hasil Penelitian/Pengkajian Tahun 2000 Abstrak Hasil Penelitian/Pengkajian Tahun 2001 Abstrak Hasil Penelitian/Pengkajian Tahun 2002 Abstrak Hasil Penelitian/Pengkajian Tahun 2003 Abstrak Hasil Penelitian/Pengkajian Tahun 2004

Sistem pelayanaan di perpustakaan BPTP Jawa Barat terus mengalami

perkembangan sesuai tuntutan dan kebutuhan khalayak. Pada saat ini dilaksanakan dengan sistem pelayanan terbuka (open access) dimana khalayak pengguna dapat menelusur langsung bahan pustaka/publikasi yang diinginkan. Sistem ini diberlakukan untuk mengantisipasi keterbatasan sumberdaya manusia pengelola perpustakaan dan semakin tingginya frekuensi pengunjung perpustakaan.

Pelayanan perpustakaan yang diberikan meliputi: 1) Jasa sirkulasi, 2) Jasa

rujukan, 3) Jasa penelusuran informasi, 4) Jasa penyediaan bahan pustaka, 5) Jaringan informasi ilmiah, 6) Jasa scaner, 7) Jasa fotokopi, 8) Jasa kesiagaan informasi, dan 9) Jasa informasi terseleksi.

Page 28: laptah-04abc koko new - Perpustakaan Pertanian

23 Laporan BPTP Jawa Barat Tahun 2004

Untuk mendukung pelayanan tersebut perpustakaan BPTP Jawa Barat telah menyediakan fasilitas penelusuran atau jasa kesiagaan informasi perpustakaan (Informasi Kilat), bibliografi, kumpulan abstrak, ISSIS, TEAL, dan internet.

Keberadaan perpustakaan BPTP Jawa Barat telah cukup dikenal masyarakat, utamanya mahasiswa perguruan tinggi di Bandung dan sekitarnya. Tabel 20 menunjukkan bahwa pada tahun 2004 pengunjung/tamu perpustakaan terbanyak adalah mahasiswa perguruan tinggi (71,30%). Keadaan ini menuntut agar kedepan pelayanan perpustakaan dapat lebih ditingkatkan lagi agar pengunjung, khususnya mahasiswa dapat memperoleh kemudahan dalam penelusuran bahan pustaka yang dibutuhkannya.

Tabel 20. Persentase Pengunjung Perpustakaan BPTP Jawa Barat, 2004.

Pengunjung1 Persentase (%)

1.Mahasiswa 71.30 2.Peneliti 2.61 3.Penyuluh 5.22 4.Pustakawan 2.61 5.Petani 1.74 6.Peternak 2.61 7.KTNA 0.87 8.Karyawan 7.83 9.Swasta 4.35 10. LSM 0.87 1Pengunjung Tidak termasuk staf BPTP Jawa Barat

H. Jaringan Informasi Dalam pembangunan pertanian, peranan informasi pertanian menjadi semakin

penting terutama bagi para pelaku usaha pertanian dalam menghadapi tantangan yang semakin berat pada era globalisasi dan perdagangan bebas. Tuntutan pengguna terutama di daerah adalah agar unit kerja penelitian dan pengkajian dapat menyediakan informasi dari berbagai hasil penelitian dan pengkajian, sehingga dapat memenuhi kebutuhan di lapangan.

Sejak tahun 1998 BPTP Jawa Barat telah membangun Website/Homepage,

agar keberadaan institusi dan hasil pengkajiannya dapat dimanfaatkan oleh masyarakat luas. Untuk lebih meningkatkan pemanfaatan teknologi hasil penelitian/pengkajian, pada tahun 2004 jaringan informasi yang ada ditingkatkan kapasitasnya, dari satu port line accsess menjadi 24 port line accsess (Tabel 21) yang terpasang di setiap ruangan kerja, aula, dan perpustakaan BPTP Jawa Barat. Line Networking ini dikontrol oleh petugas protokol melalui ruangan server. Untuk mendukung kebutuhan informasi teknologi pertanian spesifik lokasi dan mendukung akslerasi adopsi teknologi, maka informasi dalam Website/Homepage juga terus dikembangkan. Upaya seperti tersebut

Page 29: laptah-04abc koko new - Perpustakaan Pertanian

24 Laporan BPTP Jawa Barat Tahun 2004

juga dilakukan dengan menempatkan abstrak hasil penelitian/pengkajian BPTP Jawa Barat pada space informasi yang disediakan oleh Ganesha Digital Library (GDL). Keberadaan jaringan informasi ini terbukti telah memacu kinerja seluruh jajaran BPTP Jawa Barat, khususnya jajaran fungsional peneliti dan penyuluh dalam penelusuran referensi sebagai bahan pendukung penulisan proposal dan laporan hasil kegiatan serta penulisan makalah untuk seminar, jurnal dan prosiding.

Untuk mendukung pengembangan jaringan informasi dan percepatan

penyebaran informasi teknologi spesifik lokasi ke berbagai wilayah maka spesifikasi hardware sistem jaringan informasi BPTP Jawa Barat, ditingkatkan dengan spesifikasi hardware sebagai berikut: Sistem Operasi: Windows 2000 Server; Tipe Case: Midle Tower ATX; Prosesor: Intel Pentium® 4/2,8 GHz Server Series; Type Matherboard: Intel Server Board S875WP1-E; Monitor: Samsung Synce Master 551v/15’; Harddisk: Maxtor 80 GB ATA 7200 rpm; RAM: SDD RAM 512 MB; Type Power Sypply; ATX 250 Watt; Keyboard Standart: PS/2 104 keys; Mouse: PS/2; CD-ROM Drive: Samsung CD-ROM/RW 52-32-52; Floppy Drive: speed; Ethernet Card: Panasonic 3,5”, 1.44 MB; Ethernet Card onboard: Realtek RTL8139(A) 10/100 Mbps PCI; Input Pointing Device: Inter PRO 100/1000 Mbps; Modem: PROLINK 5600 bps FAX/DATA/Voice ekxternal; dan HUB: TP-Link Fast Ethernet Switch 24 Port.

Page 30: laptah-04abc koko new - Perpustakaan Pertanian

25 Laporan BPTP Jawa Barat Tahun 2004

Gambar 3. Line Area Networking BPTP Jawa Barat 2004.

I. Penyebaran Informasi

Penyebaran informasi teknologi pertanian hasil penelitian/pengkajian BPTP Jawa Barat dilakukan melalui pameran, expose, perpustakaan, dan kegiatan diseminasi lainnya. Pada tahun 2004 telah dilaksanakan penyebaran kepada berbagai khalayak dan berbagai tingkatan dinas/instansi terkait di lingkup pusat, propinsi dan kabupaten seperti Badan Litbang Pertanian, Puslitbang Sosial Ekonomi Pertanian, Pustaka, Balai Penelitian Nasional, BPTP se Indonesia, Dinas Pertanian, Dinas Peternakan, Bapeda, Balitbangda, kelompok tani Jawa Barat, KTNA se Jawa Barat, HKTI, KUD, Perpustakaan Pusat, dan masyarakat umum lainnya.

Workstation Administrasi: - Urusan Kepegawaian - Rumah Tangga Perlengkapan - Urusan Keuangan - Kaur KU

Print Server

Web dan MailSERVER

Swict

Multi Media

Workstation Seksi Pelayanan Teknis: - Kasie Yantek - Perpustakaan - Urusan Kerjasama Informasi

Workstation Program

Workstation Kelji Sumberdaya

Repeater

Workstation: Kelji Sosek

Repeater

Workstation Kelji Budidaya dan Mekanisasi

Repeater

Workstation : Pimpro, Sekpro, Kupro

Workstation: Ka Balai dan KTU

Workstation AULA-1

Clien AULA-1

Page 31: laptah-04abc koko new - Perpustakaan Pertanian

26 Laporan BPTP Jawa Barat Tahun 2004

Tidak kurang dari 7 jenis publikasi tercetak yang disebar kepada khalayak seperti: leaflet, monograf, petunjuk teknis, laporn akhir, laporn tahunan, brosur, lembar informasi pertanian (Liptan) prosiding hasil seminar, dan poster. Jenis, Judul, dan jumlah publikasi tercetak yang disebarkan seperti pada Tabel 21 dan 22. Tabel 21. Jenis dan Jumlah Informasi BPTP Jawa Barat yang Disebarkan pada Tahun

2004.

Jenis Jumlah

1. Leaflet/Folder 1094 Lembar

2. Monograf 6 buku

3. Petunjuk Teknis 1035 buku

4. Laporan Tahunan 16 buku

5. Brosur 491 buku

6. Liptan 322 lembar

7. Prosiding 125 buku

8. Poster 472 lembar

Tabel 22. Jenis dan Judul Informasi BPTP Jawa Barat yang Disebar pada Tahun 2004.

Jenis Judul

Leaflet/Folder • Pengkajian SUT Integrasi Tanaman-Ternak di Kab. Garut • Pembuatan Kompos Kotoran Sapi • Fermentasi jerami • Pengelolaan Tanaman Terpadu (PTT) pada Padi Sawah • Teknologi Pengolahan Minyak Kelapa Murni • Hijauan Pakan untuk Domba dan Kambing • Tumpngsari Lada Perdu dan Kacang Tanah • Pasca Panen Ubi Cilembu • Pengembangan Varietas Unggul Tipe Baru (VUTB) • Pola Tanam dan Pergiliran Varietas

Monograf • SUT Integrasi Tanaman-Ternak di Lahan Sawah • Pengembangan Pedesaan Melalui Penerapan Teknologi Pertanian

Ramah Lingkungan pada Lahan Dataran Tinggi di Jawa Barat. • Teknologi Pertanian Spesifik Lokasi Jawa Barat

Petunjuk Teknis • Petunjuk Teknis Pembibitan Lada Perdu • Masalah Lapang Hama, Penyakit, Hara pada Padi • Cara Menentukan Komoditas Unggulan Jawa Barat Berdasarkan AEZ • Pembenihan dan Pembesaran Ikan Nila Gift • Pengelolaan Tanaman dan Sumberdaya Terpadu (PTT)

Laporan Tahunan • Laporan Tahunan BPTP Jawa Barat Tahun 1997/1998 • Laporan Tahunan BPTP Jawa Barat Tahun 1998/1999 • Laporan Tahunan BPTP Jawa Barat Tahun 1999/2000 • Laporan Tahunan BPTP Jawa Barat Tahun 2001 • Laporan Tahunan BPTP Jawa Barat Tahun 2002

Page 32: laptah-04abc koko new - Perpustakaan Pertanian

27 Laporan BPTP Jawa Barat Tahun 2004

Tabel 22. (Lanjutan)

Jenis Judul

Brosur • Profil BPTP Jawa Barat 2002 • Proile West Java AIAT

Liptan • Pengelolaan Kompos Kotoran Sapi • Zeolit untuk Pertanian • Menanam Sayuran di Lahan Kering • Bernegosiasi • Tanaman Penguat Teras untuk Konservasi Tanah dan Sumber Hijauan

Makanan Ternak • Tumpangsari Lada Perdu dan Kacang Tanah (sebelum menghasilkan) • Pasca Panen Ubi Jalar Nirkum (Cilembu) • Olahan Labu Jepang/Kabocha (Cucurbita maxima L.) • Pembibitan Lada Perdu • Kacang Tanah Sebagai Tanaman Sela Lada Perdu • Menanam Lada Perdu di Lahan Kering • UMB Pakan Tambahan Ternak Ruminansia • Tumpangsari Bawang Daun dan Kentang • Menanam Sayuran di Lahan Kering

Prosiding • Lokakarya Pengembangan Usahatani Terpadu Berwawasan Agribisnis Menunjang Pemanfaatan Sumberdaya Pertanian Jawa Barat

• Pengembangan Teknologi dan Manajemen Agribinis Mendukung Ketahanan Pangan Nasional

• Prosiding: Seminar Nasional Pangan Fungsional Indigenous Indonesia: “Potensi, Regulasi, Keamanan, Efikasi dan Peluang Pasar”.

Poster • Mengggunakan padi Tipe Baru “Fatmawati” Produktivitas Meningkat, Swasembada Pangan Lestari, Ketahanan Pangan Terjaga

Y. Laboratorium

Perkembangan Iptek akhir-akhir ini, dipacu oleh temuan-temuan di bidang fisika, kimia, biokimia, micro-chip (komputer), dan penemuan materi baru, membuat perkembangan metoda dan teknik deteksi pun semakin cepat berubah. Perkembangan ini menuntut para peneliti di bidang pertanian juga harus terus mengikuti dan mempelajari metoda dan teknik deteksi baru melalui laboratorium.

BPTP Jawa Barat sejak tahun 2002 telah memiliki laboratorium yang

selanjutnya digunakan sebagai laboratorium pasca panen, hama penyakit, tanah dan pemuliaan. Pada tahun 2003 laboratorium tersebut sudah dilengkapi dengan peralatannya. Kegiatan analisis laboratorium meliputi analisis unsur hara tanah, analisis kadar protein, pembuatan insektisida nabati, dan mendukung pengkajian bidang hama dan penyakit. Dengan kegiatan tersebut, diharapkan dapat meningkatkan kinerja para peneliti dan meningkatkan Penerimaan Negara Bukan Pajak (PNBP).

Page 33: laptah-04abc koko new - Perpustakaan Pertanian

28 Laporan BPTP Jawa Barat Tahun 2004

Tabel 23. Daftar Peralatan Laboratorium Tanah BPTP Jawa Barat, 2004.

No. Nama Barang Type/Merk Jumlah 1. Buret 10 ml Cat VWR/No. 17579-427 1 2. Buret 25 ml Cat VWR/No 17579-482 1 3. Pipettes Vol 5 ml No.52966-972 4 4. Pipettes Vol 10 ml No.52966-137 4 5. Pipettes Vol 20 ml No.52966-170 4 6. Pipettes Vol 50 ml No.52965-217 4 7. Graduate Pipettes Mohr Cp 25 ml cat Col Parmer/No.A-25562-18 4 8. Volumetric Plask 60 ml Cat Cole Parmer/No.A-34560-06 4 9. Volumetric Plask 100 ml Cat Cole Parmer/No.A-34560-07 4

10. Volumetric Plask 250 ml Cat Cole Parmer/No.A-34560-09 4 11. Volumetric Plask 500 ml Cat Cole Parmer/No.A-34560-10 4 12. Erlenmeyer Cap 125 ml 125 ml Cat VWR/No.29136-048 4 13. Erllenmenyer Cap 250 ml 250 ml Cat VWR/No.29136-060 4 14. Graduater Cylinder 50 ml 50 ml Cat Cole Parmer/No.A-34527-04 1 15. Graduater Cylinder 100 ml 100 ml Cat Cole Parmer/No.A-34527-06 1 16. Graduater Cylinder 1000 ml 1000 ml Cat Cole Parmer/No.A-34527-12 2 17. Beaker Galss Vol 50 ml No.A-3450-04 2 18. Beaker Galss Vol 100 ml No.A-3450-05 2 19. Beaker Galss Vol 500 ml No.A-3450-06 2 20. Beaker Galss Vol 1000 ml No.A-3450-11 2 21. Bottle Top Dispenser 2,5 TO 25 ml Cat Cole Parmer/No.-07878-08 1 22. Vortex Mixer Cat : VWER/No : 58810-185 1 23. Sample Bottle Cat : VWER/No : 60835-167 8 24. Test Tube Pyrex 25 ml Cat VWR / No.60835-167 40 25. Porcelain Dish/Crucibles Car :VWR/No : 23810-145 2 26. Funnel Polypropylen Cat :VWR/No:30251-065 8 27. Wash Bottle Cat : VWR/No.16649-915 8 28. Hotplate Cat : VWR ?No. 33922-859 1 29. Drying Oven Mermet -UM 500 , 108 ltr 1 30. Hotplate Cat : VWR No. 33922-859 1 31. Fume Hood Cat : VWR /NO ,30152-612 1 32. Reciporating Shaker 1 33. Sieve (Soil),The sieve consist of: Cat : Cole Parmer1 1

1pcs sieve opening 0,5 mm No.:A-59984-09,A- 59994-05,A59994-01 - 1 pcs sieve opening 1,0 mm - 3 pcs sieve opening 2.0 mm -

Page 34: laptah-04abc koko new - Perpustakaan Pertanian

29 Laporan BPTP Jawa Barat Tahun 2004

Tabel 23. (Lanjutan)

No. Nama Barang Type/Merk Jumlah

34. Soil Hydrometer Cat : Cole Parmer/No.:A-08285-120 1 35. Water Distillation Unit (Autostill) GFL-Germany/Type : 2004 1 36. Percolator For Cec (Soil Cation - Ex Indonesia 1 Exchange Capacity) 37. Water Furifier Yamaha /Type : OHG 300 1

38. Soil Tensiometer Cat : Forestry (77385) Model : Jet-Fill,2725 ARL 1

39. Petri Disk Cat : VWR/No : 25354-127 3 40. Flame Photometer Jenway Type : PFP7 1 N2 Distillation Set Of 3 With Kjedahl Ex Indonesia 1

Digestion System for Kjelahl Fess Tecator AB -Denmark Type 2008-001 1

Fask 6 flaces with kjeldahl 41. Drying Oven Mermet UM-500 108 ltr 1 42. Timbangan Duduk Ac/Dc Sartiorius BL.1500, 1500gr 1 43. Moister Tester Grain Moistur G-Won 303 RS 1 44. Soil Tester Demetra/Pat 193478 1 45. Alat Perontok Padi,kacang,jagung Multi 1 46. Timbangan Halus Electronic Scale M.1140 1 47. Durotherm/ Kelembaban 1 48. Altimeter 1 Tabel 24. Daftar Peralatan Laboratorium Hama dan Penyakit BPTP Jawa Barat, 2004.

No. Nama Barang Type/Merk Jumlah 1. Pipettes Vol 5 ml No.52966-972 4 2. Pipettes Vol 10 ml No.52966-137 4 3. Pipettes Vol 20 ml No.52966-170 4 4. Pipettes Vol 50 ml No.52965-217 4 5. Graduate Pipettes Mohr Cp 25 ml cat Col Parmer/No.A-25562-18 4 6. Volumetric Plask 60 ml Cat Cole Parmer/No.A-34560-06 4 7. Volumetric Plask 100 ml Cat Cole Parmer/No.A-34560-07 4 8. Volumetric Plask 250 ml Cat Cole Parmer/No.A-34560-09 4 9. Volumetric Plask 500 ml Cat Cole Parmer/No.A-34560-10 4

10. Erlenmeyer Cap 125 ml 125 ml Cat VWR/No.29136-048 4 11. Erllenmenyer Cap 250 ml 250 ml Cat VWR/No.29136-060 4 12. Graduater Cylinder 50 ml 50 ml Cat Cole Parmer/No.A-34527-04 2 13. Graduater Cylinder 100 ml 100 ml Cat Cole Parmer/No.A-34527-06 1 14. Graduater Cylinder 1000 ml 1000 ml Cat Cole Parmer/No.A-34527-12 1 15. Beaker Galss Vol 50 ml No.A-3450-04 2 16. Beaker Galss Vol 100 ml No.A-3450-05 2 17. Beaker Galss Vol 500 ml No.A-3450-06 2 18. Beaker Galss Vol 1000 ml No.A-3450-11 2

Page 35: laptah-04abc koko new - Perpustakaan Pertanian

30 Laporan BPTP Jawa Barat Tahun 2004

Tabel 24. (Lanjutan)

No. Nama Barang Type/Merk Jumlah 19. Sample Bottle Cat : VWER/No : 60835-167 8 20. Test Tube Pyrex 25 ml Cat VWR / No.60835-167 40 21. Porcelain Dish/Crucibles Car :VWR/No : 23810-145 2 22. Funnel Polypropylen Cat :VWR/No:30251-065 8 23. Test Tube Rack Cat : VWR/No :60985-476 1 24. Wash Bottle Cat : VWR/No.16649-915 8 25. Hotplate With Stirer Cat: VWR/No.33918-252 1 26. Laboratory Drying Oven Cat : Lenton - Uk/Type : WF - 120 1 27. Mortar With Pestle Cat : Cole Parmer/No.:A-17820-12,A-17821-12 1 28. Water Distillation Unit (Autostill) GFL-Germany/Type : 2004 1 29. Water Bath Memmert/Type : WB 14 1 30. Boixhlet Extraction Cat : VWR/No.27615-044 1 31. Petri Disk Cat : VWR/No : 25354-127 18 32. Binocular Microscope Olympus Type : CH20BIM-Set 1 33. Grain Moisture Tester Sinar Type : 6060 1 34. Autoclave,Table Top Aster Type : AMB 230 1 35. Top Loading Balance Sartiorius BL.150, 150gr 1 36. Timbangan Ternak Ruddweigh 1 Tabel 25. Daftar Peralatan Laboratorium Mekanisasi dan Teknologi Hasil Pertanian

BPTP Jawa Barat, 2004.

No. Nama Barang Type/Merk Jumlah

1. Buret 10 ml Cat VWR/No. 17579-427 1 2. Buret 25 ml Cat VWR/No 17579-482 1 3. Pipettes Vol 5 ml No.52966-972 4 4. Pipettes Vol 10 ml No.52966-137 4 5. Pipettes Vol 20 ml No.52966-170 4 6. Pipettes Vol 50 ml No.52965-217 4 7. Graduate Pipettes Mohr Cp 25 ml cat Col Parmer/No.A-25562-18 4 8. Volumetric Plask 60 ml Cat Cole Parmer/No.A-34560-06 4 9. Volumetric Plask 100 ml Cat Cole Parmer/No.A-34560-07 4

10. Volumetric Plask 250 ml Cat Cole Parmer/No.A-34560-09 4 11. Volumetric Plask 500 ml Cat Cole Parmer/No.A-34560-10 4 12. Erlenmeyer Cap 125 ml 125 ml Cat VWR/No.29136-048 4 13. Erllenmenyer Cap 250 ml 250 ml Cat VWR/No.29136-060 4 14. Graduater Cylinder 50 ml 50 ml Cat Cole Parmer/No.A-34527-04 1 15. Graduater Cylinder 100 ml 100 ml Cat Cole Parmer/No.A-34527-06 2 16. Graduater Cylinder 1000 ml 1000 ml Cat Cole Parmer/No.A-34527-12 1 17. Beaker Galss Vol 50 ml No.A-3450-04 2 18. Beaker Galss Vol 100 ml No.A-3450-05 2 19. Beaker Galss Vol 500 ml No.A-3450-06 2 20. Beaker Galss Vol 1000 ml No.A-3450-11 2

Page 36: laptah-04abc koko new - Perpustakaan Pertanian

31 Laporan BPTP Jawa Barat Tahun 2004

Tabel 25. (Lanjutan)

No. Nama Barang Type/Merk Jumlah

21. Bottle Top Dispenser 2,5 TO 25 ml Cat Cole Parmer/No.-07878-08 1 22. Sample Bottle Cat : VWER/No : 60835-167 8 23. Test Tube Pyrex 25 ml Cat VWR / No.60835-167 40

24. Porcelain Dish/Crucibles Car :VWR/No : 23810-145 2 25. Desiccator Cat : VWR/No :25034-002 1 26. Funnel Polypropylen Cat :VWR/No:30251-065 8 27. Test Tube Rack Cat : VWR/No :60985-476 1 28. Refrigerator Samsung/Type :SR 24 NME Relion 1 29. Wash Bottle Cat : VWR/No.16649-915 Fask 6

flaces with kjeldahl 4 30. Soxhlet Extraction Cat : VWR/No.27615-044 1 31. Laboratory Mill Retsch /Type :SK 100 S 1 32. Muffle Purnace Lenton-Uk/Type : ECF 12/10 1 33. Boixhlet Extraction Cat : VWR/No.27615-044 1 34. Petri Disk Cat : VWR/No : 25354-127 3 35. Spectrophoto meter UV/Visible Scinco SUV 2120 1 36. Table Top Centrifuge Hitachi Type : CT 4D 1 37. Analytical Balance Cole Parmer Cat : A-11011-45 1 38. pH/MV/Temp. Meter Cole Parmer Cat A-58806-05 1 39. Top Loading Balance Sartiorius BL.1500, 1500gr 1 40. Autoclave Multi Purpose Kapasitas 12 lt 1 41. Hygrometer Kapasitas 5098 1 42. Vacum/Penggorengan - 1 43. Chopper, Mixer uk.800x500x1050 mm 1 44. Drying Oven Shellab-USA Type 1370 FX Cat :

VWR/No 30152-612 1 45. Hammer Mill 1

Page 37: laptah-04abc koko new - Perpustakaan Pertanian

32 Laporan BPTP Jawa Barat Tahun 2004

Program Litkaji BPTP Jawa Barat Tahun 2004

No. Judul RPTP/RDHP/Kegiatan Penanggung jawab

1. Inventarisasi dan Pengembangan Sumberdaya Pertanian

Inventarisasi dan Pengembangan Sumberdaya Pertanian Kawasan Cipamatuh Jawa Barat Inventarisasi dan Pelestarian Plasma Nutfah Tanaman Hortikultura Pemuliaan Partisipatif Padi dan Palawija di Jawa Barat

Ir. Moch. Noch

2. Pengkajian Sistem dan Usaha Agribisnis Jagung pada Lahan Kering dan Sawah Tadah Hujan di Jawa Barat

Ir. Karsidi Permadi, MS

3. Pengkajian Sistem dan Usaha Agribisnis Teh Perkebunan Rakyat di Jawa Barat

Ir. Bebet Nurbaeti

4. Pengkajian Sistem dan Usaha Agribisnis Tanaman Kentang dan Cabai Merah Berwawasan Lingkungan pada Dataran Tinggi di Jawa Barat

Ir. Endjang Sujitno

5. Pengkajian Sistem dan Usaha Agribisnis Kedelai pada Lahan sawah di Jawa Barat

Drs. Agus Nurawan

6. Sistem dan Usaha Agribisnis Ubi Cilembu di Jawa Barat

Ir. Trisna Subarna

7. Teknologi Pengolahan Minyak Kelapa Terpadu Ir. Bram Kusbiantoro, MS 8. Diseminasi dan Alih Teknologi Hasil Pengkajian

Pertanian Ir. Sukmaya, MSi

9. Analisis Kebijaksanaan dan Kelembagaan Pertanian di Jawa Barat

Ir. Agus Muharam, MS/ Dr. Oswald Marbun, MSc

10. Seminar Ir. Bram Kusbiantoro, MS 11. Rencana Penyusunan Teknis Ir. Bram Kusbiantoro, MS 12. Bimbingan Litkaji Drs. Alan Rahmat 13. Komisi Teknologi Idzhar Yedih, SP 14. Monitoring dan Evaluasi Ir. Hazmi Banjar, MSi 15. Sistem Informasi Manajemen (SIM) Koord. Kepegawaian 16. Kerjasama: Pengkajian Integrasi Tanaman Ternak

pada Lahan Kering Dataran Rendah Ir. Cahyan Ilyas Ridda (Dinas Pertanian Kota Tasikmalaya)

17. Kerjasama: Diseminasi Pengkajian Usahatani Terpadu Tanaman Ternak pada Lahan Dataran Tinggi

M. Suparman (KUD Tni Mukti, Kecamatan Ciwidey, Bandung

18. Kerjasama: Penerapan I-MCP sebagai Alternatif Penanganan Pasca Panen Buah Pisang di Bogor

Dr. Ir. Purwiyatno Hariyadi (Institut Pertanian Bogor)

19. Kerjasama: Penyusunan Pewilayahan Komoditas Berdasarkan AEZ skala 1 : 50.000 di Kabupaten Cirebon

Drs. Mansyah Rizal, Msi. (Bapeda Kabupaten Cirebon)

20. Kerjasama; Pengkajian dan Pengembangan Sistem Usahatani Integrasi Tanaman Ternak di Kabupaten Garut

Ir. Bunyamin Maulana (KP3 Kabupaten Garit)

Page 38: laptah-04abc koko new - Perpustakaan Pertanian

33 Laporan BPTP Jawa Barat Tahun 2004

Program Litkaji BPTP Jawa Barat Tahun 2005

No. Judul RPTP/RDHP/Kegiatan Penanggung jawab

1. Inventarisasi dan Pengembangan Sumberdaya Pertanian Jawa Barat

Ir. Mochamad Noch

2. Pengkajian Sistem dan Usaha Agribisnis Jagung di Jawa Barat

Ir. Karsidi Permadi, MS

3. Pengkajian Sistem dan Usaha Agribisnis Teh Perkebunan di Jawa Barat

Drs. Agus Nurawan

4, Pengkajian Teknologi Pengolahan Kelapa Terpadu Skala Industri Pedesaan

Ir. Bram Kusbiantoro, MS

5. Pengkajian PengelolaanTerpadu Kebun Jeruk Keprok Garut Murni dan Sehat

Ir. Trisna Subarna, MM

6. Pengkajian Sistem dan Usaha Agribisnis Ternak Ruminansia di Jawa Barat

Ir. Agus Gunawan

7. Prima Tani pada Lahan Sawah Intensif di Jawa Barat

Ir. Agus Muharam, MS/ Ir. Moch. Noch

8. Prima Tani pada Lahan Kering Dataran Rendah Iklim Basah di Jawa Barat

Ir. Agus Muharam, MS/Ir. Bebet Nurbaeti

9. Analisis Kebijakan Pembangunan Pertanian di Jawa Barat

Ir. Agus Muharam, MS

10. Diseminasi Inovasi Teknologi Pertanian di Jawa Barat

Ir. Sukmaya, MSi

11. Diseminasi Hasil Litkaji melalui P4S Dr. Oswald Marbun 12. Pemantauan dan Evaluasi Ir. Hasmi Banjar, MSi 13. Bimbingan Litkaji Drs. Alan Rachmat 14. Penyusunan Rencana Teknis Dr. Oswald Marbun 15. Kerjasama Penelitian:

▪ Pemberdayaan Kelompoktani Dalam Sistem Usahatani Tomat/Mangga

Tim Program

▪ Pengembangan Inovasi Teknologi Cabai Merah Ir. Endjang Sujitno ▪ Teknologi Penanganan Pasca Panen Kedelai Ir. Dian Histifarina, MSi

16. Komisi Teknologi Pertanian Kasie Yantek/ Idzar Yedih, SP 17. Database Sumberdaya dan Program (SIM) Koord. Kepegawaian 18. Pengembangan Database dan Pengembangan

Informasi KaSie Yantek/ Idzar Yedih, SP

Page 39: laptah-04abc koko new - Perpustakaan Pertanian

34 Laporan BPTP Jawa Barat Tahun 2004

Hasil Penelitian/Pengakjian dan Diseminasi

A. Inventarisasi dan Pengembangan Sumberdaya Pertanian di Jawa Barat

Inventarisasi dan Pengembangan Sumberdaya Pertanian merupakan salah satu program utama penelitian/pengkajian BPTP Jawa Barat untuk mendukung pembangunan pertanian yang berwawasan agribinis. Hal ini dilatarbelakangi oleh peranan ketersediaan sumberdaya pertanian di Jawa Barat baik kuantitas maupun kualitasnya yang sangat penting dalam menjamin keberhasilan dan keberlanjutan sistem dan usaha agribisnis.

Kegiatan dilaksanakan di Kawasan Sentra Produksi Cipamatuh dengan

mengambil sampel penelitian beberapa kecamatan di Kabupaten Garut pada lokasi di ketinggian (0-400; >400 – 700; dan > 700 m dpl).

Kegiatan bertujuan 1) Menginventarisasi sumberdaya pertanian Kawasan Sentra

Produksi Cipamatuh; 2) Membuat rancangan pengembangan sumberdaya pertanian di Kawasan Sentra Produksi Ciapamatuh, dan 3) Membuat data-base dan sistem informasi sumberdaya pertanian Kawasan Sentra Produksi Cipamatuh. Ketiga tujuan tersebut diharapkan dapat dapat menghasilkan keluaran (output) yang dapat dijadikan sebagai dasar/acuan dalam penentuan kebijakan pembangunan pertanian bagi Kawasan Sentra Produksi Cipamatuh. Disisi lain para pengambil kebijakan dapat dengan efektif dalam penelusuran data/informasi sumberdaya pertanian di kawasan tersebut sesuai dengan kebutuhannya. Dampak yang diharapkan dari hasil penelitian Inventarisasi dan Pengembangan Sumberdaya Pertanian yaitu terjadinya percepatan pengembangan pertanian di kawasan sentra produksi Cipamatuh dan peningkatan pendapatan dan kesejahteraan masyarakat (khususnya petani) di Kawasan Sentra Produksi Cipamatuh.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa: 1) Kawasan Cipamatuh merupakan

salah satu Kawasan Sentra Produksi yang terbentang dari wilayah pantai selatan Propinsi Jawa Barat hingga kawasan puncak pegunungan Cikuray, Papandayan, Malabar, dan Patuha dengan luas wilayah sekitar 356.700 ha; 2) Keadaan topografi di

Page 40: laptah-04abc koko new - Perpustakaan Pertanian

35 Laporan BPTP Jawa Barat Tahun 2004

kawasan Cipamatuh cukup bervariasi berdasarkan bentuk relief, kemiringan lereng, dan ketinggian dari permukaan laut. Di sebelah Utara merupakan kawasan perbukitan dan pengunungan volkanik cukup terjal dengan kelerengan >40% terletak di ketinggian >700 m dpl, di bagian Tengah merupakan perbukitan volkanik dan tektonik dengan kelerengan 15-40% terletak di ketinggian 400-700 m dpl, dan di bagian Selatan sebagian besar merupakan teras pantai dan kompleks dataran aluvial dengan kelerengan <15% terletak di ketinggian <400 m dpl. kawasan ini termasuk wilayah beriklim basah dengan curah hujan rata-rata diatas 2000 mm/tahun, kecuali untuk Kecamatan Pakenjeng dan Pasirjambu, masing-masing 1.728 mm/tahun dan 1.881 mm/tahun, serta jumlah bulan basah antara 6-10 bulan per tahun. Kondisi curah hujan seperti ini sebetulnya cukup baik untuk melakukan aktivitas usahatani. Dilihat dari kondisi suhu udara, kawasan Cipamatuh yang berda pada elevasi 0-700 m dpl memiliki regim temperatur isohyperthermic (panas) dengan suhu udara antara 21,1-30,4 oC, sedangkan kawasan Cipamatuh yang berada pada elevasi >400 m dpl memiliki regim temperatur isothermic (sejuk) dengan suhu udara antara 17,9-22,2 oC; 3) Jenis tanah di Kawasan Cipamatuh terdiri dari: a) Komplek Podsolik Merah Kuning, b) Asosiasi Andosol Coklat, c) Latosol Coklat, dan d) Regosol Coklat. Jenis lainnya yaitu Komplek Renzina, Litosol, dan Brown Forest Soil; 4) Jumlah Penduduk, Kawasan Cipamatuh berjumlah 872.068 orang yang terdiri dari 221.369 orang laki-laki dan 491.072 orang perempuan; 5) Dari 302.836 keluarga, sebagian besar bermatapencaharian sebagai petani yaitu: 84% di wilayah dataran rendah, 69% di wilayah dataran medium, dan 69% di wilayah dataran tinggi; 6) Penduduk di kawasan Cipamatuh sebagian besar berpendidikan sekolah dasar (66,83%), SLTP (20,16%), SLTA (11,57%), dan PT (1,44%); 7) Penduduk kawasan Cipamatuh didominasi oleh penduduk usia produktif (20-59 tahun); 8) Lahan di kawasan Cipamatuh terdistribusi untuk lahan pertanian (sawah dan tegalan) seluas 100.480 ha (28%), perkebunan dan hutan 124.566 ha (34,92%), untuk kawasan pemukiman, industri dan perdagangan 20.702 ha (5,8%). Sisanya sekitar 110.950,37 (31,1%) merupakan lahan kritis yang tidak diusahakan dan sebagian besar (48,7%) terdapat di kawasan lahan dataran medium; 9) Sebagian besar petani sebagai pemilik penggarap (54,21%), pemilik saja (25,12%), dan penggarap (20,68%); 10) Komoditas tanaman pangan terdiri dari padi sawah, padi gogo, jagung, kacang tanah, singkong, ubi jalar, kedelai dan kacang hijau dengan luas panen di wilayah dataran rendah padi sawah (23.173 ha) disusul tanaman kacang tanah 9.834 ha, padi gogo 8.186 ha dan jagung 7.756 ha, selebihnya singkong ubi jalar, kedelai dan kacang hijau masing-masing kurang dari 2000 ha. Di wilayah dataran menegah, luas panen padi sawah (18.271 ha), disusul padi gogo (8700 ha), jagung (7.099 ha), singkong (4.617 ha), dan kacang tanah (2.818 ha), selebihnya ubi jalar, kedelai, dan kacang hijau rata-rata di bawah 2.000 ha. Di wilayah dataran tinggi, luas panen paling luas adalah padi sawah (19.202 ha) disusul jagung (4.774 ha), padi gogo (3.106 ha) dan singkong (2.384 ha) sedangkan tanaman ubi jalar, kacang tanah, kedelai dan kacang hijau rata-rata di bawah 2.000 ha. Produktivitas masing-masing jenis tanaman pangan di kawasan Cipamatuh baik yang terdapat di wilayah dataran rendah, menengah maupun tinggi, umumnya masih di bawah potensi hasil yang seharusnya; 11) Jenis tanaman sayuran yang banyak diusahakan di wilayah

Page 41: laptah-04abc koko new - Perpustakaan Pertanian

36 Laporan BPTP Jawa Barat Tahun 2004

dataran rendah adalah cabai (777 ha), kacang panjang (559 ha), cabai (447 ha), terung (346 ha), dan mentimun (313 ha). Sedangkan jenis tanaman sayuran yang dominan di wilayah dataran tinggi terdiri dari kentang 3.004 ha, kubis (2.825 ha) petsai (2.782 ha), tomat (2.230 ha), bawang merah (1.437 ha), kacang merah (1.217 ha), bawang daun (1.094 ha); 12) Jenis tanaman buah-buahan di wilayah dataran rendah pisang (586.328 pohon), nenas (345.980 pohon), sirsak (70.256 pohon), dan mangga (65.469 pohon) nangka (33.149 pohon) dan salak (12.889 pohon). Di wilayah dataran medium jenis buah-buahan yaitu: pisang (877.891 pohon), mangga (46.987 pohon), alpukat (32.100 pohon), jambu biji (28.750 pohon), pepaya (23.326 pohon), sirsak (19.868 pohon), nenas (19.837 pohon), belimbing (18.265 pohon) dan nangka (15.709 pohon). Di wilayah dataran tinggi, pisang (159.792 pohon), alpukat (44.979 pohon) dan jambu biji (34.271 pohon), pepaya (18.040 pohon), sirsak (13.455 pohon) dan nenas (12.025 pohon). Melihat sebaran tanaman buah-buahan di masing-masing wilayah pada kawasan Cipamatuh ternyata pisang merupakan jenis tanaman buah-buahan yang dominan; 13) Sebagian besar pelaksanaan tanam dilaksanakan dalam 3 musim. Pola tanaman dominan pada lahan sawah yaitu padi-padi-padi dan padi-padi-palawija. Sedangkan pola tanam pada lahan kering yaitu padi gogo-palawija dan padi gogo+jagung+ubikayu-kacang tanah. Selain padi gogo, tanaman palawija yang banyak diusahakan di lahan kering yaitu jagung, ubi kayu, kedelai (pada musim I) dan kacang tanah (pada musim II). Jenis sayuran yang sebagai komoditas dalam pola tanam pada ekoregional lahan kering yaitu cabe, bawang daun, dan kacang merah. Jika dilihat dari pola tanam yang diterapkan di Kawasan Cipamatuh, Kabupaten Garut menunjukkan bahwa intensitas pertanaman di kawasan ini baik di lahan sawah maupun di lahan kering cukup tinggi; 14) Hasil indentifikasi menunjukkan bahwa penerapan teknologi di beberapa kecamatan di Kawasan Cipamatuh Kabupaten Garut relatif masih sangat rendah; 15) Kelompok tani di Kawasan Cipamatuh terdiri dari: 1) Pemula; 2) Lanjut; 3) Madya; dan 4) Utama. Kelas kelompok tani Pemula terbanyak terdapat di kecamatan Bungbulang (80 kelompok), Cibalong (46 kelompok), dan Cipatujah (43 kelompok). Kelompok tani Lanjut, terbanyak terdapat di Kecamatan Cidaun (46 kelompok), Bungbulang (39 kelompok), dan Pakenjeng (34 kelompok). Sedangkan kelompok tani Utama hanya terdapat di Kecamatan Cikelet (14 kelompok). Hasil kompilasi jumlah kelompok tani menunjukkan bahwa kelompok tani di Kawasan Cipamatuh sebagian tergolong ke dalam kelompok tani Lanjut (318 kelompok); dan 16) Hampir di seluruh kecamatan di Kawasan Cipamatuh telah terdapat koperasi/Koperasi Unit Desa (KUD) dan Bank (Bank Rakyat Indonesia dan Bank Perkreditan Rakyat). Keberadaan lembaga ekonomi dan pertanian ini memiliki peranan penting dalam mendukung pembangunan kawasan, utamanya dalam penyediaan modal usahatani. Selain Koperasi/KUD dan Bank juga terdapat banyak kios tani yang berfungsi sebagai penyedia sarana produksi pertanian.

Page 42: laptah-04abc koko new - Perpustakaan Pertanian

37 Laporan BPTP Jawa Barat Tahun 2004

B. Pemuliaan Partisipatif Komoditas Padi dan Palawija di Jawa Barat

Laju penemuan varietas unggul baru tanaman pangan (serealia, kacang-kacangan, dan ubi-ubian) lebih banyak dan lebih cepat apabila dibandingkan dengan tanaman hortikultura (sayuran, buah-buahan dan tanaman hias). Namun demikian varietas unggul yang dihasilkan oleh lembaga penelitian pada umumnya masih bersifat adaptasi luas dan belum kearah spesifik wilayah pertanian, sehingga menimbulkan senjang hasil.

Untuk menanggulangi dan menjembatani masalah tersebut, maka perlu

dilakukan kerjasama antar lembaga penelitian, yaitu antara Balai Penelitian Komoditas (Balit Komoditas) dan Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP).

Kerjasama yang dilakukan adalah Balit Komoditas sebagai penyedia bahan

pemuliaan dan BPTP sebagai pelaksana operasioal observasi, seleksi, pengujian daya hasil dan daya adaptasi bahan pemuliaan tersebut di berbagai lokasi dan musim dalam bentuk kegiatan Shuttle Breeding dan Uji Multi Lokasi. Shuttle Breeding padi sawah yang terdiri dari Uji Daya Hasil Pendahuluan dan Uji Daya Hasil Lanjutan dilaksanakan di 4 lokasi (Majalengka, Ciamis, Subang dan Garut), uji multi lokasi padi sawah dilaksanakan di 10 kabupaten (Bandung, Garut, Majalengka, Kuningan, Cianjur, Sukabumi, Subang, Karawang, Ciamis, dan Indramayu ), uji multilokasi kacang tanah dilaksanakan di lima lokasi (Subang I, Subang II, Cianjur, Tasikmalaya dan Majalengka), uji multilokasi kedelai dilaksanakan di dua kabupaten (Ciamis dan Majalengka), dan uji multilokasi ubi jalar dilaksankan di dua kabupaten (Kuningan dan Majalengka). Untuk lokasi padi sawah dikelompokkan ke dalam 3 jenis agroekosistem yaitu dataran tinggi, dataran sedang, dan dataran rendah. Rancangan yang digunakan adalah Rancangan Acak Kelompok. Tujuan dari kegiatan ini adalah untuk memperoleh galur-galur harapan padi, kacang tanah, dan kedelai, serta klon-klon harapan ubi jalar yang mempunyai potensi hasil tinggi, tahan hama penyakit, tahan cekaman biotik dan abiotik, dan sesuai dengan preferensi petani.

Hasil yang telah dicapai pada kegiatan pemuliaan partisipatif padi dan palawija

adalah sebagai berikut: 1) Padi sawah:L Dari kegiatan Uji Daya Hasil di Subang, diperoleh delapan galur harapan yang memberikan hasil gabah kering antara 10 ton/ha sampai 11 ton/ha, dengan jumlah malai dan gabah isi lebih tinggi daripada Ciherang serta memiliki gabah hampa lebih sedikit daripada Ciherang. Galur-galur tersebut adalah OBS-MK-02-233, OBS-MK-02-023, OBS-MK-02-014, OBS-MK-02-297, OBS-MK-02-

Page 43: laptah-04abc koko new - Perpustakaan Pertanian

38 Laporan BPTP Jawa Barat Tahun 2004

066, OBS-MK-02-136, OBS-MK-02-137, OBS-MK-02-164 dan OBS-MK-02-089. Delapan galur dari Uji Daya Hasil Lanjutan padi sawah di Majalengka toleran terhadap serangan BLB di lapangan dengan tingkat serangan 5%. Namun demikian perlu diuji lebih lanjut ketahanannya terhadap BLB di laboratorium. Hasil pengujian galur-galur padi sawah dataran tinggi yang dilaksanakan di Garut (900 m dpl) diperoleh 3 galur dan 1 varietas lokal Sarinah yang memiliki toleransi terhadap cekaman suhu rendah. Galur-galur tersebut memberikan hasil yang cukup tinggi yaitu OBS-DT-02-46, menghasilkan gabah kering giling 8 t/ha, IR 68333-R-R-B-32 sebanyak 7 t/ha, IR 71121-35-1-1-1-2 sebanyak 6,5 t/ha, Sarinah 6,6 t/ha dan Fatmawati 6,34 t/ha. Varietas Ciherang ternyata tidak tahan cekaman suhu rendah dan hanya menghasilkan gabah kering 0,5 t/ha. Pada saat ini varietas lokal Sarinah sedang dalam proses pemutihan untuk dilepas sebagai varietas spesifik lokasi dataran sedang dan dataran tinggi khususnya untuk Kabupaten Garut. Varietas Sarinah sebetulnya adalah galur dari Balitpa Sukamandi yang sudah menyebar secara luas di Kabupaten Garut khususnya di dataran sedang dan dataran tinggi. Galur tersebut sudah berkembang sejak tahun 1997 yang berasal dari galur pertanaman Uji daya hasil tahun 1996 yang dilaksanakan di daerah Kabupaten Garut. Nampaknya ada dua galur dari hasil uji multilokasi yang mempunyai harapan untuk diusulkan sebagai varietas unggul baru spesifik lokasi yaitu S4616 E-PN-7-3 dan IR65633-253-3-3-2-3. Galur S4616 E-PN-7-3 sangat diminati oleh petani, terutama petani kooperator di Subang, Karawang dan Indramayu, sedangkan galur IR65633-253-3-3-2-3 sangat diminati petani kooperator Padaherang, Ciamis. Keistimewaan galur S4616 E-PN-7-3 di Subang, Karawang dan Indramayu tahan terhadap penyakit BLB dan berproduksi tinggi, sedangkan galur IR65633-253-3-3-2-3 sangat diminati petani Padaherang karena memiliki umur genjah sehingga dapat mempercepat waktu tanam padi-padi-kedelai di daerah tersebut;

Page 44: laptah-04abc koko new - Perpustakaan Pertanian

39 Laporan BPTP Jawa Barat Tahun 2004

2) Kedelai: Diperoleh tujuh galur kedelai berumur genjah bila dibandingkan dengan Varietas Burangrang. Kedelai berumur genjah sangat diperlukan di lahan sawah tadah hujan dengan pola tanam padi-padi-kedelai dalam rangka percepatan tanam. Petani padi Kecamatan Padaherang, Ciamis berminat menanam Varietas Burangrang sebagai pengganti Varietas Orba, karena memiliki jumlah polong yang banyak, berbiji besar dengan umur panen sama dengan Varietas Orba; 3) Kacang tanah: Dua galur kacang tanah yaitu G.1.2E-12 dan G.1.2E-20 memberikan hasil yang lebih baik daripada varietas lokal setempat maupun varietas pembanding. Dalam kondisi lahan kering dan kekurangan air, kedua galur tersebut mampu menghasilkan polong kering 1,17 t/ha, sedangkan varietas lokal hanya 0,6 t/ha. Di lahan sawah, galur G.1.2E-30A memberikan hasil paling tinggi dibandingkan dengan Varietas Mahesa. Galur tersebut menghasilkan polong kering 4,13 t/ha, sedangkan Mahesa 3.5 t/ha, dan untuk varietas lokal 2,8 t/ha; 4) Ubi Jalar: Hasil uji multilokasi ubi jalar menunjukkan bahwa klon-klon yang diuji tidak ada yang lebih tinggi hasilnya dibandingkan dengan Varietas Sari maupun Cangkuang dan Varietas lokal. Varietas sari memberikan hasil 32,8 t/ha sampai 36,6 t/ha, Varietas Cangkuang 20,6 t.ha sampai 27,0 t/ha dan varietas lokal 28,5 t/ha sampai 28,0 t/ha. Sedangkan klon-klon ubi jalar antara 6,7 t/ha sampai 19 t/ha. Untuk itu perlu diuji lagi klon-klon yang memiliki keunggulan spesifik di Jawa Barat, khususnya untuk Kabupaten Kuningan dan Majalengka.

C. Pengkajian Sistem dan Usaha Agribisnis Kedelai di Jawa Barat

Kedelai (Glysine max (L) Merril) merupakan salah satu jenis tanaman pangan

yang sangat dibutuhkan oleh sebagian besar penduduk Indonesia. Dalam kehidupan masyarakat kita, kedelai telah dikenal sejak lama sebagai salah satu tanaman sumber protein nabati dengan kandungan 39% - 41% yang diolah menjadi bahan makanan, minuman serta penyedap cita rasa makanan, misalnya yang sudah sangat terkenal adalah tempe, kecap, dan tauco. Bahkan diolah secara modern menjadi susu dan minuman sari kedelai yang dikemas dalam karton khusus atau botolan. Di samping itu, tanaman kedelai merupakan komponen pakan ternak juga akan tersedia jerami/brankasan tanaman sebagai pakan ternak. Besarnya angka impor kedelai termasuk bungkilnya sekitar 600,322 ton setiap tahun merupakan indikator betapa besar kebutuhan kedelai untuk memenuhi kebutuhan penduduk. Peluang optimalisasi melalui peningkatan Indeks Pertanaman (IP) penggunaan lahan sawah dengan penataan pola tanam padi-padi-kedelai dan padi-kedelai di Jawa Barat cukup terbuka hal ini ditandai dengan tersedianya lahan sawah seluas 1.126.924 ha terdiri dari 881.872 ha yang dapat ditanami padi dua kali dan 242.092 ha ditanami padi satu kali.

Page 45: laptah-04abc koko new - Perpustakaan Pertanian

40 Laporan BPTP Jawa Barat Tahun 2004

Pengkajian Sistem dan Usaha Agribisnis Kedelai di Jawa Barat bertujuan

meningkatkan produktivitas lahan sawah melalui peningkatan IP dengan pola tanam padi-padi-kedelai, juga mengembangkan sub sitem dan usaha agribisnis kedelai melalui rekayasa dan penerapan teknologi tepat guna untuk meningkatkan produksi, produktivitas serta peningkatan efisisensi dan mutu produk melalui teknologi Badan Litbang Pertanian seperti: penggunaan benih unggul bermutu, pemupukkan, pengendalian OPT, dan teknologi pasca panen.

Materi yang dikaji meliputi: 1) Kajian Aspek budidaya: (a) Penyiapan lahan

dengan tanpa olah tanah dan percepatan tanam dan (b) Penggunaan varietas unggul hasil dari Badan Litbang Pertanian, dan (c) Pemupukan dengan menggunakan Penggunaan Nodulin plus dan penggunaan Bio P 200 Z; 2) Kajian Aspek Sosial Ekonomi dan Kelembagaan melalui kegiatan pemahaman desa secara partisipatif/Paricipatory Rural Appraisal (PRA) dan pembentukan model kegiatan usaha bersama kedelai yang berorientasi agribisnis; 3) Kajian Mekanisasi dan Pengolahan hasil terdiri dari :(a) Pengkajian Budidaya (prapanen) dan (b) Pengkajian Pascapanen Primer, yang dilaksanakan pada skala pengkajian kedelai mendukung kegiatan Peningkatan Mutu Intensifikasi (PMI) dengan luasan 5 ha. Selain itu dilakukan pembinaan kelompok dan temu lapang sebagai media penyebarluasan (diseminasi) teknologi. Pengkajian yang dilaksanakan di Desa Sindang Jaya, Kecamatan Padaherang, Kabupaten Ciamis ini, dikawal oleh ahli dari berbagai disiplin ilmu (multidicipline expert) dengan juga melibatkan beberapa petugas dari instansi terkait. Hasil pengkajian pada tahun 2004 menunjukkan bahwa: 1) Desa Sindang Jaya mempunyai potensi dan peluang peningkatan produktivitas dan pengembangan agribisnis kedelai melalui pendekatan penerapan teknologi tepat guna spesifik lokasi; 2) Usahatani kedelai di lokasi pengkajian sangat prospektif karena mempunyai keunggulan komparatif dan kompetitif dalam segi waktu pelaksanaan tanam dan harga jual produk tanaman; 3) Pada umumnya petani telah melakukan kegiatan pascapanen primer seperti: cara panen, pengeringan brangkasan, pembersihan, perontokkan, pengemasan dan penyimpanan; 4) Rata-rata persentase pertumbuhan

Page 46: laptah-04abc koko new - Perpustakaan Pertanian

41 Laporan BPTP Jawa Barat Tahun 2004

tertinggi pada MK II 2004 pada varietas Mahameru yaitu 99% diikuti Anjasmoro 97,50% dan kemudian Orba 97,33%. Intensitas serangan hama sangat rendah dan masih di bawah ambang batas; 5) Berdasarkan hasil pengamatan produksi rata-rata kebiasan petani (existing technology) berkisar antara 1200 kg/ha- 1400 kg/ha. Varietas Orba di Padaherang ini sangat disukai karena umurnya genjah dan bijinya besar. Namun varietas Orba yang berkembang di wilayah tersebut kemurniannya tidak terjamin dan banyak sekali canmpurannya. Varietas Orba dengan perlakuan Nodulin plus dan pupuk hayati Bio P 2000 Z pada musim ini mengalami peningkatan menjadi 1920/ha, sedangkan dengan penggunaan Rhizoplus produksinya 2293 kg/ha. Lain halnya dengan varietas Mahameru yang diperlakukan dengan Nodulin plus berproduksi 2133 kg/ha. Dan menggunakan Rhizoplus produksinya 2400 kg/ha. Vartietas Anjasmara dengan perlakuan Nodulin plus menghasilkan produksi sebanyak 2293 kg/ha. dan dengan Rhizoplus menghasilkan produksi sebanyak 2347 kg/ha. Dengan demikian pengkajian yaitu telah memberikan dampak terhadap kenaikan hasil antara 26,14% - 45,83%; 5) Berdasarkan hasil analisis finansial usahatani kedelai yang dilakukan petani non kooperator rata-rata sebesar Rp. 1.388.940,-/ha/musim dengan nilai R/C ratio 1,43 atau sebesar Rp. 420.088 per petani dengan luasan lahan usaha rata-rata 0,33 ha. Nilai pendapatan rata-rata yang diterima petani kooperator cenderung lebih kecil yaitu hanya sebesar Rp. 967.528/ha/musim dengan nilai R/C ratio 1,3. Walaupun demikian, secara riil pendapatan rata-rata per petani kooperator Rp. 483.764 lebih tinggi dibanding non kooperator masih lebih besar (Rp. 483.764), hal ini disebabkan rata-rata luas lahan garapan petani kooperator (sekitar 0,49 ha) lebih luas dari lahan garapan petani non kooperator; 6) Pada Tabel 17 dapat dilihat bahwa kehilangan hasil secara manual berkisar antara 13,68% – 17,40% sedangkan secara mekanis berkisar antara 2,50% - 7,00%. Besarnya kehilangan hasil secara manual diakibatkan oleh banyaknya biji yang tercecer pada saat pemukulan (gedig) dan banyaknya biji yang pecah karena tekanan yang berbeda. Kehilangan hasil paling besar terjadi pada varietas orba dengan teknologi budidaya cara petani yang dirontokan dengan cara digedig yaitu 18,79% sedangkan yang dirontokkan dengan cara menggunakan threser adalah 7,00%; dan 7) Penilaian petani terhadap varietas kedelai Orba dengan perlakuan benih menggunakan Nodulin Plus cukup baik sedangkan varietas Anjasmoro merupakan alternatif pilihan kedua, karena waktu sampai panen terlalu lama dibandingkan dengan varietas Orba.

D. Pengkajian Sistem dan Usaha Agribisnis Teh Perkebunan Rakyat

Teh (Cammelia sinensis) merupakan salah satu komoditas unggulan prioritas

utama di Jawa Barat. Dari luasan areal perkebunan teh yang ada, perkebunan teh rakyat merupakan yang terluas dibanding dengan Perkebunan Besar Swasta dan Perkebunan Besar Negara. Akan tetapi produktivitas dan kualitas teh rakyat masih rendah. Salah satu penyebab rendahnya produktivitas dan kualitas teh rakyat adalah tidak terpenuhinya anjuran teknologi baru, karena tidak mampu dibiayai oleh petani. Selain itu adopsi teknologi yang rendah oleh petani juga disebabkan oleh pengetahuan dan

Page 47: laptah-04abc koko new - Perpustakaan Pertanian

42 Laporan BPTP Jawa Barat Tahun 2004

kemauan yang rendah. Pengingkatan produktivitas, produksi dan kualitas dapat dilakukan melalui pemberdayaan petani teh dalam sistem dan usaha agribisnis. Dalam penerapan sistem ini petani didorong untuk melakukan usahataninya tidak hanya pada tahap hulu (on-farm) akan tetapi juga pada tahap tengah dan hilir (off-farm). Dukungan teknologi tepat guna spesifik lokasi dengan optimalisasi sumberdaya lokal, pengelolaan budidaya pertanian organik, pengolahan hasil yang ditangani langsung oleh petani sendiri melalui pabrik pengolahan teh berskala kelompok, serta dukungan kelembagaan agribisnis yang berjalan sesuai tugas dan fungsinya merupakan kunci keberhasilan keseluruhan proses penerapan sistem dan usaha agribisnis teh perkebunan rakyat.

Berdasarkan permasalahan

tersebut maka dilakukan pengkajian pengembangan sistem dan usaha agribisnis teh pada perkebunan rakyat. Pengkajian dilaksanakan di Desa Mekar Jaya dan Desa Cipada, Kecamatan Cikalong Wetan, Kabupaten Bandung. Tujuan pengkajian adalah: 1) Mengetahui potensi, peluang dan tantangan usahatani teh rakyat skala agribisnis, 2) Mendapatkan alternatif teknologi budidaya dan pengolahan hasil guna mendukung sistem usahatani teh rakyat, dan 3) Mengetahui kelayakan teknis, ekonomis dan sosial teknologi yang dikembangkan. Pengkajian dilakukan melalui pendekatan partisipatif (On Farm Participatory Research).

Hasil pengkajian menunjukkan, Desa Mekar Jaya dan Desa Cipada

Kecamatan Cikalong Wetan Kabupaten Bandung sangat potensial untuk pengembangan usahatani teh rakyat skala agribisnis. Kondisi ini didukung oleh faktor sumberdaya alam maupun sumberdaya manusianya. Introduksi teknologi budidaya yaitu pemupukkan organik baik melalui daun (mitraflora dan bayfolan) maupun melalui akar (pupuk kandang), pengendalian OPT dengan menggunakan konsep PHT dan insektisida nabati (ekstrak nimba, suren dan sirsak) dan penambahan bahan organik melalui penanaman Arachis pentoii, serta penyulaman tanaman (infilling) yang diberikan telah ditanggapi secara positif oleh petani dan berpengaruh signifikan terhadap peningkatan produksi pucuk yaitu sebesar 18,35% untuk perlakuan penggunaan mitraflora dan 33% untuk bayfolan, dibandingkan teknologi petani yang hanya meningkat sebesar 3,7%. Penurunan serangan OPT dengan menerapkan teknologi introduksi sebesar 3,75% untuk serangan ulat jengkal dan 39,5% untuk cacar daun (Blister blight) dibandingkan dengan teknologi petani. Analisis usahatani teh perkebunan rakyat di daerah pengkajian menunjukkan bahwa usahatani yang dilakukan telah mampu meningkatkan keuntungan sebesar Rp 1.680.000/tahun/ha. Introduksi teknologi pengolahan teh baru sampai pada

Page 48: laptah-04abc koko new - Perpustakaan Pertanian

43 Laporan BPTP Jawa Barat Tahun 2004

tahap pengenalan dan perbaikan kondisi pabrik pengolahan teh hijau rakyat, belum pada tahap peningkatan kadar katekin teh hijau. Kandungan katekin teh hijau produksi pabrik pengolahan teh hijau rakyat masih rendah, yaitu rata-rata 5,24-8,72 % bk (berat kering).

Dari segi kelembagaan petani, telah dilakukan pembenahan kelompok antara

lain membentuk struktur organisasi kelompok yang lengkap sesuai kebutuhan (ketua, sekretaris, bendahara, seksi sarana produksi, seksi pengolahan hasil dan seksi pemasaran), tujuan dan aktivitas kelompok menjadi jelas dan tertulis, serta telah adanya tabungan simpan pinjam. Ke depan pengkajian ini perlu membantu menumbuhkan dan menguatkan peran kelembagaan yang terkait dengan sistem pra produksi, produksi, pengolahan hasil, tata niaga dan pemasaran serta lembaga penyandang modal, terutama rantai pemasaran yang cukup panjang perlu dibenahi dan perlu adanya pinjaman modal usahatani dari bank pemerintah dan swasta atau lembaga keuangan lainnya berupa kredit usaha dengan bunga rendah. Hal ini perlu adanya kebijakan pemerintah yang mendukung terhadap hal-hal tersebut. Tanpa adanya dukungan kelembagaan yang berpihak pada kepentingan petani, maka tujuan usahatani untuk meningkatkan nilai tambah bagi petani sebagai pelaku usaha tidak akan terwujud.

E. Inventarisasi dan Pelestarian Plasma Nutfah Tanaman Hortikultura (Buah-Buahan dan Tanaman Hias) di Jawa Barat

Jawa Barat memiliki berbagai jenis tanaman buah dan tanaman hias yang

mempunyai potensi untuk dikembangkan dan bernilai ekonomi tinggi seperti durian, rambutan, mangga, pisang, manggis, alpukat dan lain-lain disamping jenis buah langka seperti kesemek dan duwet. Beberapa jenis hasil produksi buah asli Jawa Barat sudah menjadi komoditas ekspor. Dikhawatirkan dengan bertambah pesatnya pembangunan

Page 49: laptah-04abc koko new - Perpustakaan Pertanian

44 Laporan BPTP Jawa Barat Tahun 2004

fisik maka komoditas unggulan ini akan semakin sedikit bahkan punah. Keanekaragaman yang tinggi atas jenis komoditas tanaman buah dan tanaman hias memungkinkan pengembangan secara ekonomis dan memungkinkan pemilihan karakter unggul yang dapat digunakan sebagai induk silangan. Kekayaan plasma nutfah, baik yang telah dimanfaatkan maupun yang belum dimanfaatkan merupakan kekayaan yang perlu dilestarikan karena bermanfaat bagi perakitan varietas unggul. Keragaman yang luas sangat diperlukan karena banyaknya keinginan kita seperti hasil yang tinggi, adaptasi luas, mutu tinggi, tahan hama dan penyakit, dan lain-lain. Koleksi plasma nutfah asli Indonesia sangat diperlukan untuk memenuhi kebutuhan buah dan tanaman hias baik bagi penangkar benih, kolektor tanaman maupun konsumen. Ada dua cara yang dapat dilakukan untuk melestarikan plasma nutfah, yaitu konservasi ex-situ dan in-situ. Program pelestarian in-situ dilakukan di habitatnya sedangkan program ex-situ di kebun koleksi, arboretum, kebun plasma nutfah, kebun botani dan koleksi biak. Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Jawa Barat memiliki kebun koleksi plasma nutfah tanaman buah jenis unggul dan langka di kebun koleksi KP. Cipaku, Bogor. Jumlah koleksi tanaman buah terdiri atas 43 jenis, yang diantaranya terdapat pohon induk sebanyak 114 pohon. Pemanfaatan pohon induk selain digunakan untuk bahan pemuliaan, juga dimanfaatkan oleh petani penangkar bibit tanaman buah baik dari Provinsi Jawa Barat maupun dari luar Provinsi Jawa Barat. Kegiatan bertujuan: 1) Penambahan koleksi tanaman buah dan tanaman hias unggulan Jawa Barat yang potensial dikembangkan secara komersial disamping untuk perakitan varietas unggul melalui program pemuliaan dan 2) Menginventarisasi plasma nutfah tanaman buah dan tanaman hias unggulan Jawa Barat. Untuk kedua tujuan itu, maka kegiatan dilaksanakan dengan pendekatan, yaitu: 1) Eksplorasi: mencari, mengumpulkan dan meneliti jenis plasma nutfah tanaman buah dan tanaman hias yang telah diprioritaskan di kabupaten pengembangan dengan tujuan untuk mengamankan dari kepunahan. Kegiatan dilakukan pada sentra produksi, daerah produksi tradisional, dan daerah yang masyarakatnya menggunakan komoditas yang bersangkutan sebagai makanan pokok/utama/penting atau kaitannya dengan budaya setempat; 2) Konservasi: in-situ dan ex-situ. Cara pertama bersifat pasif karena hanya mengamankan tempat tumbuh alamiah suatu jenis melalui koordinasi instansi terkait di daerah. Cara kedua adalah mengambil sampel/contoh tanaman untuk dipindahkan ke kebun koleksi. Tanaman tersebut diamati pertumbuhannya, diukur dan dicatat sifat-sifat morfologisnya berupa data deskripsi varietas. Pemeliharaan tanaman yang dilakukan adalah penggemburan tanah, pemupukan, pengendalian hama dan penyakit, pemangkasan bagian yang mengganggu pertumbuhan, pembobokoran serta pengairan/penyiraman tanaman; dan 3) Karakterisasi: Varietas tanaman yang dikarakterisasi harus berada dalam kondisi lingkungan optimal sehingga tanaman tumbuh tanpa kendala. Karakter kualitatif yang diamati meliputi warna bunga, warna biji, warna buah, bentuk dan warna daun, dan warna batang. Sedangkan sifat-sifat kuantitatif yang diamati antara lain tinggi tanaman, hasil dan komponen hasil apabila tanaman telah menghasilkan.

Page 50: laptah-04abc koko new - Perpustakaan Pertanian

45 Laporan BPTP Jawa Barat Tahun 2004

Komoditas yang dipilih merupakan tanaman unggulan, langka, dan

mempunyai nilai ekonomi tinggi: manggis, durian, kesemek, anggrek dan zingiberaceae. Lokasi: kegiatan di kabupaten sentra produksi buah seperti Garut (Kecamatan Cikajang), Majalengka (Kecamatan Argalingga dan Argapura), Tasikmalaya (Kecamatan Puspahiyang dan Jatiwaras), Purwakarta (Kecamatan Wanayasa dan Pondok Salam), dan Bogor (Kecamatan Parung).

Hasil pengkajian menunjukkan bahwa: 1) Kesemek: Populasi tanaman

kesemek di Jawa Barat tinggal di Kabupaten Garut dan Majalengka, tanaman ini semakin langka karena banyak dilakukan penebangan, dengan alasan: alih fungsi lahan, , pohon kesemek menaungi tanaman sayuran yang dibudidayakan.. Tanaman kesemek memiliki nilai ekonomi tinggi, yang ada pada umumnya merupakan tanaman tua, berumur puluhan tahun, petani pemiliknya tidak mengetahui umur tanaman kesemek secara pasti sehingga menginformasikan umur tanaman sudah mencapai ratusan tahun. Tinggi tanaman kesemek antara 6,4–15 m dengan lingkar batang antara 76–117 cm, ukuran buah kesemek rata-rata berdiameter 5–6,5 cm dengan panjang buah rata-rata 4–6 cm, daun berbentuk bulat dan tajuk tanaman lonjong. Kesemek hanya tumbuh di dataran tinggi, tanpa pemeliharaan tanaman kesemek dapat menghasilkan 1-3 kwintal per pohon per tahun. Sangat dimungkinkan dengan pemeliharaan tanaman yang intensif produktivitas tanaman dapat ditingkatkan. Dilihat dari karakter buah, terdapat perbedaan antara kesemek yang ditemukan di Kabupaten Garut dan Majalengka. Buah kesemek dari Majalengka memiliki ukuran lebih kecil dengan rasa buah yang lebih manis bila dibandingkan dengan buah dari Garut. Buah kesemek memiliki getah yang menimbulkan rasa tidak nyaman saat dikonsumsi, sehingga memerlukan perlakuan khusus. Sampai saat ini di Kabupaten Garut sudah mengolah kesemek menjadi selai selain dikonsumsi buah segar, sedangkan di Majalengka hanya dikonsumsi buah segar. Agar tanaman kesemek tidak mengalami kepunahan perlu adanya teknologi yang mudah diterapkan bagi petani sehingga buah kesemek mempunyai nilai tambah. Dengan demikian ada

Page 51: laptah-04abc koko new - Perpustakaan Pertanian

46 Laporan BPTP Jawa Barat Tahun 2004

kemungkinan petani tetap memelihara tanaman kesemek. Sampel tanaman: 5 tunas anakan kesemek dari Kabupaten Garut dan 5 tunas anakan kesemek dari Kabupaten Majalengka, ditanam dalam pot drum dengan media tanam campuran antara pupuk kandang dan tanah. Tingkat pertumbuhan tanaman kesemek di tempat yang baru (konservasi ex-situ) kurang baik, dari 10 tanaman sampel hanya 5 tanaman yang tumbuh dengan baik dilihat dari tumbuhnya daun muda; 2) Manggis: Sentra produksi manggis di Jawa Barat di Kabupaten Tasikmalaya, Purwakarta dan Bogor. Tanaman manggis merupakan tanaman buah unggulan Jawa Barat karena mempunyai nilai ekonomi tinggi, sudah di eksport ke mancanegara. Tanaman yang ada sudah cukup tua (berkisar antara 20–50 tahun), ditanam dari biji di pekarangan rumah dan di kebun yang ditumpangsarikan dengan tanaman tahunan yang lainnya. Tinggi tanaman antara 8,4–17,2 m dengan lingkar batang 53–151 cm. Vigor tanaman manggis umumnya tinggi, bentuk pohon piramid dan beberapa berbentuk lonjong. daun berbentuk elips dengan kedudukan berhadapan.

Pola percabangan tidak teratur dengan kerapatan cabang sedang hingga

tinggi. Bunga berwarna merah muda kekuningan, dengan aroma wangi sedang. Diameter bunga berkisar antara 4–7 cm dengan panjang tangkai 2–3 cm. Morfologis tanaman manggis (bentuk kanopi, pola percabangan dan warna bunga manggis) di setiap lokasi tidak berbeda. Kriteria ukuran daunnya sedang (> 17 – 20 cm) hingga besar (>20 cm). diduga berasal dari satu varietas mengingat pembentukan bijinya secara apomiksis dan petani selama ini mengembangkan tanaman dari biji. Tanaman manggis di ketiga lokasi tersebut diusahakan sebagai tanaman pekarangan dan kebun. Manggis dan durian belum berbuah sehingga tidak dapat mengambil biji untuk disemai, tidak ditemukan tanaman yang tumbuh di sekitar pohon induknya; 3) Durian: Tanaman durian merupakan tanaman yang masih banyak diusahakan oleh masyarakat, di Kabupaten Purwakarta, Bogor dan Tasikmalaya. Tanaman durian merupakan tanaman buah unggulan karena mempunyai nilai ekonomi tinggi. Umumnya ditanam di kebun dekat pemukiman, umur tanaman berkisar antara 18–50 tahun, tinggi tanaman berkisar

Page 52: laptah-04abc koko new - Perpustakaan Pertanian

47 Laporan BPTP Jawa Barat Tahun 2004

antara 14,7–28 m dengan lingkar batang antara 78,5– 233 cm, warna batang coklat, dan bentuk percabangan tidak teratur. Pertumbuhan tanaman tegak, bentuk kanopi piramid beberapa berbentuk lonjong. Kedudukan daun berseling dengan susunan tunggal bersirip.

Tanaman durian yang ditemukan di 3 kabupaten memiliki karakter yang

beraneka ragam dan merupakan durian lokal. Umur tanaman durian yang ditemukan mulai dari umur 10->50 tahun. Tanaman durian yang ditemukan di Bogor memiliki jenis yang lebih beragam dibandingkan dengan kedua kabupaten lainnya, dengan nama daerah durian Silonjong, Sikunyit, Sibodong, Sibundar, Sikote dan Sibakul;

4) Anggrek: banyak diusahakan karena mempunyai nilai ekonomi tinggi, umumnya merupakan tanaman hibrida hasil silangan, dengan pohon induk tanaman asli (yang merupakan plasma nutfah). Dengan alasan ini anggrek alam banyak diburu orang yang mengakibatkan populasi di habitat aslinya semakin berkurang disamping ikut punah dengan penebangan tanaman tua yang dianggap tidak ekonomis. Tanaman anggrek di habitatnya menempel pada pohon yang sudah tua (epifit), anggrek tanah (terrestrial) jarang ditemukan karena lahan telah diusahakan untuk kegiatan usahatani. Jenis yang banyak ditemukan adalah dendrobium, bulbophylum dan vanda. Tanaman anggrek yang terkoleksi sebanyak 30 aksesi. Dari hasil karakterisasi vanda memiliki jumlah batang per rumpun 1–5 batang, dendrobium 1–13 batang, dan bulbophyllum berkisar antara 1 – 2 batang. Tinggi tanaman anggrek antara 8,3–121 cm. Susunan daun pada vanda berhadapan sedangkan dendrobium umumnya berseling. Intensitas warna hijau daun bervariasi dari warna hijau muda hingga hijau kemerahan, bentuk serta warna bunga beragam dengan aroma wangi hingga wangi menyengat. Buah berbentuk lonjong/ellips dan berwarna hijau. Panjang buah berkisar antara 0,07–3,05 cm dengan diameter 0,14–0,93 cm.

Page 53: laptah-04abc koko new - Perpustakaan Pertanian

48 Laporan BPTP Jawa Barat Tahun 2004

Beberapa jenis anggrek yang

ditemukan memiliki bulb, dengan bentuk bulat dan beberapa pipih. Warna bulb bermacam-macam: hijau muda, hijau keungungan dan coklat kemerahan. Sampel tanaman anggrek dapat tumbuh dengan baik di rumah kaca, beberapa tanaman pertumbuhannya lambat. Beberapa jenis anggrek sudah menunjukkan munculnya tunas baru, beberapa tanaman dapat berbunga dengan baik;

dan 5) Zingiberaceae: mempunyai potensi untuk dikembangkan karena memiliki masa mekar bunga yang cukup lama, hingga mencapai beberapa minggu. Zingiberaceae banyak ditemukan sebagai tanaman liar di semak-semak, kebun maupun pekarangan, sedangkan tanaman yang ditanam masyarakat umumnya bertujuan untuk memenuhi kebutuhan bumbu dapur dan obat tradisional bukan sebagai tanaman hias. Petani menanam zingiberaceae dari rimpang tanpa dilakukan pemeliharaan atau budidaya tanaman, jumlah yang ditanam sedikit, hanya untuk memenuhi kebutuhan rumah tangga. Tanaman zingiberaceae yang ditemukan diantaranya adalah kapolaga, parahulu, honje, hangasa dan beberapa jenis jahe liar lainnya. Tinggi tanaman berkisar antara 80–423 cm, jumlah batang/rumpun 7–40 dengan diameter batang 0,92–4,7 cm, intensitas warna hijau pada daun hijau muda hingga hijau tua. Warna rhizome bervariasi yaitu putih, merah, merah muda, kuning dan kuning muda, dengan halus. Warna daging rhizome putih dan kuning. Beberapa tanaman yang ditemukan telah menunjukkan masa berbunga dengan warna bunga yang menarik, merah dan putih bergaris kuning. Tinggi bunga mencapai 4,02 cm dengan diameter 2,33 cm. Tanaman jahe-jahean mempunyai bunga yang masa mekarnya lama sehingga sangat potensial untuk dikembangkan sebagai tanaman hias. Untuk konservasi diambil rimpang ditanam di tanah dengan menggunakan pupuk kandang sebagai pupuk dasar. Jumlah tanaman zingiberaceae yang terkoleksi sebanyak 13 aksesi.

Tanaman jahe-jahean umumnya mempunyai tingkat pertumbuhan dan adaptasi yang tinggi, hal ini terlihat dari tumbuhnya tunas pada setiap rimpang yang ditanam. Pemeliharaan tanaman koleksi baik yang berasal dari hasil eksplorasi maupun tanaman koleksi meliputi penggemburan tanah, pemupukan, penyiraman, penggantian media tanam (untuk tanaman dalam pot), penyiangan, serta pengendalian hama/penyakit.

Page 54: laptah-04abc koko new - Perpustakaan Pertanian

49 Laporan BPTP Jawa Barat Tahun 2004

Dalam rangka mempersiapkan perkembangbiakan tanaman khususnya anggrek maka 2 orang pengkaji telah mengikuti kegiatan magang di Laboratorium Kultur Jaringan Kebun Percobaan Balithi di Pasar Minggu Jakarta. Materi yang dipelajari meliputi: 1) Laboratorium dan perlengkapannya, 2) Media Kultur Jaringan, 3) Persiapan Tanam, 4) Penanaman Eksplan, dan 5) Transfer Media.

F. Sistem dan Usaha Agribisnis Jagung di Jawa Barat

Dewasa ini jagung merupakan salah satu komoditi agribisnis yang potensial sebagai bahan pangan strategis setelah padi. Kontribusinya terhadap perekonomian nasional sangat besar, baik sebagai penopang ketahanan pangan maupun bahan baku industri. Pada umumnya pertanaman jagung diusahakan di lahan kering (79%) dan di lahan sawah (21%) dengan produksi masih rendah. Rendahnya hasil jagung di lahan kering dan sawah disebabkan oleh tingkat kesuburan tanah rendah, ketersediaan air terbatas, tanah didominasi kadar Al dan Fe termasuk tinggi sampai sangat tinggi yang berpengaruh jelek terhadap pertumbuhan tanaman pangan, dan penerapan teknologi belum optimal. Produksi jagung secara nasional rata-rata sekitar 2,44 t/ha, sedangkan produksi jagung di Jawa Barat rata-rata sebesar 3,68 t/ha. Padahal berdasarkan penelitian jagung dapat mencapai hasil antara 6-7 t/ha. Dengan adanya kenaikan hasil dari per satuan luas, maka permintaan jagung untuk kepentingan industri pakan ternak secara nasional terus meningkat seiring dengan pesatnya perkembangan usaha peternakan dan usaha makanan. Pada tahun 1990 permintaan jagung sekitar 1,1 juta ton, tahun 1996 menjadi 3,3 juta ton, tahun 2000 meningkat pesat menjadi 7,8 juta ton, tahun 2002 lebih meningkat lagi menjadi 10 juta ton, tahun 2003 menjadi 11 juta ton dan untuk tahun 2004 menjadi 11,35 juta ton. Selain itu jagung diperlukan untuk bahan baku industri tepung, minyak goreng, gula dan berbagai makanan olahan (makanan ringan dan kue), dikarenakan jagung mengandung kadar kalori relatif tinggi, dan merupakan sumber protein dengan kandungan asam amino yang lengkap. Oleh karena itu, dengan tersedianya inovasi teknologi ini telah mendorong pengembangan jagung menjadi berspektrum luas. Hal ini membuka peluang untuk pengembangan agribisnis jagung secara luas mulai dari pemillihan varietas, budidaya perbenihan, proses produksi sampai dengan pemilikan pasar akhir. Pemilihan varietas yang akan ditanam bukan merupakan kendala, karena jagung dipasarkan berupa jagung pipilan kering dengan potensi hasil tinggi yang merupakan pilihan petani. Banyak varietas yang berkembang di petani seperti jagung hibrida yang dihasilkan oleh pihak swasta, sedangkan varietas hasil rakitan dari Balai Penelitian Serealia (Balitser) belum begitu dikenal di tingkat petani.

Page 55: laptah-04abc koko new - Perpustakaan Pertanian

50 Laporan BPTP Jawa Barat Tahun 2004

Padahal varietas jagung hibrida Semar-10 mempunyai potensi hasil yang

sebanding dengan hibrida pihak swasta, bila ditanam pada lahan marginal. Berdasarkan penyebaran daerah produksi, Jawa Barat merupakan sentra produksi jagung setelah Jawa Timur, Jawa Tengah dan Lampung. Oleh karena itu pembangunan pertanian di Jawa Barat telah menetapkan 7 Kabupaten yaitu Majalengka, Kuningan, Garut, Sumedang, Bandung, Ciamis dan Tasikmalaya sebagai sentra produksi (Corn Belt). Akan tetapi produktivitas jagung di tujuh kabupaten tersebut masih rendah. Dengan demikian peningkatan produksi dan perluasan tanam jagung terutama pada lahan-lahan yang belum produktif harus terus ditingkatkan.

Pengkajian ini bertujuan untuk meningkatkan produktivitas tanaman jagung,

mendapatkan rakitan teknologi budidaya jagung spesifik lokasi pada lahan sawah dan lahan kering untuk mendukung kegiataan PPA, meningkatkan teknologi panen dan pasca panen, menumbuhkan motivasi patani dalam membentuk kelompok usaha untuk mendukung agribisnis jagung yang berkelanjutan dan menyebarkan inovasi teknologi yang sudah dikaji ke luar lokasi pengkajian. Kegiatan pengkajian jagung untuk periode tahun 2004 dilaksanakan di Kelurahan Cicurug, Kecamatan Majalengka, Kabupaten Majalengka dan untuk lahan kering di Desa Pasigaran, Kecamatan Tanjungsari, Kabupaten Sumedang. Kedua lokasi ini mempunyai areal pertanaman jagung sekitar 50 ha. Inovasi tekonologi yang diterapkan yaitu penggunaan varietas Semar-10, seed treatment, jarak tanaman 75 cm x 20 cm dengan 1 biji per lubang, pemberian bahan organik 5 t/ha, pengolahan tanah minimum (di sawah) dan pengolahan tanah sempurna (di lahan kering), pemberian pupuk anorganik sesuai hasil analisa tanah dengan dosis anjuran (300 kg urea + 100 kg SP36 dan 50 kg KCl/ha), pengendalian hama dan penyakit berdasarkan konsep PHT.

Hasil pengkajian menunjukkan bahwa pada petani koperator mendapatkan

hasil sekitar 5,60 t/ha dengan daya tumbuh benih 70%dan petani non koperator memperoleh hasil sebanyak 5,87 t/ha. Walupun demikian secara finansial dari hasil

Page 56: laptah-04abc koko new - Perpustakaan Pertanian

51 Laporan BPTP Jawa Barat Tahun 2004

analisa ekonomi menunjukkan bahwa teknologi introduksi lebih efisiensi (R/C ratio 1,92 Vs 1,50). Cara pengeringan jagung yang dilakukan petani baik petani koperator maupun non kooperator menghasilkan produk pipilan biji kering dengan kadar air sekitar 16-20%. Selanjutnaya pada cara pemipilan jika jagung dipipil dengan alat serbaguna UPJA memberikan tingkat kerusakan (persentase kotor) mencapai 20%, tetapi dengan alat pemipil yang diintroduksikan tingkat kerusakannya hanya 1%.

G. Pengkajian Sistem Usaha Agribisnis Tanaman Kentang dan Cabai Merah

Upaya pengembangan agribisnis melalui pembangunan sektor pertanian merupakan tuntutan yang harus dan segera dilaksanakan, hal ini dikarenakan peranan pertanian dalam mendukung perekonomian dalam menjaga stabilitas regional maupun nasional terbukti sangat besar. Salah satu kegiatan dalam sektor pertanian yang dapat menunjang pergerakan perekonomian di Jawa Barat adalah sistem usaha agribisnis tanaman kentang dan cabai merah yang merupakan komoditas unggulan dan mempunyai potensi cukup besar baik ditinjau dari aspek teknis maupun ekonomis. Data statistik tahun 1999-2000 menunjukkan terjadi peningkatan produksi kentang nasional dari 426.864 menjadi 509.972 ton. Demikian pula dengan cabai tingkat produksi dari tahun ke tahun semakin meningkat, produksi nasional tahun 2001 sebesar 580.464 ton, tetapi keadaan ini belum dapat memenuhi permintaan sebesar 763.680 ton. Pengkajian Sistem Usaha Agribisnis Tanaman Kentang dan Cabai Merah yang Berwawasan Lingkungan pada Lahan Dataran Tinggi di Jawa Barat perlu direspon dari berbagai aspek kegiatan meliputi aspek budidaya, sosial ekonomi, mekanisasi dan pasca panen serta diseminasi. Kegiatan ini bertujuan untuk (1) mengembangkan sistem usaha agribisnis tanaman kentang dan cabai merah yang berdaya saing dan berkelanjutan, (2) mengembangkan sistem usaha agribisnis tanaman kentang dan cabai merah yang berwawasan lingkungan (eco-agribusiness), (3) mengembangkan kelembagaan dan kewirausahaan yang mendukung sistem usaha agribisnis kentang dan cabai merah untuk mendorong tumbuh dan berkembangnya sistem usaha agribisnis kentang dan cabai merah yang dinamis dan berkelanjutan dan (4) meningkatkan pendapatan dan kesejahteraan petani kentang dan cabai merah yang pada akhirnya akan meningkatkan Pendapatan Asli Daerah (PAD). Untuk pencapaian tujuan tersebut maka Pengkajian menekankan pengembangan pada aspek teknis budidaya yang berkelanjutan dengan input dari luar yang rendah (Low external Input Sustainable Agriculture /LEISA), yaitu dengan mengacu pada bentuk pertanian yang: (1) berusaha mengoptimalkan pemanfaatan sumberdaya lokal yang ada dengan mengkombinasikan berbagai macam komponen sistem usahatani yaitu tanaman, ternak, tanah, air, iklim, dan manusia sehingga saling melengkapi dan memberikan efek sinergi yang paling besar dan (2) berusaha mencari pemanfaatan input luar hanya bila diperlukan untuk melengkapi unsur-unsur yang kurang dalam ekosistem dan meningkatkan sumberdaya biologi, fisika, dan manusia. Dalam memanfaatkan input luar, perhatian utama diberikan kepada

Page 57: laptah-04abc koko new - Perpustakaan Pertanian

52 Laporan BPTP Jawa Barat Tahun 2004

maksimalisasi daur ulang dan minimalisasi kerusakan lingkungan. Desa Jayaratu merupakan wilayah pertanian penghasil sayuran, salah satu komoditas yang mempunyai nilai ekonomi tinggi adalah cabai. Lahan sawah adalah lahan yang paling dominan, dari lahan tersebut dihasilkan berbagai macam komoditas selain padi, seperti cabai merah, jagung dan kedelai. Iklim secara umum terbagi dalam dua musim yaitu musim kemarau dan musim penghujan, dimana antara 6-8 bulan basah dan 4-5 bulan kering tergolong type B Oldeman, curah hujan rata-rata diatas 3.000 mm/tahun dengan ketinggian tempat 600 meter di atas permukaan laut, penduduk sebagian besar bermata pencaharian pada bidang pertanian (92,9%), 7,1% terdiri dari PNS, karyawan swasta, wiraswasta/pedagang, pertukangan, dan pensiunan.

Beberapa komponen teknologi budidaya yang diperkenalkan dalam pengkajian

ini telah ditanggapi atau direspon secara positif oleh petani cabai merah dan kentang terutama teknologi pemupukan dan pengendalian OPT dengan menggunakan konsep PHT dan insektisida nabati.

Desa Kawali Mukti adalah salah satu sentra tanaman cabai merah di

Kabupaten Ciamis, mempunyai ketinggian tempat 400 meter di atas permukaan laut, secara umum iklim terbagi dalam dua musim yaitu musim kemarau dan musim penghujan, dimana antara 6-8 bulan basah dan 4-5 bulan kering yang tergolong type B Oldeman, rata-rata curah hujan adalah 2.376,6 mm/tahun. 79% penduduk Desa Kawali Mukti bermata pencaharian sebagai petani dan buruh tani, dan sisanya sebanyak 21% bermata pencaharaian sebagai Pegawai Negeri Sipil (PNS), pedagang, wiraswasta/pegawai swasta, dan TKI. Iklim di Desa Karangsari terbagi dalam dua musim yaitu musim kemarau dan musim penghujan, dimana antara 6-8 bulan basah dan 4-5 bulan kering dan tergolong type B Oldeman, rata-rata curah hujan 2.518 mm/tahun, terletak pada ketinggian 751-1.100 meter di atas permukaan laut. Dari seluruh luas lahan di Desa Karangsari sebagian besar adalah lahan pertanian darat, dengan berbagai tingkat kemiringan bahkan di beberapa tempat tingkat kemiringan mencapai 100%. Penduduk Desa Karangsari berjumlah 1.978 orang yang berada pada usia kerja (13 sampai 50 tahun) 1.096 orang, 80% bekerja sebagai petani dan buruh tani, 3,1% sebagai PNS, 10,0% sebagai pedagang, 5,3% wiraswasta serta 1,6% sebagai TKI. Di kedua wilayah pengkajian yaitu Desa Jayaratu dan Desa Kawali Mukti, dari ketiga varietas cabai merah yang dikaji, varietas Hot Chili merupakan varietas yang paling mampu beradaptasi dibanding varietas Tanjung-2 dan Lembang-1. Komponen teknologi dengan sistem PTT dan teknologi PHT termasuk penggunaan insektisida nabati cukup menjanjikan. Untuk komoditas kentang varietas Granola (G-4) mampu beradaptasi dengan baik di wilayah Desa Karangsari.

Pada wilayah pengkajian yaitu Desa Jayaratu dan Desa Kawali Mukti, dari

ketiga varietas cabai merah yang dikaji, varietas Hot Chili merupakan varietas yang

paling mampu beradaptasi dibanding varietas Tanjung-2 dan Lembang-1. Komponen

Page 58: laptah-04abc koko new - Perpustakaan Pertanian

53 Laporan BPTP Jawa Barat Tahun 2004

teknologi dengan sistem PTT dan teknologi PHT termasuk penggunaan insektisida

nabati cukup menjanjikan.

Lembang-1 Tanjung-2 Hot Chili

Pertumbuhan agronomis tiga varietas cabai merah di lokasi pengkajian

Produksi cabai merah varietas Hot Chili yang dihasilkan petani kooperator di

Desa Jayaratu lebih tinggi yaitu 13,65 ton/hektar dibanding petani nonkooperator yaitu 10,50 ton/hektar. Begitu juga produksi cabai merah varietas Hot Chili di Desa Kawali Mukti yang dikelola petani kooperator memperoleh hasil sebanyak 20,01 ton/hektar lebih tinggi dibanding petani nonkooperator yang hanya memperoleh hasil sebanyak 16,35 ton/hektar.

Lembang-1 Tanjung-2 Hot Chili

Dari hasil analisa ekonomi bahwa penerapan teknologi PTT mampu

meningkatkan produksi dan sekaligus meningkatkan keuntungan. Kinerja tenologi pada setiap varietas terhadap peningkatan produksi ternyata cukup beragam. Varietas Hot Chili yang dikelola oleh petani koperator (dengan teknologi PTT) mampu menghasilkan keuntungan paling tinggi, disusul oleh varietas Tanjung-2 dan terendah pada varietas Lembang-1, masing-masing sebesar Rp. 71,356,000 dengan nilai R/C ratio 2,84, Rp. 57,976,000 dengan nilai R/C ratio 2,49, Rp. 27,701,000 dengan nilai R/C ratio 1,72. Sedangkan varietas Hot Chili yang diusahakan oleh petani nonkoperator (tanpa teknologi PTT) memberikan keuntungan lebih kecil dibanding dengan petani kooperator yaitu sebesar Rp. 50,756,000 dengan R/C ratio 2,29. Hasil analisis usahatani di Desa Jayaratu dari ketiga varietas yang diusahakan petani kooperator ternyata varietas Hot Chili mampu memberikan keuntungan paling besar yaitu Rp. 19.657.000 dengan nilai R/C ratio 1,70 dan B/C ratio 0,70, kemudian disusul oleh varietas Tanjung-2 dengan keuntungan yang diterima sebesar Rp.12.342.000 dengan nilai R/C ratio 1,44, varietas Lembang-1 mampu memberikan keuntungan paling kecil dibanding dengan 2 varietas

Page 59: laptah-04abc koko new - Perpustakaan Pertanian

54 Laporan BPTP Jawa Barat Tahun 2004

tersebut di atas yaitu hanya Rp. 2.462.000 dengan nilai R/C ratio 1,09 dan B/C ratio 0,09. Secara keseluruhan petani nonkooperator menanam varietas Hot Chili, ternyata keuntungan yang diterima dari hasil usahataninya lebih kecil dari petani kooperator yaitu sebesar Rp. 12.127.500 dengan nilai R/C ratio 1,50.

Kegiatan diseminasi teknologi pada Pengkajian Sistem Usaha Agribisnis

Cabai Merah dengan metoda pertemuan partisipatif, benah kelompok, pembinaan petani dan praktek lapang. Sampai saat ini di Desa Jayaratu petani cabai bergabung menjadi satu kelompok tani dengan jumlah anggota sekitar 30 – 40 orang, di Desa Kawali Mukti terdapat 3 kelompok tani yang tergabung menjadi satu Gabungan Kelompok Tani (Gapoktan), termasuk kelompok tani yang mendapat bantuan BPLM. Pada dasarnya seluruh petani binaan yaitu petani cabai merah yang berada di wilayah pengkajian sebagian besar sudah menerapkan teknologi yang diintroduksikan. Beberapa komponen teknologi budidaya yang diperkenalkan dalam pengkajian ini telah ditanggapi dan direspon secara positif oleh petani cabai merah terutama komponen PTT, seperti varietas unggul Tanjung-2, teknologi pemupukan berdasarkan anlisa tanah dan pengendalian OPT dengan menggunakan konsep PHT serta penggunaan insektisida nabati.

H. Pengkajian Teknologi Pengolahan Minyak Kelapa Terpadu

Pengembangan industri berbasis kelapa dengan menonjolkan produk yang

mempunyai nilai tambah akan memberikan keuntungan lebih dibandingkan dengan produk yang dihasilkan dari proses-proses yang dikembangkan selama ini. Produk virgin oil dari kelapa merupakan salah satu produk yang sangat menjanjikan keuntungan. Sebagai negara yang berlimpah dengan produksi buah kelapa, sebuah pendekatan yang bersifat multidisiplin dalam usaha menciptakan sebuah terobosan dalam membangun industri berbasis kelapa secara terpadu di Indonesia dengan peningkatan kualitas dan nilai tambah (value added) dari kelapa melalui diversifikasi produk, saatnya untuk dikaji secara serius.

Pengkajian Teknologi Pengolahan Minyak Kelapa Terpadu dilaksanakan di

Desa Jatisari, Kecamatan Sindangbarang, Kabupaten Cianjur. Pelaksanaan program pengkajian ini menggunakan empat langkah metode, yaitu: 1) survei lapangan untuk mengidentifikasi lokasi dan skala usaha yang cocok untuk dikembangkan, 2) melakukan wawancara serta diskusi dengan narasumber dan praktisi, 3) melakukan pelatihan teknis produksi dan mutu kepada anggota KUB, serta 4) melakukan demonstrasi penggunaan alat dan pembinaan kelompok untuk menjamin usaha yang berkelanjutan.

Proses pengolahan VCO terdiri dari pengupasan buah kelapa, pemarutan

daging kelapa, pengeringan kelapa parut, dan pengepresan. Peralatan utama yang

Page 60: laptah-04abc koko new - Perpustakaan Pertanian

55 Laporan BPTP Jawa Barat Tahun 2004

digunakan adalah mesin pemarut, mesin pengering, dan mesin press (screw press). Saat ini mesin pengering dan screw press belum dapat beroperasi secara optimal dan dalam proses modifikasi, oleh karena itu petani melakukan pengeringan dengan sinar matahari dan memakai alat pres manual untuk mengeluarkan minyak dari kelapa parut kering.

Di lokasi pengkajian telah terdapat unit percontohan pengolahan /pabrik mini

pengolahan VCO yang telah menghasilkan produk VCO dengan karakteristik yang memenuhi standar APCC. Rendemen yang dihasilkan dari proses pengolahan VCO kurang lebih 30% dari daging kelapa segar atau sekitar 9% dari berat buah kelapa utuh. Berdasarkan hasil analisis diperoleh kadar air, kandungan asam lemak bebas (FFA) dan kandungan asam laurat berturut-turut adalah 0,15%, 0,18%, dan 47,1%. Kadar tersebut telah memenuhi standar APCC untuk VCO. Komponen lain yang dianalisis adalah α-tokoferol. Senyawa ini termasuk salah satu jenis vitamin E dan merupakan antioksidan. α-tokoferol yang dikandung produk VCO yaitu sebesar 411 ppm. Kandungan α-tokoferol ini jauh lebih besar dari total tokoferol yang disyaratkan Codex Stan 210 (Amended 2003) untuk Coconut Oil sebesar 0-50 ppm.

Hasil yang diperoleh dari kegiatan pengkajian antara lain adalah teknologi

pengolahan virgin coconut oil (VCO) dapat menjawab permasalahan proses pengolahan minyak kelapa (MTA) yang telah dilakukan petani sebelumnya. Kelompok tani “Mitra Sejahtera” telah terbentuk yang beranggotakan petani kelapa di Desa Jatisari, Kecamatan Sindangbarang, Kabupaten Cianjur. Kelompok tani terbentuk berdasarkan aspirasi dari para petani. Kelompok tani khususnya yang berada pada divisi perkebunan dibina dalam mengkoordinir setiap kegiatan di pabrik mini pengolahan. Kegiatan operasional sehari-hari pabrik mini pengolahan VCO berada dalam pengawasan Koperasi Mutiara Baru. Koperasi Mutiara Baru dalam pengembangan usaha VCO berperan sebagai tempat penampungan hasil produksi VCO dari pabrik mini pengolahan. Selain itu koperasi beserta petani pengolah menangani proses pengemasan dan pemberian label sehingga penampilan produk menjadi lebih menarik

Page 61: laptah-04abc koko new - Perpustakaan Pertanian

56 Laporan BPTP Jawa Barat Tahun 2004

dan daya simpan produk dapat terjamin untuk jangka waktu lama. Selain itu telah dilakukan pula pembinaan kelembagaan usaha pengolahan VCO. Untuk keberlangsungan dan pengembangan usaha pengolahan minyak kelapa secara terpadu, khususnya VCO maka diperlukan lembaga yang diasumsikan akan mendukung berjalannya proses usaha. Lembaga yang akan terkait dapat digolongkan kedalam: a) Lembaga Distribusi dan Konsumen, b) Lembaga Pembinaan dan Teknologi, c) Lembaga Kelompok Tani Kelapa yang mensuplai bahan baku, d) Lembaga Modal, dan e) Lembaga Produksi

Peluang untuk menjalin kemitraan dengan industri menengah/besar mulai

terbuka dengan adanya pertemuan antara pihak petani, Koperasi Mutiara Baru dan perusahaan melalui kegiatan temu usaha. “PT. Olaga Food” bersedia untuk menampung produk VCO yang dihasilkan pabrik mini pengolahan serta “PT. Sari Bumi Raya” bersedia terutama untuk menampung hasil limbah buah kelapa, yaitu sabut kelapa dan arang aktif.

I. Penerapan 1-MCP (1-Methylcyclopropena) dalam Penanganan Pasca Panen Buah Pisang Ambon

Pengembangan agribisnis buah saat ini menghadapi kendala di lapangan. Hal ini terjadi karena tidak adanya keterkaitan yang baik antara penelitian dengan diseminasi dan implementasi di tingkat petani sebagai small holder yang tidak mampu mengeluarkan biaya produksi dalam jumlah besar terutama untuk penanganan pasca

panen. Salah satu teknologi pasca panen yang kini sudah mulai diterapkan di beberapa negara, untuk beberapa komoditi hortikultura adalah penggunaan 1-metilcyclopropene (1-MCP). Pada penelitian penerapan 1-MCP dipilih buah pisang mengingat kemudahan untuk mendapatkannya sebagai bahan penelitian, banyak dikonsumsi orang, merupakan salah satu komoditi ekspor, umur simpan yang relatif pendek serta karateristik pisang tersebut yang sudah banyak diteliti sehingga mendapat kemudahan untuk membandingkan dengan informasi-informasi lain. Dengan penelitian ini diharapkan jika 1-MCP dapat diterapkan pada buah pisang pada kondisi suhu ruang, maka penerapan pada buah klimakterik lainnya sangat dimungkinkan.

Penelitian ini bertujuan: 1) Memperoleh informasi kematangan yang dominan

di petani pengumpul dan pedagang pengecer; 2) Melihat pengaruh penggunaan 1-MCP

Page 62: laptah-04abc koko new - Perpustakaan Pertanian

57 Laporan BPTP Jawa Barat Tahun 2004

pada tingkat kematangan yang dominan di petani pengumpul untuk memperpanjang umur simpan; 3) Mempelajari tahap penerapan 1-MCP pada skala laboratorium, dan 4) mempelajari perubahan-perubahan mutu yang terjadi selama penyimpanan pisang yang diberi perlakuan 1-MCP. Penelitian dilakukan beberapa tahap yaitu: tahap pendahuluan berupa pengamatan lapang, untuk menetapkan tingkat kematangan pisang Ambon yang dominan di tingkat pedagang pengumpul, tahap kesatu untuk menentukan konsentrasi perlakuan 1-MCP pada kondisi suhu dan waktu tertentu, tahap kedua untuk mengkaji aplikasi 1-MCP terkait dengan tahap proses pemberian etilen terhadap kualitas buah pisang yang dihasilkan. Rancangan percobaan pada periode penyimpanan tahap kesatu adalah Rancangan Acak Kelompok (RAK) dengan 2 ulangan.

Hasil penelitian menunjukkan adanya pengaruh yang nyata dari penggunaan

1-MCP dalam memperpanjang masa simpan pisang. Penggunaan 1-MCP yang paling baik untuk memperpanjang masa simpan adalah segera setelah panen, baik yang selanjutnya akan diberi etilen ataupun tidak. Pada kondisi penyimpanan 20-25oC dan RH 80-85%, pemberian 1-MCP 0.5 µl/l dan 1 µl/l dapat memperpanjang umur simpan pisang ambon sampai 35 hari. Penggunaan konsentrasi 1-MCP yang lebih tinggi tidak menghasilkan umur simpan yang panjang. Ada batas optimum penggunaan 1-MCP, terkait dengan respirasi, produksi etilen serta reaksi-reaksi biokimiawi yang terjadi dalam buah. 1-MCP dalam hal ini berfungsi menunda atau memperlambat proses respirasi khususnya pada fase klimaterik. Di bawah kondisi yang dilakukan pada penelitian ini, 1-MCP mampu menunda kematangan pisang ambon untuk mencapai indeks kematangan 6 (kematangan komersial yang diterima konsumen). Umumnya penundaan terhadap beberapa reaksi kimia terjadi pada indeks 3 dan 4. Selanjutnya pada indeks 5 dan 6 terjadi perubahan-perubahan kimiawi, biokimia dan fisik yang cepat.

Perubahan-perubahan tersebut antara

1 2 3 4 5 6 7 Hijau Hijau Lebih Lebih Hijau Kuning Kuning sedikit banyak banyak pada dengan Kuning Hijau dari Kuning ujung buah bercak coklat Kuning dari Hijau

Indeks Warna Buah Pisang menurut Catalytic Generators (2002)

Page 63: laptah-04abc koko new - Perpustakaan Pertanian

58 Laporan BPTP Jawa Barat Tahun 2004

lain kekerasan, warna, susut bobot, hidrolisa pati, sintesa gula, total asam. Aplikasi 1-MCP yang dikombinasikan dengan etilen ditujukan untuk mempercepat atau menyeragamkan kematangan. Penambahan etilen sebaiknya diberikan setelah pemberian 1-MCP. Jika 1-MCP setelah pemberian etilen, selain umur simpannya tidak terlalu panjang, hanya sekitar 18 hari pada kondisi penyimpanan 20-25oC dan RH 80-85%, juga kualitas pisang menjadi menurun. Kualitas yang dimaksud antara lain aroma kurang, rasa kurang disukai, serta tekstur lebih berair dan lunak. Secara komersial, penggunaan 1-MCP untuk memperpanjang umur simpan pisang ambon memungkinkan untuk diterapkan pada tingkat petani atau pedagang pengumpul. Ada beberapa hal yang dapat dijadikan pertimbangan, yaitu: (1) tidak memerlukan tambahan ruang atau alat khusus, (2) ruang pemeraman/pematangan dapat digunakan untuk ekspose 1-MCP, (3) suhu perlakuan dan penyimpanan pada suhu ruang, seperti yang saat ini digunakan, (4) penggunaannya relatif mudah dan dalam jumlah atau konsentrasi yang sangat sedikit.

Y. Analisis kebijakan dan kelembagaan Pertanian di Jawa Barat

Analisis Kebijakan dan Kelembagaan Pertanian di Jawa Barat mencakup kegiatan analisis untuk program peningkatan produktivitas padi terpadu (P3T), sifat inovasi teknologi dengan pendekatan pengelolaan tanaman dan sumberdaya terpadu (PTT), sumbang saran bagi pengembangan program peningkatan mutu intensifikasi (PMI), dan pengkajian dampak PTT. Hasil analisis program P3T dan sifat inovasi PTT menunjukkan bahwa kondisi biofisk dan sosial ekonomi setempat berpengaruh terhadap adopsi komponen teknologi dengan pendekatan PTT. Komponen teknologi dengan pendekatan PTT bersifat sangat spesifik lokasi. Komponen penggunaan varietas unggul lebih banyak direspons di wilayah Jawa Barat Utara dan Tengah. Sistem integrasi padi ternak (SIPT) masih menghadapi kendala dalam pemasaran, dan usaha reproduksi lebih berpeluang daripada usaha penggemukan. Pengembangan kelembagaan usaha agribisnis terpadu (KUAT) masih memerlukan bimbingan terutama dalam perencanaan. Pengembangan Karya Usaha Mandiri (KUM) memberikan hasil yang baik. Program PMI masih memberikan peluang peningkatan produktivitas padi melalui penerapan pemupukan berimbang, perbaikan mutu benih, perbaikan pra dan pasca panen, dan PHT. Pendekatan sekolah lapang selama satu musim dan faktor iklim memberikan dampak positif adopsi teknologi. Pengelola wilayah disarankan untuk melanjutkan program P3T dan penerapan komponen teknologi pada PTT sesuai dengan wilayah kerjanya.

K. Diseminasi dan Alih Teknologi Hasil Penelitian Pertanian

Page 64: laptah-04abc koko new - Perpustakaan Pertanian

59 Laporan BPTP Jawa Barat Tahun 2004

Diseminasi teknologi hasil pengkajian merupakan aktifitas komunikasi yang

penting dalam mendorong terjadinya prosespenyebaran teknologi dalam suatu sistem sosial pedesaan. Badan Litbang pertanian sebagai pendorong percepatan proses industrialisasi mendapat tekanan untuk menghasilkan teknologi yang dapat memenuhi kebutuhan industri dan masyarakat. Hasilnya yang bersifat lunak diharapkan kualitas tinggi, tepat waktu dan tepat guna, serta dapat memecahkan berbagai masalah sosial dan ekonomi. Oleh karena itu ketersediaan informasi tentang teknologi yang tepat guna akan sangat membantu masyarakat tani dalam meningkatkan usaha pertanian. Mengingat khalayak pengguna teknologi menjadi sasaran diseminasi sangat beragam (heterogen), maka diseminasi dan alih teknologi hasil pengkajian yang dilakukan oleh BPTP Jawa Barat menggunakan pendekatan multi media dan multi metode. Hal ini dilakukan karena berdasarkan hasil penelitian tidak ada satu media maupun metode yang paling efektif untuk seluruh khalayak pengguna dan tujuan. Melalui pendekatan ini diharapkan kelemahan suatu media atau metode dalam penyampaian suatu pesan dapat ditutupi oleh media maupun metode lainnya.

Tujuan kegiatan diseminasi dan

alih teknologi pertanian, antara lain: (1) menyebarkan informasi teknologi pertanian, (2) mempromosikan teknologi hasil litkaji BPTP Jawa Barat, (3) Menginventarisir kebutuhan teknologi yang potensial, meningkatkan peran serta KTNA, dan mengevaluasi tingkat efektivitas media.

Adapun kegiatan yang telah di laksanakan: (1) percontohan penerapan

teknologi, (2) sosialisasi dan promosi teknologi hasil pengkajian, dan (3) pengembangan metode dan media diseminasi teknologi. Metode yang digunakan berupa survei dan pertemuan tatap muka dalam menghimpun masalah, harapan dan kebutuhan teknologi. Penggunaan alat bantu berupa media cetak dan elektronik, untuk mempercepat penyebaran informasi teknologi yang lebih luas. Sedangkan jalur diseminasi lebih efektif melalui lembaga penyuluhan yang sudah berjalan di tingkat kabupaten.

Hasil kegiatan diseminasi dan alih teknologi di Jawa Barat, sebagai berikut: 1)

Percontohan penerapan teknologi telah mampu meningkatkan pengetahuan sebesar (38%) dan ketrampilan pada sebagian petugas kabupaten, penyuluh pertanian lapangan, dan petani pelaksana PMI di 16 kabupaten, peningkatan produksi dengan menggunakan pendekatan teknologi PTT pada komoditas padi sebesar 1,67 ton per hektar dengan produksi terendah 6, 43 ton/ha dan teringgi 9,6 ton/ha, sikap sebagian besar petani pelaksana teknologi melalui pendekatan PTT padi 35,7% termasuk katagori tinggi, hal ini bahwa teknologi melalui pendekatan PTT padi dapat diterima oleh petani ditinjau dari keuntungan relatif, kompatibilitas, kompleksitas dan mudah untuk dicoba; 2)

Page 65: laptah-04abc koko new - Perpustakaan Pertanian

60 Laporan BPTP Jawa Barat Tahun 2004

Terinformasikannya teknologi hasil litkaji BPTP Jawa Barat melalui kegiatan pameran, Temu Informasi Teknologi Pertanian, klinik teknologi, media tercetak dan surat kabar. Sebagian besar pengunjung pameran adalah petani (46,75%), pejabat/pegawai (26,75%), dan masyarakat umum dan lainnya (26,5%); 3) Telah terjadi peningkatan hubungan dan komunikasi antara BPTP Jawa Barat dan KTNA melalui kegiatan Aplikasi teknologi, pertemuan petani, dan PENAS; 4) Tersebarkannya informasi teknologi hasil litkaji melalui media cetak (folder, poster, juknis, dan buku dasawarsa BPTP Jawa Barat), media surat kabar (Sinar Tani dan Pikiran rakyat) dan website BPTP Jawa Barat. Melalui penyebaran media cetak 99,2% khalayak pengguna merasa terbantu dan dapat menambah pengetahuan tentang teknologi yang di informasikan. Hasil evaluasi media cetak sebagian besar khalayak pengguna pada posisi sedang (41,08%). Sebagai tindak lanjut dari hasil kegiatan yang telah dilaksanakan, yaitu: penerapan model pendekatan PTT di dalam program pengembangan produktivitas padi di beberapa kabupaten dan terjalinnya hubungan kerjasama dalam pemetaan komoditas unggulan dengan menggunakan AEZ di beberapa kabupaten.

L. Bimbingan Penelitian dan Pengkajian BPTP Jawa Barat

Strategi modernisasi yang dipilih untuk pembangunan pertanian hingga

dewasa ini dinilai masih memerlukan penajaman. Kekurangtajaman tadi terlihat dari sempitnya pandangan bahwa dengan telah menjalankan modernisasi pertanian seakan-akan secara otomatis telah menjalankan pembangunan pertanian. Akibatnya modernisasi pertanian yang terlalu menekankan pada tujuan mengejar pertumbuhan ekonomi menyebabkan kelalaian dalam memperhatikan investasi jangka panjang di bidang pengembangan sumberdaya manusia (SDM) dan ke-iptek-an pertanian. Untuk meningkatkan perannya sebagai sektor andalan (leading sector) dalam pembangunan ekonomi nasional, pembangunan pertanian masih dihadapkan pada berbagai tantangan sekaligus kendala yang sifatnya dinamis antara lain pengembangan sumberdaya manusia pertanian yang handal dan terampil. Oleh sebab itu, dalam rangka memposisikan sektor pertanian sebagai andalan pembangunan nasional, ada dua strategi modernisasi pertanian yang perlu ditempuh, yaitu: Pertama, memposisikan SDM pertanian mencakup pelaku agribisnis, penyuluh, dan peneliti; dan Kedua, pengembangan sumberdaya iptek pertanian, terutama untuk pengembangan unfavourable dan idle resources.

Page 66: laptah-04abc koko new - Perpustakaan Pertanian

61 Laporan BPTP Jawa Barat Tahun 2004

Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang semakin maju

mensyaratkan sumberdaya manusia (SDM) sebagai pelaku pembangunan untuk selalu berusaha meningkatkan kemampuan penguasaan ilmu dan teknologi pada berbagai bidang. Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Jawa Barat yang dituntut untuk menghasilkan teknologi inovatif yang berdaya saing tinggi perlu didukung oleh SDM yang berkualitas serta terampil dalam berbagai bidang ilmu pengetahuan. Disamping itu kondisi persaingan yang semakin ketat mengharuskan peningkatan profesionalisme dan mekanisme kerja balai. Kualitas kerja individu maupun kerjasama tim dalam pelaksanaan kegiatan intern balai maupun ekstern perlu dipelihara dan ditingkatkan secara terus menerus. Peningkatan kemampuan SDM akan memberikan kontribusi yang nyata dalam upaya menjawab berbagai kendala dan tantangan serta dalam memanfaatkan peluang pembangunan pertanian. Pegawai Negeri Sipil (PNS) sebagai unsur utama sumberdaya manusia mempunyai peranan yang menentukan keberhasilan penyelenggaraan pemerintah dan pembangunan. Oleh karena itu proses peningkatan kemampuan SDM menjadi sangat penting dan dapat dicapai melalui pendidikan dan pelatihan. Metode pendidikan dan pelatihan dengan berbagai kegiatan dan cara penyampaian materi dalam bentuk seminar, praktek atau magang, bimbingan teknis, studi banding, kursus jangka pendek dan lain-lain. Pendidikan dan pelatihan dilakukan secara bertahap baik secara individu maupun kelompok serta disesuaikan dengan kebutuhan atau urgensinya.

Sesuai dengan Visi dan Misi BPTP Jawa Barat sebagai institusi penelitian dan

pengembangan pertanian wilayah Jawa Barat, BPTP Jawa Barat diharapkan dapat memainkan peranan dalam penyediaan teknologi pertanian spesifik lokasi berdasarkan pada sumberdaya pertanian wilayah serta menjadi institusi kunci pencapaian tujuan pembangunan pertanian seiring dengan tuntutan pembangunan pertanian yang semakin rumit dan kompleks serta perubahan lingkungan strategis yang semakin dinamis dan cepat. Salah satu strategi yang akan ditempuh yaitu mendorong terwujudnya SDM Litbang yang profesional melalui program pendidikan dan pelatihan berdasarkan kebutuhan secara konsisten dan berkelanjutan.

Page 67: laptah-04abc koko new - Perpustakaan Pertanian

62 Laporan BPTP Jawa Barat Tahun 2004

Tujuan kegiatan Bimbingan Penelitian dan Pengkajian BPTP Jawa Barat,

yaitu: meningkatkan keahlian, keterampilan atau profesionalisme sesuai kebutuhan dan strategi pembinaan dan pengembangan SDM BPTP Jawa Barat dan Badan Litbang Pertanian. Pendekatan dari kegiatan ini antara lain dengan melakukan pengaturan penyelenggaraan latihan jabatan bagi PNS dan memfasilitasi pengiriman pegawai untuk mengikuti jenjang latihan jabatan keterampilan dan keahlian yaitu: 1) Latihan Pra Jabatan (pre service trainning) dan 2) Latihan Dalam Jabatan (in service trainning). Metode pre service trainning akan dilaksanakan sesuai dengan Undang-undang Nomor 8 Tahun 1974, sedangkan metode pendidikan dan pelatihan in service trainning dilakukan dengan berbagai cara dan bentuk penyampaian materi seperti: seminar, bimbingan teknis, studi banding, magang, lokakarya, seminar, pelatihan, kursus, sosialisasi dan apresiasi. Fasilitator pembimbing kegiatan Bimbingan Litkaji adalah 1) Tim Asistensi BPTP, 2) Tim Provience Advisory Specialist (PAS) PAATP Pusat; 3) Pakar atau profesional yang berkompeten lingkup Badan Litbang Pertanian.

Pada tahun anggaran 2004 telah dilaksanakan beberapa kegiatan meliputi: 1)

Apresiasi Jabatan Fungsional Penyuluh Pertanian; 2) Apresiasi Jabatan Fungsional Peneliti; 3) Peserta Temu Aplikasi Teknologi Informasi dalam Pengelolaan Perpustakaan; 4) Peserta Temu Teknis Nasional Tenaga Fungsional; 5) Sosialisasi Sistem Penilaian Teknisi Litkayasa; 6) Pelatihan Analisis Presentasi dan Tabulasi Data Penelitian dan Pengkajian; dan 7) Diklat Fungsional Peneliti Tingkat Pertama.

M. Penyusunan Pewilayahan Komoditas Berdasarkan AEZ skala 1 : 50.000 di Kabupaten Cirebon

Keadaam umum wilayah: Kabupaten Cirebon bagian Timur, terbagi menjadi

16 kecamatan, yaitu: Waled, Ciledug, Losari, Pabedilan, Babakan, Gebang, Karangsembung, Lemahabang, Susukan Lebak, Sedong, Astinajapura, Pangenan, Mundu, Beber, Cirebon Selatan, dan Sumber. Luas areal penelitian 54.015 ha. Kondisi iklim: Kabupaten Cirebon secara umum terbagi menjadi 2 zona iklim : Zona atas/bergelombang diwakili dari stasiun iklim Kuningan, CH tahunan 1.878 mm dan Zona bawah/dataran diwakili stasiun iklim Penggung, CH tahunan 2.598 mm. Pola hujan A (unimodal), artinya sebaran hujan hanya mempunyai 1 puncak hujan, yaitu pada bulan Desember-Januari. Geologi: Berdasarkan formasi geologinya dibagi menjadi 5 (lima) yaitu : Formasi aluvium (Qa); Hasil Gunung Api Muda (Qyu), Formasi Kaliunggu (Pk), Formasi Cijulang (Tpcl), Formasi Kalibuik (Tpb). Landform: Berdasarkan analisis terrain, daerah penelitian dikelompokan menjadi 4 Grup landform, yaitu: aluvial (A), marin (M), fluvio-marin (B), volkanik (V), dan tektonik struktural (T).

Page 68: laptah-04abc koko new - Perpustakaan Pertanian

63 Laporan BPTP Jawa Barat Tahun 2004

0.0

20.0

40.0

60.0

80.0

100.0

120.0

140.0

160.0

1 11 21 31 41 51 61 71 81 91 101 111 121 131 141 151 161 171 181 191 201 211 221 231 241 251 261 271 281 291 301 311 321 331

Julian date

CH (m

m)

CH =1878 mm Periode kering

Zone atas

Relief: Secara umum, ke arah utara semakin landai (datar), Didominasi oleh

relief datar-agak datar (lereng <3%).

Luas Simbol Uraian Lereng (%)

Beda Tinggi (m) Ha %

f Datar <1 <10 21.798 40,35 n Agak datar 1-3 <10 14.756 27,32 u Berombak 3-8 <10 7.517 13,92 r Bergelombang 8-15 10-50 3.062 5,67 c Berbukit kecil 15-30 10-50 3.405 6,30 h Berbukit 15-30 50-300 3.085 5,71 m Bergunung >30 >300 151 0,28 x3 Danau/telaga - - 242 0,45

J u m l a h 54.015 100,00

Tanah: Berdasarkan hasil pengamatan sifat morfologi di lapangan dan ditunjang oleh data analisis di laboratorium, tanah-tanah di daerah penelitian diklasifikasikan menjadi 4 Ordo, yaitu: Entisols, Inceptisols, Ultisols, dan Oxisol. Kelima Ordo tersebut menurunkan 13 Sub Ordo. Ordo Inceptisols mempunyai penyebaran terluas, disusul oleh Ordo Entisols, Ultisols, dan Oxisol.

Ordo Sub Ordo Grup Sub Grup Orthents Udorthents Lithic Udorthents

Halic Fluvaquents Entisols

Aquents Fluvaquents Typic Fluvaquents

Epiaquepts Typic Epiaquepts Vertic Endoaquepts Aeric Endoaquepts

Aquepts Endoaquepts

Typic Endoaquepts Lithic Eutrudepts Oxicaquic Eutrudepts Eutrudepts Typic Eutrudepts

Inceptisols

Udepts

Dystrudepts Typic Dystrudepts Ultisols Udults Hapludults Typic Hapludults Oxisols Udox Hapludox Typic Hapludox

Page 69: laptah-04abc koko new - Perpustakaan Pertanian

64 Laporan BPTP Jawa Barat Tahun 2004

Penggunaan Lahan dan Vegetasi: Penggunaan lahan saat ini (present landuse) merupakan cerminan tingkat penggunaan lahan dan penerapan teknologi masyarakat setempat saat ini. Berdasarkan citra landsat TM 7 2003 dan pengecekan lapangan, Kab. Cirebon dikelompokan menjadi 9 satuan penggunaan lahan, yaitu: Sawah irigasi (si), Sawah tadah hujan (st), Tebu (tb), Tegalan (ut), Semak belukar (sb), Rumput (rp), Tambak (tm), Pengaraman (gr), dan Hutan (ht).

Luas Simbol Penggunaan Lahan Ha % si Sawah irigasi 16.288 30,15 st Sawah tadah hujan 3.087 5,71 tb Tebu 14.022 25,96 tg Tegalan 9.100 16,85 sb Semak belukar 3.933 7,28 rp Rumput 57 0,10 tm Tambak 3.968 7,35 gr Pengaraman 92 0,17 ht Hutan 3.227 5,97 X2 Danau/telaga 242 0,45

J u m l a h 54.015 100,00 Keragaan Kelembagaan 1) Kelembagaan usahatani tanaman padi

• Sistem Sewa; beberapa petani melakukan sewa terhadap pemilik lahan dengan harga sekitar Rp. 600.000–750.000,- per bahu. Dalam hal ini pemilik lahan tidak mempengaruhi apa-apa terhadap keputusan pengelolaan usahatani, segala keputusan usahatani berada di tangan penyewa/ penggarap. Kewajiban yang harus dipenuhi oleh penggarap kepada pemilik lahan adalah sewa lahan dan menjaga batas-batas tanah supaya tetap terjaga. Sistem ini selain dilakukan pada tanaman padi juga berlaku pada tanaman sayuran.

• Sistem “Mertelu”; sistem ini banyak terjadi terutama pada usahatani padi. Dari hasil panen penggarap mendapat bagian 2/3 bagian dan pemilik lahan mendapat 1/3 bagian. Keputusan usahatani lebih banyak berada di tangan penggarap, sehingga input produksi menjadi tanggung jawab penggarap.

Page 70: laptah-04abc koko new - Perpustakaan Pertanian

65 Laporan BPTP Jawa Barat Tahun 2004

PETANI TENGKULAK PABRIK

PENGGILINGAN PADI/HULLER

KONSUMEN

DOLOG

PASAR LOKAL KIOS

KONSUMEN

PASAR INDUK PENGUMPUL

PETANI TENGKULAK

PASAR LOKAL

Rantai pemasaran tanaman padi:

2) Kelembagaan usahatani tanaman cabai Usahatani cabai di Kota Cirebon umumnya dilakukan oleh petani dari Brebes (Jawa Tengah) dengan cara menyewa lahan selama 1-3 tahun, sedangkan pengelolaan lahan dan hasil sepenuhnya menjadi hak penyewa. Umumnya pengelolaan usahatani cabai dilakukan dengan tenaga kerja profesional dan mempunyai ikatan patron-klien. Tenaga kerja atau buruh tersebut memelihara tanaman mulai dari awal sampai panen, sedangkan biaya hidup dan tinggal disediakan oleh patron termasuk biaya klien setiap 2 minggu sekali pulang kampung. Jika hasil produksinya melebihi target klien mendapat bonus hasil. Tanggung jawab klien cukup berat; dalam 1 Ha pemeliharaan tanaman cabai dilakukan sendiri, sistem penyiraman dilakukan dengan mesin pompa diesel dan secara teknis klien mampu mengoperasikan dan merawat.

Rantai pemasaran tanaman cabai:

Model I

Page 71: laptah-04abc koko new - Perpustakaan Pertanian

66 Laporan BPTP Jawa Barat Tahun 2004

PETANI PASAR LOKAL (sekitar Kota Cirebon)

KONSUMEN

PASAR INDUK DI LUAR WILAYAH KOTA CIREBON

(Bandung, Jakarta, Bekasi, Bogor, Tasikmalaya)

PEDAGANG PENGECER (Lokal)

TENGKULAK

PENGUMPUL

BANDAR

KONSUMEN

PASAR INDUK

PASAR LOKAL

PETANI

PENGUMPUL

TENGKULAK

Model II

3) Kelembagaan usahatani tanaman mangga Usahatani mangga di Kota Cirebon lebih banyak diusahakan pada lahan sendiri disekitar pekarangan, sehingga sebagian besar petani buah berstatus sebagai pemilik penggarap. Cara penjualan yang umum dilakukan adalah dengan cara tebasan oleh pedagang pengumpul yang sebagian besar berdomisili di sekitar desa yang bersangkutan. Cara yang dilakukan yaitu petani menghubungi pedagang pengumpul/tengkulak atau tengkulak yang datang sendiri apabila buahnya cukup untuk dipanen. Tawar menawar harga terjadi dengan taksiran dan pembayaran dilakukan secara kontan. Sistem ini sangat dipengaruhi oleh pengalaman dan kemampuan penjual (petani) maupun pembeli (pedagang pengumpul) untuk menaksir hasil panen. Umumnya petani menjual mangga sistem tebasan dengan maksud mengurangi resiko kegagalan pasar, Jadi resiko tenaga kerja baik panen, penetapan waktu panen, perawatan selama pematangan, maupun serangan hama penyakit bagi petani pemilik tanaman mangga tidak tanggung jawab.

Rantai pemasaran tanaman mangga:

Page 72: laptah-04abc koko new - Perpustakaan Pertanian

67 Laporan BPTP Jawa Barat Tahun 2004

Petani Pasar Bandar

Petani

Perantara

Tengkulak kampung

Tengkulak Luar kampung

Bandar Antar Kota/Pulau

Pasar Induk Kota

Pengecer

Konsumen

Rp 3.200,-/kg

Rp 4.750,-/kg

Rp 6.750/kg

Rp 7.000/kg

Rp 8.000/kg

4) Kelembagaan usahatani jagung manis Penanaman jagung manis oleh petani di daerah Babakan Cirebon dimulai sejak tahun 1997. Benih jagung diperoleh dari Bandar atau kios Pertanian. Lama produksi tanaman jagung adalah 65 hari.

Rantai pemasaran tanaman jagung manis :

5) Kelembagaan usahatani bawang merah Sistem pengusahaan bawang merah dan jagung manis oleh petani di daerah Gebang-Babakan Cirebon dilakukan turun temurun. Secara intensif usaha bawang merah jagung manis dilakukan sejak tahun 1997. Benih jagung dan bawang merah diperoleh dari Bandar atau kios Pertanian. Lama produksi tanaman jagung adalah 60 hari, dan bawang merah 60 – 65 hari tergantung varietas yang ditanam. Sedangkan pola tanamnya bervariatif, hal ini disebabkan oleh adanya permintaan pasar dan penguasaan lahan yang relatif sempit. Di sisi lain, tuntutan kebutuhan hidup yang semakin tidak seimbang bagi petani berakibat pada pola perilaku aksi dengan mengexploitasi aset yang dimiliki (lahan garapannya) yang terus-menerus dan penggunaan input produksi optimal mendapatkan dan hasilnya lebih baik dan sesuai dengan permintaan pasar.

Rantai pemasaran tanaman bawang merah :

Page 73: laptah-04abc koko new - Perpustakaan Pertanian

68 Laporan BPTP Jawa Barat Tahun 2004

PASAR

PT (PERUSAHAAN)

KONSUMEN

LANGGAN NELAYAN JARING

WUWU

PASAR

PT (PERUSAHAAN)

KONSUMEN

LANGGAN NELAYAN JARING

KEJER

6) Kelembagaan usahatani jaring wuwu Rantai pemasaran usahatani jaring wuwu :

Tataniaga di perikanan tangkap ini sangat sederhana, mengingat hasil

tangkapan mudah rusak maka wajar kalau semua fihak berusaha menjalankan fungsinya secara maksimal. Nilai keuntungan sudah disepakati tidak tertulis pada penetapan harga jual, seperti: di tingkat nelayan harga Rp 13.000,-/kg dibeli oleh langgan.

7) Kelembagaan usahatani jaring kejer

Rantai pemasaran usahatani jaring kejer :

Tataniaga di perikanan tangkap ini sangat sederhana, mengingat hasil tangkapan mudah rusak maka wajar kalau semua fihak berusaha menjalankan fungsinya secara maksimal. Nilai keuntungan sudah disepakati tidak tertulis pada penetapan harga jual, seperti: di tingkat nelayan harga Rp 18.000,-/kg dibeli oleh langgan dan langgan dibeli oleh PT sekitar Rp 19.000,- s/d Rp 21.000,- tergantung mutu barang. Masalahnya sekarang adalah sudah ada lata tangkap pesaing yaitu jaring wuwu yang 7 bulan ini jumlah armadanya meningkat tajam, atau dengan kata lain, alat tangkap jaring kejer

Page 74: laptah-04abc koko new - Perpustakaan Pertanian

69 Laporan BPTP Jawa Barat Tahun 2004

NELAYAN JARING PAYANG WEWE

PASAR

LANGGAN PT (PERUSAHAAN)

KONSUMEN

diganti dengan alat tangkap jaring wuwu. Ini merupakan fenomena baru dibidang perikanan tangkap wilayah Gebang Kabupaten Cirebon.

8). Kelembagaan usahatani jaring payang wewe

Rantai pemasaran usahatani jaring payang wewe :

Tataniaga di perikanan tangkap ini sangat sederhana, mengingat hasil tangkapan mudah rusak maka wajar kalau semua fihak berusaha menjalankan fungsinya secara maksimal. Nilai keuntungan sudah disepakati tidak tertulis pada penetapan harga jual, seperti: di tingkat nelayan harga antara Rp 12.000,-s/d Rp 16.000,-/kg dibeli oleh langgan dan langgan dibeli oleh PT. Keragaan Usahatani

Keragaan usahatani menggambarkan kegiatan usahatani di suatu wilayah

yang diperoleh dari wawancara langsung dengan petani di beberapa wilayah yang merupakan sentra-sentra produksi. Dalam pengkajian ini wilayah yang dianggap mewakili yaitu Kecamatan Ciledug, Waled, Beber dan Babakan.

Di wilayah Kecamatan Ciledug kegiatan usahataninya sangat beragam, hal ini

dapat dilihat dari pola pengusahaan beberapa komoditas terutama tanaman pangan dan sayuran. Beberapa komoditas tanaman pangan dan sayuran yang diusahakan oleh petani di wilayah Kecamatan Ciledug antara lain padi, jagung manis, kacang hijau, bawang merah, cabai, ketimun dan oyong. Masing-masing komditas tersebut diusahakan dengan pola yang beragam. Berdasarkan hasil analisis dari data primer yang dikumpulkan maka ada beberapa pola yang cukup visibel untuk dikembangkan di wilayah Kecamatan Ciledug dan wilayah lain yang memilliki kesamaan kondisi agroekologinya. Pola tanam tersebut yaitu 1) padi-padi-jagung manis setahun, 2) padi-padi-kacang hijau setahun, 3) tumpangsari ketimun dan kacang panjang 2x setahun, 4) bawang merah 2x setahun, dan 5) jagung manis – tumpangsari ketimun dan terong.

Page 75: laptah-04abc koko new - Perpustakaan Pertanian

70 Laporan BPTP Jawa Barat Tahun 2004

Berdasarkan hasil analisis ekonomi di wilayah Kecamatan Ciledug, dari beberapa pola tanam yang diusahakan maka keuntungan yang diperoleh masih terlalu kecil karena nilai R/C rasionya masih <2, hal ini disebabkan karena input produksi yang digunakan oleh para petani sangat tidak efisien terutama dalam penggunaan pestisida. Dari hasil wawancara dengan beberapa petani, rata-rata mereka menggunakan pestisida lebih dari dua jenis dalam tiap usahataninya. Akibat dari penggunaan pestisida yang berlebihan selain menyebabkan input produksi tinggi juga akan menyebabkan pencemaran lingkungan, dan sangat berakibat tidak baik bagi manusia yang mengkonsumsi produk pertanian tersebut. Sebagai upaya untuk mengurangi penggunaan pestisida yang berlebihan di tingkat petani, alangkah baiknya jika Dinas Pertanian melakukan kegiatan SLPHT dan menerapkan program pertanian organik.

Di wilayah Kecamatan Beber yang sebagian besar wilayahnya merupakan

lahan kering, tidak banyak variasi pola usahataninya. Dari hasil wawancara dengan petani dan hasil analisa data ekonomi, maka hanya 2 pola tanam yang umum dilakukan petani di wilayah ini, yaitu 1) pola padi 2x setahun dan 2) pola padi – palawija/ketela pohon. Selain dua pola tersebut terdapat satu pola untuk tanaman tahunan yaitu pola usahatani tanaman mangga. Jika dibandingkan dengan wilayah Kecamatan Beber, Waled, dan babakan, maka tingkat pendapatan petaninya lebih rendah jika dibandingkan dengan ketiga wilayah tersebut. Hal ini disebabkan karena dalam melakukan usahatani, belum banyak merepkan teknologi baru yang dapat meningkatkan produksi dan pendapatan, hal ini dapat dilihat salah satunya dari penggunaan pupuk yang belum berimbang, sehingga akan sangat berpengaruh terhadap produksi dan pendapatan.

Wilayah Kecamatan Waled dan Babakan sudah cukup maju usahataninya, jika

dibandingkan dengan kedua wilayah yang lain, hal ini dapat dilihat dari nilai R/C rasio yang di atas 2. Di Kecamatan Waled banyak diusahakan tebu yang diusahakan secara kemitraan dengan Pabrik Gula, dimana petani mendapat bantuan kredit lewat KUD dan Pabrik Gula tersebut menerima hasil panen dengan keuntungan 65 : 35, 65% petani dan 35% ke Pabrik Gula. Di Kecamatan Babakan penggunaan input produksi cukup efisien sehingga, keuntungan yang diperoleh petani cukup besar, hal ini dapat dilihat dari nilai R/C rasionya yang di atas 3 dan keuntungan di atas 5 juta setahun.

N. Seminar

Selama sembilan tahun berdirinya BPTP Jawa Barat telah banyak menghasilkan berbagai kinerja yang layak disebarluaskan untuk dapat dimanfaatkan oleh para khalayak pengguna kinerja BPTP Jawa Barat. Penyebaran informasi hasil pengkajian dapat dilakukan melalui berbagai metoda. Salah satu metode yang dianggap cukup efektif adalah melalui pelaksanaan seminar. Seminar di samping bertujuan untuk penyusunan draft RIPP/Renstra dan penyebaran informasi hasil pengkajian, juga bertujuan untuk menampung berbagai kritik dan masukan dari berbagai pihak termasuk

Page 76: laptah-04abc koko new - Perpustakaan Pertanian

71 Laporan BPTP Jawa Barat Tahun 2004

di dalamnya dari para pakar. Forum seminar merupakan wahana pertemuan dan diskusi yang dihadiri oleh berbagai pakar. Oleh karena itu, diharapkan melalui seminar berbagai hasil yang diperoleh BPTP Jawa Barat juga dapat mengakomodasikan berbagai kepentingan untuk penyempurnaan dan koreksi bila dianggap perlu, serta arah dan sasaran pengkajian ke depan, terutama menghadapi era globalisasi. Seminar pada tahun 2004 terdiri dari dua kegiatan, yaitu seminar interen dan seminar nasional. Hasil seminar interen berupa rencana kegiatan pengkajian dari masing-masing Kelompok Pengkaji (Kelji) dan Unit Pelayanan Teknologi Pertanian (UPTP) BPTP Jawa Barat. Bahan-bahan tersebut merupakan masukan untuk pembuatan RIPP/Renstra BPTP Jawa Barat Tahun 2005 – 2009. Seminar Nasional yang bertema “Pangan Fungsional Indigenous Indonesia: Potensi, Regulasi, Keamanan, Efikasi dan Peluang Pasar” dilaksanakan di Hotel Horison, Bandung pada tanggal 6-7 Oktober 2004.

O. Penyusunan Rencana Teknis

Perencanaan dan penyusunan program merupakan bagian penting di dalam menjalankan roda organisasi untuk mencapai tujuan. Perencanaan yang matang dan terpadu dapat menentukan kinerja organisasi. Oleh karena itu, perencanaan harus dapat mengakomodasikan berbagai prinsip yang mencakup perencanaan itu sendiri (planning), pengorganisasian (organizing), pelaksanaan kegiatan (actuating), dan pengendalian atau pengawasan (controlling). Kegiatan perencanaan dan penyusunan program dibagi ke dalam berbagai kegiatan, yaitu pemberdayaan dan pengelolaan Sistem Informasi Manajemen (SIM); penyusunan dan penggandaan laporan tahunan BPTP Jawa Barat tahun anggaran 2001; pemberdayaan Tim Kerja dan Komisi Teknologi Pertanian (Komtek); penyusunan rencana kerja BPTP Jawa Barat tahun anggaran 2005 dalam bentuk matrik program, proposal dan perencanaan pendanaan kegiatan; pengembangan database sumberdaya BPTP Jawa Barat. Sedangkan keluaran yang diharapkan adalah laporan dan data base SIM, laporan tahunan BPTP Jawa Barat TA 2003, laporan hasil monitoring dan kegiatan Komtek, matrik dan proposal kegiatan BPTP Jawa Barat tahun anggaran 2005. Matrik program dan Proposal TA 2005 telah diserahkan kepada Puslitbang Sosek Pertanian sebagai dasar penentuan Anggaran 2005. Rapat Komisi Teknologi Pertanian telah dilaksanakan pada bulan Juni 2004.

P. Pengkajian Sistem Usahatani Integrasi Tanaman-Ternak pada Lahan Kering Dataran rendah

Pengkajian sistem usahatani integrasi tanaman-ternak pada lahan kering dataran rendah di Jawa Barat merupakan lanjutan dari tahun 2002/2003. Masalah utama pada usahatani lahan kering dataran rendah terdiri atas kesuburan lahan yang menurun akibat rendahnya upaya konservasi, penanganan pasca panen, kekurangan

Page 77: laptah-04abc koko new - Perpustakaan Pertanian

72 Laporan BPTP Jawa Barat Tahun 2004

tenaga kerja dan modal akibat mobilitas penduduk cukup tinggi, dan kelembagaan usahatani masih belum mendukung sistem dan usaha agribisnis. Masalah tersebut perlu mendapat perhatian pada tahun 2004. Kegiatan lahan kering dataran rendah memasuki T.A. 2004 terdiri dari beberapa kegiatan: 1) Pengkajian Sistem Usahatani Integrasi Tanaman-Ternak 2) Pengkajian Model Kelembagaan Gabungan Kelompok Tani dan 3) Diseminasi Penyebaran Teknologi pada Lahan Kering Dataran Rendah. Sejak dimulai kegiatan SUT Integrasi Tanaman–Ternak sampai dengan semester pertama tahun 2004 jumlah tanaman lada perdu yang hidup mencapai 6.665 pohon dan sejumlah 340 pohon lada panjat. Jenis tanaman utama mengalami pertambahan, yaitu tanaman kakao, yang telah ditanam sekitar 27.000 pohon. Teknologi introduksi untuk mendukung budidaya tanaman kakao adalah penataan ruang dan jarak tanam, tanaman pelindung sementara (pisang) dan pelindung permanen (glirisidia, lamtoro atau petai), serta tanaman sela (kacang tanah) yang dapat ditanam diantara tanaman kakao selama masih ada ruang di antara canopy. Perkembangan ternak Kelompok tani Sinar Fajar telah melakukan revolving 18 ekor di dalam kelompok dan 6 ekor ke luar kelompok (Kelompok Tani Muktiraharja, Ciangir, Desa Tamansari). Sebanyak 26 ekor ternak di kelompok tani Bahagia dan 12 ekor di kelompok tani Mekarjaya telah siap untuk bagi hasil. Untuk meningkatkan produktivitas usahatani lahan kering dataran rendah sangat diperlukan dukungan kelembagaan yang dapat memfasilitasi kegiatan usahatani. Selain itu perlu melakukan pembinaan mental petani agar mereka menjadi kelompok yang berorientasi usaha. Berdasarkan hasil pengkajian yang sedang dilaksanakan, terdapat respon positif dari petani. Respon tersebut terutama didapat dari rencana penggabungan kelompok tani yang diharapkan dapat meningkatkan kinerja kelompok. Petani berpendapat bahwa dengan adanya penggabungan kelompok terdapat manfaat antara lain 1) Kemudahan memperoleh sarana produksi dengan harga murah 2) meningkatkan posisi tawar petani dalam pemasaran dan 3) meningkatkan kredibilitas kelompok, dimana model struktur organisasi dan anggaran dasar/anggaran rumahtangga yang ditawarkan, akan dapat menumbuhkan kepercayaan anggota petani untuk bersama-sama membangun kelompok