MODUL 7 LBM 5 KOKO

21
1. Apa yang dimaksud dengan adnesa kulit Pembagian kulit secara garis besar tersusun atas tiga lapisan utama yaitu lapisan epidermis, lapisan dermis, dan lapisan subkutis. Tidak ada garis tegas yang memisahkan dermis dan subkutis, subkutis ditandai dengan adanya jaringan ikat longgar dan adanya sel dan jaringan lemak . Lapisan Epidermis Lapisan epidermis terdiri atas stratum korneum, stratum lusidum, stratum granulosum, stratum spinosum, dan stratum basale. 1. Stratum korneum adalah lapisan kulit yang paling luar dan terdiri atas beberapa lapisan sel-sel gepeng yang mati, tidak berinti, dan protoplasmanya telah berubah menjadi keratin (zat tanduk). 2. Stratum lusidum terdapat langsung di bawah lapisan korneum, merupakan lapisan sel-sel gepeng tanpa inti dengan protoplasma yang berubah menjadi protein yang disebut eleidin. Lapisan tersebut tampak lebih jelas di telapak tangan dan kaki. 3. Stratum granulosum merupakan 2 atau 3 lapis sel-sel gepeng dengan sitoplasma berbutir kasar dan terdapat inti di antaranya. Butir-butir kasar ini terdiri atas keratohialin. 4. Stratum spinosum terdiri atas beberapa lapis sel yang berbentuk poligonal yang besarnya berbeda-beda karena adanya proses mitosis. Protoplasmanya jernih karena banyak mengandung glikogen, dan inti terletak ditengah- tengah. Sel-sel ini makin dekat ke permukaan makin gepeng bentuknya. Di spinosum terdapat pula sel Langerhans. Sel-sel stratum spinosum mengandung banyak glikogen . 5. Stratum germinativum terdiri atas sel-sel berbentuk kubus yang tersusun vertical pada perbatasan dermo-epidermal berbasis seperti pagar (palisade). Lapisan ini merupakan lapisan epidermis yang paling bawah. Sel-sel basal ini mengalami mitosis dan berfungsi reproduktif. Lapisan ini terdiri atas dua jenis sel yaitu sel-sel yang berbentuk kolumnar dengan protoplasma basofilik inti lonjong dan besar, dihubungkan satu dengan lain oleh jembatang antar sel, dan sel pembentuk melanin atau clear cell yang merupakan sel-sel berwarna muda, dengan sitoplasma

description

modul 5 lbm 5

Transcript of MODUL 7 LBM 5 KOKO

Page 1: MODUL 7 LBM 5 KOKO

1. Apa yang dimaksud dengan adnesa kulitPembagian kulit secara garis besar tersusun atas tiga lapisan utama yaitu lapisan epidermis, lapisan dermis, dan lapisan subkutis. Tidak ada garis tegas yang memisahkan dermis dan subkutis, subkutis ditandai dengan adanya jaringan ikat longgar dan adanya sel dan jaringan lemak . Lapisan Epidermis Lapisan epidermis terdiri atas stratum korneum, stratum lusidum, stratum granulosum, stratum spinosum, dan stratum basale. 1. Stratum korneum adalah lapisan kulit yang paling luar dan terdiri atas beberapa

lapisan sel-sel gepeng yang mati, tidak berinti, dan protoplasmanya telah berubah menjadi keratin (zat tanduk).

2. Stratum lusidum terdapat langsung di bawah lapisan korneum, merupakan lapisan sel-sel gepeng tanpa inti dengan protoplasma yang berubah menjadi protein yang disebut eleidin. Lapisan tersebut tampak lebih jelas di telapak tangan dan kaki.

3. Stratum granulosum merupakan 2 atau 3 lapis sel-sel gepeng dengan sitoplasma berbutir kasar dan terdapat inti di antaranya. Butir-butir kasar ini terdiri atas keratohialin.

4. Stratum spinosum terdiri atas beberapa lapis sel yang berbentuk poligonal yang besarnya berbeda-beda karena adanya proses mitosis. Protoplasmanya jernih karena banyak mengandung glikogen, dan inti terletak ditengah-tengah. Sel-sel ini makin dekat ke permukaan makin gepeng bentuknya. Di spinosum terdapat pula sel Langerhans. Sel-sel stratum spinosum mengandung banyak glikogen .

5. Stratum germinativum terdiri atas sel-sel berbentuk kubus yang tersusun vertical pada perbatasan dermo-epidermal berbasis seperti pagar (palisade). Lapisan ini merupakan lapisan epidermis yang paling bawah. Sel-sel basal ini mengalami mitosis dan berfungsi reproduktif. Lapisan ini terdiri atas dua jenis sel yaitu sel-sel yang berbentuk kolumnar dengan protoplasma basofilik inti lonjong dan besar, dihubungkan satu dengan lain oleh jembatang antar sel, dan sel pembentuk melanin atau clear cell yang merupakan sel-sel berwarna muda, dengan sitoplasma basofilik dan inti gelap, dan mengandung butir pigmen (melanosomes) .

Lapisan dermisLapisan ini terdiri atas lapisan elastis dan fibrosa padat dengan elemen-elemen selular dan folikel rambut. Secara garis besar dibagi menjadi 2 bagian yakni pars papilare yaitu bagian yang menonjol ke epidermis, berisi ujung serabut saraf dan pembuluh darah, dan pars retikulare yaitu bagian bawahnya yang menonjol kearah subkutan, bagian ini terdiri atas serabut-serabut penunjang misalnya serabut kolagen, elastin dan retikulin.Lapisan subkutisLapisan subkutis adalah kelanjutan dermis yang terdiri atas jaringan ikat longgar berisi sel-sel lemak di dalamnya. Sel-sel lemak merupakan sel bulat, besar, dengan inti terdesak ke pinggir sitoplasma lemak yang bertambah. Sel-sel ini membentuk kelompok yang dipisahkan satu dengan yang lain oleh trabekula yang fibrosa. Lapisan sel-sel lemak disebut panikulus adipose, berfungsi sebagai cadangan makanan. Di lapisan ini terdapat ujung-ujung saraf tepi, pembuluh darah, dan getah bening. Tebal tipisnya jaringan lemak tidak sama bergantung pada lokasinya. Di abdomen dapat mencapai ketebalan 3 cm, di daerah kelopak mata dan penis sangat sedikit. Lapisan lemak ini juga merupakan bantalan.Adneksa Kulit Adneksa kulit terdiri atas kelenjar-kelenjar kulit, rambut dan kuku. Kelenjar kulit terdapat di lapisan dermis, terdiri atas kelenjar keringat dan kelenjar palit. Ada 2 macam

Page 2: MODUL 7 LBM 5 KOKO

kelenjar keringat, yaitu kelenjar ekrin yang kecil-kecil, terletak dangkal di dermis dengan sekret yang encer, dan kelenjar apokrin yang lebih besar, terletak lebih dalam dan sekretnya lebih kental. Kelenjar ekrin telah dibentuk sempurna pada 28 minggu kehamilan dan berfungsi 40 minggu setelah kehamilan. Saluran kelenjar ini berbentuk spiral dan bermuara langsung di permukaan kulit. Terdapat di seluruh permukaan kulit dan terbanyak di telapak tangan dan kaki, dahi, dan aksila. Sekresi bergantung pada beberapa faktor dan dipengaruhi oleh saraf kolinergik, faktor panas, dan emosional. Kelenjar apokrin dipengaruhi oleh saraf adrenergik, terdapat di aksila, areola mame, pubis, labia minora, dan saluran telinga luar. Fungsi apokrin pada manusia belum jelas, pada waktu lahir kecil, tetapi pada pubertas mulai besar dan mengeluarkan sekret. Keringat mengandung air, elektrolit, asam laktat, dan glukosa, biasanya pH sekitar 4-6,8 . Kelenjar palit terletak di selruh permukaan kulit manusia kecuali di telapak tangan dan kaki. Kelenjar palit disebut juga kelenjar holokrin karena tidak berlumen dan sekret kelenjar ini berasala dari dekomposisi sel-sel kelenjar. Kelenjar palit biasanya terdapat di samping akar rambut dan muaranya terdapat pada lumen akar rambut (folikel rambut). Sebum mengandungi trigliserida, asam lemak bebas, skualen, wax ester, dan kolesterol. Sekresi dipengaruhi hormone androgen, pada anak-anak jumlah kelenjar palit sedikit, pada pubertas menjadi lebih besar dan banyak serta mulai berfungsi secara aktif.

Kuku, adalah bagian terminal stratum korneum yang menebal. Bagian kuku yang terbenam dalam kulit jari disebut akar kuku, bagian yang terbuka di atas dasar jaringan lunak kulit pada ujung jari dikenali sebagai badan kuku, dan yang paling ujung adalah bagian kuku yang bebas. Kuku tumbuh dari akar kuku keluar dengan kecepatan tumbuh kira-kira 1 mm per minggu. Sisi kuku agak mencekung membentuk alur kuku. Kulit tipis yang yang menutupi kuku di bagian proksimal disebut eponikium sedang kulit yang ditutupki bagian kuku bebas disebut hiponikium . Rambut, terdiri atas bagian yang terbenam dalam kulit dan bagian yang berada di luar kulit. Ada 2 macam tipe rambut, yaitu lanugo yang merupakan rambut halus, tidak mrngandung pigmen dan terdapat pada bayi, dan rambut terminal yaitu rambut yang lebih kasar dengan banyak pigmen, mempunyai medula, dan terdapat pada orang dewasa. Pada orang dewasa selain rambut di kepala, juga terdapat bulu mata, rambut ketiak, rambut kemaluan, kumis, dan janggut yang pertumbuhannya dipengaruhi hormone androgen. Rambut halus di dahi dan badan lain disebut rambut velus. Rambut tumbuh secara siklik, fase anagen berlangsung 2-6 tahun dengan kecepatan tumbuh kira-kira 0.35 mm per hari. Fase telogen berlangsung beberapa bulan. Di antara kedua fase tersebut terdapat fase katagen. Komposisi rambut terdiri atas karbon 50,60%, hydrogen 6,36%,, nitrogen 17,14%, sulfur 5% dan oksigen 20,80% .

Page 3: MODUL 7 LBM 5 KOKO

Djuanda, A (2007). Ilmu penyakit Kulit dan Kelamin, 5. FK-UI, Jakarta

2. Sebukan macam macam kelainan adneksa kulit! Kuku1. Kelainan kuku yang disebabkan agen

- ParonikiaInflamasi pada lipatan kuku dengan pembengkakan tepi kuku, terkadang disertai pus yang biasanya disebabkan oleh candida albicans, staphylococcus atau pseudomonas

- Onikomikosis Merupakan infeksi jamur candida

2. Kelainan kontur kuku, permukaan kuku dan pertumbuhan kuku- Hippocratic (clubbed) fingers: kuku menggembung- Shell nail syndrom : clubbed nail disertai atrofi dasar kuku- Koilonikia : kuku tipis bentuk cembung pinggir meninggi- Anonikia : kuku tidak tumbuh- Onikogrifosis: kuku berubah bentuk menebal, warna putih dan kecoklatan,

melengkung tanpa menempel pada bantalan kuku- Onikoatrofi : kuku tipis dan lebih kecil- Onikolisis : terpisahnya kuku dari dasar kuku terutama bagian distal atau

lateral. Bila meluas sampai proksimal maka akan terbantuk ruang tempat tertimbunnya kotoran

- Pakionikia: penebalan lempeng kuku- Beau’s lines : terowongan transversal dari lunula kearah distal sesuai

pertumbuhan kuku oleh karena penghentian sementara fungsi matriks kuku- Hapalonikia : kuku tipis, lunak, mudah sobek

3. Kelainan perubahan warna kuku- Green nail - Black nail

Page 4: MODUL 7 LBM 5 KOKO

- Kuku coklat/merah tua- Kuku berwarna putih

Rambut 1. Alopesia = kebotakan

- Alopesia universalis : kebotakan seluruh rambut pada tubuh- Alopesia totalis : kebotakan seluruh rambut kepala- Alopesia arerata: kebotakan setempat berbatas tegas

2. Alopesia areata3. Alopesia androgenika4. Efluvium : kerontokan rambut

- Efluvium telogen- Efluvium telogen pasca natal- Efluvium psikis- Efluvium pascafebris akut

Kelenjar1. Kelenjar apokrin

a. Bromhidrosis : keadaan dimana bau yang menusuk hidung keluar dari kulit akibat penguraian keringat apokrin oleh bakteri grm negatif

b. Kromhidrosis : kelainan dimana sekresi keringat apokrin berwarnac. Hidradenitis supurativa : merupakan penyakit kronis supuratif dan sikatrikal pada

kulit lokasi kelenjar apokrin, terutama di aksila dan anogenital2. Kelenjar ekrin

a. Hiperhidrosis : peningkatan sekresi keringat ekrinb. Anhidrosis: hilangnya sebagian aktivitas kelenjar keringatc. Miliaria : keadaan dimana pori-pori keringat tertutup sehingga timbul retensi

keringat dikulitd. Dishidrosis : erupsi vesikuler, rekuren non inflamasi pada telapak tangan atau kaki

3. Kelenjar sebaseaa. Acne : peradangan menahun folikel pilosebasea yang ditandai adanya komedo,

papul, pustula, nodul, dan kistaVarian acne- Akne vulgaris terjadi perubahan jumlah dan konsistensi lemak kelenjar akibat multifaktoral dan varietasnya:

o Akne tropikalis o Akne fulminan o Pioderma fasiale o Akne mekanika dan lainnya

- Akne venenata terjadi penutupan folikel sebasea oleh massa eksternal dan varietasnya:

o Akne kosmetika o Pomade acne o Akne klor o Akne akibat kerja o Akne deterjen

-Akne komedonal akibat agen fisik dan varietasnya: o Solar commedones o Akne radiasi (sinar x. kobal)

Page 5: MODUL 7 LBM 5 KOKO

b. Rosasea : penyakit kronik pada sentral wajah akibat kelainan kelenjar pilosebasea pada daerah wajah berupa papul yang meradang disertai peningkatan aktivitas kapiler sehingga terjadi flushing dan teleangiektasis

c. Dermatitis perioral : erupsi papuler, eksemateus dan berskuama dengan predileksi lipat nasolabial dan bibir atas dengan perjalanan penyakit berfluktuasi

Djuanda, A (2007). Ilmu penyakit Kulit dan Kelamin, 5. FK-UI, Jakarta

3. Apa saja faktor yang mempengaruhi kelainan adneksa?1. Faktor genetik.

Faktor genetik memegang peranan penting terhadap kemungkinan seseorang menderita akne. Penelitian di Jerman menunjukkan bahwa akne terdapat pada 45% remaja yang salah satu atau kedua orang tuanya menderita akne, dan hanya 8% bila ke dua orang tuanya tidak menderita akne.

2. Faktor ras. Warga Amerika berkulit putih lebih banyak menderita akne dibandingkan dengan yang berkulit hitam dan akne yang diderita lebih berat dibandingkan dengan orang Jepang.

3. Hormonal. Hormonal dan kelebihan keringat semua pengaruh perkembangan dan atau keparahan dari jerawat (Ayer J dan Burrows N, 2006). Beberapa faktor fisiologis seperti menstruasi dapat mempengaruhi akne. Pada wanita, 60- 70% akne yang diderita menjadi lebih parah beberapa hari sebelum menstruasi dan menetap sampai seminggu setelah menstruasi.

4. Diet. Tidak ditemukan adanya hubungan antara akne dengan asupan total kalori dan jenis makanan, walapun beberapa penderita menyatakan akne bertambah parah setelah mengkonsumsi beberapa makanan tertentu seperti coklat dan makanan berlemak.

5. Iklim. Cuaca yang panas dan lembab memperburuk akne. Hidrasi pada stratum koreneum epidermis dapat merangsang terjadinya akne. Pajanan sinar matahari yang berlebihan dapat memperburuk akne.

6. Lingkungan. Akne lebih sering ditemukan dan gejalanya lebih berat di daerah industri dan pertambangan dibandingkan dengan di pedesaan.

7. Stres. Akne dapat kambuh atau bertambah buruk pada penderita stres emosional. Mekanisme yang tepat dari proses jerawat tidak sepenuhnya dipahami, namun diketahui dicirikan oleh sebum berlebih, hiperkeratinisasi folikel, stres oksidatif dan peradangan. Androgen, mikroba dan pengaruh pathogenetic juga bekerja dalam proses terjadinya jerawat (Thiboutot, 2008). Perubahan patogenik pertama dalam akne adalah

1) Keratinisasi yang abnormal pada epitel folikel, mengakibatkan pengaruh pada sel berkeratin di dalam lumen.

2) Peningkatan sekresi sebum oleh kelenjar sebasea. Penderita dengan akne vulgaris memiliki produksi sebum yang lebih dari rata-rata dan biasanya keparahan akne sebanding dengan produksi sebum (Pindha dalam Tumbuh Kembang Remaja dan Permasalahanya 2004). 3) Proliferasi proprionebacterium akne dalam folikel. 4) Radang (Darmstadt dan Al Lane dalam Nelson 2000).

Page 6: MODUL 7 LBM 5 KOKO

4. Sebutkan klasifikasi acne!Klasifiksi yang dibuat oleh Plewig dan Kligman dalam buku Acne : Morphogenesis and Treament (1975) :Akne : A. Akne vulgaris dan varietasnya :

§ Akne tropikalis§ Akne fulminan§ Pioderma fasiale§ Akne mekanika dan lainnya

B. Akne venenata akibat kontaktan eksternal dan varietasnya :§ Akne kosmetika§ Pomeda acne§ Akne klor§ Akne akibat kerja§ Akne deterjen

C. Akne komedonal akibat agen fisik dan varietasnya :§ Solar comedones§ Akne radiasi (sinar x, kobal)

Jenis akne ada dua: akne sejati dan erupsi akneformis.Menurut GRUPPER (1977) jenis akne ialah sebagai berikut:I.Akne Sejati :

a. Akne vulgarisb. Akne venenatac. Akne fisika

a. Akne vulgaris :1. akne troipika2. akne mekanika3. akne fulminan4. pioderma fasiale5. akne neonatorum6. akne karena hormon (testosteron, progesterone).

b. 1. Akne kosmetika2. Ane klor3. Akne jabatan/kerja

c. 1. Akne senilis2. Akne radiasi3 Akne estivalis

II. Erupsi AkneiformisMenurut Frank (1979) erupsi akneformis ada berbagai macam:

1. Akne komedonal tak meradang2. Akne komedonal meradang3. Akne papula ringan4. Akne papulo-pustular5. Akne berat: lesi agak banyak6. Akne berat: nodus, kista, banyak komedo, papul, pustul.7. Akne konglobata.

Strauss dalam buku Dermatology in General Medicine (1993) menulis akne terdiri atas : 1. Akne vulgaris dan 2. Miscellaneous types of acne yang terdiri atas akne neonatal, acne excoriae des jeunes filles, drug acne, akne akibat kerja, akne tropikalis, akne stivalis, akne kosmetika, pomade acne, akne deterjen, akne mekanika, acne with facial edem, akne konglobata, akne fulminan, dan steatoma multipleks.

Page 7: MODUL 7 LBM 5 KOKO

Strauss, J. S., 1991, Acne & Rosacea, Dermathology, Ed. Milton Orkin, dkk., firs edition, Alarge Medical Book, Hall International Inc., Minnesota, Hal : 332-339.

5. Bagaiana patifisiologi akne?

Ada empat hal penting yang berhubungan dengan terjadinya akne :

1. kenaikan sekresi sebum2. Adanya keratinisasi folikel3. Bakteri4. Peradangan (inflamasi).

Akne biasanya mulai timbul pada masa pubertas pada waktu kelenjar sebasea membesar dan mengeluarkan sebum lebih banyak. Terdapat korelasi antara hebatnya akne dan produksi sebum. Pertumbuhan kelenjar palit dan produksi sebum dibawah pengaruh hormon androgen. Pada penderita akne terdapat peningkatan konversi hormon androgen yang normal berada dalam darah (testosteron) kebentuk metabolit yang lebih aktif (5-alfa dihidrotestosteron). Hormon ini mengikat reseptor androgen di sitoplasma dan akhirnya menyebabkan proliferasi sel penghasil sebum.

Meningkatnya produksi sebum pada penderita akne disebabkan oleh respon organ akhir yang berlebihan (end-organ hyperresponse) pada kelenjar palit terhadap kadar normal androgen dalam darah. Terbukti bahwa, pada kebanyakan penderita, lesi akne hanya ditemukan dibeberapa tempat yang kaya akan kelenjar palit.

Akne mungkin juga berhubungan dengan komposisi lemak. Sebum bersifat komedogenik tersusun dari campuaran skualen, lilin (wax), ester dari sterol, kholesterol, lipid polar, dan trigliserida. Pada penderita akne terdapat kecenderungan mempunyai kadar skualen dan ester lilin (wax) yang tinggi, sedangkan kadar asam lemak terutama asam leinoleik, rendah. Mungkin hal ini ada hubungan dengan terjadinya hiperkeratinisasi pada kelenjar sebasea.

2. Keratinisasi folikel

Keratinisasi pada saluran pilosebasea disebabkan oleh adanya penumpukan korniosit dalam saluran pilosebasea.

Hal ini dapat disebabkan :

bertambahnya erupsi korniosis pada saluran pilosebasea Pelepasan korniosit yang tidak adekuat Kombinasi kedua faktor diatas.

Bertambahnya produksi korniosit dari sel keratinosit merupakan salah satu sifat komedo.

Terdapat hubungan terbalik antara sekresi sebum dan konsentrasi asam linoleik dalam sebum. Menurut Downing, akibat dari meningkatnya sebum pada penderita akne, terjadi penurunan konsentrasi asam lenolik. Hal ini dapat menyebabkan defisiensi asam lenoleik

Page 8: MODUL 7 LBM 5 KOKO

pada epitel folikel, yang akan menimbulkan hiperkeratosis folikuler dan penurunan fungsi barier dari epitel. Dinding komedo lebih mudah ditembus bahan-bahan yang menimbulkan peradangan. Walaupun asam lenoleik merupakan unsur penting dalam seramaid-1, lemak lain mungkin juga berpengaruh pada patogenesis akne. Kadar sterol bebas juga menurun pada komedo sehingga terjadi ketidak seimbangan antara kholesterol bebas dengan kholesterol sulfat sehinggga adhesi korneosit pada akroinfundibulum bertambah dan terjadi hiperkeratosis folikel.

3. Bakteri

Tiga macam mikroba yang terlibat dalam patogenesis akne adalah corynebakterium Acne, Stafylococcus epidermidis, dan pityrosporum ovale (malazzea furfur). Adanya sebore pada pubertas biasanya disertai dengan kenaikan jumlah corynebacterium acne, tetapi tidak ada hubungan dengan jumlah bakteri pada permukaan kulit atau dalam saluran pilosebasea dengan derajat hebatnya akne. Tampaknya ketiga macam bakteri ini bukanlah penyebab primer pada proses patologis akne. Beberapa lesi mungkin timbul tanpa ada mikroorganisme yang hidup, sedangkan pada lesi yang lain mikroorganisme mungkin memegang peranan penting. Bakteri mungkin berperan pada lamanya masing-masing lesi. Apakah bakteri yang berdiam dalam folikel (residen bacteria) mengadakan eksaserbasi tergantung pada lingkungan mikro dalam folikel tersebut. Menurut hipotesis Saint-Leger skualen yang dihasilkan oleh kelenjar palit dioksidasi dalam kelenjar folikel dan hasil oksidasi ini dapat menyeebabkan terjadinya komedo. Kadar oksigen dalam folikel berkurang dan akhirnya menjadi kolonisasi C..Acnes. bakteri ini memproduksi porfirin, yang bila dilepaskan dalam folikel akan menjadi katalisator untuk terjadinya oksidasi skualen, sehingga oksigen dalam folikel tambah berkurang lagi. Penurunan tekanan oksigen dan tingginya jumlah bakteri ini dapat menyebabkan peradangan folikel. Hipotesis ini dapat menerangkan mengapa akne hanya dapat terjadi pada beberapa folikel, sedangkan folikel yang lain tetap normal

4. Peradangan

Faktor yang menyebabkan peradangan pada akne belumlah diketahui dengan pasti. Pencetus kemotaksis adalah dinding sel dan produk yang dihasilkan oleh C.Acnes seperti lipase, hialuronidase, protease, lesitinase dan nioranidase, memegang peranan penting dalam proses peradangan.

Factor kemotaktik yang berberat molekul rendah (tidak memerlukan komplemen untuk bekerja aktif), bila keluar dari folikel, dapat menarik leukosit nucleus polimorfi (PMN) dan limfosit. Bila masuk kedalam folikel, PMN dapat mencerna C. Acnes dan mengeluarkan enzim hidrolitik yang bisa menyebabkan kerusakan dari folikel sebasea. Limfosit dapat merupakan pencetus terbentuknya sitokin.

Bahan keratin yang sukar larut, yang terdapat di dalam sel tanduk serta lemak dari kelenjar palit dapat menyebabkan reaksi non spesifik, yang disertai makrofag dan sel-sel raksasa.

Pada masa permulaan peradangan yang ditimbulkan oleh C.Acnes, juga terjadi aktivasi jalur komplemen klasik dan alternatif (classical and alternative complement pathways). Respon penjamu terhadap mediator juga amat penting. Selain itu antibody terhadap C.Acnes juga meningkat pada penderita akne hebat.

Terdapat empat mekanisma utama kejadian jerawat.

Page 9: MODUL 7 LBM 5 KOKO

· Kelenjar minyak menjadi besar (hipertropi) dengan peningkatan penghasilan sebum (akibat rangsangan hormon androgen)

· Hiperkeratosis (kulit menjadi tebal) epitelium folikular (pertumbuhan sel-sel yang cepat dan mengisi ruang folikel polisebaceous dan membentuk plug).

· Pertumbuhan kuman, propionibacterium acnes yang cepat (folikel pilosebaceous yang tersumbat akan memerangkap nutrien dan sebum serta menggalakkan pertumbuhan kuman.

· Inflamasi (radang) akibat hasil sampingan kuman propionibacterium acnes.

Proses terbentuknya dimulai dengan adanya radang saluran kelenjar minyak kulit, kemudian dapat menyebabkan sumbatan aliran sebum yang dikeluarkan oleh kelenjar sebasea di permukaan kulit, sehingga timbul erupsi ke permukaan kulit yang dimulai dengan komedo. Proses peradangan selanjutnya akan membuat komedo berkembang menjadi papul, pustul, nodus dan kista. Bila peradangan surut terjadi jaringan parut.

Sumbatan saluran kelenjar minyak dapat terjadi karena:

1. Perubahan jumlah dan konsistensi kelenjar minyak dalam kulit yang terjadi karena berbagai faktor, antara lain: genetik, rasial, hormonal, cuaca, makanan, stress fisik, dll. Terjadi pada acne vulgaris. Banyak terdapat di muka, leher, punggung, bahu dan lengan atas.

2. Tertutupnya saluran keluar kelenjar sebasea oleh masa eksternal, baik dari kosmetik, bahan kimia, detergen. Akne jenis ini disebut akne venenata. Hanya terdapat pada daerah yang terpapar, biasanya di muka, lengan atas dan bawah, serta betis.

3. Saluran keluar kelenjar sebasea menyempit akibat radiasi sinar ultra violet atau sinar radioaktif, dikenal sebagai akne fisik.

Andrianto, P., dan Sukardi, E., 1988, Kapita Selekta Dermato-Venerologi, Akne Vulgaris, EGC, Jakarta, Hal : 132-135.

6. Apa saja pemeriksaan pada adneksa kulit?7. Bagaimana penatalasanaan kelainan adneksa?

a. Pengobatan topikal Pengobatan topikal dilakukan untuk mencegah komedo, menekan peradangan,

dan mempercepat penyembuhan lesi. Bahan iritan yang mengelupas, misalnya sulfur, resorsinol, asam salisilat,

proksida benzoil, dan asam azeleat. Antibiotika topikal yang dapat mengurangi jumlah mikroba dalam folikel yang

berperan dalam etiopatogenesis akne vulgaris, mislanya; oksi tetrasiklin, eritromisin, klindarmisin fosfat

Page 10: MODUL 7 LBM 5 KOKO

Antiperadangan topikal, salap atau krim kortikosteroid kekuatan ringan atau sedang (hidrokortison) atau suntikan intralesi kortikosteroid kuat (triamsinolon asetonid) pada lesi nodulo-kistik

b. Pengobatan sistemikPengobatan sistemik ditujukan terutama untuk menekan aktivitas jasad renik

disamping dapat juga mengurangi reaksi radang, menekan produksi sebum, dan mempengaruhi keseimbangan hormonal Antibakteri sistemik; tetrasiklin, doksisiklin, eritromisin, azitromisin, dll Obat hormonal untuk menekan produksi androgen dan secara kompetitif

menduduki reseptor organ target di kelenjar sebasea, misalnya estrogen atau antiandrogen siproteron

Vitamin A dan retinoid oral Obat lainya, misalnya antiinflamasi non-steroid ibuprufen, seng sulfat

Prof. Dr. Dr. Adhi Juanda. 2010. Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin edisi keenam. Jakarta: fakultas kedokteran universitas Indonesia

I. Pengobatan topikalPengobatan topical yang paling banyak adalah benzoil peroksida, vitamin A asam, dan antibiotika topical.Sulfur dan resorsinol telah dipakai selama bertahun-tahun sebagai bahan yang mengadakan pengelupasan kulit (peeling) atau mengeringkan jerawat. Sulfur sampai sekarang masih dipakai. Zat dapat bersifat komedogenik dan komedolitik. Zat ini merupakan “ counter iritan” yang efektif. Asam salisilat dalam propelen – glikol dan etil laktat mungkin juga berguna.1. Tretinoin (vitamin A asam)Tretinoin adalah suatu obat kerass yang dapat menyebabkan eritema hebat dengan pengelupaan kulit, biasanya disertai rasa seperti tersengat atau terbakar, pada permulaan, penderita dianjurkan untuk memakai obat sekali sehari pada malam hari. Bila terjadi eritema dan diskuamasi setelah lima hari obat dpat dipakai untuk dua kali sehari. Efeknya tergantung pada konsentrasi, bahan dasar yang dipakai, jeniskulit yang diobati, dan umur penderita. Pada umumnya hasil terapi baru tampak setelah 8 minggu pengobatan.Cara kerja tretinoin :

· Komedolitik: mencegah sel-sel tanduk melekat satu sama lain dengan menghambat pembentukan tonofilamen dan mengurangi ikatan antara sel-sel keratin

· Mempercepat pergantian sel epitel folikel· Epitel folikel yang membentuk mikrokomedo menjadi lebih permiabel, sehingga

bahan-bahan toksik dapat lebih mudah keluar dan komedo akan pecah.· Sebagai “ counter-iritan”, karena menyebabkan vaskularisasi bertambah dan membantu

resorpsi papula dan nodul yang sukar hilang.Pada pemakaian tretinoin dianjurkan :

a. Menghindar dari sinar mataharib. Tidak mencuci muka terlalu seringc. Tidak memakai obat terlalu banyakd. Hati-hati pemakaian disudut mulut, hidung, dan mukosa.

Iso tretinoin. Disbanding denga tretinoin, sifat komedogeniknya 80% dari tretinoin, anti-inflamasi lebih baik dan kurang ritatif.

2. Benzoil peroksidazat ini tidak saja membunuh bakteri, melainkan juga menyebabkan deskuamasi dan juga timbulnya gumpalan di ddalm folikel. Pada permulaan pengobatan, pasien merasa seperti terbakar. Gejala ini akan berkurang dalam beberapa minggu. Sebaiknya dimulai dari dosis rendah dahulu, kemudian lambat laun diganti dengan dosis tinggi.

Page 11: MODUL 7 LBM 5 KOKO

Efek samping pada pemakaian lama adalah sensitisasi secara kontak (2,5 % dari kasus).Cara kerja:

· Anti bakteri yang kuat· Komedolitik· “counter-iritan”

Dibanding dengan vitamin A asam benzoil peroksidaa. kurang menyebabkan iritasi dan rasa tak menyenangkan bagi penderita.b. Tidak menyebabkan bertambah hebatnya (flare-up) akne pada bulan pertama

pengobatan.c. Mengeringkan pustula lebih tepat daripada tretinoin.d. Pada bentuk komedo, kurang efektif dibandingkan dengan tretinoin.

Kombinasi vitamin A asam dengan benzoil peroksida. Bila vitamin A asam dan benzoil peroksida digunakan bersama-sama, diperoleh efek sinergistik, tetapi sayang keduanya tak dapat dipakai bersama-sama dalam satu bahan dasar. Vitamin A asam dapat menyebabkan kulit lebih permiabel sehingga meningkatkan konsentrasi benzoil peroksida dalam jaringan.

1. Antibiotika topicalPemakaian bahan antimikroba dapat dibenarkan, bila mengurangi populasi C. Acnes atau hasil metabolismenya seperti lipase atau porfirin. Tetapi tak satupun bahan-bahanyang memiliki efek seperti ini terdapat dalam bentuk krem, larutan, jel, dan sabun.Antibiotika yang sering dipakai :Clindamisin 1 %: relatif stabil, kecuali pada beberapa kasus terjadi colitis pseudomembranosa.Eritromisin 2 % : tidak mengadakan iritasi dan dapat menyebabkan suatu dermatitis kontak.Tetrasiklin 0,5 % -5 % : sekarang jarang dipakai karena menyebabkan kulit berwarna kuning.

2. Aasam aseleikSuatu dikarbosilisik yang dapat mengurangi jumlah C. Acnes.Efeknya :

§ Sama dengan benzoil peroksida, vitamin A asam, eritromisi topical, tetrasiklin oral.

§ Mengurangi granula keratohialin pada saluran pilosebasea§ Sifat iritasinya lebih kecil dan dapt ditolelir dengan baik§ Mempunyai efek anti inflamasi

3. Asam-asam alfa hidroksi (AAAH)Mekanisme kerjaKonsentrasi rendah : mengurangi kohesi korniosit berguna untuk lesi yang tidak beradang.Konsentrasi tinggi :

§ Epidermolisis subkorneal atap pustula pecah.§ Dermis : mensintesa kolagen baru.

Efek asam alfa hodroksi tergantung pada macam, konsentrasi, vehikulum, waktu pajanan dan kondisi-kondisi lain.

1. Iritan fisikII. Pengobatan Oral

1. Antibiotika OralKarena obat-obat ini digunakan dalam jangka waktu yang lama, toksisitasnya harus

Page 12: MODUL 7 LBM 5 KOKO

rendah. Dalam hal ini, tetrasiklin merupakan antibiotika primer, sebab sudah diketahui aktivitas dan toksisitasnya. Nampaknya eritromisin juga mempunyai efek terapi yang sama dan cukup aman.Indikasi primer antibiotika oral adalah bentuk papulopustular sedang sampai berat akne konglobata.Antibiotika tak pernah dipakai sendiri, tetapi bersama-sama dengan obat yang mengadakan pengelupasan kulit.

a. TetrasiklinYang paling dikenal adalah tetrasiklin HCL, doksisiklin, minosiklin.

§ Efektif terhadap Corynebakterium Acnes invitro§ Dapat menghambat lipase ekstra seluler yang dikeluarkan oleh bakteri.§ Terkonsentrasi pada tempat peradangan.

Dosis konvensional: tetrasiklin 1 gram per hari diberikan setengah jam sebelum makan.Minosiklin : diabsorbsi lebih bagus dan tidak dipengaruhi oleh makanan, akan tetapi mahal. Dosis 50-100 mg perhari.Dimiklosiklin 600 mg perhari

b. EritromisinEritromisin adalah obat pilihan untuk penderita yang sensitive terhadap tetrasiklin atau wanita hamil.Eritromisin dan eritromisin stearat adalah bentuk yang dapat diterima.

§ Mempunyai efek bakterisida terhadap C. Acnes.§ Tak menghambat lipase C. Acnes.

Dosis : 1 gr / haric. Linkomisin dan Klindamisin

Keduanya merupakan obat yang paling baru dan sama efektivitasnya. Sering menyebabka colitis pseudomembranosa.Klindamisin :

§ Efektif untuk akne yang terbentuk kistik§ Absorbsinya tak berpengaruh makanan§ Dapat menghambat lipase C. Acnes.

d. TrimetoprimObat ini sama efektif dengan tetrasiklin, dapat diberikan pada penderita yang tidak respon / toleran terhadap tetrasiklin dan eritromisin. Berguna untuk folikulitis gram negatif.

2. D.DS (Diamino Difenil Sulfon)

Seperti sulfonamida, DDS dapat menghambat pemakaian PABA (Para Amino Benzoid Asid) oleh bakteri. Obat ini hanya digunaka untuk akne dengan peradangan yang hebat, seperti akne konglobata dan papulo pustula yang sukar diobati. DDS tidak pernah dipakai sendiri, biasanya bersama-sama dengan antibiotika dan obat yang dapat mengadakan pengelupasan kulit.Cara kerja DDS :

§ Anti inflamasi seperti kortikosteroid§ Mustabilir lisosom.§ Efek samping ; leukopeni, agranulositosis, nausea, muntah, kepala pusing dan

reaksi pada kulit.

3. Hormon

Page 13: MODUL 7 LBM 5 KOKO

1. KortikosteroidKortikosteroid intra lesi berguna untuk lesi nodulokistik dan sinus pada akne konglobata. Cepat mengurangi peradangan dan mencegah timbulnya sikatrik. Dipakai larutan dengan konsentrasi 2,5 mg /ml dan menyuntikkan dapat diulangi tiap 1 sampai 2 minggu.

a. Estrogen dan pil antihamilDiperlukan dosis estrogen relatif besar sehingga dapat menimbulkan efek feminisasi pada laki-laki dan gangguan menstruasi pada wanita. Hormon ini lebih baik diberikan dalam bentuk pil antihormon yang mengandung estrogen dan progesterone terutama untuk akne premenstrual. Kadang-kadang terlihat efek paradoksal dan terlihat pustula bertambah pada bulan-bulan pertama sampai bulan kedua.

b. Anti androgen

Hormon ini dapat mencegah kelenjar palit mengadakan reaksi terhadap[ testosteron, siproteron asetat bersama-sama esrogen hanya digunakan pada wanita dengan akne dan sebore yang hebat. Akne papulopustula yang resisten dan akne konglobata yang refrakter.Akhir-akhir ini sudah diproduksi suatu pil antihamil dengan kadar estrogen rendah yang mengandung 2 mg siproteron asetat dan 35 mg etinilestradiol.Efek sampingnya berupa penurunan libido, lesu, nausea, peningkatan berat badan dan perdarahan tak teratur.

4. Vitamin A

Bila diberikan peroral bersama-sama dengan antibiotika oral dan topical, vitamin A asam sangat efektif untuk akne bentuk nodul dan kistik yang hebat.Diduga vitamin ini mempengaruhi produksi atau metabolisme androgen.Dosis : 50.000 – 100.000 Iu/hari

5. Isoretinoit

Suatu bentuk 13-cis/asam retinoat digunakan untuk pengobatan akne bentuk kistik dan konglobata.Pada kebanyakan kasus obat ini memberikan remisi sempurna selama berbulan – bulan dan sampai bertahun-tahun.Dosis : 1 mg/kg/hari.Efek samping : gangguan selapu lendir dan kulit seperti keilitis, serosis dan perdarahan hidung. Isoretinoit bersifat keratogenik.

6. Seng (Zink)

Efeknya belum diketahui dengan pasti, tetapi diduga mempunyai efek inflamasi. Unsure ini berpengaruh terhadap epitelisasi, aktiitas enzim pada metabolisme vitamin A, dan memperbaiki gangguan kemotaksis leukosit.Dosis : 3 ´ 200 mg/ hari.

7. Diuretika

Page 14: MODUL 7 LBM 5 KOKO

Sering terjadi eksaserbasi akne 7-10 hari sebelum menstruasi. Hal ini mungkin disebabkan karena adanya retensi cairan sebelum menstruasi, yang disertai dengan hidrasi dermis dan juga edema pada keratin. Kebanyakan penyelidik memberikan diuretika satu minggu sebelum haid. Cuncliff dan William menganjurkan kuarng dari satu minggu sebelum haid, tetapi Kligman sama sekali tidak menganjurkan pemberian diuretika itu.

C. Tindakan Khusus1. Ekstraksi komedo2. Insisi dan drainase3. Eksisi4. Krioterapi5. Injeksi kolagen6. Suntikan kortikosteroid dan intralesi7. Laser CO28. Perbaikan jaringan parut

a. Dermabrasib. Pembedahan kimia

- tretinoin- Asam Alfa Hidroksi berguna untuk menghaluskan sukatrik

yang dangkal.Menurut Adhi Djuanda (1999) pengobata akne Sebagai berikut:

1. Topikal :A. Bahan – bahan iritasi misalnya :

- resorsinol 3 %- Asam salisilat 3-5 %- Asam vit A 0,05 %

B. Anti bakteri :

- Tetrasiklin 1 %- Eritromoisin 1 %- Klindamisin 1 %- Peroksida benzoil 2,5 %

C. Lain-lain :

- Sulfur 4-20%- Kortikosteroid- Etil laktat 10% dalam gliserin 5-10 % dan etanol 80-85 %.

II. SistemikA. Antibakteri :

-tetrasiklin 3-4 ´ 250 mg sehari (merupakan obat pilihan )-Minosiklin : 2 ´ 50 mg sehari-Kotrimoksasol : 2 gr sehari, jika telah membaik diturunkan 1 gr sehari-Linkomisin : 3 ´ 500 mg sehari-Klindamisin : 4 ´ 150 mg sehari

B. Hormonal :

- Estrogen

Page 15: MODUL 7 LBM 5 KOKO

- Anti androgen- Kortikosteroid intra lesi

C. Retinoid dan Vit A :

- Vitamin A 3 ´ 150.000 IU sehari- Retinoit 1-2 mg/kgBB sehari

D. Lain-lain :

- Anti inflamasi non steroid (ibuprofen)- Dapson 2 ´ 100 mg

Dapson (DDS) = diamino difenil sulfon mempunyai sifat anti radang sehingga dapat bermanfaat untuk pengobatan akne nodulokistik/ konglobata. Kombinasi DDS dengan antibiotika dapat mempercepat perbaikan lesi. Dosisnya, oral 2 ´ 100 mg/hari selam 4 minggu.

Widjaja, E., 2000, Rosasea dan Akne Vulgaris, Ilmu Penyakit Kulit, Ed. Marwali Harahap, Cetakan 1, Hipokrates, Jakarta, Hal :31 – 45.

8. Apa yang dimaksud komedo?9. Sebutkan dan jelaskan macam2 komedo!