Lapsus GEA Dehid Ringan Sedang Maret 2015
-
Upload
karin-yinz-sii-queinput -
Category
Documents
-
view
63 -
download
1
Transcript of Lapsus GEA Dehid Ringan Sedang Maret 2015
BAB I
PENDAHULUAN
I. LATAR BELAKANG
Penyakit diare hingga kini masih merupakan salah satu penyakit utama
pada bayi dan anak di Indonesia. Diperkirakan angka kesakitan berkisar antara
150-430 perseribu penduduk setahunnya. Dengan upaya yang sekarang telah
dilaksanakan, angka kematian di Rumah sakit dapat ditekan menjadi kurang dari
3%. Hipocrates mendefinisikan diare sebagai pengeluaran tinja yang tidak normal
dan cair. Di bagian Ilmu kesehatan anak FKUI/RSCM, diare diartikan sebagai
buang air besar yang tidak normal dan atau bentuk tinja yang encer dengan
frekwensi lebih banyak dari biasanya. Neonatus dinyatakan diare bila frekwensi
buang air besar sudah lebih dari 4 kali, sedangkan untuk bayi berumur lebih dari 1
bulan dan anak, bila frekwensinya lebih dari 3 kali.1
Evaluasi anak dengan gastroenteritis akut memerlukan anamnesa lengkap
dan fisik diagnostik yang lengkap, untuk membedakan dengan penyakit-penyakit
yang memiliki manifestasi klinis yang hampir sama. Penanganan lebih
diutamakan pada terapi suportif dan diarahkan pada pencegahan atau terapi
dehidrasi. Jika memungkinkan, diet dan cairan yang biasa dikonsumsi anak tetap
dilanjutkan. Terapi oral rehidrasi menggunakan cairan oral diberikan untuk
dehidrasi ringan sampai sedang, sedangkan untuk dehidrasi berat menggunakan
jalur intra vena.2
1
Berikut ini akan dilaporkan kasus GEA Dehidrasi ringan sedang pada
seorang anak laki-laki yang dirawat di ruang Sedap Malam RSUD Ulin
Banjarmasin.
2
BAB II
LAPORAN KASUS
I. IDENTITAS
Identitas penderita :
Nama penderita : An. Ahmad Fauzan
Jenis Kelamin : Laki-laki
Tempat & tanggal lahir : Banjarmasin, 5 Maret 2014
Umur : 13 Bulan
Tanggal MRS : 9 Maret 2015
Identitas Orang tua/wali
AYAH : Nama : Tn. MA
Pendidikan : SD
Pekerjaan : Wiraswasta
Alamat : Jln.Keramat Raya , Sungai Bilu
IBU : Nama : Ny. M
Pendidikan : SD
Pekerjaan : Ibu rumah tangga
Alamat : Jln.Keramat Raya , Sungai Bilu
II. ANAMNESIS
Kiriman dari : dr.Suriadi Anang, Sp.A
Dengan Diagnosa : GEA
3
Aloanamnesis dengan : Orang tua pasien
Tanggal/jam : 10 Maret 2015/ 02.45 Wita
1. Keluhan Utama : Diare
2. Riwayat penyakit sekarang :
Tiga hari sebelum masuk rumah sakit anak mengalami diare , berak cair
dengan frekuensi hingga 8 kali dan volume kurang lebih ½ gelas aqua
kecil. Pada saat masuk rumah sakit sudah berak sebanyak 4 kali. Berak
awalnya cair, kemudian mulai berampas, lendir (-), darah (-), muntah (-),
bau amis (-). Anak tampak rewel. Anak masih mau minum walaupun
sedikit. Anak sempat diberi obat diare oleh orang tua, diare mulai
berkurang, namun berselang waktu satu jam diare kambuh lagi hingga di
bawa orang tua ke rumah sakit.
3. Riwayat Penyakit dahulu :
Tidak pernah mempunyai keluhan serupa.
4. Riwayat Penyakit Keluarga :
Tidak pernah mempunyai keluhan serupa.
5. Riwayat Kehamilan dan Persalinan
Riwayat Antenatal :
Ibu penderita mengaku selama kehamilan dirinya sering
memeriksakan kandungan ke bidan. Ibu mengeluhkan mual muntah saat
hamil. Ibu sehat selama masa kehamilan.Masa kehamilan cukup, dan ibu
melakukan imunisasi TT di puskesmas
4
Riwayat Natal :
Pasien merupakan anak ke-2 dari 2 bersaudara. Lahir di rumah di
tolong oleh bidan, lahir spontan, berat lahir: 3000 gram, langsung
menangis, warna bayi kemerahan, bergerak aktif, lahir cukup bulan, tidak
ada riwayat ketuban pecah dini. Ibu lupa panjang badan saat lahir. Ibu lupa
lingkar kepala saat lahir.
Riwayat Neonatal:
Pasien tidak ada keluhan dan kelainan selama masa neonatal
6. Riwayat Perkembangan
Ibu lupa anak mulai bisa tiarap. Ibu lupa anak mulai bisa merangkak.
Anak mulai bisa duduk umur 9 bulan, mulai berdiri umur 12 bulan dan
mulai bisa berjalan umur 13 bulan.
7. Riwayat Imunisasi :
Nama Dasar (umur dalam hari/bulan)
Ulangan(Umur dalam bulan)
BCG 0 bulan -Polio 1 bulan 2 bulan 3 bulan 4 bulan -Hepatitis B 2 bulan 3 bulan 4 bulan -DPT 2 bulan 3 bulan 4 bulan -Campak 9 bulan -
Pasien mendapatkan imunisasi lengkap.
8. Makanan
ASI eksklusif diberikan sampai usia 6 bulan. 6 bulan sampai
sekarang didampingi susu formula, anak tidak mau makan.
5
9. Riwayat Keluarga
Ikhtisar keturunan
Ket : Laki-laki
Perempuan
Sakit
Susunan keluarga :
No Nama Umur L/P Keterangan1 Tn. A 34 thn L Sehat2 Ny. M 35 thn P Sehat3 An. M 5 thn L Sehat4 An. F 13 bln L Sakit
10. Riwayat Sosial Lingkungan
Penderita tinggal bersama ayah, ibu, dan 1 orang kakaknya di
rumah yang terbuat dari kayu berukuran 10x6 m2satu lantai, dengan pintu,
jendela, ventilasi cukup. Dalam satu rumah tinggal 4 orang, dengan 3
kamar tidur. MCK air sumur dan PAM, WC didalam rumah.
6
III. PEMERIKSAAN FISIK
1. Keadaan umum : Tampak sakit sedang
Kesadaran : Compos Mentis
2. Pengukuran :
Tanda vital : Tensi : - mmHg
Nadi : 89x/menit kuat angkat
Respirasi : 30 x/menit
Suhu : 37,1o C
Berat badan : 7kg
Panjang badan : cm
Kulit : Warna : coklat
Sianosis : (-)
Pucat : (-)
Hemangiom : tidak ada
Turgor :
Kelembaban : normal
Ikterik : tidak ada
Rambut : Warna : hitam
Tebal/tipis : tipis
Jarang/tidak (distribusi) : distribusi merata
Alopesia : tidak ada
Wajah: Edem : ada di mata kiri
Mata : Palpebra : edema (-/-), hematom (-/-)
7
Alis & bulu mata : tidak mudah dicabut
Konjungtiva :anemis (-/-), bleeding (-/-)
Sklera : tidak ikterik
Produksi air mata : (+)
Pupil : Diameter : 3 mm/3 mm
Simetris : isokor, normal
Reflek cahaya : +/+
Telinga : Bentuk : simetris
Sekret : tidak ada
Nyeri : tidak ada
Hidung : Bentuk : simetris
Pernafasan cuping hidung : tidak ada
Epistaksis : tidak ada
Sekret : tidak ada
Mulut : Bentuk : simetris
Bibir : lembab, pucat(-), sianosis(-)
Gusi : - tidak mudah berdarah
- pembengkakan tidak ada
Gigi-geligi :karies (-), terkikis (-)
Lidah : Bentuk : simetris
Tremor/tidak : tidak tremor
Kotor/tidak : tidak kotor
Warna : merah muda
8
Faring : Hiperemis : tidak ada
Membran/pseudomembran : tidak ada
Tonsil : hiperemis : tidak ada
Membran/pseudomembran : tidak ada
Pembesaran : tidak ada
3. Leher :
Vena Jugularis : Pulsasi : tidak terlihat
Tekanan : tidak ada peninggian
Pembesaran kelenjar leher : (-)
Masa : tidak ada
Tortikolis : tidak ada
4. Thorak :
a. Dinding dada/paru :
Inspeksi : Bentuk : simetris
Retraksi : tidak ada
Dispnea : tidak ada
Pernafasan : bronko abdominalis
Palpasi : Fremitus vokal simetris
Auskultasi : Suara Napas Dasar : Suara napas bronco abdominalis
Suara Napas Tambahan : Rhonki (-/-)
Wheezing (-/-), stridor inspiratoar (-)
b. Jantung :
Inspeksi : Iktus : terlihat
9
Palpasi : Apeks : teraba ICS 5 Linea Mid Klavikula Kiri
Thrill : tidak ada
Perkusi : Batas kanan : ICS IV LPS Kiri
Batas kiri : ICS V LMK Kiri
Batas atas : ICS II LPS Kiri
Auskultasi :
Frekuensi : 110 x/menit, irama : reguler
Suara dasar : S1 > S2
Suara tambahan : (-)
5. Abdomen
Inspeksi : Bentuk : cembung distensi (-)
Palpasi : Hati : (-)
Lien : (-)
Ginjal : nyeri ketok (-)
Perkusi : timpani
Auskultasi : bising usus (+) normal
6. Ekstremitas :
Umum : akral hangatedem
+ +
+ +
Tabel Pemeriksaan neurologis
TandaLengan Tungkai
Kanan Kiri Kanan KiriGerakan Gerakan
bebasGerakan
bebasGerakan bebas Gerakan bebas
10
Tonus Eutoni Eutoni Eutoni EutoniTrofi Eutrofi Eutrofi Eutrofi EutrofiKlonus (-) (-) (-) (-)RefleksFisiologis
BPR (+) NTPR (+) N
BPR (+) NTPR (+) N
KPR (+) NAPR (+) N
KPR (+) NAPR (+) N
Refleks patologis
Hoffman (-)Tromner (-)
Hoffman (-)Tromner (-)
Babinsky (-), Chaddock (-), Oppenheim (-)
Babinsky (-), Chaddock (-), Oppenheim (-)
Sensibilitas Sde Sde Sde SdeTanda meningeal
Kaku kuduk (-), Brudzinski I (-), Brudzinski II (-), kernig (-)
Susunan sarafkranial :
N. I (olfaktorius) : dalam batas normal
N. II (opticus) : dalam batas normal
N. III (occulomotorius) : Gerakan bola matanormal
Refleks cahaya (+)
N. IV (trochlearis) : dalam batas normal
N. V (trigeminus) : Sensoris normal
Refleks kornea (+)
N. VI (abduscen) : dalam batas normal
N. VII. (fasialis) : Meringis (+)
Membuka dan menutup mata (+)
Uji pengecapan Sulit dievaluasi
N. VIII (vestibulopharingeus) : dalam batas normal
N. IX (glossopharingeus) : Uvula di sentral
N. X (vagus) : Suara penderita pelan (-)
Sulit menelan makanan (-)
N. XI (accessorius) : dalam batas normal
11
N. XII (hipoglossus) : dalam batas normal
10. Genitalia : laki-laki, dalam batas normal
11. Anus : Ada, dalam batas normal
IV. PEMERIKSAAN LABORATORIUM
Hasil Pemeriksaan Laboratrium tanggal 9 Maret 2015
PEMERIKSAAN HASIL NILAI RUJUKAN SATUANHEMATOLOGIHemoglobin 10.7 11.00 – 16.00 g/dlLekosit 9.3 4.0 – 10.5 ribu/µlEritrosit 5.30 4.0 – 5.5 juta/µlHematokrit 32.4 32.0 – 44.0 vol%Trombosit 647 150 – 450 ribu/µlRDW-CV 18.9 11.5 – 14.7 %MCV, MCH, MCHCMCV 60.9 80.0 – 97.0 flMCH 20.1 27.0 – 32.0 pgMCHC 33.2 32.0 – 38.0 %HITUNG JENISGran% 52.5 50.0 – 70.0 %Lim% 34.3 25.0 – 40.0 %MID% 13.2 4.0 – 11.0 %Gran# 4.90 2.50 – 7.00 ribu/µlLim# 3.2 1.25 – 4.0 ribu/µlMID# 1.2 ribu/µl
V. FOLLOW UP
Tanggal S, O, A P
9 Maret 2015 S: Berak cair (+)
frekuensi 3x volume cair
encer kuning, pucat (-),
gelisah (+) , demam (-).
O: E4V5M6
N: 89x/menit
IVFD RL 30 cc/KgBB (1 jam) =
50cc /KgBB (5 jam)
Setelah hidrasi cek GDS dan DR
Lacto B 2x1 sach
Zinkid 10 mg 1x1
Oralit 100 cc/xBAB
12
RR: 30x/menit
T: 37,10C
Kulit : Kemerahan turgor
mulai cepat kembali
Mata : Konj.anemis (-/-),
Skelera ikterik (-/-)
Hidung : PCH (-)
Mulut : sianosis (-)
Leher : Pembesaran KGB
(-)
Thorax : I = Simetris , P
= FV Simetris, A= Rh
(-/-) Wh (-/-)
Jantung : S1>S2 tunggal
Abdomen : I= Datar, A=
BU (+) meningkat, P=
H/L/M tidak teraba.
Ekstremitas : akral
hangat (+/+)
A : diare akut dengan
dehidrasi ringan sedang
10 Maret 2015 S: Berak cair (+), pucat
(-), gelisah (+), demam (-)
O: E4V5M6
N: 104x/menit
RR: 24x/menit
T: 37,50C
Kulit : Kemerahan turgor
cepat kembali
Mata : Konj.anemis (-/-),
Skelera ikterik (-/-)
Hidung : PCH (-)
Mulut : sianosis (-)
Leher : Pembesaran KGB
IVFD RL 30 cc/KgBB (1 jam) =
50cc /KgBB (5 jam)
Setelah hidrasi cek GDS dan DR
Lacto B 2x1 sach
Zinkid 10 mg 1x1
Oralit 100 cc/xBAB
13
(-)
Thorax : I = Simetris , P
= FV Simetris, A= Rh
(-/-) Wh (-/-)
Jantung : S1>S2 tunggal
Abdomen : I= Datar, A=
BU (+) meningkat, P=
H/L/M tidak teraba.
Ekstremitas : akral
hangat (+/+)
A : diare akut dengan
dehidrasi ringan sedang
11 Maret 2015 S: Berak cair dengan
ampas (+) frekuensi 3x
volume 200cc, cair encer
kuning, pucat (-), gelisah
(-), demam (-)
O: E4V5M6
N: 132x/menit
RR: 20x/menit
T: 37,80C
SpO2 : 97%
Kulit : pucat (-),
Kemerahan turgor cepat
kembali
Mata : Konj.anemis (-/-),
Skelera ikterik (-/-)
Hidung : PCH (-)
Mulut : sianosis (-)
Leher : Pembesaran KGB
(-)
Thorax : I = Simetris , P
= FV Simetris, P= Sonor,
IVFD RL 715cc/24 jam
Cek MDT
Lacto B 2x1 sach
Zinkid 20 mg 1x1
Oralit (Indoralit) 100 cc/xBAB
R/ Konsul Subdivisi Hematologi
Anak (terkait hasil peemriksaan
Hb tanggal 10 Maret 2015 yang
rendah 7.7 g/dl)
14
A= Rh (-/-) Wh (-/-)
Jantung : S1>S2 tunggal
Abdomen : I= Datar, A=
BU (+) normal, P=
H/L/M tidak teraba.
Ekstremitas : akral
hangat (+/+)
A : diare akut dengan
dehidrasi ringan sedang
(sudah terehidrasi)
12 Maret 2015 S: Berak cair (+) 1x
dengan volume 200cc,
pucat (-), gelisah (-),
demam (-)
O: E4V5M6
N: 116x/menit
RR: 24x/menit
T: 37,60C
Kulit : Kemerahan turgor
cepat kembali
Mata : Konj.anemis (-/-),
Skelera ikterik (-/-)
Hidung : PCH (-)
Mulut : sianosis (-)
Leher : Pembesaran KGB
(-)
Thorax : I = Simetris , P
= FV Simetris, A= Rh
(-/-) Wh (-/-)
Jantung : S1>S2 tunggal
Abdomen : I= Datar, A=
BU (+) meningkat, P=
H/L/M tidak teraba.
Ekstremitas : akral
IVFD RL 715cc/24 jam
Cek MDT
Lacto B 2x1 sach
Zinkid 20 mg 1x1
Indoralit 600 ml
15
hangat (+/+)
A : diare akut post
dehidrasi ringan sedang
13 Maret 2015 S: Berak (+) 2x sudah
agak padat dengan
volume 200cc, pucat (-),
gelisah (-), demam (-)
O: E4V5M6
N: 96x/menit
RR: 24x/menit
T: 37,50C
SpO2 : 98%
Kulit : Kemerahan turgor
cepat kembali
Mata : Konj.anemis (-/-),
Skelera ikterik (-/-)
Hidung : PCH (-)
Mulut : sianosis (-)
Leher : Pembesaran KGB
(-)
Thorax : I = Simetris , P
= FV Simetris, A= Rh
(-/-) Wh (-/-)
Jantung : S1>S2 tunggal
Abdomen : I= Datar, A=
BU (+) meningkat, P=
H/L/M tidak teraba.
Ekstremitas : akral
hangat (+/+)
A : obs. diare akut post
dehidrasi ringan sedang
IVFD RL 715cc/24 jam
Cek MDT
Lacto B 2x1 sach
Zinkid 20 mg 1x1
Indoralit 600 ml
14 Maret 2015 S: Berak cair (+) 1x
sudah agak padat dengan
volume 50cc, pucat (-),
IVFD RL 715cc/24 jam
Cek MDT
16
gelisah (-), demam (-)
O: E4V5M6
N: 116x/menit
RR: 24x/menit
T: 37,30C
SpO2 : 97%
Kulit : Kemerahan turgor
cepat kembali
Mata : Konj.anemis (-/-),
Skelera ikterik (-/-)
Hidung : PCH (-)
Mulut : sianosis (-)
Leher : Pembesaran KGB
(-)
Thorax : I = Simetris , P
= FV Simetris, A= Rh
(-/-) Wh (-/-)
Jantung : S1>S2 tunggal
Abdomen : I= Datar, A=
BU (+) meningkat, P=
H/L/M tidak teraba.
Ekstremitas : akral
hangat (+/+)
A : obs. diare akut post
dehidrasi ringan sedang
Lacto B 2x1 sach
Zinkid 20 mg 1x1
Indoralit 600 ml
Hasil Pemeriksaan Laboratrium tanggal 10-11 Maret 2015
PEMERIKSAAN 10 Maret 11 Maret NILAI RUJUKAN
SATUAN
HEMATOLOGIHemoglobin 7.7 8.6 11.00 – 16.00 g/dl
17
Lekosit 6.8 11.5 4.0 – 10.5 ribu/µlEritrosit 3,97 4.20 4.0 – 5.5 juta/µlHematokrit 24 25.5 32.0 – 44.0 vol%Trombosit 409 322 150 – 450 ribu/µlRDW-CV 18.5 17.5 11.5 – 14.7 %MCV, MCH, MCHCMCV 60.5 60.7 80.0 – 97.0 flMCH 19.3 20.5 27.0 – 32.0 pgMCHC 32.0 33.7 32.0 – 38.0 %HITUNG JENISGran% 43.2 44.3 50.0 – 70.0 %Lim% 34.8 41.8 25.0 – 40.0 %MID% 22.0 11.1 4.0 – 11.0 %Gran# 2.90 5.09 2.50 – 7.00 ribu/µlLim# 2.4 4.8 1.25 – 4.0 ribu/µlMID# 1.5 1.28 0.30 – 1.00 ribu/µl
Hasil Pemeriksaan Morfologo Darah Tepi tanggal 11 Maret 2015
Kesan: Diagnosis banding: Anemia defisiensi besi, Anemia karena penyakit
kronis (Anemia Chronic Disease, ACD)
BAB III
DISKUSI DAN PEMBAHASAN
18
Definisi
Gastroenteritis (diare) adalah defekasi encer lebih dari tiga kali sehari
dengan atau tanpa darah dan atau lendir dalam tinja. Diare akut adalah diare yang
terjadi secara mendadak dan berlangsung kurang dari 14 hari pada bayi dan anak
yang sebelumnya sehat.1 Diare yang terjadi lebih dari 2 minggu disebut diare
kronis.(3,5,6)
Etiologi2
1. Infeksi : virus (Rotavirus, adenovirus, Norwalk), bakteri (Shigella,
Salmonella, E.Coli, vibrio); parasit (protozoa : E.Histolytica, G.lamblia,
Balantidium coli, cacing perut: Askaris, trikuris, Strongiloideus, dan jamur:
kandida).
2. Malabsorpsi : karbohidrat (intoleransi laktosa), lemak dan protein
3. Makanan : makanan basi, beracun, alergi terhadap makanan
4. Imunodefisiensi
5. Psikologis : rasa takut dan cemas. Walaupun jarang, tetapi dapat menimbulkan
diare terutama pada anak yang lebih besar .
Berdasarkan patofisiologinya, maka penyebab diaere dibagi menjadi:2
19
1. Diare sekresi, yang dapat disebabkan oleh infeksi virus, kuman patogen dan
apatogen; hiperperistaltik usus halus akibat bahan kimia atau makanan,
gangguan psikis, gangguan saraf, hawa dingin, alergi; dan defisiensi imun
terutama IgA sekretorik.
2. Diare osmotik, yang dapat disebabkan oleh malabsorpsi makanan, kekurangan
kalori protein (KKP), atau bayi berat lahir rendah dan bayi baru lahir
Pada diare akan terjadi kekurangan air (dehidrasi), gangguan
keseimbangan asam basa (asidosis metabolic), yang secara klinis berupa
pernapasan kussmaul, hipoglikemia, gangguan gizi, dan gangguan sirkulasi.2
Patogenesis
Mekanisme dasar yang menyebabkan timbulnya diare ialah:2
1. Gangguan osmotik, akibat terdapatnya makanan atau zat yang tidak dapat
diserap akan menyebabkan tekanan osmotik dalam rongga usus meninggi,
sehingga terjadi pergeseran air dan elektrolit ke dalam rongga usus. Isi rongga
usus yang berlebihan ini akan merangsang usus untuk mengeluarkan nya
sehinga timbul diare
2. Gangguan sekresi, akibat rangsangan tertentu (misalnya oleh toksin) pada
dinding usus akan terjadi peningkatan sekresi air dan elektrolit ke dalam
rongga usus dan selanjutnya diare timbul karena terdapat peningkatan isi
rongga usus.
20
3. Gangguan motilitas usus, hiperperistaltik mengakibatkan berkurangnya
kesempatan usus untuk menyerap makanan, sehingga timbul diare. Sebaliknya
bila peristaltik usus menurun akan mengakibatkan bakteri tumbuh berlebihan
yang selanjutnya dapat menimbulkan diare pula(2).
Patogenesis diare akut
1. Masuknya jasad renik yang masih hidup ke dalam usus halus setelah berhasil
melewati rintangan asam lambung
2. Jasad renik tersebut berkembang biak (multiplikasi) di dalam usus halus
3. Oleh jasad renik dikeluarkan toksin (toksin diaregenik)
4. Akibat toksin tersebut terjadi hipersekresi yang selanjutnya akan
menimbulkan diare(2).
Patofisiologi
Sebagai akibat diare baik akut maupun kronis akan terjadi:(7,8)
1. Kehilangan air dan elektrolit (dehidrasi) yang mengakibatkan terjadinya
gangguan keseimbangan asam-basa (asidcsis metabolik, hipokalemia dan
sebagainya)
2. Gangguan gizi sebagai akibat kelaparan (masukan makanan kurang,
pengeluaran bertambah)
3. Hipoglikemia
4. Gangguan sirkulasi darah
21
Gejala Klinis
Awalnya anak menjadi cengeng, gelisah, suhu badan mungkin meningkat,
nafsu makan berkurang atau tidak ada, kemudian timbul diare. Tinja makin cair,
mungkin mengandung darah dan/atau lendir, warna tinja berubah kehijau-hijauan
kerena bercampur empedu. Anus dan sekitarnya lecet karena tinja menjadi asam.3
Gejala muntah dapat terjadi sebelum dan/atau sesudah diare. Bila telah
banyak kehilangan air dan elektrolit terjadilah gejala dehidrasi. Berat badan turun.
Pada bayi, ubun-ubun besar cekung. Tonus dan turgor kulit berkurang. Selaput
lendir mulut dan bibir kering.3
Pemeriksaan Penunjang
1. Pemeriksaan feses: makroskopis dan mikroskopis, pH dan kadar gula jika
diduga ada intoleransi gula (sugar intolerance), biakan kuman untuk mencari
kuman penyebab dan uji resistensi terhadap berbagai antibiotika (pada diare
persisten)
2. Pemeriksaan darah: darah lengkap, analisis gas darah dan elektrolit (terutama
Na, K, Ca, dan P serum pada diare yang disertai kejang).
3. Pemeriksaan kadar ureum dan kreatinin darah untuk mengetahui faal ginjal(3)
Diagnosis
Diagnosis dibuat berdasarkan gejala klinis dan laboratorium seperti diatas.
Komplikasi
22
Sebagai akibat kehilangan cairan dan elektrolit secara mendadak, dapat
terjadi berbagai macam komplikasi seperti (3):
1. Dehidrasi (ringan, sedang, berat, hipotonik, isotonic, atau hipertonik).
2. Syok hipovolemik
3. Hipokalemia
4. Hipoglikemia
5. Intoleransi laktosa sekunder
6. Kejang
7. Malnutrisi energi protein
Pengobatan
Dasar pengobatan diare adalah (2) :
1. Pemberian cairan (rehidrasi awal dan rumat)
2. Diatetik (pemberian makanan)
3. Obat-obatan
Pembahasan
Pada kasus ini, secara klinis pasien menderita gastroenteritis (diare)
dengan dehidrasi ringan sedang. Diagnosa ditegakkan berdasarkan anamnesa dan
pemeriksaan fisik pasien. Dari anamnesis dengan orang tua pasien diketahui
bahwa pasien ada berak-berak kira-kira 8 kali sehari dengan konsistensi encer,
tidak ada ampas, tidak berlendir dan tidak ada darah, tidak berbau amis,
banyaknya ½ gelas aqua. Pada pasien ditemukan gejala rewel/gelisah. Diare
23
pada penderita merupakan diare akut karena hanya berlangsung kurang dari 14
hari.
Pada kasus ini, diduga diare disebabkan oleh infeksi bakteri, terlihat dari
hasil pemeriksaan laboratrium tanggal 10 Maret 2015 dimana leukosit meningkat
lebih dari batas normal. Tidak adanya gejala diare yang disertai lender atau darah
maupun bau amis dan buih menyingkirkan penyebab parasite amouba dan shigella
disentri. Faktor lain yang juga berperan terhadap terjadinya diare diantaranya
adalah sosial ekonomi yang rendah disertai sanitasi dan hygene lingkungan yang
buruk, misalnya kontaminasi kuman pada makanan dan minuman serta alat-alat
makan yang dipakai pasien.
Diare pada pasien ini tidak ditemukan adanya tanda-tanda dehidrasi berat.
Gejala pada pasien ini yang berhubungan dengan derajat dehdrasi adalah anak
tampak rewel/gelisah sehingga pasien didiagnosis menderita gastroenteritis akut
dengan dehidrasi ringan sedang. Hal ini telah sesuai dengan teori.
Menurut WHO, dikatakan dehidrasi ringan sedang-sedang (dehidrasi tidak
berat) apabila terdapat tanda-tanda berikut ini(4):
1. Gelisah
2. Haus atau banyak minum
3. Turgor kulit lambat kembali (=2 detik)
4. Disertai 1 atau lebih tanda-tanda lainnya seperti mata cekung, air mata tidak
ada, mulut dan lidah kering.
Terdapat 5 lintas tatalaksana diare akut:1
1. Rehidrasi sesuai derajat dehidrasi
24
2. Zn 10 mg (< 6 bulan) dan 20 mg (> 6 bulan) serta probiotik (misal Lacto-B)
selama 10 hari
3. ASI atau susu formula dan makanan tetap diberikan
4. Antibiotik jika penyebabnya kolera dan disentri
5. Nasihat kepada orangtua
Pada kasus ini, penatalaksanaan hari pertama yang diberikan adalah
rehidrasi cairan RL sebanyak 30 cc/kgBB dalam jam pertama, disusul 50 cc/kgBB
dalam 5 jam berikutnya. Kemudian diberikan probiotik lacto B, zinkid dan oralit
100cc tiap kalisehabis BAB.
Penatalaksanaan pada kasus yang diberikan di hari petama ini sebenarnya
tidak tepat jika merujuk pada Protap Departemen Pediatri di RSUD Ulin.
Seharusnya, penatalaksanaan kasus ini lebih diutamakan pada penanganan
dehidrasi ringan sedang dengan pemberian larutan oralit sebanyak 75 ml/kgBB
dalam 3 jam pertama atau sesuai umur 300 ml (< 1 tahun), 600 ml (1-5 tahun) dan
1200 ml (> 5 tahun).1 Sementara itu, pemberian dosis Zn dan probiotik telah
sesuai dengan protap.1
Pemeriksaan penunjang yang telah dilakukan adalah pemeriksaan kimia
darah dan didapatkan nilai Hb di hari pertama lebih rendah dari batasan normal
namun karena masih di atas 10 maka tidak memerlukan intervensi berupa
transfusi. Pemeriksaan hari berikutnya menunjukkan Hb menurun lagi menjadi
7.7gr/dl dan hasil pemeriksaan morfologi darah tepi menunjukkan diagnosis
banding anemia defisiensi besi dan anemia penyakit kronik. Untuk memastikn
25
maupun menyingkirkan diagnosis banding tersebut diperlukan pemeriksaan serum
iron dan TIBC, namun pada kasus ini saran pemeriksaan tersebut tidak dilanjutkan
(tidak diperiksa). Untuk penanganan keluhan anemia ini kemudian direncanakan
konsul ke subdivisi hematologi untuk ditindaklanjuti. Namun pada kasus ini hal
tersebut belum ditindaklanjuti hingga tuntas.
Menurut teori, jika dapat ditegakkan bahwa anemia yang terjadi adalah
anemia defisiensi besi, maka penanganannya adalah pemberian preparat besi oral
4-6 mg besi elemntal/kgBB/hari. Jika terjadi gangguan absorbsi maka besi
diberikan secara parenteral dengan dosis menurut perhitungan:1
Dosis besi (mg) = BB (kg) x kadar Hb yang diinginkan (g/dl) x 2.5
Pada kasus ini, setelah perawatan selama 5 hari, di hari ke-5 pasien
menunjukkan perbaikan dengan frekuensi BAB 1x mulai berampas, tidak ada lagi
tanda-tanda dehidrasi, tanda vital dalam batas normal.pasien kemudian diijinkan
pulang dalam kondisi membaik.
26
BAB IV
PENUTUP
Telah dilaporkan sebuah kasus Gastroenteritis akut dengan dehidrasi
ringan sedang pada seorang pasien anak laki-laki berusia 13 bulan dengan keluhan
utama berak cair. Berdasarkan anamnesa dan pemeriksaan fisik pasien didiagnosa
Gastroenteritis dengan dehidrasi ringan sedang. Hal-hal yang mendukung
diagnosa adalah adanya BAB cair kira-kira dari 8 kali sehari, konsistensi encer,
tidak ada ampas, tidak berlendir dan tidak ada darah serta tanpa bau amis,
banyaknya 1/2 gelas aqua.
Selama perawatan di Rumah Sakit Ulin Banjarmasin, pasien diberi
pengobatan berupa infus RL, Lacto-B, Zinkid dan oralit.
27
DAFTAR PUSTAKA
1. Basri HH. Diare Akut. Dalam : Pedoman Diagnosis dan Terapi. Banjarmasin : Bagian/SMF Ilmu Kesehatan Anak RS Ulin-FK UNLAM, 2013.
2. Staf Pengajar Ilmu Kesehatan Anak FKUI. Diare. Dalam : Buku Kuliah Ilmu Kesehatan Anak 1. Jakarta : Bagian Ilmu Kesehatan Anak FKUI, 1985.
3. Mansjoer A et al. Diare Akut. Dalam : Kapita Selekta Kedokteran. Jakarta : Media Aesculapius FKUI, 2000
4. Nelson, Waldo E. Nutrisi. Dalam : Nelson Ilmu Kesehatan Anak. Jakarta : EGC, 2000
5. Rutherford K. Gastrointestinal Infections and Diarrhea. Kidshealth. http://kidshealth.org/parent/medical/digestive/gastrointestinal.html
6. Mayo Clinic Staff. Diarrhea. http://www.mayoclinic.com/invoke.cfm? id=DS00292
7. Diarrhea. NIDDK. http://digestive.nih.gov/ddiseases/pubs/diarrhea/index.htm
8. Gastroenteritis. Medicastore. http://www.me dicastore.com/med/detail_pyk.php
28