Laporan TBK kel 1

download Laporan TBK kel 1

of 44

Transcript of Laporan TBK kel 1

Laporan Praktikum Teknologi Bahan Konstruksi 1

BAB I PEMERIKSAAN BERAT JENIS SEMEN PORTLAND (ASTM C 188 92)

1.1 Tujuan Percobaan Pemeriksaan ini bertujuan untuk menentukan berat jenis semen Portland. Di mana berat jenis semen adalah perbandingan antara berat isi kering semen pada suhu kamar dengan isi air suling pada 4C yang isinya sama dengan isi semen. 1.2 Peralatan a. Botol Le Chatelier dengan kapasitas 250 ml. b. Kerosin bebas air atau naptha berat jenis 62 API (American Proteleum Institute). c. Bak plastik yang berisi air. d. Corong dari kertas. e. Lidi. f. Thermometer. g. Sendok. h. Timbangan dengan ketelitian 0,01 gram. 1.1 Bahan a. Semen Portland (Gresik) sebanyak 64 gram. b. Air untuk penyesuaian suhu di dalam ember atau bak plastik. 1.2 Prosedur Percobaan a. Terlebih dahulu membersihkan botol Le Chatelier dan bagian dalam botol harus benar-benar kering. b. Mengisi botol Le Chatelier dengan kerosin atau naptha sampai dengan skala antara 0 dan 1, kemudian membersihkan bagian dalam botol di atas permukaan cairan sampai benar-benar kering agar semen yang akan dimasukkan ke dalam botol tersebut tidak melekat pada bagian tepi botol. c. Memaasukkan botol ke dalam bak air dengan suhu kamar atau konstan dalam waktu yang cukup untuk menghindarkan variasi suhu botol lebih besar dari 0,2C.

1

Laporan Praktikum Teknologi Bahan Konstruksi 1

d. Membaca skala pada botol (V1) setelah suhu air sama dengan suhu cairan dalam botol. e. Memasukkan semen sedikit demi sedikit ke dalam botol, agar jangan sampai ada semen yang menempel pada dinding dalam botol di atas cairan. f. Memutar botol dengan posisi miring secara perlahan-lahan sampai gelembung udara tidak timbul lagi pada permukaan cairan. g. Mengulangi pekerjaan pada point e., setelah suhu air sama dengan suhu cairan dalam botol dan membaca skala pada botol (V2).

Gambar. 1.1. Percobaan Berat Jenis Semen

1.1 Data dan Perhitungan2

Laporan Praktikum Teknologi Bahan Konstruksi 1

Beratjenis =

BeratSemen .d (V2 V1 )

Dimana: V1 = Pembacaan pertama pada skala botol V2 = Pembacaan kedua pada skala botol (V2-V1) = Isi cairan dipindahkan oleh semen dengan suhu berat tertentu d = Berat isi air pada suhu 4C (1 gr/cm3

Diketahui: Berat semen = 64 gr V1 = 0,1 ml V2 = 21,8 ml d = 1 gr/cm3

Jadi berat jenis semen

=BeratSemen .d (V2 V1 )

=

64

x 1 gr/cm3

(21,8 - 0.1)

= 2,95 gr/cm3

3

Laporan Praktikum Teknologi Bahan Konstruksi 1

1.2 Pembahasan Semen yang digunakan untuk beton adalah semen Portland, berupa semen hidrolik yang berfungsi sebagai bahan perekat bahan penyusun beton. Dengan jenis semen tersebut diperlukan air guna berlangsungnya reaksi kimia pada proses hidrasi. Pada proses hidrasi semen mengeras dan mengikat bahan penyusun beton membentuk massa padat. Semen Portland terutama mengandung kalsium dan aluminium silika. Untuk menghasilkan campuran beton dengan mutu yang baik semen portland harus memenuhi beberapa standarisasi yang disyaratkan. Dan salah satu standarisasi yang harus dipenuhi adalah dengan mengetahui berat jenis dari semen portland itu sendiri. Berdasarkan ketentuan dari ASTM standart berat jenis semen portland adalah sekitar 3,15 3,17 dengan toleransi yang diperkenankan 0.01. Melalui percobaan ini kita dapat menentukan kelayakan semen tersebut untuk digunakan dalam campuran beton. Dalam percobaan ini diperoleh berat jenis (BJ) semen portland, adalah 3,153. Jadi selisih berat jenis = 3,153 2,95 = 0,203. Dengan demikian maka semen yang digunakan tidak memenuhi standart yang ditetapkan. 1.3 Kesimpulan Dari hasil percobaan diperoleh berat jenis semen portland, adalah BJ = 2,95 gr/cm3. Sedangkan standar berat jenis semen portland adalah sekitar 3,15 gram/cm3, dengan selisih yang diijinkan 0,01. Jadi Selisih berat jenis = 3,153 2,95 = 0,203 Dengan demikian maka semen yang digunakan tidak memenuhi standart yang ditetapkan, karena selisih berat jenisnya melebihi toleransi yang diperkenankan.

BAB II4

Laporan Praktikum Teknologi Bahan Konstruksi 1

PEMERIKSAAN KONSISTENSI NORMAL DARI SEMEN HIDROLIS (ASTM C 182 92)

2.1 Tujuan Percobaan Pemeriksaan ini bertujuan untuk menentukan konsistensi normal dari semen hidrolis untuk keperluan penentuan waktu. 2.2 Peralatan a. Mesin aduk (mixer) dengan daun-daun pengaduk dari baja tahan karat serta mangkok yang dapat dilepas. b. Alat Vicat ( dengan menggunakan ujung C ) c. Timbangan dengan ketelitian sampai 1.0 gram d. Alat Pengorek (Scraper) dibuat dari karet yang agak kaku e. Gelas ukur dengan kapasitas 150 atau 200 ml f. Sendok perata (Trowel) g. Sarung tangan karet h. Stop Watch i. Mold dan plat kaca 2.1 Bahan a. Semen Portland 500 gram b. Air bersih (dengan temperatur kamar) 2.1 Prosedur Percobaan Pelaksanaan dibagi dalam tiga tahap: 1.Persiapan Pasta Pasang daun pengaduk dan mangkok yang kering pada mesin pengaduk (mixer) Masukkan bahan ke dalam mangkok dengan urutan sebagai berikut : Tuangkan air sesuai dengan ukuran yang diinginkan Masukkan 500 gram semen ke dalam air dan biarkan selama 30 detik agar campuran meresap5

Laporan Praktikum Teknologi Bahan Konstruksi 1

Jalankan mesin pengaduk dengan kecepatan rendah (140 5) putaran permenit selama 30 menit Hentikan mesin pengaduk selama 15 detik sementara itu kumpulkan pasta yang menempel pada dinding mangkok Jalankan mesin pengaduk dengan kecepatan sedang (285 10) putaran permenit dan aduk selama 1 menit

1.Pencetakan Benda Uji Segera bentuk pasta menjadi bola dengan kedua tangan (memakai sarung tangan karet), lemparkan 6 kali, dari tangan satu ke tangan yang lain dengan jarak kira-kira 15 cm

Masukkan bola pasta ke dalam cincin konis (G) pada alat Vicat dengan satu tangan Kelebihan pasta pada lubang besar diratakan dengan cara meletakkan cincin lubang yang besar pada plat kaca, lalu potong kelebihan pada lubang cincin yang kecil dengan cara sekali gerakan. Kemudian licinkan kelebihan pasta pada lubang. Selama mengerjakan pemotongan dan penghalusan hindarkan tekanan pada pasta

1.Penentuan Konsistensi

Letakkan cincin berisi pasta tepat di bawah batang B, tempelkan ujung jarum C pada permukaan pasta dan kunci dengan sekrup E Atur indikator F sehingga tepat pada skala nol Lepaskan batang B hingga jarum C menusuk pasta Konsistensi normal tercapai, bila batang B dan jarum C menembus batas (10 1 mm) di bawah permukaan dalam waktu 30 detik setelah dilepaskan.

2.1 Data dan Perhitungan Tabel data hasil percobaan :

6

Laporan Praktikum Teknologi Bahan Konstruksi 1

Semen No (gr) 1 2 500 500

Air (ml) 140 130

Penurunan tiap 30 detik (mm) 24 9

Contoh perhitungan : Kadar Air = Berat airBerat semen x 100% = 130500 x 100% = 26% Grafik kadar air terhadap penurunan

2.2 Pembahasan Konsistensi normal semen hidrolis tercapai jika jarum C pada alat vicat menembus pasta (10 1) mm dari permukaan dalam waktu 30 detik sejak pengunci di buka. Dengan adanya percobaan ini kita dapat menentukan banyak air yang akan dipakai untuk mencampur semen dalam keadaan konsistensi normal sehingga nantinya dapat menentukan banyaknya air dalam campuran semen pada saat mix design dan juga dapat menentukan apakah semen tersebut telah mencapai konsistensi normal atau belum. Dalam percobaan ini konsistensi semen hidrolis dapat tercapai dengan menambahkan 500gr semen hidrolis dengan 130mm air. Sedangkan pada percobaan pertama dengan penambahan air sebanyak 140mm, penurunan yang

7

Laporan Praktikum Teknologi Bahan Konstruksi 1

terjadi lebih dari 10mm,maka pasta terlalu encer,sehingga belum tercapai konsistensi normal. Dari grafik terlihat bahwa hubungan antara kadar air dengan penurunan berbanding lurus,semakin banyak air yang ditambahkan, semakin besar juga penurunan yang terjadi.

2.3 Kesimpulana. Konsistensi normal tercapai jika jarum A menembus pasta (10 1 mm) dari

permukaan dalam waktu 30 detik sejak pengunci dibuka. b. Kadar air sangat berpengaruh dalam penentuaan konsistensi semen hidrolis. Air yang terlalu banyak akan menyebabkan semen terlalu encer, sedangkan jika airnya terlalu sedikit bisa menyebabkan semen terlalu keras. c. Konsistensi normal sebesar 26 % tercapai pada perbandingan :

Semen Air

: 500 gram. : 140 ml.

8

Laporan Praktikum Teknologi Bahan Konstruksi 1

Gambar. 2. 1. Alat Vicat

50

Gambar 2. 2. Mixer

B A B III9

Laporan Praktikum Teknologi Bahan Konstruksi 1

PENENTUAN WAKTU PENGIKATAN DARI SEMEN HIDROLIS 1. Tujuan Percobaan

Percobaan ini untuk mengetahui waktu pengikatan awal dan waktu pengikatan akhir dari semen hidrolis dalam keadaan konsistensi normal. Pengikatan awal semen hidrolis tersebut adalah kehilangan sifat plastisnya atau mulai menjadi kaku dimana waktu ini ditentukan dalam jam, menit dan alat yang digunakan adalah Vicat dan alat Gillmore. Sedangkan pengikatan akhir dari semen hidrolis tercapai apabila semen hidrolis telah mulai mengeras, dimana dalam percobaan dapat dilihat apabila jarum pada alat Vicat tidak membekas pada benda uji. 2. Peralatan

a. Mesin pengaduk (mixer) dengan daun-daun pengaduk dari baja tahan karat serta mangkok yang dapat dilepaskan. b. Alat vicat dengan menggunakan ujung D (gambar terlampir) c. Timbangan dengan ketelitian sampai 1,0 gram. d. Gelas ukur dengan kapasitas 150 atau 200 ml. e. Stop Watch untuk menghitung waktu pengikatan. f. Ruang lembab yang mampu memberikan kelembaban relatif minimum 90%. 1. Bahan

a. Semen Portland (Gresik). b. Air bersih (dengan temperatur kamar)

1. Alat Vicat

Prosedur Percobaan

10

Laporan Praktikum Teknologi Bahan Konstruksi 1

a. Persiapan Pasta ( seperti pada pemeriksaan konsistensi normal). b. Pencetakan Benda Uji ( seperti pada pemeriksaan konsistensi normal).

c. Penentuan Waktu Pengikatan. Segera masukkan benda uji ke dalam ruang lembab biarkan, kecuali pada

waktu pemeriksaan pengikatan dilakukan. Setelah 45 menit di ruang lembab, tempatkan benda uji pada alat Vicat,

turunkan jarum D sehingga menyentuh permukaan pasta semen. Keraskan sekrup E dan geser jarum penunjuk F pada bagian atas dari skala dan lakukan pembacaan awal. Lepaskan batang B dengan memutar sekrup E dan biarkan jarum pada

permukaan pasta turun selama 30 detik. Bila pasta terlalu lembek ulangi percobaan tiap 15 menit sampai tidak terjadi penurunan lagi. Waktu pengikatan awal tercapai bila membekas lagi pada benda uji. Jarak antara penetrasi pada pasta tidak boleh lebih dari 6,4 mm dan jarak dari

hasil penetrasi lebih atau sama

dengan 25 mm, dan waktu pengikatan akhir tercapai bila jarum tidak

pinggir cincin tidak boleh kurang dari 9,4 mm. Percobaan ini dilakukan segera setelah diambil dari ruang lembab setiap 15 menit

1.

Hasil Percobaan

11

Laporan Praktikum Teknologi Bahan Konstruksi 1

Waktu Penurunan No Menit 45 15 15 15 15 15 15 15 15 15 15

Jam Start 10.40

Penurunan (mm)

Suhu UdaraO

Suhu PastaO

C

C

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11

11.40 11.55 12.10 12.25 12.40 12.55 13.10 13.25 13.40 13.55 14.10

40 40 40 29 10 1 0,3 0 0 0 0

29,4 31 31,2 31,2 31,5 31 31 31 31 31 31

30 31 31 31 32,2 32,5 32,5 32,5 31,5 31,5 31,5

Ket : Konsistensi normal Suhu kamar (rata-rata) udara Suhu pasta (rata-rata)

= = =

28 31

%o

Co

31,56

C

1.

Kesimpulan

a. Waktu pengikatan awal pada percobaan ini adalah : 75 menit b. Waktu pengikatan akhir pada percobaan ini adalah : 135 menit

c. Pada pengikatan awal penetrasi terjadi lebih kecil dan pada pengikatan akhir penetrasi lebih besar. d. Waktu pengikatan berfungsi sebagai patokan di lapangan untuk menentukan lamanya waktu pengerasan semen (tanpa diaduk lagi). 1. Grafik Penurunan Penurunan vs Waktu

12

Laporan Praktikum Teknologi Bahan Konstruksi 1

BAB IV PEMERIKSAAN BERAT VOLUME SEMEN AGREGAT HALUS DAN AGREGAT KASAR ( ASTM C 29 ) 4.1 Tujuan Percobaan Pemeriksaan ini dimaksudkan untuk menentukan berat isi agregat kasar (split), agregat halus (pasir) dan semen. Pengertian berat isi (berat volume) adalah perbandingan antara berat dan isi (volume) sampel yang di uji yang dimaksudkan sampel. 4.2 Peralatana.

untuk mendapatkan hubungan antara berat dengan volume

Timbangan dengan ketelitian 0,1 gram berat contoh.13

Laporan Praktikum Teknologi Bahan Konstruksi 1

b. c.d.

Talam kapasitas cukup besar untuk mengeringkan contoh agregat. Tongkat pemadat diameter 15 mm, panjang 60 cm dengan ujung bulat sebaiknya terbuat dari baja tahan karat. Mistar perata (straight edge). Skop. Wadah baja yang cukup kaku berbentuk silinder (bohler). Oven yang dilengkapi pengatur suhu (110 5)C.

e. f.g.

4.1

Bahan a. b. c. Pasir Spilit Semen

4.1

Prosedur Pelaksanaan Masukkan agregat ke dalam talam yang tersedia, kemudian dikeringkan dalam oven dengan suhu (110 5)C dalam waktu 24 jam sampai berat tetap yang akan digunakan sebagai benda uji. Selanjutnya setelah 24 jam terpenuhi agregat tadi dikeluarkan dari oven untuk ditimbang pada kondisi: 1. Berat isi lepasa. Timbang dan catat berat wadah (W1).

b. Masukkan benda uji dengan hati-hati ke dalam wadah baja dengan menggunakan sekop kecil dari ketinggian 5 cm, sampai penuh. c. Ratakan permukaan benda uji dengan menggunakan mistar perata.d. Timbang dan catat berat wadah beserta benda uji (W2). e. Hitunglah berat benda uji (W3 = W2 W1)

2.

Berat isi Goyangana. Timbang dan catat berat wadah (W1). b. Masukkan benda uji dengan hati-hati ke dalam wadah baja dalam 3

lapis yang sama tebal. c. Padatkan setiap lapis dengan cara menggoyang-goyangkan wadah sebagai berikut: Letakkan wadah di atas tempat yang kokoh dan datar, angkatlah salah satu sisinya kira-kira setiggi 5 cm kemudian dilepaskan.14

Laporan Praktikum Teknologi Bahan Konstruksi 1

Ulang hal ini dari sisi yang berlawanan. Padatkan setiap lapisan sebanyak 25 kali penggoyangan.

d. Ratakan permukaan benda uji dengan menggunakan mistar perata.e. Timbang dan catat berat wadah beserta benda uji (W2). f. Hitung berat benda uji (W3 = W2 W1).

3.

Berat isi Pemadatana. Timbang dan catat berat wadah (W1). b. Isi wadah dengan benda uji dalam tiga lapis yang sama tebal. Setiap

lapis dipadatkan dengan tongkat pemadat sebanyak 25 kali tusukan secara merata. Pada pemadatan tongkat harus tetap masuk sampai lapis paling bawah tiap-tiap lapisan. c. Ratakan permukaan benda uji dengan menggunakan mistar perata.d. Timbang dan catatlah berat wadah serta benda uji (W2). e. Hitunglah berat benda uji (W3 = W2 W1).

4.1

Data dan Perhitungan Data hasil percobaan KONDISI LEPAS A. Volume Bohler B. Berat Bohler C. Berat Bohler + Benda Uji D. Berat Benda Uji (C B) Berat Volume (D/A) SPLIT 14.300 cm3 9.600 gr 28.760 gr 19.160 gr 1.34 gr/ cm3 PASIR 9.423 cm3 8.590 gr 21.310 gr 12.720 gr 1,35 gr/ cm3 SEMEN 2.830 cm3 3.790 gr 5.682 gr 1.892 gr 0.67 gr/ cm3

KONDISI GOYANGAN A. Volume Bohler B. Berat Bohler C. Berat Bohler + Benda Uji D. Berat Benda Uji (C B)

SPLIT 14.300 cm3 9.600 gr 30.190 gr 20.590 gr

PASIR 9.423 cm3 8.590 gr 24.190 gr 15.600 gr

SEMEN 2890 cm3 3790 gr 7360 gr 3570 gr15

Laporan Praktikum Teknologi Bahan Konstruksi 1

Berat Volume (D/A)

1,44 gr/ cm3

1,65 gr/ cm3

1,26 gr/ cm3

KONDISI PEMADATAN A. Volume Bohler B. Berat Bohler C. Berat Bohler + Benda Uji D. Berat Benda Uji (C B) Berat Volume (D/A)

SPLIT 14.360 cm3 9.600 gr 30.260 gr 21.020 gr 1,47 gr/ cm3

PASIR 9.423 cm3 8.590 gr 23.460 gr 14.870 gr 1,58 gr/ cm3

SEMEN 2830 cm3 3790 gr 7334 gr 3544 gr 1,25 gr/ cm3

Contoh perhitungan diambil pada kondisi lepas untuk semen: Diketahui:A. Volume Bohler B. Berat Bohler C. Berat Bohler + B. Uji D.Berat Benda Uji (C B) E. Berat Volume (D/A)

= 2830 cm3 = 3790 gr = 7334 gr = 3544 gr = 1,26 gr/cm3

F. Jadi Berat Volume Lepas untuk semen = 1,26 gr/cm3

4.1

Kesimpulan 1. Berat Volume Agregat Kasar (Kerikil) Berat volume split pada masing-masing kondisi: 2. Kondisi Lepas = 1,34 gr/cm3

Kondisi Goyangan = 1,44 gr/cm3 Kondisi Pemadatan = 1,47 gr/cm3

Berat Volume Agregat Halus (Pasir) Berat volume pasir pada masing-masing kondisi: Kondisi Lepas = 1,35 gr/cm316

Laporan Praktikum Teknologi Bahan Konstruksi 1

3.

Kondisi Goyangan = 1,65 gr/cm3 Kondisi Pemadatan = 1,58 gr/cm3

Berat Volume Semen Berat volume kerikil pada masing-masing kondisi: Kondisi Lepas = 0,67 gr/cm3

Kondisi Goyangan = 1,26 gr/cm3 Kondisi Pemadatan = 1,25 gr/cm3 Dari hasil percobaan didapat perbandingan berat volume dalam

berbagai kondisi, dimana mayoritas kondisi goyangan yang lebih besar dari kondisi yang lainnya yaitu :

lepas < padatan < = berat volume

goyangan

Ini Dimungkinkan karena ketidak telitian dalam menimbang dan ketidak konsistenan dalam proses penumbukan sehingga pada saat penggoyangan terjadi proses saling isi sehingga meminimalisasi adaya rongga udara namun hal tersebut tidak terjadai pada saat pemadatan menggunakan batang baja sehinggga rongga udara masih banyak seperti yang terjadi pada percobaan berat volume semen dan pasir. Hal ini sepatutnya tidak terjadi dikarenakan dapat menyebabkn kesalahan yang fatal dalam pelaksanaan percobaan mix design dengan komposisi campuran dinyatakan berdasarkan atas perbandingan berat.

17

Laporan Praktikum Teknologi Bahan Konstruksi 1

GRAFIK PERBANDINGAN BERAT VOLUMELepa Goyanga Pemadat s an n

18

Laporan Praktikum Teknologi Bahan Konstruksi 1

Lepa Goyanga Pemadat s an n

Lepas

Goyangan

Pemadatan

BAB V ANALISA SARINGAN AGREGAT HALUS DAN AGREGAT KASAR ( ASTM C 136 92 )19

Laporan Praktikum Teknologi Bahan Konstruksi 1

5.1. Tujuan Percobaan Pemeriksaan ini dimaksudkan untuk menentukan pembagian butir (gradasi) agregat halus dan agregat kasar dengan menggunakan saringan. 5.2. Peralatana. Timbangan dan neraca dengan ketelitian 0,2% dari berat benda uji. b. Satu set saringan dengan ukuran ( nomor ayakan ) : 25 mm (1); 19,1 mm (3 4

); 12,5 mm (1 2

); 9,5 mm (3 8

); no. 4; no. 12; no.16; no. 30; no.50; no. 100

(standar ASTM).c. Oven yang dilengkapi pengukur suhu untuk memanasi sampai (100 5)C.

d. Alat pemisah contoh (sampler spliter). e. Sendok. f. Talam. 5.1. Bahan Benda uji yaitu : a. Agregat halus ( pasir Awang Bangkal ) b. Agregat kasar ( kerikil Awang Bangkal) 5.1. Prosedur Pelaksanaan a. Benda uji dikeringkan di dalam oven dengan suhu (110 5C), sampai beratnya tetap. b. Benda uji disaring dengan ukuran saringan paling besar ditempatkan paling atas, saringan digoyang-goyang selama 15 menit. = 1000 gram. = 8000 gram.

5.1. Data dan Perhitungan Data hasil perhitungan20

Laporan Praktikum Teknologi Bahan Konstruksi 1

Contoh / benda uji : Agregat Kasar/Kerikil Berat benda uji : 8000 gram Tgl .Percobaan : 12/10/2010 Waktu Goyangan : 15 menit Tertinggal 1 170 gram Tertinggal 540 gram Tertinggal 4560 gram Tertinggal 3/8 1820 gram Tertinggal No. 4 890 gram Tertinggal di pan 20 gram Total 8000 gram Contoh / benda uji : Agregat Halus/Pasir Berat benda uji : 1000 gram Tgl .Percobaan : 12/10/2010 Waktu Goyangan : 15 menit Tertinggal No. 12 326,57 gram Tertinggal No. 16 113,59 gram Tertinggal No. 30 184,12 gram Tertinggal No. 50 208,10 gram Tertinggal No. 100 151,08 gram Tertinggal di pan 16,54 gram Total 1000 gram a.%tertahan= BeratTertahan 100% BeratTotal

b.

% LolosSaringan = 100% %Tertahan

Berat tertahan : berat agregat yang tertahan pada saringan pada proses pengayakan.

Contoh Perhitungan 170 %Tertahan 1 " = 1 x100% = 2,125% 2 8000

%

% LolosSaringan = 100% 2,125% = 97,875%

21

Laporan Praktikum Teknologi Bahan Konstruksi 1

%TertahanNo12 = . 326,57 x100% = 32,657% 1000

% LolosSaringan = 100% 32,657% = 67,343%

Tabel hasil perhitungan Agregat Kasar (Kerikil) : 8000 gram Ayakan No. 1 3/8 #4 Pan Berat % % Lolos 97,875 91,125 34,125 11,375 0,25 0 Agregat Halus (Pasir) : 1000 gram Ayakan No. # 12 # 16 # 30 # 50 # 100 Pan Berat % % Lolos 67,343 55,984 37,572 16,762 1,654 0

Tertahan Tertahan 170 2,125 540 6,75 4560 57 1820 22,75 890 11,125 0 0,25

Tertahan Tertahan 326,57 32,657 113,59 11,359 184,12 18,412 208,10 20,81 151,08 15,108 16,54 1,654

5.1. Analisa Perhitungan Hasil analisa saringan agregat halus ini dikategorikan dalam 4 zone / no, yaitu : Zona no 1, Zona no 2, Zona no 3, Zona no 4 dan agregat kasar dikategorikan dalam 3 Zone yaitu : Zona no 1, Zona no 2, Zona no 3. Semakin kecil kategori dari zone yang ada menunjukkan gradasi agregat semakin baik (agregat yang terletak pada gradasi no 1 merupakan gradasi yang terbaik), demikian sebaliknya semakin besar zonenya maka butiran dari agregat tersebut kurang baik (agregat yang terletak pada gradasi no 3 atau no 4 merupakan gradasi yang tidak baik).

5.2. Kesimpulan Dari hasil percobaan yang diplotkan pada grafik didapatkan : a. Agregat Halus (Pasir Awang Bangkal) Termasuk dalam kategori Zone 1, dengan demikian pasir tersebut termasuk bergradasi baik.22

Laporan Praktikum Teknologi Bahan Konstruksi 1

b. Agregat Kasar (Kerikil Awang Bangkal) Termasuk dalam kategori Zone 1, dengan demikian kerikil tersebut termasuk bergradasi baik.

23

Laporan Praktikum Teknologi Bahan Konstruksi 1

Gambar 5.1 Saringan (Sieve Shaker )

Gambar 5.2 Oven

BAB VI PEMERIKSAAN KADAR LUMPUR24

Laporan Praktikum Teknologi Bahan Konstruksi 1

AGREGAT HALUS DAN KASAR 6.1. Tujuan Percobaan Pemeriksaan ini dimaksukan untuk menentukan jumlah bahan yang terdapat dalam agregat lewat saringan No. 200 dengan cara pencucian. 6.2. Peralatan a. b.c. d.

Saringan No. 16 dan No. 200. Digunakan sebagai tempat penyaringan agregat. Wadah pencucian benda uji yang cukup besar sehingga pada waktu diguncang benda uji/air pencuci tidak tumpah. Oven yang dilengkapi dengan pengatur suhu untuk pemanasan (110 5)C, untuk mengeringkan agregat. Timbangan dengan ketelitian 0,1 gram berat contoh. Talam berkapasitas cukup besar untuk mengeringkan contoh agregat. Skop untuk mengambil agregat.

e. f. 6.3. Bahan

Berat contoh agregat minimum tergantung pada pengukuran agregat batasan sebagai sebagai berikut: Ukuran maximum 2,36 mm (No. 8); berat minimum 100 gram. Ukuran maximum 4,76 mm (No. 4); berat minimum 500 gram. Ukuran maximum 9,5 mm (3/8); berat minimum 200 gram. Ukuran maximum 19,10 mm (3/4); berat minimum 2500 gram. Ukuran maximum 39,10 mm (11 2

); berat minimum 500 gram.

Untuk agregat halus sebanyak 1000 gram dan agregat kasar sebanyak 8000 gram. 6.4. Prosedur Percobaan a. Masukkan contoh agregat 1,25 kali berat minimum benda uji ke dalam talam, keringkan dalam oven dengan suhu (110 5)C sampai mencapai berat tetap. b. Masukkan benda uji ke dalam wadah, dan beri air pencuci secukupnya sehingga benda uji terendam.25

Laporan Praktikum Teknologi Bahan Konstruksi 1

c. Goncang wadah dan tuangkan air pencuci ked alam susunan saringan No. 16 dan No.200. d. Masukkan air pencuci batu dan ulangi pekerjaan c. Sampai air cucian menjadi jernih. e. Semua bahan yang tertahan pada saringan No.16 dan No.200 dikembalikan ke dalam wadah, kemudian masukkan seluruh benda uji tersebut ke dalam talam yang telah diketahui beratnya (W2) dan keringkan dalam oven sampai beratnya tetap. f. Setelah kering timbang dan catat beratnya ( W3) g. Hitung berat kering benda uji tersebut (W4 = W3 - W2). 6.5. Data dan Perhitungan 1. Agregat Halus ( Pasir) Berat Benda Uji Kering (W1) Kadar Lumpur = . W2 W1 . x 100% W1 =. 1000 962,74. x 100% 1000 = 3,73 % < 5 % 2. Agregat Kasar (Kerikil) Berat Benda Uji Kering (W1) Berat Benda Uji Tertahan No. 200 (W2) Kadar Lumpur = . W2 W1 . x 100% W1 =. 8000 7971 . x 100% 1000 0,36 % < 1 % = 8000 gr (tanpa wadah) = 7971 gr = 1000 gr (tanpa wadah) Berat Benda Uji Tertahan No. 16 & No. 200(W2) = 962,74 gr

6.6. Pembahasan Dalam campuran beton, agregat yang digunakan haruslah memenuhi standar yang telah ditetapkan agar memberikan hasil yang optimal, termasuk kadar lumpur26

Laporan Praktikum Teknologi Bahan Konstruksi 1

yang terkandung dalam agregat yang akan menentukan layak tidaknya agregat tersebut digunakan dalam campuran, sebab faktor lumpur akan mempengaruhi kekuatan beton yang umumnya bersifat melemahkan. Berdasarkan PBI 71, kadar lumpur yang terkandung dalam pasir tidak boleh melebihi 5 % dan untuk kerikil kadar lumpur yang terkandung tidak melebihi 1 %. 6.7. Kesimpulan Berdasarkan hasil percobaan, didapatkan nilai kadar lumpur yang terkandun pada :

Agregat Halus (Pasir)

= 3,73 % < 5 %

Agregat Kasar (Kerikil) = 0,36 % < 1 % Dari data tersebut, maka diketahui bahwa agregat halus (pasir) dan agregat

kasar (kerikil) yang dipakai memenuhi syarat untuk digunakan langsung sebagai campuran beton, karena berdasarkan kadar lumpur yang terkandung masing masing tidak melebihi batas maksimal yang ditetapkan.

BAB VII PEMERIKSAAN KADAR ORGANIK DALAM AGREGAT HALUS ( ASTM C 40 92 )27

Laporan Praktikum Teknologi Bahan Konstruksi 1

7.1 Tujuan Percobaan Pemeriksaan ini dimaksudkan untuk menentukan adanya bahan organik di dalam agregat halus untuk digunakan dalam adukan beton. Kotoran organik adalah bahan-bahan organik yang terdapat dalam pasir dan menimbulkan efek kerugian terhadap mutu mortar atau beton.

7.2 Peralatan a. Bejana Phyrex (botol gelas tidak berwarna mempuyai tutup dari karet, gabus atau lainnya) yang tidak larut dalam larutan NaOH, dengan isi sekitar 350 ml. b. Standar warna (organik plate) c. Larutan NaOH ( 3% ) 7.1 Bahan Agregat halus (pasir) yang sudah di oven selama 42 jam, kira-kira 1/3 isi botol ( 115 ml) 7.2 Prosedur Pecobaan a. Timbang berat bejana Phyrex b. benda uji dimasukkan ke dalam Phyrex, kemudian ditimbang c. Tambahkan NaOH 3% dan air, kemudian dikocok sampai isinya botol d. Tutup rapat botol, dan diamkan selama 24 jam standar warna (organik plate) e. Selama 24 jam, bandingkan warna cairan yang terlihat diatas benda uji dengan

7.1 Data dan Perhitungan

NAOH 3 % : Berat Bejana Pirex : 1610,35 gram

20

ml

28

Laporan Praktikum Teknologi Bahan Konstruksi 1

Berat Bejana Pirex + Pasir Tinggi Air :

: 500

328,04 gram 762,3 ml gram

Berat Bejana Pirex + Pasir + Air : Warna Standart No. 1 ( seperti warna teh )

7.1 Pembahasan Percobaan ini berguna untuk mengetahui banyak sedikitnya kandungan bahan organic yang terdapat dalam agregat halus. Karena agregat yang akan digunakan untuk beton yang bermutu harus bebas dari lanau, lempung dan bahan bahan organic lainnya yang akan mengurangi kekuatan beton tersebut. Komponen komponen yang merugikan agregat adalah bahan bahan yang menganggu berlangsungnya pengikatan serta berat isi beton yang menyebabkan terkelupas dan lunturnya warna beton, serta mempengaruhi ketahanan terhadap serangan karat. Penentuan kadar bahan organik ini dilakukan dengan cara membandingkan dengan standar warna (organic plate). Namun pada percobaan ini penentuan warna standar hanya berdasarkan visualisasi warna saja dikarenakan karena tidak tersedianya standar warna (organic plate ). Dengan menggunakan cara ini terdapat banyak kelemahan karena pembedaan dilakukan dengan warna yang menonjol (tampak) saja, yaitu : Warna standar No. 1 : Kopi ( banyak mengandung kadar organik) Dilapangan saat pengecoran harus dicuci dulu Warna standar No. 2 : Teh (memiliki sedikit warna kadar organik) Saat pengecoran boleh dicuci, boleh tidak tapi disarankan lebih bagus dicuci. Warna standar No. 3 : Bening (tidak mengandung bahan organik) Pada saat pengecoran tidak perlu dicuci

7.1 Kesimpulan Pada percobaan ini kadar organik yang terkandung dalam agregat halus termasuk klasifikasi No. 1 (berwarna bening) yang berarti bahwa dalam agregat

29

Laporan Praktikum Teknologi Bahan Konstruksi 1

halus ini tidak mengandung bahan organik ,bisa langsung digunakan pada saat pengecoran tanpa dicuci.

BAB VIII PEMERIKSAAN KADAR AIR AGREGAT HALUS DAN KASAR

30

Laporan Praktikum Teknologi Bahan Konstruksi 1

8.1 Tujuan Percobaan Pemeriksaan ini dimaksudkan untuk menentukan kadar air agregat yaitu perbandingan antara berat air yang dikandung agregat dengan agregat dalam keadaan kering. Percobaan ini digunakan untuk menyesuaikan berat takaran beton apabila terjadi percobaan kadar kelembaban beton. 8.2 Peralatan a. b. c. Timbangan dengan ketelitian 0,1 % dari berat contoh. Oven, yang dilengkapi dengan pengatur suhu untuk memanasi sampai (110 5C). Talam logam tahan karat berkapasitas cukup besar untuk mengeringkan benda uji. 8.1 Bahan a. b. c. Agregat halus / pasir = Agregat kasar / kerikil= Air bersih 1000 gram 8000 gram

8.4 Prosedur Percobaan 1. Timbang dan catat berat talam (W1). 2. Masukkan benda uji ke dalam talam kemudian timbang dan catat beratnya (W2). 3. Hitung berat benda uji (W3 = W2 W1). 4. Keringkan benda uji beserta talam dalam oven dengan suhu (110 5C) sampai beratnya tetap. Kemudian di timbang (W4) 5. Hitung berat benda uji kering (W5 = W4 W1). 8.5 Data dan Perhitungan Benda Uji : Kerikil 8000 gram Kelompok : I Berat talam W1 Berat talam + benda uji Berat benda uji W2 W3 = W2 - W1 Sumber Benda Uji :Awang Bangkal Tgl. Percobaan : 12.10.2010 = 240 gram = = 8240 8000 gram gram31

Laporan Praktikum Teknologi Bahan Konstruksi 1

Berat benda uji kering + talam Berat benda uji kering KADAR AIR Benda Uji : Pasir 1000 gram Kelompok : I Berat talam Berat talam + benda uji Berat benda uji Berat benda uji kering + talam Berat benda uji kering KADAR AIR

W4 W5 = W4 - W1

= = =

8239.92

gram

7999,92 gram 0,0001 %

W1 W2

Sumber Benda Uji : Awang Bangkal Tgl. Percobaan : 12.10.2010 = 97,34 gram = = = = = 1097,34 1000 1048,75 951,41 gram gram gram gram 5,1 %

W3 = W2 - W1 W4 W5 = W4 - W1

KadarAirAgregat =

W 3 W 5 100% W5

W3 = Berat benda uji (gram) W5 = Berat benda uji kering (gram) Contoh perhitungan: Diketahui : W3 = 8000 gram W5 = 7999,92 gram KadarAirAgregat = 8000 7999,92 100% 7999,92

= 0,001 %

8.6 Pembahasan Kadar air sangat penting untuk diketahui, terutama dalam menentukan volume air yang akan digunakan dalam pencampuran beton, sehingga perbandingan isi untuk air yang akan digunakan dalam campuran mendapat pengurangan sebesar kandungan pada agregat. Selain itu juga dipergunakan sebagai takaran beton apabila terjadi perubahan kadar kelembaban beton.

32

Laporan Praktikum Teknologi Bahan Konstruksi 1

8.7 Kesimpulan Dari percobaan diatas, maka didapat prosentase kadar air yang terkandung dalam agregat kasar/kerikil sebesar 0,001 % dan dalam agregat halus/pasir sebesar 5,1 % .

BAB IX ANALISA SPECIFIC GRAVITY DAN ABSORPTION AGREGAT KASAR ( ASTM C 127 88 ) 1. Tujuan Percobaan

Menentukan Bulk dan Apparent Specific Gravities dan Absorption dari agregat kasar menurut ASTM C 127 guna menentukan volume agregat dalam beton.33

Laporan Praktikum Teknologi Bahan Konstruksi 1

2. a. b. c. d. e. 1.

Peralatan

Timbangan dengan ketelitan 0,5 gram dengan kapasitas minimum 5 kg. Keranjang besi dengan diameter 8 dan tinggi 2,5 . Alat penggantung keranjang. Oven. Handuk. Bahan

Agregat tertahan saringan No. 4 ke atas (karena agregat yang lolos saringan no. 4 tidak termasuk dalam agregat kasar ), sebanyak kira-kira 8 kg, dalam keadaan SSD (Saturated Surface Dry / Kering Permukaan ). Air bersih 1. Prosedur Percobaan

1. Benda uji direndam selama 24 jam. 2. Benda uji digulung dengan handuk, sehingga air permukaannya habis, tetapi harus masih lembab (kondisi SSD), timbang benda uji. 3. Benda uji dimasukkan ke dalam keranjang dan direndam kembali dalam air. Temperatur air 73,4 3F dan ditimbang. Sebelum ditimbang container diisi benda uji, digoyang-goyang dalam air untuk melepaskan udara yang terperangkap. 4. Benda uji dikeringkan pada temperatur 212 - 130F, didinginkan dan ditimbang.

34

Laporan Praktikum Teknologi Bahan Konstruksi 1

Gambar 8. 1. Keranjang Besi

Gambar 8. 2. Keranjang + Alat Penggantung

1.

Data dan Perhitungan Analisa Specific Gravity Absorption Agregat Kasar

Contoh / benda uji

= Kerikil

35

Laporan Praktikum Teknologi Bahan Konstruksi 1

Sumber benda uji Berat keranjang dalam air ( W1 ) Berat keranjang di udara Berat keranjang + SSD dalam air (W2 ) A. Berat contoh SSD di udaraB. Berat contoh SSD dalam air (W2 - W1 )

= Awang Bangkal = 425,5 = 457,84 = 5385 = 8000 = 4959,5 = 7915C CB

gram gram gram gram gram gram

C. Berat contoh kering di udara Apparent Specific

= 2,68

Bulk Specific Gravity on Dry BasicC A B

= 2,60

Bulk Specific Gravity SSD BasicA A B

= 2,63

Prosentase Water AbsorbtionAC 100% C

= 1,07 % 433

1.

Pembahasan

Maksud dari analisa spesipic gravity dan absorption dari agregat kasar ini adalah untuk mengetahui volume agregat kasar dalam adukan beton, serta sebagai koreksi berat dalam mendesain disebabkan adanya absorption air dari agregat kasar dalam kondisi kering.36

Laporan Praktikum Teknologi Bahan Konstruksi 1

Kesemuanya ini sangat berguna agar air dalam pengadukan beton tidak akan terjadi, karena kemampuan absorpsi dapat mengakibatkan air diserap oleh agregat pada waktu pengecoran, jika hal ini terjadi dapat membahayakan kekuatan beton. 2. Kesimpulan

Dari hasil perhitungan diatas, didapat data untuk Agregat kasar yaitu :

Apparent spesipic= 2,68 Bulk Spesipic Gravity On Dry Basic = 2,60 Bulk Spesipic Gravity SSD Basic = 2,63 Prosentasi Water Absorption = 1,07

Dari data percobaan yang telah di dapat tersebut, maka kita akan dapat pula menentukan volume air yang akan kita gunakan dalam pencampuran beton sehingga perbandingan isi yang akan digunakan mendapat penambahan koreksi yaitu sebesar 1,07 % dari yang telah direncanakan agar perbandingan isi tersebut tidak mengalami pengurangan akibat absorpsi agregat kasar ini. Dengan sesuainya perbandingan isi ini setelah dilakukan koreksi terhadap volume air, maka kita akan dapat menentukan volume agregat kasar beton. yang diperlukan untuk pencampuran

BAB X ANALISA SPECIFIC GRAVITY DAN ABSORPTION AGREGAT HALUS ( ASTM C 136 92 ) 1. Tujuan Percobaan

37

Laporan Praktikum Teknologi Bahan Konstruksi 1

Menentukan bulk dan apparent specific-gravity dan absorpsi dari agregat halus menurut ASTM C - 128 guna menentukan volume agregat halus dalam beton. 2. Peralatana.

Timbangan dengan ketelitian 0,1 gram kapasitas minimum 1 kg. Picnometer dengan kapasitas 500 gram. Cetakan kerucut pasir. Tongkat pemadat dari logam untuk cetakan kerucut pasir. Kertas koran. Ember plastik.

b. c. d.e.

f.

1. Bahan 500 gram agregat halus yang didapat dari alat pemisah atau cara perempat. 2. Prosedur Percobaan a. Ambil agregat halus kira-kira 100 gram kemudian rendam dalam air pada ember plastik selama 24 jam.b. Agregat halus yang telah direndam dikeringkan dengan cara meremas-remas

dengan koran sampai agregat halus yang penuh air tersebut dalam keadaan kering merata. Maksud kering merata adalah agregat tersebut dapat tercurah (Free Following Condition).c. Sebagian benda uji dimasukkan pada metal sand cone mold. Benda uji

dipadatkan dengan tongkat pemadat sampai delapan kali tumpukan, kondisi SSD diperoleh jika cetakan diangkat dan agregat halus disentuh dengan tangan akan runtuh atau longsor.d. Agregat halus 500 gram dimasukkan dalam picnometer dan diisikan air

sampai 90 % kapasitas, gelembung-gelembung udara dibebaskan dengan menggoyang-goyang picnometer. Rendam picnometer dengan temperatur 73,4 30F selama kurang lebih 1 hari.e. Pisahkan benda uji dari picnometer dan keringkan pada temperatur 212

230F. Pekerjaan harus selesai dalam 1 hari.f. Tentukan berat uji picnometer berisi air sesuai dengan kapasitas kalibrasi

pada temperatur 73,4 30F, dengan ketelitian 0,1 gram.

38

Laporan Praktikum Teknologi Bahan Konstruksi 1

1. Data dan Perhitungan Analisa Specific Gravity Absorbtion Agregat Halus Contoh / benda uji Sumber benda uji A. Berat Flask B. Berat SSD C. Berat Flask + Air D. Berat Flask + Air + SSD E. Berat kering Apparent SpecificE E +C D

= Pasir = Awang Bangkal = 73,35 = 500 = 576,75 = 887,32 = 490,85 gram gram gram gram gram

= 2,8

Bulk Specific Gravity on Dry BasicE B+C D

= 2,66

Bulk Specific Gravity SSDB B+C D

= 2,64

= 1,84 433

Prosentase Water AbsorbtionBE 100% E

1. Pembahasan Maksud dari analisa specific gravity dan absorption dari agregat halus ini adalah untuk mengetahui volume agregat halus dalam adukan beton, serta sebagai koreksi berat dalam mendesain disebabkan adanya absorption air dari agregat halus dalam kondisi kering.

39

Laporan Praktikum Teknologi Bahan Konstruksi 1

Kesemuanya ini sangat berguna agar kekurangan air dalam pengadukan beton tidak akan terjadi, karena kemampuan absorpsi dapat mengakibatkan air diserap oleh agregat pada waktu pengecoran, jika hal ini terjadi dapat membahayakan kekuatan beton.

2. Kesimpulan Dari hasil perhitungan di atas, di dapat data untuk Agregat Halus, yaitu :

Apparent Specific

= 2,8 = 2,66 = 2,64

Bulk Specific Gravity on dry Basic Bulk Specific Gravity SSD Basic Prosentasi Water Absorption = 1,86

Dari data percobaan yang telah didapat tersebut, maka kita dapat pula menentukan volume air yang akan kita gunakan dalam pencampuran beton sehingga perbandingan isi yang akan kita gunakan mendapat penambahan koreksi yaitu sebesar 2,54 % dari yang telah direncanakan agar perbandingan isi tersebut tidak mengalami pengurangan akibat absorpsi agregat halus ini. Dengan sesuainya perbandingan isi ini setelah dilakukan koreksi terhadap volume air, maka kita dapat menentukan volume agregat halus yang diperlukan untuk pencampuran beton.

BAB XI PEMERIKSAAN ABRASI ( ASTM C 131 03 )

11.1

Tujuan Percobaan

40

Laporan Praktikum Teknologi Bahan Konstruksi 1

Maksud pemeriksaan ini adalah untuk menentukan ketahanan agregat kasar dari keausan dengan mempergunakan mesin Los Angeles.

11.2 a. b. c. d. e.

Peralatan Mesin Los Angeles. Timbangan dengan ketelitian 1 gram. Bola baja ( 11 butir ) sebagai alat pengeser dari agregat dengan berat masing-masing bola baja 388,07 gram jadi berat 11 butir 4268,77 gram. Oven yang dilengkapi dengan pengatur suhu. Ayakan No. 12 11.1 Bahan

Agregat yang tertahan pada ayakan no.12. 11.2 Prosedur Percobaan

a. Contoh agregat yang menjadi benda uji di cuci bersih, kemudian di oven. b. Masukkan benda uji ke dalam Mesin Los Angeles, kemudian masukkan pula bola-bola baja sebanyak 11 biji. c. Putar mesin selama 15 menit. d. Keluarkan benda uji setelah jumlah putaran dipenuhi, lalu diayak dengan saringan No. 12. e. Agregat yang tertahan pada saringan lalu dicuci. f. Agregat kemudian dikeringkan di dalam oven. g. Timbang benda uji kering.

11.1

Data Hasil Percobaan : 5000 : 3331 : 11 : 4268,77 gram gram buah gram

1. A (Berat benda uji semula) 2. B (Berat benda uji tertahan saringan No. 12) 3. Jumlah bola baja 4. Berat bola baja

41

Laporan Praktikum Teknologi Bahan Konstruksi 1

5. Jumlah putaran

:

kali

Tabel susunan butir contoh yang diuji Ukuran lubang ayakan (mm) Tertinggal 63 50 37.5 25 19 12.5 9.5 6.3 4.8 2.4 Jumlah Menembus 75 63 50 37.5 25 19 12.5 9.5 6.3 4.8 Berat contoh yang di uji (gram) 0 0 0 0 0 0 2500 2500 0 0 5000

11.2

Perhitungan A-B x100% A A = Berat benda uji semula B = Berat benda uji tertahan saringan No. 12

Keausan= Dimana :

Dari hasil percobaan diketahui : A (Berat benda uji semula) = 5000 gram42

Laporan Praktikum Teknologi Bahan Konstruksi 1

B (Berat benda uji tertahan saringan No. 12 Maka :Keausan = 5000 3331 x100 % 5000

= 3331 gram

= 33,38 %

11.3

Pembahasan

Agregat kasar untuk beton harus tahan terhadap daya tahan geser di mana pada pengujian kali ini memakai mesin Los Angeles. Pengujian dimaksudkan untuk menentukan ketahanan terhadap agregat kasar dari keausan di mana agregat yang baik harus memenuhi standar yang ditetapkan d < 40 % (PBI). 11.4 Kesimpulan

Dari percobaan di yang dilakukan dengan menggunakan mesin Los Angeles, didapat nilai keausan agregat (d) = 33,38 % < 40 % yang disyaratkan (PBI hal 24, point 25), maka agregat kasar tersebut tahan terhadap daya tahan geser.

43

Laporan Praktikum Teknologi Bahan Konstruksi 1

Gambar 11.1 Mesin Los Angeles

44