Laporan Field Lab Kel.2

44
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Menurut KMK No. 39 tahun 2007 klinik dokter gigi keluarga adalah unit pelayanan kesehatan gigi yang menyelenggarakan pelayanan dokter gigi keluarga. Dalam melaksanakan tugasnya dokter gigi memerlukan peralatan, ketrampilan dan ilmu pengetahuan. Setiap perawatan memerlukan obat atau material sehingga perlu dipahami bahwa material juga mempunyai peran dalam menentukan keberhasilan suatu tindakan medis. Seiring dengan kemajuan jaman, ilmu pengetahuan dan teknologi yang selalu berkembang memberi dampak dalam dunia praktek dokter gigi. Dokter gigi semakin dituntut untuk memberikan pelayanan pada pasiennya secara holistik (menyeluruh) meliputi fisik dan psikis,1 hal ini menuntut diupayakannya berbagai macam fasilitas untuk memenuhi keinginan tersebut, salah satunya yaitu dengan tersedianya fasilitas musik bagi pasien dalam praktek dokter gigi (Varley, 1997). Hal yang dapat menyebabkan timbulnya kecemasan atau rasa takut anak terhadap perawatan gigi adalah sebagai berikut ini (Soeparmin et al., 2004). Pengalaman negatif selama kunjungan ke dokter gigi sebelumnya, kesan negatif dari perawatan gigi yang di dapatkan dari pengalaman keluarga atau temannya, perasaan yang asing selama perawatan gigi misalnya penggunaan sarung tangan latex, masker dan pelindung mata oleh dokter gigi, merasa diejek atau disalahkan oleh karena keadaan kesehatan rongga mulut yang tidak baik, bunyi dari alat kedokteran gigi yang sangat memilukan, misalnya bunyi bur, ultra skeler.

description

laporan fied lab

Transcript of Laporan Field Lab Kel.2

Page 1: Laporan Field Lab Kel.2

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Menurut KMK No. 39 tahun 2007 klinik dokter gigi keluarga adalah unit pelayanan

kesehatan gigi yang menyelenggarakan pelayanan dokter gigi keluarga. Dalam melaksanakan

tugasnya dokter gigi memerlukan peralatan, ketrampilan dan ilmu pengetahuan. Setiap perawatan

memerlukan obat atau material sehingga perlu dipahami bahwa material juga mempunyai peran dalam

menentukan keberhasilan suatu tindakan medis.

Seiring dengan kemajuan jaman, ilmu pengetahuan dan teknologi yang selalu berkembang

memberi dampak dalam dunia praktek dokter gigi. Dokter gigi semakin dituntut untuk memberikan

pelayanan pada pasiennya secara holistik (menyeluruh) meliputi fisik dan psikis,1 hal ini menuntut

diupayakannya berbagai macam fasilitas untuk memenuhi keinginan tersebut, salah satunya yaitu

dengan tersedianya fasilitas musik bagi pasien dalam praktek dokter gigi (Varley, 1997).

Hal yang dapat menyebabkan timbulnya kecemasan atau rasa takut anak terhadap perawatan

gigi adalah sebagai berikut ini (Soeparmin et al., 2004). Pengalaman negatif selama kunjungan ke

dokter gigi sebelumnya, kesan negatif dari perawatan gigi yang di dapatkan dari pengalaman

keluarga atau temannya, perasaan yang asing selama perawatan gigi misalnya penggunaan sarung

tangan latex, masker dan pelindung mata oleh dokter gigi, merasa diejek atau disalahkan oleh karena

keadaan kesehatan rongga mulut yang tidak baik, bunyi dari alat kedokteran gigi yang sangat

memilukan, misalnya bunyi bur, ultra skeler.

Soeparmin et al. (2009) menyatakan bahwa musik dapat merangsang pengeluaran gamma

amino butyric acid (GABA), enkephalin, dan beta endorphin sehingga memberikan efek analgesia,

menenangkan, dan menyenangkan. Musik yang sarankan adalah musik klasik karena memberikan

efek relaksasi yang optimal. Musik merupakan cara termudah untuk mengalihkan perhatian anak

khususnya anak usia 8-10 tahun sehingga dapat mengurangi kecemasan, dan diharapkan anak dapat

bersikap kooperatif selama perawatan gigi.

Pertiwi et al. (2008) memberikan pendapat bahwa banyak dokter gigi tidak memberikan

perhatian khusus terhadap dekorasi ruang perawatan pasien dan perlengkapan bermain yang

memenuhi kebutuhan pasien anak padahal banyak pasien anak berkunjung ke tempat praktiknya.

Kecemasan pasien anak terhadap perawatan gigi sering kali timbul karena anak merasa takut berada

di ruang praktik dokter gigi. Ruangan praktik dokter gigi sebaiknya dibuat senyaman mungkin

sehingga anak merasa seperti di rumahnya sendiri.

Ruang tunggu merupakan faktor utama untuk timbulnya rasa cemas. Pemandangan di sekitar

ruang praktik yang dilihat oleh pasien sangat penting. Pamflet dan poster di dalam ruang tunggu dapat

memberikan efek negatif pada pasien karena gambar monster yang aneh digunakan dalam pamflet

Page 2: Laporan Field Lab Kel.2

atau poster. Susunan alat-alat, alat bor, dan instrumen lain yang dapat menakuti pasien harus

dijauhkan dari pandangan pasien. Suara juga dapat menimbulkan rasa takut pasien. Ruang praktik

diusahakan tidak terlalu dekat dengan ruang tunggu (Ellis, 2007).

Finn (2003) menyatatakan bahwa pada saat anak memasuki ruang perawatan gigi dengan

sejumlah perasaan takut, hal yang pertama harus dilakukan oleh dokter gigi adalah menempatkan

anak senyaman mungkin dan mengarahkannya bahwa pengalamannya ini bukanlah hal yang tidak

biasa. Jika tempat praktik tidak terbatas hanya untuk pasien anak-anak, salah satu metode yang efektif

di antaranya adalah dengan pembuatan ruang tunggu yang dibuat sedemikian rupa sehingga anak

merasa berada di lingkungan rumahnya sendiri. Membuat ruang penerimaan yang nyaman dan hangat

sehingga anak merasa tidak asing ketika memasukinya, oleh karena itu dekorasi ruangan sangat

memegang peranan penting dan

erat kaitannya dengan kondisi psikologis mereka.

Soeparmin et al. (2009) memberikan pendapat bahwa memperlakukan pasien anak sehingga

nyaman dalam perawatan gigi adalah hal penting yang harus dipertimbangkan oleh seorang dokter

gigi. Selain keterampilan dalam merawat gigi dan kemampuan menangani keadaan psikologis anak,

tata ruang perawatan gigi juga dapat memberikan efek yang positif bagi anak.

Berbagai peralatan kedokteran gigi yang dijual di pasaran pada saat ini, hampir semuanya

telah memperhatikan aspek ergonomis ketika didesain oleh pabrik pembuatnya. Namun kelebihan ini

akan berkurang nilainya apabila pada saat penempatan peralatan tidak berdasarkan prinsip desain tata

letak yang benar. Dalam makalah ini akan dibahas desain tata letak penempatan alat kedokteran gigi,

namun terbatas pada alat-alat utama saja yaitu Dental Unit, Mobile Cabinet, dan Dental Cabinet.

Desain tata letak (lay out design) adalah proses alokasi ruangan, penataan ruangan dan

peralatan sedemikian rupa sehingga pergerakan berlangsung seminimal mungkin, seluruh luasan

ruangan termanfaatkan, dan menciptakan rasa nyaman kepada operator yang bekerja serta pasien yang

menerima pelayanan. Desain tata letak memegang peranan penting dalam efektifitas dan efisiensi

operasi tempat praktek dokter gigi, oleh karena itu perlu direncanakan secara matang sebelum tempat

praktek dibangun dan tidak tertutup kemungkinan untuk direvisi dikemudian hari bila dinilai sudah

tidak layak lagi.

Desain tata letak berbeda dengan gambar arsitek, desain tata letak hanya berupa sketsa yang

mengambarkan penataan ruangan, dibuat berdasarkan perhitungan pergerakan informasi, bahan, dan

manusia. Selain itu juga dengan memperhatikan pertimbangan ergonomis,  medis dan kepatutan.

Secara garis besar ada 2 macam desain tata letak yaitu yang dibuat dengan memperhatikan proses dan

yang dibuat dengan memperhatikan produk, pada tempat praktek dokter gigi yang digunakan adalah

desain tata letak dengan memperhatikan proses efektifitas dan efisiensi desain tata letak dihitung dari

jumlah jarak pergerakan yang

terjadi, dengan asumsi setiap pergerakan yang terjadi menimbulkan biaya. Menimimalisasi

pergerakan adalah tujuan dari desain tata letak.

Page 3: Laporan Field Lab Kel.2

B. Tujuan

Tujuan dari kegiatan field lab adalah sebagai berikut ini.

1. Mahasiswa dapat memahami dan mendiskusikan mengenai peralatan dan bahan dalam

praktek kedokteran gigi.

2. Mahasiwa dapat memperlajari cara penggunaan alat dan bahan di klinik gigi

3. Mahasiswa dapat mengetahui klinik gigi yang ideal.

BAB II

TEORI

Sejarah material kedokteran gigi

Kejadian - kejadian penting dalam sejarah kedokteran gigi adalah sebagai berikut :

- 600 SM Pada orang Etruscan (nenek moyang orang Romawi) ditemukan memakai jembatan

gigi emas

- 1480 Sumber otentik pertama tentang tumpatan gigi dan emas oleh Johannes Arculanus,

Universitas Bologna.

- 1500 Gigi tiruan dan gading yang diukir dan model malam.

- 1728 Fauchard mengusulkan penggunaan porselin sebagai pengganti gading untuk gigi tiruan.

- 1744 Duchateau pertama kali membuat catatan gigi tiruan porselin.

- 1800 drg James Gardette dan Philadelphia membuat satu set gigi tiruan dan gading.

- 1826 Taveau dan Paris menyerankan penggunaan perak dan air raksa untuk membuat pasta

sebagai tumpatan gigi.

- 1839 Jurnal dental yang pertama diterbitkan bernama : American Journal of Dental Science.

- 1840 Perang amalgam, penggunaan amalgam perak dilarang.

- 1844 drg. Horace Wells menemukan obat pati rasa nitrous oksida yang lebih dikenal dengan

gas ketawa digunakan untuk pencabutan gigi.

- 1850 Charles Goodyear menemukan vulkanit-sulfur encer untuk memperkeras karet.

- 1879 Semen pertama yang setting dalam mulut, diperkenalkan, yaitu zink fosfat semen.

- 1880 Semen silikat berkembang.

- 1895 G.V. Black menerbitkan studi tentang sifat material amalgam secara detail.

- 1907 W.H. Taggart dan Chicago menemukan metode praktis tentang inlai coran emas

- 1950 Pengenalan resin akrilik untuk tumpatan dan gigi tiruan.

- 1955 Buanacore menemukan teknik etsa asam untuk mengikat email.

- 1970 Resin komposit mulai mengganti semen silikat.

- 1976 Semen ionomer kaca diketemukan oleh A. Wilson.

Page 4: Laporan Field Lab Kel.2

- 1978 Resin komposit dengan aktivasi sinar muncul dipasaran.

- 1985 Perkembangan agen pengikat dentin.

Biomaterial secara umum adalah suatu material tak hidup yang digunakan sebagai perangkat

medis dan mampu berinteraksi dengan system biologis. Adanya interaksi ini mengharuskan setiap

biomaterial memiliki sifat biokompatibilitas, yaitu kemampuan suatu material untuk bekerja selaras

dengan tubuh tanpa menimbulkan efek lain yang berbahaya. Bidang biomaterial didesain untuk

memberikan pemahaman dan pengajaran di bidang fisika, kimia dan biologi dari material, dan juga

dengan berbagai bidang dari teknik secara umum seperti matematika, kemasyarakatan, dan ilmu

sosial. Sebagai tambahan, mahasiswa yang berurusan dengan bidang ini harus mencapai pemahaman

yang mendalam dan berusaha untuk memperoleh pengalaman pada penelitian biomaterial. Ketika

pemahaman mahasiswa mengenai prinsip dasar dari ilmu material teraplikasikan, pemahaman penuh

dari biomaterial dan aplikasinya dengan lingkungan biologis juga membutuhkan derajat yang lebih

tinggi dari spesialisasi ilmu yang ada.

Hal pertama dan yang terpenting adalah biomaterial tersebut tidak memperlihatkan respon

yang merugikan dari tubuh, atau kebalikannya, harus tidak beracun dan non-carcinogenic.

Persyaratan ini mengeliminasi banyak material teknik yang dapat digunakan. Selain itu, biomaterial

harus memiliki sifat fisik dan mekanik yang memadai untuk berfungsi sebagai pengganti atau

pengganda dari jaringan tubuh. Untuk penggunaan secara praktis, biomaterial tersebut harus dapat

dengan mudah dibentuk atau dilakukan proses pemesinan kedalam beberapa bentuk, mempunyai

harga yang relatif murah dan bahan bakunya banyak tersedia di pasaran.

Material yang ideal atau kombinasi material tersebut harus menunjukkan sifat-sifat seperti

berikut :

- Komposisi kimia yang cocok untuk menghindari reaksi merugikan yang terjadi pada jaringan

tubuh.

- Ketahanan yang baik terhadap degradasi (contoh : ketahanan korosi untuk logam atau

ketahanan dari degradasi biologis pada polimer).

- Ketahanan yang baik untuk mempertahankan siklus daya tahan pembebanan

dengan tulang sendi.

- Modulus yang rendah untuk meminimalisasi bone resorption.

- Ketahanan pemakaian yang tinggi untuk meminimalisasi wear-debris Generation

Jenis-jenis Biomaterial Kedokteran Gigi

Biomaterial terbagi menjadi 2 berdasarkan bahannya, yaitu  biomaterial sintetik dan biomaterial alam

(non sintetik).

1. Biomaterial sintetik

Page 5: Laporan Field Lab Kel.2

Biomaterial sintetik merupakan material umum yang lazim digunakan oleh para insinyur dan

ahli material. Material ini dibagi menjadi beberapa kategori, yaitu :

a. Logam

Logam merupakan material yang padat dan keras, sangat banyak digunakan untuk

implantasi load-bearing.

Menurut Cahyanto tahun 2009 Logam terbagi menjadi beberapa kelompok, yaitu:

- Alkal : Lithium (Li), Natrium (Na), Potassium (K), Rubidium (Rb), Cesium (Cs), Francium

(Fr).

- Logam Alkali Tanah : Beryllium (Be), Magnesium (Mg), Calcium (Ca), Strontium (Sr),

Barium (Ba), Radium (Ra).

- Logam Transisi : Lantanida dan Aktinida.

- Logam Lainnya : Aluminium (Al), Gallium (Ga), Indium (In), Thallium (Tl), Ununtrium

(Uut), Tin (Sn), Lead (Pb), Ununquadium (Uuq), Bismuth (Bi), Ununpentium (Uup),

Ununhexium (Uuh).

b. Polimer

Berbagai jenis polimer banyak digunakan untuk obat – obatan sebagai biomaterial.

Aplikasinya mulai dari wajah/ muka buatan sampai pada pipa tenggorokan, dari ginjal

dan bagian hati sampai  pada komponen  –  komponen dari jantung, serta material untuk

gigi buatan sampai pada material untuk pangkal paha dan tulang sendi lutut. Material

polimer untuk biomaterial juga digunakan untuk bahan  perekat medis dan penutup, serta

pelapis yang digunakan untuk  berbagai tujuan contohnya adalah resin (Cahyanto, 2009).

Resin sebagai basis gigi tiruan, resin akrilik dan nilon menunjukkan beberapa kelebihan

antara lain :

- Warna harmonis dengan jaringan sekitarnya sehingga memenuhi faktor estetik.

- Dapat dilapis dan dicekatkan kembali

- Relative lebih ringgan

- Teknik pembuatan dan pemolesanya mudah

- Biaya murah

Disamping keuntungan tersebut resin juga memiliki beberapa kekurangan diantaranya:

- Penghantar suhu yang buruk

- Dimensi tidak stabil baik pada waktu pembuatan, pemakaian dan reparasi

- Mudah terjadi abrasi pada saat pembersihan atau pemakaian

- Walaupun dalam derajat kecil, resin menyerap cairan mulut sehingga mempengaruhi stabilitas

warna. Kombinasi logam dengan resin Basis kombinasi logam resin ini berupa rangka dari

Page 6: Laporan Field Lab Kel.2

logam, dilapisi resin untuk tempat perlekatan elemen tiruan dan bagian yang  berkontak

dengan mukosa mulut.

Tujuan menggunakan basis logam resin adalah memanfaatkan keuntungan dari masing-

masing bahan (Gunadi, Dkk., 1993)

c. Keramik

Keranik juga telah banyak digunakan sebagai material pengganti dalam ilmu kedokteran

gigi. Hal ini meliputi material untuk mahkota gigi, tamabalan dan gigi tiruan. Tetapi

kegunaan dalam bidang lain dari pengobatan medis tidak terlihat begitu banyak bila

dibandingkan dengan logan dan polimer. Hal ini dikarenakan ketangguhan retak yang

buruk dari keramik yang akan sangat membatasi penggunanya untuk aplikasi

pembebanan (Cahyanto, 2009).

d. Komposit

Biomaterial komposit yang sangat cocok dan baik digunakan di  bidang kedoteran gigi

adalah sebagai material pengganti atau tambalan gigi. Walaupun masih terdapat material

komposit lain seperti komposit karbon-karbon dan komposit polimer berpenguat karbon

yang dapat digunakan pada perbaikan tulang dan penggantian tualng sendi karena

memiliki nilai modulus elastis yang rendah, tetapi material ini tidak menampakkan

adanya kombinasi dari sifat mekanik dan biologis yang sesuai untuk aplikasinya. Tetapi

juga, material komposit sangat banyak digunakan untuk  prosthetic limbs ( tungkai

buatan), dimana terdapat kombinasi dari densitas/ berat yang rendah dan kekuatan yang

tinggi sehingga membuat material ini sangat cocok (Cahyanto, 2009).

Klasifikasi Bahan Biomaterial Kedokteran Gigi

Secara garis besar material kedokteran gigi dapat diklasifikasikan sesuai dengan penggunaannya yaitu

:

1. Material/bahan Klinik

Material kedokteran gigi klinik adalah material yang digunakan langsung dalam rongga mulut.

Material ini bisa digunakan untuk membuat cetakan jaringan mulut dalam rongga mulut, disebut

bahan cetak, ataupun  bisa digunakan untuk mengganti kehilangan struktur gigi, disebut material

tuang atau pengisi. Material klinik antara lain (Hussain, 2004).

Macam-macam material/bahan klinik, yaitu :

a. Bahan tumpatan (filling material)

Page 7: Laporan Field Lab Kel.2

Bahan tumpatan merupakan bahan untuk menambal atau memperbaiki gigi yang mengalami

karies. Bentuk dari bahan tumpatan, seperti :

1. Amalgam

Merupakan logam campuran perak (Ag) dan timah (Sn) sedikit tembaga (Cu) dan seng

(Zn) sewaktu dicampur dengan merkuri (Hg), aka memadat denga cepat menghasilkan

suatu benda yang keras dan kuat. Bahan tumpat ini sudah lama dikenal dan mempunyai

warna seperti logam. Pengaplikasian amalgam biasanya untuk menambal gigi bagian

posterior, karena amalgam mepunyai tekanan yang kuat namun kurang baik dalam segi

estetika

2. Komposit dan glass ionomer

Merupakan bahan tumpat yang serupa dengan warna gigi. Glass ionomer merupakan semen

yang dibuat bahan tumpat, biasanya sebagai basis dari amalgam. Pengaplikasian bahan ini

digunakan untuk menambal gigi bagian anterior, karena segi estetika dari bahan tersebut

bagus. Namun kurang bagus untuk tumpatan gigi poeterior karena komposit memiliki tekanan

yang kurang dan sangat mudah mengalami keausan

3. Inlay yang terbuat dari logam atau porselen

Merupakan bahan tumpat ini terbuat dari logam (emas atau bukan emas), porselen. Kedua

macam tumpatan ini mempunyai daya tahan kunyah yang  baik sekali dan digunakan untuk

gigi belakang. Cara  pembuatannya lebih rumit, harus dilakukan di luar mulut, kemudian

dicekatkan dengan semen pada gigi yang bersangkutan.

b.  Bahan semen dental (dental cement)

Salah satu bahan semen dental adalah: semen ionomer kaca yang merupakan salah satu bahan

restorasi yang banyak digunakan oleh dokter gigi karena mempunyai beberapa keunggulan,

yaitu  preparasinya dapat minimal, ikatan dengan jaringan gigi secara khemis, melepas fluor

dalam jangka panjang, estetis, biokompatibel, daya larut rendah, translusen, dan bersifat anti

bakteri.

c. Bahan penghalus atau pemoles (Finishing and Pholishing)

- Finishing 

Merupakan suatu proses menghasilkan bentuk akhir dan kontur dari restorasi. Contoh :

membuang permukaa tambalan gigi yang tidak teratur.

- Polishing 

Merupakan lanjutan dari proses  finishing , yakni prosedur yang berfungsi untuk mengurangi

atau menghilangkan goresan-goresan yang ada dari proses sebelumnya (proses  finishing ).

Bahan penghalus dan pemoles yang bisa dikenakan di klinik biasanya  pulmice, merupakan

bahan yang digunakan untuk memoles amalgam.

Page 8: Laporan Field Lab Kel.2

d. Bahan cetak (I m p r e s s i o n M a t e r i a l )

Bahan cetak merupakan bahan untuk mencetak atau merekan (replikasi) bentuk rahang atau

gigi dari pasien. Bahan cetak yang tergolong bahan/material klinik yaitu alginat. Alginat

digunakan untuk merekam bentuk gigi pasien (pasien orho atau prostho) dengan cara

memasukan sediaan alginate ke dalam oral pasien dengan bantuan sendok cetak, dan pasien

diminta untuk menggigitnya, dengan cara itu, alginat akan merekan bentuk gigi pasien.

Alginat merupakan salah satu bahan yang diperbolehkan masuk ke dalam mulut. Algina

berbentuk seperti agar dan di dapat dari alga.

TIM DAN SISTEM KERJA 

Seiring dengan makin kompleksnya pelayanan kedokteran gigi, profesi di bidang ini turut ikut

berkembang. Bila dahulu cukup hanya dokter gigi saja yang memberikan pelayanan, kini di negara-

negara maju seperti Amerika Serikat, pelayanan diberikan oleh sebuah tim yang terdiri dari Dentist,

Dental Hygienist, Dental Assistant, dan Dental Technician. Dentist adalah dokter gigi yang

memberikan pelayanan kedokteran gigi. Dental Hygienist bertugas mengisi Rekam Medis, serta

melakukan tindakan Preventive Dentistry seperti membersihkan karang gigi secara mandiri. Dental

Assistant bertugas sebagai asisten yang membantu dokter gigi mengambil alat, menyiapkan bahan,

mengontrol saliva, membersihkan mulut, serta mengatur cahaya lampu selama suatu prosedur

perawatan sedang dilakukan. Dental Technician berkerja di Laboratorium, membuat protesa dan alat

bantu yang akan dipasang di mulut pasien. Di Indonesia kondisinya sedikit berbeda, hanya dikenal 2

profesi kesehatan gigi diluar dokter gigi yaitu Perawat Gigi dan Tekniker Gigi.

Perawat Gigi bertugas seperti Dental Assistant dan Dental Hygienist, sedangkan Tekniker

Gigi bertugas sama seperti Dental Technician. Pada saat suatu pelayanan kedokteran gigi dilakukan

hanya akan ada 2 orang yang berada disekitar pasien yaitu Dokter Gigi dan Perawat Gigi. Tugas

kedua orang ini berbeda namun saling mendukung, ini kemudian melahirkan istilah Four Handed

Dentistry. Konsep Four Handed Dentistry telah diadopsi oleh para produser pembuatan dental unit,

sehingga saat ini seluruh dental unit yang dibuat selalu dilengkapi dengan sisi Dental Asistant

disebelah kiri pasien. Oleh karena itulah konsep Four Handed Dentistry menjadi dasar dalam desain

tata letak penempatan alat kedokteran gigi.

Dental unit adalah suatu alat yang dipakai oleh dokter gigi untuk membantu pemeriksaan dan

kemudian menentukan terapi apa yang dapat diberikan kepada pasien. Secara umum untuk membantu

perawatan gigi dan mulut ( pengeboran, penambalan, pembersihan, dan pemeriksaan ). Dengan

berkembangnya teknologi yang pesat, design dental unit yang lengkap dan canggih memungkinkan

semua aktivitas klinis pemeriksaan dan tindakan operasi dilaksanakan di satu tempat. Dental unit

dirancang untuk operator dan asisten untuk bekerja pada pasien dalam nyaman dan efisien. Kursinya

pun mendukung seluruh posisi tubuh pasien, baik dalam tegak, posisi telentang atau sub posisi

Page 9: Laporan Field Lab Kel.2

telentang (kepala lebih rendah dari kaki). Hal tersebut juga selain untuk kenyamanan dan keamanan

pasien juga untuk efisiensi tindakan yang akan dilakukan.

Dental unit terdiri dari :

- Dental chair

- Three way syringe

- Saliva Ejector

- Slow and Speed handpiece

- Suction system

- Flushing system

- X-ray viewer

- Manual Cupfilling water

- Halogen Lamp with reflector

- Kontrol kaki (foot controller)

Untuk tambahan optional :

- Ultrasonic scaler

- Dental curing light

- Whitening Teeth Bluelight

- Dental Tool's

- Electric Micromotor Handpiece

3 Way Syringe :

memberikan udara, air, atau kombinasi semprotan udara dan air. Ujung jarum suntik yang dapat

dilepas dan baik sekali pakai yang terbuat dari plastik atau logam yang autoclavable. Kontrol untuk

jarum suntik yang pada pegangan dan harus mudah untuk dioperasikan dengan jempol satu tangan.

Udara, air, dan kombinasi semprotan membantu menjaga rongga mulut bersih dan kering dan

melindungi gigi dari panas yang dihasilkan oleh drill handpiece.

Contra Angle Handpiece :

Handpiece jenis ini digunakan dalam persiapan untuk menghapus sebagian besar enamel,

karang dan plak pada rongga lubang gigi. Kecepatan berkisar dari 380.000 menjadi 400.000 rpm

tergantung pada model. Handpieces kecepatan tinggi dioperasikan oleh tekanan udara.

Slow and Speed Handpiece :

Handpiece jenis ini digunakan untuk menghilangkan karies gigi dan melakukan profilaksis

pada gigi. Kecepatan motor berkisar dari 0 hingga 5.000, atau 80.000 rpm tergantung pada model.

Perawatan dan pengecekan pada dental unit perlu dilakukan minimal 3bulan sekali tergantung

pada frekuensi operational dental unit tersebut. Mulai dari membersihkan dan lubricating handpiece

Page 10: Laporan Field Lab Kel.2

dan check rotary, check vacuum sytem pada sistem pembuangan, periksa kebocoran pada instalasi

dental unit, ataupun masalah kontrol electrical pada dental chair maupun handpiece kontrol.

Dental unit pada umumnya mempunyai 3 sumber tenaga yaitu :

- Sumber tenaga listrik.

- Sumber tenaga udara/angin

- Sumber tenaga air.

Sumber tenaga listrik untuk memberikan satu daya pada semua system elektrik misal : lampu

operasi, switch valve electric, system hidrolik, dan mikromotor. Juga diaplikasikan pada system

dental chair untuk semua garakan ( naik, turun, menyandar, dan duduk ).

Sumber tenaga udara untuk memberikan pada semua sistem yang bekerja berdasarkan tekanan

udara. Udara bertekanan ini berasal dari compressor ( takanan yang dibutuhkan sekitar 2,5 atm sampai

4 atm ). Tekanan maksimal dari compressor dapat mencapai 7 atm. System atau bagian yang bekerja

berdasarkan takanan misal : turbine jet/bor jet, switch valve, spray git, scaller, dan sistem hidrolik

pada kursi atau chair dental.

Sumber tenaga air untuk digunakan pada system pendinginan turbine jet/bor jet, spray git, dan

pembuagan kotoran. Tekanan yang dibutuhkan minimal 1 atm. Walaupun tekanan air yang dihasilkan

juga berasal dari tekanan yang dihasilkan dari compressor. 

Desain Tata Letak Penempatan Alat Kedokteran Gigi 

(Dental Device Layout Design)

SISTEM KERJA

Seiring dengan makin kompleksnya pelayanan kedokteran gigi, profesi di bidang ini turut ikut

berkembang. Bila dahulu cukup hanya dokter gigi saja yang memberikan pelayanan, kini di negara-

negara maju seperti Amerika Serikat, pelayanan diberikan oleh sebuah tim yang terdiri dari Dentist,

Dental Hygienist, Dental Assistant, dan Dental Technician. Dentist adalah dokter gigi yang

memberikan pelayanan kedokteran gigi. Dental Hygienist bertugas mengisi Rekam Medis, serta

melakukan tindakan Preventive Dentistry seperti membersihkan karang gigi secara mandiri. Dental

Assistant bertugas sebagai asisten yang membantu dokter gigi mengambil alat, menyiapkan bahan,

mengontrol saliva, membersihkan mulut, serta mengatur cahaya lampu selama suatu prosedur

perawatan sedang dilakukan. Dental Technician berkerja di Laboratorium, membuat protesa dan alat

bantu yang akan dipasang di mulut pasien. Di Indonesia kondisinya sedikit berbeda, hanya dikenal 2

profesi kesehatan gigi diluar dokter gigi yaitu Perawat Gigi dan Tekniker Gigi. Perawat Gigi bertugas

Page 11: Laporan Field Lab Kel.2

seperti Dental Assistant dan Dental Hygienist, sedangkan Tekniker Gigi bertugas sama seperti Dental

Technician.

Pada saat suatu pelayanan kedokteran gigi dilakukan hanya akan ada 2 orang yang berada

disekitar pasien yaitu Dokter Gigi dan Perawat Gigi. Tugas kedua orang ini berbeda namun saling

mendukung, ini kemudian melahirkan istilah Four Handed Dentistry. Konsep Four Handed Dentistry

telah diadopsi oleh para produser pembuatan dental unit, sehingga saat ini seluruh dental unit yang

dibuat selalu dilengkapi dengan sisi Dental Asistant disebelah kiri pasien. Oleh karena itulah konsep

Four Handed Dentistry menjadi dasar dalam desain tata letak penempatan alat kedokteran gigi.

JALUR KERJA DAN PERGERAKAN

Dalam konsep Four Handed Dentistry dikenal konsep pembagian zona kerja disekitar Dental

Unit yang disebut Clock Concept. Bila kepala pasien dijadikan pusat dan jam 12 terletak tepat di

belakang kepala pasien, maka arah jam 11 sampai jam 2 disebut Static Zone, arah jam 2 sampai jam 4

disebut Assisten’s Zone, arah jam 4 sampai jam 8 disebut Transfer Zone, kemudian dari arah jam 8

sampai jam 11 disebut Operator’s Zone sebagai tempat pergerakan Dokter Gigi Clock Concep

(Nusanti, 2000). Static Zone adalah daerah tanpa pergerakan Dokter Gigi Maupun Perawat Gigi serta

tidak terlihat oleh pasien, zona ini untuk menempatkan Meja Instrumen Bergerak (Mobile Cabinet)

yang berisi Instrumen Tangan serta peralatan yang dapat membuat takut pasien. Assistant’s Zone

Page 12: Laporan Field Lab Kel.2

adalah zona tempat pergerakan Perawat Gigi, pada Dental Unit di sisi ini dilengkapi dengan

Semprotan Air/Angin dan Penghisap Ludah, serta Light Cure Unit pada Dental Unit yang lengkap.

Transfer Zone adalah daerah tempat alat dan bahan dipertukarkan antara tangan dokter gigi

dan tangan Perawat Gigi. Sedangkan Operator’s Zone sebagai tempat pergerakan Dokter Gigi Selain

pergerakan yang terjadi di seputar Dental Unit, pergerakan lain yang perlu diperhatikan ketika

membuat desain tata letak alat adalah pergerakan Dokter Gigi, Pasien, dan Perawat Gigi di dalam

ruangan maupun antar ruangan. Jarak antar peralatan serta dengan dinding bangunan perlu

diperhitungkan untuk memberi ruang bagi pergerakan Dokter Gigi, Perawat Gigi, dan Pasien ketika

masuk atau keluar Ruang Perawatan, mengambil sesuatu dari Dental Cabinet, serta pergerakan untuk

keperluan sterilisasi. Pergerakan dalam Ruang Pemeriksaan (Kilpatrick, 1974).

TATA LETAK PENEMPATAN ALAT

Prinsip utama dalam desain tata letak penempatan alat kedokteran gigi adalah prinsip

ergonomis, yaitu menyerasikan atau menyeimbangkan antara segala fasilitas yang digunakan baik

dalam beraktivitas maupun istirahat dengan kemampuan dan keterbatasan manusia, baik fisik maupun

mental sehingga kualitas hidup secara keseluruhan menjadi lebih baik letak hanyalah salah satu faktor

dalam ergonomis, banyak faktor lain yang merupakan unsur  ergonomis seperti desain warna,

pencahaaan, suhu, kebisingan, dan kualitas udara ruangan, serta desain peralatan yang digunakan.

Ruang Periksa adalah ruang utama dalam praktek dokter gigi, tata letak peralatan dalam ruangan ini

berorientasi memberi kemudahan dan kenyamanan bagi Dokter Gigi, Perawat Gigi, berserta

Pasiennya ketika proses perawatan dilakukan. Ukuran minimal Ruang

Page 13: Laporan Field Lab Kel.2

Perawatan untuk satu Dental Unit adalah 2,5 X 3,5 Meter, dalam ruangan ini dapat dimasukan satu

buah Dental Unit, Mobile Cabinet, serta dua buah Dental Stool. Unsur penunjang lain dapat turut

dimasukan seperti audio-video atau televisi untuk hiburan pasien yang sedang dirawat.

Perhatian pertama dalam mendesain penempatan peralatan adalah terhadap Dental Unit. Alat

ini bukan kursi statis tetapi dapat direbahkan dan dinaik-turunkan. Pada saat posisi rebah panjang

Dental Unit adalah sekitar 1,8-2 Meter. Di belakang Dental Unit diperlukan ruang sebesar 1 Meter

untuk Operator’s Zone dan Static Zone, oleh karena itu jarak ideal antara ujung bawah Dental Unit

dengan dinding belakang atau Dental Cabinet yang diletakkan di belakang adalah 3 Meter; sementara

jarak antara ujung bawah Dental Unit dengan dinding depan minimal 0,5 Meter. Dental Unit

umumnya memiliki lebar 0,9 Meter, bila Tray dalam kondisi terbuka keluar maka lebar keseluruhan

umumnya 1,5 Cm. Jarak dari tiap sisi minimal 0,8 Meter untuk pergerakan di Operator’s Zone dan

Asistant’s Zone. Mobile Cabinet sebagai tempat menyimpan bahan dan alat yang akan digunakan

pada saat perawatan diletakan di Static Zone. Zona ini tidak akan terlihat oleh pasien dan terletak

dianatara Operator’s Zone dan Assistant Zone sehingga baik Dokter Gigi maupun Perawat Gigi akan

dengan mudah mengambil bahan maupun alat yang diperlukan dalam perawatan. Bila Mobile Cabinet

lebih dari satu, maka Mobile Cabinet kedua diletakan di Operator’s Zone.

Alat besar terakhir yang berada di Ruang Perawatan adalah Dental Cabinet sebagai tempat

penyimpanan utama bahan maupun alat kedokteran gigi. Umumnya berbentuk bufet setengah badan

seperti Kitchen Cabinet dengan ketebalan 0,6-0,8 Meter. Bila hanya satu sisi, lemari ini ditempatkan

di Static Zone, sedangkan bila berbentuk L, ditempatkan di Static Zone dan Assistant’s Zone.

Keberadaan Dental Cabinet akan menambah luas ruangan yang diperlukan untuk menempatkannya.

Page 14: Laporan Field Lab Kel.2

ERGONOMICAL AGENT

Ergonomi adalah penerapan ilmu-ilmu biologis tentang manusia bersama-sama dengan ilmu-

ilmu teknik dan teknologi untuk mencapai penyesuaian satu sama lain  secara optimal dari menusia

terhadap pekerjaannya, yang manfaat dari padanya diukur dengan efisiensi dan kesejahteraan kerja.

Ergonomi merupakan pertemuan dari berbagai lapangan ilmu seperti antropologi, biometrika, faal

kerja, higeine perusahaan dan kesehatan kerja, perencanaan kerja, riset terpakai, dan cybernetika.

Namun kekhususan utamanya adalah perencanaan dari cara bekerja yang lebih baik meliputi tata kerja

dan peralatannya. Ergonomi dapat mengurangi beban kerja. Dengan evaluasi fisiologis, psikologis

atau cara tak langsung, beban kerja dapat diukur dan dinjurkan modifikasi yang sesuai antara

kapasitas kerja dengan beban kerja dan beban tambahan. Tujuan utamanya adalah untuk menjamin

kesehatan kerja dan meningkatkan produktivitas.

1. Disain tempat kerja: gambaran dasar untuk kenyamanan, produktifitas dan keamanan.

    a. Rancangan dan arus lalulintas.

    b. Pencahayaan.

    c. Temperatur, kelembaban dan ventilasi

    d. Mobilisasi (aktifitas kerja).

    e. Fasilitas sanitasi dan drainase (tempat pembuangan limbah cair dan padat).

3. Fungsi dan tugas: fungsi dan tugas orang dengan pekerjaan yang pantas. Misalnya: Karyawan

dibagian pengecoran logam, pengepressan harus punya spesifikasi tertentu misalnya berat dan tinggi

badan ideal, dan lain-lain.

Kondisi berikut menunjukkan beberapa tanda-tanda suatu sistem kerja yang tidak ergonomik:

Page 15: Laporan Field Lab Kel.2

1.      Hasil kerja (kualitas dan kuantitas) yang tidak memuaskan

2.      Sering terjadi kecelakaan kerja atau kejadian yang hampir berupa kecelakaan

3.      Pekerja sering melakukan kesalahan (human error)

4.      Pekerja mengeluhkan adanya nyeri atau sakit pada leher, bahu, punggung, atau pinggang

5.      Alat kerja atau mesin yang tidak sesuai dengan karakteristik fisik pekerja

6.      Pekerja terlalu cepat lelah dan butuh istirahat yang panjang

7.      Postur kerja yang buruk, misalnya sering membungkuk, menjangkau, atau jongkok

8.      Lingkungan kerja yang tidak teratur, bising, pengap, atau redup

9.      Pekerja mengeluhkan beban kerja (fisik dan mental) yang berlebihan

10.  Komitmen kerja yang rendah

11.  Rendahnya partisipasi pekerja dalam sistem sumbang saran atau hilangnya sikap kepedulian terhadap

pekerjaan bahkan keapatisan

UPAYA MENGURANGI KELELAHAN

Upaya kesehatan kerja dalam mengatasi kelelahan, meskipun seseorang mempunyai batas

ketahanan, akan tetapi beberapa hal dibawah ini akan mengurangi kelelahan yang tidak seharusnya

terjadi :

1.      Lingkungan harus bersih dari zat-zat kimia.

2.      Pencahayaan dan ventilasi harus memadai dan tidak ada gangguan bising

3.      Jam kerja sehari diberikan waktu istirahat sejenak dan istirahat yang cukup saat makan siang.

4.      Kesehatan pekerja harus tetap dimonitor.

5.      Tempo kegiatan tidak harus terus menerus

6.      Waktu perjalanan dari dan ke tempat kerja harus sesingkat mungkin, kalau memungkinkan.

7.      Secara aktif mengidentifikasi sejumlah pekerja dalam peningkatan semangat kerja.

8.      Fasilitas rekreasi dan istirahat harus disediakan di tempat kerja.

9.      Waktu untuk liburan harus diberikan pada semua pekerja

10.  Kelompok pekerja yang rentan harus lebih diawasi misalnya; Pekerja remaja, Wanita hamil dan

menyusui, Pekerja yang telah berumur, Pekerja shift, dan Migrant.

Kondisi ini dijelaskan dalam literatur di bawah beberapa nama yang merujuk baik untuk

definisi mereka seperti itu, atau untuk karakter kumulatif mereka atau untuk menentukan penyebab

sebagai berikut:

1. Kerja terkait gangguan muskuloskeletal (WR-MSD);

2. Karena tugas yang berulang (RSI) Kondisi;

3. Trauma dengan efek kumulatif (CTD).

Nama di mana mereka digambarkan tidak penting, karena mereka semua mengacu pada semua

Page 16: Laporan Field Lab Kel.2

gangguan tentang tulang, otot, sendi dan saraf - untuk kondisi yang mempengaruhi misalnya tulang

punggung, sindrom carpal tunnel, dll Tendinitis 

Faktor yang mendukung dari MSD : 

1.  Gerakan berulang-ulang: mereka merujuk pada gerakan yang sama atau suksesi gerakan yang

dibuat secara berkala atau terus-menerus untuk jangka waktu yang panjang. Mereka dikaitkan dengan

tingkat presisi yang tinggi, dan dilakukan pada wilayah yang sangat terbatas.

2.  Posisi tidak nyaman (operator dan posisi yang tidak benar pasien): posisi postural persyaratan otot

minimal untuk semua tingkat (posisi netral), baik dalam posisi berdiri atau bekerja dalam satu duduk.

Postur yang berbeda dari yang satu ini menyiratkan suatu strain otot meningkat hingga tingkat

tertentu.

3.  Waktu yang lama kegiatan yang lebih dari gerakan berulang atau postur tidak nyaman

dipertahankan.

4.  Kurangnya istirahat dalam aktivitas atau istirahat tidak teratur (kurangnya relaksasi otot).

5.  Gerakan kuat yang terkait dengan tangan menggenggam instrumen.

6.  Getaran - mereka dapat mempengaruhi bagian tertentu dari tubuh, misalnya tangan, ketika

menggunakan peralatan mekanik yang menghasilkan getaran lokal. Getaran dapat juga diberikan pada

para pekerja seluruh tubuh, misalnya dengan peralatan pneumatik pengeboran.

7.  Lingkungan sekitarnya tidak nyaman - misalnya peningkatan suhu dan kelembaban, kebisingan

yang berlebihan, petir tidak benar.

8.  Karena organisasi yang salah dari kegiatan ini (misalnya tekanan waktu, jawaban atas kecemasan

pasien dll) stres. 

TOLAK UKUR DALAM MENGURANGI GANGGUAN KERJA 

Gerakan dokter gigi dalam kantor gigi dan gerakan-gerakan khusus dia / dia bisa membuat

selama prosedur gigi (akses ke instrumen, penyesuaian sumber cahaya, perubahan posisi kerja, dll)

yang diperhitungkan dari sudut pandang ergonomis . Posisi pasien dan organisasi dari instrumen dan

peralatan yang didirikan dalam rangka untuk mempertahankan posisi kerja yang benar. Postur kerja

yang benar adalah titik awal dari semua penentuan ergonomis lainnya. Oleh karena itu, kursi gigi

masa depan akan harus menyediakan kenyamanan dokter kebutuhan selama kegiatan itu. Pengukuran

utama yang diperlukan untuk melaksanakan untuk setiap komponen dari kursi adalah: permukaan

pesawat, punggung dan kaki kursi. Kami juga dapat membangun ruang maksimum dokter gigi akses

di kursi gigi (Total lengan menyebar diperlukan untuk menyesuaikan instrumen kerja / sumber

cahaya).

Penelitian ergonomis mendirikan posisi yang benar tubuh dokter gigi harus memiliki saat bekerja:

kursi harus disesuaikan sedemikian rupa kaki harus bersandar pada lantai (sudut yang dibentuk antara

Page 17: Laporan Field Lab Kel.2

paha dan bagian bawah kaki harus minimum 90o), kolom tulang belakang harus lurus seperti itu

mungkin, lordosis fisiologis dari kolom tulang belakang lumbal harus dijaga dan bahu harus

membentuk garis, tegak lurus lurus di lantai bersama dengan pinggul. Siku harus di samping tubuh,

membungkuk untuk 90o.  (Gambar 2)

PERATURAN DAN STANDAR PERALATAN OPERASI GIGI 

         Identifikasi banyak pekerjaan yang berhubungan dengan gangguan muskuloskeletal

(kebanyakan terkait dengan postur kerja dan antarmuka manusia-peralatan) menyebabkan

pembentukan ISO 6385 dan ISO 11226. Mereka menetapkan kriteria pada orientasi dalam merancang

peralatan yang digunakan dalam praktek gigi. Hal ini juga berisi beberapa "Prinsip Panduan Umum",

mewakili pilihan aspek relevan.

Standar ISO 6385 "Prinsip Ergonomi Peralatan Merancang" berisi petunjuk penting berikut:

1.  Merancang ruang kerja dan peralatan;

2.  Merancang dalam hubungannya dengan kekuatan, postur otot dan gerakan tubuh;

3.  Merancang lingkungan kerja.

Standar ISO 11226 "Ergonomi - penilaian postur statis bekerja" memiliki orientasi sebagai

berikut:

1.  Untuk mempertahankan postur santai;

2.  Untuk alternatif postur kerja (kerja yang dinamis);

3.  Untuk praktek olahraga dan latihan untuk memperkuat otot korset. 

ISO KONSEP DASAR 

Sebagai konsekuensi dari standarisasi internasional mengenai desain unit kerja, konsep ISO

dasar untuk unit gigi merupakan cara klasifikasi bekerja berdasarkan hubungan ergonomis antara

operator dan / lingkungannya sendiri bekerja. Varietas pengaturan serta desain unit memungkinkan

sebuah gaya individu bekerja untuk diadopsi dalam kondisi ergonomis. Hasil dari laporan ini - yang

berbeda dalam setiap konsep - adalah peningkatan efisiensi kegiatan serta kenyamanan operator

meningkat. Karakteristik merujuk baik untuk menempatkan berbeda untuk setiap kategori peralatan

dalam ruang kerja fisiologis (instrumen nampan, handpieces, sistem aspirasi dan mobile sub-unit) dan

dengan berbagai desain dari unit itu sendiri. Dalam melakukan hal ini, sistem tampilan jam untuk

orientasi (titik pasien pada jam 12 dan dagu pukul 6) digunakan.

Pilihan cara bekerja menggunakan standar ISO untuk peralatan.

Pemilihan suatu konsep tertentu ditentukan oleh gaya kerja dan integrasi dari unit gigi dalam

ruang kantor gigi. Tingkat spesialisasi bantuan dokter gigi dapat mempengaruhi pada gilirannya

pilihan ini. Dari sudut pandang ini, dua kecenderungan dapat dibedakan: solo kerja operasional atau

Page 18: Laporan Field Lab Kel.2

karya solo-duo dikembangkan dalam ruang Eropa, terutama di negara asal Latin, menyiratkan tingkat

rendah spesialisasi dari asisten dokter gigi, yang satu ini mengambil alih fungsi sesekali tertentu

selama prosedur terapeutik. Namun di Amerika dan di ruang Anglo-Saxon Eropa, gaya bekerja

sepenuhnya dibantu diperlukan, yang mengembangkan "empat tangan bekerja" konsep, dengan gigi

asisten / kebersihan berpartisipasi secara aktif dalam prosedur, menurut / gelar yang tinggi spesialisasi

dan pelatihan dalam pekerjaan ergonomis. Asisten gigi memiliki atribusi yang tepat dalam prosedur

yang dilakukan dalam suksesi yang tepat, didirikan sebelumnya. Jadi, jika prasyarat untuk memilih

dan mengadaptasikan paling baik peralatan dan instrumen terpenuhi, hasilnya maksimal khasiat

sebagai lebih besar dari pekerjaan dan usaha yang minimal.

Saat ini, ada preferensi utama untuk konsep 1 ISO, yang saat ini digunakan oleh 89% dari

dokter gigi Jerman, 9% dari preferensi yang berorientasi pada ISO 3 (Prof Engles, Tübingen, 2004).

Ini adalah jenis utama dari peralatan dikomersialisasikan oleh produsen. Studi pernyataan fakta bahwa

fakultas kedokteran gigi gunakan juga model ini, yang menggarisbawahi pentingnya mendidik siswa

tentang kriteria ergonomi gigi. Sebuah pendekatan pendidikan masa mendatang akan berorientasi

terhadap karakterisasi rinci dari 4 tipe unit, dalam rangka memfasilitasi pilihan masa depan dengan

pengetahuan ergonomis penuh, sesuai dengan empat konsep ISO. Penerapan kriteria ergonomi gigi

dapat menghasilkan serangkaian arah pada tingkat operasional di kantor gigi yang mampu

membimbing dokter gigi. 

Ketika bekerja dengan MOD di spesialisasi gigi mana yang paling sering digunakan, penting

untuk mengetahui bahwa konsep ISO 2 dan ISO 4 memungkinkan lebih banyak ruang untuk posisi

mikroskop operasi. Sayangnya, ada bukti bahwa 2 konsep yang digunakan hanya dalam proporsi 2%.

Hal ini dapat disebabkan oleh fakta bahwa dokter gigi pada umumnya tidak akrab dengan bekerja di

posisi "12:00" dan gaya "empat-tangan", sedangkan 2 ISO dan ISO 4 - jenis unit gigi mendukung

terutama ini bekerja gaya.

KEGIATAN STRUKTURISASI DAN ANALISA KERJA DI KANTOR GIGI DARI TITIK

ERGONOMIS OF VIEW

Dua aspek - fisik dan kognitif, ciri desain dari pengguna / teknologi interface (antarmuka manusia /

mesin). Misalnya, ukuran fisik dari peralatan harus sesuai dengan ukuran anthropometrical dari user

(s).

Ketika merancang peralatan gigi, kriteria fisik berikut harus dipertimbangkan:

1.  Peralatan gigi harus sesuai dengan berbagai pasien sebagai besar mungkin;

2.  Interval penyesuaian ketinggian harus besar;

3.  Peralatan gigi harus memungkinkan penempatan nyaman peralatan lainnya, ini harus mudah

diakses

Page 19: Laporan Field Lab Kel.2

     selama pemeriksaan pasien pada ketinggian tertentu;

4.  Warna, bentuk, tekstur instrumen, arah gerakan dan gaya yang diperlukan untuk beroperasi yang

dipilih

     dalam batas-batas kapasitas manusia. 

Desain kognitif mengacu pada: 

1.  Disposisi dari perintah pada panel kontrol dari unit gigi secara logis;

2.  Maklum instruksi untuk menggunakan peralatan.

Prinsip-prinsip ergonomis dalam mengorganisir ruang adalah sebagai berikut: 

1.  Kenyamanan (peralatan yang paling sering digunakan adalah di tempat yang paling nyaman untuk

operator).

2.  Posisi (duduk untuk akses ke pasien tanpa penyimpangan postur, seperti membungkuk,

mencondongkan rotasi, dll). 

3.  Frekuensi (operasi yang paling sering / prosedur dilakukan secara bersamaan ditempatkan sebagai

dekat mungkin).

Akibatnya, operator mempertahankan posisi kerja yang terbaik dan berinvestasi upaya

minimal, dan mengurangi upaya fisik dan psikis. Kondisi fisik lingkungan: mereka termasuk aspek

seperti cahaya, kenyamanan termal, kebisingan, kualitas udara di kantor gigi (beban mikroba dll),

getaran dan medan elektromagnetik. Desain kegiatan, seleksi dan spesialisasi: organisasi aktivitas

harus termasuk istirahat dan bekerja dalam shift untuk menghindari oversolicitation. Pemilihan

personil dilakukan atas dasar keterampilan khusus dan kualitas: fisik, kognitif dan sosial.

Desain organisasi dan manajemen: melibatkan tim analisis gaya yang bekerja, sehingga

aktivitas dapat dioptimalkan, biaya berkurang dan teknologi baru diimplementasikan dan terpadu

sebagai menguntungkan mungkin. Penerapan kriteria ergonomis dalam praktek gigi dapat dilakukan

dengan cara individual, memilih untuk pengaturan tertentu dalam / nya ruang konsultasi nya atau

untuk suatu konsep tertentu atas dasar konsep ISO yang dipilih, bersama dengan organisasi rasional

dari seluruh aktivitas .

Unsur penting yang memandu aktivitas ini adalah:

1.  Sebuah postur tubuh yang benar dari pekerjaan;

2.  Posisi yang benar dari pasien;

3.  Visualisasi teknik sesuai dengan kasus;

4.  Sebuah divisi dari ruang kerja sesuai dengan kemampuan fisik manusia;

Page 20: Laporan Field Lab Kel.2

5.  Sebuah penanganan yang efisien dan mengatur instrumen, sehingga memungkinkan tenaga besar

waktu dan gerakan, dan kerja yang efisien dalam tim.

Postur kerja yang sesuai benar harus diingat sebagai titik awal dari semua faktor penentu

lainnya. Posisi pasien ini didirikan dan peralatan dan instrumen yang diatur sesuai dengan ini dan

dengan postur tubuh yang benar pada saat kegiatan tersebut. Kedokteran Gigi abad XXI cenderung

untuk memberikan kepentingan yang lebih besar dengan faktor manusia, sering terabaikan

sebelumnya dalam mendukung faktor teknologi. Transisi dari ergonomi berpusat pada teknologi ke

yang berpusat pada manusia ergonomi juga sekarang keasyikan utama industri, yang akhirnya telah

memutuskan untuk mengoptimalkan kualitas kegiatan secara paralel dengan pengurangan risiko yang

menghasilkan kondisi tertentu untuk pendudukan. Berbeda dengan inisiatif di masa lalu, manusia

yang berpusat ergonomi memberikan prioritas pertama untuk pasien, sekunder untuk praktisi dan

ketiga dengan desain tempat kerja.

Desain lingkungan kerja, yang harus disesuaikan baik untuk pasien dan untuk kebutuhan

praktisi, dapat dipahami hanya setelah membangun hubungan yang benar antara operator dan pasien.

Sebuah konsep yang relatif baru, yang disebut "kinerja logika" diperkenalkan dalam praktek gigi dan

dalam pendidikan gigi. Menurut konsep ini, komponen-komponen penting dari kondisi ergonomis

adalah pasien dan dokter gigi posisi. Keputusan ini posisi yang nyaman dan fisiologis serta

pengaturan optimal dari lingkungan kerja adalah hasil dari umpan balik proprioseptif, dimana individu

menyesuaikan kegiatannya menanggapi tanda-tanda yang dikirim oleh reseptor internal. Pada tahun

1987, Organisasi Kesehatan Dunia, mengacu pada konsep ini, kutipan yang keluar laporan ahli:

"Logika efisiensi adalah pendekatan yang dapat dianggap sebagai indikator masa depan".

Perlindungan Diri

Dalam hal ini termasuk cuci tangan, pemakaian baju praktek, penggunaan sarung tangan,

penggunaan kacamata pelindung, penggunaan masker, penggunaan rubber dam, dan imunisasi.

1. Cuci tangan

Mencuci tangan dengan sabun perlu dilakukan setiap sebelum dan sesudah merawat pasien.

Setiap kali selesai perawatan, sarung tangan harus dibuang dan tangan harus dicuci lagi sebelum

mengenakan sarung tangan yang baru.

Prosedur mencuci tangan yang benar adalah seperti berikut:

a. Tangan dibasahkan dengan air di bawah kran atau air mengalir.

b. Sabun cair yang mengandung zat antiseptik dituang ke tangan dan digosok sampai berbusa.

c. Kedua telapak tangan digosok sampai ke ujung jari. Selanjutnya, kedua bagian punggung tangan

digosok. Jari dan kuku serta pergelangan tangan juga dibersihkan. Semua ini dilakukan selama sekitar

10-15 detik.

d. Tangan dibilas bersih dengan air mengalir.

e. Tangan dikeringkan dengan menggunakan tisu.

Page 21: Laporan Field Lab Kel.2

Mengeringkan tangan dengan kertas tisu adalah lebih baik dibandingkan mengeringkan tangan

menggunakan mesin pengering tangan, karena mesin pengering tangan umumnya menampung banyak

bakteri.

2. Pemakaian jas praktek

Dokter gigi dan stafnya harus memakai jas praktek yang bersih dan sudah dicuci. Jas tersebut

harus diganti setiap hari dan harus diganti saat terjadi kontaminasi. Jas praktek harus dicuci dengan air

panas dan deterjen serta pemutih klorin, bahkan jas yang terkontaminasi perlu penanganan tersendiri.

Bakteri patogen dan beberapa virus, terutama virus hepatitis B dapat hidup pada pakaian selama

beberapa hari hingga beberapa minggu.

3. Penggunaan sarung tangan

Semua dokter gigi dan stafnya harus memakai sarung tangan lateks atau vinil sekali pakai.

Hal ini untuk melindungi dokter gigi, staf, dan pasien. Tujuan penggunaan sarung tangan adalah untuk

mencegah bersentuhan langsung dengan darah, saliva, mukosa, cairan tubuh, atau sekresi tubuh

lainnya dari penderita. Sarung tangan vinil dapat dipakai untuk mereka yang alergi terhadap lateks.

Sarung tangan harus diganti setiap selesai perawat pada setiap pasien. Ada tiga macam sarung tangan

yang dipakai dalam kedokteran gigi, diantaranya:

a. Sarung tangan lateks yang bersih harus digunakan pada saat dokter gigi memeriksa mulut pasien

atau merawat pasien tanpa kemungkinan terjadinya perdarahan.

b. Sarung tangan steril harus digunakan saat melakukan tindakan bedah atau mengantisipasi

kemungkinan terjadinya perdarahan pada perawatan.

c. Sarung tangan heavy duty harus dipakai saat membersihkan alat, permukaan kerja, atau saat

menggunakan bahan kimia.

4. Penggunaan masker

Pemakaian masker seperti masker khusus untuk bedah sebaiknya digunakan pada saat

menggunakan instrumen berkecepatan tinggi untuk mencegah terhirupnya aerosol yang dapat

menginfeksi saluran pernafasan atas dan bawah. Efektifitas penyaringan dari masker tergantung dari

bahan yang dipakai (masker polipropilen lebih baik daripada masker kertas) dan lama pemakaian

(efektif 30-60 menit). Sebaiknya menggunakan satu masker untuk satu pasien.

5. Penggunaan kacamata pelindung

Kacamata pelindung harus dipakai dokter gigi dan stafnya untuk melindungi mata dari debris

yang diakibatkan oleh high speed handpiece, pembersihan karang gigi baik secara manual maupun

ultrasonik. Perlindungan mata dari saliva, mikroorganisme, aerosol, dan debris sangat diperlukan

untuk dokter gigi maupun staf.

6. Penggunaan rubber dam

Rubber dam harus digunakan pada operasi untuk menghindari terjadinya aerosol karena tidak

terjadi pengumpulan saliva diatas rubber dam. Selain untuk mengurangi kontak instrumen dengan

mukosa, rubber dam juga berguna untuk mengurangi terjadinya luka dan pendarahan.

Page 22: Laporan Field Lab Kel.2

7. Imunisasi

Pelindung yang paling mudah digunakan dan yang paling jarang digunakan sebagai sumber

perlindungan untuk dokter gigi dan staf adalah imunisasi, misalnya heptavax-B untuk perlindungan

terhadap hepatitis B. Imunisasi hepatitis B terdiri atas tiga tahap yaitu tahap pertama pada hari yang

ditentukan, tahap kedua pada satu bulan kemudian, dan tahap ketiga pada enam bulan kemudian. CDC

sangat menganjurkan agar personil gigi diimunisasi hepatitis B. Imunisasi lain yang juga dianjurkan

antara lain adalah imunisasi terhadap penyakit mumps, measles dan rubella (MMR), difteri, pertusis,

dan tetanus (DPT), influenza, poliomyelitis, TBC (BCG).

ALAT ALAT KEDOKTERAN GIGI

Alat alat kedokteran gigi terbagi menjadi beberapa alat yaitu :

1. Alat oral diagnostik

A. Kaca mulutmacam permukaan kaca :– datar– cembung diameter kaca ada beberapa macam mulai dari nomor 3 sampai nomor 6

Kegunaan-melihat permukaan gigi yang tidak dapat dilihat langsung mata-membantu memperluas daerah pekerjaan yaitu dengan menahan pipi, lidah dan ,bibir.-mengetahui adanya debris, karang gigi, lubang gigi.-melihat hasil preparasi, tumpatan.-melihat kelainan di dalam rongga mulut, lidah, gusi, palatum.

B. Pinset (dental pinset)

Kegunaan :untuk menjepit kapas, kasa, tampon, cotton roll, cotton pellet, mata bur gigi.

C. Sonde / probe / explorer-macam :sonde bengkok/melengkung ½ lingkaran.Sonde lurus

Kegunaan :mencari caries & mengukur kedalamannyamemeriksa adanya debris dan calculus.Memeriksa adanya ferforasi atap pulpa.Tankainya bisa untuk tes perkusimengetahui tumpatan atau tepi tumpatan sudah rata/belum.

D. Excavator

Kegunaan :-membersihkan jaringan karies yang lunak dan kotoran- kotorannya atau sisa makanan -yang terdapat di dalam kavitas.-membongkaran tumpatan sementara.-mengambil kelebihan fletcher, cement, amalgam.

Page 23: Laporan Field Lab Kel.2

E. Alat dental rontgen foto

Kegunaan :untuk melihat gigi dan kelainan jaringan pendukung gigi.

F. Vitalitester

Kegunaan :untuk viitalitas pulpa

G. Water syringe

Kegunaanutk membersihkan caries waktu melakukan pemeriksaan gigi/setelah preprarasi gigi

2. Alat-alat perlindungan khusus

A. Periodontal probe

Kegunaan :– untuk mengukur dalamnya saku gusi (gingiva pocket)

B. Scaler

Kegunaan :– untuk membersihkan karang gigi

*1. Hoe scaler

Kegunaan :– untuk meratakan permukaan akar, sehinggabebas dari karang gigi.

*2. Chisel scaler

Kegunaan :– untuk membersihkan karang gigi pada permukaan proximal gigi anterior.

*3. File scaler

Kegunaan :– alat ini jarang dipakai, karena bisa menyebabkan permukaan gigi menjadi rata.

*4. Sickle scaler

Kegunaan :– untuk mengambil supra/sub gingival calculus pada interdental space.

*5. Curret scaler

Kegunaan :– untuk mengambil sub gingival calculus, jaringan cementum dan jaringan lunak dari dinding pocket.

3. Cavitron / super sonic scaler

Kegunaan :– ujung yang tipis dipakai untuk bagian approximal

Page 24: Laporan Field Lab Kel.2

– ujung yang permukaannya lebar, dipakai untuk bagian buccal.– untuk membersihkan karang gigi, baik sub maupun supra gingival calculus serta debris dan stain.

Alat dan fungsinya di bidang kedokteran gigiPeralatan kesehatan dapat dibagi menjadi 3 kelompok berdasarkan resiko pemakaian, yaitu:

1.tidak kritis, yaitu setiap bagian alat yang tidak berkontak dengan jaringanmukosa.2.semi kritis, setiap bagian alat yang berkontak dengan lapisan mukosatetapi tidak menembus permukaan tubuh.3. Kritis, yaitu setiap bagian alat yang masuk kedalam sistem pembuluhdarah atau cairan tubuh yang lain, misalnya saliva.

Peralatan kesehatan gigi dibagi menjadi 6 ( delapan ) kelompok berdasarkankepada penggunaannya dan pemeliharaannya, yaitu:

1. Peralatan praklinik2. Peralatan diagnostik3. Peralatan perlindungan khusus4. Peralatan bedah mulut sederhana5. Peralatan penambalan gigi6. Dental chair mounted unit7. Peralatan pendahuluan gigi8. Peralatan pelengkap

Page 25: Laporan Field Lab Kel.2
Page 26: Laporan Field Lab Kel.2
Page 27: Laporan Field Lab Kel.2

Sterilisasi Instrumen

Sterilisasi adalah setiap proses (kimia atau fisik) yang membunuh semua bentuk hidup

terutama mikroorganisme termasuk virus dan spora bakteri. Sterilisasi dilakukan dalam 4 tahap, yaitu:

1. Pembersihan sebelum sterilisasi

Sebelum disterilkan, alat-alat harus dibersihkan terlebih dahulu dari debris organik, darah,

saliva. Dalam kedokteran gigi, pembersihan dapat dilakukan dengan cara pembersihan manual atau

pembersihan dengan ultrasonik. Pembersihan dengan memakai alat ultrasonik dengan larutan deterjen

lebih aman, efisien, dan efektif dibandingkan dengan penyikatan. Gunakan alat ultrasonik yang

ditutup selama 10 menit. Setelah dibersihkan, instrumen tersebut dicuci dibawah aliran air dan

dikeringkan dengan baik sebelum disterilkan. Hal ini penting untuk mendapatkan hasil sterilisasi yang

sempurna dan untuk mencegah terjadinya karat.

2. Pembungkusan

Page 28: Laporan Field Lab Kel.2

Setelah dibersihkan, instrumen harus dibungkus untuk memenuhi prosedur klinik yang baik.

Instrumen yang digunakan dalam kedokteran gigi harus dibungkus untuk sterilisasi dengan

menggunakan nampan terbuka yang ditutup dengan kantung sterilisasi yang tembus pandang, nampan

yang berlubang dengan penutup yang dibungkus dengan kertas sterilisasi, atau dibungkus secara

individu dengan bungkus untuk sterilisasi yang dapat dibeli.

3. Proses sterilisasi

Sterilisasi dapat dicapai melalui metoda berikut:

a. Pemanasan basah dengan tekanan tinggi (autoclave)

Siklus sterilisasi dari 134oC selama 3 menit pada 207 kPa untuk instrumen yang dibungkus

maupun yang tidak dibungkus. Cara kerja dari autoclave sama dengan pressure cooker. Uap jenuh

lebih efisien membunuh mikroorganisme dibandingkan dengan perebusan maupun pemanasan kering.

Instrumen tersebut dapat dibungkus dengan kain muslin, kertas, nilon, aluminium foil, atau plastik

yang dapat menyalurkan uap.

b. Pemanasan kering (oven)

Penetrasi pada pemanasan kering kurang baik dan kurang efektif dibandingkan dengan

pemanasan basah dengan tekanan tinggi. Akibatnya, dibutuhkan temperatur yang lebih tinggi 160oC

atau 170oC dan waktu yang lebih lama (2 jam atau 1 jam) untuk proses sterilisasi. Menurut Nisengard

dan Newman suhu yang dipakai adalah 170oC selama 60 menit, untuk alat yang dapat menyalurkan

panas adalah 190oC, sedang untuk instrumen yang tidak dibungkus 6 menit.

c. Uap bahan kimia (chemiclave)

Kombinasi dari formaldehid, alkohol, aseton, keton, dan uap pada 138 kPa merupakan cara

sterilisasi yang efektif. Kerusakan mikroorganisme diperoleh dari bahan yang toksik dan suhu tinggi.

Sterilisasi dengan uap bahan kimia bekerja lebih lambat dari autoclave yaitu 138-176 kPa selama 30

menit setelah tercapai suhu yang dikehendaki. Prosedur ini tidak dapat digunakan untuk bahan yang

dapat dirusak oleh bahan kimia tersebut maupun oleh suhu yang tinggi. Umumnya tidak terjadi

karatan apabila instrumen telah benar-benar kering sebelum disterilkan karena kelembaban yang

rendah pada proses ini sekitar 7-8%. Keuntungan dari sterilisasi dengan uap bahan kimia adalah lebih

cepat dibandingkan dengan pemanasan kering, tidak menyebabkan karat pada instrumen atau bur dan

setelah sterilisasi diperoleh instrumen yang kering. Namun instrumen harus diangin-anginkan untuk

mengeluarkan uap sisa bahan kimia.

4. Penyimpanan yang aseptik

Setelah sterilisasi, instrumen harus tetap steril hingga saat dipakai. Penyimpanan yang baik

sama penting dengan proses sterilisasi itu sendiri, karena penyimpanan yang kurang baik akan

menyebabkan instrumen tersebut tidak steril lagi. Lamanya sterilitas tergantung dari tempat dimana

instrumen itu disimpan dan bahan yang dipakai untuk membungkus. Daerah yang tertutup dan

terlindung dengan aliran udara yang minimal seperti lemari atau laci merupakan tempat penyimpanan

Page 29: Laporan Field Lab Kel.2

yang baik. Pembungkus instrumen hanya boleh dibuka segera sebelum digunakan, apabila dalam

waktu satu bulan tidak digunakan harus disterilkan ulang.

Disinfeksi Permukaan

Disinfeksi adalah membunuh organisme-organisme patogen (kecuali spora kuman) dengan

cara fisik atau kimia yang dilakukan terhadap benda mati. Disinfeksi dapat mengurangi kemungkinan

terjadi infeksi. Disinfeksi permukaan dilakukan pada dental unit, kabinet, tuba dan pipa, serta

handpiece dan instrumen tangan. Disinfektan yang tidak berbahaya bagi permukaan tubuh dapat

digunakan dan bahan ini dinamakan antiseptik. Antiseptik adalah zat yang dapat menghambat atau

menghancurkan mikroorganisme pada jaringan hidup, sedangkan disinfeksi digunakan pada benda

mati. Disinfektan dapat pula digunakan sebagai antiseptik atau sebaliknya tergantung dari

toksisitasnya. Sebelum dilakukan disinfeksi, penting untuk membersihkan alat-alat tersebut dari

debris organik dan bahan-bahan berminyak karena dapat menghambat proses disinfeksi. Macam-

macam disinfektan yang digunakan di kedokteran gigi, antara lain adalah:

1. Alkohol

Larutan etil alkohol atau propil alkohol digunakan untuk mendisinfeksi kulit. Alkohol yang

dicampur dengan aldehid digunakan dalam bidang kedokteran gigi untuk mendisinfeksi permukaan,

tetapi ADA tidak menganjurkan pemakaian alkohol untuk mendisinfeksi permukaan oleh karena cepat

menguap tanpa meninggalkan efek sisa.

2. Aldehid

Aldehid merupakan salah satu disinfektan yang populer dan kuat, baik dalam bentuk tunggal

maupun kombinasi. Glutaraldehid 2% dapat dipakai untuk mendisinfeksi alat-alat yang tidak dapat

disterilkan. Alat yang selesai didisinfeksi, diulas dengan kasa steril kemudian diulas kembali dengan

kasa steril yang dibasahi dengan akuades karena glutaraldehid yang tersisa pada instrumen dapat

mengiritasi kulit atau mukosa. Operator harus memakai masker, kacamata pelindung dan sarung

tangan heavy duty.

3. Biguanid

Klorheksidin termasuk biguanid yang digunakan secara luas dalam bidang kedokteran gigi

sebagai antiseptik dan kontrok plak. Misalnya, 0,4% larutan pada detergen digunakan pada surgical

scrub (Hibiscrub), 0,2% klorheksidin glukonat pada larutan air digunakan sebagai bahan antiplak

(Corsodyl) dan pada konsentrasi lebih tinggi yaitu 2% digunakan sebagai disinfeksi gigi tiruan. Zat ini

sangat aktif terhadap bakteri gram (+) maupun gram (-).

4. Senyawa halogen

Hipoklorit dan povidon-iodin adalah zat oksidasi dan melepaskan ion halida seperti chloros,

domestos, dan betadine. Walaupun murah dan efektif, zat ini dapat menyebabkan karat pada logam

dan cepat diinaktifkan oleh bahan organik.

5. Fenol

Page 30: Laporan Field Lab Kel.2

Fenol merupakan larutan jernih, tidak mengiritasi kulit, dan dapat digunakan untuk

membersihkan alat yang terkontaminasi karena tidak dapat dirusak oleh zat organik. Zat ini bersifat

virusidal dan sporosidal yang lemah. Namun, karena sebagian besar bakteri dapat dibunuh oleh zat

ini, banyak digunakan di rumah sakit dan laboratorium.

6. Klorsilenol

Klorsilenol merupakan larutan yang tidak mengiritasi dan banyak digunakan sebagai

antiseptik, seperti dettol. Aktifitasnya rendah terhadap banyak bakteri dan penggunaannya terbatas

sebagai disinfektan.

Penggunaan Alat Sekali Pakai/Disposable

Sterilitas bisa dengan mudah dipastikan dengan menggunakan alat-alat sekali

pakai/disposable. Yang paling penting adalah penggunaan jarum suntik yang digunakan untuk

anastesi lokal atau bahan lain. Jarum tersebut terbungkus sendirisendiri dan disterilkan, sehingga

dijamin ketajaman dan sterilitasnya. Selain jarum suntik, benang dan jarum jahit juga tersedia dalam

bentuk sekali pakai. Bilah skalpel dan kombinasi bilah-tangkai juga tersedia dalam bentuk steril untuk

sekali pemakaian. Disamping itu, cara terbaik untuk mencegah terjadinya penularan penyakit antar

pasien adalah menggunakan alat sekali pakai/disposable seperti sarung tangan, masker, kain alas

dada, ujung saliva ejektor, dan lain-lain.

Penanganan Sampah Medis

Pembuangan barang-barang bekas pakai seperti sarung tangan, masker, tisu bekas, dan

penutup permukaan yang terkontaminasi darah dan cairan tubuh harus ditangani secara hati-hati dan

dimasukkan ke dalam kantung plastik yang kuat dan tertutup rapat untuk mengurangi kemungkinan

orang kontak dengan benda-benda tersebut. Benda-benda tajam seperti jarum atau pisau skalpel harus

dimasukkan dalam tempat yang tahan terhadap tusukan sebelum dimasukkan dalam kantung plastik.

Jaringan tubuh juga harus mendapat perlakuan yang sama dengan benda tajam.

BAB III

PENUTUP

KESIMPULAN

Konsep Four Handed Dentistry dan ergonomis menjadi dasar dalam desain tata letak

penempatan alat kedokteran gigi, semuanya bertujuan agar seluruh luasan ruangan termanfaatkan

dengan baik serta menciptakan rasa nyaman kepada operator yang bekerja dan pasien yang menerima

pelayanan.   

Page 31: Laporan Field Lab Kel.2

Ergonomi menawarkan untuk dokter, kepada anggota lain dari tim gigi kemungkinan untuk

melaksanakan kinerja potensial tanpa menempatkan pada risiko kesehatan dan kondisi fisik, dan

kemungkinan untuk memberikan yang optimal peduli kepada pasien.

Aspek terpenting adalah pencegahan penyakit akibat kerja, tanggung jawab hukum untuk

melindungi kesehatan keselamatan karyawan dan mahasiswa, pendidikan di ergonomi gigi

untuk siswa kesehatan gigi dan mulut, perkembangan akademik dan penelitian ergonomi gigi,

menggunakan model organisasi dalam gigi setiap hari praktek, dan pengembangan ergonomi di

tingkat Eropa.

Page 32: Laporan Field Lab Kel.2

REFERENSI :

Soeparmin, S., Suarjaya, Tyas, M.P. 2009. Peranan Musik Dalam Mengurangi Kecemasan Anak

Selama Perawatan Gigi. Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Mahasaraswati Denpasar.

Soeparmin S, Suarjaya, Antara, W. 2004. Rasa takut anak dalam perawatan gigi. J Kedokteran Gigi

Mahasaraswati

Pertiwi, A.S.P., Nonong, Y.H., Sasmita, I.S. 2008. Disain Ruang Praktik Bagi Pasien Anak. Bagian

Kedokteran Gigi Anak. Fakultas Kedokteran Gigi. Universitas Padjadjaran

Ellis, N. 2007. Managing dental patient anxiety.

Finn, S.B. 2003. Clinical pedodontics. 4th ed. Philadelphia: WB Saunders Company.

Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 039 2007 tentang Pedoman

Penyelenggaraan Kedokteran Gigi Keluarga Menteri Kesehatan Republik Indonesia.

Varley, P. 1997. Complementary therapies in dental practice. 1st ed. Sydney: Elsevier Australia.

Dougherty, M. 2006. Information for Consideration in an Ergonomic Standard for Dentistry. Design

by Feel Papers. 

Murdick, B. 1990. Service Operation Management. Boston : Allyn and Bacon.

Heizer, J. dan Render, B. Operation Management. Sixth Edition. Upper Saddle River : Prentice Hall.

Nusanti, D. 2000. Dental Surgeon Assistant. Dental Horison. Volume

Tawaka, 2004. Ergonomi untuk Keselamatan, Kesehatan Kerja dan Produktivitas. Surakarta : Islam

Batik University Press.

Finkbeiner, B., Fainkbeiner, C. 2001. Practice Management for Dental Team. St Louis : Mosby.