Laporan skenario 2

12
LAPORAN TUTORIAL BLOK I BUDAYA ILMIAH SKENARIO II : MENEBAK PENYAKIT Penggunaan Prinsip Evidence Based Medicine (EBM) dalam Menentukan Diagnosis yang Tepat bagi Pasien NAMA TUTOR : Ratih Puspita F, dr, M.Sc. OLEH : KELOMPOK 16 1. Ardian Pratiaksa G0011034 2. Dea Fiesta Jatikusuma G0011062 3. Deyona Annisa Putri G0011072 4. M. Fairuz Z. G0011140 5. M. Hanif Nur R. G0011144 6. Rizky Hening S. G0011182 7. Silvia Putri Kumalasari G0011198 8. Sri Retnowati G0011200 9. Vania Nur Amalina G0011204 10. Vicianita Putri Utami G0011206 11. Whindy Monica G0011210

description

laporan tutorial blok I skenario 2

Transcript of Laporan skenario 2

Page 1: Laporan skenario 2

LAPORAN TUTORIAL BLOK I BUDAYA ILMIAH

SKENARIO II : MENEBAK PENYAKIT

Penggunaan Prinsip Evidence Based Medicine (EBM) dalam Menentukan Diagnosis yang

Tepat bagi Pasien

NAMA TUTOR :

Ratih Puspita F, dr, M.Sc.

OLEH :

KELOMPOK 16

1. Ardian Pratiaksa G0011034

2. Dea Fiesta Jatikusuma G0011062

3. Deyona Annisa Putri G0011072

4. M. Fairuz Z. G0011140

5. M. Hanif Nur R. G0011144

6. Rizky Hening S. G0011182

7. Silvia Putri Kumalasari G0011198

8. Sri Retnowati G0011200

9. Vania Nur Amalina G0011204

10. Vicianita Putri Utami G0011206

11. Whindy Monica G0011210

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DOKTER

FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA

2011

Page 2: Laporan skenario 2

PENDAHULUAN

SKENARIO 2

Menebak Penyakit

Seorang wanita umur 45 tahun datang ke Puskesmas Rawat Inap dengan keluhan sesak napas. Riwayat penyakit sekarang adalah tiga hari sebelum datang ke Puskemas, penderita merasakan dema, kepala pusing, batuk-batuk disertai dahak, badan terasa sakit semua, dan dua hari yang lalu mulai merasakan sesak napas. Penderita tidak pernah merasakan sakit seperti ini sebelumnya. Penderita bekerja di peternakan ayam, dimana banyak ternak yang mati mendadak.

Pasien lalu dibawa ke Puskesmas dimana Dokter A sedang bertugas. Dokter A melakukan anamnesis dan pemeriksaan fisik. Karena sarana pemeriksaan penunjang di Puskesmas tidak lengkap, Dokter A merujuk pasien untuk melakukan pemeriksaan penunjang di Laboratorium Rumah Sakit.

Pasien merasa keberatan untuk melakukan pemeriksaan laboratorium ataupun dirujuk ke Rumah Sakit, maka pasien datang ke praktik swasta Dokter B. Dokter B melakukan anamnesis dan pemeriksaan fisik kemudian langsung menentukan sendiri diagnosis dan obatnya.

Pertanyaan :Bagaimana pendapat saudara? Apakah langkah-langkah yang ditempuh oleh Dokter A dan Dokter B dalam menegakkan diagnosis sudah menerapkan prinsip-prinsip Evidence Based Medicine (EBM) diagnosis? Berikan alasan saudara!

DISKUSI DAN PEMBAHASAN

LANGKAH 1

Membaca skenario dan memahami pengertian beberapa istilah dalam skenario

Anamnesis : wawancara terhadap pasien, keluarga, ataupun penolong pasien tentang riwayat penyakit pasien.

Diagnosis : hubungan antara penemuan klinis dengan intervensi sindroma yang diderita pasien.

Pemeriksaan Fisik : pemeriksaan secara sistematis yang dilakukan dokter (meliputi inspeksi, palpasi, perkusi, dan auskultasi) untuk mengetahui tanda vital pasien (suhu, frekuensi, perapasan,

Page 3: Laporan skenario 2

tekanan darah, dan denyut nadi) sehingga penyakit pasien dapat terdeteksi.

Evidence Based Medicine : proses integrasi dari pengamatan, evaluasi, dan penggunaan hasil penelitian klinis untuk memberikan pelayanan dan perawatan kepada pasien.(Aspek EBM : pasien, pertanyaan, sumber, evaluasi proses, aplikasi, dan evaluasi diri).

Pemeriksaan Penunjang : pemeriksaan yang membantu pemeriksaan fisik agar diperoleh data-data yang lenih meyakinkan dokter dalam menentukan diagnosis kepada pasien.(contoh : MRI, foto thorax, tes darah, tes urin).

Praktik Swasta : praktik dokter yang tidak mempunyai hubungan dengan instansi pemerintah dalam pelaksanaannya namun tetap harus memiliki izin praktik dan memenuhi persyaratan.

Laboratorium : tempat di Rumah Sakit, Puskemas, atau Lembaga-Lembaga Penelitian lainnya yang digunakan untuk meneliti atau uji coba sesuatu hal.(contoh : untuk pemeriksaan darah atau urin).

Puskemas Rawat Inap : Puskesmas yang menyediakan fasilitas rawat inap. Riwayat Penyakit Sekarang : hal-hal yang berhubungan dengan keluhan pasien selama

belum memeriksakan diri sampai memeriksakan diri.

LANGKAH 2

Menentukan / mendefinisikan permasalahan

a. Perbedaan cara mendiagnosis Dokter A dan Dokter Bb. Prinsip-Prinsip Dasar EBM Diagnosisc. Langlah-langkah menentukan diagnosis yang sesuai dengan EBM

LANGKAH 3

Menganalisis permasalahan dan membuat pernyataan sementara mengenai permasalahan-permasalahan tersebut

Pernyataan Sementara Permasalahana. Perbedaan Dokter A dan Dokter B :

Dokter A masih ragu-ragu dan kurang berpengalaman karena menyarankan pasien untuk melakukan pemeriksaan penunjang sedangkan Dokter B lebih berpengalaman dan lebih yakin dalam menentukan diagnosis.

b. Prinsip-Prinsip EBM :- permasalahan pasien- sumber/bukti penyakit sebelumnya

Page 4: Laporan skenario 2

- evaluasi langkah-langkah EBM Diagnosis (valid, penting, dan dapat diterapkan pada pasien).

c. Langkah-Langkah Diagnosis :1. Memberikan pertanyaan pada pasien.2. Menemukan bukti-bukti terbaik yang dapat menjawab pertanyaan-pertanyaan tersebut.3. Melakukan telaah kritis.4. Mengintegrasikan hasil penelitian klinis secara expertise dengan memperhatikan situasi

khas setiap pasien.5. Mengevaluasi efisiensi dan efektivitas langkah-langkah yang dilakukan.

Diskusi Hal yang Masih Belum Dipahami Mengapa diperlukan pemeriksaan penunjang?

Pemeriksaan penunjang dilakukan untuk mendapatkan data yang lebih akurat agar dokter dapat melakukan diagnosis secara tepat.

Mengapa diperlukan EBM dalam kasus pada scenario 2?EBM diperlukan untuk memutuskan keputusan klinik.- Seorang dokter harus selalu meng-update ilmunya karena bila tidak dokter tersebut akan

kurang pegetahuan dan membahayakan pasien.- Pelayanan medis berpusat pada pasien, bukan penyakit.

Dalam mendiagnosis pasien, dokter harus berdasarkan pada EBM.(Konsep EBM : anamnesis, pemeriksaan fisik, pemeriksaan penunjang).

Apakah penentuan diagnosis sudah dapat diketahui sebelum seluruh langkah dalam EBM dilakukan?Diagnosis sudah dapat diketahui apabila penyakit tersebut sering dijumpaikarena EBm biasanya dilakukan secara lengkap untuk mendiagnosis penyakit yang jarang dijumpai. Namun akan lebih baik jika setiap dokter menggunakan seluruh langkah EBM dalam menentukan diagnosis.

Perlukah seorang dokter melakukan penanganan sementara pada pasien?Seorang dokter perlu melakukan penanganan sementara pada pasien apabila kondisi pasien tidak memungkinkan didiagnosis menggunakan EBM secara terperinci. Hal ini dilakukan untuk mengurangi gejala yang diderita pasien sembari EBM dapat diselesaikan oleh dokter secara terperinci.

LANGKAH 4

Menginventarisasi permasalahan-permasalahan secara sistematis dan pernyataan sementara mengenai permasalahan-permasalah pada langkah 3

LANGKAH 5

Merumuskan tujuan pembelajaran (LO)

Page 5: Laporan skenario 2

1. Mengetahui langkah-langkah, prisip-prinsip, konsep, dan penerapan EBM yang tepat.2. Menganalisis secara kritis praktik EBM yang benar.3. Mengetahui cara menentukan diagnosis secara benar.

LANGKAH 6

Mengumpulkan informasi baru ( belajar mandiri )

Masing-masing anggota kelompok mencari minimal 1 artikel ilmiah mengenai penularan Avian Influenza dan fakta-fakta untuk menyelesaikan kontroversi informasi pada skenario 1. Dari 11 artikel yang terkumpul dipilih 5 artikel yang relevan untuk digunakan dalam langkah 7.

LANGKAH 7

Melaporkan, membahas dan menata kembali info informasi baru yang diperoleh

Hasil diskusi mengenai LO 1

Berpikir secara skeptis berdasarkan bukti ilmiah. (Murti, Bhisma, 2010) Memunculkan ide baru dengan memilih sumber yang relevan. (Murti, Bhisma, 2010) Mengambil klarifikasi bukti- bukti yang ada dan valid. (Murti, Bhisma, 2010) Berpikir terbuka yaitu mempunyai pandangan luas. (Murti, Bhisma, 2010) Dapat membedakan fakta, opini, dsb. (Murti, Bhisma, 2010) ;Menemukan implikasi atau hubungan sebab- akibat dari permasalahan. (Murti, Bhisma,

2010) Mengambil kesimpulan dan mengujinya dengan uji yang relevan. (Murti, Bhisma, 2010) Mensosialisasikan ilmu apa yang telah didapat kepada masyarakat.

Dari hasil diskusi di atas didapatkan pengertian mengenai berpikir kritis yaitu memiliki pemikiran yang dalam dan logis berdasarkan bukti dan fakta, memiliki pengetahuan untuk mengemukakan alasan logis, serta keterampilan untuk menerapkan metode tersebut ke orang lain.

Hasil diskusi LO 2

Melakukan sosialisasi dan komunikasi. Menjelaskan dengan bahasa yang komunikatif. (Murti, Bhisma, 2010) Sosialisasi dengan media cetak, elektronik, atau langsung dengan penyuluhan.

(www.litbang.depkes.go.id) Karantina, vaksinasi, pemusnahan unggas yang sakit, pengawasan, dan memantau unggas

yang sakit. (www.jurnal.unair.ac.id) Monitoring secara rutin oleh Departemen Kesehatan. (www.jurnal.unair.ac.id) Memberikan layanan gratis untuk pemberian vaksin. (www.jurnal.unair.ac.id)

Page 6: Laporan skenario 2

Peningkatan SDM dengan cara meningkatkan pengetahuan dan pemahaman masalah yang beredar di masyarakat. (www.jurnal.unair.ac.id)

Sosialisasi tidak hanya dilakukan saat masalah tersebut menyebar. Kerjasama antara dinas terkait, misalnya Dinas Kesehatan, Dinas Perhubungan,dan Dokter

Hewan. (www.litbang.depkes.go.id) Menghindari kontak langsung, menjaga kebersihan, memakai perlengkapan yang lengkap

ketika kontak dengan unggas. (www.jurnal.unair.ac.id) Penelitian tentang virus yang menyebar. Sosialisasi dengan teknologi dan informasi. Hal yang paling utama adalah harus ada kesadaran dari masyarakat itu sendiri, memiliki

sikap berpikir kritis dan skeptis dalam menghadapi suatu masalah.

Hasil diskusi LO 3

Memiliki keaktifan untuk mencari info. SDM tidak berhubungan dengan pemahaman info tentang penyebaran yang lebih penting

adalah menyikapi permasalahan secara kritis. Keadaan demografi yang kurang mendukung di daerah pedesaan. Media jangan menuliskan info yang ambigu dan belum jelas. Mampu menyaring info yang ada. Sosialisasi dengan media yang mudah dipahami.

Hasil diskusi yang didapat dengan masalah yang dipaparkan skenario :

Kedua pendapat baik teman Rini dan Guru Rini adalah salah. Pendapat teman Rini salah karena tidak ada bukti yang kuat dan pendapat tidak berdasarkan artikel ilmiah. Sedangkan pendapat Guru Rini juga salah karena penularan tidak hanya dari unggas ke manusia, tetapi juga dari unggas ke unggas dan manusia ke manusia.

KESIMPULAN

Pada skenario 1, terjadi kontroversi informasi antara pendapat teman- teman Rini dan guru

Rini mengenai penularan Avian Influenza. Kontroversi informasi tersebut terjadi karena

kurangnya pemahaman kedua pihak mengenai penularan Avian Influenza.

Kontroversi informasi dapat diatasi dengan :

1. Menumbuhkan kesadaran masyarakat untuk aktif dalam mencari informasi yang valid

dan menyebarkannya ke khalayak luas.

Page 7: Laporan skenario 2

2. Menggalakkan sosialisasi melalui media cetak, media elektronik, maupun penyuluhan

langsung kepada masyarakat.

SARAN

Hambatan

Hambatan dalam diskusi tutorial skenario 1 ini adalah :

1. Kesulitan dalam menentukan jurnal yang akan diangkat.

2. Masing-masing anggota masih sukar mencari artikel ilmiah yang valid (kebanyakan hasil

pencarian jurnal diterbitkan lebih dari kurun 5 tahun yang lalu).

3. Belum dapat melaksanakan seven jumps secara sistematis.

4. Kemampuan dalam memahami isi jurnal belum maksimal.

Kekurangan

Kekurangan dalam diskusi tutorial skenario 1 ini adalah :

1. Diskusi tutorial pada sesi 1 terlalu meluas dan masalah yang dibahas tidak fokus pada

inti skenario 1.

2. Kemampuan kelompok dalam mengkomunikasikan pendapat berdasar jurnal sebagai

artikel ilmiah belum maksimal.

Harapan

Harapan dari diskusi tutorial skenario 1 ini, anggota kelompok dapat :

1. Meningkatkan kemampuan kelompok untuk melakukan seven jumps secara sistematis.

2. Meningkatkan kemampuan kelompok dalam menentukan permasalahan dan LO dari

skenario.

Page 8: Laporan skenario 2

3. Meningkatkan kemampuan kelompok dalam penelusuran jurnal sebagai artikel ilmiah

untuk menyelesaikan permasalahan dalam skenario.

DAFTAR PUSTAKA

Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Departemen Kesehatan Republik Indonesia.

2005.Flu Burung. Available from :

http:// www. litbang . depkes .go.id/maskes/072005/ flu _ burung .pdf [diakses pada 13

September 2011]

L Muslimin. 2007. Studi Pengetahuan Kepala Keluarga tentang Penyakit Flu Burung di

Kelurahan Punggolaka KecamatanPuwatu Kota Kendari . Available from :

http://jurnal.pdii.lipi.go.id/admin/jurnal/220079196.pdf [diakses pada 13 September

2011]

Yudhastuti R, Sudarmaji. 2006. Mengenal Flu Burung dan Bagaimana Kita Menyikapinya. Surabaya : Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Airlangga. Available from : http://journal.unair.ac.idfilerPDFKESLING-2-2-08.pdf [diakses pada 13 September 2011]

Hon Keong L, Cheryl SG, Siang Thai C.2008. Prevention and Control of Avian Influenza in Singapore. Annals Academy of Medicine. 2008 : 504-509. Available from : http:// www.annals.edu.sg/pdf/37VolNo6Jun2008/V37N6p504.pdf [diakses pada 13 September 2011]

Murti, Bhisma 2010.Berpikir Kritis. Surakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret

Sunder G, Saynakhone Inthavong. New Health Risks and Sociocultural Contexts: Bird Flu Impacts on Consumers and Poultry Businesses in Lao PDR. Ebscohost. 2008 : 1-12. Available from :

Page 9: Laporan skenario 2

http:// web.ebscohost.com/views/static/html/aspxerropath=ehost/pdfviewer [diakses pada 13 September 2011]

Xiang et al..2010.Knowledge, Attitude, and Practice (KAP) relating to Avian Influenza in Urban and Rural Area of China. BMC Infectious Diseases 2010, 10:34 Available from : http://www.biomedcentral.com/1471-2334/10/34 [diakses pada 13 Sptember 2011]