Laporan Tutorial Skenario 2 Blok 11

139
0 LAPORAN TUTORIAL SKENARIO 2 BLOK 11 KELOMPOK E 1. Putri Inayah F. F. 0410100404 2 9. Zulfikar Lafran 04101004083 2. Sri Wahyuni 0410100404 4 10.Neno Kharisma 04101004056 3. Wahyu Dwi Putra 04101004019 11.Vivi Fitria 04101004063 4. Citra Faiza Putri 04101004045 12.Sri Rahmawati 04101004059 5. Dhanty W. 0410100402 9 13.Endita Widya C. 04101004080 6. Wahyu P. Opita 0410100404 7 14. Rillya Afriza 04101004062 7. Chianche Ongtin 04101004006 15.Dwi Astuti 04101004025 8. Maulia Septiari 0410100401 3 Fasilitator : drg. Berta Aulia PROGRAM STUDI KEDOKTERAN GIGI FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SRIWIJAYA 2013

Transcript of Laporan Tutorial Skenario 2 Blok 11

Page 1: Laporan Tutorial Skenario 2 Blok 11

7/16/2019 Laporan Tutorial Skenario 2 Blok 11

http://slidepdf.com/reader/full/laporan-tutorial-skenario-2-blok-11 1/139

0

LAPORAN TUTORIAL SKENARIO 2 BLOK 11

KELOMPOK E

1. Putri Inayah F. F. 04101004042 9. Zulfikar Lafran 04101004083

2. Sri Wahyuni 04101004044 10.Neno Kharisma 04101004056

3. Wahyu Dwi Putra 04101004019 11.Vivi Fitria 04101004063

4. Citra Faiza Putri 04101004045 12.Sri Rahmawati 04101004059

5. Dhanty W. 04101004029 13.Endita Widya C. 04101004080

6. Wahyu P. Opita 04101004047 14. Rillya Afriza 04101004062

7. Chianche Ongtin 04101004006 15.Dwi Astuti 04101004025

8. Maulia Septiari 04101004013

Fasilitator :

drg. Berta Aulia

PROGRAM STUDI KEDOKTERAN GIGI

FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS SRIWIJAYA

2013

Page 2: Laporan Tutorial Skenario 2 Blok 11

7/16/2019 Laporan Tutorial Skenario 2 Blok 11

http://slidepdf.com/reader/full/laporan-tutorial-skenario-2-blok-11 2/139

1

LAPORAN TUTORIAL SKENARIO 2 BLOK 11

KELOMPOK E

A. SKENARIO

Sayuti 27 tahun datang ke RSGM ingin membuat gigi tiruan baru karena gigi tiruan lamanya

goyang. Selain itu ia mengeluhkan adanya celah di daerah atas yang membuatnya sedikit malu bila

 berbicara. Dari hasil pemeriksaan klinis diperoleh data sebagai berikut :

-  Gigi yang masih ada : 7 6 5 4 3 2 1 1 2 3 4 5 6 7

5 4 3 2 1 1 2 3 4

-  Gigi Penyangga 34 mobiliti I, 34 dan 45 resesi gingival GTSL (Gigi Tiruan Sebagian

Lepasan) lama dengan posisi cengkeram/cangkolan pada gigi 34 dan 45 dari arah distal dan

tanpa sandaran oklusal

-  Adanya diastema anterior pada region 11 dan 21 sebesar  3,5 mm dikarenakan adanya gigi

supernumerary yang berada diantaranya dengan sedikit palate versi

-  Relasi Caninus RA dan RB, cups RA berkontak di daerah interdental C-P1 RB

-  Inklinasi insisivus RA sedikit proklinasi, overjet 5 mm, overbite 4 mm, kurva spee curam

-  Bentuk dan ketinggian linggir alveolaris (daerah edentulous RB) : square/persegi, sedikit

rendah/datar (terutama region 35,36,37)

Dokter gigi membuatkan rencana perawatan meliputi perawatan pendahuluan, pembuatan

GTSL pada RB dan pesawat orhtodontik lepasan pada RA. Untuk pembuatan GTSL RB,

sebelumnya dokter gigi melakukan pencetakan, mensurvei, mendesain model serta merancang

 pemilihan dan penyusunan anasir gigi tiruan .Sedangkan pembuatan pesawat orthodontik lepasan

RA, sebelumnya dokter gigi melakukan analisis model study gigi, analisis foto rontgen serta

mendesain pesawat orthodontik yang akan dibuat.

B. TIU 

1.  Mahasiswa memahami klasifikasi gigi tiruan serta diagnosis yang menunjang perawatan

 prosthodonsia

2.  Mahasiswa memahami prinsip – prinsip dasar biomekanik GTSL

3.  Mahasiswa memahami prosedur teknik pencetakan, komponen, peranan survei, pemilihan

dan penyusunan anasir GT dalam penentuan desain pembuatan GTSL

4. 

Mahasiswa memahami oklusi5.  Mahasiswa mampu mendesain pesawat ortodonsi lepasan plat aktif.

Page 3: Laporan Tutorial Skenario 2 Blok 11

7/16/2019 Laporan Tutorial Skenario 2 Blok 11

http://slidepdf.com/reader/full/laporan-tutorial-skenario-2-blok-11 3/139

2

C. KLARIFIKASI ISTILAH 

1.  Cengkeram atau Cangkolan

2.  Diastema

3.  Palato Versi

4.  Relasi

5.  Inklinasi

6.  Proklinasi

7.  Overjet

8.  Overbite

9.  Kurva Spee

10. Anasir Gigi Tiruan

11. Pesawat Orthodontik Lepasan

12. Sandaran Oklusal

13. Plat Aktif 

D. IDENTIFIKASI MASALAH 

1.  Sayuti 27 tahun dengan keluhan :

o  gigi tiruan lama goyang dan ingin membuat gigi tiruan baru

o  celah pada gigi depan atas

2.  Pemeriksaan Klinis

o  Gigi yang masih ada 7 6 5 4 3 2 1 1 2 3 4 5 6 7

5 4 3 2 1 1 2 3 4

o  Gigi Penyangga 34 mobiliti I, 34 dan 45 resesi gingival GTSL (Gigi Tiruan Sebagian

Lepasan) lama dengan posisi cengkeram/cangkolan pada gigi 34 dan 45 dari arah distal

dan tanpa sandaran oklusal

o  Adanya diastema anterior pada region 11 dan 21 sebesar  3,5 mm dikarenakan adanya

gigi supernumerary yang berada diantaranya dengan sedikit palate versi

o  Relasi Caninus RA dan RB, cups RA berkontak di daerah interdental C-P1 RB

o  Inklinasi insisivus RA sedikit proklinasi, overjet 5 mm, overbite 4 mm, kurva spee

curam

o  Bentuk dan ketinggian linggir alveolaris (daerah edentulous RB) : square/persegi, sedikit

rendah/datar (terutama region 35,36,37)

3.  Rencana Perawatan

o  Perawatan pendahuluan

o  RB : Pembuatan GTSL

o  RA: Pesawat Ortodontik Lepasan

Page 4: Laporan Tutorial Skenario 2 Blok 11

7/16/2019 Laporan Tutorial Skenario 2 Blok 11

http://slidepdf.com/reader/full/laporan-tutorial-skenario-2-blok-11 4/139

3

E. ANALISIS MASALAH

1.  a. Apa yang membuat Gigi Tiruan lama goyang dan apa akibatnya?

 b. Apa dampak dari diastema?

2.  a. Apa diagnosis pada kasus ini?

 b. Apa syarat gigi penyangga yang baik?

c. Apa syarat pembuatan GTSL yang baik?

d. Apa saja komponen GTSL?

e. Apa pengaruh gigi supernumerary terhadap terjadinya diastema?

f. Bagaimana syarat oklusi yang normal?

g. Bagaimana relasi gigi yang normal?

h. Bagaimana syarat jaringan pendukung yang baik untuk GTSL?

3. 

a. Apa saja yang termasuk perwatan pendahuluan untuk orthodontik dan prosthodontik pada kasus ini?

 b. Mengapa dokter gigi lebih memilih untuk memasang orthodontik lepasan dari

 pada cekat dan apa pertimbangannya?

c. Bagaimana prosedur dalam pembuatan GTSL dan orthodontik lepasan?

F. HIPOTESIS 

Sayuti 27 tahun mengalami maloklusi kelas 1 angle disertai diastema sentral Rahang Atas dan Klas

I Kennedy Rahang Bawah dengan rencana perawatan pesawat orthodontik lepasan plat aktif pada

Rahang Atas dan GTSL pada Rahang Bawah yang sebelumnya dilakukan perawatan pendahuluan.

G. LI 

a. Klasifikasi Gigi Tiruan

 b. Prinsip – prinsip dasar biomekanika GTSL

c. Prosedur teknik pencetakan, Komponen GTSL, Survei, Anasir Gigi Tiruan

d. Oklusi

e. Desain pesawat Ortodonsi Lepasan Plat Aktif 

Page 5: Laporan Tutorial Skenario 2 Blok 11

7/16/2019 Laporan Tutorial Skenario 2 Blok 11

http://slidepdf.com/reader/full/laporan-tutorial-skenario-2-blok-11 5/139

4

KLASIFIKASI GIGI TIRUAN

a. Klasifikasi kennedy

Kelas I Kennedy : daerah tak bergigi terletak dibagian posterior dari gigi yang masih ada

dan berada pada kedua sisi rahang (bilateral).

Gambar Klas I Kennedy

Kelas II Kennedy : daerah tak bergigi terletak dibagian posterior dari gigi yang masih ada,tetapi berada hanya pada salah satu rahang saja (unilateral).

Gambar Klas II Kennedy

Page 6: Laporan Tutorial Skenario 2 Blok 11

7/16/2019 Laporan Tutorial Skenario 2 Blok 11

http://slidepdf.com/reader/full/laporan-tutorial-skenario-2-blok-11 6/139

5

Kelas III Kennedy : daerah tak bergigi terletak dibagian posterior dari gigi yang masih

ada, tetapi berada hanya pada salah satu rahang saja (unilateral).

Gambar Klas III Kennedy

Kelas IV Kennedy : darah tak bergigi terletak dibagian anterior dari gigi-gigi yang masih

ada dan melewati garis tengah rahang.

Gambar Klas IV Kennedy

Page 7: Laporan Tutorial Skenario 2 Blok 11

7/16/2019 Laporan Tutorial Skenario 2 Blok 11

http://slidepdf.com/reader/full/laporan-tutorial-skenario-2-blok-11 7/139

6

b. Klasifikasi applegate

Kelas I : daerah tak bergigi sama dengan kelas I kennedy. Keadaan ini sering dijumpai pada

rahang bawah dan biasanya telah beberapa tahun kehilangan gigi.

Kelas II : daerah tak bergigi sama seperti kelas II kennedy.

Kelas III : keadaan tak bergigi paradental dengan kedua gigi tetangganya tidak lagi mampu

memberi dukungan kepada protesa secara keseluruhan.

Page 8: Laporan Tutorial Skenario 2 Blok 11

7/16/2019 Laporan Tutorial Skenario 2 Blok 11

http://slidepdf.com/reader/full/laporan-tutorial-skenario-2-blok-11 8/139

7

Kelas IV : daerah tak bergigi sama dengan kelas IV kennedy.

Kelas V : daerah tak bergigi paradental dimana gigi asli anterior tidak dapat dipakai sebagai

gigi penahan atau tidak mampu menahan gayah kunyah.

Kelas VI : daerah tak bergigi paradental dengan kedua gigi tetangga asli dapat dipakai

sebagai penahan.

c. Klasifikasi Cummer 

Klasifikasi pertama yang diakui secara professional. Dirancang tahun 1920 oleh Cummer 

gigi tiruan diklasifikasikan berdasarkan pada posisi dari penahan langsung (direct retainer).

Page 9: Laporan Tutorial Skenario 2 Blok 11

7/16/2019 Laporan Tutorial Skenario 2 Blok 11

http://slidepdf.com/reader/full/laporan-tutorial-skenario-2-blok-11 9/139

8

Diagonal : Dua penahan langsung (direct retainer) secara diagonal berlawanan dengan

 penahan lainnya.

Diametrik : Dua penahan langsung secara diametrik bersebrangan dengan penahan

lainnya.

Gambar GTSL diametrik 

Unilateral  : Dua atau lebih penahan langsung terhadap sisi yang sama

Gambar GTSl Unilateral

Multilateral : 3 terkadang 4 penahan langsung dalam hubungan triangular (kadang  –  

kadang guadrangular)

Page 10: Laporan Tutorial Skenario 2 Blok 11

7/16/2019 Laporan Tutorial Skenario 2 Blok 11

http://slidepdf.com/reader/full/laporan-tutorial-skenario-2-blok-11 10/139

9

Gambar GTSL multilateral triangular 

Gambar GTSL Multilateral Quadrangular 

d. Klasifikasi Meuk  

Dirancang pada tahun 1942, berdasarkan pada jumlah, panjang, dan posisi dari edentulous

dan jumlah serta posisi dari gigi yang masih ada.

Kelas I : Bilateral space tanpa adanya gigi posterior pada ruang tersebut.

Kelas II : Bilateral space dengan adanya gigi posterior pada salah satu ruang

Page 11: Laporan Tutorial Skenario 2 Blok 11

7/16/2019 Laporan Tutorial Skenario 2 Blok 11

http://slidepdf.com/reader/full/laporan-tutorial-skenario-2-blok-11 11/139

10

Kelas III : Bilateral space dengan adanya gigi posterior pada kedua ruang

Kelas IV : Unilateral space tanpa adanya gigi posterior pada ruang tersebut. Lengkung

lawan tidak hilang

Kelas V : Anterior space dengan lengkung posterior pada kedua sisi tidak hilang

Page 12: Laporan Tutorial Skenario 2 Blok 11

7/16/2019 Laporan Tutorial Skenario 2 Blok 11

http://slidepdf.com/reader/full/laporan-tutorial-skenario-2-blok-11 12/139

11

Kelas VI : Irregular space pada daerah lengkung gigi yang ada dapat single atau double

group

e. Klasifikasi Gadfrey 

Dirancang pada tahun 1951, klasifikasi ini didasarkan pada lokasi dan ukuran dari daerah

edentulous. Kelas utama tidak memiliki modifikasi.

Kelas A : Denture base ditunjang oleh gigi, pada bagian anterior. Dapat berupa ruang 5 gigi

tanpa terputus, ruang 5 gigi terputus atau ruang 4 gigi tanpa terputus.

Kelas B : Denture base yang ditunjang oleh mukosa pada daerah anteriornya. Dapat berupa

ruang 6 gigi tanpa terputus, ruang 5 gigi tanpa terputus atau ruang 5 gigi terputus.

Kelas C : Denture base ditunjang oleh gigi pada bagian posterior, dapat berupa ruang 3 gigi

tanpa terputus, ruang 2 gigi tanpa terputus atau ruang 2-3 gigi yang terputus.

Page 13: Laporan Tutorial Skenario 2 Blok 11

7/16/2019 Laporan Tutorial Skenario 2 Blok 11

http://slidepdf.com/reader/full/laporan-tutorial-skenario-2-blok-11 13/139

12

Kelas D : Denture base ditunjang oleh mukosa pada bagian posterior. Dapat berupa ruang 4

gigi tanpa terputus atau ruang setengah atau 3 gigi tanpa teputus

f. Klasifikasi Friedman 

Friedman memperkenalkan klasifikasi ―ABC‖ pada tahun 1953. 

A : Anterior 

B : Bounded

C : Cantilever 

Gambar Tipe A

Page 14: Laporan Tutorial Skenario 2 Blok 11

7/16/2019 Laporan Tutorial Skenario 2 Blok 11

http://slidepdf.com/reader/full/laporan-tutorial-skenario-2-blok-11 14/139

13

Gambar Tipe B

Gambar Tipe C

g. Klasifikasi Beckett dan Wilson (1957) 

Tahun 1921 ditemukan, klasifikasi ini untuk mempertimbangkan jumlah yang sebanding

dengan dukungan yang diberikan oleh gigi dan jaringan lunak. (mukosa dan yang mendasari tulang)

  Kualitas dari batasan dukungan (abutment support)

  Besarnya dukungan oklusal (occlusal support)

  Keharmonisan dari oklusi

  Kualitas dari mukosa dan ridge yang masih ada

Mereka percaya bahwa setiap upaya dapat dibuat untuk menghindari dukungan yang hanya

dari jaringan lunak.

Kelas I : Bounded Saddle 

Dibatasi oleh gigi yang memiliki syarat untuk mendukung gigi tiruan. Mukosa tidak 

digunakan sebagai pendukung.

Page 15: Laporan Tutorial Skenario 2 Blok 11

7/16/2019 Laporan Tutorial Skenario 2 Blok 11

http://slidepdf.com/reader/full/laporan-tutorial-skenario-2-blok-11 15/139

14

Kelas II : Free End 

Tooth and Tissue Borne : Didukung oleh gigi dan jaringan lunak 

Tissue Borne : Didukung oleh jaringan lunak 

Kelas III : Bounded Saddle 

Dibatasi oleh gigi tetapi tidak memiliki syarat untuk mendukung gigi tiruan seperti pada

kelas I.

h. Klasifikasi Craddock  

Dirancang tahun 1954, mengklasifikasikan gigi tiruan sebagian menurut :

Kelas I : Saddle Support pada kedua sisi atau batasan gigi yang kuat

Page 16: Laporan Tutorial Skenario 2 Blok 11

7/16/2019 Laporan Tutorial Skenario 2 Blok 11

http://slidepdf.com/reader/full/laporan-tutorial-skenario-2-blok-11 16/139

15

Kelas II : Kekuatan gigitan vertikal di aplikasikan sebagai penahan gigi tiruan sebagai

 jaringan lunak.

Kelas III : Didukung gigi pada satu ujung dari penjangkar 

i. Klasifikasi Skinner 

Diperkenalkan tahun 1959. Klasifikasinya dipengaruhi oleh klasifikasi Cummer. Klasifikasi

didasarkan pada hubungan antara edentulous arches dengan abutment teeth.

A.  Kelas I

Gigi penjangkar berada pada anterior dan posterior dari ruang edentulous dapat unilateral

maupun bilateral.

B.  Kelas II

Page 17: Laporan Tutorial Skenario 2 Blok 11

7/16/2019 Laporan Tutorial Skenario 2 Blok 11

http://slidepdf.com/reader/full/laporan-tutorial-skenario-2-blok-11 17/139

16

Semua gigi berada pada bagian posterior dari ruang poster edentubus dapat unilateral atau

 bilateral.

C.  Kelas III

Semua gigi penjangkar terletak di bagian dari ruang edentulous. Dapat unilateral atau

 bilateral.

D.  Kelas IV

Basis gigi tiruan berada dibagian anterior dan posterior gigi yang masih ada dan dapat

terjadi unilateral atau bilateral.

E.  Kelas V

Gigi penjangkar unilateral dalam hubungan dengan basis gigi tiruan dan dapat terjadiunilateral atau bilateral.

J. Klasifikasi Austin dan Lidge

Ditemukan tahun 1957. Menyebutkan bahwa ada 65.000 kemungkinan kombinasi dari gigi

dan area edentulous. 

Kelas A : Gigi anterior hilang 

A2 : Gigi anterior hilang pada kedua sisi tapi masih ada gigi diantara gigi yang hilang. 

Page 18: Laporan Tutorial Skenario 2 Blok 11

7/16/2019 Laporan Tutorial Skenario 2 Blok 11

http://slidepdf.com/reader/full/laporan-tutorial-skenario-2-blok-11 18/139

17

AB1 : Gigi anterior hilang pada kedua sisi (bilateral). 

A1 : Gigi anterior hilang pada satu sisi 

Gambar A1

Gambar A2

Gambar AB1

Kelas P : Gigi Posterior Hilang

P1 : Gigi posterior hilang pada satu sisi (unilateral)

P2 : Gigi posterior hilang pada kedua sisi, tapi masih ada sisi di antara gigi yang

Hilang

PB1 : Gigi posterior hilang pada kedua sisi (bilateral)

Page 19: Laporan Tutorial Skenario 2 Blok 11

7/16/2019 Laporan Tutorial Skenario 2 Blok 11

http://slidepdf.com/reader/full/laporan-tutorial-skenario-2-blok-11 19/139

18

Gambar P1

Gambar P2

Gambar PB 1

Kelas AP : Gigi anterior dan posterior hilang

AP 1 : Gigi anterior dan posterior pada satu sisi

AP2 : Gigi anterior dan posterior pada kedua sisi, tapi masih ada diantara sisi yang

Hilang

APB1 : Gigi anterior dan posterior pada kedua sisi (bilateral)

Page 20: Laporan Tutorial Skenario 2 Blok 11

7/16/2019 Laporan Tutorial Skenario 2 Blok 11

http://slidepdf.com/reader/full/laporan-tutorial-skenario-2-blok-11 20/139

19

Gambar AP1

Gambar AP2

Gambar APB1

Page 21: Laporan Tutorial Skenario 2 Blok 11

7/16/2019 Laporan Tutorial Skenario 2 Blok 11

http://slidepdf.com/reader/full/laporan-tutorial-skenario-2-blok-11 21/139

20

PRINSIP – PRINSIP DASAR BIOMEKANIKA GTSL

a. Prinsip Biomekanik 

Biomekanik terdiri dari 2 kata yaitu biologi dan mekanika. Biologi merupakan ilmu yangmempelajari mengenai kehidupan/ segala sesuatu yang hidup, sedangkan mekanika merupakan ilmu

 pengetahuan yang mempelajari gerak dan keseimbangan. Jadi, biomekanika adalah hubungan antara

sifat-sifat biologik struktur rongga mulut dan pengaruh fisik dari restorasi dental.

1.  Tipe Pengungkit

Alat diklasifikasikan ke dalam 2 kategori umum yaitu sederhana dan kompleks. Alatkompleks terdiri dari kombinasi dari berbagai alat sederhana yaitu lever, wedge, screw, wheel 

and axle, pulley, dan inclined plane. Alat sederhana seperti lever  dan inclined plane harus

dihindari dalam mendesain gigi tiruan sebagian lepasan.

Gambar. Terdapat 6 tipe pengungkit sederhana. Fulkrum (titik dukungan lever ), wedge, dan

inclined plane harus diperhatikan dalam mendesain GTSL karena dapat berbahaya bila tidak 

dikontrol dengan tepat. F. fulkrum

PrinsipBiomekanik 

Tipepengungkit

Gaya-gaya yangbekerja pada gigi

tiruan

Pergerakanrotasi selama

fungsi

Page 22: Laporan Tutorial Skenario 2 Blok 11

7/16/2019 Laporan Tutorial Skenario 2 Blok 11

http://slidepdf.com/reader/full/laporan-tutorial-skenario-2-blok-11 22/139

21

Tipe pengungkit pada GTS diilustrasikan sebagai aksi 2 alat sederhana yaitu :

1.  Pengungkit (lever )

Batang kaku didukung beberapa titik sepanjang batang tersebut. Bila pengungkit

menerima beban pada 1 titik perputaran maka terjadi perputaran sekitar daerah pendukung

(Fulkrum).

Terdapat 3 tipe pengungkit yaitu:

a.  Pengungkit kelas I (f i rst-class lever ), terjadi pada kasus Kennedy Kelas III

Gambar. Tipe pengungkit kelas I. R (resistence/ tahanan), E (effort / tekanan), F

(fulkrum)

b.  Pengungkit kelas II (second-cl ass lever ), terjadi pada kasus Kennedy Kelas I

Gambar. Tipe pengungkit kelas II. R (resistence/ tahanan), E (effort / tekanan), F

(fulkrum)

c.  Pengungkit kelas III (thi rd-class lever ), tidak terjadi pada GTS

Gambar. Tipe pengungkit kelas III. R (resistence/ tahanan), E (effort / tekanan), F

(fulkrum)

2. 

I nclined plane Alat yang berpengaruh pada kekuatan terjadi pergerakan pada inclined plane 

Page 23: Laporan Tutorial Skenario 2 Blok 11

7/16/2019 Laporan Tutorial Skenario 2 Blok 11

http://slidepdf.com/reader/full/laporan-tutorial-skenario-2-blok-11 23/139

22

2.  Gaya-gaya yang Bekerja pada Gigi Tiruan (GT)

Gaya yang terjadi pada GT selama fungsi antara lain:

a.  Gaya Oklusal

Gaya oklusal yang sering pula disebut gaya vertikal, merupakan gaya yang timbul

 pada waktu bolus makanan berada di permukaan oklusal GT sebelum dan pada saat

 berfungsi atau oklusi. Gaya oklusi ini hendaknya disalurkan kepada gigi asli.

Pada kasus GT yang pada kedua sisinya masih dibatasi gigi asli (bounded saddle),

gaya oklusal akan disangga oleh sandaran oklusal cengkeram. Dengan cara ini, gaya

oklusal tadi akan disalurkan ke akar gigi lalu ke membran periodontal sampai akhirnya

diterima oleh tulang alveolar.

Gambar. Gaya oklusal disalurkan melalui sandaran ke gigi penyangga 

Pada kasus GT  free end sebagian gaya oklusal akan diterima oleh gigi penyangga

dan sisanya oleh jaringan mukosa di bawah basis protesa.

Gambar. Gaya oklusal disalurkan ke gigi penyangga dan mukosa

Gaya oklusal yang diterima elemen pada waktu mastikasi akan diteruskan basis ke

 jaringan di bawahnya secara kompresif. Upaya untuk mengurangi gaya oklusal yang

diterima jaringan penyangga yaitu:

Page 24: Laporan Tutorial Skenario 2 Blok 11

7/16/2019 Laporan Tutorial Skenario 2 Blok 11

http://slidepdf.com/reader/full/laporan-tutorial-skenario-2-blok-11 24/139

23

  Pengurangan jumlah atau luas permukaan elemen.

  Penyaluran gaya oklusal secara merata pada jaringan pendukung dengan

menggunakan cetakan fungsional atau mukokompresi.

  Distribusi gaya seluas mungkin dengan memperbesar basis/ konektor utama agar 

 besar gaya per satuan luas menjadi lebih kecil. Perluasan basis rahang bawah sampai

retromolar pad dan rahang atas sampai tuberositas maksila

  Penempatan lengan cangkolan sampai ke permukaan mesial, jika cangkolan berasal

dari disal atau harus lebih dari setengah keliling gigi penyangga.

Gambar. Gaya oklusal dapat disangga secara baik oleh seluruh serat periodontal. Gaya

horizontal (A, B) hanya disangga oleh sebagian serat periodontal saja. Terlihat serat

 periodontal (D, G) menegang dan (C, F) tertekan pada waktu gaya horizontal bekerja. E

adalah titik pusat rotasi gigi

Besar gaya kunyah yang terjadi pada saat mastikasi tergantung pada usia, jenis

kelamin, kekuatan otot mastikasi, macam gigi antagonis, kebiasaan makan, serta lokasi

gigi yang diganti. Pada penderita usia lanjut, gaya kunyah lebih kecil dibandingkan merka

yang masih muda, begitu pula gaya kunyah laki-laki lebih besar daripada wanita.

Gaya vertical pelepas terjadi selama mengunyah, dimana makanan lengket akan

melekat pada permukaan oklusal dan ketika rahang terbuka maka gigitiruan akan bergerak terlepas dari posisinya. Pergerakan otot perifer, kekuatan tak terkontrol seperti batuk, bersin,

dan gaya berat untuk gigitiruan rahang atas dalam kelompok.

Selain efek terhadap gigi penyangga, efek pada jaringan pendukung yang terletak di

 bawah basis gigitiruan juga harus dipertimbangkan. Akibat dari perbedaan kompresibillitas

gigi penyangga dan mukosa yang menutupi linggir sisa menyebabkan tekanan lebih terpusat

 pada bagian edentulous. Linggir alveolaris pada bagian edentulous akan terkena rauma yang

 besar dan terus-menerus sehingga dapat menyebabkan rasa sakit pada bagian mukosa. Bila

hal ini berlangsung dalam waktu yang lama, resopsi linggir alveolus bagian posterior akan

Page 25: Laporan Tutorial Skenario 2 Blok 11

7/16/2019 Laporan Tutorial Skenario 2 Blok 11

http://slidepdf.com/reader/full/laporan-tutorial-skenario-2-blok-11 25/139

24

terjadi dan menimbulkan lingkaran keruasan yang progresif pada gigi penyangga dan

 jaringan pendukung yang terjadi saat berfungsi.

Resopsi linggir alveolus pada bagian edentulus juga akan mempengaruhi gigitiruan.

Gigitiruan tidak stabil saat berfungsi sehingga menyebabkan gangguan oklusi.

b.  Gaya Lateral

Kontak oklusi antara gigi-gigi dan aktivitas otot-otot di sekitar geligi tiruan pada

saat pengunyahan akan menimbulkan gaya horizontal. Berdasarkan arahnya, gaya

horizontal dapat dibagi menjadi gaya lateral dan gaya antero-posterior.

Gambar. Gaya horizontal dan aktivitas otot di sekitar geligi tiruan

Gaya lateral timbul pada saat rahang bawah bergerak dari posisi kontak oklusi

eksentrik ke posisi sentrik, atau sebaliknya. Gaya ini merupakan gaya yang paling merusak 

gigi asli maupun tulang alveolar pada daerah tak bergigi, karena hanya sebagian serat

 periodontal atau mukosa saja yang berfungsi menyangganya.

Gambar. Gaya lateral pada rahang atas (A) dan bawah (B)

Untuk mencegah kerusakan gigi asli dan resorpsi tulang alveolar berlebih, gaya

lateral harus diimbangi dengan kombinasi dari beberapa cara berikut ini:

  Penyaluran gaya lateral sebanyak mungkin pada gigi asli.

  Pengurangan sudut tonjol gigi.

Page 26: Laporan Tutorial Skenario 2 Blok 11

7/16/2019 Laporan Tutorial Skenario 2 Blok 11

http://slidepdf.com/reader/full/laporan-tutorial-skenario-2-blok-11 26/139

25

  Pengurangan luas permukaan bidang oklusal elemen tiruan.

  Pemakaian desain cengkeram bilateral.

  Penyusunan oklusi dan artikulasi yang harmonis.

c.  Gaya Antero-Posterior

Gaya ini terjadi pada pergerakan rahang dimana gigi depan ada pada posisi edge to

edge atau oklusi protrusif ke oklusi sentrik dan sebaliknya. Pada pergerakan ini ada

kecenderungan GT rahang bawah bergerak ke arah posterior dan GT rahang atas ke

anterior.

Gambar. Gaya anteroposterior pada (A) protesa atas dan (B) protesa bawah

Pergerakan semacam ini pada protesa rahang bawah dapat diatasi dengan :

  Penempatan lengan cengkeram sampai ke permukaan mesial, jika cengkeram berasal

dari sandaran distal.

  Penempatan sandaran dan konektor minor di sisi mesial gigi penyangga.

  Perluasan basis sampai retromolar pad.

  Pengurangan sudut tonjol gigi.

  Penyusunan oklusi dan artikulasi yang harmonis.

Pada rahang atas, pergerakan antero-posterior dapat diatasi dengan :

  Perluasan basis sampai tuber maksilaris.

  Penempatan cengkeram pada gigi posterior atau sandaran dan konektor minor pada

 permukaan distal.

  Perluasan konektor utama sampai gigi anterior.

  Pengurangan sudut tonjol gigi.

  Penyusunan oklusi dan artikulasi yang harmonis.

Page 27: Laporan Tutorial Skenario 2 Blok 11

7/16/2019 Laporan Tutorial Skenario 2 Blok 11

http://slidepdf.com/reader/full/laporan-tutorial-skenario-2-blok-11 27/139

26

d.  Gaya Pemindah atau Pelepas (Displacing or Dislodging Forces )

Gaya pemindah timbul karena pada saat mastikasi, makanan lengket melekat pada

 permukaan oklusal GT dan pada saat mulut terbuka protesa akan tertarik ke arah oklusal.

Selanjutnya pergerakan otot perifer, kekuatan tak terkontrol seperti batuk, bersin dan gaya

 berat untuk protesa rahang atas, termasuk dalam pergerakan gaya pemindah.

Gambar. Gaya perpindahan karena makanan lengket atau aktivitas otot

Perbedaan antara gaya perpindahan dan rotasi terletak pada ada tidaknya sumbu

rotasi. Pada gaya perpindahan, sandaran akan terangkat dari kedudukannya, sedangkan

 pada rotasi masih ada bagian sandaran yang berkontak dengan gigi dan merupakan

tumpuan untuk rotasi.

Gaya perpindahan ini ditahan oleh lengan retentif cengkeram dan bagian retentif 

lainnyadari geligi tiruan sebagian lepasan.

Pada GTSL free end akan terjadi pergerakan rotasi pada saat fungsi. Dalam hal ini,

ada 3 kemungkinan pergerakan rotasi, masing-masing rotasi pada garis fulkrum, pada

sumbu longitudinal, dan pada sumbu imajiner yang tegak lurus sumbu rahang.

3.  Pergerakan Rotasi selama Fungsi

a.  Pergerakan Rotasi pada Garis Fulkrum

Pergerakan ini terjadi sekeliling sumbu putar yang terbentuk oleh dua buah

sandaran utama. Garis ini disebut Garis Fulkrum atau Garis Rotasi dan merupakan pusat

rotasi geligi tiruan dalam arah vertikal. Bila ada gaya oklusal yang diterima protesa, maka

geligi tiruan akan bergerak ke arah jaringan mukosa. Besarnya pergerakan ini tergantung

 pada besarnya kompresibilitas mukosa yang bersangkutan. Garis fulkrum juga merupakan

 pusat rotasi basis protesa menjauhi jaringan mukosa, bila yang bekerja adalah gaya

Page 28: Laporan Tutorial Skenario 2 Blok 11

7/16/2019 Laporan Tutorial Skenario 2 Blok 11

http://slidepdf.com/reader/full/laporan-tutorial-skenario-2-blok-11 28/139

27

 perpindahan. Kalau lengan cengkeram cukup retentif dan efektif menahan sandaran oklusal

tetap pada kedudukannya, maka di sini hanya terjadi pergerakan rotasi saja.

Pergerakan ke arah mukosa dapat ditanggulangi dengan cetakan fungsional,

ketepatan basis dan tergantung pada kualitas jaringan pendukung. Pergerakan ke arah

oklusal, sementara itu dapat diimbangi dengan retensi tak langsung (indirect retention).

Gambar. Pergerakan rotasi sekeliling garis fulkrum

b.  Pergerakan Rotasi pada Sumbu Longitudinal

Pergerakan rotasi ini terjadi pada sumbu longitudinal yang melalui pusat sandaran

dan puncak linggir. Pada saat geligi tiruan berfungsi, basis ujung bebas akan berotasi pada

 puncak linggir. Pergerakan rotasi ini dapat ditanggulangi dengan ketegaran konektor utama

dan lengan retentif cengkeram pada sisi rahang lainnya. Jadi penempatan lengancengkeram sebaiknya bilateral. Pada desain unilateral, kedua lengan cengkeram harus

retentif.

Gambar. Pergerakan rotasi pada sumbu longitudinal

c.  Pergerakan Rotasi pada Sumbu Imajiner

Pergerakan pada sumbu imajiner tegak lurus pusat rahang terjadi karena gaya

kunyah horizontal dan diagonal bekerja pada protesa. Pergerakan rotasi jenis ini dapatditanggulangi oleh lengan pengimbang atau stabilisasi dari geligi tiruan, dan konektor 

Page 29: Laporan Tutorial Skenario 2 Blok 11

7/16/2019 Laporan Tutorial Skenario 2 Blok 11

http://slidepdf.com/reader/full/laporan-tutorial-skenario-2-blok-11 29/139

28

minor yang berkontak dengan permukaan vertikal gigi asli. Seperti halnya lengan retentif 

cengkeram, lengan pengimbang juga sebaiknya bilateral.

Gambar. Pergerakan rotasi pada pusat rahang

4. Penerapan Prinsip Biomekanik Dalam Usaha Mengatasi Permasalahan Gigi Tiruan

Sebagian Lepasan Berujung Bebas

Pada bagian awal telah dijelaskan bahwa pada kasus gigi tiruan sebagian lepasan berujung

 bebas akan terjadi ungkitan pada gigi penyangga, responsi linggir sisa akibat tekanan yang

 berlebihan yang pada akhirnya menyebabkan gangguan oklusi pada gigi tiruan saat berfungsi. Ada

tiga usaha yang dapat dilakukan untuk mengatasi permasalahn tersebut, yaitu : mempertimbangkan

 prinsip biomekanik dalam penempatan cangkolan, usaha-usaha untuk mengontrol beban dan bebrapa faktor lain yang perlu dipertimbangkan.

Kesenjangan dukungan pada bagian anterior/posterior menimbulkan adanya resiko

kerusakan pada gigi tiruan anterior atau jaringan mukoperiosteum (atau membrane mukosa) di

 bawah daerah  free-end saddle. Penting untuk meminimalisir muatan fungsional, terutama ketika

 basis berlawanan dengan gigi asli dari rahang lawannya.

Metode yang tersedia adalah:

  Penggunaan gigi posterior yang kecil.

  Menghilangkan satu atau bahkan dua gigi molar posterior (kecuali diperlukan untuk 

menutup jalan dari gigi asli yang berlawanan).

  Terkadang, lebih baik menghindari ketentuan dari basis, atau bahkan melawan saran

ketentuan dari gigi tiruan.

  Lindungilah lapisan jaringan lunak seluas mungkin untuk mengurangi konsentrasi

muatan dan memperpanjang dasar sampai ke area yang menyediakan dukungan yang

 paling besar, contohnya pada bagian bukal dari gigi tiruan mandibula.

Page 30: Laporan Tutorial Skenario 2 Blok 11

7/16/2019 Laporan Tutorial Skenario 2 Blok 11

http://slidepdf.com/reader/full/laporan-tutorial-skenario-2-blok-11 30/139

29

  Penempatan Cangkolan Pada Gigi Tiruan Sebagian Lepasan Berujung Bebas

1.  Penahan Langsung

Salah satu aspek yang penting dalam desain gigi tiruan sebagian lepasan berujung

 bebas adalah peranan penahan langsung. Penahan langsung adalah komponen gigi tiruan

sebagian lepasan yang dapat menahan tekanan pergeseran yang bekerja di sepanjang arah

 pemasangan. Tiga fungsi utama dari penahan langsung adalah :

  Pendukung 

Yaitu menahan pergerakan gigi tiruan ke arah jaringan lunak dengan menggunakan

sandaran oklusal.

 Akhir dari gigi anterior pada basis  free end  harus didukung oleh gigi, jika tidak 

tekanan / muatan fungsional menekan jaringan dari basis yang berdekatan menuju ke gigi

tiruan dan merusak jaringan gingival.

Sandaran oklusal atau singulum diperlukan. Biasanya disetujui jika gigi tiruan adalah

 premolar atau molar, sandaran biasanya diletakan di bagian mesial untuk mengurangi tilting 

 force.

Untuk meminimalisir tekanan yang bersifat destruktif pada gigi tiruan dari tekanan

fungsional pada basis, kombinasi dari sandaran dan clasp dapat dilakukan ( RPI System).

  Stabilisasi 

Yaitu menahan pergerakan horizontal dan rotasi dengan menggunakan lengan

resiprokal dan bagian yang kaku dari lengan retentif.

  Retensi 

Yaitu menahan pelepasan ke arah oklusal dengan menggunakan bagian yang lebih

fleksibel dari lengan retentif. Clasp dapat diletakan pada gigi tiruan, di mana dapat

Page 31: Laporan Tutorial Skenario 2 Blok 11

7/16/2019 Laporan Tutorial Skenario 2 Blok 11

http://slidepdf.com/reader/full/laporan-tutorial-skenario-2-blok-11 31/139

30

menahan regio anterior pada basis, walaupun mengakibatkan jumlah stress yang lebih jauh

 pada gigi tiruan. Untuk alasan ini, posisi dari clasp dan jalan yang dibutuhkan untuk 

mencapai daerah undercut harus diperkirakan dengan hati-hati. Walaupun demikian harus

diperkirakan juga retensi dari region posterior.

Metode yang tersedia :

  Minimalkan tekanan pergeseran dengan membentuk permukaan dari basis

  Buat gigi tiruan rahang atas dengan kondisi ringan.

  Penggunaan retensi tidak langsung (indirect retention)

Penempatan bagian-bagian dari cangkolan tersebut perlu diperhatikan guna

menjawab permasalahan yang terjadi pada GTSL berujung bebas. Seperti dijelaskan pada bagian awal bahwa terdapat tiga tipe pengungkit yang berhubungan dengan prinsip

 biomekanik. Posisi titik fulkrum akan mempengaruhi ungkitan yang terjadi pada gigi

 penyangga. Pada kasus GTSL berujung bebas sebaiknya digunakan tipe pengungkit klas II

(second class lever). Pada tipe ini titik fulkrum berada di ujung, tekanan pada ujung yang

 berlawanan dan tahanan yang berada di tengah.

Bila tipe ini diterapkan ke dalam desain gigi tiruan, maka kesatuan cangkolan berada

 pada bagian mesial gigi penyangga yang akan berfungsi sebagai fulkrum, dengan lengan

cangkolan berfungsi sebagai tahanan dan basis gigi tiruan sebagai tekanan (Gambar 10).

Page 32: Laporan Tutorial Skenario 2 Blok 11

7/16/2019 Laporan Tutorial Skenario 2 Blok 11

http://slidepdf.com/reader/full/laporan-tutorial-skenario-2-blok-11 32/139

31

Gigi tiruan didesain dengan menempatkan cangkolan di sebelah mesial gigi

 penyangga dengan lengan cangkolan berjalan dari mesial ke distal dan ujung cangkolan

terletak di bawah garis survei. Lengan resiprokal terletak pada sisi yang bersebelahan dan

 berada di atas garis survey, hal ini untuk menetralisir daya yang timbul oleh lengan

retentive. Sedangkan lengan retentive dan lengan resiprokal gigi penyangga pada satu sisi

harus terletak sama tinggi dengan gigi yang bersebrangan.

Penempatan cangkolan pada bagian mesial gigi penyangga dianjurkan pada gigi

tiruan lepasan berujung bebas untuk mengurangi ungkitan pada gigi penyangga.

Penempatan cangkolan pada bagian mesial akan memberikan keuntungan yaitu :

1. Memberikan retensi dan tahanan pada gigi tiruan

2. Pengaruh sandaran tidak terletak pada pusat gigi penyangga

3. Menghilangkan pengaruh gaya ungkit kelas I

4. Arah pergerakan basis tegak lurus linggir sisa

5. Menahan gigi tiruan bergerak ke distal

Pada saat timbul beban oklusal ketika mengunyah makanan maka lengan cangkolan

akan turut bergerak kea rah gingiva. Sebaliknya ketika mengunyah makanan lengket basis

gigitiruan akan bergerak ke oklusal sehingga lengan cangkolan bergerak ke oklusal.

Beberapa peneliti juga berusaha membuat modifikasi desain cangkolan untuk 

mengatasi permasalahn gigi tiruan sebagian lepasan berujung bebas. Kratochvill (1963),

membuat desain dari system RPI ( Rest Proximal I-bar) dengan menempatakan cangkolan I-

 bar pada pertengan bukal gigi penyangga dan sedikit ke anterior. Bagian ini berfungsi untuk 

melepaskan diri sari gigi penyangga waktu terjadi rotasi, sehingga gaya ungkit tidak terjadi pada gigi penyangga (gambar 11). Sedangkan Ben-Ur dan kawan-kawan (1988) mengganti

sistem I-bar menjadi bentuk L untuk meningkatkan efeksifitas dari system RPI-bar. System

ini digambarkan sebagai setengah T-bar. Sendaran mesio oklusal dan plat proksimal

dirancang seperti dalam system RPI. Cangkolan L-bar menyilang gingival margin dari gigi

 penyangga dalam jarak terpendek yang memungkinkan, naik kea rah garis survey dan

 berkontak dengan daerah gerong distobukal.

Page 33: Laporan Tutorial Skenario 2 Blok 11

7/16/2019 Laporan Tutorial Skenario 2 Blok 11

http://slidepdf.com/reader/full/laporan-tutorial-skenario-2-blok-11 33/139

32

  Penahan Tidak Langsung

Pada gigi tiruan yang didukung oleh gigi, pergerakan basis kearah linggir dapat

dicegah dengan menggunakan sandaran oklusal, sehingga tekanan oklusal dapat disalurkan

terhadap kedua gigi penyangga. Selanjutnya pergerakan ke arah horizontal dapat dicegah

oleh bagian pengimbang.

Pada gigitiruan sebagian lepasan berujung bebas, tidak seluruh gaya diterima

didukung oleh gigi penyangga karena tidak adanya gigi penyangga pada bagian posterior.

Pada keadaan ini sering terjadi rotasi, salah satu cara untuk mencegah terjadinya gerakan

tersebut adalah dengan membuat penahan tidak langsung ( indirect retainer ).

Fungsi penahan tidak langsung antara lain :

1.  Mencegah pergerakan basis berujung bebas menjahui linggir sisa

2.  Membantu plinting gigi anterior yang turut mendukung penahan tidak langsung terhadap

kemungkinan bergesernya gigi kea rah lingual.

3.  Mencegah konektor utama tertekan pada jaringan, karena penahan tidak langsung dapat

 bertindak sebagai sandaran oklusal tambahan.

4.  Mengurangi daya torsional dalam arah anterioposterio pada gigi penyangga utama

5.  Kontak konektor tambahan dengan permukaan vertical gigi penyangga akan menambah

stabilisasi terhadap penrgerakan horizontal yang mungkin terjadi pada gigi tiruan.

Macam-macam bentuk penahan tidak langsung yang dapat digunakan antara lain :

1. Sandaran Oklusal

a. Sandaran Oklusal Tambahan ( secondary occlusal rest )

Sandaran ini letaknya bukan pada gigi penyangga utama tetapi ditempatkan

 pada bagian gigi yang di preparasi. Dan menjahui garis fulkrum. Pada kasus kelas I

Kennedy, sandaran ini diletakkan pada bagian mesial ridge premolar satu kanan dan

kiri. Walupun jaraknya cukup dekat dengan garis fulkrum namun penempatannya

cukup efektif.

b. Sandaran Oklusal Diperluas Ke Kaninus ( caninus extension from occlusal rest )

Sandaran ini dipakai untuk mempertinggi efektivitas penahan tidak langsung dan

memperbesar lengan pengungkit terutama pada gigi premolar satu yang berfungsi sebagai

 penyangga utama sekaligus pendukung penahan tidak langsung. Sandaran ini berupa lengan

Page 34: Laporan Tutorial Skenario 2 Blok 11

7/16/2019 Laporan Tutorial Skenario 2 Blok 11

http://slidepdf.com/reader/full/laporan-tutorial-skenario-2-blok-11 34/139

33

 perluasan oklusal dari gigi premolar satu dan ditempatkan pada lengkung lingual kaninus

yang telah dipreparasi, dimana panjang lengkan pengungkit hanya selebat gigi ( antara

mesial dan distal marginal ridge premolar ) dan kalau perlu dapat diperpanjang satu gigi lagi

c. Sandaran Kaninus

Letak mesial marginal ridge premolar satu yang terlalu dekat dari garis fulkrum atau

 posisi gigi yang tidak menguntungkan sebagau pendukung penahan tidak langsung maka

 biasanya dipakai sandaran kaninus dengan menempatkan konektor tambahan pada

embrasure antara gigi insisivus dan kaninus. 

2. Lingual Sekunder Bar ( continuous clasp / knnedy bar / lingual apron)

Bagian ini terletak pada permukaan lingual gigi depan yang miring. Pada kasus kelas

I dan II Kennedy, pemakaian lingual sekunder bar hanya sebagai peninggi efektivitas

 penahan tidak langsung. Tepi superior bagian ini tidak boleh melebihi sepertiga bagian gigi

depan untuk mencegah gaya orthodontik pada gigi yang ditumpanginya pada saat terjadi

rotasi basis berujung bebas. 

3. Dukungan Rugae (rugae support)

Pada kasus klas I dan II Kennedy rahang atas, penutupan rugae dapat berfungsi

sebagai penahan tidak langsung bila mukosa daerah rugae padat dan kedudukannya baik 

(gambar 15). Rugae digunakan sebagai dukungan penahan tidak langsung bila pemakaian

 bar tambahan pada rahang atas merupakan kontraindikasi. Dukungan ini dapat dibuat

sebagai Palatal Horse Shoe Bar, Palatal Arm, atau Anterior Palatal Arm.

Page 35: Laporan Tutorial Skenario 2 Blok 11

7/16/2019 Laporan Tutorial Skenario 2 Blok 11

http://slidepdf.com/reader/full/laporan-tutorial-skenario-2-blok-11 35/139

34

4. Retensi langsung tak langsung (direct indirect retention )

Pada kasus klas I Kennedy rahang bawah, retensi yang diberikan basis berujung

 bebas biasanya tidak cukup mampu untuk mencegah basis gigi tiruan terangkat dari linggir 

sisa. Hal ini dapat diatasi dengan cara memperberat basis dengan salah satu bahan yang gaya

gravitasinya besar, karena penambahan berat ini basis jadi tidak mudah terangkat.

Pada rahang atas, perlu dibuat gigi tiruan seringan mungkin karena gaya gravitasi

 justru berakibat negatif. Untuk itu dibuat basis setipis mungkin. Biasanya plat palatal

mampu mencegah terlepasnya basis dari jaringan oleh gaya gravitasi.

5. Lengan Palatal (palatal arms )

Lengan Palatal terdiri dari perluasan basis atau konektor palatal, seringkali dibuat

dari metal yang diperpanjang ke bagian anterior dari titik fulkrum yang diletakkan pada

 bagian anterior palatum keras. Bagian ini dapat digunakan secara unilateral atau bilateral

sebagai penahan tidak langsung pada gigitiruan sebagian lepasan berujung bebas.

6. Anterior Palatal Bar

Digunakan sebagai penahan tidak langsung pada gigitiruan sebagian lepasan

 berujung bebas.

  Indirect Retention ; Gigi Tiruan Rahang Atas

Penggunaan clasp pada gigi tiruan (Kennedy Class II) atau gigi tiruan (Kennedy

Class I) tidak mencegah pegeseran ke bawah pada bagian distal dari basis. Kontak pada gigi

tiruan, sejauh bagian anterior yang mungkin pada sumbu axis clasp sampai ke daerah

fulcrum, memungkinkan clasp memperoleh retensi yang efektif pada bagian posterior.

Kemungkinan pada kontak daerah anterior untuk menyediakan indirect retention :

  sandaran singulum, biasanya pada insisivus sentral 

  sandaran anterior pada gigi tiruan yang memiliki bounded saddle dapat digunakan pada

kasus Kennedy kelas II. 

  tapi sandaran pada jaringan lunak kurang efektif dibandingkan yang berkontak dengan

gigi 

  Penggunaan palatal coverage , biasanya adalah resin akrilik, yang efektif dalam

menahan retensi tambahan dari area yang lebih luas. 

Page 36: Laporan Tutorial Skenario 2 Blok 11

7/16/2019 Laporan Tutorial Skenario 2 Blok 11

http://slidepdf.com/reader/full/laporan-tutorial-skenario-2-blok-11 36/139

35

 Keterangan : (Garis biru L-F pada cetakan bukan merupakn sumbu X, ini adalah tampikan

diagram sederhana yang menunjukkan garis pengungkitan)

  Indirect Retention ; Gigi Tiruan Rahang Bawah

Saat pengunyahan, tekanan adhesive akan mengakibatkan pergeseran pada area  free

end saddle pada gigi tiruan. Sama seperti kasus gigi tiruan rahang atas, kontak pada daerah

anterior harus dibuat indirect retention. Untuk retensi rahang bawah, pilihan yang ada

adalah kontak dengan gigi. Yang memungkinkan pemilihan konektor : bar conector  yang

 berada pada jaringan lunak (lingual bar, sublingual bar) yang menjadi tidak dapat diteruma

karena mengakibatkan perputaran atau rotasi yang dalam ke daerah sulkus ketika daerah free

end saddle diungkit.

Kemungkinan yang ada :

  Lingual bar atau sublingual bar, tapi harus ditambakan sandaran jari pada singulum pada

satu atau kedua gigi kaninus atau insisivus sentral.

 Dental bar 

  Plat lingual-cast metal yang lebih baik terbuat dari resin akrilik.

  Penggunaan lingual atau sublingual bar, tapi penambahan konektor kedua pada daerah

singulum. Kekurangan : tidak higienis dan toleransi yang buruk sehingga pasien merasa

tidak nyaman pada lidah.

Page 37: Laporan Tutorial Skenario 2 Blok 11

7/16/2019 Laporan Tutorial Skenario 2 Blok 11

http://slidepdf.com/reader/full/laporan-tutorial-skenario-2-blok-11 37/139

36

  Usaha-usaha Untuk Mengontrol Beban Pada Gigitiruan Sebagian Lepasan Berujung

Bebas

Ada beberapa usaha yang dilakukan untuk mengontrol beban sehingga menimbulkan reaksi

yang optimum baik pada linggir maupun gigi penyangga. Berdasarkan prinsip biomekanik maka

 beban yang timbul harus didistribusikan secara merata.

Usaha-usaha yang dilakukan agar dapat mengontrol beban pada gigi peyangga dan linggir 

alveolus antara lain:

1.  Pendistribusian beban secara selektif pada jaringan pendukung

2.  Pengurangan beban vertikal pada basis gigitiruan

3.  Pendistribusian beban secara penekanan

4.  Penggunaan teknik cetakan dengan penekanan

1.  Pendistribusian beban secara selektif pada jaringan pendukung

Ketika beban diberikan pada gigitiruan maka sebagian beban akan didistribusikan

 pada gigi peyangga dan sebagian lagi pada mukosa di bawah basis. Distribusi beban yang

diberikan pada kedua jaringan ini dapat dikontrol melalui : 

Page 38: Laporan Tutorial Skenario 2 Blok 11

7/16/2019 Laporan Tutorial Skenario 2 Blok 11

http://slidepdf.com/reader/full/laporan-tutorial-skenario-2-blok-11 38/139

37

-  Penggunaan konektor yang kaku

Untuk menghubungkan penahan langsung dari gigi penyangga ke basis gigitiruan sehingga

 proporsi beban yang diberikan pada gigi peyangga lebih besar daripada ke mukosa.

-  Pemakaian stress-breakers

Untuk memungkinkan pergerakan antara retainer dan basis gigitiruan sehingga gaya tidak 

langsung diterima oleh gigi peyangga

-  Penempatan sandaran oklusal di sebelah anterior 

Untuk menahan pergerakan gigitiruan ke distal dans ebagai penahan tidak langsung

2.  Pengurangan beban vertikal pada basis gigitiruan

Bila beban yang diberikan pada gigitiruan selama mengunyah makanan berkurang,

maka resiko bahwa beban akan merusak jaringan pendukung juga akan berkurang.

Pengurangan ukuran dataran oklusal akan mengurangi gaya vertikal dan horizontal yang

 bekerja pada gigitiruan dan memperkecil tekanan pada gigi peyangga dan mukosa.

Ditemukan bahwa pengurangan beban dapat diperoleh dengan mengurangi ukuran

 permukaan oklusal dari gigitiruan berujung bebas. Ada tiga cara untuk mengurangi ukuran

 permukaan oklusal.

-  Mengurangi jumlah anasir gigitiruan yang akan disusun pada basis

-  Menggunakan anasir gigitiruan yang permukaan oklusalnya sedikit lebih kecil dari gigi asli

-  Menggunakan gigi kaninus dan premolar untuk mengganti gigi premolar dan molar 

3.  Pendistribusian beban secara merata

Semakin luas basis, semakin sedikit beban per satuan luas yang diterima oleh jaringan

 pendukung. Distribusi beban dapat menguntungkan gigi peyangga dan membran mukosa serta

tulang alveolar di bawahnya. Hal ini dapat dilakukan dengan :

-  Pembuatan basis gigitiruan selebar mungkin

Untuk mencegah pergeseran gigitiruan ke arah posterior dan menambah retensi

fisiologis. Pada rahang atas sampai ke hamular notch dan rahang bawah diperluas lebih

 besar dari segitiga retromolar pad.

-  Menghubungkan lebih dari satu gigi peyangga pada satu sisi rahang

Page 39: Laporan Tutorial Skenario 2 Blok 11

7/16/2019 Laporan Tutorial Skenario 2 Blok 11

http://slidepdf.com/reader/full/laporan-tutorial-skenario-2-blok-11 39/139

38

Upaya yang dapat dilakukan adalah melalui splinting pada gigi yang akarnya pendek 

dan menggunakan cangkolan ganda.

4.  Penggunaan teknik cetakan dengan penekanan

Pada bagian awal telah dijelaskan bahwa terdapat perbedaan kompresibilitas antaragigi peyangga dan mukosa. Mukosa memiliki kompresibilitas yang lebih besar sehingga

menyebabkan pergerakan ke arah jaringan ketika gigitiruan menerima beban. Pada saat

sandaran menerima beban maka gerakan rotasi akan terjadi secara maksimal karena mukosa

yang menjadi bantalan gigitiruan dicetak dengan tekanan minimal. Salah satu cara untuk 

mengatasi ini adalah menggunakan cetakan dengan tekanan fungsional yaitu dengan cara

cetakan seksional atau cetakan ganda. Melalui cara ini diharapkan pergerakan gigitiruan

 pada saat berfungsi seminimal mungkin. Beberapa ahli menekankan perlunya untuk 

mencetak jaringan yang mendukung bsis GTSL berujung beban dalam keadaan fungsional

untuk mecegah sedapat mungkin ungkitan pada gigi peyangga.

  faktor-faktor lain yang perlu dipertimbangkan dalam usaha mengatasi permasalahan

GTSL berujung bebas antara lain: 

1. Kontur dan kualitas linggir sisa

Linggir sisa yang ideal untuk mendukung basis gig tiruan harus terdiri dari tulang

kortikal yang menutupi tulang konselus relatif tebal, puncak yang luas dan datar dengan

lekukan vertikal yang tinggi dan dilindungi oleh jaringan konektif fibrous yang kuat dan

ideal. Pada keadaan ini linggir sisa akan secara optimal mendukung basis gigi tiruan untuk 

menerima tekanan vertikal dan horizontal, namun bentuk ideal seperti ini jarang dijumpai.

Biasanya jaringan yang bergerak tidak akan adekuat mendukung basis gigi tiruan

dan bila jaringan yang terletak antara tulang dan linggir sisa tajam, maka basis gigi tiruan

akan merusak jaringan. Pada dasarnya tidak hanya keadaan linggir sisa saja yang perlu

dipertimbangkan untuk keperluan dukungan basis gigi tiruan, tetapi hubungannya dengan

gaya-gaya yang secara langsung diterima juga perlu dipertimbangkan.

Salah satu tujuan perawatan dengan pembuatan gig tiruan sebagian lepasan adalah

untuk mempertahankan kesehatan jaringan rongga mulut yang masih ada. Gigi tiruan

sebagian lepasan berujung bebas didukung oleh dua jaringan yang memiliki perbedaan

kompresibilitas yaitu gigi penyangga dan mukosa yang menutupi linggir sisa. Untuk 

Page 40: Laporan Tutorial Skenario 2 Blok 11

7/16/2019 Laporan Tutorial Skenario 2 Blok 11

http://slidepdf.com/reader/full/laporan-tutorial-skenario-2-blok-11 40/139

39

melestarikan struktur pendukung gigi tiruan ini diperlukan beberapa usaha untuk mengatasi

 permasalahan pada GTSL berujung bebas dengan mempertimbangkan prinsip biomekanika.

Salah satu upaya yang dilakukan dengan penerapan prinsip biomekanik adalah

melalui penempatan cangkolan dengan menggunakan penahan langsung mengikuti tipe

 pengungkit klas II (second class lever) yaitu meletakkan kesatuan cangkolan pada bagian

mesial gigi penyangga. Penempatan kesatuan cangkolan di bagian mesial gigi penyangga

lebih menguntungkan karena ungkitan pada gigi penyangga dapat diminimalkan. Namun

ada beberapa kondisi yang menyebabkan dilakukannya modifikasi, sebagai contoh: daerah

gerong di bawah garis survei yang minimal menyebabkan penggunaan cangkolan

sirkumferensial kurang retentif. Penggunaan cangkolan sirkumferensial juga menyebabkan

faktor estetis berkurang dan ungkitan pada gigi penyangga terjadi ketika timbul gaya pada

saat berfungsi.

Dengan mempertimbangkan hal tersebut maka Kratochvil dan Ben-Ur membuat

modifikasi desain cangkolan. Kratochvil membuat desain RPI-bar sedangkan Ben-Ur 

melakukan modifikasi menggantikan I-bar dengan bar berbentuk L. I-bar bebas dilepaskan

dari gigi ketika rotasi terjadi di sekeliling sandaran oklusal mesial. L-bar jika ditempatkan

dekat atau sama pada garis permukaan horizontal sebagai sandaran oklusal juga terlepas dari

gigi penyangga. L-bar lebih memenuhi fungsi estetisnya jika dialokasikan lebih ke distal

dari permukaan bukal. Tidak adanya daerah gerong pada permukaan bukal dari gigi

 premolar mandibula atau keharusan rekontruksi gigi kaninus jika digunakan I-bar.

Rekontruksi ini harus diperluas ke anterior dalam menyediakan kebebasan untuk 

melepaskan I-bar selama bergerak ke jaringan. Daerah gerong disto-bukal selalu digunakan

oleh L-bar. Arah pasang distal dapat digunakan tanpa menekan pada gigi penyangga. L-bar 

ini lebih praktis sehingga memudahkan pergerakan dari gigi tiruan.

Setelah dilakukan medifikasi terhadap desain cangkolan, namun jika tetap tidak memungkinkan untuk penempatan cangkolan pada bagian mesial, sebagai contoh ; gigi

 penyangga yang berotasi ke arah distal dari permukaan fasial akan mempunyai fossa mesial

marginal ridge jauh ke bukal dimana hal itu menyebabkan kurang estetis, dan sering tidak 

memungkinkan penggunaan fossa mesial untuk sandaran oklusal terutama pada gigi tiruan

akrilik. Oklusi gigi penyangga dan antagonisnya yang rapat. Pada keadaan ini penempatan

cangkolan dapat digunakan tipe pengungkit klas I (first class lever). Untuk mengatasi

masalah yang ditimbulkan dari penempatan cangkolan ini dapat digunakan penahan tidak 

langsung.

Page 41: Laporan Tutorial Skenario 2 Blok 11

7/16/2019 Laporan Tutorial Skenario 2 Blok 11

http://slidepdf.com/reader/full/laporan-tutorial-skenario-2-blok-11 41/139

40

Salah satu upaya lain untuk mengatasi permasalahan GTSL berujung bebas adlah

menggunakan teknik cetakan dengan penekanan. Teknik cetakan ini dapat diperoleh dengan

cetakan seksional atau cetakan ganda yaitu memberikan tekanan pada mukosa sesuai dengan

kemampuan fisiologis jaringan yang menerima beban. Sayangnya sulit untuk mengontrol

level tekanan yang digunakan. Bila tekanan mencapai level yang berlebihan maka hal

tersebut akan menimbulkan hal yang tidak diinginkan ketika gigi tiruan dipasangkan pada

 pasien oleh karena mukosa dicetak dengan tekanan maka jaringan ini akan memberikan

gaya ke atas yang meningkat pada basis gigi tiruan karena sifat jaringan yang lenting akan

kembali ke posisinya.

Bila penahan langsung dapat memepertahankan posisi gigi tiruan, jaringan di bawah

 basis akan berada di dalam keadaan tekanan konstan. Bila hal ini berlebihan, jaringan lunak 

dapaty menunjukkan reaksi patologis yang bervariasi dari hiperemia sampai nekrosis.

Berkurangnya pasokan darah ke jaringan dapat memperdepat resorpsi linggir sisa.

Sebaliknya bila penahan langsung tidak adekuat dalam mempertahankan posisi gigi tiruan,

lentingan dari jaringan yang tertekan akan menyebabkan gigi tiruan bergerak menjauhi

linggir sisa. Hal inilah yang harus menjadi pertimbangan bagi praktisi dan dokter gigi

sehingga lebih memperhatikan keberhasialn perawatan pada kasus gigi tiruan lepasan

 berujung bebas.

Prosedur teknik pencetakan, komponen, peranan survei, pemilihan dan penyusunan anasir 

GT dalam penentuan desain pembuatan GTSL

  Meminimalisir kejadian yang tidak menguntungkan jaringan disekitarnya, khusus

kasus free end yang harus diperhatikan:

1.  Perlu diusahakan adanya penahan tak langsung

2.  Desain cengkram harus dibuat sederhana sehingga tekanan kunyah yang bekerja pada gigi

 penahan jadi seminimal mungkin

3.  Sandaran oklusal hendaknya diletakkan menjauhi daerah tak bergigi

4.  Perlu dilakukan pencetakkan agar keseimbangan penerimaan beban kunyah antara gigi dan

mukosa dapat dicapai

5.  Dalam pembuatan desain perlu diperhatikan kemungkinan perlunya pelapisan atau

 penggantian basis dikemudian hari dan hal ini harus mudah dilakukan.

Page 42: Laporan Tutorial Skenario 2 Blok 11

7/16/2019 Laporan Tutorial Skenario 2 Blok 11

http://slidepdf.com/reader/full/laporan-tutorial-skenario-2-blok-11 42/139

41

  Diagnosa yang menunjang perawatan prosthodonsia

Pada pembuatan gigitiruan sebagian lepasan, rencana perawatan dan perawatan pendahuluan

harus ditetapkan terlebih dahulu, karena beberapa keadaan dapat mempengaruhi keadaan yang lain.

Jika pada pasien terdapat keluhan rasa sakit sebelum pembuatan gigitiruan, mungkin yang

diperlukan adalah pencabutan gigi geligi sesegera mungkin, jika penambalan tidak dapat dilakukan,

untik mendapatkan kesehatan rongga mulut. Selama proses pemeriksaan, rencana perawatan

sementara telah ditentukan untuk digunakan pada masingmasing gigi geligi yang tinggal,

 pembuatan gigitiruan sebagian lepasan dikatakan berhasil jika berbanding langsung pada gigi geligi

yang tinggal, pemeriksaan rontgen foto juga diperlukan pada keadaan seperti ini untuk melihat

keadaan gigi yang tinggal seperti karies interdental dan kualitas tulang alveolar.

Perawatan pendahuluan yang dilakukan sebelum pembuatan gigitiruan sebagian lepasan

 bertujuan untuk melihat keadaan seluruh perubahanperubahan/ kelainan yang terjadi pada gigigeligi, linggir alveolus yang mendukung gigitiruan dan struktur rongga mulut yang lain yang dapat

menggagalkan dalam pembuatan gigitiruan sebagian lepasan. Tujuan diagnosa dan perawatan

 pendahuluan mempunyai arti yang penting terhadap suksesnya pembuatan gigitiruan untuk 

kebutuhan pasien.

  Diagnosa dan perawatan pendahuluan pada pembuatan gigitiruan mempunyai

beberapa pertimbangan :

1. Membentuk kesehatan jaringan periodontal.

2. Pemulihan gigi pasien.

3. Pemulihan dan mengahrmoniskan hubungan oklusal.

4. Penggantian dari gigi yang hilang.

Jika pasien langsung dirawat tanpa melakukan diagnosa dan perawatan pendahuluan, maka

kegagalanlah yang akan dihadapi.

  Kegagalan-kegagalan dari pembuatan gigitiruan sebagian lepasan :

1. Rusaknya bagian-bagian yang lain. Biasanya dapat terjadi jika diagnosa dilakukan tidak tepat.

2. Kegagalan untuk mengevaluasi keadaan yang terlihat.

3. Kegagalan dalam persiapan pasien dan perbaikan jaringan mukosa sebelum dibuat gigitiruan

 pada model.

Page 43: Laporan Tutorial Skenario 2 Blok 11

7/16/2019 Laporan Tutorial Skenario 2 Blok 11

http://slidepdf.com/reader/full/laporan-tutorial-skenario-2-blok-11 43/139

42

  Selain diagnosa dan perawatan pendahuluan, ada hal-hal yang sama pentingnya,

yaitu:

1. Penjelasan kepada pasien mengenai gigitiruan yang akan dibuat, sehingga pasien mengerti akan

kegunaan gigitiruan tersebut.

2. Memastikan kebutuhan gigitiruan untuk pasien.

3. Keinginan pasien yang berhubungan dengan kebutuhannya.

4. Hubungan rencana perawatannya dengan kebutuhannya.

Mendiagnosa pasien berarti melakukan anamnese dan pemeriksaan terhadap pasien.

Anamnese yaitu menanyakan kepada pasien mengenai segala sesuatu yang ada hubungannya

dengan gigitiruan yang akan dipakainya.

 Pemeriksaan

1. Pemeriksaan subjektif 

2. Pemeriksaan objektif 

1. Pemeriksaan subjektif.

Yang diperiksa antara lain: Penyakit sistemik, misalnya: hipertensi, diabetes mellitus.

· Kebiasaan jelek, misalnya: mengunyah di satu sisi, bruxism, dsb.

· Apakah pernah memakai gigitiruan, jika pernah bagaimana keluhankeluhan gigitiruan yang lama.

2. Pemeriksaan objektif. 

Pemeriksaan objektif terbagi dua:

a. Pemeriksaan ekstra oral

 b. Pemeriksaan intra oral.

Pada pemeriksaan objektif ini, pemeriksaan dapat dilakukan dengan:

· Melihat

· Palpasi

· Perkusi

· Sonde

· Termis

· Rontgen foto

Page 44: Laporan Tutorial Skenario 2 Blok 11

7/16/2019 Laporan Tutorial Skenario 2 Blok 11

http://slidepdf.com/reader/full/laporan-tutorial-skenario-2-blok-11 44/139

43

Pemeriksaan ektra oral meliputi pemeriksaan terhadap:

1. Bentuk muka/wajah

a. Dilihat dari arah depan.

- oval/ovoid

- persegi/square

- lonjong/tapering

 b. Dilihat dari arah samping.

- cembung

- lurus

cekung

2. Bentuk bibir

- panjang, pendek - normal

- tebal, tipis

- tegang, kendor ( flabby)

Tebal tipis bibir akan mempengaruhi retensi gigitiruan yang akan dibuat, dimana bibir yang

tebal akan memberi retensi yang lebih baik.

3. Sendi rahang

- mengeletuk 

- kripitasi

- sakit

Pemeriksaan intra oral meliputi pemeriksaan terhadap:

1. Pemeriksaan terhadap gigi, antara lain:

a. Gigi yang hilang

 b. Keadaan gigi yang tinggal:

- gigi yang mudah terkena karies

- banyaknya tambalan pada gigi

- mobility gigi

- elongasi

- malposisi

- atrisi

Jika dijumpai ada kelainan gigi yang mengganggu pada pembuatan gigitiruan, maka

sebaiknya gigi tersebut dicabut.

Page 45: Laporan Tutorial Skenario 2 Blok 11

7/16/2019 Laporan Tutorial Skenario 2 Blok 11

http://slidepdf.com/reader/full/laporan-tutorial-skenario-2-blok-11 45/139

44

c. Oklusi : diperhatikan hubungan oklusi gigi atas dengan gigi bawah yang ada. Angle klas I, II, dan

III.

d. Adanya ovrclosed occlusion pada gigi depan, dapat disebabkan, antara lain

karena :

- angular cheilosis

- disfungsi dari TMJ

- spasme otot-otot kunyah

Spasme otot-otot kunyah dapat diperbaiki dengan menambah dimensi vertical pada

 pembuatan gigi tiruan sebagian lepasan. Selain deep overbite, harus diketahui juga ukuran over jet 

dari gigi depan. Dalam keadaan normal, ukuran over  bite dan over jet ini berkisar antara 2 mm.

e. Warna gigi

Warna gigi pasien harus dicatat sewaktu akan membuat gigi tiruan sebagian lepasan, terutama pada pembuatan gigitiruan di daerah anterior untuk kepentingan estetis.

f. Oral hygiene

- adanya karang gigi

- adanya akar gigi

- adanya gigi yang karies

- adanya peradangan pada jaringan lunak, misalnya : gingivitis

Rontgen foto.

Dengan rontgen foto dapat diketahui adanya:

- kualitas tulang pendukung dari gigi penyangga

- gigi-gigi yang terpendam, sisa-sisa akar 

- kista

- kelainan periapikal

- resorbsi tulang

- sclerosis (penebalan tulang)

h. Resesi gingival

Terutama pada gigitiruan sebagian lepasan yang dilihat untuk gigi penyangga dari gigitiruan

tersebut.

i. Vitalitas gigi

2. Pemeriksaan terhadap mukosa / jaringan lunak yang menutupi tulang alveolar, seperti:

- inflamasi, pada keadaan ini mukosa harus disembuhkan terlebih dahulu sebelum dicetak.

- bergerak/tidak bergerak.

- keras/lunak 

Page 46: Laporan Tutorial Skenario 2 Blok 11

7/16/2019 Laporan Tutorial Skenario 2 Blok 11

http://slidepdf.com/reader/full/laporan-tutorial-skenario-2-blok-11 46/139

45

3. Pemeriksaan terhadap bentuk tulang alveolar.

- bentuk U, V

- datar, sempit, luas, undercut

4. Ruang antar rahang

- besar, dapat disebabkan karena pencabutan yang sudah terlalu lama

- kecil, dapat disebabkan karena elongasi cukup, minimal jaraknya 5 mm

5. Adanya torus

-pada palatum disebut torus palatinus

-pada mandibula disebut torus mandibula

Torus ini bila keadaan mengganggu pada pembuatan gigitiruan, harus dibuang.

6. Pemeriksaan jaringan pendukung gigi

7. Pemeriksaan terhadap frenulum 

Apakah perlekatannya tinggi atau rendah sampai puncak alveolar, dimana jika perlekatan

yang rendah akan mengganggu gigitiruan yang dibuat, sehingga perlu dilakukan pembebasan.

Setelah dilakukan pemeriksaan-pemeriksaan terhadap pasien, dapat diketahui apakah masih perlu

dilakukan perawatan pendahuluan sebagai persiapan perawatan prostodontik.

Dari hasil pemeriksaan-pemeriksaan tersebut di atas, maka dapat ditentukan :

- diagnosa

- rencana perawatan

- prognosis

Page 47: Laporan Tutorial Skenario 2 Blok 11

7/16/2019 Laporan Tutorial Skenario 2 Blok 11

http://slidepdf.com/reader/full/laporan-tutorial-skenario-2-blok-11 47/139

46

PROSEDUR TEKNIK PENCETAKAN 

Setelah dilakukan perawatan pendahuluan dan luka pencabutan sudah sembuh maka

 pencetakan terhadap pasien dapat dilakukan. Sebelumnya terlebih dahulu dijelaskan kepada pasien,

 bahwa dalam pengambilan cetakan harus dalam keadaan rileks agar diperoleh hasil cetakan yang baik.

Pencetakan rahang adalah tiruan bentuk negatif dari jaringan rongga mulut yang merupakan

 jaringan pendukung gigi tiruan. Cetakan dilakukan untuk mendapatkan model yang merupakan

 bentuk tiruan yang sesuai dengan bentuk dan ukuran jaringan rongga mulut.

Keberhasilan suatu gigi tiruan sangat tergantung pada proses pembuatannya, salah satu

tahap penting dalam proses pembuatan gigi tiruan adalah tahap pencetakan. Dalam tahap tersebut

diguanakan teknik pencetakan yang diharapkan dapat menghasilkan suatu cetakan yang akurat

sehingga dihasilkan pula gigi tiruan dengan adaptasi yang baik. Teknik pencetakan dapat dipilih

dengan mempertimbangkan keunggulan dan kelemahannya. Dukungan terhadap gigi tiruan dapat

diperoleh dari tulang rahang atas dan rahang bawah dan mukosa yang menutupinya. Keadaan ini

dapat

diperoleh dengan menggunakan tekanan secara selektif yang sesuai dengan kelenturan jaringan

yang menutupi daerah pendukung gigi tiruan. Cetakan harus mencakup semua jaringan pendukung

sesuai dengan batas-batas kesehatan dan pergerakan jaringan pendukung dan jaringan pembatas gigi

tiruan sehingga batas pinggir gigi tiruan harmonis atau sesuai dengan batasan anatomis dan

fisiologis dari struktur rongga mulut. Selain itu juga harus terdapat ruangan yang cukup untuk 

 penempatan bahan cetak pada sendok cetak fisiologis.

Banyak bahan cetak yang sering digunakan pada  prosthetic dentistry yang diklasifikasikan,

seperti :

1.  Bahan Cetak Kaku ( Rigid Material )

Merupakan bahan cetak yang setelah mengeras konsistensinya kaku.

Contoh : Plaster of Paris, metallic oxide paste

2.  Bahan Cetak Termoplastik (Thermoplastic Meterial )

Merupakan bahan cetak yang menjadi plastis pada suhu tinggi, tetapi menjadi keras kembali

seperti semula bila suhu diturunkan.

Contoh : modelling plastic, impression waxes

3.  Bahan Cetak Elastik ( Elastic Material )

Merupakan bahan cetak yang tetap dalam keadaan elastis atau fleksibel setelah dikeluarkan dari

mulut.

Contoh : agar-agar, alginat, mercaptan rubber base material 

Page 48: Laporan Tutorial Skenario 2 Blok 11

7/16/2019 Laporan Tutorial Skenario 2 Blok 11

http://slidepdf.com/reader/full/laporan-tutorial-skenario-2-blok-11 48/139

47

Sebelum dilakukan pengambilan cetakan pada pasien, ada beberapa hal yang harus

diperhatikan yaitu :

1.  Pemilihan bahan cetak 

Bahan cetak yang dapat digunakan yaitu :

a.   Irreversible hydrocolloid 

Bahan ini tidak dapat dipakai lebih dari satu kali setelah dipakai. Digunakan untuk model

diagnostik.

Contoh : Alginat.

 b.   Reversible hydrocolloid  

Bahan cetak ini dapat dipakai berulang-ulang. Hasil cetakan yang diperoleh lebih akurat.

Contoh : Agar 

Perbedaan antar reversible hydrocolloid dengan irreversible hydrocolloid yaitu :a.   Reversible hydrocolloid berubah dari bentuk gel (liat) ke sol (padat), mempunyai dimensi

yang lebih stabil setelah dikeluarkan dari mulut.

 b.   Irreversible hydrocolloid menjadi gel melalui reaksi kimia dari hasil pencampuran antara

 bubuk dan air.

2.  Pemilihan sendok cetak 

a.  Harus sesuai dengan bentuk lengkung rahang, bila diletakkan dalam mulut harus ada

selisih ruangan kira-kira 4-5 mm.

 b.  Harus sesuai dengan bahan cetaknya, jika memakai alginat harus memakai sendok cetak 

yang berlubang atau yang memakai spiral di tepinya.

c.  Sayap sebelah lingual sendok cetak rahang bawah dapat diperpanjang dengan malam untuk 

memperluas di bagian posterior.

Teknik Mencetak 

Teknik mencetak dengan penekanan yang selektif antara gigi dan jaringan pendukung :

1.  Teknik mukokompresi

Jaringan lunak mulut di bawah penekanan. Pencetakan dilakukan dengan menggunakan bahan

yang mempunyai viskositas tinggi, sehingga tekanan lebih dibutuhkan ke arah mukosa di

 bawahnya.

2.  Teknik mukostatis

Jaringan lunak mulut berada dalam keadaan istirahat. Pencetakan yang demikian dilakukan

dengan menggunakan bahan yang mempunyai viskositas yang sangat rendah, dimana hanya

Page 49: Laporan Tutorial Skenario 2 Blok 11

7/16/2019 Laporan Tutorial Skenario 2 Blok 11

http://slidepdf.com/reader/full/laporan-tutorial-skenario-2-blok-11 49/139

48

sejumlah kecil tekanan yang dibutuhkan, sehingga pada keadaan ini sedikit atau tidak ada sama

sekali terjadi pergerakan dari mukosa.

Hasil cetakan yang baik akan terlihat dengan jelas bagian-bagian sebagai berikut.

1.  Seluruh gigi-geligi yang masih ada.

2.  Prosessus alveolaris yang tidak bergigi.

3.  Perlekatan otot-otot, pinggiran cetakan harus kelihatan membulat kecuali pada daerah-daerah

yang menggambarkan perlekatan otot.

4.  Permukaan cetakan harus halus dan tidak berlubang-lubang.

5.  Dasar sendok cetak tidak boleh terlihat.

6.  Cetakan rahang atas harus mencakup sampai hamular notch.

7. 

Cetakan rahang bawah harus mencakup sampai ke retromolar pad.

Gambar. Hasil pencetakan rahang atas dan bawah

Metode Pencetakan Khusus

1.  Pencetakan Dua Tahap

Pencetakan ini menggunakan 2 bahan cetak berbeda dalam 2 tingkat atau tahap kerja terpisah,

dilakukan pada pembuatan geligi tiruan lengkap imidiat dan kasus GTS Kelas I Kennedy pada

rahang atas. Keuntungan teknik ini adalah dapat mencetak bagian yang akan ditempati protesa,

termasuk daerah post dam dengan cermat. Prosedur pencetakan ini meliputi:

a.  Cetakan Pertama

Dibuat dengan sendok perorangan dari resin akrilik. Bagiantak brgigi dicetak dengan pasta

zinc oxide atau rubber base setelah sebelumnya diberi batas pada sendok cetak dengan

kompon.

 b.  Cetakan Kedua

Untuk gigi-gigi yang masih ada, dicetak dengan bahan hidrokoloid.

Page 50: Laporan Tutorial Skenario 2 Blok 11

7/16/2019 Laporan Tutorial Skenario 2 Blok 11

http://slidepdf.com/reader/full/laporan-tutorial-skenario-2-blok-11 50/139

49

2.  Pencetakan Seksional

Memerlukan sendok cetak perorangan dari  shellac base plate yang terbagi dalam 3-4 bagian.

Pencetakan dilakukan seksi demi seksi karena bahan cetak yang digunakan tidak mampu

melewati gerong jaringan maupun gigi, tanpa menyebabkan distorsi. Bahan cetak yang

digunakan yaitu impression compound atau pasta zinc oxide eugenol.

Posisi Pasien Saat Pencetakan

Penderita duduk dengan posisi tegak dan bidang oklusal sejajar lantai. Pada rahang bawah,

 posisi mulut pasien setinggi siku operator. Pada rahang atas, posisi mulut pasien setinggi bahu

operator.

Posisi Operator Saat PencetakanPada pencetakan rahang atas, operator berdiri pada sisi kanan agak ke belakang pasien. Pada

 pencetakan rahang bawah, operator berdiri pada sisi kanan agak ke depan pasien.

Gambar. Pencetakan rahang atas

Gambar. Pencetakan rahang bawah

Page 51: Laporan Tutorial Skenario 2 Blok 11

7/16/2019 Laporan Tutorial Skenario 2 Blok 11

http://slidepdf.com/reader/full/laporan-tutorial-skenario-2-blok-11 51/139

50

Untuk pembuatan GTSL ini dibuat dua model, yaitu :

1.  Model studi

Pada model studi ini dapat dipelajari apa yang akan dilakukan antara lain : 

a.  Gigi tiruan apa yang akan dibuat.

 b.  Pemilihan gigi penyangga.

c.  Macam cangkolan yang akan dibuat.

d.  Untuk melihat apakah masih ada gigi-geligi yang perlu diasah untuk memperbaiki oklusi.

2.  Model kerja

Pada model kerja ini dapat ditentukan desain gigi tiruan berdasarkan hasil survei pada

model tersebut, lalu dapat dilakukan pembuatan gigi tiruan pada model ini.

Kemungkinan penyebab tidak akurat model :1.  Berubahnya bahan cetak hidrokolloid

a.  Memakai sendok cetak yang tidak kaku.

 b.  Bahan cetak sebagian keluar dari sendok cetak.

c.  Srinkage/mengkerut karena kering (kekurangan air).

d.  Mengembang karena menyerap air.

e.  Bergeraknya bahan cetak sebagian dari sendok cetak.

2.  Perbandingan antara air dan bubuk yang terlalu tinggi.

3.  Pencampuran (penuangan) yang tidak benar, karena kurang digetarkan sewaktu pengisian

model.

4.  Terlalu cepat melepaskan model dari cetakan.

5.  Terjadinya kegagalan memisahkan model dari cetakan dalam waktu yang lama.

Page 52: Laporan Tutorial Skenario 2 Blok 11

7/16/2019 Laporan Tutorial Skenario 2 Blok 11

http://slidepdf.com/reader/full/laporan-tutorial-skenario-2-blok-11 52/139

51

KOMPONEN GTSL

a. Komponen

Gigi tiruan sebagian lepasan terdiri dari sejumlah komponen, antara lain(Gunadidkk., 1995):

1.  Penahan (retainer )

Merupakan bagian gigi tiruan sebagian lepasan yang berfungsi memberiretensi

dan karenanya mampu menahan protesa tetap pada tempatnya.

Penahand ap a t d ib ag i d a la m d u a k e lo mp o k . Per t ama ad a lah p en a h an l an g su n g

(direct retainer ) yang berkontak langsung dengan permukaan gigi penyangga

dan dapat berupa cengkeram atau kaitan presisi. Selanjutnya, penahan tak langsung

(indirect retainer ) yang memberikan retensi untuk melawan gaya yang cenderung melepas protesa

kearah oklusal dan bekerja pada basis. Retensi tak langsung ini diperolehden gan cara

memberikan retensi pada sisi berlawanan dari garis fulkrum dimanagaya tadi

 bekerja.Salah satu contoh penaha n adalah cengkeram, yang juga diken al

denganistilah cangkolan, klammer, clasp atau crib.

Cengekram adalah bagian dari gigi tiruan lepasyang berbentuk bulat/gepeng. Terbuat dari

kawat stainless steel/ logam tuang, yang melingkari/memegang gigi penjangakaran.

Fungsi cengkeram:

1.  untuk retensi

2.  untuk stabilisasi

3.  untuk meneruskan beban kunyah ke gigi penjangkaran

Syarat umum gigi penjangkaran:

1.  gigi vital atau non vital yang telah dilakukan PSA dengansempurna

2.   bentuk anatomis dan besarnya normal

3.  tidak ada kerusakan/kelainan. Misalnya: tambalan yang besar,karies, hypoplasia, konus posisi

dalam lengkung gigi normal

Keadaan akar gigi:

1.   bentuk ukurannya normal

2.  tertanam dalam tulang alveolar dengan perbandingan mahkota akar 2:3

3.   jaringan periodonta sehat

Page 53: Laporan Tutorial Skenario 2 Blok 11

7/16/2019 Laporan Tutorial Skenario 2 Blok 11

http://slidepdf.com/reader/full/laporan-tutorial-skenario-2-blok-11 53/139

52

4.  tidak ada kelainan periapikal

5.  sedapat mungkin tidak goyang

Cengkeram kawat

Bagian-bagian dari cengkeram kawat:

a.  Lengan, yaitu bagian dari cengkeram kawat yangterletak/melingkari bagian bukal/lingual gigi

 penjangkaran.Sifat agak lentur, berfungsi untuk retensi dan stabilisasi

 b.  Jari, yaitu bagian dari lengan yang terletakdi bawah lingkaranterbesar gigi. Sifat lentur/fleksibel dan

 berfungsi untuk retensi

c.  Bahu, yaitu bagian dari lengan yang terleta di atas lingkaranterbesar dari gigi. Sifat kaku dan

 berfungsi untuk stabilisasiyaitu menahan gaya-gaya bucco-lingual

d. 

Badan/body, yaitu cengekaram kawat yang terletak di atastitik kontak gigi di daerah aproksimal.Sifat kaku, danberfungsi untuk stabilisasi yaitu menaha gaya-gaya antero-posterior 

e.  Oklusal rest, yaitu bagian dari cengekaram kawat yang terletak di bagaian oklusal gigi. Sifat kaku, panjang

±1/3 lebar mesio-distal gigi. Berfungsi untuk meneruskan beban kunyah ke gigipenjangkaran

f.  Retensi dalam akrilik, yaitu bagian dari cengkeram kawat yangtertanam dalam basis akrilik 

Syarat-syarat cengkeram kawat yang melingkari gigi:

a.  harus kontak garis

 b.  tidak boleh menekan/harus pasif 

c.  ujung jari tidak boleh menyinggung gigi tetangga dan tidak boleh tajam/harus dibulatkan

d.  tidak ada lekukan bekas tang(luka)pada lengan cengkeram

e.   bagiancengkeram yang melalui oklusal gigi tidak bolehmengganggu oklusi/artikulasi

f.   jarak bagian jari ke servikal gigi: cengkeram paradental:1/2-1mm cengekeram gingival:1 ½-

2 mmg.

g.   bagian retensi dalam akrilik harus dibengkokkan

Macam-macam desain cengkeramDesain cengkeram menurut fungsinya dibagi dalam dua bagian:

1.  Cengkeram paradental Yaitu cengkeram yang fungsinya selain dari retensi danstabilisasi

 protesa, juga sebagai alat untuk meneruskan bebankunyah yang diterima gigi tiruan ke gigi

 penjangkarannya Jadi,cengkeram paradental harus mempunyai bagian yangmelalui bagian oklusal gigi

 penjangkaran atau melalui titik kontak antara gigi penjangkaran dengan gigi tetangganya.

Macam-macam cengkeram paradental:

a.  Cengkeram 3 jari terdiri dari:

  lengan bukal dan lingual

Page 54: Laporan Tutorial Skenario 2 Blok 11

7/16/2019 Laporan Tutorial Skenario 2 Blok 11

http://slidepdf.com/reader/full/laporan-tutorial-skenario-2-blok-11 54/139

53

   body

   bahu

  oklusal rest

   bagian retensi dalam akrilik 

Indikasi: gigi molar dan premolar 

 b.  Cengkeram Jackson

Desain cengkeram ini mulai dari palatal/lingual, teruske oklusal di atas titik kontak, turun ke

 bukal melalui dibawah lingkaran terbesar, naik lagi ke oklusal di atastitik kontak, turun

ke lingual masuk retensi akrilik.Indikasi: gigi molar,premolar yang mempunyai kontak yang

 baik di bagian mesial dan distalnyaBila gigi penjangkaran terlalu cembung, seringkalicengkeram

ini sulit masuk pada waktu pemasanganprotesa.

c. 

Cengkeram ½ jackson paradentalDesainnya mulai dari bukal terus ke oklusal di atas titik kontak, turun ke lingual dan terus ke

retensi akrilik Indikasi: gigi molar dan premolar gigi terlalu cembungsehingga cengkeram

 jackson sulit melaluinya ada titik kontak yang baik di anatar 2 gigi

d.  Cengkeram S

Desain cengkeram ini mulai dari bukal terus keoklusal/insisal di atas titik kontak, turun ke

lingualmelalu atas cingulum, kemudian turun ke bawah masuk ke dalam akrilik Indikasi:Untuk kaninus

rahang atas perlu diperhatikan agar letak cengkeram tidak mengganggu oklusi

e.  Cengkeram Kippmeider 

Tidak mempunyai lengan, yang ada hanya rest di atascingulumIndikasi: hanya untuk kaninus.

Bentuk cingulum harusbaik.Fungsi: hanya untuk menerusan beban kunyah danstabilisasi

f.  Cengkeram rush angker 

Desainnya mulai dari oklusal di aproksimal(daerahmesial/distal)terus ke arah lingual ke

 bawah, masuk dalam akrilik.

Indikasi: molar, premolar yang mempunyai titik kontak yang baik 

.Fungsi: hanya untuk meneruskan beban kunyah protesake gigi penjangkaran dan sebagai

retensi pada pembuatan spling.

g.  Cengkeram roach

Desainnya mulai dari oklusal di daerah titik kontak aproksimal, turun ke bukal dan lingual

terus keaproksimal di daerah diastema, masuk dalam akrilik 

Indiksai: gigi molar dan premolar yang mempunyaikonta yang baik.

Page 55: Laporan Tutorial Skenario 2 Blok 11

7/16/2019 Laporan Tutorial Skenario 2 Blok 11

http://slidepdf.com/reader/full/laporan-tutorial-skenario-2-blok-11 55/139

54

2.  Cengkeram gingival

Yaitu cengkeram yang fungsinya hanya untuk retensi danstabilisasi protesa. Jadi, karena tidak 

 berfungsi untuk meneruskan beban kunyah yang diterima protesa ke gigi penjangkaran, maka cengkeram

ini tidak mempunyai bagianyang melalui bagian oklusal gigi penjangkaran, bisa diataspermukaan

oklusal.

Macam-macam cengkeram gingival.

a.  Cengkeram 2 jari

Desainnya sama dengan cengkeram 3 jari, hanya tidak mempunyai rest.Indikasi: gigi molar dan premolar.

 b.  Cengkeram 2 jari panjang

Desainnya seperti cengkeram 2 jari, hanya disinimelingkari 2 gigi berdekatan Iindikasi:gigi

molar,premolar, dimana gigi yang deat diastema urangkuat(goyang 10).c.  Cengkeram ½ jacsonHampir sama dengan cengkeram ½ jacson paradentalbedanya cengkeram ini melalui

 bagian proksimal dekatdiastema dan di bagian lingual lurus ke bawah, tetap ditepi lingual indikasi:gigi

molar,premolar dan kaninus

d.  Cengkeram vestibular fingerCengkeram ini berjalan mulai dari sayap bukal protesake arah

undercut di vestibulum bagian labial, ujungnyaditutupi akrilik.Indikasi: gigi sisa hanya gigi anterior 

yangtidak dapatdilingkari cengkeram, dan bagian vestibulum labial harus mempunyai undercut yang

cukup. Fungsi: untuk tambahan retensi, tetapi kurang efektif 

Kelompok cengkram tuang oklusal

a.  Cengkram akers

Merupakan bentuk dasar dari sirkumferensial, cengkram initerdiri dari lengan bukal, lengan

lingual, dan sebuah sandaranoklusal. Cengkram ini merupakan pilihan pertama untuk 

gigimolar dan premolar, terutama bila gigi tidak miring, estetik tidak penting, dan letak 

gerong retentif jauh dari daerah tak bergigi.

 b.  Cengkram kail ikan

Merupakan kombinasi dari cengkram akers

c.  Cengkram mengarah belakang (back action clasp)

Jenis cengkram ini digunakan pada gigi posterior denganretensi sedikit, dengan memanfaatkan

gerong retentif padabagian distal dan mesiobukal, seperti pada molar atas.

d.  Reverse back action clasp

e.  Half and half clasp

Digunakan pada gigi premolar yang berdiri sendiri

Page 56: Laporan Tutorial Skenario 2 Blok 11

7/16/2019 Laporan Tutorial Skenario 2 Blok 11

http://slidepdf.com/reader/full/laporan-tutorial-skenario-2-blok-11 56/139

55

f. Cengkram kaninus

Cengkram akers ganda

g. Cengkram embrassur 

h. Cengkram multiple

i. Cengkram cincin

 j. Cengkram lengan panjang

k. Cengkram kombinasi

Kelompok cengkram tuang gingival

1.  Cengkram proksimal de van

2.  Cengkram batang roach

3. 

Cengkram mesio-distal

Ce n gk er am d a p a t d i go l o n gka n berdasarkan beberapa pertimbangan berikut ini.

a .Men u ru t k o n s t ru k s in y a :

- Cengkeram tuang atau cor ( cast clasp )

- Cengkeram kawat ( wrought wire clasp )

- Cengkeram kombinasi ( combination clasp )

 b .M e nu r u t d es a i nn ya :

- Cengkeram sirkumferensial ( circumferential clasp atau circumferential typeclasp)

- Cengkeram batang ( bar arm atau bar type clasp )

c.Menurut arah datang lengannya:

- Cengkeram oklusal ( occlusally approaching clasp )

- Cengkeram gingival ( gingivally approaching clasp )

2. Sandaran (rest )

Merupakan bagian gigi tiruan yang bersandar pada permukaan gigi penyangga dan dibuat

dengan tujuan memberikan dukungan vertikal pada protesa. Sandaran dapat ditempatkan pada

 permukaan oklusal premolar dan molar atau pada permukaan lingual gigi anterior. Sandaran harus

ditempatkan pada permukaan gigi yang telah dipreparasu agar bisa efektif. Preparasi tempat

sandaran ini disebut kedudukan sandaran (rest seat atau recess).

Sandaran dapat ditempatkan pada gigi anterior maupun posterior. Sandaran untuk gigi

 posterior dapat berupa sandaran oklusal, sandaran internal, sandaran onlay dan sandaran kail,

sedangkan untuk gigi anterior dapat berupa sandaran singulum, sandaran insisal, sandaran restorasi,

dan bahu lingual sirkum ferensial.

Page 57: Laporan Tutorial Skenario 2 Blok 11

7/16/2019 Laporan Tutorial Skenario 2 Blok 11

http://slidepdf.com/reader/full/laporan-tutorial-skenario-2-blok-11 57/139

56

3. Konektor

Dapat dibagi menjadi konektor utama (major connector ) dan konektor minor (minor 

connector ) sesuai dengan fungsinya masing-masing. Konektor utama merupakan bagian gigi tiruan

sebagian lepasan yang menghubungkan bagian protesa yang terletak pada salah satu sisi rahang

dengan yang ada pada sisi lainnya.

Pada bagian ini terletak bagian-bagian lain protesa secara langsung ataupun tak langsung.

Konektor atau tambahan (minor connector ) merupakan bagian gigi tiruan sebagian lepasan yang

menghubungkan knektor utama dengan bagian yang lain, misalnya suatu penahan langsung atau

sandaran oklusal dihubungkan dengan konektor utama melalui suatu konektor minor.

4. Elemen (Gigi Tiruan)

Merupakan bagian gigi tiruan sebagian lepasan yang berfungsi menggantikan gigi asli yanghilang. Seleksi gigi tiruan kandangkala merupakan tahap yang cukup sulit dalam proses pembuatan

 protesa kecuali pada kasus dimana masih ada gigi asli yang bisa dijadikan panduan atau mungkin

sudah dilakukan rekaman pra ekstraksi gigi ( pre extraction record ) kecuali pada kasus dimana

masih ada gigi asli yang bisa dijadikan panduan atau mungkin sudah

dilakukan rekaman pra ekstraksi gigi ( pre-extraction record ). Walaupun demikian, seleksi ukuran

dan bentuk sering pula menjadi sulit karena ruangan yang tersedia

sudah tak sesuai lagi, misalnya karena migrasi atau rotasi gigi tetangga. Dalam seleksi elemen ada

metode untuk pemilihan gigi anterior dan posterior serta faktor-faktor yang harus diperhatikan,

yaitu ukuran, bentuk, tekstur permukaan, warna dan bahan elemen.

5.Basis Gigi 

Tiruan Sering disebut juga dasar atau sadel, merupakan bagian yangmenggantikan tulang

alveolar yang sudah hilang dan berfungsi mendukung gigi (elemen) tiruan. Fungsi basis gigi tiruan,

antara lain:

a. Mendukung gigi (elemen)tiruan.

 b. Menyalurkan tekanan oklusal ke jaringan pendukung, gigi penyangga atau linger sisa.

c.Memenuhi faktor kosmetik; kemajuan dunia kedokteran gigi sekarangmemungkinkan pemberian

warna dan pengembalian kontur wajah penderita sehingga kelihatan alamiah.

d.Memberikan stimulasi pada jaringan yang berada di bawah dasar gigi tiruan,yang sering juga

disebut sebagai jaringan sub basal. Pada saat berfungsi, pada pemakaian protesa dukungan gigi

Page 58: Laporan Tutorial Skenario 2 Blok 11

7/16/2019 Laporan Tutorial Skenario 2 Blok 11

http://slidepdf.com/reader/full/laporan-tutorial-skenario-2-blok-11 58/139

57

SURVEI

Definisi

Suatu prosedur penentuan lokasi dan outline dari kontur dan posisi gigi geligi penahan dan

 jaringan sekitarnya pada suatu model rahang sebelum kita membuat design suatu geligi tiruan.

Guna Survei

Menentukan arah pasang (part of insertion) yang terbaik untuk suatu geligi tiruan yang

sedang kita buat, serta menandai garis-garis survei pada permukaan gigi dan jaringan sekitar untuk 

membantu kita dalam membuat design yang cocok untuk geligi tiruan tersebut.

Bagian-bagian Surveyor Gigi

Surveyor gigi (dental surveyor) terdiri dari bagian-bagian berikut :

Basis Datar (horizontal base)

Bagian dasar yang datar dan horizontal.

Tiang Tegak (upright column)

Suatu tiang yang tegak lurus basis datar.

Lengan Datar (horizontal arm)

Bagian yang memegang gelendong tegak.

Gelendong Tegak (vertical spindle)

Bagian yang memegang berbagai alat untuk melakukan survey yaitu :

a.  Tongkat Analisis (analyzing rod), sebatang logam kecil dan lurus yang digunakan untuk 

melakukan analisis.

 b.  Karbon Penanda (carbon marker), sebatang karbon yang digunakan untuk menggambar 

garis pada permukaan model.

c.  Pelindung (sheath), untuk melindungi karbon penanda agar tidak mudah patah.

d.  Pengukur Gerong (undercut gauge), untuk mengukur dalamnya gerong pada gifi yang sudah

disurvei.

e.  Pemangkas Sejajar dan Lancip (parallel and tapered trimmer), alat seperti pisau kecil untuk 

merapikan malam penutup gerong.

Meja Basis (table base)

Meja kecil dengan sendi peluru yang memungkinkan gerakan ke segala arah; model yang

akan disurvei diletakkan di atas meja ini dan dapat dikunci pada posisi tertentu.

Page 59: Laporan Tutorial Skenario 2 Blok 11

7/16/2019 Laporan Tutorial Skenario 2 Blok 11

http://slidepdf.com/reader/full/laporan-tutorial-skenario-2-blok-11 59/139

58

Prinsip Suatu Surveyor 

Bila suatu benda diletakkan suatu bidang vertical dan bidang ini digerakkan melingkari

 permukaannya, maka bidang tersebut akan menggambarkan suatu garis dimana tergambar 

 permukaan terbesar dari benda itu.

Surveyor mempunyai lengan vertical, pada lengan ini dapat dipasang pensil atau carbon

marker. Bila lengan ini digerakkan pada permukaan gigi, maka carbon marker akan membentuk 

suatu garis yang melingkari gigi dan menggambarkan permukaan gigi yang terbesar gigi yang

terbesar. Garis ini disebut garis survei.

Garis survei membagi gigi menjadi dua bagian yaitu :

1.  Permukaan gigi di ataas garis survei yang merupakan permukaan yang tidak ada undercut

disebut supra bulge area. 

Page 60: Laporan Tutorial Skenario 2 Blok 11

7/16/2019 Laporan Tutorial Skenario 2 Blok 11

http://slidepdf.com/reader/full/laporan-tutorial-skenario-2-blok-11 60/139

59

2.  Permukaan di bawah garis survey merupakan permukaan yang ada undercut disebut infra bulge

area.

Penggunaan Surveyor

I.  Mensurvei Study Cast

Tujuannya :

a.  Menentukan arah pasang yang terbaik yang akan mengurangi hambatan pada waktu

 pemasukan dan pengeluaran geligi tiruan sebagian.

 b. 

Menemukan adanya permukaan-permukaan proksimal yang bisa dibuat sejajar sehinggadapat bertindak sebagai guiding planes.

c.  Menemukan dan mengukur daerah-daerah pada permukaan gigi yang dapat digunakan

untuk retensi.

d.  Menetukan apakah daerah-daerah gangguan pada gigi dan tulang perlu dibuang dengan

 jalan extraksi gigi atau memilih arah pasang lain.

e.  Memungkinkan pemberian tanda bagi persiapan mulut yang akan dilaksanakan, termasuk 

 pemotongan jaringan proksimal dan kontur gigi yang berlebihan untuk mengurangi

interferensi (hambatan).

f.  Menggambarkan garis kontur terbesar pada gigi pendukung dan menentukan gerong yang

tak diharapkan yang perlu ditutupi atau dibuang.

g.  Menetapkan posisi model rahang dalam hubungan dengan arah pasang yang dipilih dengan

 jalan melakukan tripoding. 

II.  Menentukan Batas dan Bentuk Pola Malam

Trimer dan surveyor digunakan senagai wax carver selam preparasi dalam mulut, sehinggan

arah pasang yang sudah ditentukan dapat dipertahankan selama preparasi restorasi tuang bagi

gigi pendukung dilakukan.

Page 61: Laporan Tutorial Skenario 2 Blok 11

7/16/2019 Laporan Tutorial Skenario 2 Blok 11

http://slidepdf.com/reader/full/laporan-tutorial-skenario-2-blok-11 61/139

60

III. Penempatan Internal Attachment

Dalam hal ini, surveyor digunakan untuk :

a.  Memilih arah pasang dalam hubungan dengan sumbu panjang gigi pendukung, sehingga

daerah gangguan dimanapun pada lengkung rahang dapat dihindari.

 b.  Membuat preparasi untuk kaitan presisi ( precision attachment ) pada model studi dengan

memperhatikan jangan sampai mengenai ruang pulpa. Hal ini dapat dilakukan dengan

 bantuan foto rontgen.

c.  Membentuk model wax untuk precision attachment.

IV. Penempatan Precision Rest (sandaran presisi)

Surveyor dapat digunakan sebagidrill press, dengan melekatkan dental handpiece pada vertical

spindle.

V. 

Pembuatan Restorasi TuangDengan dental handpiece yang dipasang pada vertical spindle, permukaan-permukaan vertical

restorasi tuang dapat dihaluskan dengan suatu batu carborundum berbentuk silindris yang

sesuai.

VI. Mensurvei Model Kerja

Tujuannya :

a.  Memilih arah pasang yang paling sesuai, sesudah preparasi dalam mulut yang memenuhi

 persyaratan dari guiding planes, retensi, tanpa hambatan dan estetis diselesaikan.

 b.  Mengukur daerah retentive dan lokasi ujung cengkram sesuai dengan fleksibilitas dari

cengkram yangsedang dibuat.

c.  Menetukan daerah undesirable undercut yang masih didapati pada model.

d.  Merapikan bahan block out sampai sejajar dengan arah pasang sebelum kita melakukan

duplikasi.

Page 62: Laporan Tutorial Skenario 2 Blok 11

7/16/2019 Laporan Tutorial Skenario 2 Blok 11

http://slidepdf.com/reader/full/laporan-tutorial-skenario-2-blok-11 62/139

61

PEMILIHAN DAN PENYUSUNAN ANASIR GIGI TIRUAN PADA

GIGI TIRUAN SEBAGIAN LEPASAN (GTSL)

Anasir gigi tiruan merupakan bagian dari GTSL yang berfungsi menggantikan gigi asli yang

hilang. Pemilihan dan penyusunan anasir gigi tiruan anterior maupun posterior tidaklah begitu sulit,

khususnya pada kasus dengan kehilangan satu atau dua gigi karena ukuran, bentuk, warna dan

susunannya dapat disesuaikan dengan gigi sejenis yang ada di sisi sebelahnya. Mengenai ukuran

gigi harus disesuaikan dengan ruangan yang ada, misalnya telah terjadi migrasi gigi ke arah

edentulous, hal ini menyebabkan ruangan yang ada menjadi lebih kecil dari sebenarnya. Pemilihan

dan penyusunan anasir gigi tiruan harus dapat memperbaiki penampilan selain untuk memperbaiki

fungsi lainnya dari gigi tiruan. Dalam pemilihan dan penyusunan anasir gigi tiruan anterior maupun

 posterior ada faktor-faktor yang harus diperhatikan yaitu mengenai ukuran, bentuk, warna, bahan,

 jenis kelamin, umur, serta inklinasi dari anasir gigi tiruan dapat memenuhi fungsinya.

a.  Pemilihan Anasir Gigi Tiruan Anterior

Memilih gigi yang akan disusun pada kasus GTSL tidaklah begitu sulit, khususnya pada

kasus dengan kehilangan satu atau dua gigi. Bila gigi yang hilang banyak, ada beberapa hal

yang harus diperhatikan dalam memilih anasir gigi tiruan, antara lain:

1.  Ukuran Gigi

  Panjang gigi

Dalam menentukan panjang gigi, ada dua hal yang dapat dipakai sebagai

 pedoman, yaitu :

Dalam keadaan istirahat tepi insisal gigi depan atas kelihatan 2-3 mm, tetapi

hal ini bervariasi secara individual tergantung dari umur dan panjang bibir atas. Bagi

 pasien tua, umumnya tepi insisal gigi depan telah aus sehingga mahkota klinis lebih

 pendek. Bila bibir atas panjang maka seluruh gigi yang terlihat pada saat seseorang

tertawa. Pada saat tertawa, panjang gigi akan terlihat sampai 2/3.

  Lebar gigi 

Para pakar menganjurkan untuk menggunakan pedoman dalam menentukan

lebar gigi, antara lain :

a)  Lee, Boucher menganjurkan untuk menggunakan indeks nasal sebagai pedoman

yaitu lebar dasar hidung sama dengan jarak antara puncak kaninus rahang atas

yang diukur secara garis lurus.

Page 63: Laporan Tutorial Skenario 2 Blok 11

7/16/2019 Laporan Tutorial Skenario 2 Blok 11

http://slidepdf.com/reader/full/laporan-tutorial-skenario-2-blok-11 63/139

62

Gambar. Garis ala nasi melalui poros kaninus

 b)  Sudut mulut

Sudut mulut dapat juga digunakan sebagai pedoman untuk menentukan

letak tepi distal dari kaninus atas pada saat istirahat. Jarak antara kedua sudut

mulut sama dengan lebar keenam gigi depan atas.

Gambar. Hubungan sudut mulut dengan tepi distal kaninus

2.  Bentuk gigi

Untuk menentukan bentuk gigi beberapa hal di bawah ini dapat digunakan sebagai

 pedoman.

  Menurut Leon Williams

Bentuk wajah ada hubungannya dengan bentuk gigi insisivus sentral atas.

Bentuk insisivus sentral atas sesuai dengan bentuk garis luar wajah, tetapi dalam arah

terbalik.

a)  Wajah dilihat dari depan

o  Persegi ( square)

Page 64: Laporan Tutorial Skenario 2 Blok 11

7/16/2019 Laporan Tutorial Skenario 2 Blok 11

http://slidepdf.com/reader/full/laporan-tutorial-skenario-2-blok-11 64/139

63

Gambar. Wajah bentuk persegi ( square)

o  Lancip (tapering )

Gambar. Wajah bentuk lancip (tapering )

Lonjong (ovoid )

Gambar. Wajah bentuk lonjong (ovoid )

 b)  Wajah dilihat dari samping

o  Cembung (convex)

Page 65: Laporan Tutorial Skenario 2 Blok 11

7/16/2019 Laporan Tutorial Skenario 2 Blok 11

http://slidepdf.com/reader/full/laporan-tutorial-skenario-2-blok-11 65/139

64

Gambar. Wajah bentuk cembung (convex) dilihat dari samping

o  Lurus ( straight )

Gambar. Wajah bentuk lurus ( straight ) dilihat dari samping

Cekung (concave)

Gambar. Wajah bentuk cekung (concave) dilihat dari samping

Bentuk profil ini perlu diketahui untuk menyesuaikan antara lain :

o   bentuk labial insisivus.

o  inklinasi labiopalatal insisivus sewaktu penyusunan gigi depan.

  Jenis Kelamin

Menurut Frush dan Fisher, garis luar insisivus atas pada pria bersudut lebih tajam

(giginya berbentuk kuboidal), sedangkan pada wanita lebih tumpul (giginya berbentuk 

spheroidal). 

Page 66: Laporan Tutorial Skenario 2 Blok 11

7/16/2019 Laporan Tutorial Skenario 2 Blok 11

http://slidepdf.com/reader/full/laporan-tutorial-skenario-2-blok-11 66/139

65

Gambar. Perbedaan bentuk gigi pria (A) dan wanita (B)

Perbedaan kecembungan kontur labial ada kaitannya dengan jenis kelamin.

Pria mempunyai kontur labial yang datar dan wanita cembung.

Gambar. Kontur labial gigi anterior dengan permukaan cembung (A) dan datar (B)

  Umur

Bentuk gigi biasanya berubah dengan bertambahnya usia. Bentuk tepi insisal pada usia tua telah mengalami keausan karena pemakaian.

Gambar. Keausan gigi sesuai umur, makin tua makin nyata keausannya

3.  Warna gigi

Pada pembuatan GTSL, untuk menentukan warna gigi yang akan diganti dapat

disesuaikan dengan warna gigi yang ada. Cahaya dapat mempengaruhi pemilihan warna

gigi. Cahaya lampu pijar akan menghasilkan gigi dengan warna lebih merah dari yang

sebenarnya. Sebaiknya untuk menentukan warna gigi, dipakai cahaya yang berasal dari

sinar matahari karena sinarnya merupakan sinar yang alamiah. Usia dapat juga dipakai

sebagai pedoman. Usia tua, warna giginya lebih gelap dibandingkan usia muda.

Page 67: Laporan Tutorial Skenario 2 Blok 11

7/16/2019 Laporan Tutorial Skenario 2 Blok 11

http://slidepdf.com/reader/full/laporan-tutorial-skenario-2-blok-11 67/139

66

4.  Bahan anasir gigi tiruan

Anasir gigi tiruan biasanya terbuat dari :

  Akrilik 

  Porselen

b.  Pemilihan Anasir Gigi Tiruan Posterior

1.  Ukuran gigi

  Mesio-distal

Pada kasus GTSL basis tertutup, ukuran mesio-distal sudah ditentukan oleh

kedua gigi yang membatasi daerah edentulous.

Gambar. Jarak mesio-distal pada basis tertutup

Pada kasus dengan basis berujung bebas, ukuran mesio-distalnya diukur dari

tepi distal gigi yang berdekatan dengan edentulous sampai mesial dari retromolar pad.

Gambar. Jarak mesio-distal basis berujung bebas

  Okluso-gingival

Ukuran okluso-gingival ditentukan oleh besarnya ruangan inter oklusal.

Panjang anasir gigi tiruan disesuaikan dengan gigi tetangganya terutama gigi

 premolar, letak garis servikalnya harus sesuai dengan letak garis servikal gigi

tetangganya karena akan kelihatan pada waktu bicara atau tertawa.

Page 68: Laporan Tutorial Skenario 2 Blok 11

7/16/2019 Laporan Tutorial Skenario 2 Blok 11

http://slidepdf.com/reader/full/laporan-tutorial-skenario-2-blok-11 68/139

67

Gambar. Ukuran okluso-gingival  Buko-lingual/palatal

Ukuran buko-lingual/palatal yang telah disesuaikan dengan lebar mesio-

distalnya sehingga bentuknya sebanding, tetapi pada kasus tertentu misalnya pada

kasus linggir alveolus yang datar diperlukan ukuran oklusal yang sempit untuk 

mengurangi besarnya daya kunyah dan untuk memberi tempat pada lidah.

Gambar. Lebar buko-lingual/palatal gigi (A) normal dan (B) yang telah dipersempit

2.  Bentuk anasir gigi tiruan posterior

Bentuk anasir gigi tiruan posterior dibagi dua yaitu:

  Gigi anatomik 

Bentuk permukaan oklusal mempunyai tonjol-tonjol dengan sudut tonjol yang

 beragam.

Gambar. Bentuk oklusal gigi anatomik 

  Gigi non anatomik 

Permukaan oklusalnya merupakan bidang datar, biasanya gigi ini digunakan

untuk kasus dengan linggir datar untuk menghindari daya horizontal pada waktu

 berfungsi/

Page 69: Laporan Tutorial Skenario 2 Blok 11

7/16/2019 Laporan Tutorial Skenario 2 Blok 11

http://slidepdf.com/reader/full/laporan-tutorial-skenario-2-blok-11 69/139

68

Gambar. Bentuk oklusal gigi non anatomik 

Pertimbangan yang mendasar dalam pemilihan anasir gigi tiruan posterior untuk 

kasus GTSL adalah ukuran permukaan oklusalnya, makin besar permukaan oklusal makin

 besar pula daya yang diterima jaringan pendukung.

Untuk kasus GTSL dengan basis berujung bebas, pengurangan permukaan oklusal

dapat dengan menghilangkan satu gigi premolar atau molar atau molar diganti dengan

 premolar.

Jadi, Anasir gigi tiruan posterior dipilih yang mempunyai ukuran. 

  Mesio-distal yang kecil

  Buko-lingual yang sempit dibandingkan dengan gigi asli agar daya yang diterima oleh

 jaringan pendukung lebih kecil pula.

3.  Warna

Anasir gigi tiruan posterior warnanya harus disesuaikan dengan gigi yang masih

ada.

4.  Bahan anasir gigi tiruan

Bahan anasir gigi tiruan posterior terbuat dari :

  Akrilik 

  Porselen

  Logam

Tabel. Beberapa sifat anasir gigi tiruan menurut macam bahan

Sifat Porselen Akrilik 

Terhadap aus Besar Kurang

Stabilitas warna Besar Kurang

Estetik  Baik Mulanya baik 

Page 70: Laporan Tutorial Skenario 2 Blok 11

7/16/2019 Laporan Tutorial Skenario 2 Blok 11

http://slidepdf.com/reader/full/laporan-tutorial-skenario-2-blok-11 70/139

69

Ruang yang dibutuhkan Besar Kurang

Sifat untuk dipoles Sukar Mudah

Ketahanan terhadap fraktur Kurang Besar 

Pengikatan pada protesa Mekanik Kimiawi

c.  Penyusunan Anasir Gigi Tiruan Anterior

Yang harus diperhatikan pada penyusunan anasir gigi tiruan anterior antara lain:

1.  Inklinasi Labio-Palatal

Anasir gigi tiruan anterior disusun dengan inklinasi labio-palatal yang mengarah ke

labial.

  Jika gigi depan yang hilang satu atau dua gigi, inklinasinya disesuaikan dengan gigi

yang ada.

  Bila semua gigi depan hilang, inklinasi gigi yang disusun mengarah ke labial dan

harus dilihat juga dari arah samping/ profil, agar gigi dapat mendukung bibir dengan

 baik sehingga gigi tiruan tersebut harmonis dengan pasien.

Gambar. Inklinasi labio-palatal

2.  Inklinasi Mesio-Distal

Inklinasi mesio-distal harus diperhatikan karena penyusunan anasir gigi tiruan

anterior menyangkut segi estetis dan di samping itu penyusunannya harus mengikuti

lengkung rahang.

Gambar. Inklinasi mesio-distal

Page 71: Laporan Tutorial Skenario 2 Blok 11

7/16/2019 Laporan Tutorial Skenario 2 Blok 11

http://slidepdf.com/reader/full/laporan-tutorial-skenario-2-blok-11 71/139

70

3.  Hubungan dengan gigi antagonis

Untuk gigi anterior, hubungan dengan gigi antagonisnya harus diperhatikan yaitu :

Gambar. Overbite dan overjet gigi anterior 

Overbite dan overjet  berkisar antara 1-2 mm. Overbite dan overjet  ada

hubungannya dengan pengucapan huruf konsonan misalnya huruf ―f‖ dimana tepi insisal

gigi atas hampir kontak dengan bibir bawah.

d.  Penyusunan Anasir Gigi Tiruan Posterior

Penyusunan anasir gigi tiruan posterior harus mengikuti aturan sebagai berikut.

1.  Tepat di atas linggir alveolus.

2.  Mengikuti lengkung rahang.

3.  Disesuaikan dengan permukaan oklusal gigi antagonis sehingga diperoleh oklusi yang

harmonis antara gigi asli dengan anasir gigi tiruan atau antar anasir gigi tiruan.

Page 72: Laporan Tutorial Skenario 2 Blok 11

7/16/2019 Laporan Tutorial Skenario 2 Blok 11

http://slidepdf.com/reader/full/laporan-tutorial-skenario-2-blok-11 72/139

71

DESAIN GTSL

a.  Desain Gigi Tiruan Sebagian Lepasan berfungsi:

a.  Sebagai penuntun dari gigi tiruan sebagian lepas (GTSKL) yang akan dibuat

 b.  Sebagai sarana komunikasi antara dokter gigi dengan tekniker gigi dalam hal

 pendelegasianpembuatan gigi tiruan di laboratorium

 b.  Tujuan:

Untuk mendapatkan suatu gigi tiruan dengan:

  Retensi yang baik 

  Stabilisasi yang baik 

  Pembagian beban kunyah lebih merata antara gigi penjangkaran dengan jaringan

 pendukung lainnya

c.  Prinsip Dasar Desain Gtsl:

Memelihara/ mempertahankan kesehatan jaringan pendukung gigi tiruan sebagian lepas

denganmemperhatikan:

  Tekanan yang luas (melalui cengkram)

  Mempersamakan tekanan (keseimbangan kiri dan kanan)

   Physiologic basing ( tekanan fisiologis pada mukosa di bawah basis)

BEBAN PENGUNYAHAN

Borelli (1681) merupakan orang pertama yang menemukan ukuran dari tekanan mastikasi.

Metode sederhananya dengan cara membuat simpul kawat pada gigi molar rahang bawah. Dengan

cara ini, ia dapat menentukan berat maksimal yang dapat diangkat oleh mandibula. Sekarang ini,

 gnathodynamometer  telah banyak digunakan dalam penelitian menganai daya kunyah, dan faktor-

faktor yang mempengaruhinya.

Telah ditemukan bahwa daya kunyah dari gigi molar manusia dapat menahan beban sekitar 

50 kg, dimana biasanya laki-laki dapat menahan beban sedikit lebih besar daripada perempuan,

kecuali pada gigi anterior kekuatan untuk menahan beban sama pada laki-laki dan perempuan.

Meskipun memiliki kontrol neuromuskular dan pertumbuhan otot yang lebih baik, atlet tidak 

memiliki daya kunyah yang lebih daripada non-atlet.

Page 73: Laporan Tutorial Skenario 2 Blok 11

7/16/2019 Laporan Tutorial Skenario 2 Blok 11

http://slidepdf.com/reader/full/laporan-tutorial-skenario-2-blok-11 73/139

72

Daya kunyah maksimum (45-50 kg) diukur antara gigi molar pertama dan sedikit demi

sedikit berkurang untuk gigi di sebelahnya, semakin ke proksimal, daya kunyah mendekati 10 kg

 pada gigi insisivus. Sumber lain mengatakan bahwa premolar dan insisivus memiliki daya kunyah

sekitar 1/3 dari daya kunyah yang dihasilkan oleh gigi molar. Faktor yang membatasi daya gigit

tidak begitu jelas, namun refleks protektif mungkin saja dihasilkan oleh reseptor pada jaringan

 periodontal dan menghalangi kontraksi dari otot-otot pengunyahan ketika beban menjadi sangat

tinggi; jaringan periodontal akan mendistribusikan tekanan lebih luas, hal ini menyebabkan

mechanoreseptor pada jaringan periodontal bereaksi, reseptor sakit pada ligamen dapat menjadi

aktif ketika beban yang ada di gigi menjadi semakin besar, pentingnya  feedback mechanoreseptor  

 pada jaringan periodontal dalam kontol otot dibuktikan dengan penemuan bahwa pengguna protesa

gigi tiruan lengkap hanya mampu menahan beban kunyah sekitar seperempat sampai sepertiga dari

kemampuan menahan beban kunyah orang dengan gigi-geligi asli yang normal. Pengguna protesagigi tiruan sebagian juga tidak mampu menggigit sekuat orang dengan gigi-geligi yang masih

lengkap.

Tabel. Daya kunyah gigi

Gigi Daya Kunyah

Gigi molar 45 - 50 kg = 99 - 110 lbs

Gigi premolar

(1/3 dari gigi molar)

15 - 17 kg = 33 - 37 lbs

Gigi insisivus

(1/3 dari gigi molar)

10 – 15 kg = 22 – 33 lbs

Gigi tiruan lengkap 1/4 - 1/3 dari kemampuan menahan beban

kunyah gigi asli

Gigi tiruan sebagian Tidak mampu menggigit sekuat orang

dengan gigi-geligi yang masih lengkap

Keterangan : 1 kg = 2,20462262 lbs

1. Poin kekuatan gigi :

Perhitungan poin ditentukan dari paling posterior dari molar maka poin/ skor dikategorikan

menjadi 3 tingkatan (1, 2, 3) seperti penentuan kelas dengan satuan ―lbs‖. Dengan kata lain, R 

(resistence arm) pada molar lebih pendek jika dibandingkan resistence arm  pada premolar dan

anterior.

R molar  < R  premolar  < R anterior  

1 lbs < 2 lbs < 3 lbs

Page 74: Laporan Tutorial Skenario 2 Blok 11

7/16/2019 Laporan Tutorial Skenario 2 Blok 11

http://slidepdf.com/reader/full/laporan-tutorial-skenario-2-blok-11 74/139

73

Sedangkan, poin (besarnya kekuatan gigi) berbanding terbalik dengan resistence arm (dalam hal

ini panjang lengan/ jarak paling posterior)

  Poin untuk gigi anterior = R molar (resistence arm molar) = 1

  Poin untuk gigi premolar = R  premolar (resistence arm premolar) = 2

  Poin untuk gigi molar = R anterior (resistence arm anterior) = 3

Tahap-tahap Pembuatan Desain

Tahap 1(menentukan kelas dari masing-masing daerah tak bergigi)

Daerah tak bergigi dapat bervariasi, dalam hal panjang, macam, jumlah dan letaknya. Semua

ini akan mempengaruhi rencana pembuatan desain, baik dalam bentuk sadel, konektor, maupun

dukungannya.

Tahap 2 (menentukan macam dukungan dari setiap sadel)

Bentuk sadel dibagi dua macam

1.  Sadel tertutup (paradental sedal)

  Dukungan gigi

  Dukungan mukosa

  Dukungan kombinasi

2.  Sadel berujung bebas (free end sadel)

  Dukungan mukosa

  Dukungan kombinasi

Faktor-faktor yang mempengaruhi

  Keadaan jaringan pendukung

  Panjang sadel

  Jumlah sadel

  Keadaan rahang

Tahap 3 ( menentukan jenis penahan)

Faktor-faktor yang harus diperhatikan

a.  Dukungan dari sadel

Page 75: Laporan Tutorial Skenario 2 Blok 11

7/16/2019 Laporan Tutorial Skenario 2 Blok 11

http://slidepdf.com/reader/full/laporan-tutorial-skenario-2-blok-11 75/139

74

Hal ini berkaitan dengan indikasi dari macam cengkram yang akan dipakai dan gigi

 penyangga yang ada atau diperlukan

 b.  Stabilisasi dari gigi tiruan

Ini berhubungan dengan dengan jumlah dan macam gigi pendukung yang ada dan dipakai

c.  Estetika

Berhubungan bentuk atau tipe cengkram serta lokasi

Tahap 4 (menetukan jenis konektor)

Untuk protesa resin konektor yang dipakai biasanya berbentuk flat. Pada GTKL bentuk 

konektor bervariasi dan dipilih sesuai indikasinya. Khusus untuk kasus free end, hal-hal berikut

 perlu diperhatikan:

  Perlu diusahakan adanya penahan tak langsung

  Desain cengkram harus dibuat sedemikian

  Sandaran oklusal hendaknya diletakan menjauhi daerah tak bergigi

  Perlu dilakukan pencetakan ganda

  Perlu dipikirkan pelapisan atau penggantian basis dikemudian hari.

Page 76: Laporan Tutorial Skenario 2 Blok 11

7/16/2019 Laporan Tutorial Skenario 2 Blok 11

http://slidepdf.com/reader/full/laporan-tutorial-skenario-2-blok-11 76/139

75

PENYELESAIAN KASUS

Gigi yang masih ada adalah :

7 6 5 4 3 2 1 1 2 3 4 5 6 7

5 4 3 2 1 1 2 3 4

PEMBAHASAN

TAHAP I : Menentukan kelas dari masing-masing daerah tak bergigi

  Pada kasus ini, daerah tak bergigi termasuk dalam klasifikasi Kennedy klas I.

  Indikasi protesa : GTSL, bilateral perluasan basis ke distal.

TAHAP II : Menentukan macam dukungan dari setiap sadel

  Gigi penyangga yang digunakan adalah gigi 34, 45 karena dukungan gigi masih kuat.

TAHAP III : Menentukan penahan

  Pada gigi 34, 45 digunakan cengkeram 3 jari, karena gaya ungkit kelas II dimana lengan

retentif dari mesial ke distal. Sandaran oklusal diletakkan di bagian mesial.

  Dalam pemilihan cengkeram ditentukan berdasarkan gigi penyangga (bentuk gigi dan

kekuatan gigi penyangga).

  Retensi dari cengkeram diletakkan ke arah gigi yang hilang.

  Pada gigi 35 dan 45 digunakan cengkeram 3 jari yang terdiri dari lengan retentive, lengan

 pengimbang dan sandaran oklusal.

  Posisi titik fulkrum akan mempengaruhi ungkitan yang terjadi pada gigi penyangga. Pada

kasus GTSL berujung bebas sebaiknya digunakan tipe pengungkit klas II yang mana titik 

fulkrum berada di ujung, tekanan pada ujung yang berlawanan dan tahanan berada di

tengah. 

  Gigi tiruan di desain dengan menempatkan cangkolan di sebelah mesial gigi penyangga

dengan lengan cangkolan berjalan dari mesial ke distal dan ujung cangkolan terletak di

 bawah garis survey. Lengan resiprokal terletak pada sisi yang bersebelahan dna berada di

atas garis survey, hal ini menetralisirkan daya yang timbul oleh lengan retentif. Sedangkan

lengan retentif dan lengan resiprokal gigi penyangga pada salah satu sisi harus terletak sama tinggi dengan gigi berseberangan. 

Page 77: Laporan Tutorial Skenario 2 Blok 11

7/16/2019 Laporan Tutorial Skenario 2 Blok 11

http://slidepdf.com/reader/full/laporan-tutorial-skenario-2-blok-11 77/139

76

  Keuntungan dari penempatan cangkolan pada bagian mesial, yaitu: 

a.  Memberi retensi dan tahanan gigitiruan 

 b.  Pengaruh sandaran tidak terletak pada pusat gigi penyangga 

c.  Menghilangkan pengaruh gaya ungkit kelas I 

d.  Arah pergerakan basis tegak lurus linggir sisa 

e.  Menahan gigi tiruan bergerak ke distal 

  Penahan tidak langsung berupa sandaran oklusal.  Pada GTSL berujung bebas, tidak 

seluruh gaya yang diterima didukung oleh gigi penyangga karena tidak adanya gigi

 penyangga pada bagian posterior. Pada keadaan ini sering terjadi geraka rotasi, salah satu

cara untuk mencegah terjadinya gerakan tersebut adalah dengan membuat penahan tidak 

langsung. Fungsi dari penahan tidak langung, antara lain: 

a. 

Mencegah pergerakan basis berujung bebas menjauhi linggir sisa  b.  Membantu splinting gigi anterior yang turut mendukung penahan tidak langsung

terhadap kemungkinan bergesernya gigi ke arah lingual 

c.  Mencegah konektor utama tertekan pada jaringan, karena penahan tidak langsung

dapat bertindak sebagai sandaran oklusal tambahan. 

d.  Mengurangi daya torsional dalam arah anteroposterior pada gigi penyangga utama. 

TAHAP IV : Menentukan konektor 

Konektor pada GTSL sederhana berupa pelat.

Kasus diatas merupakan kelas I Kennedy atau bilateral free end saddle rahang bawah

  Kekuatan gigi yang Hilang :

Gigi Yang Hilang 

35 36 37 46 47

Kekuatan gigi yang hilang  2 3 3 3 3

Total 14

  Cengkeram

o  Gigi Penyangga :

Gigi 33 dan 34 serta 45

Page 78: Laporan Tutorial Skenario 2 Blok 11

7/16/2019 Laporan Tutorial Skenario 2 Blok 11

http://slidepdf.com/reader/full/laporan-tutorial-skenario-2-blok-11 78/139

77

Gigi Penyangga 

34 45

Resistance arm (R)  2 2

Jumlah cengkeram (C)  3 3

Kekuatan (RxC)  6 6Total  12

Ditambah dengan kekuatan dari perluasan basis (gingival vaset) perpanjangan sayap

 bukal sampai anterior.

o  Pilihan Cengkeram

  Gigi penyangga adalah gigi 34 dan 45

  Digunakan cengkeram 3 jari, yang terdiri dari :

o  Lengan retentif :

   pemeluk pada kuadran I

  tahanan pada kuadran III dan IV

o  lengan pengimbang

  diatas garis survei

o  sandaran oklusal

   pada bagian mesiooklusal

  Sesuai dengan gaya ungkit Lever tipe II untuk kasus Kennedy I maka cengkeram

diletakkan dengan lengan dari mesial ke distal gigi penyangga dan sandaran

oklusal pada sisi mesial

  Retensi dari cengkram diletakkan ke arah gigi yang hilang

  Dan basis diperluas sampai retromolar pad.

o  Tujuan Pembuatan Klamer :

o  Menjaga plat tetap melekat dalam mulut

o  Membantu gigi penjangkar menghasilkan kekuatan pertahanan dan meneruskan

 beban kunyah ke gigi penjangkar yang ditentukan berdasarkan gigi penyangga.

o  Tilting

Tilting pada kasus ini dilakukan tilting  anterior dengan memiringkan model studi

dengan sudut sekitar 10o-30o. Sehingga arah pasang berlawanan dengan arah tilting yaitu

 posterior dan pelepasan dari anterior.

Page 79: Laporan Tutorial Skenario 2 Blok 11

7/16/2019 Laporan Tutorial Skenario 2 Blok 11

http://slidepdf.com/reader/full/laporan-tutorial-skenario-2-blok-11 79/139

78

OKLUSI

a. Macam-macam Istilah Oklusi 

Telah disebutkan sebelumnya, oklusi gigi geligi bukanlah merupakan keadaan yang statis

selama mandibula bergerak, sehingga ada bermacam-macam bentuk oklusi, misalnya: sentrik,eksentrik, habitual, supra-infra, mesial distal, lingual. dsb.

Dikenal tiga macam istilah oklusi yaitu :

1.  Oklusi ideal adalah merupakan suatu konsep teoritis oklusi yang sukar atau bahkan tidak 

mungkin terdapat pada manusia.

2.  Oklusi fungsional adalah gerakan fungsional dari mandibula sehingga menyebabkan

kontak antar gigi geligi

3.  Oklusi normal adalah suatu hubungan yang dapat diterima oleh gigi geligi pada rahang

sama dan rahang yang berlawanan, apabila gigi dikontakan dan kondilus berada dalam fosa

glenoidea.

Oklusi gigi-gigi secara normal dapat dikelompokkan dalam 2 jenis, yaitu

1.  oklusi statik merupakan hubungan gigi geligi rahang atas dan rahang bawah dalam keadaan

tertutup atau hubungan daerah kunyah gigi-geligi dalam keadaan tidak berfungsi (statik)

2.  oklusi dinamik merupakan hubungan antara gigi geligi RA dan RB pada saat seseorang

melakukan gerakan mandibular kea rah lateral (samping) ataupun kedepan (antero-

 posterior)

Pada oklusi statik, hubungan cusp fungsional gigi geligi posterior (premolar) berada pada

 posisi cusp to marginal ridge dan cusp fungsional gigi molar pada posisi cusp to fossa. Sedangkan

 pada hubungan gigi anterior dapat ditentukan jarak gigit (overjet) dan tinggi gigit (overbite) dalam

satuan milimeter (mm). Jarak gigit (overjet) adalah jarak horizontal antara incisal edge gigi

incisivus RA terhadap bidang labial gigi insisivus pertama RB.

Tinggi gigit (overbite) adalah jarak vertikal antara incisal edge RB sampai incisal edge RA. Oklusi

dinamik timbul akibat gerakan mandibula ke lateral, kedepan (anterior) dan kebelakang (posterior).

Oklusi yang terjadi karena pergerakan mandibula ini sering disebut artikulasi.

Page 80: Laporan Tutorial Skenario 2 Blok 11

7/16/2019 Laporan Tutorial Skenario 2 Blok 11

http://slidepdf.com/reader/full/laporan-tutorial-skenario-2-blok-11 80/139

79

b. Dimensi vertikal

Dimensi vertikal merupakan relasi rahang bawah terhadap rahang atas dalam arah vertikal.

Page 81: Laporan Tutorial Skenario 2 Blok 11

7/16/2019 Laporan Tutorial Skenario 2 Blok 11

http://slidepdf.com/reader/full/laporan-tutorial-skenario-2-blok-11 81/139

80

  Ada 3 macam ukuran vertikal hubungan rahang: 

1.  Tinggi vertikal (vertical height )

Ialah hubungan/jarak vertikal antara rahang bawah terhadap rahang atas pada waktu oklusi

sentrik 

2.  Posisi istirahat fisiologis ( physiological rest position)

Hubungan/jarak vertikal antara rahang bawah terhadap rahang atas pada waktu otot-otot

dalam keadaan istirahat (rest)

3.  Ruang bebas (freeway space inter occlusal distance)

Jarak antara bidang oklusal gigi rahang bawah terhadap bidang oklusal gigi rahang atas.

Menurut penelitian jarak tersebut yaitu 3-5mm.

 Posisi istirahat fisiologis (physiological rest position)

Adalah posisi ketika semua otot yang mengontrol posisi mandibula berada dalam keadaan

relaks. Keadaan ini dianggap dikendalikan oleh mekanisme refleks yang dipicu oleh reseptor 

regangan pada otot mastikasi, khususnya otot temporal.

Posisi ini dapat dipertahankan untuk waktu lama tanpa menimbulkan kelelahan, melalui

kontraksi intermiten dan relaksasi dari kelompok serabut pada otot tersebut. Keadaan ini

mencerminkan resistensi refleks terhadap regangan otot akibat gaya gravitasi yang mengenai

mandibula. Di sini dianggap bahwa tidak ada stimulus-stimulus lain yang dapat menimbulkan

gerakan atau postur lain.

Ciri posisi istirahat fisiologis :

1.  Gigi-gigi dalam keadaan tidak berkontak dan jarak antara gigi-gigi biasanya sekitar 3 mm.

2.  Posisi mandibula ini dianggap terbentuk secara endogen dan dipengaruhi oleh panjang serta

arah otot yang berjalan antara mandibula dan kranium.

3.  Terdiri atas pola aktivitas minimal yang stabil dan posisi ini tetap konstan asalkan otot tetap

dalam keadaan sehat. Posisi ini dianggap tidak terpengaruh oleh postur kepala atau tubuh

dan karena itu dikontrol oleh pusat otak yang lebih tinggi serta oleh panjang istirahat dari

otot.

4.  Pada postur mandibula ini, wajah berada pada relasi vertikal istirahat.

5.  Posisi istirahat pada kebanyakan kasus adalah sedemikian rupa hingga ada celah beberapa

milimeter antara gigi-gigi atas dan bawah. Celah ini disebut free ways space atau jarak antar 

oklusal.

Page 82: Laporan Tutorial Skenario 2 Blok 11

7/16/2019 Laporan Tutorial Skenario 2 Blok 11

http://slidepdf.com/reader/full/laporan-tutorial-skenario-2-blok-11 82/139

81

  Macam-macam oklusi

Ada 2 macam oklusi, yaitu:

1.  Oklusi sentris, ialah hubungan kontak maksimal dari gigi rahang atas dan rahang bawah waktu

mandibula dalam keadaan relasi sentris.

2.  Oklusi aktif, ialah hubungan kontak antara gigi gigi di rahang atas dan di rahang bawah dimana

gigi-gigi rahang bawah mengadakan gerakan/geseran ke depan, ke belakang, ke kiri, dan ke

kanan/gerakan lateral.

o  Oklusi sentrik 

Adalah posisi kontak maksimal dari gigi geligi pada waktu mandibula dalam keadaan

sentrik, yaitu kedua kondisi berada dalam posisi bilateral simetris di dalam fossanya.

Syarat-syarat oklusi sentris :1.  Gigi atas dan bawah dalam hubungan kontak maksimal dan tak bekerja.

2.  Bibir menekan satu sama lain.

3.  Ujung lidah pada sepertiga insisal dan tengah dari gigi-gigi insisivus atas dan bawah.

4.  Otot-otot kunyah dalam keadaan kontraksi

5.  Ekspresi/tarikan muka harus kelihatan normal.

Oklusi sentrik dapat dibedakan menjadi  freedom in centric occlusion dan non freedom in

centric occlusion.  Freedom in centric occlusion terjadi ketika mandibula dapat bergerak anterior 

untuk jarak pendek pada bidang horisontal dan sagital saat gigi berkontak. Sedangkan non-freedom

in centric occlusion kontak oklusi terkunci pada mandibula ke maksila yang membuat tidak adanya

 pergerakan gigi baik posterior maupun anterior ke arah horizontal pada oklusi sentrik. Kontak poin

 pada gambar dapat dilihat ketika menggunakan articulating paper.

Gambar Freedom in centric occlusion

Page 83: Laporan Tutorial Skenario 2 Blok 11

7/16/2019 Laporan Tutorial Skenario 2 Blok 11

http://slidepdf.com/reader/full/laporan-tutorial-skenario-2-blok-11 83/139

82

Gambar non-freedom centric occlusion

Sentris atau tidaknya posisi mandibula ini sangat ditentukan oleh panduan yang diberikan

oleh kontak antara gigi pada saat pertama berkontak. Keadaan ini akan mudah berubah bila terdapat

gigi supra posisi ataupun overhanging restoration.

  Klasifikasi kontak gigi geligi

1.   Intercupal Contact Position (ICP), adalah kontak maksimal antara gigi geligi dengan

antagonisnya

2.   Retruded Contact Position (RCP), adalah kontak maksimal antara gigi geligi pada saat

mandibula bergerak lebih ke posterior dari ICP, namun RB masih mampu bergerak secara

terbatas ke lateral.3.   Protrusif Contact Position (PCP) adalah kontak gigi geligi anterior pada saat RB digerakkan ke

anterior 

4.  Working Side Contact Position (WSCP) adalah kontak gigi geligi pada saat RB digerakkan ke

lateral.

  Klasifikasi pola oklusi

Selain klasifikasi diatas, secara umum pola oklusi akibat gerakan RB dapat diklasifikasikan sebagai

 berikut: 

1.   Bilateral balanced occlusion, bila gigi geligi posterior pada kerja dan sisi keseimbangan,

keduanya dalam keadaan kontak  

2.  Unilateral balanced occlusion, bila gigi geligi posterior pada sisi kerja kontak dan sisi

keseimbangan tidak kontak  

3.   Mutually protected occlusion, dijupai kontak ringan pada gigi geligi anterior, sedang pada

gigi posterior 

4.  Tidak dapat ditetapkan, bila tidak dikelompokkan dalam klasifikasi diatas. (Hamzah,

Zahreni,dkk)

Page 84: Laporan Tutorial Skenario 2 Blok 11

7/16/2019 Laporan Tutorial Skenario 2 Blok 11

http://slidepdf.com/reader/full/laporan-tutorial-skenario-2-blok-11 84/139

83

  Relasi sentrik (relasi retrusi)

Relasi sentris adalah hubungan mandibula dengan maksila, dimana kedua kepala sendi

(kapituli) berada dalam keadaan paling dorsal (terdorong ke belakang) dalam cekungan sendi

(glenoid fossa) tanpa mengurangi kebebasannya untuk bergerak ke lateral.

  Lintasan Oklusi (occlusion guidance)

Lintasan oklusi atau panduan oklusi (occlusion guidance) merupakan hubungan mekanis yg

ideal antara gigi arkus maksila dengan gigi arkus mandibula.

 Normal lintasan oklusi yaitu :

1.  Canine Guidance (lintasan kaninus)

Merupakan keadaan yang dimana jika menggeserkan gigi ke kanan dan hanya kaninus

kanan yang kontak selama penyimpangan lateral (excursion lateral).

2.  Group function

Merupakan keadaan dimana jika menggeserkan gigi kesamping, beberapa gigi saat working

side berkontak bersamaan berbagi beban. Hal ini terjadi jika kaninus turun dari waktu ke waktu atau

mengalami bengkok. Pada lintasan ini, beban berat ideal berada di paling anterior gigi dan beban

yang lebih ringan di belakang.

Page 85: Laporan Tutorial Skenario 2 Blok 11

7/16/2019 Laporan Tutorial Skenario 2 Blok 11

http://slidepdf.com/reader/full/laporan-tutorial-skenario-2-blok-11 85/139

84

Oklusi eksentrik yaitu setiap oklusi yang terjadi di luar oklusi sentrik, yang terdiri atas:

1.  Oklusi protrusive adalah oklusi yang terjadi saat rahang berada di depan dari oklusi sentrik.

Lintasan oklusi ( occlusion guidance ) normalnya hanya gigi  –  gigi anterior saja yang

 berkontak pada saat tersebut yang disebut juga dengan anterior guidance.

2.  Oklusi lateral adalah oklusi yang terjadi pada saat rahang digerakkkan ke lateral. Lintasan

oklusi (occlusion guidance) yang normal terjadi pada saat gerakan ke lateral adalah cuspid

guided (protected) occlusion dan Group function occlusion

  Klasifikasi dari Oklusi Gigi Geligi

1.  Klasifi kasi Edward Angle (1899) Adalah klasifikasi dari hubungan antero-posterior lengkung gigi-gigi atas dan bawah, dan

tidak melibatkan hubungan lateral serta vertikal, gigi berjejal dan malposisi lokal dari gigi-gigi.

a.  Kelas 1

Hubungan ideal yang bisa ditolerir. Ini adalah hubungan antero-posterior yang sedemikian

rupa, dengan gigi-gigi berada pada posisi yang tepat di lengkung rahang, ujung gigi kaninus atas

 berada pada bidang vertikal yang sama seperti ujung distal gigi kaninus bawah. Gigi-gigi premolar 

atas berinterdigitasi dengan cara yang sama dengan gigi-gigi premolar bawah, dan tonjol antero-

Page 86: Laporan Tutorial Skenario 2 Blok 11

7/16/2019 Laporan Tutorial Skenario 2 Blok 11

http://slidepdf.com/reader/full/laporan-tutorial-skenario-2-blok-11 86/139

85

 bukal dari molar pertama atas tetap beroklusi dengan alur (groove) bukal dari molar pertama bawah

tetap. Jika insisivus berada pada inklinasi yang tepat, overjet inisisal adalah sebesar 3 mm.

b.  Kelas 2 (disto oklusi) 

Pada hubungan kelas 2, lengkung gigi bawah terletak lebih posterior daripada lengkung gigi

atas dibandingkan pada hubungan kelas 1. Karena itulah, keadaan ini kadang disebut sebagai―hubungan postnormal‖. Ada dua tipe hubungan kelas 2 yang umum dijumpai, dan karena itu,

dikelompokkan menjadi dua divisi.

  Kelas II divisi 1 Insisiv atas proklinasi, meskipun insisiv atas inklinasinya normal tetapi

terdapat jarak gigit dan tumpang gigit yang bertambah.

  Kelas II divisi 2 Insisiv sentral atas retroklinasi. Kadang-kadang insisiv lateral

 proklinasi, miring ke mesial atau rotasi mesiolabial. Jarak gigit biasanya dalam batas

normal tetapi terkadang sedikit bertambah.

c. Kelas 3 (mesio oklusi)

Pada hubungan kelas 3, lengkung gigi bawah terletak lebih anterior terhadap lengkung gigi

atas dibandingkan pada hubungan kelas 1. Oleh karena itu, hubungan ini kadang-kadang disebut

 juga sebagai ―hubungan prenormal‖ 

Page 87: Laporan Tutorial Skenario 2 Blok 11

7/16/2019 Laporan Tutorial Skenario 2 Blok 11

http://slidepdf.com/reader/full/laporan-tutorial-skenario-2-blok-11 87/139

86

Ada dua tipe utama dari hubungan kelas 3.

1.  Yang pertama, biasanya disebut kelas 3 sejati, dimana rahang bawah berpindah dari posisi

istirahat ke oklusi kelas 3 pada saat penutupan normal.

2.  Pada tipe yang kedua, gigi-gigi insisivus terletak sedemikian rupa sehingga gerak menutup

mandibula menyebabkan insisivus bawah berkontak dengan insisivus atas sebelum

mencapai oklusi sentrik. Oleh karena itu, mandibula akan bergerak ke depan pada penutupan

translokasi, menuju ke posisi interkuspal. Tipe hubungan semacam ini biasanya

disebut kelas 3 postural atau kelas 3 dengan pergeseran. 

Pada masing-masing tipe hubungan oklusal, malposisi gigi setempat bisa mempengaruhi

hubungan dasar dari kedua lengkung gigi. Jadi, rincian interkuspal dari gigi-gigi tidak sama dengan

klasifikasi keseluruhan dari hubungan lengkung gigi. Jika banyak gigi yang malposisi, akan sulit

 bahkan tidak mungkin untuk menentukan klasifikasi oklusi. Disamping itu, asimetris bisa

menyebabkan hubungan pada satu sisi rahang berbeda dari sisi yang lain. Pada situasi semacam ini,

oklusi perlu dideskripsikan dengan kata-kata, bukan hanya dengan klasifikasi verbal saja.

Kriteria klasifikasi Angle yaitu :

1.  Gigi molar pertama rahang atas merupakan kunci oklusi.

2.  Hubungan molar pertama rahang atas dengan molar pertama rahang bawah,sebagai berikut

: Puncak bonjol gigi molar pertama rahang atas terletak pada bukal groove gigi molar 

 pertama rahang bawah.

Menurut Proffit, et.al, (2007), klasifikasi maloklusi Angle terdiri dari tiga

kelas yaitu kelas I, kelas II dan kelas III.

2.  Klasifi kasi Dewey  

yaitu modifikasi dari kelas I dan kelas III Angle.

Page 88: Laporan Tutorial Skenario 2 Blok 11

7/16/2019 Laporan Tutorial Skenario 2 Blok 11

http://slidepdf.com/reader/full/laporan-tutorial-skenario-2-blok-11 88/139

87

a.  Modifikasi Angle’s kelas I 

-  Tipe 1: Angle kelas I dengan gigi anterior maksila crowding dengan kaninus terletak 

lebih ke labial (ektopik)

-  Tipe 2: Angle kelas I dengan gigi anterior maksila labioversion (protusif).

-  Tipe 3: Angle kelas I dengan gigi Insisivus maksila lingual version terhadap

-  Insisivus mandibula (anterior crossbite).

-  Tipe 4: Molar dan premolar pada bucco atau linguo version, tapi Insisivus dan kaninus

dalam jajaran normal (crossbite posterior).

-  Tipe 5: Gigi posterior mengalami pergeseran ke mesial (mesio version/ mesial drifting

 posterior) ketika hilangnya gigi pada bagian mesial gigi tersebut. Contohnya hilangnya

molar dan premolar kedua desidui lebih awal

 b.  Modifikasi Angle’s kelas III 

-  Tipe 1: suatu lengkungan saat dilihat secara individu bidang pada jajaran yang normal, tetapi

oklusi di anteriror terjadi edge to edge.

-  Tipe 2: Insisivus mandibula crowding dengan maksila (akibat insisivus maksila yang

terletak ke arah lingual).

Page 89: Laporan Tutorial Skenario 2 Blok 11

7/16/2019 Laporan Tutorial Skenario 2 Blok 11

http://slidepdf.com/reader/full/laporan-tutorial-skenario-2-blok-11 89/139

88

-  Tipe 3: lengkung maksila belum berkembang sehingga terjadi crossbite pada insisivus

maksila yang crowding dan lengkung mandibula perkembangannya baik dan lurus.

3.  Klasif ikasi L ischers  ,

Yaitu modifikasi dengan klasifikasi Angle:

1.   Neutroklusi, sama halnya dengan klasifikasi Angle kelas I

2.  Distoklusi, sama halnya dengan klasifikasi Angle kelas II

3.  Mesioklusi, sama halnya dengan klasifikasi Angle kelas III

 Nomenklatur Lischer untuk malposisi perindividual gigi-geligi menyangkut penambahan

―versi‖ pada sebuah kata untuk mengindikasikan penyimpangan dari posisi normal:

1. Mesioversi, lebih ke mesial dari posisi normal

2. Distoversi, lebih ke distal dari posisi normal

3. Linguoversi, lebih ke lingual dari posisi normal

4. Labioversi, lebih ke labial dari posisi normal

yaitu gigi yang keluar aligment ke labial atau bukal dari bentuk bentuk lengkung dari gigi yang

lainnya

Page 90: Laporan Tutorial Skenario 2 Blok 11

7/16/2019 Laporan Tutorial Skenario 2 Blok 11

http://slidepdf.com/reader/full/laporan-tutorial-skenario-2-blok-11 90/139

89

5. Infraversi, lebih rendah atau jauh dari garis oklusi

6. Supraversi,(supraerupsi) lebih tinggi atau panjang melewati garis oklusi

7. Axiversi, inklinasi aksial yang salah, tipped

8. Torsiversi, rotasi pada sumbunya yang panjang

9. Transversi, perubahan pada urutan posisi

4.  Klasif ikasi Caninus Untuk menentukan oklusi, tidak hanya dilihat dari relasi molar pertama saja namun dapat

dilihat dari caninus juga.

a.  Berikut klasifikasi caninus :

-  Kelas 1 : Caninus rahang atas beroklusi pada ruang bukal antara caninus rahang bawah dan

 premolar satu rahang bawah

-  Kelas 2 : Caninus rahang atas oklusi di anterior sampai ruang bukal di antara caninus rahang

 bawah dan premolar satu rahang bawah.

-  Kelas 3: Caninus rahang atas oklusi di posterior sampai ruang bukal diantara caninus rahang bawah

dan premolar satu rahang bawah.

Page 91: Laporan Tutorial Skenario 2 Blok 11

7/16/2019 Laporan Tutorial Skenario 2 Blok 11

http://slidepdf.com/reader/full/laporan-tutorial-skenario-2-blok-11 91/139

90

 b.  Klasifikasi Angle

Gigi kaninus juga diklasifikasikan sebagai Kelas I, Kelas II dan Kelas III.

-  Kelas 1

Jika kaninus RA posisinya pada embrasure (ruang dari sebagian dari gigi yang di batasioleh

gigi yang bersebelahan) antara kaninus dan premolar pertama bawah.

-  Kelas 2

Jika kaninus atas posisi mesialnya pada embrasure antara kaninus bawah dan premolar 

 pertama, oklusi kaninus disebut Kelas II.

-  Kelas 3

Jika Kaninus atas posisinya pada embrasure antara kaninus dan premolar pertama RB,

oklusi kaninus disebut Kelas III.

  Bidang dan lengkung oklusal imajiner

Ada beberapa faktor yang menentukan efisiensi oklusi pada gigi tetap asli. Salah satunya

adalah bidang oklusal. Bidang oklusal adalah permukaan imajiner yang menyentuh incisal edge

insisif mandibula dan atau cups tip caninus dan cups distobukal molar mandibula. Dalam tindakan

 pembuatan gigi tiruan, bidang oklusal merupakan pedoman yang penting dalam penyusuna gigi

 posterior dengan tujuan agar mastikasi menjadi efisien. Adapun, penyusunan gigi posterior atas

dimulai dari:

  P1; sumbu gigi tegak lurus bidang oklusal, cups bukal menyentuh bidang oklusal dan cups

 palatal terangkat sedikit.

  P2; sumbu gigi tegak lurus bidang oklusal, cups bukal dan palatal menyentuh bidang

oklusal.

  M1; Cusp rnesio-palatal menyentuh hidang oklusal, cusp mesio-bukal terangkat ±0.75mm

dari bidang oklusal dan cusp disto-palatai terangkat ±1 mm dari hidang oklusal.

Page 92: Laporan Tutorial Skenario 2 Blok 11

7/16/2019 Laporan Tutorial Skenario 2 Blok 11

http://slidepdf.com/reader/full/laporan-tutorial-skenario-2-blok-11 92/139

91

  M2; Cusp mesio-bukal setinggi cusp disto-bukal Ml (terangkat ±1 mm). Cusp distobukal

terangkat ± 15 mm dan cusp mesio-paiatal setinggi cusp disto palatal M1.

Karena adanva inklinasi sagital dan gigi-geligi posterior tersebut, maka bidang oklusal akan

membentuk lengkung oklusal. Dari sisi lateral, penyusunan morfologis imi disebut kurva Spee

dimulai dari kaninus hingga molar. Ada 5 tlpe Iengkung oklusal vaitu normal (average). tajam

(acute), datar  (Flat), terbalik  (reverse) dan “two-level ”. Dari ke lima kurva ini yang ideal adalah

kurva normal. Secara umum, kurva maksila dan mandibula sama dari molar sampai premolar 

 pertama tetapi kemudian bervariasi tergantung besar supraoklusi gigi anterior. Pada beberapa

individu, gigi posterior dan anterior terlihat memiliki dua level yang berbeda yakni gigi posterior 

lebih rendah dan gigi anterior lebih tinggi. Keadaan ini disebut bidang oklusi “two-lever”. 

  Kurva Spee 

Kurva Spee merupakan kurva anteroposterior dari permukaan oklusal rahang bawah.

Dimulai dari cusp tip kaninus mandibula — cusp tip bukal Premolar 1 dan 2 — cusp tip bukal Molar 

1. 2. 3 - menyambung sampai ke tepi anterior ramus mandibula. Dalarn studi hubungan verilkal dan

horizontal oklusi geligi, tercapainya keseimbanigan fungsi oklusal selama pergerakan fungsional

mandibula merupakan hal yang penting. Bersamaan dengan itu, pembentukan kembali kurva

kompensasi atau kurva Spee pada prosedur rehabilitasi bertujuan untuk mendapatkan keseimbangan

oklusal yang maksimum. Kurva ini merupakan refleksi fraksional yang dimulai dan sendi TMJ,

mengikuti bentuk anatomis fossa glenoid dan berhuhungan dengan ukuran dan bentuk cusp gigi

geligi.

Page 93: Laporan Tutorial Skenario 2 Blok 11

7/16/2019 Laporan Tutorial Skenario 2 Blok 11

http://slidepdf.com/reader/full/laporan-tutorial-skenario-2-blok-11 93/139

92

Fungsi utama dari kurva Spee dipercava memiliki fungsi biomekanikal selama pengunyahan

makanan. Kurva ini penting untuk pergerakan yang efisien dari cusp-cusp gigi geligi untuk 

 beroklusi sewaktu proses mastikasi sehingga gaya dan fungsi biomekamkal pengunyahan menjadi

efisien. Gergerakan fungsional mandibula yang lain seperti gerak protrusive dan lateral juga sangat

dipengaruhi kurva ini. Kunva Spee untuk rahang atas disebut juga sebagai kurva kompensasi.

Hullent Bayda dalam penelitian mengungkapkan klasifikasi kurva Spee berdasarkankedalamannva menjadi: datar (kedalaman kurva < 2mm), sedang atau normal (kedalaman kurva

2mni tetapi <4mm), dan dalam (kedalaman kurva >4mm). Namun begitu umumnya Kurva Spee

 pada setiap individu dengan gigi normal memliki kedalaman rata-rata 1,5mm. H Xu.dkk 

mengungkapkan kurva Spee pada gigi normal memiliki radius rata-rata 8.34mm dan kedalaman

rata-rata 1.9mm sedangkan kurva kompensasi memiliki radius rata-rata 8.64mm dan kedalaman

1.6mm. Dengan demikian, bentuk kurva kompensasi adalah sedikit lehih datar dihandingkan kurva

Spee .

H. Xu dalam penelitiannya juga mengungkapkan kedalaman kurva Spee dapat diukur pada

gigi permanen lengkap, overhte dan overtet 2-4 mm, tidak ada kelainan sendi temporomandibular 

atau kelainan kranioservikal, tidak ada restorasi yang ekstensif dan cast restoration,  belum pernah

dirawat ortodontik, tidak ada kondisi periodontal yang patologi dan secara klinis bentuk lengkung

normal dengan gigi berjejal yang minimal.

Cara menugukur kurva Spee pertama; buat garis referensi yaitu suatu garis yang

menghubungkan cusp bukal kaninus dan cusp tip distobukal molar 2. Kemudian buat garis-garis

yang tegak lurus dan garis referensi tersebul ke cusp tip gigi premolar 1 dan 2, molar 1 dan

mesiobukal molar 2. Jarak yang paling besar merupakan kedalaman kurva Spee.

Secara fisiologis. terdapat kecenderungan alami bahwa kurva ini akan semakin dalam pada

masa pertumbuhan. Pertumhuhan RB ke arah bawah dan depan terkadang berlangsung lebih cepat

dan lama daripada RA. Jadi, selama masa pertumbuhan, kedalaman kuva Spee masih akan beruhah-

ubah hingga kurva menjadi relatif stabil pada dewasa muda.

Perubahan kurva Spee secara patologis dapat menyebabkan berbagai hal. Perubahan ini

terjadi pada beberapa situasi seperti adanya geligi rotasi, tipping maupun ekstrusi Melakukan

restorasi terhadap gigi yang sudah mengalami perubahan pada bidang oklusal dapat mengakibatkan

Page 94: Laporan Tutorial Skenario 2 Blok 11

7/16/2019 Laporan Tutorial Skenario 2 Blok 11

http://slidepdf.com/reader/full/laporan-tutorial-skenario-2-blok-11 94/139

93

terjadi gangguan gerak protrusive posterior. Gangguan tersebut selanjutnya akan memulai

terjadinya aktivitas abnormal levator mandibula terutama otot masseter dan temporal yang

selanjutnya dapat menyebabkan keausan, fraktur restorasi dan disfungsi TMJ.

Kedalaman kurva Spee dan kurva kompensasi merupakan hal yang penting dalam prosedur 

 perawatan. Kurva Spee dapat dijadikan sebagai refèrensi dalam merekonstruksi oklusal pada kasus

kehilangan gigi posterior sebagian atau seluruhnva. Tujuan utama yang paling penting adalah dalam

hal ini adalah untuk mendapatkan stabilitas gigi tiruan. Perlu diperhatikan jika pada pasien yang

telah mengalami penurunan dimensi vertikal, maka pembuatan cusp gigi yang tajam dengan kurva

yang datar adalah kontraindikasm karena dapat mengurangi  freeway space. Pembuatan cups yang

tajam, dalam, dan curam yang tidak mengikuti kurva Spee dalam bentuk fisiologis sebelumnva

mengakibatkan pengaruh traumatik pada jaringan penyangga sehingga jaringan periodontal dan

tulang resorpsi serta kehilangan lebih lanjut pada gigi sisa.

  Lengkung okiusal Iainnya 

Beberapa lengkung oklusal imajiner lain yang berkaitan antara lain kurva Wilson dan kurva

Monson. Kurva wilson merupakan garis khayal yang terbentuk dan kontak  cusp tip bukal dan

lingual gigi molar dan setiap lengkung gigi pada pandangan frontal. Kurva ini tidak sama antara

Molar 1, Molar 2, dan Molar 3. Sedangkan Kurva Monson merupakan perluasan dari Kurva Spee

dan Wilson ke semua cusp dari tepi insisal sampai geligi anterior. Namun begitu kedua kurva ini

 jarang digunakan karena keterbatasan anatomis dalam hubungan fungsional.

c. Dasar Penetapan Diagnosis :

Dignosis ditetapkan berdasarkan atas pertimbangan data hasil pemeriksaan secara sistematis,

Data diagnostik yang paling utama harus dipunyai untuk dapat menetapkan diagnosisis adalah data

 pemeriksaan klinis meliputi pemeriksaan subyektif dan obyektif serta data pemeriksaan dan

 pengukuran pada model studi, sedangkan Graber (1972) mengelompokkan menjadi :

1. Kriteria Diagnostik Esensial (Essenti al Diagnostic Criter ia )

a. Anamnesis dan Riwayat kasus (case history)

 b. Pemeriksaan / Analisis klinis :

- Umum / general : Jasmani, Mental

- Khusus / lokal : Intra oral, Extra oral

Page 95: Laporan Tutorial Skenario 2 Blok 11

7/16/2019 Laporan Tutorial Skenario 2 Blok 11

http://slidepdf.com/reader/full/laporan-tutorial-skenario-2-blok-11 95/139

94

c. Analisis model studi :

Pemeriksaan dan pengukuran pada model studi:

- Lebar mesiodistal gigi-gigi

- Lebar lengkung gigi

- Panjang / Tinggi lengkung gigi

- Panjang perimeter lengkung gigi

d. Analisis Fotometri ( Photometric Analysis):

Pemeriksaan dan pengukuran pada foto profil dan foto fasial pasien, meliputi :

- Tipe profil

- Bentuk muka

- Bentuk kepala

e. Analisis Foto Rontgen ( Radiographic Analysis):

- Foto periapikal

- Panoramik 

- Bite wing

Bila dianggap perlu bisa dilengkapi dengan data hasil pemeriksaan tambahan yang disebut

sebagai :

2. Kriteria Diagnostik Tambahan (Supplement Diagnostic Cri ter ia )

a. Analisis Sefalometrik (Cephalometric Analysis):

- Foto lateral ( Lateral projection) untuk anlisis profil

- Foto frontal ( Antero-posierior projection) untuk anlisis fasial

- Dll.

 b. Analisis Elektromyografi (EMG) : Untuk mengetahaui abnormalitas tonus dan aktivitas otot-ototmuka dan mastikasi.

Page 96: Laporan Tutorial Skenario 2 Blok 11

7/16/2019 Laporan Tutorial Skenario 2 Blok 11

http://slidepdf.com/reader/full/laporan-tutorial-skenario-2-blok-11 96/139

95

c. Radiografi pergelangan tangan ( Hand-wrist Radiografi): Untuk menetapkan indeks karpal yaitu

untuk menentukan umur penulangan.

d. Pemeriksaan Laboratorium: Untuk menetapkan basal metabolic rate (BMR), Tes

indokrinologi, dll.

d. Kapan Mulai Mendiagnosis :

Diagnosis sudah bisa mulai ditetapkan saat pasien masuk diruang pemeriksaan. Misalnya: Dengan

melihat muka pasien kita sudah bisa menetapkan tipe profil, bentuk muka, keadaan bibir pasien, dll.

Kemudian tahap demi tahap pemeriksaan dilalui kita akan langsung dapat menetapkan diagnosis

sementara (Tentative Diagnosis). Misalnya dari :

1. Identitas pasien :

a. Umur :

- Diastema gigi anterior pada umur 6 tahun, anak masih dalam masa pertumbuhan, maloklusi ini

masih dapat berkembang kearah normal dengan erupsinya gigi permanent dengan ukuran

mesiodistal yamg lebih besar dari gigi susu, perawatan yang bisa dilakukan adalah observasi.

- Protrusif gigi-gigi rahang atas tipe dentoskeletal pada pasien berumur 23 tahun, pertumbuhan

dentofasial telah berhenti maloklusi bersifat permanen, perawatan yang bisa dilakukan: perawatan

 protuisif rahang atas yang berlebihan adalah bedah ortodontik (Orthodontic Surgery), sedangkan

 perawatan terhadap proklinasi gigi anteriornya adalah perawatan ortodontik (Ortodontic Treatment )

 b. Suku bangsa / ras :

- Protrusif merupakan keadaan abnormal bagi ras caucasoid tetapi protrusif pada tingkat tertentu

masih dianggap normal untuk ras negroid dan mongoloid.

- Suku Jawa dengan muka sedikit cembung masih dianggap normal karena merupakan kelompok 

mongoloid.

c. Jenis kelamin :

- Proses pertumbuhan dentofasial lebih cepat selesai pada wanita dari pada laki-laki, seperti

 pendewasaan, proses penulangan, erupsi gigi terjadi lebih awal pada wanita dari pada laki-laki.

Page 97: Laporan Tutorial Skenario 2 Blok 11

7/16/2019 Laporan Tutorial Skenario 2 Blok 11

http://slidepdf.com/reader/full/laporan-tutorial-skenario-2-blok-11 97/139

96

- Ukuran rahang lebih besar pada laki-laki dari pada wanita.

d. Dan lain-lain.

2. Anamnesis dan Riwayat kasus (Case History) :

Pasien dengan protrusif maksila (klas II divisi 1) bisa ditetapkan sebagai kasus yang disebabkan

oleh faktor keturunan atau bukan, dengan melakukan anamnesis untuk menelusuri riwayat

kasusnya:

- Jika keadaan orang tuan dan saudara-saudaranya mempunyai kemiripan dengan pasien kasus ini

disebabkan oleh faktor keturunan.

- Jika orang tua dan saudara-saudaranya tidak protrusif tetapi dari riwayat kasus didapatkan pasien

mempunyai bad habit mengisap ibu jari pada masa kecilnya maka kasus ini disebabkan oleh faktor 

kebiasaan buruk / bad habit .

3. Pemeriksaan klinis:

Dari hasil pemeriksaan klinis ini kita juga dapat mendiagnosis keadaan pasien :

- Pasien dengan ukuran badan yang besar akan didiagnosis tidak normal apabila ukuran rahangnya

kecil

- Ukuran rahang pasien yang tidak seimbang dengan ukuran mesiodistal gigi, gigi-gigi akan tampak 

 berdesakan atau renggang-renggang, didiagnose sebagai kasus maloklusi: gigi berjejal (crowding )

atau diastemata ( spacing )

- Tipe profil pasien cembung, lurus atau cekung, normal-tidaknya tergantung kelompok ras pasien

dan tingkat keparahannya.

- Dari hasil pemeriksaan klinis dapat pula ditetapkan diagnosis mengenai :

• Ekstra oral : Bentuk muka, bentuk kepala, keadaan bibir, tinggi muka, posisi dan hubungan rahang

• Intra oral :

- Relasi molar dinyatakan dengan klasifikasi Angle.

- Malrelasi gigi lainnya seperti: openbite, crossbite, deep overbite, scissor bite Overjet berlebihan

dll.

- Malposisi gigi seperti: mesioversi, bukoversi, aksiversi, torsiversi, supraversi, transversi dll.

Page 98: Laporan Tutorial Skenario 2 Blok 11

7/16/2019 Laporan Tutorial Skenario 2 Blok 11

http://slidepdf.com/reader/full/laporan-tutorial-skenario-2-blok-11 98/139

97

4. Analisis studi model :

Dari hasil pemeriksaan, pengukuran dan perhitungan pada studi model dapat ditetapkan diagnosis

mengenai :

- Bentuk dan ukuran rahang

- Ukuran mesiodistal gigi

- Bentuk dan ukuran lengkung gigi

- Penentuan relasi molar, malrelasi gigi lainnya, malposisi gigi

- Adanya kelaiann bentuk gigi (malformasi), dll.

5. Analisis Foto muka (Analisis fotografi) :

Analisis terhadap muka dan profil pasien dapat dilakukan langsung pada pasien dalam pemeriksaan

klinis. Tetapi untuk tujuan dokumentasi mengenai keadaan wajah pasien diperlukan juga foto wajah

 perlu disertakan pada laporan status pasien. Analisis foto muka

 pasien dilakukan untuk mendiagnosis adanya abnormalitas mengenai bentuk profil dan tipe muka

 pasien:

- Tipe profil: cembung, lurus, cekung.

- Bentuk muka: Brahifasial, Mesofasial, Oligofasial.

- Bentuk kepala: Brahisefali, Mesosefali, Oligosefali

6. Analisis Foto Rontgen :

Analisis Foto Rontgen diperlukan apabila dibutuhkan diagnosis tentang keadaan jaringan

dentoskeletal pasien yang tidak dapat diamati langsung secara klinis, seperti:

- Foto periapikal : Untuk menentukan gigi yang tidak ada, apakah karena telah dicabut, impaksi

atau agenese. Untuk menentukan posisi gigi yang belum erupsi terhadap permukaan rongga mulut

 berguna untuk menetapkan waktu erupsi, Untuk membandingkan ruang yang ada dengan lebar 

mesiodistal gigi permanen yang belum erupsi.

Page 99: Laporan Tutorial Skenario 2 Blok 11

7/16/2019 Laporan Tutorial Skenario 2 Blok 11

http://slidepdf.com/reader/full/laporan-tutorial-skenario-2-blok-11 99/139

98

- Panoramik:

  Untuk menentukan keadaan gigi dan jaringan pendukungnya secara keseluruhan dalam satu

Ro foto,

  Untuk menentukan urutan erupsi gigi, dll.

- Bite wing :

  Untuk menentukan posisi gigi dari proyeksi oklusal.

7. Analisis Sefalometri :

Analisis sefalometri sekarang semakin dibutuhkan untuk dapat mendiagnosis maloklusi dan

keadaan dentofasial secara lebih detil dan lebih teliti tentang:

  Pertumbuhan dan perkembangan serta kelainan kraniofasial

  Tipe muka / fasial baik jaringan keras maupun jaringan lunak 

  Posisi gigi-gigi terhadap rahang

  Hubungan rahang atas dan rahang bawah terhadap basis kranium

Diagnosis yang ditetapkan pada setiap tahap pemeriksaan disebut diagnosis sementara (Tentativediagnosis), setelah semua data pemeriksaan lengkap dikumpulkan kemudian dapat ditetapkan

diagnosis finalnya ( Final diagnosis) yang biasa disebut sebagai diagnosis dari pasien yang

dihadapi. Kadang-kadang jika kita masih ragu-ragu menetapkan suatu diagnosis secara pasti atas

dasar data-data pemeriksaan yang ada. Bisa pula diagnosis pasien ditetapkan dengan disertai

diagnosis alternatifnya yang disebut sebagai diferensial diagnosis.

e. Pemeriksaan Klinis / Pemeriksaan Obyektif 

1. Umum / General

Pemeriksaan klinis secara umum pada pasien dapat dilakukan dengan mengukur dan mengamati :

• Tinggi badan : …………………cm. 

• Berat badan : …………………kg. 

• Keadaan jasmani : baik / cukup / jelek 

• Keadaan mental : baik / cukup / jelek 

Page 100: Laporan Tutorial Skenario 2 Blok 11

7/16/2019 Laporan Tutorial Skenario 2 Blok 11

http://slidepdf.com/reader/full/laporan-tutorial-skenario-2-blok-11 100/139

99

• Status gizi : baik / cukup / jelek 

Maksud pemeriksaan klinis menyangkut tinggi badan, berat badan, keadaan jasmani serta

keadaan gizi pasien adalah untuk memperkirakan pertumbuhan dan perkembangan pasien secara

umum, sedangkan data keadaan mental pasien diperlukan untuk menentukan apakah pasien nanti

dapat bekerja sama (kooperatif) dengan baik bersama operator dalam proses perawatan untuk 

mendapatkan hasil perawatan yang optimal.

1. Khusus / Lokal :

a. Luar mulut / Ekstra Oral :

• Bentuk muka : simetris / asimetris 

• Tipe muka : Menurut Martin (Graber 1972) dikenal 3 tipe muka yaitu : 

- Brahisepali : lebar, persegi

- Mesosepali : lonjong / oval

- Oligisepali : panjang / sempit

Menurut Ricket (Graber 1972) lebih tepat untuk bentuk kepala yaitu proyeksi kepala terhadap

 bidang sagital sedangkan untuk tipe muka lebih tepat menggunakan istilah fasial :

- Brahifasial

- Mesofasial

- Dolikofasial.

Page 101: Laporan Tutorial Skenario 2 Blok 11

7/16/2019 Laporan Tutorial Skenario 2 Blok 11

http://slidepdf.com/reader/full/laporan-tutorial-skenario-2-blok-11 101/139

100

Umumnya tipe muka berkaitan erat dengan bentuk lengkung gigi pasien.

Klasifikasi bentuk muka dan kepala menurut Sukadana (1976) berdasarkan:

  Indeks muka = Tinggi muka ( A) (Jarak N – Gn) x 100

Lebar muka (B) (Jarak bizigomatik)

Klasifikasi indeks muka :

- Euriprosop ( muka pendek, lebar) : 80,0 – 84,9

- Mesoprosop (muka sedang ) : 85,0 – 89,9

- Leptoprosop (muka tinggi, sempit) : 90,0 – 94,9

Jika indeks : < 80,0 : Hipo Euriprosop

> 94,9 : Hiper Leptoprosop

  Indeks kepala = Lebar kepala (B) (jarak bizigomatik supra mastoideus) x 100

Panjang kepala (A) (Jarak Gl – Oc)

Klasifikasi indeks kepala :

- Dolikosepali (kepala panjang sempit) : 70,0 – 74,9

- Mesosepali (kepala sedang ) : 75,0 – 79,9

- Brahisepali (kepala lebar persegi) : 80,0 – 84,9

Jika indeks : < 70,0 : Hipo Dolikosepali

Page 102: Laporan Tutorial Skenario 2 Blok 11

7/16/2019 Laporan Tutorial Skenario 2 Blok 11

http://slidepdf.com/reader/full/laporan-tutorial-skenario-2-blok-11 102/139

101

> 84,9 : Hiper Brahisepali

• Profil muka : Menurut Graber (1972) dikenal tiga tipe profil muka yaitu :

- Cembung (convex), bila titik petemuan Lcb-Lca berada didepan garis Gl-Pog

- Lurus (straight ), bila titik petemuan Lcb-Lca berada tepat pada garis Gl-Pog

- Cekung (concave), bila titik petemuan Lcb-Lca berada dibelakang garis Gl-Pog

Untuk menentukan profil muka digunakan 4 titik anatomis Gabella (Gl), Lip Contour atas (Lca),

Lip Contour bawah (Lcb) dan Pogonion (pog) serta garis referensi Gl-Pog sebagaia acuan :

- Glabella (Gl) : Titik terendah dari dahi terletak pada tengah-tengah diantara alis mata kanan dan

kiri.

- Lip contour atas (Lca) : Titik terdepan bibir atas.

- Lip contour bawah (Lcb) : Tiik terdepan bibir bawah

- Pogonoin (Pog) : Titik terdepan dari dagu didaerah symphisis mandibula.

Page 103: Laporan Tutorial Skenario 2 Blok 11

7/16/2019 Laporan Tutorial Skenario 2 Blok 11

http://slidepdf.com/reader/full/laporan-tutorial-skenario-2-blok-11 103/139

102

Menurut Schwarz (Boersma,1987) Tipe profil bervariasi masing-masing menjadi :

- Cembung (Anteface ) bila titik Sub nasale (Sn) berada di depan titi Nasion (Na)

- Lurus (Average face) bila titik Sub nasale (Sn) berada tepat segaris dengan Nasion (Na)

- Cekung (Retroface) bila titik Sub nasale (Sn) berada di belakang titik Nasion (Na)

Masing-masing tipe ini masih bisa bervariasi dengan kombinasi :

- Retrognatik (Dorsaly rotated dintition ) : Bila gigi-geligi rahang bawah berotasi ke arah

 belakang sehingga posisi titik Pog tampak lebih ke belakang dari posisi Nasion

- Ortogantik (Unrotated dentition) : Bila gigi-geligi rahang bawah tidak berotasi / posisinya

normal titik Pog tampak lurus terhadap Nasion

- Prognatik (Ventraly rotated dentition) : Bila gigi-geligi rahang bawah berotasi kedepan,

dagu (titik Pog) tampak maju terhadap Nasion

- Nasion (Na) adalah titik terdepan dari sutura Fronto nasalis

- Subnasale (Sn) adalah titik titik terdepan tepat dibawah hidung

Dengan demikian akan didapatkan 9 tipe muka :

- Cembung : Anteface dengan variasi retrognatik, ortognatik dan prognatik 

- Lurus : Average face dengan variasi retrognatik, ortognatik dan prognatik 

- Cekung : Retroface dengan variasi retrognatik, ortognatik dan prognatik 

Page 104: Laporan Tutorial Skenario 2 Blok 11

7/16/2019 Laporan Tutorial Skenario 2 Blok 11

http://slidepdf.com/reader/full/laporan-tutorial-skenario-2-blok-11 104/139

103

• Otot-otot mastikasi dan otot-otot bibir

Serabut otot bersifat elastis , mempunyai dua macam ketegangan (tonus), aktif dan pasif.

Pada waktu kontraksi terdapat ketegangan yang aktif dan apabila dalam keadaan dilatasi terdapat

ketegangan pasif. Dengan demikian pada waktu istirahat otot-otot mastikasi dan bibir mempunyai

tonus yang dalam keadaan normal terdapat keseimbangan yang harmonis, bila tidak normal tonus

otot sangat kuat (hypertonus) atau sangat lemah (hipotonus) dapat menimbulkan anomali pada

lengkung gigi akibat adanya ketidakseimbangan atara tekanan otot di luar dan di dalam mulut.

Pada pemeriksaan klinis, periksa :

- Otot-otot mastikasi : normal / hypertonus / hypotonus

- Otot bibir atas : normal / hypertonus / hypotonus

- Otot bibir bawah : normal / hypertonus / hypotonus

• Keadaan bibir pada waktu istirahat (r est position) : terbuka / menutup

Bibir terbuka pada waktu rest posisi bisa disebabkan karena bibir terlalu pendek (incompetent) atau

hypotonus otot bibir sering dijumpai pada pada pasien yang gigi depannya protrusif.

• Keadaan pipi : normal / cembung / cekung

Keadaan ini juga berkaitan dengan tonus otot-otot pipi (m. masseter) pasien.

 b. Dalam mulut /Intra oral :

Pemeriksaan intraoral dilakukan dengan mengamati :

• Kebersihan mulut (oral hygiene / OH) : baik / cukup / jelek  

Ini dapat ditetapkan dengan Indeks OHIS, pasien yang kebersihan mulutnya jelek kemungkinan

 besar kebersihan mulutnya akan lebih jelek lagi selama perawatan dilakukan , oleh karena itu

motivasi kebersihan mulut perlu diberikan sebelum perawatan ortodontik dilakukan.

• Keadaan lidah : normal / macroglossia / microglossia

Pasien yang mempunyai lidah besar ditandai oleh :

- Ukuran lidah tampak besar dibandingkan ukuran lengkung giginya

Page 105: Laporan Tutorial Skenario 2 Blok 11

7/16/2019 Laporan Tutorial Skenario 2 Blok 11

http://slidepdf.com/reader/full/laporan-tutorial-skenario-2-blok-11 105/139

104

- Dalam keadaan relax membuka mulut, lidah tampak luber menutupi permukaan oklusal

gigi-gigi bawah.

- Pada tepi lidah tampak bercak-bercak akibat tekanan permukaan lingual mahkota gigi

(tongue of identation)

- Gigi-gigi tampak renggang-renggang (general diastema)

• Palatum : normal / tinggi / rendah serta normal / lebar / sempit  

Pasien dengan pertumbuhan rahang rahang atas kelateral kurang (kontraksi) biasanya palatumnya

tinggi sempit, sedangkan yang pertumbuhan berlebihan (distraksi) biasanya mempunyai palatum

rendah lebar.

Jika ada kelainan lainnya seperti adanya peradangan, tumor, torus, palatoschisis, dll. Dicatat.

• Gingiva : Normal / hypertophy / hypotropy 

Adanya peradangan pada gingiva bisa ditetentukan dengan gingival indeks (GI)

• Mucosa : normal / inflamasi / kelainan lainnya 

Pasien dengan oral hygiene yang jelek biasanya mempunyai gingiva dan mucosa yang inflamasi

dan hypertropy.

• Frenulum labii superior : normal / tinggi / rendah , tebal / tipis  

• Frenulum labii inferior : normal / tinggi / rendah , tebal / tipis 

• Frenulum lingualis : normal / tinggi / rendah , tebal / tipis 

Pemeriksaan frenulum dilakukan untuk mengetahui posisi perlekatannya (insersio) pada marginal

gingiva serta ketebalannya, apakah akan mengganggu pengucapan kata-kata tertentu dan apakah

akan mengganggu pemakaian plat ortodontik yang akan dipasang ?

• Tonsila palatina : normal / inflamasi / hypertrophy

• Tonsila lingualis : normal / inflamasi / hypertrophy 

• Tonsila pharengea : normal / inflamasi / hypertrophy 

Apakah ada amandel yang membengkak? Dilakukan pemeriksaan dengan menekan lidah pasien

dengan kaca mulut, jika dicurigai adanya kelaianan yang serius pasien dikonsulkan ke dokter ahli

THT sebelum dipasangi alat ortodontik.

Page 106: Laporan Tutorial Skenario 2 Blok 11

7/16/2019 Laporan Tutorial Skenario 2 Blok 11

http://slidepdf.com/reader/full/laporan-tutorial-skenario-2-blok-11 106/139

105

f. Analisis Model Studi

1. Pembuatan model studi :

Pemeriksaan secara klinis belum lengkap dapat memberikan data yang dibutuhkan untuk perawatan

ortodontik. Disamping karena terbatasnya waktu pemeriksaan diklinik juga ada bagian-bagian yangtidak bisa diamati secara teliti. Banyak pengukuran tidak bisa dilakukan secara langsung pada

 pasien. Untuk itu diperlukan model cetakan gigi dan rahang sebagai model studi.

Untuk mendapatkan model studi dilakukan :

a. Mencetak rahang atas dan rahang bawah pasien

 b. Membuat gigitan sentrik (centric occlusal record)

c. Boxing model cetakan

d. Pemberian nomer model

e. Penyabunan

  Analisis pada model studi

Analisis model studi merupakan salah satu sumber informasi penting untuk 

menentukan diagnosis ortodonti. Diagnosis yang menyeluruh akan menentukan

kelengkapan rencana perawatan. Rencana perawatan yang lengkap dan akurat akan

menetukan keberhasilan perawatan. 

Analisis model studi adalah penilaian tiga dimensi terhadap gigi geligi pada

rahang atas maupun rahang bawah, serta penilaian terhadap hubungan oklusalnya.

Kedudukan gigi pada rahang maupun hubungannya dengan geligi pada rahang lawan

dinilai dalam arah sagital, transversal, dan vertikal.

Untuk keperluan diagnosis ortodonti, model studi harus dipersiapkan dengan baik danhasil cetakan harus akurat. Hasil cetakan tidak hanya meliputi seluruh gigi dan jaringan lunak 

sekitarnya, daerah di vestibulum pun harus tercetak sedalam mungkin yang dapat

diperoleh dengan cara menambah ketinggian tepi sendok cetak hingga dapat mendorong

 jaringan lunak di daerah tersebut semaksimal mungkin, sehingga inklinasi mahkota dan

akar terlihat. Jika hasil cetakan tidak cukup tinggi, maka hasil analisis tidak akurat.

Model studi dengan basis segi tujuh, yang dibuat dengan bantuan gigitan lilin dalam

keadaan oklusi sentrik serta diproses hingga mengkilat, akan memudahkan pada saat

analisis dan menyenangkan untuk dilihat pada saat menjelaskan kasus kepada pasien.

Page 107: Laporan Tutorial Skenario 2 Blok 11

7/16/2019 Laporan Tutorial Skenario 2 Blok 11

http://slidepdf.com/reader/full/laporan-tutorial-skenario-2-blok-11 107/139

106

Macam-macam analisis model studi :

1.  Analisis geligi tetap

a.  Analisis Howes

 b.  Indeks Pont

c.  Metode Kesling

d.  Indeks Bolton

e.  Analisis Arch Length Discrepancy (ALD)

2.  Analisis geligi campuran 

a.  Perkiraan ukuran gigi menggunakan gambaran radiografi

 b.  Perkiraan ukuran gigi menggunakan tabel probabilitas

c. 

Tanaka-Johnston

- Posisi bidang orbital pada studi model dapat ditransfer dari hasil pengamatan langsung secara

klinis seperti yang dilakukan di atas (a) kemudian ditandai pada permukaan labial / bukal gigi pada

model dan pada tepi lateral boksing kemudian model ditriming untuk membentuk sudut depan

lateral boksing.

- Kemudian tentukan posisi maksila dan mandibula, dapat dilakukan dengan menetapkan posisi

 bidang orbital pasien : bila melewati daerah spertiga distal permukaan labial gigi kaninus atas posisi

maklsila normal, bila berada didistalnya posisi maksila protrusif dan bila berada didepannya posisi

maksila retrusif.

- Posisi manidibula ditetapkan dengan mengoklusikan model RA/RB secara sentrik, amati posisi

 bidang orbital pasien pada gigi-gigi bawah, bila melewati daerah interdental gigi kaninus dan

 premolar pertama bawah tepat pada sisi distal gigi kaninus posisi mandibula normal, bila garis

Simon (bidang orbital) berada di distalnya posisi madibula protrusif dan bila berada didepannya

 posisi mandibula retrusif.

- Bila posisi maksila dan mandibula kedua-duanya berada di pada posisi normal profil pasien

ortognatik, bila kedua-duanya protrusif profil pasien bikmaksiler prognatism dan bila kedua duanya

retrusif profil pasien bimaksiler retrognatism.

- Penentuan posisi garis Simon (bidang orbital) bisa salah bila pengamatan profil pasien dari

samping tidak tepat tegak lurus terhadap bidang sagital pasien.

Page 108: Laporan Tutorial Skenario 2 Blok 11

7/16/2019 Laporan Tutorial Skenario 2 Blok 11

http://slidepdf.com/reader/full/laporan-tutorial-skenario-2-blok-11 108/139

107

- Penentuan doagnosis bisa salah apabila posisi gigi kaninus atas malposisi, bila gigi kaninus

malposisi posisi normalnya nanti bisa ditetapkan pada pembuatan lengkung ideal yaitu pada posisi

garis Simon yang telah ditandai pada model seperti yang dilakukan di atas.

  Skema model rahang atas dan rahang bawah :

Pada kartu status dan laporan praktikum dibuat skema gigi-geligi pasien dari proyeksi

oklusal. Dibuat pula gambar boxing model studi dan masing-masing elemen gigi diberi nomer 

(nomenclature) dengan cara yang lazim dilakukan.

  Alat orthodonsi lepasan

Alat /Pesawat ortodontik dalam pemakaiannya di dalam mulut dibedakan menjadi 2 macam

alat yaitu :

A. Alat Cekat : Alat ortodontik yang hanya dapat dipasang dan dilepas oleh dokter gigi Contoh:

a. Alat cekat Teknik Begg

 b. Alat cekat Teknik Edgewise

c. Alat cekat Teknik Bioprogresive

Konstruksi alat cekat lebih komplek dari alat lepasan. Terdriri dari 2 komponen :1. Komponen pasif, berfungsi untuk mendukung komponen aktif :

a. Band, berupa cincin logam yang biasanya disemenkan pada gigi penjangkar.

 b. Tube, berupa tabung logam yang biasanya dipatrikan pada band Molar.

c. Bracket, berupa tempat perlekatan komponen aktif yang sekarang pemasangannya

 pada gigi dilakukan secara bonding.

2. Komponen aktif berfungsi untuk menggerakkan gigi :

a. Arch wire/ kawat busur berupa lengkung kawat yang dipasang pada slot bracket dan

dimasukkan pada tube bukal.

Page 109: Laporan Tutorial Skenario 2 Blok 11

7/16/2019 Laporan Tutorial Skenario 2 Blok 11

http://slidepdf.com/reader/full/laporan-tutorial-skenario-2-blok-11 109/139

108

 b. Sectional wire merupakan bagian dari kawat busur untuk menggerakkan gigi-gigi

 posterior seperti : Cuspid retractor.

c. Auxillaries merupakan perlengkapan tambahan untuk menggerakkan gigi-gigi,

seperti, pir-pir atau karet elastik.

Gambar : Alat Ortodontik Cekat

a.  Buccal tube b. Molar Band c. Bracket d. Arch wire e. Auxilliary Spring

B. Alat Lepasan : Alat ortodontik ini dapat dipasang dan dilepas oleh pasien sendiri.

Contoh:

a. Plat Dengan Pir-Pir Pembantu

 b. Plat Dengan Peninggi Gigitan

c. Plat Ekspansi

d. Aktivator/ Monoblock 

Komponen alat lepasan terdiri dari :

A. Pelat Dasar / Baseplate

B. Komponen Retentif :

1. Klamer / Clasp

2. Kait / Hook 

3. Busur Labial / Labial Arch / Labial Bow (dalam keadaan pasif)

C. Komponen Aktif :

1. Pir-pir Pembantu / Auxilliary Springs

2. Busur Labial / Labial Arch / Labial Bow

3. Skrup Ekspansi / Expansion Screw

4. Karet Elastik / Elastic Rubber 

D. Komponen Pasif :

1. Busur Lingual / Lingual Arch / Mainwire

2. Peninggi Gigitan / Biteplane

Page 110: Laporan Tutorial Skenario 2 Blok 11

7/16/2019 Laporan Tutorial Skenario 2 Blok 11

http://slidepdf.com/reader/full/laporan-tutorial-skenario-2-blok-11 110/139

109

E Komponen Penjangkar :

a. Verkeilung ,

b. Busur Labial dalam keadaan tidak aktif.

c. Klamer -klamer . dan modifikasinya

Gambar : Alat Ortodontik Lepasan

A. Pelat Dasar /Baseplate B. Komponen Retentif C. Komponen Aktif 

D. Komponen Pasif E Komponen Penjangkar

KOMPONEN ALAT LEPASAN 

A.Plat Dasar /Baseplate 

Merupakan rangka (frame work) dari alat ortodontik lepasan, umumnya berupa plat akrilik,

 berfungsi untuk :

1. Mendukung komponen-komponen yang lain , seperti tempat penanaman basis spring,

klammer, busur labial dan lain-lain.

2. Meneruskan kekuatan yang dihasilkan oleh bagian aktif ke gigi penjangkar.

3. Mencegah pergeseran gigi-gigi yang tidak akan digerakkan.

4. Melindungi spring-spring di daerah palatal.

5. Menahan dan meneruskan kekuatan gigitan

Plat akrilik dibuat setipis mungkin agar tidak menyita rongga mulut sehingga bisa enak 

dipakai oleh pasien (comfortable), tetapi cukup tebal agar tetap kuat jika dipakai di dalam mulut.

Umumnya ketebalan plat setebal 1 malam model (2mm). Disain dan konstrusi plat sangat

mempengaruhi efisiensi alat serta kenyamanan pemakaian oleh pasien sehingga pasien mau

mengikuti instruksi-instruksi pemakaian sampai perawatam selesai. Dengan demikian disamping

 plat yang terlalu tebal dan lebar menutupi palatum, pemasangan pir-pir yang terlalu banyak secara

 bersamaan akan sangat mengganggu kenyamanan pasien.

Page 111: Laporan Tutorial Skenario 2 Blok 11

7/16/2019 Laporan Tutorial Skenario 2 Blok 11

http://slidepdf.com/reader/full/laporan-tutorial-skenario-2-blok-11 111/139

110

Stabilitas alat di dalam mulut yang bebas dari goncangan ketika mulut berfungsi

(mengunyah, bicara) akan memberikan kenyamanan pemakaian, mempertinggi akurasi / ketepatan

tekanan spring, memperbesar reaksi penjangkar di daerah rahang bagian depan. Untuk mencapai

stabilitas alat yang maksimal ada beberapa hal yang harus diperhatikan :

1.  Lebar plat dibuat selebar mungkin tetapi disesuaikan dengan kebutuhan karena plat yang

terlalu lebar akan menggangu fungsi lidah dan kenyamanan pemakaian.

2.  Plat dasar secara keseluruhan harus dapat beradaptasi dengan mukosa mulut, permukaan

 plat dapat menempel dengan baik tanpa menimbulkan rasa menekan, tepi plat dapat

 beradaptasi dengan kontur permukaan cervical di palatinal/lingual gigi-gigi masuk 

dengan pas didaerah interdental membentuk Verkeilung, tanpa ada celah tempat

terselipnya sisa makanan.

3. 

Plat di daerah gigi yang akan digerakkan harus dibebaskan sehingga tidak tertahansetelahmendapat tekanan dari pir atau busur labial yang telah diaktifkan.

Plat dasar di daerah gig-gigi yang akan digerakan dapat dibebaskan sehingga pir-pir 

 penggerak gigi tersebut tampak terbuka (gambar di atas), tetapi dalam keadaan tertentu untuk 

menghindari terganggunya lidah, atau pada pemasangan pir dibawah bite plane anterior plat masih

tetap menutupi pir-pir tersebut tapi tetap dalam keadaan bebas dalam box/ruangan di bawah plat.

Bagian kawat yang tertanam didalam plat (basis spring) ujungnya harus dibengkokkan untuk retensi

agar tidak mudah lepas, dan bagian retensi tersebut harus berada dalam ketebalan platnya.

Ada beberapa hal khusus yang perlu di perhatikan :

1.Untuk plat rahang atas :

Plat dibuat selebar mungkin, tepi distal sampai mencapai daerah perbatasan palatum molle

dan palatum durum, di bagian tengah melengkung ke anterior sehingga cukup luas daerah palatinal

yang bebas agar tidak menggangu fungsi lidah sewaktu mengunyah dan bicara.

2.Untuk plat rahang bawah :

Daerah di bagian lingual mandibula sempit maka untuk memperkuat plat perlu di pertebal

menjadi satu setengah ketebalan malam (3mm), di daerah sulcus lingualis tempat perlekatan

frenulum linguale plat dipersempit agar tidak mengganggu gerakan lidah. Di regio molar dibagian

lingual biasanya terdapat daerah undercut yang cukup dalam meluas sampai pangkal lidah , didaerah

ini ujung kawat basis klamer tidak boleh menempel tapi tegak lurus turun ke bawah, tepi plat

dibagian bawah dipertebal sehingga jika diperlukan pengurangan ketebalan plat untuk 

mempermudah insersi tepi plat tidak menjadi terlalu tipis dan kawat basis yang tertanam di dalam

 plat tidak terpotong.

Page 112: Laporan Tutorial Skenario 2 Blok 11

7/16/2019 Laporan Tutorial Skenario 2 Blok 11

http://slidepdf.com/reader/full/laporan-tutorial-skenario-2-blok-11 112/139

111

Dengan jalan lain dapat dilakukan dengan menutup (block out ) daerah undercut dengan gips

, kawat basis klamer lewat di atasnya baru kemudian dilakukan pengerjaan memodel malam,

sehingga nanti dak diperlukan penggrindingan tepi plat bagian bawah untuk 

membebaskan plat dari daerah under cut tersebut.

Cara pembuatan/prosessing plat :

1. Metode Flasking :

Menggunakan bahan  Heat Curing Acrylic (HCA) yaitu bahan akrilik yang proses

 polimerisasinya memerlukan pemanasan sehingg pada waktu prosessing diperlukan penggodogan.

Model malam di inbed  didalam cuvet, dicor dengan air mendidih, adonan akrilik dimasukkan,

dipress kemudian di godok.

2. Metode Quick Curing :

Menggunakan bahan Cold Curung Acrylic (CCA) atau juga disebut Self Curing Acrylic(SCA) , bahan akrilik ini proses polimerisasinya tidak memerlukan pemanasan, panas untuk   proses

 polimerisasinya timbul akibat reaksi eksotermis dari bahan tersebut pada waktu dicampur.

Pembuatan plat dapat dilakukan dengan :

a. Powder /polimer ditaburkan tipis di atas model, kemuduan diteteskan liquid/monomer, dilakukan

 berulang-ulang lapis demi lapis sampai mencapai ketebalan yang diinginkan.

 b. Powder dan liquid dicampur didalam pot setelah mencapai consistensi yang diinginkan kemudian

adonan ditempatkan dan dibentuk di atas model.

c. Dengan memakai kuas yang dibasahi dengan liquid kemudian dioleskan pada powder lalu

dioleskan pada model, dilakukan berulang-ulang lapis demi lapis sampai mencapai ketebalan yang

diinginkan.

B. Klamer/Clasp dan Modifikasinya

Klamer adalah suatu bengkokan kawat merupakan bagian/komponen retentif dari alat

ortodontik lepasan.

Bagian retensi dari Alat Lepasan umumnya berupa cangkolan/klamer /clasp dan kait / hook, 

 berfungsi untuk :

a. Menjaga agar plat tetap melekat di dalam mulut.

 b. Mempertahankan stabilitas alat pada saat mulut berfungsi.

c.Membantu fungsi gigi penjangkar/anchorage, menghasilkan kekuatan pertahanan yang

 berlawanan arah dengan kekuatan yang dihasilkan oleh bagian aktif untuk menggerakkan gigi.

d. Klamer dapat diberi tambahan hook untuk tempat cantolan elastik. Klamer dipasang pada gigi

dapat memberikan tahanan yang cukup terhadap kekuatan yang dikenakan terhadap gigi yang

Page 113: Laporan Tutorial Skenario 2 Blok 11

7/16/2019 Laporan Tutorial Skenario 2 Blok 11

http://slidepdf.com/reader/full/laporan-tutorial-skenario-2-blok-11 113/139

112

digerakkan. Dapat menahan gaya vertikal yang dapat mengangkat plat lepas dari rahang dan

menggangu stabilitas alat. Pemilihan jenis, jumlah dan letak penempatan klamer pada gigi

anchorage tergantung kepada: jumlah spring yang dipasang, letak spring, serta bentuk dan jumlah

gigi penjangkarnya.

Macam-macam klamer dan modifikasinya yang di pakai sebagai komponen retentif pada

alat ortodontik lepasan adalah :

1.  Klamer C / Simple/Buccal Clasp . 

Klamer ini biasanya dipasang pada gigi molar kanan dan kiri tetapi bisa juga pada gigi yang

lain. Pembuatannya mudah, tidak memerlukan tang khusus, tidak memerlukan banyak materi

kawat, tidak melukai mukosa , retensinya cukup, tetapi tidak efektif jika dikenakan pada gigi

desidui atau gigi permanen yang baru erupsi. Ukuran diameter kawat yang dipakai: untuk gigi

molar 0,8 – 0,9 mm, sedangkan untuk gigi premolar dan gigi anterior 0,7 mm.Bagian-bagiannya terdiri dari:

• Lengan:

Berupa lengkung kawat dari ujung membentuk huruf C memeluk leher gigi di bagian bukal

dari mesial ke distal di bawah lingkaran terbesar (daerah undercut), satu milimeter di atas gingiva

dengan ujung telah ditumpulkan.

• Pundak:

Merupakan lanjutan dari lengan dibagian distal gigi berbelok ke lingual/palatinal menelusuri

daerah interdental. kawat di daerah ini hindari jangan sampai tergigit.

• Basis:

Merupakan bagian kawat yang tertanam di dalam plat akrilik, ujungnya diberi bengkokkan

untuk retensi.

Gambar : Klamer C

2.  Klamer Adams / Adams Clacp .

Klamer Adams merupakan alat retensi plat aktif yang paling umum digunakan. Biasanya

dikenakan pada gigi molar kanan dan kiri serta pada gigi premolar atau gigi anterior. Diameter kawat yang digunakan : 0,7 mm untuk gigi molar dan premolar serta 0,6 mm untuk gigi anterior.

Page 114: Laporan Tutorial Skenario 2 Blok 11

7/16/2019 Laporan Tutorial Skenario 2 Blok 11

http://slidepdf.com/reader/full/laporan-tutorial-skenario-2-blok-11 114/139

113

Bagian-bagiannya terdiri dari :

• Cross bar :

Merupakan bagian kawat sepanjang 2/3 mesiodistal gigi anchorage yang akan dipasangi, posisi

sejajar permukaan oklusal, terletak 1 mm disebelah bukal permukaan bukal, tidak tergigit ketika

gigi beroklusi.

• U loop :

Terletak diujung mesial dan distal cross bar. Menempel pada permukaan gigi di daerah

undercut bagian mesiobukal dan distobukal.

Gambar : Klamer Adams

Pundak:Merupakan lanjutan dari U loop yang melewati daerah interdental dibagian oklusal sisi

mesial dan distal gigi anchorage.Tidak tergigit sewaktu gigi beroklusi.

• Basis :

Ujung kawat pada kedua sisi tertanam didalam plat akrilik, diberi bengkokan untuk retensi.

Bentuk-bentuk modifikasi klamer Adams :

a.KlamerAdams dengan satu loop ( single spur ): Biasanya dipasang pada gigi molar paling distal,

dimana daerah dibagian distal belum jelas. U loop hanya dibuat pada sisi mesial saja.

 b.Klamer Adams dengan tambahan tube yang di patrikan pada cross bar. Tube  berfungsi sebagai

tempat perlekatan busur labial atau tempat mengaitkan elastik.

c.Klamer Adams dilengkapi dengan coil (circular traction hook ) pada pertengahan crossbar , yang

 juga berfungsi untuk tempat mengaitkan elastik.

Page 115: Laporan Tutorial Skenario 2 Blok 11

7/16/2019 Laporan Tutorial Skenario 2 Blok 11

http://slidepdf.com/reader/full/laporan-tutorial-skenario-2-blok-11 115/139

114

Gambar : Bentuk modifikasi klamer Adam

d. Klamer Adams dengan 3 loop (triple spur). Cross bar dengan satu U loop tambahan dipatrikan

 pada pertengahan cross bar klamer Adams lainnya. Klamer jenis ini dikenakan pada dua gigi secara

 bersama-sama dengan tujuan untuk mempertinggi retensi.e.Klamer Adams pada gigi anterior (double anterior spur ), memeluk dua gigi anterior secara

 bersama-sama.

f. Klamer Adams yang dilengkapi dengan kait ( standard traction hook ), berfungsi untuk tempat

mengaitkan elastik.

• Keuntungan pemakaian klamer Adams :

- Mempunyai retensi yang sangat tinggi.

- Pembuatan tidak memerlukan tang khusus.

- Kawat yang dibutuh tidak terlalu banyak.

- Dapat dikenakan pada gigi permanen, gigi desidui dan gigi yang belum tumbuh sempurna.

• Kerugian-kerugiannya :

- Pembuatannya lebih sukar dari pada pembuatan klamer C.

- Jika pembuatnya kurang cermat (sering mengulang-ulang pembengkokan kawat) klamer akan

mudah putus.

- Jika loop terlalu panjang, cross bar akan mudah melukai pipi atau bisa tergigit jika gigi beroklusi.

- Jika loop terlalu pendek cross bar akan menempel pada permukaan bukal gigi, sisa makanan akan

mudah tertahan .

3.  Klamer kepala panah / Ar row Head Clasp  

Klamer ini mempunyai bagain yang berbentuk seperti ujung/kepala anak panah, masuk 

daerah interdental membentuk sudut 90º terhadap posisi lengannya.

Page 116: Laporan Tutorial Skenario 2 Blok 11

7/16/2019 Laporan Tutorial Skenario 2 Blok 11

http://slidepdf.com/reader/full/laporan-tutorial-skenario-2-blok-11 116/139

115

Gambar : Klamer kepala panah

Lengan tidak boleh menempel pada mukosa tetapi berjarak 1 mm di sebelah bukalnya,

lengan juga tidak boleh terlalu panjang sampai melebihi posisi vornic supaya tidak melukai sulcus

buccalis. Klamer ini dapat dipakai untuk memegang lebih dari satu gigi, biasanya dipakai sebagi bagian retentif plat ekspansi. Diameter kawat yang di pakai : 0,7 mm

Keuntungannya :

- daya retensi tinggi

- dapat dipakai pada gigi permanen atau gigi desidui

Kerugiannya :

- pembuatannya lebih sulit

- memerlukan tang khusus

4.  Bentuk modifikasi (Kawat tunggal, Ring, Tr iangulair , Arr owhea, Pinball) 

Modifikasi klamer berupa tekukan kawat yang ujungnya men cengkram permukaan

interdental dua buah gigi bersebelahan.

Bagian-bagiannya terdiri dari :

• Basis yaitu bagian kawat yang tertanam dalam plat akrik, ujungnya diberiri tekukan agar tidak 

mudah lepas dari dasar 

• Pundak bagian dari kawat yang melewati daeran interdental dipermukaan oklusal dua gigi

 bersebelahan

• Ujung ( End ) bagian yang mencengkram daerah inter dental gigi menghasilkan kemampuan

retentif untuk alat lepasan

Modifikasi klamer jenis ini baisanya dipasang di daerah interdental pada gigi posterior,

 pemasangannya bisa dikombinasikan dengan klamer C Dibuat dari kawat berdiameter 0,7 mm.

Page 117: Laporan Tutorial Skenario 2 Blok 11

7/16/2019 Laporan Tutorial Skenario 2 Blok 11

http://slidepdf.com/reader/full/laporan-tutorial-skenario-2-blok-11 117/139

116

Gambar : Modifikasi klamer dengan ujung bundar

(pinball ) di daerah interdental gigi

Macam-macam bentuk ujung modifikasi klamer :

o  Kawat tunggal ujung kawat ditekuk dan di tumpulkan

o  Ring berbentuk lingkaran kecil

o  Segi tiga /Trianguler 

o  Kepala panah /Arrowhead

o  Bundar / Pin ball (buatan pabrik)

Gambar : Modifikasi bentuk klamer 

Keuntungannya :

- pembuatannya mudah

- daya retensi cukup tinggi

- dapat dipakai pada gigi permanen atau gigi desidui

Kerugiannya :

- tidak efektif jika daerah interdental renggang

- ujung kait dapat melukai gingiva

C. Pir-Pir Pembantu/ Auxilliary Springs

Pir-pir pembantu (auxilliary springs) adalah pir-pir ortodontik yang digunakan untuk 

menggerakkan gigi-gigi yang akan dikoreksi baik secara individual atau beberapa gigi secara

 bersama-sama.

Macam-macam spring :

Page 118: Laporan Tutorial Skenario 2 Blok 11

7/16/2019 Laporan Tutorial Skenario 2 Blok 11

http://slidepdf.com/reader/full/laporan-tutorial-skenario-2-blok-11 118/139

117

1.  Pir Jari / F inger spring 

Pir jari merupakan bagian retentif dari alat ortodontik lepasan yang menyerupai jari-jari

sebuah lingkaran memanjang dari pusat lingkaran ke sisi lingkaran (lengkung gigi),

Gambar : Posisi Pir Jari dibawah busur lingual

Gambar : Lintasan pergerakan gigi :

A. Posisi koil tepat pada garis bisectris, gigi bergerak kemesial pada lengkung gigi.

B. Posisi koil berada di mesial garis bisectris gigi bergerak ke arah mesiolabial

C. Posisi koil berada di distal garis bisectris gigi bergerak ke arah mesiopalatinal/lingual

Klamer ini terdiri dari bagian-bagian :

a. Lengan bagian yang memeluk mahkota gigi kemudian memanjang kearah pusat lingkaran

 berfungsi untuk mendorong gigi ke arah mesial atau distal sepanjang lengkung gigi.

 b. Koil adalah lanjutan lengan yang membentuk lingkaran satu atau dua kali putaran dengan

diameter 2 mm, merupakan sumber kelentingan pir yang menghasilkan kekuatan aktif untuk 

menggerakkan gigi.

c. Basis adalah bagian pir yang merupakan lanjutan dari koil yang dipatrikan pada mainwire atau di

tanam dalam plat akrilik .

Pir jari tunggal digunakan untuk menggerakkan sebuah gigi ke arah mesial atau distal

sepanjang lengkung gigi sedangkan pir ganda (double finger spring) digunakan untuk 

menggerakkan dua buah gigi secara bersama-sama seperti pada kasus diastema sentral. Supaya

Page 119: Laporan Tutorial Skenario 2 Blok 11

7/16/2019 Laporan Tutorial Skenario 2 Blok 11

http://slidepdf.com/reader/full/laporan-tutorial-skenario-2-blok-11 119/139

118

efektif dapat menghasilkan gerakkan gigi sepanjang lengkung gigi perlu diperhatikan penempatan

koil sebagai fulkrum kekuatan :

- Koil terletak dipusat lingkaran atau disepanjang garis bisektris yang membagi sudut lintasan gigi

dari titik awal ( starting point ) ke titik akhkir ( finishing point ).

- Untuk pir yang ditanam dalam plat akrilik posisi koil diusahakan sedekat mungkin dengan tepi

 plat sebelum masuk kedalam plat agar pusat gerakan lengan terletak pada koil.

- Jika posisi koil tidak tepat gerakan gigi akan menyimpang dari lengkung gigi. Diameter kawat

yang dipakai 0,5 – 0,6 mm tergantung panjang lengan pir.

2.  Pir Simpel / Simple spring  

Berfungsi untuk menggerakkan gigi individual ke arah labial atau bukal. Dibuat dengan

mematrikan kawat pada satu titik pada mainwire, membentuk sudut 45° terhadap garis singgunglingkaran mainwire kemudian dibengkokkan sejajar mainwire mendekati dan menempel pada gigi

yang akan digerakkan dari arah palatinal/lingual.

Gambar : Pir simpel yang dipatrikan pada mainwire

Gambar : Pir simpel dengan modifikasi koil

Untuk meningkatkan kelentingan, bisa dibuat bentuk modifikasi :

- Belokan bisa ditingkatkan menjadi dua belokan dengan arah berlawanan (double simple spring )

atau beberapa belokan. 

- Diberi tambahan koil pada setiap belokan disebut Cantilever Spring  (Simple/double cantilever 

 spring. Ukuran kawat yang biasa dipakai adalah 0.5 - 0,6 mm.

Page 120: Laporan Tutorial Skenario 2 Blok 11

7/16/2019 Laporan Tutorial Skenario 2 Blok 11

http://slidepdf.com/reader/full/laporan-tutorial-skenario-2-blok-11 120/139

119

3.  Pir Lup / Loop spring / Buccal retractor spring  

Pir ini dipakai untuk meretraksi gigi kaninus atau premolar ke distal. Pemasangannya dapat

dipatrikan pada busur labial atau ditanam dalam plat akrilik. Dibuat dari kawat berdiameter 0,6  –  

0,7 mm.

Bentuk-bentuk modifikasi :

- Dengan dua U lup ( Double U loop spring ) untuk meningkatkan kelentingan dan memperbanyak 

tempat pengaktipan. Dengan memberi tambahan koil untuk meningkatkan kelentingan.

- Dengan memberi tabung (tube) pada kaki lup bagian belakang untuk memperkokoh kedudukan

spring.

Gambar : Pir lup bukal / Buccal retractor spring 

Gambar : Beberapa bentuk modifikasi pir retraktor bukal

4.  Pir Kontinyu / Continous spri ng 

Pir ini berfungsi untuk mendorong dua gigi atau lebih secara bersama-sama kearah  

labial/bukal misalnya gigi-gigi insisivus, kaninius atau premolar. Pemasangan bisa dengan 

dipatrikan pada mainwire atau basisnya di tanam dalam plat akrilik. Basis yang dipatrikan   pada

mainwire membentuk sudut 45° kemudian dibelokkan sejajar dengan main wire, pada satu  sisi dari

gigi-gigi yang akan digerakkan membelok kemudian menempel pada permukaan  palatinal/lingual

membentuk busur pendorong untuk kemudian membelok kembali ke arah  berlawanan membentuk 

 basis dengan pematrian pada sisi sebelahnya 

Page 121: Laporan Tutorial Skenario 2 Blok 11

7/16/2019 Laporan Tutorial Skenario 2 Blok 11

http://slidepdf.com/reader/full/laporan-tutorial-skenario-2-blok-11 121/139

120

Gambar : Pir kontinyu yang dipatrikan pada main wire

Gambar : Posisi pir kontinyu pada palatinal gigi anterior 

Bentuk modifikasinya:

- Dengan menambahkan beberapa belokan kawat (lup) sebelum membentuk busur pendorong

- Dengan memberi tambahan koil pada setiap belokan untuk meningkatkan kelentingan

- Basis spring tidak dipatrikan pada main wire tapi ditanam dalam plat akrilik 

- Biasanya dibuat dari kawat berdiameter 0,6 atau 0,7 mm, tergantung panjang kawat yang

membentuk spring

D. Busur Labial/Labial Arch/Labial Bow 

Sesuai dengan namanya busur labial merupakan kawat melengkung yang menempel pada

 permukaan labial gigi-gigi.

• Fungsi Busur labial :

a. Untuk meretraksi gigi-gigi depan ke arah lingual/palatianal.

 b. Untuk mempertahankan lengkung gigi dari arah labial.c. Untuk mempertinggi retensi dan stabilitas alat.

d. Untuk tempat pematrian pir-pir (auxilliary springs)

Page 122: Laporan Tutorial Skenario 2 Blok 11

7/16/2019 Laporan Tutorial Skenario 2 Blok 11

http://slidepdf.com/reader/full/laporan-tutorial-skenario-2-blok-11 122/139

121

Gambar : Busur labial a. Lengkung labial, b. U lup c. Klamer Adam

• Bagian-bagiannya :

a. Basis : merupakan bagian yang tertanam dalam plat akrilik.

 b. Pundak :Merupakan kawat lanjutan dari basis keluar dari plat akrilik di ujung Verkeilung

melewati daerah interdental gigi.

c. Lup : berbentuk huruf ―U‖ sehingga disebut U loop 

Macam-macam U loop :

1. Lup vertikal : yaitu lup U dalam arah vertikal, berguna untuk mengaktifkan busur labial dengan

menyempitkan kaki lup ketika meretraksi gigi-gigi ke palatinal/lingual.

Gambar : Busur labial dengan lup vertikal

2. Lup Horisontal : untuk menjaga ke dudukan busur labial dalam arah vertikal dan dapat dipakai

untuk mengintrusikan dan mengekstrusikan gigi-gigi anterior.

Page 123: Laporan Tutorial Skenario 2 Blok 11

7/16/2019 Laporan Tutorial Skenario 2 Blok 11

http://slidepdf.com/reader/full/laporan-tutorial-skenario-2-blok-11 123/139

122

Gambar : Busur labial dengan lup horisontal

3. Lup kombinasi vertikal dan horisontal: Lup kombinasi ini dimaksudkan agar dapat digunakan

untuk meretraksi dan mengintrusi atau mengekstrusi gigi-gigi anterior. Posisi lup ini tergantung

kepada macam busur labial yang digunakan umumnya 1mm diatas permukaan mukosa gingiva,

 bebas dari vornic yaitu kira-kira setinggi pertengahan jarak cervico-vornic.

Gambar : Busur labial dengan lup kombinasi vertikal dan horisontal

4. Lup ganda (double Uloop) : Yaitu lup vertikal dengan dua belokan berbentuk huruf U

dimaksudkan untuk mem perbanyak tempat pengaktipan sehungga retrusi gigi anterior dapat

dilakukan lebih besar lagi dari pada lup tunggal.

Gambar : Busur labial dengan lup ganda

5. Lup terbalik ( inverted loop): yaitu lup yang pengaktipannya merupakan kebalikan yaitu dengan

memperbesar/melebarkan kaki lup. Pembuatan besur labial dengan lup terbalik ini dimaksudkan

agar dapat menahan permukaan labial gigi anterior lebih banyak tanpa perlu memindah posisi

 pundak ke gigi lebih kedistalnya lagi.

Page 124: Laporan Tutorial Skenario 2 Blok 11

7/16/2019 Laporan Tutorial Skenario 2 Blok 11

http://slidepdf.com/reader/full/laporan-tutorial-skenario-2-blok-11 124/139

123

Gambar : Busur labial dengan lup terbalik 

d. Lengkung labial : Lanjutan dari lup U membelok membentuk sudut 90° dalam arah horisontal

melengkung dan menempel pada permukaan labial gigi anterior umumnya setinggi sepertiga

 panjang mahkota dari tepi insisal gigi atau dapat juga bervariasi lebih ke servikal atau lebih ke

insisal tergantung dari gerakan gigi yang diinginkan:

- Untuk dapat menghasilkan gerakan gigi secara bodily letaknya lebih ke arah servikal.

- Agar menghasilkan gerakan tiping/tilting letaknya lebih kearah insisal.

Gambar : Posisi lengkung labial

Macam-macam busur labial :

1. Busur labial tipe pendek (Short Labial Arch):

- Pundak busur labial tipe ini setelah keluar dari plat lewat di daerah interdental antara gigi C dan

P1 atau c dan m1 decidui, kemudian membentuk U lup arah vertikal setinggi pertengahan antara

vornic  –  cervical gigi, dilanjutkan dengan belokan 90° melengkung horisontal mengikuti

 permukaan labial gigi-gigi anterior dari satu sisi ke sisi sebelahnya kemudian dengan cara yang

sama membentuk belokan 90° arah vertikal membentuk U lup dan pundak pada sisi sebelahnya.

- Berguna untuk meretraksi ke dua atau ke empat gigi insisivus yang inklinasinya terlalu ke

labial/protrusif.

- Diameter kawat yang dipakai bervariasi tergantung kegunaannya : 0,7 mm untuk tujuan aktif 

(retraksi) dan 0,8 mm - 0,9 mm untuk tujuan retentif (retainer) untuk mempertahankan hasil

 perawatan.

Page 125: Laporan Tutorial Skenario 2 Blok 11

7/16/2019 Laporan Tutorial Skenario 2 Blok 11

http://slidepdf.com/reader/full/laporan-tutorial-skenario-2-blok-11 125/139

124

2. Busur labial tipe medium (Medium Labial Arch)

- Bentuknya sama dengan busur labial tipe pendek terdiri dari basis, pundak, lup U dan lengkung

labial tetapi letak pundak di daerah interdental gigi P1 dan P2 atau antara gigi m1 dan m2 desidui.

- Lengkung labial menempel pada permukaan labial gigi anterior dari gigi kaninus kanan sampai

kaninus kiri sehingga dapat dipakai untuk meretraksi ke enam gigi anterior.

- Diameter kawat yang biasa dipakai adalah 0,7mm/0,8 mm untuk pemakaian aktif dan 0,9 mm

untuk pemakaian retentif (sebagai retainer).

3. Busur labial tipe panjang ( Long Labial Arch)

- Untuk busur labial tipe panjang ini letak pundak lebih ke distal lagi yaitu anatara gigi P2 dan M1

dengan demikian lengkung labialnya bisa menempel pada permukaan labial dari gigi P1 kanan

sampai P1 kiri.

- Kegunaannya yaitu pada kasus-kasus tertentu seperti :a) Meretraksi gigi dari kaninus kanan sampai kaninus kiri ke arah palatinal

 b) Meretraksi gigi dari premolar kanan sampai premolar kiri ke arah palatinal

c) Mempertahankan kedudukan gigi dari premolar kanan sampai premolar kiri setelah perawatan.

- Ukuran kawat yang biasa dipakai adalah : 0.8 untuk pemakaian aktif dan 0.9 mm untuk pemakaian

retentif (sebagai retainer).

- Basis busur labial tipe panjang ini disamping dapat ditanam di dalam plat akrilik seperti

umumnya, tetapi dapat pula dilekatkan pada tube horisontal yang dipatrikan pada bukal bar klamer 

Adams pada gigi M1.

E. Busur Lingual (Li ngual Ar ch/Mainwire )

Merupakan lengkung kawat dibagian palatinal / lingual gigi anterior berfungsi untuk :

1. Mempertahankan lengkung gigi bagian palatinal / lingual.

2. Tempat pematrian auxilliary springs auxilliary

3. Untuk mempertahankan kedudukan auxilliary springs

4. Meningkatkan stabilitas alat di dalam mulut

Gambar : Busur lingual/ Mainwire

Page 126: Laporan Tutorial Skenario 2 Blok 11

7/16/2019 Laporan Tutorial Skenario 2 Blok 11

http://slidepdf.com/reader/full/laporan-tutorial-skenario-2-blok-11 126/139

125

- Busur lingual dibuat dari kawat berdiameter 0,9 - 1,0 mm.

- Menggunakan ukuran kawat yang besar karena tidak diperlulan sifat elasitisitasnya dan

diharapkan dapat kokoh mendukung auxilliary springs yang akan dipatrikan pada busur labial

tersebut.

- Busur lingual/mainwire berbentuk lengkung kawat yang berjalan menelusuri daerah servikal gigi-

gigi dari sisi kanan ke sisi kiri dibagian palatianal/lingual menempel pada cingulum gigi-gigi yang

 posisinya normal dan palato/linguoversi, sedangkan posisinya berjarak tertentu pada gigi-gigi yang

labio/bukoversi sehingga tidak menghambat pergerakan gigi tersebut pada saat diretraksi ke

 palatinal/lingual.

- Spring-spring dipasang di bawah busur lingual di atas jaringan mukosa.

PLAT AKTIF

A.  Pengertian

Plat Aktif merupakan alat ortodontik lepasan yang dilengkapi dengan komponen aktif yang

 berfungsi untuk menggerakkan gigi

Plat Aktif merupakan alat/pesawat ortodontik bersifat:

1. 

Removable/lepasan, karena dalam pemakaiannnya dapat dipasang dan dilepas oleh pasiensendiri

2.  Aktif:, karena bagian-bagian dari alat tersebut secara aktif dapat menghasilkan suatu

kekuatan untuk menggerakkan gigi.

3.  Mekanik, karena kekuatan yang dihasilkan memberikan tekanan atau tarikan secara mekanis

kepada gigi.

4.  Korektif, karena alat ini dipakai utuk tujuan merawat kelainan letak gigi (malposisi),

kelaianan hubungan gigi-geligi (maloklusi) dan kelainan hubungan rahang (malrelasi).

Komponen aktifnya dapat berupa :

a.  Pir-pir Pembantu (auxilliary springs)

b.  Sekrup Ekspansi (expansion screw)

c.  Karet elastik (elastic rubber)

B.  Macam-macam dan modifikasi Plat Aktif :

a.  Plat dengan pir-pir pembantu biasanya disebut plat aktif 

 b.  Plat dengan skrup ekspansi biasanya disebut plat ekspansi

Page 127: Laporan Tutorial Skenario 2 Blok 11

7/16/2019 Laporan Tutorial Skenario 2 Blok 11

http://slidepdf.com/reader/full/laporan-tutorial-skenario-2-blok-11 127/139

126

c.  Plat dengan pir-pir pembantu dikombinasikan dengan skrup ekspansi, karet elastic (bentuk 

modifikasi)

 Plat Dengan Pir Pir Pembantu

Plat Aktif dengan pir pembantu (auxilliary springs) merupakan alat ortodontik lepasan yangdilengkapi dengan pir-pir ortodontik berfungsi untuk menggeser letak gigi yang malposisi

Konstruksi Plat Aktif terdiri atas bagian-bagian :

a.  Plat dasar/base plate

 b.  Klamer/cangkolan/Clasp

c.  Busur labial/Lengkung labial/Labial Arch (Labial Bow)

d.  Busur Lingual / Lingual arch / Mainwire

e.  Pir-pir Pembantu/Auxilliary Springs

C.  Fungsi dan Mekanisme kerja

Pemakaian plat aktif untuk mengoreksi maloklusi dilakukan dengan pir-pir pembantu untuk 

mengeser letak gigi yang malposisi ke dalam lengkung normalnya :

a.  Pir jari untuk mengeser gigi ke arah mesio-distal

 b.  Pir simpel untuk mengeser gigi ke arah labio lingual dan mengoreksi rotasi

c.  Pir retraktor bukal untuk menarik ke distal gigi kaninus dan premolar  

D.  Indikasi dan kontra indikasi :

Indikasi :

Maloklusi yang disebabkan kelainan letak gigi pada rahang (tipe dental)

Page 128: Laporan Tutorial Skenario 2 Blok 11

7/16/2019 Laporan Tutorial Skenario 2 Blok 11

http://slidepdf.com/reader/full/laporan-tutorial-skenario-2-blok-11 128/139

127

1.  Maloklusi klas I Angle, dengan gigi berjejal (crowding)

2.  Maloklusi klas I Angle, dengan gigi renggang (spacing)

3.  Maloklusi klas I Angle, dengan gigi anterior maju (protrusive)

4.  Maloklusi klas II Angle tipe dental.

5.  Maloklusi klas III Angle tipe dental.

Kontra indikasi : Maloklusi tipe skeletal 

E.  Bentuk dan desain

Bentuk dan desain plat aktif dapat bervariasi disesuaikan dengan kasusnya.

Contoh :

1. Kasus koreksi gigi anterior berjejal (Crowding)

Gambar. Plat aktif dilengkapi dengan :

Pir simpel untuk mendorong gigi insisivus ke labial

2. Kasus pencabutan P1 kanan dan kiri

Gambar. Plat aktif dilengkapi dengan :

Pir jari untuk menarik gigi kaninus ke distal

Page 129: Laporan Tutorial Skenario 2 Blok 11

7/16/2019 Laporan Tutorial Skenario 2 Blok 11

http://slidepdf.com/reader/full/laporan-tutorial-skenario-2-blok-11 129/139

128

3. Kasus pencabutan gigi m2 (desidui), untuk tujuan menggeser P1 ke distal

Gambar. Plat aktif dilengkapi dengan :

Pir jari untuk menarik gigi P1 dan C ke distal

3. Kasus dengan maksud untuk menggeser M1 yang miring ke mesial akibat adanya premature loss

gigi m2 (desidui).

Gambar. Plat aktif dilengkapi dengan :

Pir jari untuk menarik gigi M1 dan P2

ke distal sedangkan P1 ditarik dengan

 pir retraktor bukal

F.Cara pembuatan :

  Mencetak rahang atas dan rahang bawah, diisi dengan stone gips.

  Membuat gigitan sentrik (centrik record) dengan malam

  Model kerja dioklusikan secara sentrik dengan gigitan malam (centrik record) diikat dengan

karet kemudian difiksasi dengan gips pada artikulator atau okludator.

Model kerja diberi tanda dengan pensil untuk menentukan daerah perluasan plat.

Page 130: Laporan Tutorial Skenario 2 Blok 11

7/16/2019 Laporan Tutorial Skenario 2 Blok 11

http://slidepdf.com/reader/full/laporan-tutorial-skenario-2-blok-11 130/139

129

  Membuat Klamer Adams untuk retensi alat biasanya pada gigi molar pertama kanan dan

kiri.

  Membuat busur labial pada gigi-gigi anterior 

  Membuat busur lingual jika diperlukan

  Membuat pir-pir pembantu sesuai dengan malposisi gigi yang akan dikoreksi

  Memodel malam dengan ketebalan merata 2mm (setebal 1lembar malam )

  Model malam ditanam dalam cuvet, dicor dengan air panas, diisi adonan akrilik.

  Setelah dipoles (polish), alat di pas pada model studi untuk membetulkan posisi busur labial

dan pir-pirnya pada posisi yang tepat

PLAT DENGAN PENINGGI GIGITAN (BITE RISER)

A. Pengertian :

Plat dengan peninggi gigitan ( Bite Riser ) adalah alat ortodontik lepasan yang dilengkapi

dengan peninggi gigitan ( Biteplane), yaitu penebalan akrilik disebelah palatinal/lingual gigi anterior 

atau disebelah oklusal gigi-gigi posterior sehingga beberapa gigi di regio lainnya tidak berkontak 

saat beroklusi.

Alat ini bisa bersifat pasif hanya untuk membebaskan gigi-gigi diregio lain atau fungsional

yaitu menyalurkan kekuatan gigitan pada saat mulut melaksanakan fungsi pengunyahan.

Alat ini terdiri dari bagian-bagian :

1. Plat dasar, umumnya berupa plat akrilik berfungsi untuk mendukung komponen alat lainnya

disertai dengan penebalan plat pada tempat-tempat tertentu.

2. Bagian retensi, untuk melekatkan alat pada gigi-gigi didalam mulut biasanya berupa klamer pada

gigi penjangkar (anchorage) M1 kanan dan kiri

3. Busur labial, untuk meretraksi gigi anterior ke palatinal/lingual dan untuk mempertinggi retensi

dan stabilitas alat.

4. Pada keadaan tertentu jika diperlukan dapat pula diberi tambahan pir-pir pembantu untuk 

mengoreksi gigi-gigi yang malposisi.

Page 131: Laporan Tutorial Skenario 2 Blok 11

7/16/2019 Laporan Tutorial Skenario 2 Blok 11

http://slidepdf.com/reader/full/laporan-tutorial-skenario-2-blok-11 131/139

130

Gambar : Plat dengan peninggi gigi anterior 

Indikasi pemakaian :

1. Pada perawatan maloklusi yang disertai dengan overbite yang berlebihan (deep overbite atau

excessive overbite).

2. Untuk perawatan sendi rahang/TMJ (Temporo Mandibular Joint) yang terasa sakit akibat

gangguan dimensi vertikal karena adanya oklusi gigi yang salah.

3. Untuk merawat gigitan terbalik (cross bite) diregio anterior 

4. Untuk menghilangkan kebiasaan jelek (bad habit) seperti kerot (night grinding /bruxism).

Kontra indikasi :

1. Jika overbite lebih kecil dari normal/gigitan dangkal (shalow bite).

2. Pada kasus gigitan tepi lawan tepi (edge to edge bite)3. Pada kasus gigitan terbuka ( open bite)

Mekanisme kerja dari bite plane :

1. Memberi kesempatan pada rahang bawah untuk tumbuh dan berkembang ke arah anterior.

Kedudukan madibula ini setelah maju akan difiksasi oleh oklusi gigi-gigi yang telah elongasi,

 jaringan disekitar mulut dan pertumbuhan kondilus.

2. Memberi kemungkinan perkembangan lengkung mandibula pada regio interkaninus.

3. Memberi kesempatan gigi-gigi di regio posterior untuk berelongasi, besar elongasi yang dapat

dicapai dibatasi oleh besar-kecilnya free way space pasien

4. Gigi-gigi anterior bawah akan tertekan pada saat menguyah sehingga terjadi intrusi

5. Pada peninggi gigitan diregio posterior dapat membebaskan gigi-gigi anterior yang terkunci

karena cross bite untuk dikoreksi dengan pir-pir pembantu.

Page 132: Laporan Tutorial Skenario 2 Blok 11

7/16/2019 Laporan Tutorial Skenario 2 Blok 11

http://slidepdf.com/reader/full/laporan-tutorial-skenario-2-blok-11 132/139

131

B. Macam-macam bite plane :

Menurut letaknya peninggi gigitan dibedakan atas :

a. Bite plane posterior :

Plat peninggi gigitan ini berupa plat dengan perluasan yang berbentuk penebalan di permukaan

oklusal gigi-gigi posterior kanan dan kiri, berfungsi untuk mencegah kontak oklusal gigi-gigi

anterior sehingga gigi-gigi yang cross bite/malposisi diregio anterior dapat dikoreksi dengan pir-pir 

 pembantu/auxilliary springs. Peninggi gigitan posterior bukan untuk mengintrusi gigi-gigi posterior.

Gambar : Plat dengan peninggi gigitan posterior 

 b. Bite plane anterior : Plat dengan dataran gigitan diregio anterior berfungsi untuk mencegah

kontak oklusal gigi posterior sehingga gigi-gigi tersebut dapat elongasi, dan dapat mengintrusi gigi-

gigi anterior bawah.

Menurut fungsinya :

A. Plat peninggi gigitan datar rahang atas (maxi l lary flat bite plane) :

Yaitu peinggi gigitan pada rahang atas dengan bidang gigitan merupakan bidang datar yang

sejajar dengan bidang oklusal diregio anterior.

Indikasi pemakaian :

- Untuk merawat maloklusi Angle klas I yang disertai dengan deep over bite.

- Untuk merawat maloklusi Angle klas II yang disertai dengan deep overbite- Dengan melengkapi dengan busur labial dapat dipakai untuk meretrusi gigi-gigi anterior rahang

atas yang protrusif.

Fungsi peninggi gigitan disini untuk menekan gigi-gigi depan rahang bawah dan gigi-gigi

 posterior dapat berelongasi sehingga dapat memperkecil overbite.

Cara pembuatan :

- Mencetak rahang atas dan rahang bawah, diisi dengan stone gips.

- Membuat gigitan sentrik (centrik record) dengan malam

Page 133: Laporan Tutorial Skenario 2 Blok 11

7/16/2019 Laporan Tutorial Skenario 2 Blok 11

http://slidepdf.com/reader/full/laporan-tutorial-skenario-2-blok-11 133/139

132

- Model kerja dioklusikan secara sentrik dengan gigitan malam (centrik record) diikat dengan karet

kemudian difiksasi dengan gips pada artikulator atau okludator.

2. Model kerja diberi tanda dengan pensil untuk menentukan daerah perluasan plat, sehingga insisal

gigi-gigi anterior bawah tepat beroklusi dipertengahan dan tidak tergelincir keluar dataran jika

mandibula mundur pada saat mengunyah.

- Membuat Klamer Adams untuk retensi alat pada gigi molar pertama kanan dan kiri. Dan busur 

labial pada gigi-gigi anterior rahang atas.

- Bersama-sama dengan pembuatan model malam di regio anterior disebelah palatinal gigi-gigi

anterior dibuat penebalan malam membentuk dataran gigitan sejajar bidang oklusal atau tegak lurus

inklinasi gigi insisivus bawah. Peninggi gigitan ini tidak boleh menekan jaringan lunak (mukosa) di

dalam mulut.- Setelah model malam baik, kemudian dioklusikan, gigi insisvus bawah berkontak dengan peninggi

gigitan tepat dipertengahan antero-posterior dataran dan pada gigi posterior terdapat jarak 

interoklusal 2 – 4 mm (tidak boleh melebihi free way space pasien).

- Model malam ditanam dalam cuvet, dicor dengan air panas, diisi adonan akrilik.

- Setelah dipoles (polish), alat di cobakan (insersi) pada pasien : pasien disuruh menggigit sentrik,

di periksa kembali jarak interoklusal gigi-gigi posterior tidak boleh kurang dari 2 mm atau lebih

dari 4 mm.

Pedoman pemakaian :

• Pemeriksaan pada pasien :

- Mengukur kedalaman gigitan pada kasus deep overbite: Normalnya 1/3 panjang makota klinis gigi

insivus pertama atas atau 2 – 4 mm.

- Mengukur Free way Space, jarak inter oklusal pada saat pasien pada posisi istirahat fisilogis

(phisiologic rest position): Normalnya 2 – 4 mm.

- Mengukur tinggi muka bagian bawah untuk menentukan ruang inter maksiler (vertical dimension)

 bila mandibula dalam keadaan instirahat.

- Beberapa cara pengukuran :

1. Pengukuran secara sefalometri pada sefalogram menurut Wendel-Wellie untuk analisis displasia

 jurusan vertikal :

• N (Nasion) – ANS (Spina nasalis anterior) = 45% N – Gn.

• ANS – Gn = 55% N – Gn (Gnation).

2. Pengukuran secara klinis langsung pada pasien dengan analisis Thompson  – Brodie pada posisi

istirahat :

Page 134: Laporan Tutorial Skenario 2 Blok 11

7/16/2019 Laporan Tutorial Skenario 2 Blok 11

http://slidepdf.com/reader/full/laporan-tutorial-skenario-2-blok-11 134/139

133

• N – Sn (Subnasion) = 43% N – Titik dagu

• Sn – Titik dagu = 57% N – Titik dagu.

3. Mungukur jarak titik dagu dari titik Sn pada saat pasien mengucapkan huruf ―M‖ 

- Untuk mengetahui penyebab deep over bite dengan analisis Thompson – Brodie: Setelah diketahui

 jarak Sn  – Titik dagu pasien pada posisi istirahat, pasien disuruh menggigit secara sentrik malam

yang telah dilembekkan sampai mencapai jarak Sn – Titik dagu tersebut. Kemudian diukur over bite

 pasien :

1. Jika malam tergigit habis over bite normal maka deep overbite disebabkan oleh supra oklusi gigi

anterior bawah.

2. Jika malam malam masih tebal dan overbite normal maka deep overbite disebakan oleh infra

oklusi gigi posterior.

3. Jika malam tergigit habis dan over bite tetap besar maka deep overbite disebabkan olehkombinasi supra oklusi gigi anterior bawah dan infra oklusi gigi posterior.

• Instruksi pemakaian pada pasien : 

- Pada deep overbite yang disebabkan oleh supraoklusi gigi anterior bawah alat tetap dipakai pada

waktu makan dan pada waktu tidak makan tetap digigit-gigit ringan agar terjadi intrusi gigi antertior 

 bawah lebih cepat dari elongasi gigi posterior.

- Pada deep overbite disebabkan oleh infra oklusi gigi posterior alat tetap dipakai pada waktu

makan tapi jangan digigitkan terlalu keras.

- Pada deep overbite yang disebabkan oleh infraoklusi gigi posterior alat dipakai pada waktu makan

agar terjadi keseimbangan antara intrusi gigi anterior bawah dan elongasi gigi posterior.

• Pemeriksaan setelah pemakaian : 

- Tidak boleh menimbulkan rasa sakit pada persendian (TMJ).

- Untuk mengetahui hasil pemakaian :

1. Alat masih dipakai ukur jarak inter oklusal gigi posterior apakah ada pengurangan space ?.

2. Alat di lepas diukur overbite pasien, apakah ada pengurangan over bite?.

3. Jika over bite masih lebih besar dari normal sedangkan gigi psterior sudah kontak, maka

ketebalan peninggi gigitan ditambah dengan melapisi dengan akrilik self curing sampai kembali

mencapai jarak inter oklusal gigi-gigi posterior 2 – 4 mm.

B. Plat peninggi gigitan dataran miring rahang atas (maxil lary incli ned bite plane) 

Yaitu plat dengan peninggi gigitan dengan dataran gigitan berbentuk bidang miring pada

 permukaan palatinal gigi-gigi anterior rahang atas, atau membuat sudut dengan bidang oklusal.

Page 135: Laporan Tutorial Skenario 2 Blok 11

7/16/2019 Laporan Tutorial Skenario 2 Blok 11

http://slidepdf.com/reader/full/laporan-tutorial-skenario-2-blok-11 135/139

134

Besar kemiringan sudut tergantung tujuan, umumnya 45° agar memberi efek proklinasi gigi-gigi

anterior rahang bawah dan mendorong madibula maju ke depan.

Indikasi pemakaian :

1. Pada kasus maloklusi Angle klas II (distoklusi) untuk mengubah kedudukan mandibula agar lebih

ke depan.

2. Pada kasus MaloklusiAngle klas I (neutroklusi) dengan linguoversi gigi-gigi anterior bawah agar 

gigi tersebut poklinasi.

Cara pembuatan :

- Sama seperti pembuatan maxiilary flat bite plane, hanya peninggi gigitan berbentuk bidang miring

diregio anterior atas.

- Untuk mungoreksi hubungan mandibula pada kasus maloklusi Angle klas II perlu mengambil

gigitan kerja (working bite) dengan mengajukan mandibula ke depan.- Peninggi gigitan ini hanya berkontak dengan insisal gigi-gigi insisivus bawah dengan jarak inter 

oklusal gigi-gigi posterior sebesar 2 – 4 mm.

c. Peinggi gigitan miring rahang bawah (Mandibular i nclined bite plane) 

Peninggi gigitan ini berupa plat pada rahang bawah dengan perluasan berupa penebalan plat

membentuk dataran miring pada permukaan lingual gigi-gigi anterior rahang bawah.

Indikasi pemakaian :

- Kasus-kasus maloklusi Angle klas I (neutroklusi) yang disertai dengan cross bite atau palatoversi

gigi anterior atas, pemakaian alat ini dimaksudan agar gigi-gigi anterior atas proklinasi dan cross

 bite terkoreksi.

- Kasus-kasus maloklusi Angle klas III (mesioklusi) dengan cross bite anterior dimaksudkan untuk 

medorong mandibula ke belakang dan proklinasi gigi anterior rahang atas.

- Kasus-kasus maloklusi Angle klas II divisi 2 untuk proklinasi gigi anterior atas kemudian diikuti

 pemakaian maxillary inclined bate plane untuk mendorong mandibula maju ke depan.

Mekanisme kerja alat :

- Dengan alat ini, gigi-gigi anterior rahang atas yang linguoversi akan bergerak ke labial, mandibula

terdorong ke belakang, gigi-gigi posterior elongasi dan beroklusi pada relasi yang baru.

- Alat ini juga dapat menimbulkan efek intrusi disamping proklinasi pada gigi depan atas sehingga

dapat menyebabkan open bite pada gigi anterior, oleh karena itu pemakaian alat ini harus segera

dihentikan apabila cross bite telah terkoreksi.

Page 136: Laporan Tutorial Skenario 2 Blok 11

7/16/2019 Laporan Tutorial Skenario 2 Blok 11

http://slidepdf.com/reader/full/laporan-tutorial-skenario-2-blok-11 136/139

135

Cara pembuatan :

- Prosedur pembuatan plat ini pada dasarnya sama dengan pembuatan maxillary inklined bite plane

hanya dibuat pada rahang bawah.

- Disini kita membuat bidang miring 45° terhadap sumbu panjang gigi, untuk menggerakkan gigi

insisivus atas ke labial.

- Pada gigi Premolar dan Molar dipasangi klamer dengan retensi tinggi (Arrow head atau Adams

klamer).

- Dataran miring hanya berkontak dengan insisal gigi-gigi yang cross bite saja dan jarak interoklusal

gigi posterior kurang lebih hanya sebesar 1 mm saja.

d. Peninggi gigitan Sved (Sved Bite Plane) 

Alat ini terdiri dari plat yang dibuat dari plat akrilik membentuk dataran gigitan padarahang atas dengan perluasan plat menutupi tepi insisal sampai permukaan labial gigi-gigi anterior 

atas setinggi : +2 mm dari tepi insisal.

Guna penutup akrilik:

1. Sebagai retensi plat bila gigi posterior tidak ada, seperti pada akhir perode mix dentition dimana

gigi Molar permanen belum erupsi sempurna untuk dijadikan penjangkar.

2. Sebagai pegangan pada gigi-gigi anterior untuk mencegah spreading gigi anterior atas.

3. Untuk menggantikan fungsi busur labial sebagai alat retentif. Indikasi pemakaian : untuk 

mengoreksi deep overbite dengan memberi efek intrusi pada gigi anterior atas dan bawah.

Keuntungannya : alat ini dapat dipakai pada periode akhir mixed dentition.

Kerugiannya : Dapat terjadi perubahan warna pada insisal gigi insisivus yang tertutup terlalu lama.

Cara pembuatan : Sama dengan cara pembuatan bite riser yang lain.

e. Peninggi gigitan berongga (Hollow Bi te Plane ):

Konstrusi alat ini dilengkapi klamer pada gigi penjangkar busur labial dengan penebalan plat

membentuk dataran gigitan yang berongga pada permukaan palatinal gigi-gigi anterior atas. Rongga

ini berfunsi untuk menempatkan pir-pir agar tetap bebas dibawah plat ntuk mengoreksi gigi yang

malposisi

Page 137: Laporan Tutorial Skenario 2 Blok 11

7/16/2019 Laporan Tutorial Skenario 2 Blok 11

http://slidepdf.com/reader/full/laporan-tutorial-skenario-2-blok-11 137/139

136

Gambar : Macam-macam bentuk dataran gigitan :

A. Maxil lary plate bite plane 

B. Maxii lary inclined bite pane 

C. Mandibulary inclined bite plane 

D. Maxii lary Sved bite plane 

E. Maxiil lary hollow bite plane 

Indikasi :

1. Deep overbite dengan sentral diastema dengan alat ini gigi insisivus sentral dapat dirapatkan

sambil mengintrusi gigi anterior bawah.

2. Pada deep overbite dengan gigi anterior labioversi, dengan pemakian alat ini dapat

dilakukan retrusi gigi-gigi anterior atas bersama-sama dengan intrusi gigi anterior bawah.

Cara pembuatan :a. Setelah diambil cetakan , model dipasang pada artikulator atau akludator.

 b. Pada bagian palatinal ke empat gigi insisivus atas yang labioversi, diberi jarak antara plat dengan

 permukaan palatinal gigi dengan menunutup/blocking dengan gips sebelum memodel malam.

c. Pada kasus sentral diastema atau gigi insisivus rotasi blocking out dilakukan setelah pemasangan

 pir-pir pembantu yang dibutuhkan.

d. Tepi rongga jangan terlalu ke posterior sehingga dapat menekan dan mengiritasi gingiva dan

mukosa palatum.

Page 138: Laporan Tutorial Skenario 2 Blok 11

7/16/2019 Laporan Tutorial Skenario 2 Blok 11

http://slidepdf.com/reader/full/laporan-tutorial-skenario-2-blok-11 138/139

137

SINTESIS

Sayuti, 27 tahun mengalami maloklusi klas I angle disertai diastema sentral RA dan protusi, Klas I

Kennedy RB dengan rencana perawatan pesawat orthodonsi lepasan plat aktif pada RA dan GTSL

 pada RB yang sebelumnya dilakukan perawatan pendahuluan.

Page 139: Laporan Tutorial Skenario 2 Blok 11

7/16/2019 Laporan Tutorial Skenario 2 Blok 11

http://slidepdf.com/reader/full/laporan-tutorial-skenario-2-blok-11 139/139

DAFTAR PUSTAKA

1.   Nallaswamy D. 2003. Textbook of Prosthodontics. New Delhi: Jaypee Brothers Medical

Publishers.

2.  Gunadi, Haryanto. A; Burhan, Lusiana A.; Suryatenggara, Freddy. 1995.  Ilmu Geligi Tiruan

Sebagian Lepasan Jilid 1. Jakarta: Hipokrates. Pp : 112-116 

3.  Foster, T. D. 1997. Buku Ajar Ortodonsi, edisi ke 3. Jakarta: EGC. Hal 32-35.

4.  Thomson, Hamish. 2007. Oklusi Edisi 2. Jakarta: EGC