LAPORAN SKENARIO 1 SISTEMIK.doc

13
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kesehatan rongga mulut dengan kesehatan organ- organ lain didalam tubuh manusia sangatlah berkaikatan. Contohnya apabila terdapat penyakit periodontal dalam rongga mulut seperti periodontitis, gingivitis, dan sebagainya dapat bermanifestasi menjadi penyakit sistemik. Begitupula sebaliknya, kebanyakan orang yang menderitapenyakit sistemik akan sangat beresiko untuk menederita penyakit periodontal. Beberapa penyakit sistemik tersebut diantaranya adalah Diabetes dan ESRD (End-Stage Renal Disease). Diabetes Mellitus adalah penyakit gangguan metabolisme tubuh dimana hormon insulin tidak bekerja sebagai mana mestinya. Insulin adalah hormon yang diproduksi oleh kelenjar pankreas dan berfungsi untuk mengontrol kadar gula dalam darah dengan mengubah karbohidrat, lemak dan protein menjadi energi. Diabetes Mellitus dapat dibagi dalam dua tipe, yaitu: Insulin Dependent Diabetes Mellitus (IDDM) disebut Diabetes Mellitus tipe 1, Serta Non insulin Dependent Diabetes Mellitus (NIDDM) atau Diabetes Mellitus tipe 2. Pada penderita Diabetes tipe 1, kelenjar pankreas tidak mampu memproduksi insulin sehingga jumlah insulin beredar dalam tubuh 1

Transcript of LAPORAN SKENARIO 1 SISTEMIK.doc

Page 1: LAPORAN SKENARIO 1 SISTEMIK.doc

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Kesehatan rongga mulut dengan kesehatan organ-organ lain didalam tubuh

manusia sangatlah berkaikatan. Contohnya apabila terdapat penyakit periodontal

dalam rongga mulut seperti periodontitis, gingivitis, dan sebagainya dapat

bermanifestasi menjadi penyakit sistemik. Begitupula sebaliknya, kebanyakan

orang yang menderitapenyakit sistemik akan sangat beresiko untuk menederita

penyakit periodontal. Beberapa penyakit sistemik tersebut diantaranya adalah

Diabetes dan ESRD (End-Stage Renal Disease).

Diabetes Mellitus adalah penyakit gangguan metabolisme tubuh dimana

hormon insulin tidak bekerja sebagai mana mestinya. Insulin adalah hormon yang

diproduksi oleh kelenjar pankreas dan berfungsi untuk mengontrol kadar gula

dalam darah dengan mengubah karbohidrat, lemak dan protein menjadi energi.

Diabetes Mellitus dapat dibagi dalam dua tipe, yaitu: Insulin Dependent Diabetes

Mellitus (IDDM) disebut Diabetes Mellitus tipe 1, Serta Non insulin Dependent

Diabetes Mellitus (NIDDM) atau Diabetes Mellitus tipe 2. Pada penderita

Diabetes tipe 1, kelenjar pankreas tidak mampu memproduksi insulin sehingga

jumlah insulin beredar dalam tubuh tidak mencukupi kebutuhan, oleh karena

autoimun maupun idiopatik. Sedangkan pada Diabetes tipe 2, hormon Insulin

tetap diproduksi namun tidak dapat berfungsi dengan baik secara absolut maupun

relative.

ESRD (End-Stage Renal Disease) merupakan gangguan fungsi renal yang

progresif dan ireversibel dimana kemampuan tubuh gagal untuk mempertahankan

metabolisme dan keseimbangan cairan dan elektrolit, menyebabkan uremia

(retensi urea dan sampah nitrogen lain dalam darah) (Smeltzer, 2002:1448). Ginjal

tidak dapat berfungsi dengan baik kecuali dengan dialysis atau transplantasi

ginjal.

1.2 Skenario

1

Page 2: LAPORAN SKENARIO 1 SISTEMIK.doc

SKENARIO 1. PENYAKIT PERIODONTAL YANG DIPICU OLEH

KELAINAN SISTEMIK

Seorang perempuan usia 37 tahun, sering merasa pusing dan giginya

banyak yang goyang. Perempuan tersebut datang ke praktek dokter gigi dengan

keluhan sering pusing dan lemas. Sudah beberapa bulan gejala semakin berat

sampai pernah hampir pingsan. Beliau sudah sering berobat ke puskesmas tetapi

kondisinya tidak berubah. Beberapa minggu ini beliau merasa mulutnya terasa

terbakar (burning sensation), gigi-giginya goyang dan gusi mudah berdarah

sehingga memutuskan untuk kontrol ke dokter gigi.

Dari anamnesis didapatkan bahwa perempuan tersebut suka

mengkonsumsi makanan padat energi. Pada pemeriksaan fisik didapatkan

penderita menderita oedema di tungkai bawah serta indeks masa tubuh (BMI) 30

BMI. Pada pemeriksaan rongga mulut terdapat kelainan periodontal, dimana

ditandai dengan banyaknya plak dan gigi posterior rahang atas dan rahang bawah

goyang serta gusi mudah berdarah apabila tersentuh. Dari hasil laboratorium

didapatkan bahwa konsentrasi protein, potassium, magnesium, dan phosphorus

saliva penderita pada batas-batas tidak normal. Karena curiga ada faktor sistemik,

maka dokter memutuskan untuk melakukan uji laboratorium untuk mengetahui

apakah penderita menderita diabetes tipe 2 atau bahkan ada gangguan End-stage

renal disease (ESRD)

1.3 Rumusan Masalah

Dari latar belakang dan skenario diatas, dapat dirumuskan beberapa

masalah, antara lain sebagai berikut:

1. Bagaimanakah hubungan konsumsi makanan padat energi dengan

diabetes melitus?

2. Apa hubungan BMI pasien pada skenario dengan Diabetes melitus ?

3. Apakah oedema yang diderita pasien berhubungan dengan diabetes

melitus?

4. Mengapa pasien tersebut mengalami kelainan pada rongga mulutnya dan

apa kaitannya dengan diabetes melitus?

2

Page 3: LAPORAN SKENARIO 1 SISTEMIK.doc

5. Apakah ketidaknormalan konsentrasi protein, potassium, magnesium,

dan phosphorus saliva berhubungan dengan kelainan yang diderita

pasien?

6. Bagaimana cara mengetahui apakah pasien tersebut menderita diabetes

tipe 2 atau ESRD ?

1.4 Tujuan Pembelajaran

Dari beberapa hal diatas, tujuan pembelajaran yang ingin kami capai, antara

lain sebagai berikut:

1. Memahami hubungan life style konsumsi makanan padat energi dengan

insulin resisten dan diabetes melitus

2. Memahami hubungan penyakit periodontal dengan diabetes tipe 2 dan

penyakit ginjal

3

Page 4: LAPORAN SKENARIO 1 SISTEMIK.doc

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Diabetes Melitus

2.1.1. Pengertian Diabetes Melitus

Diabetes Melitus (diabetes) adalah suatu kondisi terganggunya

metabolisme didalam tubuh karena ketidakmampuan tubuh membuat atau

menyuplai hormon insulin sehingga menyebabkan terjadinya peningkatan

kadar gula darah melebihi normal (Desriani, 2003).

2.1.2. Klasifikasi Diabetes Melitus

Berdasarkan Perkeni (2006) diabetes, diklasifikasikan menjadi:

1. Diabetes Melitus Tipe-1

Destruksi sel beta, umumnya menjurus ke defisiensi insulin absolut,

yangdisebabkan oleh: autoimun dan idiopatik

2. Diabetes Melitus Tipe-2

Penderita diabetes melitus tipe-2 memiliki satu atau lebih keabnormalan di

bawah ini, antara lain:

a. Defisiensi insulin relatif: insulinyang disekresi oleh sel-β pankreas

untuk memetabolisme tidak mencukupi (Kumar et al, 2005).

b. Resistensi insulin disertai defisiensi insulin relatif (Perkeni, 2006).

3. Diabetes Melitus Tipe Lain

Diabetes tipe ini dapat disebabkan karena beberapa hal, antara lain : defek

genetic fungsi sel beta, defek genetic kerja insulin penyakit eksokrin

pankreas, endokrinopati, karena obat atau zat kimia, infeksi, sebab

imunologi yang jarang dan sindrom genetik lain yang berkaitan dengan

diabetes

a) Diabetes Melitus Kehamilan

Diabetes melitus kehamilan atau sering disebut dengan istilah

Diabetes Melitus Gestasional (DMG) adalah suatu gangguan toleransi

4

Page 5: LAPORAN SKENARIO 1 SISTEMIK.doc

karbohidrat yang terjadi atau diketahui pertama kali pada saat kehamilan

sedang berlangsung.

Faktor risiko diabetes tipe ini antara lain obesitas, adanya riwayat

DMG, gukosuria, adanya riwayat keluarga dengan diabetes, abortus

berulang, adanya riwayat melahirkan bayi dengan berat > 4 kg, dan

adanya riwayat preeklamsia. Penilaian adanya risiko diabetes melitus

gestasional perlu dilakukan sejak kunjungan pertama untuk pemeriksaan

kehamilannya.

2.2. Pengertian Diabetes Melitus Tipe 2

Dalam DM Tipe 2, pankreas dapat menghasilkan cukup jumlah insulin

untuk metabolisme glukosa (gula), tetapi tubuh tidak mampu untuk

memanfaatkan secara efisien. Seiring waktu, penurunan produksi insulin dan

kadar glukosa darah meningkat (Adhi, 2011). Diabetes mellitus sebelumnya

dikatakan diabetes tidak tergantung insulin atau diabetes pada orang dewasa.

Ini adalah istilah yang digunakan untuk individu yang relatif terkena diabetes

(bukan yang absoult) defisiensi insulin. Orang dengan jenis diabetes ini

biasanya resisten terhadap insulin. Ini adalah diabetes sering tidak

terdiagnosis dalam jangka waktu yang lama karena hiperglikemia ini sering

tidak berat cukup untuk memprovokasi gejala nyata dari diabetes. Namun

demikian, pasien tersebut adalah risiko peningkatan pengembangan

komplikasi macrovascular dan mikrovaskuler (WHO,1999). Faktor yang

diduga menyebabkan terjadinya resistensi insulin dan hiperinsulinemia ini

adalah adanya kombinasi antara kelainan genetik, obesitas, inaktifitas, faktor

lingkungan dan faktor makanan (Tjekyan, 2007).

2.2.2. Patofisiologi Diabetes Mellitus Tipe 2

Pada DM tipe 2, sekresi insulin di fase 1 atau early peak yang terjadi

dalam 3-10 menit pertama setelah makan yaitu insulin yang disekresi pada

fase ini adalah insulin yang disimpan dalam sel beta (siap pakai) tidak dapat

5

Page 6: LAPORAN SKENARIO 1 SISTEMIK.doc

menurunkan glukosa darah sehingga merangsang fase 2 adalah sekresi insulin

dimulai 20 menit setelah stimulasi glukosa untuk menghasilkan insulin lebih

banyak, tetapi sudah tidak mampu meningkatkan sekresi insulin sebagaimana

pada orang normal. Gangguan sekresi sel beta menyebabkan sekresi insulin

pada fase 1 tertekan, kadar insulin dalam darah turun menyebabkan produksi

glukosa oleh hati meningkat, sehingga kadar glukosa darah puasa meningkat.

Secara berangsur-angsur kemampuan fase 2 untuk menghasilkan insulin akan

menurun. Dengan demikian perjalanan DM tipe 2, dimulai dengan gangguan

fase 1 yang menyebabkan hiperglikemi dan selanjutnya gangguan fase 2 di

mana tidak terjadi hiperinsulinemi akan tetapi gangguan sel beta. Penelitian

menunjukkan adanya hubungan antara kadar glukosa darah puasa dengan

kadar insulin puasa. Pada kadar glukosa darah puasa 80-140 mg/dl kadar

insulin puasa meningkat tajam, akan tetapi jika kadar glukosa darah puasa

melebihi 140 mg/dl maka kadar insulin tidak mampu meningkat lebih tinggi

lagi; pada tahap ini mulai terjadi kelelahan sel beta menyebabkan fungsinya

menurun. Pada saat kadar insulin puasa dalam darah mulai menurun maka

efek penekanan insulin terhadap produksi glukosa hati khususnya

glukoneogenesis mulai berkurang sehingga produksi glukosa hati makin

meningkat dan mengakibatkan hiperglikemi pada puasa. Faktor-faktor yang

dapat menurunkan fungsi sel beta diduga merupakan faktor yang didapat

(acquired) antara lain menurunnya massa sel beta, malnutrisi masa

kandungan dan bayi, adanya deposit amilyn dalam sel beta dan efek toksik

glukosa (glucose toXicity) (Schteingart, 2005 dikutip oleh Indraswari, 2010).

Pada sebagian orang kepekaan jaringan terhadap kerja insulin tetap dapat

dipertahankan sedangkan pada sebagian orang lain sudah terjadi resistensi

insulin dalam beberapa tingkatan. Pada seorang penderita dapat terjadi

respons metabolik terhadap kerja insulin tertentu tetap normal, sementara

terhadap satu atau lebih kerja insulin yang lain sudah terjadi gangguan.

Resistensi insulin merupakan sindrom yang heterogen, dengan faktor genetik

dan lingkungan berperan penting pada perkembangannya. Selain resistensi

6

Page 7: LAPORAN SKENARIO 1 SISTEMIK.doc

insulin berkaitan dengan kegemukan, terutama gemuk di perut, sindrom ini

juga ternyata dapat terjadi pada orang yang tidak gemuk. Faktor lain seperti

kurangnya aktifitas fisik, makanan mengandung lemak, juga dinyatakan

berkaitan dengan perkembangan terjadinya kegemukan dan resistensi insulin

(Indraswari, 2010).

7

Page 8: LAPORAN SKENARIO 1 SISTEMIK.doc

BAB III

PEMBAHASAN

3.1 Mapping

8

LIFE STYLE

OBESITAS

INSULIN RESISTEN

DIABETES MELITUS

MANINFESTASI

ESRD PENY. PERIODONTA

L

Page 9: LAPORAN SKENARIO 1 SISTEMIK.doc

DAFTAR PUSTAKA

Anusavice, Kenneth J. 2003. Philips Buku Ajar Ilmu Bahan Kedokteran Gigi.

Jakarta : EGC

Anusavice, Kenneth J. 2004. Philips Buku Ajar Ilmu Bahan Kedokteran Gigi.

Jakarta : EGC

Dorland. 2003. Kamus Kedokteran Edisi 29. Jakarta : EGC

Powers JM, Wataha JC. 2008. Dental Materials Properties and Manipulation 9th

Ed. Missouri: Mosby Elsevier.

Yuliati, Anita. 2005. Viabilitas sel fibroblas BHK-21 pada permukaan resin

akrilik rapid heat cured. Jurnal Kedokteran Gigi pada Maj. Ked. Gigi.

(Dent J), Vol.38.No.2 April-Juni 2005:68-72.

9