LAPORAN PROYEK PERUBAHAN PENGUATAN MANAJEMEN …
Transcript of LAPORAN PROYEK PERUBAHAN PENGUATAN MANAJEMEN …
i
LAPORAN PROYEK PERUBAHAN
PENGUATAN MANAJEMEN EKSEKUSI
BERBASIS TEKNOLOGI INFORMASI
Disusun Oleh:
NAMA : Drs. M. RUM, S.H., M.H.
NDH : 03
INSTANSI : KEJAKSAAN REPUBLIK INDONESIA
PROGRAM PELATIHAN KEPEMIMPINAN NASIONAL TINGKAT I ANGKATAN XLIV
PUSDIKLAT KEPEMIMPINAN APARATUR NASIONAL
LEMBAGA ADMINISTRASI NEGARA
JAKARTA 2020
ii
BERITA ACARA SEMINAR
LAPORAN PROYEK PERUBAHAN
Pada Hari :
Tanggal :
Pukul :
Tempat : Lembaga Administrasi Negara
Judul : Penguatan Manajemen Eksekusi Berbasis Teknologi
Informasi
Atas Nama : Drs. M. Rum, S.H., M.H.
Jabatan : Direktur Upaya Hukum LUar Biasa, Eksekusi dan
Eksaminasi pada Jaksa Agung Muda Tindak Pidana
Khusus
Instansi : Kejaksaan Republik Indonesia
Coach,
Dr. Winantuningtyas Titi S., M.Si.
Nip. 19561125 198203 2 001
Peserta,
Drs. M. Rum, S.H., M.H.
Nip.19651227 199003 1 002
Penguji,
Mentor,
Raja Nafrizal, S.H.
Nip. 19611027 198803 1 003
iii
LEMBAR PENGESAHAN
LAPORAN PROYEK PERUBAHAN
PENGUATAN MANAJEMEN EKSEKUSI
BERBASIS TEKNOLOGI INFORMASI
Disusun oleh:
Drs. M. Rum, S.H., M.H.
Nip.19651227 199003 1 002
Telah disetujui oleh:
Coach,
Dr. Winantuningtyas Titi S., M.Si.
Nip. 19561125 198203 2 001
Mentor,
Raja Nafrizal, S.H.
Nip. 19611027 198803 1 003
iv
SURAT PERNYATAAN
1. Peserta Pelatihan Kepemimpinan
Kami yang bertandatangan di bawah ini:
Nama : Drs. M. Rum, S.H., M.H.
Jabatan : Direktur Upaya Hukum Luar Biasa, Eksekusi dan
Eksaminasi pada Jaksa Agung Muda Tindak Pidana
Khusus
Instansi : Kejaksaan Republik Indonesia
Adalah peserta Pelatihan Kepemimpinan Nasional Tingkat I Angkatan
XLIV Tahun 2020 di Lembaga Administrasi Negara.
2. Pejabat Pembina Kepegawaian/Pejabat yang Ditunjuk
Kami yang bertandatangan di bawah ini:
Nama : Raja Nafrizal, S.H.
Jabatan : Sekretaris Jaksa Agung Muda Tindak Pidana Khusus
Instansi : Kejaksaan Republik Indonesia
3. Proyek Perubahan peserta Pelatihan Kepemimpinan Nasional Tingkat
I merupakan produk pembelajaran individual yang menjadi salah satu
indikator pencapaian hasil Pelatihan. Proyek perubahan ini akan
diimplementasikan di instansi kami di dalam milestone jangka
menengah yaitu pada Juli 2020 – Desember 2020 dan jangka panjang
pada Januari – Desember 2021.
Demikian surat pernyataan ini saya buat dengan segala konsekuensinya.
Jakarta, Juni 2020
Drs. M. Rum, S.H., M.H.
Nip.19651227 199003 1 002
Mengetahui,
Sekretaris Jaksa Agung Muda
Tindak Pidana Khusus
Raja Nafrizal, S.H.
Nip. 19611027 198803 1 003
v
KATA PENGANTAR
Dengan memanjatkan pujisyukur kehadirat Allah SWT Tuhan
Yang Maha Esa, atas berkat rahmat, karunia serta hidayah-Nya sehingga
dapat tersusun Rancangan Proyek Perubahan kami dengan judul
“PENGUATAN MANAJEMEN EKSEKUSI BERBASIS TEKNOLOGI
INFORMASI” ini merupakan rangkaian kegiatan Pendidikan dan
Pelatihan Kepemimpinan Tingkat I yang diselenggarakan pada Pusdiklat
Kepemimpinan Aparatur Nasional Lembaga Administrasi Negara.
Rancangan proyek perubahan ini bertujuan untuk
mengoptimalkan peran Direktorat Upaya Hukum Luar Biasa, Eksekusi
dan Eksaminasi dan Bidang Tindak Pidana Khusus Kejaksaan Republik
Indonesia dalam pelaksanaan eksekusi terhadap uang pengganti perkara
Tindak Pidana Korupsi di Indonesia pada khususnya serta peran
Kejaksaan Republik Indonesia pada umumnya, sehingga dengan adanya
proyek perubahan ini dapat memberikan inovasi dalam penyelesaian
eksekusi uang pengganti perkara Tindak Pidana Korupsi yang ada di
Kejaksaan Republik Indonesia secara modern, transparan dan
berkepastian.
Dalam menyusun proyek perubahan ini, penyusun telah
mendapat bantuan dari banyak pihak, oleh sebab itu penyusun
menyampaikan terima kasih kepada:
1. Jaksa Agung Muda Tindak Pidana Khusus, Bapak ALI MUKARTONO,
S.H., M.M., selaku atasan langsung yang telah membimbing dan
mengarahkan dalam menyusun rancangan proyek perubahan;
2. Sekretaris Jaksa Agung Muda Tindak Pidana Khusus, Bapak RAJA
NAFRIZAL, S.H., selaku mentor yang telah membimbing dan
mengarahkan dalam menyusun rancangan proyek perubahan;
3. Ibu Dr. WINANTUNINGTYAS TITI SWASANANY, M. Si., selaku
coach yang telah memberikan bimbingan dan arahan sehingga
rancangan proyek perubahan ini dapat diselesaikan dengan baik;
4. Segenap Widyaiswara yang telah banyak memberikan ilmu
vi
pengetahuan;
5. Semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan rancangan
Proyek Perubahan ini hingga selesai.
Kami menyadari bahwa rancangan proyek perubahan ini masih
sangat banyak kekurangan, sehingga saran dan masukan sangat kami
harapkan, dan proyek ini akan terus disempurnakan secara
berkesinambungan dan bermanfaat bagi peningkatan kinerja Direktorat
Upaya Hukum Luar Biasa, Eksekusi dan Eksaminasi dan Bidang Tindak
Pidana Khusus Kejaksaan Republik Indonesia pada khususnya dan
Kejaksaan Republik Indonesia pada umumnya.
Jakarta, Juni 2020
Project Leader
Drs. M. Rum, S.H., M.H.
NDH. 03
vii
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL ............................................................................... i
BERITA ACARA SEMINAR ................................................................ ii
LEMBAR PENGESAHAN ................................................................... iii
SURAT PERNYATAAN ...................................................................... iv
KATA PENGANTAR ........................................................................... v
DAFTAR ISI ........................................................................................ vii
DAFTAR TABEL ................................................................................. ix
DAFTAR GAMBAR .............................................................................. x
EXECUTIVE SUMMARY .................................................................... xi
BAB I. PENDAHULUAN ...................................................................... xi
1.1 Latar Belakang .................................................................. 1
1.2 Kondisi Saat Ini ................................................................ 6
1.3 Kondisi Yang Diharapkan ................................................. 7
1.4 Gagasan Perubahan ........................................................ 8
1.5 Tujuan Proyek Perubahan ............................................... 9
2.2.1. Tujuan Jangka Pendek .......................................... 9
2.2.2. Tujuan Jangka Menengah ..................................... 10
2.2.3. Tujuan Jangka Panjang ......................................... 10
1.6 Manfaat Proyek Perubahan ............................................. 10
BAB II. RENCANA PROYEK PERUBAHAN ........................................ 12
2.1. Gambaran Umum ............................................................. 12
2.2. Milestone Proyek Perubahan ........................................... 13
2.3.1. Jangka Pendek ...................................................... 13
2.3.2. Jangka Menengah ................................................. 15
2.3.3. Jangka Panjang ..................................................... 16
2.3. Identifikasi Stakeholder .................................................... 16
viii
2.4. Output Kunci .................................................................... 17
2.5. Strategi Komunikasi ......................................................... 19
2.6. Kriteria Keberhasilan ......................................................... 21
2.7. Tata Kelola Proyek Perubahan ........................................ 21
BAB III. PELAKSANAAN PROYEK PERUBAHAN .............................. 24
3.1. Capaian Proyek Perubahan .............................................. 24
3.2. Kendala Pelaksanaan Dan Penyelesaian ........................ 37
3.3. Stakeholder ....................................................................... 38
3.3.1. Pemetaan Stakeholder .......................................... 38
3.3.2. Penerapan Strategi Komunikasi ............................ 40
3.3.3. Analisis RACI ........................................................ 42
3.4. Faktor Kunci Keberhasilan ................................................ 43
BAB IV. PENUTUP .............................................................................. 44
4.1. Kesimpulan ...................................................................... 44
4.2. Rekomendasi ................................................................... 44
4.3. Lesson Learned Proyek Perubahan ................................. 44
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................ 46
LAMPIRAN .......................................................................................... 47
ix
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel.1 Tahapan Jangka Pendek ........................................................ 13
Tabel.2 Tahapan Jangka Menengah .................................................. 15
Tabel.3 Tahapan Jangka Panjang ...................................................... 16
Tabel.4 Peta Strategi Komunikasi ........................................................ 19
Tabel.5 Capaian Tahapan Jangka Pendek ......................................... 26
Tabel.6 Kendala dan Penyelesaian .................................................... 37
Tabel.7 Strategi Komunikasi Stakeholder ........................................... 40
x
DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar.1 Arahan Presiden Tentang SPBE ........................................ 1
Gambar.2 Rapat Kerja Jaksa Agung dengan Komisi III ...................... 4
Gambar.3 Pemetaan Stakeholder ...................................................... 39
Gambar.4 Konsultasi Dan Permintaaan Petunjuk Kepada Jaksa
Agung Muda Tindak Pidana Khusus ................................. 47
Gambar.5 Permintaan Persetujuan Mentor ....................................... 48
Gambar.6 Penyusunan Tim Efektif Proper ........................................ 48
Gambar.7 Pembentukan Tim Efektif Proper ...................................... 49
Gambar.8 Pembagian Tugas Tim Efektif Proper ............................... 49
Gambar.9 Pengumpulan Dan Pengklasifikasian Data Uang
Pengganti Perkara TP. Korupsi ........................................ 50
Gambar.10 FGD Pembuatan Pedoman Manajemen Eksekusi UP
Dan Tata Kelola Manajemen Eksekusi UP Di Bidang
Pidsus Melalui Zoom ........................................................ 50
Gambar.11 Penyusunan Draft Tata Kelola Manajemen Eksekusi UP . 51
Gambar.12 Penyusunan Draft Pedoman Manajeman Eksekusi UP .... 51
Gambar.13 FGD Dengan Biro Hukum ................................................. 52
Gambar.14 FGD Penyusunan Draft Pedoman Manajemen Eksekusi
UP Dan Draft Tata KelolaManajemen Eksekusi UP Di
Bidang Pidsus Melalui Zoom ............................................ 52
Gambar.15 FGD Dengan Pusdaskrimti Kejaksaan R.I. ...................... 53
Gambar.16 Penyususnan Teknologi Informasi Untuk Manajemen
Eksekusi ........................................................................... 53
Gambar.17 Finalisasi Data Base Dengan Pusdaskrimti Kejaksaan RI 54
Gambar.18 Finalisasi Draft Pedoman Manajeman Eksekusi UP Dan
Draft Tata Kelola Manajeman Eksekusi UP Dengan
Biro Hukum ....................................................................... 54
xi
EXECUTIVE SUMMARY
Belum adanya sistem penyelesaian tunggakan uang pengganti
perkara tindak pidana korupsi di Kejaksaan R.I. yang berbasis teknologi
informasi, menyebabkan tidak tuntasnya proses eksekusi uang pengganti
perkara tindak pidana korupsi.Sedangkan kebijakan Pemerintah tentang
mewujudkan tata kelola pemerintahan yang bersih, efektif, transparan dan
akuntabel serta pelayanan publik yang berkualitas dan terpecaya maka
diperlukan sistem pemerintahan berbasis elektronik, yang disebut dengan
SPBE yaitu sistem pemerintahan berbasis elektronik.
Dalam rapat kerja perdana Jaksa Agung dengan komisi III DPR
diharapkan bisa memanfaatkan teknologi informasi (TI), yang mendukung
keberhasilan tugas Kejaksaan R.I. Oleh karena itu, melalui proyek
perubahan ini, kami dari Direktorat Upaya Hukum Luar Biasa, Eksekusi
dan Eksaminasi pada Jaksa Agung Muda Tindak Pidana Khusus
mengangkat tentang Penguatan Manajemen Eksekusi Berbasis Teknologi
Informasi.
Permasalahan yang selalu timbul di Kejaksaan R.I. terkait
tunggakan penyelesaian uang pengganti perkara tindak pidana korupsi.
Berdasarkan hasil evaluasi Direktorat Upaya Hukum Luar Biasa pada
Jaksa Agung Muda Tindak Pidana Khusus ditemukan banyak
permasalahan mengenai penyelesaian eksekusi uang pengganti tersebut.
Oleh karena itu diperlukan adanya sistem dan strategi yang tepat serta
skala prioritas dalam penyelesaiannya.
Uang pengganti dapat didefinisikan sebagai salah satu hukuman
pidana tambahan dalam perkara tindak pidana korupsi yang harus dibayar
oleh terpidana kepada negara yang jumlahnya sebanyak-banyaknya sama
dengan harta benda yang diperoleh dari tindak pidana korupsi. Tunggakan
uang pengganti dapat dikatakan selesai apabila :
a. Uang pengganti telah dibayar lunas oleh terpidana;
b. Harta benda terpidana disita untuk kemudian dilelang;
xii
c. Terpidana telah mejalani tambahan pidana penjara (subsidair)
sebagai subtitusi dari kewajiban membayar uang pengganti.
Harapan kami dengan adanya manajemen eksekusi dalam pengendalian
pelaksanaan putusan pengadilan perkara tindak pidana khusus berbasis
teknologi informasi yang meliputi serangkaian kegiatan terencana dan
terukur untuk mengelola data tunggakan eksekusi dalam penyelesaian
tunggakan uang pengganti perkara tindak pidana korupsi maupun
pelaksanaan pidana penjara pengganti secara real time yang terintegrasi
sehingga pimpinan secara berjenjang selaku pemangku kepentingan
dapat memantau pelaksanaan di daerah dan dapat diperoleh data
tunggakan yang akurat dan valid di masing-masing Kejaksaan Tinggi dan
Kejaksaan Negeri untuk bahan evaluasi kinerja.
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Presiden Republik Indonesia Joko Widodo melansir
Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 95 Tahun 2018
tentang Sistem Pemerintahan Berbasis Elektronik (SPBE). Aturan ini
akan dijalankan seluruh instansi kementerian/lembaga hingga
pemerintahan daerah.
Gambar.1 Arahan Presiden Tentang SPBE
Untuk mewujudkan tata kelola pemerintahan yang bersih,
efektif, transparan, dan akuntabel serta pelayanan publik yang
berkualitas dan terpercaya maka diperlukan sistem pemerintahan
berbasis elektronik. Pertimbangan lainnya, sistem ini secara nasional
mampu meningkatkan keterpaduan dan efisiensi sistem
pemerintahan. Sistem Pemerintahan Berbasis Elektronik (SPBE)
adalah penyelenggaraan pemerintahan dengan memanfaatkan
teknologi informasi dan komunikasi untuk memberikan layanan
kepada para penggunanya.
2
Adapun pengguna SPBE ini adalah instansi pemerintah,
aparatur sipil negara (ASN), pelaku bisnis, masyarakat dan pihak-
pihak lainnya. SPBE memberi peluang untuk mendorong dan
mewujudkan penyelenggaraan pemerintahan yang terbuka,
partisipatif, inovatif, dan akuntabel. Selain itu, sistem ini mampu
meningkatkan kolaborasi antar instansi pemerintah dalam
melaksanakan urusan dan tugas pemerintahan untuk mencapai
tujuan bersama, meningkatkan kualitas dan jangkauan pelayanan
publik kepada masyarakat luas, dan menekan tingkat
penyalahgunaan kewenangan dalam bentuk kolusi, korupsi, dan
nepotisme melalui penerapan sistem pengawasan dan pengaduan
masyarakat berbasis elektronik.
Problematika korupsi memang seolah tidak ada habisnya.
Presiden Republik Indonesia Joko Widodo menjelaskan, korupsi
telah berkembang, berevolusi, sampai pada tahap dilakukan secara
sistematis, bahkan berjejaring. Karena telah berjejaring, maka
menurut Presiden Republik Indonesia Joko Widodo, untuk
melawannya perlu keberanian untuk menjalankan dua langkah aksi
pencegahan yang betul-betul nyata, serta tindakan penegakan
hukum yang benar-benar tegas.
Atas dasar itulah, Presiden Republik Indonesia Joko Widodo
menegaskan bahwa mekanisme kerja birokrasi harus diarahkan pada
pemerintahan berbasis elektronik atau e-government, mulai dari
cashflowmanagement system, pajak online, e-budgeting, e-
purchasing system, e-catalogue, pemanfaatan whistle blower system,
serta banyak lagi lainnya.Keluarnya Peraturan Presiden ini pun
mendapatkan sambutan baik, karena dianggap mampu
memodernkan sistem pemerintahan.
Peraturan Presiden ini akan mewujudkan pemerintahan
yang bersih serta modern serta juga akan mengurangi
penyimpangan yang selama ini terjadi di berbagai sektor birokrasi.
Masyarakat juga bisa berpartisipasi dalam tata kelola pemerintahan
3
yang baik. Masyarakat bisa langsung memantau pelayanan publik di
setiap birokrasi pemerintahan. Sehingga pemerintahan ke depan
akan semakin kuat dalam mencegah tindak pidana korupsi di
berbagai sektor. Selama ini birokrasi pemerintahan menjadi salah
satu sorotan karena maraknya penyimpangan dalam proses
pelayanan kepada publik. Dengan begitu, berbagai pelayanan
konkret yang menyentuh langsung kepada masyarakat akan menjadi
semakin baik. Menurut Pasal 3 Peraturan Presiden Republik
Indonesia Nomor 95 Tahun 2018 tentang Sistem Pemerintahan
Berbasis Elektronik (SPBE) terdapat enam ruang lingkup pengaturan,
meliputi:
1. Tata Kelola SPBE
Tata kelola ini bertujuan untuk menerapkan unsur-unsur
SPBE secara terpadu. Adapun Rencana Induk SPBE meliputi
peta rencana SPBE, proses bisnis, data dan informasi,
infrastruktur SPBE, aplikasi SPBE, keamanan SPBE, dan layanan
SPBE.
2. Manajemen SPBE
Manajemen ini meliputi manajemen risiko, manajemen
keamanan informasi, manajemen data, manajemen aset teknologi
informasi dan komunikasi, manajemen sumber daya manusia,
manajemen pengetahuan, manajemen perubahan, dan
manajemen layanan SPBE.
3. Audit Teknologi Informasi dan Komunikasi
Hal ini meliputi audit infrastruktur SPBE, audit aplikasi
SPBE, dan audit keamanan SPBE.
4. Penyelenggara SPBE
Dalam hal ini akan dibentuk tim koordinasi SPBE
Nasional yang langsung berada di bawah Presiden dan
bertanggung jawab kepada Presiden. Tim koordinasi SPBE
Nasional mempunyai tugas melakukan koordinasi dan penerapan
kebijakan SPBE pada instansi pusat dan pemerintah daerah.
4
5. Percepatan SPBE
Percepatan ini dilakukan dengan membangun Aplikasi
Umum dan Infrastruktur SPBE Nasional untuk memberikan
layanan SPBE, baik di pusat maupun di daerah.
6. Pemantauan dan Evaluasi SPBE
Langkah ini bertujuan untuk mengukur kemajuan dan
meningkatkan kualitas SPBE, baik di pusat maupun di daerah
yang dilakukan oleh tim koordinasi SPBE Nasional.
Gambar 2. Rapat Kerja Jaksa Agung dengan Komisi III
Jaksa Agung Republik Indonesia menjelaskan 8 fokus kerja
periode 2019-2024. Poin-poin itu disampaikan Jaksa Agung Republik
5
Indoneisa dalam rapat kerja perdana dengan komisi III DPR R.I.
Kejaksaan Republik Indonesia diharapkan bisa memanfaatkan
teknologi dan informasi (TI) yang mendukung keberhasilan tugas
kejaksaan. Misalnya, pengembangan aplikasi sistem manajemen,
pidana umum, pidana khusus, tata usaha negara dan pengawasan
sebagai salah satu persyaratan reformasi birokrasi.
Kejaksaan Republik Indonesia adalah lembaga
pemerintahan yang melaksanakan kekuasaan negara di bidang
penuntutan serta kewenangan lainnya berdasarkan undang-undang.
Dalam melaksanakan kekuasaan negara tersebut diselenggarakan
oleh Kejaksaan Agung R.I. yang berkedudukan di Ibukota Negara
Republik Indonesia dan daerah hukumnya meliputi seluruh wilayah
kekuasaan Negara Republik Indonesia, Kejaksaan Tinggi yang
berkedudukan di Ibukota provinsi dan daerah hukumnya meliputi
seluruh wilayah provinsi dan Kejaksaan Negeri yang berkedudukan
di ibukota kabupaten/kota dan daerah hukumnya meliputi seluruh
wilayah kabupaten/kota.
Begitu kompleksnya tantangan yang dihadapi oleh
Kejaksaan Republik Indonesia sekarang ini, sangat membutuhkan
tata kelola pelaporan yang baik untuk dapat menyelesaikan
permasalahan yang cepat dan tuntas. Hal ini sesuai dengan instruksi
Presiden Republik Indonesia yang dituangkan dalam Peraturan
Presiden Republik Indonesia Nomor 95 Tahun 2018 tentang Sistem
Pemerintahan Berbasis Elektronik (SPBE) yang ditandatagani pada
tanggal 2 Oktober 2018 dan diundangkan dalam Lembaran Negara
Republik Indonesai Tahun 2018 Nomor 182 pada tanggal 5 Oktober
2018. SPBE adalah penyelenggaraan pemerintah yang
memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi untuk
memberikan layanan kepada pengguna SPBE, layanan yang
dimaksud adalah keluaran yang dihasilkan oleh 1 (satu) atau
beberapa fungsi aplikasi SPBE dan yang memiliki nilai manfaat.
6
Dalam Peraturan Jaksa Agung Republik Indonesia Nomor
PER-006/A/JA/07/2017 tentang Organisasi dan Tata Kerja Kejaksaan
Repbulik Indonesia Jaksa Agung Muda Bidang Tindak Pidana
Khusus adalah unsur pembantu pimpinan dalam melaksanakan
tugas dan wewenang Kejaksaan dalam bidang tindak pidana khusus,
bertanggung jawab kepada Jaksa Agung yang meliputi penyelidikan,
penyidikan, prapenuntutan, pemeriksaan tambahan, penuntutan,
upaya hukum, pelaksanaan penetapan hakim dan putusan
pengadilan yang telah mempunyai kekuatan hukum tetap,
eksaminasi serta pengawasan terhadap pelaksanaan pidana
bersyarat dan keputusan lepas bersyarat dalam perkara tindak
pidana khusus serta tindakan hukum lainnya.
1.2. Kondisi Saat Ini
Berdasarkan hasil evaluasi dan supervisi terhadap
penanganan dan penyelesaian perkara tindak pidana korupsi,
banyak ditemukan permasalahan pada Direktorat Upaya Hukum Luar
Biasa, Eksekusi dan Eksaminasi. Kendala dan permasalahan itu
banyak ditemukan berkaitan dengan permasalahan eksekusi,
terutama penyelesaian uang pengganti perkara tindak pidana
korupsi. Pemasalahan lain adalah tata kelola data tunggakan uang
pengganti perkara tindak pidana korupsi masih konvensional
sehingga tidak akurat dan lengkap. Disamping itu pedoman dan tata
kelolayang menunjang pelaksanaan eksekusi terhadap uang
pengganti perkara tindak pidana korupsi masih juga bersifat
konvensional sehingga menyebabkan tunggakan uang pengganti
perkara tindak pidana korupsi setiap tahun semakin bertambah.
Oleh karena itu diperlukan adanya sistem dan strategi yang
tepat serta skala prioritas dalam penyelesaian tunggakan uang
pengganti perkara tindak pidana korupsi. Mengingat dengan semakin
berlarutnya penyelesaian tunggakan uang pengganti perkara tindak
pidana korupsi, maka akan menjadi tunggakan yang semakin
7
bertambah dan menjadi temuan Badan Pemeriksa Keuangan (BPK)
setiap tahunnya.
1.3. Kondisi Yang Diharapkan
Kejaksaan Republik Indonesia dalam hal ini Jaksa Agung
Muda Tindak Pidana Khusus menginginkan dalam penanganan
perkara tindak pidana korupsi baik dalam proses penyelidikan
ataupun penyidikan bahkan sampai dengan penuntutan dan eksekusi
mengutamakan pengembalian kerugian keuangan negara. Keinginan
dalam mengutamakan pengembalikan kerugian keuangan negara
tidak selaras dengan masih banyaknya para terpidana yang tidak
membayar uang pengganti. Sehingga terjadi peningkatan jumlah
tunggakan piutang uang pengganti perkara yang belum jika diukur
sejak Tahun 2015 sampai dengan Tahun 2018, yaitu:
• Tahun 2015 piutang UP berjumlah Rp. 15.654.695.597.977,00
• Tahun 2016 piutang UP berjumlah Rp. 16.359.088.882.367,80
• Tahun 2017 piutang UP berjumlah Rp. 17.037.822.109.360,00
• Tahun 2018 piutang UP berjumlah Rp. 17.340.976.977.053,09
Sedangkan realiasi pendapatan dari penyelesaian pembayaran uang
pengganti mengalami penurunan, yaitu :
• Realiasasi pendapatan UP Tahun 2015 Rp. 1.420.000.000.000,-
• Realiasasi pendapatan UP Tahun 2016 Rp. 1.350.000.000.000,-
• Realiasasi pendapatan UP Tahun 2017 Rp. 1.150.000.000.000,-
• Realiasasi pendapatan UP Tahun 2018 Rp. 1.425.344.810.621,-
Uang pengganti disajikan sebagai piutang pada neraca dan
diungkapkan secara memadai dalam catatan atas laporan keuangan.
Dalam Pasal 1 ayat (6) Undang-Undang R.I. Nomor 1 Tahun 2004
tentang Perbendaharaan Negara mengatakan, piutang negara
adalah jumlah uang yang wajib dibayar kepada Pemerintah Pusat
dan atau hak Pemerintah Pusat yang dapat dinilai dengan uang
8
sebagai akibat perjanjian atau akibat lainnya berdasarkan peraturan
perundang-undangan yang berlaku atau akibat lainnya yang sah.
Pendapat Komite Standar Akutansi Pemerintah yang
menetapkan uang pengganti sebagai piutang pada neraca keuangan
Kejaksaan Republik Indonesia dan uang pengganti hanya dapat
dihapuskan secara mutlak dari neraca manakala terpidana
membayar lunas uang pengganti atau telah menjalani pidana penjara
sebagai susidair uang pengganti. Sehingga tunggakan pembayaran
uang pengganti menjadi beban berat bagi neraca laporan keuangan
Kejaksaan Republik Indonesia.
Oleh karena itu salah satu tugas terpenting pimpinan adalah
mengendalikan penyelesaian tunggakan uang pengganti perkara
tindak pidana korupsi di daerah-daerah agar penanganan perkara
tindak pidana korupsi tuntas dilaksanakan dan mewujudkan
Kejaksaan Republik Indonesia yang modern, transparan dan
berkepastian.
1.4. Gagasan Perubahan
Kegiatan proyek perubahan pada Pendidikan Kepemimpinan
Nasional Tingkat I dengan judul Penguatan Manajemen Eksekusi
Berbasis Teknologi Informasi dimaksudkan menetapkan sistem
manajemen eksekusi dalam menyelesaikan tunggakan uang
pengganti perkara tindak pidana korupsi dengan menggunakan
sistem yang lebih modern yaitu berbasis teknologi informasi yang
dapat terintegrasi dengan pimpinan secara langsung sehingga
pimpinan secara berjenjang dapat memantau pelaksanaan eksekusi
di daerah dan dapat memberikan data tunggakan eksekusi uang
pengganti perkara tindak pidana korupsi yang akurat dan lengkap
serta mewujudkan penyelesaian eksekusi uang pengganti perkara
Tindak Pidana Korupsi yang ada di Kejaksaan Republik Indonesia
secara modern, transparan dan berkepastian.
Oleh karena itu, gagasan perubahan yang dilakukan adalah:
9
a) Membuat data base uang pengganti perkara tindak pidana
korupsi yang modern (berbasis teknologi informasi).
b) Menyusun pedoman dan tata kelola manajemen eksekusi uang
pengganti perkara tindak pidana korupsi yang modern (berbasis
teknologi informasi).
c) Menyusun design aplikasi teknologi informasi penunjang data
base dengan pedoman dan tata kelolan manajemen eksekusi
uang pengganti perkara tindak pidana korupsi.
1.5. Tujuan Proyek Perubahan
Tujuan proyek perubahan ini dapat dibedakan menjadi tiga
tahapan yang akan dicapai dengan jangka waktu tertentu yaitu,
tujuan jangka pendek dengan waktu tiga bulan (Maret 2020 s.d Juni
2020), tujuan jangka menengah dengan waktu enam bulan (Juli 2020
s.d Desember 2020) dan tujuan jangka panjang dengan waktu satu
tahun (Januari 2021 s.d Desember 2021).
1.5.1. Tujuan Jangka Pendek
Tujuan jangka pendek proyek perubahan ini adalah
tersusunnya konsep manajemen eksekusi uang pengganti
perkara tindak pidana korupsi yang modern, dengan rincian
sebagai berikut:
1) Tersusunnya pedoman manajemen eksekusi uang
pengganti perkara tindak pidana korupsi yang efektif,
disesuaikan dengan kebijakan.
2) Tersusunnya tata kelola manajemen eksekusi uang
pengganti perkara tindak pidana korupsi yang modern
(berbasis teknologi informasi).
3) Tersedianya data base eksekusi uang pengganti perkara
tindak pidana korupsi yang didukung dengan teknologi
informasi.
10
1.5.2. Tujuan Jangka Menengah
Tujuan jangka menengah proyek perubahan ini adalah
tersedianya manajemen eksekusi uang pengganti perkara
tindak pidana korupsi yang modern, dengan rincian sebagai
berikut:
1) Tersedianya pedoman manajemen eksekusi uang
pengganti perkara tindak pidana korupsi yang efektif,
disesuaikan dengan kebijakan.
2) Tersedianya tata kelola manajemen eksekusi uang
pengganti perkara tindak pidana korupsi yang modern
(berbasis teknologi informasi).
3) Terselesaikannya tunggakan uang pengganti perkara
tindak pidana korupsi.
1.5.3. Tujuan Jangka Panjang
Tujuan jangka panjang proyek perubahan ini adalah zero
tunggakan eksekusi uang pengganti perkara tindak pidana
korupsi, dengan rincian sebagai berikut:
1) Tidak ada tunggakan eksekusi uang pengganti perkara
tindak pidana korupsi.
2) Data base uang pengganti perkara tindak pidana korupsi
akurat dan lengkap.
3) Menjadikan Kejaksaan Republik Indonesia modern,
transparan dan berkepastian.
1.6. Manfaat Proyek Perubahan
• Bagi Kejaksaan Republik Indonesia.
Manfaat proyek perubahan dapat menjadi solusi dan
evaluasi secara tepat, cepat dan jelas atas permasalahan
eksekusi uang pengganti perkara tindak pidana korupsi dan
memberikan data serta informasi penanganan perkara tindak
pidana korupsi secara akurat dan lengkap, serta menjadikan
11
Kejaksaan Republik Indonesia yang modern, transparan dan
berkepastian.
• Bagi Direktorat Upaya Hukum Luar Biasa, Eksekusi dan
Eksaminasi.
Sebagai solusi atas permasalahan eksekusi uang
pengganti perkara tindak pidana korupsi dan memberikan data
serta informasi penanganan perkara tindak pidana korupsi secara
akurat dan lengkap, serta monitoring dan evaluasi yang dilakukan
oleh pimpinan dapat dilakukan dengan cepat dan tepat.
• Bagi Sub Direktorat Tindak Pidana Korupsi dan TPPU.
Terwujudnya penanganan perkara tindak pidana korupsi
yang berkualitas, cepat, tepat dan berkeadilan serta pelaksanaan
eksekusi secara tuntas sehingga tercapainya tujuan dari
penegakan hukum yang berkeadilan, bermanfaat dan
berkepastian hukum.
• Bagi Kementrian dan Lembaga Tinggi Negara.
Memberikan data dan informasi penanganan perkara
tindak pidana korupsi secara akurat dan lengkap sesuai dengan
kebutuhan, serta dalam melakukan monitoring terhadap
pelaksanaan eksekusi demi menciptakan kepastian hukum.
12
BAB II
RENCANA PROYEK PERUBAHAN
2.1. Gambaran Umum
Uang pengganti merupakan salah satu hukuman pidana
tambahan dalam perkara tindak pidana korupsi yang harus dibayar
oleh terpidana kepada negara yang jumlahnya sebanyak-banyaknya
sama dengan harta benda yang diperoleh dari tindak pidana korupsi.
Uang pengganti terjadi akibat adanya putusan pengadilan yang telah
mempunyai kekuatan hukum tetap (inkracht) yang dijatuhkan kepada
terpidana untuk dibayar/dikembalikan kepada negara (Undang-
Undang R.I. Nomor 3 Tahun 1971 tentang Pemberantasan Tindak
Pidana Korupsi) atau diganti dengan pidana badan (subsidair) bila
tidak membayar uang pengganti (Undang-Undang R.I. Nomor 31
Tahun 1999 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi).
Mengingat kondisi saat ini terjadi peningkatan jumlah
tunggakan piutang uang pengganti perkara yang cukup signifikan dar
tahun ke tahun, maka diperlukan penanganan berupa adanya
strategi yang mampu mengurangi tunggakan uang pengganti perkara
tindak pidana korupsi. Strategi yang akan dikembangkan oleh penulis
dalam proyek perubahan ini adalah menetapkan sistem manajemen
eksekusi dalam menyelesaikan tunggakan uang pengganti perkara
tindak pidana korupsi dengan menggunakan sistem yang lebih
modern yaitu berbasis teknologi informasi yang dapat terintegrasi
dengan pimpinan secara langsung sehingga pimpinan secara
berjenjang dapat memantau pelaksanaan eksekusi di daerah dan
dapat memberikan data tunggakan eksekusi uang pengganti perkara
tindak pidana korupsi yang akurat dan lengkap serta mewujudkan
penyelesaian eksekusi uang pengganti perkara Tindak Pidana
Korupsi yang ada di Kejaksaan Republik Indonesia secara modern,
transparan dan berkepastian.
13
2.2. Milestone Proyek Perubahan
Milestones dalam proyek perubahan ini dibagi dalam 3 (tiga)
tahapan yaitu:
2.3.1. Jangka Pendek
Milestone jangka pendek dengan waktu 23 Maret
2020 sampai dengan 28 Juni 2020.
No Tahapan Kegiatan Waktu Kegiatan
1. Membuat Tim Efektif Proyek
Perubahan
23 Maret –
29 Maret 2020
2. Membuat data base uang pengganti
perkara tindak pidana korupsi yang
modern/berbasis teknologi informasi.
30 Maret –
5 April 2020
3. Melaksanakan Forum Group
Discusion (FGD) dengan bidang
Pidsus mengenai tata kelola
manajemen eksekusi uang
pengganti perkara tindak pidana
korupsi yang modern (berbasis
teknologi informasi).
6 April –
12 April 2020
4. Menyusun draft tata kelola
manajemen eksekusi uang
pengganti perkara tindak pidana
korupsi yang modern (berbasis
teknologi informasi).
13 April –
19 April 2020
5. Melaksanakan Forum Group
Discusion (FGD) dengan bidang
Pidsus mengenai pedoman
manajemen eksekusi uang
pengganti perkara tindak pidana
korupsi yang efektif.
20 April –
26 April 2020
6. Melaksanakan Forum Group
Discusion (FGD) dengan Biro
27 April –
3 Mei 2020
14
Hukum dan Hubungan Luar Negeri
mengenai pedoman manajemen
eksekusi uang pengganti perkara
tindak pidana korupsi yang efektif.
7. Menyusun draft pedoman
manajemen eksekusi uang
pengganti perkara tindak pidana
korupsi yang efektif.
4 Mei –
24 Mei 2020
8. Pengajuan draft tata kelola
manajemen eksekusi uang
pengganti perkara tindak pidana
korupsi yang modern (berbasis
teknologi informasi) dan draft
pedoman manajemen eksekusi uang
pengganti perkara tindak pidana
korupsi ke Biro Hukum dan
Hubungan Luar Negeri.
25 Mei –
7 Juni 2020
9. Harmonisasi dengan bidang-bidang
terkait atas penyusunan draft tata
kelola manajemen eksekusi uang
pengganti perkara tindak pidana
korupsi yang modern (berbasis
teknologi informasi) dan draft
pedoman manajemen eksekusi uang
pengganti perkara tindak pidana
korupsi.
8 Juni –
14 Juni 2020
10. Melaksanakan Forum Group
Discusion (FGD) dengan
Pusdaskrimti mengenai design
aplikasi teknologi informasi
penunjang data base dengan tata
kelola manajemen eksekusi uang
15 Juni –
21 Juni 2020
15
pengganti perkara tindak pidana
korupsi yang modern (berbasis
teknologi informasi) dan pedoman
manajemen eksekusi uang
pengganti perkara tindak pidana
korupsi.
11. Membuat design aplikasi teknologi
informasi penunjang data base
dengan tata kelola manajemen
eksekusi uang pengganti perkara
tindak pidana korupsi yang modern
(berbasis teknologi informasi) dan
pedoman manajemen eksekusi uang
pengganti perkara tindak pidana
korupsi.
22 Juni –
28 Juni 2020
Tabel.1 Tahapan Jangka Pendek
2.3.2. Jangka Menengah
Milestone jangka menengah dengan waktu Juli 2020
sampai dengan Desember 2020.
No Tahapan Kegiatan Waktu Kegiatan
1. Sosialisasi pedoman manajemen
eksekusi uang pengganti perkara
tindak pidana korupsi.
Juli 2020 –
Desember 2020
2. Sosialisasi tata kelola manajemen
eksekusi uang pengganti perkara
tindak pidana korupsi yang modern
(berbasis teknologi informasi).
Juli 2020 –
Desember 2020
3. Terselesaikannya tunggakan
eksekusi uang pengganti perkara
tindak pidana korupsi.
Juli 2020 –
Desember 2020
Tabel.2 Tahapan Jangka Menengah
16
2.3.3. Jangka Panjang
Milestone jangka menengah dengan waktu Januari
2021 sampai dengan Desember 2021.
No Tahapan Kegiatan Waktu Kegiatan
1. Monitoring dan evaluasi tunggakan
eksekusi uang pengganti perkara
tindak pidana korupsi.
Januari 2021 –
Desember 2021
2. Monitoring dan evaluasi data base
eksekusi uang pengganti perkara
tindak pidana korupsi.
Januari 2021 –
Desember 2021
3. Monitoring dan evaluasi
pelaksanaan manajemen eksekusi
uang pengganti perkara tindak
pidana korupsi.
Januari 2021 –
Desember 2021
Tabel.3 Tahapan Jangka Panjang
2.3. Identifikasi Stakeholder
Identifikasi hubungan para stakeholder tersebut dituangkan
dalam peta stakeholder, yang menjelaskan kepentingan (importance)
dan pengaruh (influence) masing-masing stakeholder terhadap
proyek perubahan maupun sebaliknya. Analisis stakeholder
dilakukan melalui langkah yaitu:
1. Identifikasi stakeholder kunci.
2. Analisis kepentingan para stakeholder dan dampak potensial
yang muncul.
3. Analisis terhadap pengaruh dan kepentingan para stakeholder
terhadap kegiatan proyek perubahan. Pengaruh lebih
menunjukan tingkatan kekuasaan yang dimiliki stakeholder
terhadap jalanya proyek perubahan, sedangkan kepentingan
berkaitan dengan tingkat dimana pencapaian tujuan proyek
perubahan tergantung pada keterlibatan aktif yang diberikan
stakeholder.
17
Stakeholder dapat dipetakan atas 4 (empat) kelompok yaitu
promoters, defenders, apathetics dan latents.
1. Promoters
Kelompok stakeholder ini memiliki tingkat pengaruh yang tinggi
dan tingkat kepentingan yang tinggi pula terhadap proyek
perubahan. Dalam proyek perubahan ini yang termasuk
promoters adalah Jaksa Agung Muda Tindak Pidana Khusus.
2. Defenders
Kelompok defenders memiliki tingkat kepentingan tinggi namun
mempunyai pengaruh yang rendah. Dalam proyek perubahan ini
yang termasuk defenders adalah Mahkamah Agung R.I., DPR
R.I., Kementerian Keuangan, Kementerian Hukum dan HAM,
Kepolisian R.I.
3. Aphatetics
Kelompok aphatetics memiliki pengaruh dan kepentingan yang
rendah terhadap proyek perubahan. Dalam proyek perubahan ini
yang termasuk aphatetics adalah Kepala Kejaksaan Tinggi
seluruh Indonesia.
4. Latents
Kelompok latents ini memiliki pengaruh tinggi namun
kepentingannya rendah, yaitu Kejaksaan Negeri seluruh
Indonesia dan Cabang Kejaksaan Negeri seluruh Indonesia.
Pemetaan stakeholder dalam proyek perubahan ini adalah
semua para pelaku/pihak yang kemungkinan besar terkena pengaruh
kegiatan proyek perubahan baik positif maupun negatif atau
sebaliknya yang mungkin memberikan pengaruh terhadap hasil
keluaran proyek perubahan. Stakeholder berasal dari internal
maupun eksternal dalam hal manajemen eksekusi berbasis teknologi
informasi yang mencakup:
a. Stakeholder Internal
1. Jaksa Agung Muda Tindak Pidana Khusus.
18
2. Direktorat Upaya Hukum, Luar Biasa, Eksekusi dan
Eksaminasi.
3. Kasubdit TPK & TPPU.
4. Kasi Wilayah I TPK & TPPU.
5. Kasi Wilayah II TPK & TPPU.
6. Kejaksaan Tinggi seluruh Indonesia (32 Kejati).
7. Kejaksaan Negeri seluruh Indonesia (429 Kejari).
8. Cabang Kejaksaan Negeri seluruh Indonesia (63 Cabang).
b. Stakeholder eksternal
1. Mahkamah Agung Republik Indonesia.
2. Badan Pemeriksa Keuangan (BPK).
3. Kementerian Keuangan.
4. Kementerian Hukum dan HAM.
5. Kepolisian Republik Indonesia.
6. Terpidana.
Gambar.3 Pemetaan Stakeholder
2.4. Output Kunci
Output kunci berguna untuk mencapai sasaran dan
menetapkan kondisi ideal yang diharapkan dari proyek perubahan
dengan cara menentukan output kunci tahapan (milestone), tata
19
kelola proyek, analisis peran dan pengaruh stakeholder, dan target
capaian kinerja. Output yang dihasilkan dalam proyek perubahan ini
dibagi menjadi tiga bagian yaitu: jangka pendek, jangka menengah
dan jangka panjang.
a. Jangka Pendek
- Membuat data base uang pengganti perkara tindak pidana
korupsi yang modern (berbasis teknologi informasi).
- Menyusun tata kelola manajemen eksekusi uang pengganti
perkara tindak pidana korupsi yang modern (berbasis teknologi
informasi).
- Menyusun pedoman manajemen eksekusi uang pengganti
perkara tindak pidana korupsi yang efektif, disesuaikan dengan
kebijakan.
- Menyusun teknologi informasi penunjang antara data base
dengan pedoman dan tata kelola manajemen eksekusi uang
pengganti perkara tindak pidana korupsi yang modern
(berbasis teknologi informasi).
- Finalisasi teknologi informasi sebagai penunjang data base,
pedoman dan tata kelola manajemen eksekusi uang pengganti
perkara tindak pidana korupsi.
b. Jangka Menengah
- Tersedianya pedoman manajemen eksekusi uang pengganti
perkara tindak pidana korupsi yang efektif, disesuaikan dengan
kebijakan.
- Tersedianya tata kelola manajemen eksekusi uang pengganti
perkara tindak pidana korupsi yang modern (berbasis teknologi
informasi).
- Tersosialisasikannya pedoman manajemen eksekusi uang
pengganti perkara tindak pidana korupsi yang efektif.
- Tersosialisasikannya tata kelola manajemen eksekusi uang
pengganti perkara tindak pidana korupsi yang modern
(berbasis teknologi informasi).
20
- Terselesaikannya tunggakan uang pengganti perkara tindak
pidana korupsi.
c. Jangka Panjang
- Tidak ada tunggakan eksekusi uang pengganti perkara tindak
pidana korupsi.
- Data base uang pengganti perkara tindak pidana korupsi
akurat dan lengkap.
- Monitoring dan evaluasi tunggakan eksekusi uang pengganti
perkara tindak pidana korupsi.
- Monitoring dan evaluasi data base eksekusi uang pengganti
perkara tindak pidana korupsi.
- Monitoring dan evaluasi pelaksanaan manajemen eksekusi
uang pengganti perkara tindak pidana korupsi yang efektif.
- Menjadikan Kejaksaan Republik Indonesia modern, transparan
dan berkepastian.
2.5. Strategi Komunikasi
Setelah melakukan identifikasi stakeholder, selanjutnya
dilakukan penyusunan strategi agar stakeholder yang masih memiliki
pengaruh rendah atau kepentingan rendah bisa ditarik pada kuadran
yang tinggi pengaruh dan kepentingannya dalam pelaksanaan
proyek perubahan tentang Penguatan Manajemen Eksekusi Berbasis
Teknologi Informasi. Untuk itu, peta strategi komunikasi yang disusun
adalah sebagai berikut:
Promotor-Manage Closely Apathetics-Minimal Effort
- Melakukan komunikasi,
koordinasi dan konsultasi.
- Melibatkan promotors dalam
pengambilan keputusan
mengenai perencanaan,
pelaksanaan dan evaluasi.
- Melaporkan perkembangan
- Memberikan informasi tentang
proyek perubahan.
- Melakukan komunikasi dan
koordinasi serta meminta
dukungan dalam pelaksanaan
proyek perubahan.
21
pelaksanaan proyek
perubahan.
- Meminta alternatif
penyelesaian bila terjadi
hambatan.
Latents-Keep Satisfed Defender-Keep Informed
- Melakukan pendekatan,
koordinasi dan memberikan
informasi tentang proyek
perubahan.
- Memberikan keyakinkan
bahwa proyek perubahan
memiliki efek positif dan
bermanfaat bagi yang
bersangkutan.
- Meminta dukungan dalam
pelaksanaan proyek
perubahan.
- Pemberitahuan adanya
proyek perubahan.
- Melakukan koordinasi yang
efektif guna mendukung
proyek perubahan.
Tabel.4 Peta Strategi Komunikasi
Strategi komunikasi yang dilakukan sesuai dengan kuadran
stakeholder masing-masing. Untuk stakeholder pada kuadran
promotors, strategi yang digunakan adalah manage closely, yaitu
dengan melibatkan promotors dalam pengambilan keputusan dalam
perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi, serta meminta alternatif
penyelesaian bila terjadi hambatan.
Selanjutnya untuk stakeholder pada kuadran apathetics
akan digunakan strategi minimal effort, yaitu dengan melibatkan
dalam upaya publikasi dan informasi kepada kelompok sasaran,
serta melakukan koordinasi yang efektif agar mendukung proyek
perubahan.
22
Untuk stakeholder pada kuadran latents, strategi komunikasi
yang digunakan adalah keep satisfied, yaitu dengan melakukan
komunikasi dan koordinasi agar mendukung dan berperan aktif
dalam pelaksanaan proyek perubahan, memberikan informasi
tentang proyek perubahan serta mendukung dalam proyek
perubahan.
Sedangkan untuk stakeholder pada kuadran defender,
strategi yang digunakan adalah keep informed, yaitu dengan
memberitahukan adanya proyek perubahan dan melakukan
koordinasi yang efektif guna mendukung proyek perubahan.
2.6. Kriteria Keberhasilan
Kriteria keberhasilan proyek perubahan ini adalah:
1. Data tindak pidana korupsi di Indonesia terkompilasi secara
akurat dan lengkap.
2. Peningkatan penanganan perkara Tindak Pidana Korupsi yang
berkualitas.
3. Tunggakan uang Pengganti dan pidana badan segera cepat
terselesaikan.
2.7. Tata Kelola Proyek Perubahan
a. Pimpinan Proyek perubahan ini adalah Drs. M. RUM, S.H., M.H.
selaku Direktur Upaya Hukum Luar Biasa, Eksekusi dan
Eksaminasi yang didukung oleh beberapa elemen, yaitu:
1. Personil.
- Jaksa Agung Muda Tindak Pidana Khusus (selaku
atasan langsung);
- Sekretaris Jaksa Agung Muda Tindak Pidana Khusus
(selaku mentor) ;
- Coach;
- Tim Direktorat Upaya Hukum Luar Biasa, Eksekusi dan
Eksaminasi;
23
- Seluruh Pejabat Struktural beserta seluruh staff.
2. Sarana dan Prasana Kerja di Direktorat Upaya Hukum, Luar
Biasa, Eksekusi dan Eksaminasi.
3. Anggaran di luar DIPA Kejaksaan Republik Indonesia.
4. Deskripsi Peran dan Fungsi.
b. Dalam penyusunan tim Proyek perubahan adapun struktur dan
deskripsi peran dan fungsi, sebagai berikut :
1. Mentor.
- Memberikan dukungan, bimbingan dan persetujuan atas
rancangan proyek perubahan;
- Memberikan arahan dalam merumuskan dan
mengindentivikasi permasalahan krusial yang
memerlukan terobosan inovasi;
- Memantau capaian target setiap milestone.
2. Coach.
- Memberikan motivasi dalam penyusunan Proyek
Perubahan
- Memantau kegiatan dalam setiap tahapan penyusunan
Proyek Perubahan;
- Memberikan feedback terhadap rancangan Proyek
Perubahan secara berkala;
- Membantu dalam berkiordinasi dengan mentor apabila
terjadi perbedaan pendapat.
3. Kepala Program/ Project Leader.
- Bertanggung jawab dalam pelaksanaan proyek
perubahan dengan memimpin jalanya proyek perubahan
mulai dari merencanakan, mengkoordinasikan, mebentuk
tim pelaksana, penjadwalan, monitor dan evaluasi
dengan bimbingan mentor dan coach menyusun rencana
kerja tim memberikan arahan strategis kepada tim,
melakukan komunikasi dengan seluruh stakeholder dan
mobilisasi stakeholder melaporkan pelaksanaan proyek
24
kepada mentor dan coach dan menyelesaikan masalah
yang tidak dapat diselesaikan oleh tim.
4. Konsultan Proyek/ Project Consultant.
- Memberikan arahan kebijakan strategis terkait proyek
perubahan.
- Memberikan feedback terhadap rancangan Proyek
Perubahan.
- Menjadi tenaga ahli dalam mempercepat proses/ alur
kegiatan.
5. Insinyur Kepala/ Chief Engineer.
- Penanggung jawab seluruh kegiatan teknis, analisis,
design dan tugas-tugas pemrograman dari kegiatan
Proyek Perubahan.
6. Program Manajer/ Project Management.
- Penanggung jawab seluruh terhadap semua komunikasi
yang datangnya dari luar (laporan, pertemuan-
pertemuan, penghubung antara pimpinan dengan
bawahan), pendanaan dan penjadwalan dari Kegiatan
Proyek Perubahan.
7. Group Leader.
- Penanggung jawab sekelompok bidang teknik dari
kegiatan/program dengan kompetensi berbeda dengan
group leader lainnya.
8. Leader.
- Penangung jawab bagian dari suatu kelompok teknik dari
kegiatan/ program.
25
BAB III
PELAKSANAAN PROYEK PERUBAHAN
3.1. Capaian Proyek Perubahan
Dalam proses pelaksanaaan implementasi proyek
perubahan yang dilakukan oleh Direktur Upaya Hukum Luar Biasa
Eksekusi dan Eksaminasi pada Jaksa Agung Muda Tindak Pidana
Khusus Kejaksaan Republik Indonesia secara keseluruhan
terlaksana dengan baik dan terpenuhi target capaian yang
diinginkan. Namun tidak menutup kemungkinan ada beberapa jadwal
kegiatan pada tahapan milestone yang sudah direncanakan, tidak
terlaksana sesuai jadwal karena adanya hambatan-hambatan dalam
pelaksanaannya. Selain itu ada tahapan milestone yang terlaksana di
awal waktu dengan pertimbangan efisiensi waktu agar kegiatan
tercapai sesuai dengan harapan.
Implementasi proyek perubahan ini memberikan ouput yang
cukup besar bagi Direktorat Upaya Hukum Luar Biasa Eksekusi dan
Eksaminasi pada Jaksa Agung Muda Tindak Pidana Khusus
Kejaksaan Republik Indonesia khususnya yaitu mempu memberikan
solusi atas permasalahan eksekusi uang pengganti perkara tindak
pidana korupsi dan memberikan data serta informasi penanganan
perkara tindak pidana korupsi secara akurat dan lengkap, serta
monitoring dan evaluasi yang dilakukan oleh pimpinan dapat
dilakukan dengan cepat dan tepat. Selain itu juga menjadikan
Kejaksaan Republik Indonesia yang modern, transparan dan
berkepastian. Dengan adanya proyek perubahan ini mampu
meningkatkan kinerja para aparat sipil negara (ASN) Kejaksaan
Republik Indonesia dalam melaksanakan tugas pelaksanaan
eksekusi perkara tindak pidana korupsi.
Selain itu outcome yang dapat dihasilkan adalah:
1. Tersedianya manajemen eksekusi yang modern.
26
2. Data uang pengganti perkara tindak pidana korupsi di Indonesia
terkompilasi secara akurat dan lengkap.
3. Data uang pengganti perkara tindak pidana korupsi di Indonesia
lebih cepat dan mudah diakses.
4. Tidak ada tunggakan eksekusi uang pengganti perkara tindak
pidana korupsi di Indonesia.
5. Penyusunan rencana dan program kerja, perumusan kebijakan
teknis dan administrasi, serta pengendalian, monitoring dan
evaluasi perkara semakin optimal.
6. Peningkatan kinerja para aparat sipil negara (ASN) Kejaksaan
Republik Indonesia dalam melaksanakan tugas pelaksanaan
eksekusi perkara tindak pidana korupsi.
Dengan demikian secara garis besar capaian dari proyek
perubahan ini sudah sesuai dengan apa yang menjadi harapan
Direktorat Upaya Hukum Luar Biasa Eksekusi dan Eksaminasi pada
Jaksa Agung Muda Tindak Pidana Khusus Kejaksaan Republik
Indonesia. Berikut dapat terlihat capaian kegiatan dalam jangka
pendek.
27
No Tahapan Kegiatan Waktu
Kegiatan Stakeholder
Hasil Kegiatan/
Output Kegiatan
Dokumen
Pendukung
Capaian
(%)
1. Membuat Tim Efektif
Proyek Perubahan
23 Maret –
29 Maret 2020
• Jaksa Agung Muda
Tindak Pidana Khusus
• Direktur Upaya Hukum
Luar Biasa, Eksekusi dan
Eksaminasi
• Koordinator pada Jaksa
Agung Muda Tindak
Pidana Khusus
• Kasudit pada Direktorat
Upayah Hukum Luar
Biasa, Eksekusi dan
Eksaminasi.
• Kasi Wilayah pada
Direktorat Upaya Hukum
Luar Biasa, Eksekusi dan
Eksaminasi
• Tim Efektif
Proyek
Perubahan
• Rencana Kerja
• SK Tim Efektif
Proyek
Perubahan
• Undangan
• Notulensi
• Foto Kegiatan
100%
28
2. Membuat data base
uang pengganti
perkara tindak
pidana korupsi yang
modern/berbasis
teknologi informasi.
30 Maret –
5 April 2020
• Direktur Upaya Hukum
Luar Biasa, Eksekusi dan
Eksaminasi
• Kasudit TPK dan TPPU
• Kasi Wilayah I TPK dan
TPPU
• Kasi Wilayah II TPK dan
TPPU
• Biro Keuangan
• Pusdaskrimti
• Kejaksaan Tinggi
• Kejaksaan Negeri
• Cabang Kejaksaan
Negeri
• Tim Efektif Proyek
Perubahan
Data Tunggakan
Uang Pengganti
Perkara Tindak
Pidana Korupsi
• Foto Kegiatan 100%
3. Melaksanakan
Forum Group
6 April –
12 April 2020
• Jaksa Agung Muda
Tindak Pidana Khusus
Bahan/Materi
penyusunan
• Undangan
• Notulensi
100%
29
Discusion (FGD)
dengan bidang
Pidsus mengenai
tata kelola
manajemen
eksekusi uang
pengganti perkara
tindak pidana
korupsi yang
modern (berbasis
teknologi informasi).
• Sekretaris Jaksa Agung
Muda Tindak Pidana
Khusus
• Para Direktur pada Jaksa
Agung Muda Tindak
Pidana Khusus
• Para Koordinator pada
Jaksa Agung Muda
Tindak Pidana Khusus
• Para Kasubdit dan Kabag
pada Jaksa Agung Muda
Tindak Pidana Khusus
• Para Kasi dan Kasubag
pada Jaksa Agung Muda
Tindak Pidana Khusus
• Para Satgassus P3TPK
dan Jaksa Fungsional
pada Jaksa Agung Muda
konsep tata kelola
manajemen
eksekusi uang
pengganti perkara
tindak pidana
korupsi yang
modern (berbasis
teknologi
informasi).
• Materi/Bahan
FGD
• Foto Kegiatan
30
Tindak Pidana Khusus
• Tim Efektif Proyek
Perubahan
4. Menyusun konsep
tata kelola
manajemen
eksekusi uang
pengganti perkara
tindak pidana
korupsi yang
modern (berbasis
teknologi informasi).
13 April –
19 April 2020
• Direktur Upaya Hukum
Luar Biasa, Eksekusi dan
Eksaminasi
• Kasudit TPK dan TPPU
• Kasi Wilayah I TPK dan
TPPU
• Kasi Wilayah II TPK dan
TPPU
• Biro Keuangan
• Pusdaskrimti
• Tim Efektif Proyek
Perubahan
Konsep tata kelola
manajemen
eksekusi uang
pengganti perkara
tindak pidana
korupsi yang
modern (berbasis
teknologi informasi)
• Bahan/Materi
penyusunan
konsep
• Foto Kegiatan
100%
5. Melaksanakan
Forum Group
Discusion (FGD)
20 April –
26 April 2020
• Jaksa Agung Muda
Tindak Pidana Khusus
• Sekretaris Jaksa Agung
Bahan/Materi
penyusunan
pedoman
• Undangan
• Notulensi
• Materi/Bahan
100%
31
dengan bidang
Pidsus mengenai
pedoman
manajemen
eksekusi uang
pengganti perkara
tindak pidana
korupsi yang efektif.
Muda Tindak Pidana
Khusus
• Para Direktur pada Jaksa
Agung Muda Tindak
Pidana Khusus
• Para Koordinator pada
Jaksa Agung Muda
Tindak Pidana Khusus
• Para Kasubdit dan Kabag
pada Jaksa Agung Muda
Tindak Pidana Khusus
• Para Kasi dan Kasubag
pada Jaksa Agung Muda
Tindak Pidana Khusus
• Para Satgassus P3TPK
dan Jaksa Fungsional
pada Jaksa Agung Muda
Tindak Pidana Khusus
manajemen
eksekusi uang
pengganti perkara
tindak pidana
korupsi yang
efektif.
FGD
• Foto Kegiatan
32
• Tim Efektif Proyek
Perubahan
6. Melaksanakan
Forum Group
Discusion (FGD)
dengan Biro Hukum
dan Hubungan Luar
Negeri mengenai
pedoman
manajemen
eksekusi uang
pengganti perkara
tindak pidana
korupsi yang efektif.
27 April –
3 Mei 2020
• Direktur Upaya Hukum
Luar Biasa, Eksekusi dan
Eksaminasi
• Kepala Biro Hukum dan
Hubungan Luar Negeri
• Koordinator pada Jaksa
Agung Muda Tindak
Pidana Khusus
• Kasudit pada Direktorat
Upayah Hukum Luar
Biasa, Eksekusi dan
Eksaminasi.
• Kabag Rantikum
• Kasi Wilayah pada
Direktorat Upaya Hukum
Luar Biasa, Eksekusi dan
Bahan/Materi
penyusunan
pedoman
manajemen
eksekusi uang
pengganti perkara
tindak pidana
korupsi yang
efektif.
• Undangan
• Notulensi
• Materi/Bahan
FGD
• Foto Kegiatan
100%
33
Eksaminasi
• Kasubag pada Biro
Hukum
• Tim Efektif Proyek
Perubahan
7. Menyusun konsep
pedoman
manajemen
eksekusi uang
pengganti perkara
tindak pidana
korupsi yang efektif.
4 Mei –
24 Mei 2020
• Direktur Upaya Hukum
Luar Biasa, Eksekusi dan
Eksaminasi
• Kasudit TPK dan TPPU
• Kasi Wilayah I TPK dan
TPPU
• Kasi Wilayah II TPK dan
TPPU
• Tim Efektif Proyek
Perubahan
Konsep pedoman
manajemen
eksekusi uang
pengganti perkara
tindak pidana
korupsi yang efektif
• Bahan/Materi
penyusunan
konsep
• Foto Kegiatan
100%
8. Pengajuan konsep
tata kelola
manajemen
25 Mei –
7 Juni 2020
• Direktur Upaya Hukum
Luar Biasa, Eksekusi dan
Eksaminasi
Nota Dinas
Pengajuan konsep
• Nota Dinas
34
eksekusi uang
pengganti perkara
tindak pidana
korupsi yang
modern (berbasis
teknologi informasi)
dan konsep
pedoman
manajemen
eksekusi uang
pengganti perkara
tindak pidana
korupsi ke Biro
Hukum.
• Tim Efektif Proyek
Perubahan
9. Harmonisasi dengan
bidang-bidang
terkait atas
penyusunan tata
kelola manajemen
8 Juni –
14 Juni 2020
• Direktur Upaya Hukum
Luar Biasa, Eksekusi dan
Eksaminasi
• Kepala Biro Hukum dan
Hubungan Luar Negeri
Konsep pedoman
dan tata kelola
manajemen
eksekusi uang
pengganti perkara
• Konsep
• Undangan
• Notulensi
• Foto Kegiatan
35
eksekusi uang
pengganti perkara
tindak pidana
korupsi yang
modern (berbasis
teknologi informasi)
dan pedoman
manajemen
eksekusi uang
pengganti perkara
tindak pidana
korupsi.
• Koordinator pada Jaksa
Agung Muda Tindak
Pidana Khusus
• Kasudit pada Direktorat
Upayah Hukum Luar
Biasa, Eksekusi dan
Eksaminasi.
• Kabag Rantikum
• Kasi Wilayah pada
Direktorat Upaya Hukum
Luar Biasa, Eksekusi dan
Eksaminasi
• Kasubag pada Biro
Hukum
• Biro Keuangan
• Pusdaskrimti
• Tim Efektif Proyek
Perubahan
tindak pidana
korupsi yang efektif
ke Jaksa Agung
36
10. Melaksanakan
Forum Group
Discusion (FGD)
dengan
Pusdaskrimti
mengenai design
aplikasi teknologi
informasi penunjang
data base dengan
tata kelola
manajemen
eksekusi uang
pengganti perkara
tindak pidana
korupsi yang
modern (berbasis
teknologi informasi)
dan pedoman
manajemen
15 Juni –
21 Juni 2020
• Direktur Upaya Hukum
Luar Biasa, Eksekusi dan
Eksaminasi
• Kapusdaskrimti
• Koordinator pada Jaksa
Agung Muda Tindak
Pidana Khusus
• Kasudit pada Direktorat
Upayah Hukum Luar
Biasa, Eksekusi dan
Eksaminasi.
• Kabid pada Pusdaskrimti
• Kasi Wilayah pada
Direktorat Upaya Hukum
Luar Biasa, Eksekusi dan
Eksaminasi
• Kasubbid pada
Pusdaskrimti
Bahan/Materi
Design aplikasi
teknologi informasi
penunjang data
base dengan tata
kelola dan
pedoman
manajemen
eksekusi uang
pengganti perkara
tindak pidana
korupsi yang
modern (berbasis
teknologi informasi)
• Undangan
• Notulensi
• Materi/Bahan
FGD
• Foto Kegiatan
37
eksekusi uang
pengganti perkara
tindak pidana
korupsi.
• Tim Efektif Proyek
Perubahan
11. Membuat design
aplikasi teknologi
informasi penunjang
data base dengan
tata kelola
manajemen
eksekusi uang
pengganti perkara
tindak pidana
korupsi yang
modern (berbasis
teknologi informasi)
dan pedoman
manajemen
eksekusi uang
22 Juni –
28 Juni 2020
• Direktur Upaya Hukum
Luar Biasa, Eksekusi dan
Eksaminasi
• Kapusdaskrimti
• Koordinator pada Jaksa
Agung Muda Tindak
Pidana Khusus
• Kasudit pada Direktorat
Upayah Hukum Luar
Biasa, Eksekusi dan
Eksaminasi.
• Kabid pada Pusdaskrimti
• Kasi Wilayah pada
Direktorat Upaya Hukum
Design aplikasi • Dokumentasi 100%
38
pengganti perkara
tindak pidana
korupsi.
Luar Biasa, Eksekusi dan
Eksaminasi
• Kasubbid pada
Pusdaskrimti
• Tim Efektif Proyek
Perubahan
Tabel.5 Capaian Tahapan Jangka Pendek
39
Pada tabel diatas dapat tergambar bahwa kegiatan dari
setiap tahapannya terlaksana sesuai dengan rencana. Hal tersebut
terlihat dalam capaian kegiatan yang 100%. Capaian kegiatan
tersebut tidak terlepas dari adanya hambatan yang dihadapi yaitu
dikarenakan sedang terjadinya wabah virus corona (covid-19) di
Indonesia, sehingga menyebabkan pihak-pihak yang terlibat dalam
penyusunan proses penggunaan teknologi informasi ini harus bekerja
dari rumah dan tidak bisa berinteraksi langsung dengan tim proyek
perubahan. Akan tetapi tim proyek perubahan selalu berusaha
memaksimalkan komunikasi dan memanfaatkan media-media digital
guna menunjang pelaksanaan tahapan kegiatan dalam proyek
perubahan sehingga penyamaan ide dan persepsi serta koordinasi
dapat dilakukan dengan lancar dan tidak menghambat tahapan
kegiatan jangka pendek.
Dengan terselesaikannya pelaksanaan tahapan kegiatan
jangka pendek, harapannya akan tercapai tahapan jangka menengah
sesuai dengan yang telah direncanakan. Selain itu sejauh ini belum
ada perubahan milestone dan kegiatan pada tahap jangka
menengah dan jangka panjang.
Hasil dari proyek perubahan ini merupakan implementasi
dari konsep mix marketing guna mendapatkan dukungan para
pemangku kepentingan yang dapat dilihat dalam 5P-1C (Product,
Price, Place, Promotion, Customer) yaitu:
1. Product yaitu proyek perubahan ini akan sangat membantu dalam
pelaksanaan eksekusi pembayaran uang pengganti perkara
tindak pidana korupsi karena terdapat manajemen yang berbasis
teknologi informasi dan update data tunggakan eksekusi
pembayaran uang pengganti perkara tindak pidana korupsi dapat
diakses secara real time, serta pengawasan dilakukan dapat
secara tepat dan menghasilkan suatu sistem yang modern dan
berkepastian hukum.
40
2. Price yaitu biaya yang diutuhkan dalam proyek perubahan ini
akan memberikan manfaat secara financial bagi Kejaksaan
Republik Indonesia yakni memberikan efisiensi anggaran
Kejaksaan Republik Indonesia kedepannya.
3. Place yaitu dengan adanya proyek perubahan ini data tunggakan
eksekusi pembayaran uang pengganti perkara tindak pidana
korupsi di seluruh Indonesia akan terintegrasi dalam suatu
teknologi informasi sehingga dapat diakses oleh pihak-pihak yang
berkepentingan dari mana saja.
4. Promotion yaitu pihak-pihak yang berkepentingan (pengguna)
akan segera mengetahui adanya proyek perubahan ini dan
segera mungkin dapat memanfaatkan proyek perubahan ini di
seluruh Indonesia.
5. Customer yaitu pihak-pihak yang berkepentingan (pengguna)
peoyek perubahan ini akan sangat dimudahkan dalam melakukan
eksekusi uang pengganti perkara tindak pidana korupsi,
melakukan pencarian data uang pengganti perkara tindak pidana
korupsi di seluruh Indonesia dan pengawasan dilakukan oleh
pihak internal maupun eksternal sehingga tercipta
ketransparanan.
3.2. Kendala Pelaksanaan Dan Penyelesaian
Dalam pelaksanaan proyek perubahan ditemukan beberapa
kendala. Terhadap kendala-kendala yang muncul dalam
pelaksanaan proyek perubahan telah dilakukan penyelesaian,
sebagaimana dalam tabel berikut:
No Kendala Penyelesaian
1. Kurangnya pemahanan
mengenai penyelesaian
eksekusi uang pengganti
perkara tindak pidana korupsi
secara utuh.
Memberikan pemahanan, dan
penjelasan kepada petugas
pelaksana eksekusi, pengawas
dan atau stakeholder lain yang
terlibat dalam pelaksanaan
41
eksekusi uang pengganti tindak
pidana korupsi.
2. Terjadinya overlapping jadwal
kegiatan.
Melakukan koordinasi dan
komunikasi dalam pembuatan
jadwal dan program kerja,
penjadwalan kembali terhadap
kegiatan yang akan
dilaksanakan, memanfaatkan
waktu diluar jam kerja.
3. Jadwal kegiatan yang dapat
tertunda akibat pandemic
Covid-19 di Indonesia.
Meningkatkan komunikasi baik
kepada pimpinan, narasumber
dan tim proyek perubahan
serta optimalisasi penggunaan
media-media digital seperti
teleconference dalam
penyelenggaraan kegiatan
proyek perubahan.
Tabel.6 Kendala dan Penyelesaian
3.3. Stakeholder
Penyelesaian yang dilakukan atas kendala-kendala yang
terjadi selama pelaksanaan proek perubahan tidak lepas dari strategi
yang dilakukan. Adapun strategi yang dilakukan adalah dengan
menggunakan:
3.3.1. Penerapan Strategi Komunikasi
Penerapan strategi komunikasi terhadap stakeholder
sesuai dengan perannya masing-masing dilakukan dengan:
No Pemangku
Kepentingan Kepentingan
Strategi
Komunikasi
1 Jaksa Agung Muda
Tindak Pidana
Khusus
Mendukung proper Koordinasi
dan
konsultasi
42
(Jampidsus)
2 Sekretaris Jaksa
Agung Muda
Tindak Pidana
Khusus
Memfasilitasi dan
memberikan
kesepakatan serta
persetujuan atas
dokumen proposal
Koordinasi
dan
konsultasi
3 Badan Pemeriksa
Keuangan (BPK)
Melaporkan hasil
kegiatan kepada
Project Leader
Konsultasi
diskusi
intensif
4 Sub Direktorat
Tindak Pidana
TPK & TPPU
Melaporkan hasil
kegiatan kepada
Project Leader
Diskusi
berkala
5 Seksi Wilayah 1
Sub Direktorat TPK
& TPPU
Melaporkan hasil
kegiatan kepada
Project Leader
Diskusi
berkala
6 Seksi Wilayah 1
Sub Direktorat TPK
& TPPU
Melaporkan hasil
kegiatan kepada
Project Leader
Diskusi
berkala
7 Kejaksaan Negeri
Seluruh Indonesia
(429 Kejari)
Melaporkan hasil
kegiatan kepada
Project Leader
Diskusi
berkala
8 Cabang Kejaksaan
Negeri
(63 Cab.Kajari)
Melaporkan hasil
kegiatan kepada
Project Leader
Diskusi
berkala
9 Mahkamah Agung
R.I.
Melaporkan hasil
kegiatan kepada
Project Leader
Diskusi
berkala
10 DPR R.I. Melaporkan hasil
kegiatan kepada
Project Leader
Diskusi
berkala
11 Kementerian
Keuangan
Mengkoordinasikan
/ mengorganisasi,
Konsultasi
diskusi
43
melaksanakan,
serta mengevaluasi
kegiatan proyek
perubahan
intensif
12 Kementerian
Hukum dan HAM
Mengkoordinasikan
/ mengorganisasi,
melaksanakan,
serta mengevaluasi
kegiatan proyek
perubahan
Konsultasi
diskusi
intensif
13 Kepolisian R.I. Mengkoordinasikan
/ mengorganisasi,
melaksanakan,
serta mengevaluasi
kegiatan proyek
perubahan
Konsultasi
diskusi
intensif
14 Kejaksaan Tinggi
Seluruh Indonesia
(32 Kejati)
Memberikan
sumbangan
pemikiran terhadap
persoalan
persoalan yang
dihadapi di
lapangan.
Koordinasi
15 Terpidana Memberikan
sumbangan
pemikiran
Wawancara
Tabel.7 Strategi Komunikasi Stakeholder
Penerapan strategi komunikasi terhadap stakeholder
sesuai dengan perannya masing-masing sebagaimana dalam
peta strategi komunikasi dan strategi komunikasi stakeholder
44
telah berhasil mempengaruhi pihak latents dan apathetics
bergeser ke dalam kelompok promoters. Hal tersebut terjadi
karena baik pihak latents dan apathetics akan terlibat secara
langsung dalam pelaksanaan menajemen eksekusi berbasis
teknologi informasi sehingga baik pihak latents dan apathetics
akan menjadi kelompok yang memiliki tingkat pengaruh yang
tinggi dalam proyek perubahan.
Gambar.4 Peta Stakeholder Proyek Perubahan
3.3.2. Analisis RACI
Pelaksanaan proyek perubahan memerlukan
kolaborasi antar stakeholder agar dapat menambah kekuatan
sumber daya pendukung untuk mencapai hasil efektif dan
efisien. Sebagai suatu cara untuk memberikan label peranan
kepada stakeholder dalam pelaksanaan proyek perubahan
dilakukan dengan Analisis Responsibility-Accountability-
Confirmed-Informed (RACI).
Identifikasi hubungan para stakeholder terhadap
tahapan pelaksanaan kegiatan dituangkan dalam matriks
RACI yang menjelaskan bentuk responsibility (tanggapan) dan
accountability (tangung jawab), serta sifat consulted
(terkonsultasi) dan informed (terinformasi) antara kedua
45
subyek (stakeholder) dan obyek (kegiatan proyek perubahan).
Analisis RACI menunjukan tingkat keterlibatan stakeholder
terhadap jalanya proyek perubahan dan sosialisasi pelaksana
kegiatan kepada stakeholder. Adapun pengertian tentang
RACI diuraikan dibawah ini:
a. Responsible, yaitu orang yang melakukan tugas atau
pekerjaan. Responsible pada dasarnya adalah pelaksana
tugas (pemimpin proyek perubahan).
b. Accountable, yaitu orang yang bertanggung jawab pada
suatu tugas atau pekerjaan dan memiliki wewenang untuk
memutuskan suatu permasalahan atau pekerjaan dan
memiliki wewenang untuk memutuskan suatu
permasalahan atau perkara. Accountable yang dimaksud
disini pada dasarnya adalah penanggung jawab dan
pengambil keputusan.
c. Consulted, yaitu orang yang memberikan masukan,
pendapat atau kontribusi ketika diperlukan pada tugas atau
pekerjaan tersebut. Consulted pada dasarnya adalah
konsultan ataupun penasehat.
d. Informed, yaitu orang yang perlu mengetahui tindakan dan
hasil ataupun keputusan yang telah diambil.
3.4. Faktor Kunci Keberhasilan
Faktor yang menjadi kunci keberhasilan pencapaian proyek
perubahan ini adalah terselesaikannya tunggakan eksekusi uang
pengganti perkara tindak pidana korupsi di Indonesia dengan
tersusunnya pedoman manajemen eksekusi berbasis teknologi
informasi.
46
BAB IV
PENUTUP
4.1. Kesimpulan
Dari uraian pelaksanaan proyek perubahan diatas, dapat
ditarik kesimpulan yaitu:
1. Seluruh pelaksanaan tahapan kegiatan jangka pendek proyek
perubahan telah terlaksana dengan baik dan sesuai dengan
tahapan rencana kegiatan
2. Tahapan kegiatan jangka pendek yang telah terlaksana adalah
harmonisasi pedoman dan tata kelola serta finalisasi data base
yang terintegrasi menggunakan aplikasi teknologi informasi.
4.2. Rekomendasi
Dari kesimpulan proyek perubahan diatas, dapat
direkomendasikan beberapa hal yaitu:
1. Dengan telah terlaksananya tahapan kegiatan jangka pendek
proyek perubahan, agar tetap dilanjutkan pada tahapan kegiatan
jangka menengah dan jangka panjang sesuai dengan waktu yang
telah ditentukan.
2. Dengan terlaksananya implementasi proyek perubahan ini,
diharapkan peran Direktorat Upaya Hukum Luar Biasa, Eksekusi
dan Eksaminasi dan Bidang Tindak Pidana Khusus Kejaksaan
Republik Indonesia dalam pelaksanaan eksekusi terhadap uang
pengganti perkara Tindak Pidana Korupsi di Indonesia semakin
optimal dan menjadi solusi dalam evaluasi secara tepat, cepat
dan jelas serta menjadikan Kejaksaan Republik Indonesia yang
modern, transparan dan berkepastian.
4.3. Lesson Learned Proyek Perubahan
Sebagaimana salah satu tugas Direktorat Upaya Hukum
Luar Biasa, Eksekusi dan Eksaminasi dalam Pasal 406 Peraturan
47
Jaksa Agung Republik Indonesia Nomor PER-006/A/JA/07/2017
tentang Organisasi dan Tata Kerja Kejaksaan Repbulik Indonesia
aadalah melaksanakan penyiapan perumusan kebijakan
pelaksanaan dan pengendalian dalam pelaksanaan putusan
pengadilan yang telah mempunyai kekuatan hukum tetap dalam
perkara tindak pidana korupsi, maka proyek perubahan ini
merupakan salah satu upaya yang dilakukan oleh Direktur Upaya
Hukum Luar Biasa, Eksekusi dan Eksaminasi dalam memrikan
rumusan kebijakan dalam pelaksanaan dan pengendalian uang
pengganti pekara tindak pidana korupsi yang ada di Indonesia.
Bentuk kebijakan tersebut diwujudkan dengan melakukan penguatan
terhadap manajemen eksekusi uang pengganti, dimana di
dalalamnya berisi penguatan manajemen eksekusi uang pengganti
secara modern (berbasis teknolgi informasi) yang efektif. Sehingga
diharapkan pelaksanaanya di lapangan dapat meminimalisir
hambatan dalam eksekusi uang pengganti perkara tindak pidana
korupsi. Selain itu tunggakan maupun eksekusi uang pengganti yang
akan dilaksanakan akan selesai secara tuntas. Proyek perubahan ini
merupakan salah satu upaya untuk memperbaiki dan meningkatkan
tugas dari Direktorat Upaya Hukum Luar Biasa, Eksekusi dan
Eksaminasi pada Jaksa Agung Muda Tindak Pidana Khusus dalam
pelaksanaan eksekusi uang pengganti perkara tindak pidana korupsi.
48
DAFTAR PUSTAKA
Anonim, Pembimbingan dan Proses Coaching PKN I Angkatan XLIV LAN
RI 2020 Tahun 2020, Jakarta: Lembaga Administrasi Negara,
2020.
Anonim, Panduan Monitoring & Coaching Pelatihan Kepemimpinan
Nasional Tingkat I Angkatan III Tahun 2019, Jakarta: Pusat
Pengembangan Kompetensi Kepemimpinan Nasional dan
Manajerial ASN Lembaga Administrasi Negara, 2019.
Anonim, Peraturan Jaksa Agung Republik Indonesia Nomor 006 Tahun
2017 Tentang Organisasi dan Tata Kerja Kejaksaan Republik
Indonesia, Jakarta: Kejaksaan Republik Indonesia, 2017.
Anonim, Peraturan Jaksa Agung Republik Indonesia Nomor 8 Tahun 2019
Tentang Tata Naskah Kejaksaan Republik Indonesia, Jakarta:
Kejaksaan Republik Indonesia, 2019.
49
LAMPIRAN
Gambar.5 Konsultasi Dan Permintaan Petunjuk Kepada
Jaksa Agung Muda Tindak Pidana Khusus
50
Gambar.6 Permintaan Persetujuan Mentor
Gambar.7 Penyusunan Tim Efektif Proper
51
Gambar.8 Pembentukan Tim Efektif Proper
Gambar.9 Pembagian Tugas Tim Efektif Proper
52
Gambar.10 Pengumpulan Dan Pengklasifikasian
Data Uang Pengganti Perkara TP. Korupsi
Gambar.11 FGD Pembuatan Pedoman Manajemen Eksekusi UP Dan Tata
Kelola Manajemen Eksekusi UP Di Bidang Pidsus Melalui Zoom
53
Gambar.12 Penyusunan Draft Tata Kelola Manajemen Eksekusi UP
Gambar.13 Penyusunan Draft Pedoman Manajemen Eksekusi UP
54
Gambar.14 FGD Dengan Biro Hukum
Gambar.15 FGD Penyusunan Draft Pedoman Manajemen Eksekusi UP Dan
Draft Tata Kelola Manajemen Eksekusi UP Di Bidang Pidsus Melalui Zoom
55
Gambar.16 FGD Dengan Pusdaskrimti Kejaksaan R.I.
Gambar.17 Penyusunan Teknologi Informasi Untuk Manajemen Eksekusi
56
Gambar.18 Finalisasi Data Base Dengan Pusdaskrimti Kejaksaan R.I.
Gambar.19 Finalisasi Draft Pedoman Manajemen Eksekusi UP Dan Draft Tata
Kelola Manajemen Eksekusi UP Dengan Biro Hukum
46
DRAFT PEDOMAN
NOMOR …… TAHUN 2020
TENTANG
MANAJEMEN EKSEKUSI UANG PENGGANTI
BAB I
PENDAHULUAN
1. Latar Belakang
Berdasarkan hasil evaluasi dan supervisi terhadap
penanganan dan penyelesaian perkara tindak pidana
korupsi, banyak ditemukan permasalahan pada
Direktorat Upaya Hukum Luar Biasa, Eksekusi dan
Eksaminasi. Kendala dan permasalahan itu banyak
ditemukan berkaitan dengan permasalahan eksekusi,
terutama penyelesaian uang pengganti perkara tindak
pidana korupsi yang merupakan tugas dari jaksa
eksekutor untuk menyelesaikannya. Tunggakan
eksekusi uang pengganti perkara tindak pidana korupsi
semakin bertambah setiap tahun dan progres
penyelesaian eksekusi terhadap uang pengganti perkara
tindak pidana korupsi yang tidak terdata secara akurat,
tidak termonitor dengan baik serta tidak dilaporkan
secara berkesinambungan oleh pejabat di daerah
sehingga diperlukan langkah penyelesaian yang sifatnya
progresif, berupa pengendalian yang efektif serta
47
terstruktur sebagai langkah strategis dalam upaya
mengurangi jumlah tunggakan uang pengganti tindak
pidana korupsi.
2. Maksud dan Tujuan
Maksud dan tujuan penyusunan manajemen eksekusi
uang pengganti perkara tindak pidana korupsi, sebagai
berikut:
A. Maksud
1). Sebagai pedoman melakukan eksekusi uang
pengganti perkara tindak pidana korupsi;
2). Pengendalian eksekusi uang pengganti tindak
pidana korupsi dapat dilaksanakan secara
efisien, efektif, transparan, akuntabel,
profesional dan objektif;
3). Tidak terjadinya penyimpangan atau
penyalahgunaan kewenangan dalam pelaksana
eksekusi uang pengganti perkara tindak pidana
korupsi.
B. Tujuan
1). Agar eksekusi uang pengganti perkara tindak
pidana korupsi dapat diselesaikan secara
tuntas sesuai dengan aturan.
2). Agar eksekusi uang pengganti perkara tindak
pidana korupsi dapat terintegrasi sehingga
pimpinan secara berjenjang dan berkala dapat
memantau pelaksana eksekusi uang pengganti
perkara tindak pidana korupsi di daerah;
3). Agar pimpinan dapat memberikan petunjuk
secara langsung dan cepat dalam penyelesaian
tunggakan eksekusi uang pengganti perkara
48
tindak pidana korupsi;
4). Agar diperoleh data yang akurat mengenai data
uang pengganti perkara tindak pidana korupsi
baik yang telah dieksekusi secara tuntas
maupun yang masih menjadi tunggakan di
masing-masing Kejaksaan Tinggi dan
Kejaksaan Negeri, sebagai bahanevaluasi
kinerja;
5). Terbentuknya pemahaman dalam
mensinergikan pengelolaan data uang
pengganti perkara tindak pidana korupsi
dengan pelaksana eksekusi.
3. Ruang Lingkup
Ruang lingkup pedoman ini terbatas pada tata cara
penyelesaian eksekusi terhadap uang pengganti perkara
tindak pidana korupsi dan keakuratan data mengenai
uang pengganti perkara tindak pidana korupsi yang
dapat terintegrasi menjadi satu kesatuan.
4. Dasar Hukum
1). Undang-undang Nomor 16 Tahun 2004 tentang
Kejaksaan Republik Indonesia;
2). Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 29
Tahun 2016 tentang Perubahan Atas Peraturan
Presiden Nomor 38 Tahun 2010 tentang Organisasi
dan Tata Kerja Kejaksaan Republik Indonesia;
3). Peraturan Jaksa Agung Republik Indonesia Nomor:
PER-017/A/JA/07/2014 tentang Perubahan
Peraturan Jaksa Agung Republik Indonesia Nomor:
039/A/JA/10/2010 tentang Tata Kelola
49
Administrasi dan Teknis Penanganan Perkara
Tindak Pidana Khusus;
4). Peraturan Jaksa Agung Republik Indonesia Nomor:
PER-020/A/JA/07/2014 tentang Petunjuk
Pelaksana Penyelesaian Uang Pengganti Yang
Diputus Pengadilan Berdasarkan Undang-Undang
Nomor 3 Tahun 1971 tentang Pemberantasan
Tindak Pidana Korupsi;
5). Peraturan Jaksa Agung Republik Indonesia Nomor:
PER-006/A/JA/07/2017 tentang Perubahan Atas
Peraturan Jaksa Agung Republik Indonsia Nomor:
PER-009/A/JA/01/2011 tentang Organisasi dan
Tata Kerja Kejaksaan Republik Indonesia;
6). Keputusan Jaksa Agung Republik Indonesia Nomor:
KEP-518/A/JA/11/2011 tentang Perubahan
Keputusan Jaksa Agung Republik Indonesia Nomor:
KEP-132/JA/11/1994 tentang Administrasi Perkara
Tindak Pidana;
7). Instruksi Jaksa Agung Republik Indonesia Nomor:
INS-002/A/JA/02/2019 tentang Pola Penanganan
Perkara Tindak Pidana Khusus Yang Berkualitas;
8). Surat Jaksa Agung Republik Indonesia Nomor: B-
012/A/Cu.2/01/2013 perihal Pedoman
Penyelesaian dan Kebijakan Akuntansi atas Piutang
Negara Uang Pengganti Perkara Tindak Pidana
Korupsi.
5. Pengertian
Dalam pedoman ini yang dimaksud dengan:
1). Eksekusi adalah pelaksanaan putusan pengadilan
yang telah memperoleh kekuatan hukum tetap yang
50
dilakukan oleh Jaksa.
2). Manajemen Eksekusi adalah tata cara pelaksanaan
eksekusi yang dilaksanakan secara tuntas dan
dapat dipertanggungjawabkan.
3). Uang pengganti adalah pidana tambahan yang
dijatuhkan oleh Hakim terhadap terpidana berupa
sejumlah uang yang jumlahnya sebanyak-
banyaknya sama dengan harta benda yang
diperoleh dari korupsi tersebut.
BAB I
PELAKSANAAN EKSEKUSI UANG PENGGANTI
PERKARA TINDAK PIDANA KORUPSI
1. Sumber eksekusi adalah putusan pengadilan yang telah
mempunyai kekuatan hukum tetap.
2. Surat Perintah melaksanakan eksekusi diterbitkan oleh
Pimpinan atau dapat diterbitkan oleh Pejabat Teknis
setingkat di bawahnya atas nama Pimpinan paling lama
1 (satu) hari sejak putusan pengadilan yang telah
mempunyai kekuatan hukum tetap.
3. Bersamaan dengan Surat Perintah melaksanakan
eksekusi, juga diterbitkan Surat Perintah pencarian
harta benda milik terpidana untuk mencari harta benda
terpidana (asset tracing).
4. Tim Pelaksana Eksekusi sekurang-kurangnya terdiri
dari:
51
a. Seorang Jaksa Penuntut Umum selaku Koordinator
Tim merangkap anggota; dan
b. Seorang Jaksa Penuntut Umum selaku anggota tim.
5. Penunjukan Jaksa Penuntut Umum untuk
melaksanakan eksekusi memprioritaskan Jaksa
Penuntut Umum yang ditunjuk sebagai Tim Penuntutan
dan dapat dilakukan penambahan/pengurangan/
penggantian sesuai dengan kebijakan Pimpinan.
6. Dalam setiap Surat Perintah sebagaimana dimaksud
ayat (2) dan ayat (3) diterbitkan Surat Perintah Tugas
Administrasi oleh Pimpinan yang menunjuk seorang
pegawai tata usaha.
7. Tim Pelaksana Eksekusi melaksanakan eksekusi untuk
paling lama 7 (tujuh) hari sejak diterima Surat Perintah
melaksanakan eksekusi dan Surat Perintah pencarian
harta benda milik terpidana.
8. Dalam hal berdasarkan alasan yang patut dan tidak
dapat dihindarkan pelaksana eksekusi dapat
diperpanjang untuk paling lama 30 (tiga puluh) hari
sejak diterimanya surat perintah atau dalam jangka
waktu sesuai petunjuk Pimpinan.
9. Dalam hal terpidana membayar uang pengganti perkara
tindak pidana korupsi,
a. Tim Pelaksana Eksekusi menyampaikan tanda
terima pembayaran uang pengganti perkara tindak
pidana korupsi kepada terpidana atau kuasa
52
hukumnya dan menyerahkan uang pengganti
perkara tindak pidana korupsi kepada Bendahara
Penerimaan untuk disetorkan ke Kas Negara dalam
waktu 1x24 Jam;
b. Bukti penyetoran uang pengganti perkara tindak
pidana korupsi ke Kas Negara wajib dilampirkan ke
dalam berkas perkara dan ke dalam aplikasi/sistem
penanganan perkara secara teknologi informasi
yang ada di Kejaksaan Republik Indonesia dalam
waktu 1x24 Jam setelah uang pengganti perkara
tindak pidana korupsi.
10. Dalam hal terpidana tidak membayar uang pengganti
perkara tindak pidana korupsi,
a. 1 (satu) bulan setelah Putusan Pengadilan yang
telah mempunyai kekuatan hukum tetap, terpidana
belum melunasi uang pengganti perkara tindak
pidana korupsi maka Tim Pelaksana Eksekusi wajib
melakukan penyitaan terhadap harta milik
terpidana untuk dieksekusi. Apabila masih belum
lunas, Tim Pelaksana Eksekusi wajib melakukan
penelusuran secara terus menerus harta benda
yang bersangkutan dengan bekerjasama dengan
instansi terkait;
b. Selambat-lambatnya 1(satu) bulan sebelum
terpidana selesai menjalani pidana pokok terdapat
pembayaran uang pengganti perkara tindak pidana
korupsi baik yang berasal dari hasil rampasan, hasil
lelang dan pembayaran oleh terpidana, maka
Pimpinan harus menerbitkan Surat Penetapan
Pidana Penjara Pengganti (SP4);
53
c. Apabila uang pengganti perkara tindak pidana
korupsi hanya sebagian yang dilunasi, terpidana
tetap diberikan kesempatan untuk melakukan
pelunasan sisa uang pengganti perkara tindak
pidana korupsi baik setelah selesai menjalankan
pidana pokok maupun saat menjalankan pidana
penjara pengganti. Pembayaran yang dilakukan
tetap diperhitungkan untuk mengurangi sisa pidana
uang pengganti tindak pidana korupsi dan
Pimpinan menerbitkan kembali SP4 yang
pelaksananya mempedomani Peraturan Mahkamah
Agung Republik Indonesia Nomor: 5 Tahun 2014
tanggal 31 Desember 2014 tentang Pidana
Tambahan uang Pengganti dalam Tindak Pidana
Korupsi dan Surat Jaksa Agung Republik Indonesia
Nomor: B-116/A/JA/07/2015 tanggal 31 Juli 2015
tentang Penyelamatan Kerugian Keuangan Negara
dalam Penanganan dan Penyelesaiaan Perkara
Tindak Pidana Korupsi;
d. Perhitungan sisa pidana penjara pengganti atas
pembayaran uang pengganti sebagaimana dalam
huruf b dan huruf c yaitu:
Pidana Penjara
Pengganti
Yang Dijatuhkan
(dikonversi dalam
hitungan hari)
X
x
Pidana Uang
Pengganti
Yang Dijatuhkan
Pidana Uang
Pengganti
Yang Dibayarkan
54
x selanjutnya dijadikan sebagai pengurang dari
pidana penjara pangganti yang dijatuhkan melalui
putusan pengadilan (dalam hitungan hari);
e. Surat Penetapan Pidana Penjara Pengganti (SP4)
yang harus dijalankan oleh terpidana agar
ditembuskan kepada Ketua Pengadilan Negeri yang
mengadili perkara terpidana dan Lembaga
Pemasyarakatan dimana terpidana menjalani
pidananya;
f. Apabila telah dilakukan upaya pencarian harta
benda (asset tracing) milik terpidana namun tidak
dapat ditemukan, maka Tim Pelaksana Eksekusi
memanggil terpidana untuk menagih uang
pengganti pengganti dengan membuat Surat
Panggilan tagihan uang pengganti dan menanyakan
kesanggupan terpidana membayar uang pengganti
perkara tindak pidana korupsi dengan membuat
Surat Pernyataan. Ketidaksanggupan
terpidanamembayar uang pengganti perkara tindak
pidana korupsi harus dilengkapi dengan bukti-bukti
yang dapat dipertanggungjawabkan yang dibuat
oleh pejabat berwenang yang menerangkan hal
tersebut.
11. Dalam hal terpidana menjalani pidana penjara
pengganti,
a. Terpidana membuat Surat Pernyataan
Ketidaksanggupan Melunasi Uang Pengganti
Perkara Tindak Pidana Korupsi dan harus
dilengkapi dengan bukti-bukti yang dapat
55
dipertanggungjawabkan yang dibuat oleh pejabat
berwenang yang menerangkan hal tersebut di depan
Tim Pelaksana Eksekusi;
b. Surat Pernyataan Ketidaksanggupan Melunasi Uang
Pengganti Perkara Tindak Pidana Korupsi wajib
dilampirkan ke dalam berkas perkara dan ke dalam
aplikasi/sistem penanganan perkara secara
teknologi informasi yang ada di Kejaksaan Republik
Indonesia dalam waktu 1x24 Jam setelah Surat
Pernyataan Ketidaksanggupan Melunasi Uang
Pengganti Perkara Tindak Pidana Korupsi tersebut
ditandatangani oleh terpidana;
c. Setelah terpidana selesai menjalani pidana pokok
dan menjalani pidana penjara pengganti, Tim
Pelaksana Eksekusi meminta Surat Keterangan dari
Lembaga Pemasyarakatan dimana terpidana
menjalani pidananya;
d. Keterangan dari Lembaga Pemasyarakatan wajib
dilampirkan ke dalam berkas perkara dan ke dalam
aplikasi/sistem penanganan perkara secara
teknologi informasi yang ada di Kejaksaan Republik
Indonesia dalam waktu 1x24 Jam setelah diterima
oleh Kejaksaan setempat.
12. Dalam hal terpidana meninggal dunia pada saat
menjalani pidana pokok dan Tim Pelaksana Eksekusi
belum menemukan harta benda yang bersangkutan,
maka dalam waktu 7 (tujuh) hari Tim Pelaksana
Eksekusi menyerahkan berkas pelaksanaan eksekusi
kepada Jaksa Pengacara Negara untuk dilakukan
gugatan perdata terhadap ahli warisnya.
56
13. Dalam hal pidana tambahan berupa uang pengganti
dijatuhkan kepada korporasi, maka korporasi diberikan
jangka waktu paling lama 1 (satu) bulan sejak putusan
pengadilan berkekuatan hukum tetap.
14. Jika terpidana korporasi tidak membayar uang
pengganti, maka Tim Pelaksana Eksekusi wajib
melakukan penyitaan terhadap harta milik terpidana
korporasi untuk dieksekusi untuk membayar uang
pengganti.
15. Pelaksanaan eksekusi uang pengganti perkara tindak
pidana korupsi dan penuntasan tunggakan eksekusi
uang pengganti perkara tindak pidana korupsi adalah
kewenangan dan tanggung jawab Kepala Kejaksaan
Tinggi dan Kepala Kejaksaan Negeri yang dilaporkan
kepada pimpinan secara berjenjang.
16. Pelaksanaan eksekusi uang pengganti perkara tindak
pidana korupsi dan penuntasan tunggakan eksekusi
uang pengganti perkara tindak pidana korupsi
dikatakan tuntas apabila:
a. Uang pengganti perkara tindak pidana korupsi telah
dibayar lunas;
b. Terpidana telah selesai menjalani pidana penjara
pengganti;
c. Tim Pelaksana Eksekusi telah melaporkan hasil
pelaksanaan eksekusi uang pengganti perkara
tindak pidana korupsi kepada pimpinan secara
berjenjang;
57
d. Tim Pelaksana Eksekusi telah melampirkan
dokumen-dokumen pelaksanaan eksekusi uang
pengganti perkara tindak pidana korupsi ke dalam
berkas perkara dan ke dalam aplikasi/sistem
penanganan perkara secara teknologi informasi
yang ada di Kejaksaan Republik Indonesia.
BAB II
PENCATATAN DAN PELAPORAN
1. Uang pengganti perkara tindak pidana korupsi
dikeluarkan dari catatan piutang uang pengganti/neraca
keuangan jika terpidana melunasi uang penggantinya
atau terpidana telah selesai menjalani pidana penjara
pengganti sesuai Surat Keterangan dari Lembaga
Pemasyarakatan.
2. Petugas Administrasi mencatat dan merekapitulasi
setiap bulan sehingga dapat diketahui Putusan
Pengadilan yang telah mempunyai kekuatan hukum
tetap yang telah dieksekusi secara tuntas, yang
dieksekusi belum tuntas dan yang belum dieksekusi.
3. Petugas Administrasi dan Tim Pelaksana Eksekusi
berkewajiban menyerahkan dokumen/data dalam
bentuk soft copy kepada Kepala Seksi Tindak Pidana
Khusus untuk paling lama 1 (satu) hari setelah setiap
tindakan eksekusi dilakukan.
4. Penyerahan dokumen/data sebagaimana dimaksud ayat
58
(3) dari Cabang Kejaksaan Negeri kepada Kepala Seksi
Tindak Pidana di Kejaksaan Negeri untuk paling lama 7
(tujuh) hari dengan disesuaikan kondisi geografis
setempat.
5. Kepala Seksi Tindak Pidana Khusus berkewajiban
memberikan dokumen/data dalam bentuk soft copy
kepada operator aplikasi/sistem penanganan perkara
secara teknologi informasi yang ada di Kejaksaan
Republik Indonesia untuk paling lama 1 (satu) hari
setelah setiap tindakan eksekusi dilakukan.
6. Dokumen/Data sebagaimana dimaksud ayat (3)
disesuaikan dengan kebutuhan aplikasi/sistem
penanganan perkara secara teknologi informasi yang
ada di Kejaksaan Republik Indonesia.
Ditetapkan di : Jakarta
pada tanggal :
JAKSA AGUNG REPUBLIK INDONESIA,
BURHANUDDIN
59
D-R-A-F-T
INSTRUKSI
JAKSA AGUNG REPUBLIK INDONESIA
NOMOR …… TAHUN 2020
TENTANG
PENGGUNAAN APLIKASI SISTEM MANAJEMEN PENANGANAN
PERKARA (CASE MANAGEMENT SYSTEM/CMS) DALAM
MANAJEMEN EKSEKUSI
UANG PENGGANTI PERKARA TINDAK PIDANA KORUPSI
JAKSA AGUNG REPUBLIK INDONESIA
Dalam rangka meningkatkan kepercayaan publik
terhadap lembaga Kejaksaan Republik Indonesia dan
menjadikan Kejaksaan Republik Indonesia sebagai lembaga
yang modern, transparan dan berkepastian, maka diperlukan
pelayanan prima dengan obyek pelayanan yang jelas/spesifik,
dapat diukur, dipertanggungjawabkan dan dapat dilaksanakan
serta pelaksanaannya dibatasi dengan jangka waktu tertentu.
Penanganan eksekusi uang pengganti perkara tindak
pidana korupsi sebagai salah satu bentuk pelayanan publik
Kejaksaan Republik Indonesia yang dalam prakteknya
tergantung pada pengetahuan dan kemampuan Jaksa
Eksekutor baik teknis yuridis maupun administrasi penanganan
eksekusi uang pengganti perkara tindak pidana korupsi.
Guna optimalisasi pelaksanaan tugas dan fungsi
60
Kejaksaan Republik Indonesia yang efisien, transparan dan
berbasis teknologi informasi atas tindak lanjut butir keempat
Kebijakan Strategis Kejaksaan Republik Indonesia Tahun 2020-
2024, yakni “Optimalkan Pemanfaatan Teknologi Informasi (TI)
dalam pelaksanaan tugas penegakan hukum Kejaksaan” berupa
pengembangan dan penggunaan aplikasi Sistem Manajemen
Penanganan Perkara (Case Management/CMS) yang ada pada
Pusat Data Statistik Kriminal dan Teknologi Informasi
Kejaksaan Agung, maka diperluas dengan adanya manajemen
eksekusi uang pengganti perkara tindak pidana korupsi yang
berbasis teknologi informasi.
Manajemen eksekusi uang pengganti perkara tindak
pidana korupsi berbasis teknologi informasi adalah tata cara
pelaksanaan eksekusi yang dilaksanakan secara tuntas dan
dapat dipertanggungjawabkan yang terintegrasi secara teknologi
informasi baik dari data maupun proses pelaksanaanya.
Manajemen eksekusi uang pengganti perkara tindak pidana
korupsi berbasis teknologi informasi merupakan suatu sistem
pengelolaan administrasi perkara berbasis bisnis proses
penganganan perkara dan sumber data atau informasi yang
dibangun oleh Kejaksaan Republik Indonesia.
Penggunaan sistem ini juga sebagai poin tertinggi
dalam penilaian kinerja pidana khusus, termasuk dalam
penilaian Wilayah Bebas dari Korupsi (WBK)/Wilayah Birokrasi
Bersih Melayani (WBBM) oleh Tim Reformasi Birokrasi dengan
Kementerian Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi
Birokrasi. Untuk optimalisasi penggunaan Sistem Manajemen
Penanganan Perkara (Case Management System/CMS) Dalam
Manajemen Eksekusi Uang Pengganti Perkara Tindak Pidana
Korupsi, dengan ini menginstruksikan:
61
Kepada : 1. Sekretaris Jaksa Agung Muda Pembinaan;
2. Sekretaris Jaksa Agung Muda Tindak Pidana
Khusus;
3. Kepala Kejaksaan Tinggi;
4. Kepala Kejaksaan Negeri;
5. Kepala Cabang Kejaksaan Negeri.
Untuk :
KESATU : Mewajibkan penanganan eksekusi uang
pengganti perkara tindak pidana korupsi
dilakukan dengan menggunakan Sistem
Manajemen Penanganan Perkara (Case
Management System/CMS) Dalam Manajemen
Eksekusi Uang Pengganti Perkara Tindak Pidana
Korupsi pada Kejaksaan Agung, Kejaksaan
Tinggi, Kejaksaan Negeri dan Cabang Kejaksaan
Negeri terhitung sejak bulan Juli 2020.
KEDUA : Mewajibkan jaksa yang menangani perkara dan
atau Tim Pelaksanaan Putusan Pengadilan untuk
memasukkan seluruh data pada tahapan
pelaksanaan eksekusi uang pengganti perkara
tindak pidana korupsi pada Sistem Manajemen
Penanganan Perkara (Case Management
System/CMS) Dalam Manajemen Eksekusi Uang
Pengganti Perkara Tindak Pidana Korupsi.
KETIGA : Menggunakan data pelaksanaan eksekusi uang
pengganti perkara tindak pidana korupsi yang
ada pada Sistem Manajemen Penanganan
Perkara (Case Management System/CMS) Dalam
Manajemen Eksekusi Uang Pengganti Perkara
62
Tindak Pidana Korupsi sebagai data dukung
dalam pengendalian dan penyelesaian
penanganan perkara hingga tuntas.
KEEMPAT : Direktur, Kepala Kejaksaan Tinggi, Kepala
Kejaksaan Negeri dan Kepala Cabang Kejaksaan
Negeri bertanggung jawab atas akurasi data,
ketepatan waktu entri dan pengendalian mutu
data penanganan perkara.
KELIMA : Memerintahkan kepada Direktur, Kepala
Kejaksaan Tinggi, Kepala Kejaksaan Negeri dan
Kepala Cabang Kejaksaan Negeri untuk
berkoordinasi agar pada saat putusan
berkekuatan hukum tetap (inkracht)
melampirkan putusan lengkap dalam bentuk pdf
untuk digitalisasi data perkara.
KEENAM : Agar Instruksi ini dilaksanakan dengan sungguh-
sungguh dengan penuh tanggung jawab.
Dikeluarkan di : Jakarta
pada tanggal :
JAKSA AGUNG REPUBLIK INDONESIA,
BURHANUDDIN