PROYEK PERUBAHAN INSTANSIONAL PELATIHAN …
Transcript of PROYEK PERUBAHAN INSTANSIONAL PELATIHAN …
LAPORAN
PROYEK PERUBAHAN INSTANSIONAL PELATIHAN KEPEMIMPINAN NASIONAL TINGKAT I
PENGEMBANGAN SISTEM LOGISTIK IKAN NASIONAL KORIDOR MIMIKA – PULAU JAWA
Oleh :
ARTATI WIDIARTI NDH : 13 PKN1/46
KEMENTERIAN KELAUTAN DAN PERIKANAN DIREKTORAT JENDERAL PENGUATAN DAYA SAING PRODUK
KELAUTAN DAN PERIKANAN LEMBAGA ADMINISTRASI NEGARA
JAKARTA 2020
Laporan Proyek Perubahan-13_Artati Widiarti-PKN Tingkat I Tahun 2020 i
KATA PENGANTAR
Puji syukur dipanjatkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan
rahmat dan hidayah-Nya sehingga laporan proyek perubahan dengan judul
“Pengembangan Sistem Logistik Ikan Nasional Koridor Mimika – Pulau Jawa”
dapat disusun dengan baik. Laporan Proyek Perubahan disusun mengacu
pada petunjuk yang telah diberikan pada materi penyusunan laporan proyek
perubahan.
Penyusunan laporan proyek perubahan ini merupakan salah satu tugas
pada Pelatihan Kepemimpinan Nasional Tingkat I yang dilaksanakan di
Lembaga Administrasi Negara, Jakarta. Atas tersusunnya laporan proyek
perubahan ini Penulis mengucapkan terima kasih kepada:
1. Menteri Kelautan dan Perikanan Republik Indonesia, Dr. Edhy Prabowo
selaku Mentor dan Atasan Langsung;
2. Dr. Winantuningtyas TS, selaku Coach;
3. Para widyaiswara, dan narasumber pada Lembaga Adminitrasi Negara,
Jakarta;
4. Para Pejabat Tinggi di Lingkup Kementerian Kelautan dan Perikanan,
Jakarta;
5. Para Pejabat Kementerian/Lembaga terkait kegiatan pada proyek
perubahan
6. Pemerintah Kabupaten Mimika, Provinsi Papua;
7. Seluruh stakeholder dan pemangku kepentingan yang terkait dalam proyek
perubahan
8. Seluruh pegawai lingkup Direktorat Jenderal Penguatan Daya Sainh
Produk Kelautan dan Perikanan; dan
9. Semua pihak yang mendukung tersusunnya laporan proyek perubahan ini
yang tidak dapat disebutkan satu –persatu.
Laporan Proyek Perubahan-13_Artati Widiarti-PKN Tingkat I Tahun 2020 ii
Penulis menyadari laporan proyek perubahan ini masih banyak
kekurangan, sehingga saran dan masukan akan sangat bermanfaat bagi
penyusun. Semoga laporan proyek perubahan ini dapat bermanfaat dan dapat
diterapkan dalam dalam pelaksanaan pekerjaan.
Jakarta, 19 November 2020
Penulis
Laporan Proyek Perubahan-13_Artati Widiarti-PKN Tingkat I Tahun 2020 iii
PELATIHAN KEPEMIMPINAN NASIONAL TINGKAT I
LEMBAGA ADMINISTRASI NEGARA
KEMENTERIAN KELAUTAN DAN PERIKANAN
RINGKASAN EKSEKUTIF
ARTATI WIDIARTI, 13 PKN1/46
PENGEMBANGAN SISTEM LOGISTIK IKAN NASIONAL KORIDOR
MIMIKA – PULAU JAWA
85 Halaman, 14 Bab, 6 tabel, 28 Gambar, 5 Lampiran
Daftar Pustaka: 2 Buku, 1 Website, 11 Peraturan Perundang-undangan
Dalam proyek perubahan ini, penulis mengambil judul “Pengembangan
Sistem Logistik Ikan Nasional Koridor Mimika – Pulau Jawa”. Pengembangan
Sistem Logistik Ikan Nasional (SLIN) menjadi salah satu strategi untuk
meningkatkan ketersediaan komoditas pangan strategis dan sekaligus
memperkuat tata kelola sistem logistik nasional dan konektivitas antarwilayah.
Berdasarkan Best Practices yang telah dilaksanakan, maka konektivitas
wilayah yang masih memerlukan pembenahan adalah Indonesia Timur
sebagai point of origin dan Pulau Jawa sebagai point of destination. Adapun
beberapa permasalahan dalam pengembangan sistem logistik ikan di Mimika
yang menjadi fokus pelaksanaan proyek perubahan adalah kelembagaan
pelaksanaan SLIN baik pengelola maupun operator di koridor Mimika - Jawa
belum ditetapkan, pemasaran Ikan dari Mimika ke Jawa saat ini masih
menggunakan jalur distribusi biasa, belum tertata dan belum efisien, Fasiltas
Pelabuhan Paomako serta fasilitas penyimpanan dan transportasi masih
sangat terbatas, apabila didaratkan di Jawa, kapal dari Pantura Jawa yang
Laporan Proyek Perubahan-13_Artati Widiarti-PKN Tingkat I Tahun 2020 iv
diberi ijin penangkapan di WPP 718 hanya dapat melaut 1 kali (trip) dalam
setahun sehingga tidak efisien dan belum tersedianya sistem informasi hulu
hilir secara real time.
Sehingga dari latar belakang permasalahan tersebut, tahapan
pelaksanaan proyek perubahan ini dilakukan mulai dari persiapan yang
meliputi konsultasi awal dengan atasan langsung/mentor mengenai proyek
perubahan, penyiapan SK tim, dan koordinasi serta kunjungan langsung ke
Kabupaten Mimika. Dilanjutkan dengan konsolidasi di internal Kementerian
Kelautan dan Perikanan, koordinasi ekternal dengan kementerian/lembaga
terkait termasuk dengan para stakekolders, sosialisasi dan Implementasi
Sistem Telusur dan Logistik Ikan Nasional (STELINA) dan Model
Pengembangan Logistik Ikan Koridor Mimika – Pulau Jawa. Adapun hasil yang
telah dicapai dalam jangka pendek dari pelaksanaan proyek perubahan sesuai
dengan target yang ditetapkan adalah tersedianya kajian dan pedoman koridor
SLIN serta penetapan operator & koridor Mimika – Pulau Jawa, tersedianya
sistem informasi hulu hilir secara real time melalui implementasi Sistem
Telusur dan Logistik Ikan Nasional (STELINA), tersedianya dashboard
informasi logistik di Mimika, tersedianya Harga Acuan Pembelian di Tingkat
Nelayan dalam rangka stabilisasi harga dan melindungi nelayan di Mimika agar
tidak mengalami kerugian, tersedianya hasil pengukuran Indeks Kinerja
Logistik Ikan (IKLI), tersedianya draft regulasi tentang terkait Kelembagaan
SLIN dan STELINA dalam draft RPP Sektor kelautan dan perikanan,
Implementasi Sistem Telusur dan Logistik Ikan Nasional (STELINA) koridor
mimika – pulau jawa siap di ujicobakan bersamaan dengan pelaksanaan
koridor mimika – pulau jawa serta apabila koridor mimika – pulau jawa sukses,
maka akan dapat menjadi model (template) pengembangan koridor SLIN
(kelembagaan, tata kelola dan sarpras) pada koridor lainnya.
Untuk jangka menengah dan panjang, tolok ukurnya adalah
terlaksananya peningkatan kapasitas dan stabilisasi sistem produksi serta
konektivitas antara sentra produksi hulu di Mimika, dengan produksi hilir di
Laporan Proyek Perubahan-13_Artati Widiarti-PKN Tingkat I Tahun 2020 v
Pulau Jawa melalui pembukaan dan pelaksanaan Koridor SLIN Mimika – Pulau
Jawa, Penerapan Replikasi model (template) pengembangan koridor SLIN
(kelembagaan, tata kelola dan sarpras) melalui koridor mimika – pulau jawa ke
koridor lainnya di wilayah Indonesia, tersedianya draft usulan Harga Acuan
Pembelian di Tingkat Nelayan dan Harga Acuan Penjualan di Tingkat
Konsumen dan Usulan PSO dalam rangka stabilisasi dan terlaksananya
pengembangan industri pengolahan ikan dan investasi sektor perikanan
secara nasional. Untuk menjaga kesinambungan berjalannya proyek
perubahan ini maka
Untuk menjaga kesinambungan berjalannya proyek ini maka bebeapa
saran rekomendasi adalah Logistik ikan pada dasarnya merupakan
konektivitas dan efisiensi dalam manajemen alur produk, informasi dan capital
sehingga terbangun kesisteman bisnis perikanan dari hulu sampai hilir. Untuk
itu perlu dibangun sinergitas para pihak. Kemudian Implementasi konsepsi dan
kebijakan pengembangan Sistem Logistik Ikan Nasional (SLIN) membutuhkan
7 penggerak utama. Untuk itu, prioritas yang perlu dilakukan adalah
menetapkan kelembagaan SLIN, pengembangan system informasi,
pemenuhan kebutuhan sarana prasarana, koordinasi pemanfaatan tol laut
serta optimalisasi peran jasa logistic dan Sistem Logistik Ikan Nasional (SLIN)
adalah amanah dari berbagai Undang-undang sehingga layak mendapatkan
dukungan lintas sektor dari K/L terkait. Selain itu Infrastruktur logistic hasil
perikanan yang memadai diharapkan dapat menunjang terciptanya efisiensi
tata kelola rantai pasok hasil perikanan. Skema public private partnership
kiranya dapat menjadi alternative mengantisipasi terbatasnya APBN dan
Sinergi dan dukungan antar kelembagaan/lembaga menajdi sangat penting
untuk mendukung efektivitas dan efisiensi pelaksanaan logistic ikan nasional.
Laporan Proyek Perubahan-13_Artati Widiarti-PKN Tingkat I Tahun 2020 vi
DAFTAR ISI
Halaman
KATA PENGANTAR ..................................................................... i
RINGKASAN EKSEKUTIF ............................................................ iii
DAFTAR ISI .................................................................................. vi
DAFTAR TABEL ........................................................................... vii
DAFTAR GAMBAR ....................................................................... viii
1. LATAR BELAKANG .............................................................. 1
2. TUJUAN PROYEK PERUBAHAN ......................................... 6
3. ANALISIS PERMASALAHAN ............................................... 7
4. MANFAAT PROYEK PERUBAHAN ...................................... 10
5. OUTPUT KUNCI ................................................................... 11
6. PENTAHAPAN PROYEK PERUBAHAN ............................... 13
7. TATA KELOLA PROYEK PERUBAHAN ............................... 73
8. PETA SUMBER DAYA ......................................................... 75
9. PENGEMBANGAN SUMDER DAYA ................................... 76
10. STRATEGI KOMUNIKASI ..................................................... 77
11. RESIKO ................................................................................ 79
12. FAKTOR KUNCI KEBERHASILAN ....................................... 80
13. PERSETUJUAN PROJECT SPONSOR ............................... 81
14. PENUTUP ............................................................................ 82
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
Laporan Proyek Perubahan-13_Artati Widiarti-PKN Tingkat I Tahun 2020 vii
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 1. Tahapan Pelaksanaan Proyek Perubahan ................. 13
Tabel 2. Tahapan dan Jadwal Implementasi STELINA di
Koridor Mimika – Jawa ................................................ 29
Tabel 3. Target Kinerja Logistik Ikan Tahun
2020 - 2024 ................................................................. 36
Tabel 4. Tahapan dan Jadwal Persiapan Penghitungan
IKLI Tahun 2020 .......................................................... 37
Tabel 5. Responden IKLI Koridor Mimika – Jawa
(Surabaya / Jakarta) .................................................... 38
Tabel 6. Pelaku Usaha Perikanan Pemilik Cold Storage
Di Kabupaten Mimika .................................................. 52
Laporan Proyek Perubahan-13_Artati Widiarti-PKN Tingkat I Tahun 2020 viii
DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar 1. Komponen SLIN .......................................................... 2
Gambar 2. Rapat Koordinasi Dirjen PDSPKP bersama Direktur
Logistik dan Kepala Dinas Perikanan Kab Mimika ....... 14
Gambar 3.Kunjungan ke Balai Benih Ikan Laut BBIL
Bhuntuka - Mimika ....................................................... 16
Gambar 4. Rapat Pengembangan SKPT Kabupaten Mimika ....... 18
Gambar 5. Kunjungan ke PPI Paumako ...................................... 19
Gambar 6. Kunjungan ke Cold Storage 200 ton ........................... 20
Gambar 7. Diskusi terkait Kondisi Umum WPP 718 ..................... 21
Gambar 8. Rapat Pendahuluan Kajian Koridor SLIN .................. 22
Gambar 9. Konsep Pengembangan Koridor Logistik ................... 24
Gambar10.Pendekatan Pengembangan Koridor berdasarkan
PermenKP Nomor 5 tahun 2014 .................................. 24
Gambar11. Pengembangan Koridor Logistik 2020 - 2021 ............ 25
Gambar12.Nilai Manfaat STELINA bagi Pelaku Usaha dan
Stakeholders Lainnya .................................................. 28
Gambar13.Rapat Persiapan Ujicoba Implementasi Sistem Telusur
Dan Logistik Ikan Nasiobnal di SKPT Mimika .............. 32
Gambar14.Tahapan Inisiasi Metode Penghitungan Indeks
Kinerja Logistik Ikan (IKLI) .......................................... 33
Laporan Proyek Perubahan-13_Artati Widiarti-PKN Tingkat I Tahun 2020 ix
Gambar15. Rapat Optimalisasi Perdagangan Via Tol Laut .......... 42
Gambar16. Rapat Koordinasi Tol Laut .......................................... 42
Gambar17. Flyer Webinar Peran Jasa Logistik ............................. 44
Gambar18. Diskusi pada Webinar Peran Jasa Logistik ............... 47
Gambar19. FGD ASEAN PPP ..................................................... 48
Gambar20.Grafik Jumlah Kapal Penangkap dan Kapal
Pengangkut di Kabupaten Mimika .............................. 50
Gambar21.Grafik Jumlah Ikan yang didaratkan
Di PPI Paumako ......................................................... 51
Gambar22.Koordinasi Rencana Penyerapan Produk
Oleh Operator .............................................................. 53
Gambar23. Koordinasi Kerjasama Operator ................................ 56
Gambar24. Koordinasi Perizinan PPI ........................................... 60
Gambar25. Koordinasi Optimalisasi Distribusi Ikan ...................... 63
Gambar26.FGD Fasilitasi Inisiasi Kerjasama Bagi Stabilisasi
Pasokan dan Ketersediaan Bahan Baku ..................... 69
Gambar27. Struktur Organisasi Proyek Perubahan ..................... 73
Gambar28. Kuadran Kekuatan dan Ketertarikan Stakeholder ...... 78
Laporan Proyek Perubahan-13_Artati Widiarti-PKN Tingkat I Tahun 2020 1
1. LATAR BELAKANG
Tujuan akhir dari pembangunan ekonomi adalah terciptanya
kesejahteraan masyarakat. Pembangunan ekonomi harus dapat memberikan
manfaat bagi seluruh lapisan masyarakat. Oleh karenanya, tingkat
pertumbuhan yang tinggi saja tidak cukup tetapi harus dibarengi dengan
kemerataan (inclusiveness). Pertumbuhan ekonomi yang menyejahterakan
masyarakat harus didukung dengan inflasi yang rendah dan stabil (Bank
Indonesia Institute, 2015). Berdasarkan Peraturan Presiden Nomor 18 Tahun
2020 tentang Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional Tahun
2020-2024 bahwa dalam kurun waktu tahun 2020-2024, kebijakan
pengendalian inflasi diarahkan beberapa hal diantaranya untuk : (i)
meningkatkan ketersediaan komoditas pangan strategis dan (ii) memperkuat
tata kelola sistem logistik nasional dan konektivitas antarwilayah.
Termasuklah pangan yang bersumber dari sektor kelautan dan perikanan
sebagaimana tercantum dalam Pasal 1 angka 1 UU Pangan No 18 tahun
2012 bahwa pangan adalah segala sesuatu yang berasal dari sumber hayati
produk pertanian, perkebunan, kehutanan, perikanan, peternakan, perairan,
dan air baik yang diolah maupun tidak diolah.
Kondisi geografis Indonesia memungkinkan perikanan di Indonesia
dapat menjadi lokomotif ekonomi nasional dan berperan penting dalam
ketahanan pangan dan gizi nasional. Dengan potensi produksi perikanan
sebesar 23.146.147,93 pada tahun 2018 (https://statistik.kkp.go.id), maka
penyelenggaraannya sebagaimana amanah pada UU 18 tahun 2012
dilakukan untuk memenuhi kebutuhan dasar manusia yang memberikan
manfaat secara adil, merata, dan berkelanjutan berdasarkan kedaulatan,
kemandirian dan ketahanan pangan (pasal 3) dan memenuhi keterjangkauan
pangan, kebijakan distribusi; pemasaran; perdagangan; stabilisasi pasokan
dan harga pangan pokok; dan bantuan pangan (pasal 46 ayat (2)). Sejalan
dengan hal tersebut, upaya Kementerian Kelautan dan Perikanan untuk
Laporan Proyek Perubahan-13_Artati Widiarti-PKN Tingkat I Tahun 2020 2
mengoptimalkan pembangunan sektor kelautan dan perikanan sebagaimana
tercantum dalam Rencana Srategis KKP 2020 – 2024 dilaksanakan melalui
misi yang salah satunya adalah “Struktur Ekonomi Yang Produktif, Mandiri,
dan Berdaya Saing melalui Peningkatan Kontribusi Ekonomi Sektor Kelautan
dan Perikanan terhadap Perekonomian Nasional” melalui beberapa kegiatan
seperti penguatan mutu, daya saing dan sistem logistik hasil kelautan dan
perikanan yang diarahkan pada Pertumbuhan Produk Domestik Bruto (PDB)
Perikanan 7,9 % pada tahun 2020 menjadi 8,71% pada tahun 2020, Nilai
ekspor hasil perikanan USD 6,17 miliar pada tahun 2020 menjadi USD 8,00
miliar pada tahun 2024 dan Konsumsi ikan 56,39 kg/kapita/thn pada tahun
2020 menjadi 62,05 kg/kapita/thn pada tahun 2024.
Untuk melaksanakannya tentunya tidak mudah. Pemanfaatan potensi
sumberdaya ikan yang berlimpah di Indonesia belum optimal karena
beberapa permasalahan antara lain sifat ikan yang mudah rusak, musiman,
disparitas sentra produksi dengan konsumen dan industri, kurangnya
ketersediaan sarana rantai dingin serta kurangnya informasi ketersediaan,
musim dan proyeksi produksi ikan. Hal tersebut menyebabkan terjadinya
kelebihan pasokan pada saat panen dan kelangkaan pasokan pada saat
paceklik di wilayah tertentu, sehingga menimbulkan ketidakpastian pasokan
(kuantitas dan kualitas) dan disparitas harga ikan antar wilayah. Faktor
penyebab lainnya adalah mahalnya biaya distribusi.
Salah satu strategi untuk mengatasi permasalahan tersebut adalah
melalui pengembangan Sistem Logistik Ikan Nasional (SLIN) sebagaimana
amanah dalam pasal 18 UU Nomor 32 Tahun 2014 tentang Kelautan yang
menyatakan bahwa “Untuk kepentingan distribusi hasil perikanan, pemerintah
mengatur sistem logistik ikan nasional” dan pasal 33 pada PP Nomor 57
Tahun 2015 tentang Sistem Jaminan Mutu dan Keamanan Hasil Perikanan
Serta Peningkatan Nilai Tambah Produk Hasil Perikanan yang menyatakan
bahwa “dalam rangka Ketersediaan Bahan Baku Industri Pengolahan Ikan
Laporan Proyek Perubahan-13_Artati Widiarti-PKN Tingkat I Tahun 2020 3
dalam negeri, Pemerintah Pusat mengembangkan sistem logistik Ikan
nasional”.
Sistem ini menerapkan tata kelola konektivitas melalui sub sistem
manajemen produksi (proyeksi dan konsolidasi) yang diselaraskan dengan
sub sistem industri dan pasar dengan menerapkan fungsi-fungsi logistik
(pengadaan, penyimpanan, transportasi, distribusi) sebagaimana tercantum
dalam Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan Nomor 5/Permen-KP/2014
Tentang Sistem Logistik Ikan Nasional yang akan terus dikembangkan. Hal
ini juga selaras dgn amanah pasal 27 ayat (1) dan (2) UU Nomor 7 Tahun
2016 Tentang Perlindungan dan Pemberdayaan Nelayan, Pembudi Daya
Ikan, dan Petambak Garam menyatakan bahwa “Pemerintah Pusat dan
Pemerintah Daerah mengembangkan sistem pemasaran Komoditas
Perikanan dilakukan melalui penyimpanan, transportasi, pendistribusian, dan
promosi”.
Gambar 1. Komponen SLIN
Laporan Proyek Perubahan-13_Artati Widiarti-PKN Tingkat I Tahun 2020 4
Selain itu, seiring dengan terbitnya Peraturan Presiden Nomor 71 tahun 2015
yang diubah dengan Peraturan Presiden Nomor 59 tahun 2020 tentang
Penetapan dan Penyimpanan Barang Kebutuhan Pokok dan Barang Penting
dimana ikan termasuk salah satu barang kebutuhan pokok dan barang
penting (Tuna, Tongkol, Cakalang, Kembung dan Bandeng), Pemerintah
berkewajiban untuk menjamin ketersediaan barang kebutuhan pokok dan
barang penting dengan harga yang terjangkau. Untuk menjamin ketersediaan
dan kestabilan harga barang kebutuhan pokok dan barang penting,
pemerintah dapat melakukan intervensi pasar dengan menetapkan kebijakan
Penetapan Harga Pembelian Pemerintah (HPP) dan harga referensi di
tingkat konsumen, mengendalikan stok dan melakukan operasi pasar. Hal
tersebut juga merupakan amanah dalam Penjelasan pasal 25 ayat (1) huruf a
pada UU Nomor 7 Tahun 2016 Tentang Perlindungan dan Pemberdayaan
Nelayan, Pembudi Daya Ikan, dan Petambak Garam bagi Pemerintah Pusat
dan Pemerintah Daerah untuk menjamin kepastian usaha yang salah satu
upaya penciptaan kondisi yang menghasilkan harga Ikan yang
menguntungkan bagi Nelayan dan Pembudi Daya Ikan dapat dilakukan
melalui penetapan Harga Pembelian Pemerintah untuk Ikan.
Berdasarkan Best Practices yang telah dilaksanakan, maka
konektivitas wilayah yang masih memerlukan pembenahan adalah Indonesia
Timur sebagai point of origin dan Pulau Jawa sebagai point of destination.
Kebutuhan ikan kembung dan layang di pulau Jawa sangat tinggi untuk
pemenuhan pengolahan pindang, warung “tegal”, rumah makan “padang”
dan pasar tradisional. Produksi kedua jenis ikan tersebut melimpah di
Indonesia timur namun logistiknya belum terkelola dengan baik sehingga
pasokan ke pulau Jawa tidak kontinyu, dan untuk mengisi kekosongan
pasokan dipenuhi dengan impor ikan sejenis. Memperhatikan hal tersebut,
kami mengusulkan proyek perubahan dengan judul “PENGEMBANGAN
SISTEM LOGISTIK IKAN NASIONAL KORIDOR MIMIKA – PULAU JAWA”.
Laporan Proyek Perubahan-13_Artati Widiarti-PKN Tingkat I Tahun 2020 5
Pertimbangannya antara lain Kabupaten Mimika berada di WPP 718
yang mempunyai potensi 2,64 juta ton/tahun (dimana ikan pelagis kecil
dengan JTB 669.579 ton/tahun). Mengacu kepada RPJMN 2020 – 2024,
pembangunan dan pemanfaatan perikanan akan berbasis kepada Wilayah
Pengelolaan Perikanan (WPP) dan juga selaras dengan Instruksi Presiden
Nomor 9 tahun 2017 tentang Percepatan Pembangunan di Papua. Selain itu,
Kabupaten Mimika merupakan salah satu Sentra Kelautan dan Perikanan
Terpadu (SKPT) yang merupakan program prioritas KKP tahun 2015-2019.
Progress di SKPT Mimika cukup menggembirakan dan apabila didukung
dengan sistem logistik ikan, maka sektor perikanan akan dapat menghela
pertumbuhan ekonomi Kabupaten tersebut serta meningkatkan dan
mempercepat proses industrialisasi perikanan termasuk di wilayah pulau jawa
sebagaimana amanah pada Instruksi Presiden Nomor 7 tahun 2016 dan
Peraturan Presiden Nomor 3 tahun 2017 tentang Percepatan Industrialisasi
Perikanan sekaligus mendukung pencapaian kinerja KKP dalam rangka
meningkatkan kesejahteraan masyarakat dan meningkatkan kinerja logistic
nasional, memperbaiki iklim investasi, serta meningkatkan daya saing
perekonomian nasional sebagaimana tujuan Penataan Ekosistem Logistik
Nasional dalam Instruksi Presiden Nomor 5 tahun 2020 tentang Penataan
Ekosistem Logistik Nasional.
Laporan Proyek Perubahan-13_Artati Widiarti-PKN Tingkat I Tahun 2020 6
2. TUJUAN PROYEK PERUBAHAN
Adapun tujuan proyek perubahan yang diusulkan dalam Pengembangan
Sistem Logistik Ikan Nasional Koridor Mimika – Pulau Jawa ini tersegmen
atas tujuan jangka pendek, jangka menengah dan jangka panjang.
A. Tujuan Jangka Pendek
Tujuan jangka pendek yang akan dicapai adalah :
1. Terselenggaranya pengembangan logistik ikan nasional koridor
Mimika – Pulau Jawa melalui kajian dan pedoman koridor SLIN serta
Penetapan operator & koridor mimika – pulau jawa;
2. Efisiensi rantai pasokan serta informasi pasar dari hulu sampai dengan
hilir melalui pengembangan dan implementasi Sistem Telusur dan
Logistik Ikan Nasional (STELINA) koridor mimika – pulau jawa;
3. Penerapan harga acuan dalam rangka stabilisasi Harga Pokok
Pembelian (HPP) di Mimika;
4. Pengukuran Indeks Kinerja Logistik Ikan (IKLI); dan
5. Penataan peraturan perundang-undangan terkait Kelembagaan SLIN
dan STELINA
B. Tujuan Jangka Menengah
Tujuan jangka menengah yang akan dicapai adalah :
Meningkatnya kapasitas dan stabilisasi sistem produksi dan pemasaran
ikan kembung dan layang di Mimika dan Pulau Jawa, serta konektivitas
antara sentra produksi hulu di Mimika, dan produksi hilir di Pulau Jawa
melalui pembukaan dan pelaksanaan koridor Mimika – Pulau Jawa.
C. Tujuan Jangka Panjang
Tujuan jangka panjang yang akan dicapai adalah :
1. Penerapan harga acuan dalam rangka stabilisasi Harga Pembelian
Pemerintah (HPP); dan
2. Berkembangnya industri pengolahan ikan dan investasi sektor
perikanan secara nasional.
Laporan Proyek Perubahan-13_Artati Widiarti-PKN Tingkat I Tahun 2020 7
3. ANALISIS PERMASALAHAN
Beberapa permasalahan yang menjadi tantangan dalam
pengembangan logistik ikan nasional koridor Mimika – Pulau Jawa ini adalah
sebagai berikut :
A. Kelembagaan pelaksanaan SLIN baik pengelola maupun operator di
koridor Mimika – Pulau Jawa belum ditetapkan.
Salah satu strategi pelaksanaan SLIN sebagaimana tercantum dalam
pasal 6 pada Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan Nomor
5/Permen-KP/2014 Tentang Sistem Logistik Ikan Nasional adalah
pengembangan kelembagaan di bidang perikanan. Yang dimana dalam
pengembangan kelembagaannya juga belum ditetapkan baik di tingkat
pemerintah pusat, provinsi, dan kab/kota serta penunjukan operator
utama dan pendukung ditingkat pelaku usaha termasuk kelembagaan di
koridor Mimika – Pulau Jawa. Selain itu dalam pasal 27 ayat (1) dan (2)
pada UU Nomor 7 Tahun 2016 Tentang Perlindungan dan Pemberdayaan
Nelayan, Pembudi Daya Ikan, dan Petambak Garam dinyatakan bahwa
untuk menjamin kepastian usaha Nelayan, dan Pembudi Daya Ikan,
Pemerintah Pusat menugasi badan atau lembaga yang menangani
Komoditas Perikanan yang berfungsi untuk menjamin ketersediaan Ikan,
mendukung sistem logistik Ikan dan mewujudkan harga Ikan yang
menguntungkan bagi Nelayan, dan Pembudi Daya Ikan. Sampai saat ini,
badan atau lembaga dimaksud belum ditetapkan sehingga berimplikasi
terhadap belum optimalnya pelaksanaan SLIN secara nasional.
B. Pemasaran Ikan dari Mimika ke Pulau Jawa saat ini masih menggunakan
jalur distribusi biasa, belum tertata dan belum efisien.
Sebagaimana sudah tertera pada bab-bab sebelumnya bahwa Mimika
yang merupakan Sentra Kelautan dan Perikanan Terpadu (SKPT) masuk
dalam WPP 718. Perkiraan untuk potensi ikan kembung yang masuk
Laporan Proyek Perubahan-13_Artati Widiarti-PKN Tingkat I Tahun 2020 8
kategori barang pokok dan ikan layang sebagai substitusi yaitu sekitar
600 ribu ton/tahun. Sedangkan ikan kembung dan laying sebagai bahan
baku ikan pindang merupakan pilihan favorit masyarakat luas dengan
kebutuhan bahan baku sekitar 553 ribu ton per tahun. Kebutuhan ikan
kembung dan layang sangat tinggi untuk kebutuhan pemindangan,
warung “tegal” dan rumah makan “padang” terutama di pulau Jawa. Saat
ini supply ikan tidak kontinyu sehingga kelangsungan bisnis pengolahan
dan konsumsi ikan kembung dan ikan layang terganggu dan mendorong
permintaan produk substitusi impor. Saat ini pasokan ikan kembung dan
layang dari Mimika sekitar 210-700 ton/bulan didistribusikan dengan jalur
tradisional sehingga tidak ada jaminan kepastian pasokan ikan. Selain itu,
upaya-upaya untuk pemanfaatan ikan belum optimal dan hanya diambil
gelembungnya.
C. Fasiltas Pelabuhan Paomako serta fasilitas penyimpanan dan transportasi
masih sangat terbatas.
Pelabuhan Niaga di daerah Mimika memiliki infrastruktur yang masih
terbatas pada kesiapan penanganan container berukuran 20 ft (satuan
teus). Kebutuhan Refer Container merupakan syarat utama dalam
mendistribusikan hasil perikanan yang lebih terjaga mutunya dari
kecepatan pembusukan. Sehingga pengembangan jaringan logistik serta
konsolidasi muatan dan peningkatan kapasitas jalur distribusi akan
mendorong konektivitas. Selain itu, dalam pengembangan koridor logistik
ikan Mimika – Pulau Jawa, maka pengembangan fungsi pelabuhan
Mimika dari sekedar pusat pelayanan pendaratan ikan menjadi pusat
pelayanan logistik akan membuat hasil pemanfaatan sumberdaya ikan
menjadi lebih optimal.
D. Apabila didaratkan di Jawa, kapal dari Pantura Jawa yang diberi ijin
penangkapan di WPP 718 hanya dapat melaut 1 kali (trip) dalam setahun
sehingga tidak efisien. Sehingga perlu adanya perbaikan dari sisi usaha
Laporan Proyek Perubahan-13_Artati Widiarti-PKN Tingkat I Tahun 2020 9
penangkapan ikan khususnya yang terkait dalam cakupan
pengembangan logistic ikan koridor mimika – pulau jawa.
E. Belum tersedianya sistem informasi hulu hilir secara real time.
Saat ini, sistem informasi yang terintegrasi dan mudah diakses yang dapat
menampilkan jumlah kedatangan kapal, jumlah, ukuran dan jenis ikan
yang didaratkan, stok ikan yang tersedia dan lainnya untuk meningkatkan
transaksi jual-beli ikan di SKPT Mimika belum tersedia. Terbatasnya
informasi tersebut menyebabkan kurangnya minat penyedia jasa logistik
untuk menambah jadwal pengangkutan ikan sehingga berpengaruh pada
masih tingginya biaya logistik dari SKPT Mimika.
Laporan Proyek Perubahan-13_Artati Widiarti-PKN Tingkat I Tahun 2020 10
4. MANFAAT PROYEK PERUBAHAN
Adapun manfaat yang akan di dapatkan dari proyek perubahan ini
adalah sebagai berikut :
A. Jaminan serapan pasar bagi produsen ikan kembung dan layang di
Mimika melalui SKPT yang semakin berkembang dan perekonomian
tumbuh;
B. Jaminan pasokan ikan kembung dan layang di pulau Jawa melalui
keberlangsungan usaha pemindangan, konsumsi ikan pindang,
pemenuhan kebutuhan warung tegal dan rumah makan padang; dan
C. Stabilisasi harga ikan bahan pokok (kembung dan layang) khususnya di
Mimika.
Laporan Proyek Perubahan-13_Artati Widiarti-PKN Tingkat I Tahun 2020 11
5. OUTPUT KUNCI
Ukuran akhir dari berhasilnya proyek perubahan ini adalah
meningkatnya kinerja organisasi Kementerian Kelautan dan Perikanan
secara keseluruhan. Kinerja merupakan gambaran mengenai tingkat
pencapaian pelaksanaan suatu kegiatan /program/kebijaksanan dalam
mewujudkan sasaran, tujuan, misi dan visi organisasi yang tertuang dalam
perumusan perencanaan strategis (Strategic planning) suatu organisasi.
Dalam jangka pendek, output keberhasilan proyek perubahan dilakukan
dengan melihat setiap segmen yang menjadi tolok ukur yaitu :
1. Tersedianya kajian dan pedoman koridor SLIN serta penetapan operator
& koridor Mimika – Pulau Jawa;
2. Tersedianya sistem informasi hulu hilir secara real time melalui
implementasi Sistem Telusur dan Logistik Ikan Nasional (STELINA) dalam
rangka sebagai efisiensi rantai pasokan serta informasi pasar dari hulu
sampai dengan hilir dengan koridor Mimika – Pulau Jawa sebagai pilot
project ;
3. Tersedianya harga acuan dalam rangka stabilisasi Harga Pokok
Pembelian (HPP) di Mimika ;
4. Tersedianya hasil pengukuran Indeks Kinerja Logistik Ikan (IKLI)
5. Tersedianya regulasi tentang terkait Kelembagaan SLIN dan STELINA;
dan
6. Tersedianya model (template) pengembangan koridor SLIN
(kelembagaan, tata kelola dan sarpras) melalui koridor mimika – pulau
jawa;
Dalam jangka menengah dan panjang, output keberhasilan proyek
perubahan dilakukan dengan melihat setiap segmen yang menjadi tolok ukur
yaitu :
Laporan Proyek Perubahan-13_Artati Widiarti-PKN Tingkat I Tahun 2020 12
1. Terlaksananya peningkatan kapasitas dan stabilisasi sistem produksi
serta konektivitas antara sentra produksi hulu di Mimika, dengan produksi
hilir di Pulau Jawa melalui pembukaan dan pelaksanaan Koridor SLIN
Mimika – Pulau Jawa;
2. Penerapan Replikasi model (template) pengembangan koridor SLIN
(kelembagaan, tata kelola dan sarpras) melalui koridor mimika – pulau
jawa ke koridor lainnya di wilayah Indonesia;
3. Terlaksananya penerapan harga acuan dalam rangka stabilisasi Harga
Pembelian Pemerintah (HPP); dan
4. Terlaksananya pengembangan industri pengolahan ikan dan investasi
sektor perikanan secara nasional.
Laporan Proyek Perubahan-13_Artati Widiarti-PKN Tingkat I Tahun 2020 13
6. PENTAHAPAN PROYEK PERUBAHAN
Adapun pelaksanaan dari tiap tahapan dalam proyek perubahan dapat
dilihat sebagaimana tabel 1.
No Tahapan Kegiatan Alokasi Waktu
1 Kunjungan ke Mimika: mapping kondisi terbaru, rapat dengan Pemda, pelaku usaha, pencarian alternatif pembiayaan pembangunan (CSR Freeport)
Agustus 2020
2 Konsolidasi Internal KKP A. Pembahasan model (template) pengembangan
koridor SLIN (kelembagaan, tata kelola dan sarpras) melalui koridor mimika – pulau jawa dan penetapan pedoman koridor SLIN
B. Penetapan operator dan koridor Mimika dan Pulau Jawa
C. Pengembangan Sistem Telusur dan Logistik Ikan Nasional (STELINA)
D. Penetapan harga pokok pembelian di Mimika E. Pelaksanaan Pengukuran Indeks Kinerja Logistik
Ikan F. Rapat pembahasan penataan peraturan terkait
Penyelenggaraan SLIN dan STELINA
September – Oktober 2020
3 Koordinasi EksternaI KKP A. Sinergi Kelembagaan dalam Pelaksanaan Tol
Laut dan Sislognas B. Optimalisasi Perdagangan Via Tol Laut C. Rapat Koordinasi Tol Laut D. Webinar Peran Jasa Logistik
September - Minggu ke I
November 2020
6 Implementasi Sistem Telusur dan Logistik Ikan Nasional (STELINA) dan model (template) pengembangan koridor SLIN (kelembagaan, tata kelola dan sarpras) melalui koridor mimika – pulau jawa
Oktober – Minggu ke I November
2020
7 - Konsultasi hasil pelaksanaan proyek perubahan - Penyusunan draft laporan Proyek Perubahan
Minggu ke I November 2020
Tabel 1. Tahapan Pelaksanaan Proyek Perubahan
Laporan Proyek Perubahan-13_Artati Widiarti-PKN Tingkat I Tahun 2020 14
1. Kunjungan Ke Mimika
Pada tahapan ini, dilaksanakan rapat koordinasi awal antara Dirjen
Penguatan Daya Saing Produk Kelautan dan Perikanan (PDSPKP)
bersama Direktur logistik dengan Kepala Dinas Perikanan Kabupaten
Mimika pada tanggal 27 agustus 2020. Pembahasan bertujuan untuk
mengetahui perkembangan sektor kelautan dan perikanan di kabupaten
Mimika sebagai koridor
logistic yang akan
dikembangkan. Pada
tanggal 31 Agustus - 02
September 2020
dilaksanakan Penguatan
Logistik Hasil Kelautan
dan Perikanan dengan
lokasi Timika, Kabupaten
Mimika, Provinsi Papua.
A. kunjungan kerja ke Balai Benih Ikan Lokal (BBIL) Bhintuka
Kabupaten Mimika
Dari hasil kunjungan didapatkan beberapa hal sebagai berikut :
1) Secara kelembagaan BBIL Bhintuka adalah Unit Pelaksana Teknis
Daerah (UPTD) pada Dinas Perikanan Kabupaten Mimika;
2) Kebijakan Pembangunan Nasional pada sektor Kelautan dan
Perikanan khususnya budidaya diwujudkan dalam visi :
mewujudkan perikanan budidaya yang mandiri, berdaya saing dan
berkelanjutan berbasis kepentingan nasional;
3) Kabupaten Mimika memiliki potensi budidaya yang cukup besar
dengan tingkat pemanfataan masih kecil, yang terdiri dari
Gambar 2. Rapat Koordinasi Dirjen PDSPKP
bersama Direktur Logistik dan Kepala Dinas
Perikanan Kabupaten Mimika
Laporan Proyek Perubahan-13_Artati Widiarti-PKN Tingkat I Tahun 2020 15
Air tawar, luas perairan 12.250 Ha, potensi produksi lestari
173,10 ton/tahun
Air payau
- Intensif, luas perairan 8.000 s/d 11.000 Ha, potensi produksi
lestari 76.725 ton/tahun
- Semi Intensif, luas perairan 3.250 Ha, potensi produksi
lestari 10.305 ton/tahun
- Tradisonal, luas perairan 3.800 Ha, potensi produksi lestari
3.990 ton/tahun
4) Mengacu pada arah kebijakan dan potensi tersebut maka Dinas
Perikanan Kabupaten Mimika akan melakukan revitalisasi BBIL
Bhintuka dan pembinaan pembudidaya ikan air tawar.
Konsekwensi dari peningkatan usaha budidaya menyebabkan
terjadinya peningkatan kebutuhan akan benih, pakan dan wadah
pemeliharaan dalam jumlah besar. Benih dan pakan bermutu
sangat penting bagi kelanjutan keberhasilan usaha budidaya itu
sendiri. Upaya untuk mendukung keberhasilan kegiatan usaha
perbenihan dan pembesaran adalah ketersediaan benih yang
memenuhi persyaratan tepat jenis, tepat jumlah, tepat mutu, tepat
ukuran, tepat waktu, tepat tempat dan tepat harga. Juga perlu
didukung dengan wadah pemeliharaan serta pengairan yang
memenuhi standar teknis budidaya.
5) Untuk maksud diatas dalam rangka mendukung operasional BBIL
Bhintuka akan diusulkan beberapa kegiatan melalui percepatan
pembangunan SKPT Kabupaten Mimika. Sentra Kelautan dan
Perikanan Terpadu, yang selanjutnya disingkat SKPT adalah pusat
bisnis kelautan dan perikanan terpadu mulai dari hulu sampai ke
hilir berbasis kawasan.
6) Ditjen PDSPKP c.q. Direktorat Logistik berkomitmen terus
mengembangkan SKPT Mimika yang menjadi tanggung jawab
Laporan Proyek Perubahan-13_Artati Widiarti-PKN Tingkat I Tahun 2020 16
pengelolaannya melalui kegiatan intervensi langsung penyediaan
fasilitas, pembinaan pelaku, monitoring serta bersama Dinas KP
melakukan koordinasi lintas K/L terkait.Komitmen pengembangan
ini bertujuan untuk meningkatkan keterlibatan masyarakat lokal
Papua ke dalam usaha perikanan berkelanjutan serta sebagai
pionir penarik investasi usaha perikanan di wilayah khususnya di
Kabupaten Mimika dan Provinsi Papua pada umumnya.
7) Kegiatan pembangunan di SKPT Mimika diarahkan tidak hanya
bertumpu pada kegiatan perikanan tangkap dan penguatan daya
saing tapi juga dapat bersinergi dengan kegiatan perikanan
budidaya.
Gambar 3. Kunjungan ke Balai Benih Ikan Laut BBIL Bhuntuka - Timika
Laporan Proyek Perubahan-13_Artati Widiarti-PKN Tingkat I Tahun 2020 17
B. Rapat pengembangan sentra kelautan dan perikanan terpadu
(SKPT) Kabupaten Mimika;
Adapun hasil rapat koordinasi pengembangan SKPT Mimika adalah :
1) Sesuai arahan Dirjen PDS bahwa Ditjen PDS berkomitmen terus
mengembangkan SKPT Mimika yang menjadi tanggung jawab
pengelolaannya melalui kegiatan intervensi langsung penyediaan
fasilitas, pembinaan pelaku, monitoring serta bersama Dinas KP
melakukan koordinasi lintas K/L terkait (Site Plan SKPT Mimika
sebagaimana lampiran 1)
2) Komitmen pengembangan ini bertujuan untuk meningkatkan
keterlibatan masyarakat lokal Papua ke dalam usaha perikanan
berkelanjutan serta sebagai pionir penarik investasi usaha
perikanan di wilayah Paumako khususnya serta di Kab. Mimika.
3) Ditjen PDS melalui Direktorat Logistik telah menyediakan fasilitas
berupa: 2 unit cold storage, kapal dan alat penangkap ikan, ice
flake machine, dermaga tambat labuh (apung), cool box, chest
freezer, dan peralatan pengolahan,
4) Berdasarkan laporan, tingkat pemanfaatan fasilitas yang diadakan
di SKPT termanfaatkan penuh dan sesuai kinerja SKPT Mimika
berada dalam level kemandirian 4.
5) Pihak Dinas Perikanan Kabupaten Mimika Mengapresiasi
intervensi Ditjen PDS di SKPT Mimika sejak 2017. Pemerintah
daerah akan melanjutkan simultan kegiatan di SKPT dalam bentuk
pembangunan pasar di luar PPI Paumako, renovasi TPI Paomako,
koordinasi pemanfaatan lahan dengan Dinas Pariwisata untuk
wisata mangrove, monitoring pemanfaatan fasilitas, pendataan
aktivitas dan pembinaan pelaku usaha serta mengusulkan kegiatan
tambahan di SKPT Mimika baik di zona inti (perbaikan dermaga,
mess nelayan) maupun zona pendukung termasuk kegiatan terkait
budidaya ikan di Balai Benih Ikan.
Laporan Proyek Perubahan-13_Artati Widiarti-PKN Tingkat I Tahun 2020 18
6) Sedangkan pihak Perinus berkomitmen memanfaatkan aset dari
Ditjen PDS dan sudah melakukan kegiatan trading ikan,
menampung ikan dari nelayan kecil sedang dalam proses
perolehan HAACP untuk mendukung ekspor komoditas seperti
kembung, tenggiri dan baramundi.
C. Kunjungan kerja ke lokasi SKPT Mimika
Dari kunjungan kerja ini didapatkan hal sebagai berikut :
1) Lokasi PPI Pomako berada pada kawasan Industri Perikanan
Kabupaten Mimika dengan luas 65 Ha, pelabuhan perikanan
(dermaga dan kantor pelabuhan perikanan) adalah bagian kecil
dari kawasan industri perikanan;
2) kawasan Industri Perikanan Kabupaten Mimika masuk dalam Tata
Ruang Wilayah Kabupaten MImika;
Gambar 4. Rapat Pengembangan SKPT Kabupaten Mimika
Laporan Proyek Perubahan-13_Artati Widiarti-PKN Tingkat I Tahun 2020 19
3) Status pelabuhan perikanan Paomako di dalam kawasan Industi
Perikanan belum ditentukan;
4) Sentra Kelautan dan Perikanan Terpadu (SKPT) Kabupaten Mimka
telah mendapat persetujuan Ijin Prinsip Bupati Mimika untuk
membangun dilokasi kawasan industri seluas 49,6 Ha;
5) Proses penyerahan asset terkait kewenangan pengelolaan PPI
Paomako masih dalam proses’;
6) Pemerintah Daerah Provinsi Papua telah melantik Kepala UIPTD
PPI Paomako sebagai UPTD Dinas Kelautan dan Perikanan
Provinsi Papua;
7) Proses penyerahan asset pelabuhan perikanan Paomako belum
disertai dengan penyerahan SDM (koodinator PPI dan 10 orang
tenaga honorer). Koordinator PPI Paomako yang di beri
kewenangan Dinas Perikanan Kabupaten Mimika masih
menjalankan tugasnya;
8) Pemerintah Kabupaten Mimika hanya akan melepaskan asset
pelabuhan perikanan berupa dermaga dan kantor pelabuhan;
9) Diharapkan pemerintah daerah baik Provinsi Papua dan kabupaten
Mimika untuk duduk bersama untuk menyelesaikan proses serah
terima pengelolaan pelabuhan perikanan sesuai Undang-Undang
Nomor 23 Tahuin 2014 tentang Pemerintahan Daerah.
Gambar 5. Kunjungan ke PPI Paumako
Laporan Proyek Perubahan-13_Artati Widiarti-PKN Tingkat I Tahun 2020 20
Gambar 6. Kunjungan ke Cold Storage 200 Ton
Laporan Proyek Perubahan-13_Artati Widiarti-PKN Tingkat I Tahun 2020 21
D. Diskusi Terkait Kondisi Umum Perikanan WPP 718 dengan
Peneliti BRSDMKP dan Penyuluh Perikanan di Timika
Diskusi terkait kondisi umum perikanan Wilayah Pengelolaan
Perikanan (WPP) 718 Laut Aru, Laut Arafura dan Laut Timor Bagian
Timur, dengan peneliti Balai Riset Sumber Daya Manusia Kelautan
dan Perikanan (BRSDM) dan Penyuluh Perikanan tanggal 26 Oktober
2020 di Timika, dengan hasil sebagai berikut:
1) Peneliti BRSDM (Ibu Dina dan Ibu Ana) secara khusus mengamati
penurunan stok udang dan ikan layang di WPP 718 di tahun 2020
ini;
2) Untuk udang, secara umum terdapat penurunan produksi di thn
2020 namun masih memerlukan validitas data;
3) Produksi layang menurut pantauan lapangan masih tersedia dari
hasil tangkapan jaring purse seine. Peneliti BRSDM sempat turun
ke kapal yg sedang memuat layang dengan kontainer. Dinamika
kiriman ikan dari Mimika terjadi saat nelayan balik ke Juwana
sehingga kapal angkut ikan kosong;
4) Direktorat Logistik akan melanjutkan diskusi lebih detail dengan
BRSDM terkait peta musim ikan perikanan di WPP 718 dan
khususnya di SKPT Mimika untuk perencanaan kegiatan di tahun
mendatang;
5) Direktorat Logistik juga mengharapkan Dinas KP Kab Mimika dapat
menugaskan penyuluh perikanan membantu kegiatan pendataan
dan diseminasi kegiatan di SKPT Mimika kepada stakeholders.
Gambar 7. Diskusi terkait Kondisi Umum WPP 718
Laporan Proyek Perubahan-13_Artati Widiarti-PKN Tingkat I Tahun 2020 22
2. Konsolidasi Internal KKP
Pembahasan model (template) pengembangan koridor SLIN
(kelembagaan, tata kelola dan sarpras) melalui koridor mimika – pulau jawa
dan penetapan pedoman koridor SLIN ini dilaksanakan dari bulan agustus sampai
dengan oktober 2020
A. Pembahasan model (template) pengembangan koridor SLIN
(kelembagaan, tata kelola dan sarpras) melalui koridor mimika –
pulau jawa dan penetapan pedoman koridor SLIN
Kajian pendahuluan
pengembangan logistic ikan
koridor dilaksanakan pada
tanggal 27 agustus 2020.
Kemudian dilanjutkan dengan
pembahasan kajian koridor
SLIN yang didalamnya
termasuk koridor Mimika –
Pulau Jawa.
Hasil kajian Koridor Logistic Nasional
Dalam pengelolaan usaha, proses logistik merupakan bagian dari sistem
rantai pasok yang diperlukan dari setiap tahapan dalam sistem bisnis,
termasuk dalam sistim bisnis perikanan. Oleh karenanya Peraturan Menteri
Kelautan dan Perikanan No.5/2014 dinyatakan bahwa Sistem Logistik Ikan
Nasional, yang selanjutnya disingkat SLIN, adalah sistem manajemen rantai
pasokan ikan dan produk perikanan, bahan dan alat produksi, serta informasi
mulai dari pengadaan, penyimpanan, sampai dengan distribusi, sebagai
suatu kesatuan dari kebijakan untuk meningkatkan kapasitas dan stabilisasi
sistem produksi perikanan hulu-hilir, pengendalian disparitas harga, serta
untuk memenuhi kebutuhan konsumsi dalam negeri.
Gambar 8. Rapat Pendahuluan Kajian
Koridor SLIN
Laporan Proyek Perubahan-13_Artati Widiarti-PKN Tingkat I Tahun 2020 23
SLIN merupakan satu konsep sistemik yang mencakup beberapa proses atau
aktivitas dalam keseluruhan entitas hulu-hilir dalam sistem bisnis perikanan.
Sehingga komponen SLIN mencakup entitas hulu dan hilir yang meliputi
Pengadaan, Penyimpanan, Transportasi dan Distribusi. Pelaksanaan SLIN
sesuai dengan Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan nomor 5 tahun
2014 SLIN dilakukan melalui pendekatan komoditas, wilayah/kawasan dan
konektifitas.
Pendekatan komoditas yang digunakan dalam pelaksanaan SLIN antara lain
adalah komoditas unggulan seperti bahan pokok (bapok) yang terdiri dari
Tuna, Tongkol, Cakalang, Bandeng dan Kembung, komoditas untuk
kebutuhan pemindangan seperti layang, kembung dan tongkol dan komoditas
untuk ekspor seperti udang, Tongkol, Tuna dan Cakalang (TTC)
Penentuan daerah yang memiliki potensi dalam penyediaan bahan baku ikan,
yang disebut dengan Pusat Produksi/Pusat Pengumpulan serta daerah yang
berfungsi dalam penyaluran kepada unit pengolahan dan konsumsi yang
disebut dengan Pusat Distribusi, merupakan salah kriteria yang digunakan
dalam pendekatan wilayah/Kawasan. Penentuan wilayah/Kawasan untuk
pelaksanan SLIN berdasarkan Wilayah Pengelolaan Perikanan (WPP),
Sentra Budidaya, Sentra Kelauran dan Perikanan Terpadu (SKPT), dan pusat
industri perikanan.
Pendekatan Konektivitas menekankan pada aspek keterhubungan antara
Origin to Destination yang dalam konteks pelaksanan SLIN di Indonesia,
adalah menghubungkan Pusat Produksi/Pengumpulan dengan Pusat
Distribusi dalam trayek atau jalur dari simpul pelabuhan dengan
menggunakan sarana transportasi.
Dari beberapa kriteria dan pendekatan yang digunakan pelaksanaan SLIN
serta berdasarkan Best Practices implementasi SLIN tahap awal, maka
konektivitas wilayah yang masih memerlukan pembenahan adalah Indonesia
Timur sebagai Pusat Produksi dan Pengumpulan dan Pulau Jawa sebagai
Pusat Distribusi. Wilayah Maluku, Papua, Sulawesi merupakan daerah
Laporan Proyek Perubahan-13_Artati Widiarti-PKN Tingkat I Tahun 2020 24
pengelolaan perikanan yang belum teroptimalkan secara penuh, sedangkan
Pulau Jawa merupakan daerah padat penduduk yang merupakan pusat dari
permintaan nasional dan unit pengolah ikan (UPI) sehingga harus memenuhi
kebutuhannya yang cukup tinggi sampai keluar daerah Jawa. Koneksi antar
daerah yang secara timbal balik saling membutuhkan dan dapat mendorong
pengembangan ekonomi daerah dilakukan pendekatan penataan dalam jalur
koridor.
Gambar 9. Konsep Pengembangan Koridor Logistik
Gambar 10. Pendekatan Pengembangan Koridor berdasarkan
PermenKP Nomor 5 tahun 2014
Laporan Proyek Perubahan-13_Artati Widiarti-PKN Tingkat I Tahun 2020 25
Penentuan koridor sebagaimana telah ditetapkan dalam PermenKP Nomor 5
tahun 2014 tentang SLIN dilakukan melalui pendekatan wilayah/ daerah,
pendekatan komoditas dan pendekatan konektivitas, serta
mempertimbangkan volume distribusi domestik.
Berdasarkan hasil studi dengan mempertimbangkan pendekatan-pendekatan
tersebut diatas maka direkomendasikan untuk ditentukan koridor-koridor
impementasi SLIN antara lain ;
1. Koridor Kendari –Surbaya/Jakarta; (Komoditas unggulan : TTC dan
Layang)
2. Koridor Makassar –Surabaya/Jakarta; (Komoditas unggulan: Bandeng
dan Udang vaname)
3. Koridor Bitung –Surabaya/ Jakarta; (Komoditas unggulan : Layang, TTC)
4. Koridor Ambon –Surabaya/ Jakarta; (komoditas ungggulan : Tuna dan
Layang)
5. Koridor Mimika –Surabaya /Jakarta; (Komoditas unggulan :Layang dan
Kembung)
Gambar 11. Pengembangan Koridor Logistik 2020 - 2021
Laporan Proyek Perubahan-13_Artati Widiarti-PKN Tingkat I Tahun 2020 26
Untuk menunjang keberhasilan implementasi SLIN, perlu dilakukan hal-
hal sebagai berikut :
1. Penetapan operator utama SLIN melalui Keputusan Dirjen PDSPKP,
sesuai dengan kapasitas, core bussines dan ketentuan perundangan
yang berlaku lainnya
2. Menetapkan Pusat Produksi/ Pengumpulan dari daerah Mimika, Bitung,
Kendari, Makassar dan Ambon dan Pusat Distribusi Jakarta dan
Surabaya/Lamongan yang selanjutnya menjadi Koridor SLIN.
3. Melakukan penguatan dan pengembangan sistem data dan informasi
pada Koridor logistik yang ditetapkan secara real time, akurat dan
tervalidasi.
4. Melakukan evaluasi kinerja logistik ikan dengan pengukuran aspek aspek
logistik secara periodik, untuk mengukur tingkat keberhasilan koridor
SLIN melalui indeks kinerja logistik ikan (IKLI).
5. Dukungan bantuan sarana dan prasarana logistik
6. Dukungan beberapa kementerian/lembaga terkait maupun pemerintah
daerah (pemda) setempat. Sebagai contoh, di beberapa pelabuhan
perikanan masih terkendala masalah infrastruktur dasar, seperti air
bersih dan listrik. Selain itu, aksesibilitas menuju pelabuhan kurang
memadai.
7. Melakukan pengembangan koridor lain secara bertahap sesuai
pendekatan SLIN
Dari hasil kajian koridor ini, kemudian dilanjutkan dengan penetapan
pedoman koridor logistic sebagai pegangan bagi pelaksana pengembangan
koridor logistic termasuk di koridor Mimika dan Pulau Jawa. Adapun
pedomannya terdapat pada lampiran 2.
Laporan Proyek Perubahan-13_Artati Widiarti-PKN Tingkat I Tahun 2020 27
B. Penetapan operator dan koridor Mimika dan Pulau Jawa
Dalam pelaksanaan SLIN, penetapan operator dan koridor menjadi
sangat penting. Dimana operator yang di tunjuk akan melaksanakan SLIN
sesuai dengan tugasnya dan koridor yang ditetapkan akan menjadi lokus
pelaksanaan kegiatan SLIN ini sehingga bisa memudahkan juga dalam
koordinasi antara pemerintah pusat, daerah dan operator pelaksana. Untuk
penetapan operator dan koridor Mimika dan Pulau Jawa sebagaimana pada
lampiran 3.
C. Pengembangan Sistem Telusur dan Logistik Ikan Nasional
(STELINA)
Ketelusuran (traceability) merupakan isu yang sedang berkembang
saat ini di pasar global di bidang perikanan. Ketertelusuran menjadi bagian
penting dalam rantai distribusi suatu produk pangan sebagai salah satu
upaya penjaminan kualitas dan keamanan suatu produk dan telah diterapkan
pada banyak negara. Tujuan utama dari sistem ketertelusuran adalah untuk
mencatat dan mendokumentasikan suatu produk termasuk seluruh bahan
yang digunakan dalam proses produksinya, hingga proses pengolahan
sampai produk terdistribusi kepada konsumen.
Produsen harus memiliki catatan dan mendokumentasikan informasi
yang berkaitan dengan produknya mulai dari bahan baku, proses pengolahan
selama distribusi/ penyimpanan, pemasaran hingga ke tangan konsumen
agar suatu produk dapat ditelusuri riwayat asal maupun rantai distribusinya
dengan mudah. Dengan demikian, dalam sistem ketertelusuran diperlukan
metode yang handal untuk menelusuri riwayat asal-usul suatu bahan pangan,
proses produksi, pengemasan, distribusi/ transportasi sampai kepada
konsumen.
Sebagai antisipasi terhadap perkembangan pasar global yang
menuntut ketertelusuran produk hasil perikanan yang berkelanjutan dan
upaya harmonisasi keterpaduan rantai pasok hulu hilir di dalam negeri, Ditjen
Laporan Proyek Perubahan-13_Artati Widiarti-PKN Tingkat I Tahun 2020 28
PDSPKP mengembangkan Sistem Telusur dan Informasi Logistik Ikan
Nasional (STELINA). Sistem tersebut bertujuan menfasilitasi pelaku usaha
perikanan meliputi nelayan/pembudidaya, pemasok, Unit Pengolahan Ikan
(UPI) dan eksportir dalam pencatatan melakukan secara mandiri pada setiap
transaksi dari aktivitas pengadaan, penyimpanan dan distribusi ikan sehingga
menjadi catatan transaksi yang terstandard dan dapat ditelusuri. Bagi
pemerintah, catatan ketertelusuran produk perikanan juga dapat digunakan
untuk mengetahui neraca ikan yang memuat informasi jenis ikan dan berapa
banyak ikan tersedia pada waktu dan lokasi tertentu.
SKPT Mimika merupakan salah satu sentra kelautan yang dianggap berhasil
dengan berkembangnya sektor perikanan dan perekonomian. Untuk
meningkatkan jaminan serapan dan keamanan pangan yang persyaratkan
pasar domestik dan ekspor, perlu dilakukan inovasi berupa implementasi
STELINA di Koridor Mimika – Jawa. Dalam rangka implementasi tersebut,
Direktorat Logistik telah menyusun tahapan dan jadwal pelaksanaan kegiatan
pada Tabel 2.
Gambar 12. Nilai Manfaat STELINA bagi Pelaku Usaha dan Stakeholders Lainnya
Laporan Proyek Perubahan-13_Artati Widiarti-PKN Tingkat I Tahun 2020 29
Tabel 2. Tahapan dan Jadwal Implementasi STELINA di Koridor Mimika – Jawa
KEGIATAN OKT NOV DES
M2 M3 M4 M1 M2 M3 M4 M1 M2 M3 M4
1. Pembentukan Tim Pokja
Tim pokja bertugas untuk memastikan pelaksanaan STELINA
Memberikan rekomendasi UPI dan pemasok yang akan terlibat dalam pelaksanaan
Memberi rekomendasi calon petugas pendamping/ validator
2. Pendalaman Bisnis Proses Ketertelusuran dan Logistik Ikan di Koridor Mimika – Jawa
3. Penyesuaian Bisnis Proses pada Prototype Aplikasi STELINA
4. Sosialisasi dan Pelatihan Prototype Aplikasi STELINA
Pengenalan aplikasi STELINA
Pelatihan penginputan data pada aplikasi STELINA
5. Pendampingan dan Penginputan Data pada Prototype Aplikasi STELINA
6. Penyusunan Tampilan Informasi Ketertelusuran dan Logistik Ikan (Dashboard) Koridor Mimika – Jawa
Pada tahapan awal implementasi STELINA di Koridor Mimika – Jawa,
Direktorat Logistik, Ditjen PDSPKP pada tanggal 12 Oktober 2020 telah
melaksanakan rapat koordinasi dengan Dinas Perikanan Kabupaten Mimika
dan Perwakilan Pelaku Usaha di SKPT Mimika melalui daring (zoom
meeting). Adapun beberapa hal yang dibahas pada rapat tersebut adalah
sebagai berikut :
Laporan Proyek Perubahan-13_Artati Widiarti-PKN Tingkat I Tahun 2020 30
1. Rapat dibuka oleh Direktur Logistik. SKPT Mimika merupakan salah satu
sentra kelautan yang dianggap berhasil dengan berkembangnya sektor
perikanan dan perekonomian. Namun demikian, untuk meningkatkan
jaminan serapan dan keamanan pangan yang persyaratkan pasar
domestik dan ekspor, perlu dilakukan inovasi berupa implementasi
STELINA di SKPT Mimika. Untuk mewujudkan hal tersebut maka
diperlukan sinergi antara pemerintah pusat, pemerintah daerah dan pelaku
usaha terkait dukungan penyediaan data dan informasi ketertelusuran dan
logistik ikan serta identifikasi pelaku yang akan dilibatkan pada ujicoba
implementasi STELINA di SKPT Mimika.
2. Kasubdit Pemetaan dan Pemantauan dalam paparannya menyampaikan
beberapa hal sebagai berikut :
a. Rapat hari ini dilaksanakan sebagai upaya koordinasi awal penerapan
inovasi ujicoba implementasi STELINA di SKPT Mimika.
b. Ditjen Penguatan Daya Saing Produk KP telah membangun dan
mengembangkan Prototype STELINA yang merupakan sistem informasi
ketelusuran ikan dan produk perikanan nasional untuk memfasilitasi
para pelaku usaha perikanan dalam pencatatan ketertelusuran dan
logistik ikan dan produk hasil perikanan secara elektronik untuk
penguatan data dan jaminan produk serta pemenuhan kebijakan dan
regulasi negara tujuan ekspor.
c. Pelaku usaha yang akan terlibat dalam STELINA meliputi Nelayan/
Pembudidaya, Pemasok, UPI, Eksportir/Importir
d. STELINA dirancang untuk memberikan nilai manfaat bagi para pelaku
usaha dan stakeholders lainnya
e. Direktorat Logistik telah menyusun tahapan dan jadwal pada ujicoba
implementasi STELINA
3. Perwakilan Dinas Perikanan Kab. Mimika menyampaikan siap mendukung
pelaksanaan ujicoba implementasi STELINA di SKPT Mimika, namun
demikian diperlukan surat penugasan dari pusat terkait keperluan
Laporan Proyek Perubahan-13_Artati Widiarti-PKN Tingkat I Tahun 2020 31
identifikasi pelaku yang akan terlibat dan penunjukan validator dalam
implementasi STELINA.
4. Terkait dengan bisnis proses perikanan di SKPT Mimika, peserta rapat
menyampaikan beberapa hal sebagai berikut :
a. Bahan baku ikan untuk cold storage dan UPI di SKPT Mimika umumnya
berasal dari kapal-kapal kecil di bawah 10 GT (kapal 10 GT, 5 GT dan 3
GT).
b. Terdapat 2 (dua) jenis pola pemasaran ikan yaitu 1) nelayan kecil –
pengumpul – UPI, dan 2) nelayan kecil – UPI.
c. Jenis pengolahan ikan yang dilakukan oleh UPI berupa pembekuan,
sorting dan packing dalam bentuk whole round.
d. Untuk jenis ikan kembung dan lainnya, UPI langsung membeli ke
nelayan kecil untuk menjaga kualitas. Sedangkan untuk udang
umumnya ditangkap di daerah kepulauan sehingga UPI memperoleh
bahan baku dari pengumpul.
e. Dinas Perikanan Mimika belum melakukan pencatatan produksi secara
langsung di PPI Poumako karena masih menunggu Perda TPI. Dinas
memperoleh catatan produksi dari kantor administrasi Pelabuhan yang
berasal dari PSDKP, Syahbandar dan Karantina. Namun demikian,
masih sering terjadi perbedaan volume produksi dari kondisi riil yang
didaratkan nelayan (laporan produksi lebih kecil dari hasil bongkar
kapal).
f. Perwakilan Satker BKIPM Mimika menyampaikan hasil perikanan
mimika belum ada yang ekspor langsung. Saat ini sedang dilakukan
evaluasi terhadap rencana ekspor yang akan dilakukan oleh Perinus.
5. Terkait dengan poin 4 di atas, maka perlu dilakukan penyesuaian pada
Prototype Aplikasi STELINA terhadap proses bisnis perikanan di SKPT
Mimika (Aplikasi STELINA sebagamana lampiran 4)
Laporan Proyek Perubahan-13_Artati Widiarti-PKN Tingkat I Tahun 2020 32
Penyusunan Dashboard Informasi Logistik di Mimika yang memuat informasi
antara lain a) Data statis seperti jumlah kapal, profil supplier dan UPI, Jasa
kogistik yang beroperasi di Mimika, data sarana dan prasarana logistik dll b)
Data Dinamis yang memuat data produksi, stok, data keluar masuk ikan
D. Penetapan harga pokok pembelian di Mimika
Harga Acuan Pembelian di Tingkat nelayan/pembudidaya adalah
harga pembelian di tingkat Nelayan/Pembudidaya. dengan
mempertimbangkan struktur biaya yang wajar. Penghitungan Harga Acuan
Pembelian di Tingkat Nelayan akan digunakan sebagai acuan operator
Koridor Mimika Jawa untuk melakukan pembelian dari Nelayan. Tujuan
penerapan harga ini adalah agar nelayan tidak mengalami kerugian.
Penghitungan harga acuan di tingkat nelayan dilakukan melalui beberapa
tahap yaitu a) pada tanggal 9 Oktober 2020 telah dilakukan rapat koordinasi
yang melibatkan akademisi IPB dan dihadiri oleh Dinas Kelautan dan
Perikanan Kabupaten Mimika, para pelaku usaha (nelayan, supplier dan UPI)
di Kabupaten Mimika. Rapat koordinasi ini bertujuan untuk menyamakan
persepsi pentingnya penetapan Harga Acuan Pembelian di Tngkat Nelayan
dan mengidentifikasi data yang dibutuhkan untuk menghitung harga Acuan
Gambar 13. Rapat Persiapan Ujicoba Implementasi Sistem Telusur dan Logistik Ikan
Nasional (STELINA) di SKPT Mimika
Laporan Proyek Perubahan-13_Artati Widiarti-PKN Tingkat I Tahun 2020 33
Pembelian di tingkat nelayan, b) Pengumpulan data sekunder melalui surat
permohonan data dari Direktur Logistik kepada Kepala Dinas Kelautan dan
Perikanan Kabupaten Mimika c) Pengumpulan data primer yang dilakukan
dengan wawancara langsung kepada para nelayan dan pelaku usaha di
Mimika pada tanggal 25 – 27 Oktober 2020 d) Penghitungan Harga Acuan
Pembelian di tingkat Nelayan untuk komoditas barang kebutuhan pokok yang
diperluas ke kelompok ikan pelagis kecil yang ada di Mimika (Kembung,
Tongkol dan Layang). Penghitungan ini akan selesai pada tanggal 14
November 2020
E. Pelaksanaan Pengukuran Indeks Kinerja Logistik Ikan (IKLI)
Metode penghitungan Indeks Kinerja Logistik Ikan (IKLI) ini dirancang
untuk mengukur performa sistem logistik ikan yang berjalan dari suatu koridor
mulai titik asal (origin) sampai ke titik tujuan (destination). Pengukuran IKLI
mencakup 5 (lima) dimensi yaitu 1. Pengelolaan Pengadaan Hasil Perikanan,
2. Efisiensi, 3. Konektivitas, 4. Manfaat dan 5. Tata Kelola. Hasil pengukuran
IKLI diharapkan menjadi sarana evaluasi kinerja dan perumusan kebijakan
pada dimensi mana perbaikan dilakukan sehingga dapat meningkatkan
kinerja sistem logistik ikan di suatu koridor yang telah diukur.
Gambar 14. Tahapan Inisiasi Metode Penghitungan Indeks Kinerja Logistik Ikan (IKLI)
Laporan Proyek Perubahan-13_Artati Widiarti-PKN Tingkat I Tahun 2020 34
Tujuan dari dimensi yang diukur pada penghitungan IKLI yaitu sebagai
berikut :
1. Pengelolaan Pengadaan Hasil Perikanan
Dimensi ini memberikan gambaran tentang ketersediaan data dan
informasi untuk perencanaan produksi dan pengadaan ikan sebagai
panduan untuk proses distribusi. Atribut pembentuk dimensi ini meliputi:
1) ketersediaan data produksi ikan,
2) kebutuhan ikan untuk konsumsi lokal,
3) kebutuhan ikan untuk industri pengolahan,
4) data ikan masuk dan keluar,
5) jumlah ikan yang bisa diangkut oleh penyedia jasa logistik,
6) jumlah sarana penyimpanan yang dimiliki pemerintah dan swasta (CS,
Gudang RL)
2. Efisiensi
Dimensi ini memberikan memberikan gambaran tingkat penggunaan
sumberdaya (resource) dibandingkan dengan output/manfaat yang
diperoleh. Atribut pembentuk dimensi ini meliputi:
1) biaya distribusi dari tempat asal (lokasi muat) ke tempat tujuan (gudang
penerimaan),
2) lama waktu tunggu yang diperlukan untuk mengirim produk (lead time),
3) lama waktu pengangkutan ikan dari lokasi muat sampai dengan
pelabuhan muat,
4) lama waktu pengangkutan ikan dari pelabuhan muat sampai dengan
pelabuhan tujuan
5) lama waktu pengangkutan ikan dari pelabuhan tujuan sampai dengan
gudang penerimaan
6) biaya penyimpanan (CS, Gudang RL) yang dimiliki pemerintah dan
swasta
Laporan Proyek Perubahan-13_Artati Widiarti-PKN Tingkat I Tahun 2020 35
3. Konektivitas
Dimensi ini memberikan gambaran terkait konektivitas sehingga pelaku
logistik mendapatkan kemudahan untuk mendistribusikan barang dan
proses logistik menjadi berkembang. Atribut pembentuk dimensi ini
meliputi:
1) ketersediaan sarana pengangkutan yang terjangkau oleh pelaku logistik
dari lokasi muat sampai dengan lokasi gudang penerimaan tanpa
mengurangi kualitas ikan
2) frekuensi pengangkutan laut (shipping line) dari lokasi asal ke lokasi
tujuan
3) daya muat pengangkutan dari lokasi asal ke lokasi tujuan
4) tersedia rute pengangkutan (shipping line), sehingga pelaku logistik
dapat segera mengangkut ikan
5) kualitas pelayanan untuk distribusi ikan dari lokasi muat sampai gudang
konsumen yang dicirikan oleh volume ikan yang mengalami penurunan
kualitas
6) sarana pengangkutan laut (shipping line) memiliki fleksibilitas terhadap
perubahan volume komoditas yang diangkut
7) tersedia sistem ketertelusuran barang sehingga memudahkan
perencanaan, penjadwalan dan penyediaan fasilitas seperti gudang,
kendaraan pengangkutan dll
4. Manfaat
Dimensi ini memberikan gambaran sistem logistik memberikan nilai
tambah bagi proses perencanaan dan distribusi ikan, sehingga ekonomi
lokal berkembang baik. Atribut pembentuk dimensi ini meliputi:
1) permasalahan distribusi (keterlambatan pengiriman, kerusakan kiriman
dan klaim asuransi), apakah sistem logistik membantu menyelesaikan
permasalahan
2) sistem logistik mampu mengatasi kelebihan pasokan dan kelebihan
permintaan di wilayah sekitarnya
Laporan Proyek Perubahan-13_Artati Widiarti-PKN Tingkat I Tahun 2020 36
3) sistem logistik ikan berperan bagi pengembangan ekonomi daerah
5. Tata Kelola
Dimensi ini memberikan gambaran pengaruh kunci penggerak utama
Sistem Logistik Ikan Nasional (SISLOGNAS) terhadap komponen Sistem
Logistik Ikan Nasional (SLIN). Atribut pembentuk dimensi ini meliputi
pengaruh dari masing-masing key driver SISLOGNAS (Regulasi,
Teknologi Informasi dan Komunikasi, Manajemen Sumber Daya Manusia
dan Pelaku & Penyedia Jasa Logistik) terhadap komponen SLIN
(Pengadaan, Penyimpanan, Transportasi dan Distribusi).
Formulasi penghitungan IKLI adalah sebagai berikut:
Di mana :
IKLI = Indeks Kinerja Logistik Ikan (%)
IDp = Indeks Dimensi Pengelolaan Pengadaan Hasil Perikanan (%)
IDe = Indeks Dimensi Efisiensi (%)
IDk = Indeks Dimensi Konektivitas (%)
IDm = Indeks Dimensi Manfaat (%)
IDtk = Indeks Dimensi Tata Kelola (%) (0.15, 0.3, 0.25, 0.1, & 0.2) = merupakan bobot antar dimensi diperoleh melalui penilaian (judgment) dari pakar dan anggota tim indeks menggunakan metode pairwise comparison
Tabel 3. Target Kinerja Logistik Ikan Tahun 2020 - 2024
INDIKATOR 2020 2021 2022 2023 2024
Kinerja Logistik Hasil Perikanan
52 54 56 58 60
Pada tahun anggaran 2020, pengukuran IKLI dibatasi pada
pengiriman ikan yang dilakukan melalui jalur laut (reefer container) pada 4
(empat) Koridor Logistik Ikan, yaitu:
IKLI = (0.15 𝑥 𝐼𝐷𝑝) + (0.3 𝑥 𝐼𝐷𝑒) + (0.25 𝑥 𝐼𝐷𝑘) + (0.1 𝑥 𝐼𝐷𝑚) + (0.2 𝑥 𝐼𝐷𝑡𝑘)
Laporan Proyek Perubahan-13_Artati Widiarti-PKN Tingkat I Tahun 2020 37
1) Bitung – Surabaya/Jakarta,
2) Kendari – Surabaya/Jakarta,
3) Mimika – Surabaya/Jakarta,
4) Kupang – Surabaya/Jakarta
Dalam rangka persiapan penghitungan IKLI tahun 2020, Direktorat Logistik,
Ditjen PDSPKP telah menyusun tahapan dan jadwal sebagai berikut :
Tabel 4. Tahapan dan Jadwal Persiapan Penghitungan IKLI Tahun 2020
NO KEGIATAN WAKTU PELAKSANAAN
JUNI JULI AGS SEP OKT NOV DES
1 Pembentukan Tim
2 Penyempurnaan Kuesioner
3 Identifikasi Calon Responden
4 Pelatihan Enumerator
5 Wawancara Responden
6 Pengolahan Data
7 Pembahasan Hasil (Pleno)
8 Ekspose Hasil
Untuk mengukur kinerja sistem logistik yang berjalan di koridor agar
sesuai dengan fakta di lapangan, maka responden IKLI harus memiliki
pengetahuan dan pengalaman pengiriman ikan melalui jalur laut. Adapun
responden IKLI merupakan perwakilan dari Dinas KP Provinsi/Kab/Kota,
Otoritas Pelabuhan, Penyedia Jasa Logistik, Pemilik Ikan (Supplier dan UPI)
dan Akademisi. Pengumpulan data dan informasi dilakukan melalui
wawancara dengan kuesioner tertutup untuk mengetahui persepsi responden
terhadap sistem logistik ikan yang saat ini berjalan di koridor yang diukur.
Sebagai pertimbangan dalam pleno pembahasan hasil penghitungan IKLI,
enumerator perlu menggali data dan informasi tambahan atas pilihan
jawaban yang diberikan oleh responden.
Laporan Proyek Perubahan-13_Artati Widiarti-PKN Tingkat I Tahun 2020 38
Dalam penghitungan IKLI tahun 2020, Direktorat Logistik melibatkan
perwakilan Dinas KP Provinsi (Sulut, Sultra, NTT dan Papua) dan Dinas
Perikanan Kabupaten Mimika. Perwakilan dinas turut serta mulai dari
penyempurnaan kuesioner, identifikasi responden, wawancara responden
hingga pembahasan hasil IKLI. Sehubungan dengan situasi pandemi covid
19, wawancara dengan responden akan dilakukan oleh petugas terpilih yang
telah diberikan pelatihan pengenalan kuesioner dan wawancara responden
dari perwakilan Dinas KP di koridor yang akan diukur.
Untuk penghitungan kinerja logistik ikan di koridor Mimika – Jawa
(Surabaya/ Jakarta), calon responden yang akan di wawancara dapat dilihat
pada Tabel 5.
Tabel 5. Responden IKLI Koridor Mimika – Jawa (Surabaya/ Jakarta)
NO NAMA INSTANSI
1 Yerna Bintan Kate Dinas Perikanan Kab. Mimika
2 Eligius Maturbongs Dinas Perikanan Kab. Mimika
3 Denny. M. Koromath Penanggung Jawab Wilker Timika – BKIPM Timika
4 - UPP Poumako
5 Salasa Makian PT Perinus Unit Timika
6 Heddy PT Soyo Aji Perkasa
7 Djab Adi Sumali CV Lucky Surya Timur
8 Mochamad Asmunir Perorangan - Supplier Ikan
9 Richard Chandra UD Arafura
10 Hani Rahmat Ulupalu PT Rukma Padaya Trans
11 Iqbal Ansory PT Meratus Line
12 Slamet Sampurno PT Salam Pasific Indonesia Lines (Spil)
13 Ali Mony PT Minatama Mutiara
Laporan Proyek Perubahan-13_Artati Widiarti-PKN Tingkat I Tahun 2020 39
F. Pembahasan penataan peraturan terkait Penyelenggaraan SLIN dan
STELINA
Sebagaimana tercantum dalam Undang-Undang Nomor 11 Tahun
2o2o Tentang Cipta Kerja bahwa salah satu tujuan dari pembentukan
undang-undang ini yaitu melakukan penyesuaian berbagai aspek pengaturan
yang berkaitan dengan peningkatan ekosistem investasi, kemudahan dan
percepatan proyek strategis nasional yang berorientasi pada kepentingan
nasional yang berlandaskan pada ilmu pengetahuan dan teknologi nasional
dengan berpedoman pada haluan ideologi Pancasila.
Dalam pelaksanaannya, salah satu sektor yang masuk dalam kategori sektor
untuk memberikan kemudahan bagi masyarakat terutama Pelaku Usaha
dalam mendapatkan perizinan Berusaha dan kemudahan persyaratan
investasi adalah sektor kelautan dan perikanan. Untuk melaksanakan
ketentuan dalam Undang-Undang Cipta Kerja, salah satu amanahnya yang
dilakukan adalah penyusunan Rancangan Peraturan Pemerintah (RPP)
tentang Pelaksanaan Undang-Undang Cipta Kerja Pada Sektor Kelautan dan
Perikanan selama bulan oktober 2020. Salah satu substansi yang di usulkan
oleh Ditjen PDSPKP dalam RPP ini adalah SLIN dan STELINA. Adapun draft
RPP Sektor Kelautan dan Perikanan sebagaimana lampiran 5.
3. Rapat Koordinasi di Eksternal KKP
Dalam rangka mendorong pemanfaatan angkutan produk perikanan
melalui jalur tol laut dari kawasan Indonesia Bagian Timur menuju wilayah
Barat, pemerintah yg terdiri dari Kementerian dan Lembaga bersama BUMN
dan pemilik modal transportasi menyelaraskan jenis produk, waktu, jumlah,
dan tujuan. Selain itu, hal penting yg perlu diselaraskan adalah konsolisasi
komoditas (Kelautan dan Perikanan) untuk arus balik. Dengan demikian,
akan dapat dicapai efisiensi demi tercipta daya saing produk Kelautan dan
Perikanan.
Laporan Proyek Perubahan-13_Artati Widiarti-PKN Tingkat I Tahun 2020 40
Kementerian Kelautan dan Perikanan mendorong pengelola tol laut,
agar dapat mempertimbangkan melewati jalur-jalur Sentra Kelautan dan
Perikanan Terpadu (SKPT), sehingga produk yg dihasilkan di titik-titik
tersebut dapat diangkut dan dipasarkan sesuai tujuan akhirnya. Beberapa
rapat koordinasi yang sudah dilaksanakan dengan pihak ekternal KKP yaitu
diantaranya adalah :
A. Rapat Koordinasi Sinergi Kelembagaan dalam Pelaksanaan Tol Laut
dan Sislognas
Rapat Koordinasi ini dilaksanakan secara virtual pada tanggal 30 September
2020 yang dipimpin langsung oleh Menteri Koordinator Bidang Kemarintiman
dan Investasi dan dihadiri oleh Menteri Perdagangan, Menteri Perhubungan,
Menteri Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal, dan Transmigrasi, Menteri
Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat, Wakil Menteri BUMN, Eselon 1
Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian, Eselon 1 Kementerian
Kelautan dan Perikanan, Dirjen PSDKP didampingi Direktur Logistik, Eselon
1 Kementerian Keuangan, Direktur Utama Pelindo 2, INSW dan lembaga
terkait lainnya.
Menteri Koordinator Kemaritiman dan Investasi dalam pembukaan acara
meminta agar masing-masing K/L sesuai tugas fungsinya dapat mendukung
keberhasilan tol laut dan sislognas agar dapat mendorong kebutuhan
masyarakat akan sandang pangan yg lebih berdaya saing sekaligus
mendukung ekspor. Merespon pernyataan Menko Bidang Kemaritiman dan
Investasi, tiap K/L kemudian memaparkan program dan kegiatannya masing-
masing sebagai berikut :
1) Menteri Perhubungan menyatakan bahwa seiring dengan kebutuhan
masyarakat, program Tol Laut terus mengalami peningkatan dan
pengembangan seperti trayek yang bertambah, jumlah muatan yang
makin meningkat, maupun kapasitas kapal yang makin besar. Selain itu,
melalui program Tol Laut ini diharapkan dapat terjadi keseimbangan
Laporan Proyek Perubahan-13_Artati Widiarti-PKN Tingkat I Tahun 2020 41
perdagangan antara wilayah barat dan timur sehingga diperlukan
jaringan kapal, rute pelayaran, fasilitas pelabuhan yang memadai,
konektivitas antar moda yang baik dan transparansi biaya logistik di
setiap lini kegiatan pergerakan barang. Menteri Perhubungan juga
menyampaikan, berdasarkan evaluasi Implementasi Tol Laut di Provinsi
Maluku, di ketahui bahwa rata-rata frekuensi pelayaran tol laut pada 9
titik singgah sebanyak 6-9 kali dengan muatan balik komoditas ikan beku
sebesar 22,27% dari total muatan. Selain itu, Dirjen Perhubungan Laut
memaparkan dashboard tol laut yang bisa dilihat jadwalnya rutin oleh
pelaku usaha dan pihak-pihak yang berkepentingan.
2) Menteri Perdagangan menyatakan bahwa Kementerian Perdagangan
berkomitmen untuk menjalankan fungsi pengawasan dan pemantauan
barang yang diangkut dalam tol laut. Menteri Perdagangan juga
memohon K/L pemilik komoditas/barang daat menginformasikan
ketersediaan barang untuk menghindari empty back cargo.
3) Menteri Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal, dan Transmigrasi
menyataan bahwa akan fokus pada pembinaan kepada PEMDA dalam
pengawasan distribusi Bakpoting, pengawasan harga dan pemberdayaan
BUMD/BUMDES/Koperasi desa sebagai sentra logistik melalui
mekanisme kerjasama.
4) Menteri Komunikasi an Informasi, memastikan jaringan komunikasi dan
dukungan konsep IoT (internet of things) di wilayah-wilayah terpencil
tercover dengan baik.
5) Menteri Dalam Negeri siap memasukkan dalam rencana kerja
pemerintah derah (RKPD) terkait penyiapan barang dan komoditas lokal
mendukung tol laut.
6) KKP melalui Dirjen PSDKP menyampaikan dukungan KKP melalui
kegiatan-kegiatan pengembangan wilayah di di 12 Sentra Kelautan
Perikanan Terpadu (SKPT). Dirjen PSDKP mengharapkan kiranya
seluruh SKPT dapat dilalui kapal tol laut agar produksi hasil perikanan
Laporan Proyek Perubahan-13_Artati Widiarti-PKN Tingkat I Tahun 2020 42
dapat terdistribusi sesuai tujuan. KKP melalui BKIPM juga siap
mempercepat kinerja pengurusan dokumen ekspor dan impor
berkolaborasi dengan para pihak mengacu kepada National Logistic
Ecosystem (NLE).
B. Rapat Pembahasan Optimalisasi Perdagangan Via Tol Laut
Rapat Pembahasan dilaksanakan pada tanggal 06 Oktober 2020 yang
dipimpin Direktur Sarana Distribusi Dan Logistik, Kementerian Perdagangan
dan dihadiri wakil-wakil dari Kemenkomarvest, Kominfo, Kemen ESDM,
Kemhub, Kemenkeu/Bea Cukai, Kemendes, Kementan, dan KKP cq Ditjen
PDS serta INSW. Rapat ini adalah
tindak lanjut arahan Menkomarvest
terkait integrasi National Logistics
Ecosystem (NLE). Peran dan kontribusi
tiap K/L dibahas termasuk pertukaran
data potensi komoditas, suplier,
infrastruktur, kesisteman antar K/L dan
lain sebagainya.
C. Rapat Koordinasi Tol Laut
Rapat Koordinasi Tol Laut dengan tema "Merajut Konektivitas untuk
Mewujudkan Asa, Majukan Indonesia" dilaksanakan dari tanggal 26 – 27
Oktober 2020. Keynote speech adalah
Menteri Perhubungan RI dengan
Narasumber yang hadir diantaranya
Direktur Logistik - KKP, Perwakilan
Kemenkomarves, Kemendag,
BAPPENAS, Kemen BUMN, PT. Pelindo,
Kemendes, Kementan, Kemenkeu,
Kemen PUPR, Kemen ESDM, Kemenko,
Gambar 15. Rapat Optimalisasi
Perdagangan Via Tol Laut
Gambar 16. Rapat Koordinasi Tol
Laut
Laporan Proyek Perubahan-13_Artati Widiarti-PKN Tingkat I Tahun 2020 43
Kemenperin dan Kemendag. Tujuan dari acara ini memberikan edukasi
kepada masyarakat tentang Program Strategis Nasional yaitu ToL Laut
dalam angkutan Barang, sehingga harapannya pemerintah pusat dan daerah
dapat bersama menetapkan route dan trayek sesuai karakteristik dan
kewilayahannya.
Dalam diskusi, KKP menyampaikan 4 (empat) rekomendasi Optimalisasi
Program Tol Laut di Lokasi SKPT sebagai bentuk Pemberdayaan Masyarakat
Pesisir & Pulau-Pulau Terluar dalam Program Tol Laut yaitu :
1) PEMBANGUNAN & PENGEMBANGAN SARPRAS Pembangunan dan
pengembangan sarana dan prasarana kelautan dan perikanan secara
terintegrasi untuk menopang usaha ekonomi nelayan dan pembudidaya
yang bersifat tradisional dan konvensional dapat berkembang menjadi
bisnis kelautan dan perikanan yang berskala ekonomi dan berorientasi
pasar;
2) PENGUATAN SDM & KELEMBAGAAN Penguatan SDM dan
kelembagaan agar kapasitas dan kompetensi nelayan lebih baik,
sehingga produktivitas produk dan hasil pengolahan perikanan meningkat,
sehingga dapat memenuhi konsolidasi muatan balik hasil
perikananmelalui TOL LAUT;
3) PENGEMBANGAN KEMITRAAN Pengembangan kemitraan untuk
mendukung dan memperkuat pelaksanaan rantai produksi dari bisnis
kelautan dan perikanan nelayan dan pembudidaya, mulai hulu hingga hilir
melalui kemitraan dengan pelaku usaha dan stakeholder terkait salah
satunya penyedia jasa logistik & operator TOL LAUT;
4) PENDAMPINGAN USAHA Pendampingan untuk memberikan pembinaan,
asistensi dan supervise pelaksanaan bisnis kelautan dan perikanan rakyat
dipulau-pulau kecil dan/atau kawasan perbatasan. Pendampingan juga
dilakukan untuk mendistribusikan hasil perikanan melalui program TOL
LAUT;
Laporan Proyek Perubahan-13_Artati Widiarti-PKN Tingkat I Tahun 2020 44
Selain itu terdapat beberapa usulan lainnya yang disampaikan juga yaitu :
1) KONSOLIDASI MUATAN
Sosialisasi kepada Pelaku Usaha Perikanan terkait Program Tol Laut
Pembentukan KAWASAN HUB LOGISTIK Hasil Perikanan (collecting
center) untuk konsolidasi muatan berdasarkan jenis dan tujuan
distribusinya
2) FASILITASI SARANA PRASARANA
Revitalisasi sarana prasarana pelabuhan di lokasi SKPT untuk
mendukung penanganan dan kecepatan bongkar muat yang
menjadi pusat konsolidasi hasil perikanan
Penambahan fasilitas plugging pada container yard Pelabuhan;
3) ARMADA PENGANGKUT
Menyediakan/menambah trayek dan jadwal kapal pada lokasi
SKPT dengan kapal yang dilengkapi dengan plugging reefer
container
Menyediakan/menambah penyediaan reefer container dan
teknisinya pada kapal tol laut
Memperpendek rute/jarak tempuh kapal mengingat ikan termasuk
perishable product
E. Webinar Peran Jasa Logistik dalam mendukung Industri Perikanan
Nasional
Webinar ini dilaksanakan pada
tanggal 11 November 2020 dengan
tema “Meningkatkan Efisiensi
Distribusi Hasil Perikanan melalui
Transportasi Multimoda”. Keynote
speech adalah Direktur Jenderal
Penguatan Daya Saing Produk
Gambar 17. Flyer Webinar Peran
Jasa Logistik
Laporan Proyek Perubahan-13_Artati Widiarti-PKN Tingkat I Tahun 2020 45
Kelautan dan Perikanan dengan narasumber serta pembahas dari wakil
dari K/L dan Unit Transportasi Multimoda, pelaku usaha, dan praktisi serta
akademisi terkait.
Kementerian Kelautan dan Perikanan telah mengembangkan Sistem
Logistik Ikan Nasional (SLIN) dengan tujuan membangun dan
mengembangkan sistem manajemen rantai pasokan ikan dan hasil
perikanan yang terintegrasi, efektif dan efisien untuk meningkatkan
kapasitas dan stabilisasi sistem produksi perikanan hulu-hilir,
pengendalian disparitas harga, serta untuk memenuhi kebutuhan
konsumsi dalam negeri. Untuk melakukan aktivitas logistik diperlukan
infrastruktur logistik yang terdiri atas simpul logistik (logistics node) dan
mata rantai logistik (logistics link) yang berfungsi menggerakkan barang
dari titik asal (point of origin) ke titik tujuan (point of destination). Simpul
logistik dapat berupa pelaku logistik, maupun konsumen, sedangkan link
logistik meliputi jaringan distribusi, jaringan transportasi, jaringan
informasi, dan jaringan keuangan.
Operasional SLIN dapat berjalan secara efektif dan efisien apabila terjadi
suatu sinergi antara seluruh stakeholder yang terlibat dalam setiap
akitivitas logistik sejak dari hulu sampai dengan hilir atau dari sejak
kegiatan produksi hingga konsumsi termasuk industri di dalamnya. Salah
satu strategi percepatan implementasi SLIN adalah pengembangan
koridor logistik yang merupakan suatu sistem mata rantai logistik yang
berperan dalam menggerakan hasil kelautan dan perikanan dari titik asal
(pusat produksi/pengumpulan) ke titik tujuan (pusat
distribusi/industri/konsumsi) yang meliputi jaringan distribusi, jaringan
transportasi, jaringan informasi dan jaringan keuangan secara terintegrasi.
Salah satu pengembangan koridor logistik hasil kelautan dan perikanan
yang dikembangkan adalah koridor Mimika – Pulau Jawa. Pemilihan
lokasi koridor mimika – pulau jawa dikarenakan mulai tahun 2017 banyak
nelayan pantura jawa (khususnya nelayan indramayu dan juwana) yang
Laporan Proyek Perubahan-13_Artati Widiarti-PKN Tingkat I Tahun 2020 46
mendaratkan hasil perikanan dari WPP 718 di PPI Poumako, Kabupaten
Mimika sehingga jumlah produksi perikanan tangkap di PPI Paomako dari
tahun 2017 sampai tahun 2019 mengalami kenaikan yang signifikan.
Berdasarkan kondisi tersebut, salah satu strategi yang dapat
dikembangkan adalah memperkuat dan memperluas konektivitas sentra
produksi/pengumpul dengan sentra distribusi/industri/konsumsi melalui
penyediaan layanan jasa logistik yang efektif dan efisien yang diharapkan
dapat melayani distribusi hasil perikanan secara lancar, cepat, aman, dan
murah. Seperti diketahui, bahwa hingga saat ini perusahaan multimoda di
Indonesia jumlahnya masih sedikit artinya tidak sebanding dengan kondisi
Negara Kesatuan Republik Indonesia yang membutuhkan transportasi
darat, laut, udara. Lantaran dengan adanya berbagai moda transportasi
diharapkan ada satu perusahaan penyedia jasa logistik yang memiliki
layanan angkutan multimoda, sehingga pelaku usaha perikanan ketika
akan mengirimkan hasil kelautan dan perikanan tidak harus melakukan
kontrak dengan satu sampai lima perusahaaan jasa logistik tetapi cukup
dengan satu perusahaan jasa logistik multimoda saja yaitu yang dapat
menghubungkan darat, laut, dan udara dengan harapan biaya logistik
dapat lebih efektif dan efisien. Transportasi multimoda merupakan
komponen utama yang memegang peranan penting dalam mendukung
sistem logistik. Sebagai contoh, perpindahan transportasi multimoda
terjadi pada simpul-simpul jaringan sistem transportasi seperti pelabuhan
yang merupakan titik perpindahan moda laut ke jalan atau rel, ataupun
bandara sebagai titik perpindahan moda dari udara menuju darat. Oleh
karena itu, kinerja dan efisiensi simpul-simpul transportasi tersebut akan
sangat berpengaruh terhadap kinerja dan efisiensi pergerakan arus
barang (khususnya hasil kelautan dan perikanan) secara keseluruhan.
Laporan Proyek Perubahan-13_Artati Widiarti-PKN Tingkat I Tahun 2020 47
4. Implementasi Sistem Telusur dan Logistik Ikan Nasional (STELINA)
dan Model Pengembangan Logistik Ikan Koridor Mimika – Pulau
Jawa
A. Forum Grup Discussion (FGD) ASEAN Public Private Partnerships
(PPP) Tingkat Nasional
Pada tanggal 11 – 12 November 2020 dilaksanakan Forum Grup
Discussion (FGD) ASEAN Public Private Partnerships (PPP) Tingkat
Nasional yang bertujuan untuk “Mengidentifikasi Peluang dan Tantangan
serta Mekanisme bagi Pemerintah dan Swasta dalam mendukung Program
Pembangunan di Sektor Kelautan dan Perikanan yang berkelanjutan melalui
Public Private Partnerships (PPP)” yang di buka secara resmi oleh Direktur
Jenderal Penguatan Daya Saing Produk Kelautan dan Perikanan dengan
beberapa narasumber yaitu Direktur Kerja Sama Ekonomi ASEAN, Ditjen
Kerja Sama ASEAN - Kemlu, Direktur Pangan dan Pertanian Bappenas,
Kepala Biro Humas dan Kerja Sama Luar Negeri - KKP, Direktur
Pengembangan Pendanaan Pembangunan, Deputi Bidang Pendanaan
Pembangunan – Bappenas, Ketua Asosiasi Pengusaha Pengolahan dan
Pemasaran Produk Kelautan dan Perikanan (AP5I) dan UNIDO termasuk
Direktur Logistik, Ditjen PDSPKP - KKP yang menyampaikan materi tentang
Gambar 18. Diskusi pada Webinar Peran Jasa Logistik
Laporan Proyek Perubahan-13_Artati Widiarti-PKN Tingkat I Tahun 2020 48
“Implementasi PPP dalam STELINA dan pembangunan koridor logistic hasil
kelautan dan perikanan”. FGD ini juga dihadiri oleh seluruh perwakilan dari
unit eselon 1 lingkup KKP dan K/L terkait.
Dalam penyampaian materinya selain implementasi dari STELINA,
Direktur Logistik juga memaparkan satu contoh implementasi koridor SLIN
yaitu koridor Mimika – Pulau Jawa. Adapun kesimpulan yang disampaikan
adalah :
1) KKP berkomitmen untuk meningkatkan efisiensi rantai pasok hasil
perikanan nasional antara lain melalui implementasi konsepsi SLIN
(Sistem Logistik Ikan Nasional)
2) SLIN diharapkan dapat menjadi solusi tata kelola rantai pasok hasil
perikanan sehingga dapat terwujud. jaminan serapan, jaminan
pasokan ikan, kualitas, kuantitas serta stabilisasi harga ikan
3) KKP mendorong sinergi dengan K/L yang terlibat dan memberi
kontribusi melalui kajian/riset-riset kelautan dan perikanan khususnya
terkait isu supply chain dan logistik
Gambar 19. FGD ASEAN PPP
Laporan Proyek Perubahan-13_Artati Widiarti-PKN Tingkat I Tahun 2020 49
B. Implementasi Pengembangan Sistem Logistik Ikan Nasional Koridor
Mimika – Pulau Jawa
1) Koordinasi Rencana Penyerapan Produk oleh Operator Koridor
(Volume dan Harga)
Pada bulan Oktober 2020 dilaksanakan koordinasi rencana penyerapan
produk oleh operator. Beberapa hasil yang didapatkan adalah bahwa
berdasarkan data frekuensi kapal yang melakukan bongkar ikan di
pelabuhan perikanan paumako (PPI Paumako) yang terdata pada Satuan
Pengawasan SDKP Kabupaten Mimika sampai dengan BUlan September
2020, tercatat sebanyak 699 kapal terdiri dari kapal penangkap ikan 643
kapal (92%) dan kapal pengangkut ikan 56 kapal (8%). Rincian ukuran
kapal sebagai berikut :
a. Kapal penangkap ikan, 643 kapal :
- < 30 GT = 110 kapal
- 30 – 60 GT = 108 kapal
- > 60 GT = 425 kapal
b. Kapal pengangkut ikan, 56 kapal :
- < 30 GT = 14 kapal
- 30 – 60 GT = 20 kapal
- > 60 GT = 22 kapal
Laporan Proyek Perubahan-13_Artati Widiarti-PKN Tingkat I Tahun 2020 50
Adapun jumlah ikan yang didaratkan di PPI Paumako sampai dengan
Bulan September 2020 sebanyak 27.056.059 Kg, terdiri dari 28 jenis ikan.
Jenis ikan yang dominan tertangkap adalah Layang (36%), Kembung
(30%), Hiu(8%), Tongkol (6%), Layur (6%), Gulamah (3%), Manyung
(3%), Kuro (2%), Kakap (2%), Bawal (2%), dan ikan lainnya.
11 11 13 16 186 15 6 1411 10 14 10 11 3
18 12 19
9177
104
3723
1123 18
41
0
50
100
150
Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Agu Sep
Kap
al (
Un
it)
KAPAL PENANGKAP IKAN DI PPI PAUMAKO KABUPATEN MIMIKA
PERIODE JANUARI-SEPTEMBER 2020
< 30 GT 30-60 GT > 60 GT
1
2 2 2
4
1
2
1
3
5
2
3 3 33
2
1
4
2
1
5
2 2
0
2
4
6
Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Agu Sep
Kap
al (
Un
it)
KAPAL PENGANGKUT IKAN DI SKPT MIMIKA KABUPATEN MIMIKAPERIODE JANUARI-SEPTEMBER 2020
< 30 GT 30 -60 GT > 60 GT
Gambar 20. Grafik Jumlah Kapal Penangkap dan Kapal Pengangkut
di Kabupaten Mimika
Laporan Proyek Perubahan-13_Artati Widiarti-PKN Tingkat I Tahun 2020 51
Hasil tangkapan nelayan yang didaratkan di PPI Paumako sebagian besar
dikirim ke Pulau Jawa menggunakan reefer container menggunakan
angkutan laut kapal kargo milik swasta. Sebagian kecil dijual eceran ke
pasar ikan Timika dan ke pedagang pengumpul (supplier) untuk di
distribuskan ke unit pengolahan ikan. Berdasarkan data Dinas Perikanan
8,403
6,990
1,962
1,295
1,454
728
808 526
531
383.19
3,976
JUMLAH IKAN YANG DIDARATKAN DI PPI PAUMAKO PER JENIS IKAN
PERIODE JANUARI-SEPTEMBER 2020
Layang Kembung Hiu Layur Tongkol Manyung
Gulamah Kuro Kakap Bawal Lainnya
7,370
4,906 5,856
1,890 1,487 534
1,239 1,349
2,424
-
2,000
4,000
6,000
8,000
Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Agu Sep
JUMLAH IKAN YANG DIDARATKAN DI PPI PAUMAKO PERIODE JANUARI-SEPTEMBER 2020
Gambar 21. Grafik Jumlah Ikan yang didaratkan di PPI Paumako
Laporan Proyek Perubahan-13_Artati Widiarti-PKN Tingkat I Tahun 2020 52
Kabupaten Mimika terdapat 83 pedagang eceran yang menjual ikan di
pasar lokal (pasar ikan sentral di Timika), 11 kelompok pengolah ikan
tradisional seperti ikan asin, abon ikan, nugget, kaki naga dan olahan
lainnya, serta 18 unit pengolah ikan dimana masing-masing UPI memiliki
gudang penyimpanan beku (cold storage) dengan jumah total kapasitas
Cold Storage = 2.595 Ton untuk produk ikan beku, udang beku, fillet ikan,
dan stik ikan, adapun rincian pelaku usaha perikanan yang memiliki cold
storage seperti di bawah ini :
Tabel 6 : Pelaku Usaha Perikanan Pemilik Cold Storage di Kabupaten Mimika
No NAMA UNIT PENGOLAHAN IKAN JENIS PRODUK SARANA PENDUKUNG
1 PT. Lautan Mimika Sejahtera Ikan Beku, Fillet Ikan Cold Storage 500 Ton, ABF, Ruang Processing
2 PT. KMS Ikan Beku, Fillet Ikan Cold Storage 500 Ton, ABF, Ruang Processing
3 PT. Perikanan Nusantara Ikan Beku, Udang Beku Cold Storage 200 Ton, ABF 6 Ton, Ruang Processing
4 CV. Lucky Surya Timur Fillet Ikan, Stik Ikan, Udang Cold Storage 200 Ton, ABF 3 Ton, Ruang Processing
5 PT. Holly Mina Jaya Ikan Beku Cold Storage 200 Ton
6 Koperasi Perikanan Mbiti Ikan Beku, Udang Beku Cold Storage 100 Ton, ABF 4 Ton
7 PT. Bartuah Langgeng Ikan Beku, Udang Beku Cold Storage 100 Ton, ABF 3 Ton, Ruang Processing
8 PT. Leslie Jaya Ikan Beku, Udang Beku, Fillet Cold Storage 100 Ton
9 UD. Utama Sentosa Timika Udang Beku, Ikan Bekui Cold Storage 50 Ton
10 UD. Arafura Ikan Beku, Udang Beku Cold Storage 35 Ton, ABF 3 Ton
11 Taufik Ikan Beku, Udang Beku Cold Storage 200 Ton, ABF, Ruang Processing
12 H. Iksan Ikan Beku, Stik Ikan Cold Storage 160 Ton
13 Abdul Kadir Ikan Beku Cold Storage 150 Ton
14 H. Zainuddin Ikan Beku, Stik Ikan Cold Storage 100 Ton
Laporan Proyek Perubahan-13_Artati Widiarti-PKN Tingkat I Tahun 2020 53
15 Usman Surulla Ikan Beku Cold Storage 80 Ton
16 H. Ilham Ikan Beku Cold Storage 80 Ton
17 Giarti Ikan Beku, Stik Ikan Cold Storage 60 Ton
18 Koperasi Maria Bintang Laut Ikan Beku, Fillet Ikan Cold Storage 50 Ton
Pelaku usaha perikanan yang membeli ikan langsung dari nelayanm di PPI
Paomako adalah PT. Perikanan Nusantara unit Mimika, UD. Arafura dan
Koperasi Perikanan Mbiti, membeli tangkapan kapal nelayan lokal
kapasitas < 30 GT sebanyak 12 kapal/bulan yang mengangkut ikan segar,
didaratkan di dermaga kemudian dibekukan di ABF dan disimpan dalam
Cold Storage rata-rata sebanyak 200-250 Ton/bulan. PT. Perikanan
Nusantara Unit Mimika, dan Koperasi Perikanan Mbiti sepakat mendukung
pengembangan logistik ikan nasional koridor Mimika Jawa.
Dalam rangka penyerapan hasil tangkapan nelayan, telah dilakukan inisasi
penyerapan hasil tangkaan nelayan yang dibeli oleh offtaker di PPI
Paomako untuk dibawa ke pulau Jawa telah dilakukan inisiasi kesepakatan
bersama, yaitu :
Gambar 22. Koordinasi Rencana Penyerapan Produk oleh Operator
Laporan Proyek Perubahan-13_Artati Widiarti-PKN Tingkat I Tahun 2020 54
1. Tentang : Kerjasama Operator Utama dengan Operator Pendukung,
antara :
- PT. Perikanan Nusanatara Unit Mimika dengan Koperasi Perikanan
Mbiti;
- PT. Perikanan Nusanatara Unit Mimika dengan UD. Arafura;
Ruang lingkup kesepakatan bersama ini meliputi :
a. PIHAK PERTAMA dan PIHAK KEDUA adalah off taker dari
hasil tangkapan nelayan di Sentra Kelautan dan Perikanan
Terpadu (SKPT) Kabuaten Mimika;
b. PIHAK PERTAMA dapat bekerjasama dengan PIHAK
KEDUA dalam mengelola hasil tangkapan nelayan;
c. PIHAK PERTAMA dapat memberikan pelatihan
handling/penanganan hasil tangkapan nelayan untuk
menjaga kualitas ikan kepada PIHAK KEDUA
d. PIHAK PERTAMA dan PIHAK KEDUA dapat memberikan
kepastian pasar terhadap hasil tangkapan nelayan lokal
e. PIHAK PERTAMA dan PIHAK KEDUA dapat bekerjasama
dengan kapal-kapal nelayan Pantura, sebagai temat
penitipan/penyimpanan ikan.
2. Tentang : Pemanfaatan Tol Laut untuk Muatan Hasil Perikanan dari
SKPT Mimika, antara :
- Operator Tol Laut (PT. Tempuran Mas Line) dengan PT. Perikanan
Nusantara Unit Mimika;
- Operator Tol Laut (PT. Tempuran Mas Line) dengan UD. Arafura;
dan
- Operator Tol Laut (PT. Tempuran Mas Line) dengan Koperasi
Perikanan Mbiti.
Ruang lingkup Kesepakatan Bersama ini meliputi:
a. Bahwa berdasarkan kesepakatan PARA PIHAK, PIHAK
PERTAMA akan melaksanakan pengangkutan dan
Laporan Proyek Perubahan-13_Artati Widiarti-PKN Tingkat I Tahun 2020 55
pengiriman ikan sesuai dengan yang diperintahkan oleh
PIHAK KEDUA;
b. Bahwa PIHAK PERTAMA akan menyiapkan armada /
infrastruktur untuk proses pengiriman barang milik PIHAK
KEDUA tersebut;
c. PIHAK KEDUA dapat menyiapkan ikan / kargo yang akan
dikirim dalam keadaan baik dan telah dilengkapi oleh
dokumen-dokumen legalitas yang diberikan oleh instansi
terkait sehingga adanya jaminan mutu dan keamanan
pangan pada saat pengangkutan dan pengiriman barang;
d. PIHAK PERTAMA menyediakan sarana dan prasarana untuk
mendukung pengangkutan ikan milik PIHAK KEDUA
menggunakan reefer container dalam keadaan terjaga/aman
hingga tiba dilokasi tujuan;
e. Bahwa PIHAK KESATU dan PIHAK KEDUA bersepakat
untuk adanya penyediaan asuransi dalam pengiriman ikan
tersebut sebagai tindakan preventif apabila terjadi kerusakan
barang pada saat pengangkutan dan pengiriman barang.
3. Tentang : Pemanfaatan bantua Mobil Berpendingin, antara :
- Koperasi Perikanan Mbiti dengan Koperasi Maria Bintang Laut;
Ruang lingkup kesepakatan bersama ini meliputi :
a. Penjualan dan pembelian ikan oleh PARA PIHAK secara
berkesinambungan sesuai dengan kapasitas yang dimiliki
oleh PARA PIHAK;
b. Penerapan sistem rantai dingin dalam rangka jaminan mutu
dan keamanan hasil perikanan oleh PARA PIHAK.
c. PIHAK PERTAMA dapat bekerjasama dengan PIHAK
KEDUA dalam rangka pengangkutan hasil perikanan dengan
menggunakan kendaraan berpendingin di Kabupaten Mimika;
d. PIHAK KEDUA yang memanfaatan kendaraan berpendingin
Laporan Proyek Perubahan-13_Artati Widiarti-PKN Tingkat I Tahun 2020 56
di Kabupaten Mimika dilarang mengangkut barang selain
hasil perikanan;
e. Penetapan harga pengadaan dan penjualan ikan ditentukan
sesuai dengan perjanjian harga yang disepakati oleh PARA
PIHAK
2) Koordinasi Kegiatan Perizinan Penangkapan dan Pendaratan Ikan
Dalam rangka peningkatan pelayanan usaha perikanan tangkap, juga
melaksanakan amanat UU Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintah
Daerah dan UU Nomor 7 Tahun 2016 tentang Perlindungan dan
Gambar 23. Koordinasi Kerjasama Operator
Laporan Proyek Perubahan-13_Artati Widiarti-PKN Tingkat I Tahun 2020 57
Pemberdayaan Nelayan, Pembudidaya Ikan, dan Petambak Garam,
serta memperhatikan Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan Nomor
30 Tahun 2012 tentang Usaha Perikanan Tangkap di Wilayah
Pengelolaan Perikanan (WPP) Negara Kesatuan Republik Indonesia.
Hasil koordinasi perizinan perikanan penangkapan ikan pada bulan
oktober 2020 adalah :
1. Masih adanya perbedaan cara pengukuran dan penetapan GT kapal
menurut UU Perikanan dan UU Pelayaran
2. Perizinan daerah untuk kapal ikan terdiri dari :
Ijin Usaha Perikanan Tangkap : wajib memiliki SIUP, SIPI dan
SIKPI
- Pusat : > 30 GT
- Provinsi : 5 – 30 GT
Bukti Pendaftaran Kapal Perikanan (BPKP)
- Kabupaten/Kota : < 5 GT
Pengurusan BPKP untuk kapal < 5 GT tidak dipungut biaya
3. DKP Provinsi Papua akan melakukan sosialisasi dan penataan
perizinan daerah (ijin perikanan tangkap) dengan melibatkan
badan/dinas yang mengurus perizinan terpadu satu pintu (PTSP) di
daerah melalui kegiatan Gerai Perizinan Nelayan untuk melayani :
Pengurusan BPKP
Pelayanan izin usaha perikanan tangkap (SIUP, SIPI & SIKPI)
Konsultasi kartu asuransi nelayan dan kartu pelaku usaha
kelautan dan perikanan (Kusuka)
Penguatan kelembagaan nelayan
4. Perwakilan PIC SKPT (Direktorat Logistik) menyampaikan :
Program pembangunan SKPT Mimika tahun 2016-2019;
SKPT Mimika fokus pengembangan di bidang perikanan tangkap
dengan PPI Poumako sebagai zona inti pembangunan SKPT
Mimika;
Laporan Proyek Perubahan-13_Artati Widiarti-PKN Tingkat I Tahun 2020 58
Tahun 2018 telah diadakan 23 unit kapal ikan < 3GT yang
dilengkapi alat tangkap udang (Trammelnet)
Tahun 2019 dibangun dermaga tambat labuh untuk kapal ikan
ukuran < 5 GT, dan pengadaan alat tangkap ikan (Grillnet);
Pengadaan 23 unit kapal < 3 GT telah dilengkapi dengan surat
ukur kapal dan pas kecil sehingga dapat diusulkan untuk
diterbitkan BPKP;
Pembangunan dermaga tambat labuh sudah selesai pekerjaan
(100 %) dan dimohon agar Dinas Perikanan dapat membuat SOP
untuk pemanfaatan.
Perlu diatur kewenangan pengelolaan PPI Poumako atau SKPT
Mimika sesuai amanat UU 23 Tahun 2014 antara Pemerintah
Provinsi Papua dan Pemerintah Kabupaten Mimika.
Berdasarkan data perizinan jumlah kapal kapal ikan pada pangkalan
pendaratan ikan (PPI) Paumako tahun 2020 dari Syahbandar PPI
Paumako didapatkan sebapat berikut :
Kapal perikanan izin Kabupaten :
No. Pelabuhan Asal
Ukuran Kapal (GT)
Jumlah
(Unit)
Kapal Penangkap
(Unit)
Kapal Pengangkut
(Unit)
Tujuan Kapal Pengangkut (wilayah/PP)
Jumlah
(Unit)
1 Timika 4-10 125 125 -- -- --
Jumlah 125
Kapal perikanan izin Provinsi :
No. Pelabuhan Asal
Ukuran Kapal (GT)
Jumlah
(Unit)
Kapal Penangkap
(Unit)
Kapal Pengangkut
(Unit)
Tujuan Kapal Pengangkut (wilayah/PP)
Jumlah
(Unit)
1 Timika 17-30 54 38 16 Dist. Atsy 2
Dist. Agats 5
PPP Dobo 9
2 Indramayu 26-30 7 7 -- -- --
Laporan Proyek Perubahan-13_Artati Widiarti-PKN Tingkat I Tahun 2020 59
3 Pekalongan 30 1 1 -- -- --
4 Jakarta 30 3 3 -- -- --
5 Batang 25-30 25 25 -- -- --
6 Tegal 26 2 2 -- -- --
7 Makassar 29 1 1 -- -- --
8 Merauke 30 1 1 -- -- --
9 Bitung 20 1 1 -- -- --
Jumlah 95
Kapal perikanan izin Pusat :
No. Pelabuhan Asal
Ukuran Kapal (GT)
Jumlah
(Unit)
Kapal Penangkap
(Unit)
Kapal Pengangkut
(Unit)
Tujuan Kapal Pengangkut (wilayah/PP)
Jumlah
(Unit)
1 Timika 43-57 6 2 4 Kaimana 3
Namatota 1
2 Juwana 108-199 116 116 -- -- --
2 Indramayu 38-173 70 7 -- -- --
3 Pekalongan 82-160 8 1 -- -- --
4 Jakarta 48-295 56 53 3 Muara Baru 1
PPP Dobo 1
Mayangan 1
5 Batang 60-158 17 17 -- -- --
6 Manokwari 57 7 -- 6 PPP Dobo 1
Namatota 3
PPN Tual 2
7 Makassar 59 5 1 4 PPI Banda 4
8 Cilacap 145-147 3 -- -- -- --
9 Banyuwangi 295 1 -- 1 PP Penambulai 1
10 Tegal 55-147 5 1 -- -- --
11 Bitung 95-98 3 2 -- -- --
12 Benoa 294 1 -- 1 PPS Nizam Zachman
1
13 NN 67-92 6 6 -- -- --
Jumlah 321 302 19
Laporan Proyek Perubahan-13_Artati Widiarti-PKN Tingkat I Tahun 2020 60
3) Koordinasi Optimalisasi Distribusi Ikan dan Efisiensi Biaya Logistik
Rapat dilaksanakan pada bulan oktober 2020 untuk menjamin
optimalisasi pasokan ikan dengan menggunakan Reefer Container
(RC) untuk mendistribusikan ikan dari Kabupaten Mimika ke Pulau
Jawa, sering mengalami kendala akibat terbatasnya jumlah RC dan
jadwal kapal untuk menangkut barang tidak tepat waktu dan lama
menunggu antrian kapal. Untuk itu telah dilakukan koordinasi terkait
penyediaan RC dan kapal angkut serta inisasi untuk efisiensi biaya
logistik.
Berdasarkan hasil identifikasi kondisi eksisting penyediaan RC di
Pelabuhan Paumako adalah sebagai berikut :
Forwarder penyedia Reefer Container (RC)
No Nama Forwarder Kondisi Eksisting
(Jan-Maret 2018)
Jumlah RC/
Bulan
Rencana Peningkatan
RC/Bulan
1. PT. Rukma Padaya Trans 430 Teus 143 Teus 170 Teus
2. PT. Citra Mandiri Sejati (CMS) 135 Teus 45 Teus 100 Teus
3. PT. Ralemars Elso 27 Teus* -- 100 Teus 4. PT. TAL Agung Langgeng 180 Teus 60 Teus 100 Teus
Catatan : * PT. Ralemars baru pada tahap uji coba
Gambar 24. Koordinasi Perizinan PPI
Laporan Proyek Perubahan-13_Artati Widiarti-PKN Tingkat I Tahun 2020 61
Shipping Line
No Nama Shipping Line
Jadwal/ Bulan
Jumlah Plugging
Tambah Genset
Jumlah Total
Jumlah/ Bulan
Mitra
1. PT. SPIL 4 kali 120 unit 25 unit 145 unit 580 unit PT. Rukma Padaya Trans
2. PT. Temas Line 2 kali 40 unit 25 unit 65 unit 130 unit PT. CMS PT. Ralemars
3. PT. Tanto Line 2 kali 150 unit -- 150 unit 300 unit PT. CMS & PT. TAL
4. PT. Samudera Indonesia
2 kali 60 unit 25 unit 85 unit 200 unit PT. Ralemars*
Catatan : * PT. Ralemars akan bermitra dengan PT. Samudera Indonesia pada Bulan April 2018
Estimasi Kebutuhan Reefer Container :
No Kelompok Nelayan
Jumlah Kapal Penangkap Ikan
Kebutuhan RC/Bulan
1. Indramayu 63 unit 378 unit
2. Juwana 72 unit 1.070 unit
3. Muara Angke 33 nit
69 Unit
Penurunan biaya angkut hasil perikanan bisa dicapai dengan beberapa
hal sebagai berikut :
- Penambahan fasilitas bongkar muat di dermaga sehingga tidak
perlu ada tambahan penyewaan kapal tongkang/LCT atau barge
craine untuk melakukan stuffing atau loading ikan ke dalam reefer
container;
- Tersedia plugging di pelabuhan sehingga tidak perlu menggunakan
genset;
- Tersedia lahan untuk penumpukan reefer container yang layak
sehingga pada saat dibutuhkan bisa dilakukan dengan cepat;
Dalam upaya efisiensi dan efektivitas kegiatan logistik ikan di SKPT
Mimika, khususnya penyediaan Reefer Container di tindaklanjuti hal-hal
sebagai berikut :
Laporan Proyek Perubahan-13_Artati Widiarti-PKN Tingkat I Tahun 2020 62
- Pendataan terkait jumlah kapal, muatan ikan serta pemanfaatan
reefer container;
- Membangun dermaga apung untuk kepal-kapal ukuran kecil (< 3
GT) sehingga kapal yang berukuran besar dapat melakukan
aktifitas bongkar muat di dermaga PPI Paumako secara maksimal;
- Mempertimbangkan pemberian izin perusahaan forwarder
membuka kantor layanan di PPI Paumako untuk mempermudah
proses pendataan dan pengawasan Reefer Container.
- Melatih para ABK untuk meningkatkan kecepatan dan kemampuan
memuat ikan ke Reefer Container di PPI Paumako
Kemudian dilakukan fasilitasi penandatangan kerjasama antara
perwakilan nelayan Juwana Pati dan Nelayan Indramayu dengan para
forwarder, yaitu PT. Rukma Padaya trans dan PT. Citra Mandiri Sejati.
Melalui kerjasma tersebut diharapkan dihasilkan output berupa jaminan
pasokan reefer container secara reguler dan tepat dari forwarder pada
nelayan dari Juwana Pati maupun Nelayan Indramayu
Pada pertemuan tersebut juga dihasilkan beberapa output untuk
mendukung optimasi distribusi ikan dari SKPT Mimika sebagai berikut:
- PT. Rukma Padaya Trans akan meningkatkan tambahan
penyediaan reefer container dari biasanya 140 TEUS per bulan
menjadi 170 TEUS;
- PT. Citra Mandiri Sejati akan meningkatkan tambahan penyediaan
reefer container dari 40-45 TEUS per bulan menjadi 100 TEUS
Perbulan;
- PT. Ralemars Elso dari uji coba mengangkut ikan dengan reefer
container di Mimika menjadi 100 TEUS per bulan;
- PT. TAL Agung Langgeng dari rata-rata perbulan 40 TEUS menjadi
100 TEUS per bulan;
Laporan Proyek Perubahan-13_Artati Widiarti-PKN Tingkat I Tahun 2020 63
- PT. Temas Line dari 3 kali frekuensi kunjungan kapal di Mimika per
bulan menjadi 4 kali dengan dukungan 65 plugging untuk reefer
container per pelayaran;
- PT. Salam Pasifik Indonesia Line dari 4 kali frekuensi kunjungan
kapal di Mimika per bulan menjadi 6 kali dengan dukungan 125
plugging untuk reefer container per pelayaran;
- PT. Tanto Line menyediakan layanan pelayaran dengan 3 kapal per
bulan dengan dukungan 105 plugging untuk reefer container per
pelayaran;
- PT. Samudra Indonesia akan melakukan penyediaan layanan
pengakutan ikan sebanyak 1 kali per bulan dengan dukungan 75
plugging untuk reefer container per pelayaran;
- PT. MERATUS Line akan melakukan penyediaan layanan
pengakutan ikan sebanyak 1 kali per bulan dengan dukungan 105
plugging untuk reefer container per pelayaran.
Gambar 25. Koordinasi Optimalisasi Distribusi Ikan
Laporan Proyek Perubahan-13_Artati Widiarti-PKN Tingkat I Tahun 2020 64
4) Focus Group Discussion (FGD) Fasilitasi Inisisasi Kerjasama Bagi
Stabilisasi Pasokan dan Ketersediaan Bahan Baku Hasil Perikanan
Koridor Mimika - Jawa
Dalam rangka penataan distribusi hasil perikanan di Wilayah
Pengelolaan Perikanan Negara Republik Indonesia (WPPNRI) 718,
khususnya distribusi hasil perikanan yang berasal dari Kabupaten
Mimika, telah dilaksanakan Focus Group Discussion (FGD) Fasilitasi
Inisisasi Kerjasama bagi Stabilisasi Pasokan dan Ketersediaan Bahan
Baku Hasil Perikanan Koridor Mimik-Jawa.
Acara FGD dilaksakanan pada hari Rabu, 4 November 2020
bertempat di Ruang Rapat Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten
Indramayu. Rapat di buka oleh Plt. Kepala Dinas Kelautan dan
Perikanan Kabupaten Indramayu. Pimpinan diskusi : Direktur Logistik
Ditjen PDSPKP, dihadiri oleh : Direktur Operasional PT. Perikananan
Nusantara (Persero), Koperasi Nelayan Mina Sumitra, Kelompok
Nelayan, Pamilik Kapal, Nahkoda, PT. SPIL, PT. Temas (Operator Tol
Laut, dan HSN Group (Forwarder/Ekspedisi).
Hasil FGD sebagai berikut :
1. Plt. Kepala Dinas Perikanan dan Kelautan Kabupaten Indramayu
menyampaikan bahwa Kabupaten Indramayu mempunyai 14
Tempat Pelelangan Ikan (TPI) dimana masing-masing TPI tersebut
memiliki karakteristik tersendiri dengan jumlah transaksi lelang
lebih dari Rp. 1 miliar perhari. Sedangkan jumlah kapal kapal
dengan ukuran lebih dari 30 GT ada 425 unit dan 250 diantarannya
menangkap ikan di perairan WPP 718. Pemerintah Kabupaten
Indramayu telah menyiapkan masterplan kawasan UPI dan
menyiapkan lahan seluas 8Ha untuk membangun fasilitas
pendukung lainnya (TPI, docking kapal, dan lain-lain) di
Laporan Proyek Perubahan-13_Artati Widiarti-PKN Tingkat I Tahun 2020 65
Karangsong sehingga dapat menjadi embrio pertumbuhan
ekonomi.
2. PT. Perinus dalam paparannya menyampaikan beberapa informasi
dan komitmen sebagai berikut:
- akan berperan sebagai offtaker yang dapat berpartisipasi
memajukan usaha perikanan dan akan bersinergi dengan KKP,
Dinas dan Pelaku Usaha.
- Perusahaan mempunyai UPI di Bacan, Bitung dan Sorong yang
dapat dijadikan sebagai hub atau pusat-pusat perikanan di
wilayah timur serta telah bekerja sama dalam pemanfaatan
Cold Storage di Muara Baru dan Mimika.
- Perusahaan memiliki jaringan pemasaran domestik dan ekspor
(tuna dan gurita diekspor ke Jepang) dan berpeluang
melakukan ekspor ke timur tengah dengan komoditas tenggiri,
kakap dan bawal. Untuk mengembangkan jaringan pemasaran
PT. Perinus akan memanfaatkan penjualan di klaster pangan
yang akan memanfaatkan jaringan pemasaran BGR dan BGI.
Selain itu juga akan menjual secara digital melalui ecommerce,
ke retail modern dan aplikasi fish on yang akan menempung
hasil tangkapan nelayan untuk disalurkan kepada konsumen.
- Perusahaan berkomitmen untuk memulai kerjasama yang saling
menguntungkan dengan Koperasi Mina Sumitra yang didukung
dengan kemudahan dan fasilitas dari jasa logistik untuk
mengangkut ikan dari dan ke Indramayu sehingga mutu ikan
tetap terjaga.
3. PT. SPIL sebagai perusahaan jasa logistik menyampaikan
beberapa hal yaitu:
- telah bekerja sama dengan PT. Rahayu untuk mengangkut ikan
dari Mimika Ke Pulau Jawa (melalui Surabaya) dengan 4 kali
Laporan Proyek Perubahan-13_Artati Widiarti-PKN Tingkat I Tahun 2020 66
kunjungan dalam sebulan dan didukung dengan base crane
yang dapat menampung 82 reefer container.
- berkomitmen untuk meningkatkan fasilitas pengangkutan dari
170 Teus menjadi 250 Teus, akan meningkatkan area stuffing
dan kunjungan kapal sebanyak 6-7 kali dalam sebulan dengan
tetap mengutamakan ketepatan waktu pelayaran
4. PT. TEMAS sebagai salah satu PJL juga menyampaikan beberap
hal antara lain:
- Untuk mendukung program tol laut PT. TEMAS
mengoperasikan KM Kendhaga Nusantara 8 dengan rute
Mimika-Tanjung Perak dengan jadwal kunjungan 2-3 kali/bulan
dan dengan tarif sesuai dengan peraturan tol laut yaitu sebesar
Rp. 2.735.500,- (dry container) dan Rp.4.103.500,- (reefer
container) dan ditambah biaya lainnya yang sesuai dengan
kebutuhan. Kuota maksimal yang diizikan oleh ke Kemenhub,
untuk pengankutan kontainer ke surabaya maksimal sebanyak
70 kontainer
- Untuk mendukung pengangkutan ikan PT. TEMAS telah
melakukan upgrade jumlah plugging dan dan menyediakan
generator serta didukung dengan SDM untuk pengecekan suhu
reefer container untuk menghindari defrost.
5. HSN Group (PT Rahayu) menyampaikan beberapa hal yaitu:
- telah melayani jasa EMKL di Timika yang berawal dari
kerjasama dengan Koperasi Mina Sumitra untuk mengangkut
ikan ke Indramayu. Untuk mengangkut ikan dari Timika ke Jawa
melalui Surabaya PT Rahayu bekerjasama dengan beberapa
operator pelayaran yaitu PT. SPIL, PT. Meratus dan PT. Tanto
dengan kapasitas pengangkutan 150-200 kontainer setiap
minggu. Untuk distribusi dari Surabaya ke Jakarta atau daerah
lainnya di Pulau Jawa PT Rahayu bekerja sama dengan PT KA
Laporan Proyek Perubahan-13_Artati Widiarti-PKN Tingkat I Tahun 2020 67
Logistik dengan membooking 40 gerbong kereta untuk
mengangkut ikan ke Jakarta dengan waktu tempuh selama 24
jam.
- PT Rahayu menyarankan agar Pemerintah Kabupaten
Indramayu menyiapkan tempat pembongkaran kontainer ikan
dan akses jalan yang memadai untuk dilewati oleh truk
kontainer. Selain itu PT Rahayu juga berharap cold storage
yang akan dibangun dapat menampung ikan dari Cirebon dan
Tegal serta memiliki izin ekspor.
- Dalam mengangkut ikan PT Rahayu bersama dengan pemilik
ikan secara bersama-sama melakukan pengecekan suhu
kontainer sebelum ikan diangkut dan menjamin dari dimuat
hingga sampai tujuan aliran listrik tidak pernah putus.
6. Koperasi Mina Sumitra memiliki cold storage sebanyak 2 unit
(kapasitas 100 dan 80 ton) dan menjamin cold storage yang akan
dibangun dapat bermanfaat dan terisi penuh dengan ikan.
Koperasi Mina Sumitra siap bekerja sama secara profesional
dengan PT Perinus untuk memenuhi bahan baku yang dibutuhkan
oleh PT Perinus.
7. Perwakilan nelayan Indramayu berharap biaya pengangkutan ikan
dari Timika dapat bersaing dan waktu antri muat kontainer di
Timika lebih cepat.
8. Sebagai resume dan penutup, Direktur Logistik – Ditjen PDSPKP
menyampaikan beberap hal yaitu:
- Agar Pemkab Indrmayu terus mengawal komitmen rencana
pemanfaatan aset KKP RI berupa CS 500 ton yang akan di
bangun di TPI Karangsong.
- Sesuai masukan perusahaan penyedia jasa logistik, Dinas KP
Indramayu juga agar terus melakukan sosialiasasi pentingnya
Laporan Proyek Perubahan-13_Artati Widiarti-PKN Tingkat I Tahun 2020 68
menggunakan kemasan di palka ikan agar proses bongkar muat
ikan di TPI Karangsong dapat lebih cepat.
- Direktorat Logistik mendukung rencana PT. Perinus untuk
melanjutkan kerjasama dengan Koperasi di Indramayu dengan
prinsip saling menguntungkan.
- Direktorat Logistik akan terus mengawal beberapa komitmen
stakeholders di rapat ini dan akan dibuat forum rutin di waktu
mendatang.
Laporan Proyek Perubahan-13_Artati Widiarti-PKN Tingkat I Tahun 2020 69
Gambar 26. Fgd Fasilitasi Inisiasi Kerjasama Bagi Stabilisasi Pasokan
dan Ketersediaan Bahan Baku Hasil Perikanan Koridor Mimik-Jawa
Laporan Proyek Perubahan-13_Artati Widiarti-PKN Tingkat I Tahun 2020 70
Sesuai dengan kriteria keberhasilan, maka capaian pelaksanaan proyek
perubahan ini telah sesuai dengan target jangka pendek yang ditetapkan
yaitu :
1. Terselenggaranya pengembangan system logistik ikan nasional koridor
Mimika – Pulau Jawa melalui kajian dan pedoman koridor SLIN serta
Penetapan operator utama & koridor mimika – pulau jawa;
2. Penerapan harga acuan di tingkat nelayan dalam rangka stabilisasi Harga
Pokok Pembelian (HPP) di Mimika secara berkala;
3. Tersedianya dashboard informasi logistik di Mimika;
4. Tersedianya Pengukuran Indeks Kinerja Logistik Ikan (IKLI);
5. Terlaksananya penataan peraturan perundang-undangan terkait
Kelembagaan SLIN dan STELINA yang tercantum dalam draft RPP
Sektor kelautan dan perikanan ;
6. Implementasi Sistem Telusur dan Logistik Ikan Nasional (STELINA)
koridor mimika – pulau jawa siap di ujicobakan bersamaan dengan
pelaksanaan koridor mimika – pulau jawa; dan
7. Apabila koridor mimika – pulau jawa sukses, maka akan dapat menjadi
model (template) pengembangan koridor SLIN (kelembagaan, tata kelola
dan sarpras) pada koridor lainnya.
Untuk jangka menengah dan panjang, maka ukuran capaian sesuai dengan
kriteria keberhasilannya akan dilakukan :
1. Peningkatan kapasitas dan stabilisasi sistem produksi serta konektivitas
antara sentra produksi hulu di Mimika, dengan produksi hilir di Pulau Jawa
melalui pembukaan dan pelaksanaan Koridor SLIN Mimika – Pulau Jawa;
2. Penerapan Replikasi model (template) pengembangan koridor SLIN
(kelembagaan, tata kelola dan sarpras) melalui koridor mimika – pulau
jawa ke koridor lainnya di wilayah Indonesia;
3. Terlaksananya penerapan harga acuan dalam rangka stabilisasi Harga
Pembelian Pemerintah (HPP); dan
Laporan Proyek Perubahan-13_Artati Widiarti-PKN Tingkat I Tahun 2020 71
4. Terlaksananya pengembangan industri pengolahan ikan dan investasi
sektor perikanan secara nasional.
Beberapa kegiatan jangka menengah dan panjang yang sudah di inisiasi dari
bulan November 2020 ini adalah :
1. Koordinasi dengan Kementerian PUPR
Dalam rangka membangun kawasan industri perikanan melalui
pembangunan Sentra Kelautan dan Perikanan Terpadu (SKPT) di Kabupaten
Mimika Provinsi Papua Ditjen PDS melakukan Koordinasi dengan
Kementerian PUPR untuk mengusulkan adanya dukungan terhadap
percepatan pembangunan SKPT Mimika berupa penambahan panjang
dermaga beton, dan pembangunan rumah/mess nelayan.
Perkembangan produksi ikan di Kabupaten Timikan menunjukkan adanya
peningkatan jumlah produksi perikanan secara signifikan dari tahun ke tahun
sehingga perlu ditunjang dengan keberadaan dermaga yang memadai baik
dari segi kapasitas dan kualitas layanannya. Kondisi Pelabuhan Niaga
Paumako saat ini pada bagian sisi kiri dermaga mengalami kerusakan
(patah) sehingga mengganggu proses bongkar dan muat barang, sehingga
mengakibatkan Dwelling Time di pelabuhan yang pada akhirnya mengurangi
daya saing produk unggulan daerah. Terkait dengan hal tersebut Ditjen
PDSPKP KKP telah melakukan Koordinasi dengan Ditjen Perhubungan Laut
Kementerian Perhubungan terkait permohonan dukungan untuk perbaikan
kerusakan dermaga Pelabuhan Paumako dalam mendukung percepatan
industri perikanan nasional dan implementasi Instruksi Presiden No. 5 Tahun
2020 tentang Penataan Ekosistem Logistik Nasional di Kabupaten Mimika.
Laporan Proyek Perubahan-13_Artati Widiarti-PKN Tingkat I Tahun 2020 72
2. Koordinasi Inisiasi Pengusulan HPP dan PSO
Berdasarkan Perpres 71 tahun 2015 yang diperbaruhui menjadi Perpres
59 tahun 2020 tentang Penetapan dan Penyimpanan Barang Kebutuhan
Pokok dan Barang Penting, ikan (Tuna, Tongkol, Cakalang, Kembung dan
bandeng) sudah ditetapkan sebagai barang kebutuhan pokok dan barang
penting, Pemerintah wajib menjamin ketersediaan barang kebtuhan pokok
dan barang penting di seluruh wilayah Indonesia dengan mutu yang baik dan
harga terjangkau. Dalam rangka menjamin stabilisasi harga, Pemerintah
dapat melakukan intervensi pasar melalui penetapan harga yaitu
a. Penetapan Harga Acuan Pembelian di Tingkat Produsen (Nelayan dan
Pembudidaya) dan HArga Acuan Pembelian Di Tingkat Konsumen. Ini
biasanya diterapkan pada saat harga mengalami fluktuasi yang sangat
tinggi misalnya pada saat hari hari besar keagamaan.
b. Penetapan Harga Pembelian Pemerintah (HPP), yang ini disertai dengan
alokasi anggaran Public Service Obligation (PSO). Pembelian yang
dilakukan pemerinah ini dilakukan untuk menyediakan cadangan pangan
yang nantinya akan digunakan untuk operasi pasar pada saat musim
paceklik atau pada saat harga barang kebutuhan pokok mengalami
kenanikan yang sangat tinggi.
Kegiatan workshop inisiasi pengusulan HPP dan PSO akan dilaksanakan
pada minggu ke 4 November 2020 dengan mengundang narasumber dari
Kementerian Perdagangan, Kementerian Koordinator Perekonomian,
Kementerian Keuangan dan BULOG. Workshop ini bertujuan untuk
mengetahuI mekanisme dan tahapan pengusulan HPP dan PSO
Laporan Proyek Perubahan-13_Artati Widiarti-PKN Tingkat I Tahun 2020 73
8. TATA KELOLA PROYEK PERUBAHAN
Proyek perubahan akan dikelola dengan melibatkan beberapa unsur baik
internal maupun eksternal Ditjen PDSPKP - KKP. Secara sistematis sistem
pengelolaan terstruktur sebagai berikut.
A. Struktur Organisasi Proyek Perubahan
B. Deskripsi Tugas Pelaksana Proyek Perubahan
a. Project Sponsor (Mentor) – Menteri Kelautan dan Perikanan Republik
Indonesia.
1. Memberikan arahan dan supervisi Project Leader yang
berhubungan dengan proyek perubahan
2. Membantu Project Leader dalam menyelesaikan permasalahan
yang terjadi pada implementasi proyek perubahan
3. Melakukan koordinasi bersama dengan Coach dalam membantu
Project Leader pada pelaksanaan proyek perubahan
Gambar 27. Struktur Organisasi Proyek Perubahan
Laporan Proyek Perubahan-13_Artati Widiarti-PKN Tingkat I Tahun 2020 74
b. Project Leader – Direktur Jenderal Penguatan Daya Saing Produk
Kelautan dan Perikanan
1. Bertanggung jawab terhadap keberhasilan proyek perubahan
2. Memimpin operasional proyek perubahan
3. Memberi arahan tentang tujuan yang diharapkan dari keseluruhan
proyek perubahan
4. Mengatur alokasi waktu dan personil yang akan membantu
melaksanakan proyek perubahan
c. Coach – Dr. Winantuningtyas TS
1. Memberikan saran dan masukan kepada Project Leader tentang
proyek perubahan yang dilaksanakan
2. Melakukan monitoring kegiatan Project Leader pada tahapan
implementasi proyek perubahan yang diusulkan
3. Melakukan koordinasi dengan Project Sponsor (Mentor) dalam
membantu Project Leader melakukan proyek perubahan
d. Co-Project Leader – Tim Pelaksana Proyek Perubahan
1. Membantu Project Leader dalam mengkoordinir pelaksanaan
proyek perubahan di Direktorat Jenderal Penguatan Daya Saing
Produk Kelautan dan Perikanan
2. Membantu mengarahkan seluruh anggota tim untuk menjalankan
proyek perubahan
e. Working Team – Seluruh tim dibawah Co Project termasuk PIC SKPT
Mimika
1. Melaksanakan arahan dari Project Leader dan Co-Project Leader
tentang proyek perubahan
2. Membantu Project Leader dalam melakukan monitoring
implementasi proyek perubahan serta memberikan umpan balik
(feedback) kepada Project Leader
Laporan Proyek Perubahan-13_Artati Widiarti-PKN Tingkat I Tahun 2020 75
9. PETA SUMBER DAYA
Sumberdaya yang digunakan untuk melaksanakan proyek perubahan
ini diantaranya sumberdaya manusia (SDM), anggaran, dan sarana kerja
lainnya seperti video termasuk kebijakan-kebijakan yang diambil. Sesuai
dengan struktur organisasi proper maka dari sisi SDM mendapatkan
dukungan tidak hanya internal Ditjen PDSPKP, tetapi juga SDM dari ekternal
termasuk PIC Mimika sebagai koridor yang menjadi lokus kegiatan proyek
perubahan. Pada posisi sudah memasuki kuartal terakhir tahun anggaran
dan masih dalam situasi pandemic Covid-19 sehingga anggaran fleksible
yang dimungkinkan untuk Proyek Perubahan sangat terbatas. Oleh karena
itu diperlukan pemikiran inovatif dan perencanaan kegiatan yang efektif dan
efisien. Adapun penggunaan sarana kerja lainnya di pergunakan untuk
pengambilan video serta pembuatan bahan paparan sebagai akhir materi dari
proyek perubahan ini.
Laporan Proyek Perubahan-13_Artati Widiarti-PKN Tingkat I Tahun 2020 76
10. PENGEMBANGAN SUMBER DAYA
Kolaborasi para pihak dengan berbagai kemungkinannya termasuk
Public Private Partnership adalah pilihan yang rasional untuk mencari
alternatif sumber pembiayaan. Adanya stakeholders dalam pelaksanaan
proyek perubahan ini, melibatkan pihak-pihak lain baik internal maupun
eksternal Direktorat Jenderal Penguatan Daya Saing Produk Kelautan dan
Perikanan. Agar pelaksanaan proyek perubahan dapat berjalan dengan baik
dan sesuai harapan dari proyek perubahan ini, maka perlu adanya identifikasi
dari pihak-pihak yang terlibat baik langsung maupun tidak langsung sebagai
pemangku kepentingan (stakeholders) untuk mengetahui pengaruh
(influence), dukungan/kepentingan (interest), kemungkinan adanya
hambatan/penolakan (resistance), seberapa besar pengaruhnya terhadap
proyek perubahan ini baik hubungan formal dan juga informal, pada proyek
perubahan ini terdiri stakeholders internal dan stakeholders eksternal.
Stakeholders internal adalah unit kerja lingkup Kementerian Kelautan dan
Perikanan. Sedangkan stakeholders eksternal terdiri dari Kementerian lain,
Pemerintah Daerah, Operator SLIN, Pelaku Jasa Logistik dan
Nelayan/Pemasar/Pengolah.
Laporan Proyek Perubahan-13_Artati Widiarti-PKN Tingkat I Tahun 2020 77
11. STRATEGI KOMUNIKASI
Untuk mendapatkan dukungan penuh dari semua stakeholder yang
terkait dalam proyek perubahan, maka perlu strategi untuk dapat
mempengaruhinya. Pengelompokan Stakeholder berdasarkan kekuatan dan
ketertarikan pada proyek perubahan sebagaimana diagram pada gambar 16.
Strategi mempengaruhi Stakeholder adalah sebagai berikut :
a. Stakeholder dengan kriteria Promoters (high power/high interest) akan
dilakukan koordinasi secara intensif guna memantapkan substansi proyek
perubahan agar semua unsur yang mendukung terlaksananya proyek
perubahan dapat dipenuhi secara tepat waktu dan tepat sasaran untuk
memperoleh hasil yang maksimal, sehingga proyek perubahan dapat
diimplementasikan.
b. Stakeholder dengan kriteria Latens (high power/low interest) perlu
dilakukan pendekatan dan berkoordinasi dengan baik serta diinformasikan
pentingnya pelaksanaan dari proyek perubahan, sehingga dapat
mendukung pelaksanaan proyek perubahan tersebut untuk dapat
kemudian dimanfaatkan sebagaimana mestinya.
Strategi ini diperlukan untuk pangarusutamaan konsepsi SLIN, apalagi di
masa pandemic Covid hampir semua negara melakukan penguatan sistem
ketahanan pangan dan gizi. Konsekuensinya masalah logistik juga menjadi
perhatian penting. Belajar dari kasus pangan lainnya yang terlanjur menjadi
net food importer, untuk ikan di Indonesia harus mampu menjadi self
sufficiency. Sehingga untuk itu SLIN harus sukses dan Ikan menjadi
pembeda dengan komoditas pangan lainnya karena dalam konsepsi SLIN,
perencanaan dirancang di hulu dan di hilir. Jika koridor Mimika-Pulau Jawa
sukses, maka dapat direplikasikan untuk wilayah lainnya di Republik
Indonesia.
Laporan Proyek Perubahan-13_Artati Widiarti-PKN Tingkat I Tahun 2020 78
LATENS
Kementerian/Lembaga Terkait
PROMOTER1. Menteri KP2. Dirjen PDSPKP
APATHETICS
1. Pelaku Jasa Logistik
2. Nelayan / Pemasar / Pengolah
DEFENDERS
1. Working Team2. PIC SKPT Mimika
H I G
H
INTERES
T
L O
W
LOW HIGH
INFLUENCE
Gambar 28. Kuadran Kekuatan dan Ketertarikan Stakeholder
Laporan Proyek Perubahan-13_Artati Widiarti-PKN Tingkat I Tahun 2020 79
12. RESIKO
Adapun mitigasi resiko yang kemungkinan akan dihadapi adalah
sebagai berikut :
a. Masalah kultur di Mimika, potensi ketidak-harmonisan nelayan lokal
berskala kecil dengan nelayan Eks-Pantura di WPP 718 yang
mendaratkan ikan di Pomuako. Sehingga diperlukan pendampingan
khusus oleh Pemerintah Kabupaten Mimika
b. Perlunya perencanaan komprehensif jasa logistik, antisipasi kekosongan
kontainer arus balik Jawa-Mimika
c. Kemampuan penyerapan ikan di Mimika yang terbatas oleh BUMN .
Untuk itu perlu mengundang calon swasta lainnya sebagai tambahan
operator utama logistik ikan. Perlu ditata agar terjadi persaingan yang
sehat.
Laporan Proyek Perubahan-13_Artati Widiarti-PKN Tingkat I Tahun 2020 80
13. FAKTOR KUNCI KEBERHASILAN
Beberapa factor kunci dari keberhasilan proyek perubahan ini adalah :
a. SLIN adalah amanah dari beberapa Undang-undang sehingga sangat
layak mendapatkan dukungan lintas sektor dari K/L terkait;
b. Indikator keberhasilan SLIN adalah availability, serviceability dan cost.
1) Availability ikan dengan kegiatan konsolidasi produksi di hulu berada
di bawah kewenangan KKP;
2) Serviceability: berkembangnya jasa penyimpanan ikan di cold storage
dan jasa logistic di Mimika semakin memudahkan pelaku usaha; dan
3) Cost: akan lebih murah karena ada proses konsolidasi barang
Laporan Proyek Perubahan-13_Artati Widiarti-PKN Tingkat I Tahun 2020 81
14. PERSETUJUAN PROJECT SPONSOR
Judul : PENGEMBANGAN SISTEM LOGISTIK IKAN NASIONAL
KORIDOR MIMIKA – PULAU JAWA
Nama : ARTATI WIDIARTI
NDH : 13 PKN1/46
Menyetujui
Atasan Langsung/Mentor
Dr Edhy Prabowo
MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN
Project Leader
ARTATI WIDIARTI
DIREKTUR JENDERAL PENGUATAN
DAYA SAING PRODUK KELAUTAN DAN
PERIKANAN
Laporan Proyek Perubahan-13_Artati Widiarti-PKN Tingkat I Tahun 2020 82
15. PENUTUP
A. Kesimpulan
Proyek perubahan dengan judul “Pengembangan Sistem Logistik Ikan
Nasional Koridor Mimika – Pulau Jawa” telah dilaksanakan sejak bulan
September 2020 sampai dengan bulan November 2020 di bawah tanggung
jawab Direktur Jenderal Penguatan Daya Saing Produk Kelautan dan
Perikanan selaku Project Leader PKN Tingkat I tahun 2020. .
Beberapa hal yang dapat disimpulkan dari pelaksanaan proyek
perubahan dalam jangka pendek adalah sebagai berikut :
1. pengembangan system logistik ikan nasional koridor Mimika – Pulau Jawa
melalui kajian dan pedoman koridor SLIN serta Penetapan operator
utama & koridor mimika – pulau jawa;
2. Penerapan harga acuan di tingkat nelayan dalam rangka stabilisasi Harga
Pokok Pembelian (HPP) di Mimika secara berkala;
3. Pengukuran Indeks Kinerja Logistik Ikan (IKLI);
4. Penataan peraturan perundang-undangan terkait Kelembagaan SLIN dan
STELINA yang tercantum dalam draft RPP Sektor Kelautan dan
Perikanan ;
5. Implementasi Sistem Telusur dan Logistik Ikan Nasional (STELINA)
koridor mimika – pulau jawa siap di ujicobakan bersamaan dengan
pelaksanaan koridor mimika – pulau jawa; dan
6. Apabila koridor mimika – pulau jawa sukses, maka akan dapat menjadi
model (template) pengembangan koridor SLIN (kelembagaan, tata kelola
dan sarpras) pada koridor lainnya.
Laporan Proyek Perubahan-13_Artati Widiarti-PKN Tingkat I Tahun 2020 83
Untuk jangka menengah dan panjang akan dilakukan :
1) Peningkatan kapasitas dan stabilisasi sistem produksi serta konektivitas
antara sentra produksi hulu di Mimika, dengan produksi hilir di Pulau Jawa
melalui pembukaan dan pelaksanaan Koridor SLIN Mimika – Pulau Jawa;
2) Penerapan Replikasi model (template) pengembangan koridor SLIN
(kelembagaan, tata kelola dan sarpras) melalui koridor mimika – pulau
jawa ke koridor lainnya di wilayah Indonesia;
3) Terlaksananya penerapan harga acuan dalam rangka stabilisasi Harga
Pembelian Pemerintah (HPP); dan
4) Terlaksananya pengembangan industri pengolahan ikan dan investasi
sektor perikanan secara nasional.
B. Saran
Proyek ini akan semakin bermanfaat jika dapat berjalan secara
kontinue dan berkelanjutan. Untuk menjaga kesinambungan berjalannya
proyek ini maka kami menyarankan beberapa rekomendasi sebagai berikut :
1. Logistik ikan pada dasarnya merupakan konektivitas dan efisiensi dalam
manajemen alur produk, informasi dan capital sehingga terbangun
kesisteman bisnis perikanan dari hulu sampai hilir. Untuk itu perlu
dibangun sinergitas para pihak;
2. Implementasi konsepsi dan kebijakan pengembangan Sistem Logistik
Ikan Nasional (SLIN) membutuhkan 7 penggerak utama. Untuk itu,
prioritas yang perlu dilakukan adalah menetapkan kelembagaan SLIN,
pengembangan system informasi, pemenuhan kebutuhan sarana
prasarana, koordinasi pemanfaatan tol laut serta optimalisasi peran jasa
logistic;
3. Sistem Logistik Ikan Nasional (SLIN) adalah amanah dari berbagai
Undang-undang sehingga layak mendapatkan dukungan lintas sektor dari
K/L terkait;
Laporan Proyek Perubahan-13_Artati Widiarti-PKN Tingkat I Tahun 2020 84
4. Infrastruktur logistic hasil perikanan yang memadai diharapkan dapat
menunjang terciptanya efisiensi tata kelola rantai pasok hasil perikanan.
Skema public private partnership kiranya dapat menjadi alternative
mengantisipasi terbatasnya APBN; dan
5. Sinergi dan dukungan antar kelembagaan/lembaga menajdi sangat
penting untuk mendukung efektivitas dan efisiensi pelaksanaan logistic
ikan nasional.
C. Lesson Learn
Proyek perubahan yang mengangkat “isu strategis nasional”, jika
dijalankan dengan baik dan optimal maka akan menjawab tantangan yang
ada sekaligus memberikan solusi yang tepat dalam rangka meningkatkan
kinerja lembaga dan kesejahteraan masyarakat.
Laporan Proyek Perubahan-13_Artati Widiarti-PKN Tingkat I Tahun 2020 85
DAFTAR PUSTAKA
Diah Utari, G.A dkk. 2015. Inflasi di Indonesia : karakteristik dan Pengendaliannya. Bank Indonesia Institute
Ditjen PDSPKP. 2018. Ringkasan Masterplan Zona Inti Sentra Kelautan dan
Perikanan Terpadu Kabupaten Mimika. Kementerian Kelautan dan Perikanan
Website https://statistik.kkp.go.id Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2012 tentang Pangan Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2014 tentang Kelautan Undang-Undang Nomor 7 Tahun 2016 Tentang Perlindungan dan
Pemberdayaan Nelayan, Pembudi Daya Ikan, dan Petambak Garam Peraturan Pemerintah Nomor 57 Tahun 2015 tentang Sistem Jaminan Mutu
dan Keamanan Hasil Perikanan Serta Peningkatan Nilai Tambah Produk Hasil Perikanan
Peraturan Presiden Nomor 3 tahun 2017 tentang Percepatan Industrialisasi
Perikanan Peraturan Presiden Nomor 18 Tahun 2020 tentang Rencana Pembangunan
Jangka Menengah Nasional Tahun 2020-2024 Peraturan Presiden Nomor 71 tahun 2015 yang diubah dengan Peraturan
Presiden Nomor 59 tahun 2020 tentang Penetapan dan Penyimpanan Barang Kebutuhan Pokok dan Barang Penting
Instruksi Presiden Nomor 9 tahun 2017 tentang Percepatan Pembangunan di
Papua Instruksi Presiden Nomor 5 tahun 2020 tentang Penataan Ekosistem Logistik
Nasional Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan Nomor 5/PERMEN-KP/2014
Tentang Sistem Logistik Ikan Nasional Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan Republik Indonesia Nomor
17/PERMEN-KP/2020 tentang Rencana Strategis Kementerian Kelautan dan Perikanan Tahun 2020-2024