laporan provinsi riau compile - surveilans · PDF filedalam era desentralisasi, penetapan...

23
1 LAPORAN KEGIATAN KUNJUNGAN PERTAMA PROVINSI RIAU Latar Belakang Salah satu masalah kesehatan di Indonesia yang masih menjadi prioritas untuk ditangani ádalah tingginya kematian ibu dan bayi. Angka tersebut menempati urutan tertinggi diantara negaranegara berkembang lainnya. Angka kematian ibu di Indonesia 39 kali lebih besar dari negara Singapura, 6 kali lebih besar dari Malaysia, 8 kali lebih besar dari Thailand dan 4 kali lebih besar dari Philipina (Sumber: Bulletin of Regional Health Information, 19891993). Ironisnya, Departemen Kesehatan sampai saat ini tidak mempunyai data jumlah kematian ibu serta penyebab kematian ibu yang terjadi di Indonesia. Oleh karena itu diperlukan suatu sistem surveilans yang mampu melakukan pengumpulan data khususnya data kematian pada perempuan usia produktif, status kehamilan, dan penyebab kematian secara medis. Dengan terbentuknya sistem surveilans yang baik diharapkan permasalahan tersebut dapat di pecahkan. Proyek Desentralisasi Pelayanan Kesehatan (DHS1ADB) yang dimulai sejak tahun 2001 ditujukan untuk menjamin akses pelayanan kesehatan dan keluarga berencana yang bermutu bagi masyarakat khususnya bagi kelompok miskin dan rentan dengan diterapkannya kebijakan pemerintah tentang desentralisasi dan otonomi daerah. Seiring dengan berjalannya waktu terjadi perubahan fokus kegiatan dengan komitmen nasional untuk menurunkan angka kematian ibu, kematian bayi baru lahir dan kematian anak balita. Selama ini, programprogram kesehatan belum banyak menyentuh program kesehatan ibu dan anak secara langsung sehingga upaya kearah peningkatan derajat kesehatan ibu dan anak menjadi prioritas utama dalam proyek DHS1ADB mengingat kelompok ini mempunyai nilai strategis dalam mewujudkan sumber daya manusia yang berkualitas. Sebagai salah satu bagian dari serangkaian kegiatan proyek penguatan sistem surveilans – respons KIA DHS1ADB, diselenggarakan sosialisasi kegiatan sekaligus pelatihan untuk staf surveilans dan KIA dari provinsi oleh Pusat Manajemen Pelayanan Kesehatan (PMPK) Fakultas Kedokteran Universitas Gadjah Mada (FK UGM). Bentuk pelatihan dalam rangka peningkatan kapasitas petugas dalam sistem surveilans – respons KIA untuk dinas kesehatan provinsi yaitu Training on Trainer (ToT). Tujuan Tujuan Umum Menguatkan sistem surveilans – respons KIA di tingkat nasional, provinsi, dan kabupaten/kota. Meningkatkan kepedulian dinas kesehatan provinsi terhadap sistem surveilans – respons KIA. Membangun komitmen dinas kesehatan provinsi untuk menguatkan sistem surveilans KIA.

Transcript of laporan provinsi riau compile - surveilans · PDF filedalam era desentralisasi, penetapan...

Page 1: laporan provinsi riau compile - surveilans · PDF filedalam era desentralisasi, penetapan penyakit prioritas dalam surveilans ... semua data surveilans dari ... epidemiologi, di provinsi

‐ 1 ‐ 

 

LAPORAN KEGIATAN KUNJUNGAN PERTAMA PROVINSI RIAU 

 Latar Belakang 

Salah satu masalah kesehatan di Indonesia yang masih menjadi prioritas untuk ditangani ádalah 

tingginya  kematian  ibu dan bayi. Angka  tersebut menempati urutan  tertinggi diantara negara‐negara 

berkembang  lainnya. Angka kematian  ibu di  Indonesia 39 kali  lebih besar dari negara Singapura, 6 kali 

lebih besar dari Malaysia, 8 kali  lebih besar dari Thailand dan 4 kali  lebih besar dari Philipina (Sumber: 

Bulletin of Regional Health  Information, 1989‐1993).  Ironisnya, Departemen Kesehatan sampai saat  ini 

tidak mempunyai data jumlah kematian ibu serta penyebab kematian ibu yang terjadi di Indonesia. Oleh 

karena  itu diperlukan  suatu  sistem  surveilans  yang mampu melakukan pengumpulan data  khususnya 

data kematian pada perempuan usia produktif, status kehamilan, dan penyebab kematian secara medis. 

Dengan terbentuknya sistem surveilans yang baik diharapkan permasalahan tersebut dapat di pecahkan. 

Proyek  Desentralisasi  Pelayanan  Kesehatan  (DHS1‐ADB)  yang  dimulai  sejak  tahun    2001 

ditujukan  untuk menjamin  akses  pelayanan  kesehatan  dan  keluarga  berencana    yang  bermutu  bagi 

masyarakat khususnya bagi kelompok miskin dan  rentan dengan diterapkannya kebijakan pemerintah 

tentang desentralisasi dan otonomi daerah. Seiring dengan berjalannya waktu terjadi perubahan fokus 

kegiatan dengan komitmen nasional untuk menurunkan angka kematian  ibu, kematian bayi baru  lahir 

dan kematian anak balita.  Selama ini, program‐program kesehatan belum banyak menyentuh program 

kesehatan ibu dan anak secara langsung sehingga upaya kearah peningkatan derajat kesehatan ibu dan 

anak  menjadi  prioritas  utama  dalam  proyek  DHS1‐ADB  mengingat  kelompok  ini  mempunyai  nilai 

strategis dalam mewujudkan sumber daya manusia yang berkualitas. 

Sebagai  salah  satu  bagian  dari  serangkaian  kegiatan  proyek  penguatan  sistem  surveilans  – 

respons  KIA DHS1‐ADB,  diselenggarakan  sosialisasi  kegiatan  sekaligus  pelatihan  untuk  staf  surveilans 

dan  KIA  dari  provinsi  oleh  Pusat  Manajemen  Pelayanan  Kesehatan  (PMPK)  Fakultas  Kedokteran 

Universitas  Gadjah Mada  (FK  UGM).  Bentuk  pelatihan  dalam  rangka  peningkatan  kapasitas  petugas 

dalam sistem surveilans – respons KIA untuk dinas kesehatan provinsi yaitu Training on Trainer (ToT). 

Tujuan Tujuan Umum 

• Menguatkan sistem surveilans – respons KIA di tingkat nasional, provinsi, dan kabupaten/kota. 

• Meningkatkan kepedulian dinas kesehatan provinsi terhadap sistem surveilans – respons KIA. 

• Membangun komitmen dinas kesehatan provinsi untuk menguatkan sistem surveilans KIA. 

Page 2: laporan provinsi riau compile - surveilans · PDF filedalam era desentralisasi, penetapan penyakit prioritas dalam surveilans ... semua data surveilans dari ... epidemiologi, di provinsi

‐ 2 ‐ 

 

• Menciptakan  tenaga  kesehatan  yang mampu melaksanakan  bimbingan  teknis  serta  pelatihan pengembangan sistem surveilans – respons untuk kabupaten/kota. 

Tujuan Khusus 

• Menciptakan  tenaga  kesehatan  yang  mampu  menjalankan  penguatan  sistem  surveilans  – respons KIA di Dinkes provinsi dan kabupaten/kota. 

• Meningkatkan kemampuan kepala daerah dan kepala dinkes dalam pemanfaatan data PWS dan AMP  untuk  pengambilan  keputusan,  mulai  dari  penentuan  penyakit  prioritas  sampai  pada pengambilan tindakan sebagai respons segera ataupun terencana. 

• Meningkatkan  kemampuan  petugas  untuk  melaksanakan  8  fungsi  pokok  surveilans  dalam bidang KIA. 

• Mengadvokasi  pemerintah  provinsi  dan  kabupaten/kota  untuk  menyelenggarakan  unit pendukung surveilans. 

• Mengadvokasi  pemerintah  provinsi  dan  kabupaten/kota  untuk  menyelenggarakan  regulasi terkait sistem surveilans – respons KIA. 

• Mengadvokasi  pemerintah  provinsi  dan  kabupaten/kota  untuk  mengoptimalkan  alokasi anggaran dari APBD untuk penyelenggaraan sistem‐sistem surveilans. 

• Menyelenggarakan pelatihan mengenai sistem surveilans KIA di tingkat kabupaten/kota 

 

Berikut merupakan  laporan  kunjungan  di  Provinsi Riau.  Kegiatan  ini dilaksanakan  selama  3 hari. Dua 

agenda utama kunjungan  ini yaitu sosialisasi proyek penguatan surveilans – respons KIA dan pelatihan 

staf terkait di dinas kesehatan provinsi Riau dan 2 kabupaten terpilih. 

1. Dinkes Provinsi Riau (hari I) 2. Dinkes Kabupaten Kampar (hari II) 3. Dinkes Kabupaten Siak (hari III) 

 

A. Dinkes Provinsi Riau Waktu dan Tempat Kegiatan  ini  dilaksanakan  selama  1  hari  pada  tanggal  10  September  2008,  pukul  09.00  –  15.30, bertempat di kantor Dinkes Provinsi Riau.   Peserta  Kegiatan ini dihadiri oleh 19 orang staf Dinkes Provinsi Riau. Adapun yang hadir adalah: 

1. Ika Irawati – Dinkes Provinsi Riau 2. Hj. Nurma – Dinkes Provinsi Riau 3. Mailinda S – Dinkes Provinsi Riau 4. dr. Zuainah S – Dinkes Provinsi Riau 5. Yilza Mardhiah, SE – Dinkes Provinsi Riau 6. Leny – Dinkes Provinsi Riau 7. Mahmuda – Dinkes Provinsi Riau 

Page 3: laporan provinsi riau compile - surveilans · PDF filedalam era desentralisasi, penetapan penyakit prioritas dalam surveilans ... semua data surveilans dari ... epidemiologi, di provinsi

‐ 3 ‐ 

 

8. dr. Hartati Rivai, M.Kes – Dinkes Provinsi Riau 9. Norawarman – BKKBN Provinsi Riau 10. Hj. Farida Yacob, Amd.Keb – PD IBI Provinsi Riau 11. Tiramin Purba – PKM Senapelan 12. Hj. Emi Farida – PKM Melur 13. Hj. Dewani – Yankes dinkes Provinsi Riau 14. dr. Riris Fachrina, Sp.A – RSUD Pekanbaru 15. Suhesti S – PKM Simpang Tiga 16. Sri Mulyani – TP PKK Provinsi Riau 17. Rosdi – Bappeda Provinsi Riau 18. Wiwik Puji R – Bappeda Provinsi Riau 19. dr. Dian – Dinkes Provinsi Riau 

  Sosialisasi Proyek Penguatan Surveilans – Respons KIA   Agenda pertama yaitu sosialisasi proyek, dihadiri oleh kadinkes provinsi Riau dr. H. Mursal Amir, SE DHS provinsi Riau FX Soeseno, serta tim UGM. Bu Dewi dari tim UGM memberikan penjelasan singkat mengenai  proyek  ini,  mulai  dari  pelaksananya,  latar  belakang  dan  tujuan  diselenggarakan  proyek, sampai  pada  kegiatannya  dan  hasil  yang  diharapkan.  Kadinkes  Provinsi  Riau menerima  dengan  baik dilaksanakannya proyek ini di daerahnya. Kadinkes Provinsi Riau menganggap bahwa masalah surveilans KIA  ini sangat penting, dan beliau akan mengerahkan staf‐staf yang terkait untuk berkonsentrasi untuk program pengembangan surveilans KIA  jangka panjang yang diusung oleh PMPK FK UGM  ini. Kadinkes memaparkan  bahwa  surveilans  KIA  belum  dilaksanakan  secara maksimal  di  provinsi  Riau.  Beberapa hambatan  yaitu  kurangnya  kualitas maupun  kuantitas  SDM  pelaksananya  serta  ketidakakuratan  data yang terkumpul.   Pelatihan  Peningkatan  Kapasitas  Dinas  Kesehatan  dalam  Penyelenggaraan  Sistem  Surveilans  – Respons KIA   Agenda kedua yaitu pelatihan bagi staf terkait mengenai penguatan surveilans – respons KIA di dinas kesehatan provinsi Riau. Topik‐topik yang diusung dalam pelatihan  ini yaitu mengenai surveilans dalam era desentralisasi, penetapan penyakit prioritas dalam  surveilans –  respons KIA, pelaksanaan 8 fungsi pokok surveilans, dan PWS yang dibawakan oleh drg. Dewi Marhaeni DH, M.Si, serta analisis data dan  diseminasi  informasi  yang  dibawakan  oleh  Raharjo,  ST;  keduanya  dari  tim UGM. Dalam  agenda kedua ini banyak dilakukan diskusi antara pemateri dan peserta pelatihan, juga antara peserta pelatihan sendiri.       Acara  pelatihan  ini  dibuka  oleh  Kadinkes  Provinsi  Riau,  dr.  H. Mursal  Amir.  Pertama‐tama, Kadinkes  Provinsi  Riau  memaparkan  mengenai  manfaat‐manfaat  surveilans  bagi  dunia  kesehatan masyarakat. Surveilans merupakan kegiatan terpadu mulai pengumpulan sampai analisa data sehingga nantinya  data  tersebut  dapat  digunakan  untuk  menentukan  prioritas,  kebijakan,  perencanaan, pelaksanaan dan penggerakan sumber daya program pembangunan kesehatan, pengambilan keputusan masalah kesehatan, serta prediksi dan deteksi dini kejadian luar biasa.  

Page 4: laporan provinsi riau compile - surveilans · PDF filedalam era desentralisasi, penetapan penyakit prioritas dalam surveilans ... semua data surveilans dari ... epidemiologi, di provinsi

‐ 4 ‐ 

 

Yang perlu digarisbawahi yaitu mengenai  lintas  sektor dalam  surveilans. Selama  ini  surveilans yang dilakukan masih  terbatas di masing‐masing bidang, dan  tidak melibatkan  lintas sektoral, padahal untuk mengatasi masalah kesehatan membutuhkan kerjasama lintas sektoral. Di samping itu, surveilans diharapkan dapat mempengaruhi kebijakan yang diambil oleh pemerintah yang berwenang.  

Selama  ini data‐data yang terkumpul masih membingungkan, dalam artian tidak dapat dijamin validitasnya. Banyak pula  pengumpulan data  yang  tidak  perlu,  atau  sebaliknya, data  yang diperlukan justru  tidak  dikumpulkan.  Itulah  fungsi  surveilans,  yaitu  untuk memperbaiki  dalam  hal  pengumpulan sampai  analisis  data,  untuk  kemudian  data  tersebut  tidak  hanya  dionggokkan  sebagai  setumpukan tulisan  dan  angka,  tetapi  hasil  analisisnya  dapat  dijadikan  dasar  dalam  pengambilan  keputusan  dan kebijakan di bidang kesehatan.  

Menurut  peraturan  terbaru,  sekarang  ini  diharapkan  surveilans  dijadikan  suatu  UPT  dinas kesehatan, dan  tidak  terpecah belah  seperti  sebelumnya yang masih berada di bawah masing‐masing bidang.  

Dengan ditingkatkannya  kualitas  surveilans di  Indonesia, maka  kualitas bidang  kesehatan pun semakin baik, begitu pula sumber daya manusia. Pembukaan ini ditutup dengan kutipan dari pernyataan Ibu Menkes “Bagaimana kita mau meningkatkan SDM kalau bidang kesehatan  tidak ditangani dengan baik.”   Setelah pembukaan oleh Kadinkes Provinsi Riau, acara berlanjut pada pemberian materi yang 

dibagi menjadi 4 sesi. 

 

Sesi I Desentralisasi Kesehatan dan Sistem Surveilans KIA Disampaikan oleh drg. Dewi Marhaeni DH, M.Si   Menurunkan angka kematian ibu adalah salah satu dari MDG. Angka kematian Ibu di Indonesia sekitar 300/per 100.000 kelahiran hidup, dan data ini pun tidak akurat, bisa jadi data yang ada selama ini mengurangi atau bahkan melebihi dari kondisi  sesungguhnya di  lapangan. Untuk  itu diperlukan  suatu metode pengumpulan data yang lebih akurat, yaitu surveilans. Selama ini yang telah dilaksanakan yaitu sebatas surveilans penyakit menular. Unit surveilans pun masih berada di bawah bidang P2. Maka dari itu perlu dilakukan penguatan surveilans untuk program/bidang KIA. 

Dalam  sesi  ini,  Bu  Dewi  menjelaskan  mengenai  pengaruh  desentralisasi  terhadap  sistem surveilans. Dalam desentralisasi kesehatan,  setelah dikeluarkannya PP No 38 yang mengatur masalah pembagian urusan pemerintahan antara pemerintah pusat, propinsi dan kabupaten/kota, muncul suatu masalah  besar  yang  timbul.  Ada  kemungkinan  pemerintah  daerah merasa  bahwa  urusan  surveilans adalah  urusan  pemerintah  pusat,  sehingga  pemerintah  daerah  tidak  memprioritaskan  program surveilans dan menganggap surveilans tidak terlalu penting. Persepsi pemerintah daerah seperti ini yang menjadikan  alokasi  anggaran  untuk  pelaksanaan  kegiatan  surveilans  sangat  rendah.  Dari  PP  No  41, diharapkan  dibentuk  UPT  surveilans  di  dalam  tatanan  struktur  organisasi  dinas  kesehatan.  UPT  ini nantinya  yang  akan menjadi  pintu masuk  dari  semua  data  surveilans  dari  berbagai  bidang/program, sehingga data‐data yang terkumpul tidak terpisah‐pisah.   Data‐data KIA yang ada merupakan hasil dari pelaporan kabupaten dan kota, data hanya masuk bila  mereka  melaporkan,  dan  bila  mereka  tidak  melaporkan  maka  belum  ada  cara  khusus  untuk 

Page 5: laporan provinsi riau compile - surveilans · PDF filedalam era desentralisasi, penetapan penyakit prioritas dalam surveilans ... semua data surveilans dari ... epidemiologi, di provinsi

‐ 5 ‐ 

 

mengupayakan pelaporan data dari kabupaten/kota. Dalam masalah anggaran, untuk surveilans masih murni dari APBN  saja, dan  ini belum mencakup  semuanya. Dalam hal  regulasi, belum  ada peraturan daerah atau peraturan pemimpin daerah yang mengatur masalah surveilans. Mengenai masalah buletin epidemiologi, di provinsi Riau sendiri belum ada penerbitan rutin buletin epidemiologi.   Saat  ini tujuan utama proyek  ini yaitu untuk menguatkan sistem surveilans yang telah ada dan dilaksanakan selama  ini. Setelah pelatihan  ini, diharapkan pihak provinsi dapat menjadi  fasilitator dan pemberi bimbingan  teknis bagi pihak kabupaten/kota. Provinsi harus pintar memilah‐milah  intervensi yang sesuai bagi kabupaten/kota yang berada di bawah pimpinannya, disesuaikan dengan output dan outcome  dari  masing‐masing  kabupaten/kota.  Begitu  pula  kabupaten/kota,  harus  pintar  memilih intervensi yang sesuai bagi puskesmas di wilayahnya, yang disesuaikan dengan output dan outcome dari masing‐masing puskesmas.  

Diskusi Tanggapan dari Bapeda Provinsi Riau Kemampuan fiskal dari provinsi Riau memang tinggi, tapi karena dianggap tinggi itu lah, dari pusat banyak anggaran untuk daerah yang dipotong. Tapi anggaran dari daerah pun belum mencukupi dari yang potongan tersebut, sehingga masih mengalami kekurangan dalam hal anggaran.  Pertanyaan dari Bappeda: Apakah surveilans ini untuk UPT nya sudah ada di provinsi? Dan apakah untuk semua jenis penyakit? Jawaban Bu Dewi Selama ini surveilans masih terletak di bawah subdin P2. Dan yang ada di bawah P2 adalah penyakit‐penyakit menular, jadi surveilans yang dilakukan hanya pada penyakit‐penyakit menular. Untuk penyakit tak menular biasanya pada surveilans gizi.   Pertanyaan Menyatakan bahwa unit surveilans sesuai pada PP 41, unit surveilans masih berada di bawah P2.  Jawaban bu Dewi Kepmenkes sudah mengeluarkan keputusan no 1116 dan 1479 yang mengatur masalah surveilans, dan itu tidak hanya surveilans penyakit menular, tetapi juga penyakit tak menular, termasuk untuk masalah gizi dan KIA.   Tanggaapan dari Pak Suseno Untuk penyakit tidak menular belum ada di surveilans.  Masalahnya: secara teknis, pengelola program belum diberikan informasi yang adekuat bagaimana mengenai teknis surveilans di bidangnya tersebut. Sebelumnya juga pernah diperkenalkan community based surveillance dan hospital based surveillance. Tapi yang hospital based surveillance  itu tidak berkembang. Jadi masalahnya yaitu, bagaimana supaya hospital based surveilans bisa dikembangkan. 

Page 6: laporan provinsi riau compile - surveilans · PDF filedalam era desentralisasi, penetapan penyakit prioritas dalam surveilans ... semua data surveilans dari ... epidemiologi, di provinsi

‐ 6 ‐ 

 

 Pertanyaan dari BKKBN Dari pelatihan ini, dan sesuai dengan peraturan pemerintah, mengharapkan dibentuknya suatu UPT.  Bagaimana solusinya seandainya surveilans sebagai UPT ini gagal? Jawaban Bu Dewi Memang di provinsi Riau ini sekarang sudah diputuskan struktur untuk tahun 2008, sehingga tidak bisa dimasukkan UPT surveilans dalam tatanan struktur untuk tahun ini. Maka dari itu, diharapkan selama setahun ini, direncanakan dengan matang rancangan UPT surveilans supaya dapat diputuskan untuk struktur baru di tahun 2009.  Tanggapan dari Bu Hartati Di provinsi Riau belum ada UPT. Di puskesmas dan RS sudah ada surveilans, yaitu yang dilakukan dengan SP2TP dan SP2RS. Yang mengalami hambatan dalam pelaksanaannya yaitu  di bidang KIA dan gizi. Salah satu hambatan yang utama yaitu program yang ada masih terkotak‐kotak. Misalnya saja untuk program KN1 tinggi, tetapi cakupan hepatitis hari 0‐7 rendah. Padahal cakupan hepatitis ini dapat dioptimalkan dengan KIE serta dilakukan skrining pada KN1. Kondisi ini memerlukan suatu program ataupun komando yang menyatukan kedua hal tersebut. Jawaban Bu Dewi Itulah  perlunya  surveilans  lintas  program  dan  lintas  sektor.  Kami mengharapkan  di  lintas  sektor  dan lintas program ini dapat lebih dikuatkan dengan adanya program penguatan ini. Sehingga lintas program bisa  lebih  padu,  dan  hal  kesenjangan  antar  program  yang  diungkapkan  oleh  bu  Hartati  tadi  dapat diminimasi.  

 Sesi II Penetapan Penyakit Prioritas, Perjalanan Alamiah Penyakit, Fungsi Pokok Surveilans, Respons Segera dan Terencana Disampaikan oleh drg. Dewi Marhaeni DH, M.Si 

Pada sesi ini, Bu Dewi memberikan materi dasar tentang surveilans. Dalam penguatan surveilans KIA, perlu ada penetapan masalah prioritas. Di provinsi Riau yang dijadikan masalah prioritas kesehatan ibu  yaitu  perdarahan,  sedangkan  untuk  kesehatan  anak  yaitu  BBLR.  Pemilihan  penyakit  prioritas  ini berdasarkan tingginya angka kesakitan dan kematian akibat kondisi tersebut.  

Dalam sesi  ini  juga dibahas mengenai sumber data yang digunakan untuk penilaian kondisi KIA serta  alur  data  yang  ada. Di  sini  ditekankan  pentingnya  keberadaan  data  by  name  bumil  risti  untuk dimiliki oleh Puskesmas bahkan oleh dinkes Kabupaten/kota, untuk mempermudah dalam pelaksanaan dan  implementasi  pencegahan  primer,  serta  untuk  alokasi  anggaran  (guna  melakukan  upaya pencegahan primer). Di samping  itu, perlu melibatkan data dari praktek swasta, karena sebagian besar kasus  justru  ditemukan  dari praktek  swasta.  Pada  topik  selanjutnya, dijabarkan mengenai perjalanan alamiah penyakit yang tidak dapat bila hanya dipahami setengah‐setengah, supaya dalam menjalankan suatu  program,  dapat memilih  intervensi  yang  sesuai  dengan  kondisi  yang  ada.  Satu  hal  yang  amat 

Page 7: laporan provinsi riau compile - surveilans · PDF filedalam era desentralisasi, penetapan penyakit prioritas dalam surveilans ... semua data surveilans dari ... epidemiologi, di provinsi

‐ 7 ‐ 

 

penting yang diharapkan outputnya dapat dievaluasi setelah program penguatan surveilans –  respons KIA  ini  yaitu  pembuatan  buletin  epidemiologi.  Dengan  adanya  buletin  diharapkan  informasi  yang diterbitkan di buletin dapat dilihat oleh banyak pihak,  terutama pihak  stakeholder dan pihak pemilik dana,  supaya dapat memberikan dukungan  terutama dalam hal  anggaran. Namun perlu pula diingat, bahwa  sebelumnya,  perlu  dilakukan  advokasi  kepada  para  stakeholder mengenai  pentingnya  buletin epidemiologi bagi pelaksanaan kegiatan surveilans yang kontinyu. 

Dalam  topik  terakhir  pada  sesi  ini,  bu Dewi mengetengahkan mengenai  konsep  surveilans  – respons.  Setelah  kata  surveilans  diikuti  oleh  kata  respons.  Ini  berarti,  setelah  dilakukan  surveilans (proses mulai  pengumpulan  data,  pencatatan,  dan  analisa  data) maka  harus  ditindaklanjuti  dengan respon,  dapat  respon  segera  ataupun  respon  terencana.  Respon  segera  yang  dapat  dilakukan  yang terkait  dengan  perdarahan  pasca  persalinan  misalnya:  memberi  perhatian  lebih  pada  bumil  risti perdarahan  (dipantau kapan HPL‐nya), mengusahakan ambulans untuk transport bumil risti ke tempat rujukan terdekat, donor darah, dsb. Sedangkan respon terencana itu dapat disusun menggunakan hasil analisis data yang diperoleh. Yang melakukan  respon  ini  tidak hanya dari dinas kesehatan,  tetapi  juga dari  rumah  sakit,  swasta,  LSM,  dinas  sosial,  BKKBN,  dan masyarakat. Hal  inilah  yang  perlu  kita  garis bawahi, bahwa  terutama untuk pencegahan primer, bukan hanya peran dari dinkes  saja  tetapi  justru dibutuhkan lebih besar peranan dari lintas sektor dan pihak swasta.  Diskusi Masukan dari Subdin P2: Penyakit prioritas di bidang P2 tidak menentu. Masalah itu disini masih terkotak‐kotak. Saya memegang HIV dan flu burung ini dilaksanakan karena bantuan luar negeri. Selama ini program berjalan karena ada bantuan dari global fund, jadi tidak ada prioritas tertentu. Tetapi selama ini, sesuai dengan penyakit utama dari nasional, yaitu untuk penyakit menular: DBD, malaria. Pemilihan ini ditentukan dari KLB nya dan insidensi yang tinggi.  Masukan dari Subdin KIA  Penyakit prioritas untuk KIA   karena perdarahan. Kalau bayi   BBLR dan asfiksia Kondisi di provinsi Riau, data by name bumil risti memang tidak ada di provinsi, hanya sebatas jumlahnya. Namun beberapa bulan terakhir ini, dari provinsi meminta setiap ada kematian ibu dan bayi, dikirim data by name dan hasil autopsy. Kalau jumlah bumil risti   diasumsikan 24%.  Tanggapan dari Bu Hartati: Data‐data yang selama ini dikumpulkan itu tidak benar‐benar dibuat dari kondisi sesungguhnya di lapangan. Data pun asal kirim   tidak dengan analisis data terlebih dahulu. Selama ini Puskesmas itu masih kurang berfungsi dalam surveilans ini. Dapat dikatakan surveilans ini titik lemahnya yaitu di Puskesmas. Kendalanya selama ini, kalau melatih orang dari kabupaten, sering tidak sampai ke puskesmas.   Masukan dari Bu Mahmuda, Subdin KIA Provinsi Riau: 

Page 8: laporan provinsi riau compile - surveilans · PDF filedalam era desentralisasi, penetapan penyakit prioritas dalam surveilans ... semua data surveilans dari ... epidemiologi, di provinsi

‐ 8 ‐ 

 

Sistem pelaporan di Riau belum terintegrasi. Pernah diadakan pertemuan mengenai penyusunan sistem pencatatan dan pelaporan, tapi sampai sekarang  belum ada kesepakatan.  Masukan dari Bu Hartati: Sering terjadi right man on the wrong place. Struktur‐struktur organisasi di dinkes kabupaten tidak sesuai dengan fungsinya.  Misalnya saja seorang non lulusan kesehatan menjadi kepala bidang, dsb, sehingga program di bidang tersebut menjadi tidak terlalu diperhatikan.   Tanggapan dari Bu Dewi: Perlu didiskusikan antara UGM dan depkes mengenai sistem rekrutmen untuk pengadaan tenaga pegawai.   Pertanyaan dari Bu Dewi: Bagaimana dengan misalnya kasus BBLR. Dimanakah pencegahan primer seharusnya dilakukan? Di WUS. Apakah ada pendataan WUS di provinsi? Jawaban dari Bu Hartati: Selama ini pengumpulan data WUS, justru PLKB itu mencari data ke puskesmas. Jawaban dari BKKBN: Masih melakukan pendataan WUS di provinsi. Mengenai masalah data, semenjak diserahkan BKKBN dab kota ke pemerintah daerah   kekurangan SDM. Ini merupakan salah satu hambatan dalam menjalankan program.  Tanggapan dari Bu Dewi: Seharusnya ada pendataan untuk WUS dengan risiko, misal: WUS dengan KEK, WUS dengan anemia.   Tanggapan dari BKKBN Lintas sektor ini harus diberi semacam petunjuk teknis, mengenai masalah data, penggunaan data, serta respon yang hendak dijalankan.  Masukan dari Bu Mahmuda: Memberikan contoh lintas sektor. Untuk pasangan yang hendak menikah, setelah dari KUA, pihak KUA menganjurkan pasangan calon penganten untuk konsultasi ke bagian caten di puskesmas (ada KIE untuk caten). Tapi sekarang sudah tidak ada lagi.   Petanyaan dan tanggapan Bu Hartati: Minta diterangkan contoh konkrit untuk peranan lintas sektor. Secara teori   deteksi WUS dengan anemia, bisa dibuat program skrining anemia (cek Hb) di sekolah. Tapi yang terjadi, saat advokasi ke stakeholder, orang yang dituju tidak benar‐benar mengerti esensi dari program yang diajukan. Jawaban dari Bu Dewi 

Page 9: laporan provinsi riau compile - surveilans · PDF filedalam era desentralisasi, penetapan penyakit prioritas dalam surveilans ... semua data surveilans dari ... epidemiologi, di provinsi

‐ 9 ‐ 

 

Memberikan gambaran mengenai program kranisasi di Kota Jogja dalam rangka menurunkan angka kesakitan dan kematian akibat DBD, merupakan kerjasama dengan dinas PU.  Masukan dari Bu Bapeda Untuk perencanaan di daerah, bappeda sudah melibatkan SKPD terkait. Mungkin ke depannya bagaimana masing‐masing SKPD yang vital ini terlatih dalam mengelola anggaran yang besar.   Bu Dewi Yang diharapkan yaitu adanya perencanaan anggaran berbasis data   pengumpulan data itu supaya ada fungsinya, tidak sekedar menjadi tumpukan data, tetapi untuk kemudian diolah dan dianalisis sehingga dapat menghasilkan informasi, dan informasi tersebut dijadikan salah satu bahan pertimbangan dalam perencanaan anggaran di periode berikutnya.  Ibu Bappeda Untuk RKA mungkin bukan tupoksinya bappeda, tapi keuangan. Kalo bappeda itu di perencanaan kegiatan.  Dilakukan training untuk bappeda dan dari dinkes. Di dinkes ini seharusnya ada koordinasi untuk kegiatan perencanaan.   Sesi III Pemantauan Wilayah Setempat (PWS) Disampaikan oleh drg. Dewi Marhaeni DH, M.Si Pada  dasarnya,  konsep  PWS  hampir  sama  dengan  surveilans.  Dilakukan  pemantauan  dengan  cara mendengar, melihat, merekam,  dan mengamati,  kemudian  hasil  pemantauan  itu  dianalisis  sehingga dihasilkan  informasi  berupa  penyebab  dan  cara  penyelesaiannya,  untuk  kemudian  ditindaklanjuti. Di antara  tahun 1990 – 1997 PWS berhasil dijalankan oleh bidang kesehatan, dan  sudah digunakan pula oleh  dinas  lainnya  seperti  depdagri, BKKBN,  dan  deptan.  Pada  1997  –  2007,  setelah  terjadinya  krisis multidimensi,  PWS  yang  telah  berjalan  menjadi  berantakan.  Dan  pada  tahun  2007  ini  kemudian direncanakan suatu penerapan kembali PWS. Yang penting dari penerapan PWS  ini yaitu menekankan adanya  minilokakarya  untuk  membicarakan  hasil  analisis  data,  untuk  menyusun  tindak  lanjut,  dan kemudian dari tindak lanjut itu akan diberikan umpan balik. Hasil pertemuan analisis data dilakukan tiap bulan di  tingkat Puskesmas,  kemudian hasil pertemuan  itu dilaporkan  ke dinkes  kabupaten/kota dan kepada  camat. Maksud dari pelaporan ke dinkes kabupaten/kota yaitu untuk menyelesaikan masalah kesehatan  dan  ke  camat  untuk  masalah  non  kesehatan  (lintas  sektor).  Masing‐masing  dinkes kabupaten/kota  akan  membicarakan  lebih  lanjut  pada  pertemuan  antara  dinkes,  dokter,  dan puskesmas,  sedangkan  untuk masing‐masing  camat  untuk  dibicarakan  dengan  kepala  desa  di  bawah pimpinannya. Perbedaan dari PWS yang dulu dan sekarang yaitu pada PWS sekarang  ini ada tambahan di peserta KB aktif, kunjungan bayi, dan pelayanan balita.   Diskusi Tanggapan 

Page 10: laporan provinsi riau compile - surveilans · PDF filedalam era desentralisasi, penetapan penyakit prioritas dalam surveilans ... semua data surveilans dari ... epidemiologi, di provinsi

‐ 10 ‐ 

 

Camat tidak mengerti untuk apa data PWS ini dikirimkan kepada mereka.  Bu Dewi Contoh kasus di Bantul, bupati sangat perhatian dengan masalah kesehatan ibu dan memberikan reward 200juta  bagi  desa  yang  bebas  4 masalah  kesehatan.  Bupati  sampai mengecek  ke  camat  apakah  dia mengerti  kondisi  kesehatan  di  daerahnya.  Sehingga menjadi motivasi  untuk  para  camat,  untuk  lebih aktif dalam mengurus masalah KIA. Ada positifnya, dan ada negatifnya  juga   pada kasus yang  tidak benar‐benar  risti, camat seperti mengejar‐ngejar bidan untuk merujuk sang  ibu  risti  tersebut. Padahal persalinan tersebut masih dapat ditolong oleh bidan.  Jadi disini ditekankan bahwa peranan dinkes penting dalam mengadvokasi kepala daerah untuk  lebih concern dalam masalah kesehatan.   Info dari Pak Suseno Di Siak dinilai cukup berhasil dalam program ibu dan anak, sehingga dijadikan salah satu daerah percontohan. Reformasi yang dilakukan di Siak cukup baik untuk masalah kesehatan ibu dan anak. Barangkali kuncinya yaitu pemimpin tertinggi ini mengerti masalah ini dan berkomitmen terhadap masalah kesehatan ibu dan anak.   Info dari Bu Hartati Di Siak itu kepala dinasnya asisten satu, sehingga hubungan dengan kepala daerah baik. Sehingga otomatis untuk melobi kepala daerah supaya peduli pada masalah kesehatan cenderung lebih mudah.  Info dari Pak Suseno Reformasi di siak sudah dimulai sejak beberapa tahun yang lalu. Dalam konteks ini, yang ingin ditekankan yaitu komitmen dari kepala daerah.   Masukan dari BKKBN Kita bisa kembali ke masa lalu, yaitu memberlakukan 8 sukses dari pemerintah daerah. Saat itu semua kepala daerah mengerti benar isi dari 8 sukses itu, dan  Perguruan tinggi dapat mengadvokasi ke mendagri supaya 8 sukses diberlakukan kembali.  Tanggapan dari Bu Bappeda Setuju dengan pernyataan dari pak Suseno. Yang penting adalah kita mempelajari proses yang berlangsung.   Bu Dewi Contoh kasus bumil dengan kelainan darah, yang Hb‐nya 6. Begitu mau melahirkan, suami menginfokan kepada bidan desa, ambulan desa, dsb sehingga akhirnya ibu itu dapat terselamatkan. Ini berkat kesiagaan dari masyarakat serta petugas kesehatan setempat.  Masukan dari Bu Hartati 

Page 11: laporan provinsi riau compile - surveilans · PDF filedalam era desentralisasi, penetapan penyakit prioritas dalam surveilans ... semua data surveilans dari ... epidemiologi, di provinsi

‐ 11 ‐ 

 

Bagaimana untuk pelaksanaan AMP untuk  tempat‐tempat yang  jauh? Bagaimana  solusinya? Mestinya disediakan format atau konsep AMP yang dapat dilakukan oleh dokter di Puskesmas yang jauh‐jauh itu. Untuk mengajari dokter tentang konsep AMP,bisa saja, tetapi dalam waktu dekat ini nanti dokternya sudah hilang, karena dokternya kebanyakan dokter PTT, jadi tidak ada regenerasi lebih lanjut.  KLB itu pun dananya terbatas.  Sesi IV Analisis Data dan Diseminasi Informasi Disampaikan oleh Raharjo, ST 

Pada sesi  ini dipaparkan mengenai pentingnya peranan data dalam surveilans. Data‐data yang ada  seharusnya  tidak  sekedar menjadi  tumpukan data,  tetapi dapat diolah  lebih  lanjut dan dianalisis sehingga dihasilkan informasi. Informasi tersebut, yang mungkin selama ini hanya ditempelkan di ruang rapat,  atau  kantor  kepala  dinas  kesehatan,  dapat  lebih  disebarluaskan  dengan  buletin  epidemiologi. Supaya  informasi bisa  lebih tersebar  luas, dan dengan biaya yang  lebih minimal, maka buletin tersebut dapat memanfaatkan fasilitas di dunia maya. Pak Raharjo menampilkan contoh buletin elektronik serta software untuk pengolahan data KIA.  

Kesimpulan 

Berikut beberapa kondisi surveilans KIA di provinsi Riau: 1. Unit surveilans dalam struktur kedinasan 

a. Belum terdapat UPT khusus yang mengurus surveilans di provinsi Riau. b. Selama  ini  surveilans masih berada di bawah  subdin  P2M, dan  surveilans  yang dilakukan 

sebatas penyakit menular. c. Orang‐orang  yang  duduk  di  struktur  kedinasan masih  dirasa  kurang  tepat  dengan  fungsi 

yang ditempatinya tersebut, sehingga fungsi tersebut belum dijalankan dengan optimal. 2. Anggaran untuk surveilans KIA 

Provinsi Riau, meskipun dikenal  sebagai daerah dengan pendapatan  tinggi, belum ada alokasi dari APBD untuk dana surveilans. 

3. Pelaksanaan surveilans lintas program dan lintas sektor a. Surveilans  yang  dilaksanakan  masih  terkotak‐kotak  di  masing‐masing  program,  belum 

melibatkan  lintas  program  dan  lintas  sektor.  Salah  satu  contoh  yaitu  cakupan  KN1  tinggi tetapi cakupan imunisasi hepatitis hari 0‐7 masih rendah. 

b. Lintas sektor dalam KIA, misalnya antara KUA dengan konseling caten sudah tidak berjalan lagi. 

c. Komitmen dari kepala daerah mengenai masalah kesehatan masih kurang. 4. Penyakit prioritas pada surveilans 

Penyakit prioritas untuk KIA  yaitu perdarahan pasca persalinan dan BBLR. Pemilihan penyakit prioritas berdasarkan angka kesakitan dan kematian yang terbanyak. Penyakit  prioritas  untuk  penyakit  menular  masih  tidak  menentu,  tergantung  di  mana  ada bantuan anggaran. 

Page 12: laporan provinsi riau compile - surveilans · PDF filedalam era desentralisasi, penetapan penyakit prioritas dalam surveilans ... semua data surveilans dari ... epidemiologi, di provinsi

‐ 12 ‐ 

 

5. Fungsi pokok surveilans a. Deteksi kasus, registrasi, konfirmasi, pelaporan 

i. Belum  ada  data  pasti  mengenai  jumlah  bumil  risti,  selama  ini  jumlahnya  masih merupakan asumsi. 

ii. Sudah mulai dilakukan pencatatan serta autopsi kasus kematian ibu dan anak selama 6 bulan terakhir, dan data tersebut disimpan oleh dinkes provinsi. 

iii. Selama ini sebagian data yang dikirim dari kabupaten/kota ke provinsi, maupun dari puskesmas  ke  kabupaten/kota,  bukan merupakan  data  riil.  Pengiriman  data masih dengan media kertas dan berupa data mentah yang belum dianalisis. 

iv. Puskesmas masih dirasakan sebagai titik lemah dalam pengumpulan data. Salah satu kendalanya  yaitu  pelatihan  dan  bimbingan  teknis  yang  diberikan  dari  provinsi  ke kabupaten/kota belum tentu dapat disebarluaskan ke seluruh puskesmas. 

v. Sistem pelaporan di provinsi Riau belum  terintegrasi,  laporan  yang  terkumpul pun belum mengikuti format yang telah dibakukan, padahal format baku tersebut sudah disosialisasikan sejak tahun 2007.  

vi. Pelaporan  data  yang  masuk  tidak  tepat  waktu  sehingga  menghambat  untuk penganalisisannya. 

vii. Selama  ini  pelaksanaan  pendataan  mengenai  WUS  belum  maksimal,  salah  satu kendalanya  yaitu  kekurangan  SDM  di  BKKBN.  Pendataan WUS  berisiko  pun  belum dilaksanakan. 

b. Analisis data c. Respon segera 

i. Selama  ini AMP dilaksanakan  setahun  sekali. Pelaksanaan AMP untuk  tempat‐tempat  tertentu mengalami  hambatan  dalam  hal  jarak,  yang mengakibatkan tidak semua kasus diaudit. 

d. Respon terencana i. Selama ini belum dilaksanakan musrenbang yang melibatkan kepala puskesmas 

di tingkat kecamatan. ii.  

e. Feedback i. Subdin  Yankes  sudah memiliki  buletin  elektronik  yang  berisikan  berita‐berita 

kesehatan,  dengan waktu  penerbitan  yang  belum  rutin,  tetapi minimal  enam bulan  sekali  diterbitkan  berita  baru. Dinkes  provinsi  Riau  pun  sudah memiliki web. 

6. Lain‐lain a. Mengenai  kebutuhan  software  KIA,  pihak  provinsi menyatakan mungkin  perlu  tetapi 

hasilnya  akan  sama  saja  bila  sosialisasi  dari  provinsi  ke  kabupaten/kota  dan  dari kabupaten/kota ke puskesmas tidak berjalan baik. 

b. Inti permasalahan yaitu motivasi masing‐masing unsur yang terlibat dalam KIA ini untuk melakukan perubahan. 

Page 13: laporan provinsi riau compile - surveilans · PDF filedalam era desentralisasi, penetapan penyakit prioritas dalam surveilans ... semua data surveilans dari ... epidemiologi, di provinsi

‐ 13 ‐ 

 

c. Mengusulkan  kepada  pihak  PMPK  UGM  untuk  advokasi  ke  depkes  mengenai pemberlakuan kembali 8 sukses 

d. Mengusulkan agar pihak PMPK UGM untuk advokasi ke depkes mengenai format AMP yang dapat dilakukan oleh dokter Puskesmas. 

 

Dari  tim  PMPK  FK UGM memberikan  rekomendasi  langkah  yang  dapat  ditempuh  oleh  Provinsi  Riau 

sebagai berikut: 

1. Surveilans dilakukan secara terintegrasi lintas bidang dan melibatkan peranan lintas sektor. 2. Perlu disusun suatu UPT surveilans di provinsi, dan kabupaten/kota 3. Dibentuk satu tim penyusun buletin epidemiologi, baik untuk tim teknis maupun tim isi. 4. Pengolahan dan analisis data PWS dan AMP ini harus diikuti oleh respon segera dan terencana. 

Pelaku respon ini tidak hanya dari dinkes, tetapi juga melibatkan lintas sektor. 5. Advokasi kepada pemerintah daerah khususnya kepala daerah merupakan langkah kunci yang 

dapat membuka jalan dalam hal penguatan surveilans KIA. 6. Provinsi perlu memberikan sosialisasi lagi mengenai sistem surveilans – respons KIA. 7. Peranan provinsi penting dalam memberikan bimbingan teknis kepada kabupaten/kota. 8. Pendataan yang dilakukan harus lebih terperinci, terutama untuk data by name bumil risti, 

karena dapat bermanfaat guna pemantauan kondisi serta dapat dijadikan acuan dalam pengajuan anggaran. 

 

B. Dinkes Kabupaten Kampar Waktu dan Tempat Kegiatan  ini  dilaksanakan  selama  1  hari  pada  tanggal  11  September  2008,  pukul  09.00  –  15.30, bertempat di kantor Dinkes Kabupaten Kampar.   Peserta  Kegiatan ini dihadiri oleh 19 orang staf Dinkes Provinsi Riau. Adapun yang hadir adalah: 

1. Darusman – Kasie KIA Dinkes Kab Kampar 2. Dra. Susi M – Dinkes Kab Kampar 3. Drg. Yusi Prastiningsih – Kepala PKM Kampar 4. Dr. Yessi Jul – Kepala PKM Bangkinang I 5. Nurwati – Puskesmas Kampar 6. Asmiarty – Puskesmas Bangkinang 7. Tin Gustina, SKM, M.Kes – Seksi Surveilans Dinkes Kab Kampar 8. Essy Desmita, SKM – Dinkes Kab Kampar 9. Warmawati – Dinkes Kab Kampar 10. Herlina – Dinkes Kab Kampar 11. Murniwaty – IBI Kab Kampar 12. Dwi Astuti – Disnakerduk Kab Kampar 13. Rinaldi Irwan, Apt – Yankes Dinkes Kab Kampar 14. Herlyn Rahmola, SKM – Kasubdin PK Dinkes Kab Kampar 15. Didi Dwiantoro, B.Sc – Koordinator DHS Kab Kampar 

Page 14: laporan provinsi riau compile - surveilans · PDF filedalam era desentralisasi, penetapan penyakit prioritas dalam surveilans ... semua data surveilans dari ... epidemiologi, di provinsi

‐ 14 ‐ 

 

16. Harun – Staf KIA/DHS Kab Kampar 17. Mega Sabrina, SKM – Staf Seksi KIA KB Kab Kampar 18. Katerina Sebayang – Staf seksi Gizi UKS Kab Kampar 

  Sosialisasi Proyek Penguatan Surveilans – Respons KIA   Agenda  pertama  yaitu  sosialisasi  proyek,  dihadiri  oleh  Kadinkes  Kabupaten  Kampar  Ahmad Hanevi, SKM, drg. Dewi MDH, M.Si selaku konsultan utama, Raharjo, ST selaku ahli IT, FX Soeseno dari DHS, ibu Dian dan ibu Ika Irawati selaku co‐trainer dari provinsi Riau, dan Likke selaku asisten konsultan.  

Pertama  tama,  pak  Suseno  memberikan  penjelasan  mengenai  program  DHS  untuk pengembangan surveilans – respons KIA, agenda acara kunjungan pertama ke Provinsi Riau serta proyek ini yang melibatkan kabupaten Kampar dan Siak sebagai daerah percontohan awal.  

Bu   Dewi memberikan penjelasan mengenai proyek DHS dan kaitannya dengan PMPK FK UGM, juga mengenai  pentingnya masalah  KIA  untuk  diatasi.  Selama  ini masalah  KIA merupakan  salah  satu masalah penting dalam dunia kesehatan, namun data yang selama ini diperoleh masih minim, kalaupun telah ada pun diragukan validitasnya. Untuk itu, perlu dilakukan pengumpulan data semaksimal mungkin seperti  yang  telah  diterapkan  oleh Depkes  yaitu menggunakan  PWS  dan AMP. Namun  tidak  sebatas pengumpulan  data,  data  tersebut  kemudian  dianalisis,  hasil  analisis  dapat  dijadikan  pedoman  dalam melakukan respon segera dan terencana, dan hasil tersebut dapat didiseminasikan dalam bentuk buletin epidemiologi.   Sebagai tanggapan terhadap penjelasan dari tim DHS dan tim PMPK FK UGM, Kadinkes kabupaten Kampar memaparkan kondisi surveilans KIA di daerahnya. 

1. Dalam struktur kedinasan, surveilans masih berada di bawah bidang P2M 2. Dalam hal anggaran, selama ini sama sekali tidak ada dana untuk surveilans. 3. Pelaksanaan surveilans untuk penyakit menular di kabupaten Kampar belum maksimal, terlebih 

lagi untuk surveilans KIA. 4. Data mengenai KIA cukup lengkap, dan 75% data dapat dipercaya kevalidannya. 5. Angka kematian ibu selama tahun 2007, jumlah absolutnya < 50, dan bila dikonversi diperoleh 

AKI 122/100000 kelahiran hidup. Angka tersebut lebih rendah dari target Indonesia yaitu 125. 6. Tren angka kematian ibu cukup variatif, dan tahun 2007 ini meningkat. 7. Budaya masyarakat masih sangat kental, masih banyak yang beranggapan bahwa lebih baik 

meninggal di rumah sendiri daripada di rumah sakit   hal ini mengakibatkan rendahnya tingkat rujukan ke rumah sakit atau sarana yang memadahi. 

8. Sudah dilakukan pelatihan untuk bidan dan kader, dalam rangka peningkatan Poskesdes. Setelah memaparkan hal‐hal  tersebut di atas, Kadinkes menegaskan bahwa  sangat menerima 

adanya program peningkatan surveilans KIA di kabupaten Kampar. Beliau menyatakan bahwa dalam segi anggaran tidak begitu masalah serta dukungan dari kepala daerah untuk masalah kesehatan pun baik.     

Page 15: laporan provinsi riau compile - surveilans · PDF filedalam era desentralisasi, penetapan penyakit prioritas dalam surveilans ... semua data surveilans dari ... epidemiologi, di provinsi

‐ 15 ‐ 

 

Pelatihan  Peningkatan  Kapasitas  Dinas  Kesehatan  dalam  Penyelenggaraan  Sistem  Surveilans  – Respons KIA   Agenda kedua yaitu pelatihan bagi staf terkait mengenai penguatan surveilans – respons KIA di dinas kesehatan provinsi Riau. Topik‐topik yang diusung dalam pelatihan  ini yaitu mengenai surveilans dalam era desentralisasi, penetapan penyakit prioritas dalam  surveilans –  respons KIA, pelaksanaan 8 fungsi pokok surveilans, dan PWS yang dibawakan oleh drg. Dewi Marhaeni DH, M.Si, serta analisis data dan  diseminasi  informasi  yang  dibawakan  oleh  Raharjo,  ST;  keduanya  dari  tim UGM. Dalam  agenda kedua ini banyak dilakukan diskusi antara pemateri dan peserta pelatihan, juga antara peserta pelatihan sendiri.    Acara pelatihan  ini dibuka oleh Wakadinkes Kabupaten Kampar, karena Kadinkes berhalangan untuk hadir. Wakadinkes memaparkan bahwa angka kematian ibu, bayi dan balita merupakan indikator dalam pembangunan di bidang kesehatan. Tahun 2002 pernah mencoba melakukan survey dengan dana DHS   angka kematian ibu dan bayi lebih tinggi dari nasional, tapi angka nasional saat itu adalah angka yang tidak update. Dengan adanya proyek penguatan surveilans KIA ini, diharapkan masalah dalam data bisa terpecahkan, data yang diperoleh bisa lebih akurat, dan pada akhirnya diperoleh hasil akhir berupa penurunan angka kematian Ibu, angka kematian bayi dan balita.    Diskusi Info dari Bu Yesi Selama ini jika ada kasus, kemudian dirujuk, tapi tidak pernah di follow up hasil dari kasus rujukan itu.  Masalah yang ada yaitu jauhnya jarak antara puskesmas dan kabupaten, yang menghalangi proses pengiriman data (kekurangan angggaran.   Info dari Pak Darus Selama ini data‐data yang ada itu sudah dipetakan tapi tampilan yang ada itu pada tiap area puskesmas. Misal ada sesuatu kasus pada desa A, mapping yang keluar itu seakan‐akan ada kasus pada seluruh area puskesmas, jadi intervensi yang diberikan kurang bisa terfokus pada desa yang dimaksud.   Info dari Bu Nety Gambaran pelaporan data selama ini: W2   laporan bulanan yang dirinci per minggu, harusnya laporan mingguan W1   dilaporkan kalau sudah menjadi KLB Dulu pernah ada siknas dari pusdatin, tapi sekarang sudah rusak.   Pertanyaan dari Pak Suseno Menanyakan apakah ada perbedaan antara pencatatan yang dulu dengan yang baru ini? Jawaban Bu Dewi Intinya kalau proses pencatatan sudah jalan, data‐data ini sudah ada, maka dapat diolah sedemikian rupa sehingga menjadi yang informatif.  

Page 16: laporan provinsi riau compile - surveilans · PDF filedalam era desentralisasi, penetapan penyakit prioritas dalam surveilans ... semua data surveilans dari ... epidemiologi, di provinsi

‐ 16 ‐ 

 

Tanggapan Menanyakan laporan ini tujuannya untuk apa. Pernah suatu kasus, laporan itu tujuannya untuk disajikan, tapi bukan pemaparan data riil dan permasalahannya, data dibuat tampak bagus sehingga di daerah tersebut ada kunjungan dari pembuat keputusan.   Bu Dian, co‐trainer dari Provinsi Riau Harapan dari provinsi, surveilans dilakukan tidak hanya pada bidang P2M, tetapi juga di bidang KIA.   Bu Ika, co‐trainer dari Provinsi Riau Perlu lebih memperketat pengamatan bumil dan anak. Untuk masalah tetanus neonatorum, kabupaten Kampar selama tahun 2007 angka kesakitan karena tetanus neonatorum cukup tinggi. Dan tetap dikhawatirkan ada under‐reporting.   Kesimpulan Berikut beberapa kondisi surveilans KIA di kabupaten Kampar: 

1. Unit surveilans dalam struktur kedinasan e. Belum terdapat UPT khusus yang mengurus surveilans di kabupaten Kampar. f. Selama  ini  surveilans masih berada di bawah  subdin  P2M, dan  surveilans  yang dilakukan 

sebatas penyakit menular. g. Pelaksanaan surveilans penyakit menular belum maksimal. Surveilans KIA sama sekali belum 

dilakukan. 2. Anggaran untuk surveilans KIA 

Sama  sekali  tidak  ada  anggaran  khusus  untuk  surveilans.  Dana  yang  ada  dialokasikan  per program. 

3. Pelaksanaan surveilans lintas program dan lintas sektor a. Surveilans  yang  dilaksanakan  masih  terkotak‐kotak  di  masing‐masing  program,  belum 

melibatkan lintas program dan lintas sektor.  b. Komitmen dari kepala daerah mengenai masalah kesehatan baik. 

4. Penyakit prioritas pada surveilans Penyakit prioritas untuk KIA  yaitu perdarahan pasca persalinan dan BBLR. Pemilihan penyakit prioritas berdasarkan angka kesakitan dan kematian yang terbanyak. 

5. Fungsi pokok surveilans a. Deteksi kasus, registrasi, konfirmasi, pelaporan 

i. Sudah ada data KIA yang dianggap valid 75% ii. Belum ada data kematian ibu dan anak di dinkes kabupaten. iii. Selama ini sebagian data yang dikirim dari kabupaten/kota ke provinsi, maupun dari 

puskesmas  ke  kabupaten/kota,  bukan merupakan  data  riil.  Pengiriman  data masih dengan media kertas dan berupa data mentah yang belum dianalisis. 

iv. Pelaporan  mingguan  masih  belum  dikirim  rutin  per  minggu  (laporan  W1  yang seharusnya dikirim per minggu dikirimkan bulanan yang dirinci tiap minggu) 

Page 17: laporan provinsi riau compile - surveilans · PDF filedalam era desentralisasi, penetapan penyakit prioritas dalam surveilans ... semua data surveilans dari ... epidemiologi, di provinsi

‐ 17 ‐ 

 

v. Pelaporan  data  yang  masuk  tidak  tepat  waktu  sehingga  menghambat  untuk penganalisisannya. Biasanya pelaporan baru dimasukkan kalau terjadi KLB. 

vi. Belum ada pendataan mengenai WUS. b. Analisis data 

i. Analisis data  sudah dilakukan dan dibuat pemetaan,  tetapi pemetaan yang ada  itu baru sebatas tingkat Puskesmas. 

c. Respon segera i. Selama  ini AMP dilaksanakan  setahun  sekali. Pelaksanaan AMP untuk  tempat‐

tempat  tertentu mengalami  hambatan  dalam  hal  jarak,  yang mengakibatkan tidak semua kasus diaudit. 

d. Respon terencana i. Selama ini belum dilaksanakan musrenbang yang melibatkan kepala puskesmas 

di tingkat kecamatan. e. Feedback 

i. Belum ada buletin epidemiologi. ii. Untuk  pembuatan  buletin  online  ini  pihak  kabupaten  Kampar  menyatakan 

memiliki kesulitan dalam hal jaringan internet.    

Tim PMPK FK UGM memberikan rekomendasi sebagai berikut: 

1. Surveilans dilakukan secara terintegrasi lintas bidang dan melibatkan peranan lintas sektor. 2. Perlu disusun suatu UPT surveilans di provinsi, dan kabupaten/kota 3. Dibentuk satu tim penyusun buletin epidemiologi, baik untuk tim teknis maupun tim isi. 4. Pengolahan dan analisis data PWS dan AMP ini harus diikuti oleh respon segera dan terencana. 

Pelaku respon ini tidak hanya dari dinkes, tetapi juga melibatkan lintas sektor. 5. Advokasi kepada pemerintah daerah khususnya kepala daerah merupakan langkah kunci yang 

dapat membuka jalan dalam hal penguatan surveilans KIA. 6. Peranan provinsi penting dalam memberikan bimbingan teknis kepada kabupaten/kota. 7. Pendataan yang dilakukan harus lebih terperinci, terutama untuk data by name bumil risti, 

karena dapat bermanfaat guna pemantauan kondisi serta dapat dijadikan acuan dalam pengajuan anggaran. 

8. Mulai dari bidan desa dapat mulai menyusun perencanaan untuk diajukan ke musrenbang tingkat desa, kepala puskesmas juga menyusun perencanaan untuk diajukan ke musrenbang tingkat kecamatan, dan seterusnya. 

   

 

 

 

 

Page 18: laporan provinsi riau compile - surveilans · PDF filedalam era desentralisasi, penetapan penyakit prioritas dalam surveilans ... semua data surveilans dari ... epidemiologi, di provinsi

‐ 18 ‐ 

 

C. Dinkes Kabupaten Siak Waktu dan Tempat Kegiatan  ini  dilaksanakan  selama  1  hari  pada  tanggal  12  September  2008,  pukul  09.00  –  15.00, bertempat di kantor Bupati Siak.   Peserta  Kegiatan  ini dihadiri oleh 20 orang staf Dinkes Kabupaten Siak, serta  lintas sektor terkait. Adapun yang hadir adalah: 

1. dr. Apdani Sophya – Puskesmas Dayun 2. dr. Formatiur – Puskesmas L. Dalam 3. Elwithra – TP PKK Kab Siak 4. Rozana – Dinkes Kab Siak 5. Febita W, Amd.Keb – Puskesmas Bt. Hilir 6. Dewi Sahita – Dinkes Kab Siak 7. Khairani Hasyim, SKM, M.Si – Dinkes Kab Siak 8. Dr. Margareta – Dinkes Kab Siak 9. Sri Hermiyanti – Dinkes Kab Siak 10. Amsirniah – Dinkes Kab Siak 11. R. Juarisman – Bappeda Kab Siak 12. Adi Rusmanto – Dinkes Kab Siak 13. Dr. Munadirin – Dinkes Kab Siak 14. Khamariah – IBI Kab Siak 15. Wahyuddin – Dinkes Kab Siak 16. Defry Arya Guna – Dinkes Kab Siak 17. Badarian – Puskesmas Siak 18. Dr. Erwin, Sp.OG – POGI Kab Siak 19. Dr. Didin K – RSUD Kab Siak 20. Tina Haryani – Puskesmas Siak 

 Sosialisasi Proyek Penguatan Surveilans – Respons KIA   Agenda pertama yaitu  sosialisasi proyek, oleh Kadinkes Kabupaten Siak, drg. Dewi MDH, M.Si selaku konsultan utama, dan FX Soeseno dari DHS. Pada kunjungan ke kabupaten Siak ini, turut serta 2 orang co‐trainer dari Provinsi Riau yaitu dr. Hartati dan ibu Ika Irawati. 

Bu   Dewi memberikan penjelasan mengenai proyek DHS dan kaitannya dengan PMPK FK UGM, juga mengenai  pentingnya masalah  KIA  untuk  diatasi.  Selama  ini masalah  KIA merupakan  salah  satu masalah penting dalam dunia kesehatan, namun data yang selama ini diperoleh masih minim, kalaupun telah ada pun diragukan validitasnya. Untuk itu, perlu dilakukan pengumpulan data semaksimal mungkin seperti  yang  telah  diterapkan  oleh Depkes  yaitu menggunakan  PWS  dan AMP. Namun  tidak  sebatas pengumpulan  data,  data  tersebut  kemudian  dianalisis,  hasil  analisis  dapat  dijadikan  pedoman  dalam melakukan respon segera dan terencana, dan hasil tersebut dapat didiseminasikan dalam bentuk buletin epidemiologi.    

Page 19: laporan provinsi riau compile - surveilans · PDF filedalam era desentralisasi, penetapan penyakit prioritas dalam surveilans ... semua data surveilans dari ... epidemiologi, di provinsi

‐ 19 ‐ 

 

Pelatihan  Peningkatan  Kapasitas  Dinas  Kesehatan  dalam  Penyelenggaraan  Sistem  Surveilans  – Respons KIA   Agenda kedua yaitu pelatihan bagi staf terkait mengenai penguatan surveilans – respons KIA di dinas kesehatan provinsi Riau. Topik‐topik yang diusung dalam pelatihan  ini yaitu mengenai surveilans dalam era desentralisasi, penetapan penyakit prioritas dalam  surveilans –  respons KIA, pelaksanaan 8 fungsi pokok surveilans, dan PWS yang dibawakan oleh drg. Dewi Marhaeni DH, M.Si, serta analisis data dan  diseminasi  informasi  yang  dibawakan  oleh  Raharjo,  ST;  keduanya  dari  tim UGM. Dalam  agenda kedua ini banyak dilakukan diskusi antara pemateri dan peserta pelatihan, juga antara peserta pelatihan sendiri.    Acara pelatihan ini dibuka oleh Kabupaten Siak merupakan salah satu kabupaten percontohan untuk program kemitraan bidan – dukun. Maka dari itu, adanya program penguatan surveilans – respons KIA ini dirasakan bersesuaian jalan dengan kondisi KIA di kabupaten Siak. Diharapkan dengan surveilans KIA yang baik, kondisi KIA di kabupaten Siak akan bertambah baik pula.    Berikutnya dipaparkan mengenai kondisi KIA di kabupaten Siak. Program unggulan KIA di kabupaten Siak yaitu kemitraan bidan dan dukun dalam pertolongan persalinan. Tingkat persalinan yang ditolong oleh tenaga kesehatan juga meningkat dari 69,8% di tahun 2003 menjadi 88,8% di tahun 2007. Jumlah kasus kematian ibu yaitu 13, 16, 15 dan 11 di tahun 2004 – 2007. Perdarahan pasca persalinan merupakan penyebab terbanyak kasus kematian ibu. Namun demikian, angka ini masih meragukan, diperkirakan masih banyak lagi kasus kematian yang tidak dilaporkan karena persalinan ditolong oleh dukun. Dari angka tersebut, ada 2 kasus kematian dengan penolong perawat. Hal ini perlu evaluasi mengenai kompetensi tenaga kesehatan yang dapat melakukan pertolongan persalinan. Angka kematian bayi berturut‐turut 44, 60, 30, 61 di tahun 2004 – 2007. Penyebab terbanyak kematian bayi yaitu BBLR dan lahir mati. Untuk kasus BBLR ini dari kabupaten Siak telah mengadakan program pemberian susu untuk bumil KEK. 

   Setelah pembukaan oleh Kadinkes Provinsi Riau, acara berlanjut pada pemberian materi yang 

dibagi menjadi 4 sesi. 

 Diskusi Bu Khaerani Di Siak sudah ada alokasi anggaran dari APBD untuk surveilans, kalau untuk KIA baru ada dana untuk surveilans gizi.  APBD mengalokasikan 3,8% untuk bidang kesehatan, dengan nilai 55,4 milyar. Selama ini puskesmas masih 1 RKA, diharapkan tahun 2010 sudah jadi KPA. Untuk Puskesmas diberikan 10 milyar. Pusk ranap 12 juta/bulan, pusk non ranap 10 juta/bulan. Tapi  dana ini masih dinilai tidak cukup.     Pak Surveilans Di kabupaten Siak masih memprioritaskan untuk DBD. Penyakit tropis seperti filariasis dan TBC juga masih tinggi. Untuk KIA penyakit utama yaitu perdarahan dan BBLR.  

Page 20: laporan provinsi riau compile - surveilans · PDF filedalam era desentralisasi, penetapan penyakit prioritas dalam surveilans ... semua data surveilans dari ... epidemiologi, di provinsi

‐ 20 ‐ 

 

 Bu Khaerani Sebagian bidan praktek swasta di Siak sudah melakukan pelaporan. Dinas kabupaten belum memiliki by name risti, hanya rekapan jumlahnya saja. Tapi untuk AMP by name sudah ada.  Untuk ke propinsi juga baru memiliki rekap jumlah risti.   Bu Khaerani Data yang dipaparkan bu Rani diperoleh dari laporan bulanan, PWS, otopsi kematian. Dari rumah sakit pemerintah juga ada laporan, walaupun tidak langsung, tapi laporan tersebut dari kantong‐kantong persalinan. Begitu pula di rumah sakit swasta, data diperoleh tidak langsung dari kantong‐kantong persalinan (dari bidan yang awalnya melakukan pertolongan persalinan).  Tiap kasus kematian ibu, dilakukan AMP, oleh bidan yang bertanggung jawab di daerah tersebut.  Kasus AMP didiskusikan tiap setahun sekali, melibatkan dokter spesialis obsgyn dan anak.   Bu Dewi Seharusnya AMP itu berupa respon segera, jadi harus dilakukan langsung setiap ada kasus kematian.    Informasi dari Kasi Surveilans Di Siak ini ada sudah ada tim DTPS yang merupakan gabungan dari bapeda, dinas, dan dokter ahli.   Bu Khaerani Untuk komitmen, Siak menyatakan siap untuk mau menguatkan sistem surveilans respons KIA.  Pak Surveilans Selama ini sudah dikembangkan software. Tapi untuk mapping terbentur hanya sampai kecamatan, dan sulit untuk melakukan pemetaan sampai ke desa‐desa    Pak Surveilans Selama ini data yang dilaporkan sebenarnya bukan data riil, tapi masih merupakan asumsi.  Kesulitan di Siak tingkat pendatang sangat tinggi. Kadang hanya beberapa bulan. Sering datang tidak lapor. Dan justru di daerah tersebut banyak kasus‐kasus kesakitan dan kematian.     Bu Hartati Salah satu kendala yang terjadi di lapangan yaitu bidan desa bekerja seperti praktek dokter, hanya menunggu pasien, tidak mendatangi satu persatu dari rumah ke rumah. Seharusnya bidan desa lebih aktif turun ke masyarakat.  Bu Rani Sekarang ini ada P4K, dimana kalau ada bumil harus langsung dicatat.   

Page 21: laporan provinsi riau compile - surveilans · PDF filedalam era desentralisasi, penetapan penyakit prioritas dalam surveilans ... semua data surveilans dari ... epidemiologi, di provinsi

‐ 21 ‐ 

 

Bu Hartati Yang penting monitoring dari yang di atas terhadap jalannya bidan desa, tidak ada reward dan punishment. Data yang diserahkan diambil dari data lurah.  Jadi intinya, data itu harus dibenahi dari sekarang.   Bu Rani Yang ditampilkan oleh Pak Raharjo sangat dibutuhkan, dan kami ingin melakukan hal seperti itu. Apakah disini akan diberikan software itu juga?   Pak RSUD Pangkal pokok masalah yaitu masalah data.   Pak Suseno Bila kita memiliki data yang akurat,  Bila masalah yang kita temukan itu kita tidak mendapatkan perhatian dan respon yang cukup, sama saja tidak ada gunanya. Jadi jangan lupakan masalah respon yang dapat dilakukan.   Pak Surveilans Apa yang UGM bawa bukan di awang2. Di sini adalah daerah pemekaran, sehingga ingin mengejar supaya cepat berkembang. Kesulitannya yaitu, keluaran dari puskesmas itu dalam bentuk manual, dan di tingkat lebih atas lagi harus memasukkan data manual juga.  Bu Ika Siak memiliki peluang bagus untuk dikembangkan sistem surveilans KIA. Semoga dapat di compile dengan P4K, dsb. Siak memang sering dijadikan percontohan dalam KIA.  Bu Rani Langkah pertama apa yang harus dilakukan oleh pihak Siak?   Kesimpulan 

1. Unit surveilans dalam struktur kedinasan a. Belum terdapat UPT khusus surveilans. b. Selama ini surveilans masih berada di bawah subdin P2M. 

2. Anggaran untuk surveilans KIA a. Di Siak sudah ada alokasi anggaran dari APBD untuk surveilans, kalau untuk KIA baru ada 

dana untuk surveilans gizi.  b. APBD mengalokasikan 3,8% untuk bidang kesehatan, dengan nilai 55,4 milyar. 

3. Pelaksanaan surveilans lintas program dan lintas sektor 

Page 22: laporan provinsi riau compile - surveilans · PDF filedalam era desentralisasi, penetapan penyakit prioritas dalam surveilans ... semua data surveilans dari ... epidemiologi, di provinsi

‐ 22 ‐ 

 

a. Surveilans  lintas  program:  antara  BBLR  dan  Gizi menerapkan mengenai  pemberian  PMT untuk bumil KEK. 

b. Surveilans lintas sektor: belum ada c. Komitmen dari kepala daerah mengenai masalah kesehatan sangat baik. 

4. Penyakit prioritas pada surveilans Penyakit prioritas untuk KIA  yaitu perdarahan pasca persalinan dan BBLR. Pemilihan penyakit prioritas berdasarkan angka kesakitan dan kematian yang terbanyak. 

5. Fungsi pokok surveilans a. Deteksi kasus, registrasi, konfirmasi, pelaporan 

i. Sebagian bidan praktek swasta di Siak sudah melakukan pelaporan. ii. Dinas kabupaten belum memiliki by name risti, hanya rekapan jumlahnya saja. Tapi 

untuk AMP by name sudah ada. Untuk ke propinsi juga baru memiliki rekap jumlah risti.  

iii. Sudah ada data KIA yang cukup valid. iv. Selama ini sebagian data yang dikirim dari kabupaten/kota ke provinsi, maupun dari 

puskesmas  ke  kabupaten/kota,  bukan merupakan  data  riil.  Pengiriman  data masih dengan media kertas dan berupa data mentah yang belum dianalisis. 

v. Pelaporan  data  yang  masuk  tidak  tepat  waktu  sehingga  menghambat  untuk penganalisisannya. Biasanya pelaporan baru dimasukkan kalau terjadi KLB. 

vi. Belum ada pendataan mengenai WUS. vii. Data yang dipaparkan bu Rani diperoleh dari laporan bulanan, PWS, otopsi kematian. viii. Dari rumah sakit pemerintah juga ada laporan, walaupun tidak langsung, tapi laporan 

tersebut dari kantong‐kantong persalinan.  ix. Begitu pula di rumah sakit swasta, data diperoleh tidak langsung dari kantong‐

kantong persalinan (dari bidan yang awalnya melakukan pertolongan persalinan).  x. Selama ini data yang dilaporkan sebenarnya bukan data riil, tapi masih merupakan 

asumsi.  xi. Kesulitan di Siak tingkat pendatang sangat tinggi. Kadang hanya beberapa bulan. 

Sering datang tidak lapor. Dan justru di daerah tersebut banyak kasus‐kasus kesakitan dan kematian. 

xii. Salah satu kendala yang terjadi di lapangan yaitu bidan desa bekerja seperti praktek dokter, hanya menunggu pasien, tidak mendatangi satu persatu dari rumah ke rumah. Seharusnya bidan desa lebih aktif turun ke masyarakat. 

xiii. Sekarang ini ada P4K, dimana kalau ada bumil harus langsung dicatat.  b. Analisis data 

i. Analisis data  sudah dilakukan dan dibuat pemetaan,  tetapi pemetaan yang ada  itu baru sebatas tingkat Puskesmas. 

c. Respon segera i. Tiap kasus kematian ibu, dilakukan AMP, oleh bidan yang bertanggung jawab di 

daerah tersebut.  

Page 23: laporan provinsi riau compile - surveilans · PDF filedalam era desentralisasi, penetapan penyakit prioritas dalam surveilans ... semua data surveilans dari ... epidemiologi, di provinsi

‐ 23 ‐ 

 

ii. Kasus AMP didiskusikan tiap setahun sekali, melibatkan dokter spesialis obsgyn dan anak.  

d. Respon terencana i. Selama ini belum dilaksanakan musrenbang yang melibatkan kepala puskesmas 

di tingkat kecamatan. ii. Di Siak ini ada sudah ada tim DTPS yang merupakan gabungan dari bapeda, 

dinas, dan dokter ahli.  e. Feedback 

i. Belum ada buletin epidemiologi. ii. Selama ini sudah dikembangkan software. Tapi untuk mapping terbentur hanya 

sampai kecamatan, dan sulit untuk melakukan pemetaan sampai ke desa‐desa iii. Sudah ada web kabupaten Siak, dinas kesehatan dapat memanfaatkan adanya 

web tersebut untuk kemudian diterbitkan buletin epidemiologi melalui web tersebut. 

6. Lain‐lain i. Tanggapan: Apa yang UGM bawa ini dapat direalisasikan. Di sini adalah daerah 

pemekaran, sehingga ingin mengejar supaya cepat berkembang.     Tim PMPK FK UGM memberikan rekomendasi sebagai berikut:  Rekomendasi 

1. Diharapkan di Siak  ini, karena konsep di kesehatan masih dalam proses, dan dengan dukungan optimal  dari  pemerintah  daerah,  dapat  dibentuk  suatu  UPT  surveilans.  Surveilans  dijadikan dalam satu UPT, tidak terpecah‐pecah pada masing‐masing program. 

2. Surveilans dilakukan secara terintegrasi lintas bidang dan melibatkan peranan lintas sektor. 3. Advokasi kepada kepala dinas kesehatan. Untuk itu tim KIA dan surveilans harus menyamakan 

persepsi dan komitmen dalam mengembangkan sistem surveilans KIA. 4. Sosialisasi kembali ke Puskesmas mengenai masalah surveilans. 5. Mengoptimalkan pengumpulan data yang ada yaitu dari PWS dan AMP. Pendataan yang 

dilakukan harus lebih terperinci, terutama untuk data by name bumil risti, karena dapat bermanfaat guna pemantauan kondisi serta dapat dijadikan acuan dalam pengajuan anggaran. 

6. Pengolahan dan analisis data PWS dan AMP ini harus diikuti oleh respon segera dan terencana. Pelaku respon ini tidak hanya dari dinkes, tetapi juga melibatkan lintas sektor. 

7. Pembuatan buletin, data yang dibutuhkan sudah ada, hanya tinggal diolah dan dianalisis sehingga menghasilkan informasi. 

8. Memanfaatkan web milik kabupaten Siak untuk menampilkan buletin.  9. Dana untuk surveilans dari APBD diharapkan dapat dioptimalkan.