Paper Compile Oecd

30
PEMBAHASAN A. Isu Internasional Akuntansi Akrual di Negara Lain Akuntansi berbasis akrual mulai menarik perhatian sektor publik ketika basis kas yang sudah digunakan sejak awal kurang dapat memberikan seluruh informasi yang dibutuhkan, khususnya mengenai kinerja Pemerintah. Penggunaan akuntansi berbasis akrual dimulai pada dua dekade lalu, yaitu oleh Selandia Baru. Selandia Baru adalah negara pertama yang menerapkan basis akrual pada pelaporan keuangannya pada tahun anggaran 1992 dan pada penganggarannya pada tahun anggaran 1995. Praktik akuntansi ini kemudian mulai populer dan diikuti oleh negara-negara lain. Beberapa negara menggunakan basis akrual untuk penyusunan laporan keuangan dan penganggaran. Namun lebih banyak negara yang menerapkan basis akrual dalam pelaporan keuangannya saja. OECD, seperti yang diungkapkan dalam PUMA/SBO(2002)10, menyatakan ada dua risiko yang cenderung dihadapi ketika menggunakan basis akrual dalam penganggaran, antara lain: 1.Penganggaran berbasis akrual diyakini akan menimbulkan resiko disiplin anggaran. Keputusan politik untuk mengeluarkan uang hanya dapat diakomodir oleh basis kas. 2.Legislatif cenderung resisten dalam mengadopsi penganggaran berbasis akrual karena kompleksitas dari konsep akrual itu sendiri. Namun demikian, apabila penerapan akrual hanya digunakan untuk pelaporan keuangan dan tidak untuk anggaran, kelemahannya adalah tidak akan menyelesaikan masalah secara serius/komprehensif. Anggaran adalah dokumen kunci dari manajemen sektor publik (pemerintah) dan akuntabilitas didasarkan pada anggaran yang telah disetujui legislatif (DPR/DPRD). Apabila anggaran didasarkan pada basis kas, fokus perhatian dari pemerintah dan legislatif hanya pada

Transcript of Paper Compile Oecd

Page 1: Paper Compile Oecd

PEMBAHASAN

A. Isu Internasional Akuntansi Akrual di Negara Lain

Akuntansi berbasis akrual mulai menarik perhatian sektor publik ketika basis kas yang sudah

digunakan sejak awal kurang dapat memberikan seluruh informasi yang dibutuhkan, khususnya

mengenai kinerja Pemerintah. Penggunaan akuntansi berbasis akrual dimulai pada dua dekade lalu,

yaitu oleh Selandia Baru. Selandia Baru adalah negara pertama yang menerapkan basis akrual pada

pelaporan keuangannya pada tahun anggaran 1992 dan pada penganggarannya pada tahun anggaran

1995. Praktik akuntansi ini kemudian mulai populer dan diikuti oleh negara-negara lain.

Beberapa negara menggunakan basis akrual untuk penyusunan laporan keuangan dan

penganggaran. Namun lebih banyak negara yang menerapkan basis akrual dalam pelaporan

keuangannya saja. OECD, seperti yang diungkapkan dalam PUMA/SBO(2002)10, menyatakan ada

dua risiko yang cenderung dihadapi ketika menggunakan basis akrual dalam penganggaran, antara

lain:

1. Penganggaran berbasis akrual diyakini akan menimbulkan resiko disiplin anggaran. Keputusan

politik untuk mengeluarkan uang hanya dapat diakomodir oleh basis kas.

2. Legislatif cenderung resisten dalam mengadopsi penganggaran berbasis akrual karena

kompleksitas dari konsep akrual itu sendiri.

Namun demikian, apabila penerapan akrual hanya digunakan untuk pelaporan keuangan dan

tidak untuk anggaran, kelemahannya adalah tidak akan menyelesaikan masalah secara

serius/komprehensif. Anggaran adalah dokumen kunci dari manajemen sektor publik (pemerintah)

dan akuntabilitas didasarkan pada anggaran yang telah disetujui legislatif (DPR/DPRD). Apabila

anggaran didasarkan pada basis kas, fokus perhatian dari pemerintah dan legislatif hanya pada sumber

daya berbasis kas. Dengan demikian, apabila laporan keuangan dihasilkan dari basis yang berbeda

(pelaporan keuangan berbasis akrual sementara anggaran berbasis kas), risikonya adalah seakan-akan

hanya latihan akuntansi saja.

Dalam makalah ”Transition to Accrual Accounting” IMF menyimpulkan beberapa isu terkait

dengan penerapan basis akrual, antara lain:

a. Perumusan Kebijakan Akuntansi

Basis kas terutama berkaitan dengan pencatatan transaksi penerimaan dan pembayaran kas relatif

mudah dioperasikan. Namun basis kas gagal untuk memberikan informasi penting tentang transaksi

yang berkaitan dengan non kas. Sedangkan akuntansi akrual adalah sistem akuntansi yang lebih

komprehensif namun pengakuan dan pengukuran atau penilaian atas transaksi yang semakin

kompleks menyebabkan persyaratan kemampuan teknis dan pertimbangan yang lebih tinggi karena

mengandung risiko kesalahan dan salah saji yang tinggi. Untuk mengurangi risiko tersebut maka

diperlukan standar akuntansi nasional dan internasional. Standar akuntansi akan memberikan panduan

mengenai perlakuan akuntansi yang dapat diterima serta menentukan persyaratan minimum yang

Page 2: Paper Compile Oecd

perlu dipenuhi dari tujuan umum laporan keuangan. Salah satu isu penting yang perlu diperhatikan

pemerintah ketika mempertimbangkan untuk menggunakan basis akrual adalah pemilihan dan

penerapan kebijakan akuntansi yang konsisten dengan standar akuntansi yang relevan. Pertimbangan

harus dilakukan untuk memilih kebijakan akuntansi yang dapat membantu menghasilkan informasi

keuangan yang relevan dan dapat diandalkan.

b. Adanya Celah dalam Standar Akuntansi Internasional

The International Public Sector Accounting Standards Board (IPSASB) yang merupakan bagian

dari International Federation of Accountants (IFAC), bertanggung jawab untuk menerbitkan

International Public Sector Accounting Standards (IPSAS). IPSAS dirancang untuk memfasilitasi

penerapan umum pelaporan keuangan pemerintah dengan kualitas yang tinggi yang dapat

diperbandingkan secara internasional.

Masih terdapat celah antara standar akuntansi internasional dengan standar yang dikembangkan

oleh suatu negara. Pemerintah suatu negara perlu memformulasikan standarnya sendiri atau pedoman

atas aspek tertentu sampai standar internasional yang relevan diselesaikan.

c. Informasi Kas dalam Kerangka Kerja Akrual

Penerapan basis akuntansi menuju basis akrual tidak berarti ditinggalkannya basis kas. Sebailknya,

basis kas merupakan elemen integral dari kerangka manajemen keuangan berbasis akrual. Baik IPSAS

maupun GFSM 2001 mensyaratkan laporan arus kas yang mengidentifikasi secara terpisah

penerimaan dan pembayaran kas yang terkait dengan aktivitas operasi, investasi, dan pembiayaan.

Sistem berbasis akrual yang modern memiliki fungsi untuk mendukung akuntansi berbasis kas dan

juga pelaporan.

Pertanyaan penting yang perlu diperhatikan adalah seperti apa tingkat informasi penerimaan,

pembayaran, dan kas yang ditahan yang diperlukan? Untuk tujuan manajemen kas tingkat tinggi,

informasi kas pada tingkat makro mungkin sudah cukup. Mengkonfigurasi sistem yang modern untuk

menyediakan macro-cash accounting dan pelaporan data relatif sederhana. Namun, jika pemerintah

ingin mempertahankan kemampuan untuk menelusuri dan mengevaluasi entitas, program, fungsi,

produk, atau elemen biaya pada transaksi berbasis kas, dimungkinkan dengan konfigurasi sistem yang

lebih kompleks.

d. Sinkronisasi antara Akuntansi Akrual dengan Anggaran

Sering diargumentasikan bahwa konsep akuntansi dan anggaran haruslah disamakan agar terdapat

basis yang jelas dan transparan dalam pembandingan antara apa yang direncanakan pemerintah dan

hasil keuangan yang aktual.

Akuntansi akrual berkaitan dengan pencatatan dan pelaporan setelah transaksi, sesuai dengan

konsep akrual. Secara teknis, pemerintah dapat menerapkan basis akuntansi akrual tanpa membuat

perubahan pada kerangka penganggaran yang berbasis kas. Dalam keadaan seperti itu, selain laporan

keuangan berbasis akrual, pertanggungjawaban anggaran berbasis kas tetap disusun.

Page 3: Paper Compile Oecd

Penganggaran akrual, di sisi lain, melibatkan perencanaan ex ante dengan dasar akrual. Ini berarti

selain arus kas anggaran akrual juga menggabungkan semua transaksi non kas. Hal ini dapat

menimbulkan akuntansi yang kompleks dan isu-isu manajemen kas yang harus diperhatikan sebelum

penganggaran berbasis akrual dilaksanakan.

e. Klasifikasi Anggaran dan Bagan Akun

Klasifikasi anggaran menetapkan cara dimana pendapatan, pengeluaran, dan pembiayaan akan

dikategorikan dan disajikan dalam anggaran. Bagan akun (chart of account) adalah kerangka

pengkodean yang menjadi dasar pencatatan transaksi akuntansi dan saldo dalam buku besar yang

merupakan catatan akuntansi utama dari suatu entitas.

Dalam sistem yang dirancang dengan baik, bagan akun harus mencakup klasifikasi anggaran. Ini

berarti bahwa di samping semua akun yang tercantum dalam klasifikasi anggaran, bagan akun akan

mencakup akun lain yang diperlukan untuk akuntansi dan tujuan pelaporan. Apabila pemerintah

menerapkan basis akrual pada akuntansi dan anggarannya secara simultan, akun standar dan

klasifikasi anggaran diharapkan menjadi satu. Akan tetapi jika pemerintah menerapkan basis akrual

hanya pada akuntansi dengan masih menerapkan basis kas pada anggarannya, akan ada perbedaan

signifikan antara kedua sistem klasifikasi tersebut. Namun demikian, bagan akun harus tetap

mencakup laporan-laporan yang berbasis akrual maupun kas.

Desain dari bagan akun pemerintah memiliki dampak yang besar pada efektivitas kerangka

akuntansi akrual. Bagan akun mempunyai peranan yang penting karena menentukan klasifikasi

transaksi dan saldo yang tercatat dalam buku besar pemerintah dan karena itu menentukan lingkup

dan isi dari laporan keuangan yang akan tersedia dari sistem pusat pemerintah. Bagan akun harus

memiliki kapasitas untuk mengakomodasi kebutuhan akan data saat ini, dan apabila memungkinkan

dapat mengantisipasi kebutuhan masa depan. Bagan akun juga harus dirancang sedemikian rupa

sehingga dapat mendukung kebutuhan berbagai laporan pemerintah tanpa memerlukan entri data lagi

(multiple data entry).

f. Neraca Awal

Neraca awal dari penerapan basis akrual harus didukung dengan informasi dan penjelasan yang

cukup untuk kepentingan audit. Pada titik ini, kegiatan tersebut akan merupakan proses yang

memakan waktu dan sangat riskan. Konsep materialitas dapat digunakan untuk membuat

pertimbangan-pertimbangan tentang aset dan kewajiban mana yang harus dijadikan perhatian utama

selama penerapan basis akrual.

g. Proses Keuangan yang Tersentralisasi atau Terdesentralisasi

Sebuah keputusan struktral penting yang harus dibuat sehubungan dengan fungsi akuntansi adalah:

haruskah akuntansi yang rinci dan proses pelaporan dilakukan oleh Kementerian Keuangan atau

kementerian teknis dan lembaga?

Pertanyaan berikutnya adalah jika tanggung jawab diserahkan pada kementerian teknis dan

lembaga, haruskah mereka mengembangkan dan memelihara sistem keuangan mereka sendiri, atau

Page 4: Paper Compile Oecd

sebaiknya mereka memiliki akses online untuk satu sistem yang dikelola oleh Kementerian

Keuangan?

Untuk pertanyaan pertama, pemerintah perlu melakukan penilaian skala dan kompleksitas

transaksi yang tercakup dalam identifikasi dan pengukuran atas transaksi dan saldo-saldo rekening

basis akrual dan mempertimbangkan apakah mungkin terdapat manfaat dalam memberikan otoritas

akuntansi dan pelaporan keuangan ke kementerian teknis dan lembaga terkait, daripada mencoba

untuk melakukan fungsi tersebut secara terpusat. Pendekatan ini secara umum dilakukan oleh negara-

negara maju yang selama ini mengadopsi basis akrual. Namun untuk negara sedang berkembang,

dengan keterbatasan kapasitas, hal seperti itu tidak mungkin dicapai dalam jangka pendek.

Pendekatan desentralisasi dapat menimbulkan risiko bahwa otoritas pusat (Kementerian Keuangan)

tidak dapat menerima laporan yang diperlukan dari kementerian teknis dan lembaga terkait secara

tepat waktu yang akan berakibat pada tertundanya pembuatan laporan konsolidasi.

Untuk pertanyaan kedua, pengembangan dan pemeliharaan satu sistem terpusat dengan

pemrosesan yang dilakukan oleh kementerian teknis, dapat menawarkan skala ekonomi yang

signifikan, dan mungkin cocok untuk negara berkembang dengan kemampuan akuntansi dan

teknologi informasi yang terbatas. Hal ini akan memungkinkan Kementerian Keuangan untuk

mengakses data transaksi secara real-time dan juga dapat mengurangi risiko keterlambatan dalam

pembuatan laporan konsolidasi. Alternatif lain, pengolahan dan penyusunan laporan keuangan

dilakukan oleh kementerian teknis dengan sistem yang terpisah, merupakan praktik yang lebih disukai

oleh negara-negara maju. Kementerian Keuangan dalam hal ini perlu untuk menyediakan aplikasi

konsolidasi khusus untuk mengumpulkan dan mengkonsolidasikan laporan keuangan dari

kementerian teknis secara otomatis.

h. Konsolidasi

Terlepas dari apakah pemerintah mengadopsi model sentralisasi atau desentralisasi, adalah penting

membuat laporan konsolidasi untuk sektor pemerintah secara umum atau sektor publik, bahwa semua

transaksi dan saldo inter-agency, berdasarkan sektor, secara terpisah diidentifikasi dalam akun entitas

agar dapat dilakukan eliminasi.

Sistem dan prosedur khusus juga harus dirancang agar dapat mengeliminasi secara efisien dan

rutin transaksi antar entitas antara Kementerian Keuangan dengan kementerian teknis dan lebih umum

antar entitas publik sektor. Transaksi ini dapat berupa penyediaan dana apropriasi untuk entitas,

transfer pendapatan yang dikumpulkan dari entitas, transaksi keuangan seperti suntikan ekuitas dan

pinjaman, dan pembayaran “kepemilikan” kembali seperti dividen dan bunga kepada Kementerian

Keuangan, dan lain-lain.

i. Item yang “Terkendali” dan “Dikelola”

Manfaat utama dari kerangka kerja akuntansi basis akrual adalah bahwa ia menyediakan informasi

tentang biaya pelayanan yang dilakukan oleh kementerian dan lembaga. Namun, untuk memfasilitasi

tercapainya tujuan tersebut, perlu untuk membedakan mana item yang “dikendalikan” oleh laporan

Page 5: Paper Compile Oecd

kementerian/badan (gaji, barang, dan jasa) dan item yang hanya “dikelola” oleh kementerian/badan

atas nama pemerintah (subsidi, hibah, manfaat sosial). Dengan tidak adanya perbedaan tersebut,

mungkin sulit bagi pengguna laporan keuangan untuk menilai biaya tersebut.

B. Komparasi Penerapan Basis Akuntansi Di Negara-Negara Oecd

Di negara-negara anggota OECD, basis akrual sejauh ini lebih banyak diterima untuk pelaporan

keuangan dari pada untuk tujuan penganggaran. Dua alasan yang sering dikemukakan atas hal ini

adalah pertama, penganggaran secara akrual dipercaya akan menimbulkan risiko disiplin anggaran.

Alasan kedua, yaitu bahwa legislator cenderung resisten untuk mengadopsi anggaran akrual karena

kompleksitas dari konsep akrual itu sendiri (OECD-PUMA/SBO, 2002/10).

Namun demikian, apabila penerapan akrual hanya digunakan untuk pelaporan keuangan dan

tidak untuk anggaran, kelemahannya adalah tidak akan menyelesaikan masalah secara

serius/komprehensif. Anggaran adalah dokumen kunci dari manajemen sektor publik (pemerintah)

dan akuntabilitas didasarkan pada anggaran yang telah disetujui legislator (DPR/DPRD). Apabila

anggaran didasarkan pada basis kas, fokus perhatian dari pemerintah dan legislator hanya pada

sumber daya berbasis kas. Dengan demikian, apabila laporan keuangan dihasilkan dari basis yang

berbeda (pelaporan keuangan berbasis akrual sementara anggaran berbasis kas), risikonya adalah

seakan-akan hanya latihan akuntansi saja (OECD-PUMA/SBO, 2002/10).

Reviw atas status akuntansi dan penganggaran akrual di negara-negara anggota OECD yang

digambarkan dalam Tabel-1, menunjukkan bahwa sebagian besar negara anggota telah mengenalkan

aspek akuntansi akrual dan akan lebih aktif lagi untuk menyosialisasikannya pada masa-masa

berikutnya (Athukorala dan Reid, 2003).

Tabel 1

Status Akuntansi dan Penganggaran Akrual di Negara-Negara Anggota OECD

No

.

Nama Negara Akuntansi Akrual Laporan

Konsolidasi Akrual

Penganggaran

Akrual

Anggota G7-Ekonomi

1. Kanada Sejak TA 2002 Sejak TA 2002 Ya

2. Perancis Sedang dikenalkan Beberapa akrual

penuh sedang

dikenalkan

ESA 95,

dimaksudkan

untuk berpindah ke

akrual basis

modifikasian

3. Jerman Laporan Kas, didukung

informasi akrual

Tidak ESA 95 dalam

persiapan

4. Itali Ya Ya ESA 95 Ya

Page 6: Paper Compile Oecd

5. Jepang Ya Dikenalkan Tidak

6. Inggris Sejak TA 2000 Sejak TA 2006 ESA 95 sejak 2002

7. Amerika Serikat Sejak TA 1998 Sejak TA 1998 Beberapa

Anggota lainnya

8. Australia Sejak TA 1995 Sejak TA 1997 Sejak TA 2000

9. Austria Tidak Tidak ESA 95 Akrual

Modifikasi

10. Belgia Beberapa Tidak ESA 95 Akrual

Modifikasi

11. Republik Ceko Tidak Tidak Tidak, tapi akan

dikenalkan akrual

mengacu ESA 95

12. Denmark Beberapa Beberapa ESA 95 sedang

dikenalkan

penganggaran

akrual penuh

13. Finlandia Sejak TA 1998 Sejak TA 1998 ESA 95 ya

14. Yunani Beberapa Ya ESA 95 Akrual

15. Hongaria Laporan kas, didukung

dengan informasi akrual

Tidak Tidak, tapi akan

dikenalkan akrual

16. Islandia Sejak TA 1992 Sejak TA 1992 ESA 95 sejak 1998

17. Irlandia Laporan kas Tidak ESA 95 Akrual

18. Republik Korea Sedang dikenalkan akrual

penuh

Tidak Sedang dikenalkan

penganggaran

akrual penuh

19. Luxemburg Tidak Tidak ESA 95

20. Meksiko Tidak Tidak Tidak

21. Belanda Sejak 1994 Sedang dikenalkan ESA 95 untuk

lembaga-lembaga

(agencies) sejak

1997 sedang

dikenalkan akrual

penuh

22. Selandia Baru Sejak TA 1992 Sejak TA 1992 Sejak TA 1995

23. Norwegia Tidak Tidak Tidak

24. Polandia beberapa Beberapa Tidak, tetapi akan

Page 7: Paper Compile Oecd

dikenalkan akrual

modif mengacu

ESA 95

25. Portugal Ya Tidak ESA sedang

dikenalkan

tambahan

informasi akrual

26. Republik Slovakia Tidak Tidak Tidak, tetapi akan

dikenalkan akrual

modif mengacu

ESA 95

27. Spanyol Akrual modifikasi Akrual modifikasi ESA 95 kas

modifikasian

28. Swedia Sejak 1994 Sejak 1994 ESA 95 sedang

dikenalkan akrual

29. Swiss Ya Tidak Sedang dikenalkan

akrual penuh

30. Turki Tidak Tidak Tidak

Sumber: Athukorala dan Reid (2003)

Keterangan:

1. ESA 95 (European System of Accounts 1995) mengamanatkan penggunaan akrual basis untuk

penyusunan laporan keuangan. Negara-negara Anggota EU diharuskan menyusun laporan dan

prediksi keuangan pemerintah sesuai dengan ESA 95.

2. Negara-negara anggota yang masih menggunakan akuntansi basis kas, sebagian besar

menggunakan basis akuntansi kas modifikasian.

Berikut akan dijelaskan beberapa penerapan akuntansi akrual di dua negara OECD, yaitu Selandia

Baru dan Australia.

a. Penerapan Akuntansi Akrual di Selandia Baru

Latar Belakang

Kondisi sistem manajemen di Selandia Baru pada awal tahun 1980-an didominasi oleh kontrol

input yang tersentralisasi, yaitu ditetapkannya instruksi- instruksi menyangkut masalah

perbendaharaan dan manual pelayanan publik, adanya keharusan untuk menggunakan penyedia

barang dan jasa (supplier) tertentu yang telah ditentukan (adanya monopoli) dalam berbagai

pengadaan barang dan jasa. Seluruh uang negara dikelola oleh Departemen / Kantor Perbendaharaan

(Treasury) di dalam rekening bank konsolidasian. Mengacu pada instruksi dari Kantor

Page 8: Paper Compile Oecd

Perbendaharaan, departemen-departemen mengajukan voucher pembayaran (semacam SPM atau

surat perintah membayar) kepada kantor perbendaharaan yang kemudian mengorganisasikan

pembayaran, dan melaporkan transaksi dalam laporan pemerintah.

Pengolaan anggaran lebih ditekankan pada pembatasan alokasi anggaran (apropriasi) belanja

untuk tujuan program yang kurang tegas. Apropriasi ini memberikan informasi tentang penerima

anggaran, aktivitas pemerintah, atau jenis pengeluaran (contoh, belanja modal, belanja pegawai,

belanja bantuan sosial, dsb). Hal-hal di atas menimbulkan lingkungan kerja yang kurang kondusif

bagi para pegawai, pejabat dan menteri.

Strategi Penerapan Basis Akrual

Untuk menerapkan basis akrual, Selandia Baru menyiapkan peraturan perundang-undangannya

secara bertahap dan dilakukan dalam beberapa fase. Fase-fase yang dilalui Selandia Baru dalam

mengembangkan standar akuntansi pemerintah dengan basis akrual dapat dijabarkan sebagai berikut:

1. Fase Tradisional dan Manajerialis ( Traditional and Managerialist Phases )

Sebelum tahun 1985 Selandia Baru menggunakan akuntansi berbasis kas. Pada saat itu pemerintah

Selandia Baru masih menggunakan UU Public Service Act 1912 yang mengatur mengenai

pengendalian terpusat dalam pembelanjaan.

2. Fase Marketisasi ( Marketisation Phase ) 1986-1991

Antara tahun 1986 s.d. 1991, Selandia Baru memasuki fase Marketisasi. Dalam fase ini

diperkenalkan sejumlah aplikasi umum untuk sektor publik, termasuk kementerian pusat,

pemerintah lokal, sektor kesehatan dan pendidikan, dan sejumlah badan pemerintah lainnya.

Kantor Perbendaharaan kemudian memiliki ide tentang bagaimana anggaran Selandia Baru

seharusnya. Ide ini berasal dari analisa politik yang dipengaruhi oleh pasar liberal. Ada beberapa

UU yang dibuat pada fase ini yaitu :

The State Owned Enterprises Act 1986

The State Sector Act 1988

The Public Finance Act 1989

Peralihan kepada sistem apropriasi dan akuntansi berbasis akrual penuh ( full accrual-based

appropriations and accounting system ) tentunya akan memungkinkan munculnya penggunaan

aset pemerintah yang lebih baik. Pada tahun 1991, semua departemen menggunakan akuntansi ,

biaya, dan anggaran dengan basis akrual penuh.

3. Fase Strategi Kolektif ( Collective Strategy Phase ) 1992-1996

Pada tahun 1992, Selandia Baru menjadi negara pertama yang berhasil membuat laporan keuangan

seluruh pemerintah ( Crown ) dengan basis akrual penuh. Informasi yang terdapat dalam laporan

keuangan Crown melebihi sektor swasta, laporan ini meliputi laporan operasi dan pemisahan

laporan posisi keuangan, arus kas, komitmen peminjaman, hutang kontijensi, pembelanjaan atau

biaya yang terjadi dan belum terapropriasi ( unappropriated expenditure or costs incurred ). Setiap

Page 9: Paper Compile Oecd

laporan memiliki pembanding dari tahun lalu. Dalam laporan keuangan juga disertakan komentar

dan bagan yang mengindikasikan tren dalam waktu.

Keuntungan utama dari Laporan Keuangan Crown adalah dapat meningkatkan akuntabilitas

kepada parlemen, memperluas jangkauan informasi untuk menilai posisi keuangan pemerintah,

dan menyadarkan manajer akan kebutuhan untuk mengatur aset secara benar.

Fase stratejik ini ditandai dengan adanya kulminasi dalam pembuatan kebijakan anggaran yang

didiskusikan secara terbuka sebelum penetapan anggaran. Mulai tahun 1995, secara eksplisit

kementerian, individual dan kolektif, diharapkan dapat menyatakan secara terbuka mengenai

prioritas mereka dan mengintegrasikan kedalam strategi yang harus dijalankan oleh pelayanan

publik dalam area utama misalnya kebijakan sosial ( pertumbuhan ekonomi, pendidikan, jaminan

sosial, perlindungan lingkungan ). Kemudian strategi ini dikenal sebagai Strategic Result Area

( SRA ) yang akan dijalankan selama 3 s.d. 5 tahun.

4. Fase Kapasitas Adaptif ( The Adaptive Capacity Phase ) 1997 s.d sekarang

Sebuah laporan yang dibuat oleh Allen Shick ( 1996 ) memberikan evaluasi terhadap proses

reformasi sistem akuntansi pemerintahan Selandia Baru. Laporan ini mengidentifikasi kebutuhan

akan penguatan kapasitas stratejik dan merekomendasikan akuntabilitas yang meliputi tanggung

jawab yang tidak hanya berdasarkan atas hasil yang spesifik tapi juga mengenai nilai akun,

penilaian, dan kepemimpinan. Dalam fase ini terdapat 3 UU yang diterbitkan yaitu The Public

Audit Act 2001, The Public Finance Act 2004 , dan The Crown Entities Act 2004.

Implementasi Basis Akrual untuk Pelaporan Keuangan

Bila departemen-departemen sudah sepenuhnya mengadopsi rezim manajemen keuangan yang baru

( akrual ), tentu saja setelah itu pemerintah akan dapat memfokuskan perhatiannya pada pelaporan

keuangan konsolidasian. Penyusunan satu seri laporan keuangan baru untuk pemerintah dengan

berbasis GAAP telah dikelola sebagai pekerjaan penting yang mencakup tujuh elemen berikut :

(1) penetapan kebijakan akuntansi;

(2) pengumpulan informasi; pengonsolidasian informasi;

(3) memperoleh keyakinan atas informasi;

(4) komentar dan analisis;

(5) isu penyajian dan publikasi; dan

(6) komunikasi dan pemasaran.

Penetapan Kebijakan Akuntansi

Pengadopsian GAAP memberi kontribusi besar untuk menyederhanakan proses perumusan kebijakan

akuntansi. Dalam banyak hal penerapan pendekatan yang sama dengan sektor swasta ( privat ) dapat

dilakukan tanpa kesulitan. Namun, dengan pendekatan ini tidak berarti dapat mengeliminasi semua

isu-isu penting yang harus diselesaikan. Kebijakan akuntansi direviu secara ekstensif oleh para ahli

akuntansi, kemudian diterbitkan draft publikasian, dan diberikan briefing kepada para CFO

departemental dan tanggapan-tanggapan dari mereka dipertimbangkan.

Page 10: Paper Compile Oecd

Isu-isu kritis yang terkait dengan perumusan kebijakan akuntansi antara lain adalah masalah penilain

aset, kriteria pengakuan pajak, pengakuan bantuan/subsidi. Salah satu warisan dari sistem akuntansi

kas yang lalu adalah tidak tersedianya informasi atas harga perolehan historis dari banyak aset.

Masalah ini secara umum diatasi dengan menggunakan pendekatan net current value untuk penilaian

aset. Apabila net realizable value tidak dapat diperoleh atau tidak tepat untuk digunakan, seperti

untuk kasus infrastruktur dan aset ‘tipe heritage’, dapat digunakan konsep depreciated replacement

cost. Pendekatan ini untuk menjawab kritik dari sejumlah analis fiskal dan ekonom sektor publik

bahwa informasi biaya historis sebagian besar sudah tidak relevan untuk kebutuhan mereka. Para

pengguna laporan keuangan tersebut merasa nyaman dengan menggunakan pendekatan current value

untuk menilai sebagian besar aset, sehingga neraca memberikan potret yang lebih wajar mengenai

realitas ekonomi dari posisi keuangan. Pendekatan ini semakin didukung di dalam kerangka

konseptual akuntansi yang dikembangkan terakhir di Selandia Baru dan Australia.

Sementara itu, masalah titik pengakuan yang tepat untuk pendapatan pajak dan pendapatan lain yang

dapat dipaksakan memerlukan pertimbangan mendalam. Sebagian besar titik pengakuan dari

perspektif ekonomi adalah pada waktu munculnya kewajiban dari para pembayar pajak ( misalnya,

ketika pendapatan yang dapat dikenakan pajak/taxable revenue diperoleh atau ketika konsumsi yang

dapat dikenakan pajak / taxable consumption dinikmati oleh para pembayar pajak ). Akan tetapi,

informasi andal yang memadai seringkali tidak tersedia secara tepat waktu. Oleh karena itu, terutama

untuk masalah pajak dalam jangka panjang, kadang-kadang diperlukan kompromi atas waktu

pengakuan di kemudian hari ketika informasi andal telah tersedia.

Sedangkan untuk pengakuan beban bantuan dan subsidi, pendekatan yang diambil adalah apabila

pembayaran bantuan dan subsidi itu masih bersifat discretionary sampai pembayaran dilakukan, maka

beban akan diakui ketika pembayaran dilakukan. Alternatif lainnya yaitu beban akan diakui ketika

kriteria tertentu telah dipenuhi dan pemberitahuan telah disampaikan kepada pemerintah.

b. Penerapan Akuntansi Akrual di Australia

Australia sudah sejak belasan tahun lalu menerapkan basis akuntansi akrual di negaranya.

Akuntansi akrual untuk individual departemen/lembaga diimplementasikan sejak tahun 1995. Laporan

konsolidasian akrual diterapkan sejak tahun 1997, dan penganggaran akrual dilaksanakan sejak tahun

2000. Pengaruh Inggris terlihat pada struktur akuntansi Australia. Australia merupakan negara

persemakmuran dan tumbuh sebagai hasil dari migrasi warga inggris pada tahun 1800-an. Oleh

karena itu, praktik akuntansi Australia lebih fokus pada informasi yang diperlukan oleh investor

dibandingkan dengan keperluan pajak negara tersebut.

Pada tahun 1991, The Australian Securities & Invesment Commission dibentuk untuk

membantu peraturan dan menyelenggarakan hukum perusahaan untuk melindungi konsumen, investor

dan kreditor. Standar akuntansi dibuat oleh Australian Accounting Standards Board (AASB). Aslinya,

ASSB bekerja sama dengan Public Sector Accounting Standards Board untuk membuat standar

Australia. Urgent Issues Group (UIG) didirikan pada tahun 1994 untuk membantu menunjuk isu

Page 11: Paper Compile Oecd

mendesak dalam bidang akuntansi kebanyakan seperti Emergency Issues Task Force (EITF) di

Amerika Serikat.

Pada tahun 1999, pengaturan standar Australia mereorganisasi ulang melalui The Corporate

Law Economic Reform Program Act. Reorganisasi ini membuat Financial Reporting Council (FRC)

mengatur tindakan AASB. FRC dapat memberikan AASB pengarahan tapi tidak akan bisa

mempengaruhi isi dari standar akuntansi. AASB sekarang mempunyai tanggung jawab untuk

membuat standar baik sektor publik maupun sektor pribadi dan bebas untuk mencari tim dan staf.

UIG terus memberikan panduan mengenai isu akuntansi yang mendesak. Australia mengadopsi IFRS

pada tahun 2005.

Seperti halnya dengan Selandia Baru, adopsi akuntansi akrual di Australia untuk sektor publik

terjadi selama periode reformasi ekonomi luas, meskipun reformasi Australia barangkali lebih

sederhana dibandingkan dengan Selandia Baru. Meskipun pertumbuhan ekonomi Australia telah lebih

konsisten dari Selandia Baru, tekanan muncul pada awal 1990-an untuk meningkatkan efisiensi

pemerintah dan meningkatkan kinerja. Reformasi komprehensif pada akhirnya dengan yang

melaksanakan dua inisiatif yaitu Financial Management Improvement Program dan Program

Management and Budgeting.

Perjalanan proses transisi akuntansi berbasis akrual di Australia dapat dilihat pada gambar

berikut :

Gambar 1. Perjalanan Transisi Akuntansi Akrual di Australia

1. Periode sebelum 1989

Sebelum tahun 1989, Australia menggunakan basis kas untuk pelaporan akuntansi sektor

pemerintah. Hal-hal yang terjadi masa ini seperti :

Sebelum 1989 : Akuntansi Pelaporan dan Penganggaran Berbasis Kas

1989 - 1990 : Mulai transisi akuntansi berbasis modifikasi kas selama 3 tahun. Penganggaran masih berbasis kas sampai 1999

1992 -1993 : Mulai transisi akuntansi akrual penuh

1994 - 1995 : Laporan Konsolidasi Akrual pertama kali

1999 - 2000 : Anggaran Akuntansi Akrual dihasilkan

1995 : Laporan Akrual Penuh disiapkan oleh Agencies

1996-97 : Laporan Konsolidasi Akrual Publikasi diaudit

1998-99 : Laporan Konsolidasi Akrual Penuh

Accrual Budgeting

Accrual Reporting

Page 12: Paper Compile Oecd

a) Buku besar kas yang tersentralisasi

b) Agency mencatat transaksi penerimaan dan pembayaran dalam buku besar pusat

c) Department of Finance and Deregulation Australia menyiapkan Laporan Penerimaan dan

Pembayaran (Anggaran versus Realisasi) oleh Agency untuk setiap item apropriasi. Laporan ini

diaudit penuh.

d) Agency tidak disyaratkan untuk menghasilkan laporan keuangan berbasis kas sendiri sampai

1989-1990. Laporan kas telah dimasukkan dalam laporan tahunan agency dan telah diaudit.

2. Periode tahun 1989 s.d. 1992

Dalam periode ini, pemerintah Australia mulai menerapkan akuntansi modifikasi kas. Hal-hal

yang terjadi masa ini seperti:

a) Setiap agency disyaratkan untuk mempersiapkan satu set laporan keuangan basis modifikasi kas

untuk pertama kalinya.

b) Sebagai bagian dari laporan keuangan tahunan masing-masing agency, Pernyataan informasi

tambahan keuangan meliputi debitur, kreditur, aktiva tetap dan kewajiban tertentu diperlukan.

c) Tidak semua aset dan kewajiban, seperti long service leave, annual leave dan dana pensiun,

diminta untuk diungkapkan.

d) Dampak transaksi atau peristiwa non tunai terus diabaikan, termasuk penyusutan.

3. Periode tahun 1992 s.d. 1994

Periode ini adalah periode dimana pemerintah melakukan transisi menuju akuntansi akrual

penuh. Hal-hal yang terjadi pada periode ini yaitu :

a) Tahun 1992, Menteri Keuangan mengumumkan tiap departemen untuk melaporkan dengan basis

akuntansi akrual penuh pada tahun yang berakhir pada 30 Juni 1995.

b) Tahun 1993, Menteri Keuangan mengeluarkan pedoman baru untuk laporan berbasis akrual,

yang diterapkan secara progresif mulai 1993. Tiga laporan keuangan yang dipersyaratkan adalah:

1) Laporan Penerimaan dan Pembayaran (Kas)

2) Laporan Aset dan Kewajiban Tertentu (Akrual)

3) Laporan Apropriasi (Diterima dan Digunakan)

4) Catatan Penjelas

c) Permasalahan yang diidentifikasi dalam menyiapkan laporan keuangan berbasis akrual adalah :

1) Aset terdaftar tidak lengkap dan tidak up-to-date;

2) Menetapkan penilaian untuk aset;

3) Memperoleh informasi akrual dari sistem IT keuangan berbasis kas;

4) Staff tidak familiar dengan persyaratan laporan keuangan;

5) Kekurangan dalam akuntansi/sistem IT managemen keuangan, dan

6) Kurangnya definisi atau definisi tidak dipahami.

Page 13: Paper Compile Oecd

4. Periode tahun 1995 dan setelahnya

Proses memindahkan agency Pemerintah Australia dari akuntansi kas ke akuntansi akrual

berlangsung stabil dan terukur. Implementasi akuntansi akrual penuh ditetapkan untuk tahun berakhir

30 Juni 1995. Sebuah program pilot terhadap sepuluh agency menyiapkan laporan berbasis akrual

untuk tahun 1992 hingga 1993. Sepuluh agency berikutnya pindah ke format akrual untuk 1993-

1994, dan sisanya melaporkan untuk pertama kalinya di 1994 dan 1995. Laporan Akrual Penuh

Agency dimasukkan dalam laporan tahunan mereka dan diaudit. Tahun 1995 Laporan Akrual

Konsolidasi Percobaan dibuat oleh Department of Finance and Deregulation (DOFAD). Tahun 1996

dan 1997, Laporan Akrual Konsolidasi dipublikasikan dan diaudit. Pada Tahun 1998 – 1999, audit

penuh atas Laporan Akrual Konsolidasi.

Devolusi tanggung jawab, baik dari badan koordinator pusat dan instansi lini, adalah kerangka

kerja manajemen keuangan yang mendasar di Australia. Oleh karena itu DOFAD telah menetapkan

kendali yang terdefinisi dan terbatas dalam proses migrasi akrual. DOFAD menetapkan kerangka

kebijakan dan kerangka waktu, tetapi agency memtuskan tentang bagaimana menerapkan pelaporan

akrual dalam kerangka kerja itu, termasuk:

Bagan Akun

Pengenalan sistem akrual

Pelatihan

Identifikasi aset dan kewajiban

Strategi manajemen risiko -

Penilaian kebutuhan informasi keuangan / keterampilan

DOFAD mensyaratkan agency untuk menggunakan akuntansi akrual penuh untuk laporan

tahun 1995. Dalam penerapan akuntansi akrual tersebut, agency dibantu dengan peraturan-peraturan

sebagai berikut:

1) Australian Accounting Standard (AAS) 29 "Financial Reporting by Government Departments".

2) Guidelines for Accrual Based Statements yang dikeluarkan oleh DOFAD pada tahun 1993.

3) A Guide to the Use of Accrual Accounting and Reporting by agencies dikeluarkan oleh Finance

pada 1994 yang mencangkup: konsep dasar akuntansi dan pelaporan keuangan, bagaimana

informasi keuangan dapat menjadi relevan dalam pengambilan keputusan, mengapa laporan

agency berbeda dengan sektor privat, dan interpretasi laporan keuangan.

Permasalahan-Permasalahan yang Dihadapi

Diperlukan waktu belasan tahun untuk menjadikan accrual budgeting and accounting di

Australia dapat dikatakan baik. Proses adopsi penerapan basis akrual ini memakan waktu yang sangat

lama dan meminta adanya dukungan yang kuat dari sistem informasi manajemen, sumber daya

manusia, komitmen kepemimpinan, kapasitas parlemen dan eksekutif, serta diperlukannya

Page 14: Paper Compile Oecd

implementasi yang bertahap. Hal-hal inilah yang menjadi prasyarat kesuksesan implementasi accrual

budgeting and accounting.

Dalam proses transisi menuju akuntansi berbasis akrual penuh, pemerintah Australia mendapati

persoalan-persoalan dan kendala selama implementasi. Berikut ini adalah persoalan-persoalan yang

dihadapi :

Pengakuan aset dan kewajiban

Pencatatan aset dan kewajiban pada harga pembelian adalah metode paling mudah, namun

permasalahan yang ditemui adalah :

a) Aset similar dinilai pada jumlah yang berbeda hanya karena mereka mempunyai tanggal

pembelian yang berbeda

b) Nilai aset dan kewajiban dapat naik dan turun di pasar seperti hutang dan bangunan.

Penilaian yang paling baik menggunakan metode current valuation, namun pendekatan ini juga

menemui masalah yaitu :

a) Nilai berubah-ubah

b) Saran profesional dibutuhkan untuk menentukan nilai

c) Beberapa aset seperti warisan budaya, pertahanan dan infrastuktur sulit untuk dinilai

Pengakuan aset dan kewajiban – Warisan

Warisan (heritage assets) meliputi bangunan bersejarah, monumen, situs purbakala, museum,

galeri dan kumpulan koleksi. Pengakuan dan penilaian warisan tesebut menemui kesulitan karena :

a) Menekankan pada nilai pasar untuk sesuatu yang mempunyai nilai budaya dan bukan nilai

moneter

b) Warisan memilik siklus hidup yang lama, kadang-kadang ratusan tahun. Nilainya tidak jatuh dari

waktu ke waktu sehingga konsep depresiasi tidak relevan.

c) Aset ini secara umum tidak diperjualbelikan karena dilindungi undang-undang dan aset ini tidak

mempunyai nilai pengganti (replacement value)

Pemerintah Australia dalam pengakuan aset warisan ini dengan menerapkan hal-hal berikut :

a) Agency diperlukan untuk mengelola aset-aset warisan sehingga aset warisan tidak jatuh nilainya.

b) Tidak semua warisan atau item budaya akan memenuhi definisi akuntansi aset walaupun

walaupun mempunyai nilai warisan. Apabila suatu aset warisan dan budaya

c) Tak tergantikan dan tidak memiliki harga pasar, tidak mungkin nilainya dapat diukur secara

andal dan dicatat sebagai aset.

d) Aset warisan dinilai pada nilai wajar, yaitu dimana harga pasar tidak dapat digunakan, metode

penilaian lain digunakan seperti pendekatan pendapatan atau nilai pengganti yang didepresiasi.

Pengakuan aset dan kewajiban – Senjata Pertahanan

Australia baru-baru ini mengadopsi metode kapitalisasi untuk akuntansi senjata pertahanan

setelah sebelumnya memperlakukannya sebagai biaya. Amerika Serikat mengadopsi pendekatan

Page 15: Paper Compile Oecd

serupa. Aset militer seperti rumah sakit dasar, sekolah militer dan perguruan tinggi dikapitalisasi.

Namun demikian, masih ada masalah yang tidak terselesaikan :

Sulit untuk mengkapitalisasi penelitian, terutama bila dilakukan in-house

Sulit untuk menilai kelebihan aset yang dihentikan, penggunaan eksklusif militer atas spektrum

untuk komunikasi dan penggunaan wilayah udara eksklusif.

Pengakuan aset dan kewajiban – Aset Infrastruktur

Aset infrastruktur terutama terdiri dari jalan raya dan aset jaringan lainnya. Isu-isu yang terjadi

meliputi:

Aset ini memiliki masa manfaat yang panjang. Oleh karena itu muncul pertanyaan apakah

mereka harus disusutkan.

Beberapa negara tidak melakukan depresiasi aset tersebut atas dasar bahwa pengeluaran

pemeliharaan mempertahankan nilai mereka.

Pemerintah Australia menilai aset infrastruktur pada nilai wajar sebagai contoh bila harga pasar

di mana tidak dapat digunakan, metode penilaian lain seperti pendapatan atau pendekatan biaya

pengganti terdepresiasi akan digunakan.

Pengakuan aset dan kewajiban – Komitmen Sosial

Komitmen sosial dari pemerintah meliputi skema asuransi sosial, kesehatan dan program

pendidikan. Haruskah komitmen seperti dicatat sebagai kewajiban? Skema pensiun untuk pegawai

pemerintah jelas merupakan kewajiban pemerintah dan harus dicatat. Salah satu manfaat besar

Australia pindah ke akuntansi akrual adalah identifikasi skema kewajiban pensiun tidak didanai.

Namun, komitmen lain untuk masyarakat luas umumnya tidak dicatat sebagai kewajiban karena

jika pemerintah mengurangi tingkat tunjangan yang dibayarkan di masa depan, hal ini akan berakibat

tidak adanya tidak lain untuk pengadilan mencari kerusakan untuk kehilangan manfaat.

Perlakuan pemerintah Australia pada komitmen sosial adalah:

Kewajiban manfaat karyawan, seperti untuk gaji atau pensiun yang belum dibayar, akan diakui

sebelum :

a) bila pelayanan disediakan oleh karyawan, atau

b) waktu kewajiban yang ditentukan dalam kesepakatan pekerjaan tersebut

Manfaat Karyawan yang diperlukan untuk diukur dan diungkapkan sesuai dengan AASB 119

Employee Benefits, yaitu kewajiban upah dicatat sebesar nilai yang tidak didiskontokan dan

penentuan aktuaria untuk pensiun dan hak lainnya.

Laporan Keuangan yang Dihasilkan

Setiap tahunnya, pemerintah Australia menyusun laporan konsolidasi yang dikenal dengan

Consolidated Financial Statement. Laporan keuangan yang dihasilkan dari penerapan basis akuntansi

berdasarkan IPSAS tersebut meliputi unsur-unsur berikut:

Page 16: Paper Compile Oecd

a. Statement of Comprehensive Income (Australian Government Operating Statement)

b. Australian Government Balance Sheet

c. Australian Government Statement of Changes In Equity

d. Australian Government Cash Flow Statement

e. Notes to The Financial Statements

Dalam laporan konsolidasi tersebut, juga terdapat keterangan mengenai:

a. Schedule of Commitments

b. Schedule of Contingencies

c. Schedule of Asset Additions

d. Schedule of Administered Items

Kelebihan atas Penerapan Basis Akuntansi yang Baru

Penerapan basis akrual diyakini secara mendunia sebagai cara membawa pemerintahan lebih

akuntabel dan transparan, sebagaimana ramai dikemukakan oleh jurnal-jurnal ilmiah dan sejenisnya

tentang pentingnya akuntansi berbasis akrual. Akuntabel dan transparan dalam penggunaan resource

dan kebijakan oleh pemerintah guna menjalankan dan melaksanakan tugas-tugas negara.

Penerapan basis akrual juga memberikan kemudahan bagi kepentingan komparasi laporan

keuangan antara negara. Sekarang, Australia menjadi salah satu referensi atau acuan oleh banyak

negara dalam implementasi basis akrual dalam akuntansi dan penganggaran. Pengelolaan keuangan

mereka diakui sebagai salah satu yang terbaik di dunia.

Kelebihan lainnya antara lain meliputi:

a. Peningkatan alokasi sumber daya

b. Kualitas pembuatan kebijakan yang lebih baik

c. Kontrol yang lebih baik terhadap capital

d. Identifikasi liabilities yang lebih baik

e. Peluang untuk komparasi sektor private-public

f. Financial management akan menjadi a central concern

g. Kualitas management of cash flow dan current assets/liabilities yang lebih baik.

Kelemahan atas Penerapan Basis Akuntansi yang Baru

Penerapan basis akrual di Australia juga memiliki beberapa kelemahan. Selain lamanya waktu

yang diperlukan untuk mengadopsi basis tersebut serta banyaknya prasyarat pendukung kesuksesan

penerapannya, kelemahan lain dari penerapan basis akrual di Australia antara lain:

a. Penganggaran basis akrual dipercaya menimbulkan risiko fiskal yang tinggi, di mana keputusan

politik untuk mengeluarkan uang harus dikaitkan dengan timing pengeluaran anggaran, sesuatu

yang bisa dijawab dengan tepat oleh cash based budgeting

Page 17: Paper Compile Oecd

b. Legislator cenderung resisten untuk mengadopsi basis akrual karena kompleksitas dari konsep

akrual itu sendiri.

C. Alasan Terjadinya Trend ke Penerapan Akuntansi Akrual

Secara sederhana, dikatakan bahwa penerapan akuntansi berbasis akrual ditujukan untuk

mengatasi ketidakcukupan basis kas untuk memberikan data yang lebih akurat. Kelemahan akuntansi

berbasis kas menurut Hoesada (2010) adalah:

1. Tidak mampu menyajikan jumlah sumber daya yang digunakan.

2. Tidak marnpu memperhitungkan atau mempertimbangkan kewajiban keuangan, hutang,

komitmen masa depan, penjaminan oleh pemerintah, atau kewajiban kontinjen.

3. Terfokus secara sempit pada pembayaran kas, tidak peduli akan kondisi dan daya layan aset tetap.

4. Terfokus pada pengendalian input, pembelian, perolehan,  dan mengabaikan produksi sendiri.

5. Mendorong distorsi, mendorong para manajer untuk menilai terlampau rendah biaya program,

proyek, kegiatan, mendorong penggunaan sampai habis apropriasi/jatah anggaran.

6. Tak ada kewajiban matching pendapatan vs beban.

7. Terbatasnya informasi aset dan kewajiban dalam neraca.

8. Akuntansi berbasis kas merupakan landasan berpijak yang buruk untuk membangun kebijakan

fiskal yang solid.

Oleh sebab itu, dengan berbagai kelemahan yang ada pada basis kas, perubahan menuju

akuntansi berbasis akrual diharapkan dapat mengatasi bebagai kelemahan tersebut. Dalam Study No.

14 yang diterbitkan oleh International Public Sector Accounting Standards Board (2011),

mengatakan bahwa informasi yang disajikan pada akuntansi berbasis akrual dalam pelaporan

keuangan memungkinkan pengguna untuk:

1. Menilai akuntabilitas untuk pengelolaan seluruh sumber daya entitas serta penyebaran sumber

daya tersebut.

2. Menilai kinerja, posisi keuangan dan arus kas dari suatu entitas.

3. Pengambilan keputusan mengenai penyediaan sumber daya, atau melakukan bisnis dengan suatu

entitas.

Selanjutnya, pada level yang lebih detil dalam Study No. 4 tersebut mengatakan bahwa

pelaporan dengan basis akrual akan dapat:

1. Menunjukkan bagaimana pemerintah membiayai aktivitas-aktivitasnya dan memenuhi kebutuhan

dananya.

2. Memungkinkan pengguna laporan untuk mengevaluasi kemampuan pemerintah saat ini untuk

membiayai aktivitas-aktivitasnya dan untuk memenuhi kewajiban-kewajian dan komitmen-

komitmennya.

3. Menunjukkan posisi keuangan pemerintah dan perubahan posisi keuangannya.

Page 18: Paper Compile Oecd

4. Memberikan kesempatan pada pemerintah untuk menunjukkan keberhasilan pengelolaan sumber

daya yang dikelolanya.

5. Bermanfaat untuk mengevaluasi kinerja pemerintah dalam hal efisiensi dan efektifivitas

penggunaan sumber daya.

Dalam presentasinya, Heather Thompson, Project Manager dari Transition from Cash to

Accrual Accounting Project, Public Expenditure Management, pemerintah Barbados, menyampaikan

beberapa tujuan penggunaan basis akrual yakni sebagai berikut:

1. Untuk meningkatkan efisiensi dan efektivitas sistem keuangan (penganggaran, akuntansi dan

pelaporan) dalam sektor publik.

2. Untuk meningkatkan pengendalian fiskal, manajemen aset dan budaya sektor public.

3. Untuk meningkatkan akuntabilitas dalam program penyediaan barang dan jasa oleh pemerintah.

4. Menyediakan informasi yang lebih lengkap bagi pemerintah untuk pengambilan keputusan.

5. Untuk mereformasi sistem anggaran belanja (apropriasi).

6. Untuk mencapai transparansi yang lebih luas atas biaya pelayanan yang dilakukan oleh

pemerintah.

Dengan demikian, tujuan penerapan basis akuntansi akrual pada dasarnya untuk memperoleh

informasi yang tepat atas jasa yang diberikan pemerintah dengan lebih transparan. Sebagai contoh,

biaya-biaya pensiun pegawai pemerintah yang dimasukkan dalam biaya dalam periode akuntansi saat

mereka masih dipekerjakan mencerminkan biaya yang sebenarnya, jika dibandingkan dengan

pembayaran pensiun yang terakumulasi pada saat pegawai tersebut sudah pensiun dan tidak relevan

dengan biaya periode setelah mereka pensiun.

Contoh lain adalah belanja modal dari proyek yang merupakan beban periode tahun berjalan

dirasa kurang tepat jika dibanding dengan biaya depresiasinya dan beban bunga atas pinjaman

berbasis akrual akan memberikan informasi risiko yang lebih akurat, terutama bagi pemberi garansi.

Tujuan penerapan basis akrual lainnya adalah untuk meningkatkan kualitas pengambilan

keputusan pemerintah. Negara yang menerapkan basis akuntansi akrual, yang mensyaratkan pada

manajernya bertanggungjawab atas hasil atau output dengan mengurangi kendali atas input, secara

umum, berada di barisan depan dalam reformasi manajemen publiknya. Para manajer tersebut harus

bertanggungjawab atas seluruh biaya yang berkaitan dengan hasil atau output yang diproduksi, bukan

hanya nilai kas yang dibayarkan. Hanya dengan basis akrual, biaya yang sebenarnya dapat

diinformasikan dan hal ini akan mendukung pengambilan keputusan yang efektif dan efisien.

Ringkasnya, ketika para manajer diberikan fleksibilitas dalam mengelola sumber daya yang

dipercayakan (input), mereka berkepentingan untuk menyediakan informasi yang akurat seperti itu.

Penerapan basis akrual sejalan dengan tujuan reformasi manajemen keuangan di suatu negara dalam

arti yang luas. Penggunaan basis akrual untuk pelaporan keuangan akan berhasil diterapkan pada

negara yang secara signifikan mengurangi kendali atas input.

Page 19: Paper Compile Oecd

International Monetary Fund (IMF) sebagai lembaga kreditur menyusun Government Finance

Statistics (GFS) yang di dalamnya menyarankan kepada negara-negara debiturnya untuk menerapkan

akuntansi berbasis akrual dalam pembuatan laporan keuangan. Alasan penerapan basis akrual ini

karena saat pencatatan sesuai dengan saat terjadinya arus sumber daya. Sehingga, basis akrual ini

menyediakan estimasi yang lebih tepat atas pengaruh kebijakan pemerintah terhadap perekonomian

secara makro. Selain itu basis akrual menyediakan informasi yang paling komprehensif karena

seluruh arus sumber daya dicatat, termasuk transaksi internal, in-kind transaction, dan arus ekonomi

lainnya.

Dengan demikian, alasan-alasan penggunaan basis akrual diantaranya adalah sebagai berikut:

1. Akuntansi berbasis kas tidak menghasilkan informasi yang cukup – misal transaksi non kas -

untuk pengambilan keputusan ekonomi misalnya informasi tentang hutang dan piutang, sehingga

penggunaan basis akrual sangat disarankan.

2. Hanya akuntansi berbasis akrual menyediakan informasi yang tepat untuk menggambarkan biaya

operasi yang sebenarnya (full costs of operation), misalnya keputusan apakah suatu pekerjaan

harus dikontrakkan atau dilakukan secara swa kelola.

3. Hanya akuntansi berbasis akrual yang dapat menghasilkan informasi yang dapat diandalkan

dalam informasi aset dan kewajiban.

Hanya akuntansi berbasis akrual yang menghasilkan informasi keuangan yang komprehensif tentang

pemerintah, misalnya penghapusan hutang yang tidak ada pengaruhnya di laporan berbasis kas.