Tugas TAK - Ch. 3 (Compile)

24
Makalah TAK Applying Theory to Accounting Regulation Farisan W. Miranti Novita Rayhan Sayyid

description

Makalah APlikasi Regulasi Akuntansi di Realita

Transcript of Tugas TAK - Ch. 3 (Compile)

Makalah

TAK

Applying Theory to

Accounting

Regulation

Farisan W.

Miranti

Novita

Rayhan Sayyid

2 | A p p l y i n g T h e o r y t o A c c o u n t i n g R e g u l a t i o n

Statement of Authorship

“Saya/kami yang bertandatangan dibawah ini menyatakan bahwa makalah/tugas

terlampir adalah murni hasil pekerjaan saya/kami sendiri. Tidak ada pekerjaan orang

lain yang saya/kami gunakan tanpa menyebutkan sumbernya.

Materi ini tidak/belum pernah disajikan/digunakan sebagai bahan untuk makalah/tugas

pada mata ajaran lain kecuali saya/kami menyatakan dengan jelas bahwa saya/kami

menyatakan dengan jelas menggunakannya.

Saya/kami memahami bahwa tugas yang saya/kami kumpulkan ini dapat diperbanyak

dan atau dikomunikasikan untuk tujuan mendeteksi adanya plagiarisme.”

Mata Ajaran : Teori Akuntansi Keuangan

Judul Makalah/Tugas : Applying theory to accounting regulation

Tanggal : 7 September 2015

Dosen : Desi Adhariani S.E., Ak., M.Si.

(Jika bentuknya tugas kelompok, tuliskan nama, NPM dan tanda tangan dari seluruh anggota

kelompok)

Nama :

NPM :

Nama :

NPM :

Nama :

NPM :

Nama :

NPM :

3 | A p p l y i n g T h e o r y t o A c c o u n t i n g R e g u l a t i o n

4 | A p p l y i n g T h e o r y t o A c c o u n t i n g R e g u l a t i o n

PENDAHULUAN

Setiap akhir semester atau akhir tahun, perusahaan akan menyiapkan laporan

keuangan dan diaudit oleh independent auditor. Perusahaan membuat siaran pers untuk

investor dan adviser dalam rangka laporan keuangan yang sudah diaudit dan diterbitkan di

bursa efek. Sejauh mana teori dapat membantu kita untuk mengerti kenapa aktivitas ini bisa

terjadi? Dapatkan teori menjelaskan mengapa Private Sector dan Pemerintah dan agen

mereka dapat mengambil peran aktif dalam proses pelaporan keuangan?

Godfrey mengemukakan sejumlah teori yang relevan terhadap praktik akuntansi dan

audit, yaitu teori Efficient Market dan Teori Keagenan untuk memahami penentuan dimana

laporan keuangan terjadi. Ada tiga teori khusus untuk regulasinya, khususnya peraturan

dalam Pasar Modal. Teori itu adalah Public Interest, Regulatory Capture dan Private

Interest. Dapatkah Teori Public Interest menjelaskan intervensinya dalam pasar, atau apakah

Teori Private Interest lebih menyesuaikan? Jika sebagian besar grup industri dapat

memastikan bahwa hasil dari standar akuntansi yang mana sejalan dengan pilihannya untuk

pengukuran dan pengungkapan akuntansi, sudahkah Grup menentukan Standard Setter?

Selanjutnya adalah penggambaran proses penentuan standar internasional. Standar

Akuntansi dapat dilihat sebagai kunci dari regulatory framework sebagaimana dapat

mempengaruhi sikap si pembuat dan auditor demikian infomasi yang dihasilkan untuk

pengguna laporan keuangan. Karena standar akuntansi terlibat dengan transfer kekayaan,

banyak pihak yang concern terhadap isinya dan akhirnya terlibat dengan pembuatan laporan

keuangan.

5 | A p p l y i n g T h e o r y t o A c c o u n t i n g R e g u l a t i o n

Learning Objectives 1

Teori dari Peraturan yang Relevan untuk Akuntansi dan Audit.

1. Teori Efficient Markets

Para ekonom pasar bebas membantah bahwa pasar akan berfungsi sangat baik

tanpa adanya campur tangan pemerintah, dan maksimum efisiensi dicapai dengan

Supply dan Demand untuk mendikte perilaku pasar. Dalam pasar modal di dunia

internasional Supply dan Demand sangat berpengaruh dalam arus informasi dan

penanaman modal. Namun, pemerintah juga berperan aktif dalam pasar, tidak hanya

mengatur kegiatan pasar tetapi juga menyediakan informasi menganai kondisi pasar

modal. Campur tangan pemerintah dapat membantu perkembangan pasar dan

pertumbuhan pasar. Pasar yang adil dan transparan dinilai dapat menarik partisipan.

Akuntansi dapat memberikan informasi perusahaan. Advokat dari pendekatan

pasar modal membantah bahwa informasi akuntansi seperti produk lain, ada Demand

dan Supply. Demand untuk informasi akuntansi oleh user dan Supply informasi

tersebut diperoleh dari laporan keuangan perusahaan. Dapat disimpulkan

equilibriumnya adalah informasi akuntansi.

Karena perusahaan sebagai Supplier bagi informasi akuntansi, jadi

keseimbangan akan berada dititik dimana perusahaan akan tetap menghasilkan

informasi yang sudah dimanipulasi sedemikan rupa, dan user yang merasa informasi

tersebut lebih bermanfaat daripada biaya yang ia keluarkan. Apabila salah satu dari

kedua itu tidak terpenuhi maka informasi akuntansi tidak akan diperoleh. Dengan kata

lain, kekuatan pasar bebas dapat menentukan jenis informasi keuangan apa yang harus

disajikan dan standar penting yang digunakan sebagai dasar kegiatan tersebut.

Teori tersebut tidak berguna karena mekanisme pasar tidak dapat memenuhi

equilibrium seperti keadaan diatas. Informasi akuntansi berbeda dengan produk

barang atau jasa yang biasanya. Kenapa? Karena informasi akuntansi sebuah

perusahaan adalah “public” goods, yang mana ketika suatu perusahaan sudah

mengeluarkan informasi akuntansi maka informasi tersebut dapat digunakan oleh

siapa saja. Walaupun bisa saja informasi tersebut terjual kepada pihak tertentu, pihak

lain yang tidak membayar tetap dapat memperoleh informasi tersebut (free-rider).

6 | A p p l y i n g T h e o r y t o A c c o u n t i n g R e g u l a t i o n

Contohnya, analis keuangan dan investor yang potensial. Regulasi dapat membuat

perusahaan memberikan informasi yang dibutuhkan untuk memenuhi permintaan

yang sebenarnya dan meyakinkan pasar modal yang efisien.

Walaupun aturan pasar benar-benar diberlakukan untuk informasi akuntansi,

sebuah dewan yang membuat aturan harus membuat suatu aturan untuk mengatur

informasi apa saja yang dapat diakses secara bebas oleh semua pihak. Nilai dari

informasi yang dihasilkan oleh perusahaan kepada user akan sangat tinggi apabila

dapat dibandingkan dnegan informasi perusahaan lain di industri yang serupa.

2. Teori Keagenan

Permintaan informasi keuangan bisa dikategorikan sebagai stewardship atau

bertujuan decision-making. Atkinson dan Feltham mengemukakan bahwa teori

keagenan mempertimbangkan sebagian besar untuk stewardship. Teori ini

menekankan pada hubungan dimana kesejahteraan satu orang dipercayakan ke satu

yang lain (Cth: Manajer). Teori ini merupakan modifikasi dari perkembangan model

akuntansi keuangan dengan menambahkan variabel aspek perilaku manusia karena

pada dasarnya hubungan antara pemilik dan manajer pada hakikatnya sukar tercipta

karena adanya kepentingan yang bertolak belakang. Atkinson dan Feltham

menjelaskan permintaan untuk pelayanan informasi tersebut berhubungan dengan

keinginan untuk memotivasi agen dan mendistribusikan resiko secara efisien.

Permintaan informasi untuk kepentingan decision-making berhubungan

dengan peran informasi dalam statistical decision theory. Informasi akan berharga

apabila informasi dapat meningkatkan alokasi sumberdaya dan resiko dalam

perekonomian. Atau paling tidak mengurangi ketidakpastian. Ketidakpastian dalam

teori agen diklasifikasikan menjadi ex ante dan ex post. Ex ante disebut juga sebelum

kejadian, ketidakpastian muncul pada saat keputusan dibuat, seperti ketidakpastian

mengenai kejadian yang berpengaruh dalam produksi, atau ketidakpsatian mengenai

keahlian manajer itu sendiri. Ex post disebut juga setelah kejadian, ketidakpastian

muncul setelah keputusan dibuat dan hasil sudah terlihat. Teori agen fokus pada

dampak alternatif yang akan memberikan efek ketidakpastian ex post.

7 | A p p l y i n g T h e o r y t o A c c o u n t i n g R e g u l a t i o n

Teori agen memberikan kerangka untuk mempelajari kontrak antara principal

dan agen untuk memprediksi konsekuensi ekonomi dari sebuah standar. Contoh,

kompensasi manajer tergantung dari profit atau mereka tidak mendapatkan insentif.

Karena ketidakseimbangan informasi yang dimiliki oleh seorang agen dengan

pemilik, kemungkinan muncul misalign antara manajemen dan pemilik. Sejauh

mekanisme pasar tidak efisien, peraturan akuntansi diperlukan untuk mengurangi

hasil yang tidak efisien dan tidak adil.

3. Teori Regulasi

a. Teori Kepentingan Publik

Alasan utama adanya campur tangan pemerintah dalam kegiatan pasar adalah

demi kepentingan publik, yang menuju pada kegagalan pasar. Kerangka teori ini

adalah untuk melindungi kepentingan konsumen dari adanya kegagalan potensial

dalam pasar, meliputi: monopoli, oligopoli, halangan untuk masuk pasar,

informasi tidak sempurna antara penjual dan pembeli, dan barang publik.

Teori ini berdasarkan asumsi bahwa Pasar Ekonomi adalah subjek dari beberapa

kegagalan pasar yang mana jika dilupakan, akan menghasilkan hasil yang tidak

efisien. Berdasarkan tiga asumsi yaitu :

Kepentingan konsumen dalam bentuk legislatif melalui kegiatan pasar

internal.

Ada agen yang akan memantau regulasi yang mengatas namakan “public

interest”.

Pemerintah tidak memilikiperan independen dalam perkembangan regulasi.

b. Regulatory Capture Theory

Walaupun tujuan sebenarnya dibuatnya peraturan pada pasar adalah untuk

melindungi kepentingan umum, namun tujuan tersebut sulit untuk tercapai karena

adalah konflik kepentingan yang dilakukan oleh pihak regulator itu sendiri. Itulah

yang ingin dijelaskan oleh teori ini. Capture Theory mengasumsikan bahwa

semua anggota economically rational, setiap orang mengejar kepentingannya

masing-masing. Regulasi memiliki potensi untuk distribusi kemakmuran. Oleh

karena itu, masyarakat pasti akan melobi sebuah peraturan demi kepentingannya.

Asumsi yang lainnya adalah dengan public interest theory, pemerintah tidak

8 | A p p l y i n g T h e o r y t o A c c o u n t i n g R e g u l a t i o n

memiliki peran independen dalam proses regulasi, dan akan ada grup yang terus

memaksakan kepentingannya dalam regulasi.

Capture muncul dalam salah satu dari empat situasi, jika entitas :

Mengontrol regulasi dan agen pembuat regulasi.

Mengambilalih aktivitas pembuat regulasi agar kepentingan pribadi

terpenuhi.

Menetralisasi dengan memberikan peraturan dewan.

Dalam proses yang tidak dapat dipisahkan, interaksi dengan regulator, dapat

memilih regulator sehingga memiliki tujuan yang sama, dengan

memberikan regulasi yang mereka inginkan.

Secara garis besar, teori ini menyatakan bahwa regulasi memiliki peran yang

sangat penting dalam pasar dan mempengaruhi posisi keuangan industri yang

merupakan bagian dari pasar tersebut. Teori ini menyarankan agar lembaga

akuntansi profesional atau sektor swasta berperan secara aktif dalam menetapkan

suatu standar yang akan digunakan dalam sistem pelaporan industri dalam pasar

itu sendiri.

c. Teori Kepentingan Pribadi

Teori ini muncul karena tanggapan pemerintah atas permintaan publik untuk

mengoreksi praktik inefisien yang dilakukan oleh individu atau organisasi, asumsi

ini diuji oleh George Stigler, 1971. George Stigler menguji apakah pemerintah

memiliki sumber daya yang tidak akan dibagikan kepada masyarakat maupun

yang paling kuat sekalipun? jawabannya Kekuatan Paksaan. Kekuatan Paksaan

ini adalah sumber daya potensial atau ancaman untuk semua perusahaan, dan

dengan kekuatannya pemerintah dapat melarang dan/atau untuk memberikan

pajak dan subsidi, pemerintah bisa dan dapat menolong bahkan mematikan suatu

bisnis kapan saja.

Teori ini percaya dnegan adanya Supply dan Demand, yang mana perusahaan

yang memproduksi produk tertentu akan menawarkan harga setinggi-tingginya

terlebih produk tersebut adalah barang vital bagi masyarakat, membuat

masyarakat tidak bisa berbuat banyak. Dengan kondisi seperti ini, kebijakan

pemerintah hanya memberikan manfaatnya pada produsen.

9 | A p p l y i n g T h e o r y t o A c c o u n t i n g R e g u l a t i o n

Intinya teori ini percaya bahwa peraturan bukan merupakan jawaban dari

pemerintah atas permintaan pasar, melainkan dibuat untuk mereka yang

mempunyai kekuatan untuk mempengaruhi pemerintah dan memperoleh

keuntungan optimal dari dibuatnya peraturan itu. Teori ini memprediksi bahwa

pembuat regulasi akan menggunakan kewenangannya untuk mentransfer

pendapatan dari mereka yang tidak memiliki kekuatan politik kepada mereka

yang memiliki kekuatan politik.

10 | A p p l y i n g T h e o r y t o A c c o u n t i n g R e g u l a t i o n

Learning Objectives 2

Aplikasi Teori Regulasi terhadap Praktik Akuntansi dan Audit

Di bagian sebelumnya , telah dijelaskan mengenai beberapa Teori Regulasi , yang

mana dimaksud untuk menjelaskan peraturan–peraturan tentang sistem akuntansi dan

pengauditan. Untuk selanjutnya terdapat beberapa pengaplikasian dari masing-masing teori

tersebut dalam kehidupan nyata dan sampai sejauh mana teori–teori tersebut mampu

menjelaskan dan memprediksi peraturan–peraturan akuntansi dan pengauditan setelah

dilakukannya pengamatan pada pasar modal.

Aplikasi Teori Kepentingan Publik

Dalam Teori Kepentingan Publik , pemerintah melakukan campur tangan dalam

pembuatan peraturan pada pelaporan keuangan sebagi respon dari kegagalan pasar dalam

memenuhi kepentingan publik. Mekanisme pasar telah gagal dalam menciptakan pasar yang

efisien sehingga tindakan dari pemerintah sangat dibutuhkan untuk keberlanjutan yang lebih

baik. Tindakan dari Sarbanes-Oxley pada tahun 2002 dalam menangani bangkrutnya Enron

Corp dan perusahaan audit Arthur Anderson dapat dipandang sebagai suatu implementasi

dari Teori Kepentingan Publik. Sistem pelaporan keuangan dan tata keola perusahaan yang

baru telah diperkenalkan dan standar baru dan juga sistem pengawasan yang baru untuk para

auditor juga telah dibentuk. Tindakan dari Sarbanes-Oxley tersebut dianggap sebagai sistem

perlindungan terbesar dalam sejarah ekonomi dunia.

Contoh yang lebih awal adalah diciptakannya Accounting Standards Review Board

(ASRB) oleh pemerintah Australia pada tahun 1984. Campur tangan pemerintah dalam

pengaturan standar akuntansi keuangan merupakan sebuah bentuk peradilan terhadap

kegagalan pasar dalam memberikan infornasi akuntansi. Hal ini dibuktikan dengan

banyaknya perusahan–perusahaan yang mengalami kebangkrutan meskipun para akuntan

publik telah memberikan pendapat „True and Fair„ pada laporan keuangannya. Sama halnya,

dengan adanya standar akuntansi yang telah diubah atau menjadi lebih ketat mengakibatkan

banyak perusahaan bangkrut di akhir tahun 1990 hingga awal tahun 2000, hal tersebut dilihat

sebagai bentuk peradilan dari Teori Kepentingan Publik tersebut.

Banyaknya perusahaan yang mengalami kebangkrutan merupakan sebuah indikasi

adanya pelanggaran serius dari kondisi pasar yang kompetitif. Pelanggaran–pelanggaran

11 | A p p l y i n g T h e o r y t o A c c o u n t i n g R e g u l a t i o n

tersebut disebabkan oleh informasi yang asimetris antara penawaran (Manajemen dan

Akuntan) dengan pihak eksternal pemakai laopran keuangan (investor) yang tidak mengerti

mengenai informasi akuntansi yang mereka butuhkan dan/atau tidak mampu untuk

menentukan nilai dari informasi akuntansi yang mereka terima. Selanjutnya, informasi

akuntansi dapat dilihat sebagai „public good‟ yang mana mengarahkan pada divergensi antara

biaya marginal dan (a) manfaatnya untuk para pemakai inforrmasi keuangan dan juga (b)

pembuat informasinya (manajemen). Sebelum campur tangan dari pemerintah , standar

informasi tidak secara resmi diatur. Manajer dan para akuntan membuat laporan keuangan

yang menguntungkan pihak internal perusahaan. Mereka lebih fokus dalam membuat laporan

keuangan yang membuat citra perusahaan semakin bagus dan dapat menarik sebanyak-

banyaknya investor.

Oleh karena itu, teori ini menyarankan agar pemerintah turut ikut campur tangan

dalam mengatur standar akutansi untuk memperbaiki kegagalan pasar. Sebagai hasilnya,

dunia pasar modal pun kembali dipercayai oleh para investor.

Aplikasi Capture Theory

Mengenai Teori Kepentingan Publik, seorang ahli Walker berpendapat bahwa

meskipun pemrintah Australia telah memeperkenalkan ASRB untuk meyakinkan tentang

perlindungan terhadap kepentingan publik, ia percaya Capture Theory lebih mampu

menjelaskan mengenai peristiwa tersebut. Ia menyimpulkan bahwa para profesi akuntan

mempengaruhi keputusan yang dibuat oleh ASRB. Bukti utama untuk pendapat tersebut

adalah adanya kenyataan bahwa proses penetapan yang seharusnya dipercepat seiring dengan

persetujuan dari Australian Accounting Research Foundation (ASRF), yang selanjutnya

berbagai macam perselisihan antara ASRB dan ASRF teselesaikan dan diikuti dengan

mergernya kedua lembaga tersebut. Sesungguhnya ASRB secara resmi memiliki kekuatan

untuk membentuk standar keuangan berdasarkan keputusan dari berbagai sumber, namun

hanya satu dari dua puluh tiga standar yang telah diakui berasal dari lembaga di luar ASRF.

Oleh karena itu, dapat disimpulkan bahwa meksnisme tersebut telah gagal menerapkan Teori

Kepentingan Publik.

Argumen dasar dari Walker adalah bahwa para akuntan perlu untuk mengesahkan

standar keuangan (untuk menjamin keabsahan dari standar tersebut) yang mana dapat

diperoleh ketika standar tersebut memiliki kekuatan hukum karena telah di dukung oleh

badan legistaif. Namun, para akuntan juga memiliki kepentingan dalam proses pengaturan

12 | A p p l y i n g T h e o r y t o A c c o u n t i n g R e g u l a t i o n

standar keuangan standar tersebut, oleh karena itu , satu–satunya cara akuntan agar mampu

mengesahkan standar akuntansi tersebut dan juga tetap mempertahankan kepentingan

ekonominya adalah dengan menciptakan ASRB. Dengan demikian ASRB telah gagal

menciptakan standar keuangan yang mewakili kepentingan publik, melainkan hanya

mewakili kepentingan pihak pihak tertentu untuk memperoleh keuntungan yang lebih.

Contoh yang lain dari Capture Theory ini adalah IFRS yang merupakan konvergensi

antara IASB dan FASB. IASB (Internatioal Accounting Standar Boards) sendiri merupakan

lembaga dimana perusahaan–perusaahaan dan bank–bank besar di Eropa memiliki pengaruh

besar didalamnya, jadi output dari IASB tidaklah mungkin hanya mewakili kepentingan dari

satu pihak tertentu. Isu dari IFRS yang banyak mengikuti standar US GAAP yang merupakan

produk dari FASB memunculkan teori bahwa IASB merupakan „capture‟ dari FASB. FASB

(Financial Accounting Standards Boards) merupakan badan atau lembaga non profit yang

bertujuan untuk menetapkan atau membuat suatu sistem prinsip akuntansi yang bisa diterima

secara umum (khususnya di Amerika Serikat). Adanya ketidaksepakatan di Eropa mengenai

IFRS 8 dapat menjelaskan bahwa IFRS yang merupakan hasil dari IASB yang berasal dari

Eropa bahkan tidak melindungi kepentingan dari pencetusnya sendiri.

Aplikasi Teori Kepentingan Pribadi

Teori Kepentingan Pribadi memberikan pendekatan lain dalam memahami dorongan–

dorangan apa saja yang mempengaruhi suatu pihak dalam proses penetapan peraturan standar

laporan keuangan. Rahman berusaha menerapkan Teori Kepentingan Pribadi dalam dalam

pembentukan ASRB. Ia menyimpulkan bahwa terdapat beberapa keterbatasan dalam

peneliatian Walker. Rahman berpendapat bahwa lembaga tersebut tidak dapat dengan mudah

terbebas dari pengaruh pihak–pihak lain yang berkepentingan. Pengaruh dari para akuntan

terhadap pengaturan standar pelaporan menjelaskan bahwa pemerintah juga memiliki

motivasi yang sama dengan pihak swasta yakni untuk memperoleh keuntungan lebih,

sehingga mereka memberikan kesempatan utuk para akuntan turut mengambil alih dalam

proses regulasi standar pelaporan. Peran para auditor dan akuntan turut serta secara aktif

dalam keseluruhan proses persiapan hingga pengesahan dari standar laporan keuangan, maka

sungguh dapat disimpulkan bahwa para eksekutif perusahaan akan menetapkan standar yang

mana akan berpihak pada keuntungan perusahaannya.

Keterbatasan dari teori-teori tersebut adalah bahwa ketidakmampuannya untuk berdiri

sendiri. Hal ini berarti bahwa teori-teori yang lain mungkin mampu menjelaskan secara lebih

13 | A p p l y i n g T h e o r y t o A c c o u n t i n g R e g u l a t i o n

baik mengenai isu-isu tersebut. Penjelasan dari satu teori belum tentu lebih jelas dan dapat

terus di pertahankan. Contohnya adalah tindakan dari Sarbanes-Oxley dapat di tentang bahwa

pemerintah Amerika berkewajiban untuk bertanggung jawab terkait bangkrutnya Enron, agar

menunjukan bahwa pemerintahan memeberikan perhtian besar terhadap masalah – masalah

terkait tata kelola perusahaan.

Penentuan Standar sebagai Proses Politik

Peraturan standar dilihat sebagai sebuah proses politik karena memberikan dampak

yang potensial terhadap perlakuan dari berbagai macam pihak. Oleh karena itu , pihak–pihak

terkait berusaha untuk memberikan pengaruh pada saat diperkenalkannya regulasi tersebut.

Konsep politik yang seperti ini disebut sebagai „Public Choice’. Watts dan Zimmerman

berpendapat bahwa proses politik sederhana menunjukan proses pencarian kepentingan dari

masing – masing kelompok. Kelompok yang berbeda, dipengaruhi secara berebeda pula oleh

peraturan standar akuntansi.

Sebagai contoh, standar larangan untuk pengakuan biaya utang tak tertagih mungkin

disambut baik oleh perusahaan yang memiliki banyak hutang. Di sisi lain, bank– bank besar

dengan image yang baik mungkin menentang standar tersebut karena hal tersebut

menyebabkan kenaikan profit, dan penurunan nilai resiko. Dengan adanya berbagai macam

perbedaan dan konflik kepentingan yang kerap terjadi , badan pengambil keputusan dan

pihak pembuat peraturan harus mampu mencapai keseimbangan dalam membuat keputusan

politik. Keputusan–keputusan tersebut juga harus diterima oleh pihak pihak yang terkena

dampak atau pengaruhnya, agen–agen pembuat peraturan membutuhkan sebuah mandat

untuk membuat keputusan sosial, dan untuk hal tersebut, membutuhkan pengesahan poltik.

Contoh yang lain adalah joint project yang di lakukan oleh IASB dan FASB mengenai Lease

Accounting , dimana banyak perusahaan di Australia yang memanfaat kan celah pada sistem leaseing

dengan mencatatnya sebagai operating lease untuk menghindari pencatatan hutang pada laporan

keuangan nya. Sementara di Amerika hutang sewa para perusahaan go public telah mencapai $ 1,4

triliun namun karena di catat menggunakan operating lease tidak ada hutang yang di akui di laporan

keuangan. Hal tersebut tentu merugikan pihak pemakai laporan keuangan untuk memperoleh

informasi mengenai kondisi sebenarnya perusahaan.

14 | A p p l y i n g T h e o r y t o A c c o u n t i n g R e g u l a t i o n

15 | A p p l y i n g T h e o r y t o A c c o u n t i n g R e g u l a t i o n

Learning Objectives 3

Kerangka Regulasi untuk Laporan Keuangan

Dalam pembahasan sebelumnya, telah disebutkan bahwa banyak pihak yang berperan aktif

dalam pelaporan keuangan, yaitu direktur perusahaan, eksekutif, manajer dan auditor eksternal

perusahaan. Aktifitas dari pihak-pihak tersebut dipengaruhi oleh lingkungan dimana laporan keuangan

tersebut berada, seperti legal, ekonomi, politik, dan sosial. Dalam membuat kerangka peraturan untuk

menyajikan laporan keuangan terdapat beberapa elemen penting. Elemen-elemen dari kerangka

peraturan yang akan kita bahas tersebut adalah:

Statutory requirements (Persyaratan hukum)

Corporate governance (Tata kelola perusahaan)

Auditor and oversight (Auditor dan pengawasan)

Independent enforcement bodies (Badan penegak independen)

Staturory requirements

Peran utama dalam pembuatan laporan keuangan dilakukan oeh direktur perusahaan (beserta

para eksekutif dan manajer) serta auditor independen. Para manajer memiliki motivasi tersendiri

untuk menyediakan informasi keuangan yang akan diverifikasi secara independen melalui proses

audit. Persyaratan hukum juga memiliki peran sebagai suatu insentif bagi perusahaan untuk

menyediakan laporan keuangan yang diaudit. Hal tersebut diatur guna memberikan informasi

keuangan yang sesuai standar sehingga informasi yang disajikan secara handal dan dapat dipercaya.

Dalam beberapa negara, hukum mewajibkan direksi untuk menyediakan laporan keuangan

yang diaudit, dengan demikian manajemen memiliki motivasi dan kewajiban untuk memenuhi

persyaratan hukum tersebut. Di sisi lain peraturan dari internal perusahaan juga mewajibkan

persyaratan dasar dalam penyajian laporan keuangan, mengenai laporan apa yang harus disiapkan,

frekuensi penyiapan, dan informasi apa yang harus disajikan ke dalam laporan keuangan.

Persyaratan mengenai laporan keuangan berasal dari standar akuntansi yang spesifik dan bagi

beberapa jurisdiksi, standar tersebut memiliki kekuatan hukum. Sebagai contoh, perusahaan-

perusahaan European Union (EU) yang terdaftar di bursa saham wajib mengikuti standard IASB

dalam penyusunan laporan keuangan konsolidasi. Di Indonesia sendiri, penyajian laporan keuangan

diatur dalam PSAK.

16 | A p p l y i n g T h e o r y t o A c c o u n t i n g R e g u l a t i o n

Corporate Governance

Elemen penting lainnya dalam pembuatan kerangka peraturan penyajian laporan keuangan

adalah tata kelola perusahaan. Tata kelola perusahaan memberikan suatu sistem dan struktur yang

membagi hak dan kewajiban di antara pihak-pihak yang berkepentingan dengan maksud untuk

mengarahkan kepada pencapaian tujuan perusahaan.

Dalam prakteknya, tata kelola perusahaan mensyaratkan Direktur untuk mengambil tindakan

spesifik yang berkaitan dengan manajemen perusahaan. Sebagai contoh, persyaratan untuk melakukan

rapat dengan pemegang saham dan pengungkapan informasi penting mengenai perusahaan merupakan

salah satu tata kelola perusahaan yang tergolong dasar dan memiliki kekuatan hukum. Intinya adalah

kerangka peraturan penyajian laporan keuangan juga harus mencakup pedoman dalam tata kelola

perusahaan.

Auditors and oversight

Di banyak negara, peranan dan fungsi yang dimiliki auditor penting dalam menyediakan

kepastian mengenai kualitas laporan keuangan perusahaan. Oleh karenanya, sangat umum untuk

memberikan regulasi pada profesi auditor. Bentuk regulasi paling dasar adalah membatasi profesi

auditor hanya untuk orang-orang yang sudah memiliki kualifikasi tertentu dan pengalaman serta

membutuhkan sertifikasi. Bentuk regulasi lainnya adalah dibutuhkan badan professional yang

memiliki komitmen terhadap kode etik profesi auditor. Badan profesional juga dapat mendapatkan

sanksi apabila melanggar aturannya sendiri.

Beberapa bentuk dari regulasi tersebut merupakan self-imposed atau bersifat memaksa diri

karena seorang auditor setuju untuk mengikuti aturan – aturan tersebut untuk mempertahankan

kedudukannya dan juga melindungi hak-haknya sebagai seorang akuntan. Sebagai contoh , self-

regulation yang dibuat oleh sektor swasta untuk profesi akuntan merupakan salah satu bentuk awal

dari pengawasan auditor. Di masa lampau, badan profesional mengambil peran secara serius dalam

pengawasan terhadap para auditor dengan menggunakan sumber daya untuk mengembangkan standar

profesi auditor dalam level nasional dan internasional. Banyak lembaga nasional mewakili auditor

yang secara sukarela mengadopsi International Standars of Auditing (ISA) sebagai indikasi komitmen

mereka untuk memberikan pelayanan yang berkualitas tinggi dan mendemonstrasikan sikap profesi

yang tepat.

Self regulation dari profesi auditor telah diamati secara luas , namun terdapat bebarapa contoh

penting dimana regulasi berawal dari tanggung jawab otoritas negara. Contohnya, di Prancis dan Italia

tanggung jawab peraturan auditor merupakan tanggung jawab badan pelaksana independen masing-

17 | A p p l y i n g T h e o r y t o A c c o u n t i n g R e g u l a t i o n

masing negara. Dalam kasus AMF dan organisasi pendahulunya Commision des Operation de Bours

(OCB) , pembuat aturan bekerja bebarengan dengan badan perwakilan prefeosi auditor Compagnie

Nationale des Commissaires aux Comptes (CNCC) dalam proses pengawasan terhadap profesi

auditor.

Penempatan tanggung jawab pengawasan auditor berdasarkan undang – undang ,

dibandingkan dengan self-regulation, menyediakan (setidaknya dalam teori) lebih banyak peraturan

peraturan independen. Peraturan berdasarkan undang – undang mampu merefleksikan perbedaan

ekonomi dan politik dalam pendekatan pasar modal. Sebagai contoh, hingga 2015 United Kingdom

memiliki peraturan standar auditor yang turun temurun dan berlangsung sangat lama., serta memiliki

posisi yang konsisten dalam meminimalisi adanya campur tangan pada operasi pasar modal. Peraturan

perundangan pada profesi auditor adalah konsisten dengan pendekatan yang lebih terpusat pada

peraturan bisnis yang telah di amati di Perancis dan Italia. Di tahun tahun terakhir, banyak negara

telah memperkealkan badan perundang – undangan yang bertanggung jawab pada pengawasan profesi

auditor.

Independent Enforcement Bodies

Sebuah studi dari FEE, yang merupakan badan pelaksana independen dari keseluruhan sistem

dalam pembuatan laporan keuangan. Peran dari badan tersebut dalam regulasi pelaporan keuangan

adalah untuk mendukung regulasi pemerintahan , yang memuat sistem hukum dan standar akuntansi.

Sebuah badan pelaksana independen adalah perpanjangan dari pengajuan pengawasan , yang

merupakan bagian paling dasar dari peraturan kerangka konseptual. Ketika banyak negara telah

memiliki sebuah badan yang bertanggung jawab untuk pengajuan pengawasan, membentuk sebuah

pelaksana independen merupakan peristiwa yang kerap kali dihubungkan dengan pengadopsian IFRS

di tahun 2015. Melihat betapa pentinganya aplikasi yang komprehensif dan konsisten terhadap IFRS

dalam pencapaian tujuannnya, masing – masing anggota EU membutuhkan badan pelaksana

independen di dalamnya. The Committee of European Securities Regulators (CESR) melaporkan

bahwa pada tahun 2006, 20 dari 27 negara anggota Uni Eropa telah mendirikan mekanisme

penegakan hukum yang memenuhi, paling tidak sebagian, persyaratan yang ditetapkan oleh standar

CESR untuk persyaratan hukum.

Seorang regulator pasar sekuritas adala bentuk yang paling sering di amati untuk sebuah

badan pelaksana independen. Contohnya termasuk AMF di Perancis, Consob di Italy, Autoriteit

Financiele Markten ( or AFM, Financial Market Authority ) di Belanda., The Securities Exchange

Commission in the United States and ASIC di Australia. Badan pelaksana independen memiliki

kewajiban ekstra dan kekuatan dalam kaitannya dengan peraturan pada pasar sekuritas, yang mana

18 | A p p l y i n g T h e o r y t o A c c o u n t i n g R e g u l a t i o n

jauh di luar pengawasan pelaporan keuangan. Namun , badan – badan tersebut dapat sangat aktif

dalam menegakan pelaporan keuangan sesuai dengan standar hukum dan standar keuangan. The SEC

adalah sebuah contoh nyata dari sebuah regulator pasar yang aktif, yang terlibat dalam pengaturan

standar akuntansi, menyediakan saran dan mengambil tindakan hukum untuk perusahaan.

19 | A p p l y i n g T h e o r y t o A c c o u n t i n g R e g u l a t i o n

Learning Objectives 4

Struktur Organisasi yang Mengatur Standar Akuntansi dan Audit

Agar laporan keuangan dapat dibaca dan dapat memberikan informasi yang jelas di

berbagai negara, laporan keuangan yang baik membutuhkan suatu standar yang dimana syarat

– syarat laporan keuangan untuk mencapai suatu standar tersebut harus memiliki landasan

hukum dan regulasi tertulis berupa peraturan standar akuntansi dan audit. Namun

kenyataannya, adanya perbedaan kultur, budaya, situasi politik, kenyataan di lapangan dan

faktor-faktor lainnya membuat penerapan standar akuntansi di tiap negara berbeda-beda.

Oleh karena itu, dibuatlah suatu standar akuntansi internasional agar dapat diikuti oleh setiap

negara.

Latar Belakang

Perkembangan standar akuntansi internasional dimulai dengan dibentuknya

International Accounting Standards Committee (IASC) pada 1973 di London dan diwakili

oleh 9 negara. Standar ini diharapkan menjadi standar akuntansi yang diikuti oleh semua

negara. Kemudian standar IAS mulai diikuti oleh banyak negara, terutama negara-negara

berkembang yang belum memiliki standar akuntansi, seperti di wilayah Asia dan Afrika.

Penggunaan IAS oleh banyak perusahaan menyediakan informasi yang lebih transparan dan

dapat dibandingkan. Adanya IASC mendapat banyak pujian dari berbagai negara karena

penerapannya yang luas dan dapat menggunakan pendekatan yang berbeda dalam

menetapkan standar akuntansi. Pada awalnya, penggunaan standar IAS memperbolehkan

negara-negara anggota untuk mengkombinasikannya dengan kebijakan akuntansi di

negaranya. Namun pada tahun 1980an, demi meningkatkan kualitas IASC, dilakukan

pengembangan lebih lanjut untuk mengurangi beberapa perlakuan opsional pada beberapa

negara.

Walaupun penggunaan IAS mulai meningkat dari tahun ke tahun, kenyataannya

bahwa IASC bukan sebuah lembaga yang independen. Sehingga pada tahun 2001, IASC di

restruktur dan diubah menjadi International Accounting Standard Board (IASB), yang

20 | A p p l y i n g T h e o r y t o A c c o u n t i n g R e g u l a t i o n

merupakan badan/lembaga independen yang berdasarkan struktur dari Financial Accounting

Standard Board (FASB) milik Amerika Serikat, dengan 14 perwakilan negara dan berlokasi

di London. IASB bertanggung jawab untuk memperbarui peraturan IAS dan membuat

International Financial Reporting Standards (IFRS).

Peran penting IASB yang sangat krusial adalah pada tahun 2002, European

Commission (EC) memustuskan bahwa penggunaan IASB sebagai standar akuntansi dimulai

pada tahun 2005, sehingga semua perusahaan di wilayah Uni Eropa harus mengadopsi IASB

sebagai standar akuntansi. Hal ini menjadi sebuah langkah fundamental dalam

mempromosikan laporan keuangan yang lebih transparan dan dapat dibandingkan oleh

perusahaan-perusahaan Eropa. Keputusan tersebut membuat kebingungan massal di negara-

negara Uni Eropa. Oleh karena itu dibutuhkan langkah-langkah strategis. Pertama, standar

IASB sudah harus fixed dan stabil peraturannya pada 1 Maret 2004, untuk kemudian ditinjau

ulang oleh Accounting Regulatory Committee (ARC) apakah IASB dapat digunakan di Uni

Eropa, mengingat IASB memiliki banyak pekerjaan rumah dan waktu yang sempit untuk

memfinalisasi standar. Kedua, Setiap anggota Uni Eropa harus bersiap mengadopsi IASB

dengan pertimbangan apakah IFRS dapat diintegrasikan dengan standar pelaporan keuangan

nasional. Ketiga, profesi akuntansi, termasuk akuntan independen dan auditor eksternal, harus

bersiap mengadopsi IFRS sehingga dibutuhkan pelatihan-pelatihan teknis. Setiap karyawan

perusahaan juga harus memahami IFRS. Perusahaan harus merevisi sistem pencatatannya

dengan IFRS dan mereka juga harus mengkomunikasikan adopsi IFRS tersebut kepada para

investor dan pemegang saham.

Konvergensi IASB dan FASB

Program konvergensi IASB dan FASB dimulai melalui perjanjian Norwalk pada

tahun 2002. FASB yang telah lama berdiri sejak tahun 1973 dan digunakan sebagai standar

akuntansi di hampir seluruh dunia, telah mempertimbangkan penggunaan standar

Internasional IASB di Amerika Serikat. Beberapa perusahaan sudah mengungkapkan

kesediaannya untuk penggunaan standar IASB, walaupun hingga tahun 2007, US Stock

Exchange Commission (SEC) masih mempertahankan tentang perlunya dilakukan

rekonsiliasi antara IFRS dan US GAAP. Namun mulai banyaknya perusahaan di dunia yang

mulai menggunakan IFRS sebagai standar akuntansinya memberikan tekanan untuk tidak

21 | A p p l y i n g T h e o r y t o A c c o u n t i n g R e g u l a t i o n

melakukan rekonsiliasi terhadap US GAAP. Dan pada tahun 2007, SEC pun mengizinkan

perusahaan asing yang menggunakan IFRS agar tidak perlu lagi melakukan rekonsiliasi.

Dalam praktiknya, pada tahun 2005 konvergensi IASB/FASB sebagai suatu perangkat

peraturan yang „stabil‟ membutuhkan proses yang rumit. Hal ini karena IASB ingin

menerapkan suatu standar yang stabil dan dapat digunakan oleh semua negara, dimana secara

bersamaan mempertimbangkan sejauh mana standar tersebut dapat dipahami dan disesuaikan

terhadap US GAAP. Dibutuhkan suatu identifikasi untuk mencari perbedaan antar keduanya,

kemudian dicarikan solusi untuk dapat diadopsi oleh keduanya. Perbedaan yang sangat

mencolok terletak pada prinsip standar akuntansinya. IFRS bersifat principal based

sedangkan US GAAP yang bersifat rule based.

Pengadopsian IFRS juga mulai dilakukan di Indonesia. Dimulai pada tahun 2008,

konvergensi antara IFRS dan PSAK dilakukan secara bertahap oleh Dewan Standar

Akuntansi Keuangan – Ikatan Akuntansi Indonesia (DSAK – IAI). Konvergensi dilakukan

dengan beberapa tahap. Tahap pertama yaitu tahap adopsi yang dilakukan pada tahun 2008 –

2010. Tahap kedua yaitu tahap persiapan akhir yang dimulai pada tahun 2011. Tahap terakhir

yaitu tahap peresmian dimulai pada 1 Januari 2012, Indonesia mulai menerapkan IFRS.

Standar Akuntansi untuk Sektor Publik

IASB diperuntukkan untuk sektor swasta. Untuk sektor publik, diperlukan suatu

pendekatan yang berbeda dikarenakan tujuan dari lembaga/badan publik berbeda dengan

tujuan perusahaan swasta yang mengedepankan profit.

Pada kasus di Indonesia, PSAK 45 yang mengatur tentang organisasi nirlaba

berdasarkan pada International Public Sector Accounting Standard (IPSAS). Pencatatan

dilakukan dengan basis akrual dengan mengacu kepada IFRS, sepanjang ketentuan –

ketentuan yang ada di IFRS dapat diaplikasikan pada sektor publik.

Standar Audit Internasional

Penerapan standar auditing pertama yang tercatat terdapat di Amerika Serikat yang

dilakukan oleh American Institute of Accountants pada tahun 1939. Tujuannya adalah

22 | A p p l y i n g T h e o r y t o A c c o u n t i n g R e g u l a t i o n

bertanggung jawab dalam mempertahankan standar etis, termasuk dalam mendisiplinkan

anggota yang tidak mengikuti standar akuntansi dan audit. Namun, peraturan ini dianggap

lemah dikarenakan belum adanya persyaratan hukum untuk para akuntan yang ingin

bergabung di dalamnya. Sampai pada tahun 1960-an, peraturan tersebut mulai dihidupkan

kembali oleh The American Institute of CPAs walaupun bersifat sukarela.

Sampai pada akhirnya terjadi skandal akuntansi yang dilakukan oleh Enron dan

perusahaan lainnya pada awal tahun 2000an yang dianggap sebagai kegagalan pasar. Maka

dibutuhkan intervensi dari pemerintah dalam menerapkan standar audit agar peraturannya

lebih ketat. Sejak munculnya Sarbanes-Oxley Act (2002), peninjauan audit perusahaan di

Amerika Serikat dilakukan oleh lembaga pemerintah yaitu Public Company Accounting and

Oversight Board (PCAOB).

Walaupun standar audit mulai diatur oleh pemerintah, standar tersebut hanya berfokus

kepada pembuatan kembali standar – standar lama untuk dimasukkan ke dalam undang-

undang, dibanding dengan perubahan/revisi konten – konten yang ada didalamnya. Sehingga

dikembangkan yang namanya International Standards on Auditing (ISA) oleh International

Auditing and Assurance Standards Board (IAASB).

IAASB beroperasi dibawah International Federation of Accountant (IFAC). Selain itu

IFAC juga mendirikan Public Interest Oversight Board (PIOB) untuk meningkatkan

kepercayaan terhadap standar yang dikeluarkan oleh IAASB dan IFAC. Diharapkan bahwa

standar tersebut dibentuk dan ditetapkan secara transparan dan untuk kepentingan publik,

dengan memberikan kesempatan kepada publik dan regulator untuk memberikan input dan

memfasilitasi regulasi audit.

23 | A p p l y i n g T h e o r y t o A c c o u n t i n g R e g u l a t i o n

Kasus

TEMPO Interaktif, Jakarta -Membengkaknya suntikan modal dari Lembaga Penjamin

Simpanan ke Bank Century hingga Rp 6,7 triliun memaksa keingintahuan Dewan Perwakilan

Rakyat. Padahal awalnya pemerintah hanya meminta persetujuan Rp 1,3 triliun untuk Bank

Century.

Menteri Keuangan Sri Mulyani menegaskan kepada DPR bahwa jika Bank Century ditutup

akan berdampak sistemik pada perbankan Indonesia. Pada hari yang sama pula, Wakil Ketua

Komisi Pemberantasan Korupsi Bibit Samad Riyanto menyatakan bahwa kasus Bank Century

itu sudah ditingkatkan statusnya menjadi penyelidikan.

Berbagai kejanggalan ditemukan dalam kasus tersebut. Bahkan KPK berencana menyergap

seorang petiggi kepolisian yang diduga menerima suap dari kasus itu. Kejanggalan semakin

menguat ketika Badan Pemeriksa Keuangan laporan awal terhadap Bank Century sebanyak

delapan halaman beredar luas di masyarakat.

Laporan tersebut mengungkapkan banyak kelemahan dan kejanggalan serius di balik

penyelamatan Bank Century dan ada dugaan pelanggaran kebijakan dalam memberikan

bantuan ke Bank Century.

Akibat kejanggalan temuan tersebut, Sekjen PDI Perjuangan Pramono Anung membentuk

tim kecil untuk menggulirkan hak angket guna mengkaji kasus Bank Century. Lima hari

kemudian, wacana pembentukan Panitia Khusus Hak Angket DPR untuk mengusut kasus

Bank Century menjadi perdebatan di DPR.

Pembahasan :

Kasus diatas adalah Kasus Bank Century, sudah tidak asing lagi bagi masyarakat Indonesia

mengenai kasus ini. Menurut kelompok kami, kasus Bank Century terjadi karena agency

problem.Nasabah terbesar adalah Principal dan Direktur Bank adalah Agent. Awal kasus

tersebut adalah sejumlah nasabah terbesar Bank Century waktu itu ingin menarik sejumlah

dana yang mereka simpan di bank tersebut karena isu “rush” tetapi Bank Century kalah

kliring atau tidak dapat memenuhi permintaan nasabah bank tersebut. Bukannya langsung

dikembalikan kepada nasabah, bank justru memindahkan uang nasabah ke Jakarta

(penyelewengan). Ditambah dengan bantuan lembaga penjamin simpanan yang membantu

24 | A p p l y i n g T h e o r y t o A c c o u n t i n g R e g u l a t i o n

keberlangsungannya bank, uang yang diterima juga tidak untuk menstabilisasi bank tapi

diindikasikan demi kepentingan pribadi. Karena tidak lama setelah kejadian tersebut bank

century dengan cepat melakukan pergantian direktur. Dapat disimpulkan kejadian tersebut

karena agen mementingkan kepentingan pribadinya (conflict of interest – Agency problem).