surveilans diare

43
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Di tahun 2005, Departemen Kesehatan menerapkan strategi kerja yaitu : menggerakan dan memberdayakan masyarakat untuk hidup sehat. Meningkatkan akses masyarakat terhadap pelayanan kesehatan yang berkualitas, meningkatkan system surveilans, monitoring dan informasi kesehatan, serta meningkatkan pembiayaan kesehatan. Namun, strategi surveilans belum berjalan dengan baik sehingga diperlukan banyak perbaikan agar tercapainya system surveilans yang efektif di Indonesia. Penyakit diare merupakan masalah kesehatan masyarakat di negara berkembang seperti Indonesia, karena morbiditas dan mortalitasnya yang masih tinggi. Survey morbiditas yang dilakukan oleh Subdit Diare, Departemen Kesehatan dari tahun 2000 s/d 2010 terlihat kecenderungan insidens naik. Salah satu langkah dalam pencapaian target MDGs adalah menurunkan kematian anak menjadi 2/3 bagian dari tahun 1990 sampai tahun 2015. Berdasarkan survey 1

Transcript of surveilans diare

Page 1: surveilans diare

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Di tahun 2005, Departemen Kesehatan menerapkan strategi kerja yaitu :

menggerakan dan memberdayakan masyarakat untuk hidup sehat. Meningkatkan

akses masyarakat terhadap pelayanan kesehatan yang berkualitas, meningkatkan

system surveilans, monitoring dan informasi kesehatan, serta meningkatkan

pembiayaan kesehatan. Namun, strategi surveilans belum berjalan dengan baik

sehingga diperlukan banyak perbaikan agar tercapainya system surveilans yang

efektif di Indonesia.

Penyakit diare merupakan masalah kesehatan masyarakat di negara

berkembang seperti Indonesia, karena morbiditas dan mortalitasnya yang masih

tinggi. Survey morbiditas yang dilakukan oleh Subdit Diare, Departemen

Kesehatan dari tahun 2000 s/d 2010 terlihat kecenderungan insidens naik.

Salah satu langkah dalam pencapaian target MDGs adalah menurunkan

kematian anak menjadi 2/3 bagian dari tahun 1990 sampai tahun 2015.

Berdasarkan survey kesehatan rumah tangga (SKRT), studi mortalitas dan riset

kesehatan dasar dari tahun ke tahun diketahui bahwa diare masih menjadi

penyebab utama kematian balita di Indonesia. Penyebab utama kematian akibat

diare adalah tata laksana yang tidak tepat baik di rumah maupun di sarana

kesehatan. Untuk menurunkan kematian karena diare perlu tata laksana yang

cepat dan tepat.

Diare hingga kini masih menjadi salah satu penyebab utama kesakitan dan

kematian. Epidemiologi penyakit diare dapat ditemukan pada seluruh daerah

geografis dunia dan kasus diare dapat terjadi pada semua kelompok umur, tetapi

penyakit berat dengan kematian yang tinggi terutama terjadi pada bayi dan anak

1

Page 2: surveilans diare

balita. Di negara berkembang anak-anak menderita diare lebih dari 12 kali dalam

setahun, dan menjadi penyebab kematian dengan Case Fatality Rate 15% sampai

dengan 34% dari semua kematian, kebanyakan terjadi pada anak-anak (Aman,

2004).

Hasil Survei Kesehatan Rumah Tangga ( SKRT) tahun 2004, menunjukkan

angka kematian akibat diare adalah 23 per 100 ribu penduduk dan pada balita

adalah 75 per 100 ribu balita (Depkes RI, 2005).

Menurut Depkes RI (2009), insiden diare berkisar antara 400 kasus per 100

penduduk, di mana 60-70% di antaranya anak-anak di bawah umur 5 tahun.

Setiap anak mengalami diare rata-rata 1 sampai 2 kali setahun dan secara

keseluruhan, rata-rata mengalami 3 kali episode diare per tahun

Di wilayah kerja Puskesmas Kedungmundu, tidak berbeda dengan Indonesia

pada umumnya, penyakit menular juga masih menjadi masalah. Untuk kejadian

penyakit diare, sebagai perbandingan, sepanjang bulan Januari 2012 – Agustus

2012 angka kejadian diare tidak pernah hilang dari data surveilans Puskesmas

Kedungmundu. Di samping itu, di Puskesmas Kedungmundu juga masih terdapat

beberapa penyakit yang terkadang menjadi suatu Kejadian Luar Biasa (KLB)

ataupun sporadik.

Berdasarkan uraian di atas, melihat masih adanya penyakit menular di

wilayah kerja Puskesmas Kedungmundu yang telah telah memiliki sistem

surveilans yang seharusnya, berdasarkan fungsinya dapat mencegah kejadian

tersebut, menjadi suatu pintu pembahasan yang menarik untuk mengetahui

kegiatan surveilans di Puskesmas Kedungmundu dan permasalahan yang ada.

B. Batasan Masalah

Makalah ini membahas tentang kegiatan surveilans, pencatatan dan pelaporan

data surveilans di Puskesmas Kedungmundu serta permasalahan kesehatan yang

ada dalam kegiatan surveilans tersebut.

2

Page 3: surveilans diare

C. Tujuan Penulisan

1. Tujuan Umum

Tujuan umum dari penulisan makalah ini adalah untuk meningkatkan

derajat kesehatan masyarakat dan kesejahteraan masyarakat.

2. Tujuan Khusus

a. Mengetahui dan memahami tentang Surveilans Epidemiologi

b. Mengetahui bagaimana sistem surveilans diare

c. Memahami bagaimana penganalisaan data kedalam grafik tentang

surveilans diare.

d. Dapat memproyeksikan penyakit diare dimasa akan datang dan upaya

promosi dan pencegahannya.

D. Manfaat Penulisan

1. Sebagai ilmu pengetahuan dan menambah wawasan bagi pembaca dan

masyarakat tentang diare dan surveilans diare.

2. Sebagai masukan bagi tenaga kesehatan khususnya puskesmas agar dapat

melaksanakan surveilans penyakit diare secara baik dan optimal sehingga

dapat menurunkan angka kejadian diare di wilayah kerja puskesmas

tersebut.

3

Page 4: surveilans diare

BAB II

TINJAUAN TEORI

A. Surveilans

1. Pengertian Surveilans

Setelah tahun 1950, surveilans epidemiologi dalam konteks penyakit.

Surveilans epidemiologi memantau insidensi penyakit-penyakit yang

termasuk dalam program-program vertikal WHO seperti malaria, frambusia,

cacar, dan demam kuning perkotaan. Dalam kegiatan ini diperlukan data

penyakit yang didistribusikan menurut orang, waktu, dan tempat. Di samping

itu diperlukan data tentang vektor yang menularkan penyakit yang

bersangkutan, dan faktor-faktor lain yang mempengaruhi kejadian penyakit

itu. Dalam konteks ini muncul teori bahwa penyakit infeksi disebabkan oleh

kuman yang mungkin berasal dari binatang atau tumbuh-tumbuhan, sebagai

lawan dari bahwa penyakit disebabkan oleh banyak faktor. Timbulnya

penyakit infeksi tergantung pada dosis dari agen yang infeksius, jenis dan

lamanya transmisi, keadaan umum dan gizi dari hospes, gaya hidup dari

hospes, dan keadaan lingkungan.

Beberapa ahli telah mendefinisikan surveilans epidemiologi. Langmuir

dari Centre Of Disease Control (CDC) dari Atlanta, Amerika Serikat

mendefinisikan surveilans epidemiologi adalah latihan pengawasan berhati-

hati yang terus menerus, dan berjaga-jaga terhadap distribusi dan penyebaran

infeksi dan faktor-faktor yang berhubungan dengan itu, yang cukup akurat dan

sempurna yang relevan untuk menanggulangi penyakit.

Surveilans kesehatan masyarakat adalah pengumpulan, analisis, dan

analisis data secara terus menerus dan sistematis yang kemudian

disemininasikan (disebarluaskan) kepada pihak-pihak yang bertanggungjawab

dalam pencegahan penyakit dan masalah kesehatan lainnya.

4

Page 5: surveilans diare

Surveilans memantau terus-menerus kejadian dan kecenderungan

penyakit, mendeteksi dan memprediksi outbreak pada populasi, mengamati

faktor-faktor yang mempengaruhi kejadian penyakit, seperti perubahan-

perubahan biologis pada agent, vektor, dan reservoir. Selanjutnya surveilans

menghubungkan informasi tersebut kepada pembuat keputusan agar dapat

dilakukan langkah-langkah pencegahan dan pengendalian penyakit. Kadang

digunakan istilah surveilans epidemiologi. Baik surveilans kesehatan

masyarakat maupun surveilans epidemiologi hakikatnya sama saja, sebab

menggunakan metode yang sama, dan tujuan epidemiologi adalah untuk

mengendalikan masalah kesehatan masyarakat, sehingga epidemiologi dikenal

sebagai sains inti kesehatan masyarakat.

Surveilans memungkinkan pengambil keputusan untuk memimpin dan

mengelola dengan efektif. Surveilans kesehatan masyarakat memberikan

informasi kewaspadaan dini bagi pengambil keputusan dan manajer tentang

masalah-masalah kesehatan yang perlu diperhatikan pada suatu populasi.

Surveilans kesehatan masyarakat merupakan instrument penting untuk

mencegah outbreak penyakit dan mengembangkan respons segera ketika

penyakit mulai menyebar. Informasi dari surveilans juga sangat penting untuk

memonitor sejauh mana populasi telah terlayani dengan baik.

Gambar 2.1 Skema system surveilans

Fasilitas pelayanan kesehatan Dinas Kesehatan

(puskesmas, RS, dokter praktik) Kabupaten/Kota, Provinsi,Pusat

Komunitas

5

Peristiwa penyakit, kesehatan populasi

Intervensi

Perubahan yang diharapkan

Data

Informasi

Analisis & interpretasi

pelaporan

Umpan balik

keputusan

Page 6: surveilans diare

Surveilans berbeda dengan pemantauan (monitoring) biasa. Surveilans

dilakukan secara terus-menerus tanpa terputus (kontinu), sedang pemantauan

dilakukan secara intermitten atau episodik. Dengan mengamati secara terus

menerus dan sistematis maka perubahan-perubahan kecenderungan penyakit

dan faktor yang mempengaruhinya dapat diamati dan diantisipasi, sehingga

dapat dilakukan langkah-langkah investigasi dan pengendalian penyakit

dengan tepat.

2. Tujuan Survei Epidemiologi

Tujuan melakukan surveilans epidemiologi adalah :

a. Untuk mengetahui besar masalah kesehatan/ penyakit (frekuensi atau

insidensi) di masyarakat, sehingga bisa dibuat perencanaan dalam hal

pencegahan, penanggulangan maupun pemberantasannya.

b. Untuk mengetahui informasi yang up to date mengenai masalah

kesehatan/ penyakit (menjawab pertanyaan siapa, dimana, kapan)

sehingga dapat digunakan untuk memonitor program yang sedang

berjalan, mengevaluasi program dan system kewaspadaan dini.

3. Kegunaan Surveilans Epidemiologi

Surveilans Epidemiologi digunakan untuk :

a. Mengetahui gambaran epidemiologi masalah kesehatan atau penyakit.

Yang dimaksud gambaran epidemiologi dari suatu penyakit adalah

epidemiologi deskriptif penyakit itu menurut waktu, tempat, dan

orang.

b. Menetapkan prioritas masalah kesehatan

Minimal ada 3 persyaratan untuk mendapatkan prioritas masalah

kesehatan untuk ditanggulangi yaitu besarnya masalah, adanya metode

untuk memecahkan masalah, dan tersedianya biaya untuk mengatasi

masalah.

6

Page 7: surveilans diare

c. Mengetahui cakupan pelayanan

Atas dasar data kunjungan ke puskesmas, dapat diperkirakan cakupan

pelayanan puskesmas terhadap karakteristik tertentu dari penderita,

dengan membandingkan proporsi penderita menurut karakteristik

tertentu yang berkunjung ke puskesmas, dan proporsi penderita

menurut karakteristik yang sama di populasi atas dasar data statistic

dari daerah yang bersangkutan.

d. Untuk kewaspadaan dini terjadinya Kejadian Luar Biasa (KLB)

KLB adalah suatu keadaan dimana terjadi peningkatan frekuensi suatu

penyakit dalam periode waktu tertentu di suatu wilayah. Di Indonesia,

penyakit menular yang sering menimbulkan KLB adalah penyakit

diare, penyakit yang dapat diimunisasikan, infeksi saluran nafas, dan

lain-lain.

e. Untuk memantau dan menilai program.

4. Ruang Lingkup Surveilans Epidemiologi

Masalah kesehatan dapat disebabkan oleh berbagai sebab, oleh karena

itu secara operasional masalah-masalah kesehatan tidak dapat diselesaikan

oleh sector kesehatan sendiri, diperlukan tata laksana terintegrasi dan

komprehensif dengan kerjasama yang harmonis antar sector dan antra

program, sehingga perlu dikembangkan subsistem surveilans epidemiologi

kesehatan yang terdiri dari Surveilans Epidemiologi Penyakit Menular,

Surveilans Epidemiologi Penyakit Tidak Menular, Surveilans Epidemiologi

Kesehatan Lingkungan Dan Perilaku, Surveilans Epidemiologi Masalah

Kesehatan, Surveilans Epidemiologi Kesehatan Matra.

a. Surveilans Epidemiologi Penyakit Menular

Merupakan analisis terus menerus dan sistematis terhadap penyakit

menular dan faktor resiko untuk mendukung upaya pemberantasan

penyakit menular.

7

Page 8: surveilans diare

b. Surveilans Epidemiologi Penyakit Tidak Menular

Merupakan analisis terus menerus dan sistematis terhadap penyakit

tidak menular dan faktor resiko untuk mendukung upaya

pemberantasan penyakit menular.

c. Surveilans Epidemiologi Kesehatan Lingkungan Dan Perilaku

Merupakan analisis terus menerus dan sistematis terhadap penyakit

dan faktor resiko untuk mendukung program penyehatan lingkungan.

d. Surveilans Epidemiologi Masalah Kesehatan

Merupakan analisis terus menerus dan sistematis terhadap masalah

kesehatan dan faktor resiko untuk mendukung program-program

kesehatan tertentu.

e. Surveilans Epidemiologi Kesehatan Matra.

Merupakan analisis terus menerus dan sistematis terhadap masalah

kesehatan dan faktor resiko untuk mendukung program kesehatan

matra.

5. Komponen Sistem Surveilans Epidemiologi

Setiap penyelenggaraan surveilans epidemiologi penyakit dan masalah

kesehatan lainnya sebagaimana tersebut di atas terdiri dari beberapa

komponen yang menyusun bangunan system surveilans yang terdiri atas

komponen sebagai berikut :

a. Tujuan yang jelas dan dapat diukur

b. Unit surveilans epidemiologi yang terdiri dari kelompok kerja

surveilans epidemiologi dengan dukungan tenaga professional

c. Konsep surveilans epidemiologi sehingga terdapat kejelasan sumebr

dan cara-cara memperoleh data, cara-cara mengolah data, cara-cara

melakukan analisis, sasaran penyebaran atau pemanfaatan data dan

informasi epidemiologi, serta mekanisme kerja epidemiologi.

d. Dukungan advokasi, peraturan perundang-undangan, sarana dan

anggaran.

8

Page 9: surveilans diare

e. Pelaksanaan mekanisme kerja surveilans epidemiologi.

f. Jejaring surveilans epidemiologi yang dapat membangun kerjasama

dalam pertukaran data dan informasi epidemiologi, analisis, dan

peningkatan kemampuan surveilans epidemiologi.

g. Indikator kinerja.

6. Mekanisme Kerja

Kegiatan surveilans epidemiologi kesehatan merupakan kegiatan yang

dilaksanakan secara terus-menerus dan sistematis dengan mekanisme kerja

sebagai berikut :

a. Pengumpulan data (identifikasi kasus dan masalah kesehatan serta

informasi terkait lainnya).

Data yang dikumpulkan adalah data epidemiologi yang jelas, tepat,

dan ada hubungannya dengan penyakit yang bersangkutan.

Tujuan pengumpulan data adalah :

1) Menentukan kelompok/golongan populasi yang mempunyai

resiko terbesar terserang penyakit (umur, jenis kelamin,

bangsa, pekerjaan, dan lain-lain).

2) Menentukan jenis dari agent (penyebab) penyakit dan

karakteristiknya.

3) Menentukan reservoir dari infeksi.

4) Memastikan keadaan-keadaan yang menyebabkan dapat

berlangsungnya transmisi penyakit.

5) Mencatat kejadian penyakit secara keseluruhan.

6) Penyelidikan letusan-letusan wabah, bertujuan untuk

memastikan sifat dasar wabah, sumber wabah, cara penularan,

dan area penyebaran / menjalarnya wabah.

b. Perekaman, pelaporan, dan pengolahan data

Data yang dikumpulkan segera diolah menurut tujuan surveilans.

9

Page 10: surveilans diare

c. Analisis dan interpretasi data

Setelah data diolah, dikompilasi, selanjutnya dilakukan analisis dan

interpretasi data. Berdasarkan hasil analisis dan interpretasi data, dapat

dibuat tanggapan-tanggapan, saran-saran untuk menentukan tindakan

dalam menanggulangi masalah yang ada berdasarkan prioritas.

d. Studi Epidemiologi

Studi epidemiologi dilakukan terhadap masalah yang menjadi

prioritas.

e. Penyebaran informasi kepada unit yang membutuhkannya.

Penyebaran informasi dapat dilakukan kepada atasan sebagai

informasi le.bih lanjut dan dapat dikirimkan umpan balik kepada unit

kesehatan yang memberikan laporan kepadanya.

f. Membuat rekomendasi dan alternatif tindak lanjut.

Rekomendasi dan alternatif tindak lanjut disusun untuk

menanggulangi masalah yang ada.

g. Umpan Balik

Surveilans merupakan kegiatan yang berjalan terus menerus, maka

umpan balik kepada sumber-sumber (pelapor) mengenai arti data dan

kegunaannya setelah diolah merupakan tindakan yang penting.

7. Jenis Penyelenggaraan

Pelaksanaan surveilans epidemiologi kesehatan dapat menggunakan

satu cara atau kombinasi beberapa cara penyelenggaraan surveilans

epidemiolog. Cara-cara penyelenggaraan surveilans epidemiologi dibagi

berdasarkan atas metode pelaksanaan, aktivitas pengumpulan data dan pola

pelaksanaanya.

a. Penyelenggaraan Berdasarkan Metode Pelaksanaan

1) surveilans epidemiologi rutin terpadu, adalah penyelenggaraan

surveilans epidemiologi terhadap beberapa kejadian,

permasalahan, dan atau faktor resiko masalah kesehatan.

10

Page 11: surveilans diare

2) surveilans epidemiologi khusus, adalah penyelengaraan

surveilans epidemiologi terhadap suatu kejadian,

permasalahan, faktor resiko atau situasi khusus kesehatan.

3) surveilans sentinel, adalah penyelanggaraan surveilans

epidemiologi pada populasi dan wilayah terbatas untuk

mendapatkan signal adanya masalah kesehatan pada suatu

populasi atau wilayah yang lebih luas.

4) Studi epidemiologi, adalah penyelenggaraan surveilans

epidemiologi pada periode tertentu serta populasi dan atau

wilayah tertentu untuk mengetahui lebih mendalam gambaran

epidemiologi penyakit, permasalahan dan atau faktor resiko

kesehatan.

b. Penyelenggaraan berdasarkan aktivitas pengumpulan data

1) Surveilans aktif, adalah penyelenggaraan surveilans

epidemiologi, dimana unit surveilans mengumpulkan data

dengan cara mendatangi unit pelayanan kesehatan, masyarakat

atau sumber data lainnya.

2) surveilans pasif, adalah penyelenggaraan surveilans

epidemiologi, dimana unit surveilans mengumpulkan data

dengan cara menerima data tersebut dari unit pelayanan

kesehatan, masyarakat atau sumber data lainnya.

c. Penyelenggaraan berdasarkan pola pelaksanaan

1) Pola kedaruratan, adalah kegiatan surveilans yang mengacu

pada ketentuan yang berlaku untuk penanggulangan KLB dan

atau wabah dan atau bencana.

2) Pola selain kedaruratan, adalah kegiatan surveilans yang

mengacu pada ketentuan yang berlaku untuk keadaan di luar

KLB dan atau wabah dan atau bencana.

11

Page 12: surveilans diare

d. Penyelenggaraan berdasarkan kualitas pemeriksaan

1) Bukti klinis atau tanpa peralatan pemeriksaan, adalah kegiatan

surveilans dimana data diperoleh berdasarkan pemeriksaan

klinis atau tidak menggunakan peralatan pendukung

pemeriksaan.

2) Bukti laboratorium atau dengan peralatan khusus, adalah

kegiatan surveilans dimana data diperoleh berdasarkan

pemeriksaan laboratorium atau peralatan pendukung

pemeriksaan lainnya.

B. Diare

1. Pengertian Diare

Diare adalah buang air besar lembek/cair bahkan dapat berupa air saja

yang frekuensinya lebih sering dari biasanya (3 kali/lebih dalam sehari).

2. Jenis Diare

Berdasar lama sakit :

a. Diare Akut, yaitu diare yang berlangsung kurang dari 14 hari (pada

umumnya kurang dari 7 hari). Akibat diare akut dapat terjadi dehidrasi

yang merupakan penyebab utama kematian.

b. Diare kronik/persisten, yaitu diare yang berlangsung lebih dari 14 hari

secara terus menerus yang dapat mengakibatkan penurunan berat

badan dan gangguan metabolism.

3. Penyebab

a. Infeksi

1) Bakteri (Shigella, Salmonella, E. Coli, gol Vibrio, Bacillus cereus,

Cl. Perfringens,Staphylococcus)

2) Virus (Rotavirus,Enterovirus, Adenovirus)

3) Parasit (Amuba, cacing, jamur)

b. Keracunan

1) Bahan kimia

12

Page 13: surveilans diare

2) Toksim bakteri (Salmonela, Staphilococcus, Botulisme)

c. Alergi

1) Alergi makanan

2) Alergi obat

d. Malabsorpsi

1) Malabsorpsi protein

2) Malabsorpsi lemak

e. Imunodefisiensi

1) HIV/AIDS : terjadi karena over growth kuman saprofit usus

2) Pengobatan dengan imunosupresi

f. Penyebab lain

1) Psychosomatic

2) Parenteral diare

4. Cara Penularan

a. Penularan kuman penyebab diare

Penyebab diare biasanya menular melalui fecal oral. Perilaku yang

menyebabkan penyebaran kuman enteric dan meningkatkan terjadinya

resiko diare yaitu :

1) Tidak memberikan ASI Eksklusif pada 6 bulan pertama kehidupan.

Bayi yang tidak diberi ASI resiko menderita diare lebih besar

daripada bayi yang diberi ASI eksklusif dan kemungkinan menderita

dehidrasi berat juga lebih besar.

2) Pemberian susu formula dengan menggunakan botol yang tidak

bersih.

3) Makan makanan basi, karena telah tercemar dengan kuman.

4) Tidak cuci tangan setelah buang air besar, sesudah membuang tinja

anak, sebelum makan, atau menyuapi anak.

5) Membuang tinja (termasuk tinja bayi) sembarang tempat. Sering

dianggap tinja bayi tidak berbahaya, padahal sesungguhnya

mengandung virus atau bakteri dalam jumlah besar.

13

Page 14: surveilans diare

b. Faktor pejamu yang meningkatkan kerentanan terhadap diare

Faktor pejamu dapat meningkatkan insiden diare dan lamanya diare,

yaitu :

1) Tidak mendapat ASI eksklusif. ASI mengandung antibody yang

dapat melindungi kuman penyebab diare yaitu : Shigella, dan V.

cholera

2) Kurang gizi. Berat penyakit, lama sakit. Resiko kematian diare

meningkat pada anak-anak yang menderita gangguan gizi,

terutama pada anak penderita gizi buruk.

3) Campak. Sering terjadi komplikasi diare dalam 4 minggu

terakhir.

4) Imunodefisiensi/imunosupresi. Pada anak imunosupresi berat,

diare terjadi karena kuman yang tidak pathogen.

c. Faktor lingkungan dan perilaku

Diare merupakan salah satu penyakit berbasis lingkungan. Dua faktor

dominan, yaitu sarana air bersih dan pembuangan tinja akan berinteraksi pada

perilaku manusia. Bila lingkungan tidak sehat (karena tercemar kuman diare)

dan berakumulasi dengan perilaku manusia yang tidak sehat (melalui makanan

dan minuman), maka akan mengakibatkan kejadian diare.

5. Gejala Klinis

Gejala utama : buang air besar lembek/cair yang frekuensinya lebih sering

dari biasanya (3 kali atau lebih dalam sehari).

Kuman Masa tunas Gejala klinis Cara penularanV. Cholera Beberapa

jam sampai 5 hari

Mencret mendadak, cair seperti cucian beras, terus menerus,dehidrasi, kadang-kadang muntah, asidosis, dan shock

Melalui makanan dan minuman yang terkontaminasi

V.Para-hemolyticus

Biasanya 2-3 hari

Diare, sakit perut, mual muntah, demam, sakit kepala

Ikna (makanan) laut yang terkontaminasi

Stap. aureus 2-6 jam Mual, muntah, sakit perut, mencret, suhu badan tinggi

Daging, telur, makanan kaleng dan roti

14

Page 15: surveilans diare

Salmonella sp. 12-24 jam Mencret, demam, sakit perut. Daging unggas, susu, dan telur yang terkontaminasi

Clostridium perfringers

6-24 jam biasanya 10-12 jam

Mencret, sakit perut, mual Daging, makanan kaleng

Bacillus cereus

6-14 jam1-6 jam

MencretMual, muntah

Bubur kaleng, pudding

Shigella spp2-3 hari Mencret, sakit perut, tenesmus,

tinja lender darahMakanan saus dan makanan kaleng yang terkontaminasi

Strepcoccus faecalis

5-20 jam Mual, muntah, mencret Makanan yang terkontaminasi

Enterococcus 2-18 jam Mual, muntah, mencret Makanan kaleng yang terkontaminasi

6. Pencegahan

a. Pemberian ASI Eksklusif

b. Memperbaiki pemberian makanan pendamping ASI

c. Menggunakan air bersih

d. Mencuci tangan dengan sabun

e. Menggunakan jamban dengan benar

f. Membuang tinja bayi dan anak-anak di jamban.

7. Pengobatan

Prinsip tata laksana penderita diare :

a. Mencegah terjadinya dehidrasi

Dapat dilakukan di rumah dengan memberikan air minum lebih banyak

dengan cairan rumah tangga yang dianjurkan seperti air tajin, kuah sayur,

air sup. Bila tidak mungkin memberikan cairan rumah tangga yang

dianjurkan, berikan air matang.

b. Mengobati dehidrasi

Bila terjadi dehidrasi (terutama pada anak), penderita harus segera dibawa

ke petugas kesehatan untuk mendapat pengobatan yang cepat dan tepat

15

Page 16: surveilans diare

yaitu oralit. Bila terjadi dehidrasi berat, penderita harus segera diberikan

cairan intravena dengan Ringer Lactat sebelum dilanjutkan terapi oral.

c. Memberi makanan

Pemberian makanan selama diare bertujuan untuk memberikan gizi pada

penderita terutama anak agar tetap kuat dan tumbuh serta mencegah

berkurangnya berat badan. Berikan cairan oralit dan makanan sesuai yang

dianjurkan.

1) Anak yang masih minum ASI harus lebih sering diberi ASI.

2) Anak yang minum susu formula diberikan lebih sering dari biasanya.

3) Anak usia 6 bulan atau lebih termasuk bayi yang telah mendapat

makanan padat harus diberikan makanan yang mudah dicerna tapi

sering.

Setelah diare berhenti, pemberian makanan ekstra diteruskan selama 2

minggu untuk membantu pemulihan berat badan anak.

d. Mengobati masalah lain.

Bila ditemukan penderita diare disertai penyakit lain, berikan pengobatan

sesuai dengan indikasi dengan mengutamakan rehidrasi.

16

Page 17: surveilans diare

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan penulis dalam menyusun Laporan

Surveilans Diare di Puskesmas Kedungmundu Kecamatan Tembalang ini adalah

observasional deskriptif.

B. Tempat Penelitian

Laporan Surveilans Diare dilakukan di wilayah kerja Puskesmas

Kedungmundu Kecamatan Tembalang.

C. Subjek Penelitian

Subjek penelitian pada Laporan Surveilans Diare ini adalah penduduk di

Wilayah kerja Puskesmas Kedungmundu, Tembalang.

D. Jenis Data

Pada penyusunan studi kasus ini penulis menggunakan sumber data yang

berupa :

1. Data Primer

Data primer diperoleh dari subjek pengambilan kasus yaitu dari hasil

wawancara langsung dengan subjek pengambilan kasus dan observasi

langsung yang dilakukan pada subjek pengambilan kasus.

2. Data Sekunder

Data sekunder digunakan untuk mendukung data primer dan diperoleh

dari dokumen Puskesmas Kedungmundu. Selain itu data juga didapat dari

buku teks yang dipakai sebagai sumber referensi.

E. Teknik Pengambilan Data

Teknik pengambilan data yang digunakan meliputi :

1. Studi Pustaka

17

Page 18: surveilans diare

Pada kasus ini peneliti menggunakan berbagai literatur seperti buku teks,

tugas akhir, dan sumber bacaan dari internet untuk mencari dasar teori medis

yang mencakup penyakit Diare meliputi pengertian, penyebab, gejala klinis,

cara pencegahan dan pengobatan.

2. Sumber Informasi Dokumenter

Pada kasus ini peneliti menggunakan dokumen berupa beberapa angka

kejadian Diare yang diperoleh dari Puskesmas Kedungmundu.

F. Analisis Data

Analisis data dilakukan secara deskriptif.

18

Page 19: surveilans diare

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil

1. Keadaan Geografis

Puskesmas Kedungmundu terletak di kelurahan Kedungmundu dengan

wilayah kerja meliputi 11 kelurahan dengan batas-batas sebagai berikut:

Sebelah Utara : Kecamatan Candi Sari

Sebelah Selatan : Kabupaten Semarang

Sebelah Barat : Kecamatan Banyumanik

Sebelah Timur : Kabupaten Demak

2. Keadaan Demografi

Data kependudukan Kecamatan Tembalang sebagai wilayah kerja Puskesmas

Kedungmundu adalah :

Tabel 4.1 Distribusi Penduduk Menurut Kelurahan

No Kelurahan Jumlah1 Kelurahan Sendangmulyo 33.563 jiwa2 Kelurahan Sendangguwo 20,645 jiwa3 Kelurahan Tandang 23,953 jiwa4 Kelurahan Sambiroto 14,680 jiwa5 Kelurahan Meteseh 15.060 jiwa6 Kelurahan Jangli 6,441 jiwa7 Kelurahan Kedungmundu 10,896 jiwa8 Kelurahan Mangunharjo 6,734 jiwa9 Kelurahan Bulusan 4,510 jiwa1011

Kelurahan KramasKelurahan Tembalang

3,068 jiwa5,742 jiwa

19

Page 20: surveilans diare

Jumlah 156,254 jiwa

3. Kegiatan Pokok Surveilans Puskesmas

a. Pengumpulan data

b. Tabulasi dan analisis data

c. Penyebarluasan hasil dan informasi

4. Sumber data Surveilans Puskesmas

a. Laporan (catatan/registrasi)

1) Kematian

2) Kesakitan

3) Laboratorium

4) Kejadian Luar Biasa/Wabah

5) Kasus individu

6) Laporan penelitian (eksperimen atau observasi)

b. Survei khusus terhadap penyakit tertentu atau screening

c. Laporan vektor binatang (reservoir)

d. Data lingkungan (sanitasi, geografi termasuk curah hujan, ketinggian, dll)

e. Data penduduk (termasuk social budaya, komposisi umur, dll)

5. Peran dan Mekanisme Kerja Surveilans Terpadu Penyakit (STP) di Puskesmas

a. Pengumpulan dan Pengolahan Data. Unit surveilans Puskesmas

mengumpulkan dan mengolah data STP Puskesmas harian bersumber dari

register rawat jalan & register rawat inap di Puskesmas dan Puskesmas

Pembantu, tidak termasuk data dari unit pelayanan bukan puskesmas dan

kader kesehatan. Pengumpulan dan pengolahan data tersebut dimanfaatkan

untuk bahan analisis dan rekomendasi tindak lanjut serta distribusi data.

20

Page 21: surveilans diare

b. Analisis serta Rekomendasi Tindak Lanjut. Unit surveilans Puskesmas

melaksanakan analisis bulanan terhadap penyakit potensial KLB di

daerahnya dalam bentuk tabel menurut desa/kelurahan dan grafik

kecenderungan penyakit mingguan, kemudian menginformasikan hasilnya

kepada Kepala Puskesmas, sebagai pelaksanaan pemantauan wilayah

setempat (PWS) atau sistem kewaspadaan dini penyakit potensial KLB di

Puskesmas. Apabila ditemukan adanya kecenderungan peningkatan jumlah

penderita penyakit potensial KLB tertentu, maka Puskesmas melakukan

penyelidikan epidemiologi dan menginformasikan ke Dinas Kesehatan

Kabupaten/Kota. Unit surveilans Puskesmas melaksanakan analisis

tahunan perkembangan penyakit dan menghubungkannya dengan faktor

risiko, perubahan lingkungan, serta perencanaan dan keberhasilan program.

Puskesmas memanfaatkan hasilnya sebagai bahan profil tahunan, bahan

perencanaan Puskesmas, informasi program dan sektor terkait serta Dinas

Kesehatan Kabupaten/Kota.

c. Umpan Balik. Unit surveilans Puskesmas mengirim umpan balik bulanan

absensi laporan dan permintaan perbaikan data ke Puskesmas Pembantu di

daerah kerjanya

d. Laporan. Setiap minggu, Puskesmas mengirim data PWS penyakit

potensial KLB ke Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota sebagaimana formulir

PWS KLB. Setiap bulan, Puskesmas mengirim data STP Puskesmas ke

Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota dengan jenis penyakit dan variabelnya

sebagaimana formulir STP.PUS. Pada data PWS penyakit potensial KLB

dan data STP Puskesmas ini tidak termasuk data unit pelayanan kesehatan

bukan puskesmas dan data kader kesehatan. Setiap minggu, Unit Pelayanan

bukan Puskesmas mengirim data PWS penyakit potensial KLB ke Dinas

Kesehatan Kabupaten/Kota.

21

Page 22: surveilans diare

6. Diare Sebagai KLB di wilayah Kecamatan Tembalang

Tabel 4.2 Distribusi kasus diare pada setiap kelurahan

No Kelurahan Jumlah Penderita

Prosentase

1 Kelurahan Sendangmulyo 43 kasus (31,6%)2 Kelurahan Sendangguwo 20 kasus (14,7%)3 Kelurahan Tandang 26 kasus (19,1%)4 Kelurahan Sambiroto 12 kasus (8,8%)5 Kelurahan Meteseh 4 kasus (2,9%)6 Kelurahan Jangli 6 kasus (4,4%)7 Kelurahan Kedungmundu 11 kasus (8,1%)8 Kelurahan Mangunharjo 7 kasus (5,1%)9 Kelurahan Bulusan 5 kasus (3,7%)1011

Kelurahan KramasKelurahan Tembalang

1 kasus1 kasus

(0,7%)(0,7%)

Jumlah 136 kasus 100%

Data yang didapatkan peneliti, wilayah dengan kasus diare terbanyak

adalah kelurahan Sendangmulyo 43 kasus (31,6%), kemudian diikuti oleh

kelurahan Tandang sebanyak 26 kasus (19,1%). Kelurahan dengan insiden

kasus sedikit adalah kelurahan Kramas dan Tembalang 1 kasus (0,7%).

Tabel 4.3 Distribusi kasus diare pada periode Januari – Agustus 2012

Bulan Jan Feb Maret April Mei Juni Juli AgustKasus Diare

42 (30,9%)

37(27,2%)

6(4,4%)

7(5,14%)

4(2,9%)

8(5,9%)

13(9,6%)

19(13,9%)

Selama periode Januari-Agustus 2012, kasus terbanyak pada bulan

Januari yaitu 42 kasus (30,9%) dan diikuti bulan Februari yaitu 37 kasus

(27,2%). Bulan dengan insiden terendah adalah bulan Mei dengan 4 kasus

(2,9%) . Dilihat dari periode waktu, kejadian diare di daerah kecamatan

22

Page 23: surveilans diare

tembalang terjadi peningkatan kejadian diare pada bulan-bulan tertentu.

Hal ini dapat diikuti dengan pola curah hujan tertentu pula sehingga

keduanya saling berhubungan.

B. PEMBAHASAN

Hubungan Faktor Resiko dengan Kejadian Luar Biasa (KLB) Diare di

Kecamatan Tembalang

Dalam penulisan makalah penelitian ini, penulis akan mengambil

beberapa variable epidemiologi yaitu variable tempat (place) yang dalam hal ini

adalah kondisi lingkungan dan sanitasi serta variable manusia (man) khususnya

pada kepadatan penduduk dan perilaku individu.

Berdasarkan hasil tersebut di atas maka di wilayah kecamatan

Tembalang terjadi kasus diare yang jumlahnya cukup besar. Faktor-faktor yang

berpengaruh di sini adalah kondisi lingkungan yang mempengaruhi terjadinya

diare antara lain kondisi tempat pembuangan tinja manusia (jamban), tempat

pembuangan sampah dan yang paling utama adalah sumber air bersih yang

digunakan sehari-hari.

Tabel 4.4 Faktor Resiko terjadinya diare di setiap kelurahan

Kelurahan Sumber air bersih Jamban Tempat sampahAir sumur PAM Galon <10 m >10 m terbuka Tertutup

Sendangmulyo 8 10 17 5 15 8 12Sendangguwo 3 6 5 2 6 8 0Tandang 10 1 3 4 9 12 1Sambiroto 7 2 6 0 9 6 3Meteseh 2 1 2 0 2 0 2Jangli 3 1 2 1 3 4 0Kedungmundu 4 0 0 3 1 1 3Mangunharjo 0 1 1 0 1 1 0Bulusan 1 0 1 0 1 1 0Kramas 1 0 1 1 0 0 1Tembalang 1 1 1 0 1 1 0Total 40 29 40 18 50 48 20

23

Page 24: surveilans diare

Diketahui bahwa kelurahan Sendangmulyo memiliki kepadatan

penduduk terbesar di Kecamatan Tembalang dengan kasus diare tertinggi.

Penduduk di Kelurahan Sendangmulyo juga banyak menggunakan air PAM .

Letak jamban dengan sumber air bersih lebih banyak menunjukkan lebih dari

10 m (75%) . Kemudian Kelurahan Tandang dengan kasus tertinggi kedua

diketahui menggunakan air sumur (69%), lalu sumur yang digunakan

masyarakat adalah sumur pribadi dan sumur athetis. Sumur athetis adalah

sumur yang digunakan bersama-sama dimana sumber air di dalam tanah dibor

kemudian disalurkan ke beberapa rumah didekatnya. Oleh karena itu jarak

jamban di Kelurahan Tandang menunjukkan lebih dari 10 m . Tempat

pembuangan sampah sebagai indikasi tempat vektor seperti lalat, kecoa, dan

tikus menunjukkan bahwa di kelurajan Sendangmulyo menggunakan tempat

sampah tertutup (60%), sedangkan di kelurahan Tandang lebih banyak

menggunakan tempat sampah terbuka dibanding tempat sampah tertutup

(92%). Tempat sampah yang dimaksud adalah bak terbuka maupun langsung

dibuang langsung ke sungai.

Dari pembahasan yang telah diuraikan di atas, penulis menemukan

kesesuaian antara teori dan kasus yang dikaji yaitu bahwa kasus diare

cenderung mengelompok di daerah yang kepadatan penduduknya tinggi,

keadaan lingkungan sekitar yang kurang bersih, dan perilaku hidup bersih dan

sehat (PHBS) masyarakat yang kurang. Hal ini dapat dilihat dari penggunaan

air bersih, pemanfaatan jamban, dan pembuangan sampah terbuka (di bak

terbuka maupun sungai), serta jarak jamban yang kurang dari 10 m di

beberapa kelurahan di Kecamatan Tembalang. Oleh karena itu intervensi lebih

diprioritaskan pada daerah tersebut, serta masyarakat mendapatkan

ketersediaan air bersih yang cukup.

Sedangkan permasalahan yang ditemui di wilayah kerja Puskesmas

Kedungmundu antara lain :

1. Kondisi lingkungan yang mempengaruhi terjadinya diare antara lain kondisi

tempat pembuangan tinja manusia (jamban), tempat pembuangan sampah

24

Page 25: surveilans diare

dan yang paling utama adalah sumber air bersih yang digunakan sehari-

hari.

2. Masih kurangnya perhatian masyarakat terhadap kebersihan lingkungan

sekitarnya.

3. Masih kurangnya penyuluhan dari Puskesmas tentang Perilaku Hidup Bersih

pada masyarakat sekitar.

Adapun upaya yang dilakukan dalam penanganan dan

penanggulangan wabah diare di wilayah Puskesmas Kedungmundu adalah:

1. Melakukan promosi kesehatan yang mencakup pemanfaatan jamban,air

bersih, dan minum air yang sudah dimasak, pengendalian serangga/lalat.

2. Melakukan penyuluhan tentang Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS).

3. Pembinaan terhadap petugas surveilans puskesmas dalam hal pencegahan

dan penanggulangan wabah diare.

4. Melakukan surveilans ketat hingga wabah dinyatakan berhenti.

25

Page 26: surveilans diare

BAB V

PENUTUP

A. KESIMPULAN

Dari pembahasan tersebut di atas, dapat diambil kesimpulan sebagai berikut :

1. Surveilans epidemiologi sangat penting untuk mengetahui besar masalah

kesehatan/ penyakit (frekuensi atau insidensi) di masyarakat, sehingga

bisa dibuat perencanaan dalam hal pencegahan, penanggulangan maupun

pemberantasannya. Dalam kasus ini adalah kasus diare yang terjadi di

wilayah kerja Puskesmas Kedungmundu, Kecamatan Tembalang.

2. Kasus diare cenderung mengelompok di daerah yang kepadatan

penduduknya tinggi, keadaan lingkungan sekitar yang kurang bersih, dan

perilaku hidup bersih sehat masyararakat yang kurang. Hal ini dapat

dilihat dari penggunaan air bersih, pemanfaatan jamban, dan pembuangan

sampah terbuka (di bak terbuka maupun sungai), serta jarak jamban yang

kurang dari 10m. oleh karena itu intervensi lebih diprioritaskan pada

daerah tersebut, serta masyarakat mendapatkan ketersediaan air bersih

yang cukup.

B. SARAN

1. Perlunya pemahaman setiap petugas terdepan di unit pelayanan kesehatan

masyarakat dalam hal ini adalah petugas puskesmas akan surveilans

epidemiologi guna pencatatan dan pelaporan yang lebih akurat.

2. Koordinasi dan kerjasama lintas sektoral terkait adalah penting dalam

rangka upaya jangka panjang didalam penanggulangan kasus diare.

26

Page 27: surveilans diare

3. Menggunakan hasil penelitian ini sebagai dasar untuk membuat desain

kegiatan pencegahan dan pemberantasan diare. Melakukan penyuluhan

secara berkala untuk meningkatkan perilaku hidup bersih dan sehat bagi

masyarakat, memperbaiki sanitasi lingkungan, serta menambah

pengetahuan masyarakat tentang diare dan penanganannya.

DAFTAR PUSTAKA

Diah W. 2010. Analisis Spasiotemporal Kasus Diare pada Balita. Diakses

dari http://eprints.undip.ac.id/23193/1/Diah_W.pdf. Diunduh tanggal16

Oktober 2012.

Murti, Bhisma.2010. Surveilans Kesehatan Masyarakat. Diakses dari

http://fk.uns.ac.id/static/materi/Surveilans_-_Prof_Bhisma_Murti.pdf.

diunduh tanggal 16 Oktober 2012.

Notoatmodjo, Soekidjo. (2002). Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta:

Rineka Cipta.

Prosedur Tetap Penanggulangan KLB dan Bencana Provinsi Jawa Tengah.

2006. Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Tengah.

Puskesmas Wedi. 2002-2012. Laporan Program Surveilans Diare bulan Januari 2012-Agustus 2012.

Sulistyaningsih. 2011. Epidemiologi dalam Praktik Kebidanan. Yogyakarta :

Graha Ilmu.

.

27

Page 28: surveilans diare

28