Laporan Praktikum Mikrobiologi Infrastruktur Lingkungan ITB
-
Upload
dicky-maulana-nuryana -
Category
Documents
-
view
99 -
download
3
description
Transcript of Laporan Praktikum Mikrobiologi Infrastruktur Lingkungan ITB
BAGIAN C. UJI KELENGKAPAN
I. TUJUAN
1. Untuk Menunjukan Uji Kelengkapan Bakteri Coliform dan Colifekal Pada
Sampel air yang digunakan.
2. Untuk menentukan analisis kualitatif standar air melalui pewarnaan gram.
II. PRINSIP
Bakteri golongan coli dinyatakan sebagai bakteri indicator pencemaran
air, terutama dalam sumber air minum, sumber makanan, dan mandi cuci
kakus, sangat tidak diharapkan. Bakteri ini sebenarnya merupakan bakteri
yang ada pada usus manusia namun apabila jumlahnya terlalu banyak akan
bersifat pathogen. Dalam pengujian kualitas air berdasarkan analisis kualitatif
standar air ini ada tiga tahap yaitu, uji pendugaan uji penetapan. Pada Uji
kelengkapan ini adalah uji konfirmasi untuk menunjukan hasil spesifik dari
uji pendugaan dan uji penetapan pada uji kelengkapan ini dilihat juga nilai
ujinya melalui pewarnaan gram bakteri.
III. TEORI DASAR
Perhitungan secara tidak langsung ada beberapa cara yaitu :
perhitungan pada cawan petri (total plate count / TPC), perhitungan melalui
pengenceran, perhitungan jumlah terkecil atau terdekat (MPN methode), dan
kalorimeter (cara kekeruhan atau turbidimetri). Metode MPN terdiri dari tiga
tahap, yaitu uji pendugaan (presumtive test), uji konfirmasi (confirmed test),
dan uji kelengkapan (completed test). Dalam uji tahap pertama, keberadaan
coliform masih dalam tingkat probabilitas rendah; masih dalam dugaan. Uji
ini mendeteksi sifat fermentatif coliform dalam sampel. Metode perhitungan
MPN sering digunakan dalam pengamatan untuk menghitung jumlah bakteri
yang terdapat di dalam tanah seperti Nitrosomonas dan Nitrobacter. Kedua
jenis bakteri ini memegang peranan penting dalam meningkatkan
pertumbuhan dan produksi tanaman, sehubungan dengan kemampuannya
dalam mengikat N2 dari udara dan mengubah ammonium menjadi nitrat
(Lim, 1998).
Metode MPN biasanya dilakukan untuk menghitung jumlah mikroba di
dalam contoh yang berbentuk cair, meskipun dapat pula digunakan untuk
contoh berbentuk padat dengan terlebih dahulu membuat suspensi 1:10 dari
contoh tersebut. Metode MPN digunakan medium cair di dalam tabung
reaksi, dimana perhitungannya dilakukan berdasarkan jumlah tabung yang
positif yaitu yang ditumbuhi oleh jasad renik setelah inkubasi pada suhu dan
waktu tertentu. Pengamatan tabung yang positif dapat dilihat dengan
mengamati timbulnya kekeruhan atau terbentuknya gas di dalam tabung kecil
(tabung Durham) yang diletakkan pada posisi terbalik, yaitu untuk jasad renik
pembentuk gas (Fardiaz, 1993).
Untuk metode MPN (most probable number) digunakan medium cair
dalam wadah berupa tabung reaksi, perhitungan di lakukan berdasarkan
jumlah tabung yang positif yaitu tabung yang mengalami perubahan pada
mediumnya baik itu berupa perubahan warna atau terbentuknya gelembung
gas pada dasar tabung durham. Pada metode perhitungan MPN ini digunakan
bentuk tiga seri pengenceran, yang pertama 10-1, 10-2, dan 10-3. Kemudian
dari hasil perubahan tersebut dicari nilai MPNnya pada tabel nilai MPN, dan
untuk jumlah bakterinya maka digunakan rumus (Gobel, 2008).
Metode MPN merupakan uji deretan tabung yang menyuburkan
pertumbuhan koliform sehingga diperoleh nilai untuk menduga jumlah
koliform dalam sampel yang diuji. Uji positif akan menghasilkan angka
indeks. Angka ini disesuaikan dengan tabel MPN untuk menentukan jumlah
koliform dalam sampel (Pakadang, S, 2010).
Bakteri koliform adalah bakteri indikator keberadaan bakteri patogenik
lain dengan kata lain merupakan bakteri indikator sebagai tanda bahwa
adanya pencemaran bakteri patogen. Penentuan koliform fecal menjadi
indikator pencemaran dikarenakan jumlah koloninya pasti berkorelasi positif
dengan keberadaan bakteri patogen. Keuntungan mendeteksi koliform adalah
jauh lebih murah, cepat, dan sederhana daripada mendeteksi bakteri
patogenik lain. Koliform merupakan suatu grup bakteri yang digunakan
sebagai indikator adanya pencemaran dan kondisi sanitasi yang tidak baik
terhadap air, makanan, susu dan produk-produk susu. Pada saat perhitungan
koloni, apabila jumlah koloni yang di temukan kurang dari standart yang
telah di tetapkan, maka suatu sampel bisa di katakan murni (Umbreit, 1960).
Beberapa jenis bakteri selain coliform juga memiliki sifat fermentatif,
sehingga diperlukan uji konfirmasi untuk mengetes kembali kebenaran
adanya coliform dengan bantuan medium selektif diferensial. Uji
kelengkapan kembali meyakinkan hasil tes uji konfirmasi dengan mendeteksi
sifat fermentatif dan pengamatan mikroskop terhadap ciri-ciri coliform:
berbentuk batang, gram negatif, tidak-berspora. Bakteri coliform adalah
golongan bakteri intestinal, yaitu hidup dalam saluran pencernaan manusia.
Bakteri coliform adalah bakteri indicator keberadaan bakteri patogenik
lainnya. Lebih tepatnya, sebenarnya bakteri coliform fecal adalah bakteri
indicator adanya pencemaran bakteri pathogen. Penentuan coliform fekal
menjadi indikator pencemaran dikarenakan jumlah koloninya pasti
berkorelasi positif dengan keberadaan bakteri pathogen. Selain itu,
mendeteksi coliform jauh lebih murah, cepat dan sederhana daripada
mndeteksi bakteri patogenik lain (Lim, 1998). Uji untuk mengkonfirmasinya
dinamakan sebagai uji kelengkapan uji ini digunakan untuk mengkonfirmasi
uji pendugaan dan uji penetapan, hal ini digunakan untuk menghindari
kekeliruan dalam membuat keputusan, karena uji ini sesuai dengan
parameter.
IV. ALAT DAN BAHAN
Alat : Bahan :1. Pembakar bunsen. 1. Sampel air
2. Jarum inokulasi. 2. BCP
3. 12 Tabung reaksi 3. Kaldu Laktosa Tunggal
4. 12 Tabung durham 4. Kaldu Laktosa Ganda
V. HASIL PERCOBAAN
No. Keterangan Reagen Hasil Percobaan
1. Tanggal
Pengamatan
: 4 November
2015
Jenis Sampel
Air : Air
Minum KBL
Sumber :
Kelompok 1
Laktosa
Tunggal,
Laktosa
Ganda
(Sumber: Foto kelompok 1)
Kaldu laktosa Sebelum di Inkubasi
Laktosa
Tunggal,
Laktosa
Ganda
(Sumber: Foto kelompok 1)
Kaldu laktosa Setelah di Inkubasi
Inkubasi 48 jam, Kiri ke kanan
10 ml
1.Kuning keruh, ada gas, 2. Kuning keruh,
ada gas, 3. Kuning bening, ada gas
1 ml
1.Ungu, ada gas, 2. Ungu, Tidak ada gas
3.Ungu, ada gas
0.1 ml
1.Ungu, ada gas, 2. Ungu, ada gas
3.Ungu, ada gas
No. Keterangan Reagen Hasil Percobaan
2. Tanggal
Pengamatan
: 4 November
2015
Jenis Sampel
Air : Air
Keran Toilet
TL
Sumber :
Kelompok 2
Laktosa
Tunggal,
Laktosa
Ganda
(Sumber: Foto kelompok 2)
Kaldu laktosa Sebelum di Inkubasi
Laktosa
Tunggal,
Laktosa
Ganda
(Sumber: Foto kelompok 2)
Kaldu laktosa Setelah di Inkubasi
Inkubasi 48 jam
Kiri ke kanan
10 ml
1.Kuning keruh, ada gas, 2. Kuning keruh,
ada gas, 3. Kuning keruh, ada gas
1 ml
1.Kuning keruh, ada gas, 2. Kuning keruh,
ada gas, 3. Kuning keruh, ada gas
0.1 ml
1.Ungu, ada gas, 2. Kuning bening ada
gas, 3.Ungu, ada gas
No. Keterangan Reagen Hasil Percobaan
3. Tanggal
Pengamatan
: 4 November
2015
Jenis Sampel
Air : Air
Kotor Intel
Bagian
Samping
Sumber :
Kelompok 3
Laktosa
Tunggal,
Laktosa
Ganda
(Sumber: Foto kelompok 3)
Kaldu laktosa Sebelum di Inkubasi
Laktosa
Tunggal,
Laktosa
Ganda
(Sumber: Foto kelompok 3)
Kaldu laktosa Setelah di Inkubasi
Inkubasi 48 jam
Kiri ke kanan
10 ml
1.Kuning keruh, ada gas, 2. Kuning keruh,
ada gas, 3. Kuning bening, ada gas
1 ml
1.Kuning, ada gas, 2. Kuning, ada gas
3.Kuning bening, ada gas
0.1 ml
1. Kuning, ada gas, 2. Kuning, sedikit ada
gas, 3.Ungu, sedikit ada gas
No. Keterangan Reagen Hasil Percobaan
4. Tanggal
Pengamatan
: 4 November
2015
Jenis Sampel
Air : Air
Minum
Salman
Sumber :
Kelompok 4
Laktosa
Tunggal,
Laktosa
Ganda
(Sumber: Foto kelompok 4)
Kaldu laktosa Sebelum di Inkubasi
Laktosa
Tunggal,
Laktosa
Ganda
(Sumber: Foto kelompok 4)
Kaldu laktosa Setelah di Inkubasi
Inkubasi 48 jam
Kiri ke kanan
10 ml
1.Kuning keruh, ada gas, 2. Kuning keruh,
ada gas, 3. Kuning bening, ada gas
1 ml
1.Kuning, ada gas, 2. kuing, ada gas
3.Kuning bening, ada gas
0.1 ml
1. Kuning, ada gas, 2. Kuning, sedikit ada
gas, 3.Kuning, sedikit ada gas
No. Keterangan Reagen Hasil Percobaan
5. Tanggal
Pengamatan
: 4 November
2015
Jenis Sampel
Air : Air
Keran
Mushola
Bundar
Sumber :
Kelompok 5
Laktosa
Tunggal,
Laktosa
Ganda
(Sumber: Foto kelompok 5)
Kaldu laktosa Sebelum di Inkubasi
Laktosa
Tunggal,
Laktosa
Ganda
(Sumber: Foto kelompok 5)
Kaldu laktosa Setelah di Inkubasi
Inkubasi 48 jam
Kiri ke kanan
10 ml
1.Kuning keruh, ada gas, 2. Kuning keruh,
ada gas, 3. Kuning keruh, ada gas
1 ml
1.Kuning, ada gas, 2. kuing, ada gas
3.Ungu bening, ada gas
0.1 ml
1. Ungu, ada gas, 2. Ungu, sedikit ada gas,
3.Ungu, sedikit ada gas
No. Keterangan Reagen Hasil Percobaan
6. Tanggal
Pengamatan
: 4 November
2015
Jenis Sampel
Air : Air
Kotor Intel
Bagian Ujung
Sumber :
Kelompok 6
Laktosa
Tunggal,
Laktosa
Ganda
(Sumber: Foto kelompok 6)
Kaldu laktosa Sebelum di Inkubasi
Laktosa
Tunggal,
Laktosa
Ganda
(Sumber: Foto kelompok 6)
Kaldu laktosa Setelah di Inkubasi
Inkubasi 48 jam
Kiri ke kanan
10 ml
1.Kuning keruh, ada gas, 2. Kuning keruh,
ada gas, 3. Kuning bening, ada gas
1 ml
1.Kuning, ada gas, 2.Kuning, ada gas
3.Ungu, ada gas
0.1 ml
1. Kuning, ada gas, 2. Ungu, sedikit ada
gas, 3.Kuning, sedikit ada gas
No
.
Keterangan Reagen Hasil Percobaan
7. Tanggal
Pengamata
n : 4
November
2015
Jenis
Sampel
Air : Air
Minum
kantin
barrack
Sumber :
Kelompok 7
Laktosa
Tunggal
,
Laktosa
Ganda
(Sumber: Foto kelompok 7)
Kaldu laktosa Sebelum di Inkubasi
Laktosa
Tunggal
,
Laktosa
Ganda
(Sumber: Foto kelompok 7)
Kaldu laktosa Setelah di Inkubasi Inkubasi 48
jam
Kiri ke kanan
10 ml
1.Kuning keruh, ada gas, 2. Kuning keruh, ada
gas, 3. Kuning bening, ada gas
1 ml
1.Kuning, ada gas, 2. kuing, ada gas
3.Kuning bening, ada gas
0.1 ml
1. Kuning, ada gas, 2. Kuning, sedikit ada gas,
3.Kuning, sedikit ada gas
No
.
Keterangan Reagen Hasil Percobaan
8. Tanggal
Pengamata
n : 4
November
2015
Jenis
Sampel
Air : Air
Indoor
Sumber :
Kelompok 8
Laktosa
Tunggal
,
Laktosa
Ganda
(Sumber: Foto kelompok 8)
Kaldu laktosa Sebelum di Inkubasi
Laktosa
Tunggal
,
Laktosa
Ganda
(Sumber: Foto kelompok 8)
Kaldu laktosa Setelah di Inkubasi Inkubasi 48
jam
Kiri ke kanan
10 ml
1.Kuning keruh, ada banyak gas, 2. Kuning
keruh, banyak gas, 3. Kuning keruh, banyak
sekali gas
1 ml
1.Kuning, ada gas, 2. Kuning, ada gas
3.Kuning, ada gas
0.1 ml
1. Kuning, ada gas, 2. Kuning, ada gas, 3.
Kuning, ada gas
No
.
Keterangan Reagen Hasil Percobaan
9. Tanggal
Pengamata
n : 4
November
2015
Jenis
Sampel
Air : Air
Kotor Intel
Bagian
Ujung
Sumber :
Kelompok 9
Laktosa
Tunggal
,
Laktosa
Ganda
(Sumber: Foto kelompok 9)
Kaldu laktosa Sebelum di Inkubasi
Laktosa
Tunggal
,
Laktosa
Ganda
(Sumber: Foto kelompok 9)
Kaldu laktosa Setelah di Inkubasi Inkubasi 48
jam
Kiri ke kanan
10 ml
1.Kuning bening, ada gas, 2. Kuning
keunguan, tidak ada gas, 3. Kuning keunguan,
tidak ada gas
1 ml
1.Kuning, ada gas, 2. Kuning keunguan, tidak
ada gas
10.
Tanggal
Pengamata
n : 5
November
2015
Jenis
Sampel
Air : Air
Kotor Intel
Bagian
Ujung
Sumber :
Kelompok 9
3.Kuning keunguan, ada gas
0.1 ml
1. Ungu, tidak ada gas, 2. Ungu, tidak ada gas,
3. Ungu, tidak ada gas
(Sumber: Foto kelompok 9)
Pengamatan Pewarnaan Gram Pada Bakteri
yang Terdapat dalam Sampel Air Percobaan.
Hasil Bakteri yang didapatkan adalah jenis
bakteri gram negatife dimana hal tersebut
terlihat dari hasil yang berwarna merah muda.
VI. ANALISIS
Uji ini merupakan analisis terakhir terhadap sampel air. Koloni yang
diperiksa dan digunakan adalah yang berasal dari uji penetapan. Koloni yang
akan di konfirmasi di inokulasi secara aseptik pada kaldu laktosa juga di
gores pada agar nutrisi untuk pewarnaan Gram. Bakteri positif bila
memperlihatkan perubahan warna (kondisi asam) dan pembentukan gas
seperti pada uji dugaan juga pewarnaan yang menunjukkan gram negatif.
Pada uji ini sampel air yang diteliti diperoleh data sebagai berikut :
1. Uji Kelengkapan Coliform Air Minum KBL
Pada hasil pengamatan uji kelengkapan hasil positif ditandai dengan
adanya perubahan warna yang terjadi pada berarti terjadi proses
fermentasi laktosa menjadi asam dan gas. Pada sampel Air Minum KBL
MPN 10-1 terdapat hasil positif dari ketiga tabung tersebut. Pada MPN
10-2 terdapat ketiga tabung menunjukkan hasil yang negative. Sedangkan
pada MPN 10-3 terdapat hasil negative pada kesemua tabung. Setelah
ditentukan nilai MPN Coliform berdasarkan tabel MPN dengan formasi
3-0-0 nilai MPN/g dari Air Minum KBL jadi dalam sampel air tersebut
mengandung Coliform atau Colifekal.
2. Uji Kelengkapan Coliform Air Keran Toilet Teknik Lingkungan
Pada hasil pengamatan uji kelengkapan hasil positif ditandai dengan
adanya gelembung pada tabung durham yang berarti terjadi proses
fermentasi laktosa menjadi asam dan gas. Pada sampel Air Keran Toilet
Teknik Lingkungan MPN 10-1 terdapat hasil positif dari ketiga tabung
tersebut. Pada MPN 10-2 terdapat ketiga tabung menunjukkan hasil yang
positif. Sedangkan pada MPN 10-3 terdapat hasil negatif pada kedua
tabung, dan satu tabung menujukan hasil yang positif . Setelah ditentukan
nilai MPN Coliform berdasarkan tabel MPN dengan formasi 3-3-1 nilai
MPN/g dari Toilet Teknik Lingkungan jadi dalam sampel air tersebut
mengandung Coliform atau Colifekal.
3. Uji Kelengkapan Coliform Air Kolam Intel Bagian Samping
Pada hasil pengamatan uji kelengkapan hasil positif ditandai dengan
adanya gelembung pada tabung durham yang berarti terjadi proses
fermentasi laktosa menjadi asam dan gas. Pada Air Kolam Intel Bagian
Samping MPN 10-1 terdapat hasil positif dari ketiga tabung tersebut.
Pada MPN 10-2 terdapat hasil positif dari ketiga tabung tersebut.
Sedangkan pada MPN 10-3 terdapat dua hasil positif dari ketiga tabung
tersebut dan satu hasil negatif. Setelah ditentukan nilai MPN Coliform
berdasarkan tabel MPN dengan formasi 3-3-2 nilai MPN/g dari Air
Kolam Intel Bagian Samping jadi dalam sampel air tersebut mengandung
Coliform atau Colifekal.
4. Uji Kelengkapan Coliform Air Minum Salman
Pada hasil pengamatan uji kelengkapan hasil positif ditandai dengan
adanya gelembung pada tabung durham yang berarti terjadi proses
fermentasi laktosa menjadi asam dan gas. Pada sampel Air Minum Salman
MPN 10-1 terdapat hasil positif dari ketiga tabung tersebut. Pada MPN
10-2 terdapat hasil positif dari ketiga tabung tersebut. Sedangkan pada
MPN 10-3 terdapat hasil positif dari ketiga tabung tersebut. Setelah
ditentukan nilai MPN Coliform berdasarkan tabel MPN dengan formasi
3-3-3 nilai MPN/g dari Air Minum Salman jadi dalam sampel air tersebut
mengandung Coliform atau Colifekal.
5. Uji Kelengkapan Coliform Air Keran Mushola Bundar
Pada hasil pengamatan uji kelengkapan hasil positif ditandai dengan
adanya gelembung pada tabung durham yang berarti terjadi proses
fermentasi laktosa menjadi asam dan gas. Pada sampel Air Keran
Mushola Bundar MPN 10-1 terdapat hasil positif dari ketiga tabung
tersebut. Pada MPN 10-2 terdapat satuhasil positif dari ketiga tabung
tersebut. Sedangkan pada MPN 10-3 terdapat tiga hasil yang negatif dari
ketiga tabung tersebut, dan satu hasil negatif. Setelah ditentukan nilai
MPN Coliform berdasarkan tabel MPN dengan formasi 3-1-0 nilai
MPN/g dari Air Keran Mushola Bundar jadi dalam sampel air tersebut
mengandung Coliform atau Colifekal.
6. Uji Kelengkapan Coliform Air Kolam Intel Bagian Belakang
Pada hasil pengamatan uji kelengkapan hasil positif ditandai dengan
adanya gelembung pada tabung durham yang berarti terjadi proses
fermentasi laktosa menjadi asam dan gas. Pada sampel Air Kolam Intel
Bagian Belakang MPN 10-1 terdapat hasil positif dari ketiga tabung
tersebut. Pada MPN 10-2 terdapat nol hasil positif dari ketiga tabung
tersebut jadi semuanya terdapat hasil negatif. Sedangkan pada MPN 10-3
terdapat tiga tabung reaksi dan ketiga tabung reaksi tersebut hasilnya
negatif. Setelah ditentukan nilai MPN Coliform berdasarkan tabel MPN
dengan formasi 3-0-0 nilai MPN/g dari Air Kolam Intel Bagian Belakang
jadi dalam sampel air tersebut mengandung Coliform atau Colifekal.
7. Uji Kelengkapan Coliform Air Minum Kantin Barack
Pada hasil pengamatan uji kelengkapan hasil positif ditandai dengan
adanya gelembung pada tabung durham yang berarti terjadi proses
fermentasi laktosa menjadi asam dan gas. Pada Air Minum Kantin Barack
MPN 10-1 terdapat hasil positif dari ketiga tabung tersebut. Pada MPN
10-2 terdapat hasil positif dari ketiga tabung tersebut. Sedangkan pada
MPN 10-3 terdapat hasil positif dari ketiga tabung tersebut. Setelah
ditentukan nilai MPN Coliform berdasarkan tabel MPN dengan formasi
3-3-3 nilai MPN/g dari Air Minum Kantin Barack jadi dalam sampel air
tersebut mengandung Coliform atau Colifekal.
8. Uji Kelengkapan Coliform Air Minum Indoor
Pada hasil pengamatan uji kelengkapan hasil positif ditandai dengan
adanya gelembung pada tabung durham yang berarti terjadi proses
fermentasi laktosa menjadi asam dan gas. Pada sampel Air Minum Indoor
Belakang MPN 10-1 terdapat hasil positif dari ketiga tabung tersebut.
Pada MPN 10-2 terdapat tiga hasil positif dari ketiga tabung tersebut dan
nol hasil negatif. Sedangkan pada MPN 10-3 terdapat tiga hasil positif
dari ketiga tabung tersebut, dan nol hasil negatif. Setelah ditentukan nilai
MPN Coliform berdasarkan tabel MPN dengan formasi 3-3-3 nilai
MPN/g dari Air Minum Indoor jadi dalam sampel air tersebut
mengandung Coliform atau Colifekal.
9. Uji Kelengkapan Coliform Air Intel Paling Ujung
Pada hasil pengamatan uji kelengkapan hasil positif ditandai dengan
adanya gelembung pada tabung durham yang berarti terjadi proses
fermentasi laktosa menjadi asam dan gas. Pada sampel Air Kolam Intel
Bagian Belakang MPN 10-1 terdapat hasil positif dari ketiga tabung
tersebut. Pada MPN 10-2 terdapat satu hasil positif dari ketiga tabung
tersebut dan satu hasi; negatif. Sedangkan pada MPN 10-3 terdapat tiga
hasil negative dari ketiga tabung tersebut. Setelah ditentukan nilai MPN
Coliform berdasarkan tabel MPN dengan formasi 3-1-0 nilai MPN/g dari
Air Kolam Intel Bagian Belakang jadi dalam sampel air tersebut
mengandung Coliform atau Colifekal.
Pada percobaan yang telah dilakukan juga dilihat hasil pewarnaan gram
nya untuk menentukan jenis bakteri yang didapatkan pada kesembilan sampel
air. Pewarnaan Gram sendiri merupakan salah satu teknik pewarnaan yang
dikerjakan di laboratorium mikrobiologi untuk kepentingan identifikasi
mikroorganisme. Morfologi mikroskopik mikroorganisme yang diperiksa dan
sifatnya yang khas terhadap pewarnaan tertentu (pewarnaan gram) dapat
digunakan untuk identifikasi awal. Pewarnaan gram dibagi menjadi dua hasil
yaitu gram positif dan gram negative, tergantung dari reaksi dinding sel
terhadap tinta safranin atau Kristal violet.
Proses sterilisasi sangat penting dibutuhkan sebelum memulai maupun
mengakhiri sebuah pekerjaan di laboratorium dengan menggunakan teknik
aseptik. Alkohol 70% yang disemprotkan pada tangan, kaca preparat dan
meja, bahkan tangan pun sebelumnya harus dicuci dengan sabun terlebih
dahulu. Hal tersebut berfungsi untuk membunuh mikroorganisme yang tak
diinginkan agar mendapatkan pengukuran yang akurat.
Pada proses pewarnaan gram, harus gelas obyek yang bersih.
Pembersihan ini dilakukan supaya gelas obyek bebas lemak dan debu.
Pembersihan biasanya menggunakan alkohol. Setelah di cuci kemudian di
beri satu tetes aquades pada permukaan gelas obyek. Kultur bakteri murni
diambil dan diratakan diatas kaca obyek. Pengambilan kultur bakteri tidak
diambil terlalu banyak, karena jika terlalu banyak akan sulit diratakan dan
apabila kultur bakteri tidak dapat diratakan tipis-tipis maka bakteri akan
tertimbun hal ini akan mengakibatkan pemeriksaan bentuknya satu per satu
menjadi tidak jelas.
Apabila sudah kering, dilakukan fiksasi dengan cara melewatkan diatas
nyala api. Proses fiksasi dilakukan supaya bakteri benar-benar melekat pada
kaca obyek sehingga olesan bakteri tidak akan terhapus apabila dilakukan
pencucian. Yang perlu diperhatikan dalam proses fiksasi adalah bidang yang
mengandung bakteri dijaga agar tidak terkena nyala api.
Setelah dilakukan fiksasi kemudian ditetesi dengan larutan gram A
(methylene blue) sebanyak 1-2 tetes dan dibiarkan selama 1 menit. Kemudian
dicuci dengan air mengalir dan dibiarkan sampai kering dengan cara
dianginkan dan menggunakan tissue untuk mengeringkan bagian bawah ojek
gelas. Pencucian dengan air bertujuan untuk mengurangi kelebihan zat warna
dari methylen blue.
Kemudian ditambahkan larutan gram B yang merupakan iodium. Gram
B merupakan larutan yang berfungsi untuk meningkatkan afinitas pengikatan
zat warna oleh bakteri sehingga pengikatan zat warna oleh bakteri lebih kuat,
memperjelas warna dari zat warna tersebut, mempersulit pelarutan zat warna.
Pada pewarnaan gram, penambahan larutan mordan menyebabkan
terbentuknya persenyawaan kompleks. Tanpa penambahan larutan mordan, zat
warna methylene blueakan larut saat penambahan larutan alkohol. Lalu
dibiarkan selama 1 menit untuk dibilas kembali dengan aquades. Akibat
pemberian cat Gram B, maka pengikatan warna oleh bakteri akan lebih baik
(lebih kuat).
Alkohol 95% ditambahkan atau diteteskan pada biakan bakteri untuk
melakukan penetrasi ke dalam dinding sel dan melunturkan pewarnaan biru
dari komplek methylen blue dan KI pada gram negatif, karena mengandung
lipid sedangkan pada gram positif akan tetap mempertahankan warna biru
karena mengandung peptidoglikan. Larutan ini juga berfungsiuntuk
melarutkan lipida pada membrane bakteri gram negatif yang akan
menyebabkan pori-pori sel membesar sehingga meningkatkan daya larut
persenyawaan methylene blue.Perlakuan ini dilakukan tidak membutuhkan
waktu yang lama atau secepat mungkin untuk melakukan pembilasan dengan
aquades. Kemudian dilakukan pengeringan.
Pewarnaan selanjutnya dengan menggunakan safranin (gram D) sebanyak
2 tetes dan diamkan selama 30 detik. Safranin pada gram D tidak akan
menyebabkan perubahan warna pada bakteri positif karena persenyawaan
kompleksmethylene blue tetap terikat pada dinding sel. Pada bakteri gram
negatif penambahan safranin akan menyebabkan warna bakteri berubah
menjadi merah karena warna biru yang dihasilkan oleh methylene blue telah
luntur dengan lisisnya membran sel sehingga safranin dapat terikat. Oleh
sebab itu, gram D atau zat pewarna kedua berfungsi sebagai pembeda terhadap
zat warna kristal violet (Lay, 1994). Kemudian cuci dengan air mengalir dan
kering dianginkan, Cat ini berwarna merah. Cat ini merupakan cat sekunder
atau kontras. Cat ini berfungsi untuk memberikan warna mikroorganisme non
target. Cat sekunder mempunyai spektrum warna yang berbeda dari cat
primer. Kemudian preparat dikeringkan dengan cara diangin-anginkan lalu
dilakukan pengamatan di bawah mikroskop.
Pemberian methylen blue pada bakteri gram positif akan meninggalkan
warna biru. Perbedaan respon terhadap mekanis pewarnaan gram pada bakteri
adalah didasarkan pada struktur dan komposisi dinding sel bakteri. Bakteri
gram positif mengandung protein dan gram negative mengandung lemak
dalam persentasi lebih tinggi dan dinding selnya tipis. Pemberian alkohol
(etanol) pada praktikum pewarnaan bakteri, menyebabkan terekstraksi lipid
sehingga memperbesar permeabilitas dinding sel. Pewarnaan safranin masuk
ke dalam sel dan menyebabkan sel menjadi berwarna merah pada bakteri gram
negatif sedangkan pada bakteri gram positif dinding selnya terdehidrasi
dengan perlakuan alkohol, pori – pori mengkerut, daya rembes dinding sel dan
membran menurun sehingga pewarna safranin tidak dapat masuk sehingga sel
berwarna biru.
Perbedaan dasar antara bakteri gram positif dan negatif adalah pada
komponen dinding selnya. Kompleks zat iodin terperangkap antara dinding sel
dan membran sitoplasma organisme gram positif, sedangkan penyingkiran zat
lipida dari dinding sel organisme gram negatif dengan pencucian alkohol
memungkinkan hilang dari sel. Bakteri gram positif memiliki membran
tunggal yang dilapisi peptidohlikan yang tebal (25-50nm) sedangkan bakteri
negative lapisan peptidoglikogennya tipis (1-3 nm).
Faktor-faktor yang mempengaruhi pewarnaan bakteri yaitu fiksasi,
peluntur warna , substrat, intensifikasi pewarnaan dan penggunaan zat warna
penutup. Suatu preparat yang sudah meresap suatu zat warna, kemudian dicuci
dengan asam encer maka semua zat warna terhapus. sebaliknya terdapat juga
preparat yang tahan terhadap asam encer. Bakteri-bakteri seperti ini
dinamakan bakteri tahan asam, dan hal ini merupakan ciri yang khas bagi
suatu spesies (Dwidjoseputro, 1994). Pada percobaan yang telah dilakukan
hasil pengamatan pewarnaan gram yang didapatkan bahwa semua sampel air
kebanyakan mengandung gram negatif, dimana bakteri jenis ini adalah bakteri
golongan colifekal apabila jumlahnya dalam keadaan banyak dapat
menyebabkan dampak negative bagi manusia, salah satunya adalah penyakit
diare. Pada percobaan ini bakteri negatif yang didapatkan biasanya adalah
golongan bakteri yang sukar dibunuh.
Pada percobaan yang telah diakukan juga bertujuan untuk membedagak
golongan coliform. Berdasarkan literature Bakteri coliform adalah golongan
bakteri intestinal, yaitu hidup didalam saluran pencernaan manusia. Bakteri
coliform adalah bakteri indikator keberadaan bakteri patogenik lain. Lebih
tepatnya, bakteri coliform fekal adalah bakteri indikator adanya pencemaran
bakteri patogen. Penentuan coliform fekal menjadi indikator pencemaran
dikarenakan jumlah koloninya pasti berkorelasi positif dengan keberadaan
bakteri patogen. Selain itu, mendeteksi coliform jauh lebih murah, cepat, dan
sederhana daripada mendeteksi bakteri patogenik lain. Contoh bakteri
coliform adalah, Escherichia coli dan Enterobacter aerogenes. Jadi, coliform
adalah indikator kualitas air. Makin sedikit kandungan coliform, artinya,
kualitas air semakin baik. E. Coli jika masuk ke dalam saluran pencernaan
dalam jumlah banyak dapat membahayakan kesehatan. Walaupun E. Coli
merupakan bagian dari mikroba normal saluran pencernaan, tapi saat ini telah
terbukti bahwa galurgalur tertentu mampu menyebabkan gastroenteritis taraf
sedang hingga parah pada manusia dan hewan. Sehingga, air yang akan
digunakan untuk keperluan sehari-hari berbahaya dan dapat menimbulkan
penyakit infeksius (Suriaman, 2008). Bakteri kelompok koliform meliputi
semua bakteri berbentuk batang, gram negatif, tidak membentuk spora dan
dapat memfermentasi laktosa dengan memproduksi gas dan asam pada suhu
370C dalam waktu kurang dari 48 jam. Adapun bakteri E.Coli selain memiliki
karakteristik seperti bakteri koliform pada umumnya juga dapat menghasilkan
senyawa indole didalam air pepton yang mengandung asam amino triptofan,
serta tidak dapat menggunakan natrium sitrat sebagai satu-satunya sumber
karbon. Terdapat tiga jenis E.coli, yaitu: E. coli enterotoksigenik
(enterotoxigenic E.coli (ETEC)). Produksi enterotoksin oleh E.coli ditemukan
sekitar tahun 1970 dari strain-strain yang ada hubungannya dengan penyakit
diare. Penelitian selanjutnya menerangkan strain-strain enterototoksigenik dari
E.coli sebagai suatu hal yang bersifat patogen pada penyakit diare manusia.
Dua tipe toksin E.coli disebut sebagai toksin labil (labile toxin, LT) dan toksin
stabil (stable toxin, ST). Akhir-akhir ini kelompok E.coli dari serotipe yang
berbeda (umumnya O78, O13, O6) yang memproduksi enterotoksin telah
ditemukan sebagai etiologi penting diare akut, termasuk diare epidemik, pada
neonatus (Sack,1977). Smith dan Gyles (1970) mengemukakan adanya E.coli
patogen pada babi yang mempunyai plasmid (suatu massa DNA yang
mempunyai kromosom) yang mudah dipindahkan dan dikenal sebagai plasmid
Ent+ yang mempunyai kemampuan membentuk berbagai macam enterotoksin.
Pada manusia, E.coli patogen juga mempunyai plasmid Ent + yang
membentuk toksin tahan panas (stable toxin, ST) dan toksin tidak tahan panas
(labile toxin, LT) atau kombinasi(ST/LT). Seperti toksin kolera, toksin
LTETEC dapat merangsang adenilsiklase dalam sel mukosa usu halus (Evans,
1972; Sujudi, 1983). E.coli enteropatogenik (Entheropathogenic E.coli
(EPEC)). Pada tahun 1945 Bray berhasil menemukan tipe antigen spesifik
E.coli pada bayi penderita kolera. Selain itu dikemukakan terdapatnya bau
yang khas seperti semen dari cairan yang dihasilkan oleh organisme itu. Tidak
lama kemudian Kauffman berhasil menyusun satu sistem untuk menentukan
tipe E.coli yang didasarkan atas antigen somatik (antigen O), antigen kapsular
(antigen K) dan antigen Flagelar (antigen H). Sejak itu ditemukan 15
serogrup, diantaranya yang dikenal sebagai bentuk EPEC yang telah diketahui
pula sebagai penyebab epidemi diare pada bayi (Evans, 1979). Yang paling
banyak didapatkan ialah: O26 B6, O55 B5, O111 B4 dan yang agak kurang
O114 B14, O126 B16, O127 B8, O128 B12 (Cruickshank, 1974). Pada kira-
kira 2-3% bayi sehat ditemukan EPEC. Indonesia, sejak tahun 1968 E.coli
lebih banyak diperhatikan sebagai penyebab diare pada bayi atas dasar hasil
yang diperoleh pada tahun tersebut di Bandung oleh Soeprapti Thaib dkk.
(1968) yaitu 41,9% (88 dari 210 tinja) pada bayi yang berumur 0-6 bulan dan
35,3% (45 dari 136 tinja) pada bayi umur 6-12 bulan, Ono Dewanoto dkk.
(1969) melaporkan 36,2% (163 dari 448 tinja) untuk bayi berumur 0-24 bulan
dan Gracey dkk.(1973) melaporkan angka 35,0% (7 dari 20 tinja bayi 0-24
bulan yang dirawat di Bangsal Gastroenterologi Anak RSCK/FKUI Jakarta)
pada tahun 1973. Sejak tahun 1975, perhatian terhadap penyakit diare akut
beralih dari E.Coli enteropatogenik (EPEC) ke E.coli enterotoksigenik
(ETEC) disamping Rotavirus dan Salmonella Oranienburg. E. coli
enteroinvasif (enteroinvasive E.coli (EIEC)). Beberapa E.coli dapat
menyebabkan diare berdarah dan berinvasi ke usus besar. Strain ini terdiri dari
sejumlah kecil serogrup yang dapat dibedakan dari E.coli Enterotoksegenik
dan E.coli enteropatogenik dan disebut E.coli enteroinvasif. Strain ini seperti
organisme lain yang bersifat invasif, sering juga terdapat dalam tinja yang
penuh dengan leukosit dan eritrosit (Suharyono, 2008). Untuk menguatkan
hasil pengujian kemungkinan adanya pencemaran faeces, selain E.Coli juga
digunakan bakteri indikator lain sebagai pelengkap, yaitu streptococcus
faecalis. Bakteri ini terdapat didalam faeces dan jumlahnya bervariasi, tetapi
biasanya ada dalam jumlah lebih sedikit dari pada E.Coli. Di dalam air,
streptococcus faecalis kemungkinan mati atau hilang dengan kecepatan kurang
lebih sama dengan E.Coli, tetapi lebih cepat dari bakteri koliform lainnya.
Apabila dalam suatu sampel air ditemukan bakteri dari kelompok koliform
tetapi bukan E.Coli, ditemukannya streptococcus faecalis menunjukkan bukti
penguat bahwa sampel tersebut telah tercemar kotoran atau faeces.
VII. KESIMPULAN
1. Hasil Uji Kelengkapan
No SampelPengenceran Nilai
JPT/100ml
Keterangan10-1 10-2 10-3
1. Air Minum
KBL
3 0 0 23 Terdapat Bakteri
Coliform atu
Colifekal
2. Air Keran Tilet
TL
3 3 1 460 Terdapat Bakteri
Coliform atu
Colifekal
3. Air Kolam Intel
Bagian
Samping
3 3 2 1100 Terdapat Bakteri
Coliform atu
Colifekal
4. Air Minum
Salman
3 3 3 >1100 Terdapat Bakteri
Coliform atu
Colifekal
5. Air Keran
Musola Bundar
3 1 0 43 Terdapat Bakteri
Coliform atu
Colifekal
6. Air Kolam Intel
Belakang
3 0 0 23 Terdapat Bakteri
Coliform atu
Colifekal
7. Air Minum
Kantin Barrack
3 3 3 1100 Terdapat Bakteri
Coliform atu
Colifekal
8. Air Minum
Indoor
3 3 3 1100 Terdapat Bakteri
Coliform atu
Colifekal
9. Air Intel
Belakang
3 1 0 43 Terdapat Bakteri
Coliform atu
Colifekal
2. Berdasarkan percobaan yang dilakukan maka dapat ditarik kesimpulan
sebagai berikut , dari semua sampel air yang telah dilakukan pengujian
pendugaan bahwa dari 9 sampel air yang ada dan dilakukan pengujian.
Pada semua jenis sampel air yang digunakan itu terdapat bakteri jenis
Coliform dan Colifekal, hal itu ditandai dengan perubahan positif dan nilai
MPN pada setiap sampel air. Pada hasil pengamatan uji kelengkapan hasil
positif ditandai dengan adanya gelembung pada tabung durham yang
berarti terjadi proses fermentasi laktosa menjadi asam dan gas. Hasil
pengamatan pada pewarnaan gram bahwa didapatkan bakteri jenis gram
negative, yang sukar dibunuh, dan biasanya bersipat pathogen.
VIII. DAFTAR PUSTAKA
Razali, U., 1987, Mikrobiologi Dasar, Jatinangor: FMIPA UNPAD.
Suriawiria, U. 1999. Mikrobiologi. Jakarta : Universitas Terbuka.
Sutedjo, M., 1991, Mikrobiologi Tanah, Rineka Cipta. Jakarta.
Tracy,2005, GramStaining, www.tracy.k12.ca.us/ thsadvbio/ pdfs/ gram
%20stain.pdf, Diakses pada tanggal 10 November 2015.
Umsl, 2008, StainingBacteria, www.umsl.edu /~microbes/pdf/
stainingbacteria.pdf, Diakses pada tanggal 10 November 2015.
Volk & Wheeler, 1993, Mikrobiologi Dasar. Penerbit Erlangga : Jakarta
Waluyo. 2004. Mikrobiologi Tanah. Jakarta : CV Rajawali.