laporan praktikum kimia fisika budi

38
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Gas mempunyai sifat bahwa molekul-molekulnya sangat berjauhan satu sama lain sehingga hampir tidak ada gaya tarik menarik atau tolak menolak diantara molekul- molekulnya sehingga gas akan mengembang dan mengisi seluruh ruang yang ditempatinya, bagaimana pun besar dan bentuknya. Untuk memudahkan mempelajari sifat-sifat gas ini baiklah dibayangkan adanya suatu gas ideal yang mempunyai sifat- sifat : a. Tidak ada gaya tarik menarik di antara molekul- molekulnya. b. Volume dari molekul-molekul gas sendiri diabaikan. c. Tidak ada perubahan enersi dalam (internal energy = E) pada pengembangan. Sifat-sifat ini didekati oleh gas inert (He, Ne, Ar dan lain-lain) dan uap Hg dalam keadaan yang sangat encer. Gas yang umumnya terdapat di alam (gas sejati) misalnya: N 2 , O 2 , CO 2 , NH 3 dan lain-lain sifat-sifatnya agak menyimpang dari gas ideal. (Respati, 1992)

description

budi asidi

Transcript of laporan praktikum kimia fisika budi

BAB 1

BAB I

PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Gas mempunyai sifat bahwa molekul-molekulnya sangat berjauhan satu sama lain sehingga hampir tidak ada gaya tarik menarik atau tolak menolak diantara molekul-molekulnya sehingga gas akan mengembang dan mengisi seluruh ruang yang ditempatinya, bagaimana pun besar dan bentuknya. Untuk memudahkan mempelajari sifat-sifat gas ini baiklah dibayangkan adanya suatu gas ideal yang mempunyai sifat-sifat :

a. Tidak ada gaya tarik menarik di antara molekul-molekulnya.

b. Volume dari molekul-molekul gas sendiri diabaikan.

c. Tidak ada perubahan enersi dalam (internal energy = E) pada pengembangan.

Sifat-sifat ini didekati oleh gas inert (He, Ne, Ar dan lain-lain) dan uap Hg dalam keadaan yang sangat encer. Gas yang umumnya terdapat di alam (gas sejati) misalnya: N2, O2, CO2, NH3 dan lain-lain sifat-sifatnya agak menyimpang dari gas ideal.

(Respati, 1992)

1.2 Perumusan Masalah

Adapun perumusan masalah dalam praktikum ini yaitu :

1.Bagaimana cara menentukan berat molekul dari senyawa volatil 2.Bagaimana menghitung dan menentukan berat molekul dari sampel senyawa

volatil 3.Bagaimana cara mengetahui dan menentukan berat molekul dari suatu bahan

yang tidak diketahui komposisinya1.3 Tujuan Percobaan

Tujuan dari percobaan berat molekul volatil adalah :

1.Menentukan berat molekul dari senyawa volatil.

2.Menghitung dan menentukan berat molekul dari sampel senyawa volatil.

3.Mengetahui dan menentukan berat molekul dari suatu bahan yang tidak

diketahui komposisinya.1.4 Manfaat Percobaan

Manfaat yang dapat diperoleh dari percobaan ini antara lain :

1.Praktikan dapat menentukan berat molekul dari senyawa volatil.

2.Praktikan diharapkan dapat Menghitung dan menentukan berat molekul dari

sampel senyawa volatil.

3.Praktikan dapat Mengetahui dan menentukan berat molekul dari suatu bahan

Yang tidak diketahui komposisinya 1.5Ruang Lingkup Percobaan

Praktikum Berat Molekul Volatil ini dilaksanakan di Laboratorium Kimia Fisika Departemen Teknik Kimia Fakultas Teknik Universitas Sumatera Utara dengan kondisi ruangan :Tekanan Ruangan : 760 mmHg Suhu : 30 oC

Adapun bahan-bahan yang digunakan selama percobaan ini adalah propanol (C3H8O), metanol (CH3OH) dan Dietil Eter. Sedangkan alat yang digunakan adalah labu erlenmeyer, water batch, neraca elektrik, desikator, gelas ukur,termometer, aluminium foil, karet gelang, jarum, dan penjepit tabung. Percobaan ini dilakukan sebanyak 2 run untuk setiap senyawa volatil yang digunakan dengan variasi 3 ml . BAB II TINJAUAN PUSTAKA2.1 Volatilitas

2.2 Berat Molekul Gas

Menentukan berat molekul dengan metode penentuan massa jenis gas dapat dilakukan dengan menggunakan alat Victor Meyer. Persamaan yang digunakan adalah persamaan gas ideal.

PV=nRT (2.1)PV= (m/Mr)RT P Mr= (m/V)RT Mr=(d/P)RT (2.2) Bila suatu cairan volatil dengan titik didih lebih kecil dari 100oC ditempatkan di dalam labu erlenmeyer tertutup (yang mempuyai lubang kecil pada tutupnya) dan dipanaskan (diletakkan dalam gelas kimia yang berisi air panas/penangas air), maka cairan yang terdapat di dalam erlenmeyer tersebut akan menguap. Uap cairan akan mendorong udara (yang terdapat di dalam labu) keluar melalui lubang kecil yang terdapat pada tutup labu. Setelah semua keluar, uap cairan aka keluar sampai keadaan setimbang tercapai, yaitu tekanan uap cairan dalam labu sama dengan tekanan udara luar. Pada kondisi tersebut, labu hanya berisi uap cairan dengan tekanan sama dengan tekanan atmosfer, volume uapnya sama dengan volume labu dan suhunya sama dengan suhu air dalam gas(Apryanti,2013).

2.3 Sifat dan hukum Gas2.3.1 Sifat-sifat gas

Dari segi pandangan mikroskopik maka kita mendefinisikan suatu gas ideal dengan membuat anggapan-anggapan yang berikut ; yang merupakan tugas kita adalah memakai kan hukum-hukum mekanika klasik secara statistik kepada atom-atom gas dan memperlihatkan bahwa definisi mikroskopik kita adalah sesuai(konsisten) dengan definisi mikroskopik dari bagian yang terdahulu(Halliday-Resnick,1978) .

Suatu gas terdiri dari partikel-partikel yang dinamakan molekul-molekul.

Molekul-molekul bergerak secara serampangan dan menuruti hukum-hukum gerak Newton.

Jumlah seluruh molekul adalah besar.

Volume molekul-molekul adalah pecahan kecil yang dapat diabaikan dari volume yang ditempati oleh gas tersebut.

Tidak ada gaya yang cukup besar(appreciable forces) yang beraksi pada molekul-molekul kecuali selama tumbukan

2.3.2 Hukum-hukum gas2.2.1 Hukum BoylePada tahun 1662,Robert Boyle,seorang kimiawan dan fisikawan Irlandia melaporkan bahwa jika suatu cuplikan gas dibuat tetap,maka volume selalu berbanding terbalik dengan tekanan yang ditimbulkan nya.Hubungan ini menjadi terkenal sebagai hukum Boyle dan dapat diungkapkan dalam bentuk persamaan.

V 1/P (pada suhu tetap) (2,5)

(Michael E.brady)

Kesebandingan(proporsionalitas)dapat diubah menjadi sama dengan dengan menyisipkan tetapan kesebandingan:

V = tetapan/P (2,6)

Atau,bila pembagian dihilangkan,maka:

PV = tetap (2,7)P1V1 = P2V2 (2,8)

(Michael E.brady)

2.2.2 Hukum Charles

Dalam gambar grafik garis-lurus temperatur suatu gas versus volumenya menunjukkan bahwa perubahan dalam besaran-besaran ini berbanding lurus satu sama lain.Namun,angkabanding langsung antara volume dan temperatur tak diperoleh jika temperatur yang digunakan diambil dari skala Celcius atau Fahreinheit.Bilangan dalam skala-skala ini hanyalah harga relatif.baik 0 C maupun 0 F tidak menyatakan ketiadaan temperatur,kiarena pada masing-masing skala ini masih dapat dibaca temperatur di bawah nol.

Karena hanya dalam skala 0 mutlak berarti tak ada temperatur,rujukan apa saja ke angkabanding langsung antara volume antara temperatur haruslah menyebut bahwa digunakan harga-harga mutlak.Pernyataan hubungan ini dikenal sebagai hukum Charles.Jika tekanan tak berubah,voulme gas dengan massa tertentu,berbanding lurus dengan temperatur mutlak.Secara matematis:

V T (2,9)

(Michael E.brady)

Dengan menggunakan data dari tabel dan mengubah ke temperatur mutlak,nampak bahwa koefisien volume dibagi oleh temperatur mutlak adalah suatu konstanta: Artinya, V/T = suatu konstanta,atau

atau (2,10)

2.2.3 Hukum Gay-Lussac

Terutama di negeri subtropis,setelah diukur pada pagi hari yang dingin,tekanan udara dalam ban pada tengah hari di musim panasdapat naik secara menyolok setelah mobil dikendarai beberapa jam.Sementara itu volume ban praktis tidak bertambah.Hubungan antara tekanan dan temperatur pada volume konstan tidak lazim dirujuk ke nama penemunya,agaknya karena hubungan ini dikenal secara bertahap oleh beberapa penyidik.Kadang-kadang diberi nama menurut nama Joseph Gay-Lussac dan kadang-kadang menurut nama Guillaume Amontons,yang menghubungkan tekanan gas ke temperaturnya dan membuat suatu termometer gas atas dasar ini dalam tahun 1703.umbangan kedua ilmuewan ini akan kita hargai dengan menyebut hubungan itu hukum Gay-Lussac dan Amontons.Tekanan suatu gas dengan massa tertentu berbanding lurus dengan temperatur mutlak,bila volume tidak berubah(Keenan).

Dinyatakan secara matematis:

P T (2,11)

Atau P/T=suatu konstanta.Pernyataan yang setara adalah

atau (2,12)

dimana:o P adalah tekanan gas.o T adalah temperatur gas (dalam Kelvin)2.2.4 Hukum Gas Ideal Esensi ketiga hukum gas di atas dirangkumkan di bawah ini. Menurut tiga hukum ini, hubungan antara temperatur T, tekanan P dan volume V sejumlah n mol gas dengan terlihat.

Tiga hukum Gas :

Hukum Boyle: V = a/P (pada T, n tetap) Hukum Charles: V = b.T (pada P, n tetap) Hukum Avogadro: V = c.n (pada T, P tetap)

Jadi, V sebanding dengan T dan n, dan berbanding terbalik pada P. Hubungan ini dapat digabungkan menjadi satu persamaan:

V = RTn/P (2,13)Atau

PV = nRT (2,14)R adalah tetapan baru. Persamaan di atas disebut dengan persamaan keadaan gas ideal atau lebih sederhana persamaan gas ideal. Nilai R bila n = 1 disebut dengan konstanta gas, yang merupakan satu dari konstanta fundamental fisika. Nilai R beragam bergantung pada satuan yang digunakan. Dalam sistem metrik, R = 8,2056 x102 dm3 atm mol-1 K-1. Kini, nilai R = 8,3145 J mol-1 K-1 lebih sering digunakan ( Setiawan, dkk., 2010 ).

BAB IIIMETODOLOGI PERCOBAAN

3.1 Bahan dan fungsi

3.1.1 Dietil eter(C4H10O)NoSifat FisikaSifat Kimia

1Mudah menguap dan tak berwarnadapat membentuk ikatan H dengan senyawa lain yang mengandung gugus OH seperti air,fenol,dll

2Massa molar 74 gr/moltidak begitu polar

3Titik didih : 35CMudah terbakar

4Tidak mempunyai Hidrogen yang terikat pada OksigenSangat tidak reaktif

5Kelarutan dietil eter dalam air 7 gr/100 mlTahan terhadap pengoksidasi atau pereduksi

(Sulistyani,2012)

3.1.2 Metanol(CH3OH)

Fungsi : sebagai sample percobaanNoSifat FisikaSifat Kimia

1Cairan jenuh pada suhu kamarTidak memiliki sifat adisi yang kuat

2Massa Molar 32,04 gr/molAtom H dapat disubstitusi oleh klor dan brom

3Titik Lebur : -97Cdengan asam sulfat berasap membentuk methanol sulfonat

4Titik didih : 65,0CBereaksi dengan Na membentuk gas H2 dan garam metanolat

5Mudah menguap dan mudah terbakarTermasuk golongan senyawa kimia beracun

(respitory.usu.ac.id)

3.1.3 Propanol

NoSifat FisikaSifat Kimia

1Berat Molekul : 60,096 gr/molPropanol menunjukkan reaksi normal dari suatu alkohol primer

2Titik didih : 97,2CDapat dikonversikan menjadi alkil halide,misalnya merah fosfor dan yodium menghasilkan propil iodide

3Viskositas : 1,938 cPCairan tidak berwarna dengan bau,dan alkohol ringan

4Panas reaksi pembentukan : -255,2 kj/gDigunakan dalam pembuatan kosmetik,kulit,preparat rambut,dll

5Panas reaksi penguapan : 896 kj/gBau alkohol terdeteksi pada 30-40 ppm

(respitory.usu.ac.id)

3.2. Peralatan dan Fungsi

1. Labu erlenmeyer

Fungsi : sebagai tempat sample diuapkan.

2. Penangas air

Fungsi : sebagai tempat pemanasan.

3. Neraca digital

Fungsi : sebagai alat untuk menimbang sampel.

4. Desikator

Fungsi : sebagai alat untuk menyerap partikel air.

5. Gelas ukur

Fungsi : sebagai alat mengukur volume zat cair.

6. Termometer

Fungsi : sebagai alat pengukur suhu larutan.

7. Aluminium foil

Fungsi : sebagai penutup mulut labu erlenmeyer.

8. Karet gelang

Fungsi : sebagai pengedap udara.

9. Jarum

Fungsi : sebagai pembuat lubang pada aluminium foil.

10. Penjepit tabung

Fungsi : sebagai alat untuk menjepit labu erlenmeyer.

11. Pipet tetes

Fungsi : sebagai pemindah cairan dalam volume yang sangat kecil.

3.3 Flowchart Percobaan

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil Percobaan

SampelDietil Eter(C4H10O)Metanol (CH4O)Propanol

(C3H8O)

RunIIIIIIIII

Massa labu erlenmeyer43,46 gr43,64 gr43,20 gr43,50 gr43,23 gr43,68 gr

Massa labu erlenmeyer, aluminium foil, dan karet gelang44,00 gr44,03 gr43,65 gr44,00 gr43,73 gr44,00 gr

Massa labu elrlenmeyer, aluminium foil, karet gelang, dan cairan volatil44,45 gr44,25 gr43,79 gr44,06 gr44,01 gr44,82 gr

Massa labu erlenmeyer + air107,52 gr105,86 gr106,09 gr106,52 gr108,11gr105,71gr

Massa air64,06 gr62,22 gr62,89 gr63,02 gr64,88 gr62,03 gr

Massa cairan volatil0,45 gr0,22 gr0,14 gr0,06 gr0,28 gr0,82 gr

Suhu pada penangas air ketika cairan volatil menguap98 oC88 oC88 oC88 oC89 oC90 oC

Suhu air yang terdapat dalam labu erlenmeyer34 oC31 oC31 oC30 oC32 oC32 oC

4.1.2 Data Perbandingan Teori Dengan Percobaan

SampelRunBM praktek

(gr/mol)BM teori

(gr/mol)Ralat (%)

Dietil Eter

(C4H10O)I212,729374,12187,0067

II104,299474,1240,7169

Metanol (CH3OH)I65,665232,04104,9477

II28,093832,0412,3162

Propanol (C3H8O)I127,610860,1112,3308

II391,967560,1552,1922

4.2 PEMBAHASAN

4.2.1 Dietil eter(C4H10O)

Hasil yang diperoleh untuk sampel Dietil eter(C4H10O) pada run I sebesar 212,72 gr/mol, pada run II sebesar 104,29 gr/mol.Jika dibandingkan dengan berat molekul teorinya yaitu 74,12 gr/mol akan diperoleh persen ralat pada run I sebesar 187%dan pada run II sebesar 40,71%.

Adapun ralat yang dihasilkan sedemikian besar dikarenakan oleh beberapa hal, yaitu:

1. Tingkat ketelitian dari neraca elektrik yang digunakan.

2. Lubang tempat keluarnya uap dibuat terlalu besar sehingga banyak uap yang keluar dari erlenmeyer selama pemanasan.

3. Labu erlenmeyer berisi sampel sudah dikeluarkan dari desikator sebelum semua uap mengembun kembali.

4. Tidak sesuainya keadaan gas pada percobaan dengan hukum gas ideal yang digunakan dalam perhitungan hasil percobaan.

4.2.2 Methanol(CH3OH)

Pada percobaan Berat Molekul Volatil, cairan volatil dimasukkan ke dalamlabuerlenmeyer kemudian ditutup dengan aluminium foil dan dieratkan dengan karet gelang. Setelah ditutup, aluminium foil dilubangidengan jarumagar uap yang tebentuk dapat keluar dari labu. Setelah dilubangi,labuerlenmeyer dipanaskan dalam penangas air hingga seluruh cairan menguap. Uap ini kemudian didinginkan dalam desikator selama 30 menit. Cairan yang terbentuk kemudian ditimbang. Massa cairan yang terbentuk selanjutnya dimasukkan dalam persamaan (2.1).

Pada saat kesetimbangan, tekanan (P) = tekanan udara luar (1 atm), suhu (T) = suhu desikator, dan volume (V) = volume erlenmeyer. Dengan demikian berat molekulnya dapat dihitung. Pada sampel1-butanol diperoleh berat molekul pada run I sebesar 65,66 gr/mol dan pada run II sebesar 28,05 gr/mol. Sedangkan dibandingkan dengan berat molekul teorinya 32,04 gr/mol maka diperoleh % ralat pada run I sebesar 105,94% dan pada run II sebesar 12,31%.

Pada percobaan ini, temperatur dan tekanan juga mempengaruhi perhitungan berat molekul. Karena uap cairan volatil bukanlah merupakan gas ideal, maka sebenarnya di sini tejadi penyimpangan dari persamaan (2.1).

Yang menjadi sumber kesalahan pada percobaan ini sehingga terdapat perbedaan hasil praktek dan teori adalah:

1. Tingkat ketelitian dari neraca analitik yang digunakan.

2. Ketidaktelitian praktikan pada waktu mengamati semua cairan volatil menguap.

3. Lubang tempat keluarnya uap dibuat terlalu besar sehingga banyak uap yang keluar dari erlenmeyer selama pemanasan.

4. Erlenmeyer berisi sampel dikeluarkan dari desikator sebelum semua uap mengembun kembali.

5. Tidak sesuainya keadaan gas pada percobaan dengan hukum gas ideal yang digunakan dalam perhitungan hasil percobaan.

Agar berat molekul hasil percobaan lebih mendekati berat molekul sebenarnya, maka berat cairan volatil tersebut harus ditambah dengan berat udara yang tidak dapat masuk kembali ke dalam labu erlenmeyer. Massa yang ditambahkan inilah yang disebut faktor koreksi.

Adapun kelebihan dari metode ini adalah sebagai berikut :

1.Dengan metode ini, kita dapat menentukan berat molekul suatu senyawa volatil dengan peralatan yang lebih sederhana.

2. Percobaan ini menggunakan penangas air sebagai pengatur suhu sehingga percobaan ini lebih cocok untuk senyawa yang memiliki titik didih kurang dari 100oC.

Adapun kelemahan dari metode ini adalah sebagai berikut :

Ketidaktepatan pengamatan pada saat cairan telah menguap semua atau sebelum dapat mengakibatkan kesalahan dalam perhitungan.

BAB VKESIMPULAN DAN SARAN5.1 KesimpulanAdapun kesimpulan yang diperoleh dari percobaan Berat Molekul Volatil adalah :

1. Berat molekul dari sampel dietil eter pada run I sebesar 212,9 gr/mol dan pada run II sebesar 102,65 gr/mol.

2. Berat molekul dari sampel methanol pada run I sebesar 65,66 gr/mol dan pada run II sebesar 28,08 gr/mol.

3. Berat molekul dari sampel propanol pada run I sebesar 127,61 gr/mol dan pada run II sebesar 391,96 gr/mol

4. Persen ralat dari sampel dietil eter pada run I sebesar 187% dan pada run II sebesar 40,71%.

5. Persen ralat dari sampel methanol pada run I sebesar 104,91% dan pada run II sebesar 12,31%.

6. Persen ralat dari sampel Propanol pada run I sebesar 112,33% dan pada run II sebesar 552,19%7. Suhu air pada Erlenmeyer pada saat melakukan percobaan pada dietil eter pada run I dan II 31oC, pada methanol pada run I dan run II 32oC, dan pada propanol pada run I dan run II 33 oC.

5.2 SaranAdapun saran yang perlu diperhatikan pada percobaan Berat Molekul Volatil adalah :

1. Sebaiknya digunakan neraca elektrik sebagai alat timbangan karena ketelitian pada 0,1 gr dalam penimbangan sangat berpengaruh banyak dalam penentuan berat molekul.

2. Lubang tempat keluarnya uap sebaiknya tidak dibuat terlalu besar sehingga sampel yang akandiberi pemanasan tidak menguap semuanya.

3. Pada saat pengambilan sampel, sebaiknya wadah sampel segera ditutup rapat karena sampel bersifat volatil (mudah menguap).

4. Pada saat pemanasan, sebaiknya Erlenmeyer diangkat dari penangas air dengan selang waktu tertentu untuk memastikan apakah larutan sudah menguap semua atau belum.

5. Erlenmeyer harus dipastikan benar-benar kering dengan mengelapnya sebelum didinginkan di desikator untuk mendapat hasil yang maksimal.

DAFTAR PUSTAKA

Keenan, Charles W. 1980. Kimia Universitas.Jakarta: Erlangga

Brady, James E. 1980. Kimia Universitas:asas dan struktur, jilid 1.Jakarta: Binarupa

Aksara

http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/31682/4/Chapter%20II.pdf. diakses pada

Diakses pada tanggal 12 Maret 2015

Setiawan, dkk,. 2010. Gas Ideal. Jambi: Universitas Jambi.

Sulistyani. 2012. Staff.uny.ac.id/senyawa-alkohol-eter/.Diakses pada tanggal

12 Maret 2015LAMPIRAN A

DATA PERCOBAANLA.1 Data Hasil Percobaan

Tabel A.1 Data PercobaanSampelDietil Eter(C4H10O)Metanol (CH4O)Propanol

(C3H8O)

RunIIIIIIIII

Massa labu erlenmeyer43,46 gr43,64 gr43,20 gr43,50 gr43,23 gr43,68 gr

Massa labu erlenmeyer, aluminium foil, dan karet gelang44,00 gr44,03 gr43,65 gr44,00 gr43,73 gr44,00 gr

Massa labu elrlenmeyer, aluminium foil, karet gelang, dan cairan volatil44,45 gr44,25 gr43,79 gr44,06 gr44,01 gr44,82 gr

Massa labu erlenmeyer + air107,52 gr105,86 gr106,09 gr106,52 gr108,11gr105,71gr

Massa air64,06 gr62,22 gr62,89 gr63,02 gr64,88 gr62,03 gr

Massa cairan volatil0,45 gr0,22 gr0,14 gr0,06 gr0,28 gr0,82 gr

Suhu pada penangas air ketika cairan volatil menguap98 oC88 oC88 oC88 oC89 oC90 oC

Suhu air yang terdapat dalam labu erlenmeyer34 oC31 oC31 oC30 oC32 oC32 oC

L.A.2 Perbandingan Berat Molekul Teori dengan Percobaan

Tabel A.2 Perbandingan Teori dengan Percobaan

SampelRunBM praktek

(gr/mol)BM teori

(gr/mol)Ralat (%)

Dietil Eter

(C4H10O)I212,729374,12187,0067

II104,299474,1240,7169

Metanol (CH3OH)I65,665232,04104,9477

II28,093832,0412,3162

Propanol (C3H8O)I127,610860,1112,3308

II391,967560,1552,1922

LAMPIRAN B

PERHITUNGAN

L.B.1Menentukan

T air = 30 CT air = 31CT air = 32 CT air = 34 C pada T = 40 C adalah 992,25kg/cm3 pada T = 30 C adalah 995,68 kg/cm3 pada T = 31 C dapat diketahui dengan menggunakan interpolasi, yaitu:

Dengan cara interpolasi di atas, maka nilai densitas air yang didapatkan adalah:

pada T = 30 C adalah 995,68C

pada T = 31 C adalah 995,337C

pada T = 32 C adalah 994,94C

pada T = 34 C adalah 994,308C

L.B.2Menentukan Volume Cairan Volatil

Volume cairan volatil = volume labu erlenmeyer

Dietil Eter (C4H10O)

Run I

Massa cairan volatil = 0,45 gram

Volume labu erlenmeyer = = 0,06442 L

Run II

Massa cairan volatil = 0,22 gram

Volume labu erlenmeyer = = 0,06251 L Metanol (CH4O)Run IMassa cairan volatil = 0,14 gram

Volume labu erlenmeyer = = 0,06318 LRun IIMassa cairan volatil = 0,06 gram

Volume labu erlenmeyer = = 0,06329 L Propanol (C3H8O)Run IMassa cairan volatil = 0,28 gram

Volume labu erlenmeyer = = 0,06520 LRun IIMassa cairan volatil = 0,82 gram

Volume labu erlenmeyer = = 0,06234 L L.B.3Menentukan Densitas Cairan Volatil

Dietil Eter (C4H10O)Run I

Massa cairan volatil = 0,45 gramVolume labu erlenmeyer = 0,06442 L gas = = 6,9854 g/LRun II

Massa cairan volatil = 0,22 gramVolume labu erlenmeyer = 0,06251 L gas = = = 3,5194 g/LMetanol (CH4O)Run I

Massa cairan volatil = 0,14 gramVolume labu erlenmeyer = 0,06318 Lgas = = 2,2158 g/LRun II

Massa cairan volatil = 0,06 gramVolume labu erlenmeyer = 0,06329 L gas = = = 0,9480 g/LPropanol (C3H8O)Run I

Massa cairan volatil = 0,28 gramVolume labu erlenmeyer = 0,06520 Lgas = = 4,2944 g/LRun II

Massa cairan volatil = 0,82 gramVolume labu erlenmeyer = 0,06234 L gas = = = 13,1536 g/LL.B.4Menentukan Suhu Cairan Volatil

Dietil Eter (C4H10O)Run I

T= 98 + 273,15

= 371,15 K

Run IIT= 88 + 273,15

= 361,15 K

Metanol (CH4O)Run IT= 88 + 273,15

= 361,15 K

Run IIT= 88 + 273,15

= 361,15 K

Propanol (C3H8O)Run IT= 89 + 273,15

= 362,15 K

Run IIT= 90 + 273,15

= 363,15 K

L.B.4Menentukan Berat Molekul Cairan Volatil

dimana :P= 1 atm

R= 0,08206 atm L/mol K

Dietil Eter (C4H10O)

Run I

= 212,7293 g/mol

Run II

=104,2994 g/molMetanol (CH4O)

Run I

= 65,6652 g/mol

Run II

= 28,0938 g/mol

Propanol (C3H8O)Run I

= 127,6108 g/mol

Run II

= 391,9675 g/molL.B.5Menentukan Persen Ralat Berat Molekul Volatil

Dietil Eter (C4H10O)

Run I

=187,0067%

Run II

= 40,7169 %

Metanol (CH4O)

Run I

= 104,9477%

Run II

= 12,3162 %Propanol (C3H8O)

Run I

=112,3308 %

Run II

=552,1922 %

LAMPIRAN E:FOTO HASIL PERCOBAAN

LE.1

Gambar E.1 Sampel dimasukkan ke penangas air

Gambar E.2 Sampel dimasukkan ke penangas air

5 ml + cairan mudah menguap

Ukur Tekanan Atmosfer

timbang

+ air sampai penuh

Tentukan volume

timbang

desikator

Catat T penangas saat cairan menguap

Rendam pada penangas air panas

Lubangi kecil kecil di tutupnya

timbang

Erlenmeyer + tutup alumuium foil + karet

_1234567891.unknown

_1234567892.unknown

_1234567890.unknown