Laporan Praktikum Darah

19
LAPORAN PRAKTIKUM FISIOLOGI VETERINER DAN SATWA AKUATIK II NAMA : ANITAWATI UMAR NIM : O111 12 252 PROGRAM STUDI KEDOKTERAN HEWAN

Transcript of Laporan Praktikum Darah

Page 1: Laporan Praktikum Darah

LAPORAN PRAKTIKUM

FISIOLOGI VETERINER DAN SATWA AKUATIK II

NAMA : ANITAWATI UMAR

NIM : O111 12 252

PROGRAM STUDI KEDOKTERAN HEWAN

FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS HASANUDDIN

TAHUN 2014

Page 2: Laporan Praktikum Darah

LEMBAR PENGESAHAN

Nama Mahasiswa : ANITAWATI UMAR

NIM : O111 12 252

Nama Asisten : ANDI FUTRI FEBRIANI

Waktu Asistensi

No. Jadwal Asistensi Saran Perbaikan Paraf Asisten

Makassar, ..........................2014

Asisten Praktikan

<ttd> <ttd>

<Andi Futri Febriani> <Anitawati Umar>

JUDUL PRAKTIKUM

Darah

Page 3: Laporan Praktikum Darah

TUJUAN PRAKTIKUM

RUANG LINGKUP PRAKTIKUM

TINJAUAN PUSTAKA

Darah

- Untuk mengetahui sifat fisik darah dengan metode preparat darah natif, waktu

beku darah, waktu pendarahan, hemolisis darah.

- Untuk mengetahui kadar Hb sel darah merah dengan metode Sahli

- Untuk mengetahui sel darah putih dengan metode apus darah dan diferensiasi

BDP

Pada praktikum ini mencakup tentang :

- Sifat fisik darah dengan metode preparat darah natif, waktu beku darah, waktu

pendarahan, dan hemolisis darah

- Menghitung kadar Hb sel darah merah dengan metode Sahli

- Mengetahui sel darah putih dengan metode apus darah dan diferensiasi BDP

Page 4: Laporan Praktikum Darah

Darah adalah cairan yang terdapat pada hewan tingkat tinggi yang berfungsi

sebagai alat transfortasi zat seperti oksigen, bahan hasil metabolisme tubuh, pertahanan

tubuh dari serangan kuman, dll. Darah dianggap sebagai semacam modifikasi jaringan

ikat, karena unsur selnya dipisahkan oleh banyak “substansi intrasel”, dan karena

beberapa selnya mempunyai persamaan dengan sel dalam jaringan ikat sejati. Beda

halnya dengan tumbuhan, manusia dan hewan level tinggi punyas sistem transformasi

dengan darah ( Campbell, 2003 ).

Darah adalah suatu jaringan bersifat cair. Darah terdiri dari sel-sel dan fragmen-

fragmen sel) yang terdapat secara bebas dalam medium yang bersifat seperti air, ialah

plasma. Sel-sel dan fragmen-fragmen sel merupakan unsur-unsur darah yang disebut

unsur jadi. Sel-sel ini cukup besar sehingga dapat diamati dengan mikroskop biasa. Ada 3

tipe unsur jadi ialah sel-sel darah merah atau eritrosit, sel-sel darah putih atau leukosit

dan keping-keping darah atau trombosit (Kimball, 1992).

Hemoglobin merupakan protein yang terdapat dalam sel darah merah atau

eritrosit, yang memberi warna merah pada darah. Hemoglobin terdiri atas zat besi yang

merupakan pembawa oksigen. Kadar hemoglobin dapat ditetapkan dengan berbagai cara,

antara lain metode Sahli, oksihemoglobin atau sianmethhemoglobin. Metode Sahli tidak

dianjurkan karena memiliki kesalahan yang besar, alatnya tidak dapat distandardisasi, dan

tidak semua jenis hemoglobin dapat diukur, seperti sulfhemoglobin, methemoglobin dan

karboksihemoglobin. Dua metode yang lain (oksihemoglobin dan sianmethemoglobin)

dapat diterima dalam hemoglobinometri klinik. Namun, dari dua metode tersebut, metode

sianmethemoglobin adalah metode yang dianjurkan oleh International Commitee for

Standardization in Hematology (ICSH) sebab selain mudah dilakukan juga mempunyai

standar yang stabil dan hampir semua hemoglobin dapat terukur, kecuali sulfhenoglobin

(Subowo, 1992).

Eritrosit adalah sel gepeng berbentuk piringan yang di bagian tengah di kedua

sisinya mencekung, seperti sebuah donat dengan bagian tengah menggepeng bukan

berlubang (eritrosit adalah lempeng bikonkaf dengan garis tengah 7µm, tepi luar lebarnya

2 µm dan bagian tengah tebalnya 1 µm). Bentuk khas ini ikut berperan melalui dua cara,

terhadap efisiensi eritrosit melakukan fungsi mereka mengangkut O2 dalam darah.

Pertama, bentuk bikonkaf menghasilkan luas permukaan yang lebih besar bagi difusi O2

menembus membran daripada yang dihasilkan oleh sel bulat dengan volume yang sama.

Kedua, tipisnya sel memungkinkan O2 berdifusi secara lebih cepat antara bagian paling

dalam sel dengan eksteriornya ( Sloane, 2003 ).

Leukosit adalah sel darah yang mengandung inti, disebut juga sel darah putih.

Leukosit mempunyai peranan dalam pertahanan seluler dan humoral organisme terhadap

zat-zat asingan. Didalam darah manusia, normal didapati jumlah leukosit rata-rata 6000-

Page 5: Laporan Praktikum Darah

menembus membran daripada yang dihasilkan oleh sel bulat dengan volume yang sama.

Kedua, tipisnya sel memungkinkan O2 berdifusi secara lebih cepat antara bagian paling

dalam sel dengan eksteriornya ( Sloane, 2003 ).

Leukosit adalah sel darah yang mengandung inti, disebut juga sel darah putih.

Leukosit mempunyai peranan dalam pertahanan seluler dan humoral organisme terhadap

zat-zat asingan. Didalam darah manusia, normal didapati jumlah leukosit rata-rata 6000-

2. Enzim, hormon, dan antibodi, sebagai zat-zat hasil produksi sel-sel.

3. 3. Protein yang terlarut dalam darah, molekul-molekul ini berukuran cukup besar sehingga

tidak dapat menembus dinding kapiler.

4. 4. Urea dan asam urat, sebagai zat-zat sisa dari hasil metabolisme.

5. 5. O2, CO2, dan N2 sebagai gas-gas utama yang terlarut dalam plasma ( Benyamin, 1978 ).

Page 6: Laporan Praktikum Darah

2. Enzim, hormon, dan antibodi, sebagai zat-zat hasil produksi sel-sel.

3. 3. Protein yang terlarut dalam darah, molekul-molekul ini berukuran cukup besar sehingga

tidak dapat menembus dinding kapiler.

4. 4. Urea dan asam urat, sebagai zat-zat sisa dari hasil metabolisme.

5. 5. O2, CO2, dan N2 sebagai gas-gas utama yang terlarut dalam plasma ( Benyamin, 1978 ).

Page 7: Laporan Praktikum Darah

MATERI DAN METODE

Alat dan bahan yang digunakan :

Alat : Jarum Franckle, hemositomete set, mikroskop, hemometer Sahli, jarum pentul,

hematokrit, gelas objek dan cover, stopwatch.

Bahan : Darah, larutan hayem, larutan turk, aquades, alkohol, kertas saring, cat giemsa,

larutan Rees Ecker, NaCl 0,3 M, HCl 0,1 M, Reagen wintrob.

Metode Kerja :

Preparat darah natif

- Disediakan satu preparat kaca yang bersih dari lemak dan diteteskan NaCl

fisiologis ¼ tetes di atasnya, kemudian diteteskan darah 1/5 tetes ( atau dengan

batang korek api diambil darah ) diaduk dengan ujung pipet atau batang korek,

setelah rata ditutup dengan kaca penutup.

- Meletakkan di bawah mikroskop ( posisi mikroskop tidak boleh miring ) dan

mengamati dengan pembesaran 10x, 250x dan 400x. Diperhatikan apa yang

terlihat ( menggambar sel darah merah dan putih 1-3 sel dan mikroorganisme

bila ada ).

Waktu beku darah

- Tusuklah dengan jarum Frankle keujung jari probandus yang telah disterilkan

dengan alkohol dan bersamaan dengan itu tekanlah stopwatch.

- Letakkan 2-3 tetes darah diatas gelas objek.

- Tusuklah darah tersebut dan kemudian angkatlah dengan jarum pentul.

- Lakukanlah hal tersebut setiap 30 detik sekali sampai tampak adanya benang

fibrin.

- Catatlah waktunya.

Hemolisis darah

- Mengambil darah dari jari dengan lanset atau jarum Frankle, sediakan kaca

objek yang dieri label A dan B. Teteskan pada 2 buah kaca benda, masing-

masing 1 tetes.

Page 8: Laporan Praktikum Darah

- Menambahkan 2 tetes larutan NaCl 0,3 M pada kaca A ( Krenasi ).

- Menambahkan 2 tetes larutan HCl 0,1 M pada kaca B ( Hemolisis ).

- Menutup masing-masing kaca benda dengan kaca penutup, kemudian

mengamati dibawah mikroskop.

- Catat dan gambar hasilnya.

Kadar Hb dengan metode Sahli

- Dalam metode ini digunakan hemometer Sahli. Hemometer ini mengukur kadar Hb

dalam 100 cc darah.

- Isilah ke dalam tabung pengukur 0,1 N HCl sampai tanda 2 gram % (garis pada

tabung paling bawah).

- Bersikan ujung jari yang akan ditusuk dengan alkohol untuk kemudan ditusuk

dengan jarum Franckle.

- Hisaplah darah sebanyak 20 mm3 darah ke dalam pipet kapiler sampai tepat pada

garis.

- Usaplah darah yang tercecer di ujung pipet dengan kertas saring dan tiuplah darah

kedalam tabung pengukur sampai seluruh darah tercampur dengan HCl. Campuran

sempurna akan diperoleh dengan menghisap dan meniup campuran larutan darah

HCl berulang kali dengan menggunakan pipet kapiler tersebut.

- Biarkan selama 3 menit agar terbentuk asam hematin yang berwarna coklat.

Larutan yang berwarna coklat tua akan segera menjadi bening dalam waktu

beberapa menit.

- Teteskan aquades dengan pipet air dan aduk pelan-pelan dengan warna standart di

sebelah kanan-kiri tabung pengukur.

- Bacalah tinggi permukaan cairan dalam tabung pengukur yaitu dalam gr ( yakni gr

Hb dalam 100 cc darah) dan dalam % (presentase hb dihitung dibandingkan

dengan Hb normal digunakan ukuran 15,6 gr Hb dalam 100 cc darah).

Sediaan apus darah dan diferensiasi BDP

1. Sedian apus darah

- Teteskan darah dalam gelas objek.

- Ambil gelas objek yang lain dan tempelkan ujungnya pada tetesan tersebut dengan

sudut 45o. Keringkan.

Page 9: Laporan Praktikum Darah

- Preparat apus darah yang sudah kering ditetesi dengan larutan metylalkohol selam

3-5 detik. Keringkan..

- Teteskan larutan giemsa selama 30-40 detik.

- Cuci dengan air sampai bersih , lalu keringkan.

- Amati di bawah mikroskop.

2. Differensiasi BDP

- Dari preparat apus yang sudah dicat, periksa di bawah mikroskop dengan cara

zigzag.

- Hitung tiap macam sel yang terlihat sampai mencapai 100.

- Dicari presentase relatif dari setiap macam sel leukosit.

Waktu pendarahan

- Tusuklah dengan jarum Frankle ujung jari probandus yang telah disterilkan

dengan alcohol dan bersamaan dengan itu tekanlah stopwatch.

- Tempelkan kertas saring pada luka tersebut tiap 30 detik dengan tempat

penempelan darah yang pertama pada kertas saring jangan terlalu berjauhan.

- Hentikan penempelan pada saat menghasilkan bintik darah yang sangat kecil.

- Catat waktu yang diperlukan untuk itu.

Page 10: Laporan Praktikum Darah

HASIL DAN PEMBAHASAN

Dari percobaan yang dilakukan didapatkan hasil :

Preparat darah natif

Waktu beku darah

o Nama : Khaidir Umar

o Umur : 19 tahun

o Jenis kelamin : Laki-laki

o Waktu beku darah : 2 menit 50 detik (30 detik ke-5)

Waktu pendarahan

o Nama : Khaidir Umar

o Umur : 19 tahun

o Jenis kelamin : Laki-laki

o Waktu perdarahan : 1 menit

Hemolisis darah

Pada kaca A NaCl 0,3 M (Krenasi) : terlihat eritrosit mengkerut

Pada kaca B HCl 0,1 M (Hemolisis) : terlihat eritrosit membengkak dan pecah

Page 11: Laporan Praktikum Darah

Kadar Hb dengan metode Sahli

Darah yang telah dicampur dengan HCl 0,1 M dan ditetesi aquades memiliki warna

coklat. Namun, perubahan warna darah tersebut tidak sesuai dengan warna standar yang

ada pada sisi kanan dan kiri tabung pengukur hemometer Sahli.

Apus darah dan diferensiasi BDP

PEMBAHASAN

- Preparat darah natif

Menurut hasil praktikum mengenai preparat darah natif, didapatkan hasil

sebagai berikut: diperoleh atau terlihat jelas terdapat banyak sel darah merah

atau eritrosit, sel darah putih atau leukosit yang warnanya lebih terlihat ke

unguan dan jumlahnya yang tidak terlalu banyak dan trombosit atau keping-

keping darah yang jika diperbesar terlihat tidak teratur, ketiga jenis tersebut

merupakan komponen sel darah.

Page 12: Laporan Praktikum Darah

- Waktu pendarahan

Waktu pendarahan adalah waktu yang dibutuhkan kulit berdarah untuk berhenti

setelah penusukan kulit. Darah dihapus setiap 30 detik atau luka direndam dalam

larutan fisiologis. Dari hasil percobaan diatas menunjukkan hasil bahwa perdarahan

berhenti pada 1 menit pertama. Peningkatan waktu pendarahan setelah pemberian

bahan uji menunjukkan adanya efek antiagregasi platelet. Faktor-faktor yang

mempengaruhi proses pendarahan yaitu besar kecilnya luka atau umur, temperature

atau suhu, dalam menggunakan kertas saring yang terlalu ditekan atau dapat pula

oleh kadar kalsium dalam darah.

- Waktu beku darah

Proses koagulasi atau pembekuan darah terjadi ketika luka pada tubuh mulai

mengeluarkan darah hingga darah membentuk fibrin. Dari hasil percobaan diatas

waktu beku darah diperoleh 2 menit 50 detik. Sebuah enzim yang disebut

tromboplastin yang dihasilkan sel-sel jaringan yang terluka bereaksi dengan

kalsium dan protrombin di dalam darah. Akibat reaksi kimia, jalinan benang-

benang yang dihasilkan membentuk lapisan pelindung, yang kemudian mengeras.

- Hemolisis darah

Praktikum ini membahas tentang sifat fisik darah, sel darah merah, dan sel

darah putih. Saat dilakukan pengujian hemolisis darah langkah pertama yang

dilakukan yaitu darah diambil dari jari menggunakan jarum Franckle, kemudian

disediakan kaca objek yang diberi label A dan B. Selanjutnya darah diteteskan pada

2 buah kaca objek tersebut, masing-masing 1 tetes. Kaca objek berlabel A diteteskan

NaCl 0,3 M sebanyak 2 tetes. Kaca objek berlabel B diteteskan HCl 0,1 M, juga

sebanyak 2 tetes. Masing-masing kaca objek ditutup dengan cover glass, kemudian

diamati di bawah mikroskop.

Page 13: Laporan Praktikum Darah

Hasil yang diperoleh yaitu pada preparat pertama yang telah di tetesi dengan

larutan NaCl 0,9% memperlihatkan warna merah terang dengan penampakan

eritrositnya yang mengkerut (krenasi). Hal ini menunjukkan bahwa eritrosit dalam

perlakuan kali ini mengalami proses krenasi yang disebabkan oleh larutan di luar

eritrosit bersifat hipertonik, yang memaksa sitoplasma di dalam sel tertarik keluar

karena perbedaan tekanan osmosis di dalam dan di luar eritrosit. Konsentrasi air di

luar sel darah merah lebih rendah (larutan lebih pekat) dibandingkan konsentrasi air

di dalam sel darah, akibatnya air di dalam sel akan mengalir ke luar sel sehingga sel

mengalami krenasi (mengkerut).

Pada preparat kedua yang telah ditetesi oleh larutan HCl 0,1 N dan

ditambahkan berapa tetes darah memperlihatkan warna merah kecoklatan dengan

penampakan eritrositnya yang bengkak. Hal ini menunjukkan bahwa eritrosit dalam

perlakuan kali ini mengalami proses hemolisis yang disebabkan oleh larutan di luar

eritrosit bersifat hipotonis sehingga larutan di luar sel  menembus membran plasma

eritosit yang berada dalam kondisi yang hipertonis menyebabkan eritrosit

membengkak kemudian nantinya akan pecah(lisis). Kejadian ini berlangsung di

sebabkan eritrosit dalam suatu mahluk hidup selalu berusaha berada dalam kondisi

yang homeostasis (seimbang), sehingga mendorong sel untuk melakukan transport

antar membran. Konsentrasi air di luar sel darah merah lebih tinggi dibandingkan

konsentrasi air di dalam sel darah, akibatnya air akan mengalir terus menerus ke

dalam sel sehingga sel mengalami hemolisis (pecah). Sel darah yang mengalami

hemolisis sudah tidak memiliki bentuk yang tetap.

Kadar Hb dengan metode Sahli

Penghitungan kadar Hb dengan metode Sahli menggunakan alat hemometer

Sahli untuk pengukuran kadar Hb. Hemometer ini mengukur kadar Hb dalam 100

cc darah. Sampel darah yang digunakan pada metode ini adalah sampel darah ayam.

Langkah yang dilakukan yaitu tabung pengukur diisi dengan HCl 0,1 M sampai

tanda 2 gram % (garis pada tabung paling bawah). Sampel darah ayam dihisap

sebanyak 20 mm3 darah menggunakan pipet kapiler sampai tepat pada garis. Darah

yang tercecer di ujung pipet diusap menggunakan tissue kering, kemudian darah

ditiup ke dalam tabung pengukur yang berisi HCl 0,1 M selanjutnya diaduk sampai

seluruh darah tercampur dengan HCl.

Page 14: Laporan Praktikum Darah

Campuran dibiarkan selama 3 menit agar terbentuk asam hematin yang

berwarna coklat. Setelah 3 menit campuran ditetesi aquades sebanyak 3 tetes

menggunakan pipet air dan diaduk pelan-pelan. Warna yang tampak pada

campuran dibandingkan dengan warna standart di sebelah kanan dan kiri tabung

pengukur. Tinggi permukaan cairan dalam tabung pengukur dibaca yaitu dalam

gr (yakni gr Hb dalam 100 cc darah) dan dalam % (presentase Hb dihitung

dibandingkan dengan Hb normal digunakan ukuran 15,6 gr Hb dalam 100 cc

darah).

Hasil yang diperoleh yaitu campuran berwarna coklat, namun warna yang

terbentuk pada campuran tidak sesuai dengan warna standar yang ada di sebelah

kanan dan kiri tabung pengukur. Hal ini dapat disebabkan sampel darah yang

diambil terlalu sedikit sehingga warna yang terbentuk pada campuran lebih muda

dibandingkan dengan warna standar. Sedangkan tinggi permukaan cairan dalam

tabung pengukur yaitu 6 gram %.

Untuk menghitung MCV (Mean Corpuscular Volume) digunakan rumus :

MCV= PCV ×10jumlahSDM

Hasil yang diperoleh yaitu

MCV=90 % ×101

= 900 %

Untuk menghitung MCHC (Mean Corpuscular Haemoglobin Concentration) digunakan rumus :

MCHC=[Hb ]×100

PCV

Hasil yang diperoleh yaitu :

MHCH=[6 gram% ]×100

90 %

¿ 60090

= 6,6 %

Page 15: Laporan Praktikum Darah

Apus darah dan diferensiasi BDP

Pada percobaan apus darah dan diferensiasi BDP menggunakan darah anjing

(mamalia) dan ayam ( unggas ) dilakukan pengapusan dengan cara menaruh tetesan

darah dari anjing dan ayam masing-masing diatas object glass, lalu object glass yang

lainnya digunakan untuk mengapus tetesan darah tersebut. Apusan yang baik yaitu

apusan yang setipis mungkin agar tampak jelas ketika dilihat dibawah mikroskop. Hasil

apusan kemudian dikeringkan lalu ditetesi metyl alkohol. Kemudian dikeringkan

kembali dan diberi larutan giemsa untuk pewarnaan. Setelah itu dikeringkan kembali

lalu diamati dibawah mikroskop. Hasil pengamatan ditemukan beberapa perbedaan

antara sel darah pada unggas ( ayam ) dan mamalia ( anjing ). Leukosit unggas memiliki

trombosit dan berinti, eritrositnya berbentuk oval dan berinti. Sedangkan leukosit pada

mamalia trombositnya tidak memiliki inti, eritrosit berbentuk bundar/cekung dan tidak

memiliki inti.

Page 16: Laporan Praktikum Darah

RANGKUMAN

Dari percobaan mengenai darah dapat disimpulkan bahwa :

Pada metode natif terlihat sel darah merah dalam jumlah yang banyak, sel darah

putih sedikti serta trombosit yang apabila diperbesar bentuknya tidak teratur. Pada

percobaan waktu pendarahan terjadi efek antiagregasi platelet karena peningkatan waktu

pendarahan setelah pemberian bahan uji. Pada percobaan waktu beku darah ada sebuah

enzim yang disebut tromboplastin yang dihasilkan sel-sel jaringan yang terluka bereaksi

dengan kalsium dan protrombin di dalam darah. Akibat reaksi kimia, jalinan benang-

benang yang dihasilkan membentuk lapisan pelindung, yang kemudian mengeras.

Pada percobaan hemolisis darah, pada kaca objek berlabel A yang diteteskan NaCl

0,3 M sel darah mengalami krenasi. Hal ini terjadi karena larutan NaCl menyebabkan

kondisi hipertonik di luar sel darah merah. Konsentrasi air di luar sel darah merah lebih

rendah dibandingkan konsentrasi air di dalam sel darah, akibatnya air di dalam sel akan

mengalir ke luar sel sehingga sel mengalami krenasi. Pada kaca objek berlabel B yang

diteteskan HCl 0,1 M sel darah mengalami hemolisis. Hal ini terjadi karena larutan HCl

menyebabkan kondisi hipotonik di luar sel darah merah. Konsentrasi air di luar sel darah

merah lebih tinggi dibandingkan konsentrasi air di dalam sel darah, akibatnya air akan

mengalir terus menerus ke dalam sel sehingga sel mengalami hemolisis.

Pada percobaan kadar hb dengan metode Sahli, campuran darah dan HCl berwarna

coklat, namun warna yang terbentuk pada campuran tidak sesuai dengan warna standar.

Hal ini dapat disebabkan sampel darah yang diambil terlalu sedikit sehingga warna yang

terbentuk pada campuran lebih muda dibandingkan dengan warna standar. Sedangkan

tinggi permukaan cairan dalam tabung pengukur yaitu 6 gram %.

Pada percobaan apus darah dan diferensiasi BDP ditemukan beberapa perbedaan

antara sel darah unggas dan mamalia. Leukosit unggas memiliki trombosit dan berinti,

eritrositnya berbentuk oval dan berinti. Sedangkan leukosit pada mamalia trombositnya

tidak memiliki inti, eritrosit berbentuk bundar/cekung dan tidak memiliki inti.

Page 17: Laporan Praktikum Darah

DAFTAR PUSTAKA

Benyamin, Ginting N. 1978. Gambaran Darah Sapi Frisian Holland di Bogor dan

Pontianak. Penyakit Hewan. 16 : 224-227.

Campbell et all. 2004. Biologi Edisi Kelima Jilid III.  Erlangga: Jakarta

Guyton, Arthur C. 1995. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran Edisi 7. Penerbit Buku

Kedokteran EGC.

Isnaeni, W. 2006. Fisiologi Hewan. Yogyakarta : Kanisius

Kimball, John.W. 1990. Biologi Edisi Kelima Jilid 2. Jakarta : Erlangga

Sloane, ethel. 2003, Anatomi dan Fisiologi untuk Pemula. Jakarta : EGC

Subowo. 1992. Histologi umum. Jakarta: PT. Bumi Aksara.

Syaifuddin B. Ac. 1992. Anatomi Fisiologi untuk siswa perawat. Penerbit Buku

Waluyo, Joko dkk. 2013. Petunjuk Praktikum Biologi Dasar. Jember : unej

Yatim,Wildan. 1987. Biologi. Bandung : Tarsito