Laporan Ppj B-2 Fix-2

89
PRAKTIKUM PERKERASAN JALAN PENGUJIAN KEKUATAN AGREGAT TERHADAP TUMBUKAN (Aggregate Impact Value) (BS 812 : Part 3 : 1975) I. Acuan Pustaka Nilai Impact menyatakan ketahanan agregat terhadap tumbukan roda-roda kendaraan. Gaya tumbukan oleh roda-roda kendaraan atau pesawat menyebabkan degradasi yaitu agregat pecah dan hancur, maka gradasi yang diharapkan berubah. Dengan demikian, pengujian kekuatan agregat terhadap tumbukan penting dilakukan sebagai bahan analisis perencanaan tebal perkerasan. Nilai Aggregate Impact Value (AIV) adalah persentase perbandingan antara agregat yang hancur dengan jumlah sampel yang ada. Agregat yang hancur dinyatakan dengan jumlah agregat yang lolos saringan 2,36 mm (No. 8). Berdasarkan British Standar, nilai AIV > 30% dikatakan tidak normal dan nilai AIV yang besar ini menunjukan jumlah agregat yang hancur cukup besar. Artinya sampel tersebut relative tidak terlalu kuat terhadap beban tekan. Tabel 4.1 Persyaratan Agregat Kasar Pengujian Metode Pengujian Nilai Impact Test Divisi 6 SNI Maks 13% (Sumber : Spesifikasi khusus campuran beraspal panas 2010) KELOMPOK B2-2015 1

description

ppj

Transcript of Laporan Ppj B-2 Fix-2

Page 1: Laporan Ppj B-2 Fix-2

PRAKTIKUM PERKERASAN JALAN

PENGUJIAN KEKUATAN AGREGAT

TERHADAP TUMBUKAN

(Aggregate Impact Value)

(BS 812 : Part 3 : 1975)

I. Acuan Pustaka

Nilai Impact menyatakan ketahanan agregat terhadap tumbukan roda-roda kendaraan.

Gaya tumbukan oleh roda-roda kendaraan atau pesawat menyebabkan degradasi yaitu agregat

pecah dan hancur, maka gradasi yang diharapkan berubah.

Dengan demikian, pengujian kekuatan agregat terhadap

tumbukan penting dilakukan sebagai bahan analisis

perencanaan tebal perkerasan.

Nilai Aggregate Impact Value (AIV) adalah

persentase perbandingan antara agregat yang hancur

dengan jumlah sampel yang ada. Agregat yang hancur

dinyatakan dengan jumlah agregat yang lolos saringan

2,36 mm (No. 8).

Berdasarkan British Standar, nilai AIV > 30% dikatakan tidak normal dan nilai AIV

yang besar ini menunjukan jumlah agregat yang hancur cukup besar. Artinya sampel tersebut

relative tidak terlalu kuat terhadap beban tekan.

Tabel 4.1 Persyaratan Agregat Kasar

Pengujian Metode Pengujian Nilai

Impact Test Divisi 6 SNI Maks 13%

(Sumber : Spesifikasi khusus campuran beraspal panas 2010)

II. Tujuan Pengujian

Tujuan pengujian ini adalah mengukur kekuatan sampel agregat terhadap beban

tumbukan sebagai salah satu simulasi terhadap kemampuan agregat terhadap rapid load.

III. Peralatan Pengujian

a. Aggregate Impact Machine. Alat ini masih digerakkan secara manual dengan

tenaga manusia.

KELOMPOK B2-2015 1

Page 2: Laporan Ppj B-2 Fix-2

PRAKTIKUM PERKERASAN JALAN

b. Cylindrial Steel Cup memiliki diameter dalam 102 mm dan kedalaman 50

mm. Ketebalan cup tidak lebih dari 6 mm.

c. Palu baja yang digunakan memiliki berat antara 13,5 sampai 14,0 kg dengan

bagian bawah (bidang kontak) merupakan lingkaran dan berbentuk datar.

Diameter kontak sebesar 100 mm dan ketebalan 50 mm, dengan chamfer

1,5mm. Palu diatur sedemikian rupa hingga dapat naik turun dengan mudah

tanpa gesekan yang berarti. Palu baja bergerak jatuh bebas dengan tinggi jatuh

380 ± 5mm, diukur dan bidang kontak palu sampai permukaan sampel di

dalam cup.

d. Alat pengunci palu dapat diatur sedemikian rupa untuk dapat memudahkan

pergantian sampel dan pemasangan cup.

e. Saringan dengan ukuran lolos 14,0 mm, 10,0 mm, dan 2,36 mm.

f. Besi penusuk dengan panjang 230 mm serta memiliki potongan melintang

lingkaran berdiameter 10 mm.

g. Timbangan dengan ketelitian 0,1 gr.

IV. Benda Uji

a. Ambil sampel dengan berat tertentu, lakukan Splitting lalu saring sampel.

b. Sampel yang dipakai adalah agregat yang lolos saringan #½” dan yang

tertahan saringan #3/8”.

c. Cuci sampel dengan air yang mengalir dan keringkan dalam oven (110 ± 5) ˚C

selama 24 jam (kondisi kering oven) lalu dinginkan hingga mencapai berat

tetap.

V. Peralatan Pengujian

a. Timbang cup (Cylindrial Steel Cup) dengan ketelitian 0,1 gram (W1).

b. Isilah cup dengan sampel dalam tiga lapis yang sama tebal. Setiap lapis

dipadatkan dengan 25 kali tusukan besi penusuk secara merata di seluruh

permukaan. Pada lapis terakhir, isi cup dengan agregat agak menyembul dan

padatkan.

c. Ratakan permukaan sampel dengan besi penusuk dan timbang (W2).

d. Hitunglah berat awal sampel (A’ = W2-W1).

e. Letakkan Mesin Impact Agregat pada lantai datar dan keras.

KELOMPOK B2-2015 2

Page 3: Laporan Ppj B-2 Fix-2

PRAKTIKUM PERKERASAN JALAN

f. Letakkan cup berisi sampel pada tempatnya dan pastikan letak cup sudah baik

dan tidak akan bergeser akibat tumbukan palu.

g. Atur ketinggian palu agar jarak antara bidang kontak palu dengan permukaan

sampel 380 ± 5mm.

h. Lepaskan pengunci palu dan biarkan palu jatuh bebas ke sampel. Angkat palu

pada posisi semula dan lepaskan kembali (jatuh bebas). Tumbukan dilakukan

sebanyak 15 kali dengan tenggang waktu tumbukan tidak kurang dari 1 detik.

i. Setelah selesai saring benda uji dengan saringan 2,36 mm selama satu menit

dan timbang berat yang lolos dengan ketelitian 0,1 gram yang dinyatakan

sebagai Bgr dan yang tertahan sebagai C gr. Pastikan tidak ada partikel yang

hilang selama proses tersebut. Jika selisih jumlah berat agregat yang lolos dan

tertahan (A) dengan berat awal (A’) lebih dari 1 gram, maka pengujian harus

diulangi.

VI. Rumus Perhitungan Impact Value

Dimana :

A = Berat awal sampel (gr)

B = Berat sampel lolos saringan 2,36 mm (gr).

VII. Perhitungan

Terlampir !

KELOMPOK B2-2015 3

Page 4: Laporan Ppj B-2 Fix-2

PRAKTIKUM PERKERASAN JALAN

PENGUJIAN KEAUSAN AGREGAT DENGAN ALAT ABRASI

LOS ANGELES

(Los Angeles Abrasion Test)

(AASTHO T-96-87/SNI 03-2417-1991)

I. Acuan Pustaka

Kekerasan adalah ketahanan agregat terhadap gaya gesekan pada roda-roda

kendaraan. Gaya gesekan oleh kendaraan menyebabkan keausan (abrasi) pada permukaan

agregat sehingga mudah terjadinya slip yaitu kontak antara roda kendaraan dan permukaan

jalan tidak ada.

Agregat dengan nilai keausan yang tinggi sebelum dipakai pada lapisan permukaan

jalan sudah mengalami pengikisan awal pada waktu pencampuran dan pemadatan. Untuk itu,

sebelum digunakan, agregat harus diuji kekerasannya melalui Los Angeles Test. Nilai

kekerasan dapat diketahui dan diklasifikasikan pada lapisan perkerasan. Yang keras pada

lapisan permukaan, sedangkan yang kurang keras dipakai pada lapisan base dan sub base.

Los Angeles Test adalah pengukuran perontokan agregat dari gradasi standarnya

akibat kombinasi abrasi atau atrisi, tekanan dan penggilisan dalam drum baja.

Tabel 3.1 Persyaratan Agregat Kasar

Pengujian Metode Pengujian Nilai

Abrasi dengan Mesin

Los AngelesSNI 2417:2008 Maks 40%

(Sumber : Spesifikasi khusus campuran beraspal panas 2010)

II. Tujuan Pengujian

Tujuan pengujian ini adalah mengetahui durabilitas

(ketahanan terhadap keausan) agregat dengan cara mekanis

dengan menggunakan alat Los Angeles Abrasion Test.

Pemeriksaan ini adalah untuk agregat kasar yang lebih kecil

dari 37,5 mm (11/2”).

KELOMPOK B2-2015 4

Gambar Mesin Los Angeles

Page 5: Laporan Ppj B-2 Fix-2

PRAKTIKUM PERKERASAN JALAN

III. Peralatan Pengujian

a. Mesin abrasi Los Angeles.

b. Bola-bola baja, dengan diameter rata-rata 4,68 cm dan berat masing-masing antara

400-440 gram.

c. Saringan, ukuran 12.5 mm, 9.52 mm dan 1,7 mm.

d. Timbangan dengan ketelitian 0,1 gr.

e. Oven, untuk pemanasan agregat dengan suhu sampai 105

± 5oC atau Kompor dan Wajan, (alternative alat

pemanasan agregat dengan suhu sampai 150 ± 5oC).

IV. Benda Uji

a. Ambil sampel dengan berat tertentu lalu lakukan splitting.

b. Cuci agar bersih dari abu yang melekat dan keringkan dengan oven suhu (110 ± 5˚C)

hingga beratnya tetap.

c. Saring sampel, lalu pisahkan sampel kedalam fraksi masing-masing lalu ditimbang

(A).

Tabel 3.2 Tabel Ukuran Fraksi

*Sumber : SNI 2417:2008

KELOMPOK B2-2015 5

Gambar Timbangan

Page 6: Laporan Ppj B-2 Fix-2

PRAKTIKUM PERKERASAN JALAN

d. Sampel dan bola baja dimasukan kedalam mesin Los Angeles dan mesin diputar

dengan kecepatan 30 sampai 33 rpm untuk 500 putaran.

e. Setelah putaran selesai, sampel dikeluarkan lalu dilakukan penyaringan menggunakan

saringan 1,7 mm (No. 12). Sampel yang tertahan saringan lalu dicuci dan dikeringkan

dalam oven bersuhu (105 ± 5oC), lalu ditimbang. (B).

V. Rumus Perhitungan Keausan dengan Los Angeles

Keterangan :

A = berat sampel semula (gram)

B = berat sampel yang tertahan saringan 1,7 mm (No. 12)

VI. Perhitungan

Terlampir !

KELOMPOK B2-2015 6

Page 7: Laporan Ppj B-2 Fix-2

PRAKTIKUM PERKERASAN JALAN

PENGUJIAN PENETRASI BAHAN-BAHAN BITUMEN

(Penetration of Bituminous Materials)

(AASTHO T-49-89/ASTM D-5-86/SNI 2456-2011)

I. Acuan Pustaka

Bahan bitumen adalah material termoplastik yang secara bertahap

mencair, sesuai dengan pertambahan suhu dan berlaku sebaliknya pada

pengurangan suhu. Salah satu parameter yang digunakan untuk

menggambarkan karakteristik ragam respon material bitumen adalah nilai

PEN (Penetrasi).

Nilai ini menggambarkan kekerasan bahan bitumen pada suhu

standar 25oC yang diambil dari pengukuran kedalaman penetrasi jarum

standar dengan beban standar 100gr dalam rentang waktu standar 5 detik.

Nilai penetrasi sangat sensitif terhadap suhu, maka pengontrolan

terhadap suhu penting agar hasil penetrasi sama. Jika pengukuran

dilakukan diatas suhu 25oC akan menghasilkan nilai penetrasi yang

berbeda.

Tabel 5.1 Persyaratan Nilai Penetrasi menurut AASTHO

Pengujian Nilai Penetrasi Keterangan

Penetrasi40-59 Bitumen Keras

200-300 Bitumen Lembek

II. Tujuan Pengujian

Tujuan pengujian ini adalah mengetahui tingkat kekerasan aspal yang dinyatakan

dalam masuknya jarum dengan beban tertentu pada kurun waktu tertentu pada suhu standar.

III. Peralatan Pengujian

a. Alat penetrasi yang dapat menggerakan pemegang jarum naik-turun tanpa gesekan

dan dapat mengukur penetrasi sampai 0,1 mm.

b. Pemegang jarum seberat 47,5 gram yang dapat dilepas dengan mudah dari alat

penetrasi untuk peneraan.

KELOMPOK B2-2015 7

Alat Penetrasi

Page 8: Laporan Ppj B-2 Fix-2

PRAKTIKUM PERKERASAN JALAN

c. Pemberat sebesar 50 gram dan

100 gram masing-masing

digunakan untuk

pengukuran penetrasi

dengan beban 100 gram dan 200

gram.

d. Jarum penetrasi dibuat dari

stenless steel mutu 440 o C, ujung jarum harus berbentuk kerucut terpancung.

e. Cawan contoh terbuat dari logam atau gelas yang berbentu silinder dengan dasar

yang rata.

f. Bak perendam atau water bath terdiri dari bejana dengan isi tidak kurang dari 10

liter dan dapat menahan suhu tertentu dengan ketelitian 0,1o C

g. Tempat air untuk benda uji ditempatkan di bawah alat penetrasi. Tempat tersebut

mempunyai isi tidak kurang dari 350 ml dan tinggi yang cukup untuk meredam

benda uji tanpa bergerak.

h. Termometer

i. Pengukur waktu. Untuk pengukuran penetrasi

dengan tangan diperlukan stop watch dengan skala pembagian terkecil 0,1 detik

atau kurang dan kesalahan tertinggi 0,1 detik.

IV. Benda Uji

a. Panaskan aspal dengan hati hati untuk mencegah pemanasan yang lebih sampai

menjadi cukup untuk ditumpahkan. Suhu dinaikan sampai lebih 60 0C diatas titik

yang diharapkan sesuai dengan metode.

b. Tuangkan sampel sampai kedalaman tertentu. Dinginkan sampai temperatur

pengujian. Kedalaman dari sampel adalah 10 mm lebih besar dari kedalaman

sampai jarum telah menembus 3. Tutup setiap wadah untuk melindungi dari

kotoran dan dinginkan pada temperatur antara 150C dan 300C selama 1 - 1.5 jam

untuk wadah kecil dan 1.5 – 2 jam untuk wadah lebih besar.

V. Langkah Pengujian

a. Letakkan benda uji dalam tempat air yang kecil dan masukkan tempat air kedalam

bak perendam kedalam suhu 25o C. Diamkan dalam bak perendam selama 1 jam.

KELOMPOK B2-2015 8

Gambar Pengujian Penetrasi

Page 9: Laporan Ppj B-2 Fix-2

PRAKTIKUM PERKERASAN JALAN

b. Periksa ujung jarum agar dapat dipasang dengan baik dan bersihkan jarum

penetrasi dengan bensin, kemudian dikeringkan dengan lap dan pasanglah jarum

pada pemegang jarum.

c. Letakkan beban 50 gram untuk benda uji kecil.

d. Pindahkan tempat air dari bak perendam ke bawah alat penetrasi.

e. Turunkan jarum perlahan-lahan sampai ujung jarum menyentuh permukaan aspal,

kemudian aturlah angka nol pada alat penetrasi.

f. Lepaskan pemegang jarum dan serentak jalankan stopwatch selama 5 detik.

g. Putarlah arloji penetrometer dan bacalah angka penetrasi yang berhimpit dengan

jarum penunjuk.

h. Lepaskan jarum dari pemegang jarum dan siapkan alat penetrasi untuk percobaan

berikut.

i. Lakukan pekerjaan 1 s/d 8 untuk 2 atau 3 kali benda uji yang sama.

VI. Perhitungan

Terlampir !

KELOMPOK B2-2015 9

Page 10: Laporan Ppj B-2 Fix-2

PRAKTIKUM PERKERASAN JALAN

PENGUJIAN TITIK LEMBEK ASPAL DAN TER

(Softening Point with Ring and Ball Test)

(SNI M-20-1990-F/AASHTO T-53-89 / ASTM D-36-70)

I. Acuan Pustaka

Titik lembek menjadi salah satu batasan dalam penggolongan aspal dan ter. Titik

lembek haruslah diperhatikan saat akan membangun konstuksi perkerasan jalan. Titik lembek

hendaknya lebih tinggi dari suhu permukaan jalan

sehingga tidak terjadi pelelehan aspal akibat temperatur

permukaan jalan.

Titik lembek aspal dan ter adalah 30oC – 200oC,

yang artinya masih ada nilai-nilai titik lembek yang hampir

sama dengan suhu permukaan jalan pada umumnya. Untuk

itu dilakukan usaha untuk mempertinggi titik lembek

antara lain dengan menggunakan filler terhadap campuran

beraspal.

Tabel 6.1 Persyaratan Titik Lembek menurut AASTHO

Pengujian Nilai Penetrasi Keterangan

Titik Lembek40 51oC s/d 63oC

60 48oC s/d 58oC

II. Tujuan Pengujian

Tujuan pengujian ini adalah mengetahui suhu dimana aspal dimulai lembek dan dapat

digunakan alat ring and ball. Suhu ini pun menjadi acuan di lapangan atas kemampuan aspal

untuk menahan suhu permukaan yang terjadi untuk tidak lembek sehingga dapat mengurangi

daya lekat.

III. Peralatan Pengujian

a. Cincin kuningan.

KELOMPOK B2-2015 10

Gambar Pengujian Titik Lembek

Page 11: Laporan Ppj B-2 Fix-2

PRAKTIKUM PERKERASAN JALAN

b. Bola baja diameter 9,53 mm, berat 3,45 sampai 3,55 gram.

c. Dudukan benda uji lengkap dengan pengaruh bola baja dan plat dasar yang

mempunyai jarak tertentu.

d. Bejana gelas tahan pemanasan mendadak diameter dalam 8,5 cm dengan tinggi

12 cm, kapasitas 800 ml.

e. Termometer.

f. Penjepit.

g. Alat pengarah bola.

h. Pengukur waktu. Untuk pengukuran penetrasi dengan tangan diperlukan stop

watch dengan skala pembagian terkecil 0,1 detik atau kurang dan kesalahan

tertinggi 0,1 detik.

IV. Benda Uji

a. Aspal dipanaskan secara perlahan-lahan sambil

diaduk terus menerus hingga cair merata.

Pemanasan dan pengadukan dilakukan perlahan-

lahan agar gelembung udara cepat keluar.

b. Setelah cair merata contoh dituangkan kedalam

dua buah cincin. Suhu aspal tidak melebihi 36o C

di atas titik lembeknya dan untuk aspal tidak lebih

dari 111o C di atas titik lembek.

c. Panaskan duah buah cincin sampai mencapai suhu

tuang contoh dan letakkan kedua cincin di atas plat kuningan yang telah diberi

lapisan dari campuran sabun.

d. Tuangkan contoh kedalam dua cincin, diamkan pada suhu sekurang-kurang 8

derajat dibawah titik lembeknya selama 30 menit.

e. Setelah dingin, ratakan permukaan contoh dalam cincin dengan pisau yang telah

dipanaskan.

V. Langkah Pengujian

a. Pasang dan atur dua benda uji di atas dudukan, dan letakkan pengarah bola

diatasnya. Kemudian masukkan seluruh peralatan tersebut ke dalam bejana gelas.

KELOMPOK B2-2015 11

Gambar Pengamatan Titik lembek

Page 12: Laporan Ppj B-2 Fix-2

PRAKTIKUM PERKERASAN JALAN

b. Isi bejana dengan air suling baru dengan suhu 5 derajat sehingga tinggi

permukaan air berkisar antara 101,6 sampai 108 mm.

c. Letakkan termometer yang sesuai dengan pekerjaan ini diantara kedua benda

ujung (kurang lebih 12,7 mm dari tiap cincin).

d. Periksa dan atur jarak antara plat dasar benda uji sehingga menjadi 25,4 mm.

e. Letakkan bola baja yang bersuhu 5o C di atas dan di tengah permukaan masing-

masing benda uji yang bersuhu 5o C menggunaka penjepit dengan memasang

kembali pengarah bola.

f. Panaskan bejana sehingga kenaikkan suhu menjadi 2o C/menit kecepatan rata-rata

dari awal dan akhir dari pekerjaan ini. Untuk 3 menit pertama perbedaan

kecepatan pemanasan tidak boleh melebihi 0,5o C.

VI. Pelaporan

Laporan pada saat setiap bola menyentuh plat dasar.

Laporan suhu titik lembek bahan yang bersangkutan dari hasil

pengamatan rata-rata dan di bulatkan sampai 0,5 derajat terdekat

untuk setiap percobaan ganda.

VII. Perhitungan

Terlampir!

KELOMPOK B2-2015 12

Gambar Pengamatan Pengujian Titik

Lembek

Page 13: Laporan Ppj B-2 Fix-2

PRAKTIKUM PERKERASAN JALAN

PERCOBAAN TITIK NYALA DAN TITIK BAKAR

DENGAN CLEVELAND OPEN CUP

(AASHTO T-48-89 / ASTM D-92-78 / SNI 06-2433-1991)

I. Tujuan

Untuk menentukan titik nyala dan titik bakar dari semua jenis hasil minyak bumi

kecuali minyak bakar dan bahan lainnya yang mempunyai titik nyala open cup kurang dari

79oC.

II. Peralatan

1. Cawan kuningan (cleveland open cup)

2. Termometer

3. Nyala penguji, yaitu nyala api yang dapat diatur dan dapat memberi nyala dengan

diameter 3.2 sampai 4.8 mm dengan panjang tabung 7.5 cm.

4. Pemanas terdiri dari logam untuk menetapkan cawan cleveland.

5. Pembakar gas atau tungku listrik yang tidak menimbulkan asap atau nyala

disekitar cawan.

6. Stopwatch

7. Penahan angin

III. Persiapan Benda Uji

1. Benda uji adalah aspal ± 100 gram

Panaskan aspal antara 148.9oC sampai 176oC

hingga cukup cair.

Isikan cawan cleveland sampai tanda batas dan

hilangkan gelembung udara yang ada pada

permukaan cairan.

IV. Prosedur Pengujian

1. Persiapan sampel.

KELOMPOK B2-2015 13

Gambar Pengujian Titik Nyala & Titik Bakar

Page 14: Laporan Ppj B-2 Fix-2

PRAKTIKUM PERKERASAN JALAN

2. Letakkan cawan diatas plat pemanas dan aturlah sumber pemanas sehingga

terletak dibawah titik tengah cawan.

3. Letakkan nyala penguji dari titik tengah cawan.

4. Letakkan termometer tegak lurus didalam benda uji dan letakkan ditengah-tengah

contoh.

5. Tempatkan penahan angin didepan nyala penguji.

6. Nyalakan sumber pemanas dan aturlah pemanasan sehingga kenaikan suhu

menjadi 15oC per menit sampai benda uji mencapai suhu 56oC dibawah titik nyala

perkiraan.

7. Aturlah kecepatan pemanasan 5 sampai 6oC per menit sampai benda uji mencapai

28oC dibawah titik nyala perkiraan.

8. Nyalakan nyala penguji dan aturlah agar diameter nyala penguji menjadi 3.2

sampai 4.8 mm.

9. Putarlah nyala penguji sehingga melalui permukaan cawan dalam waktu 1 detik.

Ulangi pekerjaan tersebut setiap kenaikan 2oC.

10. Lanjutkan pekerjaan 1 s/d 8 sampai terlihat nyala singkat pada suatu titik diatas

permukaan aspal. Baca suhu pada termometer dan catat.

11. Lanjutkan pekerjaan 9 sampai terlihat nyala agak lama sekurang-kurangnya 5

detik diatas permukaan aspal. Baca suhu pada termometer dan catat.

V. Pelaporan

Titik nyala yang di dapatkan adalah 242oC

Titik bakar yang di dapatkan adalah 308 oC

VI. Perhitungan

Terlampir!

KELOMPOK B2-2015 14

Page 15: Laporan Ppj B-2 Fix-2

PRAKTIKUM PERKERASAN JALAN

DAKTILITAS BAHAN-BAHAN BITUMEN

(DUCTILITY of BITUMINOUS MATERIALS)(AASHTO T-51-74 / AASTM D-113-69 / SNI 06-2432-1991)

I. Tujuan Penelitian

Untuk mengetahui kekenyalan aspal yang di nyatakan dengan panjang pemuluran

aspal yang dapat tercapai sebelum terputus. Daktilitas ini tidak menyatakan kekuatan tarik

aspal.

II. Peralatan

Peralatan yang digunakan adalah sebagai berikut :

a. Termometer

b. Cetakan daktilitas kuningan;

c. Bak

perendam isi 10 liter, yang

menjaga suhu tertentu selama

pengujian dengan ketelitian

0,1oC, dan benda uji dapat

terendam sekurang-kurangnya

100 m dibawah permukaan air;

bak tersebut diperlengkapi

denag pelat dasar berlubang

yang diletakkan 50 mm dari

dasar bak perendam untuk

meletakkan benda uji.

d. Mesin

uji ketentuan sebagai berikut:

e. Dapat menarik benda uji dengan kecepatan yang tetap;

f. Dapat menjaga benda uji tetap terendam dan tidak

menimbulkan getaran selama pemeriksaan;

g. Bahan metil alkohol teknik atau glycerin teknik

KELOMPOK B2-2015 15

Page 16: Laporan Ppj B-2 Fix-2

PRAKTIKUM PERKERASAN JALAN

III.Persiapan Benda Uji

Benda uji adalah contoh aspal sebanyak 100 gram yang dipersiapkan sebagai

berikut :

1) Lapisi semua bagian dalam sisi-sisi cetakan daktilitas dan bagian atas pelat

dasar dengan campuran glycerin dan dextrin atau glycerin dan talk atau SNI

06-2432-1991 glycerin dan kaolin atau amalgan; kemudian pasanglah cetakan

daktilitas di atas pelat dasar;

2) Panaskan contoh aspal sehingga cair dan dapat dituang; untuk menghindarkan

pemanasan setempat, lakukan dengan hati-hati; pemanasan dilakukan sampai

suhu antara 80oC – 100oC di atas titik lembek; kemudian contoh disaring

dengan saringan N0. 50 dan setelah diaduk, dituang dalam cetakan.

3) Pada waktu mengisi cetakan, contoh dituang hati-hati dari ujung ke ujung

hingga penuh berlebihan;

4) Dinginkan cetakan pada suhu ruang selama 30 sampai 40 menit lalu

pindahkan seluruhnya ke dalam bak perendam yang telah disiapkan pada suhu

pemeriksaan selama 30 menit; kemudian ratakan contoh yang berlebihan

dengan pisau atau spatula yang panas sehingga cetakan terisi penuh dan rata.

IV. Proses Pengujian

Urutan proses dalam pengujian ini adalah sebagai berikut :

1) Diamkan benda uji pada suhu 25oC dalam bak perendam selama 85 sampai 95

menit, kemudian lepaskan benda uji dari pelat dasar dan sisi-sisi cetakannya;

2) Pasanglah benda uji pada alat mesin dan tariklah benda uji secara teratur

dengan kecepatan 50 mm/menit sampai benda uji putus; perbedaan kecepatan

atau kurang dari 5% masih diizinkan; bacalah jarak antara pemegang benda

uji, pada saat benda uji putus (dalam sentimeter); selama percobaan

berlangsung benda uji harus selalu terendam sekurang-kurangnya 25 mm

dalam air dan suhu harus dipertahankan tetap (25oC ± 0.5oC);

3) Apabila benda uji menyentuh dasar mesin uji tau terapung pada permukaan air

maka pengujian dianggap tidak normal; untuk menghindari hal semacam ini

KELOMPOK B2-2015 16

Page 17: Laporan Ppj B-2 Fix-2

PRAKTIKUM PERKERASAN JALAN

maka berat jenis air harus disesuaikan dengan berat jenis benda uji dengan

menambah metil alkohol atau glycerin, apabila pemeriksaan normal tidak

berhasil setelah dilakukan 3 kali maka dilaporkan bahwa pengujian daktilitas

bitumen tersebut gagal.

V. Pelaporan

Laporkan hasil rata-rata dari 3 benda uji normal sebagai harta daktilitas contoh

tersebut.

Panjang setelah elastilitas 9.7cm

Persen setelah elastilitas 3%

VI. Perhitungan

Terlampir !!!

Gambar Termometer

KELOMPOK B2-2015 17

Page 18: Laporan Ppj B-2 Fix-2

PRAKTIKUM PERKERASAN JALAN

PENGUJIAN BERAT JENIS DAN PENYERAPAN AIR

(Specific Gravity and Absorption)

-AGREGAT KASAR-

(AASTHO T-85-88 / SNI 03-1969-1990)

I. Acuan Pustaka

Berat jenis dari agregat adalah perbandingan berat antara satu unit volume agregat

dengan berat air pada suhu 20oC hingga 25oC dengan volume yang sama dengan agregat.

Besarnya berat jenis agregat sangat penting dalam perencanaan campuran agregat

dengan aspal karena umumnya direncanakan berdasarkan perbandingan berat dan juga

menentukan besarnya pori.

Agregat dengan berat jenis kecil mempunyai volume yang besar sehingga dengan

berat yang sama membutuhkan jumlah aspal yang lebih banyak. Disamping itu agregat

dengan pori besar membutuhkan jumlah aspal yang banyak.

Ada 3 macam berat jenis agregat :

a. Berat Jenis Kering Oven (Bulk Specific Gravity)

Berat jenis kering oven adalah berat jenis dengan memperhitungkan berat

agregat kering dan seluruh volume agregat.

b. Berat Jenis Kering Permukaan Jenuh (Saturated Surface Dry)

KELOMPOK B2-2015 18

Page 19: Laporan Ppj B-2 Fix-2

PRAKTIKUM PERKERASAN JALAN

Berat jenis kering permukaan jenuh adalah berat jenis dengan

memperhitungkan berat agregat dalam keadaan kering permukaan dan seluruh

volume agregat.

c. Berat Jenis Semu (Apparent Specific Gravity)

Berat jenis semu adalah berat jenis dengan memperhitungkan berat agregat

dalam keadaan kering dan seluruh volume agregat yang tidak dapat diresapi

oleh air.

Penyerapan air adalah persentase berat air yang dapat diserap pori terhadap berat

agregat kering.

Tabel 1.1 Persyaratan Agregat Kasar

Pengujian Metode Pengujian Nilai

Penyerapan Air SNI 03-1969-1990 Maks 3%

(Sumber : Spesifikasi khusus campuran beraspal panas 2010)

II. Tujuan Pengujian

Tujuan dari pengujian ini adalah menentukan berat jenis lepas (bulk), berat jenis

kering-permukaan jenuh (saturated surface dry), berat jenis semu (apparent) dan

penyerapan air.

III. Peralatan Pengujian

a. Keranjang kawat ukuran 3,35mm atau 2,36 mm

untuk proses penimbangan agregat dalam air.

b. Oven, pemanas agregat dengan suhu sampai 105

± 5oC

c. Kompor dan Wajan, pemanas alternatif agregat

dengan suhu sampai 150 ± 5oC.

d. Timbangan dengan ketelitian 0,1 gr

e. Pan, Kuas, Sikat Kuningan, baskom dan alat

lainnya

IV. Benda Uji

Benda uji yaitu agregat kasar yang tertahan saringan #4 dan diperoleh dari proses

splitting ≥ 3kg untuk 1 percobaan.

KELOMPOK B2-2015 19

Gambar Timbangan

Page 20: Laporan Ppj B-2 Fix-2

PRAKTIKUM PERKERASAN JALAN

V. Langkah Pengujian

a. Ambil sampel (berat tertentu), lalu lakukan splitting.

b. Cuci sampel hingga bersih dari kotoran yang menempel pada agregat.

c. Rendam sampel dalam air selama 20 ± 4 jam.

d. Masukan sampel dalam keranjang, lalu timbang sampel dalam air. (Ba).

e. Keluarkan sampel dari air, lap dengan kain sampai selaput air pada

permukaan hilang (Kondisi SSD).

f. Timbang sampel dalam kondisi SSD (Bj).

g. Sampel dikeringkan dalam oven hingga mencapai suhu 105 ± 5oC. Dinginkan

sampel ada suhu ruangan lalu ditimbang (Bk).

h. Catat dan hitung hasil pengujian.

VI. Rumus Perhitungan Berat Jenis Agregat Kasar

VII. Perhitungan

Terlampir !

KELOMPOK B2-2015 20

Page 21: Laporan Ppj B-2 Fix-2

PRAKTIKUM PERKERASAN JALAN

PENGUJIAN BERAT JENIS DAN PENYERAPAN AIR

(Specific Gravity and Absorption)

-AGREGAT HALUS-

(AASTHO T-84-88 / SNI 03-1969-1990)

I. Acuan Pustaka

Berat jenis dari agregat adalah prbandingan berat antara 1 unit volume agregat

dengan berat air pada suhu 20oC hingga 25oC dengan volume yang sama dengan agregat.

Besarnya berat jenis agregat sanGat penting dalam perencanaan campuran agregat

dengan aspal karena umumnya direncanakan berdasarkan perbandingan berat dan juga

menentukan banyaknya pori.

Agregat dengan berat jenis kecil mempunyai volume yang besar sehingga dengan

berat yang sama membutuhkan jumlah aspal yang lebih banyak. Disamping ituagregat

dengan pori besar membutuhkan jumlah aspal yang banyak.

Ada 3 macam berat jenis agregat :

a. Berat Jenis Kering Oven (Bulk Specific Gravity)

KELOMPOK B2-2015 21

Page 22: Laporan Ppj B-2 Fix-2

PRAKTIKUM PERKERASAN JALAN

Gambar Bahan Pengujian

Berat jenis kering oven adalah berat

jenis dengan memperhitungkan berat

agregat kering dan seluruh volume

agregat.

b. Berat Jenis Kering Permukaan Jenuh

(Saturated Surface Dry)

Berat jenis kering permukaan jenuh adalah berat jenis dengan

memperhitungkan berat agregat dalam keadaan kering permukaan dan seluruh

volume agregat.

c. Berat Jenis Semu (Apparent Specific Gravity)

Berat jenis semu adalah berat jenis dengan

memperhitungkan berat agregat dalam keadaan kering dan seluruh volume

agregat yang tidak dapat diresapi oleh air.

Penyerapan air adalah persentase berat air yang dapat diserap pori terhadap

berat agregat kering.

II. Peralatan

a. Splitter (alat pemisah sampel)

b. Saringan #4 dan #200.

c. Koran

d. Tempat perendaman

e. Pan

f. Timbangan, kapasitas 5 kg dengan

ketelitian 0,1 gram

g. Termometer

h. Kerucut terpancung (cone), diameter bagian atas (40 ± 3)

mm, diameter bagian bawah (90 ± 3) mm dan tinggi

(75 ± 3) mm dibuat dari logam tebal minimum 0.8 mm

i. Batang penumbuk yang mempunyai

bidang penumbuk rata, berat

(340 ± 1) gram, diameter permukaan

penumbuk (25 ± 3) mm

j. Piknometer dengan kapasitas 500 ml

KELOMPOK B2-2015 22

9 cm

7,5 cm

4 cm

Sketsa Batang Penumbuk

Page 23: Laporan Ppj B-2 Fix-2

PRAKTIKUM PERKERASAN JALAN

Gambar Piknometer yang digunakan

Gambar Oven yang digunakan

k. Air suling atau air mineral (Aqua)

l. Oven yang dilengkapi dengan pengatur suhu mencapai

160o C

III. Persiapan benda uji

Sampel berupa agregat (pasir dan abu batu) yang lolos saringan #4 tertahan saringan

#200 sebanyak kurang lebih 1 kg.

IV. Prosedur pengujian

1. apai garis batas. Kemudian timbang berat piknometer +

air (b).

1. Masukkan benda uji kedalam piknometer.

2. Goyang dan kocok piknometer sampai tidak

berbuih/berbusa untuk mengeluarkan udara yang

tersekat dalam benda uji.

3. Tambahkan air suling sampai tanda batas dan keringkan bagian luar dan ditimbang

(bt).

4. Rendam benda uji dalam air dan tambahkan es batu sampai suhu didalam

piknometer menjadi 25o C. Cuci sampel hingga air terlihat jernih. Pencucian

dilakukan dengan bantuan saringan pengaman #4 dan saringan #200.

5. Rendam benda uji selama 24 jam.

6. Buang air perendaman dan tebarkan sampel yang sudah direndam di atas koran

yang di letakkan di atas meja.

7. Buatlah benda uji menjadi kering permukaan jenuh

(SSD).

Keadaan kering permukaan jenuh diperiksa dengan

cara mengisi benda uji ke dalam kerucut

terpancung dan padatkan sebanyak 25 kali

tumbukan (9 kali untuk pertama dimana benda uji di isi 1/3 dari isi kerucut, 8 kali

untuk penumbukan kedua dimana benda uji diisi 2/3 dari isi kerucut dan 8 kali

untuk penumbukan terakhir dimana benda uji diisi penuh). Keadaan kering

permukaan jenuh (SSD) dicapai apabila kerucut diangkat, benda uji runtuh tapi

masih terbentuk (seperti pada gambar).

KELOMPOK B2-2015 23

Gambar Pasir yang telah SSD

Page 24: Laporan Ppj B-2 Fix-2

PRAKTIKUM PERKERASAN JALAN

8. Timbang 500 gram masing-masing sampel yang

sudah kering permukaan jenuh.

9. Timbang berat piknometer.

10. Isi piknometer dengan air suling hingga menc

11. Timbang berat pan yang

telah disiapkan.

12. Tuangkan benda uji ke dalam pan lalu keringkan dalam oven selama 24 jam.

13. Keluarkan benda uji dan didinginkan lalu kemudian ditimbang (berat kumulatif).

V. Perlaporan

Berat jenis bulk agregat pecah halus yang di dapat adalah 2.545

Berat jenis SSD agregat pecah halus yang di dapat adalah 2.579

Berat jenis Semu agregat pecah halus yang di dapat adalah 2.634

Penyetapan agregat pecah halus yang di dapat adalah 1.338

VI. Perhitungan

Terlampir !!!

ANALISA SARINGAN AGREGAT KASAR

(Sieve Analysis)

(AASTHO T-27-74 / ASTM D 136-46 / SNI 03-1970-1990)

I. Acuan Pustaka

Gradasi adalah susunan butiran agregat dengan berbagai macam ragam ukuran. Ukuran

agregat dapat diketahui dengan analisa saringan yang mana saringan disusun dari ukuran

besar hingga ukuran terkecil.

Agregat kasar dan halus dapat membentuk kepadatan perkerasan aspal untuk menahan

deformasi yang terjadi akibat beban lalu lintas. Kepadatan yang tinggi tergantung dari gradasi

agregat dalam campuran.

Agregat kasar adalah butir agregat yang tertahan saringan #4 terdiri dari batu pecah

atau kerikil pecah. Agregat kasar memberikan kekakuan dan kekuatan pada campuran aspal.

II. Tujuan Pengujian

KELOMPOK B2-2015 24

Gambar Abu batu yang telah SSD

Page 25: Laporan Ppj B-2 Fix-2

PRAKTIKUM PERKERASAN JALAN

Tujuan dari pengujian ini adalah mendapatkan suatu distribusi ukuran butiran agregat

dan mendapatkan material agregat yang lolos saringan No. 200 yang dibuat dalam bentuk

grafik gradasi.

III. Peralatan Pengujian

a. Splitter, alat pemisah sampel

menjadi dua bagian yang sama (duplo)

b. Sieve Shaker, mesin

pengguncang saringan.

c. Oven, pemanas agregat dengan

suhu sampai 110 ± 5oC

d. Kompor dan Wajan, pemanas

alternatif agregat dengan suhu sampai

150 ± 5oC

e. Timbangan dengan ketelitian 0,1 gr

f. Pan, Kuas, Sikat Kuningan dan alat lainnya

g. Satu set saringan.

Ukuran Saringan yang digunakan

Standar ASTM (mm)

1” 25,403/4” 19,101/2” 12,703/8” 9,521/4” 6,35

No. 4 4,76

No. 8 2,38

No. 16 1,19

No. 30 0,59

No. 50 0,279

No. 100 0,149

No. 200 0,074

KELOMPOK B2-2015 25

Gambar Saringan

Page 26: Laporan Ppj B-2 Fix-2

PRAKTIKUM PERKERASAN JALAN

IV. Benda Uji

a. Agregat Sedang : Lolos saringan 9,50 mm

b. Agregat Kasar : Lolos saringan 25,4 mm

V. Langkah Pengujian

a. Ambil sampel (berat tertentu), lalu lakukan splitting.

b. Sampel dikeringkan dalam oven hingga mencapai suhu 105 ± 5oC hingga

mencapai berat tetap. Yang dimaksud berat tetap adalah keadaan berat benda uji

selama 3 kali proses penimbangan dan pemanasan dalam oven dalam waktu 2

jam beturut-turut, tidak akan mengalami perubahan kadar air lebih besar dari

0.1%. (Cat : Alternatif lain yaitu sampel disangrai menggunakan kompor dan

wajan. Keuntungan sangrai yaitu sampel akan lebih cepat kering dibandingkan

oven selama 20±4 jam)

c. Dinginkan sampel pada suhu ruangan (25oC) lalu ditimbang (a).

d. Saring agregat secara basah (wet sieve). Saring dengan menggunakan air dengan

maksud agar ukuran butiran yang lolos saringan #200 yang melengket pada

butiran yang lebih besar terlepas dan terbawa air

KELOMPOK B2-2015 26

Keterangan :

Saringan Pengaman (Saringan #8)

agar saringan #200 dibawahnya

tidak rusak.

Saringan #200 agar agregat

tertahan saringan#200.

Page 27: Laporan Ppj B-2 Fix-2

PRAKTIKUM PERKERASAN JALAN

e. Setelah dilakukan Wet Sieving, kembali lakukan sangrai atau oven terhadap

agregat yang tertahan saringan #200 hingga mencapai suhu 110 ± 5oC.

f. Dinginkan sampel lalu timbang (b).

g. Agregat yang sudah kering disaring secara kering. Gunakan semua saringan yang

dibutuhkan.

h. Timbang tiap sampel yang tertahan disetiap saringan.

i. Catat setiap sampel tertahan diatas saringan.

VI. Pelaporan

Hitung persentase kumulatif sampel yang tertahan diatas masing-masing saringan

terhadap berat total sampel. Laporan meliputi :

Jumlah persentase melalui masing-masing saringan atau jumlah persentase

diatas masing-masing saringan .

Kurva Gradasi menggunakan grafik semi logaritma.

Catatan :

(a) – (b) yaitu jumlah berat agregat lolos #200 yang hanyut tercuci pada

proses saring secara basah.

Biasanya pada saat saring secara kering, walaupun telah lewat proses

pencucian, pasti selalu masih ada agregat yang lolos saringan #200 pada PAN.

Istilah dikeringkan maksudnya dibuat menjadi kering oven (di oven ± 12 jam

pada temperature ±110oC)

Setiap pengujian dilakukan duplo (2 sampel dari sumber yang sama). Hal ini

demi ketelitian hasil pemeriksaan.

VII. Perhitungan

Terlampir !

KELOMPOK B2-2015 27

Gambar Pengujian analisa saringan

Page 28: Laporan Ppj B-2 Fix-2

PRAKTIKUM PERKERASAN JALAN

ANALISA SARINGAN AGREGAT HALUS

(Sieve Analysis)

(AASTHO T-27-74 / ASTM D 136-46 / SNI 03-1970-1990)

I. Acuan Pustaka

Gradasi adalah susunan butiran agregat dengan berbagai macam ragam ukuran. Ukuran

agregat dapat diketahui dengan analisa saringan yang mana saringan disusun dari ukuran

besar hingga ukuran terkecil.

Agregat kasar dan halus dapat membentuk kepadatan perkerasan aspal untuk menahan

deformasi yang terjadi akibat beban lalu lintas. Kepadatan yang tinggi tergantung dari gradasi

agregat dalam campuran.

Agregat Halus adalah butir agregat yang lolos saringan no.#4 dan tertahan saringan no.

#200 terdiri dari abu batu dan pasir. Agregat halus menentukan tingkat fleksibilitas suatu

campuran aspal.

KELOMPOK B2-2015 28

Page 29: Laporan Ppj B-2 Fix-2

PRAKTIKUM PERKERASAN JALAN

II. Tujuan Pengujian

Tujuan dari pengujian ini adalah mendapat suatu distribusi ukuran butiran agregat

dalam bentuk grafik serta memperlihatkan gradasi suatu agregat.

III. Peralatan Pengujian

a. Sieve Shaker, mesin pengguncang saringan.

b. Oven, pemanas agregat dengan suhu sampai 105 ± 5oC

c. Kompor dan Wajan, pemanas alternatif agregat dengan suhu sampai 150 ± 5oC

d. Timbangan dengan ketelitian 0,1 gr

e. Pan, Kuas, Sikat Kuningan dan alat lainnya

f. Satu set saringan.

Ukuran Saringan yang digunakan

Standar ASTM (mm)

1” 25,403/4” 19,101/2” 12,703/8” 9,521/4” 6,35

No. 4 4,76

No. 8 2,38

No. 16 1,19

No. 30 0,59

No. 50 0,279

No. 100 0,149

No. 200 0,074

IV. Benda Uji

Agregat Halus (Pasir dan Abu Batu) : Lolos saringan 4,75 mm

KELOMPOK B2-2015 29

Gambar Alat Sieve Shaker

Page 30: Laporan Ppj B-2 Fix-2

PRAKTIKUM PERKERASAN JALAN

V. A. Langkah Pengujian Analisa Saringan Basah

a. Ambil sampel (berat tertentu), lalu lakukan Quartering.

b. Sampel dikeringkan dalam oven hingga mencapai suhu 110 ± 5oC hingga

mencapai berat tetap. (Cat : Alternatif lain yaitu sampel disangrai menggunakan

kompor dan wajan. Keuntungan sangrai yaitu sampel akan lebih cepat kering

dibandingkan oven selama 20±4 jam)

c. Dinginkan sampel pada suhu ruangan (25oC) lalu ditimbang (a).

d. Saring agregat secara basah (wet sieve). Saring dengan menggunakan air dengan

maksud agar ukuran butiran yang lolos saringan #200 yang melengket pada

butiran yang lebih besar terlepas dan terbawa air

KELOMPOK B2-2015 30

Page 31: Laporan Ppj B-2 Fix-2

PRAKTIKUM PERKERASAN JALAN

e. Setelah dilakukan Wet Sieving, kembali lakukan sangrai atau oven terhadap

agregat yang tertahan saringan #200 hingga mencapai suhu 110 ± 5oC.

f. Dinginkan sampel lalu timbang (b).

g. Agregat yang sudah kering disaring secara kering. Gunakan semua saringan yang

dibutuhkan.

h. Timbang tiap sampel yang tertahan disetiap saringan.

i. Catat setiap sampel tertahan diatas saringan.

B. Pengujian Analisa Saringan Kering

1. Tujuan

Untuk mendapatkan susunan ukuran butir agregat termasuk mendapatkan

kandungan material agregat yang lolos saringan # 200 (0.074 mm).

2. Peralatan

A. Spliter (alat pemisah contoh)

KELOMPOK B2-2015 31

Keterangan :

Saringan Pengaman (Saringan #8)

agar saringan #200 dibawahnya

tidak rusak.

Saringan #200 agar agregat

tertahan saringan#200.

Page 32: Laporan Ppj B-2 Fix-2

PRAKTIKUM PERKERASAN JALAN

B. Oven yang dilengkapi dengan pengatur suhu sampai 160o C

C. Timbangan

E. Kompor

F. Termometer

G. Wajan

H. Satu set saringan (sesuai spesifikasi)

I. Mesin pengguncang saringan (sieve shaker)

J. Kuas, sikat, kuningan, sendok, pan dan alat lainnya

K. Kantong plastik gula

3. Persiapan benda uji

Sampling tergantung ukuran butiran agregat yang diperiksa. Semakin besar

ukuran butiran maksimal semakin banyak jumlah sampel untuk ukuran butiran

maksimal ¾ “ – 1” jumlah sampel minimum ± 5000 gram. Sampel harus diambil

secara random jadi tidak mungkin tepat pada berat titik ukuran butiran maksimal

5 mm (berat sampel 1-2 kg) dan spliter sampel hingga menjadi duplo.

4. Prosedur Pengujian

1. Keringkan sampel sampai mencapai berat tetap (overdried)

2. Timbang (berat = A)

3. Agregat yang sudah kering disaring secara kering. Gunakan semua ayakan atau

saringan yang diperlukan

Ukuran Saringan yang

digunakan

Standar ASTM (mm)

1” 25,40

3/4” 19,10

1/2” 12,70

3/8” 9,52

1/4” 6,35

No. 4 4,76

KELOMPOK B2-2015 32

Page 33: Laporan Ppj B-2 Fix-2

PRAKTIKUM PERKERASAN JALAN

No. 8 2,38

No. 16 1,19

No. 30 0,59

No. 50 0,279

No. 100 0,149

No. 200 0,074

4. Timbang agregat yang tertahan masing-masing saringan

5. Perhitungan

a. Buat perhitungan sampai diperoleh besarnya presentasi kumulatif agregat yang

lolos masing-masing saringan. (lihat tabel)

b. Gambar grafik gradasi (semi log)

Catatan :

(A) – (B) = Jumlah berat agregat lolos #200 yang hanyut tercuci pada proses

saringan secara basah.

Biasanya pada saat saringan secara kering, walaupun telah lewat “pencucian”

pasti selalu ada agregat lolos saringan #200 pada pan.

Istilah dikeringkan maksudnya dibuat menjadi “kering oven” (di oven ± 12

jam pada temperatur ± 105C)

KELOMPOK B2-2015 33

% lolos saringan

Ukuran saringan

Page 34: Laporan Ppj B-2 Fix-2

PRAKTIKUM PERKERASAN JALAN

Setiap pengujian dilakukan “duplo” (dua sampel dari sumber yang sama, hal

ini demi ketelitian hasil pemeriksaan)

V. Pelaporan

Hitung persentase kumulatif sampel yang tertahan diatas masing-masing

saringan terhadap berat total sampel. Laporan meliputi :

Jumlah persentase melalui masing-masing saringan atau jumlah persentase

diatas masing-masing saringan .

Kurva Gradasi menggunakan grafik semi logaritma.

Catatan :

(a) – (b) yaitu jumlah berat agregat lolos #200 yang hanyut tercuci pada

proses saring secara basah.

Biasanya pada saat saring secara kering, walaupun telah lewat proses

pencucian, pasti selalu masih ada agregat yang lolos saringan #200 pada PAN.

Istilah dikeringkan maksudnya dibuat menjadi kering oven (di oven ± 12 jam

pada temperature ±110oC)

Setiap pengujian dilakukan duplo (2 sampel dari sumber yang sama). Hal ini

demi ketelitian hasil pemeriksaan.

VI. Perhitungan

Terlampir !

KELOMPOK B2-2015 34

Page 35: Laporan Ppj B-2 Fix-2

PRAKTIKUM PERKERASAN JALAN

PERANCANGAN DAN PENGUJIAN CAMPURAN BERASPAL

PANAS DENGAN ALAT MARSHALL

(AASHTO T-245-74 / SNI 06-2489-1991)

A. Maksud1. Mencari komposisi agregat gabungan

2. Menguji Marshall

Untuk menentukan ketahanan (stabilitas) terhadap kelelehan plastis

(flow) dari campuran.

Analisa Volumetric

3. Mencari kadar aspal terbaik

B. Peralatan

1. Tiga buah cetakan benda uji dari logam yang berdiameter

10,16 dan tinggi 7,62 cm lengkap dengan pelat alas dan

leher sambung.

2. Mesin penumbuk manual lengkap dengan :

Penumbuk yang mempunyai permukaan tumbuk rata yang berbentuk

silinder dengan berat 4,536 kg dan tinggi jatuh bebas 45,7 cm.

Landasan pemadat terdiri dari balok kayu yang dilapisi pelat baja dan

dijangkarkan pada lantai beton dikeempat bagian sudutnya.

Pemegang cetakan benda uji.

3. Ekstuder atau dongkrak hidrolik.

4. Alat Marshall lengkap dengan :

Kepala penekan (breaking head) berbentuk

lengkung.

KELOMPOK B2-2015 35

Gambar Molk

Page 36: Laporan Ppj B-2 Fix-2

PRAKTIKUM PERKERASAN JALAN

Cincin pengunci (proving ring)

kapasitas 2500 kg dan atau 5000kg,

dilengkap arloji (dial) tekan dengan

ketelitian 0,0025 mm.

Arloji pengukur kelelehan (flow)

dengan ketelitian 0,25 mm beserta perlengkapannya.

5. Kompor dan Wajan, pemanas alternatif agregat dengan suhu sampai 150 ± 5oC

6. Timbangan dengan ketelitian 0,1 gr.

7. Bak perendam (water bath) dilengkapi dengan pengatur suhu.

8. Pengukur suhu dari logam (metal thermometer) berkapasitas 200oC.

9. Perlengkapan lainnya seperti :

Teko untuk memanaskan aspal.

Sendok pengaduk.

Sarung tangan dari asbes.

Masker dan celemek.

Minyak tanah, gemuk dan bensin.

Koran, kuas, pan, sikat kuningan dan lainnya.

I.Perancangan Campuran

a. Mencari komposisi agregat

Dapat dirancang berdasarkan pilihan jenis campuran, dalam hal ini dapat dipilih jenis campuran beraspal panas yang dikehendaki yang apakah bergradasi menerus (jenis Laston) atau bergradasi senjang ( jenis Lataston). Atau juga dapat dipilih

KELOMPOK B2-2015 36

Gambar Alat Marshall

Gambar Alat-alat yang digunakan dalam

praktikum Hot-Mix

Page 37: Laporan Ppj B-2 Fix-2

PRAKTIKUM PERKERASAN JALAN

jenis campuran Lapis Tipis Aspal Beton (Lataston) yang selanjutnya disebut HRS, yang terdiri dari dua jenis campuran, HRS Pondasi (HRS - Base) dan HRS Lapis Aus (HRS Wearing Course, HRS-WC) dan ukuran maksimum agregat masing-masing campuran adalah 19 mm. HRS-Base mempunyai proporsi fraksi agregat kasar lebih besar daripada HRS - WC. Namun pada praktikum ini digunakan campuran HRS-Base.

b. Menghitung perkiraan kadar aspal mula – mula

Dengan rumus :

Pb = 0.035*a + 0.045*b + k*c + F

dimana :

Pb : Perkiraan nilai kadar aspal (% terhadap berat campuran)

a : Prosentasi agregat yang tertahan saringan #8

b : Prosentasi agregat yang lolos saringan #8 dan tertahan saringan #200

c : Prosentasi agregat yang lolos saringan #200

k = 0.15 untuk 11% ≤ c ≥ 15% lolos saringan #200

= 0.18 untuk 6% ≤ c ≥ 10% lolos saringan #200

= 0.20 untuk c < 5% atau kurang yang lolos saringan #200

Dari buku spesifikasi teknik :

F = 0,5 – 1,0 untuk gradasi menerus (jenis AC)

F = 2,0 – 3,0 untuk gradasi senjang (jenis HRS)

KELOMPOK B2-2015 37

MenurutASTM

10 20 70 1001" 25.400 100.0 100.0 100.0 10.00 20.00 70.00 100.00

3/4" 19.100 100.0 100.0 100 10.00 20.00 70.00 100.00 100 1001/2 " 12.700 22.1 92.6 100 2.21 18.51 70.00 90.73 90-100 90-1003/8 " 9.525 1.6 69.6 100 0.16 13.92 70.00 84.08 75-85 65-90# 4 4.760 0.7 5.5 97.5 0.07 1.10 68.23 69.41# 8 2.380 0.6 2.3 76.3 0.06 0.47 53.42 53.95 50-72 35-55# 16 1.190 0.6 2.3 51.5 0.06 0.46 36.07 36.59# 30 0.590 0.6 2.3 32.7 0.06 0.45 22.87 23.38 35-60 15-35# 50 0.297 0.5 2.2 18.7 0.05 0.44 13.11 13.61# 100 0.149 0.5 2.2 10.1 0.05 0.43 7.10 7.58# 200 0.075 0.5 2.1 6.4 0.05 0.43 4.49 4.96 6-10 2-9

Ukuran Saringan

Presentasi Lolos Saringan Komposisi Gabungan AgregatAgregat Pecah Agregat Pecah

Gradasi GabunganKasar Sedang Halus Kasar

Perhitungan Gabungan AgregatJenis Campuran Hot Rolled Sheet - Senjang - Base

Agregat Tateli

WC BASE

HRS SENJANGSedang Halus

[ mm ] [ gr ] [ gr ] [ gr ] [ gr ] [ gr ] [ gr ]

Page 38: Laporan Ppj B-2 Fix-2

PRAKTIKUM PERKERASAN JALAN

Setelah didapatkan kadar aspal mula – mula (Pb), buat variasi aspal -1% dan -2%

dari aspal perkiraan (Pb) dan +1% dan +2% dari aspal perkiraan (Pb).

Berdasarkan hasil perhitungan kadar aspal, hitung komposisi agregat untuk

masing – masing variasi kadar aspal (hasil perhitungan kadar aspal dan komposisi

masing – masing campuran lihat pada hasil perhitungan.

1. Membuat benda uji untuk pengujian Marshall

Panaskan agregat dan aspal sesuai dengan komposisi masing – masing benda uji

dai hasil perhitungan kadar aspal dan komposisi agregat.

Agregat dan aspal dipanaskan dalam wadah yang berbeda dan tuangkan aspal yang

sudah dipanaskan kedalam agregat

yang telah mencapai suhu

pemanasan.

Suhu campuran pemadatan di

tentukan sebagai berikut:

KELOMPOK B2-2015 38

MenurutASTM

10 20 70 1001" 25.400 100.0 100.0 100.0 10.00 20.00 70.00 100.00

3/4" 19.100 100.0 100.0 100 10.00 20.00 70.00 100.00 100 1001/2 " 12.700 22.1 92.6 100 2.21 18.51 70.00 90.73 90-100 90-100 %CA3/8 " 9.525 1.6 69.6 100 0.16 13.92 70.00 84.08 75-85 65-90# 4 4.760 0.7 5.5 97.5 0.07 1.10 68.23 69.41# 8 2.380 0.6 2.3 76.3 0.06 0.47 53.42 53.95 50-72 35-55# 16 1.190 0.6 2.3 51.5 0.06 0.46 36.07 36.59# 30 0.590 0.6 2.3 32.7 0.06 0.45 22.87 23.38 35-60 15-35 %FA# 50 0.297 0.5 2.2 18.7 0.05 0.44 13.11 13.61# 100 0.149 0.5 2.2 10.1 0.05 0.43 7.10 7.58# 200 0.075 0.5 2.1 6.4 0.05 0.43 4.49 4.96 6-10 2-9 %FF

Rumus:

%CA= 46.05%FA= 46.37%FF= 4.96

konstanta 2-3 diambil 3Pb 7.59187 diambil 7.5 %

[ gr ] WC BASE[ mm ] [ gr ] [ gr ] [ gr ] [ gr ] [ gr ]

Halus

Perhitungan Gabungan AgregatJenis Campuran Hot Rolled Sheet - Senjang - Base

Agregat Tateli

Ukuran Saringan

Presentasi Lolos Saringan Komposisi Gabungan Agregat

HRS SENJANGAgregat Pecah Agregat Pecah

Gradasi GabunganKasar Sedang Halus Kasar Sedang

dimana :

Penentuan Kadar Aspal Perkiraan :

Pb = 0,035 (CA) + 0,045 (FA) + 0,18 (FF) + Konstanta

Perhitungan kadar aspal mula-mula

Pb = 0,035 (%CA) + 0,045 (%FA) + 0,18 (%FF) + Konstanta

Page 39: Laporan Ppj B-2 Fix-2

PRAKTIKUM PERKERASAN JALAN

Gambar Proses Penubukan Benda Uji

Pemanasan agregat 150o C

Pemanasan aspal 150o C

Suhu campuran 150o C

Suhu pemadatan 150o C

Aduklah dengan cepat dengan mempertahankan masih di dalam rentang suhu

pemadatan sampai agregat terselimuti aspal secara merata.

Bersihkan cetakan dan muka alat penumbuk dari kotoran yang melekat.

Letakkan cetakan diatas landasan dengan pemegang cetakan dan letakkan selembar

kertas pada dasar cetakan kemudian masukkan campuran kedalamnya dan tusuk –

tusuk dengan spatula sebanyak 25 kali menurut arah mata angin diakhiri pada

bagian tengah agar campuran terbagi secara merata dalam cetakan, letakkan kertas

diatas sampel supaya sampel tidak menempel pada alat penumbuk.

Padatkan campuran benda uji dengan 2 x 75 tumbukan (atas dan bawah ditumbuk

75 x secara bergantian).

Lepaskan alas kertas (pada dasar dan atas

campuran) dan keluarkan benda uji dengan alat

extruder kemudian diamkan dalam ruangan selama 24 jam dan beri tanda setiap

sampel.

2. Analisis Volumetric Campuran

Menghitung berat jenis maksimum campuran

Menghitung benda uji untuk mendapatkan volume

Timbang di udara

Timbang dalam air

Timbang dalam kondisi SSD

Menghitung berat jenis bulk (berat / volume)

Menghitung rongga (VIM, VMA, VFB)

3. Uji Tekan Marshall

Untuk menentukan ketahanan (stability) terhadap

kelelehan plastis (flow) dari campuran aspal.

Ketahanan (stability) adalah kemampuan campuran aspal untuk menerima beban

sampai terjadi kelelehan plastis.

KELOMPOK B2-2015 39

Gambar Alat dan Bahan praktikum Hot-Mix

Page 40: Laporan Ppj B-2 Fix-2

PRAKTIKUM PERKERASAN JALAN

Gambar Hasil Benda Uji Mix Design

Kelelehan plastis (flow)

adalah keadaan perubahan

bentuk suatu campuran

aspal yang terjadi akibat

suatu beban sampai batas

runtuh.

VIM (Void in Mix) yaitu Rongga udara

dalam campuran dimana terdapat ruang

diantara partikel yang terselimuti oleh

aspal.

VMA (Void in the Mineral Aggregate)

yaitu Rongga dianatar mineral agregat

dimana terdapat ruang di antara partikel

agregat pada suatu perkerasan beraspal, termasuk rongga udara dan volume aspal

efektif (tidak termasuk volume aspal yang diserap agregat.

VFB (Void Filled by Bitumen) yaitu Volume rongga terisi aspal.

C. Prosedur Percobaan

1. Bersihkan benda uji dari kotoran yang menempel dan beri kode.

2. Timbang di udara

3. Rendam benda uji dalam wadah perendaman selama ≥ 60 menit dalam suhu ruangan.

4. Timbang benda uji dalam air.

5. Keringkan permukaan benda uji.

6. Timbang benda uji dalam kondisi kering permukaan jenuh air (SSD).

7. Rendam benda uji dalam water bath selama 30 menit dengan suhu 60° C

8. Keluarkan benda uji dan masukkan dalam breaking head.

9. Pasang arloji pengukur kelelehan (flow) pada kedudukannya diatas salah satu

penuntun dan atur kedudukan jarum penunjuk pada pada angka nol.

10. Sebelum pembebanan diberikan, Breaking head serta benda ujinya dinaikkan

sehingga menyentuh alas proving ring.

11. Atur jarum arloji tekan pada kedudukan angka nol.

12. Berikan pembebanan kepada benda uji dengan kecepatan tetap selama 50 mm per

menit sampai pembebanan maksimum tercapai, atau pembebanan menurun seperti

KELOMPOK B2-2015 40

Gambar Hasil Benda Uji Mix Design

Gambar Pengujian Marshall

Page 41: Laporan Ppj B-2 Fix-2

PRAKTIKUM PERKERASAN JALAN

yang ditunjukkan oleh jarum arloji tekan dan catat pembebanan maksimum yang

dicapai.

13. Lepaskan selubung tangkai arloji kelelehan pada saat pembebanan maksimum dan

catat nilai kelelehan yang di tunjukkan oleh jarum arloji kelelehan

14. Catat nilai kelelehan (flow) yang ditunjukkan oleh jarum arloji pengukur pada saat

pembebanan maksimum tercapai.

Tabel Ketentuan Sifat-Sifat Campuran Lataston

e. Perhitungan

Terlampir !!!

KELOMPOK B2-2015 41

Page 42: Laporan Ppj B-2 Fix-2

PRAKTIKUM PERKERASAN JALAN

PENJELASAN TABEL HASIL MARSHALL TEST

Proporsi campuran (% berat terhadap total campuran), diperoleh dari perhitungan

perbandingan dan masing-masing agregat yakni batu pecah kasar = a, batu pecah sedang =

b, abu batu = c, pasir = d.

Kolom A, kadar aspal penetrasi 60/70 (%)

Kolom B, berat jenis bulk agregat

Bulk S.G agregat =

Kolom C, berat jenis effektif agregat

EffectiveS.Gagregat=

Kolom D, Bulk Specific Gravity Maximum, dengan rumus sebagai berikut :

KELOMPOK B2-2015 42

Page 43: Laporan Ppj B-2 Fix-2

PRAKTIKUM PERKERASAN JALAN

Bulk S.G max =

Kolom E, berat benda uji di udara (gram)

Kolom F, berat benda uji dalam air (gram)

Kolom G, berat SSD (Saturade surface dry) benda uji (gram)

Kolom H, Volume benda uji, dengan rumus sebagai berikut :

Volume = berat ssd – berat dalam air

Kolom I, Bulk Specific Gravity campuran, dengan rumus sebagai berikut :

Bulk S.G camp =

Kolom J, Rongga antar mineral agregat (VMA), dengan rumus sebagai berikut :

VMA =

Kolom K, Rongga udara dalam campuran (VIM), dengan rumus sebagai berikut :

VIM =

Kolom L,VFB

Kolom M, stabilitas dibaca

Kolom N, stabilitas dikalibrasi

Nilai stabilitas dikalibrasi adalah stabilitas dibaca yang dikalikan dengan faktor kalibrasi

alat yakni 2,5323

Kolom O, stabilitas yang disesuaikan dibaca yang dikalikan dengan angka korelasi

volume benda uji.

Kolom P, flow (mm)

KELOMPOK B2-2015 43

Page 44: Laporan Ppj B-2 Fix-2

PRAKTIKUM PERKERASAN JALAN

Flow adalah kelelehan plastis. Nilainya adalah yang terbaca pada dial penunjuk flow

alat Marshall yang dikalikan 0.01.

Kolom Q, hasil Bagi Marshall (Marshall Quotient) (Kg/mm).

Kolom T, penyerapan aspal (%)

METODE PRD ATAU KEPADATAN MUTLAK

PADA CAMPURAN BERASPAL PANAS

(British Standard ( BS-598 : Part 104 )

I. Tujuan

untuk mendapatkan rongga dalam campuran sebesar minimum 3% pada akhir umur

rencana untuk menghindarkan terjadinya deformasi plastis pada lapisan beraspal.

II. Peralatan

1. PRD split mold dan alas

2. Vibrating Hammer 220 volt

3. Small tamping foot 102 mm

4. Large tamping foot 146 mm

5. 300 mm shak, untuk tamping foot

III. Persiapan Benda Uji

1. Keringkan masing-masing fraksi agregat pada temperature 105˚C-

110˚C ,sekurang-kurangnya 4 jam di dalam oven.

2. Keluarkan masing-masing fraksi agregat dari oven dan tunggu sampai beratnya

tetap.

3. Lakukan penyaringan pada masing-masing fraksi agregat dan lakukan

penimbangan untuk memperoleh gradasi agregat campuran yang dikehendaki.

4. Lakukan pengujian kekentalan untuk memperoleh temperaturpencampuran dan

pemadatan.

5. Siapkan agregat campuran sesuai Butit iii sebanyak ±2500 garam sehingga

menghasilkan tinggi benda uji kira-kira 63,5 mm ± 1.27 mm ( 2,5 ± 0,05 inc )

KELOMPOK B2-2015 44

Page 45: Laporan Ppj B-2 Fix-2

PRAKTIKUM PERKERASAN JALAN

kemudian panaskan agregat campuran untuk setiap benda uji tersebut pada

temperatur 28˚C di atas temperatur pencampuran dan sekurang-kurangnya 4 jam

di dalam oven.

6. Panaskan Aspal sampai mencapi kekentalan ( viskositas ) yang disyaratkan untuk

pencampuran seperti di perlihatkan pada tabel 2.

7. Panaskan wadah pencampuran kira-kira 28˚C diatas temperatur pencampuran di

atas aspal.

8. Masukan agregat campuran yang telah telah dipanaskan kedalam wadah

pencampuran.

9. Tuangkan aspal yang sudah mencapai tingkat kekentalan seperti pada Tabel 2.

Sebanyak yang dibutuhkan kedalam agregat campuran yang sudah

dipanaskan,Kemudian aduk dengan cepat sampai agregat terselimuti aspal secara

merata.

IV. Prosedur Pengujian

1. Bersihkan perlengkapan cetakan berdiameter 152,1 mm untuk benda uji serta

bagian telapak penumbuk dengan seksama dan panaskan sampai temperatur

antara 90˚C-150˚C.

2. Letakan cetakan benda uji tersebut di atas alas cetakan dan longgarkan kedua

bautnya, oleskan vaselin pada bagian dalam cetakan kemudian letakan kertas

saring atau kertas penghisap dengan ukuran yang sesuai dengan ukuran dasar

cetakan.

3. Masukan seluruh campuran beraspal panas untuk campuran beraspal yang

dibuat dilaboratorium atau campuran beraspal panas untuk campuran beraspal

dari pusat dari Pusat Pencampuran Aspal kedalam cetakan dan tusuk-tusuk

campuran dengan spatula yang telah dipanaskan sebanyak 15 kali si sekeliling

pinggiranya dan 10 kali dibagian tengahnya.

4. Letakan kertas saring atau kertas penghisap diatas permukaan benda uji dengan

ukuran yang sesuai dengan ukuran cetakan.

KELOMPOK B2-2015 45

Page 46: Laporan Ppj B-2 Fix-2

PRAKTIKUM PERKERASAN JALAN

5. Padatkan campuran beraspal dengan menggunakan alat pemadat getar listrik.

Pertama menggunakan telapak penumbuk yang berukuran 100 mm sebanyak 8

(delapan) posisi penumbukan dan masing-masing posisi selama 6 detik dengan

urutan penumbukan.

6. Lakukan penumbukan pada kedelapan posisi sesuai Butir (2).(5). Diatas secara

Berulang sehingga jumlah penumbukan untuk masing-masing posisi sebanyak

5 (lima) kali atau total waktu yang diperlukan untuk masing-masing posisi

adalah 5 x 6 detik.

7. Ganti telapak penumbuk dengan menggunakan telapak penumbuk yang

berukuran 150 mm dan kemudian padatkan lagi selama 6 detik untuk

mendapatkan permukaan atas benda uji menjadi rata.

8. Keluarkan benda uji dari cetakan kemudian balikan dan selanjutnya letakan

kertas saring atau kertas penghisap diatas permukaan benda uji dengan ukuran

yang sesuai dengan ukuran cetakan serta padatkan –padatkan dengan urutan

penumbukan dan jumlah waktu penumbukan.

9. Keluarkan benda uji dengan hati-hati dan letakan diatas permukaan yang rata

dan biarkan selama kira-kira 24 jam pada suhu ruang.

10. Bila diperlukan pendingainan yang lebih cepat dapat digunakan kipas angin

meja

11. Lakukan penimbangan sesuai dengan butir.

Penimbangan

1. Bersihkan benda uji dari butiran-butiran halus yang lepas dengan menggunakan

kuas kemudian beri label yang jelas.

2. Ukuran tinggi benda uji dengan ketelitian 0,1 mm (0,004 inc) dan bila benda

tinggi benda uji kurang atau kebih dari persyaratan maka benda uji tersebut

tidak boleh digunakan dan harus dibuat kembali sebagai pengganti.

3. Catat tebal dan berat benda uji yang diperoleh formulir yang sudah disediakan .

4. Timbangan benda uji di udara = A gram

5. Timbangan benda uji di dalam air = B gram

6. Keringkan permukaan benda uji dengan kain lap sampai mencapai kering

7. Permukaan jenuh ,kemudian ditimbang = C gram

8. Hitung besaran kepadatan mutlak sesuai dengan rumus

KELOMPOK B2-2015 46

Page 47: Laporan Ppj B-2 Fix-2

PRAKTIKUM PERKERASAN JALAN

V. Pelaporan

KESIMPULAN DAN SARAN

Dari hasil percobaan yang dilakukan terdapat dua bagian pokok yang perlu diperhatikan,

yakni:

Pemeriksaan Aspal apakah layak digunakan dari uji titik lembek, titik nyala, titik

bakar, daktilitas, dan penetrasi.

Apakah material layak digunakan melalui pemeriksaan berat jenis, analisa saringan,

dan abrasi.

KESIMPULAN UNTUK PENGUJIAN MATERIAL

1. PEMERIKSAAN BERAT JENIS DAN PENYERAPAN AIR

Syarat penyerapan untuk Agregat Kasar dan Agregat Halus adalah maksimum 3% dari

percobaan diperoleh nilai rata-rata:

Untuk Agregat Kasar:

Berat Jenis Bulk = 2.330

Berat Jenis SSD = 2.372

Berat Jenis Semu = 2.433

Penyerapan Agregat =1.821 %

Untuk Agregat Sedang:

Berat Jenis Bulk = 2.376

Berat Jenis SSD = 2.422

Berat Jenis Semu = 2.489

KELOMPOK B2-2015 47

Page 48: Laporan Ppj B-2 Fix-2

PRAKTIKUM PERKERASAN JALAN

Penyerapan Agregat =1.905 %

Untuk Agregat Halus:

Berat Jenis Bulk = 2.545

Berat Jenis SSD = 2579

Berat Jenis Semu = 2.634

Penyerapan Agregat = 1.338

2. PEMERIKSAAN ANALISA SARINGAN

Percobaan ini berguna untuk menetukan pendistribusian ukuran material yang akan

digunakan dalam mix design. Agar nilai presentase material yang tertahan dapat akurat

maka sebaiknya ditimbang dengan saringan. Selain mudah, pekerjaan dapat dipercepat

dengan ketelitian yang tinggi.

3. PENGUJIAN IMPACT TEST

Dari percobaan Impact didapat presentase kekuatan agregat terhadap tumbukan

sebesar15.39 % berarti percobaan tersebut tidak memenuhi spesifikasi.

4. PEMERIKSAAN KEAUSAN AGREGAT DENGAN MESIN LOS ANGELES

Hasil dari percobaan kami terhadap keausan agregat menggunakan Los Angeles

dan untuk campuran HRS-Senjang-Base maka pemeriksaan keausan agregat dianggap

telah memenuhi spesifikasi.

5. PEMERIKSAAN PENETRASI

Dari pemeriksaan penetrasi antara 60-70, diperoleh nilai rata-rata penetrasi aspal

sebesar 64.6. Hal ini menunjukan bahwa aspal yang digunakan memenuhi syarat sebagai

aspal penetrasi 60-70

6. PEMERIKSAAN TITIK LEMBEK

Dari hasil percobaan diperoleh nilai titik lembek rata-rata 50OC. Hasil ini

menunjukan bahwa percobaan titik lembek telah memenuhi spesifikasi yaitu 48-58. Aspal

dengan titik lembek rendah kurang baik untuk digunakan di daerah bercuaca panas. Aspal

dengan titik lembek tinggi kurang peka terhadap perubahan tempratur dan lebih baik

untuk bahan pengikat konstruksi perkerasan.

KELOMPOK B2-2015 48

Page 49: Laporan Ppj B-2 Fix-2

PRAKTIKUM PERKERASAN JALAN

7. PEMERIKSAAN TITIK NYALA DAN TITIK BAKAR

Syarat titik nyala untuk aspal 60/70 minimum 225OC, hasil pecobaan titik nyala

adalah 242OC jadi aspal memenuhi syarat titik nyala. Dan titik bakar untuk aspal 60/70

Max. 360OC, hasil percobaan titik bakar adalah 308OC jadi aspal memenuhi syarat untuk

titik bakar. Bila aspal dipanaskan melebihi titik bakarnya, maka aspal tersebut akan

terbakar. Sementara bila dipanaskan melebihi titik nyala aspal maka aspal tersebut sudah

rusak dan tidak dapat digunakan

8. PEMERIKSAAN DAKTILITAS

Syarat daktilitas untuk aspal berpenetrasi 60/70 adalah minimum 100 cm. Hasil

percobaan daktilitas adalah 9.7 cm dengan elastisitas 3%

SARAN:

Fasilitas Laboratorium sudah banyak diperbaharui, secara berkala ditingkatkan lagi agar

semakin menunjang pelaksanaan praktikum di laboratorium.

Untuk mahasiswa yang akan mengikuti praktikum harus memperhatikan prosedur

pelaksanaan praktikum dengan teliti agar hasil yang diperoleh sesuai dengan standar atau

spesifikasi.

Mahasiswa juga harus lebih memperhatikan arahan-arahan yang diberikan oleh asisten

laboratorium agar praktikum boleh berjalan dengan baik dan lancar.

KELOMPOK B2-2015 49

Page 50: Laporan Ppj B-2 Fix-2

PRAKTIKUM PERKERASAN JALAN

PENGUJIAN KEKUATAN AGREGAT

TERHADAP TUMBUKAN

(Aggregate Impact Value)

(BS 812 : Part 3 : 1975)

Sumber Material : Tateli

Kelompok : B1

Pengukuran IndeksSampel

A (gr) B (gr)

Berat Wadah/Cup W1 1575.5 1575.5

Berat Wadah + Sampel (setelah dipadatkan) W2 2107. 6 2098.6

Berat Awal SampelA’ = W2 -

W1

532.1 523.1

Setelah Tumbukan dan Saring 1 Menit

Berat Sampel LEWAT saringan 2,36 mm

Berat Sampel TERTAHAN saringan 2,36

mm

B

C

83.6

447.8

78.7

444.1

Total A = B + C 531. 4 522.8

Selisih Total dengan berat awal (<1 gr) A – A’ -0.7 -0.3

Aggregate Impact Value (AIV) B/A (%) 15.73% 15.05 %

Rata-rata AIV 15.39 %

KELOMPOK B2-2015 50

Page 51: Laporan Ppj B-2 Fix-2

PRAKTIKUM PERKERASAN JALAN

PENGUJIAN KEAUSAN AGREGAT DENGAN ALAT ABRASI

LOS ANGELES

(Los Angeles Abrasion Test)

(AASTHO T-96-87/SNI 03-2417-1991)

Sumber Material : Tateli

Kelompok : B1

PENGUJIAN PENETRASI BAHAN-BAHAN BITUMEN

(Penetration of Bituminous Materials)

(AASTHO T-49-89/ASTM D-5-86/SNI 06-2456-1991)

KELOMPOK B2-2015 51

Fraksi yang dipakai : FRAKSI B

Gradasi Pemeriksaan Berat Sampel

Saringan (mm) 100 putaran 400 putaran

Lolos Tertahan I II I II

76.2 63.5 - -63.5 50.8 - -50.8 37.5 - -37.5 25.4 - -25.4 19 - -19 12.5 2500 2500

4349.5 4575.112.5 9.5 2500 25009.5 6.3 - -6.3 4.75 - -4.75 2.38 - -

Jumlah Berat (A) 5000 5000 4349.5 4575.1

Berat Tertahan Saringan No. 12 (B) 4349.5 4575.1 2629.5 2885.6

A – B 650.5 428.9 1720 1685.5

Presentase Keausan 13.0 8.5 39.5 36.9

Rata-rata (%) 10.8 38.2

Page 52: Laporan Ppj B-2 Fix-2

PRAKTIKUM PERKERASAN JALAN

PENGUJIAN TITIK LEMBEK ASPAL DAN TER

(Softening Point with Ring and Ball Test)

(SNI M-20-1990-F/AASHTO T-53-89 / ASTM D-36-70)

KELOMPOK B2-2015 52

Page 53: Laporan Ppj B-2 Fix-2

PRAKTIKUM PERKERASAN JALAN

PERCOBAAN TITIK NYALA DAN TITIK BAKAR

DENGAN CLEVELAND OPEN CUP

(AASHTO T-48-89 / ASTM D-92-78 / SNI 06-2433-1991)

KELOMPOK B2-2015 53

Page 54: Laporan Ppj B-2 Fix-2

PRAKTIKUM PERKERASAN JALAN

DAKTILITAS BAHAN-BAHAN BITUMEN

(DUCTILITY of BITUMINOUS MATERIALS)(AASHTO T-51-74 / AASTM D-113-69 / SNI 06-2432-1991)

KELOMPOK B2-2015 54

Page 55: Laporan Ppj B-2 Fix-2

PRAKTIKUM PERKERASAN JALAN

PENGUJIAN BERAT JENIS DAN PENYERAPAN AIR

(Specific Gravity and Absorption)

-AGREGAT KASAR-

KELOMPOK B2-2015 55

Page 56: Laporan Ppj B-2 Fix-2

PRAKTIKUM PERKERASAN JALAN

(AASTHO T-85-88 / SNI 03-1969-1990)

Jenis Material : Batu Pecah Kasar

Sumber Material : Tateli

Kelompok : B-1

Lokasi Sumber Material ; TateliKelompok : B1 & B2

Indeks/Formula 1 2 1 2 1 2A 2525.1 2533.8 2986.8 2993.1 2983.3 2986.9

Berat contoh Jenuh Air Kering Permukaan B 2569.6 2586.2 3039.7 3040.9 3039.5 3042C 1499 1505.1 1758.8 1757.7 1745.8 1746.7

A/(B-C) 2.359 2.344 2.332 2.333 2.306 2.306Rata-rata

Rata-rata 3 percobaan

B/(B-C) 2.400 2.392 2.373 2.370 2.349 2.348Rata-rata

Rata-rata 3 percobaan

A/(A-C) 2.461 2.463 2.432 2.423 2.411 2.408Rata-ata

Rata-rata 3 percobaan

(B-A)/A x 100% 1.762 2.068 1.771 1.597 1.884 1.845Rata-rata

Rata-rata 3 percobaan

DeskripsiPercobaan 1 Percobaan 2 Percobaan 3

Pemeriksaan Berat Jenis dan Penyerapan AirUntuk Agregat Pecah Kasar

LABORATORIUM TRANSPORTASI

Fakultas TeknikUnivesitas Sam Ratulangi

2.351

2.396

2.332

2.371

2.330

2.462

1.915

2.428

1.684

Berat Contoh Kering

Berat Contoh Dalam Air

Berat Jenis Semu

Penyerapan Air

1.821

2.306

2.349

2.410

1.864

2.433

2.372

Berat Jenis Bulk Kering Oven

Berat Jenis Bulk Jenuh Air Kering Permukaan

PENGUJIAN BERAT JENIS DAN PENYERAPAN AIR

(Specific Gravity and Absorption)

-AGREGAT KASAR-

KELOMPOK B2-2015 56

Page 57: Laporan Ppj B-2 Fix-2

PRAKTIKUM PERKERASAN JALAN

(AASTHO T-85-88 / SNI 03-1969-1990)

Jenis Material : Batu Pecah Sedang

Sumber Material : Tateli

Kelompok : B-1

Lokasi Sumber Material : TateliKelompok : B1 & B2

Indeks/Formula 1 2 1 2 1 2Berat Contoh Kering A 2182.7 2257.2 2999.6 2976.1 2958.9 2958Berat contoh Jenuh Air Kering Permukaan B 2224 2305.5 3059.9 3014.8 3020.9 3017Berat Contoh Dalam Air C 1313.4 1359.7 1800.1 1758.8 1764.7 1768.5

A/(B-C) 2.397 2.387 2.381 2.370 2.355 2.369Rata-rata

B/(B-C) 2.442 2.438 2.429 2.400 2.405 2.416Rata-rata

A/(A-C) 2.511 2.515 2.501 2.445 2.478 2.487Rata-ata

(B-A)/A x 100% 1.892 2.140 2.010 1.300 2.095 1.995Rata-rata

DeskripsiPercobaan 1

Pemeriksaan Berat Jenis dan Penyerapan AirUntuk Agregat Pecah sedang

LABORATORIUM TRANSPORTASI

Fakultas TeknikUnivesitas Sam Ratulangi

Berat Jenis Bulk Kering Oven2.392

Berat Jenis Bulk Jenuh Air Kering Permukaan2.440

Berat Jenis Semu

Penyerapan Air

Percobaan 2 Percobaan 3

2.3622.3762.375

1.905

2.4112.422

2.4822.489

1.655 2.045

2.415

2.4732.513

2.016

PENGUJIAN BERAT JENIS DAN PENYERAPAN AIR

(Specific Gravity and Absorption)

-AGREGAT HALUS-

KELOMPOK B2-2015 57

Page 58: Laporan Ppj B-2 Fix-2

PRAKTIKUM PERKERASAN JALAN

(AASTHO T-84-88 / SNI 03-1969-1990)

Jenis Material : Pasir

Sumber Material : Tateli

Kelompok : B-1

No. Pengukuran IndeksSampel (gr)

A B

1. Berat Benda Uji 500 500

2. Berat Piknometer 175.7 166.9

3. Berat Piknometer + Air B 671.2 662.4

4. Berat Piknometer + Benda Uji SSD 500 gr + Air Bt 977.2 968.6

5. Berat Benda Uji Kering Oven Bk 493 493.8

6. Berat Jenis Bulk 2.541 2.548

2.545

7. Berat Jenis SSD 2.577 2.580

2.579

8. Berat Jenis Semu 2.636 2.632

2.634

9. Penyerapan 1.42% 1.256%

1.338%

KELOMPOK B2-2015 58

Page 59: Laporan Ppj B-2 Fix-2

PRAKTIKUM PERKERASAN JALAN

J e n i s M a t e r i a l : Batu Pecah KasarLokasi Sumber Material : Tateli

5112.4 Gr. 5072.5 Gr.5082.4 Gr. 5058.2 Gr.

Berat Berattertahan Rata-rata tertahan

tiap (A) & (B) tiapsaringan saringan

Menurut Berat % lolos Berat % lolosASTM tertahan ( A ) tertahan ( B )

1" 25.400 0.0 0.0 0.0 100.0 100 0.0 0.0 0.0 100.0

3/4" 19.100 0.0 0.0 0.0 100.0 100.0 0.0 0.0 0.0 100.0

1/2 " 12.700 3965.2 3965.2 77.6 22.4 22.1 3960.3 3960.3 78.1 21.9

3/8 " 9.525 1055.6 5020.8 98.2 1.8 1.6 1034.5 4994.8 98.6 1.4

# 4 4.760 47.3 5068.1 99.1 0.9 0.7 46.4 5041.2 99.5 0.5

# 8 2.380 3.2 5071.3 99.2 0.8 0.6 2.9 5044.1 99.5 0.5

# 16 1.190 1.4 5072.7 99.2 0.8 0.6 1.2 5045.3 99.6 0.4

# 30 0.590 1.6 5074.3 99.3 0.7 0.6 1.4 5046.7 99.6 0.4

# 50 0.297 3.6 5077.9 99.3 0.7 0.5 3.4 5050.1 99.7 0.3

# 100 0.149 1.7 5079.6 99.4 0.6 0.5 1.5 5051.6 99.7 0.3

# 200 0.075 1.2 5080.8 99.4 0.6 0.5 0.9 5052.5 99.7 0.3

1.1 5081.9 1.0 5053.530 5111.9 14.3 5067.8

Catatan Keterangan : DiperiksaProyek : Oleh :Pek. : Tanggal :

ANALISA SARINGAN( AASHTO T 27-74 / ASTM d 136-46 / SNI 03-1968-1990 )

Berat awal ( A ) : Berat awal ( B ) :Berat saring basah ( A ) : Berat saring basah ( B ) :

Ukuran Saringan Kumulatif Kumulatif

[ mm ] [ gr ] % tertahan % lolos [ gr ] % tertahan

PANTercuci

0.07

5 #2

00

0.14

9 #1

00

0.29

7 #5

0

0.59

0 #3

0

1.19

0 #1

6

2.38

0 #8

4.76

0 #4

9.52

5 3/

8"

12,5

1/

2"

19.0

50

3/4"

25.4

00

1"

0

10

20

30

40

50

60

70

80

90

100

Pro

se

ntas

i lo

los

sar

inga

n (

% )

Ukuran Saringan ( mm )

KELOMPOK B2-2015 59

Page 60: Laporan Ppj B-2 Fix-2

PRAKTIKUM PERKERASAN JALAN

J e n i s M a t e r i a l : SedangLokasi Sumber Material : Tateli

3075.6 Gr. 3060.5 Gr.3032 Gr. 2981.3 Gr.

Berat Berattertahan Rata-rata tertahan

tiap (A) & (B) tiapsaringan saringan

Menurut Berat % lolos Berat % lolosASTM tertahan ( A ) tertahan ( B )

1" 25.400 0 0.0 0.0 100.0 100.0 0.0 0.0 0.0 100.0

3/4 " 19.050 0 0.0 0.0 100.0 100.0 0.0 0.0 0.0 100.0

1/2" 12.700 227.8 227.8 7.4 92.6 92.6 224.4 224.4 7.4 92.6

3/8 " 9.525 706.8 934.6 30.4 69.6 69.6 693.9 918.3 30.4 69.6

# 4 4.760 1982.7 2917.3 94.9 5.1 5.5 1918.6 2836.9 94.1 5.9

# 8 2.380 99.5 3016.8 98.1 1.9 2.3 93.9 2930.8 97.2 2.8

# 16 1.190 2.3 3019.1 98.2 1.8 2.3 1.3 2932.1 97.2 2.8

# 30 0.590 0.8 3019.9 98.2 1.8 2.3 1.1 2933.2 97.2 2.8

# 50 0.297 1.8 3021.7 98.3 1.7 2.2 1.0 2934.2 97.3 2.7

# 100 0.149 2.1 3023.8 98.4 1.6 2.2 0.8 2935.0 97.3 2.7

# 200 0.075 1 3024.8 98.4 1.6 2.1 0.9 2935.9 97.3 2.7

5.6 3030.4 1.2 2937.143.6 3074.0 79.2 3016.3

Catatan Keterangan : DiperiksaProyek : Oleh :Pek. : Tanggal :

ANALISA SARINGAN( AASHTO T 27-74 / ASTM d 136-46 / SNI 03-1968-1990 )

Berat awal ( A ) : Berat awal ( B ) :Berat saring basah ( A ) : Berat saring basah ( B ) :

Ukuran Saringan Kumulatif Kumulatif

[ mm ] [ gr ] % tertahan % lolos [ gr ] % tertahan

PANTercuci

0.07

5 #2

00

0.14

9 #1

00

0.29

7 #5

0

0.59

0 #3

0

1.19

0 #1

6

2.38

0 #8

4.76

0 #4

9.52

5 3/

8"

12,5

19.0

50

3/4"

25.4

00

1"

0

10

20

30

40

50

60

70

80

90

100

Pro

se

ntas

i lo

los

sar

inga

n (

% )

Ukuran Saringan ( mm )

KELOMPOK B2-2015 60

Page 61: Laporan Ppj B-2 Fix-2

PRAKTIKUM PERKERASAN JALAN

J e n i s M a t e r i a l : HalusLokasi Sumber Material : Tateli

2249 Gr. 2233.2 Gr.2108.7 Gr. 2105 Gr.

Berat Berattertahan Rata-rata tertahan

tiap (A) & (B) tiapsaringan saringan

Menurut Berat % lolos Berat % lolosASTM tertahan ( A ) tertahan ( B )

1" 25.400 0 0 0 100.0 100 0 0 0 100.0

3/4 " 19.050 0 0 0 100.0 100 0 0 0 100.0

1/2" 12.700 0 0 0 100.0 100 0 0 0 100.0

3/8 " 9.525 0 0 0 100.0 100 0 0 0 100.0

# 4 4.760 57.2 57.2 2.5 97.5 97.5 56.0 56.0 2.5 97.5

# 8 2.380 463.1 520.3 23.1 76.9 76.3 485.1 541.1 24.2 75.8

# 16 1.190 558.3 1078.6 48.0 52.0 51.5 552.2 1093.3 49.0 51.0

# 30 0.590 426.6 1505.2 66.9 33.1 32.7 418.9 1512.2 67.7 32.3

# 50 0.297 313.7 1818.9 80.9 19.1 18.7 310.7 1822.9 81.6 18.4

# 100 0.149 194.8 2013.7 89.5 10.5 10.1 190.2 2013.1 90.2 9.8

# 200 0.075 84.3 2098.0 93.3 6.7 6.4 82.7 2095.8 93.9 6.1

10.4 2108.4 8.7 2104.5140.3 2248.7 128.2 2232.7

Catatan Keterangan : DiperiksaProyek : Oleh :Pek. : Tanggal :

ANALISA SARINGAN( AASHTO T 27-74 / ASTM d 136-46 / SNI 03-1968-1990 )

Berat awal ( A ) : Berat awal ( B ) :Berat saring basah ( A ) : Berat saring basah ( B ) :

Ukuran Saringan Kumulatif Kumulatif

[ mm ] [ gr ] % tertahan % lolos [ gr ] % tertahan

PANTercuci

0.07

5 #2

00

0.14

9 #1

00

0.29

7 #5

0

0.59

0 #3

0

1.19

0 #1

6

2.38

0 #8

4.76

0 #4

9.52

5 3/

8"

12,5

19.0

50

3/4"

25.4

00

1"

0

10

20

30

40

50

60

70

80

90

100

Pro

se

ntas

i lo

los

sar

inga

n (

% )

Ukuran Saringan ( mm )

KELOMPOK B2-2015 61

Page 62: Laporan Ppj B-2 Fix-2

PRAKTIKUM PERKERASAN JALAN

HASIL PENGUJIAN MARSHALL CAMPURAN BERASPAL PANAS

KELOMPOK B2-2015 62

Page 63: Laporan Ppj B-2 Fix-2

PRAKTIKUM PERKERASAN JALAN

KELOMPOK B2-2015 63

Page 64: Laporan Ppj B-2 Fix-2

PRAKTIKUM PERKERASAN JALAN

KELOMPOK B2-2015 64

Page 65: Laporan Ppj B-2 Fix-2

PRAKTIKUM PERKERASAN JALAN

ALAT – ALAT YANG DIGUNAKAN DALAM PRAKTIKUM

`

KELOMPOK B2-2015 65

Alat Penetrasi Aspal

Saringan

Timbangan

Oven

Page 66: Laporan Ppj B-2 Fix-2

PRAKTIKUM PERKERASAN JALAN

KELOMPOK B2-2015 66

Sieve Shaker dan Saringan

Piknometer

Alat Marshall Test

Alat Pemisah (Spliter)

Page 67: Laporan Ppj B-2 Fix-2

PRAKTIKUM PERKERASAN JALAN

KELOMPOK B2-2015 67

Sendok, Sikat Kawat dan Kuas

Alat Impact Test

Alat Jatuh Bebas Otomatis (Untuk Mix)

Dongkrak

Page 68: Laporan Ppj B-2 Fix-2

PRAKTIKUM PERKERASAN JALAN

KELOMPOK B2-2015 68

Alat Untuk PRD Alat Untuk Daktilitas

Alat Los Angeles

Cone (kerucut) dan batang penumbuk

Alat Titik Nyala dan Titik Bakar