Laporan Pendahuluan Trauma Thoraks

26
LAPORAN PENDAHULUAN TRAUMA THORAKS A. DEFINISI a. Trauma adalah cedera/rudapaksa atau kerugian psikologis atau emosional (Dorland, 2002). b. Trauma adalah luka atau cedera fisik lainnya atau cedera fisiologis akibat gangguan emosional yang hebat (Brooker, 2001). c. Trauma adalah penyebab kematian utama pada anak dan orang dewasa kurang dari 44 tahun. Penyalahgunaan alkohol dan obat telah menjadi faktor implikasi pada trauma tumpul dan tembus serta trauma yang disengaja atau tidak disengaja (Smeltzer, 2001). Trauma dada adalah trauma tajam atau tembus thoraks yang dapat menyebabkan tamponade, jantung, perdarahan, pneumothoraks, hematothoraks, hematopneumothoraks. Trauma thorax adalah semua ruda paksa pada thorax dan dinding thorax, baik trauma atau ruda paksa tajam atau tumpul.Di dalam toraks terdapat dua organ yang sangat vital bagi kehidupan manusia, yaitu paru-paru dan jantung. Paru-paru sebagai alat pernapasan dan jantung sebagai alat pemompa darah. Jika terjadi benturan atau trauma pada dada, kedua organ tersebut bisa mengalami gangguan atau bahkan kerusakan. Trauma dada kebanyakan di sebabkan oleh kecelakaan lalu lintas yang umumnya berupa trauma tumpul.trauma

Transcript of Laporan Pendahuluan Trauma Thoraks

laporan pendahuluanTRAUMA THORAKS

A. DEFINISIa. Trauma adalah cedera/rudapaksa atau kerugian psikologis atau emosional (Dorland, 2002).b. Trauma adalah luka atau cedera fisik lainnya atau cedera fisiologis akibat gangguan emosional yang hebat (Brooker, 2001).c. Trauma adalah penyebab kematian utama pada anak dan orang dewasa kurang dari 44 tahun. Penyalahgunaan alkohol dan obat telah menjadi faktor implikasi pada trauma tumpul dan tembus serta trauma yang disengaja atau tidak disengaja (Smeltzer, 2001). Trauma dada adalah trauma tajam atau tembus thoraks yang dapat menyebabkantamponade,jantung, perdarahan, pneumothoraks, hematothoraks,hematopneumothoraks.Trauma thorax adalah semua ruda paksa pada thorax dan dinding thorax, baik trauma atau ruda paksa tajam atau tumpul.Di dalam toraks terdapat dua organ yang sangat vital bagi kehidupan manusia, yaitu paru-paru dan jantung. Paru-paru sebagai alat pernapasan dan jantung sebagai alat pemompa darah. Jika terjadi benturan atau trauma pada dada, kedua organ tersebut bisa mengalami gangguan atau bahkan kerusakan. Trauma dada kebanyakan di sebabkan oleh kecelakaan lalu lintas yang umumnya berupa trauma tumpul.trauma tajam terutama di sebabkan oleh tikaman dan tembakan.cidera toraks sering d sertai dengan cidera perut,kepala,dan extremitas sehingga merupakan cidera majemuk. Cidera dada yang memerlukantindakan darurat adalah abstruksi jalan nafas,hemotoraks besar,tamponade jantung,penemo instabil,penemo toraks desak,dada gail (flail ches,dada in stabil) penemo toraks terbuka,dan kebocoran udara trakea bronkus .semua kelainan ini menyebabkan gawat dada atau toraks akut yang analog dengan gawat perut dalam bahwa diagnosis harus di tegakkan secepat mungkin dan penanganan di lakukan segera untuk mempertahankan pernafasan,fentilasi paru,dan pendarahan. Sering tindakan di perlikan untuk menyelamatkan penderita bukan merupakan tindakan operasi seperti membebaskan jalan nafas, aspirasi rongga pleura, aspirasi rongga perikard, dan menutup sementara luka dada. Tetaapi kadang di perlukan thorakotomi darurat. Luka tembus di dada harus segara di tutup dengan jaitan yang kedap udara.

A. ANATOMI FISIOLOGIKerangka rongga toraks, merincing pada bagian atas torak dan berbentuk kerucut, terdiri dari sternum, 12 vertebra, 10 pasang iga yang terakhir di anterior dalam segmen tulang rawan, dan 2 pasang iga yang melayang. Kartilago dari enam iga pertama memisahkan artikulaso dari sternum; katilago ketujuh sampai sepuluh berfungsi membentuk kostal-kostal sebelum menyambung pada tepi bawah sternum. Perluasan rongga pleura di atas klavikula dan atas organ dalam abdomen penting untuk dievaluasi pada luka tusuk.

Muskulatur. Muskulus-muskulus pektoralis mayor dan minor merupakan muskulus utama dinding anterior toraks. Muskulus latisimus dorsi, trapezius, rhomboideus, dan muskulus gelang bahu lainnya membentuk palisan muskulus posterior dinding toraks. Tepi bawah muskulus pektoralis mayor membentuk lipatan/plika aksilaris anterior, lengkungan dan muskulus latisimus dorsi dan teres mayor membentuk lipatan/plika aksilaris posterior.

Pleura. Pleura adalah membrane aktif serosa dengan jaringan pembuluh arah dan limfatik. Di sana selalu ada pergerakan cairan, fagositosis debris,menambal kebocoran udara dan kapier. pleura viseralis menutup paru dan sifatnya tidak sensitive. pleura berlanjut sampai ke hilus dan mediastinum bersama pleura parietali, yang melapisi dinding dalam toraks dan diafragma. Kebalikan dengan pleura viseralis, pleura parietalis mendapatkan persarafan dari ujung saraf (nerveending); ketika terjadi penyakit atau cedera, mak timbul nyeri. Pleura parietalis memiliki ujung saraf untuk nyeri; hanya bila penyaki-penyakit menyebar ke pleura ini maka akan timbul. Pleura sedikit melebih tepi paru pada tiap arah dan sepenuhnya terisi dengan ekspansi paru-paru normal; hanya ruang potensial yang masih ada.

Ruang interkostal. Pleura parietalis hampir semua merupakan lapisan dalam, diikuti oleh tiga lapis muskulus-muskulus yang mengangkat iga selama respirasi tenang/normal. Vena, arteri nervus dari tiap rongga interkostal berada di belakang tepi bawah iga. Karena jarum torakosentetis atau klein yang digunakan untuk masuk ke pleura harus dipasang melewati bagian atas iga yang lebih bawah dari sela iga yang dipilih.Diafragma. Bagian muskular perifer berasal dari bagian bawah iga keenam dan kartilagokosta, dari vertebra lumbalis, dan dari lengkung lumbokostal; bagian muskular melengkung membentuk tendo sentral. Nervis frenikus mempersarafi motorik, interkostal bahwa mempersarafi sensorik. Diafragma yang naik setinggi putung susu, turut berperan sekitar 75% dari ventilasi paru-paru selama respirasi biasa/tenang.

B. ETIOLOGI DAN KLASIFIKASIa. Tension pneumothorak-trauma dadapada selang dada, penggunaan therapy ventilasi mekanik yang berlebihan, penggunaan balutan tekan pada luka dada tanpa pelonggaran balutan.b. Pneumothorak tertutup-tusukan pada paru oleh patahan tulang iga, ruptur oleh vesikel flaksid yang seterjadi sebagai sequele dari PPOM. Tusukan paru dengan prosedur invasif.c. Kontusio paru-cedera tumpul dada akibat kecelakaan kendaraan atau tertimpa benda berat.d. pneumothoraksterbuka akibat kekerasan (tikaman atau luka tembak)e. Fraktu tulang igaf. Tindakan medis (operasi)g. Pukulan daerah torak

C. PATOFISIOLOGIRongga dada terdiri dari sternum, 12 verebra torakal, 10 pasang iga yang berakhir di anterior dalam segmen tulang rawan dan 2 pasang iga yang melayang. Di dalam rongga dada terdapat paru-paru yang berfungsi dalam sistem pernafasan. Apabila rongga dada mengalami kelainan, maka akan terjadi masalah paru-paru dan akan berpengaruh juga bagi sistem pernafasan. Akibat trauma dada disebabkan karena: Tension pneumothorak cedera pada paru memungkinkan masuknya udara (tetapi tidak keluar) ke dalam rongga pleura, tekanan meningkat, menyebabkan pergeseran mediastinum dan kompresi paru kontralateral demikian juga penurunan aliran baik venosa mengakibatkan kolapnya paru. Pneumothorak tertutup dikarenakan adanya tusukan pada paru seperti patahan tulang iga dan tusukan paru akibat prosedur infasif penyebabkan terjadinya perdarahan pada rongga pleural meningkat mengakibatkan paru-paru akan menjadi kolaps. Kontusio pasru mengakibatkan tekanan pada rongga dada akibatnya paru-paru tidak dapat mengembang dengan sempurna dan ventilasi menjadi terhambat akibat terjadinya sesak nafas. Sianosis dan tidak menutup kemungkinan akan terjadi syok.

D. MANIFESTASI KLINIS1. Tamponade jantung :Trauma tajam didaerah perikardium atau yang diperkirakan menembus jantung.a. Gelisah.b. Pucat, keringat dingin.c. Peninggian TVJ (tekanan vena jugularis).d. Pekak jantung melebar.e. Bunyi jantung melemah.f. Terdapat tanda-tanda paradoxical pulse pressure.g. Perikardiosentesis keluar darah.2. Hematotoraks :Pada WSD darah yang keluar cukup banyak dari WSD. Gangguan pernapasan.3. Pneumothoraks :a. Nyeri dada mendadak dan sesak napas.b. Gagal pernapasan dengan sianosis.c. Kolaps sirkulasi.d. Dada atau sisi yang terkena lebih resonan pada perkusi dan suara napas yang terdengar jauh atau tidak terdengar sama sekali.pada auskultasi terdengar bunyi klik.e. Jarang terdapat luka rongga dada, walaupun terdapat luka internal hebat seperti aorta yang ruptur. Luka tikaman dapat penetrasi melewati diafragma dan menimbulkan luka intra-abdominal

E. KOMPLIKASIa. Surgical Emfisema SubcutisKerusakan pada paru dan pleura oleh ujung patahan iga yang tajam memungkinkan keluarnya udara ke dalam cavitas pleura dari jaringan dinding dada, paru. Tanda-tanda khas: penmbengkakan kaki, krepitasi.b. Cedera VaskulerDi antaranya adalah cedera pada perikardium dapat membuat kantong tertutup sehingga menyulitkan jantung untuk mengembang dan menampung darah vena yang kembali. Pembulu vena leher akan mengembung dan denyut nadi cepat serta lemah yang akhirnya membawa kematian akibat penekanan pada jantung.c. PneumothorakAdanya udara dalam kavum pleura. Begitu udara masuk ke dalam tapi keluar lagi sehingga volume pneumothorak meningkat dan mendorong mediastinim menekan paru sisi lain.d. Pleura EffusionAdanya udara, cairan, darah dalam kavum pleura, sama dengan efusi pleura yaitu sesak nafas pada waktu bergerak atau istirahat tetapi nyeri dada lebih mencolok. Bila kejadian mendadak maka pasien akan syok. Akibat adanya cairan udara dan darah yang berlebihan dalam rongga pleura maka terjadi tanda tanda :a) Dypsnea sewaktu bergerak/ kalau efusinya luas pada waktu istirahatpun bisa terjadi dypsnea.b) Sedikit nyeri pada dada ketika bernafas.c) Gerakan pada sisi yang sakit sedikit berkurang.d) Dapat terjadi pyrexia (peningkatan suhu badan di atas normal).e. Plail Chestf. Pada trauma yang hebat dapat terjadi multiple fraktur iga dan bagian tersebut. Pada saat insprirasi bagian tersebut masuk sedangkan saat ekspirasi keluar, ini menunjukan adanya paroxicqalmution (gerakan pernafasan yang berlawanan)g. HemopneumothorakYaitu penimbunan udara dan darah pada kavum pleura.

F. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIa. Radiologi : foto thorax (AP).b. Gas darah arteri (GDA), mungkin normal atau menurun.c. Torasentesis : menyatakan darah/cairan serosanguinosa.d. Hemoglobin : mungkin menurun.e. Pa Co2 kadang-kadang menurun.f. Pa O2 normal / menurun.g. Saturasi O2 menurun (biasanya).h. Toraksentesis : menyatakan darah/cairan,G. PENATALAKSANAANa. Konservatifa) Pemberian analgetikb) Pemasangan plak/plesterc) Jika perlu antibiotikad) Fisiotherapyb. Operatif/invasifa) Pamasangan Water Seal Drainage (WSD).b) Pemasangan alat bantu nafas.c) Pemasangan drain.d) Aspirasi (thoracosintesis).e) Operasi (bedah thoraxis)f) Tindakan untuk menstabilkan dada:1. Miring pasien pada daerah yang terkena.2. Gunakan bantal pasien pada dada yang terkenag) Gunakan ventilasi mekanis dengan tekanan ekspirai akhir positif, didasarkan padakriteria sebagai berikut:1. Gejala contusio paru2. Syok atau cedera kepala berat.3. Fraktur delapan atau lebih tulang iga.4. Umur diatas 65 tahun.5. Riwayat penyakit paru-paru kronis.c. Pasang selang dada dihubungkan dengan WSD, bila tension Pneumothorak mengancam.d. Oksigen tambahan.

H. PENGKAJIANPengkajian adalah langkah awal dan dasar dalam proses keperawatan secara menyeluruh.Pengkajian pasien dengan trauma thoraks, meliputi :1. Aktivitas / istirahatGejala : dipnea dengan aktivitas ataupun istirahat.2. SirkulasiTanda : Takikardia ; disritmia ; irama jantunng gallops3. Integritas egoTanda : ketakutan atau gelisah.4. Makanan dan cairanTanda : adanya pemasangan IV vena sentral/infuse tekanan5. Nyeri/ketidaknyamananGejala : nyeri uni lateral, timbul tiba-tiba selama batuk atau regangan, tajam dannyeri, menusuk-nusuk yang diperberat oleh napas dalam, kemungkinan menyebar ke leher,bahudanabdomen.Tanda : berhati-hati pada area yang sakit, perilaku distraksi, mengkerutkan wajah.6. PernapasanGejala : kesulitan bernapas ; batuk ; riwayat bedah dada/trauma, penyakit paru kronis, inflamasi,/infeksi paaru, penyakit interstitial menyebar, keganasan ; pneumothoraks spontan sebelumnya, PPOM.Tanda : Takipnea ; peningkatan kerja napas ; bunyi napas turun atau tak ada ; fremitus menurun ; perkusi dada hipersonan ; gerakkkan dada tidak sama ; kulit pucat, sianosis, berkeringat, krepitasi subkutan ; mental ansietas, bingung, gelisah, pingsan ; penggunaan ventilasi mekanik tekanan positif.7. KeamananGejala : adanya trauma dada ; radiasi/kemoterapi untuk keganasan.8. Penyuluhan/pembelajaranGejala : riwayat factor risiko keluarga, TBC, kanker ; adanya bedah intratorakal/biopsyparu

I. PEMERIKSAAN FISIK1. Sistem Pernapasan :a. Sesak napasb. Nyeri, batuk-batuk.c. Terdapat retraksi klavikula/dada.d. Pengambangan paru tidak simetris.e. Fremitus menurun dibandingkan dengan sisi yang lain.f. Pada perkusi ditemukan Adanya suara sonor/hipersonor/timpani, hematotraks (redup)g. Pada asukultasi suara nafas menurun, bising napas yang berkurang/menghilang.h. Pekak dengan batas seperti garis miring/tidak jelas.i. Dispnea dengan aktivitas ataupun istirahat.j. Gerakan dada tidak sama waktu bernapas.2. Sistem Kardiovaskuler :a. Nyeri dada meningkat karena pernapasan dan batuk.b. Takhikardia, lemahc. Pucat, Hb turun /normal.d. Hipotensi3. Sistem Persyarafan :Tidak ada kelainan.4. Sistem PerkemihanTidak ada kelainan.5. Sistem Pencernaan :Tidak ada kelainan.6. Sistem Muskuloskeletal - Integumen.a. Kemampuan sendi terbatasb. Ada luka bekas tusukan benda tajam.c. Terdapat kelemahan.d. Kulit pucat, sianosis, berkeringat, atau adanya kripitasi sub kutan.7. Sistem Endokrinea. Terjadi peningkatan metabolisme.b. Kelemahan.8. Sistem Sosial / Interaksi.Tidak ada hambatan.9. Spiritual :Ansietas, gelisah, bingung, pingsan.10. Pemeriksaan Diagnostik :a. Sinar X dada : menyatakan akumulasi udara/cairan pada area pleural.b. Pa Co2 kadang-kadang menurun.c. Pa O2 normal / menurun.d. Saturasi O2 menurun (biasanya)e. Hb mungkin menurun (kehilangan darah)f. Toraksentesis : menyatakan darah/cairan,

J. DIAGNOSA KEPERAWATANDiagnosa keperawatan merupaka suatu pernyataan dari masalah pasien yang nyata ataupun potensial dan membutuhkan tindakan keperawatan sehingga masalah pasien dapat ditanggulangi atau dikurang.a. Gangguan Perfusi Jaringan berhubungan dengan Hipoksia, tidak adekuatnya pengangkutan oksigen ke jaringanb. Ketidakefektifan pola pernapasan berhubungan dengan ekpansi paru yang tidakmaksimal karena trauma, hipoventilasic. Ketidakefektifan bersihan jalan napas berhubungan dengan peningkatan sekresi sekret dan penurunan batuk sekunder akibat nyeri dan keletihan.d. Perubahan kenyamanan : Nyeri berhubungan dengan trauma jaringan dan reflek spasme otot sekunder.e. Resiko terjadinya syok Hipovolemia berhubungan dengan perdarahan yang berlebihan, pindahnya cairan intravaskuler ke ekstravaskulerf. Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan trauma mekanik terpasang bullow drainage.g. Hambatan mobilitas fisik berhubungan dengan ketidakcukupan kekuatan dan ketahanan untuk ambulasi dengan alat eksternal.h. Risiko terhadap infeksi berhubungan dengan tempat masuknya organisme sekunder terhadap traumai. Kurang Pengetahuan berhubungan dengan kurang terpaparnya informasitentang penyakit, Tindakan invasive ditandai dengan anxietas

K. INTERVENSI

NODIAGNOSATUJUAN DAN KRITERIA HASILINTERVENSIRASIONAL

1DX 1Setelah diberikan asuhan keperawatan selama (x..) jamdiharapkandapat mempertahankan perfusi jaringandengan

Kriteria Hasil :Tanda-tanda vitaldalam batas normal

Kesadaranmeningkat

Menunjukkan perfusi adekuat

1. Kaji faktor penyebab dari situasi/keadaan individu/penyebab penurunan perfusi jaringan2. Monitor GCS dan mencatatnya3. Monitor keadaan umum pasien4. Berikan oksigen tambahan sesuai indikasi5. Kolaborasi pengawasan hasil pemeriksaan laboraturium.6. Berikan sel darah merah lengkap/packed produk darah sesuai indikasi

Deteksi dini untukmemprioritaskan intervensi, mengkaji status neurologi/tanda-tanda kegagalan untuk menentukan perawatan kegawatan atau tindakanpembedahan.Menganalisa tingkat kesadaran.

Memberikan informasi tentang derajat/ keadekuatan perfusi jaringan dan membantu menentukan keb. intervensi.

Memaksimalkan transport oksigen ke jaringan

Mengidentifikasi defisiensi dan kebutuhan pengobatan /respons terhadap terapi

2DX 2Setelah diberikan asuhan keperawatanselama(x) jamdiharapkan dapat mempertahankan jalan nafas pasien dengan Kriteria Hasil :Mengalamiperbaikan pertukaran gas-gaspada paru.

Memperlihatkanfrekuensipernapasan yang efektive.

Adaptive mengatasifaktor-faktorpenyebab

1. Berikan posisi yang nyaman, biasanya dengan peninggian kepala tempat tidur. Balik ke sisi yang sakit.2. Dorong klien untuk duduk sebanyak mungkin.3. Observasi fungsi pernapasan, catat frekuensi pernapasan, dispnea atau perubahan tanda-tanda vital.4. Jelaskan pada klien bahwa tindakan tersebut dilakukan untuk menjamin keamanan.5. Pertahankan perilaku tenang, bantu pasien untuk kontrol diri dnegan menggunakan pernapasan lebih lambat dan dalam.6. Perhatikan alat bullow drainase berfungsi baik, cek setiap 1 2 jam

Meningkatkan inspirasi maksimal, meningkatkan ekspansi paru dan ventilasi pada sisi yang tidak sakit.

Distress pernapasan dan perubahan pada tanda vital dapat terjadi sebgai akibat stress fisiologi dan nyeri atau dapat menunjukkan terjadinya syock sehubungan dengan hipoksia

Pengetahuan apa yang diharapkan dapat mengurangi ansietas dan mengembangkan kepatuhan klien terhadap rencana teraupetik

Membantu klien mengalami efek fisiologi hipoksia, yang dapat dimanifestasikan sebagai ketakutan/ansieta

Mempertahankan tekanannegatif intrapleural sesuai yang diberikan, yang meningkatkan ekspansi paru optimum/drainase cairan

3DX 3Setelah diberikan asuhan keperawatan selama (x)jamdiharapkan jalan nafas pasien normal dengan Kriteria Hasil:

Menunjukkan batukyang efektif.

Tidak ada lagipenumpukan sekret disal. Pernapasan

Klien tampaknyaman.

1. Jelaskan klien tentang kegunaan batuk yang efektif dan mengapa terdapat penumpukan sekret di saluran Pernapasan

2. Ajarkan klien tentang metode yang tepat pengontrolan batuk.

3. Auskultasi paru sebelum dan sesudah klien batuk.

4. Dorong atau berikanperawatan mulut yang baik setelah batuk

5. Kolaborasi dengan tim kesehatan lain Pemberian antibiotika atau expectorant

Pengetahuan yang diharapkan akan membantu mengembangkan kepatuhan klien terhadap rencana teraupetik

Batuk yang tidak terkontrol adalah melelahkan dan tidak efektif, menyebabkan frustasi

Pengkajian ini membantu mengevaluasi keefektifan upaya batuk klien

Hiegene mulut yang baik meningkatkan rasa kesejahteraan dan mencegah bau mulut.

Expextorant untuk memudahkan mengeluarkan lendir dan mengevaluasiperbaikan kondisi klien atas pengembangan parunya

4DX4Setelah diberikan asuhan keperawatan selama (..x..)jam diharapkan nyeri berkurang dengan Kriteria Hasil :Nyeri berkurang/dapat diatasi

Dapatmengindentifikasiaktivitas yangmeningkatkan/menurunkan nyeri

Pasien tidak gelisah.

1. Jelaskan dan bantu klien dnegan tindakan pereda nyeri nonfarmakologi dan non invasive

2. Berikan kesempatan waktu istirahat bila terasa nyeri dan berikan posisi yang nyaman ; misal waktu tidur, belakangnya dipasang bantal kecil

3. Tingkatkan pengetahuan tentang : sebab-sebab nyeri, dan menghubungkan berapa lama nyeri akan berlangsung

Pendekatan dengan menggunakan relaksasi dan nonfarmakologi lainnya telah menunjukkan keefektifan dalam mengurangi nyeri

Istirahat akan merelaksasi semua jaringan sehingga akan meningkatkan kenyamanan.

Pengetahuan yang akan dirasakan membantu mengurangi nyerinya. Dan dapat membantu mengembangkan kepatuhan klien terhadap rencana teraupetik

5.DX5Setelah diberikan asuhan keperawatan selama (..x..) jam diharapkan klien tidak mengalami syok hipovolemik dengan Kriteria Hasil :

a.Tanda Vital dalam batas normal (N: 120-60 x/menit, S : 36-37oC, RR : 20x/menit)

1. Monitor keadaan umum pasien

2. Observasi vital sign setiap 3 jam atau lebih

3. Jelaskan pada pasien dan keluarga tanda perdarahan, dan segera laporkan jika terjadi perdarahan

Analgetik memblok lintasan nyeri, sehingga nyeri akan berkurang

Pengkajian yang optimal akan memberikan perawat data yang obyektif untuk mencegah kemungkinan komplikasi dan melakukan intervensi yang tepat.

6.DX 6Setelah diberikan asuhan keperawatan selama (..x..) jam diharapkan dapat mencapai penyembuhan luka pada waktu yang sesuai dengan Kriteria Hasil

tidak ada tanda-tanda infeksi seperti pus

luka bersih tidak lembab dan tidak kotor

Tanda-tanda vital dalam batas normal atau dapat ditoleransi.

Kolaborasi : Pemberian cairan intravena

Kolaborasi : pemeriksaan : HB, PCV, trombosit

Cairan intravena diperlukan untuk mengatasi kehilangan cairan tubuh secara hebat

Untuk mengetahui tingkat kebocoran pembuluh darah yang dialami pasien dan untuk acuan melakukan tindakan lebih lanjut.

7. DX7Setelah diberikan asuhan keperawatan selama (..x..) jam diharapkanpasien akan menunjukkan tingkat mobilitas optimaldengan Kriteria Hasil :

penampilan yang seimbang

melakukan pergerakkan dan perpindahan

mempertahankan mobilitas optimal yang dapat di toleransi

1. Kaji kulit dan identifikasi pada tahap perkembangan luka2. Kaji lokasi, ukuran, warna, bau, serta jumlah dan tipe cairan luka3. Pantau peningkatan suhu

mengetahui sejauhmanaperkembangan luka mempermudah dalammelakukan tindakan yang tepat

mengidentifikasi tingkat keparahan luka akan mempermudah intervensi

suhu tubuh yangmeningkat dapatdiidentifikasikan sebagaiadanya prosesperadangan

DAFTAR PUSTAKA

Doenges, Marilyn E. 1999.Rencana Asuhan Keperawatan,Edisi 3. EGC : Jakarta.

Boedihartono, 1994.Proses Keperawatan di Rumah Sakit. EGC : Jakarta.

Brooker, Christine. 2001.Kamus Saku Keperawatan.EGC : Jakarta.

Dorland, W. A. Newman. 2002.Kamus Kedokteran. EGC : Jakarta.

FKUI. 1995.Kumpulan Kuliah Ilmu bedah. Binarupa Aksara: Jakarta

Hudak, C.M. 1999. Keperawatan Kritis. Jakarta : EGC.

Nasrul Effendi. 1995.Pengantar Proses Keperawatan.EGC. Jakarta.

Smeltzer, Suzanne C. 2001.Keperawatan Medikal-BedahBrunner and Suddarth Ed.8 Vol.3. EGC : Jakarta.

Wilkinson, Judith M. 2006.Buku Saku Diagnosis Keperawatan, edisi 7. EGC : Jakarta.http://www.iwansain.wordpress.com

LEMBAR PENGESAHAN

Laporan Pendahuluan dan Asuhan Keperawatan ini dibuat dalam rangka PRAKTIK PROFESI Ners mahasiswa S1 Keperawatan Universitas Muhammadiyah Malang di Ruang 13, RSUD dr. Saiful Anwar mulai tanggal 24 November 29 November 2014.

Malang, November 2014Nama Mahasiswa (Ners Muda)

Febby MokodompitNIM.201410461011030

Mengetahui,

Pembimbing InstitusiPembimbing Lahan (RS)

( )( )

LAPORAN PENDAHULUAN TRAUMA THORAKSDI RUANGAN 13RUMAH SAKIT UMUM SAIFUL ANWARMALANG

NAMA : Febby MokodompitNIM : 201410461011030

PRAKTIK KLINIK PENDIDIKAN PROFESI NERSPROGRAM STUDI PROFESI NERSUNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG2014

PATHOFISIOLOGI