Laporan Pendahuluan Robekan Jalan Lahir

16
LAPORAN PENDAHULUAN ROBEKAN JALAN LAHIR 1. Robekan Perineum Tempat yang paling sering mengalami robekan akibat persalinan adalah perineum. Robekan perineum terjadi hampir pada semua persalinan pertama dan tidak jarang juga pada persalinan berikutnya. Robekan perineum umunya terjadi di garis tengah dan bisa menjadi luas apabila kepala janin lahir terlalu cepat, sudut arkus pubis lebih kecil daripada biasa, kepala janin melewati panggul dengan ukuran yang lebih besar. Menurut Sarwono, 2006, Robekan perineum dibedakan menjadi beberapa tingkat (grade)yaitu Robekan perineum tingkat 1 Apabila hanya kulit perineum dan mukosa vagina yang robek dan biasanya tidak memerlukan penjahitan. Robekan perineum tingkat 2 Pada robekan tingkat 2 ada robekan yang lebih mendalam dan luas ke vagina dan perineum dengan melukai fasia serta otot-otot diafragma urogenitalis. Pada robekan ini, setelah diberi anastesi local otot-otot diafragma urogenitalis dihubungkan di garis tengah dengan jahitan

description

aaa

Transcript of Laporan Pendahuluan Robekan Jalan Lahir

Page 1: Laporan Pendahuluan Robekan Jalan Lahir

LAPORAN PENDAHULUAN

ROBEKAN JALAN LAHIR

1. Robekan Perineum

Tempat yang paling sering mengalami robekan akibat persalinan adalah

perineum. Robekan perineum terjadi hampir pada semua persalinan pertama dan tidak

jarang juga pada persalinan berikutnya. Robekan perineum umunya terjadi di garis tengah

dan bisa menjadi luas apabila kepala janin lahir terlalu cepat, sudut arkus pubis lebih

kecil daripada biasa, kepala janin melewati panggul dengan ukuran yang lebih besar.

Menurut Sarwono, 2006, Robekan perineum dibedakan menjadi beberapa tingkat

(grade)yaitu

Robekan perineum tingkat 1

Apabila hanya kulit perineum dan mukosa vagina yang robek dan biasanya tidak

memerlukan penjahitan.

Robekan perineum tingkat 2

Pada robekan tingkat 2 ada robekan yang lebih mendalam dan luas ke vagina dan

perineum dengan melukai fasia serta otot-otot diafragma urogenitalis. Pada

robekan ini, setelah diberi anastesi local otot-otot diafragma urogenitalis

dihubungkan di garis tengah dengan jahitan dan kemudian luka pada vagina dan

kulit perineum ditutup dengan mengikutsertakan jaringan-jaringan di bawahnya.

Robekan perineum tingkat 3

Pada robekan tingkat 3 atau robekan total muskulus sfingter ani eksternum ikut

terputus dan kadang-kadang dinding depan rectum ikut robek pula. Menjahit

robekan tingkat 3 harus dilakukan dengan teliti, mula-mula dinding depan rectum

yang robek dijahit , kemudian fasia-prasektal ditutup dan muskulus sfingter ani

eksternum yang robek dijahit. Selanjutnya dilakukan penutupan robekan dengan

mengikutsertakan jaringan-jaringan di bawahnya.

Page 2: Laporan Pendahuluan Robekan Jalan Lahir

Perlukaan perineum umumnya terjadi unilateral, namun dapat juga bilateral.

Perlukaan pada diafragma urogenitalis dan muskulus levator ani yang terjadi pada waktu

persalinan normal atau persalinan dengan alat dapat terjadi tanpa luka pada kulit

perineum atau pada vagina, sehingga tidak kelihatan dari luar. Perlukaan demikian dapat

melemahkan dasar panggul sehingga mudah terjadi prolapsus genitalia.

Umumnya perlukaan perineum terjadi pada tempat dimana muka janin

menghadap. Robekan perineum dapat mengakibatkan pula robekan jaringan pararektal

sehingga rectum terlepas dari jaringan sekitarnya. Diagnose rupture perineum ditegakkan

dengan pemeriksaan langsung. Pada tempat terjadinya robekan akan timbul perdarahan

yang bersiafat arterial.(Sarwono, 2007)

2. Robekan Serviks

Persalinan selalu mengakibatkan robekan serviks sehinggga serviks seorang

multipara berbeda daripada yang belum pernah melahirkan per vaginam. Robekan

serviks yang luas menimbulkan perdarahan dan dapat menjalar ke segmen bawah uterus.

Apabila terjadi perdarahan yang tidak berhenti meskipun plasenta sudah lahir lengkap

dan uterus berkontraksi baik, perlu dipikirkan perlukaan jalan lahir, khusunya robekan

serviks uteri. Dalam keadaan ini serviks harus diperiksa dengan spekulum. Apabila ada

robekan, serviks perlu ditarik keluar dengan beberapa cunam ovum supaya batas antara

robekan dapat dilihat dengan baik. Jahitan pertama dilakukan pada ujung atas luka baru

kemudian diadakan jahitan terus ke bawah. (Sarwono, 2006)

Menurut Sarwono, 2007, bibir serviks uteri merupakan jaringan yang mudah mengalami

perlukaan pada waktu persalinan. Karena perlukaan itu porsio vaginalis uteri pada

seorang multipara terbagi dalam bibir depan dan belakang. Robekan serviks bisa

menimbulkan perdarahan banyak khususnya bila jauh ke lateral sebab ditempat itu

terdapat ramus desendens dari arteri uterine. Robekan ini dapat terjadi pada persalinan

normal tetapi yang paling sering ialah akibat tindakan- tindakan pada persalinan buatan

dengan pembukaan yang belum lengkap. Selain itu, penyebab lain robekan serviks adalah

partus preipitatus. Pada partus ini kontraksi uterus kuat dan sering sehingga janin

didorong keluar kadang-kadang sebelum pembukaan lengkap.

Page 3: Laporan Pendahuluan Robekan Jalan Lahir

Diagnose perlukaan serviks dapat diketahui dengan pemeriksaan speculum. Bibir

serviks dijepit dengan cunam atraumatik, kemudian diperiksa secara cermat. Bila

ditemukan robekan serviks yang memanjang maka luka dijahit dari ujung yang paling

atas terus ke bawah. Pada robekan serviks yang berbentuk melingkar diperiksa dahulu

apakah sebagian besar dari serviks sudah lepas atau tidak. Jika belum lepas bagian yang

belum lepas itu dipotong dari serviks, jika yang lepas hanya sebagian kecil saja maka itu

dijahit lagi pada serviks. Perlukaan dirawat untuk menghentikan perdarahan.

3. Robekan Vulva dan Vagina

Robekan pada dinding depan vagina sering kali terjadi di sekitar orifisium uretra

eksternum dan klitoris. Robekan pada klitoris dapat menimbulkan perdarahan banyak.

Kadang-kadang perdarahan tersebut tidak dapat diatasi hanya dengan penjahitan, tetapi

diperlukan penjepitan dengan cunam selama beberapa hari. Robekan pada vagina dapat

bersifat luka tersendiri, atau merupakan lanjutan robekan perineum. Robekan vagina

sepertiga bagian atas umumnya merupakan lanjutan robekan serviks uteri. Pada umunya

robekan vagina terjadi karena regangan jalan lahir yang berlebihan dan tiba-tiba ketika

janin dilahirkan. Bila terjadi robekan pada dinding vagina akan timbul perdarahan segera

setelah janin lahir. Diagnose ditegakkan dengan mengadakan pemeriksaan langsung

dengan menggunakan speculum. (Sarwono, 2007)

4. Rupture Uteri

Dalam Unpad, 2003, Kejadian ini merupakan salah satu malapetaka terbesar

dalam ilmu kebidanan. Kematian anak mendekati 100% dan kematian ibu sekitar 30%.

Secara teori robekan rahim dapat dibagi sebagai berikut:

a. Spontan

Karena dinding rahim lemah seperti pada luka seksio sesarea, luka enukleasi

mioma, dan hipoplasia uteri. Mungkin juga karena kuretase, pelepasan plasenta

secara manual dan sepsis pascapersalinan atau pasca abortus

Dinding rahim baik tetapi robekan terjadi karena bagian depan tidak

maju,misalnya pada panggul sempit atau kelainan letak.

campuran

Page 4: Laporan Pendahuluan Robekan Jalan Lahir

b. Violent (rudapaksa): karena trauma (kecelakaan) dan pertolongan versi dan

ekstrasi (ekspresi Kristeller)

Secara praktis pembagian robekan rahim adalah sebagai berikut:

Robekan spontan pada rahim yang utuh

Terjadi lebih sering pada multipara terutama pada grandemultipara daripada

primipara. Hal ini disebabkan oleh dinding rahim pada multipara sudah lemah.

Ruptur juga lebih sering terjadi pada orang yang berumur. Penyebab yang penting

adalah panggul sempit, letak lintang hidrosefalus, tumor yang menghalangi jalan

lahir dan presentasi atau dahi. Rupture yang spontan biasanya terjadi pada kala

pengeluaran tetapi ada kalanya sudah terjadi pada kehamilan. Jika rupture terjadi

pada kehamilan biasanya terjadi pada korpus uteri sedangkan jika dalam

persalinan terjadi pada segmen bawah rahim.

Ruptur uteri ada 2 macam yaitu rupture uteri complete (jika semua lapisan

dinding rahim sobek) dan rupture uteri incomplete (jika perimetrium masih utuh)

Sebelum terjadinya rupture biasanya ada tanda-tanda pendahuluan yang terkenal

dengan istilah gejala-gejala ancaman robekan rahim yaitu:

Lingkaran retraksi patologis/ lingkaran Bndle yang tinggi mendekati pusat

dan naik terus

Kontraksi rahim kuat dan terus menerus

Penderita gelisah, nyeri di perut bagian bawah juga diluar HIS

Pada palpasi segmen bawah rahim terasa nyeri (di atas simfisis)

Ligamentum rotundum tegang juga diluar HIS

Bunyi jantung anak biasanya tidak ada atau tidak baik karena anak

mengalami asfiksia yang disebabkan kontraksi dan retraksi rahim yang

berlebihan.

Air kencing mengandung darah karena kandung kencing teregang atau

tertekan

Page 5: Laporan Pendahuluan Robekan Jalan Lahir

Jika keadaan ini berlanjut terjadilah rupture uteri. Gejala-gejala rupture uteri

adalah:

Sewaktu kontraksi yang kuat pasien tiba-tiba merasa nyeri yang menyayat

dibagian bawah

Segmen bawah rahim nyeri sekali pada saat dilakukan palpasi

HIS berhenti/ hilang

Ada perdarahan pervaginam walaupun biasanya tidak banyak

Bagian-bagian anak mudah diraba jika anak masuk ke dalam rongga perut

Kadang-kadang disamping anak teraba tumor yaitu rahim yang telah

mengecil

Pada pemeriksaan dalam ternyata bagian depan mudah ditolak ke atas

bahkan terkadang tidak teraba lagi karena masuk ke rongga perut

Bunyi jantung anak tidak ada/tidak didengar

Biasanya pasien jatuh dalam syok

Jika sudah lama terjadi seluruh perut nyeri dan kembung

Adanya kencing berdarah

Adapun diagnose banding dari rupture uteri adalah solusio plasenta dan

kehamilan abdominal

Robekan violent

Dapat terjadi karena kecelakaan akan tetapi lebih sering disebabkan versi dan

ekstrasi. Kadang-kadang disebabkan oleh dekapitasi versi secara baxton hicks,

ektrasi bokong atau forcep yang sulit. Oleh karena itu sebaiknya setiap versi dan

ekstrasi dan operasi kebidanan lainnya yang sulit dilakukan eksplorasi kavum

uteri.

Robekan bekas luka seksio

Rupture uteri karena bekas seksio makin sering terjadi dengan meningkatnya

tindakan SC. Rupture uteri semacam ini lebih sering terjadi pada luka bekas SC

yang klasik dibandingkan dengan luka SC profunda.

Page 6: Laporan Pendahuluan Robekan Jalan Lahir

Rupture uteri ini sering sukar didiagnosis. Tidak ada gejala-gejala yang khas ,

mungkin hanya perdarahan yang lebih dari perdarahan pembukaan atau ada

perasaan nyeri pada daerah bekas luka. (unpad.2003)

Page 7: Laporan Pendahuluan Robekan Jalan Lahir

LANDASAN ASKEB VARNEY

I. Pengumpulan Data

a. Data Subyektif

Biodata: -

Alasan berkunjung dan keluhan utama: klien biasanya mengeluh ada

perdarahan yang banyak dan terus menerus, khusus untuk rupture uteri

biasanya klien mengeluh nyeri yang menyayat dibagian bawah dan ada

perdarahan walupun tidak banyak

Riwayat Persalinan ini: biasanya terjadi pada persalinan yang terlalu cepat

dan bayi lahir dengan presentasi bukan belakang kepala, selain itu pada

robekan serviks terjadi akibat tindakan- tindakan pada persalinan buatan

dengan pembukaan yang belum lengkap, pada robekan vagina terjadi

karena persalinan dengan regangan jalan lahir yang berlebihan dan tiba-tiba

ketika janin dilahirkan. Pada rupture uteri biasanya persalinannya dalam

keadaan dinding rahim lemah dan inding rahim baik tetapi robekan terjadi

karena bagian depan tidak maju, misalnya pada panggul sempit atau

kelainan letak.

Riwayat kebidanan yang lalu: bisanya robekan jalan lahir lebih sering

terjadi pada ibu primipara, tetapi tidak jarang yang terjadi pada multipara,

pada rupture uteri biasanya terjadi pada riwayat SC luka enukleasi mioma,

dan hipoplasia uteri. Mungkin juga karena kuretase, pelepasan plasenta

secara manual dan sepsis pascapersalinan atau pasca abortus

Riwayat kehamilan sekarang: -

Riwayat kesehatan:-

Riwayat menstruasi dan KB: -

Page 8: Laporan Pendahuluan Robekan Jalan Lahir

Data Bio, Psiko, Sosial, Spiritual:-

Pengetahuan Ibu dan Pendamping:-

B. Data Obyektif

Pemeriksaan umum: biasanya kedaan umum ibu sudah lemas karena

perdarahan banyak, tanda-tanda vital ibu biasanya tekanan darah turun,

nadi cepat, respirasi cepat

Pemeriksaan fisik :

Wajah: biasanya tampak pucat

Mata:-

Mulut:-

Leher:-

Payudara:-

Abdomen: biasanya kontraksinya uterus baik. Pada rupture uteri Segmen

bawah rahim nyeri sekali pada saat dilakukan palpasi, HIS berhenti/

hilang, Bagian-bagian anak mudah diraba jika anak masuk ke dalam

rongga perut, Kadang-kadang disamping anak teraba tumor yaitu rahim

yang telah mengecil, Bunyi jantung anak tidak ada/tidak didengar, Jika

sudah lama terjadi seluruh perut nyeri dan kembung

Tangan dan kaki:-

Genetalia dan anus: akan tampak ada perdarahan yang aktif. Jika robekan

pada perineum akan tambak luka pada perineum dengan perdarahan aktif

baik robekan grade 1, 2 atau 3, begitu juga pada vulva Jika robekan pada

serviks, dilihat dengan melakukan pemeriksaan speculum dengan menarik

porsio keluar. Pada rupture uteri Pada pemeriksaan dalam ternyata bagian

Page 9: Laporan Pendahuluan Robekan Jalan Lahir

depan mudah ditolak ke atas bahkan terkadang tidak teraba lagi karena

masuk ke rongga perut

II. Interpretasi Data Dasar

Dalam langkah ini, data subjektif dan data objektif yang sudah di kaji

kemudian dianalisa menggunakan teori-teori fisiologis dan teori-teori

patologis. Hasil analisis dan interpretasi data menghasilkan rumusan

diagnosis dari keadaan pasien.

Contoh:

diangnosis: G………/P…….. partus kala……….. dengan robekan

jalan lahir (perineum, servik, vulva atau rupture uteri)

Rasionalisasi: ibu mengatakan ini persalinannya yang ke,,,,pernah/tdk

keguguran, pernah/ tidak melahirkan premature,

jumlah anak hidup

Ibu sekarang memasuki kala……….

Berdasarkan pemeriksaan fisik didapatkan bahwa ada

robekan jalan lahir pada perineum, vulva, servik

uterus

Masalah: apa yang dirasakan ibu terhadap keadaannya saat ini, seperti

cemas, takut, gelisah, dan lainnya.

Rasionalisasi: contohibu mengatakan cemas dengan keadaannya

saat ini.

Kebutuhan: contoh dukungan spiritual

III. Merumuskan Diagnosa/Masalah Potensial

Page 10: Laporan Pendahuluan Robekan Jalan Lahir

Pada bagian ini ditentukan apa diagnose potensial yang bisa terjadi dari

robekan jalan lahir seperti syok jika perdarahannya banyak

IV. Merumuskan Kebutuhan Akan Tindakan Segera, Tindakan Kolaborasi dan

Rujukan

Kebutuhan akan tindakan segera untuk mengantisipasi ancaman yang fatal,

sehingga nyawa ibu dapat diselamatkan. Tindakan segera bisa merupakan

intervensi langsung oleh bidan bisa juga merupakan hasil kolaborasi dengan

profesi lain.

Biasanya kebutuhan tindakan segera yang diperlukan untuk kasus ini adalah

rujukan ke tempat pelayanan kesehatan yang lebih tinggi untuk kasus-kasus

diluar kewenangan bidan

V. Menyusun Rencana Asuhan Yang Menyeluruh

Dalam menyusun rencana asuhan yang menyeluruh mengacu kepada

diagnosa, masalah asuhan serta kebutuhan yang telah sesuai dengan kondisi

klien saat di beri asuhan. Adapun rencana asuhan yang biasa pada kasus

robekan jalan lahir adalah:

Jelaskan hasil pemeriksaan

Berikan konseling pada ibu agar ibu tidak terlalu cemas dengan

keadaanya

Berikan KIE pada keluarga tentang kemungkinan tindakan yang akan

dilakukan dan minta persetujuan keluarga

Pasang infuse

Lakukan rujukan ke tempat pelayanan yang lebih tinggi

VI. Pelaksanaan Asuhan Sesuai Dengan Perencanaan Secara Efisien

Disesuaikan dengan rencana asuhan

Page 11: Laporan Pendahuluan Robekan Jalan Lahir

VII. Evaluasi

Pada langkah terakhir ini melakukan evaluasi terhadap keefektifan dari asuhan

yang sudah diberikan. Hal ini menyangkut apakah kebutuhan klien telah

terpenuhi, masalah yang ada terpecahkan, masalah potensial dihindari, klien

dan keluarga mengetahui kondisi kesehatannya dan klien mengetahui apa

yang harus di lakukan dalam rangka menjaga kesehatannya.

Page 12: Laporan Pendahuluan Robekan Jalan Lahir