Infeksi Jalan Lahir

33
MAKALAH INFEKSI JALAN LAHIR Disusun Oleh: DELA WAHYU KUSUMA DIAH AYU SARI DIKI ARIYADI DWI KURNIA PUTRI EDI JULIANTO EDO ANDIKA ENDAH SARTIKA DEWI FACHRI MAHARDIKA i

description

makalah kesehatan

Transcript of Infeksi Jalan Lahir

Page 1: Infeksi Jalan Lahir

MAKALAH

INFEKSI JALAN LAHIR

Disusun Oleh:

DELA WAHYU KUSUMA

DIAH AYU SARI

DIKI ARIYADI

DWI KURNIA PUTRI

EDI JULIANTO

EDO ANDIKA

ENDAH SARTIKA DEWI

FACHRI MAHARDIKA

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA

POLITEKNIK KESEHATAN TANJUNG KARANG

JURUSAN DIII KEPERAWATAN

TAHUN 2015

i

Page 2: Infeksi Jalan Lahir

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kami panjatkan kepada Tuhan atas berkat berkat dan

rahmatnya sehingga makalah ini dapat terselesaikan dengan baik. Makalah ini

terdiri dari pokok pembahasan mengenai “Infeksi jalan lahir”

Kami sadar, sebagai mahasiswa yang masih dalam proses pembelajaran,

penulisan dalam makalah ini masih jauh dari sempurna. Oleh karena itu, kami

sangat mengharapkan adanya kritik dan saran yang bersifat positif, guna penulisan

makalah yang lebih baik lagi di masa yang akan datang.

Bandar Lampung, maret 2015

Penulis

                                                                                                                       

ii

Page 3: Infeksi Jalan Lahir

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ..............................................................................................i

KATA PENGANTAR ...........................................................................................ii

DAFTAR ISI ........................................................................................................iii

BAB I PENDHULUAN

A. Latar Belakang........................................................................................1

B. Rumusan Masalah..................................................................................2

C. Tujuan.....................................................................................................2

BAB II PEMBAHASAN

A. Definisi Infeksi Puerperalis (Peradangan Genetalia)..............................3

B. Asuhan Keperawatan Pada Pasien Dengan Infeksi Puerperalis..............3

BAB IIIPENUTUP

A. Kesimpulan ..........................................................................................18

B. Saran ....................................................................................................18

DAFTAR PUSTAKA

iii

Page 4: Infeksi Jalan Lahir

BAB I

PENDHULUAN

A. Lata Belakang

Saat persalinan merupakan saat-saat yang paling ditunggu-tunggu oleh

para ibu namun, ini juga merupakan saat yang paling meneganggangkan dimana

pada saat itu ibu harus berjuang hidup dan mati demi kelahiran sang bayi. Setiap

ibu yang melahirkan pasti menginginkan kelahiran yang normal, sehingga sang

ibu bisa seakan menjadi ibu yang seutuhnya. Pada saat persalinan ibu memiliki

resiko terjadinya perdarahan bisa akibat robekan jalan lahir (biasanya robekan

serviks/leher rahim), atau karena kontraksi rahim kurang baik (atonia uteri). Jika

ibu mengalami perdarahan pasca bersalin sebaiknya ibu harus di beri penanganan

khusus apalagi jika perdarahan tersebut terjadibegitu banyak karena ini bisa

mengakibatkan kematian ibu. Penanganan setiap keadaan (robekan jalan lahir atau

atonia uteri), memerlukan pengelolaan yang berlainan. Apabila ternyata

perdarahan yang terjadi bukan akibat robekan jalan lahir, maka harus diperiksa

kembali plasentanya apakah sudah lahir atau belum. Perdarahan pada kala III

(kala uri) sebelum atau sesudah lahirnya plasenta, merupakan penyebab utama

kematian ibu bersalin. Salah satu upaya mengatasi perdarahan pasca persalinan ini

adalah dengan obat. Namun bila perdarahan terjadi sebelum plasenta lahir

(Retensia plasenta), bidan harus segera minta pertolongan dokter rumah sakit

terdekat. Untuk mengurangi adanya luka yang tidak bagus pasca persalinan

biasanya bidan akan melakukan episiotomi, tujuan melakukan episiotomy ini

adalah untuk memperlebar jalan lahir sehingga mempermudah persalinan

pervaginam. Namun episiotomi tidak boleh dilakukan rutin tapi hanya pada ibu

dengan indikasi tertentu saja yang boleh dilakukan tindakan episiotomi.

Infeksi puerperalis adalah semua peradangan yang disebabkan oleh

masuknya kuman-kuman ke dalam alat-alat genetalia pada waktu persalinan dan

nifas (Sarwono Prawirohardjo, 2005 : 689 ).

Infeksi puerperalis adalah keadaan yang mencakup semua peradangan alat-

alat genetalia dalam masa nifas (Mochtar Rustam, 1998 : 413).

1

Page 5: Infeksi Jalan Lahir

Jadi, yang dimaksud dengan infeksi puerperalisa adalah infeksi bakteri

pada traktus genetalia yang terjadi setelah melahirkan, ditandai dengan kenaikan

suhu hingga 38oC atau lebih selama 2 hari dalam 10 hari pertama pasca persalinan

dengan mengecualikan 24 jam pertama.

B. Rumusan Masalah

Bagaimana asuhan keperawatan pada infeksi jalan lahir ?

C. Tujuan

1. Tujuan Umum

- Tujuan umum dari kami mempelajari makalah ini adalah untuk

mengetahui lebih mendalam tentang perlukaan jalan lahir

- Mahasiswa mampu mengetahui Asuhan Keperawatan dengan infeksi

jalan lahir

2. Tujuan Khusus

- Mahasiswa mengetahui landasan teori tentang infeksi jalan lahir

- Mahasiswa mengetahui pengkajian pada infeksi jalan lahir

2

Page 6: Infeksi Jalan Lahir

BAB II

PEMBAHASAN

A. Definisi Infeksi Puerperalis (Peradangan Genetalia)

Infeksi puerperalis (peradangan genetalia )adalah semua peradangan yang

disebabkan oleh masuknya kuman-kuman ke dalam alat-alat genetalia pada

waktu persalinan dan nifas (Sarwono Prawirohardjo, 2005 : 689 ).

Infeksi puerperalis adalah keadaan yang mencakup semua peradangan alat-alat

genetalia dalam masa nifas (Mochtar Rustam, 1998 : 413).

Jadi, yang dimaksud dengan infeksi puerperalisa adalah infeksi bakteri pada

traktus genetalia yang terjadi setelah melahirkan, ditandai dengan kenaikan

suhu hingga 38ᵒC atau lebih selama 2 hari dalam 10 hari pertama pasca

persalinan dengan mengecualikan 24 jam pertama.

B. Asuhan Keperawatan Pada Pasien Dengan Infeksi Puerperalis

ASUHAN KEPERAWATAN PADA

PASIEN DENGAN INFEKSI PUERPERALIS

A.   Konsep Dasar Penyakit

1.     Pengertian

Infeksi puerperalis adalah semua peradangan yang disebabkan oleh masuknya

kuman-kuman ke dalam alat-alat genetalia pada waktu persalinan dan nifas

(Sarwono Prawirohardjo, 2005 : 689 ).

Infeksi puerperalis adalah keadaan yang mencakup semua peradangan alat-

alat genetalia dalam masa nifas (Mochtar Rustam, 1998 : 413).

Jadi, yang dimaksud dengan infeksi puerperalisa adalah infeksi bakteri pada

traktus genetalia yang terjadi setelah melahirkan, ditandai dengan kenaikan suhu

hingga 38ᵒC atau lebih selama 2 hari dalam 10 hari pertama pasca persalinan

dengan mengecualikan 24 jam pertama.

3

Page 7: Infeksi Jalan Lahir

2.     Etiologi

Penyebab dari infeksi puerperalis ini melibatkan mikroorganisme anaerob dan

aerob patogen yang merupakan flora normal serviks dan jalan lahir atau mungkin

juga dari luar.  Penyebab yang terbanyak dan lebih dari 50 % adalah streptococcus

dan anaerob yang sebenarnya tidak patogen sebagai penghuni normal jalan lahir.

Kuman-kuman yang sering menyebabkan infeksi puerperalis antara lain :

a. Streptococcus haematilicus aerobic

Masuknya secara eksogen dan menyebabkan infeksi berat yang ditularkan

dari penderita lain , alat alat yang tidak steril , tangan penolong , dan

sebagainya.

b. Staphylococcus aurelis

Masuk secara eksogen, infeksinya sedang, banyak ditemukan sebagai

penyebab infeksi di rumah sakit

c. Escherichia coli

Sering berasal dari kandung kemih dan rectum , menyebabkan infeksi

terbatas

d. Clostridium welchii

Kuman anaerobik yang sangat berbahaya , sering ditemukan pada abortus

kriminalis dan partus yang ditolong dukun dari luar rumah sakit.

3. Faktor predisposisi

Faktor predisposisi dari infeksi puerperalis yaitu :

a. Semua tindakan yang dapat menurunkan daya tahan tubuh ibu seperti

perdarahan, anemia, nutrisi buruk, status sosial ekonomi rendah, dan

imunosupresi.

b. Partus lama terutama dengan ketuban pecah lama.

c. Tindakan bedah vagina yang menyebabkan perlukaan pada jalan lahir.

d. Tertinggalnya sisa plasenta, selaput ketuban, dan bekuan darah.

4.     Patofisiologi

Setelah kala III, daerah bekas insersio plasenta merupakan sebuah lika

dengan diameter kira-kira 4 cm. Permukaanna tidak rata, berbenjol – benjol

karena banyak vena yang ditutupi trombus. Daerah ini merupakan tempat yang

baik untuk tumbuhnya kuman-uman dan masuknya jenis-jenis yang patogen

4

Page 8: Infeksi Jalan Lahir

dalam tubuh wanita. Serviks sering mengalami perlukaan pada persalinan,

demikian juga vulva, vagina dan perineum yang semuanya merupakan tempat

masuknya kuman-kuman patogen. Proses radang dapat terbatas pada luka-luka

tersebut atau menyebar di luar luka asalnya. Adapun infeksi dapat terjadi sebagai

berikut:

a.    Tangan pemeriksa atau penolong yang tertutup sarung tangan pada

pemeriksaan dalam atau operasi membawa bakteri yang sudah ada dalam

vagina ke dalam uterus. Kemungkinan lain adalah bahwa sarung tangan atau

alat – alat yang dimasukkan ke dalam jalan lahir tidak sepenuhnya bebas dari

kuman-kuman.

b.    Droplet infection. Sarung tangan atau alat-alat terkena kontaminasi bakteri

yang berasal dari hidung atau tenggorokan dokter atau petugas lainnya yang

berada di ruangan tersebut. Oleh karena itu, hidung dan mulut petugas yang

bertugas harus ditutup dengan masker dan penderita infeksi saluran nafas

dilarang memasuki kamar bersalin.

c.     Dalam rumah sakit selalu banyak kuman-kuman patogen, berasal dari

penderita dengan berbagai jenis infeksi. Kuman-kuman ini bisa dibawa oleh

aliran udara kemana-mana, antara lain ke handuk, kain-kain yang tidak steril,

dan alat-alat yang digunakan untuk merawat wanita dalam persalinan atau

pada waktu nifas.

d.     Koitus pada akhir kehamilan tidak merupakan sebab infeksi penting, kecuali

jika menyebabkan pecahnya ketuban.

e.     Infeksi Intrapartum sudah dapat memperlihatkan gejala-gejala pada waktu

berlangsungnya persalinan. Infeksi intraparum biasanya terjadi pada waktu

partus lama, apalagi jika ketuban sudah lam pecah dan beberapakali dilakukan

pemeriksaan dalam. Gejal-gejala ialah kenaikan suhu, biasanya disertai

dengan leukositosis dan takikardia; denyut jantung janin dapat meningkat

pula. Air ketuban biasanya menjadi keruh dan berbau. Pada infeksi intra

partum kuman-kuman memasuki dinding uterus pada waktu persalinan, dan

dengan melewati amnion dapat menimbulkan infeksi pula pada janin.

5

Page 9: Infeksi Jalan Lahir

5.     Klasifikasi

Infeksi puerperalis dapat dibagi menjadi dua golongan yaitu :

1) Infeksi yang terbatas pada perineum, vulva, vagina, serviks, dan

endometrium.

a. Infeksi perineum, vulva, dan serviks

Tanda dan gejalanya :

Rasa nyeri dan panas pada tempat infeksi, disuria, dengan atau

tanpadistensi urine.

Jahitan luka mudah lepas, merah, dan bengkak.

Bila getah radang bisa keluar, biasanya keadaan tidak berat, suhu

sekitar 380C, dan nadi kurang dari 100x/menit.

Bila luka terinfeksi tertutup jahitan dan getah radang tidak dapat

keluar, demam bisa meningkat hingga 39-40ᵒ C, kadang-kadang

disertai menggigil.

b. Endometritis

Kadang –kadang lokhea tertahan dalam uterus oleh darah sisa

plasenta dan selaput ketuban yang disebut lokiametra.

Pengeluaran lokia bisa banyak atau sedikit, kadang-kadang

berbau/tidak, lokhea berwarna merah atau coklat.

Suhu badan meningkat mulai 48 jam postpartum, menggigil, nadi

biasanya sesuai dengan kurva suhu tubuh.

Sakit kepala, sulit tidur, dan anoreksia.

Nyeri tekan pada uterus, uterus agak membesar dan lembek, his

susulan biasanya sangat mengganggu.

Leukositosis dapat berkisar antara 10.000-13.000/mm³.

2) Penyebaran dari tempat tersebut melalui vena , jalan limfe dan permukaan

dan endometrium.

a. Septikemia dan piemia

Pada septikemia, sejak permulaan klien sudah sakit dan lemah

sampai 3 hari postpartum suhu meningkat dengan cepat. Biasanya

disertai menggigil dengan suhu 39-40ᵒC. Keadaan umum cepat

6

Page 10: Infeksi Jalan Lahir

memburuk, nadi sekitar 140-160x/menit atau lebih. Klien juga

dapat meninggal dalam 6-7 hari postpartum.

Pada piemia, suhu tubuh klien tinggi disertai dengan menggigl

yang terjadi berulang-ulang. Suhu meningkat dengan cepat

kemudian suhu turun dan lambat laun timbul gejala abses paru,

pneumonia, dan pleuritis.  

b. Peritonotis

Pada umumnya terjadi peningkatan suhu, nadi cepat dan kecil,

perut kembung dan nyeri,serta ada defensif muskuler. Wajah klien

mula-mula kemrahan, kemudian menjadi pucat,  mata cekung,

kulit wajah dingin, serta terdapat facishipocratica.

Pada peritonitis yang terdapat di daerah pelvis, gejala tidak seberat

peritonis umum klien demam, perut bawah nyeri,tetapi keadaan

umum tetap baik.

c. Selulitis pelvis

Bila suhu tinggi menetap lebih dari satu minggu disertai rasa nyeri

di kiri atau kanan dan nyeri pada pemeriksaan dalam, patut

dicurigai adanya selulitis pelvic.

Pada pemeriksaan dalam dapat diraba tahanan padat dan nyeri di

sebelah uterus.

Di tengah jaringan yang meradang itu bisa timbul abses dimana

suhu yang mula mula tinggi menetap , menjadi naik turun disertai

menggigil.

Klien tampak sakit, nadi cepat, dan nyeri perut.

6.   Gejala klinis

Tanda dan gejala umum dari infeksi puerperalis ini yaitu :

a. Peningkatan suhu

b. Takikardi

c. Nyeri pada pelvis

d. Demam tinggi

e. Nyeri tekan pada uterus

f. Lokhea berbau busuk/ menyengat

7

Page 11: Infeksi Jalan Lahir

g. Penurunan uterus yang lambat

h. Nyeri dan bengkak pada luka episiotomi

7.     Pemeriksaan fisik

a.       Keadaan Umum : Baik, CM, Tidak Anemis

b.      Vital Sign

c.       Status Generalis

        Kepala : Konjungtiva  tidak anemis, pupil isokor

        Leher : Tidak ada pembesaran kelenjar limfonodi dan kelenjar tiroid.

        Dada : Pernafasan kanan dan kiri tidak simetris, tidak ada retraksi,

tidak ada ronki

        Abdomen : Tenang, supel, NT (-), tidak teraba masa dan tidak nyeri

tekan

        Ekstremitas : Tidak ada gangguan gerak dan edema

d.      Status Obstetri

Inspeksi :

        Mata : Konjungtiva tidak anemis

        Dada : Hiperpikmentasi papila dan aerola mamae terlihat

        Abdomen : Tenang, Supel, tidak ada nyeri tekan, tidak teraba massa,

dan tidak nyeri tekan

        Ekstremitas : Tidak ada edema

8.     Pemeriksaan diagnostik

Jumalah sel darah putih (SDP) : normal atau tinggi dengan pergeseran

diferensial ke kiri.

Laju endap darah (LED) dan jumlah sel darah merah(SDM) sangat

meningkat dengan adanya infeksi.

Hemoglobin atau hematokrit (Hb/Ht) mengalami penurunan pada keadaan

anemia.

Kultur (aerobik/anaerobik) dari bahan intrauterus atau intraservikal atau

drainase luka atau perwarnaan gram di uterus mengidentifikasi organisme

penyebab.

Urinalisis dan kultur mengesampingkan infeksi saluran kemih.

8

Page 12: Infeksi Jalan Lahir

Ultrasonografi menentukan adanya fragmen-fragmen plasenta yang

tertahan melokalisasi abses perineum.

Pemeriksan bimanual : menentukan sifat dan lokal nyeri pelvis, massa atau

pembentukan abses, serta adanya vena-vena dengan trombosis.

9.     Prognosis

Prognosis baik jika diatasi dengan pengobatan yang sesuai. Menurut

derajatnya, septikemia merupakan infeksi paling berat dengan mortalitas

tinggi diikuti peritonitis umum.

10. Penatalaksanaan

a.       Pencegahan

Selama kehamilan, bila ibu anemia diperbaiki. Berikan diet yang baik.

Koitus pada kehamilan tua sebaiknya dilarang.

Selama persalinan, batasi masuknya kuman di jalan lahir. Jaga persalinan

agar tidak berlarut-larut. Selesai persalinan dengan trauma sedikit

mungkin. Cegah perdarahan banyak dan penularan penyakit dan

petugasdalam kamar bersalin. Alat-alat persalinan harus steril dan lakukan

pemeriksaan hanya bila perlu dan atas indikasi tepat.

Selama nifas rawat higiene perlukaan jalan lahir. Jangan merawat ibu

dengan tanda-tanda infeksi nifas bersama dengan wanita dalam nifas yang

sehat.

b.      Penanganan medis

Suhu diukur dari mulut sedikitnya empat kali sehari.

Berikan terapi antibiotik prokain penisilil 1,2-2,4 juta unit 1M penisilin G

500.000 satuan setiap 6 jam atau metisilin 1 gr setiap 6 jam 1 M ditambah

dengan ampisilin kapsul 4 x 250 mg per oral.

Perhatikan diet ibu : diet tinggi kalori tinggi protein (TKTP).

Lakukan transfusi darah bila perlu.

Hati-hati bila ada abses , jaga supaya nanah tidak masuk ke dalam rongga

peritoneum.

B.   Konsep Dasar Asuhan Keperawatan

1.      Pengkajian

9

Page 13: Infeksi Jalan Lahir

a.     Aktivitas / istirahat

Malaise, letargi. Kelelahan dan/ atau keletihan yang terus menerus

(persalinan lama, stresor pascapartum multipel).

b.    Sirkulasi

Takikardia dari dengan berat bervariasi.

c.     Eliminasi

Diare mungkin ada. Bising usus mungkin tidak ada jika terjadi

paralitik ileus.

d.    Integritas ego

Ansietas jelas (peritonitis).

e.     Makanan/ cairan

Anoreksia, mual, muntah. Haus, membran mukosa kering. Distensi

abdomen, kekauan, nyeri lepas (peritonitis).

f.      Neurosensori

Sakit kepala.

g.     Nyeri/ ketidaknyaman

Nyeri lokal, disuria, ketidaknyamanan abdomen. Afterpain berat atau

lama, nyeri abdomen bawah atau uterus serta nyeri tekan guarding

(endometritis). Nyeri/kekakuan abdomen unilateral/ bilateral

(salpingitis/ooferitis, parametritis)

h.     Pernafasan

Pernafasan cepat/dangkal (berat/proses sistemik)

i.       Keamanan

Suhu: 100,4ᵒ F (38,0ᵒ C) atau terjadi lebih tinggi pada dua hari terus

menerus, diluar 24 jam pasca partum adalah tanda infeksi. Namun

suhu lebih tinggi dari 101ᵒ F (38,9ᵒ C) pada24jam pertama

menandakan berlanjutnya infeksi.

Demam ringan kurang dari 101ᵒ F menunjukkan infeksi insisi, demam

lebih tinggi dari 102 ᵒ F (38,9ᵒ C) adalah petunjuk atau infeksi lebih

berat (misalnya salpingitis, parametritis, peritonitis).

10

Page 14: Infeksi Jalan Lahir

Dapat terjadi menggigil, menggigil berat atau berulang(seringberakhir

30-40 menit), dengan suhu memuncak sampai 104ᵒF, menunjukkan

infeksi pelvis, tromboflebitis atau peritonitis.

Melaporkan pemantauan internal, pemeriksaan vagina intra partum

sering, kecerobohan pada teknik aseptik.

j.      Seksualitas

Pecah ketuban dini atau lama, persalinan lama (24 jam / lebih). Retensi

produk konsepsi, eksplorasi uterus atau pengangkatan plasenta secara

manual, atau hemoragi pasca partum.

Tepi insisi mungkin kemerahan, edema, keras, nyeri tekan, atau

memisah dengan drainase purulen atau cairan sanguinosa. Subinvolusi

uterus mungkin ada.

Lokea mungkin bau busuk, tidak ada bau (bila infeksi oleh

streptokokal beta hemolitik), banyak atau berlebihan.

k.    Interaksi sosial

Status sosio ekonomi rendah dengan stresor bersamaan.

2.      Diagnosa keperawatan

a.   Infeksi berhubungan dengan trauma persalinan, jalan lahir, dan infeksi

nosokomial.

b.  Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan intake

yang tidak adekuat, anoreksia, mual, muntah, dan pembatasan medis. 

c.   Nyeri berhubungan dengan infeksi pada organ reproduksi.

d.  Resiko tinggi terhadap perubahan menjadi orang tua berhubungan dengan

infeksi pada proses persalinan, penyakit fisik, ancaman yang dirasakan

pada kehidupan sendiri.

11

Page 15: Infeksi Jalan Lahir

3.     Rencana keperawatan

N

o

Diagnosa keperawatan Tujuan dan kriteria hasil Intervensi Rasional

1.        Infeksi berhubungan

dengan trauma

persalinan, jalan lahir,

dan infeksi nosokomial.

Setelah diberian askep

selama ...x 24 jam diharapkan

infeksi tidak terjadi dengan

kriteria hasil : 

      Tidak ada tanda-tanda infeksi

      Jumah SDP normal

      Tinjau ulang catatan pranatal,

intrapartum, dan pasca

partum.

      Pertahankan kebijakan

mencuci tangan dengan ketat

untuk staf, klien dan

pengunjung.

      Demonstrasikan/anjurkan

pembersihan perineum yang

benar setelah berkemih dan

defekasi, dan sering

mengganti pembalut.

      Demonstrasikan masase

fundus yang tepat. Tinjau

      Mengidentifikasi faktor-faktor yang menempatkan

klien pada kategori risiko tinggi terhadap

terjadinya/penyebaran infeksi pascapartum.

      Membantu mencegah kontaminasi silang.

      Pembersihan melepaskan kontaminan urinarius/fekal.

Penggantian pembalut menghilangkan media lembab

yang menguntungkan pertumbuhan bakteri.

      Meningkatkan kontraktilitas uterus; meningkatkan

involusi dan jalan dari adanya fragmen plasenta yang

tertahan.

      Peningkatan tanda vital menyertai infeksi; fluktuasi

atau perubahan gejala menunjukkan perubahan kondisi

klien.

      Memungkinkan identifikasi awal dan tindakan;

meningkatkan resolusi infeksi.

12

Page 16: Infeksi Jalan Lahir

ulang pentingnya dan waktu

prosedure.

       Pantau suhu, nadi, dan

pernapasan. Perhatikan

adanya menggigil atau

laporkan anoreksia atau

malaise.

      Observasi/catat tanda infeksi

lain.

      Anjurkan posisi semi fowler.

Kolaborasi :

      Berikan obat-obatan sesuai

indikasi (antibiotik, oksitosik,

antikoagulan).

      Meningkatkan aliran lokhea dan drainase uterus/pelvis.

       Membantu mencegah penyebaran infeksi dari jaringan

sekitar; meningkatkan kontraktilitas miometrium;

mencegah/ menurunkan pembentukan trombus

tambahan.

2.        Perubahan nutrisi kurang

dari kebutuhan tubuh

Setelah diberikan askep

selama ....x 24 jam, diharapkan 

      Anjurkan pilihan makanan

tinggi protein, zat besi, dan

      Protein membantu meningkatkan pemulihan dan

regenerasi jaringan baru; zat besi perlu untuk sisntesis

13

Page 17: Infeksi Jalan Lahir

berhubungan dengan

intake yang tidak

adekuat, anoreksia, mual,

muntah, dan pembatasan

medis. 

nutrisi klien terpenuhi dengan

kriteria hasil:

      Nafsu makan meningkat.

      Mual muntah tidak terjadi.

vitamin C, bila masukkan oral

dibatasi.

       Tingkatkan masukan

sedikitnya 2000ml/hari jus,

sup, dan cairan lain.

      Anjurkan istirahat/ tidur

secukupnya.

Kolaborasi :

      Berikan cairan atau nutrisi

parenteral, sesuai indikasi.

      Berikan preparat zat besi

dan/atau vitamin sesuai

indikasi.

Hb; vitamin C memudahkan absorbsi zat besi dan perlu

untuk sintesis dinding sel.

      Memberikan kalori dan nutrien lain untuk memenuhi

kebutuhan metabolik.

      Menurunkan laju metabolisme, memungkinkan nutrien

dan oksigen untuk digunakan untuk proses pemulihan.

      Mungkin perlu untuk mengganti dehidrasi dan

memberikan nutrien yang perlu bila masukkan oral

dibatasi.

      Bermanfaat dalam memperbaiki anemia atau defisiensi

bila ada.

3.        Nyeri berhubungan

dengan infeksi pada

Setelah diberikan askep

selama ....x24 jam, diharapkan

      Kaji lokasi dan

ketidaknyamanan atau nyeri.

      Membantu dalam diagnosa banding keterlibatan

jaringan pada proses infeksi.

14

Page 18: Infeksi Jalan Lahir

organ reproduksi nyeri hilang atau berkurang

dengan kriteria hasil :

      Pasien tampak rileks.

      Skala nyeri 0-3

      Instruksikan klien dalam

melakukan teknik relaksasi.

Kolaborasi :

      Berikan analgetik atau

antipiretik.

      Berikan kompres panas lokal

dengan menggunakan lampu

pemanas atau rendam duduk

sesuai indikasi.

      Memfokuskan kembali perhatian klien, meningkatkan

prilaku yang positif dan ketidaknyamanan.

      Menurunkan ketidaknyamanan dari infeksi.

      Kompres panas meningkatkan vasodilatasi,

meningkatkan sirkulasi pada area yang sakit dan

meningkatkan kenyamanan lokal.

4.        Resiko tinggi terhadap

perubahan menjadi orang

tua berhubungan dengan

infeksi pada proses

persalinan, penyakit

fisik, ancaman yang

dirasakan pada

kehidupan sendiri.

Setelah diberikan askep

selama ..... x 24 jam diharapkan

klien menunjukkan perilaku

kedekatan terus menerus selama

interaksi orangtua-bayi.

      Berikan kesempatan untuk

kontak ibu-bayi kapan saja

memungkinkan.

      Pantau respons emosi klien

terhadap penyakit dan

pemisahan dari bayi, seperti

depresi dan marah.

      Memfasilitasi kedekatan, mencegah klien terlibat ke

dalam preokupasi diri trehadap pemisahannya dari bayi.

      Penyakit karena infeksi mengubah situasi seta dapat

mengakibatkan pemisahan klien dari keluarga atau bayi

baru lahir, yang dapat memperberat perasaan terisolasi

dan depresi. 

      Keberhasilan dalam menyelesaikan tugas-tugas

perawatan bayi meningkatkan pandangan dan

15

Page 19: Infeksi Jalan Lahir

      Anjurkan klien menyusui bayi

bila memungkinkan dan

meningkatkan partisipasinya

dalam perawatan bayi saat

infeksi teratasi.

      Observasi interaksi bayi-ibu.

Kolaborasi:

      Buat rencana untuk tindak

lanjut evaluasi yang tepat

trehadap interaksi/respons

ibu-bayi.

kedekatan klien dengan bayi.

       Memberikan informasi mengenai status proses

pertalian dan kebutuhan-kebutuhan klien.

      Memberikan sumber dan dukungan untuk klien;

bermanfaat dalam mengidentifikasi kebutuhan-

kebutuhan dan pemecahan masalah yang khusus.

16

Page 20: Infeksi Jalan Lahir

4.      Evaluasi

Dx 1 :

Tidak terjadi tanda-tanda infeksi.

Klien mengungkapkan pemahaman tentang faktor resiko penyebab secara

individual.

Klien dapat melakukan prilaku untuk membatasi penyebaran infeksi

dengan tepat, menurunkan resiko komplikasi.

Klien dapat sembuh tepat waktu, bebas dari komplikasi tambahan.

Dx 2 :

Nutrisi klien terpenuhi.

Nafsu makan meningkat.

Tidak terjadi mual muntah.

Pemasukan oral yang adekuat.

Dx 3 :

Nyeri hilang atau berkurang.

Skala nyeri 0-3

Wajah tidak meringis.

Dx 4 :

Klien menunjukkan perilaku kedekatan terus-menerus selama interaksi

dengan bayinya.

Klien mempertahankan/melakukan tanggungjawab untuk perawatan fisik

dan emosi terhadap bayi baru lahir sesuai kemampuan.

Klien dapat mengekspresikan kenyamanan dengan peran menjadi

orangtua.

17

Page 21: Infeksi Jalan Lahir

BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Infeksi puerperalis (peradangan genetalia )adalah semua peradangan yang

disebabkan oleh masuknya kuman-kuman ke dalam alat-alat genetalia

pada waktu persalinan dan nifas.

Infeksi puerperalis adalah semua peradangan yang disebabkan oleh

masuknya kuman-kuman ke dalam alat-alat genetalia pada waktu

persalinan dan nifas.

Penyebab dari infeksi puerperalis ini melibatkan mikroorganisme anaerob

dan aerob patogen yang merupakan flora normal serviks dan jalan lahir

atau mungkin juga dari luar.  Penyebab yang terbanyak dan lebih dari 50

% adalah streptococcus dan anaerob yang sebenarnya tidak patogen

sebagai penghuni normal jalan lahir. Kuman-kuman yang sering

menyebabkan infeksi puerperalis antara lain

a. Streptococcus haematilicus aerobic

b. Staphylococcus aurelis

c. Escherichia coli

d. Clostridium welchii

B. Saran

Dengan adanya makalah ini diharapkan pembaca khususnya perawat dapat

menerapkan pengkajian diagnostik ini dalama asuhan keperawatan dan

dapat mencari referensi lain untuk menambah pengetahuan pembaca

mengenai pengkajian infeksi jalan lahir.

18

Page 22: Infeksi Jalan Lahir

DAFTAR PUSTAKA

Doenges, E. Marilynn. 2001. Rencana Perawatan Maternal/Bayi : Pedoman

untuk Perencanaan dan Dokumentasi Perawatan Klien Edisi 2. Jakarta : EGC.

Sastrawinata, Sulaiman, et. al. 2004. Ilmu Kesehatan Reproduksi : Obstetri

Patologi Edisi 2. Jakarta : EGC.

Mansjoer, arif, et.al. 1999. Kapita Selekta Kedokteran Edisi Ketiga, Cetakan

Kedua. Jakarta : Media Aesculapius.

Mitayani. 2009. Asuhan Keperawatan Maternitas. Jakarta : Salemba Medika.

Varney, Helen, et.al. 2001. Buku Saku Bidan. Jakarta : EGC.

http://sobatbaru.blogspot.com/2009/02/infeksi-puerperalis.html

http://kumpulanaskep-buysall.blogspot.com/

http://keperawatan-agung.blogspot.com/2009/05/askep-infeksi-nifas.html

19