Episiotomi & Penjahitan Jalan Lahir

23
ROBEKAN PERINIUM & PENJAHITAN JALAN LAHIR 2. Episiotomi 2.1 Definisi Episiotomi atau perineotomi adalah insisi perineum untuk memperlebar ruang pada jalan lahir yang menyebabkan terpotongnya selaput lender vagina, cincin selaput dara, jaringan pada septum rektovaginal, otot-otot dan fascia perineum dan kulit sebelah depan perineum, sehingga memudahkan kelahiran anak. 2.2 Indikasi Indikasi untuk melakukan episiotomi dapat timbul dari pihak ibu maupun pihak janin. 2.2.1 Indikasi Janin Sewaktu melahirkan janin premature. Tujuannya untuk mencegah terjadinya trauma yang berlebihan pada kepala janin Sewaktu melahirkan janin sungsang, melahirkan janin dengan cunam, ekstraksi

Transcript of Episiotomi & Penjahitan Jalan Lahir

Page 1: Episiotomi & Penjahitan Jalan Lahir

ROBEKAN PERINIUM & PENJAHITAN JALAN LAHIR

2. Episiotomi

2.1 Definisi

Episiotomi atau perineotomi adalah insisi perineum untuk

memperlebar ruang pada jalan lahir yang menyebabkan terpotongnya

selaput lender vagina, cincin selaput dara, jaringan pada septum

rektovaginal, otot-otot dan fascia perineum dan kulit sebelah depan

perineum, sehingga memudahkan kelahiran anak.

2.2 Indikasi

Indikasi untuk melakukan episiotomi dapat timbul dari pihak ibu maupun

pihak janin.

2.2.1 Indikasi Janin

Sewaktu melahirkan janin premature. Tujuannya untuk

mencegah terjadinya trauma yang berlebihan pada kepala janin

Sewaktu melahirkan janin sungsang, melahirkan janin dengan

cunam, ekstraksi vakum, janin besar, posisi abnormal atau fetal

distress.

2.2.2 Indikasi Ibu

Profilatik untuk melindungi integritas dasar panggul

Terdapat halangan kemajuan persalinan akibat perineum kaku,

juga untuk menghindari robekan yang tidak teratur (termasuk

robekan yang melebar ke rectum).

Page 2: Episiotomi & Penjahitan Jalan Lahir

2.3. Prosedur melakukan episiotomi

Episiotomi sebaiknya tidak dilakukan terlalu dini, waktu yang

tepat adalah ketika perineum tipis dan pucat kehilangan darah paling

sedikit jika pengguntingan sesaat sebelum kelahiran. Gunting yang

digunakan harus tajam, pengguntingan dilakukan dengan menyelipkan

dua jari di dalam vagina dengan tujuan untuk melindungi kepala janin

dari guntingan serta melakukan pengguntingan pada saat his. Jika kepala

janin tidak lahir dengan segera, tekan luka episiotomi diantara his unutk

mengurangi perdarahan.

2.3.1. Episiotomi medialis

Dimulai dari ujung terbawah introitus vagina sampai batas atas

otot-otot sfingter ani.

Cara anestesi yang dipakai adalah cara anestesi infiltrasi

antara lain dengan larutan procaine 1-2%. Setelah pemberian

anestesi, dilakukan insisi dengan mempergunakan gunting

yang tajam dimulai dari bagian terbawah introitus vagina

menuju anus, tetapi tidak sampai memotong pinggir atas

sfingter ani, hingga kepala dapat dilahirkan.

2.3.2. Episiotomi mediolateralis

Insisi dimulai dari bagian belakang introitus vagina

menuju ke arah belakang dan samping. Arah insisi ini dapat

Page 3: Episiotomi & Penjahitan Jalan Lahir

dilakukan ke arah kanan ataupun kiri, panjang insisi kira-kira 4

cm.

2.4. Cara penjahitan jelujur pada luka episiotomi

2.4.1. Telusuri daerah luka dengan jari-jari tangan. Teruskan secara

jelas batas-batas luka. Lakukan jahitan sekitar 1 cm diatas ujung

luka di dalam vagina. Ikat dan potong salah satu dari benang,

tinggalkan sisa benang tidak lebih dari 2 cm.

2.4.2. Tutup mukosa vagina dengan jahitan jelujur ke arah bawah

hingga mencapai lingkaran hiemn

2.4.3. Tusukkan jarum menembus mukosa vagina di belakang himen

hingga ujung jarum mencapai luka pada daerah perineum

2.4.4. Teruskan melakukan jahitan jelujur hingga ujung caudal luka

pastikan bahwa setiap jahitan pada tiap sisi memiliki ukuran

yang sama dan otot yang berada di bagian dalam sudah tertutup

2.4.5. Setelah mencapai ujung dari luka, arahkan jarum ke kranial dan

mulai lakukan penjahitan secara jelujur untuk menutup jaringan

subkutikuler. Jahitan ini merupakan lapisan kedua pada daerah

yang sama. Lapisan jahitan yang kedua ini akan meninggalkan

luka yang tetap terbuka sekitar 0,5 cm dalamnya. Luka ini akan

menutup dengan sendirinya pada saat penyembuhan luka

2.4.6. Kini masukkan jarum dari robekan di daerah perineum ke arah

vagina. Ujung jarum harus keluar di belakang lingkaran himen

Page 4: Episiotomi & Penjahitan Jalan Lahir

2.4.7. Ikat benang dengan simpul di dalam vagina. Potong ujung

benang sepanjang kira-kira 1,5 cm dari simpul. Jika benang

dipotong terlalu pendek maka simpul dapat lepas dan luka akan

terbuka.

Page 5: Episiotomi & Penjahitan Jalan Lahir
Page 6: Episiotomi & Penjahitan Jalan Lahir

HEND OUT

TINDAKAN DELATASI JALAN LAHIR

1. Robekan perineum karena peristiwa pada persalinan :

1.1 Robekan perineum umumnya terjadi pada persalinan :

1) Kepala janin terlalu cepat lahir

2) Persalinan tidak dipimpin semestinya

3) Sebelumnya pada perineum terdapat banyak jaringan parut

4) Pada persalinan dengan distosia bahu

1.2 Jenis / tingkat robekan perineum :

Derajat 1 Derajat 2 Derajat 3 Derajat 4

Jaringan

yang

terkena

Mukosa

vagina kulit

perineum

Mukosa

vagina kulit

perineum

otot

perineum

Mukosa

vagina kulit

perineum

otot

perineum

otot sfigter

ani

Mukosa

vagina kulit

perineum

otot

perineum

otot sfingter

ani meluas

hingga ke

mukosa

rektum

1.3 Cara menjahit robekan perineum :

1.3.1 Derajat 1

Robekan ini kalau tidak terlalu lebar tidak perlu dijahit

Page 7: Episiotomi & Penjahitan Jalan Lahir

1.3.2 Derajat 2

Sebelum penjahitan bila dijumpai pinggir robekan yang tidak rata

atau bergerigi, maka pinggir yang bergerigi tersebut harus

diratakan terlebih dahulu, kemudian dilakukan penjahitan robekan

perineum. Mula-mula otot dijahit dengan catgut. Kemudian

mukosa vagina dijahit secara terputus-putus atau jelujur. Penjahitan

mukosa vagina dimulai dari puncak robekan. Terakhir kulit dijahit

secara subkutikuler.

1.3.3 Derajat 3

Mula-mula dinding depan rectum yang robek dijahit. Kemudian

fascia pascia perirektal dan fascia septum rektovaginal dijahit,

sehingga bertemu kembali. Ujung-ujung otot-sfingter ani yang

robek diklem, kemudian dijahit dengan 2-3 jahitan sehingga

bertemu kembali. Selanjutnya robekan dijahit lapis demi lapis

seperti menjahit robekan perineum derajat 2.

1.3.4 Derajat 4

Penjahitan derajat 4 hampir sama dengan derajat 3, hanya pada

serajat 4 mukosa rectum dijahit dengan benang kromik 3-0 atau 4-0

secara interrupted dengan 0,5 cm antara jahitan. Selanjutnya

jahitan sama seperti derajat 3.

1.4 Robekan dinding vagina

1.4.1 Perlukaan pada dinding vagina sering terjadi pada :

Page 8: Episiotomi & Penjahitan Jalan Lahir

1. Melahirkan janin dengan cunam

2. Ekstraksi bokong

3. Ekstraksi vakum

4. Reposisi presentasi kepala janin seperti pada letak oksipito

posterior

1.4.2 Komplikasi

1. Perdarahan. Pada umumnya pada luka robek yang kecil dan superficial

tidak terjadi perdarahan yang banyak, akan tetapi jika robekan lebar dan

dalam menimbulkan perdarahan yang hebat.

2. Infeksi. Jika robekan tidak ditangani dengan semestinya dapat terjadi

infeksi, bahkan dapat terjadi septikem.

1.4.3 Penanganan

Pada luka robek yang kecil dan superfisil, tidak diperlukan

penanganan khusus. Pada luka robek yang lebar dan dalam, perlu dilakukan

penjahitan secara terputus-putus atau jelujur. Biasanya robekan pada

dinding vagina sering diiringi dengan robekan pada vulva maupun

perineum.

Page 9: Episiotomi & Penjahitan Jalan Lahir

SILABUS

MATA KULIAH : OBSTETRI

KODE MATA KULIAH : BD. 209

BEBAN STUDI : 2 SKS (T = 2)

PENEMPATAN : SEMESTER II

A. DESKRIPSI MATA KULIAH

Mata kuliah ini memberi kemampuan pada mahasiswa untuk memahami

tentang komplikasi kebidanan, kedaruratan kebidanan dan prosedur tindakan

operatif kebidanan dan gangguan psikologis dalam kebidanan.

B. TUJUAN PEMBELAJARAN UMUM

Menjelaskan tindakan operatif kebidanan

C. PROSES PEMBELAJARAN

T : Dilaksanakan di kelas dengan mengunakan ceramah, diskusi, seminar dan

penugasan

D. EVALUASI

1. Ujian Tengah Semster : 30 %

2. Ujian Akhir Semester : 40 %

3. Tugas Terstruktur : Tugas Individu : 15 %

Tugas Kelompok : 15 %

E. BUKU SUMBER

Buku Utama

1. Rachimhadi T. (1999), Ilmu Kebidanan, Yayasan Bina Pustaka, Jakarta

2. Syaifudin A.B. (2002), Buku Acuan nasional Pelayanan Kesehatan

Maternal & Neonatal, Yayasan Bina Pustaka, Jakarta.

Buku Anjuran

1. Prawiroharjo, (1998), Ilmu Kebidanan, Yayasan Bina Pustaka Sarwono

Prowirohardjo

Page 10: Episiotomi & Penjahitan Jalan Lahir

RINCIAN KEGIATAN

NO.TUJUAN PEMBELAJARAN

KHUSUSPOKOK / SUB POKOK BAHASAN

WAKTUSUMBER

T P K

1. Menjelaskan tindakan operatif

kebidanan

Tindakan dilatasi jalan lahir 2 jam B.U.1

B.U.2

B.A.1

B.A.2

B.A.3

Page 11: Episiotomi & Penjahitan Jalan Lahir

PENUNTUN BELAJAR

UNTUK MEMBERIKAN ANESTESI LOKAL

SEBALUM MELAKUKAN PENJAHITAN PERINIUM

PENUNTUN BELAJAR UNTUK MEMBERIKAN ANESTESI LOKAL

SEBELUM MELAKUKAN PENJAHITAN PERINIUM

LANGKAH/TUGAS KASUS

Memberikan Anestesi Lokal sebelum Melakukan Episiotomi

1. Memasukan satu jarum ukuran 22 dengan

panjang 3-4 cm pada alat suntik 10 cc. Jarum

yang lebih panjang dan alat suntik yang lebih

besar bisa dipakai. Ludocain hydrocloride 1%

adalah anatesi yang dianjurkan.

2. Jelaskan kepada ibu apa yang akan anda

lakukan dan bantulah ia untuk rileks.

3. Isilah alat suntik dengan larutan anestesi

4. Masukkan seluruh panjang jarum mulai dari

fourchette, menembus persis di bawah kulit,

sepanjang garis episiotomi. Tarik sedikit

flunger penghisap dari alat suntik untuk

memeriksa aspirasi darah. Jika anda

Nilailah setiap kinerja langkah yang diamati menggunakan skala sebagai berikut:

1. Perlu perbaikan : Langkah tidak dikerjakan atau tidak sesuai urutan (jika harus

berurtan) atau dihilangkan.

2. Mampu : Langkah dikerjakan dengan benar dan berurutan (jika harus berurutan),

tetapi peserta tidak ada kemajuan secara efisien dari langkah ke langkah.

3. mahir : Langkah dikerjakan dengan benar, tepat tanpa ragu-ragu atau tanpa perlu

bantuan dan sesuai dengan urutan (jika harus berurutan).

Page 12: Episiotomi & Penjahitan Jalan Lahir

menginjeksikan larutan anestesi lokal langsung

ke dalam pembeluh darah, hal itu bisa

menyebabkan kerja jantung menjadi tidak

teratur. Injeksi secara merata sambil anda

menarik jarumnya keluar.

5. Sekarang miringkan arah tusukan jarum ke sisi

lain dari garis tengah lalu ulangi langkah 4.

Ulangi pada sisi lain mulai dari garis tengah

6. Rubah posisi dari jarum sekali lagi dan ulangi

lagi, ijeksikan ke bagian tengah dari dinding

belakang vagina.

7. tunggu satu atau dua menit sebelum melakukan

penjahitan perinium secara julujur

8. Telusuri daerah luka dengan jari-jari tangan.

Teruskan secara jelas batas-batas luka.

Lakukan jahitan sekitar 1 cm diatas ujung luka

di dalam vagina. Ikat dan potong salah satu

dari benang, tinggalkan sisa benang tidak lebih

dari 2 cm

9. Tutup mukosa vagina dengan jahitan jelujur ke

arah bawah hingga mencapai lingkaran hiemn

10. Tusukkan jarum menembus mukosa

vagina di belakang himen hingga ujung jarum

mencapai luka pada daerah perineum

11. Teruskan melakukan jahitan jelujur

hingga ujung caudal luka pastikan bahwa

setiap jahitan pada tiap sisi memiliki ukuran

Page 13: Episiotomi & Penjahitan Jalan Lahir

yang sama dan otot yang berada di bagian

dalam sudah tertutup

12. Setelah mencapai ujung dari luka, arahkan

jarum ke kranial dan mulai lakukan

penjahitan secara jelujur untuk menutup

jaringan subkutikuler. Jahitan ini merupakan

lapisan kedua pada daerah yang sama.

Lapisan jahitan yang kedua ini akan

meninggalkan luka yang tetap terbuka sekitar

0,5 cm dalamnya. Luka ini akan menutup

dengan sendirinya pada saat penyembuhan

luka

13. Kini masukkan jarum dari robekan di

daerah perineum ke arah vagina. Ujung jarum

harus keluar di belakang lingkaran himen

14. Ikat benang dengan simpul di dalam

vagina. Potong ujung benang sepanjang kira-

kira 1,5 cm dari simpul. Jika benang dipotong

terlalu pendek maka simpul dapat lepas dan

luka akan terbuka.

Page 14: Episiotomi & Penjahitan Jalan Lahir

SILABUS

ROBEKAN PERINIUM

Disusun Oleh :

DIAH FITRI Z.C

NIM. 2009.020.188

SEKOLAH TINGGI ILMU KEDEJATAN HUSADA

PROGRAM STUDI D-IV KEBIDANAN

JOMBANG

2009/2010