Laporan PBL Modul 2 IKAKOM.docx
Transcript of Laporan PBL Modul 2 IKAKOM.docx
SISTEM KEDOKTERAN KOMUNITAS
LAPORAN MODUL 2 KEDOKTERAN KELUARGA
Disusun Oleh:
KELOMPOK 5 CEMPAKA PUTIH
1. Agung Dwi Saputro (2011730118)
2. Arafani Putri Y. (2011730123)
3. Dyah Raras P. (2011730130)
4. Fikri Idul Haq (2011730132)
5. Irawati (20117301)
6. Labibah Rasyid (20117301)
7. M. Thanthawi J. (2011730151)
8. M. Kamardi (2011730152)
9. Novita Putri W. (2011730157)
10. Vera Desniarti (2011730166)
Tutor: Dr. Farsida
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DOKTER
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH JAKARTA
2013/2014
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan karunia-
Nya pada kelompok kami, sehingga kami dapat menyelesaikan laporan tutorial modul 2 “Kedokteran
Keluarga” Sistem Kedokteran Komunitas tepat pada waktunya. Shalawat serta salam semoga tercurah
kepada Nabi Muhammad SAW, keluarga serta pengikutnya hingga akhir zaman. Amien ya robbal alamin.
Laporan ini kami buat dengan tujuan untuk memenuhi tugas wajib yang dilakukan setelah selesai
membahas kasus PBL. Pembuatan laporan inipun bertujuan agar kita bisa mengetahui serta memahami
mekanisme serta aspek lain tentang sistem Penyakit Menular dalam Keluarga.
Terimakasih kami ucapkan pada tutor kami “dr. Farsida“ yang telah membantu kami dalam
kelancaran pembuatan laporan ini. Terimakasih juga kepada semua pihak yang telah membantu kami
dalam mencari informasi, mengumpulkan data dan menyelesaikan laporan ini. Semoga laporan ini dapat
bermanfaat bagi kelompok kami pada khususnya dan bagi pada pembaca pada umumnya.
Laporan kami masih jauh dari kata sempurna, oleh karena itu kritik dan saran yang membangun
dari para pembaca sangatlah kami harapkan untuk menambah kesempurnaan laporan kami.
Jakarta, Mei 2014
Kelompok 5
Cempaka Putih
DAFTAR ISI
Kata Pengantar ............................................................................................2
Daftar Isi ............................................................................................3
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Tujuan ............................................................................................4
1.2 Skenario ............................................................................................4
1.3 Kata/Kalimat Kunci ............................................................................................4
1.4 Rumusan Masalah ............................................................................................5
BAB II PEMBAHASAN ............................................................................................6
Daftar Pustaka ............................................................................................53
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Tujuan
Setelah mempelajari modul ini, mahasiswa diharapkan dapat melakukan penatalaksanaan terhadap
penderita penyakit dengan pendekatan dokter keluarga.
1.2 Skenario
Ibu Siti seorang ibu rumah tangga, sudah 4 hari menderita gatal pada daerah lipatan paha, sela antara jari-
jari tangan, demikian juga dengan sela-sela jari kedua kakinya. Disamping rasa gatal terutama pada
malam hari, pada daerah tersebut juga timbul papul-papul dan papul vesikuler. Dokter Puskesmas
mendiagnosa ibu ini menderita scabies.
Ibu Siti bersama suami dan keempat anaknya tinggal di sebuah kampung di tepi sungai. Karena kampung
ini belum mempunyai fasilitas PAM, maka semua kegiatan mencuci dilakukan di sungai tersebut. Selain
yang tersebut di atas, anggota keluarga ibu Siti juga termasuk satu orang iparnya bersama istri dan dua
orang anaknya. Mereka semua tinggal dalam rumah panggung dengan dua kamar tidur.
1.3 Kata/Kalimat Kunci
a. Ny. Siti, Ibu Rumah Tangga
b. KU = 4 hari gatal di lipatan paha, sela jari tangan dan kaki
c. Diagnosa Dokter Puskesmas = Scabies
d. Belum ada fasilitas PAM maka, semua kegiatan mencuci dilakukan di sungai
e. Tinggal bersama suami dan keempat anaknya, termasuk satu orang iparnya bersama istri dan 2
orang anaknya.
f. Tinggal di Rumah Panggung dengan dua kamar tidur
1.4 Rumusan Masalah
1. Jelaskan definisi dan fungsi dari Dokter Keluarga!
2. Peran apa saja yang dilakukan Dokter Keluarga!
3. Bagaimana pendekatan Dokter Keluarga untuk menangani kasus pada scenario?
4. Jelaskan hubungan antara struktur dan fungsi keluarga dengan penularan scabies!
5. Jelaskan hubungan antara perilaku sehat dengan penularan dan perjalanan penyakit dalam
keluarga!
6. Jelaskan hubungan antara aspek psikososial dalam hubungan antara anggota keluarga dengan
perjalanan penyakit scabies!
7. Jelaskan aspek gizi keluarga dalam hubungannya dengan pengendalian penyakit scabies!
8. Jelaskan hubungan antara aspek perumahan dengan penularan dan perjalanan penyakit scabies!
Jelaskan kriteria rumah sehat dan air bersih!
9. Bagaimana pencatatan dan pelaporan kasus pada scenario!
10. Jelaskan system rujukan pada pasien scabies!
11. Bagaimana diagnostic holistic sesuai dengan scenario?
NyNy. Siti, IRT
Psikososial
Keadaan Keluarga
Derajat Fungsional
Eksternal dan Internal
KlinisPersonal
Diagnostik Holistik
Status Kesehatan Pasien
Keadaan Lingkungan
Kesehatan Pribadi
Problem Tree
BAB II
PEMBAHASAN
1. Jelaskan definisi dan fungsi dari Dokter Keluarga!
Definisi Dokter Keluarga
Dokter yang bertanggung jawab melaksanakan pelayanan kesehatan personal, menyeluruh, terpadu,
berkesinambungan, dan proaktif yang dibutuhkan oleh pasiennya dalam kaitan sebagai anggota dari satu
unit keluarga, komunitas serta lingkungan dimana pasien tersebut berada, serta apabila kebetulan
berhadapan dengan suatu masalah kesehatan khusus yang tidak mampu ditanggulangi, bertindak sebagai
koordinator dalam merencanakan konsultasi dan / atau rujukan yang diperlukan kepada dokter ahli yang
sesuai.
( The American Academic of General Practice,1947:The American Board of Family
Pratice,1969:IDI,1989,Singapore college of General Practice,1987 )
Pengertian singkat :
Dokter pelayanan primer yang bertanggung jawab untuk melaksanakan pelayanan kesehatan yang bersifat
komprehensif untuk pasien, keluarga, masyarakat ,lingkungan yang berkesinambungan serta
berkoordinasi dengan tenaga kesehatan lainnya jika memang dibutuhkan oleh pasien dalam melakukan
manajemen masalah kesehatan.
Fungsi Dokter Keluarga :
1. Menyelenggarakan pelayanan primer secara paripurna menyuruh, dan bermutu guna penapisan untuk
pelayanan spesialistik yang diperlukan,
2. Mendiagnosis secara cepat dan memberikan terapi secara cepat dan tepat,
3. Memberikan pelayanan kedokteran secara aktif kepada pasien pada saat sehat dan sakit,
4. Memberikan pelayanan kedokteran kepada individu dan keluarganya,
5. Membina keluarga pasien untuk berpartisipasi dalam upaya peningkatan taraf kesehatan, pencegahan
penyakit, pengobatan dan rehabilitasi,
6. Menangani penyakit akut dan kronik,
7. Melakukan tindakan tahap awal kasus berat agar siap dikirim ke rumah sakit,
8. Tetap bertanggung-jawab atas pasien yang dirujukan ke Dokter Spesialis atau dirawat di RS,
9. Memantau pasien yang telah dirujuk atau di konsultasikan,
10. Bertindak sebagai mitra, penasihat dan konsultan bagi pasiennya,
11. Mengkordinasikan pelayanan yang diperlukan untuk kepentingan pasien,
12. Menyelenggarakan rekam Medis yang memenuhi standar,
13. Melakukan penelitian untuk mengembang ilmu kedokteran secara umum dan ilmu kedokteran keluarga
secara khusus.
2. Peran apa saja yang dilakukan Dokter Keluarga!
Peran atau Tugas Dokter Keluarga, meliputi :
1. Menyelenggarakan pelayanan primer secara paripurna menyuruh, dan bermutu guna penapisan
untuk pelayanan spesialistik yang diperlukan.
2. Mendiagnosis secara cepat dan memberikan terapi secara cepat dan tepat.
3. Memberikan pelayanan kedokteran secara aktif kepada pasien pada saat sehat dan sakit.
4. Memberikan pelayanan kedokteran kepada individu dan keluarganya.
5. Membina keluarga pasien untuk berpartisipasi dalam upaya peningkatan taraf kesehatan,
pencegahan penyakit, pengobatan dan rehabilitasi.
6. Menangani penyakit akut dan kronik.
7. Melakukan tindakan tahap awal kasus berat agar siap dikirim ke rumah sakit.
8. Tetap bertanggung-jawab atas pasien yang dirujukan ke Dokter Spesialis atau dirawat di RS.
9. Memantau pasien yang telah dirujuk atau di konsultasikan.
10. Bertindak sebagai mitra, penasihat dan konsultan bagi pasiennya.
11. Mengkordinasikan pelayanan yang diperlukan untuk kepentingan pasien.
12. Menyelenggarakan rekam Medis yang memenuhi standar.
13. Melakukan penelitian untuk mengembang ilmu kedokteran secara umum dan ilmu kedokteran
keluarga secara khusus.
3. Bagaimana pendekatan Dokter Keluarga untuk menangani kasus pada scenario?
Penanganan yang perlu dilakukan kepada pasien adalah berikan Permetrin yang dioleskan kebagian lesi
bila perlu keseluruh tubuh, kemudian dibilas setelah 8-24 jam setelahnya. Bila pada 8 jam pertama sudah
dibilas dengan air dan sabun, dilakukan mengolesan ulang. Pengobatan dilakukan juga kepada anggota
kelurga yang tinggal serumah mencapai keberhasilan pengobatan, hingga tidak terjadi pingpong
phenomena.
Scabies dapat dicegah melalui tindakan-tindakan seperti Health Promotion, Specific Protection, Early
Diagnostic and Prompt Treatment. Sebagai dokter keluarga harus menjalankan pelayanan kesehatan yang
holistic, komprehensif, terpadu, dan berkesinambungan. Hal-hal yang perlu dokter keluarga lakukan
adalah :
a. Penyuluhan kepada masyarakat dan komunitas kesehatan tentang cara penularan
b. Diagnosis Dini
c. Cara pengobatan scabies dan orang-orang yang kontak
d. Pengobatan Scabies secara massal dilakukan jika sudah dinyatakan menjadi Kejadian Luar Biasa
e. Sediakan sabun, sarana pemandian yang baik, dan tempat pencucian umum yang layak, sabun
tetmosol jika ada sangat membantu dalam pencegahan terjadinya infeksi.
f. Edukasi untuk tidak berganti-ganti pasangan.
g. Edukasi untuk tidak menggunakan handuk, pakaian, sprei, dan alat atau benda yang menempel
pada tubuh secara bergantian
h. Selalu menjaga kebersihan dan hygine personal dan lingkungan
i. Jika ada salah satu keluarga atau orang terdekat yang mengalami kejadian scabies segera lakukan
pemeriksaan dan pengobatan baik secara individu atau serentak.
j. Berikan vaksin atau obat antiscabies pada hewan peliharaan yang dekat dengan manusia.
4. Jelaskan hubungan antara struktur dan fungsi keluarga dengan penularan scabies!
Ciri-ciri struktur keluarga
Terorganisasi
Keluarga adalah cerminan sebuah organisasi, dimana setiap anggota keluarga memiliki peran dan
fungsinya masing-masing sehingga tujuan keluarga dapat tercapai. Organisasi yang baik ditandai dengan
adanya hubungan yang kuat antara anggota sebagai bentuk saling ketergantungan dalam mencapai tujuan.
Keterbatasan
Dalam mencapai tujuan, setiap anggota keluarga memiliki peran dan tanggung jawabnya masing-masing.
Sehingga dalam berinteraksi setiap anggota tidak bisa semena-mena, tetapi mempunyai keterbatasan yang
dilandasi oleh tanggung jawab masing-masing anggota keluarga.
Perbedaan dan kekhususan
Adanya peran yang beragam dalam keluarga menunjukan bahwa masing-masing anggot akleuarga
mempunyai peran dan fungsi yang berdeda dan khas seperti halnya peran ayah sebagai pencari nafkah
utama dan peran ibu yang merawat anak-anak.
Struktur keluarga
Dominasi jalur hubungan darah
- Patrilinieal. Keluarga yang berhubungan atau disusun melalui jalur garis keturunan ayah. Suku-
suku di indonesi rata-rata menggunakan struktur keluarga patrilineal.
- Matrilineal. Keluarga yang berhubungan atau disusun melalui jalur garis keturunan ibu. Suku
padang merupakan salah satu contoh suku yg menggunakan struktur keluarga matrilineal.
Dominasi keberadaan tempat tinggal
- Patrilokal. Keberadaan tempat tinggal satu keluarga yang tinggal dengan keluarga sedarah dari
pihak suami.
- Matrilokal. Keberadaan tempat tinggal satu keluarga yang tinggal dengan keluarga sedarah dari
pihak istri.
Prinsip-prinsip pengambilan keputusan
- Patriakal. Dominasi pengambilan keputusan ada pada pihak suami.
- Matriakal. Dominasi pengambilan keputusan ada pada pihak istri.
Fungsi keluarga banyak jenisnya dan di indonesia fungsi keluarga tersebut dibedakan atas 8 jenis sesuai
dengan peraturan No. 21 tahun 1994 sebagai berikut:
1. Fungsi keagamaan: fungsi keluarga sebagai wahana persemian nilai-nilai agama dan nilai-nilai
luhur budaya bangsa untuk menjadi ihsan agamis yang penuh iman dan taqwa.
2. Fungsi kebudayaan: fungsi keluarga dalam memberikan kesempatan kepada keluarga dan seluruh
anggotanya untuk mengembangkan kekayaan budaya bangsa yang beraneka ragam dalam
kesatuan.
3. Fungsi cinta kasih: fungsi keluarga dalam memberikan landasan yang kokoh terhadap hubungan
anak dengan anak, suami dengan istri dan orang tua dengan anaknya.
4. Fungsi melindungi: fungsi keluarga untuk menumbuhkan rasa aman dan kehangatan bagi segenap
anggota keluarganya.
5. Fungsi reproduksi: fungsi keluarga yang merupakan mekanisme untuk melanjutkan keturunan
yang direncankan sehingga dapat menunjang terciptanya kesejahteraan ummat manusia di dunia
serta penuh iman dan taqwa.
6. Fungsi sosialisasi dan pendidikan: fungsi keluarga yang memberikan peran kepada keluarga
untuk mendidik keturunan agar bisa melakukan penyesuaian dengan alam kehidupan dimasa
depan.
7. Fungsi ekonomi: fungsi keluarga sebagai pendukung kemandirian dan ketahanan keluarga.
8. Fungsi pembinaan lingkungan: fungsi keluarga yang memberikan kemampuan pada setiap
keluarga dapat menempatkan diri secara serasi, selaras dan seimbang sesuai daya lingkungan
alam dengan lingkungan yang berubah dinamis.
5. Jelaskan hubungan antara perilaku sehat dengan penularan dan perjalanan penyakit
dalam keluarga!
Mengontrol Faktor Resiko Dalam Penanganan Skabies Pada Keluarga Ny. Siti
1. Mengatur pola hidup yang tidak higienis, yang dapat mencegah timbulnya penyakit scabies.
2. Keadaan lingkungan rumah yang dapat memungkinkan penularan scabies secara cepat le seluruh
penghuni dalam keluarga tersebut.
3. Sarat rumah sehat yang belum terpenuhi
4. Pemakaian barang-barang pribadi secara bersama-sama yang mempercepat penularan scabies.
6. Jelaskan hubungan antara aspek psikososial dalam hubungan antara anggota keluarga
dengan perjalanan penyakit scabies!
Untuk aspek psikososial jika dihubungkan dengan kasus pada skenario. Akan didapatkan informasi
bahwa :
1. Tempat tinggal di sebuah kampung ditepi sungai;
2. Luas rumah tidak sebanding dengan banyaknya anggota keluarga yang ada;
3. Keluarga berobat ke layanan kesehatan jika keluhan sudah benar-benar mengganggu;
4. Kebersihan kurang akibat tidak adanya fasilitas PAM dan semua kegiatan mencuci dilakukan
disungai.
Untuk hubungan antara anggota keluarga dengan perjalanan penyakit berdasarkan kasus pada skenario
kita yaitu “Skabies”. Maka kita harus mengetahui dulu apa itu skabies. Skabies merupakan penyakit kulit
akibat infestasi tungau Sarcoptes scabiei. Penyakit ini mudah menular dari manusia ke manusia, dari
hewan ke manusia dan sebaliknya. Scabies mudah menyebar baik secara langsung melalui sentuhan
dengan penderita maupun secara tak langsung melalui baju, seprei, handuk, bantal, air yang masih
terdapat Sarcoptes scabiei.
Gejala Penyakit ini dapat berupa warna merah, iritasi, dan rasa gatal pada kulit yang umumnya muncul di
sela-sela jari, siku, sekitar pergelangan tangan dan siku, ketiak, pinggang, paha dan bagian luar genital
pada pria, puting susu, daerah perut, dan selangkangan. Dapat pula menyerang daerah leher, telapak
tangan, telapak kaki, pada orang yang lebih tua. Gejala lainnya muncul gelembung berair pada kulit, dan
munculnya garis halus yang berwarna kemerahan di bawah kulit yang merupakan terowongan yang digali
Sarcoptes. Gatal yang semakin parah pada malam hari juga merupakan tanda khasnya.
Penyebab Penyakit Scabies adalah kondisi kebersihan yang kurang terjaga, sanitasi yang buruk, kurang
gizi, dan kondisi ruangan terlalu lembab dan kurang mendapat sinar matahari secara langsung. Penyakit
kulit scabies menular dengan cepat pada suatu komunitas yang tinggal bersama sehingga dalam
pengobatannya harus dilakukan secara serentak dan menyeluruh pada semua orang dan lingkungan pada
komunitas yang terserang scabies, karena apabila dilakukan pengobatan secara individual maka akan
mudah tertular kembali penyakit scabies. Adapun proses penyakit Skabies yaitu sebagai berikut:
Infeksi dari penyakit ini diawali dengan tungau betina atau nimfa stadium kedua yang secara aktif
membuat terowongan di epidermis atau lapisan tanduk. Pada terowongan tersebut diletakkan 2-3
butir telur setiap hari.
Telur menetas dalam 2-4 hari yang kemudian menjadi larva yang berkaki 6.
Dalam 1-2 hari larva berubah menjadi nimfa stadium pertama kemudian berkembang menjadi
nimfa stadium kedua, yang berkaki 8. * Nymfa ini menjadi tungau betina muda, yang siap kawin
dengan tungau jantan
Tungau berkembang menjadi tungau dewasa dalam 2-4 hari.
Untuk menyelesaikan daur hidup dari telur sampai bertelur lagi diperlukan waktu 10-14 hari.
Waktu yang diperlukan telur menjadi tungau dewasa kurang lebih 17 hari. Tungau betina yang tinggal di
sebuah kantong ujung terowongan, setelah 4-5 hari setelah kopulasi, akan bertelur lagi sampai berumur
lebih kurang 3-4 minggu
Jadi, ibu Siti yang bermukim di sebuah kampung ditepi sungai yang luas rumahnya tidak
sebanding dengan banyaknya anggota keluarga. Seperti kita ketahui, ibu Siti bersama suami dan keempat
anaknya juga satu orang iparnya bersama isteri dan dua orang anaknya berpotensi tertular penyakit seperti
ibu Siti karena penyakit ini mudah menular dari manusia ke manusia juga mudah menyebar baik secara
langsung melalui sentuhan dengan penderita. Selain itu, kurangnya sanitasi akibat tidak adanya fasilitas
PAM dan semua kegiatan mencuci dilakukan disungai secara tak langsung dapat menularkan penyakit
tersebut karena masih terdapat Sarcoptes scabiei melalui bahan yang dicuci seperti baju, seprei, handuk,
bantal, dll.
7. Jelaskan aspek gizi keluarga dalam hubungannya dengan pengendalian penyakit scabies!
Diet Tinggi Kalori Tinggi Protein (TKTP) adalah pengaturan jumlah protein dan kalori serta jenis zat makanan yang dimakan disetiap hari agar tubuh tetap sehat.
Tujuan diet TKTP
a. Memberikan makanan secukupnya atau lebih dari pada biasa untuk memenuhi kebutuhan protein dan kalori.
Maksudnya, jumlah makanan khusus kebutuhan protein dan kalori dibutuhkan dalam jumlah lebih dari pada kebutuhan biasa.
b. Menambah berat badan hingga mencapai normal.
Penambahan berat badan hingga mencapai normal menunjukkan kecukupan energi. Untuk mengetahui berat badan yang normal, seseorag dapat menggunakan kartu menuju sehat (KMS), untuk anak balita, anak sekolah, remaja, ibu hamil dan kelompok usia lanjut. Bagi orang dewasa digunakan Indek MasaTtubuh (IMT).
c. Mencegah dan mengurangi kerusakan jaringan.
Artinya, dengan terpenuhinya kebutuhan energi / kalori dan protein di dalam tubuh, sehingga menjamin terbentuknya sel-sel baru di dalam jaringan tubuh. Diet dengan gizi tinggi kalori dan tinggi protein yang bertujuan untuk meningkatkan daya tahan tubuh penderita sehingga dapat mempercepat proses penyembuhan
Syarat Diet TKTP
a. Tinggi Energi
b. Tinggi Protein
c. Cukup mineral dan Vitamin
d. Mudah dicerna
e. Diberikan secara bertahap bila penyakit dalam keadaan darurat
f. Makanan yang dapat mengurangi nafsu makan dihindari.
Bahan Makanan Yang Termasuk Diet TKTP
a. Bahan makanan sumber protein
- Sumber protein hewani : ayam, daging, hati, ikan, telur, susu, keju.
- Sumber protein nabati : kacang-kacangan.
b. Bahan makanan sumber kalori.
- Sumber karbohidrat : beras, jagung, ubi singkong, roti, kentang, mie, tepung.
- Sumber lemak : minyak goreng, mentega.
Vitamin A : Hati ayam/sapi, wortel, tomat, bayam, mangga, pepaya, pisang
Vitamin C : Jambu merah, tomat, jeruk, pepaya
Vitamin E : susu, selada, pisang, ubi, ikan
Selenium : semangka, bayam, ubi jalar, brokoli, jamur
Penanganan gizi masyarakat tidak cukup dengan upaya terapi para penderita saja, karena apabila setelah mereka sembuh akan kembali ke masyarakat. Oleh karena itu, terapi penderita gangguan gizi masyarakat tidak saja ditujukan kepada penderitanya saja, tetapi seluruh masyarakat tersebut.
Masalah gizi masyarakat bukan menyangkut aspek kesehatan saja, melainkan aspek-aspek terkait yang lain, seperti ekonomi, sosial-budaya, pendidikan, kependudukan, dan sebagainya. Oleh sebab itu, penanganan atau perbaikan gizi sebagai upaya terapi tidak hanya diarahkan kepada gangguan gizi atau kesehatan saja, melainkan juga kearah bidang-bidang yang lain. Misalnya penyakit gizi KKP (kekurangan kalori dan protein) pada anak-anak balita, tidak cukup dengan hanya pemberian makanan tambahan saja (PMT), tetapi juga dilakukan perbaikan ekonomi keluarga, peningkatan pengetahuan, dan sebagainya.
8. Jelaskan hubungan antara aspek perumahan dengan penularan dan perjalanan penyakit
scabies! Jelaskan kriteria rumah sehat dan air bersih!
A. Hubungan Aspek Perumahan dengan Penularan dan Penjalaran Penyakit Scabies
Persyaratan Kesehatan Rumah Tinggal :
Menurut Keputusan MenKes RI No. 829/MENKES/SK/VII/1999, persyaratan Kesehatan Rumah
Tinggal adalah :
1. Bahan Bangunan
Tidak terbuat dari bahan yang dapat melepas zat – zat yang membahayakan kesehatan,
misalnya :
Debu total tidak > 150 ug/m3.
Asbes bebas tidak > 0.5 fiber/m3/4jam.
2. Komponen & penataan ruang rumah
Lantai kedap air & mudah dibersihkan.
Dinding, ruang tidur, ruang keluarga dilengkapi dgn lubang ventilasi.
Dinding kamar mandi & tempat cuci harus kedap air serta mudah dibersihkan.
Dinding rumah harus dapat mencegah kebisingan dari luar.
Langit – langit harus mudah dibersihkan & tdk rawan kecelakaan.
Ruang di dalam rumah harus ditata agar berfungsi sebagai ruang tamu, ruang keluarga, ruang
makan, ruang tidur, dapur, kamar mandi & ruang main anak.
Ruang dapur harus dilengkapi sarana pembuangan asap.
3. Pencahayaan
Pencahayaan alam atau buatan, langsung atau tdk langsung, dapat menerangi seluruh ruangan
minimal intensitasnya 60 lux & tdk menyilaukan.
4. Kualitas Udara
Suhu udara nyaman berkisar antara 18 – 30 C.
Kelembaban udara berkisar antara 40 – 70%.
Pertukaran udara 5 kaki kubik/mnt/penghuni.
Konsentrasi gas CO2 tdk > 100 pm / 8 jam.
Konsentrasi gas formaldehid tdk > 120 mg / m3.
5. Ventilasi
Luas penghawaan atau ventilasi alamiah yang permanen minimal 10% dari luas lantai.
Adanya lubang hawa yang berlokasi di bawah langit – langit minimal 0.35% dari luas ruang
yang bersangkutan.
6. Binatang penular penyakit
Tidak ada tikus yang bersarang di dalam rumah.
7. Air
Tersedia sarana air bersih dengan kapasitas minimal 60 liter/hari/orang.
Kualitas air harus memenuhi persyaratan kesehatan air bersih sesuai dengan peraturan yang
berlaku.
8. Tersedianya sarana penyimpanan makanan yang aman.
9. Limbah
Limbah cair yang berasal dari rumah :
tidak mencemari sumber air.
tidak menimbulkan bau.
tidak mencemari permukaan tanah.
Limbah padat harus dikelola agar tidak menimbulkan :
bau.
pencemaran terhadap permukaan tanah & air tanah.
10. Kepadatan Hunian
Tidak padat hunian adalah bila luas seluruh ruangan termasuk kamar mandi dan jamban
dibagi jumlah penghuni ≥ 10 m2 / jiwa.
Luas ruang tidur minimal 8 m2 untuk 2 orang, kecuali anak yang berusia < 5 tahun.
Hubungan dengan scenario
KASUS :
Ibu Siti tinggal bersama suami dan keempat anaknya dan satu orang ipar bersama istri serta dua
orang anaknya.
PENJELASAN :
Rumah Panggung dengan dua kamar tidur ±70 m2.
Dengan luas 70 m2 rumah dapat di tempati untuk 7 org, sedangkan jumlah orang yang
tinggal di rumah bu Siti adalah 10 orang.
Untuk luas ruang tidur yang kurang besar seharusnya 1 kamar dengan luas minimal 8 m2
untuk 2 orang tetapi kamar tersebut ditempati lebih dari 2 orang.
JADI, untuk perjalanan & penularan penyakit scabies ini terhadap anggota keluarga yang lain sangat
beresiko tinggi untuk terjadi penularan, terlebih kepada anak – anaknya Ibu Siti yg tinggal bersama
dalam 1 kamar ( 4 orang ) yang seharusnya 1 kamar hanya untuk 2 orang dan ditambah lagi dengan
satu orang ipar bersama istri dan 2 anaknya.
8. b. Kriteria Rumah Sehat
Berikut adalah beberapa syarat yang harus dipenuhi oleh rumah yang sehat :
1. Memiliki Luasan Yang Cukup
Kebutuhan ruang untuk setiap orang dihitung berdasarkan aktivitas dasar manusia di dalam rumah. Aktivitas itu meliputi tidur, makan, kerja, duduk, mandi, kakus,c uci dan masak serta ruang gerak lainya. Dari hasil kajian, kebutuhan ruang perorang adalah 9 m2 dengan ketinggian rata rata langit langit adalah 2,8 m.
2. Memiliki Sirkulasi Udara Yang Baik
Sirkulasi udara menjadi sangat penting karena udara merupakan kebutuhan pokok manusia untuk bernapas. Sirkulasi udara akan baik apabila terjadi pengaliran atau pergantian udara secara kontinu melalui ruangan-ruangan dalam rumah. Hal ini menentukan kenyamanan yang memberikan kesegaran terhadap penghuni. Dengan suplai oksigen yang cukup maka tubuh akan tetap sehat.
Agar memperoleh sirkulasi udara yang baik dapat dilakukan dengan membuat ventilasi silang dengan syarat lubang ventilasi minimal 5% dari luas lantai pada ruangan. Udara yang masuk sama dengan jumlah udara yang keluar tetapi udara yang masuk tidak berasal dari dapur atau kamar mandi.
Khusus untuk wc/kamar mandi gunakanlah blower atau exhaust fan untuk membuang udara keluar rumah.
Tanamlah jenis tanaman pagar sebagai penyaring udara yang akan masuk kedalam rumah yang membawa debu kotor.
3. Cukup Cahaya Matahari Yang Masuk
Cahaya matahari dibutuhkan oleh setiap manusia dalam berbagai hal. Salah satunya adalah membantu pembentukan vitamin D dalam tubuh. Selain itu cahaya matahari juga membantu pengaturan jam biologis tubuh (circadian rytme). Penglihatan kita akan cenderung baik karena pupil mata terlatih untuk berkontraksi menebal dan menipis saat terjadi perubahan cahaya.
Untuk menjamin masuknya cahaya matahari yang cukup, buatlah lubang cahaya minimal sepersepuluh dari luas lantai pada satu ruangan. Pastikan distribusi cahaya merata ke seluruh ruangan agar setiap kegiatan yang membutuhkan daya penglihatan dalam rumah tidak perlu menggunakan lampu. Perhatikan juga tingkat cahaya yang masuk, jangan sampai terlampau redup atau malah terlalu terang. Sinar matahari yang masuk ke dalam ruangan minimal sekitar satu jam untuk setiap harinya, sedangkan cahaya paling efektif didapatka pada pukul 08 sampai pukul 16.
4. Kelembaban dan Suhu
Sebuah rumah yang sehat ditandai dengan tingkat suhu udara dan kelembaban udara pada ruangan di dalamnya sesuai dengan suhu tubuh pada manusia normal. Kelembaban dan suhu pada rumah sebenarnya berkaitan dengan seberapa besar jumlah pencahayan dan sirkulasi udara.
Pencahayaan dan sirkulasi udara yang tidak lancar menyebabkan rasa pengap atau sumpek dan menimbulkan tingkat kelembaban tinggi. Untuk mengatasinya maka seimbangkanlah tingkat pencahayaan dan sirkulasi udara, selain itu hindarilah perabotan yang menutupi sebagian besar lantai ruangan.
5. Sanitasi Kamar Mandi dan Dapur Tertata Baik
Dapur dan kamar mandi menempati posisi teratas sebagai tempat berkembangnya kuman dan bakteri yang bisa menimbulkan berbagai penyakit dan ganguan kesehatan. Untuk mengatasi hal ini dapat dilakukan beberapa hal seperti :
Untuk Kamar mandi
Perhatikanlah penempatan kamar mandi, sebisa mungkin hindari penempatan kamar mandi pada jalur hilir mudik orang. Dan aliran sirkulasi jangan berarah dari kamar mandi ke ruangan lain. Buat agak memojok sehingga pemasangan exhaust fan bisa langsung mengarah keluar rumah.
Perhatikan kemiringan lantai kamar mandi agar pembuangan air kotor ke lubang pembuangan lancar dan tidak menggenang.
Pakailah penutup lubang pembuangan agar tidak mudah masuk kuman dan bakteri, bau tidak sedap atau sumber penyakit lain yang datang dari luar rumah.
Gunakan saluran pembuangan tertutup yang bisa dibersihkan sewaktu-waktu. Kemiringan saluran wc harus cukup agar penyiraman cepat dan mudah. Jauhkan sumber air bersih dari lokasi septic tank.
Untuk Dapur
Pilihlah lokasi dapur yang sesuai, usahakan banyak lubang ventilasi dari luar tetapi tetap tertutup ke ruangan lain (aliran udara tidak dari dapur ke ruangan lain).
Perhatikanlah pola pemipaan air bersih dan air kotor, skema kemiringan saluran pembuangan.
Kriteria Air Bersih
Berdasarkan standar peraturan Menteri Kesehatan RI No. 416/MENKES/PER/IX/1990 tentang Persyaratan Kualitas Air Bersih terdiri dari:
Persyaratan Fisik:
Kualitas fisik yang dipertahankan atau dicapai bukan hanya semata-mata dengan pertimbangan dari segi kesehatan saja akan tetapi juga menyangkut keamanan dan dapat diterima oleh masyarakat pengguna air dan mungkin pula menyangkut segi estetika.
Secara fisik dapat kita lihat bahwa:
Air harus bersih dan tidak keruh.
Tidak berwarna Apapun. Tidak Berasa Apapun. Tidak berbau apapun. Suhu antara 10 – 25 c Tidak Meninggalkan endapan.
Persyaratan Kimiawi:
Kandungan unsur kimia di dalam air harus mempunyai kadar dan tingkat konsentrasi tertentu yang tidak membahayakan kesehatan manusia atau mahluk hidup lainnya, pertumbuhan tanaman, atau tidak membahayakan kesehatan pada penggunaannya dalam industri serta tidak minumbulkan kerusakan-kerusakan pada instalasi sistem penyediaan air minumnya sendiri. Beberapa unsur tertentu, sebaliknya diperlukan dalam jumlah yang cukup untuk penciptaan suatu kondisi air minum yang dapat mencegah suatu penyakit atau kondisi kualitas yang menguntungkan.
Persyaratan kimiawi antara lain yaitu :
Tidak mengandung bahan kimiawi yang mengandung racun. Tidak mengandung zat-zat kimiawi yang berlebihan. Cukup Yodium. pH air antara 6,5 – 9,2
Dalam hubungannya dengan masalah kualitas kimiawi tersebut di atas pada dasarnya unsur-unsur kimiawi dapat dibedakan atas 4 golongan:
Unsur-unsur yang bersifat racun, Unsur-unsur tertentu yang dapat mengganggu kesehatan.
Unsur-unsur yang dapat menimbulkan gangguan pada sistem atau penggunaannya untuk keperluan atau aktivitas manusia.
Unsur-unsur yang merupakan indikator pengotoran.
Persyaratan Bakteriologi :
Dalam persyaratan ini ditentukan batasan tentang jumlah bakteri pada umumnya dan khususnya bakteri penyebab penyakit (ekoli).
Parameter air bersih secara radiologi:
Konduktifitas atau daya hantar. Pesistifitas. PTT atau TDS (kemampuan air bersih untuk menghantarkan arus listrik)
9. Bagaimana pencatatan dan pelaporan kasus pada scenario!
1. Pencatatan kasus :
a. Genogram
b. Family folder:
- Identitas
- Pemeriksaan Fisis
- Diagnosis Masalah
- Tindakan / pengobatan
- Pelayanan lain yang diberikan
2. Pelaporan kasus:
Alur pengumpulan data dari Sub-sistem Informasi Puskesmas, Sub-sistem Informasi Rumah Sakit dan Sistem
Terpadu Penyakit sebagai berikut:
A . A l u r d a t a d a r i P u s k e s m a s
1 . D a t a P u s k e s m a s y a n g b e r a s a l d a r i k e g i a t a n h a r i a n , b a i k d a r i
k e g i a t a n dalam gedung maupun luar gedung Puskesmas dan Puskesmas pembantuserta bidan
di desa, dikumpulkan di Puskesmas oleh masing masing pengelola program di
Puskesmas, misalnya program kesehatan ibu dananak, pemberantasan penyakit, promosi kesehatan dan
lainnya..
2. D a t a t e r s e b u t k e m u d i a n d i a g r e g a s i o l e h p e n g e l o l a S P 2 T P k e d a l a m formulir
laporan bulanan Puskesmas (LB1 dan LB3).
3. L a p o r a n b u l a n a n t e r s e b u t k e m u d i a n d i k i r i m k a n k e d i n a s k e s e h a t a n kabupaten.
4. Kemudian dilakukan rekapitulasi seluruh Puskesmas oleh petugas SP2TP kabupaten untuk
dikoordinasikan dengan pengelola program di dinas kesehatan kabupaten
5. Selanjutnya rekapitulasi laporan Puskesmas diteruskan ke dinas kesehatan propinsi dan pusat
(Departemen Kesehatan).
B . A l u r d a t a d a r i R u m a h S a k i t
1. Data dari rumah sakit baik pemerintah maupun swasta yang berasal dari k e g i a t a n
h a r i a n , m e l i p u t i p e l a y a n a n r a w a t j a l a n d a n r a w a t i n a p , dikumpulkan oleh
petugas rekam medik rumah sakit.
2. D a t a t e r s e b u t k e m u d i a n d i a g r e g a s i o l e h p e t u g a s r e k a m m e d i k d a l a m formulir
laporan bulanan rumah sakit sebagai berikut:
a. a . L a p o r a n d a t a k e a d a a n m o r b i d i t a s p a s i e n r a w a t i n a p r u m a h
s a k i t (RL2a).
b. Laporan data keadaan morbiditas pasien rawat jalan rumah sakit(RL2b).
c. c . L a p o r a n d a t a k e a d a a n m o r b i d i t a s p a s i e n r a w a t i n a p
s u r v e i l a n s rumah sakit (RL2a1).
d. d . L a p o r a n d a t a k e a d a a n m o r b i d i t a s p a s i e n r a w a t j a l a n
s u r v e i l a n s rumah sakit (RL2b1).
e. Laporan data status imunisasi (RL2c).
3. L a p o r a n t e r s e b u t s e c a r a b e r s a m a a n d i k i r i m k a n k e d i n a s
k e s e h a t a n kabupaten, dinas kesehatan propinsi dan Departemen Kesehatan (DitjenPelayanan
Medik).
C.Alur data Sistem Terpadu Penyakit /STP
1. U n t u k m e l a k u k a n u p a y a p e m b e r a n t a s a n p e n y a k i t
m e n u l a r , penanggulangan kejadian luar biasa (KLB) penyakit dan keracunan,
serta penanggulangan penyakit tidak menular diperlukan suatu sistem surveilans penyakit secara
terpadu yang bersumber dari Puskesmas, rumah sakit danlaboratorium dengan menggunakan
formulir STP Pus STP RS dan STPLab.
2. D a t a S T P t e r s e b u t d i a t a s k e m u d i a n d i a g r e g a s i d a l a m
f o r m u l i r STP PUS-KAB., STP RS-KAB. dan STP LAB-KAB oleh dinas kesehatan kabupaten.
3. S e l a n j u t n y a r e k a p i t u l a s i l a p o r a n S T P t e r s e b u t d i t e r u s k a n k e d i n a s kesehatan
propinsi dan pusat (Departemen Kesehatan).
10. Jelaskan system rujukan pada pasien scabies!
R ujukan
Pengertian:
Pelimpahan kewenangan dan tanggung jawab penanganan pada dokter yang dimintai rujukan. Rujukan dapat diajukan pada pelayanan yang lebih tinggi stratanya atau yang memiliki keahlian dan peralatan yang yang diperlukan (rujukan vertikal) juga dapat diajukan kepada pelayanan yang stratanya sama (rujukan horizontal).
Rujukan pada pelayanan kedokteran di Indonesia, dibagi menjadi :
1. Rujukan Medis
• Rujukan Pasien
Pelimpahan wewenang untuk tindak lanjut yang diperlukan.
• Rujukan Ilmu Pengetahuan
Pengiriman dokter atau tenaga kerja untuk melakukan bimbingan, pendidikan ,atau pelatihan.
• Rujukan Bahan Pemeriksaan Laboratorium
Pengiriman bahan pemeriksaan laboratorium untuk pelayanan tindak lanjut yang diperlukan.
2. Rujukan Kesehatan
• Rujukan Tenaga
Pengiriman dokter atau tenaga kesehatan untuk menanggulangi kasus penyakit atau problem kesehatan.
• Rujukan Sarana
Pengiriman berbagai peralatan atau sarana medis maupun non-medis.
• Rujukan Operasional
Pelimpahan wewenang dan tanggung jawab penanggulangan masalah kesehatan.
3. Rujukan pada pelayanan dokter keluarga
• Pelimpahan wewenang dan tanggung jawab tidak total, melainkan terhadap penyakit yang ditanggulangi saja. Dan yang lain masih menjadi tanggung jawab dokter.
• Dalam melakukan rujukan dokter tidak hanya melihat dari aspek medis saja, namun juga dalam aspek sosial-ekonomi.
• Tujuan rujukan untuk meningkatkan derajat kesehatan keluarga secara keseluruhan.
11. Bagaimana diagnostic holistic berdasarkan scenario?
DIAGNOSTIK HOLISTIK AWAL
1. Aspek Personal
- Alasan kedatangan: Riwayat gatal-gatal lama serta timbul bisul. Pasien menjadi mengurangi
kegiatan menulis disekolah karena terganggu bisul.
- Harapan : Gatal-gatal bisa hilang dan tidak
timbul kembali dan beraktivitas kembali seperti semula.
- Kekhawatiran : Takut keluhannya
bertambah berat dan tidak sembuh dari penyakitnya
2. Aspek Klinik
- Skabies dengan infeksi sekunder (ICD-10
B.86)
3. Aspek Risiko Internal
- Belum mengetahui penyebab dari penyakit
yang dialami serta penyebaran dan penularan skabies.
- Lifestyle (menjaga kebersihan diri yang kurang, tidur bersama, pemakaian pakaian berulang
sebelum dicuci, seprai jarang dicuci, menggunakan handuk bersamaan,
dan sering kontak langsung dengan teman sebaya)
4. Masalah fungsi psikososial, dan lingkungan
- Keluarga berobat ke layanan kesehatan
jika keluhan sudah benar-benar menggangu.
- Kebersihan rumah kurang
- Pencahayaan dan ventilasi di dalam rumah kurang baik
- Luas rumah tidak sebanding dengan banyaknya anggota keluarga yang ada.
- Tempat tinggal berada pada daerah pemukiman yang padat
5. Skala Fungsional: 2 yaitu pasien mampu
melakuakan pekerjaan ringan sehari-hari di dalam dan luar rumah namun mulai mengurangi
aktivitas.
DIAGNOSTIK HOLISTIK AKHIR
1. Aspek Personal
- Alasan kedatangan: Riwayat gatal-gatal yang dialami berkurang dan bisul yang dialami
sembuh.
- Harapan : Penyakit ini dapat sembuh
sempurna.
- Kekhawatiran : Kekhawatiran sakit tidak akan sembuh hilang.
2. Aspek Klinik
- Skabies (ICD-10 B.86)
3. Aspek Risiko Internal
- Keluarga dan pasien mengetahui penyebab dari penyakit yang dialami serta
penyebaran dan penularan skabies.
- Lifestyle (menjaga kebersihan diri yang meningkat, teap tidur bersama, mencuci pakaian
berulang setelah dicuci, rutin mencuci seprai, mencuci handuk dan menjemur setelah dipakai
tetapi masih digunakan bersama)
4. Masalah fungsi psikososial, dan lingkungan
- Semua anggota keluarga melakukan pengobatan.
- Kebersihan rumah tetap kurang.
- Pencahayaan dan ventilasi tetap kurang.
5. Skala Fungsional: 1 yaitu pasien mampu melakuakan pekerjaan sehari-hari.
Referensi