Laporan Pbl Modul 3

29
KATA PENGANTAR Puji syukur penulis ucapkan kepada Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis bisa menyelesaikan laporan ini sesuai dengan waktu yang telah ditentukan. Laporan ini dibuat dengan maksud untuk melengkapi tugas sistem Reproduksi modul Sesak Napas. Penulis mengetahui dan memahami bahwa dalam pembuatan laporan ini masih terdapat banyak kekurangan, oleh karena itu, kritik dan saran yang bersifat membangun dari pembaca penulis harapkan untuk kesempurnaan penulisan di masa yang akan datang. Tidak lupa penulis ucapkan terima kasih kepada semua pihak yang secara langsung maupun tidak langsung telah membantu dalam proses pembuatan makalah ini. Terima kasih kepada Allah SWT, orang tua, tutor pembimbing yaitu dr. Busjra dan semua teman mahasiswa Universitas Muhammadiyah Jakarta Prodi kedokteran angkatan 2011. Kami ucapkan terima kasih kepada tutor-tutor kami pada modul ini, yang telah memberikan kita arahan dan ilmu yang bermanfaat. Pada akhirnya penulis berharap laporan ini bisa menjadi tulisan yang bermanfaat untuk diri penulis sendiri maupun untuk para pembaca. 1

description

pbl

Transcript of Laporan Pbl Modul 3

Page 1: Laporan Pbl Modul 3

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis ucapkan kepada Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan

hidayah-Nya sehingga penulis bisa menyelesaikan laporan ini sesuai dengan waktu yang telah

ditentukan. Laporan ini dibuat dengan maksud untuk melengkapi tugas sistem Reproduksi

modul Sesak Napas.

Penulis mengetahui dan memahami bahwa dalam pembuatan laporan ini masih terdapat

banyak kekurangan, oleh karena itu, kritik dan saran yang bersifat membangun dari pembaca

penulis harapkan untuk kesempurnaan penulisan di masa yang akan datang. Tidak lupa penulis

ucapkan terima kasih kepada semua pihak yang secara langsung maupun tidak langsung telah

membantu dalam proses pembuatan makalah ini. Terima kasih kepada Allah SWT, orang tua,

tutor pembimbing yaitu dr. Busjra dan semua teman mahasiswa Universitas Muhammadiyah

Jakarta Prodi kedokteran angkatan 2011.

Kami ucapkan terima kasih kepada tutor-tutor kami pada modul ini, yang telah

memberikan kita arahan dan ilmu yang bermanfaat. Pada akhirnya penulis berharap laporan ini

bisa menjadi tulisan yang bermanfaat untuk diri penulis sendiri maupun untuk para pembaca.

Jakarta, September 2013

Penulis

1

Page 2: Laporan Pbl Modul 3

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.............................................................................................................................1

DAFTAR PUSTAKA..............................................................................................................................2

BAB I. PENDAHULUAN

Latar Belakang.........................................................................................................................................3

Tujuan......................................................................................................................................................3

BAB II. ANALISA MASALAH

Skenario...................................................................................................................................................4

Klarifikasi Kata Kunci.............................................................................................................................4

Identifikasi Masalah.................................................................................................................................5

Penyelesaian Masalah..............................................................................................................................5

DAFTAR PUSTAKA

2

Page 3: Laporan Pbl Modul 3

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. LATAR BELAKANG

Modul ini diberikan pada mahasiswa Fakultas Kedokteran UMJ yang merupakan bagian dari

mata kuliah Sistem Respirasi. Tujuan pemberian modul ini untuk melatih kemampuan

mahasiswa dalam penanganan penyakit pada Sistem Respirasi, dimana pada modul ini diberikan

satu skenario yang berhubungan dengan Sistem Respirasi tentang Sesak Napas .Mahasiswa

diharapkan mendiskusikan bukan hanya pada inti masalah tapi juga semua hal yang berhubungan

dengan permasalahan tersebut, misalnya tentang anatomi,fisiologi, biokimia serta

histologi.Yang dipentingkan disini adalah bagaimana proses memecahkan masalah yang

diberikan dan bukan diagnosanya.

1.2. TUJUAN

TUJUAN PEMBELAJARAN

Setelah mempelajari modul ini, mahasiswa diharapkan dapat menjelaskan tentang konsep-konsep

dasar yang berhubungan dengan gejala sesak napas dan mampu membedakan beberapa penyakit

sistem respirasi yang memberikan gejala tersebut.

3

Page 4: Laporan Pbl Modul 3

BAB II

ANALISA MASALAH

2.1 SKENARIO

Seorang laki-laki 69 tahun, pensiunan mekanik, dibawa ke rumah sakit oleh anaknya

yang juga seorang dokter puskesmas karena menderita sesak yang hebat dan sangat lemah.

Kondisi kelemahan ini sebenarnya telah dialaminya sejak 4 bulan lalu dimana pada saat itu ia

menderita batuk yang tidak produktif yang disertai demam,yang membaik setelah diberikan

antibiotic selama 6 hari ditambah obat-obat simptomatik.

Saat ini ia juga menderita batuk yang produktif dengan sputum yang kecoklatan sejak 4

hari lalu, dan sejak 2 hari lalu ia mengeluh demam yang disertai muntah. Ia tidak ada riwayat

merokok ataupun minum-minuman keras. Ia tidak pernah keluar kota atau melakukan

perjalanan jauh sejak 1 tahun terakhir dan tidak pernah kontak dengan orang sakit

sebelumnya dan ia ada riwayat gastric reflux yang disertai mual dan muntah.

2.2 KLARIFIKASI KATA KUNCI

1. Laki-laki 69 tahun

2. Sesak yang hebat

3. Kelemahan ini telah dialaminya sejak 4 bualn lalu

4. Batuk yang tidak produktif

5. Demam

6. Membaik setelah diberikan antibiotik selama 6 hari

7. Saat ini menderita batuk yang produktif 

8. Sputum yang kecoklatan sejak 4 hari lalu

9. Sejak 2 hari lalu ia menegluh demam

10. Tidak ada riwayat merokok ataupun minum-minuman keras

11. Tidak pernah kontak dengan orang sakit sebelumnya

12. Sering mengalami gastric reflux yang disertai mual dan muntah

4

Page 5: Laporan Pbl Modul 3

2.3 IDENTIFIKASI MASALAH

1. Jelaskan penyakit-penyakit apa saja yang menimbulkan sesak nafas?

2. Jelaskan bagaimana patomekanisme dari sesak napas, batuk, dan sesak napas?

3. Apakah ada hubungannya riwayat pekerjaan dengan penyakit yang diderita oleh

pasien pada skenario? Jelaskan!

4. Mengapa pasien sering mengalami gastric reflux yang disertai mual muntah, Apakah

hubungannya dengan penyakit yang diderita oleh pasien?

5. Mengapa pada skenario pasien mengalami batuk produktif dengan sputum

kecoklatan?

6. Bagaimana DD dari penyakit pada skenario?

2.4PENYELESAIAN MASALAH

Fisiologi

Respirasi terdiri dari dua mekanisme, yaitu inspirasi dan ekspirasi. Pada saat inspirasi

costa tertarik kekranial dengan sumbu di articulatio costovertebrale, diafragma kontraksi

turun ke caudal, sehinggarongga thorax membesar, dan udara masuk karena tekanan

dalam rongga thorax yang membesarmenjadi lebih rendah dari tekanan udara luar.

Sedangkan ekspirasi adalah kebalikan dari inspirasi(Ganong, 1999).

Respirasi melibatkan otot-otot regular dan otot bantu. Otot reguler bekerja dalam

pernapasan normal,sedang otot bantu atau auxiliar bekerja saat pernapasan sesak. Otot

reguler inspirasi : m. Intercostalisexternus, m. Levator costae, m. Serratus posterior

superior, dan m. Intercartilagineus. Otot auxiliary inspirasi : m. Scaleni, m.

Sternocleidomastoideus, m. Pectoralis mayor et minor, m. Latissimus dorsi, m.Serrarus

anterior. Otot reguler ekspirasi : m. Intercostalis internus, m. Subcostalis, m.

Tranversusthorachis, m. Serratus posterior inferior. Otot auxiliar ekspirasi : m. Obliquus

externus et internusabdominis, m. Tranversus abdominis, m. Rectus abdominis

(Syaifulloh, dkk, 2008).

5

Page 6: Laporan Pbl Modul 3

1. Jelaskan penyakit-penyakit apa saja yang menimbulkan sesak nafas?

Asma

Bronkitis Kronik

Empisema

pneumonia

Pneumotoraks

Efusi Pleura

Bronkiektasis

2. Sebutkan klasifikasi sesak?

6

Page 7: Laporan Pbl Modul 3

3. Bagaimana patomekanisme sesak, batuk dan deman yang ada hubungannya dengan

skenario?

MEKANISME BATUK

Rangsang pada reseptor batuk dialirkan ke pusat batuk ke medula, dari medula dikirim

jawaban ke otot-otot dinding dada dan laring sehingga timbul batuk. Refleks batuk sangat

penting untuk menjagakeutuhan saluran napas dengan mengeluarkan benda asing atau

sekret bronkopulmoner. Iritasi salahsatu ujung saraf sensoris nervus vagus di laring,

trakea, bronkus besar atau sera aferen cabang faringdari nervus glossofaringeal dapat

menimbulkan batuk. Batuk juga timbul bila reseptor batuk di lapisanfaring dan esofagus,

rongga pleura dan saluran telinga luar dirangsang. Ada 4 fase mekanisme batuk,yaitu fase

iritasi, fase inspirasi dalam, fase kompresi dan fase ekspulsi/ekspirasi. Selama fase

kompresi,glotis menutup, otot-otot interkostal dan abdominal berkontraksi kuat sehingga

tekanan intratoraks danintraabdomen meningkat.

Bila tekanan intratoraks mencapai tingkat yang sangat tinggi, glotis membuka sedikit

secara tiba-tiba.Keadaan ini menyebabkan tekanan intrapulmoner turun. Menurunnya

tekanan intrapulmonermenyebabkan turunnya tekanan intraabdomen yang tinggi akibat

kontraksi otot-otot abdomen.Keadaan ini menyebabkan diafragma akan menaik secara

tajam. Naiknya diafragma akan menimbulkanpengeluaran udara yang kuat dari paru.

Aliran udara ini akan mendorong benda asing di saluran napaske dalam mulut sehingga

bisa dikeluarkan. Bunyi batuk terutama disebabkan oleh getaran pita suara dankadang-

kadang oleh getaran sekret. Berbagai kelainan atau penyakit yang merangsang reseptor

batukatau komponen refleks batuk dapat menimbulkan batuk. Batuk merupakan gejala

umum yangmempunyai nilai diagnostik terbatas, tetapi dapat merupakan satu-satunya

indikasi terdapatnyapenyakit bronkopulmoner yang serius. Batuk sangat sering terjadi

pada perokok, yang kadang-kadangtidak disadari; perubahan pada sifat batuk dan

ekspektorasilah yang membuat mereka menyadari halini.

Perubahan ini sering disebabkan oleh infeksi, tetapi mungkin juga merupakan indikasi

terdapatnyakeganasan yang banyak ditemukan pada perokok. Masa tanpa gejala berarti

7

Page 8: Laporan Pbl Modul 3

pada perokok berlangsungkira-kira 10 tahun setelah merokok dimulai, setelah itu timbul

gejala batuk kronik biasanya disertaidengan sejumlah sputum.

SESAK NAPAS

Dispnea atau sesak napas bisa terjadi dari berbagai mekanisme seperti jika ruang fisiologi

meningkatmaka akan dapat menyebab kan gangguan pada pertukaran gas antara O2 dan

CO2 sehingga menyebabkan kebutuhan ventilasi makin meningkat sehingga terjadi sesak

napas. Pada orang normal ruang mati ini hanya berjumlah sedikit dan tidak terlalu

penting, namun pada orang dalam keadaanpatologis pada saluran pernapasn maka ruang

mati akan meningkat.

Begitu juga jika terjadi peningkatan tahanan jalan napas maka pertukaran gas juga akan

terganggu dan juga dapat menebab kan dispnea. Dispnea juga dapat terjadi pada orang

yang mengalami penurnanterhadap compliance paru, semakin rendah kemampuan

terhadap compliance paru maka makin besargradien tekanan transmural yang harus

dibentuk selama inspirasi untuk menghasilkan pengembanganparu yang normal.

Penyebab menurunnya compliance paru bisa bermacam salah satunya adalahdigantinya

jaringan paru dengan jaringan ikat fibrosa akibat inhalasi asbston atau iritan yang sama.

DEMAM

Substansi penyebab demam disebut pirogen. Pirogen eksogen berasal dari luar tubuh,

baik dari produkproses infeksi maupun non infeksi. Lipopolysaccharyde (LPS) pada

dinding bakteri gram negatif ataupeptidoglikan dan teichoic acid pada bakteri gram

positif, merupakan pirogen eksogen. Substansi inimerangsang makrofag, monosit,

limfosit, dan endotel untuk melepaskan IL1, IL6, TNF- , dan IFN- , yangbertindak

sebagai pirogen endogen.8,12,14 Sitokinsitokin proinflamasi ini akan berikatan

denganreseptornya di hipotalamus dan fofsolipase-A2. Peristiwa ini akan menyebabkan

pelepasan asamarakidonat dari membran fosfolipid atas pengaruh enzim siklooksigenase-

8

Page 9: Laporan Pbl Modul 3

2 (COX-2). Asam arakidonatselanjutnya diubah menjadi prostaglandin E2 (PGE2). PGE2

baik secara langsung maupun melaluiadenosin monofosfat siklik (c-AMP), akan

mengubah setting termostat (pengatur suhu tubuh) dihipotalamus pada nilai yang lebih

tinggi. Selanjutnya terjadi peningkatan produksi dan konservasi panassesuai setting suhu

tubuh yang baru tersebut. Hal ini dapat dicapai melalui refleks vasokonstriksipembuluh

darah kulit dan pelepasan epinefrin dari saraf simpatis, yang menyebabkan

peningkatanmetabolisme tubuh dan tonus otot. Suhu inti tubuh dipertahankan pada

kisaran suhu normal, sehinggapenderita akan merasakan dingin lalu menggigil dan

menghasilkan panas.

4. Differential Diagnosa?

EMPIEMA

DEFINISI

Empiema adalah keadaan terkumpulnya nanah ( pus ) didalam ronggga pleura dapat setempat atau mengisi seluruh rongga pleura (Ngastiyah,1997).

Empiema adalah penumpukan cairan terinfeksi atau pus pada cavitas pleura (Diane C. Baughman, 2000).

Empiema adalah penumpukan materi purulen pada areal pleural (Hudak & Gallo, 1997). Empiema adalah kondisi dimana terdapatnya udara dan nanah dalam rongga pleura

dengan yang dapati timbul sebagai akibat traumatik maupun proses penyakit lainnya. Empiema adalah suatu efusi pleura eksudat yang disebabkan oleh infeksi langsung pada

rongga pleura yang menyebabkan cairan pleura menjadi keruh. Pada empiema terdapat cairan pleura yang mana pada kultur dijumpai bakteri atau sel darah putih > 15.000 / mm3 dan protein > 3 gr/ dL.

ETIOLOGI

Sebelum antibiotik berkembang, pneumokokus (Streptococus pneumoniae) dan Streptococus hemolyticus (Sterptococus pyogenes) adalah penyebab empiema yang terbesar di bandingkan sekarang. Basil gram negatif seperti Escherichia coli, Pseudomonas aeruginosa, Proteus species

9

Page 10: Laporan Pbl Modul 3

dan Klebsiella pneumoniae merupakan grup yang terbesar dan hampir 30 % dijumpai pada hasil isolasi setelah berkurangnya kejadian empiema sebagai komplikasi pneumonia pneumokokus.

Staphylococcus aureus merupakan organisme penyebab infeksi yang paling sering menyebabkan empiema pada anak-anak, terutama pada bayi sekitar 92 % empiema pada anak-anak di bawah 2 tahun. Bakteri gram negatif yang lain Haemophilus influenzae adalah penyebab empiema pada anak-anak.

Empiema juga dapat disebabkan organisme yang lain seperti empiema tuberkulosis yang sekarang jarang dijumpai pada negara berkembang. Empiema jarang disebabkan oleh jamur, terutama pada penderita yang mengalami penurunan daya tahan tubuh (Immunocompromised). Aspergillus species dapat menginfeksi rongga pleura dan dapat menyebabkan empiema dan ini terkadang terjadi pada penderita yang mengalami penurunan daya tahan tubuh yang dapat menyebabkan penyakit paru-paru dan pleura yang serius walaupun jarang.

EPIDEMIOLOGI

Empiema merupakan komplikasi yang paling sering dari pneumonia pneumokokus, yang terjadi sekitar 2 % dari semua kasus. Meskipun telah ada antibiotik yang potensial, pneumonia bakterial masih menyebabkan morbiditas dan mortalitas di Amerika. Setiap tahun angka kejadian pneumonia bakterial diperkirakan sekitar 4 juta dengan rata-rata 20 % membutuhkan perawatan di rumah sakit. Karena sebanyak 40 % penderita yang dirawat di rumah sakit dengan pneumonia bekterial memiliki efusi pleura. Efusi terjadi akibat pneumonia merupakan persentase yang besar dari efusi pleura. Angka morbiditas dan mortalitas pada penderita pneumonia yang disertai efusi pleura lebih tinggi daripada penderita yang hanya menderita pneumonia saja.

MANIFESTASI KLINIS

Sesak napas adalah gejala yang paling utama. Pada empiema gejala lain yang timbul adalah panas, menggigil, dan penurunan berat badan. Gejala empiema yang timbul tergantung dari terbentuknya atau tidaknya fistula ke bronkus, yakni berupa fistula bronkopleura. Bila tidak terjadi fistula, maka gejalanya akan tetap berat, sementara itu apabila telah terjadi fistula maka gejalanya akan lebih ringan.

Adapun gejala klinis yang dapat timbul adalah sebagai berikut, antara lain:

Sering dijumpai demam Malaise dan kehilangan berat badan pada empiema kronis Penderita sering mengeluh adanya nyeri pleura (Pleuritic pain)

10

Page 11: Laporan Pbl Modul 3

Dispnea dapat disebabkan akibat kompresi atau penekanan pada paru-paru oleh cairan empyema

Batuk sering dijumpai dan adanya fistula bronkopleural yang disertai dengan sputum yang purulen yang dapat dibatukkan.

PATOMEKANISME

Mekanisme penyebaran infeksi sehingga mencapai rongga pleura

1. Infeksi paru, infeksi paru seperti pneumonia dapat menyebar secara langsung ke pleura, penyebaran melalui sistem limfatik atau penyebaran secara hematogen. Penyebaran juga bisa terjadi akibat adanya nekrosis jaringan akibat pneumonia atau adanya abses yang ruftur ke rongga pleura.

2. Mediastinum, kuma-kuman dapat masuk ke rongga pleura melalui tracheal fistula, esofageal fistula, asanya abses di kelenjar mediastinum

3. Subdiafragma, asanya proses di peritoneal atau di visceral dapat juga menyebar ke rongga pleura

4. Inokulasi langsung, inokulasi langsung dapat terjadi akibat trauma, iatrogenik, pasca operasi. Pasca operasi dapat terjadi infeksi dari hemotoraks atau adanya leak dari bronkus.

Proses infeksi di paru seperti pneumonia, abses paru, sering mengakibatkan efusi parapneumonik yang merupakan awal terjadinya empiema, ada tiga fase perjalan efusi parapneumonik,

- Fase pertama atau fase eksudatif yang ditandai dengan penumpukan cairan pleura yang dteril dengan cepat dirongga pleura. Peumpukan cairan tersebut akibat peninggian permeabilitas kapiler di pleura visceralis yang diakibatkan pneumonitis. Cairan ini memiliki karakteristik rendah lekosit, rendah LDH, normal glukosa, dan normal pH.

- Bila pemberian antibiotik tidak tepat, bakteri yang berasal dari proses pneumonitis tersebut akan menginvasi cairan pleura yang akan mengawali terjadinya fase kedua yaitu fase fibropurulen pada fase ini cairan pleura mempunyai karakteristik PMN lekosit tinggi, dijumpai bakteri dan debris selular, pH dan glukosa rendah dan LDH tinggi. Pasa fase ini, penanganan tidak cukup hanya dengan antibiotik tetapi memerlukan tindakan lain seperti pemasangan selang dada.

11

Page 12: Laporan Pbl Modul 3

- Bila penanganan juga kurang baik, penyakit akan memasuki fase akhir yaitu fase organization. Pada fase ini fibroblas akan berkembang ke eksudat dari permukaan pleura visceralis dan parietalis dan membentuk membran yang tidak elastis yang dinamakan pleural feel. Pleural feel ini akan menyelubungi paru dan menghalangi paru untuk mengembang. Pada fase ini eksudat sangat kental dan bila penanganan tetap tidak baik, penyakit dapat berlanjut menjadi empiema.

KOMPLIKASI

1. Fibrosis pleura2. Kolaps paru akibat penekanan cairan pada paru-paru3. Panyakit paru restriktif4. Syok5. Pergeseran organ-organ mediastinum6. Piopneumotoraks

ALUR DIAGNOSIS

Pemeriksaan Fisik

Adanya tanda cairan disertai pergerakan hemithoraks yang sakit berkurang. Terdengar suara redup pada perkusi. Pada auskultasi suara nafas menurun sampai menghilang disisi hemithorak yang sakit.

2. Foto Dada

Foto thoraks PA dan lateral didapatkan gambaran opacity yang menunjukkan adanya cairan dengan atau tanpa kelainan paru. Bila terjadi fibrothoraks, trakea di mediastinum tertarik ke sisi yang sakit dan juga tampak adanya penebalan.

3. Diagnosa pasti

Aspirasi pleura akan menunjukkan adanya nanah didalam rongga dada (pleura). Nanah dipakai sebagi bahan pemeriksaan : Citologi, Bakteriologi, Jamur, Amoeba dan dilakukan pembiakan terhadap kepekaan antibiotik.

PENATALAKSANAAN

sip pengobatan pada empiema :

12

Page 13: Laporan Pbl Modul 3

1. Pengosongan ronga pleura dari nanah

a. Aspirasi Sederhana

Dilakukan berulangkali dengan memakai jarum lubang besar. Cara ini cukup baik untuk mengeluarkan sebagian besar pus dari empiema akut atau cairan masih encer. Kerugian teknik seperti ini sering menimbulkan “pocketed” empiema. USG dapat dipakai untuk menentukan lokasi dari pocket empiema.

b. Drainase Tertutup

Pemasangan “Tube Thoracostomy” = Closed Drainage (WSD)

Indikasi pemasangan darin ini apabila nanah sangat kental, nanh berbentuk sudah dua minggu dan telah terjadi pyopneumathoraks. Pemasangan selang jangan terlalu rendah, biasanya diafagma terangkat karena empiema. Pilihlah selang yang cukup besar. Apabila tiga sampai 4 mingu tidak ada kemajuan harus ditempuh dengan cara lain seperti pada empiema kronis.

c. Drainase Terbuka (open drainage)

Tindakan ini dikerjakan pada empiema kronis dengan memotong sepenggal iga untuk membuat “jendela”. Cara ini dipilih bila dekortikasi tidak dimungnkinkan dan harus dikerjakan dalam kondisi betul-betul steril.

2. Pemberian antibiotika

Mengingat sebab kematian umumnya karena sepsis, maka pemberian antibiotik memegang peranan yang penting. Antibiotik harus segera diberikan begitu diagnosa diegakkan dan dosisnya harus adekuat. Pilihan antibiotik didasarkan pada hasil pengecatan gram dari hapusan nanah. Pengobatan selanjutnya tergantung pada hasil kultur dan tes kepekaan obat. Bila kuman penyebab belum jelas dapat dipakai Benzil Penicillin dosis tinggi.

3. Penutupan rongga pleura

Empiema kronis gagal menunjukkan respon terhadap drainase selang, maka dilakukan dekortikasi atau thorakoplasti. Jika tidak ditangani dengan baik akan menambah lama rawat inap.

4. Pengobatan kausal

Tergantung penyebabnya misalnya amobiasis, TB, aktinomeicosis, diobati dengan memberikan obat spesifik untuk masing-masing penyakit.

13

Page 14: Laporan Pbl Modul 3

PROGNOSIS

Mortalitas bergantung pada umur , penyakit penyerta, penyakit dasarnya dan pengobatan yang adekuat. Angka kematian meningkat pada usia tua atau penyakit dasar yang berat dan karena terlambat dalam pemberian obat.

Kematian pada empyema oleh Staphylococcus pada bayi dan anak kcil masih tinggi.

Hal ini disebabkan terutama oleh ganasnya Staphylococcus yang dapat mengubah bronchopneumonia ringan menjadi empyema dalam beberapa jam saja. Hal ini mungkin karena natural resistance bayi dan anak kecil umumnya masih rendah. Pada penyembuhan biasanya tidak terdapat terdapat keluhan lagi walaupun kadang-kadang masih terdapat perlengketan ringan yang dapat menghilang di kemudian hari.

PENCEGAHAN

Pencegahan untuk pasien menderita empiema paru hanya dapat mencegah terjadiny factor pencetus Empiema paru, mencegah terjadinya etiologi diatas :

1. Melakukan penatalaksanaan dengan baik pada pasien pneumonia, Abses Paru, TB dan infeksi paru lainnya, agar tidak terjadi empiema paru.

2. Mencegah terjadinya trauma tumor, melakukan penatalksaan sesuai prosedur agar tidak terjadi infeksi ketika pembedahan otak, thorakosentris

3. Mencegah kontaminasi bakteri Staphilococcus Pyogenes,. Terjadi pada semua umur, sering pada anak,Streptococcus Pyogenes, Bakteri gram negatif , dan Bakteri anaerob.

PNEUMONIA

Definisi.

Pneumonia adalah peradangan yang mengenai parenkim paru, distal dari bronkiolus terminalis

yangmencakup bronkiolus respiratorius dan alveoli, serta menimbulkan konsolidasi jaringan paru

dangangguan pertukaran gas setempat. Pada pemeriksaan histologis terdapat pneumonitis atau

reaksiinflamasi berupa alveolitis dan pengumpulan eksudat yang dapat ditimbulkan oleh

berbagai penyebabdan berlangsung dalam jangka waktu yang bervariasi.

14

Page 15: Laporan Pbl Modul 3

Pneumonia merupakan radang paru yang disebabkan mikroorganisme (bakteri, virus, jamur, dan

parasit). Pneumonia adalah penyakit inflamasi pada paru yang dicirikan dengan adanya

konsolidasi akibat eksudat yang masuk dalam area alveoli. (Axton & Fugate, 1993).

Penumonia adalah inflamasiparenkim paru, biasanya berhubungan dengan pengisian cairan di

dalam alveoli. Hal ini terjadi ini terjadiakibat adanya invaksi agen atau infeksius adalah adanya

kondisi yang mengganggu tahanan saluran.Trakhabrnkialis, adalah pun beberapa keadaan yang

mengganggu mekanisme pertahanan sehinggatimbul infeksi paru misalnya, kesadaran menurun,

umur tua, trakheastomi, pipa endotrakheal, dan lain-lain. Dengan demikian flora endogen yang

menjadi patogen ketika memasuki saluran pernafasa. (Ngasriyal,Perawatan Anak Sakit, 1997).

Patofisiologi

Pneumonia dapat terjadi akibat menghirup bibit penyakit di udara, atau kuman di tenggorokan

terisapmasuk ke paru-paru. Penyebaran bisa juga melalui darah dari luka di tempat lain, misalnya

di kulit. Jikamelalui saluran napas, agen (bibit penyakit) yang masuk akan dilawan oleh pelbagai

sistem pertahanantubuh manusia. Misalnya, dengan batuk-batuk, atau perlawanan oleh sel-sel

pada lapisan lendirtenggorokan, hingga gerakan rambut-rambut halus (silia) untuk mengeluarkan

mukus (lendir) tersebutkeluar. Tentu itu semua tergantung besar kecilnya ukuran sang penyebab

tersebut.

Terpajan Bakteri

Teraspirasi ke dalam Bronkus Distal dan Alveoliü Konsolidasi Paru

Darah di Sekitar Alveoli Tidak Berfungsi Peradangan / Inflamasi di Paru

Hipoksia Ketidakadekutan Pembentukan Edema

Pertahanan Utama

Dx : KerusakanPertukaran Gas Dx : Ketidakefektifan

Dx : Infeksi, Resiko Tinggi Bersihan Jln Nfs

Pemeriksaan penunjang:

Rontgen dada

Pembiakan dahak

Hitung jenis daraho Gas darah arteri.

15

Page 16: Laporan Pbl Modul 3

Penatalaksanaan

Kepada penderita yang penyakitnya tidak terlalu berat, bisa diberikan antibiotik per-oral (lewat

mulut)dan tetap tinggal di rumah.

Penderita yang lebih tua dan penderita dengan sesak nafas atau dengan penyakit jantung atau

paru-paru lainnya, harus dirawat dan antibiotik diberikan melalui infus. Mungkin perlu diberikan

oksigentambahan, cairan intravena dan alat bantu nafas mekanik.

Kebanyakan penderita akan memberikan respon terhadap pengobatan dan keadaannya

membaikdalam waktu 2 minggu.

Penatalaksanaan untuk pneumonia bergantung pada penyebab, sesuai yang ditentukan oleh

pemeriksaan sputum mencakup:

Oksigen 1-2 L/menit.

IVFD dekstrose 10 % : NaCl 0,9% = 3 : 1, + KCl 10 mEq/500 ml cairan. Jumlah cairan sesuai

berat badan,kenaikan suhu, dan status hidrasi.

Jika sesak tidak terlalu berat, dapat dimulai makanan enteral bertahap melalui selang

nasogastrikdengan feeding drip.

Jika sekresi lendir berlebihan dapat diberikan inhalasi dengan salin normal dan beta agonis untuk

memperbaiki transport mukosilier.

Koreksi gangguan keseimbangan asam basa dan elektrolit.

Antibiotik sesuai hasil biakan atau berikan:

Untuk kasus pneumonia community base :

1) Ampisilin 100 mg/kg BB/hari dalam 4 kali pemberian.

2) Kloramfenikol 75 mg/kg BB/hari dalam 4 kali pemberian

Untuk kasus pneumonia hospital base:

1) Sefatoksim 100 mg/kg BB/hari dalam 2 kali pemberian.

2) Amikasin 10-15 mg/kg BB/hari dalam 2 kali pemberian.

16

Page 17: Laporan Pbl Modul 3

BRONCHITIS

Definisi

Bronchitis adalah suatu penyakit yang ditandai adanya dilatasi ( ektasis ) bronkus lokal yang

bersifatpatologis dan berjalan kronik.

Perubahan bronkus tersebut disebabkan oleh perubahan-perubahandalam dinding bronkus berupa

destruksi elemen-elemen elastis dan otot-otot polos bronkus. Bronkusyang terkena umumnya

bronkus kecil (medium size ), sedangkan bronkus besar jarang terjadi.

Patogenesis

Apabila bronchitis kongenital patogenesisnya tidak diketahui diduga erat hubungannya dengan

geneticserta factor pertumbuhan dan perkembangan fetus dalam kandungan. Pada bronchitis

yang didapat patogenesisnya diduga melelui beberapa mekanisme : factor obstruksi bronkus,

factor infeksi padabronkus atau paru-paru, fibrosis paru, dan factor intrinsik dalam bronkus atau

paru.

Patogenesis pada kebanyakan bronchitis yang didapat melalui dua mekanisme dasar :

1) Infeksi bacterial pada bronkus atau paru, kemudian timbul bronchitis. Infeksi pada bronkus

atau paruakan diikuti proses destruksi dinding bronkus daerah infeksi dan kemudian timbul

bronchitis.

2) Obstruksi bronkus akan diikuti terbentuknya bronchitis, pada bagian distal obstruksi dan

terjadiinfeksi juga destruksi bronkus.

Bronchitis merupakan penyakit paru yang mengenai paru dan sifatnya kronik. Keluhan-keluhan

yangtimbul juga berlangsung kronik dan menetap . keluhan-keluhan yang timbul erat dengan :

luas ataubanyaknya bronkus yang terkena, tingkatan beratnya penyakit, lokasi bronkus yang

terkena, ada atautidaknya komplikasi lanjut.. keluhan-keluhan yang timbul umumnya sebagai

akibat adanya beberapa hal: adanya kerusakan dinding bronkus, akibat komplikasi, adanya

kerusakan fungsi bronkus.

Pemeriksaan Penunjang

Pemeriksaan Lab :Sputum biasa berlapis tiga, lapisan atas terdiri dari busa, lapisan

tengah adalah sereus, lapisan bawahterdiri dari pus.

Pem Radiologi :Didapatkan corakan paru menjadi lebih kasar dan berkelompok

17

Page 18: Laporan Pbl Modul 3

Penatalaksanaan

Pengelolaan pasien bronchitis terdiri atas dua kelompok :

A. Pengobatan konservatif, terdiri atas :

1) Pengelolaan umum

Pengelolaan umum ditujukan untuk semua pasien bronchitis, meliputi :

a. Menciptakan lingkungan yang baik dan tepat untuk pasien :

Contoh :

Membuat ruangan hangat, udara ruangan kering.

Mencegah / menghentikan rokok

Mencegah / menghindari debu,asap dan sebagainya.

b. Memperbaiki drainase secret bronkus, cara yang baik untuk dikerjakan

adalah sebagai berikut :

Melakukan drainase postural

Mencairkan sputum yang kental

Mengatur posisi tepat tidur pasienc. Mengontrol infeksi saluran nafas.

2) Pengelolaan khusus.

a. Kemotherapi pada bronchitisKemotherapi dapat digunakan : secara

continue untuk mengontrol infeksi bronkus (ISPA) untuk pengobatan

aksaserbasi infeksi akut pada bronkus/paru atau kedua-duanya digunakan.

Kemotherapi menggunakan obat-obat antibiotic terpilih, pemakaian

antibiotic antibiotic sebaiknya harus berdasarkan hasil uji sensivitas

kuman terhadap antibiotic secara empiric.

Walaupun kemotherapi jelas kegunaannya pada pengelolaan bronchitis,

tidak pada setiap pasien harusiberikan antibiotic. Antibiotik diberikan jika

terdapat aksaserbasi infeki akut, antibiotic diberikan selama7-10 hari

dengan therapy tunggal atau dengan beberapa antibiotic, sampai terjadi

konversi warnasputum yang semula berwarna kuning/hijau menjadi

mukoid ( putih jernih).

18

Page 19: Laporan Pbl Modul 3

Kemotherapi dengan antibiotic ini apabila berhasil akan dapat mengurangi

gejala batuk, jumlah sputumdan gejala lainnya terutama pada saat terjadi

aksaserbasi infeksi akut, tetapi keadaan ini hanya bersifat sementara.

b. Drainase secret dengan bronkoskop

Cara ini penting dikerjakan terutama pada saat permulaan perawatan

pasien. Keperluannya antara lain:

Menentukan dari mana asal secret

Mengidentifikasi lokasi stenosis atau obstruksi bronkus

Menghilangkan obstruksi bronkus dengan suction drainage daerah

obstruksi.

3) Pengobatan simtomatik

Pengobatan ini diberikan jika timbul simtom yang mungkin mengganggu atau

membahayakan pasien.

a. Pengobatan obstruksi bronkus

Apabila ditemukan tanda obstruksi bronkus yang diketahui dari hasil uji faal

paru ( % FEV 1 < 70% ) dapatdiberikan obat bronkodilator.

b. Pengobatan hipoksia.

Pada pasien yang mengalami hipoksia perlu diberikan oksigen.

c. Pengobatan haemaptoe.

Tindakan yang perlu segera dilakukan adalah upaya menghentikan

perdarahan. Dari berbagai penelitianpemberian obat-obatan hemostatik

dilaporkan hasilnya memuaskan walau sulit diketahui mekanismekerja obat

tersebut untuk menghentikan perdarahan.

d. Pengobatan demam.

Pada pasien yang mengalami eksaserbasi inhalasi akut sering terdapat demam,

lebih-lebih kalau terjadi septikemi. Pada kasus ini selain diberikan antibiotic

perlu juga diberikan obat antipiretik.

19

Page 20: Laporan Pbl Modul 3

DAFTAR PUSTAKA

Goodman and gillman. Ed 10. Dasar Farmakologi Terapi. EGC

Guyton dan hall.2009.Fisiologi Kedokteran.Jakarta:EGC

Murray, Robert, dkk. 2009. Biokimia Harper. Jakarta. EGC

Price, Sylvia A. 2005. Patofisiologi : Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit.Edisi 6. Jakarta : EGC

Robbins. Buku Ajar Patologi. Edisi 7 Vol 2

Sudoyo , Aru W. dkk. 2006. Ilmu Penyakit Dalam Jilid III Edisi IV. Jakarta : Pusat Penerbitan Fakultas Ilmu Penyakit Dalam FKUI

Sugono, Sidartawan. 2010. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam: Obesitas. Jakarta. Interna Publishing

20