Laporan Operasi Print

3
Laporan Operasi Sectio Caesarean 1. Dilakukan anestesi spinal/umum sesuai keadaan. 2. Dilakukan tindakan a dan antiseptic (daerah abdomen dan sekitarnya sampai arcus costae dan sepertiga atas femur). 3. Lakukan insisi Pfannenstiel (insisi dilakukan setinggi garis rambut pubis dan diperluas melewati batas lateral M.Rectus Abdominis) / insisi mediana inferior pada kulit, pilihan insisi tergantung indikasi operasi. 4. Insisi lapisan subkutan hingga ditemukan fascia transversalis. Rawat pendarahan dengan cauter/ dijahit. 5. Lakukan insisi fascia transversalis/ rectus abdominis searah dengan insisi kulit. 6. Bila insisi pfannenstiel pegang tepi superior fascia lalu tepi inferior dengan klem dan dielevasi oleh asisten. 7. Pisahkan secara tumpul fascia transversalis dengan M. Rectus Abdominis. 8. M.Rectus Abdominis dipisahkan secara tumpul pada linea mediana sehingga terlihat peritoneum dibawahnya. 9. Peritoneum dibuka secara hati-hati dan diperlebar ke atas dan kebawah, lindungi usus dan omentum, gambarkan apa yang dilihat (DO). 10. Plica vesiko-uterina diinsisi secara konkaf ke atas (“smile”) dengan menggunakan gunting MITZENBAWM, hingga terlihat segmen bawah Rahim, kemudian plica vesikouterina disisihkan ke bawah dan kandung kemih ditahan dengan retractor yang cukup besar. 11. Lakukan insisi secara konkaf ke atas (bila perlu bentuk “V”) pada Segmen Bawah Rahim (SBR), bila ketuban masih utuh, ketuban dipecahkan, cairan ketuban yang keluar dievaluasi (jernih, mekoneal, berbau, bercampur darah) dan di hisap. 12. Bayi dilahirkan dengan cara: a. Pada letak kepala: kepala di luksir dengan tangan operator, bila perlu di bantu spatula atau vacuum ekstraktor.

description

nbdwivbwoui

Transcript of Laporan Operasi Print

Page 1: Laporan Operasi Print

Laporan Operasi Sectio Caesarean

1. Dilakukan anestesi spinal/umum sesuai keadaan.2. Dilakukan tindakan a dan antiseptic (daerah abdomen dan sekitarnya sampai arcus costae

dan sepertiga atas femur).3. Lakukan insisi Pfannenstiel (insisi dilakukan setinggi garis rambut pubis dan diperluas

melewati batas lateral M.Rectus Abdominis) / insisi mediana inferior pada kulit, pilihan insisi tergantung indikasi operasi.

4. Insisi lapisan subkutan hingga ditemukan fascia transversalis. Rawat pendarahan dengan cauter/ dijahit.

5. Lakukan insisi fascia transversalis/ rectus abdominis searah dengan insisi kulit.6. Bila insisi pfannenstiel pegang tepi superior fascia lalu tepi inferior dengan klem dan

dielevasi oleh asisten.7. Pisahkan secara tumpul fascia transversalis dengan M. Rectus Abdominis.8. M.Rectus Abdominis dipisahkan secara tumpul pada linea mediana sehingga terlihat

peritoneum dibawahnya.9. Peritoneum dibuka secara hati-hati dan diperlebar ke atas dan kebawah, lindungi usus dan

omentum, gambarkan apa yang dilihat (DO).10. Plica vesiko-uterina diinsisi secara konkaf ke atas (“smile”) dengan menggunakan

gunting MITZENBAWM, hingga terlihat segmen bawah Rahim, kemudian plica vesikouterina disisihkan ke bawah dan kandung kemih ditahan dengan retractor yang cukup besar.

11. Lakukan insisi secara konkaf ke atas (bila perlu bentuk “V”) pada Segmen Bawah Rahim (SBR), bila ketuban masih utuh, ketuban dipecahkan, cairan ketuban yang keluar dievaluasi (jernih, mekoneal, berbau, bercampur darah) dan di hisap.

12. Bayi dilahirkan dengan cara:a. Pada letak kepala: kepala di luksir dengan tangan operator, bila perlu di bantu

spatula atau vacuum ekstraktor.b. Pada letak sungsang: Bayi dilahirkan dengan menarik bokong anak atau kedua

kaki anak atau salah satu kaki yang termudah dicapai. Tariklah secara hati-hati!c. Pada letak lintang: tariklah bagian badan bayi yang termudah, sebaiknya kaki

bukan lengan.d. Bila plasenta previa menutupi SBR depan, tembuslah/ singkirkanlah plasenta

terlebih dahulu, barulah bayi dilahirkan.13. Tali pusat di klem pada 2 tempat, digunting, bayi diserahkan kepada dokter anak,

biasanya dilakukan pembersihan lendir di mulut dan hidung bayi sebelumnya. 14. Disuntikan oksitosin 10 IU intramural.15. Plasenta dilahirkan dengan menarik tali pusat, pastikan plasenta lengkap.16. Tepi kiri dan kanan dari sayatan SBR di klem dengan fenster klem.17. Dilakukan pembersihan cavum uteri dengan kasa untuk membersihkan rongga uterus dari

sisa-sisa plasenta atau selaput amnion.

Page 2: Laporan Operasi Print

18. Luka SBR di jahit, biasanya dilakukan penjahitan pada kedua sudut terlebih dahulu untuk menghentikan pendarahan dari cabang arteri uterina, selanjutnya luka SBR dijahit secara:

a. Satu per satu menyilang ( jahitan silang atau figure of “8”)b. Sekarang lebih sering digunakan cara jahitan jelujur terkunci.c. Bila perlu, dilakukan “overhecting” secara matras.d. Benang yang digunakan biasanya Chromic Cat Gut nomor 1 atau PGA nomor 1.e. Yakinkan tidak ada lagi perdarahan dari luka SBR.

19. Plica Vesiko Uterina bisa di jahitkan ke SBR dengan menggunakan Plain Cat Gut halus nomor 2/0 atau 3/0 atau bisa tanpa dijahit cukup didekatkan saja.

20. Bila pasien menginginkan dilakukan metode operatif wanita (MOW) dapat dilanjutkan dengan teknik-teknik MOW.

21. Dilakukan eksplorasi pada kedua adneksa, terutama bagaimana keadaan ovarium.22. Rongga abdomen dibersihkan dari sisa-sisa perdarahan.23. Rongga peritoneum ditutup bisa dengan menjahit peritoneum menggunakan Plain Cat

Gut halus 2/0 atau 3/0 secara continuous suture, atau cukup didekatkan saja.24. M. Rectus Abdominis didekatkan kembali seanatomis mungkin, bila perlu dilakukan

penjahitan longgar sedapatnya dengan Plain Cat Gut halus.25. Kemudian dilakukan penjahitan pada Fascia Transversalis (Rectus Abdominis) dengan

menggunakan Benang PGA nomor 1, umumnya secara continuous suture.26. Lakukan penjahitan pada lapisan Subkutis dan Kulit dengan menggunakan benang Plain

Cat Gut, atau PGA halus atau monofilamen.