Laporan Bakteriologi 2 Siap Print

26
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pemeriksaan laboratorium pada masa kini merupakan suatu kepanjangan tangan para klinis dalam mengeksplorasi seorang pasien dalam menegakkan diagnosis yang tepat, baik dan benar. Hal ini diperlukan mengingat sangat terbatasnya teknik diagnosis fisik dalam menemukan kausa penyakit, yang makin lama makin bervariasi dan memerlukan kecermatan tinggi, dan sering kali memerlukan peralatan yang canggih untuk mendiagnosinya. Kita mengenal berbagai macam tes, mulai dari pemeriksaan yang sangat sederhana, seperti pemeriksaan kadar hemoglobin (yang mempergunakan spektrofotometer yang cukup canggih), sampai ke pemeriksaan secara otomatis dimana setetes darah yang dimasukan ke alat ini diperiksa secara serial sampai keluar hasil, misalnya : jumlah leukosit, jumlah eritrosit, jumlah trombosit, hematocrit, hemoglobin, prosentase sel monosit, dan sebagainya. Selain itu juga dikenal peralatan otomatis untuk pemeriksaan kimia klinik, yang dengan bantuan computer diatur untuk memeriksa berbagai parameter kimia klinik sampai hasil di print out computer. Bantuan peralatan canggih ini di satu pihak mengurangi human error tetapi di lain pihak juga memerlukan keahlian dan ketelitian yang lebih tinggi dari operatornya. Hal ini dapat diatasi dengan kontinuitas dalam hal pendidikan dan pelatihan disertai quality control yang ketat.

Transcript of Laporan Bakteriologi 2 Siap Print

Page 1: Laporan Bakteriologi 2 Siap Print

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Pemeriksaan laboratorium pada masa kini merupakan suatu kepanjangan tangan

para klinis dalam mengeksplorasi seorang pasien dalam menegakkan diagnosis yang

tepat, baik dan benar. Hal ini diperlukan mengingat sangat terbatasnya teknik

diagnosis fisik dalam menemukan kausa penyakit, yang makin lama makin bervariasi

dan memerlukan kecermatan tinggi, dan sering kali memerlukan peralatan yang

canggih untuk mendiagnosinya.

Kita mengenal berbagai macam tes, mulai dari pemeriksaan yang sangat

sederhana, seperti pemeriksaan kadar hemoglobin (yang mempergunakan

spektrofotometer yang cukup canggih), sampai ke pemeriksaan secara otomatis

dimana setetes darah yang dimasukan ke alat ini diperiksa secara serial sampai keluar

hasil, misalnya : jumlah leukosit, jumlah eritrosit, jumlah trombosit, hematocrit,

hemoglobin, prosentase sel monosit, dan sebagainya. Selain itu juga dikenal peralatan

otomatis untuk pemeriksaan kimia klinik, yang dengan bantuan computer diatur

untuk memeriksa berbagai parameter kimia klinik sampai hasil di print out computer.

Bantuan peralatan canggih ini di satu pihak mengurangi human error tetapi di lain

pihak juga memerlukan keahlian dan ketelitian yang lebih tinggi dari operatornya.

Hal ini dapat diatasi dengan kontinuitas dalam hal pendidikan dan pelatihan disertai

quality control yang ketat.

Walaupun demikian masih tetap saja terdengar keluhan dari dokter bahwa hasil

yang diberikan masih belum memuaskan. Di sini berperanan banyak factor, yang

akan dicoba untuk ditelaah guna memperoleh pandangan dari laboratorium tentang

baik buruknya hasil yang dikeluarkan oleh suatu laboratorium.

Tinjauan ini terutama membahas persoalan yang sering kali muncul dalam

pemeriksaan mikrobiologi, yang nota bene berhadapan dengan makhluk hidup yang

mempunyai beragam karakteristik. Setiap pembiakan merupakan sesuatu yang unik,

dalam arti kata tidak ada dua pembiakan yang sama persis. Cara penanganan yang

kurang hati-hati dan teliti, kurangnya pengalaman dalam menghadapi berbagai

kuman, anggapan bahwa mengerjakan pembiakan adalah sesuatu kerja rutin akan

mempermudah terjadinya human error.

Page 2: Laporan Bakteriologi 2 Siap Print

Pemeriksaan mikrobiologi ditujukan untuk menemukan penyebab penyakit dengan

cara pemeriksaan langsung dan pembiakan mikroorganisme, yang dilanjutkan dengan

penentuan spesies kuman dan jenis obat antimicrobial yang dapat dipakai dalam

mengatasinya. Salah satu pemeriksaan mikrobiologi adalah pembiakan urin.

Sebagaimana halnya darah, urin diproduksi di ginjal dalam keadaan steril, tetapi akan

berkontak dengan kuman pada waktu dikeluarkan melalui uretra. Untuk pembiakan

urin, sebaiknya diambil specimen berupa urin midstream. Pasien terlebih dahulu

diminta membersihkan bagian luar uretra dengan kertas tissue, sebelum urin

dikeluarkan, lalu pasien disuruh kencing dan sambil kencing ditampung porsi tengah

dari aliran urin. Tempat penampungan harus bermulut lebar dan steril, dimana

terlebih dahulu telah ditempeli identitas pasien, agar tidak tertukar. Sebaiknya bahan

segera dibiakan, atau kalau belum dapat langsung dikerjakan boleh disimpan pada

suhu 2-8 oC semalaman. Pemeriksaan ditujukan untuk menghitung jumlah kuman/ml

urindan spesies kuman isolat. Oleh karena pada saat penampungan terjadi

kontaminasi dari uretra yang seringkali mengandung flora normal, maka ditentukan

bahwa jika angka kuma <100.000 per ml urin hasil dinyatakan steril (dengan

pengertian bahwa jumlah koloni tidak signifikan untuk dapat dinyatakan sebagai

penyebab infeksi saluran kemih). Kalau diperoleh koloni murni > 100.000 /ml urin

baru dilakukan identifikasi spesies dan tes antibiogram khusus untuk isolate urin.

Selain porsi tengah, urin juga dapat diperoleh melalui kateterisasi dan fungsi supra

public (terutama pada anak). Kateterisasi untuk pembiakan urin sudah tidak lagi

dianjurkan karena akan mengundang kuman ke dalam tubuh. Urin fungsi supra public

juga sudah jarang dikerjakan karena resiko penusukan yang dapat menimbulkan

komplikasi pada anak.

Di dalam laboratorium praktikum populasi bakteri dan penghitungan angka bakteri

atau kuman ini sangat penting karena dapat mengisolasi bakteri untuk menjadi kultur

murni yang terdiri dari satu jenis yang dapat dipelajari morfologi, sifat dan

kemampuan biokimiawinya selain itu dengan praktikum ini kita dapat mengetahui

pasien yang terinfeksi saluran kantung kemih.

Page 3: Laporan Bakteriologi 2 Siap Print

1.2 Rumusan Masalah

1.2.1 Bagaimana teknik pengambilan sampel urine ?

1.2.2 Bagaimana cara pengenceran sampel urine ?

1.2.3 Bagaimana teknik pembiakan sampel pada media ?

1.2.4 Bagaimana teknik menghitung kuman menggunakan colony counter ?

1.2.5 Bagaimana cara penghitungan jumlah kuman atau bakteri dalam urine ?

1.3 Tujuan

1.3.1 Untuk mengetahui teknik pengambilan sampel urine.

1.3.2 Untuk mengetahui cara pengenceran sampel urine.

1.3.3 Untuk mengetahui teknik pembiakan sampel pada media.

1.3.4 Untuk mengetahui teknik menghitung kuman menggunakan colony

counter.

1.3.5 Untuk mengetahui cara penghitungan jumlah kuman atau bakteri dalam

urine.

1.4 Manfaat

1.4.1 Manfaat Praktis

Sebagai sarana pembimbing atau sebagai literature kepada para

paramedis tentang teknik-teknik pengambilan sampel, pengenceran,

pembiakan hingga penghitungan untuk mengetahui jumlah kuman atau

bakteri dalam sampel urine.

1.4.2 Manfaat Teoritis

Sebagai sarana informasi kepada para paramedis tentang teknik

pengambilan sampel yang berasal dari urine hingga menghitung jumlah

kuman atau bakteri yang terkandung dalam sampel urine.

Page 4: Laporan Bakteriologi 2 Siap Print

BAB II

DASAR TEORI

2.1 Dasar Teori

Waktu ideal untuk memperoleh urine yang digunakan dalam pemeriksaan

laboratorium untuk infeksi adalah pagi hari, sebelum atau bersamaan dengan buang air

kecil pertama. Pada saat ini, mikroorganisme penginfeksi berada dalam jumlah

terbanyak, dan pembedaan antara temuan yang secara klinis bermakna dengan yang

tidak bermakna akan lebih mudah. Specimen dapat diperoleh dengan “clean-catch”,

kateterisasi, atau aspirasi suprapubis. Specimen “bagged” (kantong) dari anak

digunakan hanya sebagi cadangan. Specimen dari kateterisasi atau “clean-catch” dari

perempuan dan laki-laki yang tidak disunat memerlukan disinfeksi daerah periuretra

sebelum pengambilan specimen. Specimen “clean-catch” harus diambil dari potrsi

tengah (mid-stream) untuk menghindari pencemaran dari flora periuretra transien.

Spesimen yang sudah diambil memiliki konsentrasi bakteri atau kumannya sangat

besar dan beranekaragam, untuk itu specimen urine tersebut konsentrasinya harus

dikecilkan dari sebelumnya. Teknik untuk mengecilkan konsentrasi urine adalah

Teknik pengenceran sampel atau penipisan atau Teknik pengenceran bertingkat.

Teknik pengenceran bertingkat bertujuan untuk memperkecil atau mengurangi jumlah

mikroba yang tersuspensi dalam cairan. Penentuan besarnya atau banyaknya tingkat

pengenceran tergantung kepada perkiraan jumlah mikroba dalam sampel. Digunakan

perbandingan 1 : 9 untuk sampel dan pengenceran pertama dan selanjutnya, sehingga

pengenceran berikutnya mengandung 1/10 sel mikroorganisma dari pengenceran

sebelumnya

Cara Kerja :

1. Sampel yang mengandung bakteri dimasukan ke dalam tabung pengenceran

pertama (1/10 atau 10-1) secara aseptis (dari preparasi suspensi). Perbandingan

berat sampel dengan volume tabung pertama adalah 1 : 9 dan ingat akuades

yang digunakan jika memakai teknik rinse dan swab sudah termasuk

pengencer 10-1. Setelah sampel masuk lalu dilarutkan dengan mengocoknya

(pengocokan yang benar dapat dilihat pada gambar disamping)

Page 5: Laporan Bakteriologi 2 Siap Print

2. Diambil 1 ml dari tabung 10-1 dengan pipet ukur kemudian dipindahkan ke

tabung 10-2 secara aseptis kemudian dikocok dengan membenturkan tabung ke

telapak tangan sampai homogen. Pemindahan dilanjutkan hingga tabung

pengenceran terakhir dengan cara yang sama, hal yang perlu diingat bahwa

pipet ukur yang digunakan harus selalu diganti, artinya setiap tingkat

pengenceran digunakan pipet ukur steril yang berbeda/baru. Prinsipnya bahwa

pipet tidak perlu diganti jika memindahkan cairan dari sumber yang sama.

Setelah specimen urine diencerkan dalam beberapa skala, selanjutnya specimen

dibiakan dalam media menggunakan Teknik penanaman dari suspensi. Teknik

penanaman dari suspensi adalah lajutan dari pengenceran bertingkat. Pengambilan

suspensi dapat diambil dari pengenceran mana saja tapi biasanya untuk tujuan isolasi

(mendapatkan koloni tunggal) diambil beberapa tabung pengenceran terakhir. Selain

itu dalam teknik penanaman suspensi juga menggunakan teknik Pour Plate (agar

tuang). Pour plate adalah Teknik yang memerlukan agar yang belum padat (> 45oC)

untuk dituang bersama suspensi bakteri ke dalam cawan petri lalu kemudian

dihomogenkan dan dibiarkan memadat. Hal ini akan menyebarkan sel-sel bakteri tidak

hanya pada permukaan agar saja melainkan sel terendam agar (di dalam agar)

Page 6: Laporan Bakteriologi 2 Siap Print

sehingga terdapat sel yang tumbuh dipermukaan agar yang kaya O2 dan ada yang

tumbuh di dalam agar yang tidak banyak begitu banyak mengandung oksigen. Adapun

prosedur kerja yang dilakukan adalah sebagai berikut :

1. Siapkan cawan steril, tabung pengenceran yang akan ditanam dan media padat

yang masih cair (> 45oC)

2. Teteskan 1 ml secara aseptis.suspensi sel kedalam cawan kosong

3. Tuangkan media yang masih cair ke cawan kemudian putar cawan untuk

menghomogenkan suspensi bakteri dan media, kemudian diinkubasi

Setelah ditempatkan dalam medium dengan nutrisi lengkap, untuk menumbuhkan

bakteri dalam medium, bakteri dalam medium di inkubasi pada suhu 37oC selama 18-

24 jam setelah itu bakteri tumbuh lebih besar dan akhirnya membelah menjadi dua sel.

Hal ini berkesinambungan dengan produksi populasi vegetative sel yang tidak

terdiferensiasi. Dalam perkembangan biakan bakteri, terjadi peningkatan massa sel

dan jumlah organisme, tetapi hubungan kedua parameter tersebut tidak konstan.

Penelitian kuantitatif perlu dilakukan terhadap pertumbuhan sel, atau jumlah sel per

unit volume biakan, dengan kepadatan bakteri, yang didefinisikn sebagai protoplasma

total per unit volume.

Massa sel ditentukan langsung dalam berat kering. Metode tersebut, memakan

waktu, khususnya menggunakan referensi dalam isolasi dan pemurnian dan dalam

kalibrasi dasar metode lain. Metode yang sering digunakan untuk menaksir berat atau

jumlah biomassa total dalam suspense ialah mengukur densitas optic kultur kaldu

dengan spektrofotometer. Teknik tubidimetrik, secara khusus digunakan untuk

Page 7: Laporan Bakteriologi 2 Siap Print

menentukan massa sel selama pertumbuhan, sebagai evaluasi terhadap efek zat

antibakteri terhadap bakteri. Metode lain untuk menentukan nitrogen dan mengukur

volume sel yang telah disentrifugasi.

Jumlah bakteri dalam suatu biakan dapat ditentukan dengan menghitung langsung

jumlah keseluruhan bakteri atau dengan cara tidak langsung, menghitung jumlah sel

yang hidup. Jumlah total bakteri yang hidup dan mati dapat dilakukan dengan

menggunakan alat penghitung seperti Petroff-Houser counter, atau cara yang lebih

tepat dengan Coulter counter, suatu alat penghitung partikel elektronik yang mengukur

penyebaran ukuran dan jumlah dalam suspense bakteri.

Untuk menghitung jumlah yang hidup, diperlukan pembiakan pada permukaan

lempeng agar. Populasi mikroorganisme diencerkan dalam pelarut nontoksik, dan

populasi yang tercampur rata disebarkan dalam atau pada medium padat yang sesuai,

jadi setelah inkubasi yang hidup atau cluster yang ada ditentukan dari jumlah koloni

dan pengenceran. Sampel yang mengandung mikroorganisme lebih dari 100 sel per

milliliter, seperti urin atau dari sumber air minum, memerlukan pemekatan sebelum

dilakukan penghitungan. Hal ini dilakukan melalui filter membrane steril dengan

ukuran pori yang dapat menahan semua bakteri, selanjutnya membrane dipindahkan

ke suatu lapisan absoben yang jenuh oleh kaldu nutrient.

Setelah penghitung terhadap kuman dengan menggunakan alat penghitung seperti

colony counter, selanjutnya hasil penghitungan dimasukan kedalam rumus untuk

mendapatkan angka kuman dalam sampel urine. Rumus yang digunakan sebagai

berikut :

Jumlah angka kuman urine = Type equation here .jumlah angka kuman urine =

Type equation here .Jumlah angka kuman urine = (N1-Nk) x 10 + (N2-Nk) x 100

2

Keterangan :

N1 = jumlah kuman pada pengenceran 1.

N2 = jumlah kuman pada pengenceran 2.

Nk = jumlah kuman pada media control.

10 = koefisien pada pengenceran 1.

100 = koefisien pada pengenceran 2.

2 = banyaknya tahap pengenceran yang dilakukan.

Page 8: Laporan Bakteriologi 2 Siap Print

BAB III

METODE

3.1 Tanggal Waktu dan Tempat

3.1.1 Tanggal : 2 dan 5 Maret 2012

3.1.2 Waktu : 08.00 - 12.00 Wita dan 11.00 – 13.00 Wita

3.1.3 Tempat : Laboratorium Bakteriologi Jurusan Analis Kesehatan

3.2 Alat dan Bahan

3.2.1 Alat : Inkubator 37OC Tabung reaksi

Petri dish Ose atau sengkelit

Pinset Api bunsen

Timbangan electric Colony counter

Label

3.2.2 Bahan : Biakan bakteri dari Urine

Air garam fisiologis (Quarter Strength Ringer Solotio

0,58%)

Medium Agar

3.3 Langkah Kerja

3.3.1 Pengenceran sampel (penipisan) :

1. 2 buah tabung reaksi disiapkan dan di labeli dengan tulisan P1

dan P2 yang masing-masing diisi 9 ml air garam fisiologis (PZ).

2. Tabung P1 ditambahkan 1 ml sampel urine.

3. Dari tabung P1 diambil 1 ml lalu dimasukan ke tabung P2. Dalam

praktikum kali ini pengenceran dilakukan hanya sampai 10-2.

4. Dari masing-masing tabung pengenceran P1 dan P2 diambil 1 ml,

lalu ditanam pada media yang sudah disiapkan

5. Lalu diinkubasi pada suhu 37oC selama 18-24 jam.

Page 9: Laporan Bakteriologi 2 Siap Print

3.3.2 Penghitungan spesimen :

1. Colony counter disiapkan.

2. Media dari P1 dan P2 yang sudah ditumbuhi bakteri dihitung

menggunakan colony counter.

3. Hasilnya dicatat dan dimasukan kedalam rumus untuk

menghitung jumlah bakteri atau kuman.

4. Hasil yang didapat dimasukan ke dalam rumus untuk

mendapatkan jumlah angka kuman dalam sampel urine secara

total.

Page 10: Laporan Bakteriologi 2 Siap Print

BAB IV

PEMBAHASAN

4.1 Hasil Pengamatan

Hasil yang diperoleh dari praktikum tentang penghitungan angka kuman dalam 4

sampel urine adalah :

Kuman dalam media control = 4

Sampel A

Pengenceran 1 (N1) = 83

Pengenceran 2 (N2) = 95

Jumlah angka kuman urine = (N1-Nk) x 10 + (N2-Nk) x 100

2

= (83-4) x 10 + (95-4) x 100

2

= 4945/ml urine

Sampel B

Pengenceran 1 (N1) = 190

Pengenceran 2 (N2) = 56

Jumlah angka kuman urine = (N1-Nk) x 10 + (N2-Nk) x 100

2

= (190-4) x 10 + (56-4) x 100

2

= 3530/ml urine

Sampel C

Pengenceran 1 (N1) = 100

Pengenceran 2 (N2) = 59

Jumlah angka kuman urine = (N1-Nk) x 10 + (N2-Nk) x 100

2

= (100-4) x 10 + (59-4) x 100

2

= 3230/ml urine

Page 11: Laporan Bakteriologi 2 Siap Print

Sampel D

Pengenceran 1 (N1) = 29

Pengenceran 2 (N2) = 68

Jumlah angka kuman urine = (N1-Nk) x 10 + (N2-Nk) x 100

2

= (29-4) x 10 + (68-4) x 100

2

= 3325/ml urine

Hasil diatas didapat dengan melakukan pengen 2x atau 10-2 terhadap ke-4 sampel

urine.

4.2 Pembahasan

Hasil dari praktikum kali ini dari ke-4 sampel yang diperiksa jumlah kumannya

menunjukan hasil yang baik atau ke-4 sampel tersebut tidak terinfeksi. Hal ini dapat

dikatakan karena dalam pemeriksaan angka kuman dari sampel A hingga D angka

kuman yang tunjukan berkisar 3230 sampai 4945/ ml urine. Syarat yang ditentukan

untuk dapat mengatakan pasien terinfeksi sebagai berikut

1. Jika jumlah angka kuman (colony count) < 10.000 / ml urine, menandakan

tidak terjadi infeksi.

2. Jika jumlah angka kuman (colony count) antara 10.000 hingga 100.000 / ml

urine, menandakan pasien mengalami infeksi saluran kemih.

3. Jika jumlah angka kuma (colony count) > 100.000 / ml urine, menunjukan

bahwa pasien mengalami infeksi saluran kemih.

Dilihat dari persyaratan diatas, jadi hasil untuk ke-4 sampel urine tersebut adalah

Negatif terinfeksi saluran kemih. Namun dalam hasil pengamatan di atas terdapat

jumlah angka kuman pada pengenceran 1 lebih besar dari pengenceran 2 maupun

sebaliknya. Sebenarnya hal yang diharapkan adalah jumlah pengenceran 2 lebih

sedikit dibandingkan dengan pengenceran 1 karena selain untuk mengukur jumlah

angka kuman teknik ini digunakan untuk mengetahuin jenis kuman atau bakteri apa

saja yang terdapat dalam sampel urin tersebut. Pada pengenceran 1 kuman atau

bakteri tersebut masih dalam konsentrasi yang banyak dan bercampur, lalu pada

pengenceran 2 jumlah bakteri berkurang dan konsentrasinya berkurang jika

pengenceran dilanjutkan pengenceran ke 3, ke 4, hingga seterusnya maka jumlah

Page 12: Laporan Bakteriologi 2 Siap Print

bakteri semakin sedikit dan kita bisa menentukan jenis kuman atau bakteri yang

terdapat dalam sampel urine. Seperti gambar dibawah ini

Terlihat pada gambar pengenceran 1 atau 10-1 memiliki bintik-bintik hitam jauh lebih

banyak dibandingkan dengan pengenceran selanjutnya.

Namun ada juga yang kebalikan dari hal diatas yaitu pada pengenceran 1 jumlah

kuman atau bakteri jumlahnya lebih sedikit dibandingkan dengan pengenceran 2, hal

ini dapat terjadi karena dalam pengenceran 1 dengan jumlah kuman atau bakteri yang

banyak dan jenis bakteri yang beranekaragam jenis saling berlomba memperoleh

makanan, sehingga ada beberapa bakteri atau kuman yang tidak dapat memperoleh

makan sehingga tidak dapat berkembangbiak, tetapi setelah dilakukannya pengenceran

2 yang mengambil bahan dari pengenceran 1 menyebabkan jumlah kuman atau bakteri

di pengenceran 2 lebih sedikit sehingga sedikit pulang persaingan untuk memperoleh

makanan. Bakteri atau kuman dengan bebas memakan semua nutrisi yang terdapat

dalam media pembiak tanpa adanya persaingan sesame kuman atau berbeda kuman

Karena jumlah kuman dalam pengenceran 2 jauh lebih sedikit dan hal ini yang

menyebabkan bakteri atau kuman dalam pengenceran 2 lebih cepat untuk

Page 13: Laporan Bakteriologi 2 Siap Print

berkembangbiak sehingga secara otomatis jumlah kuman atau bakteri menjadi

meningkat.

Kedua hal ini sering terjadi dalam pembiakan dan penghitungan angka kuman,

tetapi hal ini tidak menjadi masalah dalam melakukan pembiakan dan penghitungan

angka kuman. Untuk mendapatkan hasil yang baik dalam menghitung angka kuman

sebaiknya dilakukan dengan prosedur yang benar yaitu :

Sampel dimasukan ke tabung yang berisi 9 ml aquades untuk pengenceran

1, selanjtunya diencerkan sampai tingkat pengenceran tertentu.

Dari 2 atau 3 pengenceran terakhir diplanting (ditanam) ke media NA

(Nutrien Agar) atau PCA (Plate Count Agar) sebanyak 1 sampai 2 kali tiap

pengenceran. Plating dapat secara Pour plate atau Spread plate

Setelah itu di inkubasi pada suhu 30-37oC selama 1 sampai 2 x 24 jam.

Setelah ditumbuhi, koloni lalu dihitung dengan persyaratan di atas.

Perhitungan koloni pada cawan sebaiknya dibuat transek atau dibagi-bagi jika koloni

yang tumbuh terlalu banyak. Transek dibuat dengan spidol atau marker di bagian

bawah cawan petri. Pola transek dapat dibuat bervariasi, tergantung kebutuhan.

Penghitungan akan lebih mudah bila memakai Colony Counter.

Page 14: Laporan Bakteriologi 2 Siap Print

BAB V

PENUTUP

5.1 Simpulan

Simpulan yang didapat dari praktikum bakteriologi adalah :

1. Teknik pengambilan sampel urine adalah menggunakan teknik “clean-catch”

yaitu pengambilan sampel urine harus diambil dari potrsi tengah (mid-stream)

untuk menghindari pencemaran dari flora periuretra transien.

2. Teknik yang digunakan untuk mengencerkan sampel urine adalah Teknik

Pengenceran Bertingkat karena teknik ini dapat memperkecil atau mengurangi

jumlah bakteri atau kuman yang tersuspensi dalam cairan.

3. Teknik pembiakan untuk sampel urine dengan menggunakan media NA

(Nutrient Agar) yang dilakukan dengan cara pour plate (agar tuang). Teknik ini

dapat akan menyebarkan sel-sel bakteri tidak hanya pada permukaan agar saja

melainkan sel terendam agar (di dalam agar) sehingga terdapat sel yang

tumbuh dipermukaan agar yang kaya O2 dan ada yang tumbuh di dalam agar

yang tidak banyak begitu banyak mengandung oksigen

4. Dalam menghitung jumlah angka bakteri atau kuman digunakan teknik Plate

count ditambah dengan penggunaan colony counter. Teknik ini digunakan

karena dengan teknik ini menghitng dapat lebih mudah dilakukan karena

dibantu dengan colony counter.

5. Setelah mendapatkan jumlah angka kuman dari setiap pengenceran,

dilanjutkan dengan perhitung menggunakan rumus dibawah

6. Jumlah angka kuman urine = Type equation here .jumlah angka kuman urine =

Type equation here .Jumlah angka kuman urine = (N1-Nk) x 10 + (N2-

Nk) x 100

2

Keterangan :

N1 = jumlah kuman pada pengenceran 1.

N2 = jumlah kuman pada pengenceran 2.

Nk = jumlah kuman pada media control.

10 = koefisien pada pengenceran 1.

100 = koefisien pada pengenceran 2.

2 = banyaknya tahap pengenceran yang dilakukan.

Page 15: Laporan Bakteriologi 2 Siap Print

5.2 Saran

Menurut saya praktikum sudah berjalan dengan lancar dan kondusif karena

praktikan sudah bisa mencoba melakukan pembiakan dan penghitungan bakteri secara

bergiliran dan teratur. Saya harapkan ke depannya hal ini dapat terus dipertahankan

dan ditingkatkan, sehingga praktikan dapat menambah keterampilan dan pengetahuan

dalam melakukan pembiakan dan penghitungan bakteri dengan metode yang lainya

Page 16: Laporan Bakteriologi 2 Siap Print

DAFTAR PUSTAKA

Anonym. Standard Operating Procedures (SOP) in Microbiology. Dit. Lab.

Kes. Jakarta. 1999

Soemarno. Isolasi dan Identifikasi Bacteri Klinik. Akademi Analis Kesehatan

Yogyakarta. Dp. Kes. RI. Tahun 2000

Petunjuk Praktikum Mikrobiologi Dasar. Fakultas Biologi Universitas Jendral

Soedirman. Purwokerto. 2008

Sudrajat. Identifikasi Bakteri ppt. Fak. MIPA UNMUL. 2009

Sacher, Ronald and Richard A. McPherson. 2004. Tinjauan Klinis Hasil

Pemeriksaan Laboratorium. Edisi II. Philadelphia, Pennsylvania,USA: F.A.

Davis Company

Riyanto, D.Y. Penafsiran Hasil Pemeriksaan Laboratorium Mikrobiologi.

Fakultas Kedokteran Universitas Sriwijaya. Palembang. 1996

Page 17: Laporan Bakteriologi 2 Siap Print

LEMBAR PENGESAHAN

Denpasar, 16 Maret 2012

Penanggungjawab Mata Kuliah

( I Made Birnawan, S.Si )

Pembimbing I Pembimbing II

( Nyoman Mastra, SKM.,S.Pd.,M.Si ) ( Burhannuddin, S.Si )

Pembimbing III

( Kadek Aryadi Hartawiguna, A.Md.AK )

Praktikan

( Komang Bayu Hendrawan )

Page 18: Laporan Bakteriologi 2 Siap Print

LAPORAN PRAKTIKUM

PEMBIAKAN DAN PENGHITUNGAN

ANGKA KUMAN URINE

(URINE COLONY COUNT)

Oleh :

Komang Bayu HendrawanP07134011019

POLITEKNIK KESEHATAN DENPASARJURUSAN ANALIS KESEHATAN

2012

Page 19: Laporan Bakteriologi 2 Siap Print