Laporan Mesin dan Peralatan ITP UNS Semester 3: Tinjauan Pustaka
-
Upload
fransiska-puteri -
Category
Documents
-
view
6.575 -
download
5
Transcript of Laporan Mesin dan Peralatan ITP UNS Semester 3: Tinjauan Pustaka
II. PUSTAKA DAN PEMBAHASAN
A. Destilasi (Destilation)
1. Tinjauan Pustaka
Cara destilasi merupakan cara yang efektif dignakan untuk
mnghasilkan air bersih yang bebas dari kuman, bakteri, dan kotoran yang
berupa padatan kecil. Pada proses destilasi, yang daimbil hanya air
kondensatnya, kuman dan bakteri akan mati oleh proses pemanasan, dan
kotoran akan mengendap di dasar basin (Catrawerdama, 2008).
Untuk mengetahui kandungan protein dari suatu bahan ataupun pakan,
maka perlu proses dekstruksi dan destilasi. Dekstruksi berfungsi pemecahan
protein dalam senyawa organik, senyawa organil dicernakan dengan asam
sulfat pekat dimana nitrogen akan terkonversi menjadi amonium sulfat.
Dalam reaksi alkali, amoniak dibebaskan melalui destilasi uap. Sedangkan
fungsi destilasi adalah untuk mengetahui berapa nitrogen yang terlepas dari
hasil destruksi, lalu kelebihan nitrogen dititrasi dengan asam Chlorida 0,1 N.
Proses destruksi dalam penentuandan destilasi dalam penentuan kadar
protein suatu bahan merupakan salah satu faktor kritis (Yulianingsih, 2007).
Distilasi adalah proses pemindahan, yaitu memisahkan komponen -
komponen di dalam suatu campuran, membuat suatu kenyataan bahwa
beberapa komponen lebih cepat menguap daripada yang lain. Apalagi uap
terbentuk dari suatu campuran, uap ini mengandung komponen asli
campuran, akan tetapi dalam proporsi yang ditentukan oleh daya menguap
komponen tersebut. Uap mengandung komponen tertentu yang lebih banyak
yaitu yang mudah menguap, sehingga terjadi pemisahan. Pada destilasi
berfraksi, uap dimampatkan dan kemudaian diuapkan kembali sehingga
pemisahan lebih lanjut terjadi. Adalah sukar dan kadang – kadang tidak
mungkin untuk mendapatkan komponen yang murni dengan cara ini, akan
tetapi derajat pemisahan dapat dengan mudah dicapai apabila penguapan
terjadi sangat berbeda. Apabila diinginkan kemurniaan yang tinggi, distilasi
yang berturut – turut dapat dilakukan. Kegunaan utama destilasi di dalam
industri pangan adalah untuk mengentalkan minyak atsiri, bahan penyegar
beralkohol dan aroma (Earle, 1969).
Konsep destilasi bertingkat yang menyatakan bahwa destilat yang
menyatakan bahwa destilat yang belum murni jika didestilasi lagi akan
menghasilkan destilat baru yang lebih murni. Alkohol destilasi satu kali
mempunyai titik didih lebih tinggi daripada alkohol destilasi dua kali. Hal
ini mungkin disebabkan oleh masih banyaknya air dalam alkohol destilasi
satu kali sehingga ikatan hidrogen air-air dan air-alkohol merupakan faktor
yang menyebabkan lebih tingginya titik didih (Salim, 2008).
Minyak citric essensial merupakan salah satu dari minyak essensial
yang terpenting, seperti minyak yang diekstrak dari lemon merupakan unsur
flavor penting, biasanya diperoleh dari proses destilasi. Beberapa proses
harus dalam dua langkah, langkah kedua disebut desterpinasi. Dalam proses
ini, terpenes dipindahkan sehingga minyak menjadi lebih cair di dalam air.
Komponen ini juga dapat dimanfaatkan sebagai unsur flavoring minuman
berkarbonasi yang tidak berakohol (Gamarra, dkk., 2006).
Alat /mesin destilasi adalah alat yang diperlukan untuk mengekstraksi
suatu zat cair/padat yang terdiri atas dua atau leih campuran zat, berdasarkan
titik uapnya. Untuk mendestilasi suatu zat dalam destilasi secara basah
digunakan suatu panas yang diperoleh dari uap air panas. Dalam destilasi
berdasarkan sumber panas yang digunakan destilasi ada tiga macam, yaitu
1) destilasi panas, 2) destilasi dengan campuran uap panas, dan 3) destilasi
dengan air. Prinsipnya alat destilasi bash terdiri dari empat, yaitu 1) bagian
penghasil panas, 2) bagian dimana terjadi penampungan kondesat 3) bagian
pengembun, dan 4) bagian yang disuling dari kompenen zat yang lain pada
dasarnya alat destilasi kering adalah sama dengan alat destilasi basah
perbedaanya hanaya terletak pada alat ketel destilasi, sedangkan alat yang
lain seperti kondensor adalah sama. Dalam destilasi kering, bahan yang
didestilasi dipanasi dalam ketel destilasi dengan menggunakan udara panas
atau asap panas. Udara panas atau asap panas dapat berasal dari sebuah
dapur yang berada di luar ketel yang kemudian dengan pipa dimasukkan
dalam ketel destilasi. Dapat pula dari bahan bakar yang langsung dibakar
dalam ketel penyuling tersebut. Uap bahan yang terjadi kemudian dialirkan
ke dalam kondensor sehingga mengalami kondensasi. Kondesat yang terjadi
ditampung dalam alat penampung yang kemudian dipisahkan dengan alat
pemisah (Darsam dan Afandi, 2000).
Cara lain yang mirip untuk memisahkan bagian As inorganik adalah
cara yang digunakan Lunde sejak tahun 1973. Prosedur yang dia lakukan
berdasarkan cara destilasi konvensional dari As organik menjadi AsCl3
dalam 6,6 mol HCl/L, dimana dipisahkan oleh aktivasi neutron dan
pemamcaran X-ray. Pekerja lain sudah mengoptimalisasi teknik destilasi
untuk memisahkan As inorganik dengan metode lain (Oygard, dkk., 1999).
Prosedur penelitian diawali dengan menimbang bunga kenanga sesuai
dengan variabel kemudian memasukkan kenanga yang telah ditimbang
tersebut pada alat distilasi kemudai ditutup rapat. Selanjutnya mengisi ketel
uap dengan air kemudain menutup valve pengisian air. Lalu menyalakan
kompir untuk proses pemanasan ketel uap kemudain membuka valve.
Menunggu sampai tetes pertama keluar dari kondensor selanjutnya
menghitung waktu distilasi mulai tetes pertama keluar dari kondensor. Lalu
menampung destilat dalam corong pemisah untuk segera dipisahkan lalu
masukka hasilnya ke dalam tabung. Kemudian menghentikan proses sesuai
dengan waktu pengamatan yang ditentukan dan menambahkan Na2SO4
anhydrous ke dalam tabung reaksi yang berisi minyak untuk menghilangkan
kadar airnya. Lalu mendiamkan minyak yang berada dalam tabung reaksi
sampai jernih (Na2SO4 mengendap) lalu menuangkan minyak ke dalam
tabung reaksi yang lain sehingga minyak terpisah dari Na2SO4 dan air. Dan
pada tahap akhir melakukan analisa terhadap minyak yang dihasilkan,
meliputi analisa indeks bias, komposisi minyak kenanga (ß-caryophyllene),
perhitungan rendemen (%), perhitunga massa jenis, dan penetapan bilangan
asam (Ferdiansyah, dkk., 2010).
Kualitas dari minyak astiri menjadi maslah yang sangat penting dalam
banyak industri seperti wewangian atau parfum, makanan, kosmetik dan
obat penghilang gigitan serangga, dsb. Minyak atsiri dari tumbuhan
mengandung molekul aromatik yang sangat mudah menguap atau tercampur
oleh zat-zat lani selama proses ekstraksi. Metode destilasi termasuk metode
yang konvensional, namun teknik ini masih relevan dan lebih banyak
digunakan dalam industri maupun penelitian karena mempunyai kelebihan
dalam segi biaya, kebersihan dan hasil produksi (Kasual, et. al, 2010).
Distilasi ekstraktif adalah penguapan parsial proses, di hadapan non -
volatil dan tinggi titik didih memisahkan agen massal yang biasanya disebut
entrainer atau memisahkan zat yang ditambahkan ke campuran azeotropik
untuk mengubah relatif volatilitas komponen kunci tanpa tambahan
pembentukan azeotrop. Umumnya , entrainer dimasukkan dalam bagian atas
kolom , di atas aliran umpan dan tetap dalam konsentrasi yang cukup besar
dalam fase cair sepanjang kolom . Hal ini ditarik sebagai produk bawah
dengan salah satu komponen yang dipisahkan dan dikirim ke kedua kolom
regenerasi dioperasikan di bawah vakum (Gil, et. al, 2008).
Destilasi adalah suatu proses penguapan dan pengembunan kembali,
yang dimaksudkan untuk memisahkan campuran dua atau lebih zat cair ke
dalam fraksi- fraksinya berdasarkan perbedaan titik didih mereka.
Contohnya pemisalah hasil fermentasi glukosa/ dekstrosa menggunakan
sistem uap cairan, dan terdiri dari komponen- komponen tertentu yang
mudah tercampur. Campuran- campuran tersebut daat memiliki titik didih
yang tetap dan minimum. Umumnya destilasi berlangsung pada tekanan
atmosfer dan campurannya dapat dinyatakan dalam kurva- kurva komposisi
atau suhu atau kuurva- kurva komposisi cairan atau uap
(Tjokroadikoesoemo, 2000).
B. Perajangan (Slicing)
1. Tinjauan Pustaka
Perajangan kripik tempe dengan cara manual dapat digantikan
menggunakan perajang mekanil yang prinsip kerjanya berdasarkan mekanisme
gerak engkol peluncur dengan circle cutter. Untuk dapat menerapkan alat
potong dengan prinsip gerak engkol peluncur pada perajangan kripik tempe
harus diketahui perbandingan kecepatan potong (cutting speed) dan kecepatan
pemakanan (feeding speed). Dengan demikian dapat dirimuskan
permasalahannya adalah penentuan pasangan yang optimum antara cutting
speed dan feeding speed mengingat karakteristik tempe berbeda dari benda
kerja lain seperti kayu dan logam yang telah banyak diteliti mengenai sifat
mekanisnya (Putro, 2006).
Pengirisan dilakukan untuk mendapatkan produk tipis dan seragam. Pada
pengirisan produk yang diperoleh diharapkan mempunyai struktur dna bentuk
yang baik serta seragam. Berdasarkan kostruksinya, mesin pengiris dapat
dibedakan dalam dua kelompok kecil, yaitu mesin pengiris dengan arah gerakan
pisau vertikal dan mesin pengiris dengan arah gerakan pisau horizontal, Mesin
pengiris dengan satu jenis pisau menghasilkan irisan tipis dengan dua
permukaan irisan. Jumlah pisau pada jenis mesin pengiris ini dapat hanya satu
atau lebih, tergantung dari konstruksinya (Wiraatmadja, 2009).
Dehidrasi kinetik buah dengan geometri khusus, bulat dan asilinder
(contoh apel, peach, pisang, nanas, dll), dipelajari berdasarkan metode
matematika. Pengaruh dari prajangan pada buah menjadi bulatan yang lebih
kecil sudah diselidiki. Model matematika ditampilkan berdasarkan hukum
kedua Fick. Hasilnya menujukkan bahwa peningkatan nilai koefisien difusi air
pada buah (contoh, peningkatan pada proses temperatur atau suhu)
meningkatkan kecepatan migrasi air dari buah. Model matematika juga
ditunjukkan bahwa panjang karateristik buah (radius/jarak) berbanding terbalik
dengan kinetik dehidrasi. Membandingkan hasil yang diperoleh bahwa
perajangan buah menjadi potongan cincin dana tipis, membuat kondisi lebih
baik untuk mengoperasikan proses dehidrasi. Tinggi efisiensi dan
memperpendek durasi/waktu) (Sirousazar, dkk., 2009).
Empat kentang signifikan (p<=0,05) bentuk bervariasi pada teksturnya
saat diproses perbedaan pada ketebalan potongan. Interaksi ukuran kentang
tidak signifikan (p>0,05) efek pada tekstur. Keripik dari kentang Tigoni ada
yang paling tebal (tinggi nilai tekstur) pada 1.0 mm dan 391691,96 adalah yang
paling tebal dan 1.5mm dan 2,0 mm, keputusan maksimum untuk memutuskan
keripik secara signifikan (P<=0,22) bertambah pada potongan ketebalan. Tidak
ada siginifikan koefisien korelasi (r=0,22) diantara nilai tekstur dan sensoris
mengindikasinkan bahwa panelis tidak dapat dideteksi perbedaan pada tektur
sebagai efek dari ketebalan potongan dan ukuran kripik dapat diterima
sepanjang mereka menarik (Abong, 2011).
Pelayuan dan perajangan bahan merupakan tahap yang penting dalam
penanganan bahan sebelum penyulingan. Bahan yang dirajang menghasilkan
minyak lebih sedikit dibandingkan dengan bahan yang tidak dirajang.
Penguapan dan oksidasi disebabkan karena proses penguapan dan oksidasi
sebelum penyulingan terutama terjadi pada bahan yang sedang dirajang
(Ma’umun dan Nurdjanah., 1993).
Daging buah pala segar yang telah dikeluarkan biji dan fulinya ditimbang
sebanyak 2 kg kemudian dirajang. Tujuan perajangan adalah agar kelenjar
minyak dapat terbuka sebanyak mungkin. Setelah itu, rajangan daging buah
pala dikeringkan pada suhu kamar. Rajangan daging buah pala yang sudah
dikeringkan didistilasi air-uap. Suhu penyulingan 95oC dengan lama
penyulingan 6 jam. Minyak daging buah pala yang dihasilkan ditampung dalam
botol-botol penampung yang bersih. Setelah itu, dilakukan pemisahan air
dengan minyak menggunakan corong pemisah (Sipahelut, 2010).
Sistem operasi seperti mesin bubut yang terdiri dari pemegang buah,
mekanisme kontrol ketinggian, pisau dan sistem transmisi daya. Selam operasi,
pisau baja kecil perlahan menembus melalui kuli dan kulit buah balik arah
tegak lurus ke permukaan, sehingga mengakibatkan buah melingkar di bagian
atas buah. Variasi gaya pemotongan yang terjadi karena kekuatan shell,
tergantung lebih lanjut pada kematangan buah (Rattanapaskorn and
Roonprasang, 2008).
Faktor penting yang mempengaruhi hidup dari produk buah potongan
meliputi tingksat kematangan pada pemotongan, penyimpanan dan temperatur.
Sebelum proses pemotongan, kita harus yakin bahwa buah yang kita pakai
sudah dalam tingkat kematangan yang sesuai untuk masing-masing eksperimen.
Tingkat kematangan, ukuran buah, dan waktu penyimpanan setelah panen
adalah faktor penting yang dapat memberikan efek pada hidup tidaknya
potongan buah dan harus lebih berhati-hati dalam mengontrol (Gorny, 2000).
Interaksi antara waktu perendaman dengan jenis perajangan sangat
mempengaruhi kadar asam lemak bebas. Pada taraf B2 (perajangan halus)
perendaman biji pepaya menghasilkan minyak dengan kadar asam lemak bebas
yang paling tinggi. Sedangkan pada taraf B1 (perajangan kasar), tidak terdapat
perbedaan nyata antara waktu perendaman (A), terhadap kadar asam lemak
bebas (Sirait, dkk., 1982).
Sebelum destilasi, bahan baku diberi perlakuan pendahuluan berupa
pengeringan dan pengecilan ukuran. Melalui pengeringan diperoleh variasi
kadar air, sedangkan pengecilan ukuran dilakukan dengan perajangan. Pelayuan
dan pengeringan dimaksudkan untuk menguapkan sebagian air dalam bahan
sehingga destilasi lebih mudah dan lebih singkat. Sedangkan pengecilan ukuran
dimaksudkan untuk menambah luas permukaan bahan, sehingga
memungkinkan minyak yang dihasilkan lebih banyak (Rahayoe, et. al, 2007).
Bahan mentah sering berukuran lebih besar daripada kebutuhanm
sehingga ukuran bahan ini harus diperkecil. Operasi pengeringan kecilan ini
dapat dibagi dua kategori utama tergantung kepada apakah bahan tersebut
bahan cair atau bahan padat. Apabila bahan padat, operasi pengicilan disebut
penghancuran dan pemotongan dan apabila bahan cair disebut emulsifikasi atau
atomisasi. Penghancuran dan pemotongan mengurangi bahan padat dengan
kerja mekanis, yaitu membaginya menjadi partikel-partikel lebih kecil.
Pemotongan dipergunakan untuk memecahkan potongan besar bahan pangan
menjadi potongan-potongan kecil yang sesuai untuk pengolahan lebih lanjut,
seperti dalam penyiapan daging olahan (Earle, 1969).
C. Pengeringan (Drying)
1. Tinjauan Pustaka
Teknologi pengeringan merupakan metode altenatif yang sangat
menjanjikan dalam menjaga ketahanan bunga rosela selain itu teknologi ini
merupakan teknik pengolahan yang paling sederhana dan mudah dilakukan.
Tray Dryers merupakan teknologi pengeringan yang cocok digunakan untuk
bahan yang sensitif terhadap panas dan bahan yang mudah berjamur. Pada
pengeringan kelopak bunga rosela menggunakan tray dryer ini pengeringan tray
dryer dapat bekerja dengan baik (Faridasari, 2005).
Pengeringan kinetika tanaman pangan umumnya dipengaruhi oleh
faktor-faktor yang termasuk pengeringan pre-treatment, kelembaban relatif dan
ukuran produk dan tanaman tertentu. Dengan demikian, penelitian telah
dilakukan pada karakteristik pengeringan dan kinetika berbagai makanan. Fisik
dan termal poperti dari produk-produk pertanian seperti panas dan perpindahan
massa, kelembaban difusi, energi aktivasi, dan konsumsi energi diperlukan
untuk desain pengering yang ideal (Akintunde, 2009).
Ketika proses pengeringan bahan pangan, kegiatan utama adalah untuk
menghapus kelembaban secepat mungkin pada suhu yang tidak ikut
mempengaruhi rasa, tekstur dan warna makanan. Jika suhu terlalu rendah
diawal, mikroorganisme dapat tumbuh sebelum makanan ceper kerig. Jika suhu
terlalu tinggi dan kelembaban terlalu rendah, makanan dapat mengeras
dipermukaan (Abano, 2011).
Kecepatan udara pengering, suhu dan kelembaban udara merupakan
faktor yang menentukan proses pengeringan. Demikian juga sifat bahan yang
dikeringkan seperti kadar air awal, ukuran produk pertanian dan tekanan partial
bahan akan mempengaruhi proses pengeringan. Suhu dan kecepatan aliran
udara yang tinggi akan mempercepat proses pengeringan (Atmaka, 2008).
Pengeringan merupakan salah satu teknik yang dapat digunakan untuk
mengawetkan daging. Akan tetapi penggunaan suhu yang terlalu tinggi dalam
pengeringan akan menyebabkan kerusakan produk. Pengeringan beku
merupakan salah satu cara pengeringan yang dapat menghasilkan produk kering
bermutu tingg iagar penerapan pengeringan beku layak secara ekonomis, maka
biaya operasi harus ditekan serendah mungkin dengan optimalisasi proses.
Optimalisasi proses memebutuhkan tidak hanya desain dan sistem kendali yang
baik untuk meminimumkan waktu pengeringan, tetapi juga pengetahuan
tentang sifat transpor bahan. Sifat transpor adalah sifat perpindahan panas dan
massa suatu bahan diantaranya adalah konduktivitas panas dan permeabilitas
uap airnya. Sehingga pengukuran konduktivitas panas dan permeabilitas daging
sapi selama penegringan beku merupakan informasi yang diperlukan untuk
optimalisasi proses (Widodo dan Tambunan, 2010).
Pengeringan pangan berarti pemindahan air dengan sengaja dari bahan
pangan. Pada kebanyakan peristiwa, pengeringan berlangsung dengan
penguapan air yang terdapat didalam bahan pangan dan untuk ini panas laten
penguapan harus diberikan. Dua faktor proses pengawasan yang penting yang
dimasukan ke dalam satuan operasi pengeringan yaitu, pemindahan panas untuk
melengkapi panas laten penguapan yang dibutuhkan dan pergerakan air atau
uap air melalui bahan pangan dan kemudian keluar bahan untuk mempengaruhi
pemisahan dari bahan pangan (Earle 1969).
Pengeringan dengan sinar matahari memerlukan tempat yang rata,
bersih, permukaannya kering dan terbuka terhadap sinar matahari. Cara yang
baik pengeringan dengan sinar matahari adalah menggunakan rak-rak pengering
yang dapat dimasukan dan dikeluarkan dari bangsal tempat penyimpanan secara
mudah. Dapat juga dibuat lantai penjemuran yang tetap dan diberi atap yang
dapat dibuka dan ditutup dengan mudah. Pengeringan buatan menggunakan
bahan bakar. Pemanasan terhadap biji dapat secara konduksi atau secara
konveksi (Sunanto, 1992).
Baru-baru ini banyak dikembangkan proses pengeringan yang dilakukan
pada tekanan rendah yang biasa disebut freese vacuum drying (pengeringan
beku vakum). Pengeringan beku vakum adalah proses pengeringan yang terjadi
pada tekanan rendah atau pada posisi dibawah titik triple point (tekanan 6.1
milibar dan temperatur 0oC). Proses pengeringan vakum dapat menjaga
kandungan gizi, bentuk warna dan kandungan biologis serta struktur dari
produk. Proses pengeringan terdiri dari 3 proses utama yaitu proses pembekuan,
proses pengeringan primer dan proses pengeringan sekundr. Pada proses
pembekuan yang menggunakan pembekuan cepat vakum, prinsip kerjanya
sesuai dengan diagram hubungan tekanan dengan air (Yulianto, 2010).
Pengeringan adalah proses yang kompleks yang melibatkan bersamaan
pasangan panas singkat, massa, dan transportasi momentum. Proses dengan
mana menguapkan dan membersihkan uap air dari permukaan, kadang dalam
vakum tetapi biasanya dengan cara membawa fluid melewati objek yang
lembab/basah.proses ini ditemukan pada bermacam-macam bentuk batas
aplikasi industrial dari pengeringan kayu di dalam indusrti pemotongan kayu ke
pengeringan makanan dalam industri pangan. Pada proses pengeringan, panas
dapat ditambahkan ke dalam objek dari sumber luar dari konveksi, konduksi
atau radiasi, atau panas dapat menghasilkan secara internasional di dalam tubuh
yang solid dengan cara pertahanan listrik (Haghi dan Amanifard, 2008).
Pengering kabinet, pengering ini terdiri dari suatu ruangan di mana
rigen- rigen untuk produk yang dikeringkan dapat diletakkan di dalamnya. Di
dalam pengering yang berukuran besar, rigen- rigen pengering disusun atas
kereta untuk memudahkan penanganannya; dalam unit rigen- rigen pengering
dapat disusun di atas suatu penyangga yang tetap di dalam pengering tersebut.
Udara dihembuskan dengan menggunakan kipas angin melalui suatu pemanas
(biasanya koil uap bersirip) dan kemudian menembus rigen- rigen pengering
yang berisi bahan yang akan dikeringkan. Pengering kabinet biasanya
merupakan pengering yang paling murah pembuatannya, mudah
pemeliharannya, dan sangan luwes penggunaannya. Pada umumnya pengering
ini digunakan untuk penelitian- peneltian dehidrasi sayuran dan buah buahan di
dalam laboratorium, dan di dalam skala kecil dan digunakan secara komersial
yang bersifat musiman (Desroiser, 2008).
D. Penepungan (Milling) dan Pengayakan (Sieving)
1. Tinjauan Pustaka
Hasil penelitian menunjukkan, penepungan dengan metode basah
(perendaman) menghasilkan rendemen tepung lebih tinggi dibandingkan
dengan metode kering (tanpa perendaman). Namun, kandungan nutrisi tepung
lebih tinggi pada penepungan dengan metode kering. Pengolahan tepung jagung
secara mekanis dengan alat penyosoh dan penepung menghasilkan tekstur
tepung yang agak kasar. Tepung dengan tekstur kasar sesuai untuk produk
olahan seperti tortila dan kerupuk (Suarni, 2009).
Unit operasi yang terlibat dalam pengolahan singkong termasuk mencuci,
mengupas, perendaman dalam air atau memegang di udara untuk waktu yang
berbeda untuk mengizinkan fermentasi dari akar, pengeringan, penggilingan,
memanggang, sieving dan pencampuran dalam air dingin atau panas. Tepung
singkong dibuat dari akar yang baru saja dipanen. Akar dikupas, dicuci dan
dipotong menjadi keripik. Keripik kemudian digiling menjadi bubuk dan
dikemas (Falade, 2008).
Tepung tidak secara langsung berhubungan dengan makanan yang
menyebabkan penyakit, tetapi penting untuk mengetahui data tentang menjaga
kualitas tepung untuk konsumsi dan tingkat bakteri patogen dan
mikroorganisme yang akan membuat tepung tidak layak untuk konsumsi dalam
periode yang lebih lama. Tingkat kelembaban biji-bijian dan tepung memainkan
peran penting mengenai kehidupan rak dan pertumbuhan mikroorganisme.
Lebih rendah kelembaban tepung maka lebih baik stabilitas penyimpanan
(Shobba, et. al, 2011).
Pembuatan tepung jagung sebagai berikut jagung pipil digiling kasar
menggunakan discmill (penggilingan I) kemudian dicuci untuk memisahkan
dedak dan grits, grits direndam selama 1 jam selanjutnya dikeringkan dengan
fluidized bed dryer selama 20 menit/bowl pada suhu 70oC. Penggilingan II,
grits digiling halus (discmill dan dikeringkan kembali dengan fluidized bed
dryer selama 10 menit/bowl pada suhu 70oC, kemudian tepung diayak dengan
ayakan berukuran 100 mesh dan diperoleh tepung jagung (Gracia, dkk., 2009).
Hasil akhir dari proses penepungan secara luas digunakan di industri
karena serbaguna dan efisien. Aplikasi hasil akhir proses penepungan dapat
ditemukan di banyak industri, dari industri besar sampai industri yang paling
kecil. Alasannya karena kepopuleran termasuk fakta bahwa penepungan dapat
digunakan untuk yang masih kasar dan untuk sentuhan akhir seperti lubang
kecil, kantong, batas luar, dan permukaan komponen. Permasalahan dimana
yang timbul atau hasil dari akhir proses penepungan termasuk alat potong
pemecahan, generasi dari permukaan bagian akhir dimana spesifikasi desain
produk tidak memuaskan dan proses tidak stabil (Sutherland, 2007).
Cara- cara penepungan beras yang lazim digunakan meliputi penggilingan
kering, penggilingan basah, dan penggilingan semi-kering. Tipe penggiling atau
penepung yang digunakan untuk penggilingan kring berpengaruh terhadap
distribusi ukuran partikel, suhu tepung yang keluar dari penggiling dan sifat
fungsional tepung hasil penggilingan kering. Pin mill dan hammer mill
menghasilkan tepung yang lembut. Dengan turbomill diperoleh paling lebut
berdasarkan percobaan. Tepung yang semakin lembut, menderita kerusakan pati
yang paling besar, sehingga tidak cocok untuk pembuatan roti yang
dikehendaki pengembangan yang besar (Haryadi, 2008).
Kemajuan yang pesat, akurat, dan metode yang murah untuk menghitung
bagian-bagian serangga pada tepung akhir sangat diinginkan pada industri
penepungan. Metode baru dengan kriteria simpel dapat menggeser metode yang
sudah ada. Walaupun jumlah bagian telah diatur, ada sedikit informasi tersedia
tentang berapa banyak bagian diproduksi dengan penepungan gandum dengan
yang diketahui dari kecambah penuh. Berdasarkan batas ilmu pengetahuan yang
berhubungan diketahui penuh dengan jumlah bagian serangga dapat sanagt
mengembangkan kemampuan penepungan untuk memproduksi tepung yang
dapat diterima (Toews, dkk., 2007).
Alat penepung dibutuhkan pada proses akhir pengolahan. Alat ini
berfungsi untuk mengubah bentuk bahan dari serpihan, pecahan kulit, atau
gumpalan menjadi tepung (mesh). Penepungan bisa juga dilakukan secara
manual dengan bantuan alat penumbuk. Namun, proses manual ini memerlukan
waktu lebih lama. Pada prinsipnya, semua mesin penepung bisa
digunakan, seperti penepung kopi digunakan, seperti penepung kopi, penepung
berasn atau penepung geplek. Mesin penepung bisa ditambah dengan pisau
untuk membantu proses penggerusan (Guntoro, 2008).
Penepungan secara manual dapat dilakukan dengan menggunakan
lumping dan alu. Umbi ketela yang telah dihancurkan tersebut kemudian diayak
dengan ayakan berukuran (mesh) tertentu, sehingga dapat diperoleh tepong
kasava dengan tingkat kehalusan tertentu (sesuai dengan kebutuhan).
Penepungan juga dapat dilakukan dengan menggunakan mesin penepungan
beras, melalui dua tahap penepungan yaitu penepungan pertama dilakukan
hingga dihasilkan tepung kasava kasar yang dapat lolos ayakan 20 mesh.
Penepungan kedua, dilakukan pada tepung kasava kasar hasil penepungan
pertama sehingga dapat dihasilkan tepung kasava halus yang dapat lolos ayakan
80 mesh (Soetanto, 2008)
Tepung ikan dihasilkan melalui beberapa tahap proses dimana minyak
ikan danair dipisahkan dari porsi padatannya (tepung ikan). Tahapan proses
produksi tepung ikan adalah penanganan bahan baku, pemasakan, pengepresan,
pengeringan, penepungan, dan pengemasan (Suprihatin dan Romli, 2009).
Dalam bentuk alami, pemanfaatan B. gymnorrhiza yang selanjutnya kita
sebut sebagai buah lindur untuk olahan pangan menjadi sangat terbatas. Dalam
kondisi alami inijuga menjadi sangat terbatas umur simpannya karena seperti
buah-buahan hasil pertanian yang lainnya buah lindur ini akan menjadi cepat
busuk. Penepungan merupakan salah satu solusi untuk mengawetkan buah
lindur karena dengan penepungan dapat memutus rantai metabolisme buah
lindur sehingga menjadi awet karena kandungan airnya rendah dan lebih
fleksibel diaplikasikan pada berbagai jenis olahan pangan sehingga nantinya
diharpakan lebih mudah dikenal kan pada masyarakat (Purnobasuki, 2009).
E. Goreng Sangan (Frying)
1. Tinjauan Pustaka
Wajan dari tanah (layah, kuali) atau dari alumunium dipanaskan di atas
tungku api kayu atau kompor minyak. Wajan sudah diisi pasir secukupnya,
kemudian pasir diaduk-aduk sampai cukup panas. Bila pasir sudah panas, biji-
biji melinjo yang sudah tidak ada kulit luarnya dimasukkan ke dalam wajan dan
diaduk-aduk bersama pasir panas. Inilah yang disebut dengan “menggoreng
sangan” (Sunanto, 1993).
Dalam penyangraian tidak ada kesepakatan yang harus dilakukan pertama
kali, menyangrai atau mencampur. Dalam pengembang rasa, pemanggangan
merupakan langkah-langkah dianggap paling penting. Dalam proses
penyangraian biji kopi, terjadi reaksi pirolitik yang bertanggung jawab untuk
kualitas sensorik, disertai dengan perubahan fisik penting (Hicks, 2010).
Penyangraian biji kopi merupkan proses penting dalam industri perkopian
dan amat menentukan mutu minuman kopi yang diperolehnya. Proses ini
mengubah biji-biji kopi mentah yang tidak enak menjadi bahan minuman
dengan aroma dean citrasa lezat. Proses pengolahan dapat menggunakan
tekanan atmosfer dengan menggunakan udara panas, dengan hembusan gas atau
melalui kontak dengan bahan metal panas (Siswoputranto, 1993).
Fermentasi dan penyangraian biji mengakibatkan sifat-sifat citarasa
bubuk cokelat berbeda-beda misalnya intensitas cocoa flavor, rasa pahit,
‘astringent’ dan keasaman. Penyangraian menyebabkan pengembangan aroma
spesifik cokelat dengana adanya reaksi Maillard, karamelisasi gula, degradasi
protein dan pembentukan komponen volatil seperti pyrazin yang merupakan
salah satu komponen flavor yang diinginkan. Komponen citarasa khas cokelat
terbentuk selama roasting/penyangraian dari calon-calon pembentuk citarasa
seperti asam amino, peptida, gula pereduksi dan kuinon. Selama penyangraian,
senyawa-senyawa calon pembentuk citarasa bereaksi satu sama lain melalui
reaksi Maillard, menghasilkan komponen-komponen mudah menguap dan
beraroma khas cokelat, termasuk di dalamnya golongan alkohol, eter, furan,
tiazol, piron, asam, ester, aldehida, imin oksazol, pirazin, dan pirol (Suprapti,
2008).
Langkah menyangrai sangat penting untuk mengembangkan sifat-sifat
organoleptik yang spesifik (rasa, aroma dan warna), yang mendasari kualitas
kopi. Jumlah panas yang ditransfer ke kacang ini penting dalam proses
sangrai . Proses ini dapat dibagi menjadi dua tahap. Tahap pertama sesuai
dengan pengeringan (suhu kacang dibawah 1600C) dan tahap kedua adalah
sangrai (suhu kacang antara 160 dan 2600C). Pada tahap terakhir, reaksi
pirolitik mulai dari 1900C menyebabkan oksidasi,reduksi, hidrolisis,
polimerisasi, dekarbosilasi dan banyak perubahan lain yang mengarah ke
pembentukan zat penting, kualiitas kopi. Hilangnya kelembaban dan reaksi
kimia yang disertai denganperubahan-perubahan penting Beberapa parameter
dapat digunakan sebagai indikator untuk menentukan tingkat sangrai seperti
aroma, rasa, warna, suhu kacang, pH, komposisi kimia, kacang pop, massa
kerugian, komposisi gas dan volume (Hernandez et al, 2002).
Penyangraian merupakan salah satu tahap operasi teknologi yang sangat
penting dilakukan dalam proses pengolahan biji kakao menjadi produk pasta
kakao dan bubuk kakao. Karena dari proses penyangraian tersebut dapat
menimbulkan pembentukan karakteristik cokelat, aroma lembut (mild) dan
tekstur biji kakao yang disangrai. Selama proses penyangraian, cita rasa yang
dihasilkan oleh kakao merupakan pembentukan aroma khas cokelat sebagai
hasil dari kombinasi 400-500 senyawa pembentuknya. Penyangraian pada
umumnya menggunakan kombinasi waktu panjang-suhu rendah dan waktu
pendek-suhu tinggi (Sudibyo, 2008).
Goreng sangan adalah suatu proses penggorengan yang dilakukan tanpa
menggunakan minyak, tetapi menggunakan panas dari sumber panas misalnya
kompor. Saat ini penggunaan minyak sudah banyak dilakukan seperti memasak,
menggoreng, merebus atau cara pemanasan lain. Dengan perlakuan tersebut
terjadi perubahan keadaan pada bahan baik fisik maupun kimiawi, sehingga
bahan makanan yang telah dimasak telah lebih tahan selama beberapa hari.
Pada dasarnya pemindahan panas dapat terjadi secara konversi, konduksi dan
radiasi(Alireza, 2010).
Proses pengeringan biji-bijian hasil pertanian dapat juga dilakukan secara
kontak langsung melalui proses pencelupan dengan pengadukan prosuk ke
dalam bahan butiran atau partikel panas yang dikenal sebagai proses
penyangraian. Beberapa kelebihan dapat diperoleh dari proses penyangraian ini,
diantaranya adalah efisiensi termal yang relative tinggi (>60%) dengan waktu
penyangraian yang relatif singkat. Selain itu untuk media penyangraian dapat
digunakan butiran garam, pasir halus, pasir kwarsa, zeolit atau dari bahan
butiran halus lainnya dalam berbagai ukuran. Pengadukan perlu dilakukan agar
biji-bijian dapat terselimuti oleh butiran media pengering sehingga terjadi
penghantaran panas secara konduksi (Sugiarto, 2003).
Sebagian buku menerangkan bahwa deep frying pada hakikatnya adalah
french friyng. Lebih tetap bila digunakan istilah deep frying. Maksudnya untuk
mematangkan pbjek yang dimasak, dipakai alat penggoreng (fryer) yang
menampung banyak minyak hingga objek yang digoreng terendam didalamnya.
Proses ini dibedakan dengan menumis yang memakai sedikit minyak atau dry
fry yang tanpa minyak sama seklai. Cara dry fry digunakan jika kita akan
membuat sambal kacang, yang memerlukan pemasakan seperti itu atau cara
memasak biji kopi (Bartono, 2006).
Goreng sangan merupakan cara pemasakan bahan makanan dengan
radiasi panas, dimana dengan perlakuan-perlakuan tersebut terjadi perubahan
keadaan bahan makanan, baik sifat fisik maupun sifat kimiawinya sehingga
keadaan bahan pangan ada yang menjadi lunak dan enak dimakan. Dengan
pemanasan maka sebagian besar mikroorganisme dan enzim mengalami
kerusakan, sehingga bahan yang telah di masak lebih tahan lama beberapa hari.
Untuk pengorengan sangan, di gunakan radiasi panas diman terjadi secara
secara pancaran dan berlangsung secara radiasi. Namun bertolak dari itu dalam
goreng sangan ini di peroleh dari kompor gas. Proses pengorengan sangan
bisanya dilakukan pada bahan Jinis biji-bijian seperti kacang tanah. Dalam hal
ini alat pengorengan yang di gunakan terhadap otoklaf tipe vertikal ataupun tipe
horizontal. Pada dasarnya pengorengan sangan dapat dilakukan dengan
berbagai macam cara, yang terpenting adalah pemrosesan yang benar (Paulis,
2002).
penggorengan merupakan proses pemanasan produk dengan suhu tingg.
penggorengan dapat dilakukan dengan rendaman minyak atau tanpa rendaman
minyak dan menggunakan media butiran padat yaitu lazim disebut
penyangraian. Penyangraian dapat disertai dengan olesan minyak atau tanpa
olesan minyak pada makanan yang digoreng. Umumnya pemanasan
beriangsung pada suhu tinggi mendekati titik asap minyak. Selama
penggorengan dan penyangraian, atau disebut penggorengan, terjadi proses
simultan pemanasan pengeringan dan penyerapan minyak, pemekaran
(puffing), teksturlsasi (pelunakan), perubahan warna, aroma dan rasa, dan
kemudian diikutldengan pengerasan permukaan (crusting). Disamping itu
terjadi juga oksidasi, perubahan wama minyak serta penurunan kualitas minyak
dan pengentalan yang akan mempengaruhi perpindahan panas dan penyerapan
minyak. Proses perpindahan panas ke bahan dapat terjadi melalui kontak
permukaan (pada shallow frying) atau dengan konveksi dan konduksi (pada
deep frying) atau kombinasinya (pada penyangraian). Perpindahan panas selalu
dlikuti dengan penguapan air dan penyerapan minyak. Proses kematangan
makanan darl bahan berpati disertai dengan gelatinisasi dan retrogradasi
kemudian dengan crusting (Rahardjo, 2009).
F. Sortasi (Sortasion)
1. Tinjauan Pustaka
Buah- buahan dan sayur- sayuran mempunyai variasi mutu yang luas,
yang disebabkan oleh faktor- faktor genetik, lingkungan, dan agronomi. Sortasi
mutu diperlukan untuk mendapatkan keuntungan yang memadai sesuai dengan
mutu barang. Sortasi mutu dapat dilakukan dengan tangan atau secara mekanik
(Kamariyani, 1986).
Sortasi dilakukan kebanyakan mengambil keuntungan dari gaya gravitasi.
Layar dengan tetapan atau variabel aperture sebagai datar atau drum mesin yang
digunakan. Dari layar datar getaran diterapkan untuk memindahkan materi,
sementara dalam desain drum kecenderungan dan rotasi menyebabkan gerakan
bahan berindah dari inlet ke outlet. Objek-objek besar diurutkan dari kabel, tali
ikat pinggang atau roller penyortir. Dalam mesin tersebut, materi bergerak
diantara dua kabel, ikat pinggang atau gulungan. Celah antara mereka
meningkatkan kontinuitas bahan dengan ukuran yang ditentukan dikumpulkan
bersama sorter. Sortasi dapat merusak mater, terutama yang mempunyai tekstur
lembut (Lewicki, 2009).
Salah satu dari hal yang paling penting dalam sebuah operasi adalah
sortasi kemasan yang sesuai (termasuk ukuran). Operasi seperti itu
membutuhkan beberapa parameter yang akan dengan cepat berhasil
diidentifikasi dan pada waktu yang sama. Hal ini termasuk kematangan
komoditi, warna, bentuk, ukuran, dan kecacatan. Efisiensi dan efektivitas dari
sortasi yang memenuhi standar kualitas produk diperlukan metode sortasi yang
efektif (Jaripomas dan Jaisin, 2008).
Peyortiran gegajian sebelum proses pengeringan adalah suatu praktek
yang sangat umum di industri kayu. Hal tersebut menciptakan kelompok
gergajian kayu dengan karakteristik kekeringan yang serupa. Telah
dikembangkan suatu metode untuk mengoptimalkan penyortiran gergajian kayu.
Metode ini mencakup sebuah prosedur percobaan bersifaat untuk
mengoptimalkan para meter penyortiran, dan suatu model stokastik untuk
menaksir penurunan pangkat pengeringan (Elustondo, 2010).
Pengolahan citra (image processing) sendiri merupakan proses pengolahan
dan analisis citra yang banyak melibatkan persepsi visual. Citra yang
dimaksudkan adalah citra digital untuk membedalan dengan citra lain seperti
foto, dan lain-lain. Proses ini mempunyai data masukan dan informasi keluaran
yang berbentuk citra. Teknik ini cukup banyak digunakan dalam proses
pengembangan sortasi menggunakan mata elektronik dengan akurasi tinggi.
Metode pengolahan citra dapat memungkinkan perolehan hasil sortasi yang
seragam, memiliki tingkat kesalahan yang rendah, dan sesuai dengan standar
mutu pasar yang telah ditentukan (Argo, 2007).
Sortasi buah dilakukan untuk memisahkan buah yang bagus (masak,
bernas, seragam) dari buah yang tidak bagus (cacat, hitam pecah, berlubang dan
terserang hama atau penyakit). Kotoran seperti daun, ranting, tanah, dan kerikil
harus dibuang, karrena dapat merusak mesin pengupas. Sortasi biji kopi beras
bertujuan untuk memisahkan biji kopi dari kotoran-kotoram non kopi seperti
serpihan daun, kayu atau kulit kopi. Selain itu juga untuk memisahkan biji kopi
berdasarkan ukuran dan cacat biji. Pemisahan berdasarkan ukuran dapat
menggunakan ayakan mekanis maupun dengan manual (Ernawati, 2008).
Pada dasarnya pengolahan lada hitam dapat dibagi menjadi dua tahap
yaitu tahap perontokan (pemisahan buah lada dari tangkainya) dan tahap
pengeringan. Pemisahan buah lada dari tangkai masih dilakukan secara manual
yaitu dengan tangan atau diinjak-injak dengan kaki. Untuk pengeringan
sebagian petani masih melakukannya diatas tikar yang diletakkan di pinggir
jalan atau di halaman rumah. Namun demikian sebagian petani sudah
melakukan penjemuran di atas lantai yang terbuat dari semen. Setelah kering
proses sortasi dilakukan dengan pengayakan atau penampian. Sebagian petani
sudah melakukan sortasi dengan menggunakan alat sortasi walaupun sangat
sederhana (Nudjannah, 2006).
Buah – buah yang telah dikumpulkan kemudian disortasi. Proses sortasi
yaitu buah-buah yang rusak atau cacat karena terserang hama dan penyakit
maupun kerusakan yang diakibatkan penanganan panen yang kurang baik
dipidahkan dari buah yang sehat. Akibatnya buah yang sehat tidak ditulari hama
dan penyakit dari buah yang cacat atau sakit (Cahyono, 2010).
Penyortiran adalah suatu pelajaran algoritma umum di dalam suatu
teknologi informasi, ilmu komputer, dan mesin. Di dalam ilmu komputer,
pemilihan algoritma penyortiran adalah suatu algoritma untuk menyortir suatu
rangakaian data (Sutopo, 2011).
Penelitian alat sortasi buah apel ini didesain dengan sistem elevasi
(kemiringan) pada pintu out put hasil sortasi yang mengandalkan sistem
gravitasi untuk perpindahan buah apel dengan motor servo sebagai tenaga
penggerak pintu Output hasil sortasi, dengan suatu sistem desain pengumpan
buah otomatis. Perancangan alat sortasi buah apel ini menggunakan program
Delphi sebagai pengolah data buah dan Mikrokontoler ATMega 16 sebagai
pusat pengatur sistem kendali gerak motor servo. Dengan mengacu hal tersebut
diharapkan akan dapat meningkatkan sistem kinerja alat dan kapasitas kerja alat
sortasi buah apel, serta memudahkan sistem evaluasi terhadap kualitas buah
apel yang telah disortasi (Anugrahandy, 2012).
Tahap sortasi untuk pembuatan kue klantingan adalah pemilihan bahan
baku. Ubi kayu diperoleh dari petani ubi kayu dan kadang-kadang dibeli dari
toko. Jenis ubi kayu yang digunakan berwarna putih, berumur 10-12 bulan dan
tidak cacat (terdapat luka fisik). Ubi kayu uang berumur 10-12 bulan banyak
mengandung pati, ubi yang banyak mengandung air akan menghasilkan produk
yang kurang baik (Yanita, 2008).
G. Penggilingan
1. Tinjauan Pustaka
Salah satu proses untuk mengolah daging adalah penggilingan. Proses ini
bertujuan untuk menghancurkan dan menghaluskan daging untuk diproses lebih
lanjut, misalnya untuk membuat bakso. Ada berbagai jenis alat penggiling
daging, salah satunya penggiling yang digerakkan secara manual dengan
tangan. Penggiling ini biasanya terbuat dari bahan besi cor. Besi hitam dan cor
(black and cast iron) dan baja halus (mild steel) telag digunakan secara luas
pada konstruksi premesinan, khusunya untuk kerangk umum dan peralatan
yang tidak mengalami kontak langsung dengan makanan. Material-material
tersebut sangat peka terhadap korosi meskipun dapat dikendalikan secara
sementara dengan mengecat permukaan. Permukaan yang tidak secara langsung
mengalami kontak dengan makanan harus dikerjakan dengan halus, mudah
dibersihkan, dan terbuat dari material yang tahan korosi atau korosi yang
ditularkan (rendered corrosion resistant) (Anson, dkk., 2006).
Tujuan dari pemecahan dan penggilingan ialah untuk menghasilkan
partikel-partikel kecil dari yang lebih besar. Partikel-partikel yang lebih kecil
dari yang lebih besar. Partikel-partikel yang lebih kecil diperlukan baik oleh
karena pemukaannya yang besar, atau karena bentuk, ukuran dan jumlahnya.
Salah satu ukuran efisiensi operasi ialah yang didasarkan ataus energy yang
diperlukan untuk membuat permukaan tambahan, luap permukaan satu satuan
massa partikel meningkat sangat besar dengan diperkecilnya ukuran partikel.
Berbeda dari pemecah dan penggiling ideal, dalam keadaan sebenarnya unit itu
tidak menghasilkan produk yang seragam, baik kalau umpannya seragam
maupun tidak. Istilah penggiling atau mesin giling memberikan berbagai jenis
mesin pemecah penghalus dengan tugas menengah. Hasil dari mesin pemecah
biasanya dimasukkan ke dalam mesin giling, dimana umpan itu digiling sampai
menjadi serbuk. Jenis utama mesin giling komersial yang diuraikan dalam
bagian ini adalah mesin tumbuk palu dan impaktor, mesin kompresirol, mesin
giling atrisi dan mesin giling guling (McCabe, 1999).
Penggilingan rempah-rempah adalah teknik kuno seperti penggilingan
bahan makanan lainnya. Tujuan utama dari rempah-rempah penggilingan
adalah untuk memperoleh ukuran partikel yang lebih kecil dengan baik kualitas
produk dalam hal avour dan warna. Dalam yang normal proses grinding, panas
yang dihasilkan ketika energi digunakan untuk fraktur partikel ke ukuran yang
lebih kecil. Ini panas yang dihasilkan biasanya merugikan produk dan hasil
dalam beberapa kehilangan avour dan kualitas. Lemak dalam rempah-rempah
umumnya menimbulkan masalah tambahan dan merupakan penting
pertimbangan di penggilingan (Singh dan Goswani, 1998).
Penggilingan basah dioperasikan jika bahan yang diumpankan atau
dihasilkanberada dalam bentuk suspensi. Hasil penggilingan basah dapat
diproses lebih lanjut ataupun berbentuk produk akhir komersial. Penggilingan
basah umumnya memberikan ukuran butir yang sanagt halus. Di samping alat
penggiling gesek, bola, manik-manik, mesin penghomogen torak, juga
digunakan alat pengaduk cakram gigi (Bernasconi, dkk., 1987).
Penggilingan adalah hal yang sangat umum digunakan dalam industri
karenan proses manufaktur yang fleksibel untuk menghasilkan bentuk
kompleks diberbagai bahan pada kualitas tinggi. Gaya pemotongan adalah
parameter yang paling mendasar dan dalam banyak kasus yang paling penting
dalam operasi mesin. Dalam proses penggilingan, mereka juga menyebakan
defleksi bagian dan alat yang dapat mengakibatkan penyimpangan. Karna
kompleksitas geometri danmekanika dibandingkan balik, penggilingan proses
model muncul kemudian dari beberapa karya yang dilakukan pada pemotongan
ortogonal (Budak, 2006).
Sosis merupakan produk emulsi yang membutuhkan ph tinggi, yang
berperan untuk meningkatkan daya ikat air. Seperti halnya dengan nugget dan
bakso, sosis merupakan sistem emulsi minyak dalam air. Masalah yang sering
dihadapi dalam pembuatan sosis adalah pecahnya emulsi, yang antara lain
disebabkan penggilingan dan pemasakan yang berlebihan, temperatur
penggilingan dan pemasakan yang terlalu tinggi. Penggunaan susu skim atau
isolat protein kedelai adalah sekitar 4,4%, sedangkan tepung tapioka, maizena
maupun tepung kentnag sebanyak 3,36%, sedangkan penambahan suplemen
omega-3 dan omega-6 sebanyak 9,5% (Usmiati, et. al, 2000).
Di dalam proses penggilingan, ukuran bahan diperkecil dengan
mengoyakkannya. Mekanisme pengoyakan ini belum dimengerti dengan jelas,
akan tetapi di dalam proses, bahan ditekan oleh gaya mekanis dari mesin
penggiling, penekanan awal masuk ke tengah bahan sebagai energi desakan.
Apabila energi desakan lokal melewati tahap kritis, yang merupakan fungsi
bahan. Beberapa energi diambil dalam pembentukan permukaan baru, akan
tetapi sebagian besar dari energi ini hilang sebagai panas. Waktu juga
berpengaruh dalam proses penyobekan, dan terlihat bahwa bahan akan tersobek
pada konsentrasi tekanan yang rendah apabila tekanan ini berlangsung cukup
lama. Oleh karena itu penggilingan diperoleh secara tekanan mekanis yang
diikuti oleh penyobekan dan energi yang dibutuhkan tergantung kepada
kekerasan bahan dan juga kecenderungan bahan untuk patah, yaitu kerapatan
bahan tersebut
(Earle, 1969).
Penggilingan mikro adalah suatu operasi langsung untuk membuat bagian
kecil yang menawarkan alternatif proses pengecilan ukuran. Proses ini
merupakan suatu metode yang fleksibel. Penggilingan mikro dapat mencapai
ketelitian yang baik, kekasaran permukaan yang rendah, dan dapat
menghasilkan tingkat kepindahan barang yang tinggi (Ozel, 2008).
Penggilingan dengan kapasitas besar dan kontinu, umumnya
menghasilkan beras dengan mutu bagus dan rendemen beras keseluruhan tinggi
(63-67 %). Penggilingan kapasitas besar biasanya dilengkapi dengan grader,
sehingga menir langsung dipisahkan dari beras kepada. Ditinjau dari menir
yang terpisahkan, maka dari sistem penggilingan ini diperoleh menir bermutu
baik dengan jumlah yang banyak (3-5 %). Bekatul yang dihasilkan dari sistem
penggilingan ini mutunya kurang baik karena masih tercampur dengan dedak
dan serpihan sekam. Penggilingan padi dengan skala sedang, dengan sistem
semi kontinu maupun diskontinu akan menghasilkan bekatil dengan jumlah
cukup banyak dan mutu baik. Hal ini karena bekatul yang dihasilkan mesin
sosoh kedua, terpisah dengan dedak, yang dihasilkan dari mesin sosoh pertama.
Apabila bekatul akan digunakan sebagai bahan pangan, maka sebaiknya hanya
diambil dari hasil mesin sosoh kedua, karena tidak lagi tercampur dengan dedak
(bekatul kasar) dan serpihan sekam. Penggilingan padi skala kecil, yang hanya
menggunakan satu unit mesin sosoh umumnya menghasilkan bekatul dengan
mutu kurang baik dan jumlah sedikit (Widowati, 2001).
Poros utama ini adalah bagian penting pada mesin pencacah daging.
Poros ini merupakan tempat kedudukan silinder pencacah daging. Tujuan dari
pembuatan poros ini adalah untuk memindahkan daya motor ke silinder
pencacah sehingga mesin dapat menjalankan fungsinya yaitu mencacah daging
sebagaimana yang dikehendaki. Urutan proses pembuatan poros utama pada
mesin pencacah daging meliputi: proses pembacaan gambar kerja, pemilihan
bahan, persiapan alat dan mesin, proses pemotongan, proses pembubutan, dan
proses perakitan (Triyatno, 2011).
Penggilingan adalah unit operasi penting di mana ukuran partikel
berkurang dan luas permukaan mereka meningkat. Ketika meningkatnya luas
permukaan partikel, itu berarti ketersediaan konstituen (seperti minyak di dalam
sel, aroma dan komponen bumbu) yang tersedia dalam materi yang meningkat
kekuasaan konsumsi di penggilingan, ukuran partikel dan meningkatkan
berkomentar di luas permukaan tergantung pada ukuran awal, bentuk dan
kekuatan dari partikel atau bahan, jenis atau pabrik penggiling digunakan untuk
unit ini operasi dan penetapan parameter operasi untuk menjalankan penggiling
atau pabrik seperti suhu, ukuran saringan, jumlah tulang rusuk rotor, dan lain-
lain. Penggilingan adalah sebuah operasi yang paling memakan listrik karena
hanya 1% dari energi yang diberikan untuk penggunaan bahan melonggarkan
ikatan antara partikel, sedangkan hampir 99% dari masukan energi hilang
sebagai panas, suhu tanah meningkat dll produk rempah-rempah menggiling
suhu naik ke tingkat 42 -93 dan ini menyebabkan hilangnya minyak esensial
dan konstituen penyedap, untuk minyak bearing material yang tinggi, minyak
yang keluar dari minyak-bahan bantalan selama penggilingan, yang membuat
produk tanah bergetah, lengket dan hasil dalam terhalang dari filter melalui
mana produk melewati (Meghwal dan Goswani, 2010).
H. Oven dan Mixing
1. Tinjauan Pustaka
Pembuatan pati aren secara umum dilakukan melalui tahapan pemarutan
empulur, perendaman dan pengadukan, penyaringan, pengendapan dan
pengeringan. Sebuah mesin pengaduk tipe baling-baling telah dikembangkan
untuk meningkatkan kapasitas dan kualitas pati aren sekaligus membantu
mengurangi kejernihan kerja pada proses pengadukan. Pembuatan pati aren
pada umumnya dilakukan dalam skala industri kecil dan dilakukan dengan
peralatan sederhana. Penggunaan mesin masih terbatas pada proses pemarutan
empulur batang aren, sedang proses selanjutnya masih dilakukan secara
manual. Dari pengamatan dilapangan, proses pengadukan dan ektraksi atau
penyaringan merupakan proses yang paling lama dan memerlukan banyak
input energi. Proses pembuatan pati yang dilakukan secara manual
menyebabkan produktivitas kerja rendah dan memerlukan waktu yang lama
(Purwantana, 2008).
Hasil bahwa tanin dari buah pinang menggunakan pelarut alkohol
menghasilkan tanin yang lebih banyak dibanding dengan menggunakan pelarut
air. Sedang penelitian yang dilakukan lainnya menunjukan bahwa ekstraksi
tanin dipengaruhi oleh kecepatan putar pengadukan. Semakin besar kecepatan
putar pengadukan maka semakin besar pula nilai koefisien transfer massa
volumetrisnya (Artati, 2007).
Pencampuran adalah penyebaran satu komponen ke komponen lain.
Proses pencampuran ini, umum dijumpai sebagai salah satu unit pengolahan
pada industri pangan. Pencampuran yang sempurna dapat didefinisikan bahwa
besar proporsi masing- masing komponen dalam campuran sama
( Earle, 1969).
Metode pengukuran kadar air pada agrerat dan beton segar yang ada saat
ini memerlukan waktu yang cukup lama sehingga tidak praktis diterapkan
dilapangan. Oleh karena itu diperlukan suatu metode yang sederhana, cepat,
praktis, akurat dan harga yang relatif murah. Pengertian dengan microwave
oven memberikan kemungkinan ini. Microwave oven sebagai alat pengukur
kadar air agregat dan beton segar dengan waktu pengukuran yang relatif
singkat dan akurat. Cara kerja dari microwave oven memakai prinsip bahwa
atom benda yang dioven akan mengabsorbsi/menyerap energi dari radiasi
frekuensi gelombang mikro (microwave frequency radiation) yang
menyebabkan bergetar sampai 2450 juta getaran perdetik, dari getaran ini
menyebabkan timbulnya panas (friction heat) pada makanan/benda yang ada
didalam alat microwave oven (Sugiharto, 2000).
Pohon kakao biasanya ditanam didaerah panas dan lembab dengan curah
hujan tahunan diatas 2000mm. Biji kakao dipilih, handpicked (untuk
menghapus dirts dan batu) dan dipanggang di oven udara panas pada suhu
antara 123oC dan 125oC untuk satu jam dan sejuk segera (untuk lebih lanjut
pembakaran internal kacang). Tujuan dari pengovenan mencakup
pengembangan aroma, warna dan membuat granula pati larut, penghapusan
sekam serta dehidrasi kacang untuk menggiling (Belewu, 2008).
Oven adalah alat untuk memanaskan memanggang dang
mengeringkan. Oven dapat digunakan sebagai pengering apabila dengan
kombinasi pemanas dengan humidity rendah dan sirkulasi udara yang cukup.
Kecepatan pengeringan tergantung dari tebal bahan yang dikeringkan.
Penggunaan oven biasanya digunakan untuk skala kecil. Oven yang kita
gunakan adalah elektrik oven yaitu oven yang terdiri dari beberapa tray di
dalamnya, serta memiliki sirkulasi udara di dalamnya. Kelebihan dari oven
adalah dapat dipertahankan dan diatur suhunya. Bahan yang akan dikeringkan
pada tray-tray-nya (Saputra, 2008).Koagulasi disebabkan dengan penambahan
larutan asam sitrat panas pada susu secara perlahan-lahan dengan terus-
menerus diaduk sampai air dadih terpisah. Ketika koagulasi selesai,
pengadukan dihentikan dan padatan menetap. Air dadih dikeringkan melalui
kain kasa dan dalam suhunya diatur tidak boleh sampai menurun (Rajakumar,
et. al, 2011).
Alat pengaduk terdiri atas sumbu pengaduk dan sirip pengaduk yang
dirangkai menjadi satu kesatuan atau dapat dipisah-pisah menjadi beberapa
bagian (pengaduk yang dapat dipisah juga dapat dibongkar pasang didalam
satu tangki pengaduk). Alat pengaduk dapat dibuat dari berbagai bahan yang
sesuai dengan bejana pengaduknya, misalnya dari baja, baja tahan karat, baja
berlapis email, baja berlapis karet. Suatu alat pengaduk diusahakan
menghasilkan pengadukan yang sebaik mungkin dengan pemakaian daya yang
sekecil mungkin. Ini berarti seluruh isi pengaduk sedapat mungkin digerakan
secara merata, biasanya secara turbulen (Bernasconi, et. al, 1995).
Cara oven terbuka (air oven method) digunakan untuk lemak hewani dan
nabati, tetapi tidak dapat digunakan untuk minyak yang mengering (drying
oils) atau setegah mengering (semi drying oils). Contoh yang telah diaduk,
selanjutnya ditimbang didalam cawan kadar air (moisture dish) lalu
dimasukkan kedalam oven dan dikeringkan. Cara oven hampa udara (vacuum
oven method) dapat digunakan untuk semua jenis minyak dan lemak kecuali
minyak kelapa dan minyak yang sejenis yang tidak mengandung asam lemak
bebas lebih dari satu persen (Ketaren, 1986 ).
Penggunaan oven microwave dalam negeri telah menjadi biasa dan pasar
untuk microwave disiapkan makanan terus tumbuh pesat. Semua produk
makanan ritel yang dimaksudkan untuk pemanasan microwave harus
menyediakan atas instruksi kemasan pemanasan ulang yang berkaitan dengan
waktu pemanasan ke output daya dari berbagai microwave domestik oven.
Instruksi ini bertujuan untuk memberikan konsumen dengan produk akhir yang
dapat diterima dalam hal makanan baik keselamatan dan kualitas (Swain,
2007).
I. Pemarutan (Size Reduction)
1. Tinjauan Pustaka
Dari survey dilapangan santan banyak sekali digunakan terutama untuk
masakan yang banyak digunakan oleh rumah-rumah makan atau usaha catering,
industri minyak goreng, dan industri kecil makanan ringan. Untuk
menghasilkan santan, usaha-usaha tersebut menggunakan alat pemarut kelapa
dengan plat yang bergerigi yang digerakkan oleh motor listrik kemudian
memerasnya dengan mesin press screw yang juga digerakkan oleh
engine/motor listrik. Akan tetapi kedua proses ini (pemarutan dan pemerasan)
masih dilakukan secara terpisah, sehingga efisiensi waktu dan tenaga kerja
belum dapat ditingkatkan (Junaidi dan Sunitra, 2008).
Tahapan operasi proses pengolahan minyak kelapa muda dengan metode
basah tradisional yaitu dengan cara pencukilan, pemarutan, dan pemerasan.
Pengecilan ukuran dilakukan dengan menggunakan mesin pemarut. Selain
bertujuan untuk memperkecil ukuran, pemarutan juga untuk merusak sel-sel
daging buah kelapa agar minyak mudah dikeluarkan (Syah, 2008).
Penelitian ini berusaha untuk mengubah pemarutan singkong yang ada
dan mesin menekan ke dalam Unit tunggal untuk membuat parutan, menekan,
mengumpulkan pati dan adonan singkong lebih higienis, untuk membuat
pengoperasian mesin lebih mudah, lebih aman dan juga untuk meningkatkan
pada kualitas adonan. Teknik-teknik pengolahan yang ada digunakan dalam
produksi singkong pati dan singkong adonan daun banyak yang harus
diinginkan. Ada kesulitan pemarutan dan pengeringan cairan tepung dari
adonan singkong, karena metode konvensional tersedia memakan waktu dan
tenaga. Dalam desain diubah, dua sisi engkol mekanisme, drive rantai, roda gigi
dan mata air akan digunakan untuk mencapai single diusulkan Unit pemarutan
singkong dan mesin menekan parutan dan ruang akan menekan "tertutup" unit
dengan ruang menekan diberi makan oleh tindakan "membuang" (sentrifugal
kekuatan) yang dihasilkan oleh drum berputar selama pemarutan (Adzimah dan
Gbadam, 2009).
Alat parut ubi kayu dengan putaran engkol oni juga dapat mengatasi
masalah yang sejenis lainnya, dalam memproduksi berbagai makanan dari
bahan baku hasil pertanian lahan kering, seperti ubi rambat, kelapa, dan
sejenisnya. Alat ini dapat meningkatkan efisiensi baik dari waktu kerja, tenaga
maupun secara kualitas dan kemampuan industri rekan meningkat dalam
produksi serta pelayanan pada konsumen regional/nasional. Alat ini nantinya
dapat dirancang dan dikembangkan dengan memanfaatkan motor-motor listrik
sebagai alat penggeraknya (Parsa, 2009).
Mekanisme yang umumnya dipakai untuk proses pemarutan ada dua
macam. Pertama adalah menggunakan parut berputar. Pada proses pemarutan
ini, ketela pohon yang telah dikupas diparut dengan menggunakan silinder
berparut, yang mendesak pada celah dengan jarak tertentu. Silinder berparut
diputar dengan menggunakan motor pada kecepatan putar tertentu. Sistem ini
dipakai pada proses pemarutan mekanis. Sedangkan yang kedua menggunakan
pemarut manual atau pemarut tetap. Pada proses pemarutan ini, pemarutan
menggunakan plat yang terbuat dari stainless steel, yang memiliki gigi parut
yang berbentuk seperti paku tajam. Gigi parut ini akan menyayat ketela pohon
sehingga menjadi butiran/sayatan yang halus. Untuk pemarut manual yang
bahannya menggunakan plat stainless steel, gigi parut berasal dari bahan itu
sendiri yang disayat, sehingga lembaran yang disayat tersebut berbentuk seperti
paku-paku tajam (Soegihardjo dan Aninditya, 2005).
Santan adalah susu putih minyak dalam air emusli yang diekstraksi dari
daging kelapa. Pemisahan emulsi ke fase berair dan krim fase umumnya terjadi
dan mengarah kecacat fisik dapat diterima dari kelapa segar atau diproses.
Proses dimulai dari penggalian susu dari parutan kelapa daging dengan atau
ditambahkan air (Chiewchan, et. al, 2005).
Banyak aktivitas jual beli yang ada di pasar, baik yang bersifat manual
maupun yang menggunakan alat sebagai alat bantu dalam menyelesaikan
pekerjaan jual beli tersebut. Salah satunya adalah kegiatan pemarutan kelapa
yang menghasilkan bahan parutan kelapa. Dalam aktivitas pemarut kelapa
membutuhkan mesin penghancur khusus (Nenohai, dkk, 2009).
Menurut Kethireddipalli et al. (2002), menggiling bahan berserabut
kering ke bubuk mungkin mempengaruhi WHC dan SWC-nya; efeknya tidak
hanya berpengaruh pada reduksi ukuran partikel, tetapi juga merubah struktur
matriks fiber. Pustaka fokus kepada efek setelah perlakuan untuk ektraksi fiber
pada property fisikokimia sangat jarang dan kadang kontradiktif, karena
bahannya berbeda, metodologinya berbeda untuk pengukuran dietary fibre, dan
perbedaan kondisi proses yang telah digunakan (Figuerola, dkk, 2001).
Mesin parutan terdiri atas sebuah silinder kayu pada sisi luarnya
dipakukan kawat-kawat kecil dari baja. Fungsi kawat-kawat baja tersebut
adalah untuk memarut. Silinder digerakkan oleh motor atau diesel pada putaran
tertentu (Tjokroadikoesoemo, 1986).
Parut pada umumnya terbuat dari kayu, berbentuk persegi panjang dengan
ukuran panjang 44 cm, lebar 10 cm, dan tebal 1 cm, ada juga yang berukuran
panjang 30 cm, lebar 11 cm. Pada bagian tengah parut terdapat paku kawat
yang cukup banyak dan sangat tajam untuk memarut kelapa. Pada
perkembangan selanjutnya, banyak parut yang terbuat dari seng atau besi tipis
(Simanjuntak, 1993).
Metode pengolahan utama dari makanan ini memerlukan pengurangan
ukuran baik dalam bentuk basah atau kering. Untuk mencapai operasi ini, mesin
pengurangan ukuran pun dipekerjakan. Teknologi penggilingan gandum
melibatkan ukuran operasi pengurangan yang prosesnya diawali dengan butir
yang dipecah menjadi potongan-potongan berbagai ukuran dengan mesin. Satu
ukuran efisiensi operasi penggilingan didasarkan pada energi yang dibutuhkan
untuk menciptakan permukaan baru. Pengurangan ukuran adalah salah satu hal
yang hemat energi apalagi dalam satuan operasi dan biaya tenaga adalah beban
utama dalam menghancurkan dan penggilingan, sehingga faktor bahwa
pengendalian biaya ini penting (Akinoso, et.al. 2013).
J. Press (Extracting)
1. Tinjauan Pustaka
Model ekstraksi lemak dengan pelarut memiliki kelemahan yaitu
terlarutnya sebagian komponen yang tidak diinginkan dari lemak kakao, seperti
phopolipida. Selain itu diperlukan proses pemisahan kembali antara lemak dan
pelarut. Oleh karena itu, teknik pengepresan mekanis menjadi pilihan.
Penggunaan teknik pengepresan dipandang juga jauh lebih praktis dan murah
terutama untuk pemakaian oleh industri kecil dan menengah (Indarti, 2007).
Ekstraksi minyak kulit jeruk dapat merupakan suatu usaha pemanfaatan
limbah industri sari buah jeruk yang menghasilkan nilai ekonomis yang cukup
tinggi. Ekstraksi minyak kulit jeruk dapat dilakukan baik dengan metode press
dingin maupun distilasi. Jeruk pontianak dari Kalimantan Barat merupakan
jeruk populer di Indonesia. Selama ini jeruk pontianak kebanyakan
diperdagangkan sebagai buah segar (Apriyantono, 1996).
Ekstraksi komponen volatil dari bahan tanaman dapat dilakukan dengan
beberapa metode, diantaranya adalah: (1) Metode headspace yang terdiri dari
metode injeksi langsung dan metode pemekatan; (2) Metode destilasi yang
terdiri metode detilasi uap danmetode detilasi molekuler; dan (3) Metode
ekstraksi pelarut. Salah satu contoh metode destilasi uap secara simultan adalah
metode ekstraksi menggunakan alat Likens Nickersons. Pelarut-pelarut organik
yang biasa digunakan untuk ekstraksi komponen volatil adalah: pentana, dietil
eter dan diklorometana. Pelarut dietil eter paling umum digunakan karena
memiliki titik didih cukup rendah (35oC), sehingga dalam proses ekstraksi
menggunakan alat Linkens Nickerson, pelarut initidak memerlukan suhu tinggi,
juga positif pada proses pemekatan sampel volatil (Muhardi, 2003).
Ekstraksi adalah pemindahan komponen dari suatu aliran bahan cair, atau
antara dua aliran bahan cair. Pencucian adalah pemindahan suatu komponen
atau beberapa komponen dari suatu bahan padat oleh suatu bahan cair, pada
umumnya air. Kecepatan pelarutan komponen ditunjukkan oleh:
dW/ dQ = K1 A (ys- y) (Earle, 1969).
Ekstraksi adalah suatu cara untuk mendapatkan minyak atau lemak dari
bahan yang diduga mengandung minyak atau lemak. Adapun cara- cara
ekstraksi bermancam- macam, yaitu rendering (dry rendering dan wet
rendering), mechanical expression, dan solvent extraction.
a. Rendering, merupakan suatu cara ekstrajsi minyak atau lemak dari
bahan yang diduda mengandung minyak atau lemak dengan kadar air
tinggi. Pada semua cara rendering, penggunaan panas adalah suatu hal
yang spesifik, ,yang bertujuan untuk menggumpalkan protein pada
dinding sel bahan dan untuk memecahkan dinding sel. Rendering
dibagi 2 yakni : [1] wet rendering ( penambahan sejumlah air selama
berlangsungnya proses tersebut; [2] dry rendering (cara rendering tanpa
penambahan air selama proses berlangsung).
b. Pengepresan mekanik (Mechanical Expression), suatu cara ekstraksi
minyak atau lemak, terutama untuk bahan yang berasal dari biji- bijan.
Perlakuan pendahuluan sebelum minyak atau lemak dipisahkan dari
bijinya ialah dengan pembuatan serpih, perajangan, penggilingan serta
tempering atau pemasakan. Dua cara umum yang dilakukan dalam
pengepressan mekanik ialah: [1] pengepressan hidraulik, dan [2]
pengepressan berulir.
Ekstraksi dengan pelarut (Solvent extraction), prinsip proses ini adalah
dengan melarutkan minyak dalam pelarut minyak dan lemak (Ketaren,1986).
Penggunaan istilah air kelapa dan air santan tidak perlu dipermasalahkan,
walaupun beberapa studi telah menggunakan kedua istilah secara bergantian.
Bagian berair kelapa Endosprema disebut air kelapa, sedangkan santan juga
dikenal sebagai santan di Malaysia, Indonesia dan Filipina, mengacu pada
produk cair yag diperoleh dengan kisi Endosperma padat, dengan atau tanpa
penambahan air. Komponen utama santan air, lemak dan protein, sedangkan air
kelapa berisi terutama air (Yong, et. al, 2009).
Di dalam ekstraktor digunakan bahan pelarut menguap (solvent) yang
berfungsi sebagai bahan ekstraktor. Pada dasarnya bahan yang akan diekstraksi
dicampur dengan bahan pelarut mnguap, sehingga cairan bahan akan terdifusi
ke luar dari dalam sel melalui dinding sel dan bercampur dengan bahan pelarut
menguap disebut “micella”. Selanjutnya cairan ekstraksi dipisahkan dari bahan
pelarut menguapnya. Bahan pelarut menguap tersebut, dapat dipergunakan
kembali untuk proses ekstraksi selanjutnya (Darsam dan Muchtar, 1980).
Sebuah teknik khusus ekstraksi diterapkan dalam penelitian adalah proses
distilasi uap. Metode ini sangat populer bagi banyak ekstraksi tanaman minyak
esensial. Meskipun, uap distilasi dianggap sebagai metode konvensional, tapi
ini teknik ini masih relevan dan pilihan dalam industri dan penelitian karena
beberapa faktor yaitu biaya sistem, kebersihan wilayah, produktivitas dan biaya
operasional. Selain itu, memiliki beberapa keunggulan dibandingkan metode
lain (Kasuan, 2010).
Prinsip dari proses ini adalah ekstraksi dengan melarutkan minyak dalam
pelarut minyak dan lemak. Pelarut minyak dan lemak yang biasa dipergunakan
dlam proses ekstraksi dengan pelarut menguap adalah petroleum eter, gasoline
karbon disulfide, karbon tetraklorida, benzene dan n-heksan. Perlu diperhatikan
bahwa jumlah pelarut menguap atau hilang tidak boleh lebih dari 5 %. Bila
lebih, seluruh sistem solvent extraction perlu diteliti lagi (Andaka,2009).
Kondisi ekstraksi adalah perhatian utama untuk meningkatkan efisiensi
dengan tujuan untuk memperoleh hasil tertinggi senyawa antioksidan dari
sumber daya alam. Kondisi ini meliputi metode ekstraksi, ukuran partikel, jenis
pelarut, konsentrasi pelarut, pelarut-tosolid rasio, suhu ekstraksi, ekstraksi
waktu dan pH. Kondisi ekstraksi pelarut jenis yang terlibat, waktu dan suhu
dengan bervariasi satu variabel independen sekaligus, sementara variabel
lainnya tetap konstan (Yim, 2009).
Lama proses ekstraksi berpengaruh sangat nyata terhadap jumlah
karbohidrat yang dapat diekstrak. Semakin lama ekstraksi berjalan semakin
tinggi pula jumlah karbohidrat yang diperoleh. Tidak selamanya waktu
ekstraksi yang semakinlama akan semakin memperbesar jumlah polisakarida
yang diekstrak. Pada proses ekstraksi dengan pemanasan dalam waktu yang
cukup lama akan memicu terjadinya degradasi senyawa yang diekstrak,
sehingga hasil ekstraksi menurun (Mobli, 2010).
Penganalisaan operasi ekstraksi tergantung pada perkembangan dan
kondisi operasi. Kondisi keseimbangan secara umum sangat sederhana. Pada
ekstraksi suatu bahan padat yang larut, penganggapan bahwa seluruh bahan
yang larut dilarutkan dalam satu tahap, akan mempengaruhi penyelesaian
pemisahan yang dikehendaki. Akan tetapi adalah tidak mungkin untuk
memisahkan seluruh bahan cair dari bahan padat. Oleh karena bahan padat
menahan sebagian larutan, dan kandungan bahan yang terlarut didalam larutan
yang tertahan ini harus sangat menurun sesuai dengan tahap persentuhan.
Sebagai contoh, pengekstraksian minyak dari biji dengan mempergunakan
pelarut hidrokarbon. Kacang sebagai bahan padat menahan beratnya sendiri
atau larutan, lebih banyak lagi setelah pengendapan. Larutan yang tertahan ini
mengandung sebagian besar minyak sehingga tahap ekstraksi persentuhan
disusun untuk mengurangi jumlah minyak yang tertinggal bersama biji. Kondisi
keseimbangan sederhana, oleh karena konsentrasi minyak didalam larutan yang
dapat dipisahkan sama dengan yang terdapat didalam larutan, dan dengan
tertinggal di dalam biji (Earle, 1969).
K. Penggorengan Secara Vakum (Vacuum Frying)
1. Tinjauan Pustaka
Vacuum frying adalah teknologi menjanjikan yang mungkin bisa
menjadi pilihan untuk produksi makanan ringan baru seperti keripik buah dan
sayuran yang menampilkan sifat kualitas yang diinginkan dan merespon tren
kesehatan baru. Proses menggoreng dilakukan dalam sistem tertutup di bawah
tekanan jauh di bawah tingkat atmosfer yang memungkinkan untuk secara
substansial mengurangi titik didih air dan suhu penggorengan. Pada
kenyataannya, sebagian besar manfaat dari teknologi ini adalah hasil dari suhu
rendah yang digunakan dan eksposur minimal untuk oksigen. Manfaatnya
antara lain pengurangan efek buruk pada kualitas minyak, pelestarian alam
warna dan rasa, penurunan akrilamida konten, dan pelestarian senyawa gizi
(Dueik, 2010).
Menurut Muchtar (2003), mengingat tingginya kandungan air buah dan
struktur buah yang padat, penggorengan buah pada tekanan atmosfir dengan suhu
penggorengan berkisar 135 – 1850C akan terjadi kerusakan warna, rasa dan aroma.
Oleh karena itu untuk menghasilkan keripik buah yang baik proses penggorengan
harus dilakukan pada kondisi vakum (tekanan dibawah 1 atmosfir). Penurunan
tekanan selama proses penggorengan buah-buahan akan dapat mengurangi kerusakan
akibat panas selama penggorengan. Pada tekanan atmosfir, titik didih air 100 0C dan
titik didih minyak 120 – 2000C, dengan penurunan tekanan maka titik didih air akan
turun dibawah 1000C, sehingga memungkinkan proses penggorengan berlangsung
pada suhu kurang dari 1000C. Identik dengan proses pengeringan, aplikasi tekanan
subatmosferik (vakum) terhadap proses penggorengan akan menurunkan titik didih
air yang dikandung bahan (Triwahyudi, dkk, 2001).
Penggorengan vakum (vacuum frying) dilengkapi dengan data logger
sistem komputer, alat penggorengan vakum dibuat khusus untuk skala
laboratorium dan dirancang sesuai dengan kebutuhan penelitian. Secara
skematik bentuk alat penggorengan vakum ditunjukkan pada Gambar 3.
Pada penggorengan vakum terbentuknya lapisan keras menjadi lambat
sehingga memberi kesempatan penguapan air dari dalam sebelum produk
menjadi kering, dengan warna produk yang cerah. Pada proses penggorengan
energi panas yang dibutuhkan oleh bahan tidak hanya digunakan untuk
menaikkan suhu bahan, namun juga untuk proses perubahan fase air dari
bentuk cair menjadi uap. Energi yang dibutuhkan selama proses perubahan
fase cukup besar sedangkan pasokan energi dari sumber panas konstan,
sehingga suhu bahan tidak mengalami kenaikan pada waktu tertentu. Selain itu
karena adanya tekanan vakum selama proses penggorengan, makan titik didih
air dan minyak turun, sehingga energi yang tersedia digunakan untuk
penguapan kadar air bahan. Setelah proses perubahan fase selesai suhu bahan
kembali perlahan-lahan naik mendekati atau sama dengan suhu penggorengan
sampai proses selesai. Pada kisaran suhu penggorengan 60 – 70oC diperkirakan
ada energi panas yang diserap untuk pemasakan proses bahan, akan tetapi
energi yang tersedia pada saat itu cukup sehingga tidak mempengaruhi proses
kenaikan suhu bahan, bahkan suhu bahan sudah cenderung konstan
(Jamaluddin, 2008).Vacuum frying adalah cara alternatif untuk meningkatkan
kualitas makanan kering. Sampel dipanaskan di bawah tekanan negatif yang
menurunkan titik didih minyak goreng dan air dalam makanan. Selain itu,
selama penggorengan dilakukan dengan tanpa udara sehingga dapat
menghambat oksidasi-oksidasi lipid termasuk, enzimatik pencoklatan dan
karenanya, warna dan nutrisi sampel sebagian besar dapat diawetkan. Warna
dan rasa lebih baik disimpan dalam vakum goreng makanan, karena makanan
tersebut dipanaskan pada minyak goreng rendah suhu dan oksigen yang tetap.
Makanan kering yang diproduksi oleh vacuum frying memiliki banyak
peningkatan karakteristik seperti teksturnya renyah, warna dan rasa yang baik
dan penyimpanan baik untuk nutrisi. Vacuum frying juga memiliki efek
merugikan yang lebih sedikit pada kualitas minyak (Supardan, 2007).
Metode penggunaan yang tepat untuk keripik adalah Deep Fat Frying
atau Vacuum Frying. Suhu harus di atas titik didih air (sekitar 163-196oC). Di
bawah suhu 163oC sebenarnya stabilitas minyak goring dapat dipertahankan,
tetapi waktu penggorengan lebih lama dan tidak ekonomis. Sebaliknya, jika
digunakan suhu di atas 196oC degradasi minyak menjadi lebih cepat dan
kualitas menjadi lebih cepat dan kualitas goring menurun. Akibat lain, panas
yang dihasilkan menjadi berlebihan. Hal ini akan menyebabkan pemanasan
yang tidak merata dan bahan makanan menjadi cepat gosong (Kurniawati,
2002).
Unit peralatan proses vacum frying adalah suatu peralatan proses
penggorengan bahan-bahan makanan seperti penggorengan buah-buah-an,
umbi-umbi-an dan lain sebagainya. Keistimewaan dari unit proses vacum
frying ini dibandingkan sistem penggorengan konvensional adalah pada sistem
vakum yang memberikan efek turunnya titik didih minyak goreng. Wadah
tabung penggorengan dimana udara diatas permukaan minyak goreng dibuat
vakum dengan mekanisme pompa vakum, sehingga suhu minyak goreng
mendidih dibawah suhu penggorengan konvensional. Dari sisi kualitas hasil
penggorengan bahan makanan akan relatif lebih baikdibandingkan dengan
sistem konvensional karena bahan makanan tidak mengalami pemanasan
berlebihan. Dalam aspek penerapan industri kecil menengah peralatan vacum
frying terdiri dari tabung silinder wadah minyak goreng dimana di dalamnya
terdapat lagi tabung terbuat dari pelat berlobang yang dapat diputar secara
manual sebagai wadah bahan makanan, pompa vakum, sistem kondensor untuk
pendingin udara/uap panas penggorengan ditambah aksesoris lainnya (Siregar,
2004).
Mesin vacuum frying adalah mesin pengolahan makanan dengan
menggunakan sistem vvacuum. Dalam pengoperasiannya mesin bekerja pada
suhu maksimal 95oC dengan tabung utama vacuum. Dan peranan dari
komponen utama tersebut sangatlah penting, karena itu perlu dilakukan
perancangan yang baik dan salah satunya yaitu dari segi kekuatan, dimana
tabung tersebut menerima beban dari temperature dan tekanan vacuum
(Therdthai, 2007).
Pada umumnya sistem menggoreng bahan pangan ada 2 macam, yaitu
sistem gangsa (pan frying), dan menggoreng biasa (deep frying). Proses
gangsa dapat menggunakan lemak atau minyak dengan titik asap yang lebih
rendah, karena suhu pemanasan umumnya lebih rendah dari suhu pemanasan
pada sistem deep frying. Ciri khas dari proses gangsa, ialah karena bahan
pangan yang digoreng tidak sampai terendam dalam minyak atau lemak.
Faktor yang perlu dipertimbangkan dalam memilih instalasi penggorengan
adalah keadaan dari bahan pangan yang digoreng, kecepatan pergantian
minyak goreng, derajat atau tingkat aerasi selama proses menggoreng dan
efektivitas penyaringan (Ketaren, 1986).
Vacuum frying adalah cara alternatif untuk meningkatkan kualitas
makanan dehidrasi. Sampel dipanaskan di bawah tekanan negatif yang
menurunkan titik didih penggorengan minyak dan air dalam sampel. Selain
itu, ketiadaan udara selama menggoreng menghalangi oksidasi termasuk
oksidasi lipid, enzim kecoklatan dan, oleh karena itu, warna dan nutrisi sampel
dapat sebagian besar dipertahankan. Selama proses vacuum frying, kandungan
dan memaksa penurunan dengan penurunan tekanan vakum dan peningkatan
suhu goreng, dan menggoreng waktu, sementara kandungan lemak peningkatan
(Brooker, 2000).
M. Pemisahan Dengan Gaya Sentrifugal (Centrifugasing)
1. Tinjauan Pustaka
Kami mengeksplor penggunaan dari mesin pemisah arus kontinyu untuk
memindahkan partikel dari FOJC sebagai pra-perlakuan untuk jus yang akan
dilakukan isolasi kromatografi. Melihat ke depan tujuan dari isolasi limonin
glukosida suatu saat akan mengambil tempat dalam level skala besar, tujuan
dari studi ini adalah untuk mengevaluasi klarifikasi dari rekonstitusi FOJC
oleh sentrifugasi arus kontinyu pada skala rencana besar dan menentukan
kecocokan dari hasil sentrifugasi untuk aplikasi langsung isolasi kromatografi
kolom (Breksa, dkk., 2008).
Cara ini relatif sederhana. Daging buah diparut, kemudian ditambah air
dan diperas sehingga mengeluarkan santan. Setelah itu dilakukan pemisahan
minyak dan santan. Pemisahan minyak tersebut dapat dilakukan dengan
pemanasan, atau sentrfugasi. Pada sentrifugasi, santan diberi perlakuan
sentrifugasi pada kecepatan 3000-3500 rpm. Sehingga terjadi pemisahan
fraksi kaya minyak (krim) dari fraksi miskin minyak (skim). Selanjutnya krim
diasamkan, kemudian diberi perlakuan sentrifugasi sekali lagi untuk
memkisahkan minyak dari bagian bukan minyak. Pemisahan mnyak dapat
juga dilakukan dengan kombinasi pemanasan dan sentrifugasi. Santan
perlakuan sentrifugasi untuk memisahkan krim. Setelah itu krim dipanaskan
untuk menggumpalkan padatan bukan minyak. Minyak dipisahkan dari bagian
bukan minyak dengan cara sentrifugasi (Laitupa dan Susane, 2010).
Daging buah kelapa yang telah diparut diberi air, kemudian diperas dan
disaring sehingga menghasilkan santan. Santan ditampung dalam
tempat/wadah, proses selanjutnya santan disentrifugasi dengan kecepatan
putaran 600, 700, 800, 900, dan 1000 rpm dengan memvariasi waktu putaran
yaitu 30, 45, 60, 75, dan 90 menit, sehingga diperoleh 3 (tiga) lapisan, yaitu
lapisan minyak, blondo (protein), dan air. Ketiga lapisan tersebut merupakan
komposisi di dalam santan yang terpisah karena perbedaan berat jenis.
Lapisan atas yang berupa minyak merupakan produk Virgin Coconut Oil
(VCO) (Welasih dan Nurhapsari, 2009).
Karakteristik pompa sentrifugal diperoleh dari pengujian dari pompa
dengan tipe dan ukuran serta putaran impeler tertentu. Karakteristik
diperlihatkan dalam kurva: (1) Head vs Kapasitas; (2) BHP vs Kapasitas; (3)
Efisiensi vs Kapasitas. Unjuk kerja pompa niasanya biasanya dinyatakan
dalam kemampuan untuk mengalirkan fluida pada kapasitas, tinggi tekan dan
efisiensi tertentu. (Himawanto, 2004).
Gaya sentrifugal dipergunakan untuk melengkapi gaya sorot dalam
beberapa penyaring. Mesin – mesin ini benar – benar alat sentrifusi yang
disambungkan dengan panci berlubang – lubang dan juga mempunyai kain
penyaring. Bahan cair lewat ke dalam bagian dalam panci dan di bawah
pengaruh gaya sentrifugal bahan ini melewati bahan penyaring. Operasi ini
terutama terdapat pada industri susu, yaitu dipecahkan oleh gaya sentrifusi
menjadi skim dan krim. Kelihatan sangat patut untuk mengamati posisi kedua
fase di dalam sentrifus ketika operasi sedang berlangsung. Susu dimasukkan
terus – menerus ke dalam mesin, yaitu pada umumnya berupa keranjang
berputar pada sumbu tegak, dan krim serta skim masing – masing keluar dari
tempat pengeluarannya. Pada titik yang sama di dalam keranjang harus terjadi
pemisahan permukaan antara krim dan skim (Earle, 1969).
Permasalahan penting dalam desain pompa sentrifugal adalah
karaktersitik pada perhitungan teoritis harus sama atau sangat dekat ke
karakteristik praktek dan hasil pengujian di laboratorium. Pengaruh
parameter-parameter hidrodinamika di sisi masuk, sudu-sudu impeller,
diffuser, sudu pengarah dan sisi keluar menetukan karakteristik pompa, karena
itu dalam perencananaan pompa sentrifugal masalah yang terpenting adalah
konstruksi geometri impeller, diffuser dan sudu pengarah. Masalah ini dapat
diselesaikan melalui ketepatan perhitungan hidrodinamika pada proses
desain, pabrikasi dan pemasangan pompa (Rumaherang, 2008).
Sistem yang dirancang adalah mesin sentrifugal. Ini mengekstrak minyak
dari kacang shea pasta dengan sentrifugasi. Ini diekstrak minyak kari kacang
shea pasta dengan sentrifugasi. Ekstraksi yang terlibat memisahkan minyak
dari air dan dari kue sapi pasta.Bagian bergerak dari perangkat itu digerakkan
oleh motor, atau dengan mesin, tergantung pada ketersediaan dan kenyamanan
yang baik. Sebuah poros didorong oleh motor atau mesin telah dilengkapi
pada ujung lainnya dengan suatu berputar drum. Drum, dengan kapasitas 10
kg shea pasta, memiliki kecepatan rotasi 1000 rpm. Kecepatan yang cukup
tinggi untuk memisahkan tiga komponen paste, yaitu minyak, yang memiliki
massa tertentu terendah dan melayang ke permukaan, air yang memiliki
perantara spesifik massa, dan kue ternak yang terberat dan bergerak turun ke
bagian bawah drum. dua menyerah perangkat dipasang di dalam drum
digunakan untuk lepas landas minyak dan kemudian air dari drum, setelah
pemisahan tersebut dianggap cukup (Amatayakul, 2006).
Sediaan mikroemulsi dimasukkan ke dalam tabung sentrifugasi kemudian
dilakukan pengocokan atau sentrifugasi pada kecepatan 3000 rpm selama 30
menit. Setelah dilakukan sentrifugasi dengan kecepatan 3000 rpm selama 30
menit, keempat formula tidak menunjukkan adanya pemisahan fase, tetap
jernih dan merupakan suatu larutan tunggal. Keempat formula mikroemulsi
tersebut tetap jernih, homogen, bau dan warnanya juga tidak berubah (Liu,
2003).
Sediaan mikroemulsi dimasukkan ke dalam tabung sentrifugasi kemudian
dilakukan pengocokan atau sentrifugasi pada kecepatan 3000 rpm selama 30
menit. Setelah dilakukan sentrifugasi dengan kecepatan 3000 rpm selama 30
menit, keempat formula tidak menunjukkan adanya pemisahan fase, tetap
jernih dan merupakan suatu larutan tunggal. Keempat formula mikroemulsi
tersebut tetap jernih, homogen, bau dan warnanya juga tidak berubah.
(Calmano, 1981).
Untuk mempercepat proses sedimentasi dapat digunakan gaya sentrifugal.
Dengan metode ini terutama campuran cair/padat dan cair/cair dapat
dipisahkan. Dibandingkan dengan dengan metode yang mengandalkan gaya
berat, kecepatan pengendapan dengan gaya sentrifugal jauh lebih baik. Pada
proses sentrifugasi di industri misalnya, dicapai percepatan 500 hingga 1000
kali percepatan gravitasi bumi (500-1000 g), yang meningkatkan kecepatan
pengendapan hingga 30 kali (Bernasconi, 1995).
Pemisahan sentrifugal menggunakan prinsip dimana objek diputar secara
horizontal pada jarak tertentu. Apabila objek berotasi di dalam tabung atau
silinder yang berisi campuran cairan dan partikel, maka campuran tersebut
dapat bergerak menuju pusat rotasi, namun hal tersebut tidak terjadi karena
adanya gaya yang berlawanan yang menuju kearah dinding luar silinder atau
tabung, gaya tersebut adalah gaya sentrifugasi. Gaya inilah yang
menyebabkan partikel-partikel menuju dinding tanbung dan terakumulasi
membentuk endapan (Doherty, 2001).
N. Rotary Evaporator
1. Tinjauan Pustaka
Sebanyak 750g serbuk bahan dimaserasi dengan pelarut metanol 24 jam,
kemudian dipisahkan, sisa serbuk (residu) dimaserasi kembali dengan pelarut
metanol sampai jernih. Maserat yang diperoleh diuapkan dengan alat rotary
evaporator pada temperatur tidak lebih dari 400OC hingga diperoleh ekstrak
kental. Lapisan kloroform dikumpulkan dan dipekatkan dengan bantuan rotary
evaporator pada temperatur tidak lebih dari 400OC sehingga diperoleh ekstrak
alkaloid kasar (Anjelisa, 2007).
Vacuum Rotary Evaporator adalah alat yang berfungsi memisahkan suatu
larutan dari pelarutnya sehingga dihasilkan ekstrak dengan kandungan kimia
tertentu sesuai yang diinginkan. Cairan yang ingin diuapkan biasanya
ditempatkan dalam suatu labu yang kemudian dipanaskan dengan bantuan
penangas dan diputar. Uap cairan yang dihasilkan didinginkan oleh suatu
pendingin (kondensor) dan ditampung pada suatu tempat (receiver flask).
Kecepatan alat ini dalam melakukan evaporasi sangat cepat, terutama bila
dibantu oleh vakum. Terjadinya bumping dan pembentukan busa juga dapat
dihindari. Kelebihan lainnya dari alat ini adalah diperolehnya kembali pelarut
yang diuapkan. Prinsip kerja alat ini didasarkan pada titik didih pelarut dan
adanya tekanan yang menyebabkan uap dari pelarut terkumpul diatas, serta
adanya kondensor (suhu dingin) yang menyebabkan uap ini mengembun dan
akhirnya jatuh ke tabung penerima (receiver flask). Setelah pelarutnya
diuapkan, akan dihasilkan ekstrak yang dapat berbentuk padatan (solid) atau
cairan (liquid). Biasanya ekstrak yang dihasilkan dari ekstraksi awal ini
(ekstraksi dari bahan tumbuhan) disebut sebagai ekstrak kasar (crude extract)
(Senjaya dan Surakusumah, 2010).
Alat penguapan atau evaporator adalah alat penukar panas. Alat penguap
ini baik digunakan untuk proses penyulingan atau destilasi ataupun untuk
proses rektifikasi. Perpindahan panas dalam alat penguap biasanya terjadi
secara tak langsung (dengan media pemanas atau listrik), dan jarang secara
langsung (dengan memasukan kukus). Suhu sumber panas harus selalu tinggi
daripada suhu didih campuran cair yang akan dipisahkan. Alat penguap sering
dibuat sama atau menyerupai alat penukar panas untuk pemanasan dan
pendinginan, namun kuantitas panas yang dipindahkan di dalam alat penguap
seringkali jauh lebih besar. Alat penguap dan alat-alat tambahan yang
dihubungkan di belakangnya dapat dioperasikan secara kontinu atau tak kontinu
(Bernasconi, 1995).
Di dalam industri pangan, sering suatu bahan mentah atau suatu bahan
pangan yang sangat penting, mengandung jumlah air yang lebih banyak
daripada yang dibutuhkan pada hasil akhir. Apabila bahan pangan berbentuk
bahan cair, cara yang paling mudah untuk memindahkan air secara umum
adalah dengan memberikan panas, untuk menguapkan air tersebut. Dengan
demikian, penguapan adalah proses yang sering dipergunakan oleh ahli
pengolahan pangan. Sebagai suatu bagian proses di dalam pabrik, alat
penguapan mempunyai dua fungsi menurut prinsipnya, yaitu mengubah panas
dan memisahkan uap yang terbentuk dari bahan cair (Earle, 1969).
Palm sirup gula diperoleh dengan pemanasan nira sampai terkonsentrasi.
Dalam studi ini, sirup gula palem diproduksi menggunakan metode pengolahan
dua, termasuk panci terbuka (110oC) dan vakum evaporator di bawah 70 dan
80oC. Sifat fisik dan kimia dievaluasi adalah warna (L * dan *), pencoklatan
intensitas (BI), fruktosa, glukosa, rendemen, HMF konten dan kadar protein.
Sampel dikumpulkan pada 15 menit (untuk panci terbuka) dan 10 menit (untuk
vakum evaporator) interval sampai akhir setiap proses (Naknean, dkk., 2009).
Filtrat dipekatkan dengan vacuum rotary evaporator sehingga didapatkan
ekstrak heksana daun saga dan ditimbang. Perendaman dilakukan empat kali
sampai filtrat mendekati bening. Filtrat dipekatkan dengan vacuum rotary
evaporator sehingga didapatkan ekstrak etil asetat daun saga. Perendaman
dilakukan sampai filtrat mendekati bening, filtrat dipekatkan dengan vacuum
rotary evaporator sehingga didapatkan ekstrak methanol daun saga (Juniarti,
2009).
Ada beberapa mode operasi dari evaporator fluidized bed sesuai dengan
gerakan pertikel fluida dan sumber day, seperti sirkulasi, dll antara mode ini,
eksternal beredar penguapan alami dicatat dengan manfaat struktur, operasi
sederhana dan penghematan energi. Namun, perpindahan panas dan aliran
karakteristik, khususnya karakteristik aliran lokal dalam sistem. Pengetahuan
tentang proses penguapan terbatas dan bahkan pemahaman tentang karakteristik
hidrodinamika dan perpindahan panas besar pentingnya desain dan operasi dari
evaporator (Song, 2011).
Pada proses pembuatan gula merah cair pada awalnya sama dengan pada
proses pembuatan gula merah padat atau gula merah cetak. Nira sebagai bahan
gula bisa dimasak dalam panci atau wajan terbuka atau dapat juga
mempergunakan alat vacuum evaporator. Tetapi kalau mempergunakan alat
vacuum evaporator dengan tekanan 0,4 atmosfer, makan waktu yang
dibutuhkannya sekitar 90 menit dengan suhu akhir 79oC (Lutony, 1993).
Evaporator merupakan salah satu alat penukar panas yang menghasilkan
perpindahan panas dari satu fluida ke fluida lainnya, dimana antara fluida yang
satu dengan yang lainnya terpisah oleh suatu dinding aatau sekat yang dilalui
oelh panas. Evaporatorada beberapa macam, antara lain adalah Calandria
Evaporator dan Ketsner Evaporator. Dari macam-macam evaporator sebenernya
memliki fungsi dan cara kerja yang sama bahkan juga memiliki bagian-baguan
yang sama daintaranya adalah dinding atau pipa (wall), lantai (floor) dan tabir
(screen yang semuanya memliki fungsi sendiri-sendiri. Yang membedakan
antara satu dengang evaporator lainnya adalah terletak pada susunan pipanya
saja (Sularso, 2009).
Evaporasi adalah dasar pengeringan benih. Benih merupakan material
yang higroskopis, memiliki susunan yang kompleks dan heterogen. Air
merupakan bagian yang fundamental terdapat demikian rupa dalam benih,
artinya terdapt di setiap bagian benih. Kadar air benih karena keadaan yang
higroskopis itu tergantung pada lembab relatif dan temperatur (suhu udara).
Pengeringan terjadi apabila pergerakan uap air dari dalam benih yang
menerobos ke luar benih ke udara di sekitar benih, cepatnya terjadi penguapan
(evaporasi, evaporation) air dari dalam benih ke permukaan benih dan
selanjutnya ke udara, maka proses pengeringan itupun akan lebih cepat tejadi.
Cepat terjadinya evaporasi tersebut (dari dalam ke permukaan benih) akan
sangat terdorong oleh pengaruh-pengaruh (a) temperatur benih, (b) struktur
fisik, (c) komposisi kimiawi. Kecepatan terjadinya evaporasi dari permukaan
benih itu dengan demikian sangat ditentukan oleh lembab relatif dan temperatur
pengering (Kumar, 2010).
Benih-benih Brassica nigra Linn. dibersihkan dan dibubuk kasar. Ia
kemudian melewati saringan 40 mesh. Jumlah yang sudah ditimbang sebanyak
200 gr menjadi sasaran ekstraksi panas terus menerus dalam Aparatur Soxhlet
mendalam. Ekstrak diuapkan di bawah tekanan menggunakan rotary evaporator
sampai semua pelarut telah berpindah menjadi sampel ekstrak. Persentase hasil
ekstrak metanol 4,3% w / w. Ekstrak kering yang diperoleh menjadi sasaran tes
berbagai reaksi kimia untuk mendeteksi keberadaan phytoconstituents yang
berbeda (Upwar, dkk., 2011).
O. Pendinginan
1. Tinjauan Pustaka
Pada saat ini sistem refrigerasi sangat pesat sekali perkembangannya,
apalagi di daerah yang beriklim tropis. Seiring dengan perkembangan zaman
penerapan teknik refrigerasi mencakup pemrosesan, pengawetan terlebih-lebih
pada sektor perikanan. Refrigeran adalah suatu fluida yang digunakan sebagai
media penukar kalor pada sistem refrigerasi, dimana refrigerant ini dapat
mengalami perubahan fasa, yaitu fasa cair maupun uap (Abudaris, 2002).
Mesin refrigerasi merupakan mesin yang mempunyai fungsi utama
untuk mendinginkan zat sehingga temperaturnya lebih rendah dari temperatur
lingkungan. Pendinginan dilakukan sesuai dengan tujuan masing-masing orang
yang akan melakukan proses pendinginan tersebut. Komponen utama dari
mesin refrigerasi terdiri atas kompresor, kondensor, katup ekspansi dan
evaporator (Basri, 2005).
Desain sistem pendingin ejektor surya sangat sederhana. Dengan
menggunakan kolektor sollar sebagai generator dari sistem pendingin ejektor ,
hanya memiliki empat komponen utama sehingga biaya instalasi dapat
diturunkan dibandingkan dengan sistem pendingin penyerapan. Namun, kinerja
sistem pendingin ejektor perlu ditingkatkan lebih lanjut untuk bersaing dengan
sistem penyerapan. Kinerja sistem pendingin ejektor dipengaruhi oleh fluida
kerja dipilih, desain ejektor dan manufaktur, dan desain siklus termodinamika
(Huang, 1998).
Alat ini pada prinsipnya terdiri atas lima komponen, yaitu evaporator,
compressor, fan, condensor, dan katub. Uap air yang diserap, akan dipindahkan
dalam compressor sehingga akan memiliki tekanan dan suhu yang tinggi. Uap
air yang panas ini, kemudian didinginkan di dalam condensor sehingga terjadi
proses pengembunan. Namun demikian, uap air ini masih mempunyai tekanan
yang tinggi. Oleh karena itu, tekanan ini perlu diturunkan dengan pengaturan
oleh katup- katup (Kuswanto, 2003).
Mesin pendingin merupakan salah satu mesin yang mempunyai fungsi
utama untuk mendinginkan zat sehingga temperaturnya lebih rendah sari
temperatur lingkungan. Komponen utama dari mesin pendingin yaitu
kompresor, kondensor, alat ekspansi dan evaporator, serta refrigeran sebagai
fluida kerja yang bersikulasi pada bagian-bagian tersebut. Sistem kerja pada
mesin pendingin adalah sebagai berikut : saat refrigeran mengalir melalui
evaporator, perpindahan panas dari ruangan menyebabkan refrigeran menguap.
Refrigeran meninggalkan evaporator kemudian masuk ke compressor.
Selanjutnya refrigeran dikompresi hingga tekanan dan temperaturnya
bertambah tinggi. Kemudian refrigeran mengalir melalui kondensor, dimana
refrigeran mengembun dan memberikan panas ke udara sekitar yang lebih
rendah temperaturnya. Akhirnya refrigeran pada state 3 masuk alat akspansi
dan berekspansi ke tekanan evaporator. Tekanan refrigeran turun dalam
eksapansi yang ireversibel dan dibarengi dengan adanya kenaikan entropy jenis.
Refrigeran keluar katup ekspansi pada titik 4 yang berupa fase campuran uap-
air (Anwar, 2010).
Mesin pendingin atau pembeku merupakan suau rangkaian mesin dan
alat- alat jadi satu unit yang terdiri atas:
a. Evaporator, yaitu merupakan suatu alat atau ruang yang digunakan
untuk menempatkan bahan yang akan didinginkan. Pada evaporator ini
padas dari bahan diambil oleh bahan pendingin untuk merubah sifat
bahan pendingin dari cair menjadi gas.
b. Kondensor, suatu alat yang digunakan untuk melepaskan panas yang
dibawa oleh bahan pendingi. Pemanas tersebut akan ditangkap oleh
bahan lain (biasanya air) sehingga bahan pendingin akan kehilangan
panas dan berubah sifatnya dari gas ke cair lagi.
c. Kompresor, suatu alat yang digunakan untuk memberikan tekanan pada
suatu bagian dari mesin pendingin sekaligusmenurunkan tekanan pada
bagian lain.
d. Tangkin pengimpan bahan pendingin (reciever) adalah alat yang
digunakan untuk menampung bahan pendingin cair hasil pengembunan
pada kondensor.
e. Klep ekspansi, alat untuk mengubah bahan pendingin berbentuk cairan
menjadi kabur sehingga bahan pendingin ebih mudah mengambil panas
dan mudah menguap.
f. Bahan pendingin, berbagai macam bahan pendingin dapat digunakan
dengan sifat yang berbeda. Pemilihan bahan pendingin harus
didasarkan pada beberapa kriteria, yaitu tidak beracun, dapat
menurunkan suhu serendah mungkin, dan lain- lain.
(Hadiwiyoto,1993).
Saat ini pendinginan diperlukan dibeberapa daerah, pengawetan makanan,
AC, peralatan medis, organ dan jaringan Cyro-stroage, Cyro-operasi dan
industri aeronautika. Gaya hidup modern sangat bergantung pada pendinginan
yang tersedia. Pendinginan magnetik (MR) menjadi teknologi yang kompetitif
menjanjikan kepada gas-compression/expansion konvensional (Bouchekara,
2011).
Semua mesin pendingin bekerja berdasarkan prinsip Hukum
Termodinamika II yang dinyatakan oleh Clausius, yaitu bahwa tidak ada suatu
peralatan yang bekerja secara siklus yang dapat memindahkan panas dari benda
bertemperatur rendah ke benda bertemperatur tinggi dengan sendirinya, selalu
diperlukan input energy dari luar. Input energy ini biasanya berupa energy
listrik (Lukito, 2002).
Pendingin magnetic diproses melalui siklus pendingin. Secara umum,
siklus pendingin magnetic terdiri dari magnetisasi dan demagnetisasi dimana
panas dihilangkan dan diserap oleh masing-masing komponen. Siklus dasar
untuk pendinginan magnetic dilakukan menggunakan siklus carnot, siklus
stirling, siklus ericsson dan sklus brayton yang berfungsi sebagai pendingin
suhu kamar magnetic. Untuk siklus Brayton Erricson berfungsi untuk
menggerakkan regenerator untuk mencapai rentang suhu yang besar dan mudah
beroperasi (Yu, 2003).
Besar pendinginan secara mekanis adalah kenyataan bahwa pada
perbedaan tekanan mengakibatkan perbedaan suhu pengembunan juga
menurun. Kenyataan ini diterapkan dalam proses perputaran yang dapat dilihat
pada sirkuit pendingin mekanis. Untuk memulai dengan penguapan, dalam hal
ini tekanan diatas bahan pendingin menjadi gas terjadi pada beberapa pilihan
suhu rendah (Earle, 1969).
P. Conveying
1. Tinjauan Pustaka
Conveyor atau alat pemindah bahan (material handling equipment) adalah
peralatan yang digunakan untuk memindahkan muatan yang berat dari satu
tempat ke tempat lain dalam jarak yang tidak jauh, misalnya pada bagian atau
departemen pabrik, pada tempat – tempat penumpukan bahan, lokasi
konstruksi, tempat penyimpanan dan pembongkaran muatan, dsb. Mesin
pemindah bahan hanya memindahkan muatan dalam jumlah besar, serta jarak
tertentu dengan arah perpindahan bahan vertikal, horizontal dan atau kombinasi
antar keduanya (Zainuri, 2008).
Konveyor merupakan suatu alat yang digunakan untuk tujuan
pengangkutan. Penggunaan konveyor juga dilakukan untuk efisiensi waktu.
Konveyor di industri digunakan untuk mengangkut bahan produksi yang akan
diproses lebih lanjut atau mengangkut barang hasil produksi. Konveyor yang
ada biasanya selalu dalam keadaan hidup dan terus berjalan meskipun belum
ada benda hasil produksi, maka yang terjadi adalah pemborosan energi
(Warsito, 2003).
Sebuah katrol konveyor adalah perangkat dinamis berputar, beban lateral
asimetris bagi semua bagian melalui pembalikan lengkap dari tegangan yang
disebabkan karena beban. Hal ini menyebabkan kelelahan pada komponen.
Oleh karena itu, ketika merancang katrol permasalahan yang dihadapi adalah
penyediaan kekuatan yang cukup dalam diafragma shell, hub, dan poros untuk
mencegah kegagalan karena tegangan tinggi dan pada saat yang sama
memberikan fleksibilitas dalam struktur keseluruhan sehingga tidak terjadi
kegagalan akibat kelelahan atau bergetar pada poros. Untuk sampai pada desain
yang optimal, semua bagian, semua bagian terdiri dari unit integral dari katrol
yang harus disusun bersama (Patel, 2011).
Prinsip pengendalian konveyor pada mesin sortasi jeruk berbasis citra
yaitu pengendalian motor penggerak dengan memutus dan menyambungkan
arus dengan mengkombinasikan relay sebagai saklar dengan sensor cahaya.
Ketepatan posisi buah yang berhenti pada unit pencitra sangat dipengaruhi oleh
penempatan posisi sensor cahaya, jumlah putaran yang dihasilkan motor
penggerak, dan penempatan posisi kamera pencitra. Pengumpanan buah ke
konveyor penyalur masih menggunakan tenaga manusia sehingga pengaturan
jarak untuk pemilahan buah belum efektif (Agro, 2007).
Pada industri minuman pengepakan botol sangat diperlukan karena
memudahkan saat prosuk minuman didistribusikan ke pelanggan dan lebih
tertata rapi. Dengan memanfaatkan PLC sebagai sistem mikroprosesor lengkap
yang mandiri, terdapat ruang memori dan antarmuka input dan output (I/O).
PLC akan digunakan sebagai kontrol dalam sistem pengepakan botol yang
diprogram untuk mengontrol inputan pneumatik 4 untuk mengaktifkan outputan
selang 2 detik motor DC akan bekerja menggerakan konveyor. Saat kardus
menyentuh limit switch konveyor berhenti (Sulistyanto, 2000).
Konveyor rantai adalah konveyor dimana rantainya tidak terputus dari
jenis seluruh konveyor yang melakukan tarikan dari unit penggerak daripada
beberapa hasil pembawa beban untuk transport. Maretial/bahan besar dapat
dibawa secara langsung pada rantai, pada pencantelan khusus yang diikatkan
pada rantai baik untuk pengangkatan yang ditekan atau digandeng oleh rantai
atau dapat ditekan/ditarik oleh rantai dengan pencantelan khusus pada rantai
(Thayab, 2004).
Belt conveyor adalah suatu alat pemindah bahan yang berbasis teknologi
tinggi di sebagian besar industri yang sedang berkembang di negara Indonesia
Dengan menggunakan belt conveyor, perusahaan mampu menghemat biaya
produksi yang sangat tinggi, serta meningkatkan laju produksi dengan
kecepatan yang signifikan dan stabil. Melakukan analisa/penelitian yang
mengkaji tentang performansi belt conveyor yang bekerja untuk memindahkan
beban tumpukan (bulk) material berupa pasir yang dipakai dalam campuran
pembuatan tiang beton, dalam hal ini merupakan suatu hal yang sangat penting
dilakukan agar kinerja belt conveyor dapat teranalisis dengan baik dan
pekerjaan yang dibebankan kepada belt conveyor dapat dimaksimalkan se-
efisien mungkin (Xiaoping, 2007).
Ada banyak metode untuk membawa bahan-bahan pertanian. Pemilihan
metode alat pembawa tergantung dari aplikasi alami dan jenis bahan yang
dibawa. Bahan-bahan alami mungkin berupa pati, tepung, fiber atau banyak
kombinasi dari bahan-bahan tersebut. Umumnya, alat pembawa adalah alat
canggih yang dikombinasikan dari mesin, kelembaman, angin dan gaya
gravitasi. Conveyor umumnya menggunakan baut, belt, dan massa conveyor.
Screw conveyor adalah peralatan yang terkenal untuk mengangkut produk
pertanian. Ada peralatan pembawa yang sangat efektif untuk aliran bebas atau
aliran bebas barang secara relatif, memberikan kontrol bagus dan meningkatkan
solusi kebersihan lingkungan untuk proses masalah penanganan karena
strukturnya yang sederhana, efisiensi tinggi, pengeluaran rendah dan mudah
dipelihara (Zareiforoush et al, 2010).
Konveyor baut diketahui sebagai alat ekstensif diatas dan disamping
permukaan gigi. Mikrostruktur dari dasar logam adalah struktur martensitik.
Tata cara aspesifikasi pengelasan (WPS) dan Catatan Proses Kualifikasi
dilakukan dengan sangat hati-hati menggunakan bagian gesekan dari conveyor
baut
(Morsy et al, 2010).
L. Pengemasan (Packaging)
1. Tinjauan Pustaka
Pengemasan memegang peranan penting dalam pengawetan bahan
pangan hasil pertanian yang pada umumnya mudah rusak, karena dengan
pengemasan dapat membantu mencegah atau mengurangi kerusakan yang
disebabkan faktor Iingkungan dan sifat alamiah produk. Kerusakan yang
disebabkan faktor Iingkungan, yaitu : kerusakan mekanis, perubahan kadar
air bahan pangan,absorbsi dan interaksi dengan oksigen, kehilangan dan
penambahan cita rasa yang tidak diinginkan, sedangkan kerusakan yang
disebabkan oleh sifat alamiah produk yang dikemas, yaitu perubahan-
perubahan fisik seperti pelunakan, pencoklatan, pemecahan emulsi.
Perubahan-perubahan biokimia dan kimia karena mikroorganisme atau
karena interaksi antara berbagai komponen dalam produk tidak dapat
sepenuhnya dicegah dengan pengemasan (Suradi, 2005).
Pengemasan sudah dilakukan oleh manusia sejak mereka mengenal
peradaban. Menurut catatan sejarah, pengemasan telah ada sejak 4000 SM,
pada saat itu pengemasan masih dilakukan secara sederhana, yaitu dari bahan
alami. Adanya perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi memberikan
dampak pula pada pengemasan, yaitu perkembangan dalam hal bahan dan
bentuk kemasan. Penggunaan logam, kaca, kertas, disamping bahan kemas
yang bersifat alami seperti kayu, daun, kulit hewan dan lain-lain, bahkan
sekarang telah digunakan kemasan dengan variasi pada komposisi atmosfir
di dalam kemasan,kemasan aseptik, kemasan transportasi dengan suhu rendah
dan lain sebagainya (Suradi, 2005).
Pengepakan bahan pangan dapat dilakukan dalam keadaan hermitis atau
tidak hermitis. Wadah yang hermitis berarti bahwa wadah tersebut secara
sempurna tidak dapat dilalui oleh gas, udara maupun uap air. Selama wadah
tersebut masih hermitis berarti wadah tersebut juga tidak dapat dilalui oleh
bakteri, ragi, kapang dan debu, karena mikroba dan debu lebih besar daripada
gas atau uap air. Wadah-wadah yang biasanya digunakan untuk pengepakan
secara hermitis adalah kaleng dari logam atau botol gelas, tetapi penutupan
yang salah dapat menyebabkan wadah tersebut menjadi tidak hermitis
(Winarno, 1984).
Makanan yang dikemas mempunyai tujuan untuk mengawetkan makanan,
yaitu mempertahankan mutu kesegaran, warnanya yang tetap, untuk menarik
konsumen, memberikan kemudahan penyimpanan dan distribusi, serta yang
lebih penting dapat menekan peluang terjadinya kontaminasi dari udara, air dan
tanah baik oleh mikroorganisme pembusuk, mikroorganisme yang dapat
membahayakan kesehatan manusia, maupun bahan kimia yang bersifat merusak
atau racun. Beberapa faktor yang penting diperhatikan dalam pengemasan
bahan pangan adalah sifat bahan pangan tersebut, keadaan lingkungan dan sifat
bahan pengemas. Sifat bahan pangan antara lain adalah adanya
kecenderunganuntuk mengeras dalam kadar air dan suhu yang berbeda-beda,
daya tahan terhadap cahaya, oksigen dan mikroorganis (Nurminah, 2002).
Kemasan gelas ditutup dengan menggunakan tutup yang terbuat dari
kaleng atau alumunium dan dilapisi dengan gabus atau karton, di mana suatu
lempeng alumunium, kaleng, plastik, atau resin dietakkan di atasnya. Gabus
berasal dari kulit batang bagian luar sejenis pohon jati. Tutup kroon yang biasa
dari botol adalah merupakan bagian yang terkuat dari kemasan. Tutup untuk
botol mempunyai fungsi penutup kedap. Penutupan mengeratkan suatu
penutupan baik di atas leher, pada sisi leher, maupun pada bahu dari leher botol
(Desroiser, 2008).
Bahan, metode dan alat pengemas yang digunakan ditentukan oleh jenis
dan jumlah benih yang akan dikemas juga, ditentukan oleh tipe kemasan, lama
penyimpanan, suhu penyimpanan, kelembababn areal penyimpanan, apakah
pengemasannya diperuntukkan bagi penggunaan distributor besar; pengecer dan
penggunaan daerah setempat serta letak geografis dimana benih kemas akan
disimpan, dipamerkan atau dijual. Benih yang akan dikemas, dikirim ke wadah
penampung (hopper bin) yang berada di atas mesin pengisi otomatis atau semi-
otomatis. Benih yang sampai ke wadah penampung tipe curah (bulk) melalui
aliran gravitasi yang dialirkan melalui pipa atau dengan hembusan udara,
melalui ban berjalan (belt conveytor). Garpu pemindah forklift atau punggung
manusia. Pada hampir semua alat pengisi kemasan terdapat alat pengukur berat
atau volume benih. Atau, pengisiannya dikendalikan oleh sinyal secara manual
dari sebuah alat timbang (Justice, 2002)
Menurut Wheaton dan Lawson (1985) bahan kemasan plastik yang
paling banyak digunakan adalah plastik PE karena mempunyai harga relatif
murah, mempunyai komposisi kimia yang baik, resisten terhadap lemak dan
minyak, tidak menimbulkan reaksi kimia terhadap makanan, mempunyai
kekuatan yang baik dan cukup kuat untuk melindungi produk dari perlakuan
kasar selama penyimpanan, mempunyai daya serap yang rendah terhadap
uap air, serta tersedia dalam berbagai bentuk (Yanti, 2008).
Fungsi utama kemasan adalah perlindungan dan pelestarian dari
kontaminasi eksternal (Rober Tson 2006). Fungsi ini melibatkan
keterbelakangan kerusakan, perpanjangan masa simpan, dan pemeliharaan
kualitas dan keamanan makanan dalam kemasan. Kemasan melindungi
makanan dari pengaruh lingkungan seperti panas, cahaya, kehadiran atau
bsence kelembaban, oksigen, tekanan, enzim, bau palsu, mikroorganisme,
serangga, kotoran dan partikel debu, emisi gas, dan banyak lagi (Brody, 2008).
Kajian penurunan mutu selama penyimpanan diperlukan untuk
mengetahui perubahan mutu sop daun Torbangun dan mengetahui umur simpan
produk dalam kemasan, khususnya kemasan kaleng. Kaleng dipilih sebagai
bahan kemasan soup karena diyakini mampu mempertahankan kualitas sop.
Berdasarkan penelitian Fitriah (2006) dan Octaviani (2007), kemasan
kaleng memberikan perlindungan terbaik dibandingkan kemasan plastik (PET,
CPET, PP) dan gelas. Selama penyimpanan tersebut, kontak antara makanan
terkemas dan bahan kemasan patut diwaspadai. Bahan kemasan, khususnya
kemasan kaleng mengandung bahan berbahaya bagi kesehatan dan bahan
tersebut dapat memasuki sistem pencernakan manusia ketika
mengkonsumsi produk tersebut. Istilah perpindahan komponen berbahaya dari
bahan kemasan ke dalam produk terkemas dikenal dengan istilah migrasi
(Warsiki, 2000).
Q. Vacuum Sealer
1. Tinjauan Pustaka
Pertukaran gas harus menjadi pertimbangan dalam penentuan dan cara
pengemasan bahan pangan. Pada bahan pangan yang peka terhadap oksigen,
pengambilan oksigen yang berlebihan dapat mempercepat kerusakan. Namun,
menentukan banyaknya oksigen yang dibutuhkan untuk pengawetan bahan
pangan secara normal juga tidaklah mudah. Dalam hal ini, penentuan kadar air
yang diperbolehkan dan banyaknya oksigen yang diperlukan memerlukan
pengalaman yang lama dan penelitian yang berulang-ulang. Pada pengemasan
vakum, olaham diletakkan di atas kertas dan karton, kemudian dimasukkan ke
dalam plastik nilon atau olymida dan dihampaudarakan (Saparinlo, 2006).
Mesin vakum adalah mesin pengemas yang berfungsi ganda yakni
menyedot udara dalam kemasan sekaligus sealing (merekakan) kedua sisi
plastik. Untuk mesin vacuum harus mengunakan jenis plastik tersendiri yakni
vacuum. Keunggulan mesin vacuum adalah produk atau makanan yang
dikemas lebih awet, tidak mudah tengik dan tidak mudah bau busuk.
Mengurangi kandungan udara dalam kemasan bisa menghambat pertumbuhan
bakteri dan mikrobia. Harganya sangat variatif (Yuyun, 2005).
Mengemas bakso bisa menggunakan plastik atau vakum. Pengemasan
dengan vakum dilakukan jika bakso yang dihasilkan akan dijual dalam bentuk
chill atau beku. Plastik pembungkus diupayakan jangan sampai bocor. Karena
itu, disarankan untuk menggunakan plastik yang kuat dan tidak mudah sobek.
Pengemasan bakso dengan menggunakan vakum bertujuan agar bakso bisa
lebih tahan lama pada suhu chill. Pemakuman dilakukan dengan menggunakan
mesin vakum dan plastik yang khusus. Pengemasan dengan cara vakum bisa
mempertahankan mutu bakso (Asanda, 2009).
Pengemasan secara vakum ditujukan untuk menambah daya simpan
dendeng. Perlakuan pengemasan secara vakum tidak memberi pengaruh yang
nyata terhadap total mikroba dendeng sapi pada awal penyimpanan namun
berpengaruh nyata (P≥0,05) pada bulan berikutnya. Pengemasan secara vakum
dengan plastik nylon memiliki kemampuan mempertahankan kualitas dendeng
sapi lebih baik dibandingkan dengan pengemasan menggunakan plastik PE
selama penyimpanan (Rahayu, 2012).
Pengemasan dengan metode vakum, cara kerjanya adalah dengan
menekan tombol ON pada alat, program diaktifkan untuk pengaturan, gas diatur
sesuai permintaan, vakum dan seal diatur, tombol reprog ditekan, tutup
pengemas dibuka. Selanjutnya pengemas yang telah diisi bahan makanan
dimasukkan ke dalam vacuum sealer. Ujung terbuka pengemas diletakkan tepat
pada bagian sealer. Selanjutnya, penutup vacuum sealer diturunkan hingga
rapat, tunggu sampai proses sealing selesai, buka penutup alat lalu tekan tombol
power pada posisi OFF (Mareta, 2011).
Kontaminasi dengan mikroba dan terjadinya kerusakan yang lain dapat
dicegah dengan melakukan kemasan dengan kantong plastik maupun dalam
kemasan hampa udara. Berdasarkan penelitian yang telah ada kemasan hampa
udara akan memberikan daya awet lebih lama tetapi ongkos produksinya juga
lebih tinggi. Hasil penelitian (Dewi dkk,1999) menunjukkan dengan tidak
adanya pengemasan yang baik, selama penyimpanan akan terjadi kenaikan
kandungan air produk. Hal ini disebabkan karena selama penyimpanan uap air
diudara akan masuk kedalam produk tersebut,karena adanya keseimbangan
kelembaban udara antara produk yang disimpan dan udara disekitarnya (Dewi,
2008).
Pengemasan hampa udara ternyata berpengaruh baik terhadap asam
lemak tidak jenuh secara keseluruhan. Pengemasan hampa udara mampu
mempertahankan asam lemak omega-3 dan omega-6. Pengemasan ini juga
mampu memberikan monoenoat dan asam lemak jenuh yang lebih kecil
dibandingkan tanpa hampa udara. Kondisi tanpa oksigen memang merupakan
faktor pendukung pembentukan polienoat karena CO2 diperlukan dalam proses
karboksilasi asetil koenzim A sebagai precursor asam lemak (Heruwati, 1996).
Untuk dapat diterima untuk konsumen, produk makanan produk harus
memiliki penampilan yang 'segar', kualitas yang konsisten dan bebas dari cacat.
Menggunakan kemasan vakum adalah alternatif yang menjanjikan untuk
perawatan kimia, untuk menjaga kualitas kesegaran sayuran. Kemasan vakum,
yang menghilangkan udara dari paket makanan, kini banyak digunakan untuk
memperpanjang kehidupan rak makanan dan kualitas produk olahan.
Menggunakan kemasan vakum sangat menghambat kemajuan reaksi oksidatif
dan menghambat pertumbuhan mikroorganisme aerobik, yang umumnya
mengarah ke kemerosotan dari bahan makanan selama penyimpanan (Rocha,
2013).
Memilih bahan untuk digunakan dalam sistem vakum bukanlah hanya
sekedar menemukan bahan dengan beban gas terendah, tetapi juga
mempertimbangkan berbagai sifat fisik atau kimia bahan yang akan memenuhi
kebutuhan proses itu. Bahan-bahan konstruksi harus menyediakan beban gas
sesedikit mungkin sementara masih cukup kuat untuk menahan kekuatan
diberikan oleh tekanan atmosfer eksternal (Danielson, 2003).
Pengemasan secara vakum dan perangkat hermetik enkapsulasi resonan
diperlukan tidak hanya untuk melindunginya dari kerusakan dan kontaminasi,
tetapi juga untuk menyediakan lingkungan bertekanan rendah atau vakum yang
dikontrol untuk low loss (tinggi-faktor) operasi. Kontaminan, seperti air dan
debu, dapat sangat mempengaruhi sensitivitas dan resolusi - resonan perangkat.
Lapisan logam digunakan sebagai penghalang difusi serta periode menunggu
sebelum ikatan untuk mencapai suasana vakum di dalam paket. Metode ini
menyediakan micropackaging beberapa fitur, termasuk kontrol atas tekanan
rongga, pengolahan suhu rendah, biaya fabrikasi rendah dan keakuratan yang
tinggi (Cheng, 2002).
Campuran gas yang dicampur dengan spesifikasi dan disampaikan dalam
tabung gas bertekanan fasilitas kemasan. Dalam proses pengemasan, headspace
udara dihapus menggunakan vakum, campuran gas dimodifikasi dibuang ke
paket pada tekanan atmosfer, dan paket tersebut cepat disegel selagi panas.
Hampir tidak ada CO lolos ke lingkungan kerja. Tentu saja dari fasilitas harus
memiliki ventilasi yang baik dan dilengkapi dengan CO detektor, protokol
umum keamanan lingkungan (Cornforth, 2008).
LAMPIRAN
DAFTAR TABEL
Tabel 2.1 Data Hasil Proses Perajangan………………………………………………
Tabel 3.1 Data Hasil Proses Pengeringan……………………………….……………
Tabel 4.1 Data Hasil Penepungan……………………………………….……………
Tabel 4.2 Data Hasil Pengayakan……………………………………….……………
Tabel 5.1 Data Hasil Goreng Sangan…………………………………………………
Tabel 6.1 Data Hasil Sortasi Gabah…………………………………..………………
Tabel 7.1 Data Hasil Penggilingan……………………………………………………
Tabel 9.1 Data Hasil Pemarutan……………………………………..………………
Tabel 10.1 Data Hasil Pengepresan…………………………………..………………
Tabel 14.1 Data Hasil Pemisahan Cairan dengan Penguapan ………..………………
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1. Alat/ Mesin Destilasi……………………………………
Gambar 2. Alat/ Mesin Perajangan…………………………………
Gambar 3. Alat/ Mesin Pengeringan………………………………..
Gambar 4. Alat/ Mesin Penepungan………………………………...
Gambar 5. Alat/ Mesin Goreng Sangan……………………………..
Gambar 6. Alat/ Mesin Sortasi………………………………………
Gambar 7. Alat/ Mesin Penggilingan………………………………..
Gambar 8.1 Alat/ Mesin Oven……………………………………….
Gambar 8.2 Alat/ Mesin Pengadukan………………………………..
Gambar 9. Alat/ Mesin Pemarutan…………………………………..
Gambar 10. Alat/ Mesin Press……………………………………….
Gambar 11. Alat/ Mesin Penggorengan Vakum……………………..
Gambar 12. Alat/ Mesin Pengemasan Kaleng……………………….
Gambar 12. Alat/ Mesin Pembotolan………………………………..
Gambar 12. Alat/ Mesin Cup Sealer….......………………………….
Gambar 13. Alat/ Mesin Sentrifugal…………………………………
Gambar 14. Alat/Mesin Rotary Evaporator………………………….
Gambar 15. Alat/Mesin Pendinginan………………………………...
Gambar 16. Alat/ Mesin Conveying………………………………….
Gambar 17. Alat/ Mesin Vacuum Sealer……………………………..